problematika penghimpunan dan pentasyarufan dana zakat di kantor baznas...

82
PROBLEMATIKA PENGHIMPUNAN DAN PENTASYARUFAN DANA ZAKAT DI KANTOR BAZNAS KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh : ZUZEV ERVANNANDO NIM : 33020160053 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PROBLEMATIKA PENGHIMPUNAN DAN

    PENTASYARUFAN DANA ZAKAT DI KANTOR BAZNAS

    KABUPATEN SEMARANG

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

    Sarjana Hukum

    Oleh :

    ZUZEV ERVANNANDO

    NIM : 33020160053

    PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

    FAKULTAS SYARI’AH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    MOTTO

    Jangan terlalu diambil hati dengan ucapan seseorang,

    Kadang manusia punya mulut tapi belum tentu punya pikiran.

  • vi

    PERSEMBAHAN

    Untuk ibu saya tercinta, yang bernama zubaedah

    Untuk kakak saya selaku sponsor selama kuliah, yang bernama atin putri

    Kepada sahabat-sahabat saya yang dinamakan “Keluarga 13” yang selalu

    mendukung dalam penulisan ini

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Dengan mengucap syukur Alhamdulillah akhirnya penyusun dapat

    menyelesaikan skripsi yang berjudul “Problematika Pengelolaan Zakat (Studi

    Kasus di Kantor BAZNAS Kabupaten Semarang)”. Skripsi ini disusun untuk

    memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program S1 Sarjana

    Hukum.

    Penyusunan skripsi ini tidak akan selesai bila tanpa bantuan dari berbagai

    pihak yang telah berkenaan meluangkan waktunya guna memberikan bimbingan,

    petunjuk dan motivasi yang berharga demi terselesainya skripsi ini. Sehingga pada

    kesempatan ini penyusun menghaturkan terima kasih kepada:

    1. Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.

    2. Dr. Siti Zumrotun, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga.

    3. Heni Satar Nurhaida, S.H. M.Si. selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi

    Syari’ah

    4. Muhammad Taufiq Zam Zami, M.A. selaku dosen pembimbing yang telah

    meluangkan waktu memberikan bimbingan dan motivasi dengan penuh

    keikhlasan dan kesabaran sehingga selesailah skripsi ini.

    5. Bapak/Ibu dosen dan karyawan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang telah

    mendidik, membimbing, dan memberikan pengarahan serta bantuannya.

    6. Seluruh Staf perpustakaan IAIN Salatiga.

    7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

    dalam penyelesaian skripsi ini.

  • viii

    Semoga amal kebaikannya mendapatkan pahala yang luar biasa dari Allah

    SWT, penulis menyadari bahwa skripsi ini banyak kekurangannya, untuk itu

    diharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

    Semoga skripsi ini dapat memberi sumbangsih dan bermanfaat khususnya

    bagi pecinta ilmu, dan semua pihak yang membutuhkannya.

    Salatiga, 13 Oktober 2020

    Penyusun

    Zuzev Ervannando

    NIM: 33020160053

  • ix

    ABSTRAK

    Ervannando, Zuzev 2020. Problematika Penghimpunan dan Pentasyarufan

    Dana Zakat di Kantor BAZNAS Kabupaten Semarang. Fakultas Syari’ah

    Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri

    Salatiga. Pembimbing: Muhammad Taufiq Zam Zami, MA.

    Kata Kunci : Problematika Penghimpunan dan Pentasyarufan Dana Zakat,

    BAZNAS

    BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) adalah badan resmi dan satu

    satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI

    Nomor 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan

    menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Dalam

    pelaksanaanya kegiatan pengelolaan zakat di BAZNAS Kabupaten Semarang

    tidak luput dari permasalahan permasalahan di lapangan. Disamping itu lembaga

    BAZNAS ini dalam pengelolaanya sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor

    23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Hal tersebut memunculkan

    pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah yaitu: Apa problematika

    BAZNAS dalam menghimpun dan mentasyarufkan dana zakat?. Dan bagaimana

    upaya penghimpunan dan Pentasyarufan dana zakat?.

    Peneliti ini merupakan penelitian lapangan (field reseach) yang

    dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh langsung

    dari responden dan mengamati secara langsung tugas tugas responden.penelitian

    ini menggunakan dua sumber data, yaitu primer yang berupa data hasil

    wawancara pada pimpinan atau pengurus-pengurus BAZNAS Kab. Semarang

    dan sekunder yang berupa buku-buku, jurnal, Undang-Undang 23 Tahun 2011

    Tentang Pengelolaan Zakat.

    Hasil penelitian menemukan bahwa Dalam undang undang No. 23 tahun

    2011 pasal 1 ayat (1) bahwa pengelolaan zakat ialah melingkupi pelaksanaan,

    dan pengordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan

    zakat. Untuk menujukan bahwa zakat benar-benar dikelola secara baik dan benar

    maka perlu adanya suatu sistem yang dapat memberikan gambaran yang jelas

    dan transparan tetanang aktifitas terkait tentang pengelolaan zakat. Sistem

    tersebut juga harus menyajikan informasi yang cukup, dapat dipercaya, dapat

    diandalkan, mudah dipahami, dan relevan peggunanya, serta tepat dalam syariat

    Islam. Salah satu sistem tersebut ialah sistem informasi dan pengetahuan

    Mustahik, sistem informasi tersebut merupakan bagian terpenting agar

    pengelolaan zakat bisa berjalan secara optimal. Sedangkan problematika yang

    dialami oleh BAZNAS Kab. Semarang: bergerak menunggu laporan, besar

    permintaan daripada pendapatan, pendapingan, pengentasan kemiskinan,

    wawasan tentang zakat. Upaya-upaya yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten

    Semarang agar tercapainya proses penghimpunan dana zakat yang maksimal

    anatara lain: sosialisasi, aksi nyata, pembayaran melalui QR code.

  • x

    BAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

    HALAMAN PENGESAHAN iii

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN iv

    HALAMAN MOTTO v

    HALAMAN PERSEMBAHAN vi

    KATA PENGANTAR vii

    ABSTRAK ix

    DAFTAR ISI x

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 5 C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan 5 D. Penegasan Istilah 6 E. Telaah Pustaka 7 F. Metode Penelitian 9 G. Sistematika Penulisan 13

    BAB II ZAKAT MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-

    UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN

    ZAKAT

    A. Konsep Zakat ......................................................................................14 1. Pengertian Zakat............................................................................14 2. Dasar Hukum Zakat ......................................................................16 3. Landasan Zakat dikelola oleh Negara ...........................................18 4. Golongan yang Berhak Menerima Zakat ......................................19 5. Tujuan Zakat .................................................................................22 6. Hikmah Zakat ................................................................................23 7. Hakikat Zakat ................................................................................24

    B. Pengelolaan Zakat Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 ....25 1. Pengumpulan Zakat .......................................................................27 2. Pendistribusian Zakat ....................................................................27 3. Pelaporan pengelolaan Zakat ........................................................29 4. Pembinaan dan Pengawasan Pegelolaan Zakat .............................30

    BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BAZNAS

    KABUPATEN SEMARANG DAN PENGELOLAAN DANA

    ZAKAT

  • xi

    A. Sejarah Berdirinya BAZNAS Kabupaten Semarang ..........................31 B. Pengelolaan Zakat BAZNAS Kabupaten Semarang ...........................47 C. Problematika dalam Pengelolaan Zakat Kabupaten Semarang ...........50 D. Upaya BAZNAS Kabupaten Semarang dalam Meningkatkan

    Penrimaan Zakat..................................................................................52

    E. Penghimpunan Dana Zakat Setiap Tahun ...........................................53

    BAB IV PROBLEMATIKA PENGELOLAAN ZAKAT di BAZNAS

    KABUPATEN SEMARANG

    A. Problematika BAZNAS dalam Menghimpun dan Mentasyarufkan Dana Zakat 57

    B. Upaya Penghimpunan dan Pentasyarufan Dana Zakat 59

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ........................................................................................62 B. Saran ...................................................................................................63

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beragam agama dan

    budaya. Mayoritas masyarakat Indonesia menganut agama Islam. Islam mulai

    masuk ke wilayah Indonesia dimulai dari wilayah Aceh. Sejak kedatangan Islam di

    Indonesia pada awal abad ke 7 kesadaran masyarakat terhadap zakat sangat kurang,

    mereka menganggap zakat tidak terlalu penting seperti shalat dan puasa. Banyak

    kolonis Belanda yang menguasai wilayah Aceh, Belanda menganggap zakat adalah

    salah satu faktor yang mempersulit mereka untuk menjajah wilayah Aceh.

    Pemerintah Belanda membuat peraturan atau kebijakan yang disebut sebagai

    Bijblad yang bertujuan untuk melarang ikut serta dalam pengumpulan zakat

    termasuk petugas keagamaan, pegawai pemerintah dari kepala desa sampai dengan

    bupati termasuk priayi pribumi.1

    Islam memiliki banyak ajaran salah satunya yaitu rukun Islam yang

    dianggap sebagai pondasi wajib bagi agama Islam, juga sebagai dasar pedoman

    kehidupan masyarakat muslim. Rukun Islam terdiri dari lima perkara dan yang ke

    empat adalah membayar zakat bagi yang mampu.

    Zakat merupakan salah satu tiang penyangga bagi tegaknya Islam, juga

    merupakan suatu kewajiban bagi pemeluknya. Zakat juga membawa misi

    memperbaiki hubungan horizontal antara sesama manusia, sehingga pada akhirnya

    1Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hlm

    77-78.

  • 2

    mampu mengurangi problematika kesenjangan dalam hidup mereka. Selain itu,

    zakat dapat memperkuat hubungan vertikal manusia dengan Allah, karena Islam

    menyatakan bahwa zakat merupakan bentuk pengabdian (ibadah) kepada Yang

    Maha Kuasa. Salah satu ajaran Islam yang bertujuan mengatasi kesenjangan sosial

    karena zakat sangat berpotensi sebagai sebuah sarana yang efektif untuk

    memberdayakan ekonomi umat Islam. Potensi dapat digali secara optimal dari

    seluruh masyarakat Islam dan dikelola sangat baik dengan manajemen amanah dan

    profesionalisme tinggi yang akan mewujudkan sejumlah dana yang besar dan bisa

    dimanfaatkan untuk mengatasi kemiskinan serta memberdayakan ekonomi umat.2

    Di dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak dua puluh tujuh ayat yang

    mensejajarkan kewajiban zakat dengan kewajiban shalat. Dalam rukun Islam posisi

    kewajiban zakat menjadi urutan ketiga dan menjadi bagian mutlak dari keislaman

    seseorang. Salah satu ayat Al-Qur’an yang mensejajarkan zakat dengan ibadah

    sholat yang berbunyi :

    ٱلرَِّٰكِعيَ َمعَ َكُعواْ َوأَِقيُمواْ ٱلصََّلٰوَة َوَءاُتواْ ٱلزََّكٰوَة َوٱر

    “Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang

    yang ruku”.3

    Ada delapan golongan yang berhak menerima zakat sesuai dengan isi Al-

    Qur’an

    2 Abdullah Azzam, “Pengaruh Pemahaman Zakat Profesi dan Religiusitas terhadap

    Kepatuhan Membayar Zakat”, Fakultas Ekonomi Universitas Negri Gorontalo, Skripsi, 2018. 3 Al-Baqqrah (2):43.

