prinsip-prinsip manajemen kesehatan kerja untuk an terhadap pekerja tambang dari penyakit serta...

31
PAPER ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN KESEHATAN KERJA UNTUK PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA TAMBANG DARI PENYAKIT SERTA GANGGUAN PERNAFASAN OLEH I PUTU ADI SURYADI PUTRA (0820025026) PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS UDAYANA 1

Upload: adi-suryadi-putra

Post on 27-Jul-2015

2.416 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Prinsip-prinsip Manajemen Kesehatan Kerja Untuk an Terhadap Pekerja Tambang Dari Penyakit Serta Gangguan Pernafasan

PAPER ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN KESEHATAN KERJA UNTUK

PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA TAMBANG DARI

PENYAKIT SERTA GANGGUAN PERNAFASAN

OLEH

I PUTU ADI SURYADI PUTRA (0820025026)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS UDAYANADENPASAR

2009

1

Page 2: Prinsip-prinsip Manajemen Kesehatan Kerja Untuk an Terhadap Pekerja Tambang Dari Penyakit Serta Gangguan Pernafasan

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kepentingan pengusaha, pekerja

dan pemerintah di seluruh dunia. Menurut perkiraan ILO (International Labour

Organisation), setiap tahun di seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah-

masalah akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000 orang mengalami kecelakaan fatal.

Disamping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat

kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat kerja. Biaya yang harus dikeluarkan

untuk bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian yang

dialami sebagai akibat kecelakaan-kecelakaan dan penyakitpenyakit akibat kerja

setiap tahun lebih dari US$1.25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik

Bruto (GDP).

Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal di negara-negara berkembang empat kali

lebih tinggi dibanding negara-negara industri. Di negara-negara berkembang,

kebanyakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi di bidang-bidang pertanian,

perikanan dan perkayuan, pertambangan dan konstruksi. Tingkat buta huruf yang

tinggi dan pelatihan yang kurang memadai mengenai metode-metode keselamatan

kerja mengakibatkan tingginya angka kematian yang terjadi karena kebakaran dan

pemakaian zat-zat berbahaya yang mengakibatkan penderitaan dan penyakit yang tak

terungkap termasuk kanker, penyakit jantung dan stroke.

Praktek-praktek ergonomis yang kurang memadai mengakibatkan gangguan

pada otot, yang mempengaruhi kwalitas hidup dan produktivitas pekerja. Selain itu,

masalah-masalah sosial kejiwaan di tempat kerja seperti stres ada hubungannya

dengan masalah-masalah kesehatan yang serius, termasuk penyakit-penyakit jantung,

stroke, kanker yang ditimbulkan oleh masalah hormon, dan sejumlah masalah

kesehatan mental.

Khusus untuk pekerja di bidang pertambangan, tambang merupakan salah satu

bidang pekerjaan yang paling beresiko mengalami masalah dalam kesehatan dan

keselamatan kerja, hal ini disebabkan karena pekerja tambang sangat mudah terpapar

debu dan partikel-partikel yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik

2

Page 3: Prinsip-prinsip Manajemen Kesehatan Kerja Untuk an Terhadap Pekerja Tambang Dari Penyakit Serta Gangguan Pernafasan

gangguan pernafasan maupun gangguan kesehatan lain yang dapat mengganggu

optimalisasi mereka dalam bekerja, disini saya akan membahas penyakit apa yang

sangat beresiko terjadi pada pekerja tambang batubara dan manajemen kesehatan

seperti apa yang digunakan untuk mengurangi resiko tersebut, serta apa upaya

perusahaan tambang untuk melindungi pekerjanya dari resiko kesehatan kerja.

Untuk itu sangat diperlukan manajemen yang tepat serta upaya-upaya untuk

melindungi pekerja tambang dari dampak negative bagi kesehatan yang timbul karena

pekerjaan mereka, untuk itu diperlukan pencegahan serta perlindungan yang tepat

untuk pekerja tambang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah prinsip-prinsip manajemen kesehatan kerja bagi pekerja

tambang?

2. Apakah penyakit pernafasan yang beresiko terjadi pada pekerja tambang?

3. Apakah pencegahan dan perlindungan yang tepat untuk masalah keselamatan

dan kesehatan kerja pertambangan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui prinsip-prinsip manajemen kesehatan kerja yang baik bagi pekerja

tambang.

2. Mengetahui penyakit yang beresiko terjadi pada pekerja tambang.

3. Mampu melakukan pencegahan serta perlindungan kepada pekerja tambang

dari masalah kesehatan kerja.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah agar kita mampu memberikan promosi

serta pencegahan terhadap resiko-resiko kesehatan yang mungkin muncul dalam

pekerjaan pertambangan, selain itu agar kita mengetahui prinsip-prinsip dasar

manajemen kesehatan kerja yang dapat dijadikan kerangka dasar dalam

melaksanakan pencegahan tersebut.

