analisis rasio keuangan sebagai alat prediksi kebangkrutan

30
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LAPORAN KEUANGAN Kegiatan akuntansi pada dasarnya meningkatkan dan menafsirkan data keuangan dari lembaga perusahaan, dimana aktivitasnya berkaitan dengan produktivitas pertumbuhan barang-barang dan jasa-jasa. Akuntansi dapat memberikan informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi serta kinerja perusahaan seperti ynag tercermin dalam laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban keuangan pimpinan atas perusahaan yang telah dipercayakan kepadanya. Kondisi keuangan dan hasil- hasil operasi perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan, pada hakikatnya merupakan hasil akhir dari kegiatan perusahaan yang dapat menggambarkan kinerja keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Di dalam suatu pengambilan keputusan, laporan keuangan memberikan informasi penting tentang kondisi keuangan perusahaan. Pengertian laporan keuangan menurut SAK (2004:2) adalah: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam beberapa cara:laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.” Berdasarkan pengertian tersebut, laporan keuangan memberikan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Upload: phamngoc

Post on 10-Jan-2017

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LAPORAN KEUANGAN

Kegiatan akuntansi pada dasarnya meningkatkan dan menafsirkan data

keuangan dari lembaga perusahaan, dimana aktivitasnya berkaitan dengan

produktivitas pertumbuhan barang-barang dan jasa-jasa. Akuntansi dapat

memberikan informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi serta kinerja

perusahaan seperti ynag tercermin dalam laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban keuangan pimpinan

atas perusahaan yang telah dipercayakan kepadanya. Kondisi keuangan dan hasil-

hasil operasi perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan,

pada hakikatnya merupakan hasil akhir dari kegiatan perusahaan yang dapat

menggambarkan kinerja keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.

2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

Di dalam suatu pengambilan keputusan, laporan keuangan memberikan

informasi penting tentang kondisi keuangan perusahaan.

Pengertian laporan keuangan menurut SAK (2004:2) adalah:

“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam beberapa cara:laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.”

Berdasarkan pengertian tersebut, laporan keuangan memberikan informasi

tentang kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam neraca, laporan laba

rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan

keuangan.

Page 2: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

7

2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan menurut SAK (2004:4) adalah:

1. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut

posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan

yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan

keputusan ekonomi.

2. Laporan keuangan yang disusun yaitu untuk tujuan ini memenuhi

kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan

keuangan tidak menyediakan informasi yang mungkin dibutuhkan

pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum

menggambarkan keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan

untuk menyediakan informasi non keuangan.

3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan atau

pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat

membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mungkin mencakup misalnya

keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam

perusahaan atau mengganti manajemen.

Dari pengertian di atas terlihat begitu pentingnya laporan keuangan bagi

para pengambil keputusan untuk kepentingan yang berbeda. Informasi mengenai

posisi keuangan, kinerja dan perubahan modal posisi keuangan sangat diperlukan

untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

2.1.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang

membuat informasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pengguna

dalam pengambilan keputusan ekonomi. Karakteristik kualitatif laporan keuangan

menurut SAK (2004:7) adalah:

1. Dapat difahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan

adalah kemudahannya untuk segera dapat difahami oleh para pengguna.

Page 3: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

8

Dalam hal ini, pengguna laporan keuangan diasumsikan memiliki

pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,

akuntansi serta memiliki kemampuan untuk mempelajari informasi dengan

ketekunan yang wajar. Namun demikian, sulitnya memahami informasi

yang kompleks jangan dijadikan alasan untuk tidak memasukkan

informasi tersebut dalam laporan keuangan.

2. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan para

pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki

kualitas relevan apabila informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan

ekonomi pengguna dengan membantu mereka untuk mengevaluasi

peristiwa masa lalu, masa kini dan masa depan, menegaskan atau

mengkoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu.

3. Materialitas

Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat materialitasnya. Dalam

beberapa kasus, hakikat informasi sudah cukup untuk menentukan

relevansinya. Misalnya, pelaporan segmen baru dapat mempengaruhi

penilaian risiko dan peluang yang dihadapi perusahaan tanpa

mempertimbangkan materialitas dari hasil yang dicapai segmen baru

tersebut dalam periode pelaporan.

4. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus handal (reliable). Informasi

memiliki kualitas handal apabila informasi tersebut bebas dari pengertian

yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan penggunanya

sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithfull representation) dari yang

seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan untuk disajikan.

5. Penyajian Jujur

Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur

transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang

secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.

6. Substansi Mengungguli Bentuk

Page 4: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

9

Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta

peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu

dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan

bukan hanya bentuk hukumnya.

7. Netralitas

Informasi harus diserahkan pada kebutuhan umum pemakai dan tidak

bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada

usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak,

sementara hal tersebut akan meragukan pihak lain yang mempunyai

kepentingan yang berlawanan.

8. Pertimbangan Sehat

Dalam penyusunan laporan keuangan pertimbangan sehat mengandung

unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi

ketidakpastian.

9. Kelengkapan

Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap

dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak

mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar

atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak

sempurna ditinjau dari segi relevansi.

Laporan keuangan harus memenuhi karakteristik kualitatif tersebut di atas.

Selain membantu memudahkan para pengguna dalam pengambilan keputusan

ekonomi, penyajian informasi yang berkualitas dalam laporan keuangan juga

membantu dalam memberikan hasil analisis yang tepat.

Untuk memenuhi karakteristik tersebut di atas, laporan keuangan disusun

oleh orang yang kompeten dan memahami karakteristik kualitatif laporan

keuangan. Dengan begitu, kesalahpahaman dan pengertian yang menyesatkan

dapat terhindarkan sehingga para pengguna laporan keuangan dapat menggunakan

laporan keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonominya secara tepat.

Tentunya dalam penyajian laporan keuangan tetap yang dijadikan pedoman adalah

Standar Akuntansi Keuangan yang disusun oleh IAI.

Page 5: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

10

2.1.4 Pengguna Laporan Keuangan

Berdasarkan SAK (2004:2) para pengguna laporan keuangan adalah:

1. Investor

Para investor berkepentingan terhadap risiko yang melekat dan hasil

pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Investor ini

membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus

membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Selain itu, mereka juga

tertarik pada informasi yang memungkinkan penilaian terhadap

kemampuan perusahaan dalam membayar deviden.

2. Kreditur (pemberi pinjaman)

Para kreditur tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan

mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar

pada saat jatuh tempo.

3. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang

memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang

terhutangkan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha

berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek

dibanding kreditur.

4. Shareholders (para pemegang saham)

Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai

kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang diperoleh dan

penambahan modal untuk business plan berikutnya.

5. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan

hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka

panjang dengan atau bergabung pada perusahaan.

6. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya

dengan alokasi sumber daya dan oleh karenanya berkepentingan dengan

aktivitas perusahaan. Selain itu, mereka juga membutuhkan informasi

Page 6: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

11

untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan

sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik

lainnya.

7. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili tertarik pada informasi

mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik

pada informasi yang memungkinkan mereka melakukan penilaian atas

kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun

dan kesempatan kerja.

8. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara,

seperti pemberian kontribusi pada perlindungan kepada para penanam

modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan

menyediakan informasi kecenderungan dengan perkembangan terakhir

kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

Para pengguna laporan keuangan tersebut menggunakan laporan keuangan

untuk kepentingan yang berbeda. Pada umumnya, terdapat tiga pihak yang paling

berkepentingan langsung dengan laporan keuangan. Pihak tersebut adalah

investor, kreditor dan manajemen perusahaan. Investor, berkepentingan terhadap

laporan keuangan untuk mengetahui tingkat keuntungan perusahaan. Kreditor,

berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk mengetahui kemampuan

perusahaan membayar kewajiban-kewajiban keuangan perusahaan, baik jangka

pendek maupun jangka panjang. Manajemen perusahaan dalam hal ini manajer

keuangan berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk mengetahui kinerja

keuangan perusahaan.

2.1.5 Isi Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaan menurut

SAK No.1 (2004:1.3) terdiri atas:

1. Neraca 2. Laporan Laba Rugi 3. Laporan Arus Kas

Page 7: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

12

4. Laporan Perubahan Ekuitas 5. Catatan atas Laporan Keuangan

Berdasarkan latar belakang penelitian yang diambil oleh penulis, titik berat

permasalahan terdapat pada neraca dan laporan laba rugi. Berikut ini secara

singkat uraian tersebut:

1. Neraca ( Balance Sheet)

Neraca merupakan suatu laporan yang menggambarkan posisi keuangan

perusahaan pada suatu tanggal tertentu yang memperlihatkan kondisi aktiva,

hutang dan ekuitas.

Menurut SAK (2004:1.9) mengemukakan pengertian neraca adalah :

“Laporan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan (aktiva, kewajiban, ekuitas) perusahaan pada suatu tanggal tertentu.” Informasi tentang kondisi keuangan tercermin dalam neraca, hasil usaha

tercermin dalam laporan laba rugi, dan perubahan modal dalam laporan perubahan

ekuitas.

Adapun ketiga unsur neraca tersebut adalah sebagai berikut:

a. Aktiva (Assets)

Menurut SAK (2004:13) pengertian aktiva adalah sebagai berikut:

“Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari masa manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.” Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama

yaitu: aktiva lancar dan aktiva tetap. Penyajian pos-pos dalam neraca biasanya

didasarkan atas likuiditasnya sehingga penyajiannya dimulai dari aktiva yang

paling likuid sampai dengan aktiva yang paling tidak likuid.

� Aktiva lancar ( Current Assets)

Aktiva lancar yaitu uang kas (tunai) yang ada pada perusahaan maupun

berupa simpanan-simpanan yang yang ada di bank, serta aktiva lainnya yang

dapat diharapkan dapat diuangkan menjadi uang tunai, atau dipakai pada periode

berikutnya yang mempunyai masa perputaran tidak lebih dari satu tahun.

Page 8: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

13

Pengertian aktiva lancar menurut Kusnadi (2003:33) adalah:

“Harta yang berupa uang atau barang-barang lain yang dalam waktu pendek diharapkan menjadi kas yang akan digunakan atau dikonsumir untuk memenuhi kebutuhan operasi perusahaan dalam satu siklus akuntansi yang umumnya paling lama satu tahun.” Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, jika aktiva tersebut :

a. Diperkirakan akan direalisasikan atau dimiliki untuk dijual atau digunakan

dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan.

b. Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan

diharapkan akan direalisir dalam jangka waktu duabelas bulan dari tanggal

neraca: atau

c. Berupa kas atau setara kas yang penggunaanya tidak dibatasi.

Adapun yang termasuk dalam perkiraan aktiva lancar adalah :

• Kas dan setara kas

• Investasi jangka pendek

• Wesel Tagih

• Piutang Usaha

• Piutang lain-lain

• Persediaan

• Pajak dibayar dimuka

• Biaya dibayar dimuka

• Aktiva lancar lain-lain

� Aktiva Tidak Lancar ( Non Current Asset)

Yaitu kekayaan yang mempunyai umur kegunaan lebih dari satu tahun dan

dalam jangka waktu relatif panjang tidak akan habis dalam satu kali perputaran

operasi perusahaan. Adapun yang termasuk dalam aktiva tetap antara lain sebagai

berikut :

• Piutang hubungan istimewa.

• Aktiva pajak tangguhan.

• Investasi jangka panjang, berupa saham atau obligasi perusahaan lain.

Page 9: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

14

• Aktiva tetap berupa tanah, bangunan, mesin-mesin, inventaris kendaraan,

perlengkapan dan alat-alat.