  • 3

    لصَّ ِ ََّما ٱ ن

    ِل م إ

    َا ََوٱ ۡل ِنَي َعَۡلَهَۡي م ل ََٰع

    ِك ِني ََوٱ ل َمََٰس

    َقَََرإ ِء ََوٱ ُت ِل ۡل ُف ِنَي ََويِف ََدَٰقَ َر ِم ل َٰغَ

    لَر َٰقَاِب ََوٱ

    ََُّفِة َٰق ۡل وُهُب ۡم ََويِف ٱ َّللَّ ََؤل

    يل ٱ َسب

    َّللَّ َعَۡل مٌي َحِك ميم َّللَّ ِۗ ََوٱ

    َن ٱ ِۖ فََر يَضِٗة ِم يل ب لَٰسَّ

    ب ن ٱ ََوٱ

    “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-

    orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya,

    untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan

    Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu

    ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha

    Bijakasana”.4

    Di dalam Islam menunaikan zakat adalah kewajiban dan apabila sengaja

    meninggalkannya akan memberikan ancaman bagi siapa saja. Zakat diambil dari

    orang-orang yang berkewajiban zakat (Muzakki) dan kemudian diberikan kepada

    orang yang berhak menerima (Mustahik).5

    Di era sekarang ini telah banyak kemajuan mengenai peraturan tentang

    pengelolaan zakat. Pemerintah Indonesia juga telah membentuk badan resmi yang

    di bentuk berdasarkan. Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 disebut dengan

    Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang memiliki tugas dan fungsi

    menghimpun dan menyalurkan zakat ,infaq dan sedekah pada tingkat nasional. 6

    Lahirnya Undang-Undang nomor 23 Tahun 2011 tentang badan

    pengelolaan zakat mulai mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang

    berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Isi dalam Undang-

    Undang tersebut yaitu bahwa BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah

    4 At-Taubah (11):60. 5 Hartatik, “Analisis Praktik Pendistribusian Zakat Produktif pada Badan Amil Zakat

    Daerah (BAZDA) Kabupaten Magelang”, Az Zarqa’, Vol. 7, No. 1, 2015 hlm. 30. 6 https;//baznas.go.id, diakses pada tanggal 28 Juli 2020 pukul 02.47.

  • 4

    nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden

    melalui Menteri Agama. Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah

    bertanggung jawab untuk mengawal pengelolaan zakat yang berdasarkan syariat

    Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan

    akuntabilitas.

    Adapun visi dan misi BAZNAS yaitu menjadi pengelola zakat terbaik dan

    terpercaya di dunia. Adapun salah satu misi BAZNAS adalah mengoptimalkan

    pengumpulan secara terstruktur pengumpulan zakat nasional. Namun tidak semua

    yang sudah terstruktur berjalan dengan lancar. Hal-hal yang sudah direncanakan

    dan diatur dengan baik juga banyak menimbulkan masalah-masalah, akibatnya

    dalam pengelolaan zakat di tingkat nasional ini mengalami gangguan atau kendala

    dalam pendistribusian ataupun pengumpulannya. Selain itu, kurangnya sosialisasi

    juga menimbulkan masyarakat tidak paham dengan badan zakat ini. Banyak sekali

    masyarakat yang belum mengerti tentang kewajiban membayar zakat terutama di

    wilayah yang temasuk luas seperti di Kabupaten Semarang. Sulitnya

    mengembangkan manajemen yang profesional, transparansi dan akuntantabilitas

    yang sesuai untuk lembaga keuangan syariah juga menjadi salah satu permasalah

    yang sulit di tanggulangi. Tidak seimbangnya tuntutan Undang-Undang dengan

    wajib zakat yang membayarkan zakat juga menjadi permasalahan untuk sekarang

  • 5

    ini. Kurangnya kesadaran para Muzakki untuk membayar zakat mempengaruhi

    pendistribusian dana untuk para Mustahik.7

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang seperti yang telah dijelaskan di atas, maka

    dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan, sebagai

    berikut:

    1. Apa problematika BAZNAS Kabupaten Semarang dalam menghimpun

    dan mentasyarufkan dana zakat?

    2. Bagaimana upaya BAZNAS Kabupaten Semarang dalam menghadapi

    problematika penghimpunan dan pentasyarufan dana zakat?

    C. Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk:

    1. Untuk mengetahui problematika pengelolaan zakat di BAZNAS

    Kabupaten Semarang dalam tinjauan Undang-Undang Nomor 23 Tahun

    2011

    2. Untuk mengetahui solusi BAZNAS Kabupaten Semarang dalam

    menghadapi problematika pengelolaan zakat dalam tinjauan Undang-

    Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

    7 Luhtfi Hidayat, “Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan

    Zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang”, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

    Negri Syarif Hidayatullah, 2017.

  • 6

    D. Kegunaan Penelitian

    1. Teoritis

    Dapat memberikan sumbangsih pemikiran terhadap kemajuan ilmu

    pengetahuan khususnya pada ilmu hukum yang memiliki kaitan dengan

    persoalan zakat sehingga dapat mengungkap permasalahan-permasalahan

    dan menemukan solusinya.

    2. Praktis

    a) Bagi masyarakat

    Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran

    dalam upaya penyelesaian masalah-masalah hukum Islam kontemporer

    dan dapat memberikan wawasan serta pemahaman kepada masyarakat

    bahwa hukum Islam selalu berkembang dan dinamis.

    b) Bagi IAIN Salatiga

    Untuk kalangan akademisi, dengan hasil penelitian ini dapat

    dijadikan sumber informasi dan refensi guna melakukan pengkajian

    lebih lanjut dan mendalam sehingga dapat menghadapi persoalan-

    persoalan yang mungkin timbul di kemudian hari.

    c) Bagi Penulis

    Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan maupun

    pembetukan pola pikir dalam bidang zakat, mengembangkan penalaran

    dan membentuk pola pikir sekaligus mengetahui kemampuan penulis

    dalam menetapkan ilmu yang telah diperoleh.

  • 7

    E. Penegasan Istilah

    Untuk memperjelas istilah diatas perlu penegasan untuk memberi

    pemahaman supaya tidak terjadi kesalahan terhadap konsep kunci dalam

    penelitian ini :

    1. Problematika adalah suatu kendala atau permasalahan yang masih belum

    dapat dipecahkan sehingga untuk mencapai suatu tujuan menjadi

    terhambat dan tidak maksimal.8

    2. Penghimpunan ialah, dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, yang

    dimaksud dengan pengumpulan adalah proses, cara, perbuatan,

    mengumpulkan, penghimpunan, penyerahan.9

    3. Pengelolaan adalah proses dari kegiatan merubah sesuatu hingga menjadi

    nilai-nilai yang tinggi dari semula. Pengelolaan dapat juga diartikan

    sebagai untuk melakukan sesuatu agar lebih sesuai serta cocok dengan

    kebutuhan sehingga lebih bermanfaat.10

    4. Zakat adalah zakat secara harfiah berasal dari kata “Zaka” berarti

    “tumbuh”, “berkembang”, “mensucikan” atau “membesarkan”. Selain itu

    kata zakat berasal dari bahasa arab “Zakat” yang berarti berkah, tumbuh,

    bersih dan baik. Sebagai salah satu rukun Islam, Zakat adalah fardhu ‘ain

    dan kewajiban ta’abbud.11

    8 Maya, “Analisis Problematika Pembelajaran Fiqih Tentang Zakat di Madrasah Aliyah

    Muhammadiyah 1 Banjarmasin”, skripsi, Tarbiyah Universitas Islam Negri Antasari Bajarmasin, 2016.

    9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

    Balai Pustaka, 1991), hlm 612. 10 Ahmad Atabik, “Manajemen Pengelolaan Zakat yang Efektif di Era Kotenporer, Jurnal

    Zakat dan Wakaf, Vol. 2, 2015, hlm 55. 11 Fadilah, Tata Kelola dan Akuntansi Zakat, (Bandung: Makmur Tanjung Lestari, 2017)

    hlm. 1.

  • 8

    5. BAZNAS yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan

    resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan

    Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi

    menghimpun dan menyalurkan zakat.12

    F. Telaah Pustaka

    Dari penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Hidayat dalam Skripsinya

    yang berjudul “Analisis Pengelolaan Zakat Di Badan Amil Zakat (BAZ) Kulon

    Progo”. Sekripsi ini menjelaskan tentang analsis dalam pengelolaan namun

    ditinjau dari kinerja Amil sudahkah tercapainya amanah, profesional dan

    trasnparan sedangkan yang penyusun tulis adalah mengenai bagaimana

    pengelolaan zakat yang mempunyai cakupan luas dari pengumpulan,

    pendistribusian, pendayagunaan, sampai pelaporan,13

    Dari penelitan yang dilakukan oleh Irman Firmansyah dalam Jurnalnya

    yang berjudul ”Problematika Zakat Pada BAZNAS Kota Tasikmalaya”. Jurnal

    ini menjelaskan tentang permasalahan bagaimana pengumpulan zakat kurang

    maksimal karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengenal zakat dan

    minimnya dorongan pemuka agama dalam membayarkan zakat. Sedangkan

    skripsi yang penyusun tulis adalah problematika dalam pengelolaan, meliputi

    pengumpulan, pentasyarufan.14

    12 https://baznas.go.id/profil, diakses 29 September 2020 pukul 23.20. 13 Rahmat Hidayat, “Analisis Pengelolaan Zakat Di Badan Amil Zakat (BAZ) Kulon

    Progo”, Skripsi, Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016. 14 Irman Firmanyah, “Analisis Problematika Zakat Pada BAZNAS Kota Tasikmalaya”,

    Jurnal, Riset Akuntansi dan Keuangan Vol. 2, 2014.

  • 9

    Dari penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Roziq dalam

    Skripsinya yang berjudul “Problematika penghimpunan Dana Zakat Pada

    Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Trenggalek”. Hasil penelitian

    menjelaskan mengenai problematika dalam pengumpulan zakat yang di

    karenakaan BAZNAS Trenggalek masih dalam masa peralihan jadi belum

    bisan memberikan bukti sehingga Muzakki belum bisa percaya kepada

    BAZNAS Trenggalek sepenuhnya. Sedangkan perbedaan dari yang ditulis oleh

    penyusun adalah problematikanya tidak merucut ke salah satu penghimpunan

    dana saja tetapi mencangkup dari pengumpulan hingga pelaporan dan untuk

    lokasi untuk penelitian juga berbeda yaitu BAZNAS Kabupaten Semarang.15

    Dari telaah pustaka yang peroleh oleh penulis maka tidak diperoleh dari

    kesamaan refensi diatas dan ini menarik untuk diteliti karena belum ada yang

    meneliti tentang judul tersebut.

    G. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

    Jenis penelitian ini ialah penelitian lapangan (field research) yaitu

    penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang

    diperoleh langsung dari responden dan mengamati secara langsung tugas-

    tugas responden.

    Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

    Penelitian Kualitatif adalah suatu penelitian yang ditunjukan untuk

    15 Muhammad Roziq, “Problematika Dana Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional

    Kabupaten Semarang, Skripsi, IAIN Tulungagung, 2018.

  • 10

    mendiskripsikan dan menganalisis, fenomena, aktivitas orang secara

    individual maupun kelompok.16 Dengan itu penyusun meneliti dengan cara

    mencari data langsung di lapangan untuk mengetahui dengan jelas

    bagaimana problematika pengelolaan zakat di kantor BAZNAS Kabupaten

    Semarang.

    2. Kehadiran Peneliti

    Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai instrumen

    sekaligus menjadi pengumpul data. Instrumen lain yang penulis gunakan

    adalah alat perekam, alat tulis, serta alat dokumentasi. Akan tetapi

    instrumen ini hanya sebagai pendukung. Oleh karena itu, kehadiran

    penulis di lapangan mutlak diperlukan. Kehadiran penulis di lokasi adalah

    untuk mencari informasi tentang pengelolaan zakat di kantor BAZNAS

    Kabupaten Semarang yang akan dijadikan bahan analisis serta untuk

    melakukan wawancara dengan kepala atau pengurus BAZNAS guna

    menggali keterangan yang diperlukan. Kehadiran penulis diketahui

    statusnya sebagai peneliti.

    3. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian ini terfokus di Ungaran Kabupaten Semarang.

    Lebih tepatnya beralamatkan Timur Ungaran, Genuk, Kecamatan Ungaran

    Timur Semarang, Jawa Tengah 50512, Indonesia.17

    4. Sumber Data

    16 Bahctiar S. Bachri, Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi pada Penelitian

    Kualitatif, Jurnal Teknologi Pendidikan 10 (1), 46-62, Tahun 2010, hlm.50. 17 https://kabsemarang.baznas.org, diakses 30 September 2020 pukul 13:55.

  • 11

    a) Data Primer, yaitu sumber data yang memuat data utama yakni data

    yang diperoleh secara langsung di lapangan seperti melalui wawancara

    dengan pihak-pihak yang terlibat dengan penelitian tersebut.18

    Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

    melalui tanya jawab, sehingga dapat disusun makna dalam suatu topik

    tertentu. Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara kepada

    pimpinan atau pengurus-pengurus BAZNAS Kabupaten Semarang.

    b) Data Sekunder, yaitu sumber data tambahan yang diambil tidak secara

    langsung atau diperoleh dari studi kepustakaan mencakup jurnal-

    jurnal, buku-buku, hasil penelitian yang berupa laporan serta bahan-

    bahan lain yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.

    5. Metode Pengumpulan Data

    a) Observasi

    Observasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam

    mengamati dan mencermati serta melakukan pencatatan data atau

    informasi teknis kegiatan dan pengelolaan di BAZNAS Kabupaten

    Semarang.19

    b) Wawancara

    Adalah Teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab

    lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak

    yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai.

    18Farida Nugrahani, Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa,

    (Solo: Cakra Books, Tahun 2014), hlm.112. 19 Fandi Rosi Sarwoo, Teori Wawancara Psikodignostik, (Yogyakarta: Leutika Prio,

    2016), hlm. 1.

  • 12

    Dalam metode ini peneliti menggunakan metode wawancara terbuka,

    artinya pertanyaan-pertanyaan yang peneliti kemukakan dapat di

    tambah atau dikurangi menyesuaikan situasi dan kondisi saat

    pelaksanaan tanpa mengganggu kelancaran jalannya wawancara dan

    akan membawa hasil yang akurat. Metode ini digunakan untuk

    memperoleh informasi tentang praktik pengelolaan zakat BAZNAS

    Kabupaten Semarang, juga problematika dan solusinya.20

    c) Analisis Data

    Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif

    analisis dengan menggunakan pola pikir deduktif. Artinya,

    menggambarkan hasil penelitian dengan diawali teori atau dalil yang

    bersifat umum tentang zakat, kemudian mengemukakan kenyataan

    yang bersifat khusus dari hasil penelitian terhadap problematika

    pengelolaan dan penditribusian zakat di BAZNAS Kabupaten

    Semarang. Hasil penelitian kemudian dianalisa dengan menggunakan

    metode tersebut.

    d) Pengecekan Keabsahan Data

    Keabsahan data merupakan hal yang sangat penting dalam

    penelitian. Maka fakta-fakta ini nanti digunakan penulis sebagai

    bahan pembahasan. Untuk memperoleh keabsahan temuan, penulis

    akan menggunakan teknik triangulasi.

    20 Ibid.

  • 13

    Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

    memanfaatkan sesuatu yang lain. Dengan tujuan untuk keperluan

    pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.21

    Untuk mendapatkan data yang akurat serta seperti yang

    diinginkan penulis maka penulis akan membandingkan data hasil

    pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan dengan

    Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

    H. Sistematika Penulisan

    Agar dalam proposal ini mendapat gambaran yang jelas, maka

    sistematika penulisan ini akan dipaparkan dalam 5 bab.

    Bab pertama berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

    kegunaan penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka, metode penelitian dan

    sistematika penulisan.

    Adapun bab dua berupa landasan teori yang pembahasanya meliputi

    Konsep zakat, Pengelolaan zakat menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun

    2011.

    Bab tiga berisi uraian data dan temuan yang diperoleh dari penelitian

    yang disajikan dalam tiga sub bab gambaran umum kantor BAZNAS

    Kabupaten Semarang yaitu; sejarah berdirinya BAZNAS Kabupaten

    Semarang, pegelolaan zakat BAZNAS Kabupaten Semarang, prolemtika

    dalam pengelolaan zakat BAZNAS Kabupaten Semarang, upaya BAZNAS

    21 Sumasno Hadi, “Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif Pada Skripsi”,

    Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 22, Vol. 1, Juni 2016, hlm. 75.

  • 14

    dalam meningkatkan penerimaan zakat, penghimpunan dana zakat setiap

    tahun.

    Pada bab keempat memuat mengenai analisis problematika pengelolaan

    zakat di kantor BAZNAS Kabupaten Semarang yaitu problematika BAZNAS

    dalam menghimpun dan mentasyarufkan dana zakat, upaya penghimpunan dan

    Pentasyarufan dana zakat.

    Dan yang terakhir ialah bab lima yang memuat kesimpulan serta saran-

    saran yang diajukan.

  • 15

    BAB II

    ZAKAT MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR

    23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

    A. Konsep Zakat

    1. Pengertian Zakat

    Zakat berasal dari kata zaka, artinya tumbuh dengan subur. Makna

    lain dari kata zaka, sebagaimana digunakan dalam Al-Qur’an adalah suci

    dari dosa.22 Dalam kitab-kitab hukum Islam, kata zakat diartikan dengan

    suci, tumbuh dan berkembang serta berkah. Jika pengertian ini

    dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran Islam, harta yang

    dizakati akan tumbuh dan berkembang, bertambah karena suci dan berkah

    (membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan yang mempunyai harta).

    Jika dirumuskan, zakat adalah bagian dari harta yang wajib diberikan oleh

    setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang-orang tertentu. Syarat-

    syarat tertentu adalah nisab, (jumlah minimum harta kekayaan yang wajib

    dikeluarkan zakatnya), haul (jangka waktu yang ditentukan bila seseorang

    wajib mengeluarkan zakat hartanya), dan kadar-nya (ukuran besarnya

    zakat yang harus dikeluarkan).23

    Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dengan

    pengertian menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta

    22 Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta; Yayasan Penyelenggaraan dan

    Penerjemahan Al-Qur’an,1993), hlm. 463. 23 Muhammad Daud Ali, Habibah Daud, Lembaga-lembaga Islam di Indonesia, (Jakarta:

    PT.Raja Grafindo Persada,1995) Cetakan 1, hlm. 241.

  • 16

    yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, berkembang, bertambah

    suci dan baik.

    2. Dasar Hukum Zakat

    Zakat sebagai rukun Islam yang ketiga disamping sebagai ibadah

    dan bukti ketundukan kepada Allah SWT, juga memiliki fungsi sosial yang

    sangat besar dan salah satu pilar dalam ekonomi Islam. Jika zakat, infaq

    dan sedekah ditata dengan baik, baik penerimaan dan pengambilannya

    maupun pendistribusiannya, insya’allah akan mampu mengentaskan

    masalah kemiskinan atau paling tidak mengurangi masalah kemiskinan.

    Adapun dasar dasar hukum menerangkan tentang zakat yaitu:

    a) Al-Qur’an

    Dalam ayat Alqur’an yang menerangkan tentang zakat sebagai dasar

    hukum zakat:

    ِِلِمُخذ ِمن أَم يِهم وَٰ رُُهم َوتُ زَكِّ َسَكن ِإنَّ َصَلٰوَتكَ ِهمِِبَا َوَصلِّ َعَلي َصَدَقة ُتَطهِّ

    يٌع َعِليمٌ ُم َوٱللَُّه َسَِ ِلَّ

    “Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu

    kamu memebersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah

    untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)

    ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi

    Maha Mengetahui”.24

    24 At-Taubah (11):103.

  • 17

    ن رِّب ُتمَءاتَي ٓ َوَما لِ أَم ٓ ِف بُ َواْ لِّيَ امِّ ُتمَءاتَي ٓ َماِعنَد ٱللَِّه وَ بُواْ لنَّاِس َفََل يَر ٱ وَٰن زََكٰوة تُرِيُدوَن َوج ُ ِئَك هُ ٓ ٱللَِّه َفُأْولَٰ هَ مِّ

    ضِعُفونَ ُم ٱل

    “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia

    bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah

    pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang

    kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang

    berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan

    (pahalanya)”.25

    b). Hadis

    Dari Abdullah bin Musa ia berkata, Khanzalah bin Abi Sofyan

    menceritakan kepada kami dari Ikrimah bin Khalid dari Ibnu Umar

    r.a, Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Islam didirikan atas lima

    dasar yaitu yang berbunyi:

    سََلُم َعَلى ََخٍْس : َشَهاَدِة َأْن ْلَ ًدا َرُسِوُل إَِلَه ِإْلَّ اهللُ َو َأنَّ ُُمَمَّ ٓ ُبِِنَ اْْلََِلِة، َوِإيْ َتاِء الزََّكاةِ واه ر ٠َرَمَضانَ ، َو َحجَّ اْلبَ ْيِت، َوَصْوِم اهلِل، َوِإ قَاِم الصَّ

    البخارى و مسلم“Islam dibangun diatas lima perkara: persaksian bahwa tiada

    tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad

    adalah utusan Allah, mendririkan sholat, menunaika zakat, pergi

    haji, dan puasa di bulan Ramadhan”. (HR.Al-Bukhari dan

    Muslim).26

    c). Ijma’

    Adapun Ijma’, ulama maka kaum muslimin disetiap masa telah ijma’

    (sepakat) akan wajibnya zakat. Juga para sahabat telah sepakat untuk

    memerangi orang-orang yang tidak mau membayarkan hartanya untuk

    25 Ar-Rum (30):39. 26 HR.Al-Bukhari dan Muslim. Jami’ Al-‘Ulum, No. 16.

  • 18

    zakat dan menghalalkan darah dan harta mereka karena zakat

    termasuk dari syi’ar Islam yang agung.27

    d). Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

    Bila dilihat dari Undang-Undang, ada payung hukum yang mengatur

    zakat di indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011.

