preskas bronchiectasis

42
Presentasi Kasus BRONKIEKTASIS Disusun Oleh : CHINTIA R. ENDISMOYO 1102008309 Pembimbing : dr. Widiatmoko Sp.P FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 0

Upload: sandri-ssandri

Post on 28-Oct-2015

107 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

vxvxv

TRANSCRIPT

Page 1: Preskas Bronchiectasis

Presentasi Kasus

BRONKIEKTASIS

Disusun Oleh :

CHINTIA R. ENDISMOYO

1102008309

Pembimbing :

dr. Widiatmoko Sp.P

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS YARSI

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

RSUD CIBITUNG

0

Page 2: Preskas Bronchiectasis

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun

tugas presentasi kasus yang berjudul Bronkiektasis. Penyusunan tugas ini masih jauh dari

sempurna baik isi maupun penyajiaannya sehingga diharapkan saran dan kritik yang

membangun dari berbagai pihak agar dikesempatan yang akan datang penulis dapat

membuat yang lebih baik lagi.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Widiatmoko Sp.P

sebagai pembimbing yang telah membantu menyempurnakan presentasi kasus ini.

Semoga tugas ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Cibitung, 20-05-2013

Penyusun

i

Page 3: Preskas Bronchiectasis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................ ii

BAB I

Kasus...................................................................................................... 1

BAB II

II. 1 Pendahuluan..................................................................................9

II. 2 Definisi............................................................................................9

II. 3 Etiologi...........................................................................................9

II. 4Perubahan Patologi Antaomi........................................................10

II. 5 Patogenesis.....................................................................................12

II. 6Peruabahn Faal Paru.....................................................................14

II. 7 Manifestasi Klinis..........................................................................15

II. 8 Pemeriksaan Fisik.........................................................................16

II. 9Pemeriksaan Penunjang................................................................17

II. 10Tingkatan Beratnya Penyakit.....................................................18

II. 11Diagnosis.......................................................................................18

II. 12 Terapi...........................................................................................20

II. 13 Komplikasi...................................................................................23

II. 14 Pencegahan..................................................................................23

II. 15 Prognosis......................................................................................24

Daftar Pustaka.......................................................................................25

Lampiran 1

ii

Page 4: Preskas Bronchiectasis

iii

Page 5: Preskas Bronchiectasis

i

Page 6: Preskas Bronchiectasis

BAB I

KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Tn. R.S

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 36 Tahun

Alamat : Cibitung

Pekerjaan : Pedagang

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Tgl. Masuk : 06-5-2013

II. Anamnesis

Diambil dari : Autoanamnesa

Keluhan Utama:

Sesak Nafas sejak 1 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke RSUD Cibitung dengan keluhan sesak nafas sejak ± 1 hari

sebelum masuk Rumah Sakit. Keluhan ini disertai dengan batuk (+) berdahak (+) dahak

kental berwarna kuning kehijauan. Pasien juga mengeluh sering keringat malam, nafsu

makan berkurang, berat badan turun drastis, lemas dan mual tanpa disertai muntah. Tidak

ada flu. Demam tidak terlalu tinggi yang sering hilang timbul. BAK dan BAB tidak ada

gangguan.

Kurang lebih 5 bulan yang lalu pasien dinyatakan Tuberkulosis Paru oleh dokter

di salah satu rumah sakit swasta, lalu pasien menjalani pengobatan Obat Anti

Tuberkulosis secara rutin.

Pasien mengaku sering merasa batuk batuk dan terasa agak sesak sebelumnya .

batuk disertai dahak kadang berwarna putih kadang berwarna kehijauan pernah juga

berwarna merah kecoklatan. Keluhan ini hilang timbul semenjak pasien masih muda.

1

Page 7: Preskas Bronchiectasis

Keluhan terjadi biasanya saat pasien tidur malam. Terkadang membuat pasien tidak

nyenyak tidur nya. Karena malas ke dokter, pasien hanya minum air putih banyak apabila

keluhan tersebut muncul.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien menyangkal pernah menderita sakit kuning, kontak dengan penderita sakit

kuning, hipertensi, riwayat alergi pemakaian obat-obatan atau makanan. Tidak ada

riwayat mengalami trauma.

Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang menderita tuberkulosis,

hipertensi, ginjal, kencing manis,dan alergi.

Riwayat Kebiasaan

Pasien memiliki riwayat merokok ± 3 tahun yang lalu. 1 hari 1 bungkus rokok.

Pasien menyangkal sekarang masih merokok. Riwayat bekerja di pabrik plastik selama 3

tahun.

III. PEMERIKSAAN FISIK

- Keadaan umum : Sakit berat

- Kesadaran : Compos mentis

- Tekanan darah saat berbaring : 80/60 mmHg

- Nadi : 100 x / menit, reguler

- Pernapasan : 32 x /menit,

- Suhu axila : 36,00 C

- Ikterus : -/-

- Cyanotik : -/-

- Anemia : +/-

- Tinggi Badan : 160 cm

- Berat badan : 30 Kg

2

Page 8: Preskas Bronchiectasis

KEPALA

- Bentuk : Normal, simetris

- Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut

- Mata : Konjungtiva anemis

sklera tidak ikterik

pupil isokor kanan = kiri dengan diameter 2mm

Refleksi cahaya (+/+).

