ppok jajal

10
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PPOK Dari seluruh dampak di atas, maka diperlukan suatu asuhan keperawatan yang komprehensif baik bio, psiko, sosial dan melalui proses perawatan yaitu mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Pengkajian Pengkajian mencakup informasi tentang gejala-gejala terakhir dan manifestasi penyakit sebelumnya. Berikut ini beberapa pedoman pertanyaan untuk mendapatkan data riwayat kesehatan dari proses penyakit: 1. Sudah berapa lama pasien mengalami kesulitan pernapasan? 2. Apakah aktivitas meningkatkan dispnea? 3. Berapa jauh batasan pasien terhadap toleransi aktivitas? 4. Kapan pasien mengeluh paling letih dan sesak napas? 5. Apakah kebiasaan makan dan tidur terpengaruh? 6. Riwayat merokok? 7. Obat yang dipakai setiap hari? 8. Obat yang dipakai pada serangan akut? 9. Apa yang diketahui pasien tentang kondisi dan penyakitnya? Data tambahan yang dikumpulkan melalui observasi dan pemeriksaan sebagai berikut: 1. Frekuensi nadi dan pernapasan pasien? 2. Apakah pernapasan sama tanpa upaya? 3. Apakah ada kontraksi otot-otot abdomen selama inspirasi? 4. Apakah ada penggunaan otot-otot aksesori pernapasan selama pernapasan? 5. Barrel chest? 6. Apakah tampak sianosis? 7. Apakah ada batuk? 8. Apakah ada edema perifer? 9. Apakah vena leher tampak membesar? 10. Apa warna, jumlah dan konsistensi sputum pasien? 11. Bagaimana status sensorium pasien? 12. Apakah terdapat peningkatan stupor? Kegelisahan? 13. Hasil pemeriksaan diagnosis seperti :

Upload: duandy

Post on 16-Aug-2015

219 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ppok

TRANSCRIPT

Page 1: PPOK jajal

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PPOK

Dari seluruh dampak di atas, maka diperlukan suatu asuhan keperawatan yang komprehensif baik bio, psiko, sosial dan melalui proses perawatan yaitu mulai dari pengkajian sampai evaluasi.

Pengkajian

Pengkajian mencakup informasi tentang gejala-gejala terakhir dan manifestasi penyakit sebelumnya. Berikut ini beberapa pedoman pertanyaan untuk mendapatkan data riwayat kesehatan dari proses penyakit:

1. Sudah berapa lama pasien mengalami kesulitan pernapasan?2. Apakah aktivitas meningkatkan dispnea?3. Berapa jauh batasan pasien terhadap toleransi aktivitas?4. Kapan pasien mengeluh paling letih dan sesak napas?5. Apakah kebiasaan makan dan tidur terpengaruh?6. Riwayat merokok?7. Obat yang dipakai setiap hari?8. Obat yang dipakai pada serangan akut?9. Apa yang diketahui pasien tentang kondisi dan penyakitnya?

Data tambahan yang dikumpulkan melalui observasi dan pemeriksaan sebagai berikut:

1. Frekuensi nadi dan pernapasan pasien?2. Apakah pernapasan sama tanpa upaya?3. Apakah ada kontraksi otot-otot abdomen selama inspirasi?4. Apakah ada penggunaan otot-otot aksesori pernapasan selama pernapasan?5. Barrel chest?6. Apakah tampak sianosis?7. Apakah ada batuk?8. Apakah ada edema perifer?9. Apakah vena leher tampak membesar?10. Apa warna, jumlah dan konsistensi sputum pasien?11. Bagaimana status sensorium pasien?12. Apakah terdapat peningkatan stupor? Kegelisahan?13. Hasil pemeriksaan diagnosis seperti :

1. Chest X-Ray :Dapat menunjukkan hiperinflation paru, flattened diafragma, peningkatan ruang udara retrosternal, penurunan tanda vaskular/bulla (emfisema), peningkatan bentuk bronchovaskular (bronchitis), normal ditemukan saat periode remisi (asthma)

2. Pemeriksaan Fungsi Paru : Dilakukan untuk menentukan penyebab dari dyspnea, menentukan abnormalitas fungsi tersebut apakah akibat obstruksi atau restriksi, memperkirakan tingkat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek dari terapi, misal : bronchodilator.

