ppok

46
MODUL VII RESPIRASI (PERNAFASAN) SKENARIO-4 NAPAS BERBUNYI D I S U S U N OLEH : SGD 22 Ketua : Nahrisyah (7111080155) Sekretaris : Mima Nasution (7111080210) Anggota : Ridiarno Jamelau (7111080326) Berrlan Saputra (7111080180) Ima Arum Lestari (7111080134) Herman Zuhdi Rambe (7111080082) Muhammad Fadli (7111080174) Anditha Fellywavinska (7111080351) Desi Mayank Sari (7111080214) Ditha Aulia Susanto (7111080115) Fatia Dinasya (7111080126) Agus Santoso (7111080118) Tutor : dr. Indri Maharani Nasution

Upload: eka-ulfatul-fitriani

Post on 06-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

blok rs

TRANSCRIPT

Makalah SGD 19

MODUL VII RESPIRASI (PERNAFASAN)SKENARIO-4NAPAS BERBUNYIDISUSUNOLEH : SGD 22Ketua: Nahrisyah (7111080155)Sekretaris: Mima Nasution(7111080210)Anggota: Ridiarno Jamelau(7111080326) Berrlan Saputra(7111080180) Ima Arum Lestari (7111080134) Herman Zuhdi Rambe (7111080082) Muhammad Fadli(7111080174) Anditha Fellywavinska (7111080351) Desi Mayank Sari (7111080214) Ditha Aulia Susanto(7111080115) Fatia Dinasya (7111080126) Agus Santoso (7111080118)Tutor : dr. Indri Maharani Nasution

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARATAHUN AJARAN 2011/2012LEMBAR PENILAIANPARAFNILAI

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segenap rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Dan tak lupa pula shalawat beriring salam kita panjatkan keharibaan nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya.Adapun tujuan pembuatan makalah ini untuk membantu mahasiswa dalam menghadapi proses belajar mengajar di fakultas kedokteran UISU dan membantu proses pemahaman tentang PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) dan Asma serta berbagai hubungan yang terkandung didalamnya.Dalam penyusunan tugas ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa, kami tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian kami berusaha sebisa mungkin menyelesaikan tugas ini meskipun tersusun sangat sederhana.Demikian, semoga tulisan makalah PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) dan Asma dapat bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan para pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun.

Medan, 10 Mei 2012 Tim Penyusun

SGD 22

i

Daftar isi

Kata pengantar.................................................................................................................................iDaftar Isi.........................................................................................................................................iiBab IPendahuluan.........................................................................................................................1Definisi.1Penyebab..2Bab II Pembahasan..4Skenario...............................................................................................................................4Klarifikasi Data4Problem List.4Problem Solution.5Skema...6Learning Objective...6Bab III Kesimpulan19Daftar pustaka20

ii

BAB I1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTelah lama diketahui bahwa penyakit pada saluran pernafasan atas dan bawah yang sebelumnya diperlakukan berbeda ternyata memiliki hubungan yang sangat erat satu sama lain. Berbagai penelitian mengenai hubungan antara penyakit-penyakit saluran pernafasan atas dan bawah telah dilakukan, namun, penelitian mendalam baru dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai konsep dan istilah pun digunakan untuk menggambarkan hubungan erat antara penyakit yang melibatkan saluran pernafasan atas dan bawah. Asma merupakan manifestasi alergi berat yang melibatkan saluran pernafasan bawah. Prevalensi asma terus meningkat dari tahun ke tahun. Asma menimbulkan masalah biaya dan dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Asma juga dapat merusak fungsi sistem saraf pusat dan menurunkan kualitas hidup penderitanya. Sebagaimana manifestasi alergi lainnya, asma juga dapat diderita seumur hidup dan tidak dapat disembuhkan secara total. Upaya terbaik yang dapat dilakukan untuk menanggulangi permasalahan asma hingga saat ini masih berupa upaya penurunan frekuensi dan derajat serangan, sedangkan penatalaksanaan utama adalah menghindari faktor penyebab. Pengertian asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996). Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996). Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001). Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas. Asma merupakan suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Kata asma (asthma) berasal dari bahasa Yunani yang berarti terengah-engah. Lebih dari 200 tahun yang lalu, Hippocrates menggunakan istilah asma untuk menggambarkan kejadian pernapasan yang pendek-pendek (shortness of breath). Sejak itu istilah asma sering digunakan untuk menggambarkan gangguan apa saja yang terkait dengan kesulitan bernafas, termasuk ada istilah asma kardial dan asma bronkial. Menurut National Asthma Education and Prevetion Program (NAEPP) pada National Institute of Health (NIH) Amerika, asma (dalam hal ini asma bronkial) didefinisikan sebagai penyakit inflamasi kronik pada paru.Sedangkan PPOK Merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan keluar Paru. Gangguan yang penting adalah Bronkhitis Obstruktif, Emphysema dan Asthma Bronkiale. Di Indonesia menurut Departemen Kesehatan 2008 Angka penderita PPOK Mencapai 12 % dengan angka kematian 2 %, hal itu menjadi suatu perhatian tersendiri dimana penyakit PPOK ( Penyakit Paru Obstruksi Kronik ) merupakan suatu penyakit yang cukup tinggi menyerang masyarakat di Indonesia. Oleh Karena itu peningkatan pelayanan kesehatan mengenai penyakit tersebut perlu di tingkat baik dalam bentuk preventif,kuratif maupun rehabilitative. Penyakit Obstruksi Kronik (PPOK ) merupakan suatu penyakit dimana merupakan suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus menerus. Proses penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3 kondisi berikut ini (Bronkhitis Obstruktif Kronis, Emphysema dan Asthma Bronkiale) dengan suatu penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi dari penyakit primer. (Enggram, B. 2006). Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) mermpunyai tanda dan gejala yakni Batuk (mungkin produktif atau non produktif), dan perasaan dada seperti terikat, Mengi saat inspirasi maupun ekspirasi yang dapat terdengar tanpa stetoskop, Pernafasan cuping hidung, Ketakutan dan diaforesis, Batuk produktif dengan sputum berwarna putih keabu-abuan, yang biasanya terjadi pada pagi hari, Inspirasi ronkhi kasar dan whezzing, Sesak nafas. (JaapCATrappenburg,2008)

BAB IIPEMBAHASANSKENARIO-4NAPAS BERBUNYISeorang pasien usia 55 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan sesak napas disertai mengi dan batuk 2 hari ini. Menurut pasien sudah 3 tahun ini ia sering mengalami batuk dan sesak napas. Hasil pemeriksaan auskultasi didapat suara pernapasan ekspirasi memanjang disertai wheezing. Riwayat keluarga yang menderita penyakit sesak napas (-). Riwayat merokok 2 bungkus/hari sejak pasien masih muda dijumpai. Setelah dilakukan foto rontgen toraks kesan emphysematous. Dokter yang memeriksa menganjurkan pasien menjalani tes fungsi paru.

1. Klarifikasi Data1. Emphysematous: Berkumpulnya udara secara patologis dalam jaringan atau organ2. Mengi/wheezing: Suara bersiul yang dibuat dalam bernapas2. Problem List1. Pasien usia 55 tahun, sesak napas + mengi + 2 hari batuk 3 tahun2. Auskultasi : wheezing3. Merokok (+)4. RPK sesak napas (-)5. Rontgen : emphysematous6. Tes fungsi paru3. Problem Solution1. Mengapa pasien mengalami sesak napas?2. Apa hubungan sesak napas dengan kebiasaan merokok?3. Mengapa dilakukan foto toraks?4. Mengapa bisa terjadi emphysematous pada foto toraks?5. Mengapa dilakukan tes fungsi paru?6. Mengapa terdengar wheezing pada pemeriksaan auskultasi?7. Penyakit apa yang diderita oleh pasien?8. Bagaimana gambaran emphysematous pada foto rontgen?9. Adakah pemeriksaan penunjang lainnya?10. Apakah kebiasaan merokok dapat memperberat keluhan?11. Apa saja yang menyebabkan pasien mengalami keluhan?

