analisis prediksi kebangkrutan perusahaan berdasarkan...
TRANSCRIPT
Analisis Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Model Z-Score Altman Pada
Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
(2013-2015)
BURHANUDDIN
110462201295
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang, Kepulauan Riau
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan prediksi kebangkrutan berdasarkan model
Z-Score Altman’s pada perusahaan makanan dan minuman.
Model penelitian yang digunkan adalah multivariate deskriminant analays (Z-Score) dan
mampu memprediksi hingga keakuratannya mencapai 95%. Pengujian lain dilakukan lagi oleh
Altman dengan mengambil beberapa sampel perusahaan dengan iklim ekonomi yang berbeda-
beda dan tingkat keakuratan dari pengujian tersebut adalah 82% sampai dengan 85% (Altman,
2000). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang didapat
secara tidak langsung dari objek penelitian. Sumber data yang didapat dari penelitian ini
bersumber dari penelitian terdahulu, jurnal, buku dan sumber informasi terkait lainnya.
Sedangkan sumber data yang akan diolah dalam analisis penelitian bersumber dari saham ok dan
situs resmi www.idx.co.id Bursa Efek Indonesia.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ketepatan prediksi kebangrutan dengan multivariate
deskriminan analisys mengunakan rasio-rasio yang ada dalam metode Z-Score altman pada
penelitian ini untuk 1 tahun sebelum / sesudah kebangkrutan tahun 2015 adalah sebesar 82%,
untuk 2 tahun sebelum kebangkrutan / ketidak bangkrutan tahun 2014 adalah sebesar 76%, dan
untuk 3 tahun sebelum kebangkrutan / ketidak bangkrutan tahun 2013 adalah sebesar 82%.
Kemudian pengujian secara rata-rata selama 3 tahun sebelum terjadinya kebangkrutan /
ketidakbangkrutan adalah sebesar 33,50%.
Kata kunci : Analisis prediksi kebangkrutan, model Z-Score Altman
PENDAHULUAN
Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan
tujuan utama untuk memaksimalkan keuntungan. Tujuan lain dari perusahaan yang tidak kalah
penting yaitu dapat terus bertahan (survive) dalam persaingan, berkembang (growth) serta dapat
melaksanakan fungsi-fungsi sosial lainnya dimasyarakat. Dengan banyaknya peminat dibidang
makanan dan minuman mengakibatkann bermunculnya perusahaan-perusahaan baru dibidang
yang sama mengakibatkan persaingan yang semakin kuat bagi perusahaan-perusahaan tersebut.
Dengan persaingan yang semakin kuat ini menuntut perusahaan untuk terus memperkuat
manajemennya sehingga mampu bersaing dengan perusahaan lain ditengah perubahan yang
terjadi. Apabila perusahaan tidak mampu menghadapi perubahan yang terjadi maka akan
mengakibatkan volume perusahaan menurun dan dapat menyebabkan kebangkrutan.
Risiko kebangkrutan bagi perusahaan sebenarnya dapat dilihat dan diukur melalui
laporan keuangan dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang
dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Altman menemukan suatu model yang terdiri
dari lima rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan agar dapat
memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan, model tersebut iyalah Z-Score.
Adapun alasan penulis menggunakan rasio Z-Score Altman untuk memprediksi
kebangkrutan perusahaan karna Altman memiliki tingkat keakuratan dalam memprediksi
kebangkrutan perusahaan. Pada tahun 1968 beliau memprediksi kebangkrutan dengan
menggunakan metode multivariate deskriminant analays (Z-Score) dan mampu memprediksi
hingga keakuratannya mencapai 95%. Pengujian lain dilakukan lagi oleh Altman dengan
mengambil beberapa sampel perusahaan dengan iklim ekonomi yang berbeda-beda dan tingkat
keakuratan dari pengujian tersebut adalah 82% sampai dengan 85% (Altman, 2000).
