presus ckr

Upload: supergirl2123

Post on 02-Apr-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Presus CKR

    1/13

  • 7/27/2019 Presus CKR

    2/13

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr.Wb.

    Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat,

    rahmat dan hidayahNya serta shalawat beriring salam kepada Nabi Muhammad SAW,

    beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sehingga pada akhirnya kami dapat

    menyelesaikan penyusunan Presus ini yang berjudul Cedera kepala ringan yang

    disusun untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik Ilmu

    Bedah fakultas Kedokteran UII di RSUD Sragen.

    Dalam penulisan Presus ini penyusun banyak mendapatkan bantuan dari

    berbagai pihak. Oleh karenanya penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih

    kepada :

    1. dr. H. Tri Atmodjo. W. Sp.B selaku dosen pembimbing dan penguji

    2. dr. Iman Fadli, Sp. B,

    3. dr. Budi Setiawan, Sp. B

    4. dr. Agus Dwi Sasongko, Sp OT.

    5. Staf paramedik dan non paramedik RSUD Sragen

    6. Teman-teman sejawat, dokter muda dan semua pihak yang turut membantu

    kelancaran penulisan Presus ini, baik secara langsung maupun tidak langsung,

    yang tidak bisa kami sebutkan namanya satu persatu.

    Penyusun menyadari bahwa Presus ini masih jauh dari kesempurnaan.

    Sehingga penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna

    perbaikan Presus ini. Semoga Presus ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

    Wassalamualaikum, Wr.Wb

    Sragen, Mei 2009

    Penulis

    2

  • 7/27/2019 Presus CKR

    3/13

    STATUS PASIEN

    I. IDENTITAS

    Nama : Bp. W

    Umur : 35 tahun

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Alamat : Gupak, warak, dukuh tangent Sragen.

    Agama : Islam

    Tanggal masuk : 27 April 2009

    No. CM : 270090

    II. ANAMNESIS (diberikan pada hari kamis, tanggal 30 April 2009)

    A. Keluhan Utama : Post kecelakaan lalulintas

    B. Riwayat Penyakit Sekarang :

    Pasien datang ke IGD RSUD Sragen hari Senin, tanggal 27 April 2009 pukul

    08.20 WIB dengan keluhan post kecelakaan lalulintas sepeda motor dengan

    sepeda motor 30 menit yang lalu, pasien sadar namun mengaku tidak ingat

    kejadian, pasien mengeluhkan pusing, mual, tetapi tidak muntah, rahang

    bawah sakit dan nyeri bila digerakkan, tampak luka bakar terkena knalpot di

    pinggang kanan 7 cm x 2 cm dan luka lecet di tangan kiri 3 cm x 2 cm.

    Tidak ada keluhan pada anggota gerak dan bisa digerakkan.

    C. Riwayat Penyakit Dahulu :

    Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa

    Riwayat mondok di RS disangkal, riwayat alergi obat tidak tahu

    E. Riwayat Penyakit Keluarga :

    Keluarga pasien tidak ada yang menderita keluhan serupa

    Riwayat DM disangkal

    3

  • 7/27/2019 Presus CKR

    4/13

    Riwayat Hipertensi disangkal.

    F. Anamnesis Sistem :

    Sistem Cerebrospinal : Pusing (+)

    Sistem Cardiovaskuler : berdebar-debar (-), keringat dingin (-)

    Sistem Respiratorius : Sesak nafas (-).

    Sistem Gastrointestinal : Mual (+) muntah(-), BAB normal

    Sistem Urogenital : BAK normal

    Sistem Integumentum : luka bakar kena knalpot di pinggang kanan 7

    cm x 2 cm dan luka lecet di tangan kiri 3 cm x 2

    cm

    Sistem Muskuloskeletal : gangguan gerak (-)

    III. RESUME ANAMNESIS

    Pasien datang ke IGD RSUD Sragen hari senin, tanggal 27 april 2009 pukul

    08.20 WIB dengan keluhan post kecelakaan lalulintas sepeda motor dengan

    sepeda motor, pasien sadar namun mengaku tidak ingat kejadian, pasien

    mengeluhkan pusing, mual, tetapi tidak muntah rahang bawah sakit dan nyeribila digerakkan, tampak luka bakar terkena knalpot di pinggang kanan 7

    cm x 2 cm dan luka lecet di tangan kiri 3 cm x 2 cm. Tidak ada keluhan

    pada anggota gerak dan bisa digerakkan.

    IV. PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan Umum : Baik

    Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6

    Vital Sign : Tekanan darah : 120/80 mmHg

    4

  • 7/27/2019 Presus CKR

    5/13

    Nadi : 80 x/menit

    Respirasi : 20 x/menit

    Suhu : 37 C

    Pemeriksaan

    Kepala : Simetris, mesochepal, conjungtiva anemis (-/-), sklera

    ikterik (-/-), mata kanan merah, hematom pada mata

    kanan, pupil isokor dan respon cahaya spontan (+/+)

    Leher : Kelenjar thyroid tidak membesar, kelenjar limfonodi

    tidak membesar

    Thorax

    - Jantung

    Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC V lnea midclavicula

    sinistra

    Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V lnea midclavicula

    sinistra

    Perkusi : Batas kiri atas SIC II linea midclavicula sinistraBatas kanan atas SIC II linea parasternalis dekstra

    Batas kiri bawah SIC V linea midclavicula sinistra

    Batas kanan bawah SIC IV linea parasternalis dekstra

    Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, bising jantung (-)

    - Paru

    Inspeksi : pergerakan dinding dada terlihat simetris kanan kiri,

    retraksi dinding dada (-)

    Palpasi : nyeri tekan superfisial (-), pergerakan dinding dada

    teraba simetris

    Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru

    Auskultasi : Suara dasar vesikuler kanan kiri, suara tambahan (-)

    - Abdomen

    Inspeksi : tidak ada distensi

    Auskultasi : peristaltik (+)

    Palpasi : supel, nyeri tekan 4 kuadran (-)

    5

  • 7/27/2019 Presus CKR

    6/13

    Perkusi : tympani pada 4 kuadran

    Status lokalis :

    Tampak deformitas pada rahang bawah

    Tampak luka bakar terkena knalpot 7 cm x 2 cm pada pinggang kanan

    Tampak luka lecet di tangan kiri 3 cm x 2 cm

    IV. RESUME PEMERIKSAAN FISIK

    Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum pasien baik,

    kesadaran compos mentis. Pengukursn vital sign didapatkan dalam keadaan baik

    Pemeriksaan kepala tampak hematom mata kanan dan kemerahan pada mata

    kanan, leher, thorax dan abdomen dalam batas normal. Pemeriksaan status

    lokalis tampak deformitas pada rahang bawah, tampak luka bakar terkena

    knalpot pada pinggang kanan 7 cm x 2 cm, dan luka lecet pada tangan kiri 3

    cm x 2 cm.

    V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    a. Lab. Darah Lengkap (27 April 2009)

    CBC Hasil Unit Nilai Normal

    WBC 15,8 103/L 4,8-10,8

    RBC 4,48 106/L 4,2-5,4

    HGB 13,0 g/dl 12-16

    HCT 37,0 % 37-47

    MCV 83,5 Fl 81-99

    MCH 29,0 Pg 27-31

    MCHC 39,8 g/Dl 33-37

    PLT 219 10

    3

    150-450RDW-CV 12,7 % 11,5-14,5

    MPV 10,9 Fl 9-13

    P-LCR 9,3 % 7,2-11,1

    PDW 19,5 Fl 15-25

    Diff count

    Lymph % 87,9 % 40-74

    Mxd % 4,3 % 19-48

    Neutro % 7,8 H% 4-18

    Lymph# 13,9 106/L 1,5-7

    Mxd# 0,7 106/L 1-3,7

    Neutro# 1,2 106/L 0-1,2Tambahan

    6

  • 7/27/2019 Presus CKR

    7/13

    Hasil Nilai Normal

    CT 2 1-3

    BT 2 1-6

    Gol. Darah B

    b. Rontgen kepala posisi AP dan lateral

    Kesan : tampak adanya fraktur mandibula,

    VI. DIAGNOSA KLINIS PRA BEDAH

    Cedera kepala ringan dengan fraktur mandibula

    VII. DIAGNOSA KERJA

    Cedera kepala ringan dengan fraktur mandibula

    VIII. PENATALAKSANAAN

    Operatif : Pemasangan plate

    Pre operatif : puasa 6 jam

    Informed consent

    Infus D5 NS 25 tpm

    Injeksi piracetam 3 g/8 jam

    Injeksi Ketorolac 30 mg/ 8 jam

    Injeksi antibiotic profilaksis ceftriakson 1 gr

    Post operatif : infuse RL 20 tpm

    Ceftriaxon 1 gram/12 jam

    antalgin 1 ampul/8 jam

    bila peristaltik (+) dan flatus (+) minum sedikit dengan sedotan boleh jus ataususu.

    IX. PROGNOSIS :

    Baik

    7

  • 7/27/2019 Presus CKR

    8/13

    TINJAUAN PUSTAKA

    I. Definisi

    Cedera kepala ringan merupakan salah satu penyebab kematian dan

    kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi

    akibat kecelakaan lalu lintas. Disamping penanganan di lokasi kejadian

    dan selama transportasi korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan

    awal di ruang gawat darurat sangat menentukan penatalaksanaan dan

    prognosis selanjutnya. Tindakan resusitasi, anamnesis, dan pemeriksaan

    fisik umum serta neurologis harus dilakukan secara serentak. Pendekatan

    sistematis dapat mengurangi terlewatinya evaluasi pemeriksaan vital yang

    tidak pasti (unsure vital). Tingkat keparahan cedera kepala dinilai begitu

    pasien masuk ke rumah sakit. Pada penderita cedera wajah terlebih dahulu

    harus diperhatika pernafasan, peredaran darah umum, dan kesadaran. Jika

    terdapat patah tulang dengan atau tanpa perdarahan, jalan nafas bagian atas

    akan mudah tersumbat akibat dislokasi, udem, atau perdarahan. Dalam hal

    ini harus diingta bahaya aspirasi darah atau regurgitasi lambung.

    II. Klasifikasi

    Cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, keparahan,

    dan morfologi cedera.

    1. Mekanisme: berdasarkan adanya penetrasi durameter

    a. Trauma tumpul : - kecepatan tinggi (tabrakan)

    - kecepatam rendah (terjatuh, dipukul)

    8

  • 7/27/2019 Presus CKR

    9/13

    b. Trauma tembus (luka tembus peluru dan cedera tembus

    lainnya)

    2. Keparahan cedera

    a. Ringan : GCS 14-15

    b. Sedang : GCS 9-13

    c. Berat : GCS 3-8

    3. Morfologi

    a. Fraktur tengkorak :

    - Kranium : linear/stelatum: depresi/nondepresi:

    terbuka/tertutup

    - Basis: dengan/tanpa kebocoran cairan serebrospinal,

    dengan/tanpa kelunpuhan nervus VII

    b. Lesi intrakranial :

    - Fokal : epidural, subdural, intraserebral

    - Difus : konkusi ringan, konkusi klasik, cedera

    aksonal difus.

    III. Penatalaksanaan

    Pedoman resusitasi dan penilaian awal :

    1. Menilai jalan nafas (airways) : bersihkan jalan nafas dari kotoran

    dan muntahan, lepaskan gigi palsu, pertahankan tuykang

    servikalsegaris dengan badan dengan memasang kolar servikal,

    pasang guedel bila dapat ditoleril, jika cerdera orofssial

    mengganggu jalan nafas, maka pasie harus diintubasi.

    2. Menila pernafasan (breathing) : look, feel, and listen (melihat

    gerakan pernafasan dinding dada, merasakan hembusan udara dari

    hidung dengan mendekatkan pipi ke arah hidung pasien, dan

    mendengarkan suara nafas pasien) tentrukan apakah pasien

    bernafas spontan atau tidak. Jika tidak, beri oksigen melalui masker

    oksigen. Jika pasien bernafas spontan, selidiki, dan atasi cedera

    dada berat seperti pneumothoraks, pneumothoraks tensif,

    hemopneumothoraks.

    3. Menilai sirkulasi (circulation): otak yang rusak tidak mentoleril

    hipotensi. Hentikan semua perdarahan denga menekan arterinya.

    Perharikan secara khusus adanya cedera intraabdominal atau thorak

    9

  • 7/27/2019 Presus CKR

    10/13

    Ukur frekuensi denyut jantung dan tekanan darah, poasang alat

    pemantau dan EKG bila tersedia. Pasang jalur intravena yang

    besar, ambil darah vena untuk pemeriksaan darah perifer yang

    lengkap, ureum, elektrolit, glukosa, dan analisis gas darah arteri.

    Berika larutan koloid. Sedangkan larutan kristaloid (dextrosa atau

    dextrosa dalam salin) menimbulkan eksaserbasi edem otak pasca

    cedera kepala.

    4. Obati kejang : kejang konvulsif dapat terjadi setelah cedera kepala.

    Mula-mula berikan diazepam i.v. perlahan-lahan dan dapat diulangi

    sampai 3 kali bila masih kejang. Bila tidak berhasil dapat diberikan

    fenitoin 15 mg/kgBB diberikan i.v. perlahan-lahan dengan

    kecepatan tidak melebihi 50 mg/menit.

    5. Menilai tingkat keparahan

    a. Cedera kepala ringan (kelompok resiko rendah)

    GCS 15 (sadar bpenuh, atentif, dan orientatif)

    Tidak ada kehilangan kesadaran misalnya konkusi

    Tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang

    Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing

    Pasien dapat menderita abrasi, laserasi, atau

    hematoma kulit kepala

    Tidak adanya kriteria cedera sedang/berat

    b. Cedera kepala sedang (kelompok resiko sedang)

    GCS 9-14 (konfusi, letargi, stupor)

    Konkusi

    Amnesia pasca trauma

    Muntah

    Tanda kemnungkinan fraktur kranium (tanda battle,

    mata rabun, hemotimpanum, otorea atau rinorea

    cairan serebrospinal)

    kejang

    c. Cedera kepala berat (kelompok resiko tinggi)

    GCS 3-8 (koma)

    Penurunan derajat kesadaran secara progresif

    Tanda neurologis fokal

    10

  • 7/27/2019 Presus CKR

    11/13

    Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi

    kranium.

    IV. Pedoman penatalaksanaan

    1. Pada semua pasien dengan cedera kepala dan/atau leher, lakukan foto

    tulang belakang servikal (proyeksi AP, lateral, dan odontoid), kolar secikla

    baru dilepas setelah dipastikan bahwa seluruh tulang servikal C1-C7

    normal

    2. Pada semua pasien dengan cedera kepala sedang dan berat, lakukan

    prosedur berikut :

    Pasang jalur intravena dengan larutan salin normal (NaCl 0,9%)

    atau larutan Ringer Laktat: cairan isotonis lebih efektif mengganti

    volume intravaskuler daripada cairan hipotonis, dan larutan ini

    tidak menambah edema serebri

    Lakukan pemeriksaan: hematokrit, periksa darah perifer lengkap,

    trombosit, kimia darah: glukosa, ureum, dan kreatinin, masa

    protrombin atau masa trpmboplastin parsial, skrining toksikologi,

    dan kadar alkohol bila perlu.

    3. Lakukan CT scan dengan jendela tulang : foto rontgen kepala tidak

    diperlukan jika Ctscan telah dilakukan, karena CT ini scan lebih sensitif

    untuk mendeteksi fraktur.

    4. Pada pasien yang koma atau pasien dengan tanda-tanda herniasi, lakukan

    tindakan berikut :

    Elevasi kepala 30o

    Hiperventilasi: intubasi dan beikan ventilasi mandatorik intermiten

    dengan kecepatan 16-30 kali/menit dengan volume tidal 10-12

    ml/kg. Atur tekanan CO2 sampai 28-32 mmHg. Hipokapnia berat

    (pCO2

  • 7/27/2019 Presus CKR

    12/13

    Konsul bedah saraf bila terdapat indikasi operasi (hematoma

    epidural yang besar, hematoma subdural, cedera kepala terbuka,

    dan fraktur kompresi >1 diploe).

    V. Penatalaksanaan Sesuai Tingkat Keparahan

    1. Cedera kepala ringan: pasien dengan cedera kepala ini umumnya dapat

    dipulangkan ke rumah tanpa perlu dilakukan pemeriksaan CT scan bila

    memenuhi kriteria berikut :

    Hasil pemeriksaan neurologis (terutama status mini mental dan

    gaya berjalan) dalam batas normal.

    Foto servikal jelas normal

    Adanya orang yang bertanggung jawab untuk mengamati pasien

    selam 24 jam pertama, dengan instruksi segera kembali ke bagian

    gawat darurat bila terjadi gejala perburukan.

    Kriteria perawatan di rumah sakit:

    Adanya darah intrakranial atau fraktur yang tampak pada CT scan

    Konfusi, agitasi, atau kesadaran menurun

    Adanya tanda atau gejala neurologis fokal

    Intoksikasi obat atau alkohol

    Adanya penyakit medis komorbid yang nyata

    Tidak adanya orang yang dapat dipercaya untuk mengamati pasien

    di rumah

    2. Cedera kepala sedang : pasien yang menderita konkusi otak

    (komosio otak), GCS 15 (sadar penuh, orientasi baik, dan mengikuti

    perintah) dan CT scan normal, tidak perlu dirawat. Pasien ini dapat

    dipulangkan untuk observasi dirumah, meskipun terdapat nyeri kepala,

    mual, muntah, pusing atau amnesia. Resiko timbulnya lesi intrakranial

    lanjut yang bermakna pada pasien dengan cedera kepala sedang adalah

    minimal.

    3. Cedera kepala berat : setelah penilaian awal dan stabilisasi tanda vital,

    keputusan segera pada pasien ini adalah apakah terdapat indikasi intervensi

    bedah saraf segera (hematoma intrakranial yang besar). Jika ada indikasi,

    harus segera dikonsulkan ke bedah saraf untuk tindakan operasi.

    12

  • 7/27/2019 Presus CKR

    13/13

    DAFTAR PUSTAKA

    Komite trauma IKABI, Advanced Trauma Life Support (terjemahan ed. 6. 1997.

    IKABI

    Mansjoer A, 2000.Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta; 307 -

    313.

    Sabiston Dc. 1995.Buku ajar bedah. EGC. JakartaSjamsuhidajat R, de Jong W. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Cetakan 1. EGC.

    Jakarta: 865 875.

    Price, Sylvia Anderson. 2005.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

    EGC: Jakarta. 448-449.

    13