prescase vivin
DESCRIPTION
nkTRANSCRIPT
LAPORAN KASUSKATARAK SENILIS IMATUR OKULI DEXTRA DAN
SINISTRA
DISUSUN OLEH :
Fitriyah Sabrina 1102008107
PEMBIMBING:
dr. Dicky Hilarius Kambey Sp.M
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MATA
RSUD KABUPATEN BEKASI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya lah penulis mampu menyelesaikan laporan kasus
yang berjudul “Katarak Senilis Imatur Okuli Dextra dan Sinistra”. Laporan
kasus ini diajukan untuk memenuhi tugas dalam rangka menjalani kepaniteraan
klinik Ilmu Penyakit Mata di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Dicky Hilarius Kambey, Sp.M selaku pembimbing tugas laporan
kasus.
2. Ayahanda dan ibunda yang telah memberikan doa, dukungan dan
semangat yang tiada henti kepada penulis
3. Kepada teman-teman sejawat dokter muda yang sudah memberikan
masukan dan membantu dalam menyelesaikan laporan kasus ini,
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan kasus ini. Akhir kata, izinkan penulis
untuk mengucapkan terima kasih.
Bekasi, 3 September 2014
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BABI.PENDAHULUAN........................................................................................3
BABII. LAPORAN KASUS………......................................................................4
BABIII.ANALISA KASUS ……………………………………..………………7
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
2
BAB I
PENDAHULUAN
Katarak adalah suatu keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat
kedua-duanya dan proses degeneratif (proses penuaan).1
Berdasarkan hasil data dari World Health Organization (WHO), katarak
merupakan kelainan mata yang menyebabkan kebutaan dan gangguan penglihatan
yang paling sering ditemukan. Dari hasil survei di America didapatkan sekitar 10
% orang menderita penyakit ini, dan prevalensi meningkat sampai sekitar 40%
untuk mereka yang berusia 65 sampai 74 tahun dan sampai sekitar 70% untuk
mereka yang berusia lebih dari 75 tahun, sebagian besar kasus bersifat bilateral,
walaupun kecepatan perkembangan pada masing – masing mata jarang sama.2
Hasil survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-
1996, menunjukan angkat kebutaan 1,5% (angka kebutaan tertingi di asia
tenggara). Penyebab utama kebutaan adalah katarak (0,78%), glaukoma (0,20%),
kelainan retina (0,14%), dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan
lanjut usia (0,38%). Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering
ditemukan dimana 90% dari seluruh katarak adalah katarak senilis.2
Tata laksana satu – satunya terapi untuk pasien katarak adalah bedah
katarak dimana lensa diangkat dari mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur
intrakapsular atau ekstrakapsular. Setelah pembedahan, lensa diganti dengan
kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraocular.3
3
BAB II
LAPORAN KASUS
Pasien W, laki - laki dengan usia 69 tahun, saat ini telah pension dari
tempat kerjanya, bertempat tinggal di Cibitung datang ke Poliklinik RSUD
Kabupaten Bekasi pada tanggal 28 Agustus 2014 dengan keluhan bahwa mata
kanan penglihatanya kabur sejak 2 tahun yang lalu dan mata kiri penglihatnnya
kabur sejak ± 1 tahun yang lalu. Penurunan penglihatan ini terjadi secara
perlahan-lahan pada kedua mata.
Keduanya dirasakan memberat sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan
disertai dengan pandangan seperti terasa berkabut, silau ketika pasien terkena
sinar matahari. Pasien mengatakan tidak ada mata merah, tidak merasakan nyeri
pada mata, gatal ataupun berair. Pasien juga tidak mengeluh adanya nyeri atau
sakit pada kepala.
Pasien megaku saat ini kesehariannya hanya dirumah bersama istri dan
satu orang cucunya. Sebelumnya pasien bekerja sebagai pedagang keliling. Pasien
tidak memiliki sakit DM, Paru, Hipertensi dan Jantung. Pada riwayat penyakit
keluarga, keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit DM, Hipertensi,
Paru dan Jantung.
