wound healing yuni

20
1 PENATALAKSANAAN LUKA Luka adalah hasil dari adanya suatu trauma lokal dan bisa merupakan gabungan dari beberapa pertahanan tubuh terhadap injury. Penatalaksanaan awal yaitu dengan metode ABC (airway,breathing, dan circulation). Anamnesa lengkap dan pemeriksaan fisik sangat diperlukan dalam penatalaksaan baik lokal dan sistemik yang bisa mempengaruhi proses penyembuhan. Semua pasien dengan luka akut harus dievaluasi tentang malnutrisi, diabetes, peripheral vascular disease, neuropathy, obesity, imun defisiensi, autoimun disorders, connective tissue disease, koagulopathy, penyakit fungsi hati, keganasan, merokok, penggunaan obat yang mempengaruhi proses penyembuhan dan alergi. Local area luka harus dievaluasi untuk menentukan luas dan komplikasi dari injury, jaringan yang terlibat, ada tidaknya kontaminasi mikroorganisme dan derajat kerusakan yang berkaitan dengan papran injury disekitar jaringan luka. JENIS LUKA Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka. 1. Berdasarkan tingkat kontaminasi a) Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%. b) Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.

Upload: mr-ton-drg

Post on 05-Dec-2014

84 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

penyembuhan luka

TRANSCRIPT

Page 1: Wound Healing Yuni

1

PENATALAKSANAAN LUKA

Luka adalah hasil dari adanya suatu trauma lokal dan bisa merupakan gabungan dari beberapa pertahanan tubuh terhadap injury. Penatalaksanaan awal yaitu dengan metode ABC (airway,breathing, dan circulation). Anamnesa lengkap dan pemeriksaan fisik sangat diperlukan dalam penatalaksaan baik lokal dan sistemik yang bisa mempengaruhi proses penyembuhan. Semua pasien dengan luka akut harus dievaluasi tentang malnutrisi, diabetes, peripheral vascular disease, neuropathy, obesity, imun defisiensi, autoimun disorders, connective tissue disease, koagulopathy, penyakit fungsi hati, keganasan, merokok, penggunaan obat yang mempengaruhi proses penyembuhan dan alergi. Local area luka harus dievaluasi untuk menentukan luas dan komplikasi dari injury, jaringan yang terlibat, ada tidaknya kontaminasi mikroorganisme dan derajat kerusakan yang berkaitan dengan papran injury disekitar jaringan luka.

JENIS LUKA

Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka.

1. Berdasarkan tingkat kontaminasi

a) Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.

b) Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.

c) Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%.

d) Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.

2. Berdasarkan mekanisme terjadinya luka

1. Luka lecet (Abrasion Wound),Terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang

tidak tajam. Mengenai lapisan epidermis dan terjadi prosees secondary healing dalam waktu

Page 2: Wound Healing Yuni

2

1-2 minggu. Melakukan debridement secara menyeluruh, pada luka ini harus dilakukan dalam 24-48 jam, untuk mencegah traumatic tattoo.

2. Luka tusuk (Punctured Wound),Terjadi akibat adanya benda, seperti pisau yang masuk ke dalam kulit dengan diameter

yang kecil. Apabila ditemukan adanya benda asing, benda asing tersebut harus dikeluarkan dari luka. Pada tipe ini, secondary closure mampu mengurangi terjadinya infeksi

3. Luka gores (Lacerated Wound), Merupakan tipe luka yang sering ditemui oleh dokter bedah oleh karena superficial atau

deep acute trauma dan ditutup dengan metode primary closure. Penutupan luka harus dilakukan dalam waktu 6-8 jam. Tetapi apabila terdapat benda asing pada luka ini atau terdapat jaringan nekrotik yang tidak bisa dibersihkan dengan irigasi atau debridement dan bisa menimbulkan kontaminasi bakteri, tidak diperbolehkan untuk ditutup secara primer sehingga proses perdarahan tidak berhenti.

4. Luka complex (complex wound)Luka kompleks meliputi stellate wound, degloving, avulse dan mutilasi. Gold periode dari

luka jenis ini 6-8 jam, yang terdiri dari perawatan kesehatan pasien, mencegah bakteri seminimal mungkin, mencegah kerusakan jaringan karena terlalu lama kering, menggunakan bahan-bahan yang tidak berbahaya dan memberikan bahan penutup luka yang permanent dan adekuat. Pada pasien dengan luka kompleks harus diterapi dibawah anestesi umum. Pada penanganan stellate wound, dilakukan teknik penjahitan interrupted dengan 3 simpul. Degloving wound merupakan luka dimana kulit dan jaringan lemak terpisah dari otot. Robekan kulit ini jarang mengalami perbaikan. Pada keadaan akut luka dapat dilakukan pemberian frouresin 15 mg/kg I.V secara intravena lalu mengobservasi luka dengan penyinaran ultraviolet selama 10-15 menit.

5. Crush injury Dalam beberapa kasus, crush injury tidak terlihat secara klinis karena tidak ada laserasi

external. Ultrasonografi atau magnetic resonance diperlukan untuk mengidentifikasi ada tidaknya hematoma. Secara umum diagnosis bisa ditegakkan dengan gejala dan tanda fisik, termasuk ada tidaknya rasa nyeri, kelemahan otot dan terdapat ketegangan pada compartment dengan palpasi. Apabila terdapat syndrome compartment, terapi hyperbaric sangat membantu.

6. Extravasation injuryHal yang paling utama dari akut extravasation injury adalah secepatnya mendiagnosa dan

menterapi tanpa adanya komplikasi. Terapi konservatif meliputi pemberian hidrokortison krem, insisi dan drainase, injeksi hyaluronidase, injeksi larutan saline dan aspirasi yang hampir sama dengan liposuction.

7. Injection injuryInjection injury disebabkan karena pemakaian injeksi dengan tekanan tinggi.

Page 3: Wound Healing Yuni

3

8. High velocity woundLuka ini berasal dari ledakan atau tembakan senjata. Perawatan luka ini dibiarkan terbuka

dengan cara secondary atau delayed primary closure.9. Luka gigit (bite wound)

Terapi dari luka ini dengan irigasi dan debridement. Penggunaan prophylaksis rabies bisa menjadi pertimbangan dalam terapi luka gigit oleh binatang buas.

10. Luka sengatan (stings)Luka sengatan bersal dari berbagai macam binatang yang bisa mengeluarkan racun. Pada

luka sengatan yang disebabkan karena kalajengking, gejalanya adanya erythema, edema dan ecchymosis pada daerah bekas gigitan. Rasa nyeri ini biasanya diikuti dengan gejala sistemik seperti kekakuan otot,hipersalivasi, demam, tachikardi, pandangan kabur, konvulsi dan kematangan. Terapinya dengan pemberian antihistamine, kortikosteroid dan aanalgesik.Pada jenis arthropoda gejalanya adanya rasa nyeri, edema, lymphadenitis, lymphangitis, lemah, parastesia dan bisa juga terjadi nekrosis kulit. Sedangkan gejala sistemiknya timbul rasa cemas, demas, pusing, jantung berdebar dan mual. Terapi yang diberikan adalah dengan infiltrasi local anastesi dan pemberian antihistamin serta perawatan luka sengatan.Pada jenis hymenoptera, yaitu tawon, lebah dan serangga, responnya berupa adanya rasa nyeri, eritema dan edema papul yang muncul dalam beberapa detik. Gejala sistemik pada 5% populasi berupa syncope, bronchospasm, hipotensi dan aritmia. Terapinya dengan kompres air es, dan analgesic. Sistemik reaksi dapat diterapi dengan epinefrin subcutaneous, diphenhidramine dan supportive airway dan control tekanan darah.

Luka harus diperiksa secara hati-hati, ukuran, lokasi, perdarahan, arteri atau venous insufficiency, suhu, viabilitas jaringan dan benda asing. Kemungkinan terjadi kerusakan pembuluh darah, syaraf, duktus, tulang rawan, otot atau tulang disekitar luka. Pemeriksaan rontgen dan pemeriksaan baik sensorik maupun motorik sangat diperlukan untuk menentukan penanganan terhadap injury.