    Tujuan dari Undang-Undang Pengelolaan Zakat adalah untuk lebih

    meningkatkan dayaguna dan hasil guna pengelolaan zakat, infaq dan

    sedekah di Indonesia. Karena itu pengelolaan zakat harus

    dilembagakan (formalisasi) sesuai dengan syariat Islam. Dan harus

    memenuhi asas-asas amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian

    hukum, terintegrasi, dan akuntabilias sehingga dapat meningkatkan

    efektivitas dan efesiensi pelayanan.28

    3. Landasan Zakat dikelola oleh Negara

    Secara garis besar bagaimana diperdebatkan oleh para ulama,

    bahwa ayat 103 ini lebih banyak menghasilkan pemahaman tentang

    wajibnya membayar zakat bagi orang kaya raya, untuk kemudian

    diberikan kepada orang miskin yang membutuhkannya. Lebih dari itu,

    secara pasti tidak terdapat dalam Al-Qur’an petunjuk yang memerintahkan

    pengurusan atau pengelolaan zakat melalui lembaga amil. Demikian pula

    tidak ada dalil yang menentukan keharusan pelaksaan zakat oleh Muzakki

    sendiri secara langsung. Meskipun demikian ada beberapa petunjuk dari

    27 Muhammad tho’in,”Pembiayaan Pendidikan Melalui Sektor Zakat”, Jurnal Ekonomi

    dan Perbankan Syari’ah, Vol. 9, No. 2, 2017, hlm. 168. 28 Puji Kurniawan, “Legislasi Undang-undang Zakat”, Jurnal Al-Risalah, Vol. 13, 2013,

    hlm. 101.

  • 19

    Al-Qur’an maupun hadis nabi yang dapat membawa membawa

    kesimpulan pengorganisasian pengelolaan zakat melalui lembaga Amil

    atau lebih tegasnya melalui institusi negara. Hal ini dimaksudkan agar

    yang dituju dengan syariat zakat lebih berdaya dan berhasil, petunjuk

    tersebut yaitu:

    a) Adanya perintah Allah SWT kepada Nabi SAW dalam kapasitas

    kedudukannya sebagai kepala pemerintah dan kepala Negara,

    pengelola dan Amil yang diperintahkan untuk mengambil zakat dari

    wajib zakat (Muzakki) dan menyampaikannya kepada yang berhak

    menerimanya (Ashnaf)

    b) Hadis Nabi kepada Muazd, menurut riwayat Jama’ah, nabi bersabda:

    “sesungguhnya Allah SWT memfardhukan atas mereka sedekah

    (zakat) dipungut dari orang-orang kaya dan diserahkan kepada fakir

    miskin. Dalam hadis ini terlihat kegiatan pengelolaan zakat yaitu

    memungut dan membagikan zakat yang kedua aktifitas itu dilakukan

    oleh lembaga Negara yang bernama Amil.29

    4. Golongan yang Berhak Menerima Zakat

    Orang yang berhak menerima zakat ini terbagi menjadi delapan

    golongan atau delapan Asnaf. Hal tersebut sudah di terangkan dalam Al-

    Quran:

    29 Muhammad Aziz, “Prinsip Pengelolaan Zakat menurut Al-Quran”, Jurnal Studi

    Keislaman,Vol. 5, No. 2, September 2015, hlm. 145-146.

  • 20

    َا ٱلصََّدقَُٰت لِل َ ءِ ٓ ُفَقرَاِإَّنَِّكيِ َوٱل ُ َهاَعَلي ِمِليَ عَٰ َوٱل سَٰ

    م َوِف ٱلرِّقَاِب قُ ُلوبُ هُ َؤلََّفةِ َوٱل

    رِِميَ َوٱل ِبيِل فَ نِ َوِف َسِبيِل ٱللَِّه َوٱب غَٰ َن ٱللَِّه َوٱللَُّه َعِليٌم ٱلسَّ ِكيمحَ رِيَضة مِّ

    “Sungguh zakat itu hanya untuk orang-orang fakir, orang miskin,

    amil zakat, orang yang dilunakan hatinya (mualaf), untuk

    (memerdekakan) hmba sahaya, untuk (membebaska) orang yang

    berhutang, untuk jalan allah dan untuk orang yang sedang dalam

    perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha

    Mengetahui, Maha Bijaksana”.30

    a) Orang-Orang Fakir

    Orang yang disebut fakir ialah orang yang tidak mempunyai harta

    atau penghasilan banyak dalam memenuhi keperluaannya : sandang,

    pangan dan papan dan segala keperluan pokok lainnya, baik untuk diri

    sendiri ataupun bagi mereka yang menjadi tanggungannya.

    b) Orang-Orang Miskin

    Orang yang disebut miskin ialah mereka yang mempunyai harta

    atau penghasilan yang layak dalam memenuhi kebutuhannya dan

    orang yang menjadi tanggungannya, tetapi tidak sepenuhnya

    tercukupi kebutuhanya.31

    c) Amil Zakat

    Orang yang dimaksut Amil zakat ialah mereka yang

    melaksanakan kegiatan urusan zakat, mulai dari para pengumpul

    30 At-Taubah (11):60. 31 Abdul Haris Romdhoni, “Zakat Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Dan

    Pengentasan kemiskinan”, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam Vol. 03. NO. 01, Maret 2017, hlm. 44.

  • 21

    sampai kepada bendahara dan para penjaganya, pencatatnya sampai

    kepada penghitung yang mencatat keluar masuk zakat dan membagi

    kepada yang berhak. Allah menyediakan upah bagi mereka dari harta

    zakat sebagai imbalan dan diambil dari harta zakat.

    d) Golongan Muallaf

    Orang yang dimaksut muallaf ialah mereka yang dijinakkan

    hatinya atau yang diharapkan kecenderungan hatinya untuk menerima

    Islam atau yang memeluk Islam (tetapi belum kukuh Islamnya).32

    e) Riqab (Memerdekakan Budak)

    Asnaf yang dimaksut dalam riqab ialah Apabila masih ada di

    suatu negara sistem perbudakan maka zakat digunakan untuk

    membebaskan seseorang dari perbudakan.33

    f) Gharimiin (Berhutang)

    Orang yang dimaksud gharimiin ialah orang yang memiliki

    tanggungan hutang atau pinjaman kepada orang atau kepada suatu

    lembaga dalam rangka memenuhi kebutuhan sendirinya atau

    keluarganya, sedangkan mereka tidak mampu lagi untuk membayar

    atau melunasi hutang tersebut karena telah jatuh miskin dan

    menderita.

    g) Fisabiililah (Berjuang Dijalan Allah)

    32 Sanep Ahmad, “Agihan Zakat Merentasi Asnaf: Ke Arah Memperkasa Institusi Zakat”,

    Prosiding Perkem, Vol. IV, 2009, hlm. 64. 33 Abdul Haris Romdhoni, “Zakat Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Dan

    Pengentasan kemiskinan”, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, Vol. 03, 2017, hlm. 45.

  • 22

    Orang yang dimaksud fisabiililah ialah orang yang berjuang di

    jalan Allah bukan untuk berperang saja melainkan segala sesuatu yang

    dilakukan untuk menegakkan agama, sedangkan mereka tidak

    mendapatkan upah dari siapapun sedangkan untuk mencarikan nafkah

    keluarganya sudah tidak ada waktu lagi.

    h) Ibnu Sabiil (Sedang Dalam Perjalanan)

    Orang yang dimaksud Ibnu sabiil ialah kiasan dari Musafir

    atauorang yang dalam perjalanan dan orang yang dalam perjalanan

    berhak mendapatkan zakat meskipun orang tersebut kaya. Musafir

    mendapatkan bagian dari zakat karena Islam sangat menganjurkan

    untuk bepergian dengan membaca ayat-ayat Allah. Yang termasuk

    dalam perjalanan yang dimaksud adalah bepergian untuk mencari

    rezeki, untuk menuntut ilmu, untuk berjihad atau berperang di jalan

    Allah dan perjalanan ibadah haji.34

    5. Tujuan Zakat

    Adapun tujuan zakat antara lain adalah: (a) Mengangkat derajat

    fakir-miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup serta

    penderitaan; (b) membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh

    para gharimin (orang-orang yang berhuitang), Ibnu sabil (orang yang

    kehabisan biaya dalam perjalanan yang bermaksud baik), dan mustahik

    (orang yang berhak menerima zakat) lainnya; (c) membentangkan dan

    membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusian pada

    34 Ibid .

  • 23

    umumnya; (d) menghilangkan sifat kikir; (e) membersihkan sifat dengki

    dan iri dari hati orang-orang miskin; (f) menjebatani jurang pemisah antara

    yang kaya dan yang miskin; (g) mengembangkan rasa tanggungjawab

    sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka yang mempunyai harta;

    (h) mendidik manusia untuk disiplin menunaikan kewajiban dan

    menyerahkan hak orang lain yang ada padanya, dan (i) sebagai saran

    pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keberhasilan sosial.35

    6. Hikmah Zakat

    Banyak sekali hikmah yang tergantung dalam melaksanakan

    ibadah zakat. Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda,

    vertikal dan horizontal, artinya secara vertikal zakat sebagai ibadah dan

    wujud ketakwaan dan bersyukurnya hamba Allah SWT atas nikmat berupa

    harta yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya serta untuk

    membersihkan dan mensucikan diri dari hartanya tersebut. Dalam konteks

    inilah zakat bertujuan untuk menata hubungan seseorang hamba dengan

    tuhannya sebagai zat yang memberi rezeki.

    Secara horizontal, zakat bertujuan untuk mewujudkan rasa

    keadilan sosial dan kasih saying diantara pihak yang mampu dengan pihak

    yang mampu dan dapat memperkecil problematika dan kesesnjangan

    social serta ekonomi umat. Dengan ini zakat diharapkan mamapu

    35 Didin Hafifudin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani,2002), hlm.

    8.

  • 24

    mewujudkan pemerataan dan kaeadilan sosial antara kehidupan umat

    manusia, terutama umat Islam.

    Dalam hal ini para ulama telah membahas mengenai apa hikmah

    dan tujuan dari adanya zakat. Di antaranya, Menurut Yusuf Qadhawi

    secara umum terdapat dua tujuan dari zakat yaitu untuk kehidupan

    individu dan untuk kehidupan social kemasyarakatan. Tujuan pertama

    meliputi pensucian jiwa dari sifat kikir, mengembangkan sifat suka

    berinfaq atau memberi serta mengobati hati dari cinta dunia yang

    berlebihan.36

    7. Hakikat Zakat

    Adapun hakikat zakat, berdasarkan dalil-dalil yang

    mewajibkannya merupakan hak mustahik dan bukan merupakan

    pemberian atau kebaikan hati-hati orang kaya semata. Dengan kata lain

    zakat mencerminkan kewajiban bagi orang-orang yang mampu dan hak

    yang legal bagi golongan miskin baik diminta ataupun tidak.

    Dengan demikian di dalam zakat tidak ada istilah utang budi, balas

    budi, malu ataupun hina. Hal ini karena hakikatnya zakat adalah

    pemberian dari Allah SWT. Demikian pula menurut Islam seseorang yang

    kaya tidaklah berlebihan kedudukanya di sisi Allah SWT dari pda orang

    miskin karena hartanya. Karena yang hanya membedakan adalah iman dan

    ketaqwaanya.

    36 Asnaini, Zakat produktif Prespektif Hukum Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),

    Hal. 42.

  • 25

    Hakikat zakat yang demikian menanamkan kesadaran bahwa

    segala yang ada dibumi dan langit serta isinya adalah milik Allah SWT

    dan harta yang dimiliki seseorang itu kepada hakikatnya adalah hanya

    titipan dan amanah dari Allah SWT semata. 37

    B. Pengelolaan Zakat Menurut Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2011

    Dalam undang undang No. 23 tahun 2011 pasal 1 ayat (1) bahwa

    pengelolaan zakat ialah melingkupi pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam

    pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Dengan tujuan

    sebagaimana dalam undang undang tersebut di pasal 3 yaitu:

    1. meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan

    zakat; dan

    2. meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan

    masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.38

    Sebagaimana menciptakan pengelolaan zakat yang efektif maka perlu

    di tunjuklah amil sebagai pihak pengelola zakat. Adanya Amil berarti adanya

    peraturan Undang-Undang, tertib kerja dan syarat-syarat. Untuk Amil sendiri

    maupun bagi orang-orang yang akan memperoleh zakat. Dalam keanggotaan

    BAZNAS terdiri atas 11 orang anggota. Keanggotaan BAZNAS terdiri atas

    delapan orang dari unsur masyarakat dan tiga orang dari unsur pemerintah.

    Unsur masyarakat terdiri atas unsur ulama, tenaga profesional, dan tokoh

    37 Moh Toriquddin, “Pengelolaan Zakat Produktif di Rumah Zakat Kota Malang”, Jurnal

    Ulul Albab, Vol. 16, 2015, hlm. 66. 38 Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 1 dan 3.

  • 26

    masyarakat Islam. Bila merujuk pada Undang-Undang No. 23 tahun 2011 pasal

    8.

    Dalam pengelolaan zakat terdahulu bahwa Undang-Undang No. 38

    Tahun 1999 memiliki beberapa kelemahan, yaitu: pertama, ketidakjelasan

    peran regulator, operator, koordinator, dan pengawas dalam penataan

    kelembagaan zakat di Indonesia. Kedua, Undang-Undang Pengelolaan Zakat

    juga belum memuat dokumen penyadaran, dalam hal ini sanksi yang jelas bagi

    pembayar wajib zakat yang tidak membayar zakat. Ketiga, masih belum

    ditegaskannya zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak, sebagaimana

    tercantum dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat. Kelemahan kelemahan

    ini kemudian dinilai sebagai penyebab tidak optimalnya pengelolaan zakat di

    Indonesia. Di samping adanya kelemahan dalam Undang-Undang tersebut,

    ketidakoptimalan pengelolaan zakat juga diakibatkan oleh belum berubahnya

    tradisi masyarakat dalam menunaikan zakat, masih banyak masyarakat yang

    berzakat dengan cara menyalurkan zakatnya secara langsung kepada para

    Mustahik. Di sisi lain, ada juga masyarakat yang enggan menunaikan

    kewajiban zakatnya kepada lembaga, karena kurang percayanya kepada

    lembaga pengelola zakat. Oleh karena itu, Undang-Undang No. 38 Tahun 1999

    kemudian diusulkan untuk diganti, dengan harapan bahwa penggantian itu

    dapat mendorong lahirnya optimalisasi pengumpulan zakat dan pengelola

    zakat yang adil, akuntabel, dan mengutamakan kesejahteraan Mustahik.39

    39 A. Muchaddam Fahham, "Paradigma Baru Pengelolaan Zakat di Indonesia." Jurnal

    Kesejahteraan Sosial, Vol.3, 2011, hlm. 10.

  • 27

    Sesuai Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 dalam pengelolaan

    meliputi:

    1. Pengumpulan Zakat

    Sudah di terangkan dalam undang-undang No. 23 Tahun 2011

    pasal 21 ayat (1) dan (2) yaitu dalam pengumpulan zakat, Muzakki

    melakukan penghitungan sendiri atas kewajiban zakatnya. Apabila tidak

    dapat menghitung sendiri kewajiban zakatnya, maka Muzakki dapat

    meminta batuan pihak BAZNAS.

    2. Pendistribusian Zakat

    Pada undang-undang No. 23 tahun 2011 pasal 25 dan 26, zakat

    wajib didistribusikan kepada Mustahik dengan sesuai syariat Islam.

    Pendistribusian zakat dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan

    memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan dan kewilayahan. Sehingga

    berdirilah LAZ dan BAZNAS untuk mencakup prinsip pemerataan,

    keadilan dan kewilayahan. Ada dua cara pendistribusian zakat kepada

    orang-orang yang berhak menerima zakat yaitu:

    1. Pendistribusian zakat konsumtif

    Pendistribusian zakat yang bersifat konsumtif adalah harta zakat

    secara langsung diperuntukkan bagi mereka yang tidak mampu dan

    sangat membutuhkan, terutama fakir miskin. Harta zakat diarahkan

  • 28

    terutama untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya, seperti

    kebutuhan makanan, pakaian dan tempat tinggal secara wajar.40

    2. Pendistribusian zakat produktif

    Pendistribusian zakat produktif adalah zakat yang didistribusikan

    kepada Mustahik dengan dikelola dan dikembangkan melalui

    perilaku-perilaku bisnis. Indikasinya adalah harta tersebut

    dimanfaatkan sebagai modal yang diharapkan dapat meningkatkan

    taraf ekonomi Mustahik. Termasuk juga dalam pengertian zakat

    produktif jika harta zakat dikelola dan dikembangkan oleh Amil yang

    hasilnya disalurkan kepada Mustahik secara berkala. Lebih tegasnya

    zakat produktif adalah zakat yang disalurkan kepada Mustahik dengan

    cara yang tepat guna, efektif manfaatnya dengan sistem yang

    serba guna dan produktif, sesuai dengan pesan syariat dan peran serta

    fungsi sosial ekonomis dari zakat.41

    3. Konsumtif Tradisional yaitu zakat dibagikan kepada Mustahik secara

    langsung, seperti zakat fitrah yang diberikan kepada fakir miskin

    untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat Mal (harta) yang

    dibagikan secara langsung.

    40 H. Al Amin, "Pengelolaan Zakat Konsumtif dan Zakat Produktif (Suatu Kajian

    Peningkatan Sektor Ekonomi Mikro dalam Islam)," Jurnal Ekonomi dan Bisnis (EKONIS), Vol. 14,

    2015, hlm. 4. 41 Siti Zalikha, "Pendistribusian Zakat Produktif dalam Perspektif Islam," Jurnal Ilmiah

    Islam Futura, Vol. 2, 2016, hlm. 308.

  • 29

    4. Konsumtif Kreatif yaitu zakat yang diwujudkan dalam bentuk lain,

    misalnya seperti dalam bentuk alat-alat sekolah, beasiswa, cangkul,

    gerabah dan sebagainya.

    5. Produktif Tradisional yaitu dimana zakat diberikan dalam bentuk

    barangbarang yang produktif seperti kambing, kerbau, sapi alat cukur,

    pertukangan, mesin jahit, dan lain-lain. Pemberian dalam bentuk ini

    akan dapat menciptakan suatu usaha atau memberikan lapangan kerja

    baru bagi fakir miskin.

    6. Produktif Kreatif yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan

    bergulir baik untuk permodalan proyek sosial atau untuk membantu

    atau menambah modal pedagang/pengusaha kecil.42

    3. Pelaporan Pengelolaan Zakat

    Dalam menciptakan kinerja yang lebih optimal suatu lembaga

    harus mempunyai tata kelola yang baik salah satunya yaitu pelaporan.

    Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 2011 Pasal 29 mengatur tentang

    pelaporan BAZNAS dan LAZ antara lain sebagai berikut:

    1. BAZNAS kabupaten/kota wajib menyampaikan laporan pelaksanaan

    pengelolaan zakat, infaq, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya

    kepada BAZNAS provinsi dan pemerintah daerah secara berkala.

    42 Ar Royyan Ramly, dan Ikhsan Fajri, "Peran Baitul Maal dalam Pendayagunaan Zakat

    Produktif terhadap Mustahiq Zakat," Jurnal Akad, Vol. 1, 2016, hlm. 97.

  • 30

    2. BAZNAS provinsi wajib menyampaikan laporan pelaksanaan

    pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya

    kepada BAZNAS dan pemerintah daerah secara berkala.

    3. LAZ wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat,

    infaq, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS

    dan pemerintah daerah secara berkala.

    4. BAZNAS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan

    zakat, infaq, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada

    Menteri secara berkala.

    5. Laporan neraca tahunan BAZNAS diumumkan melalui media cetak

    atau media elektronik.

    4. Pembinaan dan Pengawasan Pengelolaan Zakat

    Untuk mewujudkan pengelolaan zakat yang tepat sasaran maka

    perlu pembinaan dan pengawasan zakat, adanya pengawasan lembaga

    zakat yang telah diatur oleh undang-undang No. 23 tahun 2011 pasal 34

    tentang pembinaan dan pengawasan zakat sebagai berikut:

    1. Menteri melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap

    BAZNAS, BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ.

    2. Gubernur dan Bupati/Walikota melaksanakan pembinaan dan

    pengawasan terhadap BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota,

    dan LAZ sesuai dengan kewenangannya.

  • 31

    3. Pembinaan sebagaimana dijelaskan di atas meliputi fasilitasi,

    sosialisasi, dan edukasi.43

    43 Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 29 dan 34.

  • 32

    BAB III

    GAMBARAN UMUM TENTANG BAZNAS KABUPTEN SEMARANG

    DAN PENGELOLAAN DANA ZAKAT

    A. Sejarah Berdirinya BAZNAS Kabupaten Semarang

    Zakat merupakan salah satu ibadah dalam syariat Islam yang secara

    eksplisit dinyatakan ada petugasnya (QS. Al-Maidah: 60 dan 103). Zakat

    memiliki posisi dan kedudukan yang sangat strategis dalam membangun

    kesejahteraan, mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan ekonomi

    masyarakat, pengumpulan dan penyalurannya hendaklah dikelola secara

    amanah, transparan dan profesional.44

    Berangkat dari hal tersebut, maka pada tahun 1988 beberapa tokoh

    agama dan pemerintah Kabupaten Semarang yang diantaranya adalah Drs.

    Hartomo, Drs. H. Mochammad Amin Hambali, K.H. Dimyati, Drs. Supono,

    Drs. Sriyanto, Drs. Abdul Kholik Rifa’i, Bapak Djoko Sardjono dan bapak

    Sukaimi sepakat untuk mendirikan “Yayasan Amal Zakat Infaq dan Shadaqah”

    (YAZIS) yang dituangkan dalam Akta pendirian Nomor 1 dikantor Notaris

    Achmad Dimyati S.H., yang berkedudukan di Ambarawa, Kabupaten

    Semarang. Yang kemudian didaftarkan umum kepaniteraan Pengadilan Negeri

    Kabupaten Semarang pada hari Sabtu, tanggal 12 Nopember 1988, dengan

    nomor registrasi : 4.1.03/ AN/ XI/ 1988. Untuk pertama kalinya, pengurus

    yayasan YAZIS adalah sebagai berikut : Ketua Umum : Drs. Hartomo (Bupati

    Kabupaten Semarang), Ketua I: Drs. H. Mochammad Amin Hambali, Ketua II:

    44 Dokumen profil sejarah BAZNAS Kabupaten Semarang, hlm. 1.

  • 33

    K.H. Dimyati, Ketua III : Drs. Supono, Sekretaris I: Drs. Sriyanto, Sekretaris

    II : Drs. Abdul Kholik Rifa’I, Bendahara I: Djoko Sardjono, Bendahara II:

    Sukaimi, Anggota Biro Perencanaan: Drs. Bintoro, Ir. Bambang Prijatmoko,

    Mochammad Sumadil, SH, Biro Pengumpulan : dr. H. Samrudin Yusuf,

    Mochammad Amin Syamsuri, BA, H. Mursyod Hidayat, Biro Pendayagunaan:

    Drs. Kartono, Kyai Mubasyir, H. makin Basri, BA.