Pada Status Generalis tampak Keadaan umum pasien : Baik/ Gizi Cukup/
Sadar, Tekanan darah : 120/70 mmHg, Nadi : 84 x/ menit, Pernapasan: 20 x/
menit. Sedangkan pada pemeriksaan Oftalmologi pada mata kanan didapatkan
refleks cahaya jatuh ditengah kornea (orthoporia), gerakan bola mata bebas
kesegala arah mata angin, visus 3/60, TIO normal/palpasi, fraktur rima orbita (-),
krepitasi (-), supersilia tumbuh teratur, madarosis (-), sikatrik (-), edema palpebra
(-), hiperemis (-), blefarospasme (-), margo palpebra : ektopion (-), entropion (-),
trikiasis (-), konjungtiva tarsal superior : folikel (-), papil (-), konjungtiva tarsal
inferior : folikel (-), papil (-), konjungtiva bulbi : injeksi siliar (-), injeksi
konjungtiva (-), pseudopterygium (-) melewati limbus, bilik mata depan : dalam,
hipopion (-), iris sinekia (-), pupil bulat isokor, Reflek cahaya langsung (+),
4
Reflek cahaya tidak langsung (+),shadow test (+) lensa keruh sebagian, vitreus
humor jernih.
Pada pemeriksaan Oftalmologi pada mata kiri didapatkan refleks cahaya
jatuh tepat di tengah kornea, gerakan bola mata bebas kesegala arah mata angin,
visus 3/60, fraktur rima orbita (-), krepitasi (-), supersilia tumbuh teratur,
madarosis (-),sikatrik (-), edema palpebra (-), hiperemis (-), blefarospasme (-),
margo palpebra : ektopion (-), entropion (-), trikiasis (-), konjungtiva tarsal
superior : folikel (-), papil (-), konjungtiva tarsal inferior : folikel (-), papil (-),
konjungtiva bulbi : injeksi siliar (-), injeksi konjungtiva (-), pterygium (-), bilik
mata depan : dalam, hipopion (-), iris sinekia (-), pupil bulat : isokor, Reflek
cahaya langsung (+), Reflek cahaya tidak langsung (+), shadow test (+) lensa
keruh sebagian, vitreus humor jernih.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil laboratorium hematologi
Hemoglobin 14,5 g/dl, Leukosit 8.500/mm, Eritrosit 5,0 jL/mm3, Hematokrit
44,4, Trombosit 263 ribu/mm3, Masa Perdarahan 1 Menit, Masa Pembekuan 3
Menit, SGOT 19 U/L, SGPT 14 U/L, GDS 93 mg/dl, Ureum 39 mg/dl,
Creatinin 1,4 mg/dl, Kolesterol 165 mg/dl. Pada Foto Thorax terdapat Kesan
Proses spesifik lama setelah konsul pada spesialis paru didapatkan paru dalam
batas normal.
Berdasarkan anamnesa serta pemeriksaan yang telah dilakukan, baik
pemeriksaan visus (untuk menilai tajam penglihatan pasien) dan slit lamp (untuk
menilai apakah ada kelainan pada segmen anterior mata), mata kanan dan kiri
pasien dapat didiagnosa sebagai Katarak Sinilis Imatur Oculi Dextra Sinistra. Dari
hasil pemeriksaan foto Thorax maka dilakukan konsultasi dengan dokter spesialis
paru, dan hasil dari spesialis paru dinyatakan paru dalam batas normal
Penatalaksanaan diberikan adalah rencana ekstraksi katarak dan implantasi
IOL pada mata kanan.
5
Prognosis katarak senilis imatur pada pasien ini, quo ad vitam : dubia ad
bonam, quo ad functionam : dubia ad bonam dan quo ad sanactionam : dubia ad
bonam.
6
BAB III
ANALISA KASUS
Diagnosis katarak senilis imatur pada pasien ini ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi.
Seorang Laki-Laki berusia 69 tahun datang dengan keluhan penglihatan
kedua mata kabur sejak 2 tahun yang lalu pada mata kanan dan sejak 1 tahun yang
lalu pad mata kiri. Dari segi usia dapat dipikirkan gangguan penyakit-penyakit
mata yang berkaitan dengan peningkatan usia seperti kelainan degeneratif yang
terjadi di dalam lensa, vaskuler ataupun gangguan metabolik. Penurunan
penglihatan ini tidak disertai dengan keluhan mata merah, gatal dan berair. Dari
hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pada kedua mata terdapat penurunan visus
dengan mata tenang. Sehingga kita dapat memikirkan kemungkinan penyakit yang
terjadi seperti katarak, glaukoma kronik, retinopati. Seperti yang dijalaskan di
kepustakaan bahwa pembagian penglihatan turun perlahan tanpa mata merah yaitu
Katarak, glaukoma kronik dan retinopati. Jika pasien mengalami katarak, dari usia
pasien kita bisa menduga jenis katarak yang dialami pasien berupa katarak senilis.
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
diatas usia 50 tahun.1
Dari anamnesis juga didapatkan adanya keluhan berupa pandangan terlihat
seperti terdapat kabut dan akan lebih silau jika terpapar cahaya sinar matahari.
Dari anamnesis tersebut ditemukaan tanda-tanda adanya suatu penyakit katarak.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa pasien dengan katarak biasanya mengeluhkan
penglihatan seperti berasap, fotofobia dan turunnya penglihatan secara progresif.1
Tajam penglihatan menurun disebabkan proses hidrasi dan denaturasi protein
yang menghamburkan berkas cahaya sehingga mengurangi transparansi lensa.2
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus mata kanan dan mata kiri
sama 3/60 dengan pinhole mata kanan dan kiri (-). Dari pemeriksaan uji pinhole
bisa diambil beberapa kesimpulan bahwa gangguan penglihatan ini terjadi pada
media refraksi bukan dari refraksinya.1 Pada pemeriksaan slift lamp ditemukan
adanya kekeruhan yang belum sepenuhnya pada lensa mata kanan dan kiri.
7
Didapatkan juga adanya shadow test + pada kedua mata. Diagnosa Retinopati
dapat disingkirkan karena pada pasien tidak terdapat penyakit Diabetes Melitus ,
Anemia, dan Hipertensi. Glaukoma memiliki trias yaitu peningkatan TIO,
penurunan lapang pandang, dan papil saraf optic atrofi, dan pada pasien ini TIO
normal perpalpasi. Maka diagnose glaucoma dapat disingkirkan. Ini dapat
disimpulkan bahwa pasien ini menderita katarak senil imatur. Didapatkan imatur
karena selain dari pemeriksaan slift lamp yang memperlihatkan kekeruhan lensa
belum sepenuhnya juga adanya shadow test (+) dan didapatkan visus pasien 3/60.
Hal ini seperti dijelaskan dalam beberapa literatur, katarak stadium imatur yaitu
sebagian lensa keruh tetapi belum mengenai seluruh lapis lensa. Visus pada
stadium ini 6/60 – 1/60. Kekeruhan ini terutama terdapat di bagian posterior dan
bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka sinar
dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan
berada di posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini,
akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan terlihat di pupil, ada daerah
yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang eruh dan
daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan
ini disebut shadow test (+).4
Dari hasil pemeriksaan penunjang berupa foto thorax didapatkan kesan
proses spesifik lama, maka pasien perlu dikonsulkan kepada spesialis Paru dan
hasilnya paru dalam batas normal. Pengobatan pada katarak senilis imatur adalah
operasi katarak. Sesuai teori mengatakan bahwa tata laksana satu – satunya terapi
untuk pasien katarak adalah bedah katarak dimana lensa diangkat dari mata
(ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau ekstrakapsular.3 Indikasi
Operasi katarak adalah Kosmetik, penurunan visus da nada indikasi pembedahan.
Pada pasien ini dilakukan operasi katarak karena terdapat penurunan visus pada
kedua mata yaitu 3/60 ODS. Pada pasien ini terapi yang tepat adalah dengan
teknik operasi katarak ECCE. Pada tehnik ini, bagian depan kapsul dipotong dan
diangkat, lensa dibuang dari mata, sehingga menyisakan kapsul bagian belakang.5
Lensa intraokuler buatan dapat dimasukkan ke dalam kapsul tersebut. Indikasi
8
operasi dengan teknik ECCE ini adalah semua jenis dan stadium katarak, kecuali
dengan komplikasi seperti dislokasi lensa, subluksasi lensa. 6
DAFTAR PUSTAKA
9
1. Ilyas, S, et all, 2009, Ilmu Penyakit Mata, edisi 3, Balai Penerbit
FKUI , Jakarta, pp. 200-211.
2. Shock, J.P, Harper, R.A, 2005, Lensa, dalam: Vaughan, Asbury,
Oftalmologi Umum, edisi 14, penerbit Widya Medika, Jakarta, pp.175-183.
3. Continuing Profesional Development Dokter Indonesia, 2010,
Katarak, diakses tanggal 5 November 2013,
http://cpddokter.com/home/index.php?option=com.
4. Kanski JJ. Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach; Edisi 6.
Philadelphia: Butterworth Heinemann Elsevier. 2006 :242-244.
5. Akmam, S.M. Azhar, Zainal, 1981, Katarak dan Perkembangan
Operasinya, Bagian Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM,
Jakarta.
6. Ming, P.Y, 2005, Cataract Surgery Restoring Vision with New Techniques
and Innovations, Singapore National Eye Centre, Singapura.
10