3. TLC : Meningkat pada bronchitis berat dan biasanya pada asthma, menurun pada emfisema.

4. Kapasitas Inspirasi : Menurun pada emfisema

Page 2: PPOK jajal

5. FEV1/FVC : Ratio tekanan volume ekspirasi (FEV) terhadap tekanan kapasitas vital (FVC) menurun pada bronchitis dan asthma.

6. ABGs : Menunjukkan proses penyakit kronis, seringkali PaO2 menurun dan PaCO2 normal atau meningkat (bronchitis kronis dan emfisema) tetapi seringkali menurun pada asthma, pH normal atau asidosis, alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau asthma).

7. Bronchogram : Dapat menunjukkan dilatasi dari bronchi saat inspirasi, kollaps bronchial pada tekanan ekspirasi (emfisema), pembesaran kelenjar mukus (bronchitis)

8. Darah Komplit : Peningkatan hemoglobin (emfisema berat), peningkatan eosinofil (asthma).

9. Kimia Darah : Alpha 1-antitrypsin dilakukan untuk kemungkinan kurang pada emfisema primer.

10. Sputum Kultur : Untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen, pemeriksaan sitologi untuk menentukan penyakit keganasan atau allergi.

11. ECG : Deviasi aksis kanan, gelombang P tinggi (asthma berat), atrial disritmia (bronchitis), gel. P pada Leads II, III, AVF panjang, tinggi (bronchitis, emfisema), axis QRS vertikal (emfisema)

12. Exercise ECG, Stress Test : Menolong mengkaji tingkat disfungsi pernafasan, mengevaluasi keefektifan obat bronchodilator, merencanakan/evaluasi program.

14. Palpasi:

1. Palpasi pengurangan pengembangan dada?2. Adakah fremitus taktil menurun?

15. Perkusi:

1. Adakah hiperesonansi pada perkusi?2. Diafragma bergerak hanya sedikit?

16. Auskultasi:

1. Adakah suara wheezing yang nyaring?2. Adakah suara ronkhi?3. Vokal fremitus nomal atau menurun?

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup berikut ini:

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi, peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.

Page 3: PPOK jajal

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus, bronkokontriksi dan iritan jalan napas.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan

kebutuhan oksigen.5. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.6. Ganggua pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan, pengaturan posisi.7. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat peningkatan

upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.8. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap

kematian, keperluan yang tidak terpenuhi.9. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kurang sosialisasi, ansietas,

depresi, tingkat aktivitas rendah dan ketidakmampuan untuk bekerja.10. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak mengetahui

sumber informasi.

Masalah kolaboratif/Potensial komplikasi yang dapat terjadi termasuk:

1. Gagal/insufisiensi pernapasan2. Hipoksemia3. Atelektasis4. Pneumonia5. Pneumotoraks6. Hipertensi paru7. Gagal jantung kanan

Intervensi Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi, peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.

1. Tujuan: Pencapaian bersihan jalan napas klien2. Intervensi keperawatan:

1. Beri pasien 6 sampai 8 gelas cairan/hari kecuali terdapat kor pulmonal.2. Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernapasan

diafragmatik dan batuk.3. Bantu dalam pemberian tindakan nebuliser, inhaler dosis terukur, atau

IPPB4. Lakukan drainage postural dengan perkusi dan vibrasi pada pagi hari

dan malam hari sesuai yang diharuskan.5. Instruksikan pasien untuk menghindari iritan seperti asap rokok,

aerosol, suhu yang ekstrim, dan asap.6. Ajarkan tentang tanda-tanda dini infeksi yang harus dilaporkan pada

dokter dengan segera: peningkatan sputum, perubahan warna sputum, kekentalan sputum, peningkatan napas pendek, rasa sesak didada, keletihan.