3

Page 4: Prinsip-prinsip Manajemen Kesehatan Kerja Untuk an Terhadap Pekerja Tambang Dari Penyakit Serta Gangguan Pernafasan

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Prinsip-prinsip manajemen kesehatan kerja

1. Pengertian

Upaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja,

beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara

sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di

sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan

Tahun 1992 Pasal 23).

Konsep dasar dari Upaya Kesehatan Kerja ini adalah : Identifikasi

permasalahan, Evaluasi dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian.

2. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja

Kesehatan Kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan

pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode

kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja

di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun

kesejahteraan sosialnya.

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang

diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.

3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam

pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-

faktor yang membahayakan kesehatan.

4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang

sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

4

Page 5: Prinsip-prinsip Manajemen Kesehatan Kerja Untuk an Terhadap Pekerja Tambang Dari Penyakit Serta Gangguan Pernafasan

3. Kapasitas Kerja, Beban Kerja dan Lingkungan Kerja

Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen

utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga

komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal.

Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta

kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan

pekerjaannya dengan baik.Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai (modal)

awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi

awal seseorang untuk bekerja dapat depengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja

dan lain-lain.

Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang

terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang

pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.Kondisi lingkungan kerja

(misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia dan lain-lain) dapat merupakan beban

tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri

atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.

Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan

dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi

tidak hanya oleh bahaya kesehatan ditempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga

oleh factor-faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja serta faktor lainnya.

4. Lingkungan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja yang ditimbulkan

Penyakit akibat kerja dan atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh

pemajanan dilingkungan kerja. Dewasa ini terdapat kesenjangan antara pengetahuan

ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dan usaha-usaha untuk

mencegahnya. Misalnya antara penyakit yang sudah jelas penularannya dapat melaui

darah dan pemakaian jarum suntik yang berulang-ulang, atau perlindungan yang

belum baik pada para pekerja Rumah sakit dengan kemungkinan terpajan melalui

kontak langsung. Untuk mengantisipasi permasalahan ini maka langkah awal yang

penting adalah pengenalan / identifikasi bahaya yang bisa timbul dan di Evaluasi,

5

Page 6: Prinsip-prinsip Manajemen Kesehatan Kerja Untuk an Terhadap Pekerja Tambang Dari Penyakit Serta Gangguan Pernafasan

kemudian dilakukan pengendalian. Untuk mengantisipasi dan mengetahui

kemungkinan bahaya dilingkungan kerja ditempuh tiga langkah utama, yakni:

1.      Pengenalan lingkungan kerja.

Pengenalan linkungan kerja ini biasanya dilakukan dengan cara melihat dan

mengenal (walk through inspection), dan ini merupakan langkah dasar yang

pertama-tama dilakukan dalam upaya kesehatan kerja. Hal ini dilakukan agar

pekerja tambang mengenal serta memahami kondisi lingkungan tempat mereka

bekerja disamping itu dengan pengenalan lingkungan yang baik akan dapat

mencegah resiko kesehatan bagi mereka.

2.      Evaluasi lingkungan kerja.

Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-potensi bahaya

yang mungkin timbul, sehingga bisa untuk menentukan prioritas dalam mengatasi

permasalahan.

3.      Pengendalian lingkungan kerja.

Dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan pemajanan terhadap

zat/bahan yang berbahaya dilingkungan kerja. Kedua tahapan sebelumnya,

pengenalan dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja yang sehat.

Jadi hanya dapat dicapai dengan teknologi pengendalian yang adekuat untuk

mencegah efek kesehatan yang merugikan di kalangan para pekerja.

Pengendalian lingkungan (Environmental Control Measures)

Desain dan tata letak yang adekuat 

Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada

sumbernya.

Pengendalian perorangan (Personal Control Measures)

Penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternatif lain untuk

melindungi pekerja dari bahaya kesehatan. Namun alat pelindung

perorangan harus sesuai dan adekuat. Pembatasan waktu selama

6

Page 7: Prinsip-prinsip Manajemen Kesehatan Kerja Untuk an Terhadap Pekerja Tambang Dari Penyakit Serta Gangguan Pernafasan

pekerja terpajan terhadap zat tertentu yang berbahaya dapat

menurunkan risiko terkenanya bahaya kesehatan di lingkungan kerja.

Kebersihan perorangan dan pakaiannya, merupakan hal yang penting,

terutama untuk para pekerja yang dalam pekerjaannya berhubungan

dengan bahan kimia serta partikel lain.

