prevalensi katarak pada pasien diabetes melitus tipe 2 di rsud labuang baji periode 2013

65
SKRIPSI 2014 PREVALENSI KATARAK PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI POLIKLINIK MATA RSUD LABUANG BAJI, MAKASSAR PERIODE JANUARI 2013 - DESEMBER 2013 OLEH: ANDI BESSE FATRYANI C111 09 361 PEMBIMBING: Dr. dr. SRI RAMADHANY, M.KES 1

Upload: achmadfikry

Post on 22-Nov-2015

67 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Prevalensi Katarak Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Labuang Baji Periode 2013Prevalensi Katarak Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Labuang Baji Periode 2013Prevalensi Katarak Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Labuang Baji Periode 2013Prevalensi Katarak Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Labuang Baji Periode 2013Prevalensi Katarak Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Labuang Baji Periode 2013Prevalensi Katarak Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Labuang Baji Periode 2013

TRANSCRIPT

SKRIPSI 2014

PREVALENSI KATARAK PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI POLIKLINIK MATA RSUD LABUANG BAJI, MAKASSAR PERIODE JANUARI 2013 - DESEMBER 2013

OLEH:

ANDI BESSE FATRYANI

C111 09 361PEMBIMBING:

Dr. dr. SRI RAMADHANY, M.KESDIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Jumlah orang yang menderita diabetes semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, faktor penuaan, urbanisasi, obesitas dan aktifitas yang inaktif. Menurut World Health Organisation (WHO), diabetes melitus dapat didefinisikan sebagai suatu penyakit metabolik kronik, baik disebabkan oleh pankreas yang tidak boleh menghasilkan insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak boleh menggunakan insulin yang dihasilkan secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia, atau peningkatan gula darah adalah efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol dan dari waktu ke waktu, boleh menyebabkan kerusakan jangka panjang terutama pada mata, jantung, ginjal, saraf, dan pembuluh darah. (1) Pada tahun 2004, WHO menyatakan bahwa, pada tahun 2003, terdapat lebih dari 200 juta orang dengan diabetes di dunia dan angka ini akan bertambah menjadi 333 juta orang di tahun 2025. Diperkirakan bahwa jumlah penderita diabetes di seluruh dunia akan meningkat dari 171 juta pada tahun 2000 menjadi 366 juta tahun 2030. Selain itu, prevelensi diabetes disemua umur diseluruh dunia diperkirakan 2.8% pada tahun 2000 dan 4.4% pada tahun 2030. Walaupun diabetes diderita lebih banyak oleh wanita namun prevelensinya lebih tinggi pada pria. Diabetes dikatakan akan menjadi penyebab kematian yang ke-7 pada tahun 2030. Menurut International Diabetes Federation (IDF), lebih dari 285 juta orang menderita diabetes melitus di seluruh dunia dan angka ini dijangkau meningkat menjadi 439 juta pada tahun 2030. Negara berkembang seperti Indonesia merupakan negara yang paling banyak terkena dalam abad ke-21 ini. Indonesia merupakan negara ke-4 dengan jumlah diabetes terbanyak di dunia. Jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia terus meningkat dimana saat ini diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia menderita diabetes.

Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan gaya hidup. Secara umum, hampir 80 % prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2 dan di Indonesia sendiri, DM tipe 1 sangat jarang dijumpai mungkin karena terletak di katulistiwa atau faktor genetiknya tidak menyokong. (2)Katarak yang merupakan salah satu komplikasi DM merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh dunia, yaitu menyumbang sekitar 42% dari semua kebutaan. Lebih dari 17 juta orang buta karena katarak, dan 28000 kasus baru dilaporkan setiap hari di seluruh dunia. Sekitar 25% dari populasi berumur lebih dari 65 tahun dan sekitar 50% berumur lebih dari 80 tahun memiliki gangguan penglihatan yang serius karena katarak. (3) Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan lensa mata yang dapat terjadi akibat penambahan cairan lensa, pemecahan protein lensa atau keduanya, dan dapat menimbulkan gangguan penglihatan jika terbentuk pada aksis penglihatan. Meskipun perkembangan katarak yang perlahan dan progresif sehingga awalnya pasien kadang tidak menyadari penyakitnya, tetapi katarak dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Sebagian besar katarak timbul pada usia tua sebagai akibat pajanan terus menerus terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh lainnya seperti merokok, radiasi sinar ultraviolet, dan peningkatan kadar gula darah.(4) Menurut WHO, sebanyak 25 juta penduduk buta karena katarak. Diperkirakan jumlah penderita buta akibat katarak didunia saat ini mencapai 17 juta orang. Untuk itu, WHO dengan visi 2020 bekerja keras untuk menurunkan angka kebutaan dan menghindari ancaman kebutaan yang dikhawatirkan dapat mencapai angka 80 juta pada tahun 2020. Katarak menjadi penyebab utama kebutaan di Indonesia. Pada saat ini terdapat sekitar 1,7 orang menderita katarak dan setiap tahun terdapat sekitar 200.000 penderita baru katarak. Patogenesis terjadinya katarak belum sepenuhnya dimengerti. Namun, berdasarkan suatu studi penelitian, ditekankan proses polyol sebagai peran utama terjadinya katarak di mata. (5) Pada lensa katarak, dijumpai agregat - agregat protein yang akan menghalang tembusnya cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa yang jernih menjadi kuning atau coklat. Ini nantinya akan mengganggu penglihatan dan jika tidak di rawat boleh menyebabkan kebutaan. (6) Katarak tidak dapat dicegah kecuali pada kebutaannya yaitu dengan tindakan operasi. Operasi katarak merupakan operasi yang mudah dan aman bagi kebanyakan orang. Namun, sama seperti operasi lain, operasi katarak dapat menimbulkan komplikasi seperti pendarahan dan kerusakan pada kornea atau retina yang memerlukan pembedahan lebih lanjut. (5) Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan antara faktor resiko katarak dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 dalam judul Prevalensi Katarak Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Dirujuk Di Poliklinik Mata RSUD Labuang Baji, Makassar periode Januari 2013 - Desember 2013. 1.2 Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Berapakah prevalensi katarak pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang dirujuk ke poliklinik mata RSUD Labuang Baji, Makassar periode Januari 2013 Desember 2013. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi katarak pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang dirawat di poliklinik mata RSUD Labuang Baji, Makassar periode Januari 2013 Desember 2013.1.3.2 Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui angka kejadian katarak disebabkan diabetes di Poliklinik Mata RSUD Labuang Baji Makassar. 2. Mengetahui gambaran katarak berdasarkan umur pada pasien diabetes di Poliklinik Mata RSUD Labuang Baji Makassar. 3. Mengetahui gambaran katarak berdasarkan jenis kelamin pada pasien diabetes di Poliklinik Mata RSUD Labuang Baji Makassar. 4. Mengetahui gambaran katarak pada pasien diabetes berdasarkan durasi di Poliklinik Mata di Poliklinik Mata RSUD Labuang Baji Makassar. 5. Mengetahui gambaran katarak pada pasien diabetes yang merokok di Poliklinik Mata RSUD Labuang Baji Makassar. 6. Mengetahui angka kejadian stadium katarak yang terbentuk pada pasien diabetes di Poliklinik Mata RSUD Labuang Baji Makassar.

1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Peneliti yaitu menambah pengetahuan peneliti terhadap diabetes melitus tipe 2 sebagai salah satu faktor resiko terjadinya katarak dan menambah wawasan peneliti mengenai prevalensi kejadian diabetes melitus tipe 2 di RSUD Labuang Baji

2. RSUD Labuang Baji untuk memberikan informasi dalam mengetahui prevalensi terjadinya diabetes melitus tipe 2 dalam periode satu tahun terakhir sebagai bahan evaluasi dalam penanggulangan terjadinya penyakit diabetes melitus tipe 2 di masyarakat. 3. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar sebagai data dasar diabetes melitus tipe 2 untuk penelitian selanjutnya 4. Masyarakat yaitu memberikan informasi yang jelas mengenai katarak dan diabetes melitus tipe 2 sehingga menjadi pengetahuan bagi masyarakat dan membantu masyarakat dalam melakukan pencegahan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Diabetes Melitus

2.1.1. Definisi Diabetes berasal dari kata Yunani yang berarti mengalirkan atau mengalihkan (siphon), manakala Melitus berasal dari kata Latin yaitu madu atau gula. Diabetes Melitus (DM) atau kencing gula adalah penyakit metabolik kronik yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi), baik disebabkan oleh pankreas yang tidak boleh menghasilkan insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak boleh menggunakan insulin yang dihasilkan secara efektif. Insulin adalah hormon yang dikeluarkan untuk mengatur kadar gula darah di mana ia berperan dalam proses penyerapan glukosa ke dalam sel tubuh. WHO sebelumnya telah merumuskan bahwa diabetes melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. (7)

