plagiat merupakan tindakan tidak terpuji filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi...

122
RESILIENSI WANITA PENYINTAS ERUPSI MERAPI 2010 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh: Albertus Guntur Prabawanto NIM : 069114046 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: dinhkhue

Post on 27-Apr-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

RESILIENSI WANITA PENYINTAS ERUPSI MERAPI 2010

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Albertus Guntur Prabawanto

NIM : 069114046

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

i

RESILIENSI WANITA PENYINTAS ERUPSI MERAPI 2010

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Albertus Guntur Prabawanto

NIM : 069114046

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

iv

Hadapi, Jalani, dan Jangan Pernah Menyesali

Carpe Diem!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

v

Untuk Semesta dan Jiwa-jiwa pemberani;

Dalam nama-Nya;

Kita bangkit dan tetap berkarya;

Rawe-rawe rantas, malang-malang putung;

Bencana bukanlah akhir dari kebidupan ini, namun awal dari kehidupan baru;

Alfa dan Omega!!!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

vii

RESILIENSI WANITA PENYINTAS ERUPSI MERAPI 2010

Albertus Guntur Prabawanto

ABSTRAK

Bencana alam adalah sesuatu yang di luar kendali manusia. Setelah bencana terjadi,

manusia harus memilih untuk bangkit atau justru semakin terpuruk. Salah satu bencana alam yang

berdampak luas di Yogyakarta adalah erupsi gunung Merapi pada tahun 2010. Masyarakat sekitar

kehilangan harta benda, alam tempat tinggalnya, bahkan saudara. Pengalaman kehilangan dan

suasana traumatis yang terjadi ketika itu menuntut individu untuk bangkit pengalaman pahit

selama bencana dan sesudah bencana terjadi. Penelitian ini berusaha mengetahui resiliensi pada

penyintas erupsi Merapi 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah naratif. Pengumpulan

data dilakukan lewat wawancara semi terstruktur dengan subyek dua orang. Pemilihan subyek

dilakukan lewat dasar pengalaman selama erupsi. Subyek adalah wanita yang mana dalam

masyarakat Jawa menjadi subordinat dalam budaya patriarki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

nilai-nilai kearifan lokal yang berpengaruh terhadap resiliensi wanita penyintas erupsi Merapi

2010 adalah nilai kebersamaan, nilai perjuangan, nilai ketaqwaan, dan nilai kepasrahan. Selain itu,

ditemukan adanya kecenderungan yang terarah pada Posttraumatic Stress Disorder (PTSD) akibat

kejadian traumatis selama erupsi Merapi.

Kata kunci: Resiliensi, Erupsi Merapi 2010, Wanita Jawa, Kearifan Lokal, Posttraumatic Stress

Disorder

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

viii

WOMEN RESILIENCE WHO SURVIVE ON

MERAPI ERUPTION 2010

Albertus Guntur Prabawanto

ABSTRACT

Natural disasters are something beyond human control. After a disaster occurred, people

must choose to rise or even worse off. One of the natural disasters that have broad impact in

Yogyakarta is Mount Merapi eruption in 2010. Communities around have loss of property, natural

place of residence, even brothers. An experience of losing and traumatic atmosphere that occurs,

require the individual to rise up from bitter experience during the disaster and after the disaster

occurred. This study sought to know the resilience of the victims of Merapi eruption 2010. The research method used is narrative. The data was collected through semi-structured interviews with

two subjects. Selection of subjects is based on the experience during eruption. Subjects were

women which in Java community became a subordinate in patriarchal culture. The results showed

that the values of local wisdom that affect the resilience of women victims of Merapi eruption in

2010 is the value of unity, the value of struggle, the value of devotion, and the value of surrender.

Else, there was found that directional tend to be Posttraumatic Syndrome Disorder (PTSD) due to

traumatic events during the eruption.

Key words: Resilience, Merapi Eruption 2010, Java’s Women, Local Wisdom, Posttraumatic Syndrome Disorder

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

x

KATA PENGANTAR

Tugas akhir ini adalah salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tugas akhir yang

berbentuk skripsi ini dibuat atas kepedulian penulis terhadap kesehatan mental

pada survivors erupsi Merapi 2010, khususnya wanita.

Terdorong keinginan untuk melihat bagaimana resiliensi survivors wanita

erupsi Merapi 2010. Penelitian ini memberi perhatian kepada kaum wanitadan

memberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama-

sama mengembangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan Lokal.

Akhirnya peneliti memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya pada

semua pihak yang membantu berjalannya penelitian ini dan proses penulisannya.

Terima kasih penulis haturkan kepada :

1. Prof. Dr. A. Supratikya selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar

dan telaten membimbing saya dalam penulisan ini.

2. FX. Suwondo, Mardinah, Ch dan Sekar Ayu Ning Tyas yang selalu

mengingatkan untuk segera menyelesaikan kuliah.

3. Keluarga Besar Praptowiharjo yang selalu memberi dukungan untuk

menyelesaikan kuliah.

4. Veronika Dwi Laksmi yang crewetin saya untuk menyelesaikan

tulisan ini.

5. Sahabat Sanggar Anak Akar, teristimewa Ibe Karyanto yang tak henti-

hentinya mengingatkan untuk menulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

xi

6. Teman-teman Sekertariat Bersama Keistimewaan Yogyakarta,

terkhusus Widhihasto yang selalu menyindir dan memotivasi dalam

pengerjaan tulisan ini.

7. Teman-teman TRC dan SAR DIY yang memfasilitasi saya dalam

pengambilan data.

8. Komunitas Sarikraman, terutama Nazarius Sudaryono yang selalu

mengingatkan saya untuk segera menyelesaikan kuliah.

9. Komunitas Al-Qodir, pimpinan Kyai Masrur yang memfasilitasi saya

untuk wawancara.

10. Teman-teman PT. Ayodya Bumi Lestari yang sudah memberi

kesempatan untuk ―libur‖ guna menyelesaikan tulisan ini.

11. Ucil 08 dan Timo yang menemani saya ngeprint.

12. Teman-teman Ex Seminari yang menemani saya minum bir dikala

penat.

13. Teman-teman Psi 06 yang bersama berjuang.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa pikiran selalu bergerak lebih cepat

dari tulisan yang menjadi jejaknya. Sehingga dapat dirasakan bahwa tulisan ini

selalu tidak sempurna jika dipikirkan lebih dalam lagi. Oleh karena itu kritik dan

saran yang membangun tentunya akan sangat membantu untuk kepatutan karya

tulis ini. Terima Kasih.

Yogyakarta, 24 Juni 2013

Albertus Guntur Prabawanto

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING............................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ………............................................................ iii

HALAMAN MOTTO.……..........……………….......................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN.. ….………….…......................................... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. .................................. vi

ABSTRAK...................................................................................................... vii

ABSTRACT...................................................................................................... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…................ ix

KATA PENGANTAR..................................................................................... x

DAFTAR ISI................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL........................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvii

BAB I. PENGANTAR…............................................................................ 1

A. Latar Belakang …………........................................................ 1

B. Rumusan Masalah. .................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian..................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian................................................................... 9

1. Manfaat Teoritis................................................................ 9

2. Manfaat Praktis................................................................. 9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

xiii

BAB II. LANDASAN TEORI...................................................................... 10

A. Kajian Kepustakaan Tentang Erupsi Merapi 2010.................. 10

B. Resiliensi dalam Konteks Erupsi Merapi 2010

dan PTSD….............................................................................. 17

C. Kearifan Lokal Jawa Sebagai Modal Sosial

Meningkatkan Resiliensi.......................................................... 26

D. Wanita Jawa............................................................................. 30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN….................................................. 33

A. Metode Naratif......................................................................... 33

B. Subyek Penelitian..................................................................... 35

C. Fokus Penelitian....................................................................... 36

D. Metode Pengumpulan Data..................................................... 37

1. Wawancara........................................................................ 37

2. Daftar Pertanyaan............................................................. 38

E. Metode Analisis Thematic Narrative....................................... 38

1. Pengumpulan Data............................................................. 39

2. Pengkodean (coding).......................................................... 39

3. Interpretasi dan Pembahasan.............................................. 40

BAB IV. PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA,

DAN PEMBAHASAN................................................................... 41

A. Pelaksanaan Penelitian............................................................. 41

B. Analisis Data............................................................................ 44

1. Sebelum Erupsi (Beginning).............................................. 44

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

xiv

2. Ketika Erupsi (Middle)...................................................... 46

3. Setelah Erupsi (End).......................................................... 48

C. Pembahasan.............................................................................. 55

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 69

A. Kesimpulan............................................................................... 69

B. Saran......................................................................................... 72

1. Bagi Keluarga dan Masyarakat......................................... 72

2. Bagi LSM dan Pemerintah................................................ 73

3. Bagi Peneliti dengan Subyek Survivors............................. 74

DAFTAR PUSTAKA…................................................................................... 75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Korban Jiwa dan Pengungsi Erupsi Gunung Merapi 2010

di Provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah........................... 12

Tabel 2. Jumlah Rumah Rusak Berat Akibat Erupsi

Gunung Merapi 2010…………………...................................... 15

Tabel 3. Nilai-nilai yang Berkembang di Kabupaten Sleman.................... 29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik Fluktuasi Total Pengungsi Bencana Gunung Merapi....... 13

Gambar 2. Sebaran Dampak Bencana Erupsi Merapi 2010.......................... 14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Coding Wawancara Ibu Pur....................................................... 78

Lampiran 2. Kategorisasi Tema Ibu Pur......................................................... 87

Lampiran 3. Coding Wawancara Ibu Mur...................................................... 90

Lampiran 4. Kategorisasi Tema Ibu Mur........................................................ 98

Lampiran 5. Persamaan dan Perbedaan Pengalaman antara Ibu Pur

dengan Ibu Mur........................................................................... 101

Lampiran 6. Pembagian Tema secara Kronologis...........................................103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Belum hilang ‗trauma‘ Gempa 27 Mei 2006, bumi Yogyakarta

kembali dilanda bencana. Pada tahun 2010 terjadi bencana alam erupsi

Merapi. Gunung Merapi sendiri merupakan gunung api teraktif di dunia.

Dikatakan teraktif karena Gunung Merapi memiliki periode waktu erupsi

yang relatif singkat yaitu setiap 2-5 tahun sekali. Namun demikian, erupsi

yang terjadi pada tahun 2010 ini tercatat sebagai peristiwa erupsi Merapi

terbesar dalam kurun waktu 100 tahun terakhir.

Erupsi Merapi 2010 mengakibatkan 386 jiwa korban meninggal dunia;

termasuk Mbah Maridjan (Juru Kunci Merapi). 227 jiwa meninggal di

Provinsi D.I Yogyakarta dan di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 109 jiwa

(Pusdalops, 2011). Selain korban jiwa, erupsi Merapi 2010 juga merusak

ratusan rumah (BNPB dan BAPPENAS, 2011), ribuan hektar sawah dan

kebun gagal panen serta ratusan hewan ternak mati.

Pada umumnya setiap bencana alam memiliki dampak yang sama,

yaitu menimbulkan kerusakan secara fisik, memakan korban jiwa,

menyisakan trauma, dan perubahan pola hidup pada korban selamat

(survivors) atau penyintas. Secara umum, trauma psikologis disebabkan oleh

suatu tekanan yang luar biasa sehingga si penyintas merasa menderita dan

tidak berdaya menghadapi situasi tersebut. Seperti pada kejadian erupsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

2

Merapi 2010, para penyintas biasanya merasa tidak berdaya yang luar biasa

karena merasa tidak mampu menolong dirinya sendiri, menolong orang lain

(anak, saudara, suami, istri, orang tua) ataupun menyelamatkan harta

bendanya yang berharga sehingga mereka merasa ―menderita‖ yang sangat

kuat. Perasaan ―menderita‖ yang sangat kuat inilah yang menjadi indikasi

adanya trauma psikologis pada orang yang mengalaminya. Apabila keadaan

tersebut tidak teratasi dengan baik maka akan mengakibatkan munculnya

beberapa gangguan psikologis.

Faktor alam atau yang biasa disebut sebagai bencana (disaster) adalah

faktor yang dikategorikan sebagai penyebab tekanan yang luar biasa. Tekanan

luar biasa yang dimaksud bukan hanya sekadar peristiwa yang tidak

menguntungkan namun tekanan luar biasa dari peristiwa traumatis

disebabkan oleh adanya ancaman yang serius terhadap hidup atau integritas

diri (tubuh), atau bisa juga karena adanya pengalaman berhadapan langsung

dengan ancaman kehilangan dan kematian. Peristiwa-peristiwa traumatis

tersebut menghampiri manusia pada intensitas ekstrim sehingga menimbulkan

perasaan tidak berdaya dan terancam, akhirnya memunculkan perasaan takut

yang luar biasa (Sulastri, 2007). Dalam bahasa klinis, reaksi yang muncul

setelah peristiwa traumatis itu memiliki istilah Posttraumatic Stress Disorder

(PTSD) atau ‗stres pascatrauma‘ (Parkinson dalam Dewi, 2010).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kondisi kehilangan secara

signifikan terkait dengan stres pascatrauma (Gist & Lubin, 1999). Trauma

mengacu pada pengalaman-pengalaman yang mengagetkan dan menyakitkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

3

yang melebihi situasi stres yang dialami manusia sehari-hari dalam kondisi

wajar (Sidabutar, Dharmawan, Poerwandari, & Nurhaya, 2003). Bencana

yang sifatnya tiba-tiba dan di luar kemampuan seseorang untuk

menghadapinya membuat pengalaman menjadi bersifat traumatis. Stres

pascatrauma adalah reaksi yang menyusul peristiwa traumatis. Terkadang

digunakan istilah stres pascabencana untuk merujuk pada stres pascatrauma

yang disebabkan oleh bencana. Menurut Parkinson (dalam Dewi, 2010), stres

pascatrauma sebenarnya adalah reaksi wajar seseorang setelah mengalami

peristiwa yang abnormal.

Pengalaman langsung terhadap tekanan yang luar biasa atau peristiwa

trauma tersebut akan mempengaruhi diri seseorang yang mengalaminya pada:

fungsi tubuh (fisiologis), emosi, kognisi bahkan juga dapat merubah karakter

atau kepribadian. Keadaan tersebut juga banyak dialami oleh penyintas dari

peristiwa erupsi Merapi 2010 yang lalu, ada cukup banyak yang pengalami

gangguan stres pascatrauma. Hal ini terjadi mungkin karena mereka melihat

sendiri kematian yang tidak wajar, kehilangan orang yang mereka cintai, dan

kehilangan semua harta bendanya. Peristiwa traumatis biasanya akan

memblokir sistem normal yang pada umumnya membuat orang memiliki

kendali minimal terhadap dirinya sendiri, memiliki hubungan dengan dunia di

sekitarnya dan memiliki arti (Williams & Poijula, 2002).

Reaksi psikologis setiap individu dalam menghadapi peristiwa

traumatis sangat bervariasi dan tergantung pada banyak faktor antara lain

karakteristik individu, lingkungan, pengalaman traumatis sebelumnya dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

4

apakah individu tersebut mengalami langsung atau tidak langsung peristiwa

tersebut. Karakteristik individu yang berpengaruh antara lain umur atau tahap

perkembangan, kemampuan kognitif, temperamen, status sosial dan

pengalaman trauma sebelumnya (Williams & Poijula, 2002).

Dalam setiap peristiwa bencana alam, anak dan wanita digolongkan

sebagai kelompok rentan. Masyarakat pada umumnya menganggap bahwa

anak sebagai mahluk yang tidak berdaya dan pasif. Begitu pula dengan

wanita, wanita juga digolongkan dalam kelompok rentan karena disadari atau

tidak kita hidup dalam budaya patriarki. Dalam masyarakat Jawa golongan

petani dan pedagang, wanita memiliki peran ganda. Selain berperan mengurus

rumah tangga (domestik), wanita juga berperan dalam mencari nafkah

(Handayani & Novianto, 2008). Berkaitan dengan peran ganda dan

penempatan wanita dalam budaya Jawa yang patriarkis, penelitian dengan

subjek wanita Jawa akan menjadi hal yang menarik.

Dalam perkembangan ilmu psikologi dewasa ini, banyak temuan

penelitian yang memberikan cara pandang baru dalam memahami peranan

dan kehidupan wanita. Banyak penelitian memperlihatkan betapa besar

peranan wanita sebagai entitas yang kuat, berdaya, dan memiliki jiwa yang

mandiri (Komnas Perempuan [KP], 2007), meskipun mereka berhadapan

dengan situasi kekerasan atau peristiwa traumatis lainnya. Dalam banyak

penelitian ditemukan pula bahwa kebanyakan wanita mampu bertahan

(survive) dari situasi sulit tanpa kesulitan yang berarti. Wanita-wanita ini

mungkin merasakan pula pengalaman yang tidak menyenangkan, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

5

membutuhkan energi yang besar untuk mengatasi kesulitan-kesulitan mereka,

namun mereka dapat bertahan. Keadaan seperti itu juga dapat kita temui

dalam masyarakat Jawa. Banyak ditemukan wanita Jawa justru dapat

bertindak lebih taktis dan lebih rasional dalam situasi yang penuh tekanan

terutama secara sosial (Handayani & Novianto, 2008). Mereka memiliki

kemampuan untuk melentur dan tidak hancur ketika situasi sulit menekan

hidup mereka (KP, 2007). Hal tersebut juga dapat kita temukan pada

peristiwa Erupsi Merapi 2010 silam.

Dalam bahasa konseptual, kemampuan untuk melentur dan tidak

hancur ketika situasi sulit disebut resiliensi. Ada banyak definisi mengenai

resiliensi, akan tetapi kebanyakan ahli mendefinisikan resiliensi sebagai

kemampuan untuk bangkit dan berubah menjadi lebih baik setelah peristiwa

sulit (Bautista, Auretita, Myra dalam Dewi, 2010; Grotberg, 1995). Padanan

resiliensi yang umum dipakai di Indonesia adalah lentur. Dalam ilmu

psikologis daya lentur dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk

bangkit dan menjadi lebih baik setelah melewati kondisi sulit. Setelah

melewati peristiwa traumatis, hidup seseorang tidak akan pernah sama lagi

(Alexander dalam Dewi, 2010), mereka tidak mudah patah karena tekanan

dan dapat menyesuaikan dengan keadaan. Menyesuaikan dengan keadaan

adalah juga menyesuaikan diri terhadap peristiwa traumatis, yang menjadi

bagian dari dirinya tanpa membuatnya merasa terganggu disaat mengingat

ataupun menceritakannya atau sering disebut pulih (Sidabutar dkk., 2003).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

6

Setiap individu pada dasarnya memiliki dorongan untuk memenuhi

kebutuhan psikologisnya; untuk menjadi bagian dan selalu terhubung dengan

orang lain, memiliki perasaan mampu, aman dan memiliki makna (Bernard,

2004). Kebutuhan-kebutuhan ini membentuk kekuatan dalam diri manusia

dan meningkatkan resiliensi. Dengan begitu, resiliensi lebih menunjuk atribut

personal, namun lingkungan memiliki peran penting. Ada interaksi faktor

individu dan lingkungan yang mempengaruhi perkembangannya (Turner

dalam Sulastri, 2007). Faktor lingkungan yang mempengaruhi resiliensi

meliputi karakteristik budaya kelompok, keluarga, spiritualitas, dan

masyarakat. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Sulastri (2007) mengenai

penyintas gempa bumi Yogyakarta 2006 menyimpulkan adanya hubungan

antara penyintas (survivors) dengan dunia sekitarnya atau kearifan lokal

(Sulastri, 2007).

Kearifan lokal yang dimaksud penulis dalam tulisan ini adalah

kearifan lokal masyarakat Jawa yang bertempat tinggal di seputar lereng

Gunung Merapi. Definisi kearifan lokal dalam penelitian ini adalah sistem

sosial yang dijalankan oleh masyarakat pada suatu tempat dalam kehidupan

mereka sehari-hari dan memiliki ciri khas tertentu. Untuk selanjutnya

kekhasan ini menonjol ketika dilihat oleh orang lain (Handayani & Novianto,

2008). Masyarakat Jawa dalam tulisan ini adalah masyarakat yang bahasa

ibunya adalah bahasa Jawa, yaitu bahasa yang dijumpai di pulau Jawa Tengah

dan Jawa Timur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

7

Orang Jawa yang masih menghidupi dan menjalankan nilai-nilai luhur

nenek moyangnya juga biasa dianggap masyarakat Jawa Kejawen. Orang

Jawa Kejawen tersebut memiliki kepercayaan bahwa manusia adalah jagad

cilik dan alam serta isinya adalah jagad gede. Orang Jawa Kejawen

mempunyai pandangan hidup bahwa pokok-pokok kehidupan sudah ada yang

mengaturnya. Oleh karena itu, Masyarakat Jawa Kejawen memiliki sikap

hidup bahwa selalu bersikap sabar dalam menanggung kesulitan-kesulitan

dalam hidupnya. Selain itu, Masyarakat Jawa Kejawen memiliki kepercayaan

terhadap bimbingan adikodrati dan bantuan dari nenek moyang atau Tuhan

dalam menghadapi suatu masalah termasuk dalam menghadapi suatu bencana

alam: erupsi Merapi.

Kearifan lokal inilah yang menjadi modal sosial yang meningkatkan

resiliensi pada diri wanita penyintas (suvivors) dalam menghadapi suatu

kesulitan-kesulitan pada peristiwa erupsi Merapi 2010 silam.

Berkaitan dengan kearifan lokal yang menjadi modal resiliensi dan

keberadaan wanita Jawa dalam strata sosial, maka penelitian mengenai

resiliensi wanita Jawa yang menjadi penyintas erupsi Merapi akan menjadi

hal yang menarik. Melalui kajian naratif, penulis akan mencoba mencatat

narasi mengenai peristiwa erupsi Merapi 2010 yang terekam pada ingatan

korban selamat (survivors) atau penyintas. Dalam upaya lebih lanjut, penulis

hendak melihat dan mengkaji tentang kearifan lokal serta pengaruhnya

terhadap resiliensi pada wanita penyintas. Oleh karena itu, untuk menggali

makna-makna yang muncul pada peristiwa tersebut maka penulis akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

8

melakukan wawancara dengan subyek. Selain itu, penulis akan menggunakan

bantuan dari berbagai literatur yang berkaitan dengan tema-tema yang muncul

dari hasil wawancara.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian naratif. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis

tematik yang dengan fleksibilitasnya akan memberikan kesempatan pada

keseluruhan tema ataupun sub-tema untuk saling dikaitkan dalam

penyempurnaan analisis (Braun, 2006). Penulis berharap bahwa hasil dari

penulisan ini akan bisa memberikan sumbangan dalam menemukan sistem

penanganan bencana yang baik dari sisi psikologis dan sesuai dengan kearifan

lokal yang berkembang dalam masyarakat korban. Hal tersebut juga dapat

kita temukan pada peristiwa Erupsi Merapi 2010 silam.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah kultur Jawa (kearifan lokal Jawa) yang dikembangkan

melalui pola interaksi sebagai modal sosial berpengaruh pada wanita Jawa

penyintas pada peristiwa erupsi Merapi 2010 sehingga lebih resilien?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk melihat peran kearifan lokal

Jawa dalam meningkatkan resiliensi para penyintas terutama Wanita pada

Erupsi Merapi 2010.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

9

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penulisan ini bisa memberikan sumbangan teoritis dalam

bidang psikologi, khususnya psikologi sosial mengenai resiliensi dan

kearifan lokal dalam kajian naratif.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai sumber informasi

bagi masyarakat luas, sehingga masyarakat lebih bijaksana dan selalu

siap siaga dalam menghadapi bencana.

b. Bagi LSM dan Pemerintah

Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai sumber informasi

penanggulangan bencana yang baik sehingga bisa menekan jatuhnya

korban jiwa dan harta benda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Kepustakaan Tentang Erupsi Merapi 2010

Secara etimologis, bencana adalah gangguan yang menyebabkan dan

menimbulkan kesusakan, kerugian, penderitaan, malapetaka, kecelakaan dan

marabahaya. Kata bencana dalam bahasa Inggris sepadan dengan kata

disaster identik dengan sesuatu dan situasi yang negatif.Disaster berasal dari

Bahasa Yunani, disatro, dis berarti jelek dan astro yang berarti peristiwa

jatuhnya bintang-bintang ke bumi (BAPPENAS & BNPB, 2011).

Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana, bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa

yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat

yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non-alam maupun faktor

manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (BAPPENAS &

BNPB, 2011).

Dampak umum bencana baik alam dan non-alam dari bencana

meliputi kehilangan jiwa, luka-luka, kerusakan infrastruktur, kerusakan

kehidupan dan hasil panen, gangguan produksi, gangguan kehidupan sehari-

hari, kehilangan keluarga, gangguan dalam pelayanan umum, kerusakan

infrastruktur secara nasional dan gangguan dalam sistem pemerintahan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

11

penurunan ekonomi nasional, dampak sosiologis dan psikologis setelah

bencana terjadi.

Pada penelitian ini, penulis akan memfokuskan diri pada bencana

alam yaitu: Erupsi Merapi 2010. Definisi bencana alam dalam penelitian ini

adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa

yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung

meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor (BAPPENAS &

BNPB, 2011).

Gunung Merapi merupakan bagian dari rangkaian 129 gunung berapi

aktif dari ring of fire yang memanjang dari kepulauan Sumatra, Jawa, hingga

Indonesia bagian timur dan memiliki ekosistem yang unik. Sebagai suatu

kawasan yang memiliki keunikan ekosistem maka kawasan Gunung Merapi

ditunjuk menjadi Taman Nasional pada tahun 2004 melalui Keputusan

Menteri Kehutanan SK Nomor 134/Menhut-II/2004 tanggal 04 Mei 2004.

Selain itu, Gunung Merapi adalah salah satu gunung teraktif di dunia

sehingga banyak peneliti gunung berapi dari berbagai Negara menjadikan

Gunung Merapi sebagai obyek penelitian mereka. Gunung Merapi termasuk

dalam tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter di atas permukaan laut.

Secara geografis terletak pada posisi 7° 32.5¹ Lintang Selatan dan 110° 26.5¹

Bujur Timur. Secara administratif Gunung Merapi terletak di perbatasan

antara Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Propinsi Jawa Tengah terbagi atas tiga kabupaten yaitu: Kabupaten Boyolali

di sisi utara, Kabupaten Klaten di sisi Timur, dan Kabupaten Magelang di sisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

12

Barat. Sedangkan untuk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu:

Kabupaten Sleman di sisi Selatan (BNPB dan BAPPENAS, 2011).

Pada tanggal 20 September 2010, status kegiatan Gunung Merapi

ditingkatkan dari Normal menjadi Waspada, dan selanjutnya ditingkatkan

kembali menjadi Siaga (Level III) pada 21 Oktober 2010. Sejak 25 Oktober

2010, pukul 06.00 WIB, status kegiatan Gunung Merapi ditingkatkan dari

―Siaga ― (Level III) menjadi ―Awas‖ (Level IV), dan pada 26 Oktober 2010

Gunung Merapi mengalami erupsi pertama dan berlanjut dengan erupsi

lanjutan sampai awal November 2010 (BNPB dan BAPPENAS, 2011).

Erupsi Merapi 2010 ini merupakan bencana terbesar dibandingkan

dengan bencana erupsi pada tahun 1994, 1997, 1998, 2001, dan 2006.

Berdasarkan data pusdalops BNPB pada tanggal 12 Desember 2010 data

korban erupsi Merapi yang meninggal dunia sebanyak 386 jiwa. Selain itu,

bencana tersebut mengakibatkan 15.366 jiwa mengungsi di titik-titik

pengungsian yang tersebar seluruh wilayah di D.I Yogyakarta dan Jawa

Tengah bahkan ada yang sampai mengungsi sampai luar kota (BNPB dan

BAPPENAS, 2011).

Tabel 1.

Data Korban Jiwa dan Pengungsi Erupsi Gunung Merapi 2010

di Provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah

LOKASI MENINGGAL PENGUNGSI1

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 277 12.839

Provinsi Jawa Tengah 109 2.527

Total DIY dan Jawa Tengah 386 15.366

1 Data yang tercatat di pusdalops akan tetapi pada kenyataan dilapangan ada kurang lebih 320.090

jiwa pengungsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

13

Gambar 1.

Grafik Fluktuasi Total Pengungsi Bencana Gunung Merapi

Sumber: BAPPENAS & BNPB, 2011

Selain menimbulkan korban jiwa dan luka-luka, bencana erupsi ini

juga membawa dampak kerusakan dan kerugian yang terjadi di 4 (empat)

kabupaten disekitarnya yaitu: Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten dan

Kabupaten Boyolali di Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Sleman di

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

14

Gambar 2.

Sebaran Dampak Bencana Erupsi Merapi 2010

Sumber: BAPPENAS & BNPB, 2011

Berdasarkan data dari tim analisa gabungan BNPB, BAPPENAS, Pemda

DIY dan Pemda Jawa Tengah pada bulan Januari 2011 teridentifikasi bahwa

kerusakan rumah mencapai 2.856 unit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

15

Tabel 2.

Jumlah Rumah Rusak Berat Akibat Erupsi Gunung Merapi 2010

Provinsi Kabupaten Jumlah

Jawa Tengah

Klaten 165

Magelang 9

Boyolali -

Total Jawa Tengah 174

D. I. Yogyakarta Sleman 2.682

TOTAL 2.856

Sumber: BAPPENAS & BNPB, 2011

Dari data di atas, kita mengetahui bersama bahwa Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta terkena dampak terparah pada erupsi Merapi 2010.

Dampak kerusakan terparah tersebut berada di Kecamatan Cangkringan,

Kabupaten Sleman dimana sebagian besar dari total keseluruhan korban jiwa

227 jiwa di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berasal dari Kecamatan

Cangkringan, Kabupaten Sleman. Selain merenggut ratusan korban jiwa, di

Kecamatan Cangkringan ada 2.856 unit rumah rusak parah dan ribuan rumah

yang lain rusak sedang hingga ringan serta ribuan hektar lahan pertanian dan

pemukiman terkena keganasan awan panas. Berdasarkan data yang diperoleh

tersebut maka dalam penelitian ini, penulis memilih Kecamatan Cangkringan

sebagai tempat penelitian dan secara spesifik memilih daerah Kinahrejo

dusun dimana Mbah Maridjan ―Juru Kunci Merapi‖ hidup dan meninggal

dunia dalam erupsi Merapi 2010 tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

16

Dampak dari erupsi Merapi 2010 sangatlah besar. Erupsi Merapi 2010

mengakibatkan kerusakan dan kerugian fisik maupun non fisik. Kerusakan

dan kerugian fisik antara lain: rumah, ladang, pemukiman dan banyaknya

korban jiwa. Kerusakan dan kerugian non fisik antara lain: rasa kehilangan,

menderita yang luar bisa dan perubahan pola hidup para penyintas. Lebih dari

itu semua, dampak bencana alam (disaster) akan mengakibatkan perasaan

tidak berdaya dan terancam yang luar biasa pada penyintas, akhirnya

memunculkan perasaan takut yang luar biasa (Sulastri, 2007) atau ‗stres

pascatrauma‘ yang dalam istilah klinis disebut sebagai Posttraumatic Stress

Disorder yang disingkat PTSD (Parkinson dalam Dewi, 2010). Apabila hal

tersebut tidak ditangani dengan baik maka akan memunculkan gangguan

psikologis pada penyintas, keadaan tersebut pada umumnya terjadi disetiap

bencana alam.

Akan tetapi, setiap individu mengalami reaksi yang berbeda-beda

dalam merespon dampak bencana. Faktor-faktornya adalah: (1) tingkat

intensitas kehilangan, semakin banyak kehilangan, akan menimbulkan reaksi

yang lebih hebat, (2) kemampuan individu secara umum untuk menghadapi

situasi emosional, dan (3) peristiwa lain yang menimbulkan stres mengikuti

peristiwa traumatik yang baru dialaminya (American Psychiatri Association

[APA], 2000).

Data menunjukkan bahwa ada peningkatan prosentase yang cukup

signifikan dari penyintas yang mengalami ganguan psikologis pasca bencana

erupsi Merapi 2010.Akan tetapi, sebagian besar penyintas erupsi Merapi 2010

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

17

tetap mampu bangkit dan berubah menjadi lebih baik (resiliensi) pasca

bencana alam itu.

B. Resiliensi dalam Konteks Erupsi Merapi 2010 dan PTSD

Ada banyak definisi mengenai resiliensi, banyak ahli berpendapat

bahwa resiliensi adalah kemampuan individu untuk menghadapi, mengatasi,

memperkuat diri, dan tetap melakukan perubahan setelah peristiwa sulit

dialami (Grotberg, 1995). Resiliensi merupakan kemampuan individu untuk

menghadapi penderitaan. Persamaan kata resiliensi dalam bahasa Indonesia

adalah daya lentur. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartiakan

sebagai tidak mudah patah dan dapat dengan mudah menyesuaikan diri

dengan keadaan. ―Daya Lentur‖ sepertinya lebih pas dengan definisi resiliensi

di atas, yaitu kemampuan untuk bangkit dan berubah menjadi lebih baik

setelah melewati kondisi yang sulit. Lebih dari itu, resiliensi digunakan untuk

menyatakan kapabilitas individual untuk bertahan atau survive dan mampu

beradaptasi dalam keadaan stres dan mengalami penderitaan pada peristiwa

traumatis.

Resiliensi adalah seperangkat pikiran yang memungkinkan untuk

mencari pengalaman baru dan memandang kehidupan sebagai sebuah

kemajuan. Resiliensi adalah kapasitas untuk merespon secara sehat dan

produktif ketika menghadapi kesulitan atau trauma serta bisa menyesuaikan

diri dengan keadaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

18

Karakter individu yang memiliki resiliensi seperti terdapat dalam

beberapa poin berikut ini (www.APAHelpCenter.org/resilience):

a. Memiliki sikap optimis yaitu terdapat harapan akan masa depan;

b. Individu memiliki keyakinan diri bahwa mereka memiliki kemampuan

untuk mengatur secara efektif atau menyelesaikan tugas secara mandiri;

c. Individu juga percaya bahwa mereka tetap memiliki kendali yang baik

terhadap lingkungan, terutama pasca kejadian trauma;

d. Individu memiliki pemahaman yang baik bahwa setiap pengalaman hidup

memiliki alasan tertentu, dan mereka masih memiliki sumber personal

dan sosial untuk memenuhi tuntutan hidup tersebut;

Serta individu yang bersangkutan biasanya aktif, percaya bahwa

mereka memiliki kekuatan untuk menentukan jalan hidup mereka, terutama

pasca kejadian traumatis. Menurut Alexander (dalam Dewi, 2010), setelah

melewati peristiwa traumatis, hidup seseorang tidak akan pernah sama lagi.

Dengan kata lain, individu yang resiliensinya baik akan bisa menyesuaikan

diri dengan keadaan. Menyesuaikan diri dengan keadaan adalah juga

menyesuaikan diri tanpa membuatnya merasa terganggu kembali terhadap

peristiwa traumatis yang menjadi bagian dari dirinya.

Reaksi psikologis individu terhadap peristiwa traumatis bervariasi dan

tergantung pada banyak faktor seperti karakteristik individu, sistem dukung

yang ada dan pengalaman traumatis yang langsung dialami atau tidak pada

peristiwa traumatis tersebut (Webb dalam Dewi, 2010). Hal tersebut juga

sangat berpengaruh pada resiliensi seseorang dalam menghadapi peristiwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

19

traumatis. Narasi reseliensi pada peristiwa erupsi Merapi 2010 silam

terealisasi dengan terbuktinya masyarakat korban erupsi bangkit dari

keterpurukannya.

Peristiwa traumatis pada umumnya berpotensi menimbulkan stres.

Dalam fase yang lebih akut, stres ini akan memunculkan gangguan stres

pascatrauma atau PTSD. Tanda-tanda PDSD meliputi ketakutan,

ketidakberdayaan, dan rasa dihantui. Lebih lanjut, gejala gangguan ini antara

lain: (a). mengalami kembali peristiwa traumatis, misalnya melalui mimpi

buruk atau terbayang kembali peristiwa tersebut; (b). menghindari stimulus

yang berkaitan dengan peristiwa traumatis, tidak dapat merespons, atau

berkurangnya responsivitas terhadap lingkungan sekitar; dan (c).

meningkatnya ketergugahan, seperti sulit tidur atau tidur tidak nyenyak,

mudah jengkel atau marah, kesulitan berkonsentrasi, dan menampilkan

respons keterkejutan (APA, 2000).

Pada penelitian ini, penyintas wanita dikatakan bebas dari PTSD

ketika terbebas dari gejala-gejala PTSD. Deskripsi gejala-gejala PTSD

berikut ini diadaptasi dari DSM IV (APA, 2000):

a. Seseorang telah mengalami peristiwa traumatik dimana kedua hal berikut

ini muncul:

Penderita atau korban mengalami, menyaksikan atau dikonforontasi

dengan sebuah peristiwa atau peristiwa-peristiwa yang melibatkan

pengalaman kematian atau ancaman kematian, cedera yang serius, atau

ancaman terhadap integritas fisiknya atau orang lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

20

Respons penderita atau korban terhadap peristiwa tersebut melibatkan

ketakutan yang intens, perasaan tidak berdaya, perasaan horror, atau

persepsi anda terhadap peristiwa yang menyebabkan emosi-emosi

tersebut

b. Seseorang mengalami kembali peristiwa dengan satu atau beberapa cara

berikut ini:

Penderita atau korban mengalami rekoleksi peristiwa yang

mengganggu, intrusif dan sering muncul yang meliputi bayangan,

pikiran dan persepsi

Penderita atau korban mengalami mimpi yang mengganggu dan

berulang atas peristiwa yang terjadi

Penderita atau korban bertindak atau merasakan seakan-akan peristiwa

traumatis tersebut terjadi berulang ulang dan penderita atau korban

mungkin mengalami perasaan dimana ia mengalami kembali peristiwa

tersebut melalui halusinasi, ilusi dan kilas balik aktif

Penderita atau korban mengalami gangguan psikologis atau reaksi

tubuh yang intens ketika terekspos pada tanda-tanda eksternal maupun

internal yang menandakan atau menyerupai peristiwa traumatis tersebut

(misalnya: penglihatan, bau, suara, tanggal), hal-hal ini disebut triggers

(Pemicu)

c. Seseorang tetap menghindari hal-hal atau peristiwa (pemicu) yang

diasosiasikan dengan trauma dan mebekukan respon dengan tiga atau

lebih cara berikut ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

21

Penderita atau korban melakukan berbagai macam cara untuk

menghindari munculnya pikiran, perasaan atau percakapan yang terkait

dengan trauma tersebut atau menghindari aktivitas, tempat, atau orang-

orang yang dapat menyebabkan anda mengingat trauma tersebut

Penderita atau korban tidak dapat menngingat aspek penting yang

terjadi pada peristiwa tersebut

Minat dan partisipasi dalam aktivitas menjadi jauh berkurang

Penderita atau korban merasa terasing dari orang lain

Kemampuan penderita atau korban untuk merasakan emosi dan jumlah

emosi yang dirasakan menjadi terbatas (misalnya: ia tidak dapat

merasakan perasaan mencintai)

Penderita atau korban mengalami perasaan dimana pandangan terhadap

masa depan menjadi terbatas. Penderita atau korban tidak dapat melihat

jauh ke masa depan (misalnya: ia tidak memiliki pengharapan untuk

memiliki karir, pernikahan, anak-anak, atau usia yang normal)

d. Seseorang juga memiliki gejala persisten berupa rangasangan fisik yang

meningkat yang tidak ada muncul sebelum terjadinya trauma seperti yang

diindikasikan oleh dua atau lebih hal berikut ini:

Sulit tidur atau sulit untuk tetap tidur

Mudah tersinggung atau kemarahan yang meluap

Sulit berkonsentrasi

Waspada yang berlebihan

Respons kaget yang berlebihan (penderita atau korban mudah kaget)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

22

e. Gejala tersebut berlangsung lebih dari sebulan

f. Karena gejala ini, penderita atau korban mengalami stres dan gangguan

dan fungsi sosial, kerja dan area yang penting lainnya.

PTSD dianggap akut jika gejala-gejala tersebut telah berlangsung

kurang dari tiga bulan dan dianggap kronis jika gejala telah berlangsung

selama tiga bulan atau lebih. PTSD dianggap sebagai serangan yang tertunda

jika gejala mulai muncul setidaknya setelah enam bulan setelah terjadinya

peristiwa traumatis tersebut. Jika seseorang hanya memiliki beberapa gejala-

gejala yang tersebut di atas maka ia baru bisa disebut sebagai penderita PTSD

parsial.

Dalam sebuah jurnal psikologi dikatakan bahwa perbedaan dari orang

yang hanya mengalami tekanan untuk sementara dalam bagian kehidupannya

dengan orang yang mengalami PTSD, secara mendasar dan sederhana

dikatakan bahwa orang tidak mengalami PTSD apabila orang tersebut mampu

untuk memulai mengelola hidupnya kembali ―berdampingan‖ dengan trauma

yang mereka alami. Jadi, pada orang yang mengalami PTSD terdapat proses

mengumpulkan kembali memori (recollection) yang mengganggu secara terus

menerus (persistent) pasca terjadinya peristiwa traumatis. Persistent

recollection terhadap kejadian-kejadian traumatis yang dialami dan dilakukan

dengan sadar (bukan diluar kendali) tersebut biasanya akan mendorong

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

23

gangguan secara biologis dan psikologis, yang merupakan bagian dari PTSD

(Sulastri, 2007).

Komponen lain yang membuat sebuah peristiwa traumatis dapat

menjadi gangguan adalah penilaian subyektif dari penyintas terhadap

seberapa parah mereka merasa tertekan, terancam atau merasa tidak berdaya

oleh adanya pengalaman tersebut. Jadi, meskipun fakta adanya pengalaman

yang tidak biasa (extraordinary atau unusual) bisa disebut sebagai inti dari

munculnya PTSD, namun arti (meaning) yang dilekatkan penyintas terhadap

peristiwa tersebut juga bisa menjadi bagian paling mendasar dari gangguan

yang dialami (Herman, 1992). Proses interpretasi seseorang terhadap arti dari

peristiwa traumatis biasanya akan terus terjadi terhadap trauma yang pernah

dialami, walaupun peristiwa itu sendiri telah berhenti.

Gejala khas dari PTSD dimulai dari fase, di mana bayangan-bayangan

kejadian traumatis seperti terulang kembali (flashback) atau bayangan

kejadian tersebut muncul kembali dalam mimpi, terjadi dengan latar belakang

yang menetap berupa kondisi perasaan ―beku‖ (daze) dan penumpukan emosi

(emotional numbness), menjauhi orang lain, tidak responsive terhadap

lingkungan, tidak mampu merasakan perasaan senang (anhedonia), serta

menghindari aktivitas dan situasi yang berkaitan dengan traumanya

(avoidance). Selain itu, juga muncul ketakutan dan penghindaran dari hal-hal

yang meningkatkan kembali pada trauma yang pernah dialami.Walaupun

jarang, kadang-kadang terjadi bisa terjadi reaksi yang dramatis

(hyperarousal), seperti mendadak ketakutan, panik atau agresif, yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

24

dimunculkan oleh stimulus yang mendadak mengingatkannya kembali pada

trauma yang pernah dialaminya serta memunculkan reaksi asli terhadap

trauma itu. Hyperarousal seperti ini pada dasarnya jarang terjadi, namun

simptom hyperarousal menjadi salah satu simptom kuat adanya gangguan

PTSD. Munculnya PTSD harus didahului dengan dengan adanya traumatis,

dengan masa laten (belum menampakkan secara nyata simtom-simtom PTSD,

namun sudah mulai menjangkiti) yang berkisar antara beberapa minggu

hingga beberapa bulan, jarang melampaui 6 bulan.

PTSD tidak terbatas pada salah satu jenis peristiwa traumatis tak

terkecuali peristiwa traumatis yang diakibatkan karena faktor alam (disaster).

Disaster dikategorikan sebagai penyebab tekanan yang luar biasa.Tekanan

luar biasa yang dimaksud adalah peristiwa traumatis yang menyebabkan

adanya ancaman serius terhadap hidup atau integritas diri (tubuh), atau

pengalaman berhadapan langsung dengan kematian dan kehilangan. Dalam

beberapa penelitian menunjukkan bahwa kondisi kehilangan secara signifikan

terkait dengan stres pascatrauma (Gist & Lubin, 1999). Pengalaman-

pengalaman yang mengagetkan dan menyakitkan dimana pengalaman itu

melebihi situasi stres yang dialami manusia dalam kehidupan sehari-hari

dalam kondisi wajar maka itu bisa dikatakan sebagai pengalaman traumatik

(Sidabutar dkk., 2003). Terkadang digunakan istilah stres pascabencana untuk

merujuk pada stres pascatrauma yang disebabkan oleh bencana.

Pada peristiwa erupsi Merapi 2010 yang lalu ada cukup banyak

penyintas mengalami PTSD, hal itu mungkin terjadi karena mereka melihat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

25

sendiri kematian yang tidak wajar, kehilangan orang yang mereka cintai, dan

kehilangan semua harta bendanya. Situasi traumatis seperti itu akan

memblokir sistem normal sehingga membuat orang tidak bisa mengendalikan

dirinya sendiri, dan lingkungannya serta arti (Williams & Poijula, 2002).

Dalam pengalaman penulis, gejala-gejala PTSD pada penyintas pada

erupsi Merapi 2010 silam nampak secara kuat. Respons keterkejutan

cenderung bertahan lebih lama dibandingkan gejala lainnya. Penyintas

biasanya menampilakan respons berlari, wajah pucat atau keterkejutan yang

lainnya apabila mendengar atau melihat stimulus yang mirip atau ada

hubungannya dengan peristiwa traumatis, misalnya: berlari bila mendengar

suara gemuruh atau pucat ketika melihat api.

Pada kasus erupsi Merapi, wanita memiliki kemampuan resiliensi

yang lebih baik daripada laki-laki. Oleh karena itu, penulis mengambil wanita

sebagai subyek dalam penelitian ini.Wanita memiliki karakteristik personal

yang menonjol seperti kreativitas, dan kompetensi sosial (Kelly dalam

Handayani & Novianto, 2007).Wanita juga memiliki kemampuan berempati,

kemampuan untuk melihat makna dari suatu kejadian, sikap realistis melihat

situasi diri dan lingkungannya sebagai ciri dari individu-individu yang lentur.

Wanita cenderung memiliki kemampuan untuk membangun hubungan

positif dengan orang lain atau ―keterampilan sosial‖. Dalam kasus ini, penulis

menemukan bahwa ketika bencana terjadi para ibu masih bisa memikirkan

dan mengurusi anak serta anggota keluarga yang lain. Wanita memiliki

kemampuan untuk mencari berbagai alternatif dalam berbagai masalah atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

26

―keterampilan memecahkan masalah‖, misalnya: ketika para laki-laki masih

bingung karena lahan pertanian mereka hilang atau belum bisa ditanami, para

wanita mencari alternatif untuk mendapatkan rejeki dengan membuka warung

atau menjual kebutuhan para wisatawan disekitar rumah mereka yang hancur.

Wanita mempunyai kemampuan untuk percaya pada kemampuan diri dan

mandiri atau ―kemandirian‖. Para wanita yang kehilangan suami atau

pasangan hidupnya karena menjadi korban keganasan erupsi Merapi tetap

mampu mengurusi anak dengan melakukan aktivitas ekonomi, misalnya:

memecah batu, menjadi buruh pada proyek-proyek, bertani, berdagang dan

pemandu wisata.

C. Kearifan Lokal Jawa Sebagai Modal Sosial Meningkatkan Resiliensi

Sejarah mencatat, pengalaman masyarakat Yogyakarta dalam

menghadapi bencana alam yang pernah terjadi terbukti lebih cepat bangkit

melakukan pembenahan pasca bencana alam (gempa bumi 2006). Dalam

tulisan ini, penulis membahasakan hal tersebut bahwa masyarakat Yogyakarta

cenderung resilien. Faktor penting yang perlu kita gali adalah dukungan nilai-

nilai filosofis yang terkandung dalam kearifan lokal yang berkembang dalam

masyarakat Yogyakarta. Salah satu landasan filosofi yang berkembang dalam

masyarakat Yogyakarta adalah ―Memayu Hayuning Bawana‖ (menghiasi

dunia). Narasi Memayu Hayuning Bawana tersebut terealisasi dalam

Hamemasuh Memalaning Bumi. Dalam arti bebas Memalaning Bumi dapat

kita tafsirkan sebagai bencana alam (erupsi Merapi).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

27

Falsafah lain yang dipegang dan dihidupi oleh masyarakat Jawa

adalah Hangengasah Mingising Budi yang dapat kita artikan sebagai upaya

yang tidak berhenti untuk mempertajam budi manusia sehingga dari waktu ke

waktu dapat menyinergikan kehidupan manusia dengan alam, manusia

dengan manusia yang lain dan manusia dengan Tuhan-nya sehingga dapat

mencapai keharmonisan di dunia ini (Mulder, 2007). Hal ini menunjukkan

bahwa orang Jawa mengedepankan sikap kehati-hatian, harmoni dan

melestarikan alam. Narasi Hangengasah Mingising Budi terealisasikan antara

lain dengan kegiatan labuhan, merti dusun, dan slametan yang sudah menjadi

tradisi masyarakat lereng gunung Merapi. Slametan berasal dari kata Slamet

yang berarti selamat.Dengan demikian Slametan bertujuan untuk menjaga

keselamatan dan ketentraman masyarakat dan menetralisir kekuatan-kekuatan

yang berbahaya.

Selain dua falsafah besar tersebut di atas, masyarakat Jawa juga

mengenal istilah sepi ing pamrih rame ing gawe (tidak mementingkan diri

sendiri, giat bekerja). Ini adalah ungkapan pokok bagi gaya hidup masyarakat

Jawa Kejawen yang mengedepankan perilaku dan sikap sabar, nrimo, eling-

waspada, andhap asor dan prasaja (Mulder, 2007). Pada peristiwa traumatis

erupsi Merapi 2010, solidaritas sosial orang jawa tersebut terlihat secara

nyata. Masyarakat bergerak dengan cepat, banyak relawan yang berasal dari

masyarakat sendiri yang bahu membahu membantu masyarakat korban erupsi

Merapi 2010 dengan mengadakan penggalangan bantuan yang kemudian

didistribusikan langsung kepada penyintas. Hal tersebut menunjukkan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

28

komunitas lokal mempunyai kecerdasan lokal dan lebih cepat tanggap

dibanding pemerintah.

Masyarakat Jawa juga mengenal petungan Jawa (penanggalan Jawa)

yang berfungsi untuk menyelaraskan kejadian-kejadian di bumi dengan

kondisi-kondisi adiduniawi yang ternarasikan dalam kepercayaan jagad cilik;

jagad gede. Masyarakat Jawa mempunyai pandangan hidup bahwa pokok-

pokok kehidupan sudah ada yang mengaturnya. Oleh karena itu, masyarakat

Jawa memiliki sikap hidup bahwa selalu bersikap sabar dalam menanggung

kesulitan-kesulitan dalam hidupnya. Masyarakat Jawa juga memiliki

kepercayaan terhadap bimbingan adikodrati, bantuan nenek moyang atau

Tuhan (mitos) dalam menghadapi suatu masalah termasuk dalam menghadapi

erupsi Merapi 2010. Narasi dari kearifan lokal tersebut adalah masyarakat

lereng gunung Merapi bisa ―niteni‖ (membaca) tanda-tanda alam yang

terkadang tidak bisa dirasionalkan dengan menggunakan ilmu pengatahuan.

Hal tersebut adalah bagian dari ilmu pengetahuan lokal (local knowledge)

yang perlu kita cari dan kembangkan supaya ada peningkatan kapasitas

masyarakat dalam menghadapi bencana atau dengan kata lain masyarakat

lebih ―waspodo‖ (bila terjadi bencana sewaktu-waktu).

Lebih khusus lagi, kita dapat mengartikan bahwa kearifan lokal

merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi

dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif. Berdasarkan dari penelitian

dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman 2009 ada beberapa nilai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

29

yang berkembang dan termanifestasikan dalam bentuk perilaku masyarakat

Sleman adalah sebagai berikut:

Tabel 3.

Nilai-nilai yang Berkembang di Kabupaten Sleman

No. Nilai Makna

1. Nilai Kedermawanan Nilai untuk berbagi dan memberi

kepada sesama sebagai bentuk

solidaritas terdapat dalam ungkapan

lebih baik tangan di atas daripada tangan

di bawah.

2. Nilai Kebersamaan Nilai untuk melakukan besama-sama

sebagai bentuk kerukunan dalam

bermasyarakat.

3. Nilai Keteladanan Memberikan contoh yang baik kepada

masyarakat untuk melakukan perbuatan

yang baik.

4. Nilai Kepasrahan Nilai untuk selalu percaya akan keadilan

dan kekuasaan Tuhan atas semua yang

terjadi dalam kehidupan.

5. Nilai Perjuangan Nilai untuk selalu memperjuangkan hak,

kemakmuran dan kesejahteraan.

6. Nilai Kepemimpinan Ada contoh yang baik dalam setiap

tindakan dan memberikan keteladanan.

7. Nilai Ketaqwaan Nilai untuk selalu menyerahkan kepada

Tuhan setelah melakukan segala upaya.

8. Nilai Kegotongroyongan Nilai untuk melakukan kegiatan secara

bersama.

9. Nilai Kesetiaan Nilai untuk berpegang teguh pada

komitmen.

10. Nilai Pengorbanan Bahwa setiap pengorbanan yang tulus

demi kesejahteraan dan keselamatan

rakyat tidak sia-sia.

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, 2009

Basis kearifan lokal menjadi modal sosial untuk melakukan inovasi

dalam penanggulangan bencana berbasis komunitas. Strategi ini sebagai

alternatif untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam penanggulangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

30

bencana yang ada disekelilingnya. Bahkan dalam penanggulangan bencana

berbasis kearifan lokal yang bisa mengapresiasi keberagaman dan

keharmonisan masyarakat tersebut akan bisa meningkatkan resiliensi

penyintas, khususnya wanita sebagai kelompok rentan dalam setiap bencana.

D. Wanita Jawa

Secara etimologis, kata ―wanita‖ berasal dari kata wani (berani) dan

ditata (diatur). Secara harafiah dapat diartikan bahwa seorang wanita adalah

sosok yang berani ditata atau diatur. Dalam kehidupan praktis masyarakat

Jawa, wanita adalah sosok yang selalu mengusahakan keadaaan yang tertata

sehingga untuk itu pula dia harus menjadi sosok yang berani ditata. Hal yang

senada juga diungkapkan oleh ahli filsafat UGM Damarjadi Supadjar bahwa

kata ―wanita‖ berasal dari kata wani (berani) dan tapa (menderita). Artinya,

wanita adalah sosok yang berani menderita bahkan untuk orang lain

(Handayani & Novianto, 2008).

Dalam kebudayaan Jawa ada istilah bahwa wanita itu hanya sebagai

―konco wingking‖ sekaligus sebagai sigaraning nyawa (belahan jiwa atau

separo dari jiwa). Narasi dari kata ―sigaraning nyawa‖ tersirat bahwa posisi

yang sejajar dan lebih egaliter daripada konco wingking. Karena suami dan

istri adalah dua yang telah menjadi satu maka masing-masing adalah separo

dari satu entitas (Handayani & Novianto, 2007).

Namun demikian, kebudayaan patriarki selaku memposisikan wanita

sebagai subordinat dan perannya hanya berada disektor domestik. Dominasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

31

kebudayaan patriarki tersebut dapat kita temukan pada setiap kebudayaan tak

terkecuali kebudayaan Jawa. Namun demikian, ikatan dan konsepsi nilai

tersebut berlaku sebagai kondisi ―sakprayoganipun‖ (seyogianya) atau ideal

bagi budaya Jawa. Sakprayoganipun ini berarti bahwa segala tindakan

dilakukan dengan ndelog kahanan (lihat-lihat situasinya) sehingga

―memberlakukannya‖ pun gumantung kahanan (tergantung keadaan).

Kultur Jawa telah membentuk karakter psikologis masyarakat yang

memiliki kecerdasan emosional. Kecenderungan gerak diri orang Jawa dari

dunia lahir ke dunia batin telah membentuk karakter psikologis masyarakat

Jawa yang akan selalu peka dan memiliki kesadaran diri (mampu

menempatkan diri secara tepat dalam posisi sosial), dimana kesadaran diri

menjadi inti kecerdasan emosional. Kecenderungan dari gerak sosial dan

kultur Jawa tersebut telah membentuk karakter wanita Jawa yang memiliki

rasa empati, kesadaran diri tinggi dan peka). Selain itu, ciri karakter yang

menonjol pada wanita Jawa, yaitu: sabar, sumeleh dan sumarah (Handayani

& Novianto, 2007). Karakter-karakter yang dimiliki oleh wanita Jawa

tersebut adalah modal dasar bagi seseorang yang resilien.

Dalam setiap bencana alam wanita selalu digolongkan menjadi

kelompok rentan. Hal ini tentu saja akibat dari pengaruh budaya patriarki.Di

mana wanita dianggap sebagai makhluk yang tak berdaya dan pasif termasuk

dalam budaya Jawa. Namun dalam perkembangan ilmu psikologi dewasa ini,

banyak temuan penelitian yang memberikan cara pandang baru dalam

memahami peranan dan kehidupan wanita. Banyak penelitian yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

32

FUNDAMENTALISM

E

Kecemasan terhadap

NONBEING

Proses

BEING-SOMETHING

menunjukkan bahwa betapa besar peranan wanita sebagai entitas yang kuat,

berdaya, dan memiliki jiwa mandiri (KP, 2007), meskipun mereka

berhadapan dengan situasi kekerasan atau peristiwa bencana alam. Wanita-

wanita ini mungkin merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan, dan

membutuhkan energi yang besar namun mereka tetap bertahan. Keadaan

seperti itu juga dapat kita temukan pada wanita-wanita penyintas erupsi

Merapi 2010 silam. Para wanita Jawa justru dapat bertindak lebih taktis dan

lebih rasional dalam situasi yang penuh tekanan terutama secara sosial

(Handayani & Novianto, 2008). Berita baiknya, menurut KP (2007), wanita

memiliki kemampuan untuk melentur dan tidak hancur ketika situasi sulit

menekan hidup mereka atau resilien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Naratif

Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran kearifan lokal Jawa dalam

meningkatkan resiliensi para penyintas wanita pada erupsi Merapi 2010.

Guna melihat peran kearifan lokal dalam erupsi Merapi 2010, maka

penghadiran pengalaman personal penyintas wanita perlu diketahui.

Berdasarkan tujuan tersebut maka tipe studi naratif pada penelitian ini adalah

personal experience story (Lyons & Coyle, 2007). Personal experience story

memungkinkan untuk menggambarkan pengalaman tertentu di satu fase

kehidupan, di mana dalam penelitian ini adalah erupsi Merapi 2010.

Sebuah penelitian naratif dalam metode kualitatif memiliki dimensi

sosial yang terdiri dari narasi-narasi kelompok atau masyarakat yang bercerita

tentang diri, sejarah, dan aspirasi yang dimiliki oleh kelompok atau

masyarakat. Oleh karena itu, narasi sosial mampu menjelaskan sejarah suatu

kelompok atau masyarakat yang membedakannya dengan kelompok-

kelompok atau masyarakat-masyarakat lain. Supaya tidak tumpang tindih

dengan narasi personal maka individu yang menjadi subyek penelitian dapat

mendefinisikan dirinya sebagai bagian dari kelompok atau masyarakat. Selain

itu dalam melakukan analisa terhadap narasi personal yang telah diperoleh,

penulis akan mempertimbangkan narasi sosial yang lebih luas (Smith, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

34

Menurut Smith (2009), ada dua langkah besar dalam penelitian

dengan pendekatan psikologi naratif. Pertama adalah mengumpulkan narasi.

Adapun pengumpulan ini dilakukan lewat wawancara kisah kehidupan yang

berisi mengenai pengalaman sehari-hari (dalam penelitian ini berarti

pengalaman ketika erupsi). Selain itu, pembuatan jurnal pribadi seseorang,

pengumpulan foto, bahkan pembuatan video dapat membantu dalam

memperoleh data naratif seseorang.

Kedua adalah menganalisis narasi. Ada dua fase dalam analisis narasi.

Yang pertama adalah fase deskriptif. Proses analisis pada fase deskriptif ini

dapat dibantu dengan membaginya ke dalam sekuensi, misalnya; awal,

tengah, dan akhir. Analisis ini dilakukan dengan cara menyoroti isu penting

dalam teks dan mengidentifikasi keterkaitan naratif antar bagian. Selain itu,

sub-alur dalam narasi juga perlu untuk ditemukan kemudian dibuat ringkasan

agar dapat mengembangkan kerangka coding lewat gagasan atau isu utama

dalam cerita. Kerangka coding ini dibuat dengan tujuan menangkap makna

menyeluruh dari narasi dan isu khusus yang ada dalam narasi. Fase kedua

adalah fase interpretatif. Fase interpretatif berusaha untuk mengaitkan narasi

dengan literatur teoritis yang lebih luas sebagai pedomannya.

Guna mencapai tujuan penelitian, studi naratif yang dilakukan dalam

penelitian ini meliputi langkah sebagai berikut (untuk detail akan dijelaskan

pada bagian E):

a. Membuat daftar pertanyaan yang mengungkap pengalaman sebelum,

selama, dan sesudah erupsi Merapi 2010.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

35

b. Memastikan subyek dan mengumpulkan data.

c. Menganalisa kisah subyek dan menceritakannya kembali lewat sebuah

story line.

d. Menganalisa peran kearifan lokal terhadap resiliensi subyek.

B. Subyek Penelitian

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berawal dari asumsi

mengenai realitas atau fenomena sosial yang khas dan kompleks memiliki

tujuan untuk mendiskripsikan fenomena tersebut secara utuh (Bungin, 2008).

Oleh karena itu, untuk memenuhi tujuan dasar penelitian kualitatif tersebut

maka dalam penelitian ini penulis akan menggunakan dua orang subyek

penelitian yang dengan sengaja dipilih karena sebagai penyintas atau pelaku

dan memiliki ingatan tentang peristiwa erupsi Merapi 2010 (Bungin, 2008).

Pemilihan ketiga subyek penelitian tersebut juga didasari dengan adanya

kecenderungan bahwa cara seseorang untuk mengingat masalalunya

bergantung dari hubungannya dengan komunitas (Pennebaker & Banastik,

1997) tidak hanya dalam arti kualitas hubungan namun juga peranan dalam

komunitas juga menentukan adanya keterkaitan dari model tersebut.

Peneliti memilih subyek dengan berbagai macam karakteristik yang

berdasarkan pada kelas sosial dan kelas ekonomi; abangan dan santri (Geertz,

1960). Subyek pertama adalah Ibu Pur. Ibu Pur merupakan wanita yang

berasal dari kelas ekonomi menengah ke atas, hidup di lingkungan pondok

pesantren yang posisinya masuk pada kawasan bahaya (kurang dari 5 Km dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

36

puncak Merapi) pada saat terjadi erupsi tidak mengungsi dan rumahnya

menjadi tempat pengungsian warga sekitar. Subyek kedua adalah Ibu Mur.

Ibu Mur berasal dari kelas ekonomi menengah, yakni menantu almarhum

Mbah Maridjan (Juru Kunci Merapi) yang menjadi korban dari erupsi Merapi

2010. Berdasarkan pada penggolongan yang dilakukan Geertz (1960), maka

subyek pertama yang cenderung lekat dengan agama digolongkan sebagai

santri, sedangkan subyek kedua yang cenderung lekat dengan adat lokal

adalah golongan abangan. Kedua karakteristik yang berbeda diharapkan dapat

menghasilkan data yang memperlihatkan variasi sekaligus dinamika untuk

saling memperkuat data.

Subyek yang termasuk dalam kategori ‗korban langsung‘(penyintas)

merupakan sampel yang akan memberikan informasi langsung, faktual dan

apa adanya berdasarkan pada pengalaman pribadi (Bungin, 2008). Dalam

kasus ini subjek pertama adalah korban tidak langsung dan korban kedua

adalah korban langsung. Dengan perbedaan ini diharapkan diperoleh sebaran

data dari dua perspektif yang berbeda.

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini akan berfokus pada resiliensi penyintas, khususnya:

wanita pada peristiwa erupsi Merapi 2010. Dengan mengetahui detail dari

narasi, perasaan, dan sudut pandang subyek mengenai peristiwa erupsi

Merapi 2010, penulis akan dapat mengetahui bagaimana kearifan lokal

berperan pada subyek untuk merekonstruksi atau memaknai ulang peristiwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

37

tersebut dan menempatkan makna-makna baru yang khas sehingga bisa

bangkit dan menjalani kehidupannya dengan normal kembali (resiliens) serta

bebas dari PTSD.

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini akan dilakukan secara intensig dengan mengolah

temuan yang diperoleh dari data-data yang dikumpulkan dengan

menggunakan berbagai macam sarana. Dalam penelitian kualitatif disebutkan

bahwa sarana pengumpulan data dalam prosedur kualitatif meliputi:

pengamatan, wawancara, namun bisa juga mencakup dokumen, buku, kaset

video, dan data sensus (Strauss & Corbin, 2003). Selain itu, keutamaan dari

penelitian kualitatif adalah dengan mengumpulkan data yang bersifat meluas

serta dari berbagai sumber (Creswell, 1998) dengan tetap berfokus pada

pengalaman penyintas mengenai erupsi Merapi 2010. Guna memenuhi

prosedur penelitian kualitatif tersebut di atas maka dalam pengumpulan data

diawali dengan pengumgumpulan dan pengolahan terhadap penelitian

sebelumnya tentang resiliensi dan budaya Jawa, serta berita dari media

tentang erupsi Merapi. Guna memperoleh data langsung dari subyek,

digunakan wawancara. Berikut adalah uraian mengenai wawancara;

1. Wawancara

Wawancara merupakan sumber utama bagi penelitian naratif

(Smith,2009). Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode

wawancara semi-terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

38

empiris yang telah disusun sebelum wawancara dilakukan. Namun tidak

menutup kemungkinan adanya perluasan pertanyaan pada saat wawancara.

Maksud dan tujuan penulis adalah untuk memperoleh kesaksian

(testimoni) dari subyek-subyek penelitian mengenai erupsi Merapi 2010.

Kepentingan dari kesaksian (testimoni) adalah memberikan ruang bagi

penyintas untuk menceritakan peristiwa yang dilihat ataupun dialami

secara bebas dan alami melalui cerita (Creswell,1998). Nilai kesaksian

(testimoni) tidak terletak pada kemampuannya untuk digunakan sebagai

alat klarifikasi atau penyelidikan namun lebih sebagai mediasi truth-

telling.

2. Daftar Pertanyaan

a. Tolong Anda ceritakan mengenai peristiwa erupsi Merapi 2010?

b. Apakah saat ini Anda masih sering teringat peristiwa tersebut?

c. Apakah ada kepercayaan atau keyakinan atau persepsi masyarakat

(kearifan lokal) yang berkembang di dusun ini mengenai Gunung

Merapi?

d. Bagaimana pikiran dan perasaan Anda sekarang terhadap kejadian itu?

e. Apa dan bagaimana harapan Anda ke depan dalam menjalani hidup ini?

E. Metode Analisis Thematic Narrative

Analisis thematic narrative adalah sebuah pendekatan dalam

mengolah data narasi dalam bentuk transkrip wawancara dengan melibatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

39

penciptaan dan penerapan kode pada data. Analisis tematik sendiri harus

dilihat sebagai metode dasar dalam sebuah analisis kualitatif. Identifikasi dan

memberi tema adalah salah satu keterampilan umum yang harus dimiliki

dalam berbagai macam penelitian kualitatif (Braun, 2006).

Karakteristik analisis tematik adalah fleksibilitas, dimana fleksibilitas

tersebut dapat berguna atau berpotensi untuk memberikan laporan yang kaya

dan rinci dari sebuah data yang kompleks (Braun, 2006). Tema dalam analisis

ini dapat menangkap sesuatu yang penting di dalam data yang berkaitan

dengan pertanyaan penelitian dan mewakili beberapa tingkat respon atau

makna yang berlainan.

1. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah berupa data narasi

dan deskripsi yang berasal dari transkrip wawancara semi tersetrukur.

Langkah pertama yang akan dilakukan peneliti adalah membaca narasi

yang telah ditranskrip tersebut dengan cermat kemudian baru melakukan

pengelompokan data.

2. Pengkodean (coding)

Coding (koding) mengacu pada penciptaan kategori dalam

kaitannya dengan data. Dalam penelitian kualitatif, model analisis yang

digunakan adalah analisis induktif, dimana peneliti akan membuat

kategori-kategori, tema-tema, dan pola-pola tertentu yang bersumber dari

data (Denzin & Lincoln, 1997). Dengan kata lain, di sini peneliti akan

melakukan pengelompokan contoh-contoh dari fakta yang ada di dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

40

istilah umum yang dapat memungkinkan data-data tersebut dimasukkan

sebagai jenis yang sama.

Pendekatan induktif yang digunakan dalam analisis data bertujuan

untuk (1) menyingkat data yang luas dan beragam teks yang masih kasar

ke dalam format ringkasan yang singkat, (2) membangun jaringan yang

jelas antara tujuan penelitian dan ringkasan hasil temuan yang berasal dari

data yang masih kasar, dan (3) mengembangkan teori tentang model atau

struktur yang mendasari penelitian atau proses yang menjelaskan data

mentah (Thomas, 2003).

3. Interpretasi dan Pembahasan

Setelah fase deskripsi, penulis masuk pada fase interpretatif dimana

penulis akan mengkaitkan narasi dengan kerangka teoritis (Smith, 2009)

dan menuliskan analisis penelitiannya ke dalam bentuk narasi. Penulis

lebih tertarik untuk menyebutnya sebagai analisis dan bukan ‘hasil’ karena

analisis dalam penelitian kualitatif merupakan suatu rangkaian penafsiran

yang terbuka terhadap pertanyaan (Parker, 2008).

Peneliti akan memasukkan pengalaman personal ke dalam narasi

kesimpulan tanpa mengubah alur dan inti dari analisis penelitian

(Creswell, 1998), serta mencantumkan berbagai referensi dan beberapa

perspektif baru sehingga memungkinkan untuk mengembangkan sebuah

penelitian kualitatif (Parker, 2008).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

41

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA,

DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan dari awal Januari 2013-Juni 2013. Pencarian

subjek lewat syarat-syarat yang memenuhi kriteria dilakukan pada bulan

Februari 2013. Adapun kriteria yang dicari adalah survivors wanita yang

selamat dari erupsi Merapi, sudah menikah dan memiliki anak, etnis Jawa,

serta berdomisili kurang dari 7 Km di sekitar Merapi. Subyek adalah mereka

yang telah menikah dan memiliki anak dengan asumsi bahwa ada beban

sekaligus tanggung jawab khusus terhadap anak (sesuai pembagian peran

dalam keluarga Jawa bahwa Ibu bertugas mengasuh anak). Subyek yang

berdomisili kurang dari 7 Km di sekitar Merapi diasumsikan terkena dampak

erupsi secara langsung sekaligus mengalami pengalamn erupsi Merapi 2010.

Wawancara pertama dilakukan bersama Ibu Pur yang merupakan istri

seorang tokoh agama di Cangkringan yang menjadi korban namun tidak

mengungsi karena rumahnya yang relatif jauh dari ancaman awan panas (bukan

berarti tidak mungkin terkena). Wawancara dilakukan pada tanggal 15 Juni

2013. Dari hasil wawancara maka diperoleh beberapa catatan dan impresi yang

diperoleh oleh interviewer.

Wawancara dilakukan di rumah Ibu Pur. Setelah sholat isak, wawancara

dilakukan. Subyek adalah seorang istri dari tokoh agama. Kedekatannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

42

dengan agama ini membuat jawaban subyek cenderung bernuansa agama. Latar

belakang pendidikan yang berupa sekolah agama juga semakin meperkuat

kecenderungan ini.

Selama pengalaman erupsi Merapi 2010, subyek tidak mengalami

kehilangan yang berarti dalam keluarga, baik secara fisik maupun sosial. Tidak

ada gejala kesedihan yang mendalam. Namun, ditemukan ketakutan selama

bencana gunung meletus. Ketakutan ini diatasi dengan mempercayakan segala

sesuatu kepada suaminya. Dia meyakini bahwa suaminya merupakan orang

yang bisa dipercaya. Selain itu, ketakutan juga dijustifikasikan dengan ke-

Mahakuasaan Allah. Dengan adanya Allah, subyek cenderung menjadi fatalis.

Baginya, semua sudah digariskan Allah.

Dengan memasrahkan (tawakal) semuanya pada Allah, subjek dapat

menerima keadaan dan hidup seperti biasa lagi. Resiliensi psikologisnya

disokong dengan keyakinan terhadap figur Allah yang Maha Kuasa dan Maha

―Sak Karepe Dewe‖. Subyek juga mengungkapkan bahwa jika suatu saat

bencana itu menimpa dia kembali, itu tidak masalah. ―Semua yang menentukan

Allah.‖, katanya.

Wawancara selanjutnya dilakukan pada tanggal 17 Juni 2013 bersama

Ibu Mursani. Ibu Mursani adalah menantu dari almarhum Mbah Maridjan. Kini

dia tinggal di sebuah dusun relokasi. Dusun Kinahrejo yang menjadi kelahiran

sekaligus membesarkannya hilang dan hancur ditelan lahar dan awan panas.

Dari hasil wawancara maka diperoleh beberapa catatan dan impresi yang

diperoleh oleh interviewer.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

43

Wawancara dilakukan di rumah Ibu Mursani. Setelah mengobrol sekitar

20 menit, wawancara dilakukan. Dari hasil proses berbincang tersingkap

bahwa tidak ada yang tersisa dari desanya, kecuali kenangan pahit lagi

kerinduan manis yang masih sering mendatangi ingatannya.

Ada banyak kehilangan yag terjadi selama erupsi 2010. Kehilangan

yang dia rasakan cenderung bersifat psikologis, misalnya saja kehilangan Mbah

Maridjan sebagai sosok yang biasanya berada dan hidup bersama. Kemudian

dia merasa kehilangan home (bukan house; yang dipahami sebagai sekadar

bangunan). Rasa kehilangan home ini mengantar subyek untuk menciptakan

nostalgia dengan tidur di Kinahrejo di waktu tertentu.

Subyek cukup gamblang dalam menceritakan pengalaman selama

erupsi Merapi 2010. Nuansa penyampaian cerita berkaitan dengan hal-hal yang

dirasanya belum terselesaikan (sirine) dan mengenai kerinduan terhadap masa

lalu (tidur di Kinahrejo). Subyek sering menanyakan kalimat tanya yang

sifatnya afirmatif seperti ―Iya to? ―, yang dirasakan interviewer sebagai sebuah

kehendak untuk benar-benar bercerita secara utuh agar tidak terjadi salah

tangkap informasi. Penyampaian yang gamblang dan suasana nostalgia yang

muncul semakin membantu jalannya wawancara. Atau dengan kata lain,

suasana bercerita yang nyaman semakin tercipta.

Meskipun demikian, penyusunan kalimat tanya oleh interviewer

terkadang sukar dipahami artisipan. Namun hal ini tidak menjadi masalah

berarti selama berlangsungnya wawancara. Dalam beberapa bagian subyek

juga mengalami kesulitan bercerita. Misalnya saja ketika diminta tolong untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

44

menguraikan rasa sakit ketika mendengar sirine. Dalam bagian sakit ini,

subyek mengalami kesulitan mentransfer pengalaman rasa sakit secara

emosional ke dalam bahasa yang lebih operasional. Meskipun demikian, sebisa

mungkin interviewer tetap menghindari kalimat-kalimat yang cenderung

memaksa subjek untuk melakukan operasionalisasi. Hal ini dilakukan guna

membangun komunikasi yang didasari keterbukaan atau penyingkapan diri.

B. Analisis Data

Tipe penelitian ini adalah Personal Experience Story, di mana

pengalaman yang diambil adalah pengalaman resiliensi wanita yang menjadi

penyintas erupsi Merapi 2010. Guna menunjukkan pengalaman subyek

berkaitan dnegan erupsi 2010, proses penceritaan kembali akan digunakan

kerangka waktu yang secara kronologis akan dinarasikan lewat (1) sebelum

erupsi (beginning), (2) ketika erupsi (middle), dan (3) setelah erupsi (end). Dari

ketiga dimensi waktu tersebut akan diuraikan mengenai interaksi (personal-

sosial) yang diharapkan dapat menggambarkan proses resiliensi subyek.

Setelah dilakukan sintesis antara pengalaman Ibu Pur dengan Ibu Mur

maka diperoleh tema-tema yang secara kronologis dibagi dalam 3 dimensi

waktu. Berikut adalah penguraian tema yang diperoleh:

1. Sebelum Erupsi (Beginning)

a. Manusia sebagai pembaca tanda

Tema manusia sebagai pembaca tanda tampak saat pra-erupsi.

Kedua subjek merasakan bahwa Merapi akan erupsi. Ibu Pur menduga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

45

namun tidak tahu jika erupsi akan besar. Sedangkan Ibu Mur yang lebih

sering bersebtuhan dengan pengalaman erupsi telah menduga bahwa

erupsi cukup besar sehingga memutuskan untuk mengungsi.

Itu tidak tahu, saya di rumah juga tidak. Nggak ada tanda,

nggak ada…Tapi kejadian yang besar yang Jumat. Yang

Jumat itu ada tanda-tanda. Rumah ini kan gempa. Itu dari

siang itu udah gempa, terus langit gelap, terus ada abu

sedikit. Tapi siangnya itu juga ngaji di masjid. Itu siangnya

panas ya. (Ibu Pur)

Waktu itu kan saya mikirnya erupsi Merapi itu biasa-biasa

aja. Soalnya tahun 2006 saya nggak pergi malahan, saya

lihat di rumah. Di Masjid itu. Nggak pergi. Saya kira 2010

kemarin kan di atas sudah merah. Jadi saya harus pergi.

(Ibu Mur)

b. Cara hidup berdasarkan kearifan lokal

Ada perbedaan antara kedua subjek dalam memandang Merapi.

Cara hidup Ibu Pur berkaitan erat dengan agama dan masa kecilnya tidak

akrab dengan Merapi, sedangkan Ibu Mur cenderung lebih akrab dengan

Merapi sejak kecil sehingga nilai lokalitas masih menempel dalam diri

Ibu Mur. Hal ini kemudian berimplikasi pada cara pandang yang berbeda

terhadap gunung Merapi.

Nek di dalam agama, Merapi itu juga termasuk ciptaan

Allah.Terus Merapi itu kan juga berguna. Kalau nggak

meletus kan juga nggak ada pasir, nggak bisa tumbuh

tanaman-tanaman di sekitarnya nggak bisa tumbuh subur.

Itu juga manfaat bagi manusia. Dan Merapi itu sebagai

paku. Bumi kalau nggak ada pakunya, ya nggak tenang,

ngombang-ambing. Dulu kan ceritanya, diciptakan pertama

kali sebelum ada gunung-gunung kan seperti di atas air.

Jadi, terombang-ambing gitu, tapi setelah ada gunung

barulah bumi itu tenang. Bisa ditempati manusia. Gunung

itu pokoke manfaat ya Mas. (Ibu Pur)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

46

Merapi itu ya seperti sahabat. Kalau saya ya memang

harus ikut menjaga lingkungannya, penanaman-

penanaman, penghijauan. (Ibu Mur)

Kedekatan dan keakrabannya dengan Merapi ini kemudian

membuat Ibu Mur menjadi lebih maklum dengan guguran lava dan

suara perut Merapi yang bagi orang lain, seperti misalnya Ibu Pur,

sebagai suatu hal yang menakutkan. Selain itu keakraban dengan

Merapi bisa juga mengantar Ibu Mur untuk naik justru ketika

Merapi erupsi yang kemudian akan mengantar kita pada tema

ketika erupsi terjadi.

2. Ketika Erupsi (Middle)

a. Rasa penasaran terhadap peristiwa

Ada hal yang begitu mencolok pada Ibu Mur ketika erupsi terjadi.

Jika orang lain akan lari ketika erupsi dan guguran lava terjadi. Lain

halnya dengan Ibu Mur yang justru ingin melihat keadaan di atas,

karenanya dia memutuskan untuk menuju lereng Merapi untuk melihat

peristiwa alam yang sudah ramah terhadap pengalamannya. Meskipun

demikian, dia tidak diperbolehkan naik karena keadaan erupsi yang

cukup parah dibandingkan biasanya.

Saya di pengungsian, saya larinya malah lucu, itu kan

malam Jumat ya. Kamis pagi kan anak saya sekolah di

Pakem itu, pengen sekolah, ya udahlah. Saya anterin terus

saya titipkan anak saya di Wekas itu, malah Merapi malem

itu kan meletus to itu saya malah naik. Sampai di Jetan itu

sudah nggak boleh naik. (Ibu Pur)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

47

b. Masa depan yang tak terjamah

Berbeda dengan pengalaman Ibu Mur, dalam pengalaman Ibu Pur

muncul tema mengenai masa depan yang tak terjamah. Masa depan yang

tak terjamah ini muncul sebagai wujud ketakutan akan kematian yang dia

rasakan. Keadaan ketika bencana sangat mencekam dan ketika itu Ibu

Pur tidak mengungsi sehingga kekuatan erupsi Merapi yang tidak seperti

biasanya ini menciptakan keadaan yang benar-benar chaos pada dirinya.

Wong itu nggak tahu kok itu akan meletus besar itu nggak tahu.

Tapi orang Utara sana udah pada ngungsi. Kan sini tempat

ngungsi. Jadi saya nggak ngeh, nggak paham itu nanti akan

meletus gitu. Nggak persiapan blas yang ngungsi itu. Mobil sini

aja dibawa ke Kopeng. Dan hampir aja kena lahar panas itu. Itu

lari, mobilnya lari. Paling let 30 meter itu. Kena itu lahar panas.

(Ibu Pur)

c. Suami sebagai otoritas

Tema suami sebagai otoritas ini hanya muncul pada pengalaman

Ibu Pur. Ketika erupsi terjadi, suami menjadi pengambil keputusan dalam

hidup Ibu Pur. Ibu Pur mempercayakan segala sesuatu kepada suaminya

yang dia percaya memiliki ―kelebihan‖ seperti orang suci.

Terus saya, itu di rumah, saya tidur. Malah saya tu

ngantuk-ngantuknya jam 11 itu. Terus rumahnya goyang-

goyang gini to, terus Pak Masrur itu “Ma, ini ada gempa,

gempa beneran, kita di masjid aja. Nanti kalau mati di

masjid aja.” Terus anak saya tak bangunin semua. Ke

masjid semua. (Ibu Pur)

Kalau saya ndherek Pak Masrur. Perkiraan Pak Masrur

kan udah, ini udah selesai. Meletusnya yang paling besar

ya cuma ini. Ini udah selesai kok ngungsi, apa gunanya. Ya

di rumah aja. Daripada mengungsi wong di sini banyak

orang gila. Kalau dibawa ke pengungsian kan malah

merepotkan. Iya to? Alasannya apa ya, ya cuma itu. Sini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

48

kan punya anak-anak kecil, orang gila. Terus perkiraan itu

lho, ngapain ngungsi, wong udah meletus. (Ibu Pur)

Saya bagaimana? Kalau saya tipenya orang manut suami,

jadi gimana suami gitu aja. Kalau sendiri mungkin ya

melarikan diri. Kalau nggak ya mungkin di masjid. Karena

saya ki tipenya ki, suami bilang nggak ya nggak. Suami

bilang iya; ya. Jadi alurnya nggak bisa sendiri. (Ibu Pur)

3. Setelah Erupsi (End)

a. Pengalaman kehilangan

Pengalaman kehilangan hanya dirasakan oleh Ibu Mur. Erupsi

Merapi menyebabkan kejatuhan perekonomian keluarga maupun

masyarakat sekitar, desanya hilang, keluarganya meninggal. Pengalaman

ini dipandang Ibu Mur sebagai sebuah proses pembelajaran dalam hidup.

Ya kadang-kadang. Kadang-kadang di saat tertentu ya Mas

ya. Misalnya ada acara prosesi Labuhan atau apa. Waktu

yang pertama saya pulang pas, saya juga abdi dalem,

dandan pake kebaya. Saya pulang untuk yang pertama,

waktu itu dianter itu saya hanya bisa nangis. Teringat

semua-muanya. Merasa kehilangan, bayang-bayang simbah

itu ada. (Ibu Mur)

Kita sabar, ikhlas, Insya Allah. Sabar, iman, dan ikhlas.

Sabar menghadapi musibah, iman sama yang di atas. Ikhlas

menjalankan perintahNya. Kita bersosial; ikhlas. Seperti

juga saya menghadapi musibah Merapi, ya kita harus bisa

menerima dengan kesabaran. Dan kita harus merelakan,

mengikhlaskan apa yang diberikan Allah kayak kemarin

mungkin suatu itu sudah diambil. (Ibu Mur)

Saya naik pertama kali tu pas di rumah Pak Bagyo, yang

batas terbakar itu lho. Sampai atas mencari tilas rumah ya

bingung Mas. Nek ra bingung ya ampuh. Tapi yo ra nangis.

Malah heran. Ini beneran atau nggak. (Ibu Mur)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

49

b. Mengatasi keadaan diri

Selama dan setelah suatu hal terjadi, maka manusia melakukan

suatu hal yang sifatnya responsif. Jika ada masalah maka akan ada

penyelesaian masalah. Begitu juga dalam bencana erupsi yang dialami

Ibu Pur dan Ibu Mur. Ibu Pur dan Ibu Mur memiliki cara mengatasi

keadaan yang cukup berbeda karena level akibat bencana Ibu Mur juga

lebih tinggi dibandingkan dengan Ibu Pur. Namun, beberapa cara

mengatasi efek erupsi memiliki kesamaan, yakni mengatasi kecemasan

dengan berdoa.

Rasanya ki pokoke ki udah siap-siap. Suara gemuruh itu semakin

ke sini. Kan kita tu udah, yo wis nggak bisa….pokoke cuma di

masjid. Pokoke baca sholawat, baca istighfar. Gitu kan. (Ibu Pur)

Kalau saya kan Islam ya, yang jelas ya dengan berdoa. (Ibu Mur)

Selain dengan berdoa, keduanya juga sama-sama menyelamatkan

diri, meskipun pada Ibu Pur hanya sebatas rencana saja. Jika tidak

menyelamatkan diri maka nyawa Ibu Mur akan terancam, sedangkan

pada Ibu Pur yang rumahnya relatif jauh akan tetap baik-baik saja.

Namun insting untuk menyelamatkan diri dari ketakutan ini muncul pada

keduanya.

Kalau mau melarikan diri, Pak Masrur ya nggak boleh. Wong

suruh di Masjid aja. Itu pokoke di masjid kumpul semua, satu

orang desa sini. Itu kan nggak pada mengungsi. (Ibu Pur)

Ya kita harus menyelamatkan keluarga. Kita harus menyingkir

dulu. Apa ada orang yang bisa menahan awan panas. Nggak ada.

Alat apa yang bisa. Kalau kita harus ada keterangan dari BPPTK

Merapi baru ada gawe ya kita jangan wani-wani. Kita harus

menyingkit dulu. Sumingkir ya kita berdoa agar kita selamat. (Ibu

Mur)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

50

Berbeda dengan Ibu Pur, Ibu Mur mengalami pengalaman

kejatuhan secara ekonomi. Harta bendanya tidak ada yang tersisa.

Desanya hilang. Selain itu sosok yang menjadi panutan di keluarga,

Mbah Maridjan, juga meninggal dalam peristiwa erupsi. Ibu Mur

mencoba untuk mengikhlaskan semua yang telah hilang akibat dari

erupsi Merapi.

Lha butuh duit je. Padahal ya panas-panas ngentang-

ngentang. Pas naik kok lihat banyak orang, panas-panas

gini ya butuhlah. Saya naik motor itu ya jualan air sama

kaset-kaset ternyata ya habis. (Ibu Mur)

Ya wanita-wanita, itu kan ya ngojek, supir Jeep. (Ibu Mur)

Simbah to. Simbah itu memang sudah meninggal ya, tapi

kadang merasa simbah itu masih gitu lho Mas. Kalau

semua itu, harta benda ya udah diikhlaskan. Sudah kembali

ke yang punya. (Ibu Mur)

Ya sedikit-sedikit memang harus belajar mengikhlaskan.

Percaya nggak percaya ya saya itu harus percaya bahwa

simbah itu udah nggak ada. (Ibu Mur)

Harus bangkit-lah. Pelan-pelan, dengan waktu kan orang

itu bisa to diisi dengan kegiatan-kegiatan. (Ibu Mur)

Lha saya belum jualan, orang lain malah sudah duluan. Ya

gak papa, pada bangkit. Daripada cuma nglesot di

pengungsian. (Ibu Mur)

c. Kerinduan pada masa lalu

Akibat pengalaman kehilangan, Ibu Mur merasa bahwa dia

merindukan pengalaman terhadap suasana rumah. Sesekali dia datang ke

Kinahrejo untuk melepas rasa rindunya dan bernostalgia dengan tanah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

51

kehidupannya. Meskipun tinggal satu lokasi bersama orang se-desanya,

namun kerinduan akan tanah kelahirannya tidak bisa terobati.

Bukan hunian, cuma pengen tidur di sana ya tidur. Saya

kan rasanya belum pulang ke sana Mas, rasa pengen

pulang ke sana ya masih to. Kalau ke sana pulang itu saya.

Siang saya jualan di sana. (Ibu Mur)

Ke sana tu pulang, rasanya bisa tidur pulas. (Ibu Mur)

Pikirannya, kalau dulu kan mikirnya orang ngungsi kok

nggak pulang-pulang. Ini kan sekarang sudah ada rumah,

kalau di shelter itu kapan iki le arep mulih. Pikirannya kan

seperti itu. (Ibu Mur)

Iya masih kangen, dari kecil saya, kalau saya sendiri ya

kangen. Tapi mungkin ada ibu-ibu yang blas, trauma.

Kalau saya nggak. Kemarin Labuhan kan malah wayangan

di sana kan. (Ibu Mur)

d. Allah sebagai segala sumber

Sebagai pemeluk suatu agama, baik Ibu Pur maupun Ibu Mur

menyangkutkan dan mengandalkan Allah sebagai penopang kelemahan

dan kegoyahan. Ketika dikembalikan kepada Allah semua menjadi lebih

ringan. Namun, dalam pengalaman Ibu Pur, nuansa pengalaman dengan

Allah sangat kental. Segala sesuatu didasarkan pada Allah. Tidak heran

jika kemudian Ibu Pur memandang Allah sebagai sosok yang begitu

terkesan Maha dan kita harus takut dan menyembah padaNya. Ibu Mur

sendiri memandang Allah sebatas personifikasi manusia ideal yang

membantu mengatasi kesukaran.

Meletus memang pekerjaannya gunung. Bukan berarti itu…

Ya itu termasuk memperlihatkan kekuasaaan Allah juga,

karena itu manusia kan nggak tahu seperti meletusnya

gunung itu kapan, hanya tanda-tandanya aja yang tahu,

meletusnya nggak tahu. (Ibu Pur)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

52

Ya saya itu, nek bekase lho, saya kan punya dasar bahwa

Allah itu berkuasa dan kiamat itu akan terjadi. Lha saya itu

percaya kalau itu kiamat kecil dan nanti pasti terjadi. (Ibu

Pur)

Semakin yakin bahwa Allah itu benar-benar kuasa, apa ya,

saya baca dalam kitab saya, kan bacanya saya di kitab Al-

Quran misalnya ada tanda-tanda itu udah persis. Sebelas-

dua belas gitu. Ya udah. Perjalanan gunung Merapi

meletus, orang-orang pada lari, itu kan udah ada dalam

Quran. Jadi ya saya itu cuma itu. (Ibu Pur)

Ya semakin kuat, kepasrahannya semakin..kepada Yang

Maha Kuasa itu semakin takut. Jadi dikatakan dalam

Quran, “Orang-orang yang takut dengan Allah itu

dikatakan semakin tinggi derajatnya.” Karena Allah itu

benar-benar kuasa sekali. KekuasaanNya itu melebihi yang

di langit dan di bumi. (Ibu Pur)

Ya iya to, namanya gunung berapi. Merapi memang punya

kriteria sendiri. Yang jelas kan ya harus dikuatkan dengan

keimanan, orang kan juga punya kepercayaan. Manusia itu

kan nggak ada apa-apanya. Semua itukan ujian. Insya

Allah, ujian itu kan kayak masnya. Ada lulus nggaknya.

(Ibu Mur)

Kita sabar, ikhlas, Insya Allah. Sabar, iman, dan ikhlas.

Sabar menghadapi musibah, iman sama yang di atas. Ikhlas

menjalankan perintahNya. Kita bersosial; ikhlas. Seperti

juga saya menghadapi musibah Merapi, ya kita harus bisa

menerima dengan kesabaran. Dan kita harus merelakan,

mengikhlaskan apa yang diberikan Allah kayak kemarin

mungkin suatu itu sudah diambil. (Ibu Mur)

Sama keimanan. Saat itu ya mungkin kalau orang itu

keimanannya ya labil ya nganu. Misalnya berdoa, ternyata

ya masih. Walaupun namanya bencana, walaupun tidak

digunung, kalau Allah menghendaki ya gitu. (Ibu Mur)

e. Pengalaman traumatis

Kedua subjek mengalami pengalaman traumatis. Namun, bobot dari

masing-masing pengalaman traumatis akan berbeda sesuai dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

53

tingkat pengalaman kehilangan. Ibu Pur yang cenderung lebih aman

dibandingkan Ibu Mur juga mengalami pengalaman traumatis yang

hampir serupa dengan Ibu Mur.

Ya saya kan nggak melihat, nek Pak Masrur kan mungkin

masih teringat. Saya kan nggak melihat, jadi nggak tahu,

jadi di perasaan nggak ada. Cuma itu, terasa getaran-

getarannya itu, terus ketakutan-ketakutannya suara-suara

itu. (Ibu Pur)

[Kalau ingat jaman dahulu apakah masih merasa takut]

Iya, ya tetep. (Ibu Pur)

Lain dengan Ibu Mur yang justru merasa biasa ketika mendengar

suara-suara dari perut Merapi. Ibu Mur merasa sudah biasa mendengar

suara tersebut sejak dulu. Ibu Mur mengalami pengalaman traumatis

dengan suara sirine. Dia mengaku merasa kesal, kaget, marah, dan sakit

ketika mendengar suara sirine. Suara sirine mengingatkan pada segala

pengalaman pahit ketika erupsi Merapi 2010.

Kalau saya yang paling pokok ya sirine itu. Kalau kaitan

dengan Merapi ya kalau ada suara gludak-gluduk,

luncuran kecil-kecil itu ya dari dulu kan memang sering.

Sebelum erupsi itu kan sering, hal biasa gitu lho. (Ibu Mur)

Langsung merasa ngeri. Kaget. Kalau ada orang coba-coba

membunyikan sirine pasti saya malah sering marah saya.

Nggak pas lagi. (Ibu Mur)

Terus apa ya, bunyi sirene itu lho Mas. Sirene mobil

ambulan itu lho yang sampai sekarang tidak hilang. Saya tu

kalau dengar suara apa itu, ya sirene di ambulan atau HT,

rasanya tu di sini tu sakit itu lho. Teringat yang dulu itu

sampai sekarang itu. Itu sulit dihilangkan. Kayak trauma

kalau ada suara itu. Kalau ada suara itu sakit rasanya. (Ibu

Mur)

Kan sirene di atas cuma ngak-ngek gitu. Tapi nggak tahu,

awal mulanya di Barek kan semalam cuma ada sirene itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

54

terus. Sampai sekarang sulit saya untuk..rasanya itu masih

sakit kalau denger suara itu. Kalau denger suara itu

rasanya ya kayak “Ngungsi! Ngungsi!” (Ibu Mur)

Dapat dipahami bahwa dengan level bencana yang lebih tinggi

dibandingkan dengan Ibu Pur, Ibu Mur mengalami pengalaman traumatis

yang juga berlebih. Selain itu, berkaitan dengan suara aktivitas magma di

Merapi dapat dipahami bahwa keakraban dengan Merapi menjadi faktor

yang membedakan pengalaman traumatis satu sama lain di mana Ibu Pur

merasa takut dengan suara itu, sedangkan Ibu Mur justru sudah resisten.

f. Keyakinan akan nasib

Keyakinan akan nasib ini muncul pada Ibu Pur saja. Asal-muasal

keyakinan ini bersumber pada keberadaan suami Ibu Pur. Oleh karena itu

keyakinan akan nasib di sini juga berkelindan dengan adanya dependensi

terhadap otoritas luar. Dalam hal ini adalah terhadap suami Ibu Pur.

Namun, dependensi di sini dipandang positif dalam nilai-nilai religius.

Iya, ngrasa cemas, takut. Ya namanya manusia. Pak

Masrur aja juga tapi dia mengira itu meletusnya ke sana,

seandainya ke sini, dia yo lari. Bukan kita itu nggak

persiapan terus cuma pasrah itu ya nggak. Itu kan dilihat

dulu, dari jauh to. Kalau mau lari ya bisa ke arah sana

misalnya. Ternyata laharnya di sana, di Gendol. Nggak

mungkin ke arah sini. (Ibu Pur)

Gitu terus habis itu disuruh ngungsi yo nggak mau, wong

itu udah meletus yang paling besar itu. Tapi kan beritanya

masih gencar itu, nanti beritanya masih akan meletus besar

lagi itu. Mau sigar to itu. (Ibu Pur)

Terus prinsip dalam kitab saya, wanita itu yang baik itu

yang tongat sama suami. Ya udah itu, ya cuma manut sama

Allah gitu. Wanita yang bagus itu…ya manut aja.

Perjalanan saya cuma itu, sama ilmu agama. (Ibu Pur)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

55

g. Memandang sekitar sebagai sesuatu yang mutualistis

Pandangan terhadap sekitar yang mutualistis ini muncul pada

kedua subjek. Namun pada Ibu Pur pandangan ini bercampur-aduk

dengan kepatuhan terhadap suami. Sedangkan pada Ibu Mur, pandangan

ini membuatnya semakin hidup dan merasa berkewajiban untuk

bekerjasama satu sama lain. Pada tema ini, pandangan mutualistis lebih

mengarah pada Ibu Mur yang juga masih berkaitan dengan cara

mengatasi keadaan.

Karena sekarang ilmunya sudah ada BPPTK. Kadang

kalau Merapi bergejolak ya kadang diSMS, kadang saya

SMS. (Ibu Mur)

Merapi itu ya seperti sahabat. Kalau saya ya memang

harus ikut menjaga lingkungannya, penanaman-

penanaman, penghijauan. (Ibu Mur)

Kan tidak sendirian. Kita tidak sendirian. (Ibu Mur)

Anak-anak kan juga trauma, harus membesarkan hatinya,

iya to? Seperti itu kan..iya anak-anak. Kasih dukungan.

Ternyata cukup banyak orang kasih dukungan, support.

Niliki itu, jenguk. Walaupun saya itu ngungsinya mandiri

to. (Ibu Mur)

Kadang kan juga butuh teman. Di sana kan juga guyonan

karo kancane. (Ibu Mur)

C. Pembahasan

Ibu Pur, subyek pertama, tinggal di sebuah rumah yang sekaligus

menjadi sebuah pesantren di kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY. Jarak

tempat tinggal yang relatif dekat dengan gunung Merapi ini memungkinkan

jika suatu saat Merapi erupsi maka dampaknya sampai di kediaman Ibu Pur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

56

Namun, sebelum erupsi, biasanya muncul tanda-tanda terlebih dahulu. Oleh

karena itu, ketika Merapi erupsi pada tanggal ada tanggal 26 Oktober 2010 Ibu

Pur tidak begitu cemas. Baginya erupsi pada tanggal tersebut tidak terlalu

membahayakan Ibu Pur beserta para tetangganya. Menurut Ibu Pur ―Merapi

mau meletus, tanda-tandanya belum lengkap.‖

Erupsi tanggal tanggal 26 Oktober 2010 ini bukanlah puncak. Secara

gradual aktivitas Merapi semakin meningkat. Mulailah Ibu Pur mengamati

perubahan berkaitan dengan Merapi. Pada tanggal 4 November 2010, Ibu Pur

menggambarkan bahwa ―siang itu udah gempa, terus langit gelap, terus ada

abu sedikit.‖ Bagi Ibu Pur, ini adalah tanda-tanda Merapi akan erupsi kembali.

Dan benar, pada tanggal 5 November 2010 dinihari, Merapi kemudian

menunjukkan kekuatannya. Ibu Pur ―merasa seperti mau meninggal‖.

Ditambah lagi dengan ―suara halilintar yang tidak biasa‖ membuat suasana

Merapi malam itu semakin muram.

Kekuatan erupsi Merapi yang tidak seperti biasa ini bagi Ibu Pur benar-

benar tidak terduga. Meskipun Ibu Pur tahu bahwa Merapi akan erupsi, namun

―akan meletus besar itu nggak tahu‖. Kekuatan erupsi Merapi yang tidak

seperti biasanya ini menciptakan keadaan yang benar-benar chaos pada dirinya.

Tidak heran apabila dia merasa seperti akan mati.

Keadaan yang begitu seram lagi muram yang membuat Ibu Pur goyah.

Kegoyahan ini mendorong Ibu Pur untuk mencari pegangan. Dalam

kesehariannya, Ibu Pur selalu berpegang pada suaminya. Begitu juga kali ini.

Sebagai tipe orang yang ―manut suami‖, Ibu Pur mempercayakan segala

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

57

sesuatu kepada suaminya. Ibu Pur merasa aman ketika bersama suaminya.

Seakan-akan suami menjadi perwujudan Allah secara fisik.

Selain berpegang pada suaminya, Ibu Pur juga mengatasi keadaannya

lewat berdoa. Ibu Pur terus sholawat dan istighfar. Baginya berdoa dapat

mengatasi kecemasan terhadap keadaan. Selain itu, berdoa juga merupakan

perwujudan kepasrahan manusia terhadap Allah.

Allah sendiri digambarkan oleh Ibu Pur sebagai Yang Maha ―Sak

Karepe Dewe‖. Allah adalah Dia yang berkuasa atas setiap nasib manusia.

Dengan kehendakNya semua bisa terjadi, kata-kataNya adalah kebenaran.

Suatu saat, seperti kata Allah yang berkuasa itu, kiamat akan terjadi dan ketika

itu pula orang-orang akan seperti gabah diinteri. Setiap orang tidak peduli

dengan anaknya dan hanya lari menyelamatkan diri.

Kedekatan kehidupan Ibu Pur dengan agama membuat Ibu Pur

memasrahkan segala sesuatu dalam kehendak Allah. Semua kehendak adalah

kehendak Allah, seharusnya manusia mendekatkan dan takut kepada Allah.

Begitu juga Merapi, ia adalah ciptaan Allah yang bermanfaat. Dengan

demikian, erupsi yang mengerikan ini pun juga kehendak Allah. Kekuasaan

Allah atas erupsi yang begitu dahsyat ini semakin membuat Ibu Pur berpasrah

dan yakin bahwa Allah begitu Maha Kuasa.

Meskipun Ibu Pur telah berpasrah pada suami dan Allah, namun bukan

berarti Ibu Pur tidak mengalami pengalaman traumatis. Suara mengerikan yang

terdengar ―gludak-gluduk‖ di perut bumi dan halilintar yang tak kunjung

habisnya membuat Ibu Pur merasa ngeri. Ibu Pur tidak melihat maupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

58

bersentuhan langsung dengan uap maupun lahar Merapi, oleh karena itu

ketakutan traumatis yang muncul adalah berkaitan dengan suara. Meskipun

hanya sekadar membayangkan suasana saat erupsi dulu, Ibu Pur tetap merasa

takut dengan keadaan tersebut; takut akan kuasa Allah yang begitu besar.

Meskipun kecemasan dan ketakutan terus menghantui, namun baginya,

suami adalah orang yang dapat dipercaya. Keputusannya untuk tidak

mengungsi sesuai amanat suaminya berbuah pada keselamatannya.

Keselamatan dirinya ini membuktikan bahwa keyakinan terhadap suaminya

yang menetukan nasibnya tidaklah salah.

Sedangkan pada subyek kedua, Ibu Mur, menggambarkan dirinya

seolah menjadi seorang pembaca tanda. Ibu Mur tinggal di Kinahrejo, sebuah

dusun yang hilang ditelan material dan awan panas Merapi. Kehidupannya

sangat dekat dengan Merapi dan erupsi. Sebagai orang yang telah biasa

mengalami erupsi Merapi, Ibu Mur memprediksi bahwa erupsi 2010 tidak

seperti biasanya. Lelehan lava merah bara di puncak Merapi memutuskan Ibu

Mur untuk mengungsi dari Kinahrejo ke lokasi yang lebih aman.

Sebagai penduduk Kinahrejo yang secara geografis sangat dekat dengan

Merapi, Ibu Mur hidup berdasarkan pada kearifan lokal. Kearifan lokal yang

dimaksud adalah berupa kepercayaan terhadap mitos Merapi. Mitos berupa

adanya mahkluk ―tak terlihat‖ yang mendiami Merapi masih kuat menempel

pada dirinya. Selain itu, hal-hal tabu seperti ―merapi tidak boleh dikatakan

njeblug, mbledos atau ada wedus gembel, tapi Merapi dalam proses

membangun‖ juga masih melekat dalam dirinya. Kearifan lokal dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

59

keakrabannya dengan Merapi ini membuatnya memiliki pandangan bahwa

Merapi adalah sahabat.

Personifikasi Merapi sebagai sahabat adalah wujud bahwa Ibu Mur dan

sekitarnya berhubungan secara mutualistis. Ibu Mur merasa berkewajiban

menjaga Merapi. Meskipun kadang-kadang ketika Merapi punya gawe dia

sekeluarga harus menyingkir.

Namun, rasa penasaran terhadap erupsi 2010 mengantar Ibu Mur untuk

melihat keberlangsungan proses erupsi. Proses ―menikmati‖ erupsi ini telah

menjadi kebiasaannya sejak dulu. Tapi karena pertimbangan level erupsi yang

cenderung destruktif ini Ibu Mur dilarang untuk naik ke atas melihat erupsi

berlangsung meskipun kala itu Ibu Mur ingin menikmati seperti biasanya.

Tidak dinyana erupsi Merapi 2010 ini merupakan sejarah yang merubah

kehidupan Ibu Mur, baik secara psikis maupun spiritual. Berbagai pengalaman

kehilangan terjadi. Ibu Mur memang kehilangan harta bendanya, namun dia

lebih merasa kehilangan Mbah Maridjan yang telah dia anggap sebagai

anutannya. Ibu Mur merasa bayang-bayang Mbah Maridjan masih ada di

sekitarnya. Guna mengatasi rasa kehilangan tersebut, Ibu Mur berdoa.

Selain lewat berdoa, Ibu Mur juga terus belajar mengikhlaskan

kepergian Mbah Maridjan. Ibu Mur memahami bahwa banyak orang yang

mengalami rasa kehilangan dan nasib yang sama. Bahkan untuk belajar

mengikhlaskan Ibu Mur mensyukuri keadaan dirinya, baginya ―ada sesuatu

atau orang yang lebih susah dari kita.‖

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

60

Selain kehilangan Mbah Maridjan, Ibu Mur juga merasakan kehilangan

harta benda, suasana rumah. Rasa kehilangan Mbah Maridjan dan suasana

rumah inilah yang mendominasi kehidupan psikisnya. Rasa rindu akan suasana

rumah dan sosok Mbah Maridjan. Meskipun demikian dia terus belajar untuk

―mengikhlaskan apa yang diberikan Allah‖.

Tidak hanya sebatas pengatasan masalah secara psikis secara personal,

Ibu Mur juga berusaha menguatkan kondisi psikis anaknya yang menurun

akibat trauma. Tidak terkecuali, orang-orang di sekitarnya juga dia beri

pertolongan. Dia senang melihat dia dan orang di sekitarnya bangkit. Baginya

pekerjaan sebagai tukang ojek, berdagang, kegiatan-kegiatan, dan Kelompok

Usaha Bersama menjadi sarana kebangkitan secara ekonomi maupun psikis.

Apapun usahanya, asal itu membantu dan berguna bagi orang lain dan diri

sendiri, coba dia upayakan.

Meskipun Ibu Mur selalu berusaha bangkit, namun rasa kehilangan

yang muncul menyebabkan Ibu Mur mengalami kerinduan pada masa lalu.

Rasa rindu yang muncul diarahkan kepada suasana dusun dan rumahnya dulu

dan Mbah Maridjan. Ibu Mur bisa tidur lebih pulas di Kinahrejo yang hancur

dibandingkan dengan rumah relokasinya. Semua kenangan masa kecil dan

nostalgia berkelindan ketika di Kinahrejo. Sampai saat ini dia merasa belum

pulang ke rumah, ― pikirannya ngungsi kok nggak pulang-pulang.‖

Bagi Ibu Mur, kehilangan yang Ibu Mur alami merupakan bagian dari

latihan hidup. Ada tiga nilai yang disodorkannya; ―Sabar, iman, dan ikhlas.

Sabar menghadapi musibah, iman sama yang di atas. Ikhlas menjalankan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

61

perintahNya. Kita bersosial; ikhlas. Seperti juga saya menghadapi musibah

Merapi, ya kita harus bisa menerima dengan kesabaran. Dan kita harus

merelakan, mengikhlaskan apa yang diberikan Allah kayak kemarin mungkin

sesuatu itu sudah diambil.‖

Akhirnya semua akan kembali ke Allah. Bencana sendiri juga kehendak

Allah. ―Manusia itu nggak ada apa-apanya‖, agar manusia dapat menghadapi

ujian maka harus dikuatkan dengan keimanan. Keimanan sendiri terarah pada

Allah.

Kepergian Mbah Maridjan, hilangnya rumah, suara sirine saat erupsi,

guguran lava, dan suara perut Merapi terus menghantui pikiran Ibu Mur.

Berbagai peristiwa yang tiba-tiba muncul dalam pikiran Ibu Mur ini bahkan

berpengaruh kuat pada perasaannya dan mewujud dalam pengalaman

traumatis. Pengalaman traumatis yang paling mebekas baginya adalah suara

sirine. Sampai saat ini, ketika Ibu Mur mendengar suara sirine, pikiran dan

perasaannya terasa ngeri, kaget, arah, kesal lagi sakit. Bahkan tidak segan dia

marah ketika ada yang iseng membunyikan suara sirine, baginya ―nggak pas

lagi‖.

Dalam rasa kehilangan, Ibu Mur menemukan semangat bangkit dari

orang di sekitarnya. ―Kadang kan juga butuh teman. Di sana kan juga guyonan

karo kancane.― mengajarkan pada kita bahwa relasi sosial bersifat mutualistis,

bukan hanya demi kepentingan pribadi. Bagi Ibu Mur yang bisa dilakukan

setelah erupsi adalah saling membantu. Bukan hal mengejutkan ketika Ibu Mur

juga mempersonifikasikan Merapi sebagai seorang sahabat. Selain itu Ibu Mur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

62

juga mejalin sebuah relasi mutualistis dengan BPPTK di mana keduanya saling

memberi kabar mengenai keadaan Merapi guna mencegah kejadian yang tidak

diinginkan berkaitan dengan Merapi.

Setelah menggambarkan story line kedua subyek, maka selanjutnya

adalah pendeskripsian resiliensi dan berbagai kearifan lokal yang berperan

pada penyintas wanita pada erupsi Merapi 2010. Pemahaman mengenai

resiliensi akan di-review singkat guna memberikan batas kajian masalah. Dari

hasil sintesis beberapa kajian mengenai resiliensi (Grotberg, 1995; Connor dan

Davidson, 2003; Xianon dan Zhang, 2007), resiliensi didefinisikan sebagai

kemampuan untuk bangkit dan berubah menjadi lebih baik setelah melewati

kondisi yang sulit.

Sesuai dengan definisi resiliensi di atas, maka syarat untuk bangkit dan

berubah menjadi lebih baik adalah kondisi yang sulit. Kondisi yang sulit

sendiri dalam penelitian ini adalah bencana erupsi Merapi yang dialami

subyek. Kondisi sulit kedua subyek ditunjukkan dengan ketakutan yang

traumatis terhadap bencana dan pengalaman kehilangan. Kondisi kedua ini

lebih dialami oleh Ibu Mur.

Salah satu yang menjadi modal resiliensi adalah kearifan lokal. Dalam

penelitian ini ada berbagai nilai yang muncul. Pertama adalah nilai

kebersamaan muncul dalam kondisi senasib sepenanggungan. Misalnya saja

ketika Ibu Mur yang menjadi penyintas sekaligus subyek berada dalam

pengungsian. Dia membutuhkan teman sekadar untuk guyonan. Dengan

ngguyu bersama dia merasa tidak sendiri. Atau juga muncul dalam tema Ibu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

63

Pur yang menganut nilai kebersamaan dengan suaminya. Ibu Pur semakin

merasa kuat jika sedang bersama suaminya. Bahkan dia menyampaikan tidak

tahu jika tidak ada suaminya.

Selanjutnya adalah nilai perjuangan. Nilai perjuangan dalam peristiwa

ini diwujudkan dalam bentuk perjuangan dari kejatuhan, perjuangan untuk

bangkit secara personal, ekonomi, maupun sosial. Keadaan ekonomi yang

memburuk dan rasa kehilangan dialami oleh Ibu Mur. Melihat kondisinya

tersebut, Ibu Mur tidak lalu menyerah. Justru Ibu Mur melihat hal tersebut

sebagai sebuah tantangan yang membuatnya semakin hidup, semakin belajar

sabar, semakin beriman, dan semakin belajar ikhlas. Demikian halnya dengan

Ibu Pur. Dia semakin yakin akan Tuhan dan kekuatanNya. Bahwa manusia

bukan apa-apa dan bahwa Tuhan adalah Maha Kuasa. Nilai perjuangan ini

membawa Ibu Pur maupun Ibu Mur menjadi lebih optimis mengatasi keadaan

diri yang kemudian juga berkaitan erat dengan pengalaman hidup (dalam

erupsi) yang memiliki arti tersendiri bahwa bencana dan kesulitan hidup

menantang keimanan seseorang. Kondisi keimanan ini kemudian berkaitan erat

dengan nilai ketaqwaan dan kepasrahan.

Nilai ketaqwaan dan nilai kepasrahan sendiri berkaitan erat dengan

hubungan dengan Tuhan. Tentu saja dalam hal ini Tuhan yang dipercaya

masyarakat Jawa sebagai pembimbing adikodrati dalam menghadapi suatu

masalah (Mulder, 2007). Kedua subyek mengembalikan segala sesuatu kepada

Tuhan, namun bukan berarti kemudian dependen kepada Tuhan. Nilai

perjuangan menjadi pengejawantahan bahwa adanya Tuhan bukan menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

64

sebuah wujud dependensi yang merusak kepribadian kedua subyek. Dengan

adanya sosok Tuhan, manusia menjadi tidak jumawa dan menjadi sosok yang

andhap asor. Seperti dirasakan Ibu Mur bahwa manusia itu bukan apa-apa dan

disambung Ibu Pur bahwa semua tergantung pada kehendak Tuhan.

Disampaikan lebih lanjut oleh Ibu Pur ―namun bukan berarti kita lalu pasrah‖.

Artinya, ada suatu kekuatan untuk tetap berdaya meskipun kesan fatalistik

muncul dalam hubungan dengan Tuhan.

Sisi ketuhanan menjadi nuansa kental dalam kehidupan kedua subyek,

baik keseharian maupun saat bencana. Dan sosok Tuhan sendiri menjadi

sebuah daya magis untuk bangkit. Sesuai pemahaman bahwa orang yang

resilien memiliki kemampuan untuk bangkit dan berubah menjadi lebih baik

setelah melewati kondisi yang sulit, maka Tuhan dalam hal ini menjadi sebuah

modal sosial dalam proses resiliensi wanita yang menjadi penyintas erupsi,

terkhusus Ibu Pur dan Ibu Mur. Lewat berdoa kepada Tuhan mereka menjadi

merasa aman dan kecemasan reda. Lewat Tuhan pula Ibu Mur bisa

mengikhlaskan segala sesuatu yang hilang dari kehidupan sebelum erupsi.

Nilai-nilai tersebut juga terekam dalam filosofi Memayu Hayuning

Bawana, memang tidak terverbalisasi, tapi tidak lalu dengan mudah kita

mengesampingkannya. Ketidaksadaran kolektif yang turun mentradisi di tanah

Merapi menjadi sarana terhidupinya filosofi ini. Misalnya saja ketika Ibu Mur

menyampaikan bahwa Merapi adalah sahabat. Kalimat singkat yang bernas ini

merangkum segala filosofi yang ada di tanah Jawa dan terkhusus dalam

kehidupan kejawen. Dalam konsep Merapi sebagai sahabat ini, terangkum pula

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

65

filosofi Hangengasah Mingising Budi yang dikaitkan dengan harmonisasi

antara jagad cilik dengan jagad gede. Atau secara lebih eksplisit mencapai

keharmonisan antara diri dengan alam di mana alam adalah perwujudan

kekuatan Tuhan.

Lebih jauh lagi, konsep-konsep filosofis ini tenyata membantu

seseorang menjadi resilien. Meskipun Merapi telah membuat Ibu Mur rugi

secara material maupun psikologis, tidak lalu Ibu Mur membenci Merapi.

Kecenderungan orang yang dirugikan oleh sesuatu maka akan merasa marah,

kemudian rasa marah ini akan mengantar pada emosi benci terhadap sesuatu

tersebut (Stets, 2006). Namun kecenderungan tersebut tidak terjadi dalam diri

Ibu Mur. Dia tetap menganggap Merapi sebagai sahabat di mana dia

bertanggungjawab untuk melestarikan lingkungannya. Dengan menganggap

Merapi sebagai sahabat, sebagai personifikasi orang yang dekat, maka rasa

ikhlas atas kerugian yang diderita akibat Merapi akan cenderung dimunculkan.

Resiliensi juga didukung oleh nilai-nilai yang dipegang baik oleh Ibu

Pur maupun Ibu Mur. Kepasrahan dan keimanan dikonversi menjadi sebuah

rasa sabar, sumeleh, dan sumarah yang memang sudah menjadi ciri karakter

yang menonjol pada wanita Jawa (Handayani & Novianto, 2007). Dari

beberapa hal di atas maka daya resiliensi Ibu Pur dan Ibu Mur berasal dari dua

hal, yakni Tuhan (mewakili kepasrahan dan keimanan) dan nilai lokal berupa

kesabaran, keikhlasan, keharmonisan, kebersamaan, serta perjuangan. Dengan

demikian, hasil penelitian ini juga mendukung tesis Sulastri (2007) bahwa ada

hubungan antara penyintas dengan dunia sekitarnya atau kearifan lokal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

66

Hubungan yang terjadi dalam penelitian ini secara khusus hubungan antara

resiliensi yang disokong oleh kearifan lokal.

Penelusuran lebih lanjut memperlihatkan bahwa berbekal daya resilien

maka kecenderungan seseorang untuk mengalami rasa sakit termasuk dalam

hal ini trauma semakin kecil (Oulette, 1998). Hal tersebut dikarenakan daya

resilien seseorang membuatnya mampu mengatasi tantangan dan dapat

memberi kontrol atas dirinya di mana kemudian orang tersebut menjadi tahan

terhadap keadaan sakit. Salah satu bentuk trauma atau rasa sakit seseorang

adalah PTSD. Daya resilien wanita penyintas erupsi Merapi menjadi bekal

tersendiri dalam mengantisipasi dan melewati gangguan traumatis ini.

Dari data yang diperoleh, ada pengalaman traumatis berbeda dari kedua

subyek. Pengalaman traumatis yang berbeda ini menjadi implikasi wajar bahwa

kedua subyek memiliki latar belakang historis, geografis, dan pengalaman

kehilangan yang berbeda satu sama lain.

Pada subyek pertama, Ibu Pur, pengalaman traumatis yang dirasakan

hingga saat sini berupa suara aktivitas perut bumi. Pengalaman traumatis ini

berkaitan dengan erupsi 2010 yang hanya dia dengar saja, tidak dia lihat.

Kejadian traumatis yang dirasakan Ibu Pur tersebut tidak terlalu merubah

kehidupan Ibu Pur. Ibu Pur akan merasakan ketakutan jika mendengar suara

aktivitas magma, namun tidak kemudian emosinya labil. Ibu Pur masih baik-

baik saja meskipun teringat akan kejadian kala itu. Keadaan baik-baik saja ini

dapat diamati ketika mengajak Ibu Pur bercerita tentang Merapi. Tidak lalu Ibu

Pur menghindari aktivitas dan situasi yang berkaitan dengan traumanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

67

(avoidance). Ibu Pur justru bercerita mengenai erupsi Merapi dengan sangat

lancar. Jika Ibu Pur mengalami PTSD, maka akan muncul kecenderungan

menghindari pembicaraan mengenai erupsi 2010.

Lain lagi dengan pengalaman Ibu Mur. Menurut APA (2006) individu

yang mengalami tingkat kehilangan lebih akan lebih mudah terkena PTSD.

Namun, semua itu kemudian juga dipengaruhi oleh cara individu menghadapi

situasi emosional. Seperti dikatakan sebelumnya bahwa sosok Tuhan membuat

para subyek cenderung lebih resilien, begitu pula dalam menanggulangi situasi

emosional dan PTSD. Dengan adanya sosok Tuhan, maka penerimaan akan

keadaan lebih meningkat dan coping yang terjadi cenderung konstruktif. Hal

ini mengindikasikan bahwa keberadaan Tuhan meningkatkan kesehatan mental

seseorang. Lewat Tuhan, kata Silberman (dalam Emmons & Paloutzian, 2003),

arti hidup dapat tercapai dan emotional well-being akan cenderung adaptif.

Ada beberapa simptom tertentu bagi para penderita PTSD. Misalnya

keterlepasan atau terasingkan dari orang lain akibat mati rasa atau kehidupan

emosional tidak berjalan (Getzfeld, 2006). Atau justru individu menjadi sangat

emosional (hyperarousal). Kecenderungan untuk menjadi sangat emosional

terjadi pada Ibu Mur ketika mendengar suara sirine yang menyebabkan dia

kesal dan marah. Namun, belum bisa dikatakan bahwa hal tersebut

menunjukkan PTSD yang akut maupun kronis. Ibu Mur tidak menghindari

penceritaan mengenai sirine, justru fokus ceritanya adalah tentang sirine yang

membuatnya merasa ngeri. Bisa jadi memang bercerita menjadi sebuah cara

mengatasi PTSD bagi para survivors. Meminjam kata-kata Ibu Mur, yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

68

bernuansa nilai kebersamaan, bahwa ―Kadang kan juga butuh teman. Di sana

kan juga guyonan karo kancane.‖

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

69

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ibu Pur adalah ibu rumah tangga berusia 36 tahun. Ibu Pur adalah istri

dari tokoh agama terkemuka. Kedekatannya dengan agama ini mengantar

hidupnya pada filosofi hidup yang dikenakannya berbasis agama. Ketika erupsi

Merapi 2010, Ibu Pur tidak mengungsi ke manapun. Ibu Pur mematuhi perintah

suaminya untuk tetap berlindung di rumah. Jika lahar maupun awan panas

sampai di desanya, Ibu Pur akan berlindung dan lebih baik mati bersama di

masjid bersama suaminya. Kepatuhan dengan suami ini juga berbasis pada

kitab suci. Ibu Pur menganggap Merapi sebagai ciptaan Tuhan yang memang

kerja―nya‖ meletus dan menyuburkan tanah. Tuhan dipandang sebagai Maha

―Sak Karepe Dewe‖. Kita senantiasa manut pada kehendakNya. Ibu Pur merasa

tidak ada ketakutan yang berarti kecuali saat erupsi. Menurut Ibu Pur jika suatu

saat terjadi erupsi lagi, Ibu Pur menyerahkan semuanya kepada suaminya dan

kepada Tuhan. Oleh karena itu pengalaman erupsi Merapi 2010 bagi Ibu Pur

merupakan wujud ―kepasrahan terhadap Tuhan‖ yang dikarakterisasikan lewat

(a) bencana, (b) Tuhan itu Maha, (c) mendekatkan dan takut kepada Tuhan.

Jika Ibu Pur menjadi wanita dengan peran yang cenderung pasif dalam

urusan ekonomi, maka Ibu Mur lain. Ibu Mur, yang berusia 45 tahun, bekerja

sebagai tukang ojek sekaligus berdagang di Kinahrejo. Ibu Mur adalah

menantu dari Mbah Maridjan. Sekitar 2 bulan Ibu Mur mengungsi secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

70

nomad. Ibu Mur merasa kehilangan banyak hal, yang paling membekas adalah

kehilangan Mbah Maridjan. Sampai sekarang dia merasa ―percaya nggak

percaya ya saya itu harus percaya bahwa simbah itu udah nggak ada.‖ Selain

kehilangan, Ibu Mur mengalami trauma dengan suara sirine. Efeknya, ketika

Ibu Mur mendengar suara sirine, Ibu Mur merasa sakit dan pikirannya kesal,

bukan takut. Pengalaman mendengar suara sirine ketika erupsi 2010 masih

terbawa ketika ada trigger (suara ambulan). Sampai saat ini, Ibu Mur

menghadapi erupsi Merapi dengan 3 nilai utama; sabar, iman, dan ikhlas. Ibu

Mur mencoba untuk terus ―sabar menghadapi musibah, iman sama yang di atas.

Ikhlas menjalankan perintahNya.‖ Ketika teringat akan pengalaman erupsi

2010, Ibu Mur kemudian berdoa. Baginya, segala bencana yang terjadi adalah

kehendak Allah, ―Manusia itu kan nggak ada apa-apanya.‖ Meskipun demikian

Ibu Mur tetap menganggap Merapi sebagai sahabat. Ibu Mur merasa harus ikut

menjaga lingkungan Merapi meskipun erupsi 2010 mengambil banyak hal di

sekitarnya. Termasuk suasana home. Setelah ditempatkan di desa relokasi, Ibu

Mur masih sering menuju Kinahrejo untuk tidur. Ibu Mur merasa belum benar-

benar pulang ke rumah. Oleh karena itu pengalaman erupsi Merapi 2010 bagi

Ibu Mur merupakan pengejawantahan ―rasa kehilangan‖ yang

dikarakterisasikan lewat (a) kesal terhadap sirine (ada bahaya), (b) kehilangan

Mbah Maridjan, (c) kehilangan ―rumah‖.

Dari kedua cerita subyek yang muncul, diperoleh data bahwa kedua

subyek mengatasi kejadian traumatis lewat tatanan nilai yang telah tersedia

secara kolektif. Nilai-nilai yang cenderung muncul dari para survivors untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

71

mengatasi keadaan adalah nilai kebersamaan, nilai perjuangan, kesabaran,

keikhlasan, keharmonisan nilai ketaqwaan, dan nilai kepasrahan. Lewat nilai-

nilai ini kecenderungan mengatasi masalah menjadi adaptif. Subyek menjadi

lebih resilien. Misalnya saja nilai kebersamaan membuat individu untuk tidak

menghindari individu lain sehingga tidak terjadi sense of detachment terhadap

individu lain yang menjadi simptom PTSD. Dengan tingkat resilien yang lebih

tinggi maka masa depan bukan lagi semata-mata determinisme dari masa lalu.

Dari keempat nilai tersebut, nilai ketaqwaan dan kepasrahan cenderung

mendominasi. Orientasi intrinsik dalam hubungan dengan Tuhan menjadi

sebuah proses pemahaman bahwa kita perlu untuk menjadi andhap asor.

Ketaqwaan dan kepasrahan tidak lalu membuat mereka tidak berdaya, dengan

taqwa dan pasrah justru para survivors menjadi lebih berdaya. Kedua nilai ini

membantu individu untuk menerima kenyataan dan kemudian mengikhlaskan

apa yang telah hilang akibat bencana. Kepasrahan juga memunculkan

kesabaran dalam diri individu.

Nilai ketaqwaan dan kepasrahan juga berkelindan mewujud dalam

keimanan. Kedua subyek mengklaim bahwa dengan adanya bencana justru

terjadi sebuah paradoksal. Bencana justru meningkatkan keimanan terhadap

Tuhan. Tidak heran jika kemudian orientasi kehidupan kedua subyek bukan

pada masa lalu, melainkan hari ini dan masa depan. Semua kejadian pahit

maupun manis adalah sebuah kehendak Tuhan yang menjadi ujian kelulusan

individu. Dan atas itu individu yang berpasrah, sabar, juga berjuang akan dapat

lulus dalam ujian tersebut. Oleh karena itu, resiliensi dengan subyek wanita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

72

Jawa penyintas erupsi Merapi 2010 merupakan resiliensi yang didominasi oleh

nilai-nilai lokal yang terarah pada ketuhanan.

Selain nilai-nilai tersebut, ada beberapa simptom PTSD yang terjadi.

Misalnya saja ketakutan terhadap suara aktivitas magma dan ketakutan akan

suara sirine. Kedua kejadian traumatis ini tergantung pada latar belakang

subyek. Pada ketakutan akan aktivitas magma hanya terjadi pada Ibu Pur, pada

Ibu Mur tidak karena baginya suara aktivitas magma adalah hal yang biasa.

Dengan demikian ada perbedaan kejadian traumatis sesuai dengan latar

belakang historis maupun kultural terhadap kejadian traumatis.

Pengalaman traumatis yang cenderung eksesif adalah yang dialami oleh

Ibu Mur. Jarak tempat tinggal yang relatif dekat dengan kejadian yang lalu

menyebakan pengalaman kehilangan yang berlebih menjadi pemicu munculnya

pengalaman traumatis. Tidak menutup kemungkinan apabila kecemasan yang

terjadi akibat kejadian traumatis ini terus bertumpuk, suatu saat akan meluap

secara eksplosif—melebihi Merapi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai resiliensi wanita penyintas

erupsi Merapi 2010, ada tiga saran yang dapat diberikan:

1. Bagi Keluarga dan Masyarakat

a. Pada ranah keluarga dan masyarakat, nilai kebersamaan menjadi satu

hal penting menanggulangi kebuntuan emosional yang berujung pada

PTSD. Dukungan secara sosial membuat seseorang merasa tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

73

sendiri. Suasana harmonis antar anggota keluarga maupun masyarakat

dapat menciptakan atmosfer positif misalnya saja dalam penelitian ini

munculnya nilai perjuangan yang didasari perasaan senasib (resiliensi

komunal).

b. Lokalitas dan nilainya memiliki peran yang kuat dalam resiliensi

individual. Misalnya saja cara pandang Ibu Mur terhadap Merapi yang

dipersonifikasi sebagai sahabat dan dia bertanggungjawab

melestarikan lingkungan Merapi. Sekiranya mitos lokal tersebut

membuat daya resiliensi seseorang semakin meningkat, sebaiknya

tetap dilestarikan.

2. Bagi LSM dan Pemerintah

a. Meningkatkan perhatian dalam kesehatan mental masyarakat.

Kecemasan yang eksesif terhadap sirine seperti yang dialami Ibu Mur

perlu mendapatkan pemecahan yang serius. DSM-IV-TR

menunjukkan adanya klasifikasi mengenai PTSD dengan onset yang

tertunda. Jika kejadian traumatis seperti yang dialami Ibu Mur terus

bertumpuk, maka suatu saat akan terjadi blooming gangguan pasca

traumatis.

b. Implikasi pada bagian 2.a. adalah bahwa diperlukannya tenaga ahli

dalam bidang kesehatan mental yang secara rutin memantau dan

mengatasi permasalahan berkaitan dengan kehidupan mental para

survivors.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

74

3. Bagi Peneliti dengan Subjek Survivors

a. Metode pengambilan data lewat psikodrama akan lebih menggali

kehidupan subjek lebih mendalam. Bagi peneliti, wawancara saja

tidak mencukupi untuk memperoleh detail emosional pengalaman

yang sifatnya traumatis. Lewat penjiwaan peran dalam psikodrama,

observasi dapat dilakukan. Selain itu, mengacu pada kecenderungan

penderita PTSD bahwa mereka mengalami kembali kejadian

traumatis, maka psikodrama atau membuat representasi mengenai

bencana dapat membantu subyek untuk meluapkan emosi yang

direpresi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

75

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatri Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of

mental disorders (ed. ke-4 Text Revised). Washington DC:Author.

American Psychology Association. (2013). Resilience. (Diunduh 23 April 2013

dari http://www.APAHelpCenter.org/resilience)

Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Smith, E.E., & Bem, D.J. Pengantar psikologi

(ed.ke-11) (Widjaja Kusuma, Terj.). Batam: Interaksara.

BAPPENAS & BNPB. (2011). Rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi:

Wilayah pascabencana erupsi gunung Merapi di provinsi D.I. Yogyakarta

dan Jawa Tengah tahun 2011-2013. Jakarta: Author.

Braun, V. & Clarke, V. (2006). Qualitative research in psychology: Using

thematic analysis in Psychology. New York: Edward Arnold, Ltd.

Bernard, B. (2004). Resiliency: What we have learned. San Fransisco: West Ed.

Bungin, B. (2008). Analisis data penelitian kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Creswell, J.W. (1998). Qualitative inquiry and research design: Choosing among

five tradition. California: Sage Publications, Inc.

Denzin, N.K. & Lincoln, Y.S. (2009). Handbook of qualitative research.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dewi, C., Lianawati, E., & Poerwandari, K. (2010). Psikologi untuk transformasi

sosial. Jakarta: Yayasan Pulih.

Dewi, C. (2010). Psikologi dalam fase kedaruratan bencana. Dalam C. Dewi, E.

Lianawati, & K. Poerwandari, Psikologi untuk transformasi sosial (hal. 133-

151). Jakarta: Yayasan Pulih.

Dewi, C. (2010). Rentan sekaligus lentur: Anak menghadapi peristiwa traumatis.

Dalam C. Dewi, E. Lianawati, & K. Poerwandari, Psikologi untuk

transformasi sosial (hal. 29-46). Jakarta: Yayasan Pulih.

Emmons, R. A., & Paloutzian, R. (2003). Psychology of religion. Annual Review

of Psychology, 54, 377–402.

Geertz, C. (1960). The religion of Java. Chicago: The University of Chicago.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

76

Getzfelt, A.R. (2006). Essentials of abnormal psychology. New Jersey: John

Wiley & Sons, Inc.

Gist, R. & Lubin, B. (1999). Response to disaster psychosocial, community and

ecological approaches. Philadelphia: Taylor and Francis.

Grotberg, E.H. (1995). A guide to promoting resilience in children: Strengthening

the human spirit. The Bernard Van Leer Foundation.

Handayani, C.S. & Ardhiyanto, N. (2008). Kuasa wanita Jawa. Yogyakarta: Lkis.

Komnas Perempuan. (2007). Perempuan penguungsi: Bertahan dan berjuang

dalam keterbatasan. Jakarta: Author.

Kerlinger, M. (1964). Asas-asas penelitian behavioral (Gadjah Mada University

Press, Terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Lianawati, E. (2010). Memahami peristiwa traumatis dan dampaknya terhadap

korban. Dalam C. Dewi, E. Lianawati, & K. Poerwandari, Psikologi untuk

transformasi sosial (hal. 47-71). Jakarta: Yayasan Pulih.

Lyons, E. & Coyle, A. (2007). Analysing qualitative data in psychology. London:

Sage Publication.

Marvin, S. & Costanzo, P.R. (1995). Teori-teori psikologi sosial (SarlitoWirawan,

Terj.). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mulder, N. (2007). Di Jawa: Petualangan seorang antropolog (Sofia Mansoor,

Terj.). Yogyakarta: Kanisius.

Oulette, S.C. (1998). The value and limitations of stress model in HIV/AIDS.

Dalam B.P. Dohrenwend (Ed.), Adversity, Stress, and Psychopathology (hal.

142-160). New York: Oxford University Press.

Parker, I. (2008). Psikologi kualitatif (Victorius Didik Suryo Hartoko, Terj.).

Yogyakarta: Andi.

Pennebaker, J.W. & Bannasik, B.L. (1997). On the creation and maintenance of

collective memories: History as social psychology. New Jersey: Lawrence

Erlbaum Associates Inc. Publisher.

Putra, A.P. (2011). Penataan ruang berbasis mitigasi bencana kabupaten

Kepulauan Mentawai. Jurnal Penanggulangan Bencana, 2(1), 11-20.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

77

Sidabutar, S.I.E., Dharmawan, L.I., Poerwandari, K., & Nurhaya, N. (2003)

Pemulihan psikososial berbasis komunitas: Pengalaman kerja di Indonesia.

Jakarta: Kontras & Yayasan Pulih.

Smith, A. J. (2009). Dasar-dasar psikologi kualitatif: Pedoman praktis metode

penelitian (Budi Santosa, Trans). Jakarta: Nusamedia.

Stets, J.E. (2005). Emotions and sentiments. Dalam J. Delamater (Ed.), Handbook

of Social Psychology (hal. 309-338). New York: Springer.

Stockdale, J.J. (2010). Eksotisme Jawa (Anik, Terj.). Yogyakarta: Progresif Book.

Strauss, A. & Corbin, J. (2003). Dasar-dasar penelitian kualitatif. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Sulastri. (2007). Kearifan lokal Jawa dan resiliensi terhadap trauma psikologis

pada korban selamat bencana gempa bumi di Bantul, Yogyakarta.

Thomas, D.R. (2003). Qualitative data analysis: Using a general inductive

approach. Auckland: University of Auckland.

Williams, M.B. & Poijula, S. 2002. The PTSD workbook. California: New

Harbinger Publications, Inc.

Sleman, Kab. (2011). Gambaran umum kondisi daerah. (Diunduh 23 April 2013

dari http://www.slemankab.go.id/wp-content/file/rpjmd2011/BAB_II

GambaranUmumKondisiDaerah_b.pdf)

Zamroni, M.I. (2011). Islam dan kearifan lokal dalam penanggulangan bencana di

Jawa. Jurnal Penanggulangan Bencana, 2(1), 1-10.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

78

LAMPIRAN 1

Coding Wawancara Ibu Pur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

Coding Wawancara Ibu Pur

Verbatim Label Deskriptif Label Analitis

Nek di dalam agama, Merapi itu juga termasuk ciptaan Allah.Terus

Merapi itu kan juga berguna. Kalau nggak meletus kan juga nggak ada

pasir, nggak bisa tumbuh tanaman-tanaman di sekitarnya nggak bisa

tumbuh subur. Itu juga manfaat bagi manusia. Dan Merapi itu sebagai

paku. Bumi kalau nggak ada pakunya, ya nggak tenang, ngombang-

ambing. Dulu kan ceritanya, diciptakan pertama kali sebelum ada

gunung-gunung kan seperti di atas air. Jadi, terombang-ambing gitu,

tapi setelah ada gunung barulah bumi itu tenang. Bisa ditempati

manusia. Gunung itu pokoke manfaat ya Mas.

Merapi adalah ciptaan Allah yang

berguna dan bermanfaat sebagai

sebuah paku bumi agar bumi tenang.

Allah menciptakan sesuatu yang bernilai

guna.

Itu memang pekerjaannya gunung to. Meletus memang pekerjaannya

gunung. Bukan berarti itu… Ya itu termasuk memperlihatkan

kekuasaaan Allah juga, karena itu manusia kan nggak tahu seperti

meletusnya gunung itu kapan, hanya tanda-tandanya aja yang tahu,

meletusnya nggak tahu. Ya seperti hari kiamat. Hari kiamat itu kan

disebutkan, tapi seperti meletusnya bumi ini kan nggak tahu. Itu tanda-

tandanya, seperti gunung itu juga memperlihatkan kekuasaan Allah

bahwa Allah itu sekejap saja bisa mengeluarkan, meletuskan gunung.

Itu kan juga kalau dalam pelajaran perjalanan magma to, kalau nggak

meletus ya bahaya. Dan itu, letusan itu termasuk buat pupuk. Pupuk

bagi tanaman, juga bermanfaat bagi manusia.

Meletus adalah pekerjaan gunung

yang memperlihatkan kekuasaan

Allah seperti hari kiamat.

Kuasa Allah tidak terjangkau manusia.

Pas itu, kejadian pertama kali saya nggak ngeh, nggak ngeh itu nggak

mendengar berita-berita; Merapi mau meletus, tanda-tandanya belum

Pada kejadian pertama tidak

mengikuti karena tanda-tandanya

Tertarik pada sesuatu yang tanda-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

lengkap. Tahunya cuma mau meletus gitu aja. Pas pertama kali Mbah

Maridjan meninggal itu lho. Lha itu nggak ada berita. Saya kejadian

yang kedua yang paling besar itu, itu tau. Maksude mengikuti.

Bagaimana Merapi meletus itu mengikuti.

belum lengkap, sedangkan kejadian

kedua mengikuti.

tandanya meyakinkan.

Itu tidak tahu, saya di rumah juga tidak. Nggak ada tanda, nggak

ada…Tapi kejadian yang besar yang Jumat. Yang Jumat itu ada tanda-

tanda. Rumah ini kan gempa. Itu dari siang itu udah gempa, terus

langit gelap, terus ada abu sedikit. Tapi siangnya itu juga ngaji di

masjid. Itu siangnya panas ya.

Kejadian kedua sudah ada tanda-

tanda seperti gempa, langit gelap, dan

abu sedikit.

Ada tanda dalam suatu bencana.

Terus saya, itu di rumah, saya tidur. Malah saya tu ngantuk-

ngantuknya jam 11 itu. Terus rumahnya goyang-goyang gini to, terus

Pak Masrur itu ―Ma, ini ada gempa, gempa beneran, kita di masjid aja.

Nanti kalau mati di masjid aja.‖ Terus anak saya tak bangunin semua.

Ke masjid semua.

Mematuhi perintah suami dengan

membangunkan anak-anak.

Suami dipercaya sebagai otoritas yang

patut dipatuhi.

Terus itu di Utara pokonya terdengar kaya suara molen gitu lho. Tapi

santer sekali seperti mau ke sini. Saya di masjid itu sudah mbayangin.

Aduh, ini rasanya orang mau meninggal rasanya seperti ini. Setelah

ada suara gluduk-gluduk ini kan ada suara halilintar. Tapi halilintar ini

kan tidak seperti biasa. Keras sekali.

Merasa seperti mau meninggal

ditambah dengan suara halilintar

yang tidak biasa.

Memahami bahwa sesuatu yang lebih

dari biasanya adalah tanda yang tidak

baik.

Rasanya ki pokoke ki udah siap-siap. Suara gemuruh itu semakin ke

sini. Kan kita tu udah, yo wis nggak bisa….pokoke cuma di masjid.

Pokoke baca sholawat, baca istighfar. Gitu kan. Terus anak-anak ada

yang muntah ada yang nangis, karena bau belerang. Kan belerangnya

Pasrah dan tinggal di masjid sambil

membaca sholawat dan istighfar.

Berdoa sebagai wujud kepasrahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

keluar dari siang. Ya udah itu, setelah ada suara halilintar kan Pak

Masrur ke atas masjid. Ya saya, pikir saya Pak Masrur sudah disambar

halilintar di atas. Di atas masjid kan lihat gunungnya meletus gimana.

Terus Pak Masrur kan naik ke atas lihat. Lihat perjalanan gunung

Merapi meletus itu. Terus halilintar pertama kali, gunung itu meledak.

Jretttt! Tapi saya cuma di bawah sini, Pak Masrur yang ke atas.

Ya cuma itu, cara orang Islam ya Mas, tawakal sama Allah. Cuma

pasrah. Kalau mau melarikan diri, Pak Masrur ya nggak boleh. Wong

suruh di Masjid aja. Itu pokoke di masjid kumpul semua, satu orang

desa sini. Itu kan nggak pada mengungsi.

Tawakal sama Allah karena mau

melarikan diri tidak boleh sama

suami.

Kepasrahan terhadap figur otoritas.

Wong itu nggak tahu kok itu akan meletus besar itu nggak tahu. Tapi

orang Utara sana udah pada ngungsi. Kan sini tempat ngungsi. Jadi

saya nggak ngeh, nggak paham itu nanti akan meletus gitu. Nggak

persiapan blas yang ngungsi itu. Mobil sini aja dibawa ke Kopeng.

Dan hampir aja kena lahar panas itu. Itu lari, mobilnya lari. Paling let

30 meter itu. Kena itu lahar panas.

Tidak tahu kalau Merapi akan

meletus besar.

Ketidaktahuan akan masa depan.

Suasananya pokoke hening. Ya kaya nek orang Islam itu baca ya

bacaan sholawat. Jadi membaca sholawat terus. Tapi ada cerita

katanya laharnya mau ke sini tapi balik ke sana.

Dalam suasana hening membaca

sholawat terus.

Mengatasi kecemasan dengan berdoa.

Terus sini tu untungnya ada hujan. Kalau meletusnya itu nggak ada

hujan sini ya kena wedus gembel. Kena uapnya dari gunung Merapi.

Merasa beruntung karena wedus

gembel terhalang hujan.

Perasaan aman dari bencana

Iya, ngrasa cemas, takut. Ya namanya manusia. Pak Masrur aja juga

tapi dia mengira itu meletusnya ke sana, seandainya ke sini, dia yo

Merasa cemas dan takut layaknya

manusia biasa namun tidak pasrah

Takut dan cemas bukan berarti pasrah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

lari. Bukan kita itu nggak persiapan terus cuma pasrah itu ya nggak.

Itu kan dilihat dulu, dari jauh to. Kalau mau lari ya bisa ke arah sana

misalnya. Ternyata laharnya di sana, di Gendol. Nggak mungkin ke

arah sini.

begitu saja.

Gitu terus habis itu disuruh ngungsi yo nggak mau, wong itu udah

meletus yang paling besar itu. Tapi kan beritanya masih gencar itu,

nanti beritanya masih akan meletus besar lagi itu. Mau sigar to itu.

Disuruh ngungsi nggak mau karena

sudah meletus yang paling besar.

Keyakinan akan masa depan seturut

logika.

Kalau orang desa sini semuanya mengungsi. Tapi saya di rumah.

Orang sini mengungsi sampai satu bulan. Kalau saya sekeluarga

nggak. Anak-anak pondok yang di sini diambil sama orang tuanya.

Orang desa sini semua mengungsi,

kecuali keluarganya.

Membuktikan keyakinan.

Kalau saya ndherek Pak Masrur. Perkiraan Pak Masrur kan udah, ini

udah selesai. Meletusnya yang paling besar ya cuma ini. Ini udah

selesai kok ngungsi, apa gunanya. Ya di rumah aja. Daripada

mengungsi wong di sini banyak orang gila. Kalau dibawa ke

pengungsian kan malah merepotkan. Iya to? Alasannya apa ya, ya

cuma itu. Sini kan punya anak-anak kecil, orang gila. Terus perkiraan

itu lho, ngapain ngungsi, wong udah meletus.

Mengikuti suami karena punya anak

kecil dan orang gila yang kalau

dibawa ke pengungsian malah

merepotkan.

Mematuhi figur otoritas.

Ya saya kan nggak melihat, nek Pak Masrur kan mungkin masih

teringat. Saya kan nggak melihat, jadi nggak tahu, jadi di perasaan

nggak ada. Cuma itu, terasa getaran-getarannya itu, terus ketakutan-

ketakutannya suara-suara itu.

Karena tidak melihat proses meletus

secara langsung, ketakutan-ketakutan

terarah pada suara.

Ketakutan traumatis lebih pada suara.

[Kalau ingat jaman dahulu apakah masih merasa takut] Iya, ya tetep. Kalau ingat jaman dulu masih tetep Ketakutan traumatis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

merasa takut.

Ya saya itu, nek bekase lho, saya kan punya dasar bahwa Allah itu

berkuasa dan kiamat itu akan terjadi. Lha saya itu percaya kalau itu

kiamat kecil dan nanti pasti terjadi. Membekasnya itu cuma, ―Oo nanti

kiamat itu terjadi dan seperti ini lho rasanya.‖ Dalam cerita orang itu

kiamat seperti apa ya, kiamat itu ya kayak, nek bahasa Jawa kayak

gabah diinteri. Gabah diinteri itu seperti padi digini-ginikan. Jadi

orang sudah tidak peduli sama anak, tidak peduli sama dirinya sendiri.

Pokoknya lari menyelamatkan diri. Kalau orang sana, tapi kalau saya

kan di masjid saya. Ming pikiran saya ke orang yang deket gunung

sana. Dia pengennya lari menyelamatkan diri. Kalau saya di rumah

aja. Wong nanti nggak bayangan seperti itu.

Allah itu berkuasa dan kiamat akan

terjadi, ketika kiamat terjadi orang-

orang akan seperti gabah diinteri

sehingga tidak peduli sama anak dan

hanya lari menyelamatkan diri.

Kuasa Allah menyebabkan manusia

kalang kabut.

Saya bagaimana? Kalau saya tipenya orang manut suami, jadi gimana

suami gitu aja. Kalau sendiri mungkin ya melarikan diri. Kalau nggak

ya mungkin di masjid. Karena saya ki tipenya ki, suami bilang nggak

ya nggak. Suami bilang iya; ya. Jadi alurnya nggak bisa sendiri.

Tipe orang yang manut suami jadi

nggak bisa sendiri.

Kepatuhan terhadap otoritas

menyebabkan dependensi.

Karena sudah merasa aman sama Pak Masrur. Walaupun saya harus

mati sama Pak Masrur itu rela gitu lho, umpamanya sampai begitu.

Merasa aman dan rela mati bersama

suami.

Merasa aman asal ada otoritas yang

lebih superior.

Tapi nggak ada niatan terus pasrah seperti orang bunuh diri ya nggak.

Cuma itu kan udah diomongi sama Pak Masrur nggak usah lari, wong

ke sana. Anu, apa, laharnya ke sana. Nggak mungkin mau ke sini,

wong jauh. Ke aliran Gendol kan jauh sekali ke sini. Ya udah, manut

gitu aja. Ya intinya siap.

Tidak punya niatan untuk bunuh diri,

namun tetap siap jika suatu saat

terjadi lagi.

Kesiapan terhadap masa depan tanpa

harus menyerah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

Saya tu pelajaran alam itu nggak begitu mendalam. Misale dalam

pelajaran sekolah gitu lho. Soalnya saya itu dulu dari Aliyah. Jadi ilmu

agama. Jadi nggak begitu mengikuti ilmu luar. Jadi saya itu bacanya

cuma ilmu agama tok.

Pelajaran alam tidak begitu

mendalam, lebih mendalam yang

agama.

Kedekatan dengan agama.

Jadi saya bacanya ya cuma tanda-tanda. Jadi tambah keimanan saya,

jadi tambah kepercayaan saya, jadi tambah tawakalnya kepada Yang

Maha Kuasa itu tadi.

Dengan erupsi 2010, ada peningkatan

dalam keimanan, kepercayaan, dan

tawakal terhadap Yang Maha Esa.

Bencana membuat rasa iman dan pasrah

terhadap Tuhan semakin meningkat.

He‘e. Semakin yakin bahwa Allah itu benar-benar kuasa, apa ya, saya

baca dalam kitab saya, kan bacanya saya di kitab Al-Quran misalnya

ada tanda-tanda itu udah persis. Sebelas-dua belas gitu. Ya udah.

Perjalanan gunung Merapi meletus, orang-orang pada lari, itu kan

udah ada dalam Quran. Jadi ya saya itu cuma itu.

Perjalanan gunung Merapi meletus,

orang-orang pada lari, itu kan udah

ada dalam Quran.

Kesesuaian isi kitab dengan peristiwa

bencana.

Ya semakin kuat, kepasrahannya semakin..kepada Yang Maha Kuasa

itu semakin takut. Jadi dikatakan dalam Quran, ―Orang-orang yang

takut dengan Allah itu dikatakan semakin tinggi derajatnya.‖ Karena

Allah itu benar-benar kuasa sekali. KekuasaanNya itu melebihi yang

di langit dan di bumi. Lha itu yang sudah meletus itu gunung

aja…Misale pelajaran tsunami, pelajaran gunung meletus gitu aja. Ya

berarti kalau Allah itu menginginkan sesuatu, ya kan Allah itu Maha

―Sak Karepe Dewe‖. Karena Dia kan yang memiliki. Mau membuat

orang mati, orang senang…apa saja sak karepe dewe. Tinggal

perjuangan manusia bagaimana mendekatkan dan takutnya kepada

Allah itu gimana. Kalau dalam cerita kitab saya kan; dulu manusia itu

enak. Kan menciptakan manusia itu, Nabi Adam, itu kan larangannya

Dengan adanya erupsi 2010 maka

mengingatkan bahwa Manusia

seharusnya mendekatkan dan takut

kepada Allah yang Maha ―Sak

Karepe Dewe‖.

Semua kehendak adalah kehendak

Allah, seharusnya manusia mendekatkan

dan takut kepada Allah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

satu. Perintahnya, jangan manut sama iblis. Di dalam surga itu jangan

makan buah khuldi. ―Kalau kamu makan itu, makanya nanti kau

mendapatkan azab yang menyakitkan.‖ Lha kalau dulu Nabi Adam di

surga, kan di sana belum ada neraka, surga tok istilahe. Kan juga Allah

sebelum itu berkata mau membuat wakilnya di dunia. Jadi betul-betul

menceritakan bahwa Allah itu seperti ini. Jadi betul-betul manusia

yang disuruh. Allah itu seperti itu, sifat-sifatnya, itu diserahkan kepada

kita. Lha terus Nabi Adam kan ternyata terbujuk oleh iblis, terus

makan khuldi itu. Akhirnya, Allah berkata: ―Karena kamu melanggar

perintahku, maka kamu berdua bersama istri kamu, harus turun ke

bumi merasakan siksa Aku. Lha siapa nanti siapa di bumi anak-

turunmu yang Aku beri kitab. Aku beri petunjuk, Aku beri peraturan.

Pokoke siapa yang manut peraturanKu, nanti dia akan kembali lagi ke

surga seperti kamu. Nanti kalau dia melanggar, Saya menyediakan

neraka. Karena itu, di dunia itu, dia kafir nggak mau percaya sama

Aku lagi. Dia terus nggak manut sama perintahKu, dia terus tak

masukkan dalam neraka itu. Di situ dia disiksa terus, tapi kalau dia

menjalankan perintahKu dan menjauhi larangan-laranganKu yang

Kutunjukkan dalam kitab-kitabKu maka dia akan Kukembalikan ke

surga. Kamu sudah tau to di surga.‖ Jadi perjalanan-perjalanan seperti

itu saya taunya cuma dalam agama itu. Tapi kalau dalam pelajaran

nggak tahu. Nggak begitu menelaah tentang gunung.

Tapi kalau dinalar-nalar, membaca ayatnya Gusti Allah terus keluar,

―Oo ini ada gunung, ada langit, ada bumi, ada manusia terus keluar.

Itu semua terbukti semua itu, udah jelas.‖

Ayatnya Gusti Allah terbukti semua

dalam kehidupan.

Kesesuaian isi kitab dengan kehidupan

nyata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

Karena dari dulu, saya itu yang di-nut Pak Masrur. Jadi dia yang

membacakan Quran kan otomatis yang mengajari dia, yang me-

wulang kan dia. Masak nggak manut sama dia. Apa istilahe dia kalau

dia membaca alam ini, itu selamat ya udah. Ya kan orang-orang

seperti itu, orang-orang Sufi, biasanya bisa berkomunikasi dengan

orang-orang suci. Misale ada pemberitahuan, tidak sampai sini. Orang-

orang gaib, misale seperti khodam, namanya malaikat

memberitahukan misalnya tidak sampai sini. Saya keyakinannya di

situ. Wong juga ada dalam kitab saya. Caranya anu, orang yang suci,

Sufi itu, udah ada tanda-tanda tersendiri dari Gusti Allah. Jadi saya

terlalu yakin sama Pak Masrur.

Dari dulu yang dianut adalah suami

karena keyakinan terhadap suami

yang bisa berkomunikasi dengan

orang suci yang disebutkan dalam

kitab suci.

Suami adalah otoritas yang patut

dipercaya karena kelebihannya.

Terus prinsip dalam kitab saya, wanita itu yang baik itu yang tongat

sama suami. Ya udah itu, ya cuma manut sama Allah gitu. Wanita

yang bagus itu…ya manut aja. Perjalanan saya cuma itu, sama ilmu

agama.

Kepatuhan terhadap Allah bahwa

wanita yang baik itu yang tongat

kepada suami.

Mematuhi perintah Allah.

Kalau ada Pak Masrur ya manut dengan Pak Masrur. Dalam keadaan

nanti nggak tahu. Yo nggak tahu to. Apakah nanti mau melarikan diri.

Wong saya itu berkeyakinan semua yang menentukan Allah, saya

bergerak, tidur ya semua nanti Allah yang menentukan. Jadi nggak

tahu apa yang terjadi di depan. Kalau tahu ya…ampuh.

Kalau ada suami ya manut dengan

suami, namun semua yang

menentukan adalah Allah.

Suami sebagai perwujudan Allah secara

fisik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

87

LAMPIRAN 2

Kategorisasi Tema Ibu Pur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

88

Kategorisasi/ Tema (Analytical Category) Ibu Pur

Label Analitis Tema

Allah menciptakan sesuatu yang bernilai

guna.

Allah sebagai segala sumber.

Kuasa Allah tidak terjangkau manusia. Allah sebagai segala sumber.

Tertarik pada sesuatu yang tanda-tandanya

meyakinkan.

Manusia sebagai pembaca tanda.

Ada tanda dalam suatu bencana. Manusia sebagai pembaca tanda.

Suami dipercaya sebagai otoritas yang patut

dipatuhi.

Suami sebagai otoritas.

Memahami bahwa sesuatu yang lebih dari

biasanya adalah tanda yang tidak baik.

Manusia sebagai pembaca tanda.

Berdoa sebagai wujud kepasrahan. Mengatasi keadaan diri.

Kepasrahan terhadap figur otoritas. Suami sebagai otoritas.

Ketidaktahuan akan masa depan. Masa depan yang tak terjamah.

Mengatasi kecemasan lewat doa. Mengatasi kecemasan lewat doa.

Perasaan aman dari bencana. Manusia sebagai pembaca tanda.

Takut dan cemas bukan berarti pasrah. Keyakinan akan nasib.

Keyakinan akan masa depan seturut logika. Keyakinan akan nasib.

Membuktikan keyakinan. Keyakinan akan nasib.

Mematuhi figur otoritas. Suami sebagai otoritas.

Ketakutan traumatis lebih pada suara. Pengalaman traumatis.

Ketakutan traumatis. Pengalaman traumatis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

89

Kuasa Allah menyebabkan manusia kalang

kabut.

Allah sebagai segala sumber.

Kepatuhan terhadap otoritas menyebabkan

dependensi.

Suami sebagai otoritas.

Merasa aman asal ada otoritas yang lebih

superior.

Suami sebagai otoritas.

Kesiapan terhadap masa depan tanpa harus

menyerah.

Keyakinan akan nasib.

Kedekatan dengan agama. Allah sebagai segala sumber.

Bencana membuat rasa iman dan pasrah

terhadap Tuhan semakin meningkat.

Suami sebagai otoritas.

Kesesuaian isi kitab dengan peristiwa

bencana.

Allah sebagai segala sumber.

Semua kehendak adalah kehendak Allah,

seharusnya manusia mendekatkan dan takut

kepada Allah.

Allah sebagai segala sumber.

Kesesuaian isi kitab dengan kehidupan

nyata.

Allah sebagai segala sumber.

Suami adalah otoritas yang patut dipercaya

karena kelebihannya.

Suami sebagai otoritas.

Mematuhi perintah Allah. Allah sebagai segala sumber.

Suami sebagai perwujudan Allah secara

fisik.

Suami sebagai otoritas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

90

LAMPIRAN 3

Coding Wawancara Ibu Mur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

Coding Wawancara Ibu Mur

Verbatim Label Deskriptif Label Analitis

Dari awal ya. Pertama tu saya tanggal 26 Oktober habis maghrib, saya

kan masih sama Mbah Maridjan di masjid, Mbah Maridjan nggak mau

saya ajak turun, dievakuasi dengan mobil APV yang kena itu. Sampai

di bawah, di balai desa, saya turun to waktu itu terus kembali naik.

Mau menjemput simbah tapi sudah keduluan dengan awan panas. Ada

korban, ada simbah, relawan terus wartawan. Terus sampai di bawah

saya langsung diajak ke Barek, ngungsi di Barek. Wah sudah, apa ya,

semalam itu kan di TV ada berita to itu. Kinahrejo sudah terbakar.

Nah, simbah gimana. Udah pikirannya waahhh… Terus apa ya, bunyi

sirene itu lho Mas. Sirene mobil ambulan itu lho yang sampai

sekarang tidak hilang. Saya tu kalau dengar suara apa itu, ya sirene di

ambulan atau HT, rasanya tu di sini tu sakit itu lho. Teringat yang dulu

itu sampai sekarang itu. Itu sulit dihilangkan. Kayak trauma kalau ada

suara itu. Kalau ada suara itu sakit rasanya.

Suara sirene sampai sekarang tidak

hilang, rasanya sakit kalau ingat yang

dulu.

Pengalaman pahit yang membuat sakit.

Kan sirene di atas cuma ngak-ngek gitu. Tapi nggak tahu, awal

mulanya di Barek kan semalam cuma ada sirene itu terus. Sampai

sekarang sulit saya untuk..rasanya itu masih sakit kalau denger suara

itu. Kalau denger suara itu rasanya ya kayak ―Ngungsi! Ngungsi!‖

Ingatnya seperti itu. Di Barek itu hanya 7 hari terus dipindah ke

Condongsari. Sama-sama di rumahnya Pak Agus Wiyarto yang punya

APV itu. Terus dari sana setelah 2 bulan saya pindah ke Karang Pakis,

ya sama di shelter.

Kalau dengar sirene seakan-akan ada

perintah ―Ngungsi! Ngungsi!‖.

Sirine merupakan wujud perintah secara

metaforis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

Saya di pengungsian, saya larinya malah lucu, itu kan malam Jumat

ya. Kamis pagi kan anak saya sekolah di Pakem itu, pengen sekolah,

ya udahlah. Saya anterin terus saya titipkan anak saya di Wekas itu,

malah Merapi malem itu kan meletus to itu saya malah naik. Sampai

di Jetan itu sudah nggak boleh naik.

Merapi meletus tapi malah naik. Keinginan untuk melihat keadaan.

Kalau saya yang paling pokok ya sirine itu. Kalau kaitan dengan

Merapi ya kalau ada suara gludak-gluduk, luncuran kecil-kecil itu ya

dari dulu kan memang sering. Sebelum erupsi itu kan sering, hal biasa

gitu lho.

Ingat suara gluduk-gluduk dan

luncuran kecil namun itu sudah biasa.

Ada ingatan berkaitan kejadian.

Langsung merasa ngeri. Kaget. Kalau ada orang coba-coba

membunyikan sirine pasti saya malah sering marah saya. Nggak pas

lagi.

Kalau dengar sirine rasanya ngeri,

kaget, dan marah.

Suara sirine mengancam diri.

Simbah to. Simbah itu memang sudah meninggal ya, tapi kadang

merasa simbah itu masih gitu lho Mas. Kalau semua itu, harta benda

ya udah diikhlaskan. Sudah kembali ke yang punya.

Harta benda sudah diikhlaskan

namun kalau simbah kadang masih

dirasa ada.

Sosok simbah seakan-akan hanya hilang

secara fisik.

Ya sedikit-sedikit memang harus belajar mengikhlaskan. Percaya

nggak percaya ya saya itu harus percaya bahwa simbah itu udah nggak

ada.

Belajar mengikhlaskan lewat percaya

bahwa simbah sudah nggak ada lagi.

Menerima kenyataan bahwa simbah

telah tiada.

Kalau saya kan Islam ya, yang jelas ya dengan berdoa. Mengikhlaskan sesuatu dengan

berdoa.

Berdoa membantu proses menerima

kenyataan.

Ya kadang-kadang. Kadang-kadang di saat tertentu ya Mas ya.

Misalnya ada acara prosesi Labuhan atau apa. Waktu yang pertama

Ketika pulang yang pertama teringat

semuanya dan merasa kehilangan

Perasaan kehilangan terhadap simbah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

saya pulang pas, saya juga abdi dalem, dandan pake kebaya. Saya

pulang untuk yang pertama, waktu itu dianter itu saya hanya bisa

nangis. Teringat semua-muanya. Merasa kehilangan, bayang-bayang

simbah itu ada.

karena bayang-bayang simbah masih

ada.

Saya tu takut nggak, tapi sakit. Kalau sakit tu gimana ya, dengar itu

pikirannya kesal gitu lho. Di sini yang sakit. Pengen mbunteti kuping.

Pikirannya kesal pengen mbunteti

kuping.

Keinginan untuk mengatasi pengalaman

yang tidak mengenakkan.

Karena sekarang ilmunya sudah ada BPPTK. Kadang kalau Merapi

bergejolak ya kadang diSMS, kadang saya SMS.

Sekarang sudah ada pihak khusus

yang memberitahu mengenai Merapi.

Kemudahan dalam membuat keputusan

berkaitan dengan keadaan Merapi.

Merapi itu ya seperti sahabat. Kalau saya ya memang harus ikut

menjaga lingkungannya, penanaman-penanaman, penghijauan.

Merapi itu sahabat, saya harus ikut

menjaga lingkungannya.

Personifikasi Merapi sebagai sahabat.

Ya iya to, namanya gunung berapi. Merapi memang punya kriteria

sendiri. Yang jelas kan ya harus dikuatkan dengan keimanan, orang

kan juga punya kepercayaan. Manusia itu kan nggak ada apa-apanya.

Semua itukan ujian. Insya Allah, ujian itu kan kayak masnya. Ada

lulus nggaknya.

Manusia itu nggak ada apa-apanya,

agar dapat menghadapi ujian maka

harus dikuatkan dengan keimanan.

Keimanan akan membantu manusia.

Kita sabar, ikhlas, Insya Allah. Sabar, iman, dan ikhlas. Sabar

menghadapi musibah, iman sama yang di atas. Ikhlas menjalankan

perintahNya. Kita bersosial; ikhlas. Seperti juga saya menghadapi

musibah Merapi, ya kita harus bisa menerima dengan kesabaran. Dan

kita harus merelakan, mengikhlaskan apa yang diberikan Allah kayak

kemarin mungkin suatu itu sudah diambil.

Dengan sabar, iman, dan ikhlas maka

kita akan merelakan apa yang diambil

kembali oleh Allah.

Merelakan apa yang dikehendaki Allah.

Sama keimanan. Saat itu ya mungkin kalau orang itu keimanannya ya Namanya bencana ya Allah yang Allah-lah yang menghendaki sesuatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

labil ya nganu. Misalnya berdoa, ternyata ya masih. Walaupun

namanya bencana, walaupun tidak digunung, kalau Allah

menghendaki ya gitu.

menghendaki. terjadi.

Harus bangkit-lah. Pelan-pelan, dengan waktu kan orang itu bisa to

diisi dengan kegiatan-kegiatan.

Pelan-pelan harus bangkit lewat

kegiatan-kegiatan.

Bangkit untuk mengatasi keadaan.

Kan tidak sendirian. Kita tidak sendirian. Ada orang yang senasib. Perasaan sepenanggungan.

Kita memandangnya jangan ke atas. Ke bawah. Ternyata masih ada

orang di bawah kita. Bencana tidak hanya di sini. Jadi saya melihatnya

nggak ke atas, ada sesuatu atau orang yang lebih susah dari kita.

Meskipun nggak ada bencana, ada orang yang lebih susah dari kita.

Kita harus memandang ke bawah

bahwa banyak orang yang lebih

susah.

Merasa lebih beruntung.

Ya kita harus menyelamatkan keluarga. Kita harus menyingkir dulu.

Apa ada orang yang bisa menahan awan panas. Nggak ada. Alat apa

yang bisa. Kalau kita harus ada keterangan dari BPPTK Merapi baru

ada gawe ya kita jangan wani-wani. Kita harus menyingkit dulu.

Sumingkir ya kita berdoa agar kita selamat.

Kalau Merapi lagi ada gawe, kita

harus sumingkir untuk

menyelamatkan keluarga dan berdoa.

Mengatasi keadaan aktual.

Anak-anak kan juga trauma, harus membesarkan hatinya, iya to?

Seperti itu kan..iya anak-anak. Kasih dukungan. Ternyata cukup

banyak orang kasih dukungan, support. Niliki itu, jenguk. Walaupun

saya itu ngungsinya mandiri to.

Anak-anak trauma jadi kita harus

membesarkan hati lewat dukungan

Mendukung kehidupan sekitar.

Ya kita berbuat sesuatu-lah, apa yang kita bisa membantu. Bisa

membantu masak ya masak, sesuai yang bisa.

Kita harus berbuat sesuatu yang bisa

membantu.

Berarti bagi orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

Kadang kan juga butuh teman. Di sana kan juga guyonan karo

kancane.

Membutuhkan teman. Membutuhkan orang lain.

Waktu itu kan saya mikirnya erupsi Merapi itu biasa-biasa aja.

Soalnya tahun 2006 saya nggak pergi malahan, saya lihat di rumah. Di

Masjid itu. Nggak pergi. Saya kira 2010 kemarin kan di atas sudah

merah. Jadi saya harus pergi.

Di atas sudah merah jadi saya harus

pergi.

Membaca tanda-tanda.

Ya sirine, dan kadang-kadang kalau Merapi ada letusan kecil.

Guguran-guguran. Kadang-kadang sekarang saya juga tidur di atas.

Ingatan yang kuat mengenai letusan

dan guguran.

Ada ingatan berkaitan kejadian.

Bukan hunian, cuma pengen tidur di sana ya tidur. Saya kan rasanya

belum pulang ke sana Mas, rasa pengen pulang ke sana ya masih to.

Kalau ke sana pulang itu saya. Siang saya jualan di sana.

Ada rasa pengen pulang ke

Kinahrejo.

Rasa ingin kembali pada keadaan

terdahulu.

Iya, kalau Minggu gitu kadang-kadang. Di sana kan boleh. Kita sudah

nempati relokasi ya di relokasi.

Sudah disediakan tempat sendiri di

relokasi.

Sudah mendapat bagian sendiri.

Ke sana tu pulang, rasanya bisa tidur pulas. Kalau pulang tidurnya pulas. Nyaman pada keadaan terdahulu.

Pikirannya, kalau dulu kan mikirnya orang ngungsi kok nggak pulang-

pulang. Ini kan sekarang sudah ada rumah, kalau di shelter itu kapan

iki le arep mulih. Pikirannya kan seperti itu.

Pikirannya ngungsi kok nggak

pulang-pulang.

Keinginan untuk pulang ke rumah.

Iya masih kangen, dari kecil saya, kalau saya sendiri ya kangen. Tapi

mungkin ada ibu-ibu yang blas, trauma. Kalau saya nggak. Kemarin

Labuhan kan malah wayangan di sana kan.

Masih kangen dengan rumah yang

dulu.

Rasa rindu dengan rumah tetap ada.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

Ya gimana ya, ya masih [percaya]. Soalnya kejadian aneh di atas itu

banyak Mas. Misalnya kejadian aneh di halaman Mbah Maridjan, di

Kali Opak. Kamu foto sendiri, nanti ada yang njejeri. Saya pernah itu,

Bu ini gambar apa ini Bu, kok ada yang ikut foto? Lha itu berarti ya

pengen ikut difoto. Ada mahkluk yang gelungan gitu, kebaya. Kalau

saya, asal tidak nganggu aja. Di gamelan juga ada, di atas.

Masih percaya dengan makhluk gaib

dan tidak mau menganggu.

Kepercayaan terhadap mitos.

Kalau Mbah Maridjan dulu pesennya tentang Merapi ya kalau

misalnya Merapi itu tidak boleh dikatakan kalau Merapi njeblug,

Merapi mbledos, wedus gembel. Itu tidak boleh. Biasanya Merapi lagi

mbangun. Kaya gitu.

Merapi tidak boleh dikatakan

njeblug, mbledos atau ada wedus

gembel, tapi Merapi dalam proses

membangun.

Ada hal tabu yang tidak boleh

disebutkan berkaitan dengan Merapi.

Saya naik pertama kali tu pas di rumah Pak Bagyo, yang batas

terbakar itu lho. Sampai atas mencari tilas rumah ya bingung Mas.

Nek ra bingung ya ampuh. Tapi yo ra nangis. Malah heran. Ini beneran

atau nggak.

Mencari tilas rumah tapi bingung dan

heran, beneran atau nggak.

Tidak percaya dengan kejadian.

Lha butuh duit je. Padahal ya panas-panas ngentang-ngentang. Pas

naik kok lihat banyak orang, panas-panas gini ya butuhlah. Saya naik

motor itu ya jualan air sama kaset-kaset ternyata ya habis.

Jualan air dan kaset karena butuh

duit.

Mengatasi keadaan ekonomi.

Lha saya belum jualan, orang lain malah sudah duluan. Ya gak papa,

pada bangkit. Daripada cuma nglesot di pegungsian.

Melihat orang lain bangkit lebih baik

daripada hanya sekadar nglesot saja.

Kebangkitan adalah sesuatu yang baik.

Ya wanita-wanita, itu kan ya ngojek, supir Jeep. Ibu-ibu melayani ojek dan jadi supir

Jeep.

Wanita mengerjakan pekerjaan yang

tidak biasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

Ini kalau saya mbuat jahe serbuk. Dipasarkan. Dari sekian banyak,

yang aktif ya cuma di sini. KUB, Kelompok Usaha Bersama, tapi

katanya hibah kok tiap bulan ngangsur juga. Yang nganter juga

seringnya saya. Soalnya yang lain pada sibuk juga. Besok kalau

angsurannya sudah selesai, uangnya dihibahkan beneran.

Pembuatan jahe serbuk yang aktif

cuma di desa subyek.

Rasa bangga terhadap diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

98

LAMPIRAN 4

Kategorisasi Tema Ibu Mur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

99

Kategorisasi/ Tema (Analytical Category) Ibu Mur

Label Analitis Tema

Pengalaman pahit yang membuat sakit. Pengalaman traumatis.

Sirine merupakan wujud perintah secara

metaforis.

Pengalaman traumatis.

Keinginan untuk melihat keadaan. Rasa penasaran terhadap

peristiwa.

Ada ingatan berkaitan kejadian. Pengalaman traumatis.

Suara sirine mengancam diri. Pengalaman traumatis.

Sosok simbah seakan-akan hanya hilang

secara fisik.

Pengalaman kehilangan.

Menerima kenyataan bahwa simbah telah

tiada.

Mengatasi keadaan diri.

Berdoa membantu proses menerima

kenyataan.

Mengatasi keadaan diri.

Perasaan kehilangan terhadap simbah. Pengalaman kehilangan.

Keinginan untuk mengatasi pengalaman

yang tidak mengenakkan.

Mengatasi keadaan diri.

Kemudahan dalam membuat keputusan

berkaitan dengan keadaan Merapi.

Memandang sekitar sebagai

sesuatu yang mutualistis.

Personifikasi Merapi sebagai sahabat. Memandang sekitar sebagai

sesuatu yang mutualistis.

Keimanan akan membantu manusia. Allah sebagai segala sumber.

Merelakan apa yang dikehendaki Allah. Allah sebagai segala sumber.

Allah-lah yang menghendaki sesuatu terjadi. Allah sebagai segala sumber.

Bangkit untuk mengatasi keadaan. Mengatasi keadaan diri.

Perasaan sepenanggungan. Mengatasi keadaan diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

100

Merasa lebih beruntung. Mengatasi keadaan diri.

Mengatasi keadaan aktual. Mengatasi keadaan diri.

Mendukung kehidupan sekitar. Memandang sekitar sebagai

sesuatu yang mutualistis.

Berarti bagi orang lain. Memandang sekitar sebagai

sesuatu yang mutualistis.

Membutuhkan orang lain. Memandang sekitar sebagai

sesuatu yang mutualistis.

Membaca tanda-tanda. Manusia sebagai pembaca tanda.

Ada ingatan berkaitan kejadian. Pengalaman traumatis.

Rasa ingin kembali pada keadaan terdahulu. Kerinduan pada masa lalu.

Sudah mendapat bagian sendiri. Memandang sekitar sebagai

sesuatu yang mutualistis.

Nyaman pada keadaan terdahulu. Kerinduan pada masa lalu

Keinginan untuk pulang ke rumah. Kerinduan pada masa lalu

Rasa rindu dengan rumah tetap ada. Kerinduan pada masa lalu

Kepercayaan terhadap mitos. Cara hidup berdasarkan kearifan

lokal.

Ada hal tabu yang tidak boleh disebutkan

berkaitan dengan Merapi.

Cara hidup berdasarkan kearifan

lokal.

Tidak percaya dengan kejadian. Mengatasi keadaan diri.

Mengatasi keadaan ekonomi. Mengatasi keadaan diri.

Kebangkitan adalah sesuatu yang baik. Mengatasi keadaan diri.

Wanita mengerjakan pekerjaan yang tidak

biasa.

Mengatasi keadaan diri.

Rasa bangga terhadap diri. Mengatasi keadaan diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

101

LAMPIRAN 5

Persamaan dan Perbedaan Pengalaman

antara Ibu Pur dengan Ibu Mur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

Persamaan dan Perbedaan Pengalaman antara Ibu Pur dengan Ibu Mur

Persamaan antara Ibu Pur dengan Ibu Mur Perbedaan antara Ibu Pur dengan Ibu Mur

1. Rasa takut akan ketiadaan akibat bencana.

2. Mengatasi rasa takut atau tidak nyaman dengan berdoa.

3. Pemahaman bahwa Tuhan adalah penyebab segala.

1. Ibu Pur tidak mengungsi karena percaya pada suami.

2. Rumah dan desa Ibu Mur habis terkena awan panas,

sedangkan rumah Ibu Pur relatif aman dari awan panas.

3. Ibu Pur mengembalikan segala pengalaman erupsi

kepada keyakinan agama lewat kitab suci.

4. Ibu Pur cenderung memandang Merapi sebagai ciptaan

Allah dan memiliki utilitas, sedangkan Ibu Mur

memandang Merapi sebagai sahabat.

5. Ibu Mur mengalami kehilangan sosok yang berarti.

6. Ibu Mur kehilangan kampung halamannya.

7. Ibu Mur mengalami pengalaman traumatis.

8. Ibu Mur berdagang dan menjadi tukang ojek untuk

mengembalikan perekonomian keluarga.

9. Ibu Mur menjadi koordinator dalam suatu Kelompok

Usaha Bersama di dusunnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

103

LAMPIRAN 6

Pembagian Tema secara Kronologis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filememberikan tambahan pengetahuan dalam psikologi kesehatan guna bersama - sama meng embangkan suatu proses trauma healing berbasis Kearifan

104

Pembagian Tema secara Kronologis

Sebelum Erupsi

(Beginning)

Ketika Erupsi

(Middle)

Setelah Erupsi

(End)

4. Manusia sebagai

pembaca tanda.

5. Cara hidup

berdasarkan kearifan

lokal.

6. Memandang sekitar

sebagai sesuatu yang

mutualistis.

1. Rasa penasaran

terhadap peristiwa.

2. Masa depan yang

tak terjamah.

3. Suami sebagai

otoritas.

1. Mengatasi keadaan

diri.

2. Kerinduan pada masa

lalu.

3. Allah sebagai segala

sumber.

4. Pengalaman

kehilangan.

5. Pengalaman

traumatis.

6. Keyakinan akan

nasib.

7. Memandang sekitar

sebagai sesuatu yang

mutualistis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI