laporan plant survey multichem 1

Upload: silvia-vamella

Post on 02-Nov-2015

75 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

plant survey

TRANSCRIPT

Gizi Kerja Gizi kerja adalah pemberian gizi yang diterapkan kepada masyarakat pekerja dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan, efisiensi, dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya. Pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah satu bentuk penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Rendahnya produktivitas kerja dianggap akibat kurangnya motivasi kerja, tanpa menyadari faktor lainnya seperti gizi pekerja. Perbaikan dan peningkatan gizi mempunyai makna yang sangat penting dalam upaya mencegah morbiditas, menurunkan angka absensi serta meningkatkan produktivitas kerja.1-3Tabel 1. Kelompok aktivitas menurut jenis kelamin1

Metode yang biasa digunakan untuk pengukuran kecukupan gizi adalah indeks massa tubuh (IMT), yaitu berat badan (kg) dibagi dengan (tinggi badan x tinggi badan dalam meter). Kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh :

i. Usia

ii. Ukuran tubuh

iii. Jenis kelamin.

Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu:

i. Jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari

ii. Keadaan fisiologis:

Selama Kehamilan : untuk perkembangan janin, pekerja perempuan yang hamil membutuhkan tambahan energi dan zat gizi lainnya seperti zat besi dan asam folat. Perempuan yang berstatus gizi baik dengan tingkat aktivitas ringan-sedang membutuhkan kalori ekstra 180 kkal/hari pada trimester 1, sedangkan pada trimester 2 dan 3 dibutuhkan tambahan 300 kkal/ hari.

Selama Menyusui: untuk produksi ASI, pekerja perempuan yg hamil membutuhkan tambahan energi dan zat gizi lainnya. Selama enam bulan pertama, seorang ibu menyusui membutuhkan energi tambahan 500 kkal/ hari dan 550 kkal/hari pada 6 bulan berikutnya. 1-3iii. Keadaan khusus; seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia.2 Anemia Besi: untuk pekerja anemia gizi besi diberikan suplemen tablet besi dengan dosis 60 mg 2 kali seminggu sampai anemia teratasi. Selain itu, pekerja dianjurkan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang yang kaya zat besi seperti hati, daging, ikan, ayam, telur dan sayuran hijau. Khusus bagi pekerja perempuan, untuk mencegah anemia dianjurkan pemberian tablet besi dengan dosis 60 mg per minggu selama 16 minggu setiap tahun. Selama masa haid diberikan 60 mg zat besi tiap hari.

Kelebihan Berat Badan: perlu melakukan perencanaan makan atau diet rendah kalori seimbang. Pengaturan pola makan sehat dilakukan dengan mengurangi asupan lemak dan mencukupi komposisi bahan makanan dengan metode gizi seimbang, yaitu cukup sumber karbohidrat, protein dan lemak serta cukup vitamin dan mineral.Porsi kalori terbesar diusahakan dikonsumsi pagi dan siang hari. Konsumsi sayuran dan buah perlu diperbanyak karena buah banyak mengandung serat dan vitamin, namun sedikit kandungan kalorinya. Makanan selingan sebaiknya diberikan berupa buah-buahan. Susu yang dikonsumsi sebaiknya adalah susu rendah lemak. Olahraga secara teratur dan rutin perlu dilakukan. Olah raga apapun baik namun jenis yang disarankan adalah olahraga aerobik karena dapat membakar kalori lebih banyak. Sebaiknya olahraga dilakukan 4-5 kali seminggu selama 20-30 menit karena dengan durasi tersebut pembakaran kalori baru dapat terjadi.2iv. Keadaan lingkungan kerja.

Suhu: tempat kerja dengan suhu tinggi akan terjadi penguapan yang tinggi sehingga pekerja mengeluarkan banyak keringat. Karenanya perlu diperhatikan kebutuhan air dan mineral sebagai pengganti cairan yang keluar dari tubuh. Untuk mencegah dehidrasi disarankan untuk minum air, konsumsi sayur dan buah.

Pengaruh bahan kimia: Bahan-bahan kimia tertentu dapat menyebabkan keracunan kronis, akibatnya: menurunnya nafsu makan, terganggunya metabolisme tubuh dan gangguan fungsi alat pencernaan sehingga menurunkan berat badan. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan zat gizi. Hal ini juga terjadi pada para pekerja yang mengalami gangguan psikologis.

Bahan radiasi mengganggu metabolisme sel sehingga diperlukan tambahan protein dan antioksidan untuk regenerasi sel.

Parasit dan mikroorganisme: Pekerja di daerah pertanian dan pertambangan sering terserang kecacingan yang dapat mengganggu fungsi alat pencernaan dan kehilangan zat-zat gizi sehingga dibutuhkan tambahan zat gizi.

Tabel 2: Status gizi berdasarkan IMT.2

Tabel 3: Kebutuhan Gizi Per Hari bagi Pekerja Menurut Umur, Jenis Kelamin dan Aktivitas Fisik.3

Kebutuhan energi selama bekerja (8 Jam) adalah 40-50% dari kebutuhan sehari. Bila diterjemahkan kedalam menu menjadi kebutuhan untuk 1 kali makan dan 1 kali snack. Kebutuhan energi dan protein selama bekerja seperti tercantum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4: Kebutuhan energi dan protein selama bekerja (8 jam).3

Tabel 5: Contoh Menu Makanan Bagi Pekerja Selama Bekerja (8 jam). 3

2.15 Penilaian kesehatan

Surveilans medis terdiri dari tiga hal penting yaitu pemeriksaan kesehatan pra-kerja (pre-employment atau pre-placement medical examination), sebelum subjek pemeriksaan ditempatkan atau bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala (periodic medical examination) yang terkait dengan bahaya kesehatan, dan pemeriksaan kesehatan khusus (specific medical examination) yang terkait dengan kembali bekerja (returning to work) setelah terdapat gangguan kesehatan yang bermakna dan penyakit yang berat.5 Tujuan pemeriksaan kesehatan pra-kerja

1. Menetapkan kemampuan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan penempatan pekerja

2. Mengidentifikasi kondisi kesehatan yang mungkin diperburuk oleh pajanan bahaya kesehatan, kerentanan calon pekerja terhadap bahaya kesehatan tertentu yang memerlukan eksklusi pada individu dengan pajanan tertentu

3. Menetapkan data dasar (baseline data) evaluasi sebelum pekerjaannya. Data dasar ini berguna sebagai pertimbangan kelak adanya gangguan kesehatan dan adanya kaitan dengan pajanan bahaya kesehatan di tempat kerja.5 Tujuan pemeriksaan berkala

1. Mendeteksi sedini mungkin setiap gangguan kesehatan yang mungkin terjadi dan disebabkan oleh pajanan bahaya kesehatan di tempat kerja, dan kondisi kerja

2. Mendeteksi perubahan status kesehatan (penyakit yang tidak berhubungan dengan pekerjaan) yang bermakna dapat menyebabkan gangguan kesehatan apabila melanjutkan pekerjaan, atau menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap pajanan bahaya kesehatan di tempat kerja atau kondisi kerja.

Riwayat kesehatan dan riwayat pekerjaan secara lengkap diperlukan untuk dapat dilakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai terutama bila diketahui adanya pajanan yang berulang dan kemungkinan gangguan kesehatan.5Pemeriksaan medis berkala dilakukan kelompok pekerja agar dapat memberi efek pencegahan penyakit primer, atau bila gagal, akan memberi efek pencegahan penyakit sekunder. Ada dua jenis pemeriksaan kesehatan berkala, yaitu:

1. Pemeriksaan berkala umum yang dilakukan terhadap seluruh pekerja sebagai bagian program pemerliharaan kesehatan karyawan, atau bila dicurigai terjadinya suatu kemungkinan gangguan kesehatan akibat berbagai kondisi kerja yang memadai.

2. Pemeriksaan kesehatan yang dihubungkan dengan ancaman gangguan kesehatan di lingkungan kerja tertentu yang berisiko tinggi, dilaksanakan secara berkala untuk memantau pekerja tertentu yang bekerja dalam kondisi spesifik.4 Tujuan pemeriksaan khusus

Pada dasarnya pemeriksaan khusus sama dengan pemeriksaan kesehatan prakerja. Dalam hal ini hasil pemeriksaan kesehatan khusus ditempatkan sebagai data dasar menggantikan data dasar hasil pemeriksaan kesehatan pekerja. Jenis pemeriksaan yang dilakukan pada pemeriksaan kesehatan khusus tergantung pada riwayat penyakit dan status kesehatan saat terakhir atau saat pemulihan.5Pemeriksaan kesehatan setelah sembuh dari sakit berguna untuk memastikan bahwa seorang pekerja telah sembuh benar dari sakitnya dan dapat megerjakan pekerjaannya dengan aman tanpa membahayakan dirinya sendiri ataupun orang lain disekitarnya. Obat-obatan yang masih diminum perlu juga diperiksa karena dapat berpengaruh terhadap kinerjanya.41. Levy BS, Wegman DH, Baron SL, Sokas SK. Occupational and environmental health: recognizing and preventing disease and injury.1sted. USA :Lipincott & Williams ; 2006.2. Rom WN, editor.Environmental andoccupationalmedicine, 4thed.USA : lipincott & Williams ; 20073. Ratnawati I. Pemenuhan kecukupan gizi bagi pekerja. 14 Februari 2011. Diunduh dari http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/747 , 5 oktober 2013, pukul 15:15 WIB.4. Sumamur. Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes). Sagung seto. Jakarta; 2009.h.116-51, 405-6, 319-20.

5. Mansyur M. manajemen risiko kesehatan di tempat kerja dalam Majalah kedokteran Indonesia, vol 57, no 9. IDI. Jakarta; 2007. Hal 285-8.

I. Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) dan Perundang-Undangan 1,2Sebenarnya sering timbul pertanyaan apakah sebenarnya K3 itu penting? Apakah ada manfaatnya untuk perusahaan bila menerapkan K3 dalam setiap kegiatan di perusahaan? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang seringkali muncul dalam benak manajemen apakah akan menerapkan K3 di perusahaan. Ditambah lagi akan timbul biaya tambahan untuk melaksanakan program K3 tersebut. Pemikiran seperti inilah yang membuat pihak perusahaan ragu-ragu untuk melaksanakan program K3.

Aspek K3 bersifat multi dimensi. Oleh karena itu, untuk menjawab keraguan dari pihak pengusaha tentang pelaksanaan program k3, tujuan dan manfaat K3 harus dilihat dari berbagai aspek, yaitu sisi hukum, perlindungan tenaga kerja dan sisi ekonomi.a. Aspek Hukum

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah merupakan ketentuan perundangan dan memiliki landasan hukum yang kuat dan wajib dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat dalam proses produksi yaitu pengusaha dan pekerja. Di Indonesia, peraturan perundangan yang mengatur tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja antara lain:

Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Undang-undang No.8 Tahun 1998 tentang perlindungan Konsumen Undang-undang No.22 tentang MIGAS Undang-undang No.19 / 1999 tentang jasa konstruksi Undang-undang No.28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Undang-undang No.30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Bab XI Lingkungan Hidup dan keteknikan memuat tentang Aspek KeselamatanUndang-undang Kerja

Undang-undang kerja diundangkan pada tahun 1948 dan dinyatakan berlaku, walaupun tidak untuk seluruh pasal-pasalnya, dengan Peraturan pemerintah Tahun 1951 No.1. undang-undang ini mengatur tentang jam kerja; cuti tahunan; cuti hamil; cuti haid bagi pekerja-pekerja wanita; peraturan tentang kerja bagi anak-anak, orang muda, dan wanita; persyaratan tempat kerja. Tapi ditinjau dari sudut Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja yang menjadi wewenang dan tanggung jawab Departemen Tenaga Kerja Transkop adalah pasal 16 ayat 1 yang menetapkan, bahwa majikan harus mengadakan tempat kerja dan perumahan yang memenuhi syarat kebersihan dan kesehatan.

Undang-undang KecelakaanUndang-undang ini diundangkan pada tahun 1947 dan dinyatakan berlaku pada tahun 1951. Undang-undang kecelakaan menentukan penggantian kerugian kepada buruh yang mendapat kecelakaan atau penyakit akibat kerja, dari itu nama Undang-Undang Kompensasi Pekerja. Undang-undang kecelakaan perlu ditinjau kembali, apabila dilihat dari sudut besarnya kompensasi yang tidak mencukupi, dan sebagai penilaian hebat-tidaknya suau cacat tidaklah cukup faktor-faktor anatomis dan fall saja, melainkan harus diperhatikan pula faktor-faktor psikologis, social, dan ekonomi.

Undang-undang Keselamatan KerjaUndang-undang Keselamatan Kerja diundangkan pada tahun 1970 dan mengganti Veilligheids reglement tahun 1910. Undang-undang tersebut memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamata kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, tehnik dan teknologi dalam rangka pembinaan norma-norma keselamatan kerja sesuai dengan Undang-undang tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok mengenai Tenaga kerja yang diatur oleh Undang-undang tersebut adalah Keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hokum Republik Indonesia.

Menurut Undang-undang Keselamatan Kerja, syarat-syarat Keselamatan Kerja seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya berikut jenis-jeis bahaya akan diatur dengan peraturan perundangan. Syarat-syarat tersebut ditetapkan untuk:

Mencegah dan mengurangi kecelakaan;

Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran;

Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

Memberi pertolongan pada kecelakaan;

Memberi alat-alat perlindungan pada para pekerja;

Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembabban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.

Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik, maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan;

Memperoleh peerangan yang cukup dan sesuai;

Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban;

Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;

Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau barang;

Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

Memelihara dan mengamankan pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang;

Mencegah terkena arus listrik;

Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerja yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.b. Aspek Perlindungan Tenaga Kerja

Keselamatan dan Kesehatan kerja adalah salah satu upaya untuk melindungi semua pihak yang terlibat dalam proses produksi dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Hal ini dikarenakan tenaga kerja adalah merupakan asset perusahaan yang harus dilindungi. Apabila terjadi kecelakaan kerja, berarti ada pengurangan asset sehingga perusahaan akan dirugikan akibat hal tersebut.

Perlindungan terhadap tenaga kerja bukan hanya terhadap sisi keselamatan dan kesehatan kerja saja. Ada banyak bentuk perlindungan bagi tenaga kerja antara lain jaminan sosial tenaga kerja, upah minimum, jam kerja, dan hak untuk berkumpul dan berorganisai.

Di dunia ada banyak peraturan yang mengatur tentang perlindungan tenaga kerja. Indonesia mengeluarkan Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Di Amerika pada tahun yang sama juga mengeluarkan Occupational Health and Safety Act dan membentuk Lembaga OHSA yang bertugas menangani aspek K3.c. Aspek Ekonomi

Dilihat dari sisi ekonomi banyak sekali manfaat penerapan K3 di perusahaan. K3 akan bermanfaat dalam peningkatan produktivitas dan pengendalian kerugian.K3 dan produktivitas

Didalam proses produksi, produktivitas ditopang oleh tiga hal yaitu kualitas, kuantitas dan keselamatan. Produktivitas yang baik akan menghasilkan barang dengan kualitas yang sesuai dengan permintaan dan jumlah yang sesuai. Kualitas dan kuantitas tidak akan tercapai bila keselamatan kerja tidak terjamin. Bayangkan bila seorang operator mengalami kecelakaan, pastilah proses produksi akan terganggu sehingga target yang ditetapkan tidak tercapai. Oleh karena itu, keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting dalam menunjang tercapainya produktivitas kerja.K3 dan pengendalian kerugian

Seperti telah dipaparkan diatas, bahwa kecelakaan kerja akan mengakibatkan menurunnya produktivitas. Selain itu, kecelakaan juga akan mengakibatkan kerugian karena menyangkut cederanya pekerja atau operator dan juga kerusakan sarana dan prasarana produksi. Kerusakan sarana dan prasaran produksi biasa disebut non injury accident atau damage accident. Karena itulah, disini K3 berfungsi sebagai pengendali kerugian atau disebut Loss control Management. Hal ini sangat penting karena kerugian akibat kerusakan mesin lebih besar daripada cederanya operator. Penelitian ini diungkapkan oleh Frank Bird dalam bukunya Loss control Management . Dalam penelitiannya tersebut Frank Bird mengungkapkan bahwa untuk 1 kali kecelakaan yang mengakibatkan meninggal, akan terjadi lebih dari 30 kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan yang tidak berakibat cedera pada manusia. Kerugian yang ditimbulkan oleh kecelakaan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu Kerugian langsung dan kerugian tidak langsung.

1) Kerugian langsung, terdiri dari :

Biaya pengobatan dan kompensasi Kerusakan sarana produksi

2) Kerugian Tidak langsung

Kerugian jam kerja Kerugian produksi Kerugian Sosial Citra dan kepercayaan konsumenII. Sistem Manajemen K3 6,7,8Dalam dunia persaingan terbuka pada era globalisasi ini , masyarakat dan internasional menerapkan standart acuan terhadap berbagai hal terhadap industri seperti kualitas, manajemen kualitas, manajemen lingkungan, serta keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila saat ini industri pengekspor telah dituntut untuk menerapkan Manajemen Kualitas (ISO-9000, QS-9000) serta Manajemen Lingkungan (ISO-14000) maka bukan tidak mungkin tuntutan terhadap penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja juga menjadi tuntutan pasar internasional. Untuk menjawab tantangan tersebut Pemerintah yang diwakili oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah menetapkan sebuah peraturan perundangan mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996.Definisi SMK3Secara normatif sebagaimana terdapat pada PER.05/MEN/1996 pasal 1, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggungjaeab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.Tujuan dan SasaranTujuan dan sasaran sistem Manajemen K3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

Alasan Penerapan SMK3Karena SMK3 bukan hanya tuntutan pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga tanggung jawab pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman bagi pekerjanya. Selain itu penerapan SMK3 juga mempunyai banyak manfaat bagi industri kita antara lain :Manfaat Langsung : Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja

Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa aman dalam bekerja.Manfaat tidak langsung :

Meningkatkan image market terhadap perusahaan.

Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.

Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat semakin lama.Klausa dan elemen pada SMK3Sebagai mana terdapat pada lampiran I PERMENAKER NO:PER.05/MEN/1996:

1. Komitmen dan Kebijakan1.1. Kepemimpinan dan Komitmen1.2. Tinjauan Awal K31.3. Kebijakan K32. Perencanaan2.1. Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko2.2. Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya2.3. Tujuan dan Sasaran2.4. Indikator Kinerja2.5. Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang Berlangsung3. Penerapan3.1 Jaminan Kemampuan3.1.1. SDM, Sarana dan Dana3.1.2. Integrasi3.1.3. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat3.1.4. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran3.1.5. Pelatihan dan Kompensasi3.2. Kegiatan Pendukung3.2.1. Komunikasi3.2.2. Pelaporan3.2.3. Pendokumentasian3.2.4. Pengendalian Dokumen3.2.5. Pencatatan dan Manajemen Informasi 3.3. Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko3.3.1. Identifikasi Sumber Bahaya3.3.2. Penilaian Resiko3.3.3. Tindakan Pengendalian3.3.4. Perancangan dan Rekayasa3.3.5. Pengendalian Administratif3.3.6. Tinjauan Ulang Kontrak3.3.7. Pembelian3.3.8. Prosedur Menghadapi keadaan darurat dan Bencana3.3.9. Prosedur Menghadapi Insiden3.3.10. Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat4. Pengukuran dan Evaluasi4.1. Inspeksi dan Pengujian4.2. Audit SMK34.3. Tindakan Perbaikan dan Pencegahan5. Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen

Dari data diatas tampak bahwa SMK3 yang dilaksanakan di Indonesia sudah cukup representatif dibandingkan dengan standard internasional seperti OHSAS atau ILO OSH guidelines.

Kekurangan yang paling dasar adalah peraturan pendukung mengenai K3 yang masih terbatas dibandingkan dengan organisasi internasional. Tapi hal ini masih dapat dimaklumi karena masalah yang sama juga dirasakan oleh negara-negara di Asia dibandingkan negara Eropa atau Amerika, karena memang masih dalam tahap awal.

Selain itu sertifikasi SMK3 yang hanya dapat dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja (Pemerintah) dirasakan kurang membantu promosi terhadap SMK3 dibandingkan dengan sertifikasi ISO series, OHSAS, KOHSA (korea), yang juga menggunakan badan sertifikasi swasta. Dan yang utama tentunya adalah peran aktif dari pengusaha Indonesia yang masih belum mengutamakan K3 di Industrinya karena masalah klasik yaitu cost (biaya).

1. K. Sumamur P. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Gunung Agung. 1976.2. Tujuan dan Manfaat K3. Diunduh dari http://dinsosnakertrans.tulungagung.go.id/index.php/artikel/k3/238-tujuan-dan-manfaat-k3 pada tanggal 25 Oktober 2011.

Analisa Keselamatan Terhadap Pekerjaan

Seperti halnya produktivitas yang memperoleh manfaat dari analisa pekerjaan, demikian juga keselamatan memetik keuntungan dari analisa keselamatan terhadap pekerjaan. Produktivitas dan keselamatan erat bertalian. Dengan analisa pekerjaan, keselamatan tidak dapat dilupakan dan dengan keselamatan, orang tidak dapat melupakan produktivitas.

Analisa keselamatan terhadap pekerjaan, terlepas dari apakah bagian atau bukan dari analisa pekerjaan, dapat berperan besar dalam meniadakan bahaya yang bersumber dari pekerjaan. Analisa mengurai setiap operasi dalam pekerjaan, menelaah bahaya-bahaya tiap-tiap kegiatan dan menunjukkan kegiatan ijin kerja, rencana gambar dan peralatan, kwalifikasi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan dan pedoman kerja serta latihan yang diperlukan.

Suatu hal dalam analisa pekerjaan yang dapat mengurangi tugas keselamatan adalah peniadaan kegiatan-kegiatan yang tidak perlu dan penyerderhanaan kegiatan-kegiatan yang rumit. Sama-sam dimaklumi, bahwa banyak kecelakaan yang dialami pada pengolahan bahan. Jika proses pengolahan dapat disederhanakan, kecelakaan-kecelakaan akan berkurang. Pedoman Keselamatan Kerja

Suatu tindakan lain dalam keselamatan di perusahaan adalah dikeluarkannya pedoman dan petunjuk tentang keselamatanyang bertalian dengan pengolahan material, menjalankan mesin atau pekerjaan-pekerjaan lainnya.

Pedoman dan petunjuk tidak dapat menggantikan alat-lat perlindungan, tetapi berguna sebagai penunjang penggunaan alat-alat pengaman tersebut atau sangat berguna manakala alat pengaman tidak dapat dipasang. Sebagai contoh, perlu pedoman atau petunjuk tentang cara penggunaan rantai atau tali pengangkat, penyimpanan dan pemeriksaannya, atau tentang perawatan mesin atau peralatan lainnya.

Mempersiapkan suatu pedoman atau petunjuk tidak mudah, yang sulit adalah penerapaannya. Cara terbaik agar pedoman atau petunjuk ditaati adalah pengikutsertaan para pelaku dalam perumusan pedoman atau petunjuk.

Hal ini dapat dilakukan melalui panitia keselamatan atau mengajak yang bersangkutan untyuk berkonsultasi. Segera setelah petunjuk atau pedoman dikeluarkan, harus ada tindak lanjutnya antara lain supervise, dan lain-lain.

Pedoman atau petunjuk tidak ada manfaatnya, jika tidak ditaati. Untuk itu, isinya harus tepat. Suatu pedoman yang tidak jelas, misalnya sebagai berikut, Dianjurkan dipakai sepatu pelindung; pemakaiannya diserahkan kepada pertimbangan tenaga kerja. Seharusnya pedoman berbunyi: Sepatu pelindung harus dipakai oleh semua tenaga kerja yang bekerja pada pengolahan benda-benda berat.

Manakala kemampuan perusahaan tidak dapat menjangkaunya, mungkin perusahaan menganjurkan suatu pedoman atau petunjuk kepada tenaga kerja. Namun, bila perusahaan sudah mampu, anjuran tersebut diubah menjadi suatu ketentuan yang harus ditaati dan disertai pengadaan segala sesuatu yang perlu.

Petunnjuk atau pedoman tidak boleh sebagai alat pengusaha untuk melepaskan kewajiban dan tangguang jawabnya dalam keselamatan. Misalnya kacamata dinyatakan tidak perlu dipakai, padahal sebenarnya pekerjaan mensyaratkannya. Pemakaian Warna, Peringatan, Tanda-Tanda dan Label a. Pemakaian warna

Pemakaian warna, peringatan, tanda-tanda dan label sangat penting bagi keselamatan kerja. Dibawah ini diuraikan lebih lanjut sebagai berikut: a. Warna menandakan daerah-daerah bahaya, peralatan penanggulangan kebakaran, perlengkapan pertolongan pertama terhadap kecelakaan, jalan keluar, lalu lintas angkutan, dan sebagainya.

b. Secara khusus warna menunjukkan isi silinder gas dan pipa-pipanya.

c. Warna warna yang tepat dapat memperbaiki berfungsinya indra penglihatan di tempat kerja, jalan-jalan lalu lintas dan sebagainya. d. Warna-warna yang tepat bagi dinding, langit-langit, peralatan, dan lain-lain berefek psikologis yang baik.

Pemakaiannya warna biasanya sebagai berikut:

a. Merah untuk tanda berhenti, untuk alat yang memberikan tanda berhenti, dan untuk alat pemadam kebakaran.

b. Hijau untuk penyelamatan diri, tempat-tempat PPK , tanda jalan bagi lalu lintas dan instalasi-instalasi keselamatan.

c. Jingga (kuning- orange) dipakai untuk menunjukkan adanya bahaya, misalnya daerah yang harus disertai pagar pengaman.

d. Batang-batang atau benda-benda yang berada dekat jalan lalu lintas diberi warna kuning atau putih dan hitam agar telihat secara kontras dengan lingkungan.

e. Warna putih dipakai untuk garis-garis jalan.

b. Peringatan dan Tanda- TandaPeringatan dan tanda-tanda juga dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan. Peringatan dan tanda-tanda dapat membawakan suatu p[esan instruksi, pesan peringatan atau pemberian keterangan secara umum. Peringatan dan tanda-tanda tidak dapat dianggap sebagai pengganti bagi tindakan-tindakan keselamatan melainkan menunjang tindakan-tindakan tersebut. Dilarang merokok adalah suatu peringatan yang merupakan perintah. Peringatan-peringatan lain misalnya Awas tekanan tinggi , Hati-hati berbahaya. Juga banyak tanda-tanda lalu lintas.

Keterangan-keterangan misalnya berupa tanda-tanda bagi tempat pintu jalan keluar, pertolongan pertama dan lain-lain.

Peringatan dan tanda-tanda tidak boleh terlalu banyak, oleh karena orang tidak memperhatikannya lagi. c. Label Bahan-bahan yang berbahaya dan wadahnya harus diberi label. Banyak kecelakaan terjadi sebagai akibat tidak diberinya label pada wadah-wadah yang dipakai untuk bahan beracun, korosif, dapat terbakar atau lain-lainnya. Lebih buruk lagi, jika wadahnya adalah wadah untuk susu, air minum, atau untuk keperluan biasa lainnya. Kecelakaan sangat berat biasanya terjadi, bila tenaga kerja meminum racun dari botol susu, botol minuman, dan lain-lain.