- Telinga : Bentuk normal, simetris, membran timpani intak

- Hidung : Bentuk normal, septum di tengah, tidak deviasi

- Mulut : Bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor, tidak

hiperemis, ada nyeri menelan, nafas berbau busuk

(+).

LEHER

Bentuk normal, deviasi trakhea (-), Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB.

THORAKS

- Inspeksi : Bentuk dada kanan = kiri simetris dalam keadaan statis dan

dinamis.

pergerakan napas kanan = kiri.

Iktus kordis tampak

- Palpasi : Fremitus taktil kanan = kiri

Fremtus vokal kanan = kiri

Iktus kordis teraba di sela iga V garis midclavicula kiri

- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Batas pinggang jantung : sela iga III garis sternalis sinistra

Batas kanan jantung : sela iga IV garis parasternalis dextra

Batas kiri jantung : sela iga V garis midklavikula sinistra

Batas paru hati : sela iga IV dextra

Peranjakan Paru : sela iga IV garis midclavicula dextra

- Auskultasi : Pernapasan vesikuler, rhonki +/+ , wheezing -/-

bunyi jantung I-II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)

3

Page 9: Preskas Bronchiectasis

ABDOMEN

- Inspeksi : Perut datar simetris, tidak ada kelainan kulit.

- Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-)

Nyeri tekan epigastrium (+)

Hepar, lien dan ginjal tidak teraba

- Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen

Shifting dullness (-)

- Auskultasi : Bising usus (+) normal (N : 5-34x/menit)

EKSTREMITAS

- Superior : Hangat

Sianosis (-/-)

edema (-/-)

- Inferior : Hangat

edema (-/-)

Sianosis (-/-)

- Neurologi : Refleks fisiologis

Refleks patologis

Kekuatan otot

Fungsi sensorik

Diagnosis Klinis : Tuberkulosis paru

4

Page 10: Preskas Bronchiectasis

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

Darah Rutin Tgl (06-05-2013)

Hemoglobin : 8,1 g/dl 11,0 – 17,0

Leukosit : 9.700 103/μl 4,0 – 10,0

Limfosit : 43 103/μl 1,0 – 5,0

Hitung Jenis

Basofil : 0

Eosinofil : 0

Batang : 2

Segmen : 65

Limfosit : 29

Monosit : 4

Eritrosit : 3,1

Hematokrit : 25,6 % 35,0 – 55,0

Trombosit : 420 103/μl 150 - 400

Kimia klinik

Fungsi Ginjal

– Ureum : 31 mg/dl 10 -50

– Kreatinin : 0,5 mg/dl 0,6 – 1,38

Fungsi Hati

- SGOT : 8 U/l 0 - 38

- SGPT : 8 U/l 0 - 41

Glukosa Darah Sewaktu : 94 mg/dL

Diagnosis Kerja : Tuberkulosis paru + Bronkiektasis

Diagnosis Banding : Bronkitis kronik, keganasan pada paru, abses paru.

5

Page 11: Preskas Bronchiectasis

Penatalaksanaan

Umum

Tirah baring

Oksigen

Medikamentosa

- IVFD RL 500 cc 20 gtt/menit

- Transfusi Packed Red Cell (PRC) 300cc

- Ranitidin 1amp 2x1 ampul /12 jam

- Inhalasi Ventolin/ 6 jam

- Inhalasi pulmicort/ 12 jam

- Ambroxol 3x1 tab

- Lefofloxacin Inj. 5mg/ml

- OAT STOP

Pemeriksaan anjuran

- Cek dahak BTA

- Uji resitensi

- Foto Radiologi thorak (lampiran 1)

- Lab : Darah lengkap

- CT- Scan (lampiran 1)

6

Page 12: Preskas Bronchiectasis

FOLLOW UP

Tanggal 06-05-2013 07-04-2013 08-04-2013

Keluhan - Sesak (+)- Batuk (+)- Dahak (+)

warna hijau.- Nafsu

makan (↓)

- Sesak (+)- Batuk (+)- Dahak (+)

warna hijau.- Nafsu makan

(↓)

- Sesak berkurang

- Batuk (+)- Dahak (+)

warna hijau.- Nafsu makan

(↓)

Pemeriksaan fisik - Kesadaran - TD- Nadi - Pernapasan - Suhu

CM80/60mmHg

100x/mnt32x/mnt36,00 C

CM90/60mmHg

90x/mnt30x/mnt36,00 C

CM100/70mmHg

84x/mnt28x/mnt36,00 C

Mata- Conjungtiva anemisThorak

Cor pulmo

( + )

Ronki +/+Wheezing -/-

BJ I/II Reguler

( + )

Ronki +/+Wheezing -/-

BJ I/II Reguler

( + )

Ronki +/+Wheezing -/-

BJ I/II Reguler

Diagnosa- tuberkulosis paru - tuberkulosis paru +

bronkiektasis- tuberkulosis paru +

bronkiektasis

7

Page 13: Preskas Bronchiectasis

Resume:

Seorang pria usia 36 tahun datang dengan keluhan sesk napas sejak 1 hari yang

lalu. Keluhan ini disertai dengan batuk (+) berdahak (+) dahak kental berwarna kuning

kehijauan. Pasien juga mengeluh sering keringat malam, nafsu makan berkurang, berat

badan turun drastis, lemas dan mual tanpa disertai muntah. Terdapat riwayat tuberkulosis

paru kasus relaps dan saat ini pasien sedang menjalani pengobatan OAT lagi, pengobatan

bulan ke 5. Riwayat merokok aktif (+). Sebelumnya sejakusia muda pasien sudah sering

merasakan batuk berdahak dan terkadang sesak nafas. Tapi di hiraukan oleh pasien.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 80/60 mmHg ( >140/90

mmHg) , terdapat dispneu dan konjungtiva anemis. Pada thorak di temukan suara bunyi

tambahan berupa rhonki basah kasar pada daerah basal pulmo dextra dan sinistra.

Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hasil hemoglobin menurun

8,1 g/dL (11 – 12gr/dL), pada pemeriksaan radiologi terlihat gambaran honey comb

appearance, pada CT scan di temukan dilatasi bronkus.

Diagnosis Kerja :

Tuberkulosis paru : terlihat gejala sistemik berupa penurunan berat badan, anoreksia,

keringat malam dan gejala lokal seperti batuk, berdahak dan riwayat penggobatan OAT

selama 9 bulan.

Bronkiektasis : batuk kronik, riwayat merokok (+), riwayat bekerja di pabrik palstik (+),

gambaran radiologi terlihat honey comb appearance dan kelainan pada CT-scan.

8

Page 14: Preskas Bronchiectasis

BAB II

PEMBAHASAN

II. 1. PENDAHULUAN

Di negri barat, kasus bronkiektasis diperkirakan sebanyak 1,3% di antara

populasi. Kekerapan setinggi itu ternyata sudah dapat ditekanannya frekuensi kasus-kasus

infeksi paru dengan pengobatan memakai antibiotik.

Di Indonesia belum ada laporan tentang angka yang pasti mengenai penyakit ini.

Kenyataanya penyakit ini cukup sering ditemukan di klini-klinik dan diderita oleh laki –

laki ataupun perempuan. Penyakit ini dapat diderita mulai dari anak, bahkan dapat

merupakan kelainan kongenital.

II. 2. DEFINISI

Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi

(ektasis) dan distorsi bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik, persisten

atau ireversibel. Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan – perubahan

dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen – elemen elastis, otot – otot polos

bronkus, tulang rawan dan pembuluh – pembuluh darah. Bronkus yang terkenan

umumnya adalah bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar umumnya

jarang.

II. 3. ETIOLOGI

Penyebab bronkiektasis dapat bervariasi (atau idiopatik) pada akhirnya karena

kelainan pada saluran pernafasan, yang biasanya dikaitkan dengan peradangan kronis dan

berulang karena kelainan anatomi saluran napas, atau fungsi imunitas.

II. 3. 1. Kelainan Kongenital

Dalam hal ini bronkiektasis terjadi sejak individu masih dalam kandungan. Faktor

genetik atau faktor pertumbuhan dan perkembangan fetus memegang peranan penting.

9

Page 15: Preskas Bronchiectasis

Bronkiektasis yang timbul pada kongenital mempunyai ciri sebagai berikut;

1) Bronkiektasis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau

kedua paru.

2) Bronkiektasis kongenital sering menyertai penyakit – penyakit kongenital

lainnya, misalnya; Mucoviscidosis (Cystic pulmonary fibrosis), sindrom

Kartagener ( bronkiektasis kongenital, sinusitis, paranasal dan sinus

inversus ), hipo atau agamaglobulinemia, bronkiektasis pada anak kembar

satu telut, bronkiektasis sering bersmaan dengan keadaan berikut; tidak

adanya tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan, kifoskoliosis

kongenital.

II. 3. 2. Kelainan Didapat

Bronkiektasis sering merupakan kelainan didapat dan kebanyakan akibat dari

proses berikut ini;

Infeksi. Bronkiektasis sering terjadi sesudah seseorang anak menderita

pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama. Pneumonia ini

umumnya merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang diderita

semasa anak, tuberkulosis paru dan sebagaimnya.

Obstruksi Bronkus. Obstruksi bronkus yang dimaksudnkan di sini dapat

disebabkan oleh berbagai macam sebab ; korpus alienum, karsinoma

bronkus atau tekanan dari luar lainnya terhadap bronkus.

II. 4. PERUBAHAN PATOLOGI ANATOMIS

Terdapat berbagai variasi bronkiektasis, baik mengenai jumlah atau luasnya

bronkus yang terkena maupun beratnya penyakit.

II. 4. 1. Tempat Predisposisi Bronkiektasis

Bronkiektasis dapat mengenai bronkus pada satu segmen paru, bahkan secara

difus mengenai kedua paru. Bagian paru yang sering terkena dan merupakan tempat

10

Page 16: Preskas Bronchiectasis

predisposisi bronkiektasis adalah lobus tengah paru kanan, bagian lingua paru kiri lobus

atas, segmen basal pada lobus bawah kedua paru.

II. 4. 2. Bronkus yang Terkena

Bronkus yang terkena umumnya adalah bronkus ukuran sedang (medium size),

sedangkan bronkus besar jarang terkena. Bronkus yang terkena dapat hanya pada satu

segmen paru atau difus mengenai bronkus kedua paru.

II. 4. 3. Perubahan Morfologis Bronkus yang Terkena

Dinding bronkus. Dinding bronkus yang terkena dapat mengalami

perubahan berupa proses inflamasi yang sifatnya destruktif dan reversibel.

Pada pemeriksaan patologi anatomi sering ditemukan berbagai tingkat

keaktifan proses inflamasi serta terdapat proses fibrosis. Jaringan bronkus

yang mengalami kerusakan selain otot – otot polos bronkus juga elemen

elastis, pembuluh darah dan tulang rawan bronkus.

Mukosa Bronkus. Mukosa bronkus permukaannya menjadi abnormal, silia

pada sel epitel menghilang, terjadi perubahan metaplasia squamosa dan

terjadi sebukan hebat sel – sel inflamasi. Apabila terjadi eksaserbasi

infeksi akut, pada mukosa akan terjadi pengelupasan, ulserasi, dan

penanahan.

Jaringan Paru Peribronkial. Pada parenkim paru peribronkial dapat

ditemukan kelainan antara lain berupa pneumonia, fibrosis paru atau

pleuritis apabila prosesnya dekat pleura. Pada keadaan yang berat,

jaringan paru distal bronkiektasis akan diganti oleh jaringan fibrotik

dengan kista kista berisi nanah. Arteri bronkialis disekitar bronkiektasis

dapat mengalami pelebaran (aneurysma Rasmussen) atau membentuk

anyaman/anastomosis dengan pembuluh sekitar pulmonal.

II. 4. 4. Variasi Kelainan Anatomis Bronkiektasis

Telah dikenal ada 3 variasi bentuk kelainan anatomis bronkiektasis, yaitu; a)

bentuk tabung ( tubular, cylincdrical, fusiform bronchiectasis ). b) bentuk kantong

( saccular bronchiectasis ) Bentuk ini merupakan bentuk bronkiektasis yang klasik

11

Page 17: Preskas Bronchiectasis

ditandai dengam adanya dilatasi dan penyempitan bronkus yang bersifat iregular. Bentuk

ini kadang – kadang berbentuk kista ( Cystic bronchiectasis ). c) Varicose bronchiectasis.

Bentuknya merupakan bentuk antara diantara bentuk tabung dan bentuk kantong.

Pseudobronkiektasis

Bentuk ini tidak termasuk bronkiektasis yangs ebenranya, karena terdapat

pelebaran bronkus yangbersifat sementara, umunya berbentuk silindris dan tidak terdapat

kerusakan dinding bronkus. Kelainan ini bersifat sementara karena dalam beberapa bulan

akan menghilang. Bentuk ini biasanya merupakan komplikasi pneumonia.

Gambar 1. Kelainan pada bronkiketasis5

II. 5. PATOGENESIS

Patogenesis bronkiektasis tergantung faktor penyebabnya. Apabila bronkiektasis

timbul karena kelainan kongenital patogenesisnya tidak diketahui, diduga erat kaitannya

dengan faktor genetik serta faktor pertumbuhan dan perkembangan fetus dalam

12

Page 18: Preskas Bronchiectasis

kandungan. Pada bronkiektasis yang didapat patogenesisnya diduga melalui beberapa

mekanisme.

Ada beberapa faktor yang diduga ikut berperan, antara lain; 1) faktor obstruksi

bronkus 2) faktor infeksi pada bronkus paru 3) faktor adanya beberapa panyakit tertentu

seperti fibrosis paru 4) faktor intrinsik dalam bronkus atau paru.

Patogenesis pada kebanyakan bronkiektasis yang didapat, diduga melalui dua

mekanisme dasar

1. Permulaanya didahului adanya faktor infeksi bakterial. Mula – mula karena

adanya infeksi pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronkiektasis.

Mekanisme kejadiannya sangat rumit. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa

infeksi pada bronkus atau paru, akan diikuti proses destruksi dinding bronkus

daerah infeksi dan kemudian timbul bronkiektasis.

2. Permulaanya didahului adanya obstruksi bronkus. Adanya obstruksi bronkus oleh

beberapa penyebab ( misalnya tuberkulosis kelenjar limfe pada anak, karsinoma

bronkus, korpus alineum dalam bronkus ) akan diikuti terbentuknya bronkiektasis.

Pada bagian distal obstruksi biasanya akan terjadi infeksi dan destruksi bronkus,

kemudian terjadi bronkiektasis.

Pada bronkiektasis didapat, dapat terjadi atau timbul sesudah masuknya bahan

kimia korosif ( biasanya bahan hidrokarbon ) ke dalam saluran napas, dan karena

terjadinya aspirasi berulang/bahan cairan lambung ke dalam paru.

Bronkiektasis merupakan penyakit paru yang mengenai bronkus dan sifatnya

kronik. Keluhan – keluhan yang timbul juga berlangsung kronik dan menetap.