2.2 Penyakit yang beresiko terjadi pada pekerja tambang

Paru-paru Hitam (penyakit pekerja tambang)

DEFINISI

Paru-paru Hitam (pneumoconiosis pekerja tambang, penyakit pekerja tambang,

miner's asthma, anthracosis, anthrasilicosis ) adalah suatu penyakit pernafasan yang

terjadi karena menghirup debu batubara dalam jangka panjang.

Pneumokoniosis pekerja batubara terjadi dalam 2 bentuk, yaitu simplek dan

komplikata (fibrosis masif progresif). Tipe simplek biasanya bersifat ringan,

sedangkan tipe komplikata bisa berakibat fatal. Pada paru-paru hitam simplek, serbuk

batubara berkumpul di sekeliling saluran nafas kecil (bronkiolus). Walupun relatif

lembam dan tidak menimbulkan banyak reaksi, serbuk batubara akan menyebar ke

seluruh paru-paru dan terlihat sebagai bercak-bercak kecil pada foto dada. Serbuk

batubara tidak menyumbat saluran nafas. Tetapi setiap tahunnya, 1-2% penderita

paru-paru hitam simplek, akan berkembang menjadi bentuk penyakit yang lebih serius

yang disebut sebagai fibrosis masif progresif, yang ditandai dengan terbentuknya

jaringan parut yang luas di paru-paru (minimal dengan diameter 1 cm). Meskipun

sudah tidak lagi terjadi pemaparan debu batubara, tetapi fibrosis masif progresif akan

semakin memburuk. Jaringan parut bisa menimbulkan kerusakan pada jaringan dan

pembuluh darah paru-paru.

Sindroma Caplan

merupakan kelainan yang jarang terjadi, yang dapat menyerang penambang

batubara yang menderita artritis rematik. Nodul jaringan parut yang bulat dan besar

akan berkembang dengan cepat di paru-paru. Nodul seperti ini mungkin juga

terbentuk pada orang-orang yang terpapar debu batubara, walaupun mereka tidak

menderita paru-paru hitam.

7

Page 8: Prinsip-prinsip Manajemen Kesehatan Kerja Untuk an Terhadap Pekerja Tambang Dari Penyakit Serta Gangguan Pernafasan

PENYEBAB

Paru-paru hitam merupakan akibat dari terhirupnya serbuk batubara dalam jangka

waktu yang lama. Merokok tidak menyebabkan meningkatnya angka kejadian paru-

paru hitam, tetapi bisa memberikan efek tambahan yang berbahaya bagi paru-paru.

Resiko menderita paru-paru hitam berhubungan dengan lamanya dan luasnya

pemaparan terhadap debu batubara. Kebanyakan pekerja yang terkena berusia lebih

dari 50 tahun. Penyakit ini ditemukan pada 6 dari 100.000 orang.

GEJALA

Paru-paru hitam simplek biasanya tidak menimbulkan gejala. Tetapi banyak

penderita yang mengalami batuk menahun dan mudah sesak nafas karena mereka juga

menderita emfisema (karena merokok) atau bronkitis (karena merokok atau terpapar

polutan industri toksik lainnya). Fibrosis masif progresif yang berat juga

menyebabkan batuk dan sesak nafas.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan rontgen dada dan tes fungsi

paru-paru. Yang menentukan apakah pekerja tambang tersebut mengalami gangguan

kesehatan atau tidak.

Silikosis

Penyakit ini terjadi karena inhalasi dan retensi debu yang mengandung

kristalin silikon dioksida atau silika bebas. Pada berbagai jenis pekerjaan yang

berhubungan dengan silika penyakit ini dapat terjadi, seperti pada pekerja

1.      Pekerja tambang logam dan batubara

2.      Penggali terowongan untuk membuat jalan

3.      Pemotongan batu seperti untuk patung, nisan

4.      Pembuat keramik dan batubara

8

Page 9: Prinsip-prinsip Manajemen Kesehatan Kerja Untuk an Terhadap Pekerja Tambang Dari Penyakit Serta Gangguan Pernafasan

5.      Penuangan besi dan baja

6.      Industri yang memakai silika sebagai bahan misalnya pabrik amplas dan

gelas.

7.      Pembuat gigi enamel

8.      Pabrik semen

Usaha untuk menegakkan diagnosis silikosis secara dini sangat

penting, oleh karena penyakit dapat terus berlanjut meskipun paparan telah

dihindari. Pada penderita silikosis insidens tuberkulosis lebih tinggi dari

populasi umum. Secara klinis terdapat 3 bentuk silikosis, yaitu silikosis akut,

silikosis kronik dan silikosis terakselerasi.

Silikosis Akut

Penyakit dapat timbul dalam beberapa minggu, bila seseorang

terpapar silika dengan konsentrasi sangat tinggi. Perjalanan penyakit

sangat khas, yaitu gejala sesak napas yang progesif, demam, batuk dan

penurunan berat badan setelah paparan silika konsentrasi tinggi dalam

waktu relatif singkat. Lama paparan berkisar antara beberapa minggu

sampai 4 atau 5 tahun. Kelainan faal paru yang timbul adalah restriksi

berat dan hipoksemi disertai penurunan kapasitas di fusi. Pada foto toraks

tampak fibrosis interstisial difus, fibrosis kemuclian berlanjut dan terdapat

pada lobus tengah dan bawah membentuk djffuse ground glass appearance

mirib edema paru.

Silikosis Kronik

Kelainan pada penyakit ini mirib dengan pneumokoniosis pekerja

tambang batubara, yaitu terdapat nodul yang biasanya dominan di lobus

atas. Bentuk silikosis kronik paling sering ditemukan, terjadi setelah

paparan 20 sampai 45 tahun oleh kadar debu yang relatif rendah. Pada

stadium simple, nodul di paru biasanya kecil dan tanpa gejala atau

9

Page 10: Prinsip-prinsip Manajemen Kesehatan Kerja Untuk an Terhadap Pekerja Tambang Dari Penyakit Serta Gangguan Pernafasan

minimal. Walaupun paparan tidak ada lagi, kelainan paru dapat menjadi

progresif sehingga terjadi fibrosis yang masif.

Pada silikosis kronik yang sederhana, foto toraks menunjukkan nodul

terutama di lobus atas dan mungkin disertai klasifikasi. Pada bentuk lanjut

tertepat masa yang besar yang tampak seperti sayap malaikat (angel's

wing). Sering terjadi reaksi pleura pada lesi besar yang padat. Kelenjar

hilus biasanya membesar dan membentuk bayangan egg shell calcification.

Jika fibrosis masif progresif terjadi, volume paru berkurang dan

bronkus mengalami distorsi. Faal paru-paru menunjukkan gangguan

restriksi, obstruksi atau campuran. Kapasitas difusi dan komplians

menurun. Timbul gejala sesak napas, biasa disertai batuk dan produksi

sputum. Sesak pada awalnya terjadi pada saat aktivitas, kemudian pada

waktu istirahat dan akhirya timbul gagal kardiorespirasi.

Silikosis Terakselerasi

Bentuk kelainan ini serupa dengan silikosis kronik, hanya perjalanan

penyakit lebih cepat dari biasanya, menjadi fibrosis masif, sering terjadi

infeksi mikobakterium tipikal atau atipik. Setelah paparan 10 tahun sering

terjadi hipoksemi yang berakhir dengan gagal napas.

Bronkitis Industri

Berbagai debu industri seperti debu yang berasal dari pembakaran

arang batu, semen, keramik, besi, penghancuran logam dan batu, asbes dan

silika dengan ukuran 3-10 mikron akan ditimbun di paru. Efek yang lama dari

paparan ini menyebabkan paralisis silia, hipersekresi dan hipertrofi kelenjar

mukus. Keadaan ini meyebabkan saluran nafas rentan terhadap infeksi dan

timbul gejala-gejala batuk menahun yang produktif. Pada pekerja tambang

batubara bila paparan menghilang, gejal klinis dapat hilang. Pada pekerja yang

berhubungan dengan tepung keadaanya Iebih kompleks. Berbagai komponen

debu padi-padian (antigen padi-padian, jamur kumbang padi, tungau,

10

Page 11: Prinsip-prinsip Manajemen Kesehatan Kerja Untuk an Terhadap Pekerja Tambang Dari Penyakit Serta Gangguan Pernafasan

endotoksin bakteri, antigen binatang, dan debu inert) berperan menimbulkan

bronkitis.

Berbagai zat telah dipastikan sebagai penyebab terjadinya bronkitis

industri sedangkan zat-zat lain kemungkinan besar atau diduga sebagai

penyebab. Pada bronkitis industri atau bronkitis kronik foto toraks dapat

normal, atau menunjukkan peningkat.an corakan bronkopulmoner terutama di

lobus bawah.

Pada awal penyakit pemeriksaan faal paru tidak menunjukkan

kelainan. Karena meningkatnya resistensi pemapasan, pada stadium lanjut

terjadi obsiruksi saluran napas yang tepat menjadi ireversibel.

Apabila telah timbul obstruksi yang ireversibel, penyakit akan berjalan

secara lambat dan progresif Pemeriksan faal paru berguna untuk menentukan

tahap perjalanan penyakit, manfaat bronkodilator, perburtikan fungsi paru dan

menentukan prognosis.

  Asma Kerja

Asma kerja adalah penyakit yang ditandai oleh kepekaan saluran nafas

terhadap paparan zat di tempat kerja dengan manifestasi obstruksi saluran

nafas yang bersifat reversibel. Penyakit ini hanya mengenal sebagian pekerja

yang terpapar, dan muncul setelah masa bebas gejala yang berlangsung antara

beberapa bulan sampai beberapa tahun. Pada tiap individu masa bebas gejala

dan berat ringannya penyakit sangat bervariasi.