Glukosa diatur oleh insulin yang diproduksi oleh sel beta pankreas, sehingga kadar gula di dalam darah selalu dalam batas aman, baik pada keadaan puasa maupun setelah makan yaitu sekitar 70-140mg/dL. Pada keadaan DM, tubuh relatif kekurangan insulin sehingga pengaturan kadar glukosa darah menjadi kacau. Walaupun kadar glukosa darah sudah tinggi, pemecahan lemak dan protein menjadi glukosa tidak dapat dihambat, sehingga kadar glukosa darah tetap semakin meningkat. (8) Namun, menurut Soegondo (2004), diabetes dapat ditandai dengan keluhan khas berupa poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan dan kadar gula darah sewaktu atau postprandial 200mg/dL atau kadar gula darah puasa 126mg/dL. Peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi) yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan terjadinya berbagai komplikasi seperti penyakit serebro-vaskular, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah, penyulit pada mata, ginjal dan saraf.(1)2.1.2. Epidemiologi Katarak Diabetik Beberapa penelitian klinis telah menunjukan bahawa pembentukan katarak lebih sering terjadi pada pasien diabetik daripada pasien non diabetik terutama pada usia muda. Data dari Framingham dan studi mata yang lain menyatakan peningkatan tiga hingga empat kali lipat prevelensi katarak pada pasien diabetes dibawah usia 65 tahun dan prevelensi selebihnya dua kali lipat pada pasien diatas usia 65 tahun. Peningkatan risiko adalah pada pasien dengan durasi diabetes yang panjang dan memiliki tahap metabolism yang jelek. Penyakit katarak banyak terjadi di negara tropis seperti di Indonesia. Menurut WHO, katarak merupakan penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di Asia dan menyebabkan 70% kasus kebutaan di Indonesia. Katarak sangat umum mempengaruhi sekitar 60% orang berusia di atas 60 tahun. (9)Berdasarkan studi Beaver Dam Eye, yaitu suatu penelitian pada populasi yang dilakukan pada akhir 1980an, dikatakan sebanyak 38,8% lelaki dan 45,9% wanita diatas usia 74 tahun memiliki katarak yang signifikan. Kemudian dilakukan penelitian kohort pada tahun 1993-1995 untuk memperkirakan kejadian katarak nuklear, katarak kortikal dan katarak subkapsular posterior dan didapati sebanyak 13,1% insidensi katarak nuklear, 8,2% katarak kortikal dan 3,4% katarak subkapsular posterior. Faktor risiko perkembangan katarak tidak konsisten pada semua penelitian. Namun, katarak kortikal dikatakan lebih sering pada orang berkulit hitam. Insidensi katarak nuklear lebih tinggi pada kaum wanita dan perokok lebih sering membentuk opasitas katarak nuklear. Selain usia, jenis kelamin dan ras, faktor lain yang mempengaruhi katarak adalah pajanan terhadap sinar matahari, status nutrisi, obesitas, merokok, konsumsi alkohol dan status pendidikan. (10)2.1.3. Etiologi dan Klasifikasi 1. Diabetes Tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut) (11)A. Melalui proses imunologik

B. Idiopatik 2. Diabetes Tipe 2 (bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin) (11)3. Diabetes Melitus Tipe lain (11)A. Defek fungsi sel genetic Kromosome 12, HNF-1 (MODY3)

Kromosome 7, glukokinase (MODY2)

Kromosome 20, HNF-4 (MODY1)

Kromosome 13, faktor promoter insulin-1 (IPF-1; MODY4)

Kromosome 17, HNF-1 (MODY5)

Kromosome 2, NeuroD1(MODY6)

DNA Mitochondria dan lain-lain.

B. Defek genetik kerja insulin 1. Insulin resistensi tipe A

2. Leprechaunism

3. Sindroma Rabson-Mendenhall

4. Lipoatropik Diabetes dan lain-lain.

C. Infeksi Rubella Kongenital

Cytomegalovirus dan lain-lain.

D. Penyakit pada eksokrin pankreas 1. Pankreatitis

2. Trauma/pankreatecktomi

3. Neoplasia

4. Cysticfibrosis

5. Hemokromatosis

6. Pankreatopati fibro kalkulus dan lain-lain.

E. Endokrinopati Akromegali

Sindroma Cushing

Glukagonoma

Feokromositoma

Hipertirodisme

Somatostatinoma

Aldosteronoma dan lain-lain.

F. Obat/ bahan kimia yang menginduksi Vacor

Pentamidine

Asam Nikotinik

Glukokortikoid

Hormon Tiroid

Diazoxid

-adrenergic agonists

Tiazid dan lain-lain

4. Diabetes Melitus Gestational (Kehamilan) (11)Table 2.1. Karakteristik Umum Tipe 1 dan 2 Diabetes Melitus Sumber: The Merck Manual; (Kishore, 2012)Karakteristik Tipe 1 Tipe 2

Onset Biasanya umur < 30 tahun Biasanya umur > 30 tahun

Berkaitan obese Jarang Sangat sering

Menjurus pada ketoasidosis Ya Tidak

Kadar insulin endogen Dalam plasma Sangat rendah/ tidak terdeteksi Rendah, normal atau tinggi, tergantung derajat resistensi insulin dan destruksi sekretorik insulin

Konkodansi Kembar 50% > 90%

Berkaitan dengan antigen spesifik HLA-D Ya Tidak

Antibodi sel islet pada diagnose Ada, tapi boleh juga tidak dijumpai sama sekali Tidak ada

Patologi islet Insulitis, hilangnya sel beta selektif Lebih kecil; kelihatan normal, deposisi amiloid sering terjadi

Penyebab komplikasi (retinopathy, nephropathy, neuropathy, atherosclerotic cardiovascular disease) Ya Ya

Respon hiperglikemia pada pemberian obat oral antihiperglikemia Tidak Ya, tahap awal pada pasien

