portofolio kejang demam simplex kasus emergency
DESCRIPTION
yTRANSCRIPT
Nama Peserta: dr Arie Sebastian
Nama Wahana: RSUD Panglima Sebaya
Topik: Kejang demam simplex
Tanggal (kasus): 7-12-2012
Nama Pasien: An Safira No.RM: 092875
Tanggal presentasi: 11-1-2013 Nama Pendamping: dr Yanti Raihana
Tempat Presentasi: Ruang pertemuan RSUD Panglima Sebaya
Obyektif Presentasi: Tinjauan Pusaka
Pasien Anak
Deskripsi: Anak perempuan 2 tahun, berat 20kg dibawa ibunya karena kejang 10 menit sebelum masuk rumah sakit
Tujuan: Tinjauan pusaka kejang demam simplex pada anak
Bahan bahasan: Kasus
Cara membahas: Presentasi dan diskusi
Data Pasien: Nama: An Sf No registrasi: 092875
Nama Klinik: IGD RSUD Panglima Sebaya Telp:054324563 Terdaftar sejak: 1-2012
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/gambaran Klinis: Kejang demam simplex, Suhu 38.3 C, kaku kuduk (-), parese nervus cranial (-), motorik keempat ekstremitas bergerak aktif, reflex fisiologis +, reflex patologis -. Leukositosis 12 990
2. Riwayat Pengobatan: (-)3. Riwayat kesehatan/penyakit: Pasien belum pernah kejang demam sebelumnya4. Riwayat keluarga: Tidak ada riwayat kejang demam5. Riwayat pekerjaan: -6. Lain-lain: Pasien adalah 3 bersaudara dan tidak ada diantara saudaranya yang menderita
kejang demam
Daftar Pustaka:
• Hay W., Levin M.J., Sondheimer J.M, Deterding R.R. Current diagnosis and treatment: pediatrics. – 19th Ed –USA: McGraw-Hill. 2009.
• Behrman R.E.,Kliegman R.M., Jehnsen H.B. Nelson textbook of pediatrics. – 17th Ed –Philadelphia: WB Saunders. 2003.
• Panduan Pelayanan Medis Departemen Kesehatan Ilmu Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jakarta: RSCM. Agustus 2007
1
Hasil pembelajaran:
1. Definisi kejang, etiologi dan epidemiologi2. Manifestasi dan klasifikasi kejang3. Diagnosis dan penanganan kejang pada anak
TINJAUAN PUSTAKA
Kejang
Definisi
Kejang adalah gangguan tiba-tiba dan sementara dari fungsi otak, bersifat reversible dan repetitive,
bermanifestasi sebagai fenomena motorik, sensorik, otonom, atau fisik yang involunter, salah satu
atau dalam berbagai kombinasi, yang sering disertai perubahan atau kehilangan kesadaran. Kejang
dapat terjadi karena gangguan metabolic, traumatic, anoksik, atau infeksi pada otak.
Epilepsi adalah kejang yang rekuren dan dapat terjadi tanpa pemicu. Epilepsi dibedakan berdasarkan
lokasi timbulnya fenomena elektrik yang menyebabka parsial/fokal/localized, dan generalized
seizure.
Etiologi dan epidemiologi
Contoh-contoh penyebab kejang
Perinatal Conditions
Cerebral malformation
Intrauterine infection
Hypoxic-ischemic*
Trauma
Hemorrhage*
Infections
Encephalitis*
Meningitis*
Brain abscess
Metabolic Conditions
Hypoglycemia*
Hypocalcemia
Hypomagnesemia
Hyponatremia
Hypernatremia
Storage diseases
Reye syndrome
Degenerative disorders
Porphyria
Pyridoxine dependency and
deficiency
Poisoning
Lead
2
Kejang parsial merupakan 40%-60% dari epilepsy pada anak. Sekitar 6%-20% anak epilepsy
mengalami absence seizure dan generalized seizure. Sekitar 40%-50% anak dengan absence seizure
juga mengalami kejang umum. Pada 60% anak yang menderita generalized seizure terjadi sebelum
mengalami absence seizure dan 40% terjadi setelah mengalami absence seizure.
Klasifikasi
Partial Seizures
Simple partial (consciousness not impaired)
Complex partial (consciousness impaired)
Secondarily generalized seizures
Generalized Seizures
Absence : Typical & Atypical
Tonic or Clonic
Tonic-clonic
Minor motor: Atonic / Myoclonic
Epileptic Syndromes
Benign focal epilepsy (benign rolandic epilepsy, benign centrotemporal epilepsy)
Juvenile myoclonic epilepsy
Infantile spasms (West syndrome)
Benign neonatal convulsion
Manifestasi klinis
Kejang parsial
Kejang parsial berasal dari focus anatomi yang spesifik dan kesadaran tidak terganggu. Terapi, pada
kejang parsial kompleks, kesadaran ikut terganggu. Ketika kejang parsial menyebar dan melibatkan
seluruh bagian otak dan menghasilkan kejang tonik-klonik, ini disebut sebagai secondary
generalization.
Kejang umum
Generalized Tonic, Clonic, and Tonic-Clonic Seizures
Kejang ini dapat muncul sendiri atau berhubungan dengan kejang tipe lain dan biasanya muncul tiba-
tiba, namun kadang diawali oleh beberapa myoclonic jerks. Selama kejang tonik-klonik, pasien tidak
sadar dan kehilangan kontrol postur tubuh yang diikuti dengan kekakuan tonik dan deviasi bola mata
3
ke atas (mendelik). Pada pasien ini, sering juga terjadi penumpukan sekresi, dilasi pupil, diaforesis,
hipertensi, dan piloereksi. Setelah fase tonik, terjadi clonic jerks yang kemudian diikuti oleh tonik
kembali. Anak tetap lunglai dan dapat terjadi inkontinensia urin. Ketika anak mulai sadar, sering
terjadi iritabilitas dan sakit kepala. Aktivitas generalized tonic-clonic yang terjadi lebih dari 20 menit
disebut sebagai status epileptikus yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang ireversibel.
Absence Seizures
Absence seizure adalah kehilangan perhatian terhadap lingkungan yang singkat yang disertai dengan
eye fluttering dan automatisasi sederhana seperti head bobbing dan lip smacking. Kejang biasanya
terjadi pada anak-anak usia 4 - 6 tahun dan biasanya dipicu oleh hiperventilasi atau stimulasi cahaya
yang berkedip-kedip dengan cepat.
Myoclonic, Tonic, Atonic, and Atypical Absence Seizures
Episode gangguan kesadaran dengan automatisasi, fenomena otonom, dan manifestasi motor,
seperti terbukanya mata, deviasi mata, dan kekakuan tubuh.
Epileptic Syndromes
Benign focal epilepsy
Dikenal juga sebagai rolandic epilepsy, biasanya mulai terjadi antara usia 5 - 10 tahun, sekitar 16%
dari kejang tanpa demam pada anak dibawah 15 tahun. Biasanya merupakan kejang motor yang
meliputi wajah dan tangan dan cenderung muncul saat tidur atau saat akan bangun. Gejala biasanya
berupa gerakan abnormal atau sensasi di sekitar wajah dan mulut dengan drooling dan rhythmic
guttural sound. Biasanya disertai gangguan bicara dan menelan yang sembuh setelah pubertas dan
tidak memerlukan terapi lanjutan.
Benign neonatal convulsions
Kelainan genetik autosomal dominan pada kromosom 20 dan bermanifestasi sebagai kejang
generalized clonic yang muncul pada akhir minggu pertama kelahiran.
Juvenile myoclonic epilepsy ("of Janz")
Muncul pada remaja dan merupakan kelainan autosomal dominan pada kromosom 6. Pasien dapat
menderita absence, generalized tonic-clonic, dan myoclonic seizure. Tanda khususnya adalah
mioklonik pagi selama 90 menit saat mulai bangun.
Infantile spasms (West syndrome)
Kontraksi singkat dari leher, badan, dan otot lengan, diikuti oleh fase kontraksi otot terus-menerus
selama 2-10 detik. Fase inisial terdiri atas fleksi dan ekstensi dengan kombinasi yang bermacam-
4
macam. Spasme muncul terutama saat pasien akan atau bangun dari tidur dan sering disertai
“cluster” headache.
Kejang demam
Dapat disebabkan oleh infeksi sistem saraf, unrecognized epilepsy yang dipicu oleh demam atau
kejang demam sederhana. Kejang demam sederhana bisa disebabkan oleh predisposisi genetik pada
kejang pada masa infant yang dipicu oleh peningkatan cepat temperatur tubuh. Terjadi sekitar 2%-
4% pada anak usia antara 6 bulan dan 6 tahun. Lebih dari 50% terjadi antara usia 1 dan 2 tahun.
Kejang demam simplex adalah general seizure yang berlangsung kurang dari 15 menit dan hanya
muncul sekali dalam 24 jam pada anak normal. Tetapi, jika terdapat gambaran fokal dan kejang lebih
dari 15 menit dan anak memiliki kelainan neurologik yang mendasari atau kejang muncul beberapa
kali dalam satu kejadian kejang. Kejang tersebut dikatakan kejang demam kompleks atau atipikal.
50% anak yang kejang dibawah usia 1 tahun mengalami kejang demam rekuren. Faktor yang
mempengaruhi rekurensi adalah penemuan kelainan neurologi, riwayat keluarga, dan riwayat kejang
demam kompleks.
Status epileptikus
Status epileptikus adalah aktivitas kejang yang berlangsung lebih dari 20 menit atau kejang berulang
disertai dengan kehilangan kesadaran lebih dari 30 menit. Kejang yang berhubungan dengan
penurunan saturasi oksigen dan perfusi kortikal beresiko untuk kerusakan ireversibel dan dapat
ditatalaksana sebagai status epileptikus. Sekitar 25% dari anak dengan status epileptikus menderita
cedera otak akut, seperti meningitis purulen atau aseptik, encephalitis dan kelainan elektrolit. 20%
memiliki riwayat cedera otak atau malformasi kongenital dan 50% tidak diketahui penyebabnya, tapi
50% dari keadaan ini berhubungan dengan demam. Penghentian mendadak dari obat anti kejang
juga adalah salah satu dari penyebab.
Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium lengkap seperti pemeriksaan hitung darah lengkap, kimiawi darah
(glukosa, kalsium, natrium, kalium, chloride, bikarbonat, ureum, kreatinin, magnesium, dan fosfat),
skrining toksikologi urin atau darah, analisis CSF, EEG dan brain imaging (MRI) biasanya diperlukan.
Neonatus mungkin juga membutuhkan uji amonia darah dan kelainan metabolisme, glicyne CSF, PCR
herpes simpleks dan laktat, kultur virus urin dan feses (terutama CMV dan enterovirus), dan uji klinis
piridoksin. Analisis CSF tidak penting jika pasien tidak demam dan tidak memiliki tanda neurologis
lain atau jika riwayat tidak mendukung infeksi meningeal atau perdarahan subarakhnoid. Anak
dengan kejang demam sederhana yang sembuh sepenuhnya tidak memerlukan evaluasi lengkap.
5
MRI lebih baik dalam menggambarkan kelainan otak, namun dalam keadaan gawat darurat CT lebih
cepat dan menggambarkan perdarahan intrakranial akut lebih jelas. MRI mungkin normal pada
epilepsi generalized primer, seperti absen tipikal dan myoclonic epilepsy of Janz. Lesi dapat
teridentifikasi walau dalam pemeriksaan klinis dan EEG tidak terlihat gambaran fokal.
Tatalaksana kejang pada anak
5 - 15 menit
15 – 20 menit
6
KEJANG
(perhatikan jalan napas, kebutuhan O2 dan bantuan oernbaoasan
Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB
5-10 g : 5 mg
> 10 kg ; 10 mg
Atau
Diazepam IV (0,2-0,5 mg/kgBB/dosis) dapat diberikan 2
kali dosis dengan interval 5-10 menit
Bila kejang menetap dalam 2-3 menit
Pencarian akses vena dan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
Kejang (+)Kejang (-)
Fenitoin IV (15 – 20 mg/kgBB) diencerkan dengan NaCl 0,9%
diberikan selama 20-30 menit atau dengan kecepatan 50 mg/menit
30 menit: Status epileptikus
7
Kejang (-) Kejang (+)
Dosis pemeliharaan fenitoin IV 5-7 mg/kgBB diberikan 12 jam kemudian
Fenobarbital IV/IM 10 – 20
Kejang (+)Kejang (+)
Dosis pemeliharaan Fenobarbital IV/IM 5-7
mg/kgBB diberikan 12 jam kemudian
Perawatan ruang intensif
Pentobarbital IV 5 – 15 mg/kgBB bolus atau
midazolam 0,2 mg/kgBB drip
Tatalaksana lanjut
Kejang absence, infantile spasms, kejang absen atipikal, dan astatic-akinetic seizures adalah kejang
yang umumnya rekuren, dan dindikasikan untuk terapi. Resiko rekurensi pada anak dengan kejang
generalized tonic-clonic adalah sekitar 50%. Pada anak sehat yang baru sekali mengalami kejang,
diperlukan edukasi pada keluarga tentang teknik pertolongan pertama pada kejang dan menahan
pemberian agen antiepilepsi harian. Sedangkan anak dengan abnormalitas neurologik yang
mendasari disertai dengan kelainan EEG memiliki resiko rekurensi sebesar 75% dan maka pemberian
antiepilepsi harian diperlukan.
Tujuan dari pengobatan adalah untuk menjaga keadaan fungsional. Agen tunggal dapat dipilih untuk
membatasi toksisitas, biaya, dan kepatuhan dan jika kontrol kejang tidak dapat dicapai dengan obat
inisial, dapat dipertimbangkan pemberian obat kombinasi. Durasi pemberian antikonvulsan
bervariasi bergantung pada tipe kejang. Terakhir, keluarga dengan anak yang menderita epilepsi
harus berhati-hati terhadap ketinggian, cedera kepala, dan berenang karena anak dengan epilepsi
memiliki resiko kecelakaan dan tenggelam yang tinggi.
8