Berbagai debu dan zat di tempat kerja tepat menimbulkan asma kerja.

Zat itu tepat berasal dali tumbuh-tumbuhan seperti tepung gandum, debu kayu,

kopi, buah jarak, colophony, binatang seperti binatang pengerat, anjing,

kucing, kutu ganchim, ulat sutra, kerang; zat kimia seperti isosionat, garam

platina, khrom, enzim seperti iripsin dan papain. Dapat juga berasal dari obat-

obatan seperti pada produksi piperazin, tetrasiklin, spinamisin dan penisilin

sintetik.

11

Page 12: Prinsip-prinsip Manajemen Kesehatan Kerja Untuk an Terhadap Pekerja Tambang Dari Penyakit Serta Gangguan Pernafasan

Pada individu atopik keluhan asma timbul setelah bekerja 4 atau 5

tahun, sedangkan pada individu yang notatopik keluhan ini muncul beberapa

tahun Iebih lama. Pada tempat yang mengandung zat paparan kuat seperti

isosionat dan colophony gejala dapat timbul lebih awal bahkan kadang-kadang

beberapa minggu setelah mulai bekerja. Keluhan asma yang khas adalah

mengi yang berhubungan dengan pekerjaan. Gejala pada tiap individu

bervariasi, kebanyakan membaik pada akhir pekan dan waktu libur. Analisis

riwayat penyakit yang rinci penting untuk menegakkan diagnosis. Ada

individu yang terserang setelah paparan beberapa menit, pada individu lain

sering timbul beberapa jam sesudah paparan dengan gejala yang mengganggu

pada malam berikutnya.

Pemeriksaan faal paru di luar serangan dapat normal. Pada waktu

serangan terlihat tanda obstruksi. Pemeriksaan arus puncak ekspirasi

menunjukkan penurunan lebih dari 15% pada waktu serangan. Bila faal paru

normal dan pasien dicurigai menderita asma, pemeriksaan uji provokasi

bronkus merupakan pemeriksaan yang menunjang. Indikasi utama uji

provokasi bronkus adalah.

1.)    Bila pekerja diduga menderita asma kerja tapi tidak diketahui zat yang

menyebabkannya.

2.)    Bila pekerja terpapar oleh lebih dari satu zat yang dapat menyebabkan

asma kerja.

3.)    Bila konfirmasi mutlak untuk diagnosis penyakit di perlukan, misalnya

sebelum menyuruh penderita berhenti bekerja.

Pemeriksaan lain yang tidak spesifik tapi dapat memberikan informasi

adalah uji kulit, yaitu dengan tes goresan. Sebagian penderita yang tidak

mempunyai gejala akan menunjukkan reaksi positif sesudah uji kulit. Tidak

ada hubungan yang pasti antara pekerjaan kulit dan bronkus.

12

Page 13: Prinsip-prinsip Manajemen Kesehatan Kerja Untuk an Terhadap Pekerja Tambang Dari Penyakit Serta Gangguan Pernafasan

6)      Kanker Paru

Mekanisme terjadinya kanker akibat paparan zat belum diketahui

secara tuntas. Para ahli sepakat paling kurang ada 2 stadium terjadinya kanker

karena bahan karsinogen. Pertama adalah induksi DNA sel target oleh bahan

karsinogen sehingga menimbulkan mutasi sel, kemudian terjadi peningkatan

multiplikasi sel yang merupakan manifestasi penyakit.

Zat yang bersifat karsinogen dan dapat menimbulkan kanker paru

antara lain adalah asbes, uranium, gas mustard, arsen, nikel, khrom, khlor

metil eter, pembakaran arang, kalsium kiorida dan zat radioaktif serta tar

batubara.

Pekerja yang berhubungan dengan zat-zat tersebut dapat mendenta

kanker paru setelah paparan yang lama, yaitu antara 15 sampai 25 tahun.

Pekerja yang terkena adalah mereka yang bekerja di tambang, pabrik, tempat

penyulingan dan industri kimia.

3. Pencegahan dan perlindungan yang telah dilaksanakan untuk masalah keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan.

Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Indonesia mempunyai kerangka hukum K3 dan peraturan pertambangan yang

ekstensif, sebagaimana terlihat pada daftar peraturan pertambangan dan K3 yang

terdapat dalam tabel dibawah. Undang-undang K3 yang terutama di Indonesia adalah

Undang-Undang No. 1/ 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-undang ini meliputi

semua tempat kerja dan menekankan pentingnya upaya atau tindakan pencegahan

primer. Undang-Undang No. 23/ 1992 tentang Kesehatan memberikan ketentuan

mengenai kesehatan kerja dalam Pasal 23 yang menyebutkan bahwa kesehatan kerja

dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang baik

tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat, dan supaya mereka dapat

mengoptimalkan produktivitas kerja mereka sesuai dengan program perlindungan

tenaga kerja (Departmen Kesehatan 2002). Khusus untuk bidang pertambangan

undang-undang yang mengatur dapat saya rangkum sebagai berikut :

13

Page 14: Prinsip-prinsip Manajemen Kesehatan Kerja Untuk an Terhadap Pekerja Tambang Dari Penyakit Serta Gangguan Pernafasan

Tahun Bidang/Subjek/Sektor

Nama Instansi

1964 K3 umum Peraturan Menteri Tenaga Kerja No7 (4/PMP/1964) yang menetapkankondisi kesehatan, higiene,pencahayaan, kelembaban,pengaturan tata letak ruangan danpenempatan barang (housekeeping),kualitas udara di dalam ruangan, dansistem ventilasi.

DEPNAKERTRANS

1967 Pertambangan Undang-undang No 11, 1967.Peraturan pokok pertambangan

DepartmenPertambangan danEnergi

1970 K3 umum Undang-undang No 1 (1970) tentang Keselamatan Kerja. Undang-undang ini mewajibkan tempat kerja yang mengindahkan keselamatan dan kesehatan pekerja, dan pembentukan komite kesehatan dan keselamatan pabrik/ tempat kerja. Pengusahamelapor kepada instansi-instansi pemerintah; Inspeksi-inspeksi Pemerintah.

DEPNAKERTRANS

1973 Pertambangan Undang-undang No 19, 1973 tentang Peraturan dan Inspeksi Keselamatan Kerja di Area Pertambangan

DepartmenPertambangan danEnergi

1985 Asbes Peraturan Menteri Tenaga Kerja NoPER/03/MEN/1985 tentang keselamatan dan kesehatan dalam pemakaian asbes. Pengusahaberkewajiban memonitor dan mengendalikan debu/ serat asbes

DEPNAKERTRANS

14

Page 15: Prinsip-prinsip Manajemen Kesehatan Kerja Untuk an Terhadap Pekerja Tambang Dari Penyakit Serta Gangguan Pernafasan

di lingkungan kerja, termasuk memastikan adanya ventilasi danteknik penyaringan; alat pelindungdiri bagi pekerja; memasyarakatkanupaya kesehatan dan keselamatan;dan menyelenggarakan pemeriksaankesehatan bagi pekerja. Pekerjaberkewajiban memakai alatpelindung diri, berganti pakaian, danmenyimpan pakaian kerja dan alatpelindung diri di tempat khusus

1992 Kesehatan kerja Undang-undang Kesehatan, No. 23, 1992

DEPKES

1993 Pertambangan Keputusan No. 1245/K/26/DJP/93tentang inspeksi, keselamatan,kesehatan dan lingkungan di pertambangan.

DepartmenPertambangan danEnergi

1995 Pertambangan Keputusan No. 555/K/26MPE/93tentang keselamatan dan kesehatandi bidang pertambangan umum

DepartmenPertambangan danEnergi

1997 K3 umum Keputusan Menteri Tenaga Kerja KEP-19/M/BW/1997 tentang persyaratan terbaru untuk audit keselamatan kerja pabrik sebagaimana diwajibkan oleh Undang-undang Nomor 25 (1975).

DEPNAKERTRANS

1999 Bahan-bahan Berbahaya

Peraturan Menteri Tenaga KerjaPER/187/MEN/1999, untuk melindungi pekerja dari bahaya bahan-bahan kimia. Mewajibkanpemberian label pada wadah bahan kimia, disediakannya lembar data bahan bagi keselamatan kerja dan syarat-syarat jumlah petugas kimia untuk kesela$matan kerja diperusahaan

DEPNAKERTRANS

15

Page 16: Prinsip-prinsip Manajemen Kesehatan Kerja Untuk an Terhadap Pekerja Tambang Dari Penyakit Serta Gangguan Pernafasan

Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan

Pelayanan kesehatan kerja adalah tanggung jawab Pusat Kesehatan Kerja di

bawah Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Pusat ini dibagi menjadi Seksi

Pelayanan Kesehatan Kerja, Seksi Kesehatan dan Lingkungan Kerja, dan Unit

Administrasi. Pusat ini sudah menyusun Rencana Strategis Program Kesehatan Kerja

untuk melaksanakan upaya nasional. K3 merupakan salah satu program dalam

mencapai Visi Indonesia Sehat 2010, yang merupakan kebijakan Departemen

Kesehatan saat ini. Visi Indonesia Sehat 2010 dibentuk untuk mendorong

pembangunan kesehatan nasional, meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata

dan terjangkau untuk perorangan, keluarga, dan masyarakat (Departmen Kesehatan,

2002). Tantangannya adalah bagaimana memperluas pelayanan kesehatan kerja ke

seluruh masyarakat bekerja dengan fasilitas dan infrastruktur yang terbatas. Data

dasar tentang kesehatan kerja masih kurang. Begitu pula halnya dengan sumber daya

manusia yang ada dalam hal kualitas, kuantitas dan distribusi geografis. Se€bagai

konsekuensinya, penyakit-penyakit akibat kerja tidak ditangani secara efisien

sehingga akibatnya, tindakan preventif jarang dilakukan.