7. Berikan antibiotik sesuai yang diharuskan.

Page 4: PPOK jajal

8. Berikan dorongan pada pasien untuk melakukan imunisasi terhadap influenzae dan streptococcus pneumoniae.

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mukus, bronkokontriksi dan iritan jalan napas.

1. Tujuan: Perbaikan pola pernapasan klien2. Intervensi:

1. Ajarkan klien latihan bernapas diafragmatik dan pernapasan bibir dirapatkan.

2. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dengan periode istirahat. Biarkan pasien membuat keputusan tentang perawatannya berdasarkan tingkat toleransi pasien.

3. Berikan dorongan penggunaan latihan otot-otot pernapasan jika diharuskan.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi

1. Tujuan: Perbaikan dalam pertukaran gas2. Intervensi keperawatan:

1. Deteksi bronkospasme saat auskultasi .2. Pantau klien terhadap dispnea dan hipoksia.3. Berikan obat-obatan bronkodialtor dan kortikosteroid dengan tepat dan

waspada kemungkinan efek sampingnya.4. Berikan terapi aerosol sebelum waktu makan, untuk membantu

mengencerkan sekresi sehingga ventilasi paru mengalami perbaikan.5. Pantau pemberian oksigen.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen.

1. Tujuan: Memperlihatkan kemajuan pada tingkat yang lebih tinggi dari aktivitas yang mungkin.

2. Intervensi keperawatan:

1. Kaji respon individu terhadap aktivitas; nadi, tekanan darah, pernapasan.

2. Ukur tanda-tanda vital segera setelah aktivitas, istirahatkan klien selama 3 menit kemudian ukur lagi tanda-tanda vital.

3. Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan menggunakan treadmill dan exercycle, berjalan atau latihan lainnya yang sesuai, seperti berjalan perlahan.

4. Kaji tingkat fungsi pasien yang terakhir dan kembangkan rencana latihan berdasarkan pada status fungsi dasar.

5. Sarankan konsultasi dengan ahli terapi fisik untuk menentukan program latihan spesifik terhadap kemampuan pasien.

6. Sediakan oksigen sebagaiman diperlukan sebelum dan selama menjalankan aktivitas untuk berjaga-jaga.

7. Tingkatkan aktivitas secara bertahap; klien yang sedang atau tirah baring lama mulai melakukan rentang gerak sedikitnya 2 kali sehari.

Page 5: PPOK jajal

8. Tingkatkan toleransi terhadap aktivitas dengan mendorong klien melakukan aktivitas lebih lambat, atau waktu yang lebih singkat, dengan istirahat yang lebih banyak atau dengan banyak bantuan.

9. Secara bertahap tingkatkan toleransi latihan dengan meningkatkan waktu diluar tempat tidur sampai 15 menit tiap hari sebanyak 3 kali sehari.

5. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, kelamahan, efek samping obat, produksi sputum dan anoreksia, mual muntah.

1. Tujuan: Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.2. Intervensi keperawatan:

1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.

2. Auskultasi bunyi usus3. Berikan perawatan oral sering, buang sekret.4. Dorong periode istirahat I jam sebelum dan sesudah makan.5. Pesankan diet lunak, porsi kecil sering, tidak perlu dikunyah lama.6. Hindari makanan yang diperkirakan dapat menghasilkan gas.7. Timbang berat badan tiap hari sesuai indikasi.

6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan, pengaturan posisi.

1. Tujuan: Kebutuhan tidur terpenuhi2. Intervensi keperawatan:

1. Bantu klien latihan relaksasi ditempat tidur.2. Lakukan pengusapan punggung saat hendak tidur dan anjurkan

keluarga untuk melakukan tindakan tersebut.3. Atur posisi yang nyaman menjelang tidur, biasanya posisi high fowler.4. Lakukan penjadwalan waktu tidur yang sesuai dengan kebiasaan

pasien.5. Berikan makanan ringan menjelang tidur jika klien bersedia.

7. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.

1. Tujuan: Kemandirian dalam aktivitas perawatan diri2. Intervensi:

1. Ajarkan mengkoordinasikan pernapasan diafragmatik dengan aktivitas seperti berjalan, mandi, membungkuk, atau menaiki tangga.

2. Dorong klien untuk mandi, berpakaian, dan berjalan dalam jarak dekat, istirahat sesuai kebutuhan untuk menghindari keletihan dan dispnea berlebihan. Bahas tindakan penghematan energi.

3. Ajarkan tentang postural drainage bila memungkinkan.8. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap

kematian, keperluan yang tidak terpenuhi.

1. Tujuan: Klien tidak terjadi kecemasan2. Intervensi keperawatan:

Page 6: PPOK jajal

1. Bantu klien untuk menceritakan kecemasan dan ketakutannya pada perawat.

2. Jangan tinggalkan pasien sendirian selama mengalami sesak.3. Jelaskan kepada keluarga pentingnya mendampingi klien saat

mengalami sesak.9. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kurang sosialisasi, ansietas,

depresi, tingkat aktivitas rendah dan ketidakmampuan untuk bekerja.

1. Tujuan: Pencapaian tingkat koping yang optimal.2. Intervensi keperawatan:

1. Mengadopsi sikap yang penuh harapan dan memberikan semangat yang ditujukan pada pasien.

2. Dorong aktivitas sampai tingkat toleransi gejala3. Ajarkan teknik relaksasi atau berikan rekaman untuk relaksasi bagi

pasien.4. Daftarkan pasien pada program rehabilitasi pulmonari bila tersedia.5. Tingkatkan harga diri klien.6. Rencanakan terapi kelompok untuk menghilangkan kekesalan yang

sangat menumpuk.10. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak mengetahui

sumber informasi.

1. Tujuan: Klien meningkat pengetahuannya.2. Intervensi keperawatan:

1. Bantu pasien mengerti tentang tujuan jangka panjang dan jangka pendek; ajarkan pasien tentang penyakit dan perawatannya.

2. Diskusikan keperluan untuk berhenti merokok. Berikan informasi tentang sumber-sumber kelompok.

Page 7: PPOK jajal

DAFTAR PUSTAKA

1. Danu Santoso Halim,Dr.SpP : Ilmu Penyakit Paru, Jakarta 1998, hal :169-192.2. Darmojo; Martono (1999) Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Jakarta:

Balai penerbit FKUI3. Doenges, Marilynn E. (1999) Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien, alih bahasa: I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, edisi 3, Jakarta: EGC

4. Carpenito, Lynda Juall (1997) Buku Saku Diagnosa Keperawatan, alih bahasa: Yasmin Asih, edisi 6, Jakarta: EGC

5. G.Simon : Diagnostik Rontgen, cetakan ke-2, Erlangga, 1981, hal :310-312.6. Gofton, Douglas : Respiratory Disease, 3rd edition, PG Publishing Pte Ltd, 1984,

page : 346-379.7. Grainger, Allison : Diagnostic Raddiology An Anglo American Textbook of Imaging,

second edition, Churchil Livingstone, page :122.8. Harrison : Principle of Internal Medicine, 15th edition, McGraw-Hill, page : 1491-

1493.9. Harrison : Prinsip Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, edisi 13, volume ketiga,

Jakarta8.20003, hal :1347-1353.10. Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga, Media Aesculapius 1999, Jakarta, hal : 480-

482.11. Long Barbara C. (1996) Perawatan medical Bedah Suatu pendekatan Proses

keperawatan, alih bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran Bandung, Bandung.

12. Lothar, Wicke, Atlas Radiologi, edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran 1985, page: 157.13. Meschan : Analysis of Rontgen Signs in General Radiology, Volume II, page :

954,990-993.14. Nugroho, Wahjudi (2000) Keperawatan Gerontik, edisi 2, Jakarta: EGC15. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (2001) Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Jilid II, edisi ketiga, Jakarta: balai Penerbit FKUI16. Price Sylvia Anderson (1997) Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,

alih bahasa: Peter Anugerah, Buku Kedua, edisi 4, Jakarta: EGC 15.17. Smeltzer, Suzanne C. (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth, alih bahasa: Agung Waluyo (et. al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta: EGC