    Selanjutnya, agar pengelolaan YAZIS lebih berdaya dan berhasilguna

    bagi terwujudnya kesejahteraan umat Islam di Wilayah Kabupaten Semarang.

    Maka YAZIS bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Semarang yang

    ditetapkan dalam Keputusan Bersama antara Bupati Semarang dan YAZIS

    Nomor 450/ 62/ 1992 dan 22/ YAZIS/ I/ 92 tentang Pengumpulan dan

    Pendayagunaan amal, zakat, infaq dan sedekah umat Islam pada tanggal 20

    Januari 1992.

    Menindak lanjuti keputusan bersama tersebut diatas dan guna

    menjamin kelancaran dan ketertiban pengumpulan dan pendayagunaan amal,

    zakat, infaq dan sedekah umat Islam di Kabupaten Semarang, maka YAZIS

    Kabupaten Semarang mengeluarkan Surat Keputusan nomor : 24/ YAZIS/ II/

    1992 tentang Pengumpulan dan Pendayagunaan amal, zakat, infaq dan

    sedekah, yang ditandatangani pada hari Selasa Pon tanggal 04 Februari 1992

    oleh Ketua I dan Sekretaris I YAZIS Kabupaten Semarang dan disetujui oleh

    Bupati Semarang, Drs. Hartomo.45

    45 http://www.baznas.org/laman-22-susunan-pengurus.html, diakses 26 Oktober 2020

    pukul 21.07.

  • 34

    YAZIS melakukan kegiatan sebagai berikut :

    a) Menghimpun amal dari umat Islam;

    b) Menyalurkan amal kepada yang berhak menerima; dan

    c) Mengadakan sarasehan Ulama dan Umaro’ setiap 35 hari sekali/

    selapanan.

    Dana amal yang terhimpun disalurkan untuk melaksanakan dan atau

    membantu kegiatan umat Islam dalam bidang : pendidikan, tempat ibadah,

    dakwah, penerbitan, penelitian, kesehatan/ rumah sakit, panti sosial, Santunan

    pada fakir miskin dan usaha – usaha produktif.

    Setelah YAZIS sudah berjalan selama 20 tahun, kemudian pada tahun

    2008 diterbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 04 tahun 2008

    tentang Pengelolaan Zakat, Infaq dan Sedekah. Dasar diterbitkannya Peraturan

    Daerah tersebut diatas adalah Undang-Undang No 38 tahun 1999 Tentang

    Pengelolaan Zakat, yang mana sebelumnya bernama YAZIS berubah menjadi

    BAZIS.

    Selanjutnya diterbitkan Peraturan Bupati Semarang yang mengatur

    teknis pelaksanaan peraturan daerah tersebut diatas. Adapun Peraturan Bupati

    tersebut adalah sebagai berikut :

    a) Peraturan Bupati Semarang No 66 Tahun 2008 Tentang susunan

    Organisasi dan Tugas Pokok Fungsi Serta Uraian Tugas BAZIS;

    b) Peraturan Bupati Semarang No 67 Tahun 2008 Tentang Pedoman

    Pengelolaan keuangan BAZIS Kabupaten Semarang;

  • 35

    c) Peraturan Bupati Semarang No 68 Tahun 2008 Tentang Petunjuk

    Pelaksanaan Pengumpulan dan Pendayagunaan Zakat, Infaq dan Sedekah

    BAZIS Kabupaten Semarang.46

    Disamping mengelola zakat, infaq sedekah, wakaf dan kifarat, BAZIS

    juga mengelola Dana Sosial yang dititipkan oleh warga masyarakat non

    muslim untuk dikelola dan diberikan kepada warga non muslim juga.

    Organisasi BAZIS disemua tingkatan bersifat koordinatif, konsultatif

    dan informatif. Jalur koordinasi BAZIS Tingkat Kabupaten adalah sebagai

    berikut:47

    Selanjutnya di Kabupaten Semarang telah berdiri YAZIS pada tahun

    1988 kemudian berubah menjadi BAZIS tahun 2008 maka setelah dikeluarkan

    PP RI No14 tahun 2014 yang mengantikan YAZIS dan BAZIS untuk

    menunjang pelaksanaan Undang-Undang No 23 tahun 2011 BAZIS berubah

    46 Ibid. 47 https://kabsemarang.baznas.org, diakses 26 Oktober 2020 pukul 21.20.

  • 36

    nama menjadi BAZNAS sesuai dengan SK di atas No. D.J 11/568 tahun 2014

    tanggal 5 Juni 2014 dikeluarkan pembentukannya sebagai BAZNAS

    Kabupaten, yang mempunyai visi : Menjadi Pengelola Zakat Terbaik dan

    Terpercaya di Dunia. Sedangkan misi : Mengkoordinasikan BAZNAS

    Provinis, Kabupaten/Kota dan LAZ dalam Mencapai Target Nasional.48

    2. Visi dan Misi BAZNAS Kabupaten Semarang

    Visi:

    Menjadi pengelola zakat infaq dan sedekah yang amanah optimal dan

    profesional.

    Misi:

    a) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menyalurkan zakat infaq dan

    sedekah lewat BAZNAS

    b) Meningkatkan pengelolaan zakat infaq dan sedekah yang amanah, optimal

    dan profesional

    c) Meningkatkan manajemen keuangan yang baik dan pelayanan berbasis

    SIMBA (Sistem Manajemen Informasi BAZNAS)49

    d) Meningkatkan peran dan hasil guna zakat infaq dan sedekah

    e) Merubah Mustahik menjadi Muzakki mengkoordinasikan UPZIS

    Kecamatan dalam mencapai target Kabupaten.

    48 Ibid. 49 http://www.baznas.org/laman-19-latar-belakang-sejarah-pendirian-baznas.html, diakses

    26 Oktober 2020 pukul 21.40.

  • 37

    Semangat pengelolaan, Dalam mengelola BAZNAS tingkat Kabupaten punya

    semangat nilai : “ TAQWA “

    a) Ta’awun : Bekerjasama dan saling membantu dalam melaksanakan tugas

    pekerjaan pelayanan dan pengelolaan ZIS secara prima

    b) Amanah : Melaksanakan pengelolaan zakat infaq dan sedekah dapat

    dipercaya, jujur,mempunyai loyalitas yang tinggi dan tanggungjawab

    c) Qowiyyun : Kuat menghadapi kritik, saran, cobaan, gangguan, dalam

    pengelolaan zakat, infaq dan sedekah baik dari internal dan eksternal

    d) Wira’i : Berhati hati dalam ucapan, perbuatan, pengelolaan, pelayanan

    yang berhubungan dengan hukum agama dan hukum negara

    e) Arif : Bijaksana dalam mengambil keputusan , menyelesaikan masalah

    yang tanpa menimbulkan masalah.50

    3. Struktur Organisasi BAZNAS Kabupaten Semarang

    Pengurus BAZNAS Kabupaten Semarang priode 2017-202251

    Ketua : Drs. H. Munashir, MM

    Wakil Ketua I : Ir. H. Arif Sunandar

    Wakil Ketua II : Drs. H. Abdul Kholik Rifa'i

    Wakil Ketua III : Imamul Huda, S.Pd.I, M.Pd.I

    Wakil Ketua IV : Drs H. Saliminudin, MM

    Karyawan kantor BAZNAS Kabupaten Semarang

    50 Dokumen BAZNAS Profil Sejarah Kabupaten Semarang, hlm. 4 51 http://www.baznas.org/laman-22-susunan-pengurus.html, diakses 26 Oktober 2020

    pukul 22.03.

  • 38

    1. Staff Pengumpulan :

    (1) Marhani, S.Sos

    (2) Muhammad Asrofik

    (3) Muhammad Muntaha, S.Pd.I

    2. Staff Pendistribusian dan Pendayagunaan:

    (1) Sodri Said,SPd.I

    (2) Muhammad Syarful Anam, S.Ag

    (3) Muhammad Machsunudin

    c). Staff Perencanaan , Keuangan, dan Pelaporan:

    (1) Bambang Setiabudi, SH

    (2) Choirur Rozak, S.Pd.I

    e). Staff Administrasi, SDM dan Umum:

    (1) Imam Nur Ikhsan, S.Mn

    (2) Nur Kholid Ghulam Ahmad

    (3) Muhammad Imam Khanafi

    (4) Slamet Muhtarom

    4. Tugas Pokok dan Fungsi

    Adapun tugas dan wewenang pengurus BAZNAS Kabupaten Semarang

    adalah sebagai berikut:52

    52 http://www.baznas.org/laman-19-latar-belakang-sejarah-pendirian-baznas.html, diakses

    26 Oktober 2020 pukul 22.16.

  • 39

    1. Dewan Pertimbangan

    Berfungsi memberikan pertimbangan, saran, fatwa dan

    rekomendasi kepada Badan Pelaksana dan Komisi Pengawasan dalam

    pengelolaan Badan Amil Zakat, meliputi: aspek syari’ah dan aspek

    manajerial. Tugas pokok yaitu:

    (1) Memberikan garis-garis kebijakan umum Badan Amil Zakat

    (2) Mengesahkan rencana kerja dari Badan Pelaksana dan Komisi

    Pengawas

    (3) Mengeluarkan fatwa syari’ah baik diminta maupun tidak berkaitan

    dengan hukum zakat yang wajib diikuti oleh pengurus BAZNAS

    (4) Memberikan pertimbangan saran dan rekomendasi kepada Badan

    Pelaksana dan Komisi Pengawas baik diminta maupun tidak

    (5) Memberikan persetujuan atas laporan tahunan hasil kerja Badan

    Pelaksana dan Komisi Pengawas.

    2. Dewan Pengawas Syariah

    Berfungsi sebagai pengawas internal lembaga atas operasional

    kegiatan yang dilaksanakan badan pelaksana. Tugas pokok yaitu:

    (1) Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan

    (2) Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan

    Dewan Pertimbangan

    (3) Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana,

    yang mencakup: pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan dan

    pengembangan

  • 40

    (4) Melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syari’ah.53

    3. Dewan Pelaksana

    Berfungsi sebagai pelaksana dalam pengelolaan badan amil zakat.

    Tugas pokok yaitu:

    (1) Membuat rencana kerja

    (2) Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai rencana kerja

    yang telah disahkan dan sesuai dengan kebijakan yang telah

    ditetapkan

    (3) Menyusun laporan tahunan

    (4) Menyampaikan laporan pertanggung-jawaban kepada pemerintah

    (5) Melakukan sosialisasi tentang zakat kepada masyarakat secara

    terusmenerus dan berkesinambungan.

    5. Ruang Lingkup Bidang Pengumpulan Zakat, Infaq, Sedekah melalui UPZIS:

    1. ASN (Aparatur Sipil Negara)

    2. Kantor organisasi perangkat daerah (OPD)

    3. Instansi vertikal tingkat Kabupaten

    4. BUMD

    5. Perusda / perusahaan swasta di Kabupaten Semarang

    6. Tempat ibadah (masjid dan mushola)

    7. Sekolah lembaga penddikan

    8. Kecamatan, Desa atau Kelurahan

    9. Kotak amal, toko, restauran

    53 Ibid.

  • 41

    10. Perseorangan54

    6. Prosentase Pentasyarufan 8 Asnaf:

    1. Fakir : 60 % (20 % Konsumtif, 40 % Produktif)

    2. Miskin : 60 % (20 % Konsumtif, 40 % Produktif)

    3. Amil : 12,5 %

    4. Muallaf : 5 %

    5. Riqab : 0 %

    6. Gharim : 2,5 %

    7. Sabilillah : 17,5 %

    8. Ibnu Sabil : 2,5 %55

    Konsumtif ialah penyaluran dana zakat untuk menanggulangi

    permasalahan yang dihadapi para Mustahik secara jangka pendek. Misalnya

    pemberian bantuan sembako agar mereka tidak kelaparan, bantuan pendidikan

    agar mereka tetap bisa bersekolah, bantuan pakaian agar mereka bisa

    berpakaian dengan layak atau bantuan kesehatan ketika mereka sedang sakit.