• Beban ditangguhkan berupa biaya pendirian diskonto obligasi.

• Aktiva tetap tidak berwujud berupa hak cipta, merk dagang, lisensi.

• Aktiva lain-lain berupa bangunan dalam penyelesaian.

b. Kewajiban (Liabilities)

Menurut Harnanto (2002:33) pengertian kewajiban adalah:

“Hutang perusahan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan terjadinya arus keluar pada arus sumberdaya perusahaan yang mempunyai manfaat ekonomi.”

Kewajiban perusahaan dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

� Kewajiban Lancar (Current Liabilities)

Adalah semua hutang lancar atau semua kewajiban keuangan perusahaan

dimana pelunasannya akan dilakukan dalam jangka waktu kurang dari satu tahun

atau satu tahun yang biasanya menggunakan aktiva lancar yang dimiliki

perusahaan.

Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar jika:

• Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi

perusahaan.

• Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.

Yang termasuk kedalam kewajiban lancar antara lain:

• Pinjaman jangka pendek

• Wesel bayar

• Hutang usaha

• Hutang pajak

• Beban yang masih harus dibayar

• Bagian kewajiban jangka panjang yang masih harus dibayar

• Kewajiban lancar lainnya.

Page 10: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

15

� Kewajiban Tidak Lancar (Non current Liabilities)

Menurut Dwi prastowo, (2002:9) pengertian kewajiban tidak lancar

adalah sebagai berikut:

“Merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya lebih dari satu tahun dan diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.”

Yang termasuk kewajiban tidak lancar adalah:

• Hutang hubungan istimewa

• Kewajiban pajak tangguhan

• Hutang sewa guna usaha

• Hutang obligasi

• Kewajiban tidak lancar lainnya

c. Ekuitas (Equity)

Mengenai hal ini SAK (2004:13 )adalah:

“Ekuitas merupakan hak residual atas aktiva perusahaan yang dikurangkan dengan semua kewajiban.“ Hak residual (residual interest) atas aktiva perusahaan setelah dikurangi

semua kewajiban atau aktiva bersih, meskipun demikian dalam neraca, ekuitas

dapat disubklasifikasikan.

2. Laporan Laba Rugi ( Income Statement)

Laporan laba rugi adalah suatu laporan hasil usaha perusahaan dalam

jangka waktu tertentu yang terdiri dari penghasilan dari penjualan dan biaya-biaya

yang dikeluarkan untuk penghasilan.

Menurut Henri (2000:22) laporan laba rugi adalah:

“Laporan yang memberikan informasi mengenai kemampuan (potensi) perusahaan dalam menghasilkan laba (kinerja) selama periode tertentu.”

Berikut ini penulis akan menguraikan singkat masing-masing komponen

laba rugi:

Page 11: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

16

1. Penjualan (Sales)

Adalah pendapatan yang diterima atau dipertukarkan dengan barang atau

jasa dan dicatat untuk periode akuntansi tertentu baik atas dasar kas atau dasar

akrual.

2. Beban Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold)

Adalah angka yang mewakili biaya untuk membeli bahan mentah dan

memproduksi barang jadi.

3. Laba Kotor (gross profit)

Adalah penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan.

4. Beban Usaha (operating expense)

Pengeluaran atau penurunan aktiva yang ditimbulkan dari aktivitas yang

berhubungan dengan usaha pokok perusahaan. Beban usaha diklasifikasikan

menjadi beban penjualan dan beban administrasi dan umum.

5. Pendapatan dan Beban lain-lain

Pendapatan dan beban lain-lain terjadi diluar aktivitas usaha pokok

perusahaan.

6. Laba Bersih (Net Profit)

Adalah jumlah yang tersisa setelah semua pengeluaran dikurangkan atau

diselesaikan, sama dengan net earning, net profit.

Para pengguna laporan keuangan dapat mengetahui informasi mengenai

posisi keuangan perusahaan dari neraca. Dalam hal ini, posisi keuangan

perusahaan meliputi harta, hutang dan modal (ekuitas pemilik). Neraca

mempunyai dua sisi yang seimbang, yaitu : sisi aktiva (assets) dan sisi pasiva

(kewajiban dan ekuitas pemilik). Sedangkan, laporan laba rugi memberikan

informasi mengenai pendapatan yang diperoleh perusahaan dan biaya yang

dikeluarkan oleh perusahaan. Laporan laba rugi menghasilkan suatu nilai laba

(earnings). Perlu diingat bahwa nilai laba secara benar tidak pernah ada, sebab

kompleksitas perubahan dalam lingkungan ekonomi, sehingga sulit untuk

mencerminkan seluruh operasi suatu entitas ke dalam sebuah laba.

Page 12: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

17

2.1.6 Keterbatasan Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang dapat

digunakan oleh para pengguna laporan keuangan. Oleh karena itu, laporan

keuangan bukan menjadi satu-satunya informasi yang dapat digunakan untuk

kepentingan pengambilan keputusan.

Menurut SAK yang dikutip oleh Sofyan (2002:17) keterbatasan laporan

keuangan adalah:

1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian

yang telah lewat bukan masa kini. Karenanya laporan keuangan tidak

dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses

pengambilan keputusan ekonomi apalagi untuk meramalkan masa depan

atau menentukan nilai (harga) perusahaan ini.

2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk

memenuhi kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti untuk

pihak yang akan membeli perusahaan.

3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran

dan berbagai pertimbangan.

4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula,

penerapan akuntansi terhadap suau fakta atau pos tertentu mungkin tidak

dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh secara material

terhadap kelayakan laporan keuangan.

5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian.

Bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti

mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang

menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. Laba yang

belum direalisir tetapi sudah berlaku di pasar maka dapat dicatat, misalnya

jika harga persediaan di pasar berada di bawah harga pokok maka

perbedaan ini dicatat sebagai rugi namun jika harga melebihi harga pokok

tidak dicatat sebagai laba.

6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu

peristiwa / transaksi daripada bentuk hukumnya atau (formalitas).

Page 13: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

18

7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan

pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat

dari informasi yang dilaporkan.

8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan

menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan

tingkat kesuksesan antar perusahaan.

9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat

dikuantifikasikan umumnya diabaikan.

Oleh karena itu, para pengguna laporan keuangan harus memperhatikan

dan mengetahui keterbatasan dari laporan keuangan. Hal ini bertujuan agar para

pengguna laporan keuangan berhati-hati dalam menggunakan informasi dalam

laporan keuangan. Kehati-hatian diperlukan agar para pengguna laporan keuangan

dapat melakukan pengambilan keputusan secara tepat dari informasi yang tersaji

dalam laporan keuangan. Selain itu, untuk melakukan analisis secara tepat atas

laporan keuangan, keterbatasan laporan keuangan harus diperhatikan.

2.2 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Menganalisis laporan keuangan berarti menggali lebih banyak informasi

yang terdapat dalam laporan keuangan. Analisis laporan keuangan didasarkan

pada laporan keuangan yang telah disusun dan disajikan sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum, yaitu Standar Akuntansi Keuangan.

2.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Menurut Sofyan (2002:190) pengertian analisis laporan keuangan adalah:

“Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau mempunyai makna antara yang satu dengan yang lainnya baik antara data kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.” Berdasarkan pengertian tersebut, kegiatan analisis laporan keuangan

berfungsi untuk mengkonversikan data yang berasal dari laporan keuangan

sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih berguna dengan teknik

Page 14: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

19

tertentu. Analisis laporan keuangan merupakan suatu teknik analisis yang dalam

banyak hal mampu memberikan petunjuk atau indikator dan gejala-gejala yang

timbul di sekitar kondisi yang melingkupinya.

2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah

informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Menurut Bernstein, yang

dikutip oleh Sofyan (2002:197) mengemukakan tujuan dari analisis laporan

keuangan:

a) Screening

Analisa dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan

tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger.

b) Forcasting

Analisa digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di

masa yang akan datang.

c) Diagnosis

Analisa dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-

masalah yang terjadi baik dalam manajemen operasi, keuangan, atau

masalah lain.

d) Evaluation

Analisa dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional,

efisiensi dan lain-lain.

Analisis laporan keuangan sangat penting dan berguna bagi para

pengambil keputusan. Dengan melakukan analisis laporan keuangan, informasi

mentah yang dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih

dalam. Hubungan satu pos dengan pos lainnya akan dapat menjadi indikator

tentang posisi dan prestasi keuangan perusahaan. Dengan analisis laporan

keuangan para pengguna laporan keuangan dapat menentukan peringkat (rating)

perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.

Analisis laporan keuangan juga sangat berguna untuk memprediksi potensi apa

yang akan dialami oleh perusahaan di masa yang akan datang.

Page 15: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

20

2.2.3 Kelemahan Analisis Laporan Keuangan

Akuntansi merupakan bagian dari sistem ilmu sosial yang banyak

didasarkan pada konvensi dan tradisi. Akuntan secara terus menerus telah

berusaha untuk memenuhi tuntutan para pengguna laporan keuangan seperti

penilaian standar akuntansi secara terus menerus, perbaikan mutu laporan,

penggunaan istilah yang seragam, dan lain-lain.

Oleh karena itu, para pengguna laporan keuangan harus menyadari

kelemahan dari analisis laporan keuangan. Menurut Sofyan (2002:203)

kelemahan analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:

• Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh

karenanya kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar

kesimpulan dari analisis tidak salah.

• Objek analisis laporan keuangan hanyalah laporan keuangan. Untuk

menilai suatu laporan keuangan tidak cukup hanya dari angka-angka

laporan keuangan. Akan tetapi harus selalu melihat aspek lainnya seperti

tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen,

budaya peusahaan dan budaya masyarakat.

• Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan

kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan.

• Jika akan melakukan perbandingan dengan perusahaan lain, maka perlu

dilihat beberapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab perbedaan,

misalnya:

a) Prinsip Akuntansi

b) Size Perusahaan

c) Jenis Industri

d) Periode Laporan

e) Laporan Individual atau Laporan Konsolidasi.

f) Jenis Perusahaan Aspek Profit Motif dan Non Profit Motif

• Laporan keuangan hasil konsolidasi atau hasil konversi mata uang asing

perlu mendapat perhatian tersendiri karena perbedaan bisa saja timbul

karena masalah kurs atau konversi atau metode konsolidasi.

Page 16: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

21

Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas peristiwa

yang telah terjadi. Oleh karena itu, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai

laporan mengenai kejadian saat ini, karenanya akuntansi tidak hanya satu-satunya

sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Selain itu,

proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan

berbagai pertimbangan.

Selain itu, laporan keuangan tidak menjadi satu-satunya informasi yang

dapat diandalkan untuk menilai kondisi perusahaan. Kondisi sehat atau tidaknya

perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti industri dimana perusahaan

beroperasi, apakah perusahaan beroperasi pada industri yang berisiko tinggi atau

tidak., kemudian gaya manajemen, situasi perekonomian, budaya dan tradisi

masyarakat.

2.2.4 Teknik Analisis Laporan Keuangan

Terdapat beberapa teknik yang bisa digunakan dalam melakukan analisis

terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan dapat menggunakan

teknik analisis sesuai dengan kepentingannya. Teknik analisis laporan keuangan

menurut Sofyan (2002:216) adalah sebagai berikut:

1. Metode Komparatif

Melakukan perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya yang relevan

dan bermakna untuk mengetahui perbedaan, besaran maupun

hubungannya.

• Intra perusahaan

• Inter perusahaan

• Industrial Norm

• Budget

2. Trend Analysis-horizontal

• Indeks

• Numbers

3. Membuat laporan keuangan dalam bentuk common size financial

statement, atau bentuk sederhana (awam). Biasanya dibuat secara vertikal.

Page 17: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

22

4. Metode index time series

5. Analisa Rasio

• Likuiditas

• Profitabilitas

• Solvabilitas

• Aktivitas

• Market Based Ratio

6. Teknik Analisis lain, seperti:

• Analisa sumber dan penggunaan dana

• Analisa Break Even

• Analisa Gross Profit

• Dupont Analysis

7. Analytical Review/Transactional Analysis

8. Model Analisis:

• Bond Rating

• Bankruptcy model

• Net cash flow prediction model

• Take off prediction model

• Take over model

Berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini, teknik analisis laporan

keuangan yang digunakan adalah analisis rasio keuangan dengan menggunakan

model analisis bankruptcy model. Model kebangkrutan ini memberikan rumus

kapan suatu perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Dengan menggunakan

rumus yang diisi (interpelasi) dengan rasio keuangan, maka akan diketahui angka

tertentu yang akan menjadi bahan untuk memprediksi kapan suatu perusahaan

akan bangkrut. Model analisis kebangkrutan yang sering digunakan adalah model

analisis kebangkrutan yang dibuat oleh Altman.

Page 18: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

23

2.3 ANALISIS RASIO KEUANGAN

Dalam mengevaluasi kinerja keuangan suatu perusahaan, dapat dilakukan

salah satunya dengan analisis rasio keuangan. Rasio keuangan menyederhanakan

informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya.

Dengan penyederhanaan ini, kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos

tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat

memperoleh informasi dan memberikan penilaian serta melakukan evaluasi.

Analisis rasio keuangan dilakukan untuk mengetahui kekuatan-kekuatan

dan kelemahan-kelemahan keuangan (financial) perusahaan.

2.3.1 Konsep Analisis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:

“Analisis adalah penguraian suatu pokok atas bagiannya dan penelaahan bagiannya itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.” Sedangkan menurut Sofyan (2002:189), adalah sebagai berikut:

“Analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi bagian unit terkecil.” Berdasarkan pengertian tersebut, analisis merupakan suatu kegiatan

berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat

mengenal tanda-tanda komponen hubungannya satu sama lain secara fungsi

masing-masing bagian secara keseluruhan.

2.3.2 Pengertian Rasio Keuangan

Untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan, manajer

keuangan harus melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan keuangan

perusahaan. Alat yang biasa digunakan dalam pemeriksaan ini adalah rasio

keuangan.

Menurut Sofyan (2002:297), memberikan pengertian rasio keuangan

sebagai berikut:

“Rasio Keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).”

Page 19: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

24

Sedangkan menurut Kamus Akuntansi (2000:693) pengertian rasio keuangan adalah :

“Hubungan antara suatu jumlah terhadap jumlah yang lain. Rasio bisa membandingkan pos-pos dalam neraca, pos-pos dalam laporan laba rugi, atau pos-pos dalam neraca dengan laba rugi. Akibatnya, rasio-rasio tersebut menghubungkan komponen laporan keuangan satu dengan yang lain. Rasio-rasio digunakan untuk mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan, hasil operasi dan prospek pertumbuhan. Misalnya perputaran piutang (accounts receivable turn over) akan menunjukkan persoalan penagihan dengan pelanggan.” Berdasarkan pengertian rasio keuangan dan konsep analisis yang

dikemukakan, pengertian analisis rasio keuangan adalah suatu metode analisis

untuk menilai sehat atau tidaknya kondisi keuangan perusahaan. Hal tersebut

berguna bagi manajer keuangan untuk membuat keputusan yang rasional dalam

usaha mencapai tujuan perusahaan. Untuk melakukan analisis rasio keuangan,

diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek

tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan angka-angka

didalam neraca saja, dalam laporan laba rugi saja, atau pada neraca dan laporan

laba rugi.

2.3.3 Metode Pembandingan Rasio Keuangan Perusahaan

Menurut Lukman (2000:39), menjelaskan tentang metode pembandingan

rasio keuangan perusahaan sebagai berikut:

“Pada pokoknya ada dua cara yang dilakukan didalam membandingkan rasio finansial perusahaan, yaitu “Cross-sectional approach” dan “ Times series analysis.” Penjelasan tentang kedua metode pembandingan tersebut adalah :

1. Cross Sectional Approach

Yang dimaksud dengan cross sectional approach adalah suatu cara

mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang

satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan. Jadi

pendekatan ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa baik atau buruk suatu

perusahaan dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya.

Page 20: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

25

2. Times Series Analysis

Dilakukan dengan jalan membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan

dari satu periode ke periode lainnya. Pembandingan antara rasio yang dicapai saat

ini dengan rasio-rasio pada masa lalu akan memperlihatkan apakah perusahaan

mengalami kemajuan atau kemunduran.

Dengan menggunakan kedua metode pembandingan rasio keuangan di

atas, para pengguna laporan keuangan dapat melakukan penilaian terhadap kinerja

keuangan perusahaan. Rasio yang dihitung hanya dari data dalam suatu periode

tahun buku mungkin sangat terbatas dan kurang dapat diandalkan. Tetapi,

perbandingan dan studi data rasio dalam beberapa tahun buku akan sangat

bermanfaat. Oleh karena itu, kedua metode pembandingan rasio keuangan di atas

sangat diperlukan untuk menghasilkan analisis yang tepat.

2.3.4 Jenis-jenis Rasio Keuangan

Rasio-rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabungkan

angka-angka di dalam atau laporan rugi laba dan neraca.

Menurut Mamduh (2003:75) pada dasarnya rasio keuangan

dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu:

a. Rasio Likuiditas

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban

jangka pendeknya.

b. Rasio aktivitas

Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan

melihat tingkat aktivitas aset.

c. Rasio Solvabilitas

Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

d. Rasio Profitabilitas

Rasio yang melihat kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka

panjangnya.

e. Rasio Pasar

Page 21: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

26

Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai

buku perusahaan.

Kelima rasio tersebut ingin melihat prospek dan risiko perusahaan pada

masa yang akan datang. Faktor prospek dalam rasio tersebut akan mempengaruhi

harapan investor terhadap perusahaan pada masa-masa mendatang.

2.3.5 Keunggulan Analisis Rasio Keuangan

Analisis perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan memungkinkan

manajer keuangan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dengan cepat.

Menurut Sofyan (2002:298) analisis rasio keuangan memiliki beberapa

keunggulan, yaitu:

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah

dibaca atau ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan

keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan

keputusan dan model prediksi (z-score).

5. Menstandarisir size perusahaan.

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau

melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa

yang akan datang.

Salah satu dari beberapa keunggulan analisis rasio yang dikemukakan

oleh Sofyan adalah bahwa analisis rasio keuangan sangat bermanfaat dan

memberikan kemudahan untuk melihat trend perusahaan dan prediksi di masa

yang akan datang. Salah satu prediksi perusahaan di masa yang akan datang

adalah kebangkrutan.

Page 22: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

27

2.3.6 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan dapat juga digunakan secara salah. Penggunaan

analisis rasio membutuhkan pertimbangan bagi manajer, khususnya jika rasio

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Tanpa

mengetahui keterbatasan dari analisis rasio keuangan, akan dapat menyebabkan

interpretasi dan keputusan yang salah.

Menurut Sofyan (2002:298), Keterbatasan analisis rasio itu adalah:

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk

kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan yang menjadi

keterbatasan teknik ini seperti:

a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak

mengandung taksiran dan judgement dapat dinilai bias atau

subyektif.

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah

nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka

rasio.

d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa

diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan

kesulitan menghitung rasio.

4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi

yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa

menimbulkan kesalahan.

Oleh karena itu, untuk melakukan analisis rasio keuangan diperlukan

perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu.

Setiap analis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap

mencerminkan aspek tertentu. Karena itu, pertanyaan pertama yang perlu dijawab

Page 23: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

28

adalah aspek-aspek apa yang akan dinilai. Pemilihan aspek-aspek yang akan

dinilai perlu dikaitkan dengan tujuan analisis.

Berkaitan dengan judul penelitian ini, rasio-rasio yang digunakan adalah

rasio-rasio yang mencerminkan aspek tertentu. Aspek- aspek tertentu tersebut

meliputi aspek likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, aktivitas.

2.4 KEBANGKRUTAN

Faktor situasi ekonomi, situasi politik, gaya manajemen, industri dengan

risiko tinggi sangat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu

prediksi perusahaan di masa yang akan datang adalah kebangkrutan. Analisis rasio

keuangan salah satunya digunakan sebagai bahan untuk mengisi model prediksi.

2.4.1 Pengertian Kebangkrutan

Bangkrut yang dikenal dengan istilah pailit didefinisikan sebagai suatu

keadaan dimana perusahaan berada dalam keadaan insolvensi; ia tidak mampu

melunasi kewajibannya dengan sumberdaya yang dimilikinya, yang dinyatakan

pailit dengan hukum yang berlaku.

Definisi lain menyebutkan bahwa sebuah perusahaan berada dalam

keadaan bangkrut apabila kewajibannya melampaui aktivanya dan suatu legal

petition telah diisi dan diterima dibawah hukum kebangkrutan. Suatu perusahaan

yang bangkrut biasanya-tetapi tidak selalu harus- berada dalam keadaan insolvent,

yaitu suatu keadaan dimana ia tidak mampu memenuhi kewajibannya ketika jatuh

tempo.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 37 Tahun 2004

memberikan pengertian kebangkrutan (kepailitan) sebagai berikut:

“Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator dibawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.” Berdasarkan pengertian tersebut, bangkrutnya suatu perusahaan

mengindikasikan ketidakmampuan perusahaan untuk mempertahankan

kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Di pihak investor, masalah

kesulitan keuangan merupakan masalah yang lebih berat, karena risiko yang

Page 24: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

29

dihadapi oleh investor lebih berat dari kreditor. Klaim investor terhadap

perusahaan disebut sebagai residual claims, yang berarti jika terjadi kebangkrutan

dan dilanjutkan dengan likuidasi, maka investor merupakan pihak yang terakhir

menerima hasil sisa likuidasi. Selain itu, jika dilakukan restrukturisasi keuangan,

bukan tidak mungkin investor harus menyetorkan tambahan modal ke dalam

perusahaan.

Sebagai salah satu bentuk kegagalan usaha, kebangkrutan pada dasarnya

merupakan suatu keadaan yang tidak muncul secara tiba-tiba. Suatu perusahaan

jarang menghentikan usahanya tanpa ada indikasi sebelumnya, baik itu

ketidakmampuan untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo maupun

masalah lain yang menimbulkan pertanyaan mengenai kelangsungan hidup

perusahaan. Indikasi ini dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi dan keadaan

tertentu

2.4.2 Indikator Kebangkrutan

Analis harus dapat membaca tanda-tanda kemungkinan perusahaan

mengalami kegagalan dalam bisnisnya yang dapat berakibat pada kesulitan

keuangan dan kemungkinan kebangkrutan. Mengingat cepatnya perubahan-

perubahan dalam persaingan bisnis saat ini.

Menurut Rico (2003:184) tendensi bangkrutnya perusahaan dapat dilihat

dari tanda-tanda sebagai berikut:

• Penjualan atau pendapatan yang mengalami penurunan secara signifikan.

• Harga pasar saham menurun secara signifikan.

• Penurunan total aktiva.

• Kemungkinan gagal yang besar dalam industri (nature dari industri), atau

industri dengan risiko tinggi.