Jawab :1. Mungkin dikarenakan ada gangguan atau ketidaknormalan pada saluran pernapasannya2. Hubungan nya terletak pada asap rokok, dimana asap rokok ini mengandung suatu zat-zat kimia berbahaya yang dapat merusak saluran pernpasan3. Untuk mendukung diagnosa, menegakkan diagnosa, dan mengukur tingkat keparahan suatu penyakit yang dialami pasien4. Karena terjadi penumpukan udara pada paru yang mengakibatkan gambaran foto toraks menjadi emphysematous (hiperluscent)5. - Mengukur volume paru- Mengukur volume udara masuk dan keluar- Mengukur kecepatan udara masuk dan keluar- Mengukur perfusi oksigen COPD/PPOK6. Karena adanya kelainan pada saluran pernafasan, terjadinya hambatan pada jalan nafas pasien7. Kemungkinan Asma atau PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)8. Berwarna hitam pekat9. Ada, contoh nya uji faal paru10. Dapat. Karena merokok biasanya juga termasuk factor pencetus timbulnya penyakit pada paru11. Udara dingin, debu, stress dll.

4. Skema

ASMAPPOK(Penyakit Paru Obstruktif Kronik)

DefinisiEtiologiKlasifikasiPatofisiologiSymptom & SignsPemeriksaan PenunjangPenatalaksanaanDiagnosa

5. Learning Objective1. Mengetahui, memahami dan menjelaskan definisi PPOK dan Asma

PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) atau COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease) ditujukan untuk mengelompokkan penyakit-penyakit yang mempunyai gejala berupa terhambat nya arus udara pernafasan. Masalah yang menyebabkan terhambatnya arus udara tersebut bias terletak pada saluran pernafasan maupun pada parenkim paru. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease/COPD adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh emfisema atau bronkitis kronis.

PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran nafas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.

a. Bronkitis kronikKelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan penyakit lainnya.b. EmfisemaSuatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli.Pada prakteknya cukup banyak penderita bronkitis kronik juga memperlihatkan tanda-tanda emfisema, termasuk penderita asma persisten berat dengan obstruksi jalan napas yang tidak reversibel penuh, dan memenuhi kriteria PPOK. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia)

Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermitten, reversibel dimana trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimulun tertentu (Smeltzer, 2006) Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001) Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan banyak sel dan Elemen nya. Inflamasi kronik menyebabkan peningatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala epidosik berulang berupa sesak nafas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Epidosik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.

2. Mengetahui, memahami dan menjelaskan Etiologi dari PPOK dan Asma

Etiologi PPOK : Asap Rokok Penyebab utama dari PPOK adalah asap rokok, baik karena dihisap sendiri secara langsung (perokok aktif) maupun karena menghisap asap rokok orang lain (perokok pasif). Asap rokok dapat menekan sistem pertahan saluran napas, paralisis pada silia dan penurunan aktivitas makrofag alveolus, dan produksi mukus yang berlebihan sehingga terjadi obstruksi saluran napas. Polusi UdaraBerbagai macam debu, zat kimia, dan serta dalam lingkungan kerja mempunyai pengaruh merugikan pada sistem pernapasan. Selain itu hasil sampingan bahan bakar seperti minyak tanah, batu bara, kayu bakar, dan diesel dapat menjadi faktor resiko PPOK. Infeksi Saluran Napas Bawah Berulang Status Sosial EkonomiEtiologi Asma :Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi) Reaksi antigen-antibodi Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi) Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasma Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur Iritan : kimia Polusi udara : CO, asap rokok, parfum Emosional : takut, cemas dan tegang Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus(Suriadi, 2001)

