prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

66
PREDIKSI KEBANGKRUTAN MENGGUNAKAN METODE Z-SCORE DAN PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA LAPORAN AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Ahli Madya Akuntansi Oleh: Ubaidillah Roykhan 08030030 PROGRAM STUDI AKUNTANSI POLITEKNIK KEDIRI KEDIRI 2011

Upload: ubaidillahroykhan

Post on 02-Jul-2015

11.075 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

PREDIKSI KEBANGKRUTAN MENGGUNAKAN METODE Z-SCORE DAN PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

LAPORAN AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Ahli Madya Akuntansi

Oleh:

Ubaidillah Roykhan 08030030

PROGRAM STUDI AKUNTANSI POLITEKNIK KEDIRI

KEDIRI 2011

Page 2: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

LAPORAN AKHIR

PREDIKSI KEBANGKRUTAN MENGGUNAKAN METODE Z-SCORE DAN PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh:

Ubaidillah Roykhan

Telah dipertahankan didepan penguji

Pada tanggal 14 September 2011

Dinyatakan telah memenuhi syarat

Komisi Pembimbing,

Drs. Hari Purnomo, M.Si.,Ak Lely Kumalawati, SE., MSA., Ak Ketua Anggota

Kediri, 14 September 2011

Politeknik Kediri Program Studi Diploma Akuntansi

Ketua Program Studi,

Lely Kumalawati, SE., MSA., Ak

Page 3: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN AKHIR

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah LAPORAN AKHIR ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk mencapai gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah LAPORAN AKHIR ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia LAPORAN AKHIR ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (AHLI MADYA AKUNTANSI) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70). Kediri, 12 September 2011 Mahasiswa, Ubaidillah Roykhan 08030030 Program Studi Akuntansi Politeknik Kediri

Page 4: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

JUDUL LAPORAN AKHIR: PREDIKSI KEBANGKRUTAN MENGGUNAKAN METODE Z-SCORE DAN PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Nama Mahasiswa : Ubaidillah Roykhan NIM : 08030030 Program Studi : Akuntansi KOMISI PEMBIMBING: Ketua : Drs. Hari Purnomo, M.Si., Ak Anggota : Lely Kumalawati, SE., MSA., Ak TIM DOSEN PENGUJI: Dosen Penguji 1 : Dosen Penguji 2 : Tanggal Ujian Laporan Akhir: 14 September 2011

Page 5: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

RIWAYAT HIDUP

Ubaidillah Roykhan, lahir 15 Januari 1988 di Kota Blitar. Merupakan anak

keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Qosdul Hamma dan Ibu Sri

Hartatik. Pendidikan Sekolah (SD sampai SMA) di Kediri. Pendidikan dimulai di

SDN Tosaren 1 Kediri (1995-2000); melanjutkan ke MTsN 2 Kediri (2000-2003);

dan ke MAN 3 Kediri (2003-2006). Pada tahun 2006 melanjutkan pendidikan ke

tingkat Perguruan Tinggi di Community College Kota Kediri pada Program Studi

Diploma 1 Akuntansi Perbankan dan menyelesaikannya pada tahun 2008,

kemudian pada tahun 2008 melanjutkan studi di Politeknik Kediri pada Program

Studi Akuntansi yang selesai pada tahun 2011.

Page 6: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

i

ABSTRAK

Ubaidillah Roykhan, 14 September 2011. Program Studi Akuntansi Politeknik Kediri. Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Metode Z-Score dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Komisi Pembimbing, Ketua: Hari Purnomo, Anggota: Lely Kumalawati.

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tentunya tidak bisa lepas dari dampak krisis keuangan global pada tahun 2008. Stabilitas sistim keuangan perusahaan sangat rentan terhadap krisis keuangan global, hal ini apabila tidak segera ditangani akan berakibat pada melemahnya kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tersebut. Shareholder dalam hal ini juga sangat dipengaruhi dengan kondisi keuangan perusahaan dalam memperjualbelikan sahamnya pada perusahaan yang bersangkutan. Kondisi seperti ini bisa menimbulkan ancaman potensi kebangkrutan pada perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji bagaimana metode Z-Score Altman yang dikembangkan pada tahun 1984 mampu memprediksi potensi kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta mengetahui dan menguji pengaruh prediksi kebangkrutan tersebut terhadap harga saham perusahaan terkait.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menggunakan alat analisis bersifat kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 113 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007 sampai dengan 2008. Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah lima rasio keuangan yaitu working capital to total assets, retained earning to total assets, earning before interest and tax to total assets, book value of equity to book value of total debt dan sales to total assets yang merupakan sub variabel dari variable Z-Score, dimana variable Z-Score adalah variabel independent dan Harga Saham sebagai variabel dependent. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi yang diambil dari laporan keuangan perusahaan terkait dan buku-buku yang menunjang dalam penelitian. Analisis data untuk penelitian ini adalah analisis Z-Score dan Korelasi Product Moment serta uji t untuk menguji hipotesis yang diajukan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi objek penelitian memiliki rata-rata Z-Score -4,00. Nilai ini berarti dibawah titik cut off 1,20 yang telah ditentukan oleh Altman sebagai perusahaan yang masuk dalam kategori bangkrut. Penelitian mengenai pengaruh prediksi kebangkrutan menggunakan metode Z-Score terhadap harga saham perusahaan terkait menghasilkan korelasi yang sangat rendah menurut analisis korelasi product moment setelah dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r. Perhitungan selanjutnya menggunakan koefisien determinasi memberikan hasil 0,07% variabel Harga Saham dapat dijelaskan oleh Z-Score. Uji hipotesis dalam penelitian ini menghasilkan signifikansi t = 0,000 yang berarti variabel Z-Score signifikan pada 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa prediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode Z-Score mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kata Kunci: Kebangkrutan, Z-Score, Harga Saham

Page 7: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

ii

ABSTRACT

Ubaidillah Roykhan, September 14th, 2011. Study Program Accounting of Kediri Polytechnic. Bankruptcy Prediction Using Z-Score Method and Its Effect On Stock Price Of Manufacturing Company is Listed in Indonesia Stock Exchange. Supervisor: Hari Purnomo. Co-Supervisor: Lely Kumalawati.

Manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange certainly cannot escape the impact of the global financial crisis in 2008. The stability of the company's financial system highly vulnerable to the global financial crisis, it is if not treated immediately will result in a weakening of public confidence in the company. Shareholder in this case also strongly influenced by the company's financial condition in its shares traded on the enterprise concerned. Conditions like these can pose potential threats to the company's bankruptcy. This study aims to determine and examine how the Z-Score Altman method developed in 1984 is able to predict the potential bankruptcy of the manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange, as well as learn and examine the effect of bankruptcy prediction on stock prices of related companies. This study is a quantitative research, that is research using analyzer have the character of quantitatively. The sample in this study were 113 manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2007 to 2008. Variables examined in this study were five financial ratios are working capital to total assets, retained earnings to total assets, earnings before interest and tax to total assets, book value of equity to book value of total debt and sales to total assets which is a sub variable of variables Z-Score, where the variables Z-Score is the independent variable and the Stock Price as the dependent variable. Methods of data collection in this research is a method of documentation taken from the financial statements related companies and books that support the research. Data analysis for this research is the Z-Score analysis, Product Moment Correlation and t test to test the hypothesis. The results of this study indicate that most companies that become the object of the study had an average Z-score -4.00. This value is below the cut-off point of 1.20 as determined by Altman as companies that fall into the category of bankruptcy. Research on the effect of bankruptcy prediction using the Z-Score method of the company's share price related to producing a very low correlation analysis according to product moment correlation after consultation with the interpretation table r. Further calculations using the coefficient of determination yield 0.07% Shares price variable can be explained by the Z-Score. Hypothesis testing in this study produced a significance t = 0.000 which means variables Z-Score is significant at 0.05 so it can be concluded that the prediction of bankruptcy using the Z-Score have an influence on stock prices in manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange.

Key Word: Bankruptcy, Z-Score, Share Price

Page 8: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadiat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis

dapat menyelesaikan Laporan Akhir yang berjudul “PREDIKSI KEBANGKRUTAN

MENGGUNAKAN METODE Z-SCORE DAN PENGARUHNYA TERHADAP

HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA”. Laporan Akhir ini disusun dalam rangka

menyelesaikan Program Studi Diploma III Jurusan Akuntansi Politeknik Kediri.

Laporan Akhir ini dapat diselesaikan juga tidak lepas dari adanya bantuan

oleh berbagai pihak. Penulis dalam kesempatan ini menyampaikan terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu menyusun tugas akhir ini,

diantaranya yaitu:

1. Drs. H. M. Zaini, MM, Direktur Politeknik Kediri.

2. Ibu Lely Kumalawati, SE., MSA., Ak, Ketua Jurusan Akuntasi sekaligus

dosen pembimbing dalam menyusun dan menulis Laporan Akhir ini.

3. Bapak Drs. Hari Purnomo, Msi., Ak dosen penguji I Laporan Akhir yang telah

memberikan koreksi, saran dan masukan dalam menyusun Laporan

Akhir ini.

4. Bapak Moch. Shulthoni, SE, dosen penguji II Laporan Akhir yang telah

memberikan koreksi, saran dan masukan dalam menyusun Laporan

Akhir ini.

Page 9: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

iv

5. Ibu Wiwiek Kusumaning A., SE, MM, dosen penguji III Laporan Akhir yang

telah memberikan koreksi, saran dan masukan dalam menyusun Laporan

Akhir ini.

6. Teman-temanku angkatan pertama Jurusan Akuntansi Politeknik Kediri.

7. Semua pihak yang banyak membantu dalam penyusunan Laporan Akhir ini.

Penulis berharap segala kebaikan yang telah dilakukan dibalas oleh Allah

yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Akhir ini masih

banyak kekurangan dan kekeliruan dari segi penulisan dan pemahaman, maka

berbagai saran dan kritik konstruktif sangatlah diharapkan demi kesempurnaan

karya tulis selanjutnya, insya-Allah.