2.1.4. Patofisiologi Diabetes Mellius Secara garis besar, diabetes dapat dibagikan menjadi dua kategori utama berdasarkan sekresi insulin endogen, yaitu (a) Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau Diabetes Melitus Tipe 1 dan (b) Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus Tipe 2. Insulin adalah hormon yang disekresi oleh pankreas, yaitu sebuah kelenjar yang secara anatominya terletak di belakang lambung. Di dalam kelenjar pankreas terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau yang disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormon insulin. Secara fisiologis, hormon insulin dikeluarkan sebagai respon terhadap peningkatan kadar gula dalam darah. Insulin diibarat anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa dalam sel, yang kemudian akan dimetabolisme menjadi tenaga. Insulin juga berperan mengkonversi glukosa menjadi glikogen sebagai cadangan di sel otot dan hepar. Dengan ini, kadar gula darah tetap dalam keadaan normal. (2) Pada DM tipe 1, pankreas tidak dapat memproduksi insulin atau insulin yang diproduksi sangat sedikit. Hal ini karena, pada jenis ini, timbul reaksi otoimun yang disebabkan adanya peradangan pada sel beta. Antibodi yang timbul yaitu Islet Cell Antibody (ICS) akan bereaksi dengan antigen (sel beta) menyebabkan hancurnya sel beta itu sendiri. Oleh itu, kadar glukosa darah menjadi sangat tinggi dan tidak dapat digunakan secara optimal untuk pembentukan energi. Maka, energi nantinya diperoleh dari peningkatan katabolisme lipid dan protein. (12)Pada DM tipe 2, berlaku resistensi insulin, dimana sel-sel tubuh tidak merespon tepat ketika adanya insulin dan juga penurunan kemampuan sel beta pankreas untuk mensekresi insulin sebagai respon terhadap beban glukosa. Pada tipe ini, jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel berkurang. Jadi, glukosa akan menumpuk di dalam darah. Sel beta akan terus memproduksi insulin sehingga pada suatu saat menyebabkan hiperinsulinemia. Kondisi ini akan mengakibatkan desensitisasi reseptor insulin pada tahap postreceptor, yaitu penurunan aktivitas kinase receptor, translokasi glucose transport dan aktivasi glycogen synthase. Ini

akan menyebabkan resistensi insulin yang membawa kepada keadaan hiperglikemi. Kadar glukosa darah yang tinggi meningkatkan aktivitas pankreas menghasilkan insulin sehingga pada suatu saat kerja pankreas mulai lemah dan akhirnya membawa akibat pada defisiensi insulin. (12)2.1.5. Komplikasi Diabetes Melitus Diabetes Melitus boleh menyebabkan berbagai kompliksai baik yang bersifat akut maupun yang kronik. Keadaan yang termasuk dalam komplikasi akut DM adalah ketoasidosis diabetik (KAD) dan Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH). Pada keadaan ini kadar glukosa darah sangat tinggi (pada KAD 300-600 mg/dL, pada SHH 600-1200 mg/dL), dan pasien biasanya tidak sadarkan diri. Selain itu, keadaan hipoglikemi juga termasuk komplikasi akut DM, di mana kadar glukosa darahnya 10 tahun Skala ukur : Skala Intervalg. Merokok Definisi : kegiatan menghisap rokok. Jumlah perokok yang menderita katarak diabetes, sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien.

Cara ukur : Observasi rekam medik

Alat ukur : Rekam medik

Hasil ukur : a. Ya b. Tidak

Skala ukur : Nominal h. KatarakDefinisi : tingkat perkembangan kekeruhan pada lensa mata, sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien. Cara ukur : Observasi rekam medik

Alat ukur : Rekam medik

Hasil ukur : a. Imaturb. Matur Skala ukur : Nominal

BAB IVMETODE PENELITIAN4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional dimana pada penelitian ini dilakukan observasi data untuk menggambarkan tentang prevalensi katarak pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang dirawat di poliklinik mata RSUD Labuang Baji, Makassar dan retrospektif dikarenakan pengumpulan data berdasarkan data sekunder, yakni rekam medik pasien. 4.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji, Makassar.Lokasi ini dipilih karena rumah sakit ini rumah sakit pusat rujukan region gerbang Selatan, mencakup Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, Kabupaten Jeneponto, termasuk untuk masyarakat yang berdomisili di sisi selatan Kota Makassar. Waktu pengambilan dan pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2014 16 Mei 2014

4.3 Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.(21) Populasi penelitian adalah seluruh pasien dengan diagnosis katarak yang dirawat di poliklinik mata Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji, Makassar selama periode Januari 2013 sampai Desember 2013.

Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang akan diambil.(22) Besar sampel yang digunakan ialah dengan metode total sampling, dimana sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua populasi yang sesuai dengan kriteria penelitian.

Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah seluruh pasien katarak yang tercatat dalam rekam medik, sementara kriteria eksklusi yang digunakan adalah pasien yang tidak didapati riwayat diabetes melitus tipe 2 pada rekam medik. 4.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji, Makassar. Dari data sekunder tersebut kemudian dilakukan observasi untuk mengetahui sosiodemografi (umur, jenis kelamin), lamanya diabetes melitus tipe 2 yang diderita, jenis katarak yang diderita oleh pasien tersebut serta riwayat merokok yang dimiliki oleh masing-masing pasien tersebut. 4.5 Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisa data dibagi dalam beberapa tahap, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, analisis/interpretasi data dan pengambilan kesimpulan.(23) Dalam penelitian ini, setelah data dikumpulkan dan dicatat kemudian diolah menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution).

BAB VHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN5.1. Hasil Penelitian Pengambilan data penelitian telah dilaksanakan selama dua minggu yaitu mulai 5 Mei 2014 16 Mei 2014 di bagian rekam medik RSUD Labuang Baji, Makassar. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan diagnosis katarak yang dirawat di poliklinik mata RSUD Labuang Baji, Makassar selama rentang waktu bulan Januari 2013 sampai Desember 2013. Dari 232 buah rekam medik pasien dengan katarak yang diperiksa, ditemukan 47 buah rekam medik pasien dengan katarak dan diabetes melitus tipe 2 yang memenuhi kriteria untuk dimasukkan sebagai sampel. Berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data rekam medik, maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut :

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang baji, Makassar yang terletak di bagian selatan Kecamatan Mamajang Kota Makassar tepatnya di Jalan Dr.Ratulangi No. 81 Makassar.Rumah Sakit ini juga menjadi rumah sakit Tipe B dan juga sebagai pusat rujukan region gerbang Selatan, mencakup Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, Kabupaten Jeneponto, termasuk untuk masyarakat yang berdomisili di sisi selatan Kota Makassar. Dikeluarkannya Perda Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 6 Tahun 2002 yang merubah status dari RSUD non pendidikan menjadi BP RSUD Labuang Baji yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Gubernur Sulawesi Selatan, namun sebelumnya RSUD Labuang Baji telah Terakreditasi dengan 5 (lima) bidang pelayanan Kemudian dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 pada tanggal 21 Juli 2008 dengan merubah struktur organisasi RSUD Labuang Baji dari bentuk badan menjadi Rumah Sakit Umum.5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel 5.1.2.1. Distribusi Frekuensi Katarak Berdasarkan Jenis Kelamin Dari hasil pengumpulan data didapatkan sebanyak 47 pasien katarak yang memenuhi kriteria menjadi sampel penelitian, terdiri dari 16 orang laki-laki dan 31 orang perempuan.

Gambar 5.1 Distribusi Frekuensi Katarak Berdasarkan Jenis Kelamin5.1.2.2. Distribusi Frekuensi Katarak Berdasarkan Kelompok Umur

Gambar 5.2 Distribusi Frekuensi Katarak Berdasarkan Kelompok UmurDari gambar 5.2 diperoleh data pasien yang menderita katarak paling banyak terjadi pada kelompok usia 60-69 tahun sebanyak 21 orang (45%), diikuti dengan kelompok usia 50-59 tahun sebanyak 15 orang (32%), kelompok usia 70 tahun sebanyak 9 orang (19%), dan paling sedikit yaitu pada kelompok usia 40-49 tahun sebanyak 2 orang (4%). 5.1.2.3. Distribusi Frekuensi Katarak Berdasarkan Lamanya Menderita DM Tipe 2

Gambar 5.3 Distribusi Frekuensi Katarak Berdasarkan Lamanya Menderita DM Tipe 2 Dari gambar 5.3, diperoleh pasien katarak yang paling banyak diderita oleh penderita Diabetes Melitus tipe 2 10 tahun ialah sebanyak 26 orang (55%), dan diikuti dengan penderita Diabetes Melitus tipe 2 10 tahun sebanyak 21 orang (45%).

5.1.2.4. Distribusi Frekuensi Katarak Berdasarkan Riwayat Merokok

Gambar 5.5.Distribusi Frekuensi Katarak Berdasarkan Riwayat Merokok

Dari gambar 5.5, diperoleh pasien katarak dengan riwayat merokok sebanyak 15 orang (32%), dan pasien katarak tanpa riwayat merokok sebanyak 32 orang (68 %).

5.1.2.5. Distribusi Frekuensi Katarak Berdasarkan Jenis Katarak

Gambar 5.5 Distribusi Frekuensi Katarak Berdasarkan Jenis KatarakDari gambar 5.5, diperoleh tipe katarak yang paling banyak diderita oleh penderita Diabetes Melitus Tipe 2 ialah Imatur sebanyak 38 orang (81%), tipe katarak terbanyak pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 ialah Matur sebanyak 6 orang (13%) dan diikuti gabungan dari imatur dan matur sebanyak 3 orang (6%).