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan sangat dibutuhkan bagi beberapa pihak yang berkepentingan terhadap
tindakan untuk mengambil suatu keputusan. Beberapa pendapat dari para ahli mengenai
pengertian laporan keuangan diantaranya:
Menurut Fahmi (2012) laporan keuangan merupakan suatu informasi yang
mengambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat
dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut.
Nurrudin (2005) menyatakan bahwa laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi
yang disebut dengan siklus akuntansi, laporan keuangan menunjukan posisi sumberdaya yang
dimiliki oleh prusahaan selama satu priode.
Laporan keuangan menurut Harahap (2009) berisi sebagai berikut:
1) Neraca
Menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada satu tanggal tertentu. Neraca
menggambarkan posisi harta, utang dan modal pada tanggal tertentu.
2) Laba/rugi
Menggambarkan jumlah hasil, biaya, laba/rugi perusahaan pada suatu priode tertentu.
3) Laporan posisi keuangan
Menggambarkan sumber dana dan pengeluaran perusahaan selama satu priode. Dana bias
diartikan kas bias juga modal kerja.
4) Laporan arus kas
Merupakan ikhtisar arus kas masuk dan arus kas keluar yang dalam pormat laporannya
dibagi dalam kelompok-kelompok kegiatan operasi, kegiatan investasi dan kegiatan
pembiayaan.
Tujuan Laporan Keuangan
Sesuai dengan Statement of Financial Accounting Concepts No.1 (Fahmi, 2012) tentang
tujuan dari pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi
investor, kreditor, manajemen, pemerintah dan pemakai lainnya.
Menurut Fahmi (2012) bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi
menyangkut posisis keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Pengertian Kebangkrutan
Kebangkrutan merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi
kewajibannya. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan, ada indikasi awal
dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporan keuangan
dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu (Ulfah, 2012).
Menurut M. Akhyar Adnan (2001) dalam Nurrudin (2005) yang menyatakan bahwa
kebangkrutan adalah sebagai suatu kegagalan yang terjadi dalam perusahaan dan kegagalan
tersebut dapat di bedakan menjadi:
1) Kegagalan Ekonomi (Economic Bangkruted)
Kegagalan dalam arti ekonomi diartikan sebagai perusahaan kehilangan uang atau
pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, hal ini berarti tingkat
labanya lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari suatu
perusahaan tersebut jauh di bawah arus kas yang diharapkan. Kegagalan juga terjadi
karena tingkat pendapatan atas biaya historis dari investasinya lebih kecil dari biaya
modal perusahaan yang di keluarkan untuk investasi tersebut.
2) Kegagalan Keuangan (Financial Bangkruted)
Kegagalan keuangan juga dapat diartikan sebagai insolvensi arus kas, insolvensi atas
dasar arus kas tersebut ada dua bentuk, yaitu:
a) Insolevensi teknis, yaitu terjadi apabila perusahaan tidak mampu memenuhi
kewajiban pada saat jatuh tempo walaupun total aktivanya sudah melebihi total
hutang.
b) Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan, yaitu di definisikan sebagai kekayaan
bersih neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang di harapkan lebih
kecil dari kewajiban.
Faktor Penyebab Kebangkrutan
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kebangkrutan pada suatu perusahaan adalah (
Nurrudin, 2005):
1. Faktor-Faktor Eksternal Perusahaan
a) Faktor eksternal yang bersifat umum: faktor politik ekonomi sosial dan budaya.
Disamping itu teknologi juga memberikan dampak seperti penggunaan teknologi
yang salah akan mengakibatkan kerugian dan akhirnya menyebabkan kebangkrutan
perusahaan.
b) Faktor eksternal yang bersifat khusus: faktor-faktor luar yang berhubungan langsung
dengan perusahaan yaitu faktor pelanggan (seperti perubahan selera atau kejenuhan
konsumen yang tidak terdeteksi oleh perusahaan yang akan mengakibatkan
menurunnya penjualan dan akhirnya mengakibatkan kebangkrutan), pemasok dan
faktor pesaing.