3. Mengetahui, memahami dan menjelaskan klasifikasi PPOK dan Asma

Pada PPOK :Berdasarkan gejala klinis & pemeriksaan faal paru, PPOK diklasifikasikan ke dalam 4 stadium :a.Stadium 1 : Ringan Gejala batuk kronik dan produksi sputum ada tetapi tidak sering. Padaderajat ini pasien sering tidak menyadari bahwa fungsi paru mengalami penurunan. Hasil spirometri menunjukkan VEP1/ KVP < 70% dan VEP1 80% nilai prediksi. b.Stadium 2 : Sedang Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang ditemukan gejala batuk dan produksi sputum. Pada derajat ini biasanya pasien mulaimemeriksakan kesehatannya. Hasil spirometri menunjukkan VEP1/ KVP 80% prediksiVEP/KVP < 75%

Sedang Gejala ringan pada istirahatVEP 30 - 80%prediksi VEP/KVP 250-400sel/mm. sputum penderita asma sangat kental, elastic, dan keputih-putihan.2. Skin prick testSkin prick test digunakan untuk mengidentifikasi factor ekstrinsik. Timbulnya urtikaria di sekitar tempat tusukan menunjukkan sensitivitas alergen. Pajanan terhadap alergen yang teridentifikasi harus segera diminimalkan.3. Tes faal paruBemanfaat dalm mengevaluasi anak yang diduga menderita asma. Pada mereka yang diketahui menderita asma, tes faal paru berguna dalam menilai tingkat penyumbatan jalan nafas, dan gangguan pertukaran gas. Penilaian fungsi paru pada asma paling bermanfaat bila dibuat sebelum dan sesudah diberikan aerosol bronkodilator. Kenaikan PFR atau FEV1, sekurang-kurangnya 10% sesudah terapi aerosol, sangat memberi kesan asma.Kriteria obstruksi terpenuhi bila ratio FEV1/FVC < 70%. Obstruksi sedang : FEV1 40-60%, dan berat : FEV1 < 40%.4. Rontgen thoraksRontgen digunakan untuk mengesampingkan kemungkinan diagnosis lainnya ataupunkomplikasi, seperti atelektasis atau pneumonia.Pada asma akan didapatkan gambaran paru yang lebih lucent akibat gangguan ekspirasi sehingga banyak udara tertinggal di paru. Selain itu, bertambahnya volume udara di paru juga menyebabkan diafragma terdorong ke bawah, sehingga jantung terlihat seperti menggantung (tear drops).5. Penentuan gas dan pH darah arterialPenting dalam evaluasi penderita asma selama masa eksaserbasi yang memerlukan perawatan di rumah sakit. Selama masa perbaikan (remisi), tekanan parsial O2 (PO2), tekanan parsial karbondioksida (PCO2), dan pH mungkin normal.

Status Asmatikus adalah keadaan darurat medik paru berupa serangan asma yang beratatau bertambah berat yang bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazimdiberikan. Refrakter adalah tidak adanya perbaikan atau perbaikan yang sifatnya hanyasingkat, dengan waktu pengamatan antara satu sampai dua jam.Gambaran klinis status asmatikus Penderita tampak sakit berat dan sianosis. Sesak nafas, bicara terputus-putus. Banyak berkeringat, bila kulit kering menunjukkan kegawatan sebab penderita sudah jatuh dalam dehidrasi berat. Pada keadaan awal kesadaran penderita mungkin masih cukup baik, tetapi lambat laun dapat memburuk yang diawali dengan rasa cemas, gelisah kemudian jatuh ke dalam koma.

