astig mio simplex , asti hipermetrop simplex dan prebiopia

Upload: vivi

Post on 10-Jan-2016

305 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mata

TRANSCRIPT

Status penderita

Identitas pasien

Nama:Tn. FUmur:57 tahun

Jenis kelamin:Laki-lakiAgama:Islam

Alamat:Janggalan 01/01 Kota-KudusPekerjaan:Karyawan swastaNomor CM:707 538I. Anamnesis

Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 01 September 2015Keluhan Utama :

Penglihatan mata kanan dan kiri kabur dan berbayang.

Riwayat Penyakit Sekarang

Onset:3 bulan yang lalu.

Lokasi:mata kanan dan mata kiri

Kualitas:penglihatan berbayang, kabur dan objek terlihat ada dua.

Kuantitas:keluhan dirasakan terus menerus.

Faktor yang memperberat:-Faktor yang memperingan:pemakaian kacamata membantu keluhan pasien

Gejala penyerta:kepala terasa cekot-cekot sejak 3 bulan yang lalu, terutama bila kelelahan.

Kronologi:

Pasien datang ke Poli klinik Mata RSUD Kudus dengan keluhan penglihatan mata kanan dan kiri berbayang, kabur sejak 3 bulan yang lalu, keluhan ini disertai dengan objek terlihat ada dua walaupun pasien menggunakan kacamatanya. Pasien mengatakan penglihatan mata berbayang kabur serta objek telihat dua saat membaca dan melihat jauh, sehingga pasien cenderung memicingkan matanya agar dapat melihat lebih jelas. Pasien juga mengatakan bahwa sulit untuk melihat bidang yang lurus karena tampak bengkok , keluhan ini membuat pasien sulit untuk menentukan jarak. Pasien sudah memakai kacamata sejak 10 tahun yang lalu, pasien mengatakan kacamata yang dipakai untuk melihat jarak jauh dan jarak dekat.

Keluhan ini disertai kepala terasa cekot-cekot sejak 3 bulan yang lalu, bila kelelahan. Pasien menyangkal riwayat kedua mata merah, mata kering/ berair, melihat pelangi disekitar lampu, silau, dan mual-muntah. Tidak ada riwayat trauma pada mata maupun benda asing.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat keluhan yang sama (+) sejak 11 tahun yang lalu( menggunakan kacamata sudah 10 tahun

Riwayat operasi (-) Riwayat diabetes melitus (-) Riwayat hipertensi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat diabetes melitus (-) Riwayat hipertensi (-) Riwayat keluarga memakai kacamata : saudara kandung memakai kacamataRiwayat Sosial Ekonomi

Biaya pengobatan pasien ditanggung oleh BPJS.

II. Pemeriksaan fisik

Status Generalis

Keadaan Umum:Baik

Kesadaran:Compos mentisStatus vital:

-Tekanan Darah:130/80

- Nadi

:78x/menit

- Laju Nafas:19x/menit

- Suhu

:36,7 o CStatus Gizi:Cukup

Status Ophtalmologi OD OS

OCULI DEXTRA(OD)PEMERIKSAANOCULI SINISTRA(OS)

6/ 12Visus6/12

Maju Pin HoleMaju

6 /7,5Visus dengan kacamata6/7,5

S +0,12 C-0,50 A 830Autoref S+0,12 C+1,12 A 177 0

Visus jauh :

S 0,00

C 0,50

A 85o 6/6 F

Visus dekat :

Add S + 2,75 6/6KoreksiVisus jauh :

S 0,00

C +0,75

A 175o 6/6 FVisus dekat :

Add S +2,75 6/6

BaikProyeksi sinarBaik

BaikPersepsi warnaBaik

Gerak bola mata normalEnoftalmus (-)Eksoftalmus (-)Strabismus (-)Bulbus okuliGerak bola mata normal, Enoftalmus (-),Eksoftalmus (-),Strabismus (-)

Edema (-)Hiperemis(-)Nyeri tekan (-)Blefarospasme (-)Lagoftalmus (-)Ektropion (-)Entropion (-)PalpebraEdema (-)Hiperemis(-)Nyeri tekan (-)Blefarospasme (-)Lagoftalmus (-)Ektropion (-)Entropion (-)

Edema (-)Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi siliar (-)Infiltrat (-)Hiperemis (-)KonjungtivaEdema (-)Injeksi konjungtiva (-)Injeksi siliar (-)Infiltrat (-)Hiperemis (-)

PutihSkleraPutih

Oedem (-)

Ulkus (-)

Sikatriks (-)

Infiltrat (-)

Arcus senilis (-)KorneaOedem (-)

Ulkus (-)

Sikatriks (-)

Infiltrat (-)

Arcus senilis (-)

Jernih

Kedalaman cukup

Hipopion (-)Hifema (-)Camera Oculi Anterior(COA)Jernih

Kedalaman cukup

Hipopion (-)Hifema (-)

Kripta(-)Edema(-)

Synekia (-)IrisKripta(-)Edema(-)

Synekia (-)

Bulat, diameter 3mm, letak sentral, refleks pupil L/TL (+/+)PupilBulat, diameter 3mm, letak sentral, refleks pupil L/TL (+/+)

JernihLensaJernih

JernihVitreous Jernih

Pendarahan (-),

Neovaskularisasi (-), Ablasio (-), Eksudat (-), Sikatriks (-)RetinaPendarahan (-),

Neovaskularisasi (-), Ablasio (-), Eksudat (-), Sikatriks (-)

Positif (+)Fundus RefleksPositif (+)

NTION

Epifora (-)Lakrimasi(+)Sistem LakrimasiEpifora (-)Lakrimasi (+)

III. Resume

Subyektif Penglihatan mata kanan dan kiri berbayang, kabur sejak 3 bulan yang lalu,

objek terlihat ada dua walaupun pasien menggunakan kacamatanya.

Penglihatan mata berbayang kabur serta objek telihat dua saat membaca dan melihat jauh, sehingga pasien cenderung memicingkan matanya agar dapat melihat lebih jelas.

Sulit untuk melihat bidang yang lurus karena tampak bengkok, keluhan ini membuat pasien sulit untuk menentukan jarak. Riwayat pemakaian kacamata ( untuk lihat jarak jauh dan jarak dekat) sudah 10 tahun ini. Kepala terasa cekot-cekot dan adanya air mata yang keluar sendiri, terutama bila kelelahan. Anggota keluarga juga memakai kacamataObyektif

OCULI DEXTRA(OD)PEMERIKSAANOCULI SINISTRA(OS)

6/ 12Visus6/12

Maju Pin HoleMaju

6 /7,5Kacamata sebelumnya6/7,5

S +0,12 C-0,50 A 830Autoref S+0,12 C+1,12 A 177 0

Visus jauh :

S 0,00

C 0,50

A 85o 6/6 F

Visus dekat :

Add S + 2,75 6/6KoreksiVisus jauh :

S 0,00

C +0,75

A 175o 6/6 FVisus dekat :

Add S +2,75 6/6

IV. Diagnosis kerja

OD Astigmatisme Miopi Simplex

OS Astigmatisme Hipermetropia SimplexODS Presbiopi

Dasar diagnosa Subyektif Pasien berusia 57 tahun

Penglihatan mata kanan dan kiri berbayang, kabur sejak 3 bulan yang lalu,

objek terlihat ada dua walaupun pasien menggunakan kacamatanya.

Penglihatan mata berbayang kabur serta objek telihat dua saat membaca dan melihat jauh, sehingga pasien cenderung memicingkan matanya agar dapat melihat lebih jelas.

Sulit untuk melihat bidang yang lurus karena tampak berbayang, keluhan ini membuat pasien sulit untuk menentukan jarak. Riwayat pemakaian kacamata ( untuk lihat jarak jauh dan jarak dekat) sudah 10 tahun ini. Kepala terasa cekot-cekot dan adanya air mata yang keluar sendiri, terutama bila kelelahan. Anggota keluarga juga memakai kacamataObyektif

OCULI DEXTRA(OD)PEMERIKSAANOCULI SINISTRA(OS)

6/ 12Visus6/12

Maju Pin HoleMaju

6 /7,5Kacamata sebelumnya6/7,5

S +0,12 C-0,50 A 830Autoref S+0,12 C+1,12 A 177 0

Visus jauh :

S 0,00

C 0,50

A 85o 6/6 F

Visus dekat :

Add S + 2,75 6/6KoreksiVisus jauh :

S 0,00

C +0,75

A 175o 6/6 FVisus dekat :

Add S +2,75 6/6

V. Usul

a. Pemeriksaan visus dekat dengan jaeger card

VI. Terapi

Non medikamentosa

Resep Kacamata

Kacamata untuk visus jauh

OD S 0,00 C 0,50 axis 85o 6/6 F

OS S 0,00 C +0,75 axis 175o 6/6 F

Kacamata untuk visus dekat Pasien berusia 57 tshun ( ODS Add S +2,75 6/6 VII. Prognosis

Oculi dekstraOculi sinistra

Ad vitamAd bonamAd bonam

Ad visam Dubia ad bonamDubia ad bonam

Ad kosmetikam Dubia ad bonamDubia ad bonam

Ad Sanam ad bonamad bonam

VIII. EDUKASI

Menjelaskan bahwa penglihatan kaburnya disebabkan kelainan pembiasan pada mata, dan pemberian kacamata silinder dapat membantu penglihatannya namun tidak dapat menghilangkan

Apabila membaca, pertahankan jarak baca yang cukup dari buku. Jangan membaca sambil tiduran/ di tempat yang gelap. Membatasi waktu bila menonton televisi Mengistirahatkan mata

Jika membaca atau berkerja menggunakan computer, pastikan cahayanya tepat. Karena bekerja dengan cahaya minim dapat menyebabkan kelelahan mata, tapi cahaya yang terlalu terang juga tidak baik. Arah cahaya terbaik jika bekerja menggunakan computer adalah dari lampu meja bercahaya lembut dari arah samping. Kurangi tingkat terang (brightness) monitor. Warna memang jadi tak terlalau tajam, tapi mata akan jadi lebih nyaman.

Keluhan ini tidak bisa sembuh mungkin akan bertambah lagi.

Bisa dilakukan operasi lasik jika minusnya sudah stabil, dan untuk pemakaian lensa kontak belum bisa karena ada silindernya.

TINJAUAN PUSTAKAKelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina (makula lutea atau bintik kuning). Pada kelainan refraksi terjadi ketidak seimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Pada mata normal kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi sinar tidak dibiaskan tepat pada bintik kuning, akan tetapi dapat di depan atau di belakang bintik kuning dan malahan tidak terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia, astigmat, dan presbiopi.

Miopia disebut sebagai rabun jauh akibat berkurangnya kemampuan untuk melihat jauh akan tetapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Hipermetropia juga dikenal dengan istilah hyperopia atau rabun dekat. Pasien dengan hipermetropia mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat sukarnya berakomodasi. Keluhan akan bertambah dengan bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya otot siliar untuk akomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa. Astigmatisme adalah terdapatnya variasi kurvatura atau kelengkungan kornea atau lensa pada meridian yang berbeda yang akan mengakibatkan sinar tidak terfokus pada satu titik. Presbiopi berupa gangguan perubahan kencembungan lensa yang dapat berkurang akibat berkurangnya elastisitas lensa sehingga terjadi gangguan akomodasi. ASTIGMATISMEDefinisi