2. Faktor-Faktor Internal Perusahaan
a) Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau langganan
b) Manajemen yang tidak efisien. Hal ini terdiri dari:
Hasil penjualan yang tidak memadai.
Kesalahan dalam menetapkan harga jual.
Pengelolaan utang piutang yang kurang memadai.
Struktur biaya (produksi, administrasi, pemasaran dan keuangan) yang tinggi.
Tingkat investasi dalam asset tetap dan persediaan melampaui batas.
Kekurangan modal kerja.
Ketidak seimbangan dalam struktur permodal.
Aset tidak diasuransikan atau asuransi dengan jumlah pertanggungan yang
tidakcukup untuk menutupi kemungkinan rugi yang terjadi.
Sistem dan prosedur akuntansi yang kurang memadai.
Ada beberapa indikator untuk melihat tanda-tanda kesulitan keuangan dapat diamati dari
pihak eksternal misalnya:
1) Penurunan jumlah deviden yang dibagikan kepada pemegang saham selama beberapa
periode berturut-turut.
2) Penurunan laba secara terus-menerus bahkan perusahaan mengalami kerugian.
3) Ditutup atau dijualnya satu atau lebih unit usaha.
4) Pemecatan pegawai secara besar-besaran.
5) Harga di pasar mulai menurun terus - menerus.
Beberapa indikator yang dapat diketahui dan harus diperhatikan oleh pihak internal
perusahaan adalah:
1. Turunnya volume penjualan karena ketidak mampuan manejemen dalam menerapkan
kebijakan dan strategi.
2. Turunnya kemampuan perusahaan dalam mencetak keuntungan.
3. Ketergantungan terhadap utang. Utang perusahaan sangat besar, sehingga biaya
modalnya juga membengkak.
Laporan tahunan, berita keuangan, dan pertemuan para analisis serta komentar dan kritisi
dari publik merupakan suatu informasi yang digunakan untuk mempelajari dan menilai
kecakapan manajemen dalam menghadapi masalah kebangkrutan.
Ancaman kebangkrutan bukan hanya kebangkrutan itu sendiri tetapi juga berbagai
masalah yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut, seperti kehilangan karyawan yang
bermanfaat dalam permasalahan tersebut, pelanggan yang kurang percaya, dan tingginya suku
bunga yang diharapkan pemberi pinjaman.
Model Z-Score Altman
Pada tahun 1968 Altman membentuk sebuah model prediksi kebangkrutan dengan
menggunakan metode Multivariate Discriminant Analysis (MDA), kemudian model tersebut
dikenal dengan model Z-Score Altman. Metode MDA digunakan untuk membuat model dimana
variabel dependennya merupakan variabel kualitatif. Dengan menggunakan teknik MDA, Z-
Score model dapat melihat perbedaan antara perusahaan yang akan mengalami kebangkrutan dan
yang tidak bangkrut (Altman, 2000).
Altman menyusun 22 rasio keuangan yang paling memungkinkan dan
mengelompokkannya kedalam 5 kategori yaitu likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, leverage dan
kinerja. Lima macam rasio tersebut kemudian diseleksi dan dikombinasikan bersama agar
memperoleh model prediksi paling akurat tentang kebangkrutan (Altman, 2000).
Kemudian Altman merevisi model Z-Score dengan melakukan beberapa penyesuaian.
Revisi ini dilakukan agar model yang dia ciptakan dapat digunakan tidak hanya untuk
perusahaan manufaktur yang go public tetapi untuk semua perusahaan private maupun go public.
Dalam revisinya, Altman mengahadirkan 2 buah model baru yang juga dapat digunakan untuk
perusahaan private dan untuk perusahaan sektor non-manufaktur (Altman, 2000).