    Produktif ialah penyaluran dana zakat dana zakat secara jangka panjang

    dan diberikan jalan keluar agar kehidupan mereka tidak selalu bergantung pada

    pemeberian dana zakat konsumtif. Dana zakat didayagunakan dalam bentuk

    program ekonomi produktif yang memberdayakan, misalnya dengan

    pemberian berbagai pelatihan, bantuan modal usaha, dan aktifitas

    54 https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5ce23056410bd/pengelolaan-

    zakat--infak-dan-sedekah-oleh-baznas/, diakses 26 Oktober 2020 pukul 22.35. 55 Dokumen Profil Sejarah BAZNAS Kabupaten Semarang, hlm. 16.

  • 42

    pendampingan. Sehingga para Mustahik yang tadinya tidak punya keahlian

    menjadi punya keahlian, yang semula tidak punya punya usaha menjadi punya

    usaha, yang tadinya tidak punya penghasilan menjadi punya penghasilan.

    7. Program Pengumpulan dan Pentasyarufan

    1. Layanan Pengumpulan ke BAZNAS

    (1) Melalui kantor BAZNAS

    (2) Melalui UPZIS Kecamatan

    (3) Melalui UPZ SKPD

    (4) Melalui Bank (Bank Jateng, Bank Mandiri Syariah, Bank BNI)

    (5) Melalui layanan jemput

    b). Layanan Pentasyarufan

    (1) Di undang ke kantor BAZNAS

    (2) Diberikan lewat UPZIS Kecamatan

    (3) Diantar sampai alamat yang bersangkutan

    8. Contoh Pentasyarufan Masing-masing Asnaf

    1. Fakir dan miskin konsumtif = 20 % seperti:

    (1). Fakir / miskin yang tidak mungkin lagi bekerja (misal jompo)

    (2). Fakir / miskin pasien rumah sakit kelas III

    (3). Sakit tidak punya biaya berobat

    (4). Fakir/ miskin yang menunggu pasien rumah sakit

    (5). Bedah rumah Rutilahu (rumah tidak layak huni)

    (6). Gelandangan

    (7). Anak jalanan

  • 43

    (8). Pengemis

    (9). Yatim piatu yang miskin

    (10). Penderita cacat

    (11). Korban bencana

    (12). Pengangguran

    b). Fakir dan miskin produktif = 40 % seperti:56

    (1). Pemberian bantuan pelatihan kerja (tukang kayu, tukang batu, kuliner,

    bengkel otomotif dan elektronik)

    (2). Beternak (ayam, kambing, bebek, jangkrik)

    (3). Perikanan (lele, kerang, kepiting)

    (4). Bertani (jamur)

    (5). Pemberian bimbingan (pendampingan)

    (6). Bantuan peralatan kerja

    (7). PHK

    (8). Pemberian stimulasi modal kerja

    (9). Pelatihan peningkatan usaha bagi pengusaha kecil

    (10). Pelatihan kewirausahaan

    (11). Pembangunan/rehab sarpras pelatihan kerja

    (12). Informasi (bursa kerja)

    (13). Pendidikan swadaya masyarakat (pendidikan kewirausahaan)

    (14). Peningkatan usaha kecil (bantuan modal usaha)

    (15). Fasilitasi pembentukan kelompok usaha

    56 Ibid, hlm. 14

  • 44

    (16). PHK/keluar

    (17). Anak putus sekolah57

    c). Amil (operasional BAZNAS, UPZ, LAZ) = 12,5 % untuk kegiatan:

    (1). Gaji karyawan

    (2). Honorarium / uang kehormatan pengurus/pimpinan

    (3). Pengadaan / sewa kantor

    (4). Biaya rapat-rapat dan rapat kerja

    (5). Pengadaan ATK dan kelengkapan kantor

    (6). Transportasi perjalanan dinas

    (7). Pemberian bantuan yang tidak termasuk 8 asnaf zakat

    (8). Penelitian, halaqah (pertemuan), diskusi, fgd, studi banding

    mengenai pengembangan dan efektifitas pengelolaan zakat

    (9). Penerbitan buku, majalah, jurnal tentang zakat

    (10). Penyelenggaraan zakat award Jawa Tengah

    (11). Sosialisasi sadar zakat

    (12). Pelatian amil ekternas/internal

    d). Muallaf untuk kegiatan:

    (1). Pemberian bimbingan

    (2). Pembimbing keagamaan

    (3). Mencetak buku bimbingan

    (4). Pengajian rutin Muallaf

    (5). Muallaf center

    57 Ibid.

  • 45

    (6). Modal usaha / pengembangan ekonomi Muallaf

    (7). Sarpras / bimbingan ibadah

    e). Gharim (tidak bisa membayar hutang yang dibenarkan oleh syariat Islam)

    seperti:

    (1). Hutang perorangan yang tak mampu melunasi

    (2). Hutang karena terkena bencana (limaslahati nafsihi)

    (3). Hutang panitia pembangunan tempat ibadah / tempat pendidikan

    (limaslahati ghairihi)

    (4). Korban bencana tak bisa merehab sendiri

    (5). Beasiswa

    (6). Terlibat hutang rentenir58

    f). Fisabilillah, seperti:

    (1). Guru agama, guru TPQ, guru Madin, penyuluh agama Islam non

    PNS

    (2). Beasiswa bagi siswa yang perlu di bantu

    (3). Pengadaan bantuan perpustakaan desa

    (4). Da’i, khotib yang tidak mendapatkan honorarium cukup/wajar

    (5). Pembimbing Rohani Islam (Rohis) di rumah sakit

    (6). Pembangunan rehab sekolah, madrasah, pondok pesantren,

    masjid/mushala, rumah sakit, dan panti asuhan yatim

    (7). Pembangunan / rehab sarpras masjid, mushala, pondok pesantren,

    sekolah/madrasah, rumah sakit dan panti yatim

    58 Ibid, hlm. 15.

  • 46

    (8). Marbot/santri

    (9). Hafidz/hafidzoh

    g). Ibnu sabil, seperti:

    (1). Bantuan musafir yang di benarkan syar’i yang kehabisan bekal

    (musafir terlantar)

    (2). Pencari kerja kehabisan bekal

    (3). Korban trafficking (perdagangan orang/anak)

    (4). TKI terlantar

    9. Program Pemberdayaan BAZNAS Kabupaten Semarang:59

    1. Kab. Semarang Taqwa

    (1) Silaturahim Ulama Umaro tingkat Kabupaten

    (2) Bantuan masjid/ mushola

    (3) Bantuan pondok pesantren lembaga pendidikan

    (4) Bantuan syiar agama/ kegiatan tempat ibadah

    (5) Bantuan da’i, mubaligh, khotib, muadzin, marbot

    (6) Bantuan pensertifikatan wakaf dan IMB tempat ibadah.

    2. Kab. Semarang Cerdas

    (1) Beasiswa berprestasi

    (2) Beasiswa pesantren

    (3) Bantuan peralatan sekolah/pesantren

    (4) Bantuan pusat kajian Al-Quran Braile (PKAB)

    59 http://www.baznas.org/laman-23-rencana-program-kerja.html, diakses 26 Oktober

    2020 pukul 22.41.

  • 47

    (5) Bantuan pelatihan kursus garmen, otomotif, komputer, dan

    pertukangan.

    (6) Bantuan ustadz/ ustadzah

    3. Kab. Semarang Sehat

    (1) Bantuan kesehatan : pengobatan/operasi

    (2) Bantuan alat bantu gerak dan dengar

    (3) Layanan ambulance gratis bagi dhuafa

    (4) Khitanan anak sholeh

    (5) Bantuan rehabilitasi penyembuhan HIV dan narkoba

    d). Kab Semarang Makmur

    (1) Bina mitra mandiri

    (2) Bina kewirausahaan

    (3) Bantuan gaduh ternak, pertaniam, perikanan

    f) Kab Semarang Peduli

    (1) Bedah rumah sakinah

    (2) Peduli dhuafa

    (3) Tanggap darurat bencana

    (4) Bulan amal Muharram

    (5) Bulan amal Ramadhan60

    B. Pengelolaan Zakat BAZNAS Kabupaten Semarang

    1. Sistem Pengumpulan Zakat Pada BAZNAS Kabupaten Semarang

    60 Ibid.

  • 48

    Sistem pengumpulan zakat yang dilakukan oleh BAZNAS

    Kabupaten Semarang dilakukan dengan berberapa cara, ada pihak Muzakki

    yang mendatangi langsung ke kantor BAZNAS Kabupaten Semarang

    untuk memberikan zakatnya dan ada pula yang menyerahkan zakatnya

    kepada para pengurus BAZNAS Kabupaten Semarang.

    Dalam proses pengumpulan, BAZNAS Kabupaten Semarang

    dibantu oleh UPZ yang berada di wilayah Kabupaten Semarang. Proses

    pengumpulan dana ZIS dilakukan oleh Amil dengan berbagai cara, cara

    penghimpunan tersebut yaitu:

    4. Mulai dari pengumpulan dana dari UPZ yang ada di wilayah

    Kabupaten Semarang

    5. Dari pihak Muzakki secara langsung datang kekantor BAZNAS

    Kabupaten Semarang

    6. Pihak Muzakki memberikan zakatnya kepada pengurus BAZNAS

    Kabupaten Semarang

    7. Jemput bola, dimana dari pihak BAZNAS Kabupaten Semarang

    langsung menemui para Muzakki yang akan menyalurkan zakatnya

    8. Melalui rekening bank, artinya para bisa menyalurkan atau

    membayarkan zakatnya lewat rekening yang disediakan BAZNAS

    kabupaten Semarang. BAZNAS Kabupaten Semarang bekerja sama

    dengan tiga Bank, yaitu:

    (1) Bank Jateng Cab. Ungaran

    (2) Bank BNI Cab. Ungaran

  • 49

    (3) Bank Syariah Mandiri (BSM)61

    Untuk dapat mengumpulkan dana zakat oleh Mustahik sebanyak-

    banyaknya, BAZNAS Kabupaten Semarang memberikan sosialisasi

    ataupun workshop, kepada Unit Pengumpul Zakat (UPZ) untuk dapat

    menghimpun dana sebanyak-banyaknya dari Muzakki, selanjutnya

    sosialisasi media sosial semua kegiatan akan diungah diakun milik

    BAZNAS seperti web, facebook, whatsApp group dan yang terakhir yaitu

    aksi nyata yang artinya modal utama dalam zakat adalah kerpercyaan, oleh

    karena itu pihak BAZNAS mengedepankan pelayanan kepada Mustahik

    sehingga aksi tersebut kelihatan oleh masyarakat, dari situ BAZNAS

    berusaha menarik empati agar tumbuh kesadaran membayar zakat. Hasil

    yang diperoleh oleh Unit Pengumpul Zakat (UPZ) nantinya akan

    diserahkan kepada BAZNAS Kabupaten Semarang untuk kepentingan

    auditing.62

    Kemudian setelah itu dikembalikan lagi kepada Unit Pengumpul

    Zakat (UPZ) yang bersangkutan, setelah itu pendistribusian dilakukan oleh

    masing-masing Unit Pengumpul Zakat (UPZ) kepada Mustahik. Semakin

    besar yang perolehan Unit Pengumpul Zakat (UPZ), maka semakin besar

    pula Mustahik yang akan terbantu.