• Young company, perusahaan berusia muda pada umumnya mengalami

kesulitan keuangan di tahun-tahun awal operasinya, sehingga kalau tidak

didukung sumber permodalan yang kuat akan dapat mengalami kesulitan

keuangan yang serius dan berakhir dengan kebangkrutan.

• Pemotongan yang signifikan dalam deviden

Page 25: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

30

Penjelasan singkat tentang indikator kebangkrutan di atas adalah sebagai

berikut:

• Penjualan atau pendapatan yang mengalami penurunan secara signifikan.

Trend dari rasio penjualan terhadap total aktiva, rasio yang rendah

menunjukkan ketidakseimbangan yang dapat menimbulkan kesulitan

keuangan.

• Penurunan laba dan atau arus kas dari operasi.

Indikator yang dapat dilihat sebagai indikator adanya manajemen laba

adalah dengan melihat hubungan antara penjualan dan laba bersih.

Hubungan yang lemah antara penjualan dan laba bersih, dapat merupakan

petunjuk bahwa manajemen melakukan pengaturan laba.

• Harga pasar saham menurun secara signifikan.

Analis harus memperhatikan kecenderungan rasio opsi saham terhadap

jumlah saham yang beredar. Jika kecenderungan meningkat tetapi

profitabilitasnya tidak meningkat, terjadi inkonsistensi.

• Penurunan total aktiva.

Penurunan total aktiva dipengaruhi oleh tingkat realisasi aktiva,

keragaman fungsi atau kegunaan aktiva, inter-relasi aktiva dan stabilitas

tingkat harga aktiva.

• Kemungkinan gagal yang besar dalam industri (nature dari industri), atau

industri dengan risiko tinggi.

Risiko yang ada dalam operasi perusahaan berkaitan erat dengan risiko

industri di mana perusahaan tersebut berada. Perusahaan dengan atau

dalam industri berisiko usaha tinggi diyakini mempunyai kualitas laba

yang rendah.

• Young company, perusahaan berusia muda pada umumnya mengalami

kesulitan keuangan di tahun-tahun awal operasinya, sehingga kalau tidak

didukung sumber permodalan yang kuat akan dapat mengalami kesulitan

keuangan yang serius dan berakhir dengan kebangkrutan.

Salah satu ukuran yang dapat dipergunakan sebagai indikator untuk

menilai kemampuan bertumbuh secara internal adalah dengan

Page 26: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

31

mempergunakan rasio laba bersih dibandingkan dengan total aktiva. Rasio

yang rendah menunjukkan perusahaan tidak mampu untuk menghasilkan

dana sendiri. Selain itu, perusahaan harus bergantung pada sumber-sumber

dari luar perusahaan untuk berkembang.

• Pemotongan yang signifikan dalam deviden.

Perusahaan yang membagi deviden dengan jumlah konstan, mudah

diidentifikasi jika mengalami kesulitan keuangan.

Selain indikator kebangkrutan di atas, terdapat indikator lain yang

digunakan untuk mengetahui perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang

berakhir dengan kebangkrutan.

Menurut Rico (2003:184) indikator tersebut adalah :

• Ketidakstabilan laba.

• Tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo dan atau

kesulitan dalam memperoleh sumber pendanaan.

• Sistem administrasi dan pelaporan yang tidak efektif dan efisien.

• Kualitas manajemen yang meragukan, tidak ada atau kurangnya

perencanaan, dan manajemen yang miskin pengalaman.

• Kegagalan manajemen dalam melakukan antisipasi terhadap perubahan

pasar.

• Ketidakmampuan dalam mengendalikan biaya.

• Entry barrier yang rendah, sehingga relatif mudah memasuki industri

bagi perusahaan-perusahaan baru.

Penjelasan singkat mengenai indikator di atas adalah :

• Ketidakstabilan laba.

Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan laba,

diantaranya adalah glamour dalam pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba

meningkat drastis dan risiko untuk mengalami penurunan juga besar.

• Tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo dan atau

kesulitan dalam memperoleh sumber pendanaan.

Page 27: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

32

Salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan

bertumbuh internal perusahaan adalah dengan mempergunakan rasio laba

ditahan dibandingkan dengan total aktiva. Rasio yang rendah

mengindikasikan perusahaan mengalami kesulitan untuk memproleh

sumber dana.

• Sistem administrasi dan pelaporan yang tidak efektif dan efisien.

Evaluasi terhadap integritas manajemen perlu dilakukan, sebab integritas

manajemen merupakan penentu dasar dalam menentukan kualitas laba.

Integritas manajemen dapat merupakan hal yang paling menentukan dalam

kualitas laporan keuangan perusahaan.

• Kualitas manajemen yang meragukan, tidak ada atau kurangnya

perencanaan, dan manajemen yang miskin pengalaman.

Perencanaan strategis harus ada agar perusahaan dapat beradaptasi dengan

cepat, seiring dengan adanya perubahan-perubahan. Manajemen yang

tidak mempunyai visi ke depan dan tidak mampu melakukan perencanaan

strategis, akan menempatkan perusahaan dalam situasi sulit dan

menghadapi kemungkinan bangkrut.

• Kegagalan manajemen dalam melakukan antisipasi terhadap perubahan

pasar.

Jika manajemen tidak mampu dalam menyesuaikan perusahaan dengan

perubahan-perubahan dalam bisnisnya seiring dengan perubahan dalam

kondisi sosial, politik dan ekonomi, potensi perusahaan dalam

memperoleh laba akan berkurang.

• Ketidakmampuan dalam mengendalikan biaya.

Inefisiensi biaya dapat mengakibatkan kebangkrutan.

• Entry barrier yang rendah, sehingga relatif mudah memasuki industri

bagi perusahaan-perusahaan baru.

Industri sepatu merupakan salah satu industri dimana perusahaan-

perusahaan memiliki entry barrier yang rendah, sehingga berisiko tinggi.

Bangkrutnya perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh aspek keuangan

tetapi juga aspek lainnya. Aspek-aspek lainnya tersebut diantaranya adalah

Page 28: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

33

budaya manajemen perusahaan, karakteristik industri dimana perusahaan

beroperasi dan keahlian manajemen serta lama atau tidaknya perusahaan

beroperasi dan miskinnya pengalaman menjadi faktor-faktor yang dapat

mengakibatkan perusahaan gagal dalam menjalankan operasi bisnisnya.

2.4.3 Alat Prediksi Kebangkrutan

Analisis rasio keuangan digunakan salah satunya untuk mengisi model-

model pengambilan keputusan atau prediksi. Salah satu prediksi perusahaan di

masa yang akan datang adalah kebangkrutan. Alat bantu prediksi kebangkrutan

yang sering digunakan adalah Altman bankruptcy prediction model.

Terdapat beberapa cara untuk memprediksi terjadinya kebangkrutan suatu

perusahaan. Salah satunya dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan z-

score. Z-score merupakan model prediksi kebangkrutan yang dibuat oleh Edward

I. Altman.

Formula z-score dikemukakan oleh Rico (2002:353) sebagai berikut:

Zi = 1,2 X1+1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4+ 1,0 X5

X1=Net Working Capital to Total Asset

X2=Retained Earning to Total Asset

X3=Earning Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Asset

X4=Market Value to Total Liabilities

X5=Sales to Total Asset

Dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

>2,99 Non Bankrupt

2,675 Cut Off

<1,81 Bankrupt

Berikut ini penjelasan singkat kelima rasio tersebut:

1. Rasio modal kerja dengan total aset

Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas aktiva perusahaan terhadap

total kapitalisasinya. Memiliki likuiditas yang cukup besar berarti

memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dan

mendapatkan diskonto dalam perdagangan, menarik manfaat dari

Page 29: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

34

peringkat kredit yang lebih baik dan dapat memanfaatkan peluang-peluang

pasar.

2. Rasio retained earning to total asset

Rasio ini digunakan untuk mengukur profitabilitas kumulatif. Laba yang

ditahan adalah laba bersih yang disimpan untuk diakumulasikan dalam

suatu bisnis setelah deviden dibayarkan. Juga disebut sebagai laba yang

tidak dibagikan. Profitabilitas perusahaan kumulatif artinya penambahan

ekuiti pemilik yang terjadi karena keberhasilan dalam operasi bisnis. Atau

kemampuan bisnis suatu badan usaha untuk menghsilkan pendapatan

bersih. Para investor potensial melakukan analisis profitabilitas suatu

perusahaan dalam tahun berjalan dan prospeknya, karena profitabilitas

mempengaruhi deviden dan harga pasar saham.

3. Rasio earning before interes and taxes (EBIT) dengan total asset

Digunakan untuk mengukur produktivitas sebenarnya dari aktiva

perusahaan.

4. Rasio market value dengan total liabilities

Digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat

turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar daripada aktivanya dan

perusahaan menjadi pailit (insolvent). Market value of equity merupakan

nilai gabungan dari seluruh saham biasa suatu perusahaan pada harga

pasar yang berlaku.

5. Rasio sales to total asset digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen dalam menghadapi persaingan.

Tidak adanya ketentuan dalam ramalan kebangkrutan mengenai rasio

keuangan yang digunakan menjadikan pemilihan rasio didasarkan pada

kepopuleran rasio yang digunakan dalam literatur dan hasil dari penelitian yang

dilakukan. Tidak ada suatu evaluasi yang menyatakan keefektifan pemilihan

rasio-rasio yang biasanya digunakan dalam analisis ini. Model prediksi yang

dibuat oleh Altman ini memiliki kemampuan prediksi yang cukup baik (95%

benar atau 63 benar dari 66 total sampel).

Page 30: Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

35

2.5 Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan

Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan keuangan adalah

kegunaannya untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya (going concern) di masa yang akan datang. Meramalkan

kelangsungan hidup perusahaan merupakan aspek yang sangat penting.

Pentingnya meramalkan kelangsungan hidup perusahaan juga karena menurut

faktanya, tidak satu pun pihak dalam perusahaan yang menginginkan

kebangkrutan atau keharusan untuk menutup usahanya pada suatu saat.

Oleh karena itu, manajemen yang efektif tentu tidak akan membiarkan

dan berbuat sesuatu baru pada saat perusahaan mengalami kesulitan likuiditas atau

bahkan pada saat perusahaan terancam solvabilitasnya. Karena dalam tahap

demikian, tindakan-tindakan untuk menyelamatkan perusahaan dari ancaman

kebangkrutan semakin terbatas. Ada berbagai alat untuk mendeteksi dan

meramalkan akan kemungkinan kesulitan keuangan, kegagalan dan kebangkrutan

dan menentukan berbagai penyebabnya.

Analisis rasio keuangan salah satunya digunakan untuk model prediksi.

Salah satu prediksi perusahaan di masa yang akan datang adalah kebangkrutan.

Salah satu alat prediksi kebangkrutan yang dapat digunakan adalah Altman

bankruptcy prediction model.

Menurut Sofyan (2002:350) menyebutan bahwa:

“ Altman bankruptcy prediction model merupakan model analisis untuk meramalkan kebangkrutan suatu perusahaan yang dibuat oleh Altman.” Sejumlah studi telah dilakukan untuk mengetahui kegunaan analisis rasio

keuangan dalam memprediksi kegagalan perusahaan. Salah satu studi tentang

prediksi ini adalah Multiple Discriminant Analysis yang dilakukan oleh Edward

I.Altman. Dalam penelitiannya Altman menggunakan lima jenis rasio, yaitu:

working capital to total asset, retained earning to total asset, earning before

interest and taxes to total asset, market value to total liabilities dan total sales to

total asset. Dengan menggunakan model analisis tersebut, dapat diketahui kapan

perusahaan akan mengalami kebangkrutan.