Khusus untuk mencegah pekerja dari bahaya paparan debu dan partikel-partikel wajib dilakukan hal-hal sebagai berikut :

Petugas ventilasi harus mendapat latihan dan pengalaman dalam merancang dan mengoperasikan sistem ventilasi tambang :

Melaporkan kepada pengusaha pertambangan tentang semua hal yang

berkenaan dengan ventilasi dan sistem pembersihan udara, karena

digunakannya sistem ventilasi yang didesain secara baik dan diawasi dengan

semestinya dapat memperkecil penyinaran zat radioaktif di udara.

Menjamin sistem ventilasi beroperasi dengan baik seperti yang dirancang dan

melaksanakan perubahan apabila perkembangan tambang memerlukan. Desain

ventilasi dan perencanaan tambang harus dilakukan secara bersamaan dengan

tujuan untuk memperoleh sistem ventilasi sekali jalan atau paralel untuk

menjamin kualitas udara yang baik. Apabila sistem ventilasi diubah, rusak atau

dihentikan, pekerja hanya diizinkan kembali ke tempat kerja mereka setelah

sistem ventilasi beroperasi kembali.

16

Page 17: Prinsip-prinsip Manajemen Kesehatan Kerja Untuk an Terhadap Pekerja Tambang Dari Penyakit Serta Gangguan Pernafasan

Menjamin aliran dan kecepatan udara dan sesuai dengan ketentuan tentang

ventilasi yang berlaku.

Menjamin bahwa instrumen yang digunakan telah dikalibrasi dengan betul.

Memimpin program pengambilan contoh dan pengendalian debu.

Turut serta dalam program latihan, mepersiapkan atau menyetujui bahan

latihan yang berkaitandengan ventilasi dan pengendalian debu.

Petunjuk Kerja

Untuk setiap jenis tempat kerja dan tugas, Pengusaha Pertambangan harus

menjamin bahwa lembaran petunjuk kerja yang berkaitan dengan peraturan dan

prosedur proteksi radiasi yang digunakan untuk tempat kerja dan tugas tersebut,

ditempatkan atau ditempel pada tempat yang mudah dilihat, dan bahwa

pemberitahuan ini harus menggunakan bahasa (termasuk pictogram) yang dipahami

oleh semua pekerja tambang, dan bahwa semuanya itu selalu dalam keadaan masih

dapat dibaca, petunjuk kerja sebaiknya mengenai :

Potensi bahaya terhadap kesehatan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.

Metoda dan teknik kerja yang aman.

Sikap seksama yang harus dilakukan untuk membatasi penerimaan radiasi dan

pemasukan zat radioaktif dan pertimbangan dilakukannya tindakan tertentu.

Ciri utama sistem ventilasi seluruh tambang dan pentingnya semua komponen

sistem itu bekerja sebagaimana mestinya.

Pemeliharaan terhadap ventilasi tambahan untuk pengadaan catu udara segar

ke tempat kerja.

Pentingnya pemanfaatan semua cara/alat untuk pengurangan debu.

Pentingnya dan cara pencegahan sirkulasi ulang udara setempat di tempat

kerja dan di daerah yang lebih luas dari seluruh tambang.

Perlunya melapor segera jika terjadi kemacetan sistem ventilasi kepada

pengawas atau Petugas Ventilasi.

Pemakaian, pengoperasian dan pemeliharaan sebagaimana mestinya peralatan

monitor perorangan dan pelindung perorangan.

Pentingnya higiene perorangan dalam membatasi pemasukan zat radioaktif.

17

Page 18: Prinsip-prinsip Manajemen Kesehatan Kerja Untuk an Terhadap Pekerja Tambang Dari Penyakit Serta Gangguan Pernafasan

Nama-nama dokter, Petugas Proteksi Radiasi dan Petugas Ventilasi, serta

nama-nama dan alamat wakil BAPETEN dan pekerja di tambang.

Perlu memberitahukan setiap masalah kesehatan.

Tindakan pertolongan pertama

Pengawasan

Pengawasan bertujuan dalam mengevaluasi paparan debu terhadap pekerja dan

memperoleh data yang diperlukan untuk pengendalian batas dosis yang

diperbolehkan.