5.1.3. Prevalensi Katarak dengan Diabetes Melitus tipe 2Berdasarkan hasil penelitian pada 158 rekam medis dengan diagnosis katarak yang dirawat di poliklinik mata RSUD Labuang Baji, Makassar pada tahun 2013 sebanyak 47 orang sehingga prevalensi katarak pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat dihitung sebagai berikut :Prevalensi Katarak pada DM tipe 2

=

= x 100%

= 29,75%

5.2. Pembahasan

Pada penelitian ini, melalui gambar 5.1, diperoleh hasil penelitian ini menunjukkan distribusi pasien terbanyak yang mengalami katarak diabetik berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan, yaitu sebanyak 31 penderita (66%). Menurut hasil penelitian Raman, R. et al pada tahun 2010 di India, didapatkan penderita katarak diabetik terbanyak adalah perempuan sebanyak 306 penderita (51.4%).(24) Menurut hasil penelitian Kim S. dan Kim J. pada tahun 2006 di Korea, didapatkan penderita katarak diabetik terbanyak adalah perempuan, yaitu sebanyak 270 penderita (53.15%). Berdasarkan teori Baziad (1996), dikatakan wanita lebih cenderung mendapat penyakit setelah menopause karena lebih dipengaruhi faktor hormonal estrogen.(25)Berdasarkan gambar 5.2, diperoleh hasil penelitian ini menunjukkan distribusi pasien terbanyak yang mengalami katarak diabetik berdasarkan umur adalah kelompok dengan rentang umur 60 69 tahun, yaitu sebanyak 21 orang (45%). Menurut hasil penelitian Rotimi, C. et al pada tahun 2003 di Afrika Barat, didapatkan sebanyak 261 (50.4%) pasien dalam kelompok rentang umur 46 65 menderita katarak diabetik. Data dari Framingham dan beberapa penelitian menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi katarak sebesar tiga sampai empat kali lipat pada penderita diabetes melitus yang berusia dibawah 65 tahun dan peningkatan sebesar dua kali lipat lebih pada penderita diabetes melitus yang berusia di atas 65 tahun. Sunjaya dalam penelitiannya pada tahun 2009 menyatakan pembentukan katarak terjadi seiring dengan peningkatan umur karena proses penuaan dan diabetes melitus sebagai faktor risiko yang memicu pembentukan katarak dengan cepat. (26)Sementara dari gambar 5.3, diperoleh hasil penelitian ini menunjukkan distribusi pasien terbanyak yang mengalami katarak diabetik berdasarkan durasi adalah pada kelompok dengan durasi 10 tahun (58.6%). Menurut penelitian Roaeld, R.B di Libya, sebanyak 46 orang (12.5%) yang menderita diabetes melitus tipe 2 dengan durasi < 7 tahun. Menurut penelitian Vaz, N.C et al pada tahun 2011 di Goa, India, sebanyak 71 orang (23.4%) yang menderita diabetes melitus tipe 2 dengan durasi 10 tahun. (27) Berdasarkan penelitian kohort oleh Rotimi C, et al. pada tahun 2005 di Afrika Barat dalam Rizkawati (2012) menyatakan bahawa kejadian katarak pada penderita diabetes melitus lebih dari dua kali lipat berisiko dibanding orang yang tidak menderita diabetes melitus. Hal ini menunjukkan bahawa diabetes melitus merupakan faktor risiko yang penting dalam pembentukan katarak. Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga dapat mempercepat pembentukan katarak pada pasien diabetes. (28)BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Dari hasil penelitian ini, yaitu dari 47 jumlah pasien yang menderita katarak akibat Diabetes Melitus Tipe 2, didapatkan sebanyak 16 orang (34%) adalah laki-laki dan sebanyak 31 orang (66%) adalah perempuan. Dengan arti kata lain, jumlah perempuan lebih banyak menderita katarak karena Diabetes Melitus Tipe 2.

2. Karakteristik umur pasien terbanyak yang menderita Katarak Diabetik adalah pada kelompok umur 60 69 tahun, yaitu sebanyak 21 orang (44,7%) dari jumlah penderita Katarak Diabetik.

3. Kebanyakan pasien, yaitu sebanyak 26 orang (55.3%) yang menderita Katarak Diabetik mempunyai riwayat Diabetes Melitus dalam durasi 10 tahun.

4. Dari jumlah 47 orang yang menderita Katarak Diabetik, didapatkan pasien yang berada di stadium imatur adalah sebanyak 41 orang (87,2%) dan pasien yang berada di stadium matur adalah sebanyak 6 orang (12,8%). Pasien di stadium imatur lebih banyak dari pasien di stadium matur.

5. Dari penelitian ini, juga didapatkan riwayat pasien Katarak Diabetik yang merokok sebanyak 16 orang (34%) dan 31 orang (66%) tidak mempunyai riwayat merokok. Dengan arti kata lain, jumlah pasien yang mempunyai riwayat merokok adalah kecil.6. Dari penelitian ini, didapatkan prevalensi katarak pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD Labuang Baji, Makassar sebesar 29,75% selama periode Januari Desember 2013.6.2. Saran Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalankan dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagi pihak RSUD. Labuang Baji Makassar disarankan agar pencatatan status pasien pada rekam medis dilakukan dengan lebih teratur dan lengkap untuk memudahkan peneliti yang akan melakukan penelitian berdasarkan rekam medis.

2. Diharapkan kepada RSUD. Labuang Baji Makassar, khususnya subbagian Endokrinologi Penyakit Dalam, untuk memberi penanganan dan edukasi kepada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 secara menyeluruh supaya dapat mencegah terjadinya komplikasi dari penyakit ini.

3. Penyuluhan tentang kesehatan mata terhadap pasien diabetik serta pemeriksaan mata sebaiknya rutin dilakukan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu dan tempat pelayanan kesehatan lainnya agar mereka dapat mencegah terjadinya pembentukan katarak.

4. Pemberian edukasi kepada pasien diabetes yang lebih muda supaya pemeriksaan mata di lakukan lebih sering dan seawal mungkin untuk mencegah terbentuknya katarak.

5. Pada pasien diabetes, ditekankan tentang bahayanya merokok dan efeknya pada pembentukan katarak.

DAFTAR PUSTAKA1. ADA (American Diabetes Association) 2004. Diagnosis and Classification of DM. Diabetes Care, vol 27. Available from: http:// care. diabetesjournals. org/ content/ 27/suppl_1/s5.full.pdf+html [19 Mei 2014].

2. Addison D., J.,Miguel N. Burnier, Jr., Cecil C. Ewing (2006), Ian M. MacDonald, Brent J. MacInnis, J. Clement McCulloch (2007), et al 2008. Canadian Ophthalmological Society evidence-based clinical practice guidelines for cataract surgery in the adult eye. Canada: Canadian Journal of Ophthalmology (CJO). Available from : http:// 66.147.244.248/~ cosscoca/ wpcontent/uploads/2012/09/COS_CataractCPGs_Oct08.pdf [Accesed 19 Mei 2014].

3. Kyselova, Z., M. Stefek, V. Bauer 2004. Pharmacological prevention of diabetic cataract. Slovakia: Journal of Diabetes and Its Complications. Available from : http://www.uef.sav.sk/Kyselova_files/JDC-cataract%20review.pdf [Accesed 20 April 2014].4. Kim, S. II, Kim, S. II 2006. Prevalence and Risk Factors for Cataracts in Person with Types 2 Diabetes Mellitus. Korea: Korean Journal of Ophthalmology 5. Pollreisz, A. and Ursula Schimidt-Erfurth 2010. Diabetic Cataract Pathogenesis, Epidemiology and Treatment. Austria : Hindawi Publishing Corporation. Available from : http:// www. hindawi. com/ journals/ jop/2010/608751/ [Accesed 18 April 2014].6. Ilyas S, 1997. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 7. Brunner dan Suddarth 2001. Keperawatan Medikal Bedah Vol.3 EGC. Jakarta: Keperawatan Bedah Jilit 3.

8. Baziad, A. 1996.Terapi Hormonal: Alternatif Baru penanggulangan masalah menopause dan komplikasinya dalam Pakasi LS. Menopause: masalah dan penanganannya. Jakarta: Balai Peneribit FK UI.

9. Christanty, L. 2008. Perbedaan Visual Outcome Pascaoperasi Katarak disertai Penanaman Intraokular Lensa antara penderita Katarak Senilis tanpa DM dengan DM non-Retinopati. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Available from: http://eprints.undip.ac.id/24460/1/Laura.pdf [Accessed 21 Mei 2014]

10. Charan, S.S., Sharma, R.G. 1970. Relationship between lenticular and blood calcium content in various types of human cataractous lenses. India: Indian Journal of Ophthalmology. Available from : http://www.ijo.in/text.asp?1970/18 [Accessed 17 Mei 2014].

11. Deepa. K, Nandini. M, Sudhir 2011. Oxidative stress and calcium levels in senile and type 2 Diabetic Cataract Patients. India: International Journal of Pharma and Bio Sciences. Available from : www.ijpbs.net [Accessed 31 Mei 2014].

12. Eva, P., R. and John P. Whitcher 2010. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

13. Gustaviani, Reno 2006. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Department Ilmu Penyakit Dalam FKUI.14. Nathan, D., M., 1993. Long-Term Complications of Diabetes Melitus. The New England Journal of Medicine. Available from: http:// www. nejm. org/ doi/ full/10.1056/NEJM199306103282306 [Accesed 26 April 2014]. 15. Inzucchi, S., E. 2005. The Diabetes Melitus Manual: A primary care companion to Ellenberg and Rifkin's Sixth Edition. USA : Mc Graw Hill Companies, Inc. 16. Javadi, M., A., Siamak Zarei-Ghanavati, 2008. Cataract in Diabetic Patients: A Review Article. Iran: Journal of Ophthalmic and Vission. Available from: http://www.jovr.ir/index.php/jovr/article/viewFile/9/9 [Accesed 24 April 2014]. 17. Khandekar, R., Mohammed, A.J. 2009. Gender inequality in vision loss and eye diseases: Evidence from the Sultanate of Oman. India: Indian Journal of Ophthalmology. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2812763/#!po=67.8571 [Accessed 20 Mei 2014]. 18. Murrill, C., A., David L. Stanfield, Michael D. VanBrocklin, Ian L. Bailey, Brian P. DenBeste, Ralph C. DiIorio et al 2004. USA Optometric Clinical Practice Guideline Care of the Adult Patient with Cataract. USA: American Optometric Association Consensus Panel. Available from : http://www.aoa.org/documents/CPG-8.pdf [Accesed 25 April 2014].19. Mvitu-Muaka, M., Longo-Mbenza, B., Nkondi MA 2011. Relationship between Cataract and Metabolic Syndrome among African Type 2 Diabetics. South Africa: University of Kinshasa. 20. Putra, M. Agung Eka 2011. Prevalensi Kebutaan Akibat Katarak di Poliklinik Mata RSUP Haji Adam Malik. Available from: repository. usu. ac.id/ bistream/ 123456789/24653/3chapterIIpdf. [Accesed 20 April 2014]. 21. Rizkawati 2012. Hubungan Antara Kejadian Katarak Dengan Diabetes Melitus Di Poli Mata Rumah Sakit Dr. Soedarso Pontianak. Kalimantan: Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Available from: jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/.../2819/2834 [Accessed 26 Mei 2014].22. Regina 2012. Komplikasi Diabetes Melitus. Diabetes Melitus.org Pusat Informasi Penyakit DM. Available from: http:// diabetesmelitus. org/ komplikasi-diabetes- melitus/ [Accesed 20 April 2014].23. Vaz, N.C, Ferreira AM, Kulkarni, MN, Vaz, F.S, Pinto, NR 2011. Prevalence of Diabetic Complications in Rural Goa, India. India: Indian Journal of Community Medicine. 24. Raman R., Swakshyar. S.P., James S.K.A., Padmaja K.R. 2010. Prevalence and Risk Factors for Cataract in Diabetes: Sankara Nethralaya Diabetic Retinopathy Epidermiology and Molecular Genetics Study. India: Department of Preventive Ophthalmology, Sankara Nethralaya. 25. Baziad, A. 1996.Terapi Hormonal: Alternatif Baru penanggulangan masalah menopause dan komplikasinya dalam Pakasi LS. Menopause: masalah dan penanganannya. Jakarta: Balai Peneribit FK UI26. Rosenfeld, S., I., Mark H. Blecher, James C. Bobrow, Cynthia A. Bradford, 2007. Lens and Cataract. USA : American Academy of Ophthalmology.27. Roaeld, R.B, Kadiki, O.A 2006. Prevalence of long-term complications among Type 2 Diabetic patients in Benghazi, Libya. Libya: Journal of Diabetology in Asia Study Group. .28. Rotimi, C., Daniel, H., Chen, G., Opoku, V., Dunston, G., Collins, F. et al 2003. Prevalence and Determinants of Diabetic Retinopathy and Cataracts in West African Type 2 Diabetes Patients. Africa: Ethnicity and Disease Vol 13Katarak yang disebabkan oleh Diabetes Melitus Tipe 2

Umur

Jenis Kelamin

Stadium Katarak

Merokok

Durasi

47

_1462716964.xlsChart1

1

4

16

23

17

6

Distribusi SKA Berdasarkan Umur

Distribusi Katarak Berdasarkan Umur

40-492 orang4%

50-59(15 orang)32%

60-69(21 orang)45%

>70 (9 orang)19%

Sheet1

TahunDistribusi SKA Berdasarkan Umur

21-301

31-404

41-5016

51-6023

61-7017

>706

_1462716967.xlsChart1

2

15

21

9

Distribusi SKA Berdasarkan Umur

Distribusi Katarak Berdasarkan Jenis Kelamin

16 orang34%

31 orang66%

Sheet1

TahunDistribusi SKA Berdasarkan Umur

40-492

50-5915

60-6921

>709

_1462716957.xlsChart1

15

32

Distribusi SKA Berdasarkan Umur

Distribusi Katarak Berdasarkan Riwayat Merokok

Merokok(15 orang)32%

Tidak Merokok (32 Orang)68%

Sheet1

TahunDistribusi SKA Berdasarkan Umur

Merokok15

Tidak Merokok32

_1462716961.xlsChart1

26

21

Column1

Distribusi Frekuensi Katarak Berdasarkan Lamanya Menderita DM tipe 2

DM 10 tahun(26 orang)55%

DM 10 tahun(21 orang)45%

Sheet1

Column1

DM 10 thn26

DM 10 thn21

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1462716954.xlsChart1

38

6

3

Column1

Distribusi Frekuensi Katarak Berdasarkan Jenis Katarak

Imatur(38 orang)81%

Matur(6 orang)13%

I & M(3 orang)6%

Sheet1

Column1

Imatur (I)38

Matur (M)6

I & M3

To resize chart data range, drag lower right corner of range.