Terminologi astigmatisme berasal dari Bahasa Yunani yang bermaksud tanpa satu titik. Astigmatisme merupakan kondisi dimana sinar cahaya tidak direfraksikan dengan sama pada semua meridian. Jika mata astigmatism melihat gambaran palang, garis vertikal dan horizontalnya akan tampak terfokus tajam pada dua jarak pandang yang berbeda. Mata astigmatisme bisa dianggap berbentuk seperti bola sepak yang tidak memfokuskan sinar pada satu titik tapi banyak titik.Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebih dari satu titik. Umumnya setiap orang memiliki astigmatisme ringan. Astigmatisme juga dapat terjadi akibat jaringan parut pada kornea atau setelah pembedahan mata. Jahitan yang terlalu kuat pada bedah mata dapat mengakibatkan perubahan pada permukaan kornea. Bila dilakukan pengencangan dan pengenduran jahitan pada kornea maka dapat terjadi astigmatisme akibat terjadi perubahan kelengkungan kornea.Dikenal beberapa bentuk astigmatisme seperti astigmatisme regular dan astigmatisme iregular. Astigmatisme regular adalah suatu keadaan refraksi dimana terdapat dua kekuatan pembiasan yang saling tegak lurus pada sistem pembiasan mata. Astigmatisme iregular yaitu astigmatisme yang terjadi tidak mempunyai 2 meridian saling tegak lurus.Astigmatisme lazim (astigmat with the rule) adalah suatu keadaan kelainan refraksi astigmatisme regular dimana koreksi dengan silinder negatif dengan sumbu horizontal (45-90 derajat). Astigmatisme tidak lazim (astigmat against the rule) adalah suatu keadaan kelainan refraksi astigmatisme regular dimanana koreksi dengan silinder negatif dilakukan dengan sumbu tegak lurus (60-120 derajat) atau dengan silinder positif sumbu horizontal (30-150 derajat).EpidemiologiAstigmatisme merupakan kelainan refraksi yang sering terjadi. 5% dari pasien yang memakai kaca mata mempunyai kelainan astigmatisme. Sebanyak 3% dari populasi mempunyai kelainan astigmatisme yang melebihi 3.00 D. Di Indonesia, diperkirakan sebanyak 40 juta populasinya mempunyai kelainan astigmatisme. Tidak ada perbedaan frekuensi terjadinya astigmatisme pada lelaki dan perempuan. Prevalensi astigmatisme meningkat dengan usia.Etiologi Mata mempunyai 2 bagian untuk memfokuskan bayangankornea dan lensa. Pada mata yang bentuknya sempurna, setiap elemen untuk memfokus mempunyai kurvatura yang rata seperti permukaan bola karet. Kornea atau lensa dengan permukaan demikian merefraksikan semua sinar yang masuk dengan cara yang sama dan menghasilkan bayangan yang tajam terfokus pada retina. Jika permukaan kornea atau lensa tidak rata, sinar tidak direfraksikan dengan cara yang sama dan menghasilkan bayangan-bayangan kabur yang tidak terfokus pada retina.Astigmatisme bisa terjadi dengan kombinasi kelainan refraksi yang lain, termasuk: 1. Miopia.

Ini terjadi bila kurvatura kornea terlalu melengkung atau jika aksis mata lebih panjang dari normal. Bayangan terfokus di depan retina dan menyebabkan objek dari jauh terlihat kabur.

2. Hiperopia.

Ini terjadi jika kurvatura kornea terlalu sedikit atau aksis mata lebih pendek dari normal. Bayangan terfokus di belakang retina dan menyebabkan objek dekat terlihat kabur. Penyebab terjadinya astigmatismus adalah:1. Kornea

Media refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah kornea, yaitu mencapai 80% s/d 90% dari astigmatismus, sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin. Kesalahan pembiasan pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea dengan tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior bolamata. Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan kongenital, kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea serta akibat pembedahan kornea.2. Lensa Kristalin

Semakin bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga semakain berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami kekeruhan yang dapat menyebabkan astigmatismus. Astigmatismus yang terjadi karena kelainan pada lensa kristalin ini disebut juga astigmatismus lentikuler.Biasanya astigmatisme terjadi sejak lahir. Astigmatisme dipercayai diturunkan dengan cara autosomal dominan. Astigmatisme juga bisa terjadi setelah trauma atau jaringan parut pada kornea, penyakit mata yang termasuk tumor pada kelopak mata, insisi pada kornea atau karena faktor perkembangan. Astigmatisme tidak menjadi lebih parah dengan membaca di tempat yang kurang pencahayaan, duduk terlalu dekat dengan layar televisi atau menjadi juling. Jika distorsi terjadi pada kornea, disebut astigmatisme kornea, sedangkan jika distorsi terjadi pada lensa, disebut astigmatisme lentikular. Astigmatisme juga bisa terjadi karena traksi pada bola mata oleh otot-otot mata eksternal yang merubah bentuk sklera menjadi bentuk astigma, perubahan indeks refraksi pada vitreous, dan permukaan yang tidak rata pada retina.Klasifikasi Berdasarkan letak titik astigmatismus, astigmatisma dibagi menjadi:1. Astigmatisme regular.

Astigmatisme dikategorikan regular jika meredianmeredian utamanya (meredian di mana terdapat daya bias terkuat dan terlemah di sistem optis bolamata), mempunyai arah yang saling tegak lurus. Misalnya, jika daya bias terkuat berada pada meredian 90, maka daya bias terlemahnya berada pada meredian 180, jika daya bias terkuat berada pada meredian 45, maka daya bias terlemah berada pada meredian 135. Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa cylindris yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya jika tidak disertai dengan adanya kelainan penglihatan yang lain.

Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

a. Astigmatisme With The Rule.

Jika meredian vertikal memiliki daya bias lebih kuat dari pada meredian horisontal. Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl pada axis vertikal atau Cyl + pada axis horisontal.

b. Astigmatisme Against The Rule.

Jika meredian horisontal memiliki daya bias lebih kuat dari padameredian vertikal. Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl - pada axis horisontal atau dengan Cyl + pada axis vertikal.

Kesepakatan: untuk menyederhanakan penjelasan, titik fokus dari daya bias terkuat akan disebut titik A, sedang titik fokus dari daya bias terlemah akan disebut titik BSedangkan menurut letak fokusnya terhadap retina, astigmatisme regular dibedakan dalam 5 jenis, yaitu :

a. Astigmatismus Myopicus Simplex.

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada tepat pada retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.

b. Astigmatismus Hypermetropicus Simplex.

Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl +Y atau Sph +X Cyl -Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.

c. Astigmatismus Myopicus Compositus.

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y.

d. Astigmatismus Hypermetropicus Compositus

Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y.

e. Astigmatismus Mixtus.

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama-sama + atau -.

Jika ditinjau dari arah axis lensa koreksinya, astigmatisme regular ini juga dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

a. Astigmatisme Simetris.

Astigmatisme ini, kedua bolamata memiliki meredian utama yang deviasinya simetris terhadap garis medial. Ciri yang mudah dikenali adalah axis cylindris mata kanan dan kiri yang bila dijumlahkan akan bernilai 180 (toleransi sampai 15), misalnya kanan Cyl -0,50X45 dan kiri Cyl -0,75X135.b. Astigmatisme Asimetris.

Jenis astigmatisme ini meredian utama kedua bolamatanya tidak memiliki hubungan yang simetris terhadap garis medial. Contohnya, kanan Cyl -0,50X45 dan kiri Cyl -0,75X100.c. Astigmatisme Oblique.

Adalah astigmatisme yang meredian utama kedua bolamatanya cenderung searah dan sama-sama memiliki deviasi lebih dari 20 terhadap meredian horisontal atau vertikal. Misalnya, kanan Cyl -0,50X55 dan kiri Cyl -0,75X55.2. Astigmatisme Irregular.

Bentuk astigmatisme ini, meredian-meredian utama bolamatanya tidak saling tegak lurus. Astigmatisme yang demikian bisa disebabkan oleh ketidakberaturan kontur permukaan kornea atau pun lensa mata, juga bisa disebabkan oleh adanya kekeruhan tidak merata pada bagian dalam bolamata atau pun lensa mata (misalnya pada kasus katarak stadium awal). Astigmatisme jenis ini sulit untuk dikoreksi dengan lensa kacamata atau lensa kontak lunak (softlens). Meskipun bisa, biasanya tidak akan memberikan hasil akhir yang setara dengan tajam penglihatan normal. Jika astigmatisme irregular ini hanya disebabkan oleh ketidakberaturan kontur permukaan kornea, peluang untuk dapat dikoreksi dengan optimal masih cukup besar, yaitu dengan pemakaian lensa kontak kaku (hard contact lens) atau dengan tindakan operasi (LASIK, keratotomy).

Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri astigmatisma dibagi menjadi:

a. Astigmatismus Rendah

Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya astigmatis-mus rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan tetapi jika timbul keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat perlu diberikan.

b. Astigmatismus Sedang

Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75 Dioptri. Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.

c. Astigmatismus Tinggi

Astigmatismus yang ukuran powernya >3,00 Dioptri. Astigmatismus ini sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.

Gejala Klinis Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatisme tinggi menyebabkan gejala-gejala sebagai berikut :

1. Memiringkan kepala atau disebut dengan titling his head, pada umunya keluhan ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang tinggi.

2. Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.

3. Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmatismus juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti membaca.

4. Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan mendekati mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram.

Sedang pada penderita astigmatisme rendah, biasa ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut :

1. Sakit kepala pada bagian frontal.

2. Ada pengaburan sementara/sesaat pada penglihatan dekat, biasanya pende-rita akan mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau mengucek-ucek mata.

Diagnosis Untuk menegakkan diagnosis astigmatisme dilakukan anamnesis dan pemeriksaan tambahan.

- Anamnesis

Anamnesis dari gejala-gejala dan tanda-tanda astigmatisme.

Pemeriksaan Tambahan

Uji pinhole

Uji lobang kecil ini dilakukan untuk apakah bekurangnya tajam penglihatan diakibatkan kelainan refraksi atau kelainan pada media penglihatan atau kelainan retina lainnya. Bila ketajaman penglihatan bertambah setelah dilakukan pinhole berarti pada pasien tersebut terdapat kelainan refraksin yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan berkurang berarti pada pasien tersebut kekeruhan media penglihatan atau pun retina yang menggangu penglihatan. Uji refraksi

1. Subjektif

Optotipe dari snellen dan trial lens

Metode yang digunakan adalah dengan metode trial and error jarak pemeriksaan 6 meter/5meter/20 kaki. Digunakan kartu snellen yang diletakkan setinggi penderita, mata diperiksa satu persatu. Dibiasakan mata kanan terlebih dahulu. Ditentukan visus atau tajam penglihatan masing-masing mata. Bila visus tidak 6/6 maka dikoreksi dengan lensa sferis positif, bila dengan lensa seferis psitif tajam penglihatan membaik mencapai 6/6 atau 5/5 atau 20/20 maka pasien dikatakan menderita hipermetropia, apabila dengan memberikan lensa sferis positif menambah kabur tajam penglihatan maka diganti dengan lensa sferis negatif memberikan tajam penglihatan 5/5 atau 6/6 atau 20/20 maka pasien dikatakan menderita miopia. Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak mencapai tanjam penglihatan maksimal mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi astigmat. Pada keadaan ini dilakukan uji pengaburan (fogging technique). 2. Objektif

Autorefraktometer

Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan komputer. Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya dihasilkan oleh alat dan respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar kelainan refraksi yang harus dikoreksi dan pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.

Gambar 9. Automated refractometer

Gambar 10. Hasil automated refractometer

Streak Retinoskop

Yaitu dengan lensa kerja +2.00D pemeriksa mengamati refleks fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop (against movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai tercapai netralisasi. Keratometri

Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius kelengkungan kornea. Keratometer dipakai klinis secara luas dan sangat berharga namun mempunyai keterbatasan:

a. Keratometer mengukur 4 titik pada permukaan kornea parasentral tanpa mengindahkan kornea bagian sentral dan perifer.

b. Keratometer menilai secara rata-rata dan simetris pada titik-titik pada permukaan kornea semimeridien 180 yang berlawanan.

c. Hasil pengukuran keratometer sangat tergantung pada zona permukaan kornea mempunyai nilai radius dan kekuatan refraksi yang berbeda (zona diameter 4 mm mempunyai kekuatan 36 D dan 2.88 mm berkekuatan 50 D).

d. Ketepatan ukuran keratometer akan berkurang pada permukaan kornea sangat landai (flat) dan sangat besar pada kornea yang sangat lengkung (steep).

Gambar 11. Keratometri tipe B&L

Uji Pengaburan

Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi juring astigmat, dan ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90 derajat yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu lensa silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180. Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder ditentukan yang ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai pasien melihat jelas.

Gambar 12. Kartu untuk tes Astigmatisme Keratoskop

Keratoskop atau placid disk digunakan untuk pemeriksaan astigmatisme. pemeriksa memperhatikan imej ring pada kornea pasien. Pada astigmatisme reguler ring tersebut berbentuk oval. Pada astigmatisme irreguler imej tersebut tidak berbentuk sempurna. Javal ophtalmometer Boleh dignakan utuk mengukur kelengkungan sentral dari kornea, dimana akan menentukan kekuatan dari refraksi kornea.Penatalaksanaan Sejauh ini yang dilakukan adalah mencoba mencari bagaimana mencegah kelainan refraksi atau mencegah jangan sampai menjadi parah.1. Koreksi lensa

a. Astigmatisme dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder. Karena dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatisme akan dapat membiaskan sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan bertambah jelas.

b. Untuk astigmatisme yang kecil, tidak perlu dikoreksi dengan silinder. c. Untuk astigmatisme yang gejalanya timbul, pemakaian lensa silender bertujuan untuk mengurangkan gejalanya walaupun kadang-kadang tidak memperbaiki tajam penglihatan.d. Aturan koreksi dengan lensa silinder adalah dengan meletakkannya pada aksis 900 dari garis tergelap yang dilihat pasien pada kartu tes astigmatisme. Untuk astigmatisme miopia, digunakan silinder negatif, untuk astigmatisme hiperopia, digunakan silinder positif. e. Untuk astigmatisme irregular, lensa kontak bisa digunakan untuk meneutralisasi permukaan kornea yang tidak rata. 2. Obat -obatan

Beberapa penilitian melaporkan penggunaan atropine dan siklopentolat setiap hari secara topikal dapat menurunkan progresifitas dari myopia pada anak-anak usia kurang 20 tahun. 3. Orthokeratology

Pada astigmatisme irregular dimana terjadi pemantulan dan pembiasan sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan depan kornea maka dapat dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Dengan memakai lensa kontak maka permukaan depan kornea tertutup rata dan terisi oleh film air mata.Lensa kontak merupakan suatu lensa tipis dari bahan fleksibel (soft contact lens) atau rigid (rigid gas permeable lens) yang berkontak dengan kornea. Lensa kontak menmberikan koreksi penglihatan yang lebih baik dibanding kacamata. Lensa kontak dapat diresepkan untuk mengoreksi miopia, hiperopia, astigmatisme, anisometropia, anisokonia, afakia, setelah operasi katarak, atau pada keratokonus. Soft contact lens atau rigid gas permeable lens dapat mengoreksi miopia, hiperopia, dan presbiopia. Lensa kontak toric yang memiliki kirvatura berbeda yang disatukan pada permukaan depan lensa dapat diresepkan untuk mengoreksi astigmatisma.

Gambar 13 Perbedaan soft contact lens dan RGPKomplikasi yang dapat terjadi adalah microbial keratitis yang dapat menyebabkan hilangnya penglihtan. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah tarsal papillary conjunctivitis dan perubahan bulbar conjunctival, epithelial keratopathy, corneal neovascularization, nonmicrobial infiltrates, dan corneal warpage. Perubahan endotel dapat terjadi termasuk polymegethism, pleomorphism, dan jarang berupa reduksi densitas sel endotelial. Stromal edema sering terjadi, penipisan kornea juga pernah dilaporkan. Gejala klinisnya dapat bermacam-macam. Asupan oksigen ke kornea penting diperhatikan terutama pada pasien dengan kelainan refraksi tinggi akibatnya lensa kontak yang dipakai lebih tebal dan lebih berpotensi menimbulkan masalah.

a. Soft Contact Lens

Soft contact lens terbuat dari poly-2-hydroxyethyl methacrylate dan plastik fleksibel serta 30-79% air. Diameternya sekitar 13-15 mm dan menutupi seluruh kornea. lensa ini dapat digunakan untuk miopia dan hiperopia. Karena lensa ini mengikuti lengkung kornea maka tidak dapat dipakai untuk mengoreksi astigmatisme yang lebih dari astigmatisme minimal. Karena ukurannya yang lebih besar soft contact lens lebih gampang dipakai dan jarang kemasukan benda asing antara pada ruang lensa dan kornea serta adaptasinya juga cepat.

Gambar 14 soft contact lens

Gambar 15 Lensa kontak bifokus

b. RGP (rigid gas permeable) lens

Lensa RGP terbuat dari fluorocarbon dan campuran polymethyl methacrylate. Diameternya 6.5-10 mm in diameter dan hanya menutupi sebagian kornea mengapung di atas lapisan air mata. Lensa RGP memberikan penglihatan yang lebih tajam dibanding soft contact lens, pertukaran oksigen yang lebih baik sehingga dapat mencegah infeksi dan gangguan mata lain. Durasi pemakaian lensa RGP dapat lebih lama dibanding soft contact lens. Lensa RGP disesuaikan ukurannya pada setiap mata dengan lebih tepat dan teliti. Kerugiaannya adalah lensa RGP kurang nyaman dibanding soft contact lens dan masa adaptasinya yang lebih lama. Lensa RGP dapat mengoreksi kelainan seperti keratoconus dimana terdapat irregularitas bentuk kornea yang tidak dapat dikoreksi soft contact lens. 6,12 Lensa kontak toric dipakai untuk mengoreksi astigmat. Lensa ini memiliki dua power untuk sferis dan silindris. Agar berada pada posisi yang tepat dan stabil biasanya lensa ini lebih berat dan memiliki penanda di bawah.

Gambar 16 Lensa kontak toric

c. Gabungan

Terdapat pula lensa kontak yang merupakan gabungan soft contact lens dan RGP yang memadukan keuntungan keduanya yakni lebih mudah dipakai dan pertukaran oksigen yang baik.

Gambar 17 Lensa kontak gabungan soft contact lens dan RGP

4. Bedah Refraksi Metode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:a. Radial keratotomy (RK)

Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral. Bagian yang lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata. Jumlah hasil perubahan tergantung pada ukuran zona optik, angka dan kedalaman dari insisi. Meskipun pengalaman beberapa orang menjalaniradial keratotomy menunjukan penurunan myopia, sebagian besar pasien sepertinya menyukai dengan hasilnya. Dimana dapat menurunkan pengguanaan lensa kontak. Komplikasi yang dilaporkan pada bedah radial keratotomy seperti variasi diurnal dari refraksi dan ketajaman penglihatan, silau, penglihatan ganda pada satu mata, kadang-kadang penurunan permanen dalam koreksi tajam penglihatan dari yang terbaik, meningkatnya astigmatisma, astigmatisma irregular, anisometropia, dan perubahan secara pelan-pelan menjadi hiperopia yang berlanjut pada beberapa bulan atau tahun, setelah tindakan pembedahan. Perubahan menjadi hiperopia dapat muncul lebih awal dari pada gejala presbiopia. Radial keratotomy mungkin juga menekan struktur dari bola mata.b. Photorefractive keratectomy (PRK)

Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser pada pusat kornea. Dari kumpulan hasil penelitian menunjukan 48-92% pasien mencapai visus 6/6 (20/20) setelah dilakukan photorefractive keratectomy. 1-1.5 dari koreksi tajam penglihatan yang terbaik didapatkan hasil kurang dari 0.4-2.9 % dari pasien. 5 Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi setelah photorefractive keratectomy dan setelah beberapa bulan akan kembali jernih. Pasien tanpa bantuan koreksi kadang-kadang menyatakan penglihatannya lebih baik pada waktu sebelum operasi. Photorefractive keratectomy refraksi menunjukan hasil yang lebih dapat diprediksi dari pada radial keratotomy.c. Laser Assisted in Situ Interlameral Keratomilieusis (lasik)

Merupakan salah satu tipe PRK, laser digunakan untuk membentuk kurva kornea dengan membuat slice (potongan laser) pada kedua sisi kornea.PRESBIOPIA Definisi

Presbiopia adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia, yaitu akomodasi untuk melihat dekat perlahanlahan berkurang. Presbiopia terjadi akibat penuaan lensa (lensa makin keras sehingga elastisitas berkurang) dan daya kontraksi otot akomodasi berkurang. Mata sukar berakomodasi karena lensa sukar memfokuskan sinar pada saat melihat dekat. Gejala presbiopia biasanya timbul setelah berusia 40 tahun. Usia awal mula terjadinya tergantung kelainan refraksi sebelumnya, kedalaman fokus (ukuran pupil), kegiatan penglihatan pasien, dan lainnya.

Gambar 18. mata presbiopia

Epidemiologi

Lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia pada 2005, diperkirakan, terserang "presbyopia", atau gangguan yang berhubungan dengan usia dalam melihat benda pada jarak dekat. Selain itu sebanyak 410 juta orang berada dalam kondisi tak dapat melakukan tugas yang mengharuskan pandangan dekat, demikian satu laporan di dalam jurnal AS Archives of Ophthalmology, terbitan Desember. Para peneliti di University of New South Wales di Australia meramalkan bahwa prevalensi "presbyopia" di seluruh dunia akan naik jadi 1,4 miliar orang paling lambat 2020 dan 1,8 miliar orang pada 2050.Klasifikasi

Presbiopia, yang biasa juga disebut penglihatan tua (presby=old=tua; opia=vision= penglihatan) merupakan keadaan normal sehubungan dengan usia, di mana kemampuan akomodasi seseorang telah mengalami penurunan sehingga sampai pada tahap di mana penglihatan pada jarak dekat menjadi kurang jelas. Ini sejalan dengan penurunan fisiologis amplitudo akomodasi yang dimulai sejak seseorang berumur 10 tahun, dan bervariasi dengan individu, pekerjaan, dan kelainan refraksi. Secara klinis, presbiopia terjadi setelah umur 40 tahun, biasanya sekitar 44 atau 45 tahun. Orang yang dalam pekerjaan sehariharinya banyak membutuhkan ketelitian pada penglihatan dekat, akan menyadari/merasakan presbiopia pada dirinya secara dini. Namun, orang yang jarang memerlukan ketelitian dalam penglihatan dekatnya, baru akan menyadari presbiopia yang dialaminya ketika sudah kesulitan membaca koran atau majalah.

Gambar 19 Mata Presbiopia pada saat melihat dekat.

Presbiopia diklasifasikan menjadi 2 jenis berdasarkan waktu terjadinya, yaitu:

1. Presbyopia Precock.

Presbyopia Precock adalah presbiopia yang terjadi sebelum penderita mencapai umur 40 tahun.

2. Presbyopia

Presbyopia adalah presbiopia yang terjadi pada saat penderita mencapai umur 40 tahun atau lebih.

Gejala Klinik. Pada umumnya, panderita presbiopia akan menunjukkan gejalagejala dan keluhan sebagai berikut :

1. Kesulitan membaca tulisan dengan cetakan huruf yang halus / kecil.

2. Menjauhkan obyek bacaan dari mata pada saat membaca, sampai posisi di mana ia merasa nyaman dalam membaca.

3. Jika membaca lebih senang atau selalu mencari tempat yang bersinar terang.

4. Kesulitan dalam melakukan pekerjaan yang membutuhkan penglihatan dekat yang teliti.

5. Timbul keluhan mata lelah, mata terasa pegal, atau bahkan sakit kepala setelah membaca agak beberapa lama.

6. Gangguan pekerjaan terutama di malam hari, sering memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca dekat.

Penyebab Terjadinya Presbiopia.Presbiopia adalah merupakan bagian dari proses penuaan yang secara alamiah dialami oleh semua orang. Penderita akan menemukan perubahan kemampuan penglihatan dekatnya pertamakali pada pertengahan usia empat puluhan. Pada usia ini, keadaan lensa kristalin berada dalam kondisi dimana elastisitasnya telah banyak berkurang sehingga menjadi lebih kaku dan menimbulkan hambatan terhadap proses akomodasi, karena proses ini utamanya adalah dengan mengubah bentuk lensa kristalin menjadi lebih cembung. Organ utama penggerak proses akomodasi adalah muskulus siliaris, yaitu suatu jaringan otot yang tersusun dari gabungan serat longitudinal, sirkuler, dan radial. Fungsi serat-serat sirkuler adalah untuk mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula, yang merupakan kapsul di mana lensa kristalin barada di dalamnya. Otot ini mengubah tegangan pada kapsul lensa, sehingga lensa dapat mempunyai berbagai fokus baik untuk objek berjarak dekat maupun yang berjarak jauh dalam lapangan pandang. Jika elastisitas lensa kristalin berkurang dan menjadi kaku (sclerosis), maka muskulus siliaris menjadi terhambat atau bahkan tertahan dalam mengubah kecembungan lensa kristalin.

Tatalaksana Penanganan presbiopia adalah dengan membantu akomodasinya menggunakan lensa cembung (plus). Jika penderita presbiopia juga ngin memakai kacamata untuk penglihatan jauhnya, atau mempunyai status refraksi ametropia, maka ukuran dioptri lensa cembung itu diaplikasikan ke dalam apa yang disebut sebagai addisi. Addisi adalah perbedaan dioptri antara koreksi jauh dengan koreksi dekat.

Berikut ini merupakan addisi ratarata yang ditemukan pada berbagai tingkatan usia :

1. 40 tahun ( +1,00 D.

2. 45 tahun ( +1,50 D.