Penulis berharap semoga penyusunan Laporan Akhir ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kediri, 6 Agustus 2011

Penulis

Page 10: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

v

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ......................................................................................................... i ABSTRACT ....................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii DAFTAR ISI ....................................................................................................... v DAFTAR TABEL ...............................................................................................vii DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................viii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2. Motivasi Penelitian .................................................................................... 5 1.3. Rumusan Masalah .................................................................................... 6 1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6 1.5. Kontribusi Penelitian ................................................................................. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 8 2.1. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 8 2.2. Kebangkrutan ............................................................................................ 9

2.2.1. Definisi Kebangkrutan ................................................................... 9 2.2.2. Masalah dalam Kebangkrutan ....................................................... 10 2.2.3. Sumber-sumber Informasi Prediksi Kebangkrutan ....................... 11 2.2.4. Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan ......................................... 14 2.2.5. Manfaat Informasi Prediksi Kebangkrutan .................................... 18

2.3. Metode Z-Score ........................................................................................ 19 2.4. Saham ....................................................................................................... 24 2.4.1. Definisi Saham .............................................................................. 24 2.4.2. Harga Saham ................................................................................ 24 2.4.3. Perubahan Harga Saham ............................................................. 25 2.4.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham ........................ 26 2.5. Kerangka Konseptual ................................................................................ 29 2.6. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 30 BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 31 3.1. Jenis Penelitian ......................................................................................... 31 3.2. Populasi dan Sampel ................................................................................ 31 3.3. Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 32 3.4. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 32 3.5. Identifikasi Variabel ................................................................................... 32 3.6. Definisi Operasional Variabel .................................................................... 33

3.6.1. Z-Score ....................................................................................... 33 3.6.2. Harga Saham ............................................................................. 34

3.7. Metode Analisis Data ................................................................................ 34 3.7.1. Analisis Z-Score ............................................................................ 34 3.7.2. Uji Normalitas Data ....................................................................... 35 3.7.3. Analisis Korelasi Product Moment ................................................ 35

Page 11: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

vi

3.7.4. Koefisien Determinasi ................................................................... 36 3.7.5. Regresi Sederhana ....................................................................... 37 3.7.6. Uji Hipotesis .................................................................................. 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 39 4.1. Hasil Penelitian ......................................................................................... 39

4.1.1. Gambaran Objek Penelitian .......................................................... 39 4.1.2. Analisis Data ................................................................................. 40 4.1.2.1. Analisis Z-Score ............................................................ 40 4.1.2.2. Uji Normalitas ................................................................ 41 4.1.2.3. Analisis Korelasi Product Moment ................................ 42 4.1.2.4. Koefisien Determinasi ................................................... 43 4.1.2.5. Regresi Sederhana ....................................................... 43 4.1.2.6. Uji Hipotesis .................................................................. 44

4.2. Pembahasan ............................................................................................ 45 4.2.1. Analisis Z-Score ............................................................................ 45 4.2.2. Pengaruh Z-Score Terhadap Harga Saham ................................. 47 BAB V PENUTUP .............................................................................................. 49 5.1. Simpulan ................................................................................................... 49 5.2. Keterbatasan Masalah .............................................................................. 50 5.2. Saran ......................................................................................................... 50 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51 LAMPIRAN ......................................................................................................... 53

Page 12: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kategori Perusahaan Terkait Kebangkrutan .................................... 11 Tabel 2.2. Titik Cut Off Formula Altman ............................................................ 23 Tabel 3.1. Interpretasi Nilai r ............................................................................. 36 Tabel 4.1. Hasil Prediksi Perusahaan ............................................................... 40 Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas .......................................................................... 42 Tabel 4.3. Koefisien Regresi ............................................................................. 43

Page 13: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual .................................................................... 29

Page 14: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ............................................................................... 53 Lampiran 2. Z-Score Perusahaan ...................................................................... 56 Lampiran 3. Harga Saham Penutupan (Close Price) ........................................ 61 Lampiran 4. Transformasi Data Menggunakan SPSS 15.0 .............................. 65 Lampiran 5. Hasil Pengolahan Data Menggunakan SPSS 15.0 ....................... 69 Lampiran 6. Perhitungan Analisis Korelasi Product Moment ............................ 70

Page 15: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Krisis keuangan global tahun 2008 lalu mempunyai dampak yang serius

terhadap perekonomian Indonesia. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tentunya tak lepas dari dampak tersebut. Krisis keuangan

yang dialami oleh perusahaan yang berkelanjutan dan tidak segera ditangani

akan mengakibatkan melemahnya kepercayaan masyarakat terhadap sistim

keuangan. Shareholder bisa menarik sahamnya terhadap perusahaan tersebut,

atau mungkin kepercayaan para pemberi kredit akan menurun dengan krisis

keuangan yang mengancam perusahaan bersangkutan. Kondisi seperti ini

apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan insolvency terhadap

perusahaan dan akan memperbesar potensi kebangkrutan.

Laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen secara teratur

merupakan salah satu faktor yang mencerminkan kinerja perusahaan. Laporan

keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang

disediakan dalam bentuk kuantitatif, dimana informasi-informasi yang disajikan

didalamnya dapat membantu berbagai pihak (internal maupun eksternal) dalam

pengambilan keputusan yang sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup

perusahaan. Informasi yang lengkap, akurat, relevan dan tepat waktu sangat

diperlukan.

Laporan keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi suatu

perusahaan. Kondisi kesehatan pada suatu perusahaan tidak bisa dilihat dari

segi fisiknya saja, tapi juga harus dilihat dari unsur keuangannya, karena unsur

keuangan yang tidak sehat dapat mengakibatkan suatu perusahaan mengalami

potensi kebangkrutan yang tinggi. Evaluasi kinerja keuangan perusahaan dalam

Page 16: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

2

hal ini sangat penting bagi perusahaan untuk mengetahui apakah kinerja

keuangan telah mencapai hasil yang telah ditargetkan, sehingga perusahaan

dapat mencapai laba yang maksimal, menaikkan harga saham di bursa efek atau

yang paling penting yaitu mengurangi risiko kebangkrutan.

Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan

kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Suatu penelitian menunjukkan biaya

kebangkrutan bisa mencapai 11-17% dari nilai perusahaan. Contoh biaya

kebangkrutan yang langsung adalah biaya akuntan dan biaya penasihat hukum.

Sedangkan contoh biaya kebangkrutan yang tidak langsung adalah hilangnya

kesempatan penjualan dan keuntungan karena beberapa hal seperti pembatasan

yang mungkin diberlakukan oleh pengadilan. Apabila manajemen bisa

mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan

bisa dilakukan, misal dengan melakukan merger atau restrukturisasi keuangan

sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari (Hanafi dan Halim, 2009: 261).

Informasi tentang prediksi kebangkrutan sangat penting karena akan

memberikan keuntungan banyak pihak, terutama kreditur dan investor. Badan

usaha ketika mengajukan pernyataan kebangkrutan, seringkali perusahaan

kehilangan bagian dari nominal hutang dan bunganya. Kebangkrutan bagi

investor akan mempunyai konsekuensi berkurangnya suatu ekuitas atau bahkan

hilangnya ekuitas secara keseluruhan. Perusahaan sendiri dalam proses

kebangkrutan akan menanggung biaya yang tidak sedikit, oleh karena itu dengan

mengetahui indikator kebangkrutan sejak dini akan menyelamatkan banyak pihak

yang terkait dengan perusahaan.

Model atau teknik yang digunakan dalam memprediksi tentang potensi

kebangkrutan cukup banyak. Rasio keuangan merupakan salah satu informasi

yang dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi kinerja perusahaan.

Teknis yang digunakan dalam analisis kebangkrutan perusahaan salah satunya

Page 17: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

3

adalah dengan menggunakan analisis diskriminan yang dapat digunakan untuk

memprediksi kebangkrutan perusahaan dan menggunakan metode Z-Score. Z-

Score merupakan skor/nilai yang ditetapkan untuk tingkat kemungkinan

kebangkrutan perusahaan.

Penelitian-penelitian mengenai prediksi kebangkrutan telah diuraikan oleh

Wilopo (2001) diantaranya yaitu dilakukan oleh Beaver (1966,1968a, dan 1968b)

dengan menggunakan enam kelompok rasio keuangan, yang dianalisa

menggunakan metode univariat. Tiap rasio dilihat kekuatan prediksinya. Adapun

rasio yang digunakan adalah yaitu csah flow ratios (4 rasio), net income ratios (4

rasio), debt to total assets ratios (4 rasio), liquid assets to total assets (4 rasio),

liquid assets to current debt ratios (3 rasio), dan turn over ratios (11 rasio).

Penelitian ini mengambil sampel 79 perusahaan yang gagal dan 79 perusahaan

yang tidak gagal pada periode amatan 1954-1964. Hasilnya menunjukkan bahwa

cash flow ratios (cash flow to total debt) merupakan prediktor yang paling kuat

dengan ketepatan prediksi 78% pada tahun kelima sebelum kebangkrutan dan

87% pada tahun sebelum kebangkrutan.

Penelitian prediksi kebangkrutan usaha juga dilakukan oleh Altman (1968)

dengan menggunakan Multiple Diskriminant Analysis (MDA). Altman mengambil

sampel 66 perusahaan yang dibagi dalam dua kelompok perusahaan yang

bangkrut dan tidak bangkrut untuk periode amatan 1946-1965. Rasio-rasio yang

digunakan oleh Altman yaitu working capital to total assets, retained earning to

total assets, earning before interest and tax to total assets, market value equity to

book value of total debt serta sales to total assets. Rasio-rasio tersebut kemudian

akan dimasukkan dalam formula Altman yang akan menghasilkan Z-Score,

dimana Z-Score tersebut akan menggolongkan perusahaan dalam kategori tidak

bangkrut, grey area atau bangkrut. Penelitian ini menghasilkan keakuratan

prediksi 94% benar dari total sampel yang digunakan oleh Altman.

Page 18: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

4

Altman mengembangkan penelitiannya mengenai prediksi kebangkrutan

perusahaan pada tahun 1984 dengan formula yang tidak jauh berbeda dengan

formula Altman yang diterapkan pada tahun 1968. Altman (1984) mengganti

rasio market value equity to book value of total ldebt menjadi book value equity

to book value to total debt. Penelitian Altman yang baru ini dianggap berdimensi

internasional karena dapat diterapkan pada perusahaan yang go public mapun

yang tidak go public. Penelitian Altman (1984) kali ini mampu menghasilkan

keakuratan tingkat prediksi kebangkrutan perusahaan sebesar 95% dari

keseluruhan sampel yang digunakan.

Penelitian-penelitian mengenai potensi kebangkrutan perusahaan yang

terkaji diatas yaitu Beaver pada tahun 1966, 1968a, 1968b, Altman pada tahun

1968 serta penelitian Altman selanjutnya pada tahun 1984, dapat disimpulkan

bahwa penelitian Altman 1984 mempunyai keakuratan prediksi yang lebih baik

dari pada dua penelitian sebelumnya. Formula yang diterapkan Altman pada

tahun 1984 menghasilkan keakuratan prediksi mencapai 95%, sedangkan yang

lainnya yaitu 78% dan 87% untuk formula yang diterapkan Beaver tahun

1966,1968a, a968b dan 94% untuk formula Altman yang diterapkan pada tahun

1968.

Penelitian empiris mengenai prediksi kebangkrutan perusahaan

sebenarnya masih banyak dilakukan oleh peneliti lainnya dengan berbagai hasil.

Wilopo (2001) menyebutkan penelitian tentang prediksi kebangkrutan selain

dilakukan oleh Beaver tahun 1966, 1968a, 1968b dan Altman tahun 1968,1984,

penelitian juga dilakukan beberapa peneliti dunia diantaranya yaitu Haldeman

dan Narayanan (1976), Blum (1974), Bambolena dan Khoury (1980), Ohlson

(1980), Zmijewski (1983). Penelitian oleh Beaver dan Altman yang telah

diuraikan diatas cukup dapat membuktikan secara empiris bahwa rasio keuangan

Page 19: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

5

dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan

dengan cukup akurat.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis kali ini ingin menguji prediksi

kebangkrutan yang menerapkan metode Z-Score dan penaruhnya terhadap

harga saham. Mengambil objek penelitian pada sektor manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia, penulis akan menggunakan formula Z-Score Altman

tahun 1984 yang terbukti mempunyai keakuratan prediksi lebih baik, untuk

menguji ketepatan prediksi kebangkrutan pada perusahaan terkait. Latar

belakang yang telah diuraikan diatas merupakan dasar bagi penulis untuk

mengambil judul dalam penelitian ini. Judul yang diambil penulis untuk penelitian

yang disajikan dalam karya tulis ilmiah ini adalah “PREDIKSI KEBANGKRUTAN

MENGGUNAKAN METODE Z-SCORE DAN PENGARUHNYA TERHADAP

HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA”.

1.2. Motivasi Penelitian

Prediksi mengenai potensi kebangkrutan sebuah perusahaan saat ini

memang layak untuk disajikan. Prediksi kebangkrutan merupakan suatu langkah

awal bagi manajemen yang tidak ingin perusahaannya mengalami kebangkrutan

hanya karena hal-hal yang seharusnya bisa diantisipasi sejak dini. Potensi

kebangkrutan yang apabila bisa dideteksi oleh manajemen sejak dini, maka

tindakan-tindakan untuk bisa menghindarkan suatu perusahaan yang

mempunyai potensi kebangkrutan tinggipun bisa cepat dilakukan. Pihak yang

bisa memanfaatkan prediksi kebangkrutan sebagai landasan untuk mengambil

keputusan terkait dengan tingkat kesehatan perusahaan selain manajemen

masih banyak. Pihak terkait lainnya dalam hal ini yaitu pihak pemerintah,

pemerintah bertanggung jawab untuk mengawasi atas jalannya usaha di sektor

Page 20: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

6

perbankan karena terkait dengan stabilitas sistem keuangan nasional.

Pemerintah juga mempunyai badan-badan usaha (BUMN) yang harus diawasi.

Manfaat prediksi kebangkrutan selain yang seperti disebutkan diatas, juga

bermanfaat bagi investor terkait kepemilikan saham, pemberi pinjaman serta

pihak-pihak lain yang bisa memanfaatkan prediksi kebangkrutan. Hal inilah yang

memotivasi penulis untuk mengadakan suatu penelitian mengenai prediksi

kebangkrutan suatu perusahaan.

1.3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam peneliitian ini mengacu pada kajian latar

belakang yang telah diuraikan diatas. Penelitian ini mengangkat suatu rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana formula Altman Z-score digunakan untuk memprediksi potensi

kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh prediksi kebangkrutan menggunakan metode Z-Score

terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui dan menguji bagaimana formula Altman Z-Score digunakan

untuk memprediksi potensi kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Mengetahui dan menguji pengaruh prediksi kebangkrutan menggunakan

metode Z-Score terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Page 21: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

7

1.5. Kontribusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi positif sebagai

berikut:

1. Teoritis

Penelitian ini menambah pengetahuan bagi penulis mengenai manfaat

laporan keuangan yang bisa dijadikan sebagai alat pengukur tingkat

kesehatan perusahaan, serta bagaimana pengaruhnya terhadap harga

saham. Penelitian yang disajikan dalam karya tulis ini juga diharapkan bisa

menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang mengambil tema penelitian

yang sama.

2. Praktis

Penelitian ini merupakan informasi mengenai kondisi kesehatan perusahaan

bagi stakeholder, sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil kebijakan

terkait dengan masalah tersebut.

Page 22: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Prediksi kebangkrutan perusahaan yang dijadikan sebagai obyek

penelitian telah dilakukan oleh Beaver pada tahun 1966, 1968a, 1968b. Beaver

mengambil sampel 79 perusahaan yang gagal dan 79 perusahaan yang tidak

gagal pada periode amatan 1954-1964. Metode yang digunakan adalah metode

univariat menggunakan cashflow ratio. Penelitian yang dilakukan Beaver

menghasilkan tingkat ketepatan prediksi 78% pada tahun kelima sebelum

kebangkrutan dan 87% pada setahun sebelum kebangkrutan.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Altman tahun 1968 kemudian

diperbaharui pada tahun 1984. Altman menggunakan metode Multyple

Discriminant Analysis (MDA) dengan menguji lima rasio keuangan sebagai alat

untuk menerapkan formulanya. Altman mengambil sampel 66 perusahaan yang

dibagi menjadi dua yaitu 33 perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan tidak

bangkrut. Hasilnya keakuratan prediksi mencapai 94% untuk MDA tahun 1968

dan 95% untuk MDA tahun 1984.

Penelitian di Indonesia mengenai prediksi kebangkrutan telah dilakukan

oleh Sarjono pada tahun 2006. Metode yang digunakan yaitu MDA Altman yang

diterapkan pada tahun 1968. Sarjono melakukan penelitian terhadap 10

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta untuk tahun amatan

2001 sampai dengan 2005. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan beberapa

masalah yang bisa menjadi potensi kebangkrutan pada kesepuluh perusahaan,

dari analisa tersebut Sarjono berharap kesimpulannya bisa dijadikan alat untuk

mengeluarkan kebijakan bagi pihak-pihak yang terkait.

Page 23: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

9

Fakhrurozie (2007) melakukan penelitian mengenai kebangkrutan

perusahaan menggunakan metode Z-Score dan pengaruhnya terhadap harga

saham, perusahaan yang digunakan yaitu perusahaan perbankan di Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis kali ini akan mengambil populasi

perusahaan manufaktur, karena perusahaan sektor tersebut telah terbukti

mendominasi dari perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia. Hal ini diharapkan lebih bisa mewakili dari seluruh perusahaan yang

tercatat di Bursa Efek Indonesia.

2.2. Kebangkrutan

2.2.1. Definisi Kebangkrutan

Undang-Undang No. 4 tahun 1998 menerangkan bahwa kebangkrutan

adalah dimana suatu institusi dinyatakan oleh keputusan pengadilan bila debitur

memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu hutang yang

telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Zu’amah (2005) mengemukakan tentang

definisi kebangkrutan yaitu apabila suatu emiten mengalami kesulitan likuiditas

secara temporer dan berlanjut mempunyai nilai buku hutang lebih besar dari

jumlah nilai total aktiva sehingga nilai ekuitasnya menjadi negatif (termasuk hak

minoritas atas aktiva bersih anak perusahaan.

Menurut Adnan dan Kurniasih (2000) dalam Siregar (2008), pengertian

kebangkrutan dapat dibedakan atas:

1. Kegagalan Ekonomi

Biasanya diartikan apabila perusahaan kehilangan uang atau pendapatan

perusahaan tidak bisa menutupi biayanya sendiri. Ini berarti tingkat labanya

lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan

lebih kecil dari kewajiban.

Page 24: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

10

2. Kegagalan Keuangan

Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan

antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada

dua bentuk, yaitu:

a. Insolvesi teknis (technical insolvency), dimana terjadi apabila

perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo

walaupun total aktivanya sudah melebihi total utangnya.

b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan, dimana didefinisikan sebagai

kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang

dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajibannya.

2.2.2. Masalah dalam Kebangkrutan

Hanafi dan Halim (2009: 262) menyatakan bahwa kesehatan suatu

perusahaan bisa digambarkan dari titik sehat yang paling ekstrem sampai ke titik

tidak sehat yang paling ekstem sebagai berikut:

Kesulitan keuangan Tidak solvable (likuiditas) jangka pendek (hutang lebih besar (technical insolvency) dibanding aset)

Kesulitan keuangan jangka pendek bersifat sementara dan belum begitu

parah. Tetapi kesulitan semacam ini apabila tidak ditangani bisa berkembang

menjadi kesulitan tidak sovable. Tindakan yang bisa dilakukan terhadap

perusahaan yang tidak solvable yaitu:

1. Likuidasi

Likuidasi dipilih apabila nilai likuidasi lebih besar dibandingkan dengan nilai

perusahaan apabila diteruskan.

2. Reorganisasi

Reorganisasi akan dilakukan apabila perusahaan masih menunjukkan

prospek dan dengan demikian nilai perusahaan apabila diteruskan lebih

besar dibandingkan nilai perusahaan kalau dilikuidasi.

Page 25: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

11

Perusahaan yang mengalami kebangkrutan tidak hanya disebabkan

karena kesulitan keuangan saja, namun ada kemungkinan bahwa situasi

berbeda dialami oleh perusahaan yang bangkrut. Beberapa situasi perusahaan

terkait dengan kebangkrutan akan disajikan dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1. Kategori Perusahaan Terkait Kebangkrutan

Tidak dalam Kesulitan

Keuangan Dalam Kesulitan

Keuangan

Tidak Bangkrut

Bangkrut

I

III

II

IV

Sumber: Hanafi dan Halim (2009: 263)

Perusahaan yang berada pada kategori I situasinya sudah cukup jelas,

yaitu perusahaan berada dalam kategori tidak bangkrut dan tidak dalam kesulitan

keuangan. Perusahaan yang berada pada kategori IV juga sudah cukup jelas,

yaitu perusahaan dalam keadaan bangkrut dikarenakan mengalami kesulitan

keuangan. Perusahaan yang ada pada kategori II yaitu perusahaan yang

mengalami kesulitan keuangan namun pihak manajemen masih bisa

mempertahankan perusahannya dari risiko kebangkrutan. Kondisi perusahaan

yang berada pada kategori III sedikit sulit untuk diidentifikasi, disini perusahaan

tidak mengalami kesulitan keuangan tetapi dinyatakan bangkrut. Kebangkrutan

semacam ini bisa jadi dikarenakan perusahaan mendapat tekanan dari para

pekerja atau hal-hal lain diluar kondisi keuangan yang juga berpengaruh pada

potensi kebangkrutan perusahaan.

2.2.3. Sumber-sumber Informasi Prediksi Kebangkrutan

Setiorini dan Ardiati (2006) mengemukakan bahwa berbagai alat untuk

mendeteksi dan meramalkan kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan mulai

dari kesulitan likuiditas sampai dengan potensi kebangkrutan yaitu:

Page 26: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

12

1. Analisa data ekstern

Data ekstern yang biasanya digunakan ialah data-data industri, data statistik

dan indikator ekonomi yang diterbitkan oleh instansi pemerintah maupun

pihak swasta.

2. Analisa data intern

Analisa data intern biasanya bersumber pada penemuan dan saran-saran

yang dikemukakan oleh akuntan publik dari hasil pemeriksaannya kepada

manajemen. Analisa dengan manggunakan data intern dapat dilakukan

sebagai berikut:

a. Analisa Trend

Merupakan analisa terhadap laporan keuangan perusahaan yang

mencakup beberapa periode tahun buku, maka dapat diperoleh

informasi tentang penurunan atau kelemahan posisi kas, kekurangan

modal kerja, overinvestment dalam piutang, persediaan atau aktiva

tetap, kenaikan utang atau penundaan utang yang telah jatuh tempo.

b. Analisa Rasio

Biasanya lebih bermanfaat dan mampu menunjukkan adanya kekuatan

atau kelemahan-kelemahan finansial perusahaan. Rasio keuangan

sangat banyak, karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan

penganalisa. Namun, secara umum rasio keuangan dapat digolongkan

menjadi enam jenis yaitu rasio likuiditas, rasio laverage, rasio aktivitas,

rasio provitabilitas, rasio pertumbuhan, (growth rastios), dan rasio

penilaian (valuation ratios).

Menurut Beaver (1966) dalam Wilopo (2001) ada beberapa rasio

keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi potensi kebangkrutan

perusahaan, diantaranya yaitu:

Page 27: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

13

1. Cash flow ratios (rasio arus kas)

2. Net income ratios (rasio laba bersih)

3. Debt to total assets ratios (rasio hutang terhadap total aset)

4. Liquid assets to total assets (aset lancar terhadap total aset)

5. Liquid assets to current debt ratios (rasio aset lancar terhadap hutang lancar)

6. Turn over ratios (rasio perputaran)

Melalui beberapa hasil penelitannya, Altman juga mengemukakan bahwa

rasio keuangan dapat menjadi sumber informasi untuk mendeteksi potensi

kebangkrutan perusahaan, rasio yang digunakan Altman dalam penelitiannya

diantaranya yaitu:

1. Working capital to total assets (modal kerja terhadap total aset)

2. Retained earning to total assets (laba ditahan terhadap total aset)

3. Earning before interest and taxes to total assets (laba sebelum bunga dan

pajak terhadap total aset)

4. Market value of equity to book value of total debt (nilai pasar saham

terhadap nilai buku total hutang)

5. Sales to total assets (penjualan terhadap total aset)

Menurut Suwarsono (1995) dalam Fakhrurozie (2007), ada beberapa

tanda atau indikator manajerial dan operasional yang muncul ketika perusahaan

akan mengalami kebangkrutan antara lain:

1. Indikator dari lingkungan bisnis

Pertumbuhan ekonomi yang rendah menjadikan indikator yang cukup

penting pada lemahnya peluang bisnis, apa lagi jika disaat yang sama

banyak perusahaan baru memasuki pasar. Besarnya perusahaan tertentu

menjadi sebab mengecilnya perusahaan lain.