Contoh: seorang tenaga kerja pergi ke tempat kerja kawannya yang sedang tidak berada di tempat. Ia minum cairan dari botol limun yang ternyata sublimat. Ia keracunan berat dan harus dirawat beberapa minggu di rumah sakit.Penggunaan lambang sangat membantu tenaga kerja yang buta huruf. Namun begitu, tetap perlu keterangan sebagai penjelasan yang memuat: Nama bahan

Uraian tentang bahaya utama dan bahaya-bahaya lain

Penjelasan cara-cara pencegahan yang harus diambil

Jika perlu, petunjuk tentang pertolongan pertama atau tindakan-tindakan lain yang sederhana dalam hal kecelakaan atau keadaan darurat.

Penerangan Penerangan merupakan suatu aspek lingkungan fisik penting bagi keselamatan kerja. Beberapa penelitian membuktikan bahwa penerangan yang tepat dan disesuaikan dengan pekerjaan berakibat produksi yang maksimal dan ketidak efisienan yang minimal, dan dengan begitu secara tidak langsung membantu mengurangi terjadinya kecelakaan. Dalam hubungan kelelahan sebagai penyebab kecelakaan, penerangan yang baik merupakan suatu usaha preventif. Pengalaman menunjukkan bahwa penerangan yang tidak memadai disertai tingkat kecelakaan tinggi.

Factor-faktor dalam penerangan yang menjadi sebab kecelakaan meliputi kesilauan langsung, kesilauan sebagai pantulan dari lingkungan pekerjaan dan bayangan-bayangan yang gelap. Juga perubahan yang mendadak dari keadaan yang terang kepada keadaan yang gelap membahayakan. Kadang-kadang, kelelahan berlatar belakang kesulitan dalam penglihatan.

Contoh, seorang tenaga kerja yang menuruni tangga salah injak dan terjatuh sebagai akibat adanya bayangan yang mengenai tangga oleh keadaan penerangan yang buruk.

Penerangan yang memadai sangat perlu bagi pencegahaan kecelakaan, di tempat-tempat dengan bahaya terantuk, terjatuh dan terjerembab seperti di pinggir pelabuhan, sepanjang jalan kereta api yang dilalui orang, di jalan-jalan, di tangga, pada tempat keluar, dan sebagainya.

Bila di runag kerja terdapat banyak orang, penerangan harus diadakan secara baik di jalan-jalan untuk lewat, di tangga-tangga, tempat-tempat keluar, di daerah mesin-mesin, dan lain-lain, sekalipun penerangan umum tidak dapat melakukannya. Maka dari itu, sering kali diperlukan pembangkit listrik khusus untuk keperluan tersebut. Kadang-kadang cat-cat yang berluminensi dapat membantu. Tanda-tanda harus jelas dan untuk itu dipakai penerangan listrik. Ventilasi dan Pengaturan Suhu

Ventilasi umum atau setempat ada pula peranannya dalam keselamatan kerja. Demikian pula dengfan pengaturan suhu udara dengan pendinginan. Misalnya, ventilasi setempat merupakan suatu cara meniadakan debu-debu yang eksplosif, seperti debu aluminium, magnesium, gabus, pati atau tepung dari udara. Uap-uap di udara yang dapat terbakar dapat diturunkan kadarnya sampai kepada batas aman oleh ventilasi umum atau dihilangkan sama sekali oleh ventilasi keluar setempat. Pengaturan suhu udara dapat mencegah keadaan terlalu dingin atau terlalu panas yang dapat membantu timbulnya kecelakaan.

System ventilasi perlu perencanaan yang tepat. Hal ini terutama perlu bagi ventilasi keluar setempat yang akan memperburuk keadaan, jika perencanaannya tidak tepat. Tudung pintu ventilasi keluar setempat harus diletakkan dan diatur sedemikian sehingga tidak ada uap logam atau debu yang memasuki tempat kerja atau langsung dihirup oleh tenaga kerja.

Kedinginan menjadi sebab kurangnya keterampilan tangan dan hal ini berbahaya bagi pekerjaan dengan mesin. Udara panas adalah sebab kelelahan dan kurangnya konsentrasi. Mungkin suhu udara yang tepat di tempat kerjka adalah sekitar 24-26 C suhu kering. Factor-faktor yang luas berpengaruh kepada suhu kerja ini.