Keluhan tersebut berhubungan erat dengan; 1) luas atau banyaknya bronkus yang

terkena. 2) tingkatan beratnya penyakit. 3) lokasi bronkus yang terkena dan 4) ada

atau tidak adanya komplikasi lanjut.

Pada bronkiektasis, keluhan – keluhan timbul umumnya sebagai akibat adanya

beberapa hal berikut : 1) adanya kerusakan dinding bronkus, 2) adanya kerusakan

fungsi bronkus, 3) adanya akibat lanjut bronkiektasis atau komplikasi dan

sebagainya. Kerusakan dinding bronkus berupa dilatasi dan distrosi dinding

bronkus, kerusakan elemen elastis, tulang rawan, otot – otot polos, mukosa dan

13

Page 19: Preskas Bronchiectasis

silia, kerusakan tersebut akan menimbulkan stasis sputum, gangguan

ekspektorasi, gangguan refleks batuk dan sesak napas.

Mengenai infeksi dan hubungannya dengan patogenesis bronkiektasis dapat dijelaskana

sebagai berikut :

Infeksi pertama (primer). Kecuali pada bentuk bronkiektasis kongenital, tiap

bronkiektasis kejadiannya didahlui oleh infeksi bronkus (bronkitis) maupun

jaringan paru (pneumonia). Menurut hasil penelitian ditemukan bahwa infeksi

yang mendahului bronkiektasis adalah infeksi bakterial, yaitu mikroorganisme

yang menyebabkan pneumonia atau bronkitis yang mendahuluinya.

Infeksi sekunder. Tiap pasien bronkiektasi tidak selalu disertai infeksi sekunder

pada lesi (daerah bronkiektasis). Secara praktis apabila sputum pasien

bronkiektasis bersifat mukoid dan putih jernih menandakan tidak atau belum ada

infeksi sekunder. Sebaliknya apabila sputum pasien bronkiektasis semula

berwarna jernih kemudian menjadi berwarna kuning atau kehijauan atau berbau

busuk berarti telah terjadi infeksi sekunder. Untuk menentukan jenis kumannya

dapat dilakukan pemeriksaan mikrobiologis. Sputum berbau busuk dapat

menandakan adanya infeksi sekunder oleh kuman anaerob. Contoh kuman

anaerob adalah; Fusifornis fusiformis, Treponema vincenti, anaerobic

streptococci. Kuman aerob yang sering ditemukan dan meng-infeksi bronkiektasis

misalnya; Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza, Klabsiella ozaena.

II. 6. PERUBAHAN FAAL PARU

Kelainan fungsi paru yang terjadi pada pasien bronkiektasis sangat

bervariasi dan tingkatan beratnya tergantung pada luasnya kerusakan parenkim paru dan

seberapa jauh beratnya komplikasi yang telah terjadi. Akibatnya dapat dijumpai pasien

bronkiektasis ringan tanpa kelainan fungsi paru atau hanya kelainan paru ringan saja.

Selain itu perlu dinyatakan bahwa kelainan fungsi paru (faal ventilasi) yang terjadi selain

jenisnya tidak sama, jenis kelainannya juga tidak khas. Jenis kelainan fungsi paru

tergantung pada macam kerusakan jaringan paru atau saluran napas yang terjadi,

sehingga pengaruhnya pada fungsi paru dapat berbeda – beda.

14

Page 20: Preskas Bronchiectasis

II. 7. MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis yang timbul pada pasien bronkiektasis tergantung pada luas

dan beratnya penyakit. Ciri khas penyakit ini adalah batuk kronik disertai produksi

sputum, adanya hemoptisis dan pneumonia berulang.

Bronkiektasis yang mengenai bronkus pada lobus atas memberikan gejala

Batuk. Batuk pada bronkiektasis mempunyai ciri antara lain batuk produktif

berlangsung kronik dan frekuens mirip seperti pada bronkitis kronik, jumlah

sputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah

ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi

sekunder sputumnya mukoid, sedangkan apabila sudah terjadi infeksi sekunder

sputumnya purulen, dapat memberikan bau mulut yang tidak sedap (fetor ex ore).

Apabila terjadi infeksi sekunder disebabkan oleh kuman anaerob sputumnya

menjadi berbau busuk. Pada kasus ringan pasien dapat tanpa batuk atau hanya

batuk apabila ada infeksi sekunder. Pada kasus yang sudah berat, misalnya pada

saccus bronchiectasis sputum jumlahnya banyak sekali, purulen dan apabila

ditampung beberapa lama tampak terpisah menjadi 3 lapisan, yaitu; 1) lapisan

teratas agak keruh terdiri atas mukus, 2) lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva,

3) lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan bronkus yang rusak.

Hemoptisis. Kelainan ini dapat terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa

bronkus mengenai pembuluh darah (pecah) dan timbul perdarahan. Perdarahan

yang terjadi bisa bervariasi, mulai dari yang ringan sampai perdarahan yang

cukup banyak yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat hebat atau

terjadi nekrosis yang mengenai cabang arteri bronkialis ( daerah berasal dari

peredaran darah sistemik). Pada dry bronchiectasis hemoptisis justru merupakan

gejala satu satunya, karena bronkiektasis tipe ini letaknya di lobus atas paru,

drainasenya baik, sputum tidak pernah menumpuk dan kurang menimbulkan

reflek batuk.

15

Page 21: Preskas Bronchiectasis

Sesak napas. Timbul dan beratnya sesak napas bergantung pada luasnya bronkitis

kronik yang terjadi serta seberapa jauh timbulnya kolaps paru dan destruksi

jaringan paru yang terjadi akibat infeksi berulang (ISPA), yang biasanya

menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang menimbulkan sesak napas.

Kadang ditemukan suara tambahan seperti wheezing akbat adanya obstruksi

bronkus.

Demam berulang. Bronkiektasis merupakan penyakit yang berjalan kronik,

sering mengalami infeksi berulang sehingga sering timbul demam.

II. 8. PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik mungkin pasien sedang mengalami batuk – batuk dengan

pengeluaran sputum, sesak napas, demam atau sedang batuk darah. Tanda fisik umum

dapat ditemukan seperti sianosis jari tubuh.

Kelainan paru yang timbul tergantung pada beratnya serta tempat kelainan

bronkiektasis terjadi, dan kelainanya lokal ataukah difus. Pada pemeriksaan fisik

kelainannya harus dicara berdasarkan tempat predisposisi nya. Pada bronkiektasis

biasanya ditemukan rhonki basah yang jelas pada lobus bawah paru yang terkenaapabila

bagian paru yang diserang amat luas serta kerusakannya hebat, dapat menimbulkan

kelainan seperti ini: terjadi retraksi dinding dadadan berkurangnya gerakan dada daerah

yang terkena serta dapat terjadi pergerakan mediastinum ke daerah paru yang terkena.

Sindrom Kartgener

Sindrom ini terdiri atas gejala berikut; 1) bronkiektasis kongenital, sering disertai dengan

silia bronkus imotil, 2) situs inversus atau pembalikan letak organ, dalam hal ini terjadi

dekstrokardia, 3) sinusitis paranasal atau tidak terdapatnya sinus frontalis.

Bronkolitiasis

Kelainan ini merupakan kalsifikasi kelenjar limfe yang biasanya merupakan gejala sisa

kompleks primer tuberkulosis paru primer. Kelainan ini sering mengakbatkan erosi

bronkus di dekatnya dan dapat masuk ke dalam bronkus menimbulkan sumbatan dan

infeksi. Selanjutnya terjadilah bronkiektasis.

16

Page 22: Preskas Bronchiectasis

II. 9. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

Kelainan laboratorium biasanya tidak khas. Pada keadaan lanjut dan sudah mulai

ada insufisiensi paru dapat ditemukan polisitemia sekunder. Bila penyakitnya

ringan gambaran darahnya normal. Sering ditemukan anemia, yang menunjukan

adanya infeksi kronik atau ditemukannya leukositosis yang menunjukan adanya

infeksi supuratif.

Urin umumnya normal kecuali bila sudah ada komplikasi berupa amiloidosis akan

ditemukan proteiuria.

Pemeriksaan sputum dengan pengecatan langsung dapat dilakukan untuk

menentukan kuman apa yang terdapat dalam sputum. Pemeriksaan kultur sputum

dan uji sensitivitas terhadap antibiotik perlu dilakukan, apabila ada kecurigaan

adanya infeksi sekunder.

2. Radiologi

Gambaran foto dada pasien bronkiektasis posisi berdiri sangat bervariasi,

tergantung berat ringannya penyakit dan letak kelainannya. Gambaran radiologis

khas untuk bronkiektasis biasanya menunjukan kista – kista kecil dengan fluid

level, mirip seperti gambaran sarang tawon ( honey comb appearance ) pada

daerah yang terkena. Kadang- kadang gambaran radiologis tampak bercak –

bercak pneumonia, fibrosis atau atelektasis. Gambaran paru akan jelas pada

pemeriksaan bronkogram.

3. Faal Paru

Fungsi ventilasi masih baik apabila kelainannya ringan, pada keadaan lanjut dan

difus, kapasitas vital ( KV ) dan kecepatan aliran udara ekspirasi satu detik

pertama ( VEP1) terdapat tendensi penurunan, karena terjadinya obstruksi aliran

udara pernapasan. Pada pbronkiektasis terjadi perubahan gas berupa penurunan

17

Page 23: Preskas Bronchiectasis

PaO2 derajat ringan sampai berat. Penurunan PaO2 ini menunjukan adanya

abnormalitas regional ( maupun difus ) distribusi ventilasi.

II. 10. TINGKATAN BERATNYA PENYAKIT

Bronkiektasis Ringan : batuk – batuk dan sputum warna hijau hanya terjadi

sesudah demam ( ada infeksi sekunder ), produksi sputum terjadi dengan adanya

perubahan posisi tubuh, biasanya ada hemoptisis sangat ringan, pasien tampak sehat.

Fungsi paru normal. Foto rontgen dada normal.

Bronkiektasis sedang : batuk – batuk produktif terjadi tiap saat, sputum timbul

setiap saat ( umumnya berwarna hijau serta terdapat bau mulut busuk ), sering ada

hemoptisis, pasien umumnya masih tampak sehat dan fungsi paru normal, jarang terdapat

jari tabuh. Pada pemeriksaan fisis paru sering ditemukan rhonki basah kasar pada daerah

paru yang terkena, gambaran fiti dada boleh dikatakan masih normal.