Fungsi Z-Score Altman yang dapat digunakan tidak hanya untuk perusahaan manufaktur
yang go public tetapi untuk semua perusahaan private maupun go public adalah sebagai berikut:
Z’ = 0.717X1 + 0.847X2 + 3.107X3 + 0.420X4 + 0.998X5
(Sumber: Altman, 2000)
Keterangan:
Z = overall index
X1 = working capital / total asset
X2 = retained earning / total asset
X3 = earning before interest and taxes / total asset
X4 = book value of equity / book value of total liabilities
X5 = sales / total asset
Dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
1. Nilai Z-Score diatas 2,9 yang artinya perusahaan tersebut dalam kondisi sehat.
2. Nilai Z-Score antara 1,23 sampai 2,9 perusahaan berada dalam daerah kelabu (grey area).
Artinya memiliki peluang mengalami kebangkrutan dan tidak mengalami kebangkrutan,
peluang tersebut sama-sama besar, tergantung dari penanganan pihak manajemen dalam
mengelola perusahaan untuk mengatasi hal tersebut.
3. Nilai Z-Score lebih kecil atau sama dengan 1,23 artinya perusahaan sedang dalam kondisi
memiliki peluang kebangkrutan.
Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah analisis yang mencangkup penerapan metode dan
teknik analisis untuk laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran-
ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam pengambilan keputusan
(Sjahrial,2013).
Menurut Wild, Subramanyam, & Halsey (2008) analisis laporan keuangan (financial
statement analysis) adalah aplikasi dari alat dan teknik analisis untuk laporan keuangan bertujuan
umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang
bermanfaat dalam analisis bisnis.
Kerangka Penelitian
Dari semua yang telah disampaikan maka dapat disusun sebuah skema yang mendasari
penelitian ini, sebagaimana tampak pada gambar berikut:
Analisis prediksi kebangkrutan untuk
memperoleh peringatan awal
kebangkrutan
Laporan keuangan
perusahaan
perbankan
Analisis rasio
keuangan Altman
Analsisi Altman (Z-
Score)
hasil Z’ = 0.717 X1 + 0.847 X2 + 3.107 X3 + 0.420 X4 +
0.998 X5.
Dari hasil analisis tersebut, akan di peroleh
angka-angka atau nilai Z yang kemudian
dijadikan pedoman untuk mencari nilai cut off. 1. Apabila nilai Z di atas nilai cut off (Z > cut off)
maka diklasifikasikan sebagai perusahaan
yang sehat dan kemungkinan terjadinya
kebangkrutan sangat kecil
2. Apabila nilai Z di bawah nilai cut off (Z < cut
off) maka diklasifikasikan sebagai
perusahaan yang mempunyai kesulitan
keuangan dan resiko yang tinggi dan
mengindikasikan kemungkinan akan
terjadinya kebangkrutan.
Working Capital to Total
Assets, Retained Earnings to
Total Assets, Earnings
Before Interest and Tax to
Total assets, Book Value of
Equity To Book Value Of
Total Bebt, Sales To Total
Assets.
Laporan keuangan
perusahaan
perbankan
Analisis rasio
keuangan Altman
METODOLOGI PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2013-2015. Objek penelitian ini adalah laporan keuangan akhir tahun
setiap perusahaan makanan dan minuman.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Pengertian deskriptif menurut Jogiyanto (2008) adalah suatu riset yang bertujuan untuk
menggambarkan atau mendefinisikan siapa yang terlibat dalam suatu kegiatan, apa yang
dilakukan, dimana dilakukan dan bagaimana melakukan kegiatan tersebut. Tujuan dari penelitian
deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dalam
metode deskriptif peneliti bisa membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga
merupakan suatu studi komparatif.
Teknik Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Suharsimi, 2013). Adapun populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan industri makanan dan minuman yang go public di Bursa
Efek Indonesia periode 2013-2015.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang ingin diteliti (Suharsimi, 2013).