Page 28: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

14

2. Indikator internal

Manajemen tidak mampu melakukan perkiraan bisnis dengan alat analisa

apapun yang digunakan, sehingga manajemen kesulitan mengembangkan

sikap proaktif. Lebih cenderung bersikap reaktif oleh karena itu biasanya

terlambat mengantisipasi perubahan.

3. Indikator kombinasi

Seringkali perusahaan yang sakit disebabkan oleh interaksi ancaman yang

datang dari lingkungan bisnis dan kelemahan yang berasal dari lingkungan

perusahaan itu sendiri. Jika disebabkan oleh keduanya, biasanya membawa

akibat yang lebih kompleks dibanding yang disebabkan oleh salah satu saja.

2.2.4. Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan

Indriati (2010) menjelaskan bahwa faktor-faktor penyebab kebangkrutan

secara umum menurut Jauch dan Glueck dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Faktor Umum

a. Sektor Ekonomi

Faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi

dan deflasi pada harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga

dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang

asing serta neraca pembayaran, surplus atau devisit dalam hubungannya

dalam perdagangan luar negeri.

b. Sektor Sosial

Faktor sosial yang sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan

cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi

permintaan terhadap produk dan jasa. Faktor sosial lain yang juga

berpengaruh yaitu kerusuhan atau kekacauan yang terjadi dalam

masyarakat.

Page 29: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

15

c. Sektor Teknologi

Penggunaan teknologi informasi menyebabkan biaya yang ditanggung

perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan

implementasi. Pembengkakan biaya terjadi jika penggunaan teknologi

informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya

tidak terpadu dan pada manajer penggunaannya kurang profesional.

d. Sektor Pemerintah

Kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan

industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang yang berubah,

kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja yang

dan lain-lain.

2. Faktor Eksternal Perusahaan

a. Sektor Pelanggan

Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen. Hal ini berguna

untuk menghindari hilangnya konsumen, juga menciptakan peluang untuk

menemukan konsumen baru dan untuk menghindari menurunnya hasil

penjualan sehingga akan menurunkan pendapatan yang diperoleh dan

mencegah konsumen berpaling lain ke pesaing lain.

b. Sektor Pemasok

Perusahaan dan pemasok harus tetap bekerja sama dengan baik karena

kekuatan pemasok untuk menaikkan harga dan mengurangi keuntungan

pembelinya tergantung pada seberapa jauh pemasok ini berhubungan

dengan pedagang bebas.

c. Sektor Pesaing

Perusahaan jangan melupakan pesaing, karena kalau produk pesaing

lebih diterima oleh masyarakat maka perusahaan akan kehilangan

konsumen dan mengurangi pendapatannya yang diterima.

Page 30: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

16

3. Faktor Internal Perusahaan

Faktor internal biasanya merupakan hasil dari keputusan dan kebijakan yang

tidak tepat di masa lalu dan kegagalan manajemen untuk berbuat sesuatu

pada saat yang diperlukan. Faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan

secara internal juga dijelaskan Indriyati (2010) adalah sebagai berikut:

a. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau pelanggan.

Hal ini akhirnya tidak dibayar oleh para pelanggan pada waktunya.

b. Manajemen tidak efisien. Ketidakefisienan manajemen tercermin pada

ketidakmampuan manajemen menghadapi situasi yang terjadi,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Hasil penjualan yang tidak memadahi

Turunnya hasil penjualan biasanya timbul sebagai akibat dari

rendahnya mutu barang yang dijual dan pelayanannya. Kegiatan

promosi yang kurang terarah dan daerah pemasaran yang kurang

menguntungkan.

2) Kesalahan dalam penetapan harga jual

Kesalahan di dalam menentukan harga jual barang atau jasa terjadi

ketika harga jual ternyata terlalu rendah dalam hubungannya dengan

harga pokok produksi atau pengadaan jasa, akibatnya perusahaan

menderita kerugian

3) Pengelolaan hutang piutang yang kurang memadahi

Berapapun besarnya volume dan tingginya harga jual, kalau piutang

yang ditimbulkan tidak bisa direalisasikan, maka perusahaan akan

menderita kerugian.

4) Struktur biaya

Pengaruh kebijakan manajemen terhadap biaya dalam perusahaan

yang sangat berat memerlukan waktu yang cukup lama untuk

Page 31: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

17

mengadakan penyesuaian, sehingga akan merugikan bagi

kelangsungan kegiatan perusahaan terutama menyangkut biaya-

biaya tetap.

5) Tingkat investasi dalam aktiva tetap dan persediaan yang melampaui

batas

Dalam rangka ekspansi, perusahaan membutuhkan investasi yang

cukup besar dalam bentuk aktiva. Investasi persediaan yang terlalu

besar, mengakibatkan timbulnya biaya-biaya ekstra, sehingga

berakibat kenaikan biaya yang harus dibebankan pada penghasilan.

6) Kekurangan modal kerja

Banyak faktor penyebab perusahaan kekurangan modal kerja antara

lain hutang lancar yang jumlahnya terlalu besar, kegiatan ekspansi

yang kurang persiapan, kegagalan dalam mendapatkan kredit dari

bank dan kebijakan pembagian deviden yang kurang tepat.

7) Ketidakseimbangan dalam struktur permodalan

Kebijakan trading on equity mempertaruhkan para pemilik pada risiko

kerugian, tidak hanya yang berasal dari kegiatan operasional tetapi

juga keharusan untuk menanggung biaya finansial yang tidak cukup

ditutup melalui laba.

8) Sistem dan prosdur akuntansi yang kurang memadahi

Kebangkrutan bisa terjadi sebagai akibat dari sistem dan prosedur

akuntansi yang tidak mampu menghasilkan informasi untuk

mengidentifikasi berbagai aspek dimana usaha preventif harus

dilakukan.

c. Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan-kecurangan. Hal ini banyak

dilakukan oleh karyawan-karyawan, kadang oleh manajer puncak dalam

Page 32: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

18

hal ini sangat merugikan, apalagi kalau kecurangan itu berhubungan

dengan keuangan perusahaan.

2.2.5. Manfaat Informasi Prediksi Kebangkrutan

Informasi kebangkrutan secara umum dapat digolongkan menjadi dua

golongan, diantaranya yaitu:

1. Pihak internal, yaitu pihak manajemen perusahaan yang bertanggung jawab

atas pengelolaan perusahaan.

2. Pihak eksternal, yang termasuk pihak eksternal dalam hal ini yaitu para

pemegang saham, pemberi pinjaman, konsumen, pemerintah (berkaitan

dengan pajak).

Informasi mengenai prediksi kebangkrutan dijelaskan oleh Hanafi dan

Halim (2009: 261) bisa bermanfaat bagi beberapa pihak, diantaranya yaitu:

1. Pemberi pinjaman (seperti pihak bank)

Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa

yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan

memonitor pinjaman yang ada.

2. Investor

Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan

tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan

bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut.

Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi

kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan

kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.

3. Pihak pemerintah

Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintahan mempunyai tanggung

jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut (misal sektor perbankan).

Juga pemerintah mempunyai badan-badan usaha (BUMN) yang harus selalu

Page 33: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

19

diawasi. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-

tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa

dilakukan lebih awal.

4. Akuntan

Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu

usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu

perusahaan.

5. Manajemen

Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan

kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Suatu penelitian menunjukkan

biaya kebangkrutan bisa mencapai 11-17% dari nilai perusahaan. Contoh

biaya kebangkrutan yang langsung adalah biaya akuntan dan biaya

penasihat hukum. Sedangkan contoh kebangkrutan yang tidak langsung

adalah hilangnya kesempatan penjualan dan keuntungan karena beberapa

hal seperti pembatasan yang mungkin dilakukan oleh pengadilan. Apabila

manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan-

tindakan penghematan bisa dilakukan, misal dengan melakukan merger atau

restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.

Foust (2000) dalam Rose-Green dan Dawkins (2002) menyatakan bahwa

perusahaan sekarang menggunakan kebangkrutan sebagai alat strategis di

dalam segala hal mulai dari proses pengadilan hingga sebagai alat negosiasi

merger.

2.3. Metode Z-Score

Penenelitian mengenai kebangkrutan terhadap perusahaan telah

dilakukan oleh Altman pada tahun 1968 dengan mengambil sampel 66

perusahaan di Amerika untuk periode 1946-1965 yang dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu 33 perusahaan untuk kelompok yang tidak bangkrut dan 33

Page 34: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

20

perusahaan untuk kelompok yang bangkrut. Penelitian Altman tersebut

menggunakan metode Z-Score untuk menilai potensi kebangkrutan perusahaan.

Z-Score adalah nilai yang dihasilkan oleh formula Altman yang merumuskan

beberapa rasio keuangan. Rasio-rasio yang dilibatkan dalam formula Altman

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Working Capital to Total Assets

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal

kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya. Risiko ini dihitung

dengan membagi modal kerja bersih dengan total aktiva. Modal kerja bersih

diperoleh dengan cara aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar.

Modal kerja bersih yang negativ kemungkinan besar akan menghadapi

masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak

tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut.

Sebaliknya perusahaan dengan modal kerja bersih yang bernilai positif

jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi kewajibannya (Sarjono:

2007).

2. Retained Earning to Total Assets

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang

tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan kata lain, laba

ditahan menunjukkan berapa banyak pendapatan perusahaan yang tidak

dibayarkan dalam bentuk deviden kepada para pemegang saham. Laba

ditahan menunjukkan klaim terhadap aktiva, bukan aktiva per ekuitas

pemegang saham perusahaan. Laba ditahan terjadi karena pemegang

saham biasa mengizinkan perusahaan untuk menginvestasikan kembali laba

yang tidak didistribusikan sebagai deviden. Dengan demikian laba ditahan

Page 35: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

21

yang dilaporkan dalam neraca bukan merupakan kas dan “tidak tersedia”

untuk pembayaran deviden atau yang lain (Sarjono: 2007).

3. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak (Sarjono:

2007).

4. Market Value Equity to Book Value of Total Debt

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-

kewajiban dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa). Nilai pasar modal

sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah saham biasa yang beredar

dengan harga saham per lembar saham biasa. Nilai buku hutang diperoleh

dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang

(Sarjono: 2007).

5. Sales to Total Assets

Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis

yang cukup dibandingkan investasi dalam total aktivanya. Rasio ini

mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan

aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba

(Sarjono: 2007).

Formula untuk kelima rasio tersebut adalah sebagai berikut:

Keterangan:

X1 = Working Capital/Total Assets

X2 = Retained Earning/Total Assets

X3 = Earning Before Interest and Tax/Total Assets

X4 = Market Value Equity/Book Value of Equity

Z = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0.006X4 + 0,999X5

Page 36: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

22

X5 = Sales/Total Assets

Z = Overall Index

Formula Altman (1968) ini dinilai masih banyak mempunyai kekurangan,

dalam hal ini Newton (2000: 56) dalam Styorini dan Ardiati (2006)

mengemukakan bahwa persamaan tersebut merupakan hasil penelitian di

Amerika, jadi apabila diterapkan di negara lain kondisinya belum tentu sesuai.