Penanganan luka akut meliputi pemberian anastesi, debridement, irigasi, hemostatik, penutupan luka, waktu dan metode penutupan luka, dressing, terapi tambahan (profilaksis tetanus dan rabies, antibiotic dan tambahan nutrisi), penanganan luka post operasi dan beberapa hal yang bisa mengganggu proses penyembuhan luka.

Proses penyembuhan luka yang terjadi adalah sebagai berikut:1. Fase Inflamasi; Berlangsung sampai hari ke-5. Akibat luka terjadi pendarahan, tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang terputus (retraksi) dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena keluarnya trombosit, trombosit mengeluarkan prostaglandin, tromboksan, bahan kimia tertentu dan asam amino tertentu yang mempengaruhi pembekuan darah, mengatur tonus dinding pembuluh darah dan kemotaksis

Page 4: Wound Healing Yuni

4

terhadap leukosit. Sel radang keluar dari pembuluh darah secara diapedesis dan menuju daerah luka secara kemotaksis. Sel Mast mengeluarkan serotinin dan histamin yang meningkatkan permiabilitas kapiler, terjadi eksudasi cairan oedema. Dengan demikian akan timbul tanda-tanda radang. Leukosit, limfosit dan monosit menghancurkan dan memakan kotoran dan kuman. Pertautan pada fase ini hanya oleh fibrin, belum ada kekuatan pertautan luka sehingga disebut fase tertinggal (lag phase). Berat ringannya reaksi radang ini dipengaruhi juga oleh adanya benda-benda asing dari luar tubuh, misalnya: benang jahit, infeksi kuman dll. Tidak adanya serum maupun pus/nanah menunjukkan reaksi radang yang terjadi bukan karenanfeksi kuman tetapi karena proses penyembuhan luka.2. Fase Proliferasi atau Fibroplasi: Berlangsung dari akhir masa inflamasi sampai kira-kira minggu ke-3. Pada fase ini terjadi proliferasi dari fibroblast yang menghasilkan mukopolisakarida, asamaminoglisin dan prolin yang akan mempertautkan tepi luka. Pada fase ini terbentuk jaringan granulasi. Pembentukan jaringan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan luka tertutup epitel dan mulailah proses pendewasaan penyembuhan luka, pengaturan kembali dan penyerapan yang berlebih.3. Fase Remodelling/Fase Resorbsi/Fase penyudahan: Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini berakhir bila tanda radang sudah hilang.

Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa luka dapat sembuh secara alami tanpa pertolongan dari luar, tetapi cari alami ini memakan waktu cukup lama dan meninggalkan luka parut yang kurang baik, terutama kalau lukanya menganga lebar.

PENATALAKSANAAN LUKA

ANASTESI

General anastesi diperlukan untuk pasien yang tidak bisa mengkontrol rasa nyeri dengan anastesi local. Anastesi dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu golonagn amida dan ester.

Golongan amida yaitu :

Lidocaine (xylocaine) Bupivacaine (marcaine) Mepivacaine (carbocaine) Prilocaine (citanest) Etidocaine (duranest) Phenocaine Dibucaine (nupercainal) Ropivacaine (naropin) Levobupivacaine (chirocaine)

Page 5: Wound Healing Yuni

5

Golongan ester yaitu :

Procaine (novocaine) Chloropocaine (nesacaine) Tetracaine (pontocaine) Benzocaine Propoxycaine (ravocaine) Cocaine

Anastesi yang sering digunakan adalah lidocaine, golongan amida, karena memiliki kelebihan on set ofaction cepat (< 2 menit), duration of action lama (60 sampai 120 menit), aman dan tidak toksik, terdapat banyak bentuk sediaan (cair, jel, salep) dan konsentrasi (0,5%, 1%, dan 2%). Selain itu lidocaine jarang menimbulkan reaksi alergi. Sedangkan golongan ester, cocaine adalah golongan ester paling bagus untuk luka mukosa yang diaplikasikan secara topical dan mempunyai efek vasokontriktor. Vasokontriksor, seperti epinefrin juga ditambahkan kedalam lidocaine.

Local anastesi bisa menyebabkan toksik sistemik ketika diberikan secara intravascular atau dosis yang berlebihan. Manifestasinya diawali dengan efek pada susunan syaraf pusat misalnya vertigo, tinnitus, sedasi, dan kejang. Selain itu juga berpengaruh pada system cardiovascular, misalnya hipetensi, kelainan konduksi jantung dan kelumpuhan cardiovascular . Terapi yang dilakukan apabila terjadi toksik sistemik yaitu terapi supportif berupa pemberian oksigen, cardiovascular bypass bila diperlukan, sampai cairan anastesi diabsorbsi oleh tubuh. Untuk mencegah terjadinya toksik, diperlukan tindakan aspirasi. Dosis maksimum dari lidocaine adalah 3-5 mg/BB tanpa epinephrine dan 7 mg/BB dengan epinephrine. Untuk cocaine, dosis maksimum 2-3 mg/BB.

DEBRIDEMENT

Penyembuhan luka dapat terjadi apabila jaringan sudah bersih yaitu tidak adanya benda asing dan tidak ada kontaminasi bakteri. Untuk itu diperlukan tindakan debridement supaya resiko terjadinya infeksi menurun dan prose penyembuhan luka dapat terjadi. Beberapa benda asing bisa disingkirkan dengan manual maupun dengan tindakan bedah. Tetapi pada luka abrasi sulit untuk membersihkan benda asing karena ukurannya sangat kecil sehingga dibutuhkan irigasi.

IRIGASI

Setelah proses debridement pada jaringan nekrotik dan benda asing, tahap berikutnya adalah irigasi. Hanya cairan yang bersifat non toxic yang bisa digunakan, antara lain normal saline, ringer laktat, dan aqua steril. Penggunaan antiseptic seperti providone iodine,

Page 6: Wound Healing Yuni

6

chlorhexidine, alcohol, sodium hipochloride dan hydrogen peroksida jangan langsung mengenai luka, karena zat tersebut bersifat toksik dan menghalangi proses penyembuhan.

Irigasi luka tidak boleh dilakukan pada:1.Luka berukuran sangat luas.

2.Luka sangat kotor (memerlukan debridement tajam, lakukan debridement dulu,baru kemudian irigasi luka).

3.Luka dengan perdarahan arteri atau vena.

4.Luka yang mengancam jiwa(melibatkan struktur penting dibawahnya).

5.Luka yang berada pada area yang mengandung jaringan areolar longgar bervaskularisasi tinggi,misalnya daerah alis mata.

HEMOSTASIS

Perdarahan bisa dikontrol dengan tekanan, kauterisasi, atau ligasi pembuluh darah. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah hematoma yang bisa menyebabkan peningkatan resiko infeksi dan inflamasi.

PENUTUPAN LUKA

Penutupan luka dilakukan dengan penjahitan. Penjahitan luka dikategorikan berdasarkan bahan yang digunakan, kekuatan, komposisi, absorbility dan waktu degradasi. Berikut tipe dan karakteristik dari bahan suture.

Page 7: Wound Healing Yuni

7

DRESSING LUKA

Secara umum, fungsi dressing luka adalah untuk perlindungan, antisepsis, tekanan, immobilization, debridement, terbentuknya lingkungan fisiologis, absorbsi, packing, pendukung, information, kenyamanan dan estetika. Secara spesifik, fungsi dari dressing harus disesuaikan dengan tipe luka dan dikerjakan secara hati-hati sebelum aplikasi.

WAKTU DAN METODE

Waktu yang paling tepat untuk penutupan luka adalah saat pasien sudah dalam kondisi stabil. Sedangkan metode yang digunakan adalah :

1. Primary closure by direct approximation2. Delayed primary closure, dimana luka menutup setelah periode penyembuhan3. Secondary closure, dimana luka dibiarkan menutup secara alami4. Pemberian skin graft5. Penggunaan distal flap

Page 8: Wound Healing Yuni

8

PENILAIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA1. Adanya penyakit lain : Anemia, arteriosklerosis, keganasan, diabetes, penyakit autoimun, penyakit inflamasi, gangguan fungsi hati, remathoid artitis2. Infeksi3. Umur dan komposisi tubuh4. Status nutrisi5. Merokok6. Status pengobatan7. Status psikologis8. Lingkungan social dan hygiene9. Akses terhadap perawatan luka.

TERAPI TAMBAHAN PADA LUKAAntibiotik profilaksis

Pada beberapa luka, pemberian antibiotik tidak diindikasikan. Tetapi pada luka dengan adanya faktor sistemik yang bisa mempengaruhi penyembuhan luka, selain itu pada luka yang terkontaminasi dan luka kotor, antibiotik sangat diperlukan. Profilaksis yang diberikan adalah kombinasi β lactam antibiotik dan β lactam inhibitor misalnya amoxilin-clavulanat. Tetapi pada luka yang terkontaminasi harus diberikan antibiotik kombinasi untuk gram negatif dan gram positif.Antimikrobial topical

Antimikrobial topikal diperlukan untuk pencegahan. Pada luka dengan non kompilkasi trauma, pemberian bacitracin dan noemycin salep sangat membantu dalam mengurangi infeksiProfilaksis tetanus

Tetanus adalah kelainan syaraf yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang gejalanya berupa kekakuan otot. Berikut kriteria luka yang perlu dilakukan profilaksis.

Klasifikasi luka

Gambar klinis Luka-luka yang cenderung tidak menyebabkan tetanus

Luka-luka yang cenderung menyebabkan tetanus

Umur luka ≤ 6 jam 6 jam

Konfigurasi luka Luka yang rata ( linier), abrasi Luka yang tidak rata (stellate), avulsi

Dalam luka ≤ 1 cm 1 cm

Page 9: Wound Healing Yuni

9

Mekanisme trauma Luka tajam, misalnya pisau, kaca Peluru, luka bakar, crush frostbite

Tanda infeksi Tidak ada Ada

Jaringan mati Tidak ada Ada

Bahan-bahan kontaminasi (debu, feses,tanah, liur dll)

Tidak ada Ada

Jaringan denervasi dan atau jaringan iskemik

Tidak ada Ada

LUKA POST OPERASI Luka tertutup harus dijaga agar tetap bersih dan kering selama 24-48 jam. Proses epitelisasi terjadi beberapa jam setelah terjadi luka dan terkontaminasi. Pembersihan luka secara halus akan membantu menghilangkan bakteri. 6 minggu setelah proses penyembuhan, Kekuatan jaringan luka akan meningkat , tetapi setelah periode ini, kekuatan jaringan luka akan melemah bahkan menurun 75% - 80% dari kekuatan jaringan normal. Luka dengan resiko terjadinya infeksi harus diberikan pengobatan pendukung dalam waktu 48jam. Setelah proses hecting aff, tindakan kosmetik sangat diperlukan untuk menghilangkan scar, terkadang dibutuhkan vitamin E sebagai pendukung penyembuhan scarFAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT PENYEMBUHAN LUKATension

Meskipun tension tiap kulit pada setiap individu berbeda, tehnik penjahitan yang kurang benar, pergerakan sendi atau jaringan pendukung luka yang tidak adequate bisa menimbulkan terpisahnya luka. Oleh sebab itu diperlukan undermining saat penjahitan luka.Benda asing

Semua benda asing yang mengkontaminasi luka harus dihilangkan saat itu juga dengan debridement yang efektif dan sebelum luka ditutup. Adanya benda asing yang tertinggal pada luka akan menyebabkan gagalnya proses penyembuhan, infeksi atau traumatik tatooing.Infeksi

Semua luka trauma yang terkontaminasi harus diirgasi untuk mengilangkan mikroorganisme. Infeksi terjadi ketika terdapat banyak bakteri dalam jumlah banyak atau pertahanan jaringan lokal tidak bisa mencegah terjadinya infeksi. Antibiotik spektrum luas menjadi pertimbangan dalam luka terinfeksi.Ishemia

Page 10: Wound Healing Yuni

10

Iskemia jaringan luka bisa menjadi terinfeksi meskipun telah dilakukan debridement. Jaringan dengan lapisan dermal pada pinggiran luka yang tidak terjadi perdarahan akan menunjukkan gejala iskemia.Hematoma dan seroma

Hematoma dan seroma dapat meningkatkan resiko infeksi dan terjadinya dehiscence. Untuk mencegahnya, hemostasis pada penutupan luka sangat mutlak diperlukan dan perdarahan harus segera dihentikan. Hematoma dan seroma ini sangat mudah dikenali sebelum terjadinya infeksi, oleh sebab itu harus segera dievaluasi. Hematoma dan seroma dalam ukuran kecil, dirawat dengan terapi konservatif sampai bisa terabrsorbsi. Namun jika hematoma dan seroma tidak dapat dideteksi dan infeksi sudah terjadi, maka yang harus dilakukan adalah luka dibiarkan terbuka, pemasangan drain dan membiarkan terjadinya proses secondary healing. Setelah itu diperlukan perawatan scar.Trauma

Kerusakan jaringan selalu diikuti dengan external trauma, tetapi bisa juga iatrogenik. Sehingga diperlukan tehnik penjahitan yang halus.Edema

Edema berasal dari akumulasi cairan pada jaringan interstitial. Ini terjadi pada proses akut dimana jaringan melepaskan histamin, penyempitan pembuluh darah kapiler dan proses peradangan atau proses kronis dimana terjadi insufficiency pembuluh darah vena, insufficiency limfa dan menurunnya tekanan osmotik pada jairngan interstitium. Pada kedua kasus tersebut, terjadi peningkatan tekanan jaringan edema dan menghambat perfusi dan proses penyembuhan.Radiasi Radiasi dapat menyebabkan kerusakan kulit, proses penyembuhan akan berjalan lambat dan menyebabkan perubahan kulit yang kronis. Radiasi pada jaringan dapat berupa ketebalan dan fibrotic dermis, epidermis yang tipis, perubahan pigmen kullit, telangiectasia, kerontokan rambut dan menyebabkan kulit kering oleh karena adanya kerusakan dikelenjar sebacea dan kelenjar keringat). Keratinocytes sangat diperlukan dalam proses epitelisasi luka, namun karena radiasi terjadi gangguan mitosis dan penurunan desquamativ. Jaringan kolagen menjadi oedema dan fibrous. Selain itu fibroblas yang juga diperlukan dalam sintesa kolagen juga mengalami penurunan migrasi dan proliferasi. Oleh karena kulit yang telah teradiasi, tranfer jaringan sangat dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka. Selain itu terapi supportif berupa vitamin A sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka.FAKTOR SISTEMIKInherit connective tissue disorders Kelainan ini sangat mempengaruhi proses penyembuhan. Ehlers-Danlos syndrome terdapat beberapa tipe yang menunjukkan adanya perbedaan, tetapi pada umumnya terdapat defisiensi kolagen. Tanda klinisnya berupa kulit yang fragile, lax joint dan gangguan proses penyembuhan luka.