Metode dalam pengambilan sampel menggunakan metode purposive. Pengambilan sampel
secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya Pemilihan sampel
berdasarkan kriteria sebagai berikut :
Adapun sampel dalam penelitian ini berjumlah 11 perusahaan dari 14 populasi.
1. Merupakan perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia priode 2013-1015.
2. Perusahaan tersebut tidak keluar atau (didelisting) dari BEI dan memiliki laporan
keuangan lengkap pada tahun 2013-2015.
3. Memiliki laporan keuangan yang sudah diaudit pada tahun 2013-2015.
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis
deskriptif menurut Sangadji (2010) yaitu teknik analisis data berbentuk table, grafik, dan
selanjutnya dilakukan pengukuran. Analisis dilakukan dari data laporan keuangan perusahaan
makanan dan minuman dengan menggunakan kelima rasio keuangan Altman, kemudian di
analisis lebih jauh dengan menggunakan model analisi deskriminan Z-Score Altman (Kamal,
2012) yaitu:
Z’ = 0.717 X1 + 0.847 X2 + 3.107 X3 + 0.420 X4 + 0.998 X5
Dimana:
X = merupakan simbol dari rasio keuangan Altman yang terdiri dari :
1.
(merupakan X1)
2.
(merupakan X2)
3.
(merupakan X3)
4.
(merupakan X4)
5.
(merupakan X5)
Dari hasil analisis tersebut, akan di peroleh angka-angka atau nilai Z yang kemudian
dijadikan pedoman untuk mencari nilai cut off. Nilai Z ini juga dapat menjelaskan mengenai
kinerja manajemen secara keseluruhan di lihat dari aspek likuiditas, profitabilitas dan aktivitas
perusahaan.
Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai cut off. Secara umum nilai cut off yang di
pilih adalah nilai yang meminimumkan jumlah incorrect classification atau kesalahan klasifikasi
dan dapat dihitung dengan rumus (Ghozali, 2001)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Dengan Menggunakan 5 Rasio Altman dan Hasil Dari Z
Berikut adalah hasil analisis kebangkrutan dengan menggunakan model Alman Z-Score
pada perusahaan industri makanan dan minuman yang go public di Bursa Efek Indonesia periode
2013-2015.
Tabel 4.1 Hasil Analisis Dengan Menggunakan ke 5 Rasio Altman dan Hasil Dari Z
TH PERUSAHAAN X1 X2 X3 X4 X5 Z'
0.717 0.847 3.107 0.42 0.998
2013 ALTO 0,23 0,01 0,05 0,24 0,32 0,85
2014 ALTO 0,29 0,00 -0,03 0,32 0,27 0,85
2015 ALTO 0,12 -0,01 -0,10 0,32 0,26 0,58
2013 CEKA 0,22 0,21 1,00 0,41 2,36 4,21
2014 CEKA 0,19 0,19 0,14 0,30 2,88 3,69
2015 CEKA 0,21 0,22 0,30 0,32 2,34 3.39
2013 DLTA 0,49 0,62 1,28 1,49 2,30 6.18
2014 DLTA 0,48 0,62 1,19 1,41 2,12 5,82
2015 DLTA 0,53 0,66 0,75 1,89 1,51 5,34
2013 ICBP 0,22 0,24 0,43 0,70 1,18 2,77
2014 ICBP 0,21 0,25 0,43 0,64 1,20 2,74
2015 ICBP 0,21 0,28 0,47 0,68 1,19 2,84
2013 INDF 0,12 0,15 0,19 0,41 0,74 1,60
2014 INDF 0,15 0,16 0,23 0,39 0,74 1,66
2015 INDF 0,14 0,16 0,17 0,37 0,70 1,54
2013 MYOR 0,28 0,30 0,43 0,29 1,24 2,53
2014 MYOR 0,24 0,29 0,16 0,28 1,37 2,34
2015 MYOR 0,27 0,35 1,00 0,35 1,30 1,86
2013 ROTI 0,02 0,24 0,36 0,32 0,82 1,76
2014 ROTI 0,04 0,27 0,37 0,34 0,88 1,89
2015 ROTI 0,11 0,29 0,43 0,33 0,80 1,96
2013 SKBM 0,10 0,13 0,49 0,28 2,60 3,63
2014 SKBM 0,14 0,18 0,53 0,40 2,28 3,52
2015 SKBM 0,04 0,18 0,22 0,34 1,78 2,56
2013 SKLT 0,07 0,14 0,17 0,36 1,87 2,61
2014 SKLT 0,06 0,16 0,22 0,36 2,05 2,85
2015 SKLT 0,06 0,14 0,23 0,28 1,97 2,68
2013 STTP 0,04 0,32 0,30 0,38 1,15 2,19
2014 STTP 0,11 0,33 0,31 0,39 1,27 2,41
2015 STTP 0,12 0,38 0,38 0,47 1,32 2,66
2013 ULTJ 0,24 0,41 0,48 1,06 1,23 3,42
2014 ULTJ 0,28 0,47 0,40 1,46 1,34 3.95
2015 ULTJ 0,31 0,51 0,61 1,58 1,24 4,26
Sumber : data diolah
Dari hasil perhitungan kelima rasio keuangan altman dapat kita peroleh nilai Z yang
terendah dan nilai Z yang tertinggi yang kemudian akan kita jadikan sebagai nilai untuk mencari
titik cut off.
Pembahasan
Analisis Prediksi Kebangkrutan
1. Analisis Prediksi pada 1 Tahun sebelum Kebangkrutan / KetidakBangkrutan yaitu tahun
(2015)
Dari hasil perhitungan kelima rasio keuangan Altman yang mendapatkan nialai Z, dapat
kita ketahui nilai Z terendah yaitu sebesar 0,58 dan nilai Z tertinggi yaitu 6,18 dan kita
mendapatkan titik cut off sebesar 3,63 yang artinya perusahaan yang menghasilkan nilai Z<3,63
dinyatakan sebagai perusahaan yang kesulitan keuangan atau diprediksi akan mengalami
kebangkruan. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Z>3,63 dikategorikan sebagai
perusahaan yang memiliki keuangan yang baik atau diprediksi tidak akan mengalami
kebangkrutan.
Dari hasil perhitungan ke 5 rasio keuangan Altman yang mendapatkan nilai Z yang
terendah sebesar 0,58 dan nilai Z yang tertinggi sebesar 6,18 dapat diketahui bahawa titik cut off
berada pada 3,63 yang arti nya nilai Z<3,63 diprediksikan mengalami kesulitan keuangan atau
kebangkrutan, sedangkan nilai Z>3,63 diprediksikan mengalami kondisi keuangan yang baik
atau tidak terjadinya kebangkrutan. Ketepatan prediksi kebangkrutan dengan multivariate
discriminant analisys menggunakan kelima rasio yang ada pada model Z-Score Altman pada 1
tahun sebelum kebangkrutan / ketidakbangkrutan yaitu tahun 2015 terdapat 9 perusahaan yang
diprediksikan akan mengalami kebangkrutan. Keakuratan pada 1 tahun penelitian mencapai
82%, berbeda dengan hasil keakuratan prediksi Altman untuk 1 tahun penelitian sebesar 95%.
Sedangkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ali Nurrudin pada perbankan yang go
public di BEJ menunjkan keakuratan yaitu sebesar 87% .
2. Analisis Prediksi pada 2 Tahun sebelum Kebangkrutan / KetidakBangkrutan yaitu tahun
(2014)
Dari hasil perhitungan kelima rasio keuangan Altman yang mendapatkan nialai Z, dapat kita
ketahui nilai Z terendah yaitu sebesar 0,58 dan nilai Z tertinggi yaitu 6,18 dan kita mendapatkan
titik cut off sebesar 3,63 yang artinya perusahaan yang menghasilkan nilai Z<3,63 dinyatakan
sebagai perusahaan yang kesulitan keuangan atau diprediksi akan mengalami kebangkruan.
Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Z>3,63 dikategorikan sebagai perusahaan yang
memiliki keuangan yang baik atau diprediksi tidak akan mengalami kebangkrutan.
Dari hasil perhitungan ke 5 rasio keuangan Altman yang mendapatkan nilai Z yang
terendah sebesar 0,58 dan nilai Z yang tertinggi sebesar 6,18 dapat diketahui bahawa titik cut off
berada pada 3,63 yang arti nya nilai Z<3,63 diprediksikan mengalami kesulitan keuangan atau
kebangkrutan, sedangkan nilai Z>3,63 diprediksikan mengalami kondisi keuangan yang baik
atau tidak terjadinya kebangkrutan. Ketepatan prediksi kebangkrutan dengan multivariate
discriminant analisys menggunakan kelima rasio yang ada pada model Z-Score Altman pada 2
tahun sebelum kebangkrutan/ketidakbangkrutan yaitu tahun 2014 terdapat 8 perusahaan yang
diprediksikan akan mengalami kebangkrutan 3 perusahaan diprediksikan tidak akan mengalami
kesulitan keuangan atau kebangrutan. Keakuratan pada 2 tahun penelitian mencapai 73%,
berbeda dengan hasil keakuratan prediksi Altman untuk 2 tahun penelitian sebelum
kebangkrutan / ketidakbangkrutan sebesar 76%, Sedangkan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Ali Nurrudin pada perbankan yang go public di BEJ menunjkan keakuratan yaitu sebesar
91,3% .
3. Analisis Prediksi pada 3 Tahun sebelum Kebangkrutan / KetidakBangkrutan yaitu tahun
(2013)
Dari hasil perhitungan kelima rasio keuangan Altman yang mendapatkan nialai Z, dapat kita
ketahui nilai Z terendah yaitu sebesar 0,58 dan nilai Z tertinggi yaitu 6,18 dan kita mendapatkan
titik cut off sebesar 3,63 yang artinya perusahaan yang menghasilkan nilai Z<3,63 dinyatakan
sebagai perusahaan yang kesulitan keuangan atau diprediksi akan mengalami kebangkruan.
Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Z>3,63 dikategorikan sebagai perusahaan yang
memiliki keuangan yang baik atau diprediksi tidak akan mengalami kebangkrutan.
Dari hasil perhitungan ke 5 rasio keuangan Altman yang mendapatkan nilai Z yang
terendah sebesar 0,58 dan nilai Z yang tertinggi sebesar 6,18 dapat diketahui bahawa titik cut off
berada pada 3,63 yang arti nya nilai Z<3,63 diprediksikan mengalami kesulitan keuangan atau
kebangkrutan, sedangkan nilai Z>3,63 diprediksikan mengalami kondisi keuangan yang baik
atau tidak terjadinya kebangkrutan. Ketepatan prediksi kebangkrutan dengan multivariate
discriminant analisys menggunakan kelima rasio yang ada pada model Z-Score Altman pada 3
tahun sebelum kebangkrutan/ketidakbangkrutan yaitu tahun 2014 terdapat 9 perusahaan yang
diprediksikan akan mengalami kebangkrutan 2 perusahaan diprediksikan tidak akan mengalami
kesulitan keuangan atau kebangrutan. Keakuratan pada 3 tahun penelitian mencapai 81%,
berbeda dengan hasil keakuratan prediksi Altman untuk 3 tahun penelitian sebelum
kebangkrutan / ketidakbangkrutan sebesar 48%. Sedangkan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Ali Nurrudin pada perbankan yang go public di BEJ menunjkan keakuratan yaitu sebesar
87% .
Ketepatan prediksi kebangrutan dengan multivariate deskriminan analisys mengunakan
rasio-rasio yang ada dalam metode Z-Score altman untuk rata-rata selama 3 tahun sebelum
terjadinya kebangkrutan / ketidakbangkrutan adalah sebesar 33,50%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Prediksi kebangkrutan perusahaan bedasarkan model Z-Score Altman’s pada perusahaan
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mengunakan model
multivariate deskriminan analisys untuk 1 tahun sebelum kebangkrutan/ketidakbangkrutan tahun
2015 adalah 9 perusahaan diprediksikan akan mengalami kebangrutan dan 2 perusahaan
diprediksikan tidak mengalami kebangrutan, dengan keakuratan mencapai 82%, hal ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Altman dan Nurrudin yang mana Altman memiliki
ketepatan prediksi sebesar 95%, sedangkan Nurrudin sebesar 87%. untuk 2 tahun sebelum
kebangrutan/ketidakbangkrutan tahun 2014 adalah 8 perusahaan diprediksikan akan mengalami
kebangkrutan dan 3 perusahaan diprediksikan tidak mengalami kebangkrutan, dengan keakuratan
mencapai 76%, hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Altman dan Nurrudin
yang mana Altman memiliki ketepatan prediksi sebesar 76%, sedangkan Nurrudin sebesar
91,3%. untuk 3 tahun sebelum kebangrutan/ketidakbangkrutan tahun 2013 adalah 9 perusahaan
diprediksikan akan mengalami kebangkrutan dan 2 perusahaan diprediksikan tidak mengalami
kebangkrutan, dengan keakuratan mencapai 82%, hal ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Altman dan Nurrudin yang mana Altman memiliki ketepatan prediksi sebesar
48%, sedangkan Nurrudin sebesar 87%. Untuk rata-rata selama 3 tahun sebelum terjadinya
kebangkrutan / ketidakbangkrutan adalah sebesar 33,50%.
Ketepatan prediksi kebangkrutan dengan multivariate discriminant analisys
menggunakan rasio-rasio yang ada dalam metode Z-Score Altman menunjukkan semakin lama
rentan waktu antara prediksi dengan kondisi yang terjadi tidak selalu menunjukkan penurunan
ketepatan prediksi kebangkrutan. Hal ini tergantungan dari penentuan titik cut off dari hasil Z
yang di peroleh dalam penelitian dan setiap periode penelitian memiliki nilai Z yang berbeda-
beda.
Saran
Penelitian ini tidak lepas dari keterbatasan-keterbatasan yang membatasi ruang lingkup
penelitian. Jangka waktu penelitian yang diobservasi dibatasi untuk periode 2013-2015, dan
model prediksi kebangkrutan terbatas pada model Z-Score Altman.
Adapun saran yang mungkin bisa digunakan untuk menyempurnakan penelitian, antara
lain:
1) Bagi Penelitian Selanjutnya:
a) Diharapkanjumlahsampeldanperiodesebaiknya ada penambahan atau jenis
perusahaan yang berbeda.
b) Penelitianselanjutnyadapatmenggunakanmodel-modelprediksilainyangada, seperti
model Ohlson, Fulmer, Grover, Zavgren, CA Score dan model lainnya.
2) Bagi Investor dan Manajemen Perusahaan:
Dalam variabel yang digunakan dengan model Altman memerlukan perhatian yang serius
khususnya dari pihak intern perusahaan. Berdasarkan kesimpulan di atas maka sebaiknya pihak
manajemen perusahaan lebih berhati-hati dalam hal manajemen keuangannya. Misalnya, jika
tidak memanfatkan asset dengan efesien maka akan mengganggu arus modal kerja sehingga
dapat mengganggu kinerja perusahaan. Kemudian, persediaan yang terlalu besar juga dapat
membuat perusahaan menjadi kurang liquid. Biaya-biaya operasional perusahaan juga perlu
diperhatikan penggunaannya agar lebih efisien jangan sampai lebih besar daripada
pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan.