plant survey

17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan institusi penyelenggara kesehatan menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair, padat dan gas. Pengelolaan limbah institusi penyelenggara kesehatan adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di institusi penyelenggara kesehatan yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah yang dihasilkannya.Sanitasi sudah saatnya di artikan secara luas dengan kembali ke makna pencegahan penyakit dengan memutus mata rantai penularan penyakit, tidak dengan mind set yang selama ini bahwa sanitasi di samakan dengan jamban, wc, closet dan sejenisnya, tapi juga masalah pengolahan air limbah, pencegahan penyakit menular, pemberantasan vektor dan lainya. Puskesmas sebagai salah satu institusi penyelenggara kesehatan yang dimiliki oleh pemerintah sudah seharusnya menjadi model dan contoh teladan bagi institusi penyelenggara kesehatan yang lain (swasta) dalam berbagai bidang baik dalam bidang pelayanan dan terutama bagaimana seharusnya penerapan ilmu sanitasi dan kesehatan lingkungan dilaksanakan dalam penyelenggaraan kegiatan puskesmas sehari hari,termasuk didalamnya bagaimana harus menangani limbah secara benar. 1

Upload: fannykinasih

Post on 20-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

gfjh

TRANSCRIPT

Page 1: Plant Survey

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan institusi penyelenggara kesehatan menghasilkan berbagai macam limbah yang

berupa benda cair, padat dan gas. Pengelolaan limbah institusi penyelenggara kesehatan

adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di institusi penyelenggara kesehatan

yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang

bersumber dari limbah yang dihasilkannya.Sanitasi sudah saatnya di artikan secara luas

dengan kembali ke makna pencegahan penyakit dengan memutus mata rantai penularan

penyakit, tidak dengan mind set yang selama ini bahwa sanitasi di samakan dengan jamban,

wc, closet dan sejenisnya, tapi juga masalah pengolahan air limbah, pencegahan penyakit

menular, pemberantasan vektor dan lainya.

Puskesmas sebagai salah satu institusi penyelenggara kesehatan yang dimiliki oleh

pemerintah sudah seharusnya menjadi model dan contoh teladan bagi institusi

penyelenggara kesehatan yang lain (swasta) dalam berbagai bidang baik dalam bidang

pelayanan dan terutama bagaimana seharusnya penerapan ilmu sanitasi dan kesehatan

lingkungan dilaksanakan dalam penyelenggaraan kegiatan puskesmas sehari hari,termasuk

didalamnya bagaimana harus menangani limbah secara benar.

Puskesmas Pasar Ikan Kecamatan Teluk Segara yang terletak dekat dengan pasar

dimana banyak kegiatan masyarakat di sekitar Puskesmas tersebut. Limbah medis maupun

non medis yang dihasilkan oleh puskesmas harus diolah dengan baik sesuai standar yang

ditetapkan oleh kementerian lingkungan dan kementerian kesehatan sehingga tidak

mencemari lingkungan sekitar masyarakat.

Maka dari itu, perlu dilakukan suatu kegiatan untuk mengobservasi pengolahan

limbah medis dan non medis yang dihasilkan oleh Puskesmas Pasar Ikan Kecamatan Teluk

Segara sebagai penyelenggara upaya kesehatan.

1

Page 2: Plant Survey

B. Permasalahan

Terdapatnya bahaya potensial dari pengelolaan limbah medis berupa benda-benda tajam

yang tidak hancur dengan sempurna yang berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat

sekitar Puskesmas Pasar Ikan Kecamatan Teluk Segara

C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Mengobservasi dan menganalisis pengolalaan limbah medis dan non medis di

puskesmas

b. Tujuan Khusus

1. Mengobservasi dan menyajikan informasi mengenai pengolahan limbah medis dan

non medis di Puskesmas Pasar Ikan Kecamatan Teluk Segara

2. Mengupayakan puskesmas mampu mencegah cross infection yang dihasilkan dari

penyelenggaraan upaya kesehatan

3. Mencegah penularan penyakit dan kontaminasi cemaran yang dihasilkan limbah dari

kegiatan puskesmas

2

Page 3: Plant Survey

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Untuk menjamin keamanan kualitas lingkungan di sekitar puskesmas agar tidak terjadi pencemaran

lingkungan perlu adanya instalasi pengolahan limbah. Fungsi instalasi pengolahan limbah adalah

mengolah air buangan dan mengolah limbah padat yang berasal dari kegiatan puskesmas. 1

Berdasarkan jenisnya limbah pelayanan kesehatan dibedakan menjadi limbah padat dan cair.

Limbah cair mengandung bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur dan parameter BOD,

COD, TSS, dan lain-lain. Limbah padat terdiri atas sampah mudah membusuk, sampah mudah

terbakar, dan lain-lain.2 Limbah padat terdiri atas sampah mudah membusuk, sampah mudah

terbakar, dan lain-lain. Limbah padat terdiri atas sampah mudah membusuk, sampah mudah

terbakar, dan lain-lain.

Klasifikasi limbah tempat pelayanan kesehatan oleh World Health Organization (WHO):2

Limbah umum (general waste), yaitu bahan-bahan seperti kertas-kertas yang tidak terpakai

lagi. Limbah ini umumnya kurang berbahaya dan tidak membutuhkan penanganan khusus.

Limbah menular (Infectious waste), yaitu bahan-bahan yang mengandung konsentrasi atau

jumlah kuman patogen yang cukup berpotensi menyebabkan penyakit jika terpapar,

misalnya tissu,lap pembersih, bahan atau peralatan yang kontak langsung dengan pasien

yang terkena infeksi, air pencuci, hasil metabolisme pasien seperti nana, tinja, dan

muntahan pasien tanpa resiko penularan yang tinggi, dll.

Sharps, termasuk di dalamnya benang jahitan, syringe, pecahan gelas, pisau, kuku, dll.

Bahan-bahan ini dapat memotong atau melukai handler. Penggunaan benang hipodermik

sangat luas dan berbahaya sebab sering terjadi kontaminasi dengan resiko penularanyang

tinggi.

Limbah patologi (Pathological waste), yaitu jaringan, organ, bagian tubuh, darah, dan

cairan tubuh.

Limbah farmasi (Pharmaceutical waste), seperti obat dan bahan-bahan kimia yang tidak

dapat digunakan dalam waktu lama, expired, atau terkontaminasi.

Bahan-bahan kimia (Chemicals), seperti disinfektan yang tidak diinginkan, pelarut,

pengembang film, reagen dalam laboratorium uji yang bersifat toksik.

3

Page 4: Plant Survey

Syarat tempat pewadahan limbah medis, antara lain :3

Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai

permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.

Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan yang terpisah

dengan limbah non-medis.

Kantong plastik di angkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah terisi

limbah.

Untuk benda-benda tajam hendaknya di tampung pada tempat khusus (safety box) seperti

botol atau karton yang aman.

Syarat benda tajam harus ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol, jerigen

atau karton yang aman.

Tempat pewadahan limbah medis infeksius dan sitotoksik yang tidak langsung kontak

dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan desinfektan apabila akan

dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang telah di pakai dan kontak

langsung dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi.

Pada laporan plant survey ini kami membahas mengenai pengolahan limbah benda tajam.

Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian

menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan

intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah.2 Benda tajam memiliki potensi bahaya yang

menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda tajam yang terbuang mungkin

terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif. Dalam

pengelolaannya limbah klinis dibagi menjadi 5 golongan, yaitu golongan A-E. untuk syringe bekas,

jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam lainnya termasuk golongan B.2

4

Page 5: Plant Survey

Peralatan yang Digunakan untuk Pengeolaan Limbah Medis Padat 2

1. Needle Crusher

Untuk menghancurkan jarum suntik dengan menggunakan tenaga listrik

2. Insenerator

Untuk memusnahkan sampah medis dan non medis padat baik basah maupun kering dengan

menggunakan bahan bakar solar.

3. Kantong Plastik

Digunakan sebagai wadah limbah medis padat memiliki warna dan penandaaan  yang 

disesuaikan  dengan  kategori  dan  jenis  dari  masing-masing  limbah sesuai yang tertera

pada Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Rumah Sakit, mengenai persyaratan limbah medis padat.

4. Needle Pit

Sebagai penampung hasil hancuran limbah padat antara lain jarum suntik.

5. Safety Box

Sebagai alat penampung sementara limbah medis berupa jarum dan syringe bekas.

Persyaratan khusus alat penghancur jarum suntik dan syringe. 1

1) Alat ini mampu menghancurkan jarum suntik dan syringenya.

2) Alat penghancur jarum suntik dan syringe nya harus teregistrasi di Kementerian Kesehatan

3) Hasil olahan alat maksimal 10,0 mm (lebih kecil hasil olahan lebih baik)

4) Kapasitas alat minimal dapat menghancurkan jarum suntik dan syringe nya 300 buah/jam.

5

Page 6: Plant Survey

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Waktu Kunjungan

Kunjungan ke Puskesmas Pasar Ikan dilakukan pada tanggal 25 September 2013 pada pukul

10.00 WIB

B. Alur Pengelolan Sampah Medis

Gambar 1. Skema Pengelolaan limbah medis

6

Page 7: Plant Survey

C. Karakteristik Informan

Karakteristik informan dapat dilihat pada tabel 1 di bawah berikut :

No. Kode Informan Jabatan Pendidikan

1. NP Sanitarian D-III Kesling

2. HN Ka. Pus S-1 Dokter

D. Pengolahan Sampah Medis di UPTD Puskesmas Pasar Ikan

a. Proses Pemilahan

Tahap pemilahan sampah medis telah dilakukan dengan cara memisahkan antara sampah

medis dan non-medis. “….Di puskesmas ini setiap ruangan pelayanan kesehatan terdapat

kotak sampah medis dan non medis, tetapi di ruangan lain seperti ruang tunggu kami

memisahkannya antara sampah basah dan kering….” (informan 2)

b. Proses Pengumpulan

Tahap yang kedua adalah pengumpulan, pada tahap ini dilakukan pengumpulan sampah

dengan menggunakan wadah ember plastik yang menggunakan tutup. Pengumpulan sampah

medis dilakukan dengan cara mengambil sampah dari proses pemilahan dan selanjutnya

dikumpulkan dalam suatu wadah.

c. Proses Penampungan

Dari hasil observasi, sampah-sampah yang sudah dikumpulkan kemudian ditampung di

dalam wadah yang lebih besar.

d. Proses Pengangkutan

Pengangkutan sampah dilakukan bila pemusnahan tidak dapat dilakukan di Puskesmas

sendiri. Sampah-sampah diangkut menggunakan mobil ke Puskesmas atau Rumah Sakit

yang mempunyai insenerator yang dapat dioperasikan.

e. Proses Pemusnahan

Tahap kelima adalah pemusnahan dan pembakaran akhir. Pemusnahan dilakukan di

Puskesmas sendiri dengan menggunakan insenerator, namun sampah-sampah belum

terbakar sempurna. Pemusnahan dilakukan tiga bulan sekali, karena volume sampah tidak

terlalu banyak. “…. Inseneratornya masih bagus, masih bisa berfungsi kok, namun

7

Page 8: Plant Survey

pembakaran sampahnya tidak bisa banyak karena harus sesuai dengan batas garis merah.

Tapi terkadang masih ada sisa jarum-jarum yang tidak terbakar, kemudian kami buang ke

tempat penampungan sementara…..” (informan no. 1)

E. Kendala yang dihadapi

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, didapatkan beberapa kendala-kendala yang

dihadapi oleh Puskesmas, antara lain :

a. Penempatan mesin insenerator yang tidak tepat, mesin insenerator berada di pemukiman

masyarakat sehingga menyebabkan kebisingan dan pencemaran udara di sekitar Puskesmas.

b. Tidak adanya tenaga maintenance (pemeliharaan) untuk memperbaiki mesin yang rusak.

c. Daya listrik di Puskesmas yang tidak sesuai dengan daya yang diperlukan mesin insenerator

sehingga perlu menggunakan pembangkit listrik (generator).

F. Pembahasan

a. Proses Pemilahan

Sistem pemilahan dilakukan berdasarkan sampah medis dan non medis, tempat sampah

diberikan label-label sehingga petugas membuang sampah berdasarkan jenisnya. Hasil

observasi di lapangan, tempat sampah medis terdiri dari tempat sampah plastik biasa untuk

bekas perban, kapas dan safety box untuk bekas jarum suntik. Proses pemilahan dilakukan

untuk mempermudah petugas kesehatan untuk menangani sampah-sampah yang dihasilkan

sehingga untuk proses/tahap selanjutnya akan menjadi lebih mudah.

Proses pemilahan telah sesuai dengan Permenkes RI 1204/MENKES/SK/X/2004

tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit yaitu proses pemilahan dilakukan

dari sumber serta dipisahkan antara sampah medis dan non medis. Berdasarkan Permenkes

RI 1204/MENKES/SK/X/2004 seharusnya limbah puskesmas dipisahkan menurut limbah

infeksius, patologi, farmasi, benda tajam, sitotoksis.

b. Proses Pengumpulan

Berdasarkan hasil observasi semua sampah padat medis dicampurkan dengan berbagai

sampah padat medis lainnya, sementara sampah tajam seperti bekas suntikan dikumpulkan

menggunakan safety box. Hal ini sesuai dengan Permenkes RI 1204/MENKES/SK/X/2004

tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit yaitu benda tajam sebaiknya

ditampung menggunakan safety box atau terbuat dari bahan yang kuat. Penggunaan bahan

yang kuat dalam pengumpulan digunakan agar benda tajam tidak dapat menembus kebagian

8

Page 9: Plant Survey

luar karena apabila benda tajam seperti jarum suntik menembus tempat pengumpulan

tentunya akan menyebabkan tertusuk kepada tenaga kesehatan yang menangani sampah

medis tersebut.

c. ProsesmPenampungan

Berdasarkan hasil observasi, puskesmas menampung sampah medis dan non medis di

tempat yang tidak dapat dijangkau oleh masyarakat/pasien yang akan berobat ke puskesmas.

Wadah limbah dan plastik hitam diletakkan di kantor, unit pelayanan, dan instalasi lain.

Untuk limbah klinis seperti limbah infeksius kantong penampungannya bewarna kuning

dilengkapi dengan simbol biohazard. Pada observasi ini penggunaan plastik kuning dengan

simbol biohazard tidak dilakukan.

Penampungan sementara selambat-lambatnya dilakukan selama 24 jam bagi yang

mempunyai insenerator, namun apabila tidak memiliki mesin insenerator maka bekerja

sama dengan rumah sakit lain dan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apabila

disimpan pada suhu ruang.4 Namun pada puskesmas ini, berdasarkan hasil observasi

sampah medis padat disimpan pada waktu yang cukup lama antara 1 minggu sampai 3

bulan. Hal ini tentunya bertentangan dengan Permenkes RI 1204/MENKES/SK/X/2004

yang menetapkan penampungan sementara selambat-lambatnya dilakukan selama 24 jam.

d. Proses Pengangkutan

Dari hasil wawancara yang dilakukan, pada puskesmas ini pengangkutan sampah dilakukan

bila insenerator tidak dapat dioperasikan. Pengangkutan sampah medis dilakukan

menggunakan mobil oleh bagian kesling dan cleaning service.

Kendaraan yang dipakai harus memenuhi syarat dalam hal kemudahan pemakaian

dan pembersihannya, selain dilengkapi juga dengan alat pengumpul kebocoran. Dalam

kendaraan pengangkut limbah, ruang supir secara fisik harus terpisah dari ruang limbah.5

Bila dilihat dari persyaratan di atas, tentunya menggunakan ambulance dan kendaraan

pribadi sebagai pengangkut sampah medis tidak direkomendasikan karena mobil pribadi

tidak memiliki pembatas antara supir dan sampah medis, sedangkan ambulance tidak

memiliki syarat pengumpul kebocoran serta ambulance merupakan kendaraan yang

digunakan untuk membawa pasien bukan membawa sampah medis.

9

Page 10: Plant Survey

e. Proses pemusnahan/pembakaran

Sampah medis harus dibakar menggunakan insenerator dengan suhu 1000-1200°C.4

Namun pada Puskesmas ini, pembakaran yang dilakukan oleh pihak puskesmas tidak

sampai pada suhu 1000-1200°C, hal ini terlihat dari masih utuhnya jarum suntik sehingga

masih dapat membahayakan orang lain bila tercecer.

10

Page 11: Plant Survey

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengolahan sampah medis di UPTD Puskesmas Pasar Ikan telah dilakukan mulai dari tahap

pemilahan, pengumpulan, penampungan dan pengangkutan, namun pada tahap pemusnahan

masih kurang maksimal karena pembakaran yang dilakukan masih menyisakan bentuk utuh

seperti jarum suntik.

2. Kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak puskesmas yaitu : penempatan mesin insenerator

yang tidak tepat, tenaga maintenance dalam perawatan alat incenarator yang tidak ada dan

daya listrik yang tidak sesuai dengan kebutuhan mesin insenerator.

B. Saran

1. Diharapkan agar lebih memonitoring dan mengevaluasi puskesmas dalam pengelolaan

sampah medis.

2. Ikut membantu biaya operasional dan maintenance alat insenerator.

11

Page 12: Plant Survey

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. 2008. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

http://www.depkes.go.id/downloads/Juknis%20DAK/Tahun%202013/JUKNIS_DAK_2013

_PRE_SIGN.pdf. Diakses pada tanggal 26 September 2013.

2. Anonym. 2012. Penglolaan Limbah Rumah Sakit. http://www.yaslisinstitute.org/news.php?

view=149. Diakses tanggal 26 September 2013.

3. Kesmas. 2013. Prosedur Pengolahan Limbah Medis. http://www.indonesian-

publichealth.com/2013/01/prosedur-pengelolaan-limbah-medis.html. Diakses tanggal 26

September 2013.

4. Departemen Kesehatan RI. 2004 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Dirjen

PPM dan PL, Depkes RI, Jakarta.

5. Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC

12