presus pv

Upload: olivialui

Post on 14-Apr-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 presus pv

    1/16

    1

    PRESENTASI KASUS

    PITIRIASIS VERSIKOLOR

    Disusun oleh:Olivia Novianty Loei

    11-2011-176

    FK UKRIDA

    Dipresentasikan pada tanggal 18 Juli 2013

    Moderator : dr. Widyanto, Sp.KK

    KEPANITERAAN DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN

    RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT

    SOEBROTO1 Juli- 3 Agustus 2013

  • 7/30/2019 presus pv

    2/16

    2

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya

    sehingga presentasi kasus yang berjudul Pitiriasis versiskolor dapat diselesaikan.

    Laporan kasus ini merupakan salah satu pemenuhan syarat kepaniteraan klinik di

    Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSPAD Gatot Soebroto.

    Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu

    dalam penulisan laporan kasus ini, khususnya kepada dr. Widyanto, Sp.KK sebagai

    moderator dalam laporan kasus ini dan kepada dokter-dokter spesialis Kulit dan

    Kelamin lainnya yang telah memberikan saran, serta bimbingan dalam penyusunan

    laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dokter

    muda dan semua pihak yang banyak membantu dalam penyusunan laporan kasus ini.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa presentasi kasus ini masih jauh dari

    sempurna baik mengenai isi dan susunan bahasa oleh karena itu penulis mengharapkan

    kritik dan saran sebagai masukan untuk perbaikan demi kesempurnaan presentasi kasus

    ini. Semoga karya ini bisa bermanfaat untuk kemajuan kita atau peningkatan kualitas

    kesehatan bagi masyarakat.

    Jakarta, Juli 2013

    Penulis

  • 7/30/2019 presus pv

    3/16

    3

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

    DAFTAR ISI..................................................................................................................................iiPRESENTASI KASUS..................................................................................................................1

    I. IDENTITAS................................................................................................................1II. ANAMNESIS.............................................................................................................1III. STATUS GENERALIS..............................................................................................2IV. STATUS DERMATOLOGIKUS..............................................................................2V. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................................3VI. RESUME.....................................................................................................................3VII. DIAGNOSIS KERJA..................................................................................................4VIII. DIAGNOSIS BANDING............................................................................................4IX. ANJURAN PEMERIKSAAN.....................................................................................4X. PENATALAKSANAAN............................................................................................4

    TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................5

    DEFINISI...................................................................................................................................5

    SINONIM...................................................................................................................................5

    ETIOLOGI.................................................................................................................................5

    PATOFISIOLOGI......................................................................................................................6

    PATOGENESIS.........................................................................................................................7

    GAMBARAN KLINIS...............................................................................................................8

    PEMERIKSAAN PENUNJANG...............................................................................................9

    DIAGNOSIS KERJA...............................................................................................................10

    DIAGNOSIS BANDING.........................................................................................................10

    PENGOBATAN.......................................................................................................................11

    PROGNOSIS............................................................................................................................12

    DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13

  • 7/30/2019 presus pv

    4/16

    4

    KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

    STATUS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

    SMF PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSPAD GATOT SOEBROTO

    STATUS PEMERIKSAAN PASIEN

    I. IDENTITAS PASIEN

    Nama : An. FR

    Umur : 11 tahun

    Jenis kelamin : Perempuan

    Alamat : Karbela, Jakarta Selatan

    Pendidikan : Kelas 5 SD

    Suku : Sunda

    Bangsa : Indonesia

    Agama : Islam

    II. ANAMNESA

    Diambil dari: Autoanamnesa tanggal 08 Juli 2013

    Keluhan Utama : Bercak-bercak putih di pipi kanan dan kiri

    Keluhan Tambahan : Gatal terutama saat berkeringat

    Riwayat Perjalanan Penyakit :

    Pasien datang dengan keluhan bercak - bercak putih disertai gatal pada pipi

    kanan dan kiri sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya pasien tidak memperhatikan adanya

    bercak-bercak putih. Pasien mengeluh gatal saat berkeringat terutama saat pasien

    bermain bola kaki sepulang sekolah. Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari. Pasien

    mengatakan membersihkan wajah hanya pada saat mandi. Pasien mengaku bertukar

    handuk dengan orang tuanya. Pasien mengaku belum pernah mengobati kelainan

    tersebut.

    Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada

    Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal yang

    sama dengan pasien

  • 7/30/2019 presus pv

    5/16

    5

    III. STATUS GENERALIS

    Keadaan Umum : Baik

    Kesadaran : Compos mentis

    Keadaan gizi : Baik

    Tanda Vital : TD: 120/70 mmHg Nadi: 84x/menit

    : RR: 20x/menit Suhu: Afebris

    BB: 34 kg

    Kepala : Normochepali

    Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

    Hidung : bentuk normal, deviasi septum tidak ada, sekret (-)

    Tenggorokan : faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenangLeher : tidak ada pembesaran KGB

    Toraks : simetris saat statis dan dinamis

    Paru : SD vesikuler, Rh (-), Wh (-)

    Jantung : BJ I-II murni reguler. Murmur (-), Gallop (-)

    Abdomen : cembung, supel, nyeri tekan (-)

    Ekstremitas : akral hangat, edema (-/-)

    IV. STATUS DERMATOLOGIKUS

    Lokasi : Pipi kanan dan kiri

    Eflorosensi : Bercak - bercak hipopigmentasi, bentuk bulat, ukuran milier sampai

    lentikuler, sirkumskrip, multiple, distribusi diskret dengan permukaan terdapat

    skuama halus.

    - pada pipi kanan - pada pipi kiri

  • 7/30/2019 presus pv

    6/16

    6

    V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    - Sinar Wood (+) dengan fluoresensi kuning keemasan

    - pada pipi kanan - pada pipi kiri

    - KOH 10% diambil dari bercak hipopigmentasi di pipi kanan dan kiri

    Terlihat hifa pendek dengan spora berkelompok.

    VI. RESUME

    Pasien seorang anak perempuan berumur 11 tahun datang dengan keluhan

    gatal disertai bercak-bercak putih pada pipi kanan dan kiri sejak 1 bulan yang lalu,

    gatal dirasakan terutama saat berkeringat. Status generalis: tanda vital: TD: 120/ 70

    mmHg, nadi: 84x/ menit, RR: 20x/ menit, suhu: afebris, BB: 34 kg. Pada status

    dermatologikus ditemukan pada pipi kanan dan kiri terdapat bercak-bercak

    hipopigmentasi, bentuk bulat, ukuran milier sampai lentikuler, sirkumskrip,

  • 7/30/2019 presus pv

    7/16

    7

    multiple, distribusi diskret dengan permukaan terdapat skuama halus. Pemeriksaan

    Wood light didapatkan fluoresensi kuning keemasan. Dan dengan pemeriksaan

    KOH 10 % terlihat hifa pendek dengan spora berkelompok.

    VII. DIAGNOSIS KERJA

    Pitiriasis versikolor

    VIII. DIAGNOSIS BANDING

    Tidak ada

    IX. PEMERIKSAAN ANJURAN

    Tidak ada

    X. PENATALAKSANAAN

    1. Non Medikamentosa Menjaga kebersihan terutama kulit yang sakit agar tetap kering Menganjurkan untuk tidak bertukar handuk dengan anggota keluarga yang

    lain

    Menggunakan handuk yang berbeda untuk kulit yang sakit dan kulit yangsehat

    2. Medikamentosa Topikal

    Miconazole Nitrat cream 2% 2x sehari setelah mandi

    XI. PROGNOSIS

    Quo ad vitam : bonam

    Quo ad functionam : bonam

    Quo ad sanationam : bonam

  • 7/30/2019 presus pv

    8/16

    8

    TINJAUAN PUSTAKA

    PITIRIASIS VERSICOLOR

    DEFINISI

    Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial yang sering terjadi

    disebabkan oleh Malasezia furfur,yaitu jamur yang bersifat lifopilik dimorfik dan

    merupakan flora normal pada kulit manusia, ditandadi dengan bercak lesi yang

    bervariasi mulai dari hipopigmentasi, kemerahan sampai kecoklatan atau

    hiperpigmentasi. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit yang kronik dan asimtomatik

    ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang berskuama halus. Kelainan ini umumnya

    menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, lipat paha, tungkai atas, leher,

    muka dan kulit kepala.1

    SINONIM

    Tinea versikolor, kromofitosis, dermatomikosis, purpura, liver spots, tinea flava,

    pitiriasis versikolor flava dan panu.1

    ETIOLOGI

    M. furfur (sebelumnya dikenal dengan nama Pityrosporum ovale, P.

    orbiculare) adalah jamur lipofilik yang normal terdapat pada keratin kulit dan

    folikel rambut. Jamur ini merupakan organisme oportunistik yang dapat

    menyebabkan pityriasis versicolor Jamur ini membutuhkan asam lemak untuk

    tumbuh 2

    Gambar. Malassezia furfur Sumber(www.doctorfungus.com)3

    http://www.doctorfungus.com%293/http://www.doctorfungus.com%293/http://www.doctorfungus.com%293/http://www.doctorfungus.com%293/http://www.doctorfungus.com%293/
  • 7/30/2019 presus pv

    9/16

    9

    Kingdom : Fungi

    Phylum : Basidiomycota

    Class : Hymenomycetes

    Order : Tremellales

    Family : Filobasidiaceae

    Genus : Malassezia.

    Koloni Malassezia furfur dapat tumbuh dengan cepat dan matur dalam 5 hari

    dengan suhu 30-37 C. Warna koloni Malassezia Furfur adalah kuning krem.

    Gambar. Koloni Malassezia Furfus sumber(www.doctorfungus.com)3

    Malassezia furfur memiliki fragmen hifa dengan gambaran seperti sphagetti

    atau meatbollsaat dilihat dengan mikroskop. Sel jamur terdiri dari 2 bentuk

    PATOFISIOLOGI

    Pitiriasis versikolor disebabkan oleh organisme lipofilik dimorfik, Malassezia

    furfur, yang hanya dapat dikultur pada media yang diperkaya dengan asam lemak

    berukuran C12- sampai C14. Malassezia furfur atau yang juga dikenal dengan nama

    singkat M furfur, merupakan salah satu anggota dari flora kulit manusia normal (normal

    http://www.doctorfungus.com/http://www.doctorfungus.com/
  • 7/30/2019 presus pv

    10/16

    10

    human cutaneous flora) dan ditemukan pada bayi (infant) sebesar 18% sedangkan pada

    orang dewasa mencapai 90-100%.4

    Sebagian besar kasus pitiriasis versikolor dialami oleh orang yang sehat tanpa

    disertai penurunan sistem kekebalan tubuh (immunologic deficiencies). Meskipun

    demikian, beberapa faktor dapat memengaruhi beberapa orang terkena Pitiriasis

    versikolor sekaligus memicu berubahnya bentuk (conversion) dari ragi saprofit

    (saprophytic yeast) menjadi bentuk morfologis miselium, parasitik. Faktor-faktor

    tersebut antara lain:4

    1. Kecenderungan (predisposition) genetik.

    2. Lingkungan yang lembab, hangat.

    3. Immunosuppression.

    4. Malnutrition.

    5. Cushing disease.

    Human peptide cathelicidin LL-37 berperan dalam pertahanan kulit melawan

    Malassezia globosa. Meskipun merupakan bagian dari flora normal, M furfur dapat juga

    menjadi patogen yang oportunistik. Keadaan ini tidak menular karena patogen jamur

    kausatif (causative fungal pathogen) merupakan penghuni normal pada kulit.

    Kulit penderita pitiriasis versikolor dapat mengalami hipopigmentasi atau

    hiperpigmentasi. Pada kasus hipopigmentasi, inhibitor tyrosinase (hasil dari aksi/kerja

    inhibitor tyrosinase dari asam dicarboxylic yang terbentuk melalui oksidasi beberapa

    asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acids) pada lemak di permukaan kulit) secara

    kompetitif menghambat enzim yang diperlukan dari pembentukan pigmen melanocyte.

    Pada kasus pitiriasis versikolor dengan makula hiperpigmentasi, organisme memicu

    pembesaran melanosom yang dibuat oleh melanosit di lapisan basal epidermis.5

    PATOGENESIS

    Perubahan bentuk Malassezia dari blastospora menjadi miselium dipengaruhi

    oleh berbagai faktor predisposisi. Asam dikarboksilat, yang dibentuk oleh oksidasi

    enzimatis asam lemak pada lemak di permukaan kulit, menghambat tyrosinase pada

    melanosit epidermis dan dengan demikian memicu hipomelanosis. Enzim ini terdapat

    pada organisme (Malassezia).5

  • 7/30/2019 presus pv

    11/16

    11

    GAMBARAN KLINIS

    Timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang gatal bila berkeringat.

    Bisa pula tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu oleh

    adanya bercak tersebut (berhubungan dengan kosmetik). Gambaran klinis pitiriasis

    versikolor sangat khas sehingga mudah didiagnosis. Lesi berupa bercak yang berbatas

    tegas disertai dengan skuama halus, lesi tersebut mempunyai ukuran, bentuk dan warna

    yang bermacam-macam. Hal ini sesuai dengan namanya yaitu pitiriasis yang berarti

    penyakit dengan skuama halus seperti tepung dan versikolor yang berarti berbagai

    macam warna.5

    Warna lesi mulai dari hipopigmentasi, merah muda, kuning kecoklatan, coklat

    muda atau hiperpigmentasi. Variasi warna tersebut tergantung dari pigmen kulit

    penderita, paparan sinar matahari dan lamanya penyakit. Pada orang kulit berwarna, lesi

    yang terjadi tampak sebagai bercak hipopigmentasi, tetapi pada orang yang berkulit

    pucat maka lesi bisa berwarna kecoklatan ataupun kemerahan. Kadang kadang

    skuama sukar dilihat, namun dapat dibuktikan dengan dengan pemeriksaan goresan

    permukaan lesi dengan kuret atau kuku jari tangan (finger nail sign). Lesi yang pertama

    muncul mula mula berbentuk milier yang berbatas tegas dan makin lama makin

    membesar tanpa disertai peninggian ditepinya. Tempat predileksinya terutama daerah

    yang ditutupi pakaian sperti dada, punggung, perut, lengan atas, paha, leher.5

    Pada kasus yang lama tanpa pengobatan, lesi dapat bergabung membentuk

    gambaran seperti pulau yang luas berbentuk polisiklik. Beberapa kasus didaerah

    berhawa dingin dapat sembuh spontan.

    Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dengan ukuran lesi dapat

    milier, lentikuler, numuler sampai plakat. Ada dua bentuk yang sering dijumpai :

    1. Bentuk makuler: berupa bercak yang agak lebar, dengan squama halusdiatasnya, dan tepi tidak meninggi.

    2. Bentuk folikuler: seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut.5

  • 7/30/2019 presus pv

    12/16

    12

    Gambar. Pityriasis versicolor menunjukkan lesi hiperpigmentasi dalam lesi Kaukasia(kiri atas) dan hipopigmentasi dalam Aborijin Australia (kanan atas dan bawah ).6

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20%.Bahan-bahan kerokan kulit diambil dengan cara mengerok bagian kulit yang

    mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan, lalu dikerok dengan skalpel steril dan

    jatuhannya ditampung dalam lempeng-lempeng steril pula atau ditempel pada selotip.

    Sebagian dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan KOH 10% yang diberi tinta

    Parker biru hitam atau biru laktofenol, dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas

    penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur, maka

    kelihatan garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan jarak-jarak tertentu

    dipisahkan oleh sekat-sekat yang dikenal dengan hifa. Pada pitiriasis versikolor hifa

    tampak pendek-pendek, lurus atau bengkok dengan banyak spora bergerombol sehingga

    sering disebut dengan gambaran spaghetti and meatballs atau bacon and eggs. 7

  • 7/30/2019 presus pv

    13/16

    13

    Gambaran sediaan langsung dengan KOH memperlihatkan hifa pendek-pendek dengan

    spora yang bergerombol.6

    2. Pemeriksaan dengan sinar woodDapat memberikan perubahan warna pada seluruh daerah lesi sehingga batas lesi

    lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan memperlihatkan fluoresensi

    warna kuning keemasan sampai orange. Pemeriksaan ini memungkinkan untuk melihat

    dengan lebih jelas perubaha pigmentasi yang menyertai kelainan ini.

    3. Pemeriksaan Biakan.Pemeriksaan dengan biakan jamur tidak terlalu bernilai secara diagnostik karena

    memerlukan waktu yang lama. Pemeriksaan ini menggunakan media biakan agar malt

    atau saborauds agar. Koloni yang tumbuh berbentuk soliter, sedikit meninggi, bulat

    mengkilap dan lama kelamaan akan kering dan dibawah mikroskop terlihat yeast cell

    bentuk oval dengan hifa pendek.7

    DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

    Diagnosis pada penyakit ini mudah ditegakkan karena sangat khas, yaitu :

    Klinis : Makula hipopigmentasi sampai kecoklatan ditutupi skuama yang halus Pemeriksaan dengan lampu woods pada kamar gelap didapatkan hasil fluoresensi

    kuning keemasan

  • 7/30/2019 presus pv

    14/16

    14

    Diagnosis diperkuat dengan pemeriksaan kerokan kulit dari daerah lesi denganlarutan KOH 10-20%. Dibawah mikroskop terlihat hifahifa pendek dengan spora

    bergerombol seperti buah anggur.7

    Diagnosis banding dari penyakit jamur ini adalah :

    1. Pitiriasis alba : ditandai dengan adanya bercak kemerahan dan skuama halus yangakan menghilang dan meninggalkan area yang depigmentasi. Lebih sering

    ditemukan pada anak-anak dengan lokasi lesi 50-60% pada muka, terutama di

    sekitar mulut, dagu, pipi serta dahi. Lesi umumnya menetap dan tidak melebar,

    batas tidak tegas dan tidak gatal.

    2. Morbus hansen tipe T : ditandai dengan makula hipopigmentasi yang dibatasi olehinfiltrat yang berjumlah satu atau beberapa dengan distribusio asimetris, permukaan

    kering bersisik, batas tegas dan terdapat hipoanestesi sampai anestesi. Yang penting

    ditanyakan adalah adanya riwayat kontak erat dengan penderita kusta sebelumnya.

    PENATALAKSANAAN

    Pitiriasis versikolor dapat diobati. Pakaian, kain sprei, handuk harus dicuci

    dengan air panas. Kebanyakan pengobatan akan menghilangkan bukti infeksi aktif

    (skuama) dalam waktu beberapa hari, tetapi untuk menjamin pengobatan yang tuntas

    pengobatan ketat ini harus dilanjutkan beberapa minggu. Perubahan pigmen lebih

    lambat hilangnya. Daerah hipopigmentasi belum akan tampak normal sampai daerah itu

    menjadi coklat kembali. Sesudah terkena sinar matahari lebih lama daerah-daerah yang

    hipopigmentasi akan coklat kembali. Meskipun terapi nampak sudah cukup, bila

    kambuh atau kena infeksi lagi merupakan hal biasa, tetapi selalu ada respon terhadap

    pengobatan kembali.7

    Pengobatan dapat dilakukan secara topikal dan sistemik.