    2. Sistem Pendistribusian Zakat BAZNAS Kabupaten Semarang

    61 http://www.baznas.org/laman-24-rekening-baznas-kab-semarang.html, diakses 1

    November 2020 pukul 16.11. 62 Hasil Wawancara dengan Bpk. Choirur Rozak selaku pengurus staff keuangan,

    perencanaan BAZNAS Kab. Semarang pada 16 September 2020.

  • 50

    Dalam pengelolaan zakat, pengumpulaan dan pendistribusian zakat

    merupakan dua hal yang sangat penting. Namun Al-Qur’an lebih

    memperhatikan masalah pendistribusianya. Hal ini mungkin disebabkan

    pendistribusian mencakup pula pengumpulan. Apa yang akan

    didistribusikan jika tidak ada sesuatu yang harus lebih dahulu

    dikumpulkan atau diadakan. Lagi pula zakat tidak begitu sulit

    dikumpulkan karena Muzakki lebih suka menyetor zakat daripada

    menunggu untuk dipungut, sedangkan pendistribusian lebih sulit dan

    memerlukan berbagai sarana dan fasilitas serta aktifitas pendataan dan

    pengawasan. Tanpa itu, sangat mungkin pendistribusian dana zakat dapat

    diselewengkan atau kurang efektif.63

    Dalam pendistribusian zakat yang telah terkumpul, BAZNAS

    Kabupaten Semarang menggunakan pola distribusi secara konsumtif dan

    produktif. Pendistribusian secara konsumtif diberikan langsung kepada

    delapan Asnaf dengan prioritas fakir, miskin, Fisabiilillah, Muallaf, amil,

    kemudian baru Asnaf yang lain. Pendistribusian tersebut dalam bentuk

    uang dan juga beras yang diberikan pada saat menjelang hari raya idul fitri.

    Namun dijaman sekarang berhubung Riqab (pembebasan budak) sudah

    tidak ada, maka BAZNAS Kabupaten Semarang telah disepakati bahwa

    alokasi yang sehrusnya diperuntukan untuk Riqab (pembebasan budak)

    berubah menjadi untuk pembebasan TKW yang bermasalah, namun

    63 https://kabsemarang.baznas.org/kategori-artikel-2.html, diakses pada 8 November 2020

    pukul 14.30.

  • 51

    sampai saat ini belum ada belum ada pengajuan perihal tersebut. Selain

    menerima zakat dari BAZNAS, para Mustahik juga akan menerima zakat

    dari Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Desa ataupun Kecamatan masing-

    masing daerah, dengan kuantitas yang berbeda-beda sesuai dengan

    perolehan yang mampu dikumpulkan oleh UPZ daerah tersebut.64

    Maka dengan ini BAZNAS Kabupaten Semarang sebagai lembaga

    amal dari ummat untuk ummat akan memaksimalkan peran kontribusinya

    melalui bidang programnya yakni Program BAZNAS Kabupaten

    Semarang Peduli, Kabupaten Semarang Sehat, Kabupaten Semarang

    Cerdas, Kabupaten Semarang Makmur, dan Kabupaten Semarang Taqwa.

    C. Problematika dalam Pengelolaan Zakat Kabupaten Semarang

    Suatu lembaga dalam menjalankan program-program akan ada suatu

    kendala atau permasalahan dalam menjalankan programnya tersebut seperti

    BAZNAS Kabupaten Semarang ini, berikut kendala atau permasalahan yang

    di hadapi BAZNAS Kabupaten Semarang:

    1. Bergerak menunggu laporan

    Yaitu dari pihak BAZNAS Kabupaten Semarang dalam menyalurkan

    dananya itu menunggu dari pengajuan proposal yang masuk ke BAZNAS

    64 Hasil Wawancara dengan Bpk. Choirur Rozak selaku pengurus staff keuangan,

    perencanaan BAZNAS Kab. Semarang pada 16 September 2020.

  • 52

    Kabupaten Semarang, setelah masuk baru dianalisa apakah layak

    mendapatkan atau tidak.

    2. Besar permintaan dari pada pendapatan

    Yaitu lebih besarnya pengajuan permintaan berupa proposal dan pihak

    BAZNAS belum bisa memenuhinya karena keterbatasan pengumpulan

    dari yang diperoleh, biasanya pengajuan itu untuk pembangunan tempat

    ibadah seperti pembangunan masjid dan musolla, tetapi ada yang lebih

    utama untuk di salurkan seperti pengentasan kemiskinan, kesehatan, dan

    pendidikan.

    3. Pendampingan

    Yaitu dalam program Semarang makmur untuk para Mustahik disabilitas

    didorong untuk berwiraswasta, disini dari pihak BAZNAS bila harus

    selalu melakukan pendampingan ekstra itu dirasa sangat merepotkan.

    4. Pengentasan kemiskinan

    Yaitu menumbukan jiwa seseorang agar mempunyai jiwa wirausaha atau

    Entrepreneur itu sangatlah sulit. Dalam hal ini dalam pendistribusian

    zakat ialah zakat produktif, dengan memberikan modal usaha kepada

    Mustahik kedepanya dia akan terlepas dari kemiskinan.65

    5. Wawasan tentang zakat

    65 Hasil Wawancara dengan Bpk. Choirur Rozak selaku pengurus staff keuangan,

    perencanaan BAZNAS Kab. Semarang pada 16 September 2020.

  • 53

    Yaitu kesadaran masyaratkan dalam membayar zakat masih kurang dan

    pengertian masyarakat mengenai zakat itu hanyalah zakat fitrah,

    sedangkan untuk zakat mal masih belum begitu familiar.

    D. Upaya BAZNAS Kabupaten Semarang dalam Meningkatkan Penerimaan

    Zakat

    1. Sosialisasi, Dengan melalui cara sosialisasi menggunakan saluran yang

    tepat BAZNAS Kabupaten Semarang, dalam menciptakan kesadaran umat

    Islam dalam berzakat. Bagaimana makna zakat disampaikan melalui

    saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada umat Islam, sehingga

    sosilisasi zakat dapat mempengaruhi sikap dalam melakukan keputusan

    berzakat di kalangan umat Islam, kesadaran individu umat Islam dan

    pemahaman tertentu tentang bagaimana zakat dibayarkan, serta hikmah

    membayar zakat.

    2. Aksi nyata, yang dimaksut aksi nyata ialah kepercayaan, dalam zakat

    modal utama itu kepercayaan disini BAZNAS selalu mengedepankan

    pelayanan kepada para Mustahik sehingga aksi tersebut di masyarakat

    kelihatan baik, dari itu berusaha menarik empati dari masyarakat untuk

    menumbuhkan kesadaranya dalam membayar zakat.

    3. Pembayaran melalui QR code, kemudahan untuk para Muzzaki yang ingin

    membayar zakat ataupun infak sedekah sekarang bisa kapan dan dimana

    saja dalam membayar, QR code sendiri merupakan pembayaran dengan

    melakukan scanning QR code pada aplikasi handphone. Cara kerjanya

    BAZNAS nantinya menitipkan gambar QR code di tempat-tempat khusus

  • 54

    yang sudah berkerjasama, seperti di restoran, pusat perbelanjaan, stasiusn

    kereta api, terminal, dan pusat keramaian lainya. Kemudian QR code yang

    dipasang tersebut berbeda-beda jenisnya, misalnya ada donasi untuk

    pendidikan, zakat fitrah, bencana alam, dll. Tentu masing-masing program

    tersebut berbeda-beda nominalnya.

    E. Penghimpunan Dana Zakat Setiap Tahun

    BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KABUPATEN SEMARANG

    LAPORAN ARUS KAS

    Per 31 Desember 2017 dan 2018

    31 Desember 2017 31 Desember 2018

    ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI

    Penerimaan dana Zakat 1.054.228.413,00 1.312.495.263,00

    Penyaluran Zakat Kab. Semarang Makmur 146.500.000,00 219.000.000,00

    Penyaluaran Zakat Kab. Semarang Taqwa 169.245.000,00 298.700.000,00

    Penyaluran Zakat Kab. Semarang Sehat 195.244.847,00 384.030.000,00

    Penyaluran Zakat kab. Semarang Cerdas 174.433.000,00 218.245.000,00

    Penyaluran Zakat Kab. Semarang Peduli 153.096.975,00 344.600.000,00

    Penyaluran Zakat Hak Amil 131.778.552,00 164.061.908,50

    Penerimaan Dana Infaq 1.981.086.718,00 1.988.984.367,00

  • 55

    Penyaluran Infaq Kab. Semarang Makmur 457.940.000,00 326.100.000,00

    Penyaluran Infaq Kab Semarang Taqwa 331.580.000,00 335.000.000,00

    Penyaluran Infaq Kab. Semarang Sehat 428.648.798,00 309.166.923,10

    Penyaluran Infaq Kab. Semarang Cerdas 393.730.000,00 272.000.000,00

    Penyaluran Infaq Kab. Semarang Peduli 373.955.000,00 342.000.000,00

    Penyaluran Infaq Hak Amil 247.635.841,00 397.769.873,40

    Penerimaan Dana Non Halal 49.454.473,00 54.557.543,00

    Penerimaan Dana Non Syariah 59.156.691,00 51.062.553,00

    Penerimaan Dana Hibah APBD 200.000.000,00 200.000.000,00

    Belanja Pegawai 191.140.800,00 175.500.000,00

    Belanja Alat Tulis Kantor 8.859.200,00 24.500.000,00

    Arus Kas Bersih yang berasal dari

    Aktivitas Operasi 232.175.090,00 305.716.080,00

    Kenaikan Kas dan Setara Kas 232.175.090,00 305.726.080,00

    Kas dan Setara Kas pada awal periode 1.041.954.541,00 809.799.451,00

    Kas dan Setara kas pada akhir periode 809.779.451,00 504.053.371,00

    BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KABUPATEN SEMARANG

  • 56

    LAPORAN PERUBAHAN DANA

    Periode tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2019

    Dengan angka perbandingan untuk tahun 2018

    (Dinyatakan dalam rupiah penuh)

    Keterangan Cat

    ata

    n

    31 Desmber 2019 31 Desember

    2018

    Penerimaan

    -Penerimaan Zakat dan Maal

    Penyaluran

    -Penyaluran dana zakat untuk Amil

    -Penyaluran dana zakat kab.

    semarang Makmur

    -Penyaluran dana zkat kab.

    Semarang Taqwa

    -Penyaluran dana zakat Kab.

    Semarang Sehat

    10

    15

    1.437.814.071,13

    1.312.495.268,00

    1.437.814.071,13

    179.726.469,63

    203.800.000,00

    261.200.000,00

    322.000.000,00

    1.312.495.268,00

    164.061.908,50

    219.000.000,00

    298.700.000,00

    384.030.000,00

  • 57

    -Penyaluran dana zakat kab.

    Semarang Cerdas

    -Penyaluran dana zakat Kab.