Cut off score (ambang batas) Z-Score ditemukan Altman berdasarkan kondisi

negara Amerika. Persamaan Z-Score tersebut dengan kata lain diartikan belum

berdimensi internasional, dan persamaan Z-Score (1968) ini hanya dapat

diterapkan pada perusahaan publik saja. Hal ini dapat dilihat dari rasio market

value equity/book value of debt, sehingga persamaan Z-Score hasil penelitian

Altman tahun 1968 mempunyai lingkup yang masih sangat sempit.

Kelemahan formula Altman (1968) juga diungkapkan oleh Hanafi dan

Halim (2009: 275) bahwa masalah lain yang masih perlu dipertimbangkan adalah

banyak perusahaan yang tidak go public, dan dengan demikian tidak mempunyai

nilai pasar. Perusahaan-perusahaan yang ada di negara seperti Indonesia,

perusahaan semacam itu merupakan sebagian besar yang ada. Altman

kemudian mengembangkan model alternatif dengan menggantikan variabel X4

yaitu nilai pasar saham preferen dan biasa/nilai buku total hutang dengan nilai

buku saham/nilai buku total hutang. Cara demikian akan menjadikan model

tersebut bisa dipakai untuk perusahaan yang go public maupun yang tidak go

public.

Model alternatif yang dikembangkan Altman tersbut merupakan hasil dari

penelitiannya pada tahun 1984 dibeberapa negara diantaranya Amerika Serikat,

Jepang, Jerman, Swis, Brazil, Australia, Inggris, Irlandia, Kanada, dan Perancis.

Setelah melakukan penelitian ulang tersebut, Altman telah menentukan formula

Page 37: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

23

baru untuk metode Z-Score yang berdimensi internasional. Formula untuk

metode Z-Score tersebut adalah sebagai berikut:

Keterangan:

X1 = Working Capital/Total Assets

X2 = Retained Earning/Total Assets

X3 = Earning Before Interest and Tax/Total Assets

X4 = Book Value Equity/Book Value of Total Debt

X5 = Sales/Total Assets

Z = Overall Index

Model Altman Z-Score yang dikembangkan oleh Altman (1968,1984)

tersebut berhasil mengolongkan perusahaan-perusahaan yang go public dan

tidak go public kedalam kategori tidak bangkrut, bangkrut ataupun yang berada

di daerah rawan (grey area). Berikut adalah titik cut off yang dilaporakan oleh

Altman: Tabel 2.2. Titik Cut Off Formula Altman

Tahun

Prediksi

Bangkrut Daerah Rawan Tidak Bangkrut

Z-Score 1968 <1,81 1,81 - 2,99 >2,99

1984 <1,20 1,20 - 2,90 >2,90

Sumber: Hanafi dan Halim (2009:275)

Berdasarkan titik cut off dari dua formula Z-Score yang telah diterapkan

oleh Altman diatas, Foster (1986) dalam Wilopo (2001) mengemukakan bahwa

hasilnya menunjukkan tingkat ketepatan prediksi kebangkrutan sebesar 94%

untuk model Multiple Discriminant Analysis (MDA) tahun 1968 dan 95% untuk

model MDA tahun 1984.

Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5

Page 38: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

24

Model Z-Score sangat efektif untuk memprediksi kebangkrutan untuk dua

tahun sebelum terjadinya kebangkrutan yang sebenarnya dan untuk beberapa

kasus, model ini dapat memprediksi kebangkrutan empat atau lima tahun

sebelumnya (Indriyati: 2010).

2.4. Saham

2.4.1. Definisi Saham

Definisi saham menurut Undang-undang No 8 tahun 1995 tentang pasar

modal, saham merupakan surat berharga sebagai bukti pemilikan

individu/institusi dalam suatu perusahaan (biasa dipegang perorangan/lembaga

pada suatu perusahaan). Seseorang yang membeli saham suatu perusahaan

maka ia akan menjadi pemilik dan disebut pemegang saham perusahaan

tersebut.

Menurut Nuswantara (2003) saham (stock) merupakan salah satu jenis

surat berharga (efek) yang diperdagangkan di bursa efek. Saham diartikan

sebagai bukti penyertaan modal disuatu perusahaan, atau merupakan bukti

kepemilikan atas suatu perusahaan. Siapa saja yang memiliki saham berarti ia

ikut menyertakan modal atau memiliki perusahaan yang mengeluarkan saham

tersebut. Sedangkan menurut Fakhrurozie (2007) saham adalah surat

kepemilikan modal dalam suatu perusahaan yang dapat diperjualbelikan di pasar

modal. Mengkaji dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa

saham merupakan surat berharga perusahaan yang diperdagangkan di Bursa

Efek yang apabila ada seseorang yang membeli suatu saham tersebut, maka

orang tersebut mempunyai peranan dalam perusahaan terkait yang

mengeluarkan saham.

2.4.2. Harga Saham

Harga saham menurut UU No 8 tahun 1995 tentang pasar Modal pada

hakekatnya merupakan penerimaan besarnya pengorbanan yang harus

Page 39: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

25

dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Menurut

Ardiani (2007) bahwa harga saham merupakan nilai suatu saham yang

mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut.

2.4.3. Perubahan Harga Saham

Saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan berbentuk

Perseroan Terbatas. Harga suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga

pasar suatu saham. Harga dasar suatu saham merupakan harga perdananya.

Perubahan harga saham dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran

yang terjadi di pasar sekunder. Semakin banyak investor yang ingin membeli

atau menyimpan suatu saham, maka harganya akan semakin naik. Sebaliknya

apabila semakin banyak investor yang menjual atau melepaskan maka akan

berdampak pada turunnya harga saham (Ardiani: 2007).

Ardiani (2007) juga menjelaskan mengenai analisis yang sering

digunakan untuk menilai suatu saham, diantaranya yaitu:

1. Analsis fundamental

Analsis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang

akan datang dengan:

a. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga

saham dimasa yang akan datang.

b. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh

taksiran harga saham.

2. Analisis teknikal

Model analisis teknikal lebih menekankan pada perilaku pasar modal dimasa

yang akan datang berdasarkan kebiasaan dimasa lalu. Analisis ini berupaya

untuk memperkirankan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati

perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) diwaktu lalu. Para

penganut analisis ini, menyatakan bahwa:

Page 40: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

26

a. Harga saham mencerminkan informasi yang relevan.

b. Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga-harga saham

diwaktu lalu.

c. Karena perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, maka

pola tersebut akan berulang.

2.4.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Menurut Kusumawati (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

harga saham, diantaranya yaitu:

1. Laba per lembar saham (Earning Per Share/EPS)

Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan

menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar

saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian

yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi

yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.

2. Tingkat buga

Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara:

a. Mempengaruhi persaingan dipasar modal antara saham dengan

obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual

sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan

harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga

menglami penurunan.

b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah

biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba

perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang

juga akan mempengaruhi laba perusahaan.

Page 41: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

27

3. Jumlah kas deviden yang diberikan

Kebijakan pembagian deviden dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian

dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba

ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka

peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas

deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga

saham naik.

4. Jumlah laba yang didapat perusahan

Pada umumnya investor melakukan investasi pada perusahaan yang

mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukkan prospek yang cerah

sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan

mempengaruhi harga saham perusahaan.

5. Tingkat risiko dan pemgembalian

Apabila tingat risikko pada proyeksi laba yang diharapkan perusahaan

meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya

semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham

yang diterima.

2.5. Kerangka Konseptual

Laporan keuangan perusahaan merupakan informasi mengenai kinerja

keuangan perusahaan dalam suatu periode. Laporan keuangan tersebut bisa

dibentuk suatu rasio keuangan dimana rasio tersebut bermanfaat dalam evaluasi

kinerja keuangan perusahaan. Rasio keuangan juga dapat dijadikan suatu

variabel dalam penentuan apakah perusahaan tersebut bisa dikatakan sehat

atau tidak sehat.

Penelitian ini akan menggunakan formula yang diterapkan Altman pada

tahun 1984 dengan menerapkan variabel X4 sebagai nilai buku saham terhadap

Page 42: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

28

nilai buku total hutang. Formula ini dimana telah diketahui memberikan hasil yang

lebih baik dibandingkan formula lainnya seperti yang telah dipaparkan diatas.

Rasio keuangan yang digunakan Altman dalam formula yang diterapkan

untuk prediksi kebangkrutan adalah rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva,

rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva, rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak

terhadap Total Aktiva, rasio Nilai Pasar/Buku Saham terhadap Nilai Buku Total

Hutang dan Penjualan terhadap Total Aktiva.

Pengolahan rasio-rasio keuangan tersebut akan menghasilkan Z-Score

yang akan menentukan apakah suatu perusahaan dapat dikategorikan tidak

bangkrut, berada pada daerah rawan (grey area), atau berada pada kategori

bangkrut. Hasil dari formula tersebut apabila menghasilkan Z-Score lebih dari

2,90, maka perusahaan tersebut dalam kategori tidak bangkrut, sedang apabila

Z-Score berkisar antara 1,20 sampai dengan 2,90, maka perusahaan tersebut

dikategorikan berada pada grey area, namun jika Z-Score dibawah 1,20, maka

perusahaan tersebut termasuk kategori perusahaan yang bangkrut.

Analisa akan dilakukan terhadap masing-masing perusahaan yang telah

dikelompokkan berdasar kategorinya menggunakan metode Z-Score. Langkah ini

akan mengungkapkan variabel-variabel rasio keuangan mana saja yang mungkin

sangat berpengaruh sebagai peyebab perusahaan tergolong pada kategori

tertentu. Tingkat kesehatan perusahaan yang dihasilkan dari Z-Score tersebut

akan diuji seberapa besar pengaruhnya terhadap perubahan harga saham

perusahaan.

Kerangka konseptual dalam penelitian ini akan diilustrasikan pada

gambar 2.1.

Page 43: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

29

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Keterangan:

= Pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent

= Area penelitian

1. Sarjono, Setyorini dan Ardiati, Fakhrurozie

2. Sarjono, Setyorini dan Ardiati, Fakhrurozie

3. Sarjono, Setyorini dan Ardiati, Fakhrurozie

4. Sarjono, Fakhrurozie

5. Sarjono, Setyorini dan Ardiati, Fakhrurozie

Working capital to

total assets

Sales to total

assets

Retained earning to

total assets

Market value of

equity to book

value of total debt

Book value of

equity to book

value of total debt

Earning before

interest and taxes

to total assets

BANGKRUT

DAERAH

RAWAN

TIDAK

BANGKRUT

HARGA SAHAM

PERGANTIAN

AUDITOR

1

2

3

4

5

6

7

8

Page 44: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

30

6. Setyorini dan Ardiati

7. Fakhrurozie

8. Setyorini dan Ardiati

Kerangka konseptual diatas telah menggambarkan bahwa penelitian ini

memilih fokus untuk menguji pengaruh prediksi kebangkrutan menggunakan

metode Z-Score terhadap harga saham. Harga saham lebih dipilih karena hal ini

terkait dengan permasalahan perusahaan yang bersifat eksternal dan lebih luas

yaitu dampak dari krisis keuangan global. Pengetahuan mengenai fluktuasi harga

saham perusahaan merupakan gambaran dari respon public terhadap

perusahaan terkait.

2.6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 2002: 64). Kerangka konseptual yang telah diuraikan diatas, menjadi

landasan bagi penulis untuk mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Bahwa prediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode Z-Score

mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Page 45: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan bentuk dari penelitian kuantitatif, definisi dari

penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan alat analisis bersifat

kuantitatif. Hasil analisis disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian

dijelaskan dan diinterpretasikan dalam suatu uraian (Hasan: 2009)

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006:130).

Populasi pada penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar pada

Bursa Efek Indonesia.

Populasi tersebut akan diambil beberapa perusahaan yang akan dijadikan

sampel dengan cara purposive sampling, yaitu sampel yang memenuhi kriteria

untuk dijadikan subyek penelitian. Kriteria perusahaan yang dibutuhkan dalam

penelitian ini yaitu:

1. Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar pada BEI sejak tahun 2007 atau

sebelumnya.

2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan tiga tahun

berturut-turut, yaitu pada tahun 2007, 2008, dan 2009.

3. Memiliki komponen-komponen yang dibutuhkan dalam penelitian ini,

misalnya memisahkan secara jelas antara aktiva lancar (current assets)

dengan aktiva tidak lancar (non-current assets), hutang lancar (current

liabilities) dengan hutang tidak lancar (non-current liabilities). Komponen

tersebut sangat penting karena merupakan komponen untuk menentukan

modal kerja pada variabel Z-Score.

Page 46: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

32

3.3. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data penelitian yang

diperoleh peneliti secara tidak langsung atau merupakan data yang dicatat oleh

pihak lain (Hasan, 2002: 82). Pengambilan keterangan atau data dilakukan

dengan cara mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen, laporan-laporan, jurnal

perusahaan dan sebagainya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Sumber data dalam penelitian yaitu hal yang menunjukkan dari mana

data-data yang diolah dalam penelitian ini diperoleh. Penelitian ini memanfaatkan

situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang beralamatkan www.bei.co.id serta

data dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) sebagai sumber data.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu mencari data atau variabel yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,

agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006:231).

Metode dokumentasi yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu mencari

dan mengumpulkan data mengenai variabel berupa laporan keuangan

perusahaan yang telah dipublikasikan. Penelitian ini juga tidak lepas dari

dokumentasi buku dan artikel yang menjadi penunjang penelitian.

3.5. Identifikasi Variabel

Istilah “variabel” merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam

setiap jenis penelitian, dalam Arikunto (2006:116) Kerlinger menyebut variabel

sebagai sebuah konsep seperti halnnya laki-laki dalam konsep jenis kelamin,

insaf dalam konsep kesadaran.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Z-Score sebagai variabel bebas/independent variable (X)

2. Harga saham sebagai variabel tergantung/dependent variable (Y)

Page 47: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

33

3.6. Definisi Operasional Variabel

3.6.1. Z-Score

Variabel Z-Score dalam penelitian ini merupakan variabel independent

yang dihasilkan dari pengolahan rasio-rasio keuangan dengan menggunakan

formula Altman tahun 1984 dalam metode Multi Discriminant Analysis. Rasio-

rasio keuangan yang digunakan sebagai variabel formula Altman merupakan sub

variabel dalam penelitian ini, rasio-rasio keuangan tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Working capital to total assets

Working capital disini merupakan selisih antara current assets dengan

current liabilities. Total assets merupakan keseluruhan assets yang dimiliki

oleh perusahaan.

2. Retained earning to total assets

Retained earning merupakan saldo laba perusahaan baik yang dicadangkan

maupun yang sudah ditentukan penggunaannya. Total assets merupakan

keseluruhan assets yang dimiliki oleh perusahaan.

3. Earning before interest and tax to total assets

Earning before interest and tax adalah operating income yang diperoleh oleh

perusahaan. Total assets merupakan keseluruhan assets yang dimiliki oleh

perusahaan.

4. Book Value of Equity to book value to total debt

Book Value of Equity disini merupakan nilai buku saham yang dimiliki oleh

perusahaan dan book value of total debt merupakan keseluruhan hutang

perusahaan baik yang lancar maupun jangka panjang.

Page 48: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

34

5. Sales to total assets

Sales yang digunakan pada variabel ini merupakan total penjualan bersih

perusahaan yang dilaporkan akhir tahun. Total assets merupakan

keseluruhan assets yang dimiliki oleh perusahaan.

3.6.2. Harga Saham

Harga saham dalam penelitian ini merupakan variabel dependent dimana

harga saham akan ditentukan oleh nilai Z-Score perusahaan. Harga saham

yang digunakan dalam laporan ini yaitu harga saham jenis market price yaitu

harga pasar saham penutupan (closing price). Hal ini ditujukan untuk mengetahui

bagaimana reaksi pasar dalam menentukan keputusannya dalam melakukan

pembelian atau penjualan sahamnya.

3.7. Metode Analisis Data

Analisis data adalah merupakan kegiatan mengolah data yang telah

terkumpul kemudian dapat memberikan interpretasi pada hasil-hasil tersebut

(Fakhrurozie: 2007). Harga saham dan angka-angka dari rasio keuangan yang

telah dikumpulkan yang kemudian diolah untuk menghasilkan z-score, akan

dijadikan sebagai variabel dalam menguji hipotesis yang telah diajukan.

3.7.1. Analisis Z-Score

Langkah awal dalam analisis ini yaitu mengumpulkan rasio-rasio

keuangan yang merupakan olahan dari laporan keuangan perusahaan. Setelah

diketahui nilai-nilai yang dihasilkan oleh rasio keuangan, selanjutnya akan

diproses melalui formula Altman Z-Score tahun 1984 sebagai berikut:

Keterangan:

X1 = Working Capital/Total Assets

X2 = Retained Earning/Total Assets

X3 = Earning Before Interest and Tax/Total Assets

Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5

Page 49: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

35

X4 = Book Value Equity/Book Value of Total Debt

X5 = Sales/Total Assets

Z = Overall Index

Z-Score yang dihasilkan dari formula tersebut akan mengelompokkan

perusahaan dalam tiga kategori dengan titik cut off sebagai berikut:

a. Z-Score yang berada diatas 2,90 (Z-Score > 1,90), maka perusahaan dalam

kategori perusahaan sehat atau tidak bangkrut.

b. Z-Score yang berada diantara 1,20-2,90 (1,20 > Z-Score > 2,90), maka

perusahaan dalam daerah rawan (grey area).

c. Z-Score yang berada dibawah 1,20 (Z-Score < 1,20), maka perusahaan

diklasifikasikan sebagai perusahaan yang berpotensi bangkrut.

3.7.2. Uji Normalitas Data

Pengujian normalitas data adalah ditujukan untuk mengetahui apakah

variabel-variabel berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas pada

penelitian ini menggunakan uji kolmogorov-smirnov.

Ketentuan dalam pengujian normalitas kolmogorov-smirnov yaitu apabila

nilai signifikansi yang dihasilkan melalui kolmogorov-smirnov test adalah lebih

besar dari taraf signifikansi yang telah ditentukan (α) yaitu sebesar 0,05 maka

data tersebut berdistribusi normal. Hasil sebaliknya apabila nilai signifikansi yang

dihasilkan melalui kolmogorov-smirnov test adalah lebih kecil dari taraf

signifikansi yang telah ditentukan (α), maka data tersebut tidak berdistribusi

normal.

3.7.3. Analisis Korelasi Product Moment

Analsis korelasi berguna untuk menentukan suatu besaran yang

menyatakan bagaimana kuatnya hubungan suatu variabel dengan variabel lain.

Jadi tidak mempersoalkan apakah suatu variabel tertentu tergantung pada

variabel lain (Nugraheni: 2005).

Page 50: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

36

��� = � ∑ � − ∑ � ∑ �� ∑ �� − (∑ �)� �� ∑ � − (∑ )�

Penelitian ini menggunakan analisis korelasi product moment untuk

mengetahui bagaimana hubungan antara dua variable. Rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut:

Keterangan:

rXY = Koefisien korelasi

ƩXY = Jumlah perkalian X dan Y

ƩX = Jumlah X

ƩY = Jumlah Y

Nilai r yang dihasilkan dari rumus tersebut akan dilakukan interpretasi

nilai dengan interpretasi sebagai berikut:

Tabel 3.1. Interpretasi Nilai r

Besarnya nilai r Interpretasi

Antara 0,800 sampai dengan 1,00

Antara 0,600 sampai dengan 0,800

Antara 0,400 sampai dengan 0,600

Antara 0,200 sampai dengan 0,400

Antara 0,000 sampai dengan 0,200

Tinggi

Cukup

Agak rendah

Rendah

Sangat rendah (tidak berkorelasi)

Sumber: Arikunto (2006: 276)

Apabila diperoleh angka negatif, berarti korelasinya negatif. Ini

menunjukkan adanya kebalikan urutan. Indeks korelasi tidak pernah lebih dari

1,00 (Arikunto, 2006: 276).

3.7.4. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (Uji r2) menunjukkan indeks keeratan yang

menyatakan proporsi dari variabel total Y (variabel dependen) yang dapat

Page 51: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

37

diterangkan oleh variabel X (variabel independen). Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu. Nilai r2 yang kecil berarti kemampuan variabel-

variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen terbatas.

Nilai yang mendekati semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

variasi variabel dependen (Indriyati:2010).

Nilai r2 yang mendekati satu maka dinyatakan bahwa variabel bebas

semakin kuat menerangkan variabel terikat, sebaliknya apabila nilai r2 mendekati

nol maka dinyatakan variabel bebas semakin lemah dalam menerangkan

variabel terikatnya. Nilai koefisien determinasi diperoleh dari kuadrat nilai

koefisien korelasi.

3.7.5. Regresi Sederhana

Regresi sederhana yang digunakan untuk menganalisis pengaruh

kebangkrutan suatu perusahaan dengan metode Z-Score terhadap harga saham.

Model regresi yang digunakan dalam pengujian ini yaitu model regresi linear

sederhana, dimana Z-Score merupakan variabel bebas (X) dan harga saham

merupakan variabel terikat (Y). Bentuk dasar model regresi linear sederhana

adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Y = Harga saham (variabel terikat)

a = Konstanta

b = Koefisien variabel bebas

X = Z-score (variabel bebas)

3.7.6. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam korelasi product moment adalah dengan

menggunakan uji t. Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas

secara parsial berpengaruh terhadap variabel terikat dengan asumsi independen

Y = a + bX

Page 52: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

38

lainnya konstan. Penolakan dan penerimaan hipotesis didasarkan pada tingkat

signifikansi (ƛ) sebesar 5%. Bila nilai t hitung > nilai t tabel, maka H0 diterima dan

bila nilai t hitung ≤ nilai t tabel, maka H0 ditolak. Atau jika signifikansi t < 0,05

maka H0 ditolak atau jika signifikansi t > 0,05 maka H0 diterima (Indriyati: 2010).

Page 53: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Objek Penelitian

Populasi yang digunakan sebagai sampel penelitian ini adalah

perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Data yang

digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahunan yang

diunduh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia. Sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah beberapa perusahaan dari populasi yang diambil

secara purposive sampling, hal ini dikarenakan dalam penelitian ini sampel harus

memenuhi kriteria tertentu dalam penelitian, kriteria tersebut adalah:

1. Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar pada BEI sejak tahun 2007 atau

sebelumnya.

2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan tiga tahun

berturut-turut, yaitu pada tahun 2007, 2008, dan 2009.