Bronkiektasis berat : batuk – batuk produktif dengan sputum banyak berwarna

kotor dan berbau. Sering ditemukan adanya pneumonia dengan hemoptisis dan nyeri

pleura. Sering ditemukan jari tabuh. Bila ada obstruksi saluran napas akan dapat

ditemukan adanya dispneu, sianosis atau tanda kegagalan paru. Umumnya kondisi pasien

kurang baik. Sering ditemukan infeksi piogenik pada kulit, infeksi mata dan sebagainya.

Pasien mudah timbul pneumonia, septikemia, abses metastasis dan terkadang terjadi

amiloidosis. Pada pemeriksaan fisik ditemukan rhonki basah kasar pada daerah yang

terkena. Pada gambaran foto dada ditemukan kelainan ; 1) penambahan broncovascular

marking, 2) multiple cyst contai-ning fluid levels ( honey comb appearance ).

II. 11. DIAGNOSIS

18

Page 24: Preskas Bronchiectasis

Penegakan diagnosis dapat ditempuh melewati proses anamnesis, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan penunjang terutama pemeriksaan radiologik (bronkografi) dan CT

scan paru.

Diagnosis pasti bronkiektasis dapat ditegakan apabila telah ditemukan adanya

dilatasi dan nekrosis dinding bronkus dengan prosedur pemeriksaan bronkografi, melihat

bronkogram yang didapatkan dan CT-scan. Computed tomography (CT) scan paru

menjadi alternatif pemeriksaan yang paling sesuai untuk evaluasi bronkiektasis, karena

sifatnya non – invasif dan hasilnya akurat bila menggunakan potongan yang lebih tipis

dan mempunyai sensitivitas dan spesifitas lebih dari 95%.

19

Page 25: Preskas Bronchiectasis

Gambar 2. CT-Scan bronkiektasis A) Dilatasi dan hilangnya (normal meruncing) dari

tengah kanan lobus bronkus (panah) atau ; B) dilatasi saccular bilateral bronkus dengan

jaringan yang rusak dan hancuranya parenkim.

II. 12. TERAPI

Pengobatan Konservatif

20

Page 26: Preskas Bronchiectasis

Pengelolaan Umum. Pengelolaan ini ditunjukan terhadap semua pasien bronkiektasis,

meliputi:

menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien. Contohnya seperti

memberikan ruangan yang hangat, udara ruangan kering, berada pada kawasan

dilarang merokok, mencegah debu dan asap.

Memperbaiki drainase sekret bronkus.

- Melakukan drainase postural. Pasien diletakkan dengan posisi tubuh

sedemikian rupa sehingga dapat dicapai drainase sputum secara maksimal.

Tiap kali melakukan drainase postural dikerjakan selama 10 – 20 menit dan

tiap hari dikerjakan 2 sampai 4 kali. Prinsip drainase postural ini adalah usaha

mengeluarkan sputum dengan bantuan gaya gravitasi. Untuk keperluan

tersebut, posisi tubuh saat dilakukan harus disesuaikan dengan letak kelainan

bronkiektasisnya. Apabila dengan merubah posisi tersebut diatas masih belum

diperoleh drainase sputum secara maksimal maka dapat dibantu dengan

tindakan memberikan ketukan dengan jari pada punggung pasien (tabotage).

- Mencairkan sputum yang kental. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan,

misalnya inhalasi uap, menggunakan obat – obatan mukolitik dan perbaikan

hidrasi tubuh.

- Mengatur posisi tempat tidur pasien. Posisi tempat tidur pasien sebaiknya

diatur sedemikian rupa sehinggs dapat memudahkan untuk drainase sekret

bronkus. Hal ini dapat dicapai dengan misalnya mengganjal kaki tempat tidur

bagian kaki pasien sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk

memudahkan drainase sputum.

- Mengontrol infkesi saluran napas. Adanya infeksi saluran napas akut harus

diperkecil dengan jalan mencegah pemajanan kuman. Apabila telah ada infeksi

ISPA harus diberantas dengan antibiotik yang sesuai,

Pengelolaan Khusus

21

Page 27: Preskas Bronchiectasis

Kemoterapi pada bronkiektasis. Kemoterapi pada bronkiketasis dapat digunakan : 1)

secara kontinyu untuk mengontrol infeksi akut pada bronkus, 2) untuk pengobatan

eksaserbasi infeksi akut pada bronkus/ paru, 3) keduanya. Kemoterapi disini

menggunakan antibiotik tertenti. Pemilihan antibiotik mana yang harus dipakai

sebaiknya harus berdasarkan uji sensitivitas kuman terhadap antibiotik atau

menggunakan antibiotik secara empirik. Antibiotik diberikan apabila diperlukan saja,

yaitu apabila terjadi eksaserbasi infeksi akut. Antibiotik diberikan 7 – 10 hari terapi

tunggal atau kombinasi beberapa antibiotik, sampai kuman penyebab infeksi terbasmi

atau sampai terjad konversi warna sputum yang semula berwarna kuning/ hijau menjadi

mukoid/ putih jernih.

Drainase sekret dengan bronkoskop. Cara ini penting dikerjakan terutama pada

permulaan perawatan pasien. Keperluan antara lain adalah untuk ; 1) menentukan dari

mana asal sekret, 2) mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus, 3)

mengilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage daerah obstruksi tadi.

Pengobatan Simtomatik. Pengobatan ini hanya diberikan apabila timbul gejala yang

mungkin menganggu atau membahayakan pasien.

Pengobatan obstruksi bronkus. Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus

yang diketahui dari hasil uji faal paru (% VEP1 < 70%) dapat diberikan obat

bronkodilator. Apabila hasil tes bronkodilator positif, pasien perlu diberikan obat

bronkodilator tersebut.

Pengobatan hipoksia. Pada pasien yangmengalami hipoksia perlu diberikan

oksigen. Apabila pada pasien telah terdapat komplikasi bronkitis kronik

pemberian oksigen harus hati – hati denan aliran rendah ( cukup 1 liter/menit )

Pengobatan hemoptisis. Apabila terjadi hemoptisis tindakan yang perlu segera

dilakukan adalah upaya mengentikan perdarahan tersebut.

Pengobatan demam. Perlu diberikan antipiretik secukupnya.

Pengobatan Pembedahan

22

Page 28: Preskas Bronchiectasis

Tujuan Pembedahan: mengangkat ( reseksi ) segmen/ lobus paru yang terkena

( terdapat bronkiektasis ).

Indikasi Pembedahan

- Pasien bronkiektasis yang terbatas dan resektabel, yang tidak berespon

terhadap tindakan konservatif yang adekuat.

- Pasien bronkiektasis yang terbatas, tetapi sering mengalami infeksi

berulang atau hemoptisis yang berasal dari daerah tersebut. ( hemoptisis

masif ).

Kontraindikasi

- Pasien bronkiektasis dengan PPOK.

- Pasien bronkiektasis berat.

- Pasien bronkiektasis dengan komplikasi korpulmonal kronik

dekompensata.

Syarat – Syarat Operasi

- Kelainan bronkiektasis harus terbatas dan resektabel.

- Daerah paru yang terkena telah mengalamiperubahan yang irreversibel.

- Bagian paru yang lain harus masih baik, misalnya tidak boleh ada

bronkiektasis atau bronkitis kronik.

Cara Operasi

- Operasi elektif : pasien yang memenuhi indikasi dan tidak terdapat

kontraindikasi yang gagal dalam pengobatan konservatif dipersiapkan

secara baik untuk operasi.

- Operasi paliatf : ditunjukan untukpasien bronkiektasis yang mengalami

keadaan gawat darurat paru, misalnya terjadi hemoptisis masif yang

memenuhi syarat dan tidak terdapat kontraindikasi.

Persiapan Operasi

23

Page 29: Preskas Bronchiectasis

- Pemeriksaan faal paru : pemeriksaan spirometri, analisis gas darah,

pemeriksaan bronkospirometri.

- Scanning dan USG.

- Meneliti ada tidaknya kontraindikasi.

- Memperbaiki keadaan umum pasien.

II. 13. KOMPLIKASI

Ada beberapa komplikasi bronkiektasis yang dapat dijumpai pada pasien antara lain :

1. Bronkitis kronik.

2. Pneumonia dengan atau tanpa atelektasis.

3. Pleuritis.

4. Efusi pleura.

5. Abses metastasis di otak.

6. Hemoptisis.

7. Sinusitis.

8. Kor pulmonal kronik.

9. Kegagalan pernafasan.

10. Amiloidosis.

II. 14. PENCEGAHAN

Timbulnya bronkiektasis sebenarnya dapat dicegah, kecuali pada bentuk

kelainan konginetal. Terdapapt beberapa cara pencegahan bronkiektasis didapat, yaitu :

Pengobatan dengan antibiotik atau cara cara lain dengan tepat terhadap segala bentuk

pneumonia yang timbul pada anak, dan tindakan vaksinasi terhdap pertusis dll

( influenza, pneumonia ) pada anak.

II. 15. PROGNOSIS

24

Page 30: Preskas Bronchiectasis

Prognosis pasien bronkiektasis bergantung pada berat ringan serta luas

penyakit waktu pasien berobat pertama kali. Pemilihan obat secara tepat dapat

memperbaiki prognosis. Pada kasus – kasus yang berat dan tidak diobati, prognosisnya

jelek. Survivalnya tidak akan lebih dari 5 – 15 tahun. Kematian pasien tersebut biasanya

dikarenakan pneumonia, empiema, payah jantung kanan, hemoptisis.

DAFTAR PUSTAKA

25

Page 31: Preskas Bronchiectasis

1. http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/brn/atrisk.html

2. Rahmatullah, P. Bronkiektasis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Jakarta;EGC;II;1035-1039.

3. Maguire, M. A Guide for primary Care Bronchiectasis. Australian Physican

Family. Volume 41, No.11, November 2012 Pages 842-850.

4. http://www.nhs.uk/Conditions/Bronchiectasis/Pages/Introduction.aspx

5. http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/brn/printall-index.html

26