7. Mengetahui, memahami dan menjelaskan penatalaksanaan PPOK dan AsmaPada PPOK :Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :a.Edukasib.Obat obatanc.Terapi oksigend.Ventilasi mekanik e.Nutrisif.Rehabilitasi.a.EdukasiEdukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Yaitu menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru. Edukasi yang tepat diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien PPOK, memberikan semangat hidup walaupun dengan keterbatasan aktivitas. Penyesuaian aktivitas dan pola hidup merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualiti hidup pasien PPOK. Bahan dan cara pemberian edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat penyakit, tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kultural dan kondisiekonomi penderita. Secara umum bahan edukasi yang harus diberikanadalah:1). Pengetahuan dasar tentang PPOK 2). Obat - obatan, manfaat dan efek sampingnya3). Cara pencegahan perburukan penyakit4). Menghindari pencetus (berhenti merokok)5). Penyesuaian aktivitas.2. Obat - obatana. BronkodilatorDiberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikandengan klasifikasi derajat berat penyakit ( lihat tabel 2 ). Pemilihan bentuk obat diutamakaninhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat beratdiutamakan pemberian obat lepas lambat ( slow release ) atau obat berefek panjang ( longacting ).Macam - macam bronkodilator :- Golongan antikolinergikDigunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator jugamengurangi sekresi lendir ( maksimal 4 kali perhari ).- Golongan agonis beta - 2Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah penggunaandapat sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat pemeliharaan sebaiknyadigunakan bentuk tablet yang berefek panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakanuntuk mengatasi eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang.Bentuk injeksi subkutan atau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat.- Kombinasi antikolinergik dan agonis beta - 2Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek bronkodilatasi, karenakeduanya mempunyai tempat kerja yang berbeda. Disamping itu penggunaan obatkombinasi lebih sederhana dan mempermudah penderita.- Golongan xantinDalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang,terutama pada derajat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer untukmengatasi sesak ( pelega napas ), bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasieksaserbasi akut.Penggunaan jangka panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah.b. AntiinflamasiDigunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena, berfungsimenekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Bentukinhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaituterdapat perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma di Indonesiac. AntibiotikaHanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :- Lini I : amoksisilinmakrolid- Lini II : amoksisilin dan asam klavulanatsefalosporinkuinolonmakrolid baruPerawatan di Rumah Sakit :dapat dipilih- Amoksilin dan klavulanat- Sefalosporin generasi II & III injeksi- Kuinolon per oralditambah dengan yang anti pseudomonas- Aminoglikose per injeksi- Kuinolon per injeksi- Sefalosporin generasi IV per injeksid. AntioksidanDapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N - asetilsistein.Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagaipemberian yang rutine. MukolitikHanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikaneksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangieksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.f. AntitusifDiberikan dengan hati hati3. Terapi OksigenPada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan kerusakansel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untukmempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ -organ lainnya.

4. Ventilasi MekanikVentilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, gagalnapas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat dengan napaskronik. Ventilasi mekanik dapat digunakan di rumah sakit di ruang ICU atau di rumah.Ventilasi mekanik dapat dilakukan dengan cara :- ventilasi mekanik dengan intubasi- ventilasi mekanik tanpa intubasi5. NutrisiMalnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya kebutuhan energiakibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapnimenyebabkan terjadi hipermetabolisme.Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK karena berkolerasi dengan derajatpenurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darah6. Rehabilitasi PPOKTujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki kualiti hiduppenderita PPOKPenderita yang dimasukkan ke dalam program rehabilitasi adalah mereka yang telahmendapatkan pengobatan optimal yang disertai :- Simptom pernapasan berat- Beberapa kali masuk ruang gawat darurat- Kualiti hidup yang menurunProgram dilaksanakan di dalam maupun diluar rumah sakit oleh suatu tim multidisiplin yangterdiri dari dokter, ahli gizi, respiratori terapis dan psikolog.Program rehabilitiasi terdiri dari 3 komponen yaitu : latihan fisis, psikososial dan latihanpernapasan.Pada Asma :Obat pengontrol membantu meminimalkan peradangan yang menyebabkan serangan asma akut. Beta agonis kerja panjang: obat kelas ini secara kimia berhubungan dengan adrenalin, hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Beta agonis kerja panjang untuk inhalasi bekerja untuk menjaga saluran pernapasan terbuka selama 12 jam atau lebih. Obat asma ini mengendurkan otot-otot saluran pernapasan, melebarkan saluran dan mengurangi resistensi terhadap aliran udara yang dihembuskan, sehingga lebih mudah untuk bernapas. Mereka juga dapat membantu untuk mengurangi peradangan, tetapi obat asma ini tidak berpengaruh pada penyebab yang mendasari serangan asma. Efek samping obat asma ini termasuk detak jantung yang lebih cepat dan kegoyahan. Formoterol , Salmeterol , Arformoterol adalah obat asma beta agonis kerja panjang. Kortikosteroid inhalasi adalah obat utama untuk obat pengontrol asma. Steroid hirup ini bertindak lokal dengan berkonsentrasi pada efek langsung dalam saluran pernapasan, dengan efek samping yang sangat sedikit di luar paru-paru. Ciclesonide , Beclomethasone , Fluticasone , Budesonide , Mometasone , Triamcinolone , Flunisolide , adalah obat asma kortikosteroid yang dihirup. Inhibitor leukotriene adalah kelompok lain obat pengontrol asma. Leukotrien adalah zat kimia kuat yang menyebabkan respon inflamasi yang terlihat selama serangan asma akut. Dengan menghalangi bahan kimia ini, inhibitor leukotriene mengurangi peradangan. Inhibitor leukotriene dianggap sebagai lini kedua pertahanan terhadap asma dan biasanya digunakan untuk asma yang tidak memerlukan kortikosteroid oral. Zileuton, zafirkulast dan montelukast adalah contoh inhibitor leukotriene.

Methylxanthine adalah kelompok lain obat pengontrol yang berguna dalam pengobatan asma. Kelompok obat asma ini secara kimiawi berkaitan dengan kafein. Methylxanthine bekerja sebagai bronkodilator kerja panjang, dahulu obat asma ini umum digunakan untuk mengobati asma. Saat ini, karena efek samping yang signifikan seperti kafein, obat asma sering digunkaan untk pengobatan asma rutin. Teofilin dan aminofilin adalah contoh obat asma golongan methylxanthine. Obat asma lain adalah Natrium kromolin yang dapat mencegah pelepasan bahan kimia yang menyebabkan peradangan pada asma. Obat asma ini terutama bermanfaat bagi orang yang mengalami serangan asma akibat respon penyebab alergi. Bila diminum secara teratur sebelum terkena allergen, natrium kromolin dapat mencegah perkembangan serangan asma. Namun, obat asma ini tidak ada gunanya setelah serangan asma tercetus. Omalizumab adalah kelas baru obat asma yang bekerja dalam system kekebalan tubuh. Penderita asma yang memiliki kadar immunoglobulin E (Ig E) tinggi, sebuah antibody alergi, obat ini diberikan melalui suntikan yang dapat membantu gejala yang sulit dikontrol. Obat asma ini menghambat pengikatan IgE pada sel-sel yang melepaskan bahan kimia yang memperburuk gejala asma. Pengikatan ini mencegah pelepasan mediator ini, sehingga membantu dalam mengendalikan penyakit.Obat penyelamat digunakan setelah serangan asma telah terjadi. Obat asma ini tidak menggantikan obat pengontrol asma. Jangan hentikan obat pengontrol asma selama serangan asma.Obat Agonis beta kerja cepat adalah obat penyelamat yang paling sering digunakan. Beta agonis kerja cepat bekerja cepat, dalam beberapa menit, untuk membuka saluran pernapasan, dan memberi efek biasanya selama empat jam. Salbutamol Sulfat adalah obat asma kerja cepat yang paling sering digunakan dari golongan obat agonis beta.Antikolinergik adalah golongan lain obat asma yang berguna sebagai obat penyelamat selama serangan asma. Obat antikolinergik inhalasi membuka saluran pernapasan, mirip dengan aksi agonis beta. Antikolinergik mempunyai efek sedikit di bawah agonis beta, tetapi efeknya berlangsung lebih lama daripada agonis beta. Obat antikolinergik sering digunakan bersama dengan obat agonis beta untuk menghasilkan efek yang lebih besar daripada efek tunggalnya. Ipratropium bromide dalah obat antikolinergik inhalasi saat ini yang digunakan sebagai obat asma penyelamat.

8. Mengetahui, memahami dan menjelaskan diagnosa PPOK dan Asma

Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan hingga berat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda inflasi paruDiagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan :A. Gambaran klinisa. Anamnesis- Keluhan- Riwayat penyakit- Faktor predisposisib. Pemeriksaan fisikB. Diagnosis Banding

A. Gambaran Klinisa. Anamnesis- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan- Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja- Riwayat penyakit emfisema pada keluarga- Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara- Batuk berulang dengan atau tanpa dahak- Sesak dengan atau tanpa bunyi mengib. Pemeriksaan fisisPPOK dini umumnya tidak ada kelainan Inspeksi- Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)- Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)- Penggunaan otot bantu napas- Hipertropi otot bantu napas- Pelebaran sela iga- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai- Penampilan pink puffer atau blue bloater PalpasiPada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar PerkusiPada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah Auskultasi- suara napas vesikuler normal, atau melemah- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa- ekspirasi memanjang- bunyi jantung terdengar jauhPink pufferGambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan pursed lips breathingBlue bloaterGambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan periferPursed - lips breathingAdalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik.

B. Diagnosis Banding Asma SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis)Adalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita pascatu berculosis dengan lesi paru yang minimal. Pneumotoraks Gagal jantung kronik Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis, destroyed lung.Asma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang sering ditemukan di Indonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus ditegakkan karena terapi dan prognosisnya berbeda.

AsmaPPOKSPOT

Timbul pada usia muda++-+

Sakit mendadak++--

Riwayat Merokok+/-+++-

Riwayat atopi+++-

Sesak dan Mengi berulang+++++

Batuk kronik berdahak++++

Hipereaktiviti bronkus+++++/-

Reversibiliti obstruksi++_-

Variabiliti harian+++-

Eosinofil sputum+-?

Neutrofil sputum-+?

Makrofag sputum+_?

BAB 3KESIMPULANAsma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas. Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu : Ekstrinsik (alergik), Intrinsik (non alergik) ,Asma gabungan. Dan ada beberapa hal yang merupakan faktor penyebab timbulnya serangan asma bronkhial yaitu : faktor predisposisi(genetic), faktor presipitasi(alergen, perubahan cuaca, stress, lingkungan kerja, olahraga/ aktifitas jasmani yang berat). Pencegahan serangan asma dapat dilakukan dengan : a. Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi b. Menghindari kelelahan c. Menghindari stress psikis d. Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin e. Olahraga renang, senam asma

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W. A. N. 2007. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Terjemahan H. Hartanto, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Guyton, A. C., J. E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Terjemahan Irawati, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Braunwald, J. D. Wilson, J. B. Martin, A. S. Fauci, D. L. Kasper. 2007. Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Volume 3. Terjemahan Asdie, A. H., et. al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Djojodibroto, R. Darmonto. 2012. Respirologi (Respiratoty Medicine). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.R. S. Cortran, dan S. L. Robbins. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Volume 2. Terjemahan B. U. Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Glassock, R.J, dan Brenner, B.M., 2000. Penyakit Paruobstrukrif Kronik, dalam Ahmad H. Asdie. Editor bahasaIndonesia, Harison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi13. Jakarta. Penerbit: Buku Kedokteran EGC.Swierzewski, SJ. 2007. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. (online) http://www.pulmonologychannel.com/PPOK/complication.shtml Diakses 10 Mei 2012GOLD. Global Strategy for the Diagnosis, Management, andPrevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. USA:2007 http://www.goldcopd.com/Guidelineitem.asp Diakses 10 Mei 2012

1

28

29