3. Memiliki komponen-komponen yang dibutuhkan dalam penelitian ini,

misalnya memisahkan secara jelas antara aktiva lancar (current assets)

dengan aktiva tidak lancar (non-current assets), hutang lancar (current

liabilites) dengan hutang tidak lancar (non-current liabilities). Komponen

tersebut sangat penting karena merupakan komponen untuk menentukan

modal kerja pada variabel Z-Score.

Penerapan teknik purposive sampling menghasilkan 113 perusahaan

yang menjadi sampel penelitian, untuk daftar perusahaan selengkapnya dapat

dilihat pada halaman terlampir Lampiran 1.

Perusahaan-perusahaan ini terancam mengalami banyak masalah ketika

terjadi krisis keuangan global yang diakibatkan oleh pemberian kredit perumahan

Page 54: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

40

yang mudah di Amerika Serikat. Bursa saham di Indonesia juga mengalami

penurunan indeks yang signifikan. Dikutip dari www.rutacs.wordpress.com

bahwa penurunan indeks melebihi 11%, sehingga memaksa otoritas Bursa untuk

melakukan perhentian dagangan selama tiga hari untuk mencegah lebih

terpuruknya bursa akibat sentimen negatif.

Hal ini tentunya juga berdampak pada krisis finansial perusahaan yang

terdaftar pada bursa, oleh karena itu antisipasi untuk menganalisis kondisi

kesehatan perusahaan sangatlah perlu dilakukan. Cara untuk mengetahui

kesehatan perusahaan yaitu dengan menggunakan rasio-rasio keuangan pada

perusahaan yang kemudian dimasukkan dalam suatu formula yang telah

ditetapkan.

4.1.2. Analisis Data

4.1.2.1. Analisis Z-Score

Formula Z-Score Altman yang digunakan dalam penelitian ini berhasil

mengelompokkan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa efek Indonesia

menjadi tiga kategori. Tiga kategori tersebut ditentukan berdasarkan titik cut off

dari perhitungan Z-Score yang telah ditetapkan sebelumnya. Jumlah perusahaan

yang menempati masing-masing kategori dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Hasil Prediksi Perusahaan

Kategori

Bangkrut Daerah Rawan Tidak Bangkrut

Z-Score <1,20 1,20 - 2,90 >2,90

Perusahaan 35 52 26

Prosentase 30,97% 46,02% 23,01

Sumber: data diolah

Page 55: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

41

Mengkaji dari hasil perhitungan Z-Score yang telah dilakukan pada

perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia, pada tahun 2007

Z-Score yang tertinggi diperoleh oleh PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk

sebesar 8,86 dan nilai Z-Score yang terendah dimiliki oleh PT. Myoh Technology

Tbk yaitu pada nilai -5,77. Rata-rata Z-Score pada tahun 2007 sebesar 1,91, hal

ini berarti menurut analisis Z-Score rata-rata perusahaan manufaktur yang listing

di Bursa Efek Indonesia pada tahun tersebut berada pada Z-Score antara 1,20 –

2,90 yang dikategorikan pada daerah rawan (grey area).

Z-Score tertinggi yang dihasilkan untuk tahun 2008 masih diperoleh oleh

PT. Hanjaya mandala Sampoerna Tbk sebesar 8,50, sedangkan nilai terendah

dimiliki oleh PT. Hanson International Tbk dengan nilai -856,00. Rata-rata Z-

Score yang terjadi pada tahun 2008 adalah -5,73. Nilai rata-rata tersebut berarti

dibawah titik cut off 1,20 yang menjadikan rata-rata perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 berada pada kategori

perusahaan bangkrut.

Tahun terakhir penelitian yaitu pada tahun 2009, Z-Score tertinggi

diperoleh oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar 29,87, sedangkan untuk Z-

Score terendah masih dimiliki oleh PT. Hanson International Tbk dengan nilai -

1183,87. Rata-rata Z-Score untuk tahun terakhir penelitian yaitu -8,18, hal ini

tetap menjadikan tahun 2009 adalah tahun dimana rata-rata perusahaan yang

listing di Bursa Efek Indonesia berada pada kategori bangkrut karena rata-rata Z-

Score masih dibawah 1,20. Data untuk hasil analisa Z-Score seperti yang

dijelaskan diatas, lebih jelasnya dapat dilihat pada halaman terlampir Lampiran 2.

4.1.2.2. Uji Normalitas Data

Uji normalitas akan menunjukkan apakah data sampel dalam penelitian

ini berdistribusi normal atau tidak. Tabel 4.2. menunjukkan hasil pengujian

normalitas data sampel menggunakan kolmogorov smirnov.

Page 56: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

42

Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas

Keterangan Saham Z-Score

Jumlah data (N) 339 290

Signifikansi 0,584 0,150

Sumber: data diolah

Hasil uji normalitas diatas menunjukkan nilai signifikansi untuk saham dan

Z-Score masing-masing adalah 0,584 dan 0,150. Hal ini menunjukkan bahwa

nilai signifikansi lebih besar dari pada signifikansi yang telah ditentukan (α). Nilai

signifikansi 0,584 > 0,05 untuk saham dan 0,150 > 0,05 untuk z-score. Sehingga

dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa data sampel untuk penelitian ini

berdistribusi normal.

Data sampel yang digunakan dalam uji kolmogorov-smirnov diatas adalah

data yang telah disehatkan melalui transformasi data dengan SPSS 15.0,

sehingga menghasilkan jumlah data yang berbeda setelah beberapa sampel

tereliminasi. Hasil untuk transformasi data dapat dilihat pada halaman terlampir

Lampiran 4.

4.1.2.3. Analisis Korelasi Product Moment

Hasil perhitungan koefisien korelasi diperoleh nilai r = 0,026 dengan n =

339. Hubungan atau korelasi antara variabel Z-Score dengan harga saham yang

bernilai 0,026 adalah sangat rendah setelah dikonsultasikan dengan tabel

interpretasi nilai r. Korelasi ini meskipun dinilai sangat rendah namun hal ini tetap

berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel Z-Score dengan

variabel harga saham karena nilai r > 0. Hubungan ini merupakan hubungan

linear yang positif sehingga dapat disimpulkan bahwa kenaikan Z-Score akan

diikuti kenaikan harga saham.

Page 57: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

43

4.1.2.4. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi ditentukan oleh besarnya koefisien korelasi. Nilai

koefisien determinasi (r2) dalam penelitian ini diperoleh sebagai berikut:

r = 0,026

r2 = 0,0007

Nilai koefisien determinasi (r2) sebesar 0,0007 menggambarkan

bahwasanya tingkat keeratan hubungan antara z-score sebagai variabel bebas

(X) dengan harga saham sebagai variabel terikat (Y) adalah 0,07%. Sehingga

dinyatakan bahwa 0,07% variabel Y dapat dijelaskan oleh variabel X dan yang

lain sebesar 99,93% berhubungan dengan faktor lain yang tidak diteliti.

4.1.2.5. Regresi Sederhana

Model regresi yang digunakan dalam pengujian ini yaitu model regresi

linear sederhana, dimana Z-Score merupakan variabel bebas (X) dan harga

saham merupakan variabel terikat (Y). Bentuk dasar model regresi linear

sederhana adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Y = Harga saham (variabel terikat)

a = Konstanta

b = Koefisien variabel bebas

X = Z-score (variabel bebas)

Tabel 4.3. Koefisien Regresi

Model

Unstandardized

Coefficients

Signifikansi B

Constant 1,637 0,000

Z-Score 0,150 0,000

Sumber: data diolah

Y = a + bX

Page 58: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

44

Tabel koefisien regresi diatas dapat menghasilkan suatu persamaan

regresi linear sederhana pada penelitian ini sebagai berikut:

Y = 1,637 + 0,150X

Persamaan regresi linear sederhana diatas, dapat dijelaskan bahwa:

1. Konstanta sebesar 1,637 artinya apabila variabel bebas (Z-Score) dianggap

konstan (bernilai 0), maka harga saham sebesar 1,637.

2. Koefisien nilai regresi Z-Score bernilai 0,150 menyatakan bahwa apabila Z-

Score mengalami kenaikan satu satuan, maka harga saham akan

mengalami kenaikan sebesar 0,150.

4.1.2.6. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam korelasi product moment adalah menggunakan uji t.

Uji t yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3. Koefisien

Regresi. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi t

terhadap taraf signifikansi yang telah ditentukan yaitu sebesar 0,05. Kriteria

pengujiannya adalah:

1. Jika signifikansi t > 0,05, maka H1 ditolak.

2. Jika signifikansi t < 0,05, maka H1 diterima.

Hasil uji t dalam penelitian ini didapatkan variabel Z-Score adalah

signifikan, hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi t = 0,000, yang berarti

variabel z-score signifikan pada 0,05 atau signifikansi t < 0,05. Kesimpulan dari

hasil uji signifikansi t tersebut yaitu bahwa H1 diterima, yang berarti bahwa

prediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode Z-Score mempunyai

pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

Page 59: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

45

4.2. Pembahasan

4.2.1. Analisis Z-Score

Hasil untuk perhitungan Z-Score pada tahun 2007 sampai dengan 2009

diperoleh sebagian besar perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia berada pada kategori daerah rawan, yaitu dengan prosentase sebesar

46,02%, sedangkan untuk kategori tidak bangkrut dan bangkrut masing-masing

adalah 30,97% dan 23,01. Jumlah ini tidak sesuai dengan hasil keseluruhan Z-

Score yang dihitung berdasarkan score-score yang dihasilkan, karena ada

perusahaan yang menghasilkan Z-Score jauh di bawah rata-rata yaitu adalah PT.

Hanson International Tbk. Z-Score yang dihasilkan perusahaan tersebut

menjadikan rata-rata perusahaan mengalami potensi kebangkrutan yang tinggi,

yaitu dengan dengan Z-Score -4,00. PT. Hanson International Tbk memiliki Z-

Score yang sangat rendah pada tahun 2008 dan 2009, masing-masing yaitu -

856,00 dan -1183,87. Nilai tersebut sangat jauh dari rata-rata Z-Score yang

terjadi pada masing-masing tahun yaitu -5,73 untuk tahun 2008 dan -8,18 untuk

tahun 2009. Z-Score yang sangat jauh dibawah rata-rata tersebut disebabkan

karena hasil dari perhitungan rasio-rasio keuangan untuk variabel Z-Score yang

rendah pula. Peneliti menyebutkan ada dua rasio yang paling parah dalam hal ini

adalah rasio retained earning to total assets dan earning before interest and

taxes untuk tahun 2008, yaitu masing-masing bernilai -545, 8374 dan -109,9861.

Dua rasio lagi untuk tahun 2009 yang menyebabkan nilai Z-Score perusahaan

tersebut rendah yaitu adalah working capital to total assets dan retined earning to

total assets, masing-masing mempunyai nilai -162,5829 dan -1336,7758.

Nilai yang sangat rendah pada rasio retained earning to total assets untuk

tahun 2008 dikarenakan PT. Hanson International Tbk mengalami defisit pada

retained earning yang sangat banyak yaitu Rp1.218.445.648.245,00 dibanding

dengan total assets milik perusahaan yang hanya Rp2.232.250.219,00. Rasio

Page 60: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

46

yang bernilai sangat rendah lainnya pada tahun 2008 yaitu adalah rasio earning

before interest and taxes to total assets, hal ini disebabkan perusahaan

mengalami taksiran kerugian sebelum pajak dan beban bunga yang tinggi yaitu

Rp245.516.499.549,00 dibandingkan dengan total assets yang dimiliki

perusahaan. Hal lain yang mendukung sangat rendahnya Z-Score perusahaan

tersebut adalah nilai penjualan pada laporan laba rugi tahunan yang

dipublikasikan bernilai 0, atau tidak ada nilai transaksi penjualan yang tercatat

pada laporan keuagan PT. Hanson International Tbk untuk tahun berakhir 31

desember 2008.