1. Dalam wilayah kerja tambang

Mengawasi daerah kerja dimana paparan tahunan yang diterima

perorangan dapat melampaui dosis yang ditetapkan dan harus di monitor di

bawah pengawasan Petugas Proteksi dan berkonsultasi dengan Petugas

Ventilasi.

Pemonitoran debu dan zat-zat berbahaya harus dilaksanakan secara teratur,

apabila di dalam tambang dan instalasi pengolahan terdapat kemungkinan

masuknya debu ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan atau

pencernaan. Frekuensi pemonitoran ini harus ditentukan dengan

memperhatikan konsentrasi debu dan potensi.

Munculnya debu harus dikurangi dengan menggunakan teknik

penambangan dengan pola peledakan yang tepat, penggunaan air, dan

sebagainya, dan diharapkan tidak menyebar kemudian sebelum dibuang ke

lingkungan harus melalui filter. Penyebaran debu dikendalikan dengan

sirkulasi pertukaran udara untuk mengencerkan tingkat konsentrasi debu

yang diperbolehkan.

Pengendalian debu sebaiknya dioperasikan terus-menerus.

18

Page 19: Prinsip-prinsip Manajemen Kesehatan Kerja Untuk an Terhadap Pekerja Tambang Dari Penyakit Serta Gangguan Pernafasan

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanUpaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja

dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa

membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh

produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23). Konsep dasar

dari Upaya Kesehatan Kerja ini adalah : Identifikasi permasalahan, Evaluasi dan

dilanjutkan dengan tindakan pengendalian, serta perlunya penerapan konsep dasar

kesehatan kerja. Adapun penyakit-penyakit yang mungkin timbul pada pekerja

tambang adalah seperti Silokisis, Bronkitis Paru-paru, Asma kerja, dan Penyakit paru-

paru hitam tetapi resiko terswebut dapat dikurangi dengan penerapan konsep

pengaturan ventilasi oleh petugas, petunjuk kerja yang tepat, serta pengawasan

terhadap paparan debu serta partikel-partikel yang dapat menyebabkan gangguan

kesehatan kepada pekerja tambang tersebut

3.2 Saran

1. Pengusaha Pertambangan bertanggung jawab atas

pengawasan keselamatan pekerja dari bahaya debu dan zat

berbahaya. Pengusaha Pertambangan harus mengawasi agar

paparan terhadap setiap pekerja, dan zat yang masuk ke

dalam tubuhnya tetap berada dalam batas-batas yang

dizinkan.

2. Pekerja harus mentaati semua ketentuan mengenai

pengendalian dan pengawasan zat berbahaya dalam

lingkungan kerja dan tidak boleh lalai dan bahkan harus tidak

melakukan kegiatan yang mungkin membawa akibat yang

tidak semestinya bagi dirinya atau teman sekerjanya.

3. Petunjuk kerja yang berkaitan dengan peraturan dan prosedur

proteksi keselamatan dan kesehatan kerja yang digunakan

untuk tempat kerja dan tugas tersebut, ditempatkan atau

ditempel pada tempat yang mudah dilihat.

19

Page 20: Prinsip-prinsip Manajemen Kesehatan Kerja Untuk an Terhadap Pekerja Tambang Dari Penyakit Serta Gangguan Pernafasan

4. Untuk membatasi penerimaan dosis paparan debu atau pun

radiasi pada pekerja yang ditimbulkan oleh kegiatan

persiapan penambangan, penggalian, produksi, pemrosesan

dan penanganan bijih yang radioaktif harus memperhatikan

sistem pembatasan dosis, yang mencakup pembenaran

kegiatan yang dilakukan, optimasi proteksi radiasi dan

pembatasan dosis ekivalen terhadap seseorang.

5. Penggolongan daerah kerja dan pembagian daerah kerja

dilakukan untuk membatasi pekerja menerima dosis lebih dari

yang ditentukan.

20

Page 21: Prinsip-prinsip Manajemen Kesehatan Kerja Untuk an Terhadap Pekerja Tambang Dari Penyakit Serta Gangguan Pernafasan

DAFTAR PUSTAKA

Topobroto HS; Kebijakan dan Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia (Policy and Condition of Occupational Safety and Health in Indonesia); ILO-Jakarta; 2002

Keputusan Kepala BAPETEN Nomor : 12/Ka-BAPETEN/VI-99 tentang “Ketentuan Keselamatan Kerja Penambangan Dan Pengolahan Bahan Galian Radioaktif ”

Undang-Undang Republik Indonesia (No. 13/ 2003) tentang Tenaga Kerja Yunus, Faisal. 2006. Dampak Debu Industri pada Paru Pekerja dan

Pengendaliannya. http://google.com Pudjiastuti, Wiwiek. 2002. Debu Sebagai Bahan Pencemar yang

Membahayakan Kesehatan kerja. http://depkes.co.id /download/debu.pdf.  

 

21