3. 50 tahun ( +2,00 D.

4. 55 tahun ( +2,50 D.

5. 60 tahun ( +3,00 D.

Dalam menentukan nilai addisi, penting untuk memperhatikan kebutuhan jarak kerja penderita pada waktu membaca atau melakukan pekerjaan seharihari yang banyak membutuhkan penglihatan dekat. Karena jarak baca dekat pada umumnya adalah 33 cm, maka lensa S +3,00 D adalah lensa plus terkuat sebagai addisi yang dapat diberikan pada seseorang. Pada keadaan ini, mata tidak melakukan akomodasi bila melihat obyek yang berjarak 33 cm, karena obyek tersebut berada pada titik focus lensa S +3,00 D tersebut. Jika penderita merupakan seseorang yang dalam pekerjaannya lebih dominan menggunakan penglihatan dekat, lensa jenis fokus tunggal (monofocal) merupakan koreksi terbaik untuk digunakan sebagai kacamata baca.

Gambar Mata Presbiopia + lensa koreksi pada saat melihat dekat.

Lensa bifocal atau multifocal dapat dipilih jika penderita presbiopia menginginkan penglihatan jauh dan dekatnya dapat terkoreksi. Selain dengan lensa kacamata, presbiopia juga dapat dikoreksi dengan lensa kontak multifocal, yang tersedia dalam bentuk lensa kontak keras maupun lensa kontak lunak. Hanya saja, tidak setiap orang dapat menggunakan lensa kontak ini, karena membutuhkan perlakuan dan perawatan secara khusus. Metode lain dalam mengkoreksi presbiopia adalah dengan tehnik monovision ( penglihatan tunggal ), di mana salah satu mata dikondisikan hanya bisa untuk melihat jauh saja, dan mata yang satunya lagi dikondisikan hanya bisa untuk melihat dekat. Alat koreksi yang dipakai bisa berupa lensa kacamata atau lensa kontak. Ada beberapa orang yang dapat menggunakan metode ini, sementara sebagian besar yang lain dapat pusingpusing atau kehilangan kedalaman persepsi atas obyek yang dilihat.PEMERIKSAAN REFRAKSITujuan pemeriksaan refraksi ialah untuk memperoleh ketajaman penglihatan yang setinggi-tingginya dengan menggunakan lensa.Pemeriksaan refraksi ada dua cara :1. Secara objektifdengan menggunakan Oftalmoskope, Retinoskope, Autorefraktometer.

2. Secara Subjectif Dengan menggunakan optotipe snellen dan trial lenses.

Pemeriksaan refraksi secara objektif a. Oftalmoskop bila terdapat kelainan refraksi, fundus tak dapat terlihat jelas, pada funduskopi, terkecuali jika diputarkan lensa koreksi pada lubang penglihatannya. Besarnya lensa koreksi menetukan macam dan besarnya kelainan refraksi secara kasar. Tetapi harus diperhitungkan pula keadaan refraksi pemeriksanya

b. Retinoskope Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada anak- anak, orang yang tak dapat membaca, bisu karena tak dibutuhkan kerjasama dari penderita. Dapat dilakukan cepat dan tepat.

Yang dinilai gerakan cahaya pada pupil yang disebut refleks fundus

Biasanya pasien duduk dengan jarak 50 cm dari pemeriksa. Dengan memakai lensa bantu maka ukuran refraksi dapat ditentukan.

c. Autorefraktometerd. Keratometer, untuk lensa kontak Pemeriksaan refraksi secara subjektif

Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata secara subjektif.Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya tajam penglihatan.Tajam penglihatan perlu dicatat pada setiap mata memberikan keluhan mata.Untuk mengetahui tajam penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan kartu Snellen dan bila penglihatan kurang, maka tajam penglihatan diukur dengan menentukan kemampuan melihat jumlah jari (hitung jari) ataupun proyeksi sinar. Kemampuan mata melihat benda atau secara rinci sebuah objek secara kuantitatif ditentukan dengan 2 cara :

1. Sebanding dengan sudut resolusi minimum (dalam busur menit).

2. Dengan fraksi Snellen. Ini ditentukan dengan mempergunakan huruf atau cincin Londolt atau objek ekuivalen lainnya. Biasanya pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan dengan melihat kemampuan mata membaca huruf-huruf berbagai ukuran pada jarak baku untuk kartu. Hasilnya dinyatakan dengan angka pecahan seperti 20/20 untuk penglihatan normal.Pada keadaan ini mata dapat melihat huruf pada jarak 20 kaki yang seharusnya dapat dilihat pada jarak tersebut.

Tajam penglihatan normal rata-rata bervariasi antara 6/4 hingga 6/6 (atau 20/15 atau 20/20 kaki).Tajam penglihatan maksimum berada di daerah fovea, sedangkan beberapa faktor seperti penerangan umum, kontras, berbagai uji warna, waktu papar, dan kelainan refraksi mata dapat merubah tajam penglihatan.

Penglihatan perifer merupakan penglihatan tepi yang dilaksanakan terutama oleh sel batang yang menempati retina bagian perifer.Tajam penglihatan perifer merupakan kemampuan menangkap adanya benda, gerakan, atau warna objek di luar garis langsung penglihatan.Cara Pemeriksaan Visus Dasar1. Pasien duduk 6 meter (20 feet) dari kartu Snellen.2. Tutup mata kiri dengan okluder atau telapak tangan tanpa menekan bola mata.3. Minta pasien membaca/mengidentifikasi optotip atau pemeriksa menunjuk optotip. Dimulai dari yang terbesar hingga yang terkecil, dari kiri ke kanan, yang masih dapat teridentifikasi sampai hanya separuh optotip pada satu baris yang teridentifikasi dengan benar.4. Lihat berapa tajam penglihatan pada baris tersebut. 5. Catat jumlah optotip yang salah diidentifikasi .

6. Ulangi langkah 1-5 untuk mata kiri. 7. Ulangi dengan menggunakan kedua mata dan catat sebagai tajam penglihatan dua mata.

Pemeriksaan Visus Satu Mata Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau dengan kaca mata. Setiap mata diperiksa terpisah. Biasakan memeriksa tajam penglihatan dilihat kanan terlebih dahulu kemudian kiri lalu mencatatnya.

Dengan gambar kartu Snellen ditentukan tajam penglihatan dimana hanya dapat membedakan 2 titik tersebut membentuk sudut 1 menit. Satu huruf hanya dapat dilihat bila seluruh huruf membentuk sudut 5 menit dan setiap bagian dipisahkan dengan sudut 1 menit.

Pemeriksaan tajam penglihatan sebaiknya dilakukan pada jarak 5 atau 6 meter, karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi.

Pada pemeriksaan tajam penglihatan dipakai kartu baku atau standar misalnya kartu baca Snellen yang setiap hurufnya membentuk sudut 5 menit pada jarak tertentu sehingga huruf pada baris tannda 60, berarti huruf tersebut membentuk sudut 5 menit pada jarak 60 meter, dan pada baris tanda 30, berarti huruf tersebut membentuk sudut 5 menit pada jarak 30 meter. Huruf pada baris tanda 6 adalah huruf yang membentuk sudut 5 menit pada jarak 6 meter, sehingga huruf ini pada orang normal akan dapat dilihat dengan jelas.

Dengan kartu Snellen standar ini dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat seseorang, seperti :

1. Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang normal huruf trsebut dapat pada jarak 6 meter.

2. Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30, berarti tajam penglihatan pasaien adalah 6/30

3. Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50

4. Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter

5. Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen, maka dilakukn uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter

6. Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam 3/60 dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60 , yang berarti hanya dapat menghitung jari pad ajarak 1 meter.

7. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien yang lebih buruk dari pada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambain tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatannya adalah 1/300

8. Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.

9. Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan penglihatannya adalah 0/ buta nol.

Hal di atas dapat dilakukan pada orang yang telah dewasa atau dapat berkomunikasi.

Bila seseorang diragukan penglihatannya berkurang akibat kelaianan refraksi, maka dialkuakn uji Pinhole.

Bila deilakukan uji Pinhole penglihatan lebih baik, maka berarti ada kelainan refraksi yang masih dapat dikoreksi dengan kaca mata.

Bila penglihatan berkurang dengan diletakkannya pinhole di depan mata berarti ada kelainan organik atau kekeruhan media penglihatan yang mengakibatkan penglihatan menurun. Pada seseorang yang terganggu akomodasinya atau adanya presbiopia, maka apabila melihat benda-benda yang sedikit didekatkan akan terlihat kabut. Cara Pemeriksaan Low Visual AcuityJika pasien tidak dapat melihat huruf pada Kartu Snellen yang paling atas, maka dilakukan pemeriksaan ini.

1. Minta pasien duduk dengan nyaman.

2. Tutup mata yang tidak diperiksa.

3. Pemeriksa berdiri 1 m dari pasien, acungkan jari pemeriksa, minta pasien menghitung jumlah jari.

4. Bila pasien menjawab dengan benar, pemeriksa mundur ke jarak 2 m, dst, hingga jarak 6 meter.

5. Tajam penglihatan dicatat : hitung jari dari jarak 1 m = 1/60, dari jarak 2 m = 2/60, s/d 6/60.

6. Bila pasien tidak dapat menghitung jari dari jarak 1 m, gerakkan tangan pemeriksa dari jarak 1 m. 7. Tanyakan apakah pasien dapat melihat gerakan tangan serta arah gerakan tangan pemeriksa.

7. Bila dapat melihat gerakan tangan : tajam penglihatan dicatat sebagai hand movement atau 1/300.

8. Bila tidak dapat melihat gerakan tangan, sinari mata pasien dengan lampu senter dan tanyakan apakah pasien dapat melihat cahaya.

9. Bila dapat melihat cahaya : tajam penglihatan dicatat sebagai ligh perception atau 1/~.

10. Bila tak dapat melihat cahaya disebut no light perception atau 0.

11. Ulangi langkah 11-10 untuk mata sebelahnya.

Tes Pin Hole Tes Pin Hole dilakukan untuk membedakan apakah penglihatan yang buram disebabkan oleh kelainan refraksi atau bukan. Cara pemeriksaannya adalah sebagai berikut :

1. Pasien diminta duduk dengan jarak yang ditentukan (umumnya 6 meter atau 20 kaki) dari kartu pemeriksaan .

2. Tutup mata yang akan diperiksa dengan okluder Pin Hole, bila berkacamata, pasang koreksi kacamatanya

3. Langkah selanjutnya sama dengan pemeriksaan tajam penglihatan.

4. Catat sebagai tajam penglihatan PH

Pengukuran Jarak Pupil Cara pemeriksaan jarak pupil pada penglihatan dekat :

1. Sinari kedua mata dengan pen light dari jarak 33 cm.

2. Minta pasien agar melihat cahaya.

3. Ukur jarak antara pupil OD dengan OS.4. Catat sebagai jarak pupil pada penglihatan dekat. Untuk mendapatkan jarak pupil pada penglihatan jauh dapat dilakukan dengan cara yang sama, namun pasien memfiksasikan penglihatannya pada objek yang jauh. Selain itu jarak pupil untuk penglihatan jauh bisa didapatkan dengan cara:

1. Menambahkan 2 mm jika jarak pupil pada penglihatan dekat kurang dari 60 mm.

2. Menambahkan 3 mm jika jarak pupil pada penglihatan dekat lebih dari 60 mm.

DAFTAR PUSTAKA

1. Despopoulos A. and Silbernagi S, Color Atlas of Physiology 3rd Edition. London: Thieme, 2003; 344-346.

2. Olver J and Cassidy L, Basic Optics and Refraction. In Olver J and Cassidy L, Ophtalmology at a Glance. New York: Blackwell Science, 2005; 22-23.

3. James B, Chew C and Bron A, Lecture Notes on Ophtalmology. New York: Blackwell Publishing, 2003; 20-26.

4. Whitcher J P and Eva P R, Low Vision. In Whitcher J P and Eva P R, Vaughan & Asburys General Ophtalmology. New York: Mc Graw Hill, 2007.

5. Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, Saman R dan Simarmata M, 2003. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-2. Jakarta.

LAPORAN KASUS KECIL

OD Astigmatisme Miopi Simplex , OS Astigmatisme Hipermetropia SimplexODS Presbiopi

PEMBIMBING

dr. Djoko Heru S, Sp. M

Disusun oleh:

Vivi Anggelia

406138108

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

RUMAH SAKIT DOKTER LOEKMONO HADI KUDUS

PERIODE 31 AGUSTUS 2015 3 OKTOBER 2015