Nilai yang sangat rendah pada tahun 2009 untuk rasio working capital to

total assets dikarenakan PT. Hanson International Tbk memiliki total current

liabilities yang tinggi dibandingkan total current assets yang dimiliki, yaitu

Rp147.077.901.189,00 berbanding Rp582.850.462,00. Rasio lainnya yang

bernilai sangat rendah yaitu retained earning to total assets dikarenakan hal yang

sama dengan tahun 2008, yaitu memiliki nilai defisit untuk retained earning

Rp1.204.499.475.433,00 sedangkan untuk total assets hanya Rp901.048.232,00.

Hal yang sama dengan tahun 2008 juga terjadi pada tahun 2009 yaitu selain

sangat rendahnya beberapa nilai rasio yang menjadi variabel Z-Score, juga

didukung oleh nilai penjualan pada laporan laba rugi tahunan yang dipublikasikan

bernilai 0, atau tidak ada nilai transaksi penjualan yang tercatat pada laporan

keuangan PT. Hanson International Tbk untuk tahun berakhir 31 desember 2009.

Potensi kebangkrutan yang tinggi untuk perusahaan manufaktur yang

listing di Bursa Efek Indonesia berdasarkan analisa Z-Score diatas, tidak lantas

menjadikan perusahaan-perusahaan tersebut mengambil keputusan untuk

melakukan merger atau likuidasi. Keadaan ini terbukti dari setiap tahunnya

hampir dari semua perusahaan tersebut tetap listing di Bursa Efek Indonesia.

Kemungkinan perusahaan-perusahaan tersebut telah melakukan reorganisasi

Page 61: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

47

atau restrukturisasi keuangan yang bisa menjadikan perusahaan tersebut tetap

mempunyai prospek yang baik kedepannya dan selalu berusaha untuk

menghindari potensi kebangkrutan yang terus membayangi.

Hasil tersebut konsisten dan sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Fakhrurozie pada tahun 2007, yaitu penelitian untuk perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003 sampai

dengan 2005 yang menghasilkan rata-rata Z-Score masih dibawah 1,20 yang

berarti berpotensi bangkrut. Keadaan yang diprediksikan buruk seperti itu juga

tidak menghalangi perusahaan perbankan yang menjadi objek penelitian untuk

tetap bertahan dan terus mengoperasikan perusahaannya sehingga tetap

mendapatkan nasabah.

4.2.2. Pengaruh Z-Score Terhadap Harga Saham

Melalui perhitungan koefisien determinasi (r2) diperoleh r2 = 0,0007,

artinnya variabel Z-Score (X) berpengaruh terhadap variabel harga saham (Y).

Variabel Z-Score disini memberikan kontribusi sebesar 0,07% dalam

menjelaskan harga saham sedangkan sisanya sebesar 99,93% dipengaruhi oleh

variabel lain. Angka ini memang sangatlah kecil, namun semuanya diduga ada

faktor eksternal yang mempengaruhi seperti yang disebutkan dalam latar

belakang penelitian ini yaitu krisis keuangan global. Krisis keuangan global

mengancam krisis keuangan bagi sebagian besar perusahaan yang menjual

sahamnya kepada public. Seperti yang dikutip pada www.vibizmanagement.com

menyebutkan bahwa pada tahun 2008 gelembung pasar saham di bursa pecah.

Hal ini ditandai dengan Indeks Harga Saham Gabungan yang anjlok 56,42%

hingga saat ini di level 1242 dari posisi akhir tahun 2007 yang berada pada level

2848 pada level tertingginya di satu tahun terakhir yaitu pada februari tahun

2008.

Page 62: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

48

Hasil uji t yang tampilkan pada tabel 4.2. diatas diperoleh probablitas

signifikansi t sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa signifikansi t tidak lebih

dari taraf signifikansi yang telah ditentukan sebesar 0,05 atau dapat dirumuskan t

< 0,05. Nilai signifikansi t yang tidak lebih dari 0,05 menunjukkan adanya

pengaruh antara variabel Z-Score terhadap variabel harga saham. Kesimpulan

dari hasil uji signifikansi t tersebut yaitu bahwa H1 diterima, yang berarti bahwa

prediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode Z-Score mempunyai

pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

Hasil dari penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian-penelitian

terdahulu. Fakhrurozie (2007) menyimpulkan bahwa ada pengaruh antara Z-

Score terhadap harga saham, dalam peneltiannya dijelaskan bahwa variabel

independent (Z-Score) memberikan kontribusi sebesar 21,50% dalam

menjelaskan harga saham sedangkan sisanya 78,50% (100%-21,50%)

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dipengaruhi oleh Z-Score.

Penelitian lain dilakukan oleh Apriliana (2005), menunjukkan bahwa

potensi kebangkrutan menggunakan metode Z-Score berpengaruh terhadap

harga saham. Nilai korelasi product moment yang diperoleh dari penelitiannya

sebesar 0,226 atau 22,6% berarti bahwa nilai Z-Score yang dimiliki oleh

perusahaan yang menjadi objek penelitian untuk memprediksi potensi

kebangkrutan berhubungan dengan harga saham yang dimiliki oleh perusahaan

tersebut.

Page 63: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

49

BAB V

PENUTUP

Analisis dan pembahasan yang telah dikaji pada bab sebelumnya,

menjadikan dasar bagi penulis untuk menarik simpulan dan saran yang akan

disajikan dalam bab ini. Simpulan dan saran oleh penulis diharapkan bisa

memberi manfaat bagi stakeholder yang bersangkutan, penulis, serta peneliti

selanjutnya yang mengambil tema penelitian yang sama.

5.1. Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik dari analisis dan pembahasan terhadap

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Prediksi kebangkrutan yang menggunakan formula Z-Score Altman berhasil

menempatkan perusahaan-perusahaan manufaktur yang listing di Bursa

Efek Indonesia pada kategori bangkrut, grey area dan tidak bangkrut

berdasarkan titik cut off yang telah ditentukan sebelumnya. Hasilnya yaitu

sebagian besar perusahaan tergolong pada kategori bangkrut dengan nilai

rata-rata -4,00. Keadaan ini dalam faktanya tidak lantas membuat sebagian

besar perusahaan tersebut terlikuidasi, hal ini terbukti pada tiap-tiap tahun

penelitian perusahaan tersebut masih listing pada Bursa Efek Indonesia.

2. Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh

antara prediksi kebangkrutan menggunakan Z-Score terhadap harga saham

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, meskiupun nilai yang

dihasilkan melalui koefisien determinasi sebesar 0,07%. Pengaruh yang

sangat kecil ini diduga kuat ada faktor eksternal saat itu yang juga

mempengaruhi harga saham perusahaan. Faktor eksternal tersebut adalah

terjadinya krisis keuangan global pada tahun 2008 yang menyebabkan

Indeks Harga Saham Gabungan anjlok 56,42% pada tahun tersebut.

Page 64: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

50

5.2. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan pada sektor

manufaktur layaknya yang diterapkan oleh Altman untuk menerapkan

formulanya. Keterbatasan ini menjadikan hasil dari penelitian ini tidak

bersifat general untuk semua sektor perusahaan.

2. Penelitian ini masih memprediksi kebangkrutan perusahaan dan

pengaruhnya terhadap harga saham. Penelitian ini belum memberikan hasil

kekakuratan dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan menggunakan

metode Z-Score dengan kebangkrutan yang sebenarnya terjadi pada dua

tahun atau lima tahun setelah penelitian.

5.3. Saran

Saran yang akan penulis sampaikan sehubungan dengan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Pihak manajemen perusahaan-perusahaan yang terkait dalam penelitian ini

khususnya bagi yang tergolong perusahaan bangkrut, hendaklah melakukan

evaluasi kinerja perusahaan ataupun restrukturisasi keuangan sehingga

potensi kebangkrutan dapat dihindari.

2. Z-Score yang dihasilkan dari perhitungan lima rasio keuangan dalam formula

Altman tentunya bukanlah satu-satunya cara untuk mengetahui fluktuasi

saham, untuk itu hendaklah bagi shareholder melihat dari banyak faktor

dalam memprediksi naik turunnya harga saham.

3. Penelitian ini bisa dijadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya untuk

mengetahui konsistensi prediksi kebangkrutan perusahaan menggunakan

metode Z-Score Altman serta pengaruhnya terhadap harga saham.

Page 65: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

51

DAFTAR PUSTAKA

Altman, Edward I. 1968. Financial Ratios, Discriminant Analysis and The Prediction of Corporate Banckrupptcy. The Journal of Finance. September. Vol. XXIII, No 4, p. 589-609.

Ardiani, Anita. 2007. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Semarang: Unnes.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Fakhrurozie. 2007. Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank dengan Metode Altman Z-Score Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Semarang: Unnes.

Green, Ena Rose dan Mark Dawkins. 2002. Strategic Bankruptcies and Price Reactions to Bankruptcy Filings. Journal of Business Finance & Accounting, 29(9) & (10), Nov./Dec. 2002, 0306-686X.

Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim.2009. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Hasan, Iqbal. 2009. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

__________. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Graha Indonesia.

Heine, Max L. 2000. Predicting Financial Distress of Companies. Revisting The Z-Score and Zeta Models. New York: New York University.

Indriyati, Irma Thisca. 2010. Analisis Laporan Keuangan dan Kebangkrutan Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Kusumawati, Riani. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham. Http://rianikusuma.wordpress.com. Diakses tanggal 28 juni 2011.

Mutma'inah, Nafsi. 2008. Analisis Penggunaan Z-Score Altman untuk Menilai Potensi Kebangkrutan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah.

Nugraheni, Apriliana. 2005. Analisis Ketepatan Prediksi Potensi Kebangkrutan Melalui Altman Z-Score dan Hubungannya dengan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan yang Listing Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Semarang: Unnes.

Nuswantara, Dian Anita. 2003. Mengerjakan Akuntansi Investasi Jangka Panjang. Depdiknas: Bagian Proyek Pengembangan Kurikulum. Modul No. Ak.26.E.5.

Page 66: Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm

52

Pakasi, Alfred. 2008. Dampak Krisis Keuangan Terhadap Ekonomi Indonesia dan Solusi Portofolio Management. Http://vibizmanagement.com. Diakses tanggal 26 Juli 2011.

Sarjono, Haryadi. 2007. Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat Prediksi Kemungkinan Kebangkrutan dengan Model Diskriminan Altman Pada Sepuluh Perusahaan Properti Di Bursa Efek Jakarta. Jakarta: UBM.

Setiyorini, Theresia Niken dan Aloysa Yanti Ardiati. 2006. Pengaruh Potensi Kebangkrutan Perusahaan Publik Terhadap Pergantian Auditor. Kinerja. Vol 10. No 1. hal. 76-87.

Wibowo, Catur Budi. 2008. Dampak Krisis Keuangan Global Tahun 2008 Terhadap Ekonomi Indonesia. Http://rutacs.wordpress.com. Diakses tanggal 26 juli 2011.

Wilopo. 2001. Prediksi Kebangkrutan Bank. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Mei. Vol. 4. No. 2. p.184-189.

Zu'amah, Suroh. 2005. Perbandingan Ketepatan Klasifikasi Model Prediksi Kepailitan Berbasis Akrual dan Berbasis Aliran Kas. SNA VIII Solo. September. p. 444-459.