    Topikal : terutama ditujukan untuk lesi yang minimal1. Salep Whitfield yang mengandung asam salisilat(3-6% dan asam benzoat (6-

    12%)

    2. Selenium sulfid 2,5% yang dioleskan pada lesi, lalu dibiarkan selama 15-30menit kemudian dibersihkan. Dilakukan 2-3 kali seminggu selama 2-4 minggu.

    Selenium sulfid ini memiliki kekurangan yaitu bau yang kurang seap serta

    kadang bersifat iritatif, sehingga menyebabkan pasien kurang taat berobat.

  • 7/30/2019 presus pv

    15/16

    15

    3. Obat golongan azol : klotrimazol 1%, mikonazol nitrat 2%, sulkonazol 1%,ketokonazol 2%, ekonazol nitrat 1%, bifonazol 2,5% krim, tiokonazol 1%,

    oksikonazol 1% dan sertakonazol. Dioleskan 1-2 kali seahri selama 2-3 minggu.

    Sistemik : digunakan pada kondisi tertentu yaitu adanya resitensi terhadap obattopikal, lesi yang luas dan sering kambuh.

    1. Ketokonazol dengan dosis 200 mg sehari selama 7-10 hari atau 400 mg dosistunggal.

    2. Itrakonazol dengan dosis 200 mg per hari secara oral selama 5-7 hari

    Itrakonazol bersifat keratinofilik dan lipofilik. Merupakan obat anti jamur

    derivat trazol dengan spektrum luas dan lebih kuat dari ketokonazol dan disarankan

    untuk kasus yang relaps atau tidak responsif terhadap pengobatan lain.

    Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah flouresensi negatif dengan

    pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negatif.

    Pitiriasis versikolor tidak memberi respon yang baik terhadap pengobatan

    dengan griseofulvin.

    Untuk pencegahan, dapat dilakukan dengan selalu menjaga higienitas

    perseorangan, hindari kelembaban kulit dan menghindari kontak langsung dengan

    penderita.7

    PROGNOSIS

    Prognosis penyakit ini umumnya baik, namun perjalanan penyakit yang

    umumnya berlangsung kronik dan hilang timbul serta bila tidak diobati lesi akan

    menetap dan meluas. Respon terhadap pengobatan umunya baik, tetapi pengobatan yang

    bersifat permanent sukar dicapai, karean penyakit ini mempunyai kekambuhan yang

    tinggi. Hal ini banyak dipengaruhi oleh faktor predisposisi yang pada umumnya sulit

    dieliminir.7

  • 7/30/2019 presus pv

    16/16

    16

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Unandar, Budimulja. Mikosis. In; Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S. Editors. IlmuPenyakit Kulit dan Kelamin 5th ed. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2008. Hal 100-

    105

    2. Siregar, R.S. Tinea Versikolor (Panu). Saripati Penyakit Kulit. Jakarta:EGC. 2004.Hal 11-13

    3. Baillon. 2007. www.doctorfungus.com. Tanggal akses 20 Juli 20134. Burkhart, C. Tinea Versicolor. Emedicine. Diunduh dari: pada tanggal 18 Juli 20135. Nasution, M.A. 2005. Mikologi dan Mikologi kedokteran, Beberapa Pandangan

    Dermatologis, Pidato jabatan pengukuhan guru besar tetap USU. Medan. Hal 104-

    106

    6. Wolff K, Johnson. R.A Suurmond. D. 2007. Fitzpatricks, The Color Atlas andSynopsis of Clinical Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-Hill

    Companies

    7. Boel, T. 2003. Mikosis Superfisial. Fakultas kedokteran Gigi USU. Diambil darihttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1174/1/fkg-trelia1.pdf. diakses

    tanggal 20 Juli 2013.

    http://www.doctorfungus.com/http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1174/1/fkg-trelia1.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1174/1/fkg-trelia1.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1174/1/fkg-trelia1.pdfhttp://www.doctorfungus.com/