Page 11: Wound Healing Yuni

11

Hipotermi Hipotermi merupakan efek samping dari obat anastesi,berupa rasa dingin atau redistribusi suhu tubuh. Tarikan kekuatan luka menjadi meningkat perlahan bila terjadi hipotermi ketika proses penyembuhan berlangsung. Pencegahan hipotermi dapat menurunkan infeksi luka dan meningkatkan jumlah kolagen.Oksigen Oksigenase jaringan diperlukan dalam metabolisme aerob, proliferasi fibroblast, sintesa kolagen dan antimikrobial oksidative dari inflamatory cell. Terapi ini disebut dengan hiperbaric oksigenMerokok Merokok dapat menurunkan konsentrasi oksigen dalam jaringan yang dapat mengganggu proses penyembuhan luka dan menyebabkan infeksi dan dehiscence. Efek dari merokok adalah terjadinya vasokonstriksi (disebabkan oleh nikotin), perubahan pengikatan oksigen dalam darah (merupakan hasil dari karbon monoxide terhadap hemoglobin) , meningkatkan agregasi trombosit, mengganggu proses inflamasi, kerusakan endotel, dan dapat menimbulkan artherosclerosis. Pada kasus injury akut, sebaiknya pasien berhenti merokok sekurangnya 3 minggu.Malnutrisi Pada pasien yang mengalami injury diperlukan penilaian nutrisi, terlihat pada jumlah albumin, protein, prealbumin, trasferrin, dan insulin seperti growth faktor 1. Vitamin A,C,K dan D adalah komponen utama yang dibutuhkan dalam proses penyembuhan secara normal. Diet mineral seperti zinc dan besi juga diperlukan untuk proses penyembuhan.Jaundice Efek jaundice para penyembuhan luka masih kontroversial. Kompilkasi jaundice terlihat pada pasien post operasi sebagai akibat dari menurunnya level kolagen. Tetapi, obstruksi jaundice tidak mempengaruhi proses penyembuhan luka bakar pada manusia. Umur Faktor penuaan sangat mengganggu terhadap proses penyembuhan luka. Meningkatnya usia berefek terhadap respone inflamasi, fagisitosis makrofag dan tertundanya proses penyembuhan. Diabetes mellitus Diabetes mellitus menyebabkan penurunan proses penyembuhan luka dan meningkatkan resiko terjadinya infeksi. Diabetes mempengaruhi fungsi granulocyte dan kemotaksis, menekan fungsi fagositosis, merubah faktor hormon dan imunitas selular, neuropathy peripheral, periferal vascular disease, dan beberapa gangguan imunitas.Uremia Uremia dan gagal ginjal kronis berpengaruh terhadap ketahanan tubuh, terjadi peningkatan resiko infeksi dan mengganggu proses penyembuhan. Pada pasien dengan uremia, akan terjadi komplikasi perdarahan, oleh sebab itu kita harus mengevaluasi protrombin time (PT), the actived partial tromboplastin time (aPTT), hitung jenis trombosit dan hematokrit.

Page 12: Wound Healing Yuni

12

Pengobatannya dengan tindakan dialisis tanpa pemberian heparin, pemberian desmopressin (0,3μg/kg), cryoprecipitate, estrogen (0,6 mg/kg/day I.V selama 5 hari) dan erytropoetin, transfusi sel darah merah sampai hematokrit diatas 30 %.Obat-obatan Steroid : kortikosteroid merupakan obat yang dapat menghambat proses inflamasi, migrasi,macrophaque, proliferasi fibrobla, protein dan sintesa kolagen, peningkatan kerusakan, kontraksi luka, dan epitelisasi. Pada kasus akut, dimana terjadi kegagalan penyembuhan, dosis kortikosteroid dapat diturunkan, pemberian vitamin A baik secara topikal maupun sistemik dan pemberian steroid anabolik. Tidak seperti kortikosteroid, anabolik steroid dapat menyeimbangkan posisi normal kolagen dan penyembuhan luka.

Page 13: Wound Healing Yuni

13

DAFTAR PUSTAKA1. Steven R. Sullivan, M.D.Loren H. Engrav, M.D, F.A.C.s and Matthew B. Klein, M.D: Basic

surgical and perioperative consideration.2007; Acute wound care,1 24: WebMD2. Advance trauma life support for doctor, ATLS: 7th edition;2004,374

:American college of surgeon.3. E.Andrea nelson:The art of wound healing;diakses pada EWMA Journal.2003 vol 3 no 1;

17-19. Publiser by european wound management association. Diunduh pada 27 Januari 2013.

4. Bing Siang Gan: Wound Healing; division of Plastic Surgery.diakses pada www.uwo.ca/surgery/plastics/HULC/HULCDocs/woundhealing.pdf. diunduh pada 27 Januari 2013.

Page 14: Wound Healing Yuni

14

PENATALAKSANAAN LUKA

Oleh:Yuni Rahmawati, drg

Ilmu Bedah MulutUniversitas Gajah mada

2013

Page 15: Wound Healing Yuni

15