plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · oleh ka rena itu, penulis ingin memberi ucapan...

128
Pengaruh Tipe Pola Asuh Orang Tua terhadap Perilaku Perundungan pada Remaja di Sekolah Homogen Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Anastasia Fernanda Harlin NIM : 149114030 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 05-Aug-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pengaruh Tipe Pola Asuh Orang Tua terhadap Perilaku

Perundungan pada Remaja di Sekolah Homogen

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Anastasia Fernanda Harlin

NIM : 149114030

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

HALAMAN MOTTO

Kau tak dapat meraih sesuatu dalam hidup tanpa pengorbanan sekecil

apapun.

-Shakira-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Saya persembahkan karya ini untuk :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas penyertaan, kasih, dan anugerah-Nya

Keluarga saya yang selalu mendoakan dan mendukung

Dosen pembimbing yang sudah membantu dan membimbing dengan sabar

Dan semua teman, kekasih yang selalu sabar mendengar keluh kesah dan selalu

mendukung saya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

PENGARUH TIPE POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PERILAKU

PERUNDUNGAN PADA REMAJA DI SEKOLAH HOMOGEN

Anastasia Fernanda Harlin

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola asuh orangtua terhadap

perilaku perundungan pada remaja di sekolah homogen dan mengetahui tipe pola

asuh yang paling berpengaruh. Subjek penelitian ini berjumlah 204 orang usia 15-

18 tahun. Terdapat dua hipotesis dalam penelitian ini, yaitu pola asuh orangtua

berpengaruh signifikan terhadap perilaku perundungan pada remaja di sekolah

homogen dan pola asuh otoriter paling berpengaruh terhadap perilaku perundungan

pada remaja di sekolah homogen. Metode pengambilan sampel yang digunakan

adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan dua skala model Likert, yaitu skala pola asuh orangtua dan skala

perundungan. Hasil penelitian melalui analisis regresi ganda menyimpulkan bahwa

pola asuh orangtua memengaruhi perilaku perundungan (sig. 0,00<0,05). Tipe pola

asuh otoriter dan permisif berpengaruh positif pada perilaku perundungan

(sig.<0,05).

Kata kunci : pola asuh orangtua, perilaku perundungan, remaja, sekolah homogen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

THE INFLUENCE OF PARENTING STYLE WITH BULLYING

BEHAVIOR ON ADOLESCENCES IN HOMOGENEOUS SCHOOL

Anastasia Fernanda Harlin

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of parenting on bullying behavior in

adolescents in homogeneous schools and to know the most influential types of

parenting. The subjects of this study were 204 students aged 15-18 years. There are

two hypotheses in this study, which are parenting style has a significant influence

on bullying behavior on adolescence in homogeneous school and the authoritarian

parenting style are the gives the most influence on bullying behavior in adolescents

in homogeneous schools. The sampling method used was purposive sampling. The

method of data collection in this study used two Likert model scales, which are the

scale of parenting and scale of bullying behavior. The results of the study through

multiple regression analysis concluded that parenting influenced affect bullying

behavior (sig. 0,00<0,05). Authoritarian and permissive parenting types have a

positive effect on bullying behavior (sig.<0,05).

Keywords: parenting style, bullying behavior, adolescende, homogeneous school.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kebaikan,

dan penyertaan-Nya selama proses penyusunan hingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tipe Pola Asuh Orang Tua

Terhadap Perilaku Perundungan pada Remaja di Sekolah Homogen”.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, doa, dan bantuan banyak pihak

yang sudah membantu hingga penulis sampai di tahap ini. Oleh karena itu, penulis

ingin memberi ucapan terimakasih kepada :

1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M. Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum, Ph.D. selaku Ketua Program Studi

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Romo Dr. Priyono Marwan, S.J. selaku Dosen Pembimbing Akademik

pertama. Terimakasih atas waktu, perhatian dan nasihat yang sudah

diberikan kepada para mahasiswa untuk selalu berjuang dan menjadi yang

terbaik.

4. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M. Si. selaku Dosen Pembimbing

Akademik kedua. Terimakasih atas waktu dan nasihat yang sudah

diberikan kepada para mahasiswa.

5. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi saya yang

selalu sabar membimbing, membantu, mendukung, dan memotivasi saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

serta memberikan masukan serta arahan selama proses penulisan skripsi ini

hingga saya mampu menyelesaikannya.

6. Segenap dosen, staff akademik, dan karyawan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma atas segala bantuan yang sudah diberikan

kepada para mahasiswa.

7. Kepala sekolah, para guru beserta seluruh murid selaku subjek dalam

penelitian ini. Terimakasih atas kesempatan yang sudah diberikan kepada

penulis untuk dapat melakukan penelitian di sekolah. Terimakasih pula atas

kesediaan waktu dan bantuan dalam mengisi kuesioner yang penulis

bagikan. Seluruh data sangatlah berarti bagi penulis. Semoga Tuhan

membalas kebaikan teman-teman semua.

8. Papa, Mama, Chandra, dan Eyang selaku keluarga penulis. Terimakasih

untuk doa, dukungan, dan perhatian yang selalu diberikan sehingga penulis

mampu menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih pula karena tidak pernah

lelah memotivasi penulis.

9. Bayvan Defino Lakadewa selaku teman hidup penulis. Terimakasih karena

selalu ada disaat sulit, dan sabar mendengarkan keluh kesah penulis.

Terimakasih pula atas segala cinta, kasih sayang, dukungan, bantuan dan

usaha untuk membahagiakan penulis sehingga penulis mampu melewati

ini. I’m so lucky to have you.

10. Antonia Ita Verina dan Theresia Devani Chintya Monica. Terimakasih

karena selalu ada di masa-masa sulit penulis dan tidak pernah lelah

mendengarkan keluh kesah penulis serta selalu mampu memberikan solusi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

yang membuat penulis tenang. Terimakasih pula atas dukungan dan

motivasi nya selama ini.

11. Ivena Karin. Terimakasih atas bantuan dan dukungan yang sudah diberikan

kepada penulis. Bantuanmu sangatlah berarti, semoga Tuhan selalu

memberkati mu.

12. Fanny, Dyas, Ocha, Rara, Gladys, Jess, Nata, dan Yona dalam grup

Gengges. Terimakasih karena sudah memberikan warna dalam kehidupan

perkuliahan ini. Terimakasih pula karena sudah saling menguatkan dan

mendukung satu sama lain. Aku bahagia bisa menjadi bagian dari kalian.

13. Teman-teman Kelas C 2014. Terimakasih atas bantuan dan perhatian

teman-teman selama ini.

14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terimakasih atas

dukungan yang sudah diberikan bagi penulis

Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna. Namun, penulis

berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan peneliti

selanjutnya. Akhir kata, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-

kata dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi

ABSTRAK ........................................................................................................ vii

ABSTRACT ....................................................................................................... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... ix

KATA PENGANTAR ......................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 10

1. Manfaat Teoritis .................................................................................. 10

2. Manfaat Praktis .................................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 12

A. Perundungan ............................................................................................. 12

1. Pengertian Perundungan ...................................................................... 12

2. Bentuk-Bentuk Perilaku Perundungan .................................................. 14

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perundungan ................... 16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

4. Karakteristik Pelaku Perundungan ....................................................... 18

5. Dampak Perundungan .......................................................................... 18

B. Pola Asuh Orangtua .................................................................................. 19

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua ......................................................... 19

2. Aspek Pola Asuh Orangtua .................................................................. 20

3. Jenis-jenis Pola Asuh Orangtua ............................................................ 21

C. Remaja ..................................................................................................... 24

D. Sekolah Homogen ..................................................................................... 25

E. Dinamika Pengaruh Pola Asuh Orangtua dengan Perilaku Perundungan

pada Remaja ................................................................................................... 27

F. Skema ....................................................................................................... 31

G. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 33

A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 33

B. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................................. 33

C. Definisi Operasional ................................................................................. 33

1. Pola Asuh Orangtua ............................................................................. 33

2. Perundungan ........................................................................................ 34

D. Subjek Penelitian ...................................................................................... 34

E. Alat Pengumpulan Data ............................................................................ 34

1. Pola Asuh Orangtua ............................................................................. 35

2. Skala Perilaku Perundungan ................................................................. 37

F. Pengujian Instrumen Penelitian ................................................................. 39

1. Validitas .............................................................................................. 39

2. Seleksi Item ......................................................................................... 40

3. Reliabilitas ........................................................................................... 43

G. Metode Analisis Data ................................................................................ 44

1. Uji Asumsi........................................................................................... 44

2. Uji Hipotesis ........................................................................................ 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 47

A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

B. Deskripsi Subjek ....................................................................................... 47

C. Deskripsi Penelitian .................................................................................. 48

D. Hasil Penelitian ......................................................................................... 51

1. Uji Asumsi........................................................................................... 51

2. Uji Hipotesis ........................................................................................ 55

E. Pembahasan .............................................................................................. 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 62

A. Kesimpulan............................................................................................... 62

B. Saran ........................................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 64

LAMPIRAN ...................................................................................................... 67

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi aspek pola asuh ................................................................. 24

Tabel 3.1 Pemberian nilai skor dalam skala likert ............................................... 35

Tabel 3.2 Sebaran Item Skala Pola Asuh Orangtua Sebelum Uji Coba ............... 37

Tabel 3.3 Sebaran Item Skala Perilaku Perundungan Sebelum Uji Coba ............ 38

Tabel 3.4 Sebaran Item Skala Pola Asuh Orangtua Setelah Uji Coba ................. 42

Tabel 3.5 Sebaran Item Skala Perilaku Perundungan Setelah Uji Coba ............... 43

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas setelah Uji Coba ................................................ 44

Tabel 4.1 Persebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ................................... 48

Tabel 4.2 Persebaran Subjek Berdasarkan Usia .................................................. 48

Tabel 4.3 Tabel Deskripsi Data Penelitian .......................................................... 49

Tabel 4.4 Norma Kategorisasi ............................................................................ 49

Tabel 4.5 Kategorisasi Skor Perilaku Perundungan ............................................ 50

Tabel 4.6 Kategorisasi Pola Asuh Subjek ........................................................... 51

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas ........................................................................... 52

Tabel 4.8 Hasil Uji Linearitas ............................................................................ 53

Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 54

Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................... 55

Tabel 4.11 Hasil Uji analisis R square (Regresi ganda) ...................................... 55

Tabel 4.12 Hasil Uji F Analisis Regresi Ganda .................................................. 56

Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi untuk Setiap Variabel .................................... 57

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Perilaku

Perundungan Remaja ......................................................................................... 31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Skala Uji Coba ............................................................................... 68

Lampiran 2: Skala Penelitian ............................................................................. 88

Lampiran 3: Hasil Reabilitas .............................................................................. 98

Lampiran 4: Hasil Uji Analisis ......................................................................... 105

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia termasuk salah satu negara yang cukup tinggi dalam

permasalahan tindak agresi, yaitu perilaku perundungan terhadap remaja

(dalam Arofa, Hudaniah, & Uun, 2018). Baron & Branscombe (2012)

menjelaskan bahwa perundungan merupakan perilaku dimana salah satu

orang dipilih untuk menjadi target dari agresi. Agresi sendiri merupakan

perilaku yang ditujukan untuk melukai orang lain. Akan tetapi dalam

perundungan, agresi cenderung dilakukan secara berulang. Target yang

dipilih cenderung memiliki kekuatan yang lemah jika dibandingkan dengan

pelaku, sehinga korban tidak dapat membela dirinya sendiri. Komisi

Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menjelaskan hasil pengawasan kasus

yang terjadi dalam bidang pendidikan selama tahun 2018. Data

menyebutkan bahwa kasus perundungan menduduki kasus terbanyak di

bidang pendidikan, yaitu sebesar 41 kasus (Widiastuti, 2018).

Penjelasan lain dari Yayasan Sejiwa (2008) menjelaskan bahwa

perundungan adalah kekuatan dan kekuasaan yang disalahgunakan baik

secara kelompok maupun individu. Perilaku tersebut cenderung dilakukan

secara berulang. Selain itu, dalam perundungan terdapat pihak yang lebih

kuat. Pihak yang lebih kuat disini bukan hanya kuat secara fisik namun juga

secara mental, sehingga membuat korban perundungan tidak mampu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

mempertahankan dirinya karena korban cenderung lebih lemah baik secara

fisik maupun mental.

Neto, Limber & Nation, Nwokolo et, al (dalam Efobi & Chinyelu,

2014) mengatakan bahwa perundungan banyak terjadi di sekolah-sekolah.

Hal tersebut terjadi karena para siswa yang terlibat dalam perilaku

perundungan, tidak menganggapnya sebagai perilaku yang menyimpang

atau karena sebagian guru dan orangtua tidak menganggap masalah tersebut

serius. Hal tersebut didukung dengan hasil workshop yang dilakukan oleh

yayasan Sejiwa tahun 2006 mengenai perundungan. Hasil dari workshop

tersebut menjelaskan bahwa masih banyak guru dan orang tua yang

menganggap bahwa perundungan adalah hal yang berlebihan dan tidak

perlu dipersoalkan.

Kementerian Sosial mengatakan bahwa hingga pertengahan tahun

2017 telah menerima ratusan laporan kasus yang terkait dengan

perundungan. Laporan yang telah diterima hingga bulan Juni tahun 2017

sebanyak 976 kasus. Dari 976 kasus tersebut, terdapat 400 kasus mengenai

kekerasan seksual dan sekitar 117 kasus mengenai perundungan.

Fenomena yang sering terjadi di dunia pendidikan adalah

perundungan, yang dilakukan antara murid satu dengan yang lainnya atau

guru dengan murid. Menurut National Association of School Psychologis

(dalam Arofa, Hudaniah, & Uun, 2018), salah satu faktor terjadinya

perundungan adalah faktor sekolah. Di Indonesia terdapat sekolah yang

dibedakan berdasarkan jenis kelamin siswanya. Sekolah tersebut adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

sekolah koedukasi dan non-koedukasi. Sekolah edukasi adalah sekolah

yang menerima siswa dengan jenis kelamin berbeda yaitu laki-laki dan

perempuan. Sekolah edukasi biasa disebut dengan sekolah heterogen.

Sedangkan sekolah non-koedukasi adalah sekolah yang hanya menerima

siswa dengan satu jenis kelamin saja. Sekolah non-koedukasi biasa disebut

dengan sekolah homogen (Ardiyanti, 2014).

Martin & Fabes (dalam Arofa, Hudaniah, & Uun, 2018) menyatakan

di sekolah homogen siswa berinteraksi dengan teman yang berjenis kelamin

sama. Hal tersebut menyebabkan adanya diskriminasi perilaku antar gender.

Sebagai contoh, ketika anak laki-laki hanya bermain dengan laki-laki maka

mereka cenderung menjadi lebih agresif. Di sisi lain penelitian Faris &

Felmlee (dalam Arofa, Hudaniah, & Uun, 2018) menemukan, bahwa

sekolah yang memiliki siswa dengan jenis kelamin berbeda maka tingkat

agresifitas akan cenderung lebih rendah dibanding sekolah dengan siswa

sesama jenis. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Hardika (2009), bahwa Sekolah Menengah Atas (SMA) homogen

memiliki kecenderungan perundungan lebih tinggi jika dibandingkan

dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) heterogen. Salah satu faktor yang

menyebabkan adalah tidak adanya rasa enggan dan rasa malu sehingga

senior cenderung arogan dalam bereskspresi. Selain itu, siswa yang berada

di Sekolah Menengah Atas (SMA) homogen cenderung memiliki kebebasan

yang lebih besar menurut Yayasan Sejiwa (dalam Hardika, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

Hingga saat ini, masih terdapat kasus perundungan yang kerap

terjadi. Sebagai contoh, terdapat kasus perundungan pada korban yang

terjadi di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Jakarta Selatan.

Pelaku diduga melakukan penganiayaan kepada korban. Korban diminta

melakukan push up kemudian dipukul dan ditendang (Hadi, 2018). Berbeda

dengan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap beberapa siswa di

sekolah homogen, mereka cenderung melakukan perilaku perundungan

secara verbal dan mental/psikologis. Sebagai contoh, mereka mencibir dan

menjauhi teman yang memiliki penyimpangan seksual.

Rigby (dalam Pertiwi & Juneman, 2012) mengatakan, salah satu

karakteristik dari perilaku perundungan adalah adanya perilaku agresif yang

membuat pelaku senang untuk menyakiti korbannya. Perilaku perundungan

dibedakan menjadi tiga, yaitu perundungan fisik, perundungan verbal, dan

perundungan mental atau psikologis (Yayasan Sejiwa, 2008).

Perundungan sendiri memiliki dampak yang besar bagi korban.

Korban perundungan cenderung mengalami masalah kesehatan, baik secara

fisik maupun secara mental. Korban perundungan lebih mudah merasa

depresi, gelisah, dan masalah tidur yang akan terbawa hingga mereka

dewasa. Selain itu, korban perundungan cenderung menghindari sekolah

karena mereka merasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah. Hal

tersebut menyebabkan korban mengalami penurunan dalam prestasi

akademik dan semangat belajar (Zakiyah, Sahadi, & Meilanny, 2017).

Sekolah juga mendapatkan dampak dari perundungan yaitu menurunnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

reputasi sekolah tersebut di masyarakat. Dampak terburuk dari perilaku

perundungan adalah bunuh diri.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya perundungan

pada kalangan remaja yaitu faktor keluarga, sekolah, teman sebaya, dan

media (Yusuf & Fahrudin, 2012). Teman sebaya memiliki pengaruh

terhadap perilaku perundungan, karena pada masa remaja mereka

cenderung menghabiskan waktu dengan kelompok sebayanya untuk berbagi

informasi tentang dunia luar (Yusuf & Fahrudin, 2012). Selain itu, Ariesto

(dalam Zakiyah, sahadi, & meilanny, 2017) menjelaskan bahwa remaja

melakukan perundungan untuk membuktikan bahwa mereka mampu masuk

ke dalam kelompok tertentu.

Faktor lain yang memengaruhi perundungan adalah sekolah. Azwar

dan Yuli (2017) menjelaskan bahwa perundungan tidak mendapatkan

konsekuensi yang tegas dari pihak sekolah, sehingga perundungan terus

berlanjut. Selain itu, pelaku perundungan memandang perilaku

perundungan sebagai hal yang benar karena pihak sekolah tidak mencegah

atau menegur hal tersebut dan menganggap sebagai hal yang wajar. Selain

sekolah, media juga memengaruhi anak dalam melakukan perundungan.

Tayangan atau berita yang menayangkan kekerasan akan memberikan

contoh bagi remaja untuk melakukan hal tersebut.

Faktor penting yang memengaruhi perilaku anak adalah keluarga,

khususnya orang tua merupakan tempat pertama yang akan ditemui oleh

anak, sehingga harus diusahakan menjadi tempat yang baik bagi anak agar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

memiliki perkembangan kepribadian yang baik. Keluarga memiliki

pengaruh yang besar dalam menentukan sifat dan sikap apa yang akan

dibentuk. Hal tersebut membuktikan bahwa orang tua sangat memengaruhi

perkembangan, pertumbuhan, dan pergaulan anak (Syofiyanti, 2016).

Fielder (dalam Efobi & Chinyelu, 2014) berpendapat bahwa

perilaku perundungan merupakan produk dari dinamika keluarga. Hal

tersebut didukung oleh pernyataan Ladd (dalam Hassan & Ee, 2015), bahwa

pola asuh terhadap anak dapat menjadi model bagi anak-anak dalam

berperilaku dan gambaran terhadap harapan mereka di masa depan.

Penelitian ini fokus kepada pola asuh orangtua, karena berdasarkan

pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orangtua memiliki

peranan penting dalam membentuk perilaku anak.

Baumrind (dalam Efobi & Chinyelu, 2014) menjelaskan terdapat

empat jenis pola asuh orangtua yaitu pola asuh otoritatif, pola asuh otoriter,

pola asuh permisif, dan pola asuh tidak terlibat/pola asuh univolved.

Keempat pola asuh tersebut akan memengaruhi perilaku anak di kemudian

hari.

Orangtua yang menerapkan pola asuh otoritatif akan menghasilkan

anak yang mandiri namun tetap memiliki kontrol dan batasan atas perilaku

mereka sendiri. Selain itu, anak dengan pola asuh otoritatif cenderung

memiliki kemampuan yang baik dalam mengendalikan diri dan mandiri.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak dengan pola asuh otoritatif

cenderung tidak terlibat dalam perilaku yang bermasalah (Santrock, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

Hal tersebut karena dalam pola asuh otoritatif, orangtua seimbang dalam

memberikan kasih sayang dan aturan kepada anak. Orangtua akan

memberikan kebebasan pada anak namun juga memberikan teguran ketika

anak melakukan kesalahan (Syofiyanti, 2016).

Orangtua dengan pola asuh otoriter cenderung menerapkan banyak

aturan dan tuntutan. Selain itu, orangtua memiliki harapan yang tinggi pada

anak-anaknya untuk menaati peraturan yang telah dibentuk. Orangtua juga

cenderung menggunakan hukuman dan pemaksaan agar anak menuruti

keinginan orangtua, hal tersebut menyebabkan anak cenderung suka

melawan karena merasa terkekang dengan aturan yang diberikan orangtua.

Baumrind (dalam Santrock, 2007) mengatakan anak dengan pola asuh

otoriter cenderung tidak bahagia, mudah cemas, dan memiliki perilaku

agresif yang lebih tinggi.

Orangtua dengan pola pengasuhan uninvolved, akan menghasilkan

anak dengan sifat yang cenderung tidak memiliki kemampuan sosial,

sehingga anak cenderung bergantung dengan orang lain. Selain itu, anak

juga memiliki harga diri yang rendah. Hal tersebut disebabkan karena anak

cenderung mendapatkan penolakan dari orang tua dan tidak memiliki

kontrol dari orang tua. Dalam masa remaja, anak dengan pola asuh ini

cenderung memiliki perilaku menyimpang seperti nakal dan suka membolos

menurut Baumrind (dalam Santrock, 2007).

Baumrind (dalam Santrock, 2007) mengatakan, bahwa orangtua

dengan pola pengasuhan permisif cenderung menghasilkan anak yang tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

mampu mengendalikan perilakunya dan selalu berharap mendapatkan apa

yang mereka inginkan. Mereka cenderung mendominasi. Selain itu menurut

Berndt (dalam Rahmawan, 2013) anak dengan pola asuh permisif akan

berperilaku agresi ketika tidak mendapatkan yang mereka inginkan. Mereka

akan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Miller dkk (dalam Pertiwi & Juneman, 2012), menjelaskan bahwa pola asuh

permisif cenderung menyebabkan anak kesulitan untuk membatasi perilaku

agresif, sehingga mengembangkan mereka menjadi pelaku perundungan.

Penelitian tentang pola asuh orangtua dan perundungan sudah ada

sebelumnya, namun ada beberapa perbedaan hasil penelitian tentang pola

asuh berkaitan dengan perilaku perundungan. Menurut Smith & Myron-

Wilson (dalam Pertiwi & Juneman, 2012), anak yang berasal dari keluarga

yang menerapkan pola asuh otoriter cenderung menjadi pelaku

perundungan. Hal tersebut karena pola asuh otoriter cenderung

menggunakan kekerasan dan hukuman ketika anak tidak menuruti

keinginan orangtua, sehingga menyebabkan anak mencontoh dan

menerapkan perilaku tersebut kepada orang lain.

Temuan lain menurut Miller et al (dalam Pertiwi & Juneman, 2012)

mengungkapkan bahwa pola asuh permisif cenderung membuat anak

kesulitan dalam membatasi perilaku agresif mereka sehingga mendukung

mereka menjadi pelaku perundungan. Hal tersebut disebabkan karena

orangtua membiarkan anak melakukan apapun baik itu positif maupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

negatif. Orangtua dengan pola asuh permisif juga tidak memberikan teguran

ketika anak berperilaku negatif.

Bertolak belakang dari penelitian sebelumnya, peneliti lain

mengungkapan bahwa pola asuh permisif memprediksi anak cenderung

menjadi korban perundungan (Pertiwi & Juneman, 2012). Penelitian yang

dilakukan oleh Nurhayati, Dwi, & Natalia (2013), menyatakan bahwa pola

asuh otoritatif juga berpengaruh dalam perilaku perundungan pada remaja

meskipun tergolong rendah. Hal tersebut karena anak dengan pola asuh

otoritatif cenderung mampu mengontrol diri dan mempunyai hubungan

yang baik dengan oranglain.

Penelitian serupa telah dilakukan sebelumnya, namun dilakukan

pada tipe sekolah heterogen. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melihat

pengaruh pola asuh dan perilaku perundungan yang terjadi di sekolah

homogen. Hal ini berkaitan dengan pernyataan yang mengatakan bahwa

pola asuh yang dilakukan oleh masing-masing orangtua akan menghasilkan

anak yang memiliki perilaku berbeda antara satu anak dengan anak lainnya.

Pola pengasuhan yang tidak tepat dapat mempengaruhi perilaku

menyimpang pada anak seperti perundungan.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti bermaksud untuk melihat

apakah pola asuh dapat memengaruhi perilaku perundungan dan untuk

mengetahui jenis pola asuh seperti apa yang berpengaruh secara signifikan

terhadap perilaku perundungan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya adalah penelitian ini melihat pengaruh dari masing-masing

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

jenis pola asuh terhadap perilaku perundungan dan menggunakan subjek

sekolah homogen.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang disampaikan di atas, dapat dilihat bahwa masalah

yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah pola asuh orangtua memengaruhi perilaku perundungan

remaja di sekolah homogen?

2. Tipe Pola Asuh manakah yang paling berpengaruh pada perilaku

perundungan remaja di sekolah homogen?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola asuh

terhadap perilaku perundungan dan mengetahui tipe pola asuh yang paling

berpengaruh.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam bidang

psikologi perkembangan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat

memperkuat teori yang sudah ada terkait dengan hubungan pola asuh

terhadap perilaku perundungan.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

bagi orangtua agar mampu menerapkan pola asuh yang tepat untuk

anak-anaknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan

tentang perilaku perundungan dan dampak yang dihasilkan dari

perilaku tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perundungan

1. Pengertian Perundungan

Yayasan Sejiwa (2008) menjelaskan bahwa perundungan adalah

kekuatan atau kekuasaan yang disalahgunakan baik secara kelompok

maupun individu, selain itu perundungan juga dilakukan secara

berulang-ulang. Di dalam perundungan terdapat pihak yang kuat, baik

kuat secara fisik maupun mental. Suatu perilaku dapat dikatakan sebagai

perundungan apabila korban perundungan merasa terintimidasi.

Rigbby (2003) mengatakan bahwa perundungan adalah perilaku

yang dilakukan untuk menyakiti seseorang dan cenderung dilakukan

secara berulang. Selain itu, didalam perundungan terdapat tindakan

yang menyakitkan dan seseorang yang melakukan perundungan

cenderung merasa senang ketika menyakiti orang lain. Hal tersebut

cenderung disebabkan karena adanya kekuasaan yang tidak seimbang

dan kekuasaan yang digunakan secara tidak adil oleh seseorang terhadap

orang lain. Didalam perundungan juga terdapat seseorang yang merasa

terintimidasi.

Sementara itu, Veenstra, Lidenberg, Winter, Oldenhikel, Verhulst,

& Ormel (dalam Sugiariyanti, 2009) mengungkapkan bahwa

perundungan adalah tindakan yang bersifat agresi dan dilakukan secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

berulang-ulang. Perundungan dapat dilakukan secara individu maupun

kelompok, dan memiliki tujuan untuk menyakiti atau mengganggu

seseorang baik secara fisik (memukul, menampar, dan merebut sesuatu

milik orang lain), verbal (mengejek dan mengancam), dan secara

psikologis (mengeluarkan seseorang dari kelompok, menyebar gossip,

atau mengisolasi seseorang).

Komisi Nasional Perlindungan Anak (dalam Lestari, 2016)

menjelaskan bahwa perundungan adalah perilaku kekerasan baik secara

fisik maupun psikologis yang memiliki jangka panjang. Perundungan

biasanya dilakukan secara individu maupun kelompok terhadap

seseorang yang dirasa tidak mampu mempertahankan diri.

Sementara itu, Baron dan Byrne (2005), menjelaskan bahwa

perundungan adalah perilaku dimana satu individu dipilih sebagai target

dari agresi berulang. Baron dan Branscombe menjelaskan bahwa agresi

merupakan perilaku yang ditujukan untuk melukai orang lain. Selain itu,

dalam agresi juga terdapat keinginan/motivasi untuk melukai orang lain.

Perundungan merupakan tindakan agresi, namun perundungan

cenderung dilakukan secara berulang. Perundungan dapat dilakukan

secara individu maupun kelompok. Korban/target yang dipilih oleh

pelaku perundungan cenderung memiliki kekuatan yang lebih lemah

dibanding dengan pelaku. Lemah dalam artian tidak mampu membela

dirinya sendiri, sehingga menjadi target secara berulang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Berdasarkan penjelasan dari beberapa tokoh, peneliti menyimpulkan

bahwa perilaku perundungan adalah kekuatan dan kekuasaan yang

disalahgunakan dalam bentuk agresi dan menyebabkan adanya korban

yang merasa terintimidasi. Perundungan dapat dilakukan baik secara

individu maupun kelompok dan cenderung dilakukan secara berulang.

1. Bentuk-bentuk Perilaku Perundungan

Menurut Yayasan Sejiwa (2008) ada beberapa bentuk perilaku

perundungan, yaitu:

a. Perundungan Fisik

Perundungan fisik adalah perilaku perundungan yang dapat

dilihat secara langsung karena terjadi kontak langsung antara

pelaku dengan korban. Bentuk perundungan fisik antara lain

menampar, menginjak, menarik rambut, memalak, melempar

dengan barang, dan memukul.

b. Perundungan Verbal

Perundungan verbal dapat ditangkap melalu indera

pendengaran. Bentuk perundungan verbal adalah menghina,

memaki, menuduh, membentak, menyebar gossip, dan

memandang rendah.

c. Perundungan mental atau psikologis

Merupakan bentuk perilaku perundungan yang paling

bahaya dibanding dengan bentuk perundungan yang lain, karena

cenderung tidak terdeteksi baik melalui pendengaran maupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

penglihatan. Bentuk perundungan mental atau psikologis antara

lain mengucilkan, mencibir, mempermalukan, dan mendiamkan.

Coloroso (dalam Zakiyah, Sahadi, & Meilanny, 2017) juga

menjelaskan beberapa bentuk perundungan, yaitu:

a. Perundungan Fisik

Perundungan fisik merupakan perundungan yang paling

tampak dan paling mudah diidentifikasi dibandingkan

dengan bentuk perundungan yang lain. Bentuk dari

perundungan fisik adalah memukul, menggigit, merusak, dan

menghancurkan barang milik anak yang tertindas.

b. Perundungan Verbal

Perundungan verbal adalah perundungan yang paling

umum terjadi, baik oleh anak perempuan maupun laki-laki.

Bentuk dari perundungan verbal adalah julukan nama, fitnah,

kritik negatif, penghinaan, dan pelecehan seksual. Selain itu,

perundungan verbal juga dapat berupa gossip dan tuduhan-

tuduhan yang tidak benar.

c. Perundungan Relasional

Perundungan relasional merupakan perundungan yang

paling berbahaya. Bentuk dari perundungan relasional adalah

penindasan dengan cara pengabaian, pengucilan,

penghindaran, dan penolakan. Perundungan relasional

digunakan untuk mengasingkan atau menolak kehadiran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

seorang teman atau secara sengaja merusak persahabatan.

Perilaku ini dapat terlihat dengan pandangan yang agresif,

cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.

d. Cyberbullying

Cyberbullying adalah bentuk perundungan yang terbaru

karena semakin berkembangnya teknologi, internet, dan

media sosial. Bentuk dari perundungan ini adalah pesan

dengan bahasa yang negatif, menyebarkan video untuk

mempermalukan seseorang, dan e-mail yang

mengintimidasi.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perundungan

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perundungan

(Yusuf & Fahrudin, 2012; Lestari, Yumansyah, & Shinta, 2018) :

1. Keluarga

Latar belakang keluarga memiliki peranan yang penting

dalam membentuk perilaku perundungan pada remaja. Hal tersebut

didukung oleh pendapat Fielder (dalam Efobi & Chinyelu, 2014)

bahwa perilaku perundungan adalah produk dari dinamika keluarga.

Setiap keluarga memiliki cara atau pola asuh yang berbeda-beda

dalam mendidik anak. Hasil dari pola asuh tersebut akan

memengaruhi anak dalam berperilaku. Orangtua yang sering

berkelahi cenderung membentuk anak-anak yang agresif. Hal

tersebut disebabkan karena anak cenderung melakukan modelling,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

dalam kata lain anak akan mencontoh perilaku orangtuanya. Selain

itu, orangtua yang menggunakan kekerasan untuk mendisiplinkan

anak secara tidak langsung akan mendorong perilaku perundungan

pada anak. Hal tersebut dikarenakan anak akan menganggap bahwa

kekerasan adalah hal yang wajar sehingga anak cenderung ikut

melakukan kekerasan pada orang lain.

2. Sekolah

Lingkungan sekolah akan memengaruhi para siswanya

dalam berinteraksi dengan siswa lain. Pengawasan disiplin sekolah

yang lemah akan mengakibatkan lahirnya perilaku perundungan.

Selain itu, masih ada beberapa sekolah yang menganggap perilaku

perundungan sebagai hal yang wajar. Hal tersebut menyebabkan

perilaku perundungan meningkat dengan pesat.

3. Faktor kelompok sebaya

Kelompok sebaya memiliki pengaruh yang cukup penting

dalam pengembangan dan pembentukan identitas diri. Selain itu,

masa remaja cenderung menghabiskan waktu dengan kelompok

sebayanya untuk saling bertukar informasi tentang dunia luar. Hal

tersebut akan memengaruhi pemikiran dan perilaku remaja dalam

mengembangkan jati dirinya. Yusuf & Fahrudin (2012) menjelaskan

bahwa kelompok sebaya memiliki peranan yang penting dalam

perilaku perundungan, karena kehadiran teman sebaya sebagai

pengamat, secara tidak langsung memberikan dukungan kuasa,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

status, dan popularitas terhadap remaja yang melakukan

perundungan. Dalam beberapa kasus, saksi atau teman sebaya yang

melihat cenderung diam dan tidak ikut campur.

4. Faktor media

Setiap tayangan baik dimuat dalam media cetak atau

elektronik akan membawa dampak bagi setiap individu. Tayangan

atau pemberitaan yang menayangkan tentang kekerasan dapat

memberikan contoh bagi para remaja untuk melakukan hal tersebut.

Hal tersebut berpotensi memengaruhi perilaku perundungan pada

remaja.

3. Karakteristik Pelaku Perundungan

Menurut Yayasan Sejiwa (2008) dan Baron & Byrne (2005) ada

beberapa karakteristik pelaku perundungan, yaitu :

a. Cenderung kurang dapat mengatasi stress dengan cara yang

efektif

b. Memiliki kepercayaan diri yang tinggi

c. Memiliki dorongan yang tinggi untuk menindas anak yang

lemah

d. Cenderung bersifat temperamental, melampiaskan kekesalan

dan kekecewaannya pada orang lain.

4. Dampak Perundungan

Perundungan memiliki dampak yang besar bagi korban. Menurut

laporan temuan empiris, ditemukan bahwa perundungan dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

menyebabkan seseorang memiliki gangguan stress pasca trauma dan

dapat menyebabkan seseorang bunuh diri (Rigbby, 2003). Selain itu,

perundungan dapat menyebabkan seseorang memiliki kepercayaan diri

yang rendah, prestasi menurun, konsentrasi cenderung berkurang,

sosialisasi terganggu, mudah gelisah, memiliki rasa takut yang tinggi,

sensitif, dan mudah depresi. Korban perundungan juga cenderung

menghindari sekolah. Hal tersebut disebabkan karena, korban merasa

tidak aman ketika berada di lingkungan sekolah (Zakiyah, Sahadi, &

Meilanny, 2017). Perundungan tidak hanya berdampak bagi korban,

namun juga bagi pelaku. Pelaku perundungan cenderung mudah terlibat

dalam tindak kriminal di kemudian hari.

B. Pola Asuh Orangtua

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Baumrind menjelaskan bahwa pola asuh adalah segala bentuk dan

proses interaksi antara orangtua dengan anak, dimana pola asuh tertentu

akan memberikan pengaruh pada perkembangan kepribadian anak

(dalam Longkutoy, Jehosua, & Henry, 2015). Selain berinteraksi, pola

asuh juga mengajarkan anak tentang bagaimana menerapkan aturan

dalam kehidupan, memberikan kasih sayang dan perhatian, serta

menunjukkan perilaku yang baik sehingga anak mendapatkan contoh

yang baik.

Penjelasan lain dari Darling & Steinberg (dalam Ningrum & Triana,

2015) mengemukakan bahwa pola asuh atau gaya pengasuhan adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

sikap orangtua pada anak dan bagaimana menciptakan suasana

emosional yang diperlihatkan melalui perilaku-perilaku orangtua.

Menurut Utti (dalam Efobi & Chinyelu, 2014), pola asuh merupakan

instrumen yang penting dalam kehidupan sosial anak. Selain itu, pola

asuh memiliki pengaruh yang penting dalam perilaku anak seperti yang

dijelaskan oleh Baumrind.

Pola asuh memiliki efek yang besar dalam kehidupan anak secara

keseluruhan. Hal tersebut selaras dengan penjelasan Fielder (dalam

Efobi & Chinyelu, 2014) yang mengatakan bahwa orangtua

membutuhkan pendekatan yang baik agar mengetahui bagaimana cara

mengasuh anak yang baik.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan pola

asuh adalah sikap dan proses interaksi antara orang tua dengan anak,

dimana pola asuh tersebut memberikan pengaruh besar terhadap

perkembangan anak hingga mereka dewasa.

2. Aspek Pola Asuh Orangtua

Baumrind (dalam Santrock, 2007) membagi jenis pola asuh

orangtua berdasarkan dua aspek pola asuh orangtua. Dua aspek pola asuh

tersebut adalah responsiveness/penerimaan dan demandingness/tuntutan

(Santrock, 2007; Erikson; Maccoby & Martin dalam Shaffer & Kipp,

2014).

Responsiveness mengacu pada dukungan dan kasih sayang yang

diberikan oleh orangtua. Orangtua dapat dikatakan responsiveness

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

apabila mereka sering tersenyum, memuji, dan memberikan semangat

atau support kepada anak-anak mereka. Orangtua yang responsiveness

akan mengekspresikan kehangatan yang mendalam, namun meskipun

demikian mereka dapat menjadi cukup kritis ketika anak melakukan

perilaku yang tidak pantas. Orangtua yang tidak responsiveness

cenderung suka mengkritik, kurang menghargai anak, menghukum anak,

dan mengabaikan anak-anak mereka. Selain itu, mereka juga jarang

mengkomunikasikan kepada anak bahwa mereka berarti dan dicintai.

Demandingness/kontrol memfokuskan pada kontrol atau

pengawasan yang orangtua berikan untuk anak. Mereka akan memantau

perilaku anak-anak mereka untuk memastikan bahwa aturan yang dibuat

oleh orangtua sudah ditaati. Orangtua dengan demandingness yang tinggi

cenderung membatasi kebebasan anak untuk berekspresi dan

memberikan banyak tuntutan. Sedangkan orangtua dengan

demandingness yang rendah cenderung memberikan tuntutan yang

sedikit dan memberikan kebebasan pada anak untuk mengejar keinginan

mereka dan membuat keputusan sendiri.

3. Jenis-jenis Pola Asuh Orangtua

Kedua aspek tersebut (responsiveness dan demandingness)

membentuk empat jenis pola asuh orangtua terhadap anak. Pola

pengasuhan tersebut adalah :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

a. Pola Asuh Otoritatif

Pola asuh otoritatif adalah gaya pengasuhan dimana

orangtua memberikan kontrol namun tetap fleksibel. Orangtua

dengan pola asuh ini cenderung membuat tuntutan yang wajar

pada anak-anak mereka, serta menjelaskan alasan mengapa anak

harus mematuhi aturan yang sudah diberikan dan memastikan

bahwa anak mengikuti aturan tersebut. Meskipun demikian,

orangtua dengan pola asuh ini cenderung lebih menerima dan

merespon pandangan anak jika dibandingkan dengan orangtua

yang otoriter. Mereka akan mengajak anak-anak untuk

berpartisipasi dalam keluarga dan menghormati perspektif anak-

anak mereka (Shaffer & Kipp, 2014). Baumrind (dalam

Santrock, 2007) pola asuh ini akan menghasilkan anak yang

mandiri, dapat mengontrol dirinya sendiri, berorientasi terhadap

pencapaian, dan dapat mengatasi stress dengan baik. Selain itu,

anak cenderung mempertahankan hubungan persahabatan

dengan teman sebaya dan dapat bekerja sama dengan orang yang

lebih dewasa.

b. Pola Asuh Otoriter

Orangtua dengan pola asuh otoriter cenderung menerapkan

banyak aturan dan sangat mengharapkan anak untuk menaati

peraturan yang sudah dibentuk tanpa memberikan alasan

mengapa mereka harus menaati aturan orangtua. Untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

mendapatkan kepatuhan dari anak, orangtua sering memberikan

hukuman ketika anak tidak patuh dan cenderung memaksa

kehendaknya. Selain itu, orangtua otoriter tidak dapat

memahami apabila anak memiliki sudut pandang yang berbeda

dengan mereka. Orangtua memiliki posisi yang dominan dan

mengharapkan anak menghormati otoritas mereka (Shaffer &

Kipp, 2014). Baumrind (dalam Santrock, 2007), anak dengan

pola asuh ini cenderung tidak bahagia, takut, cemas, dan

memiliki keterampilan komunikasi yang lemah. Anak suka

membandingkan dirinya dengan orang lain. Selain itu, menurut

Hart & Other (dalam Santrock, 2007) anak dengan pola asuh

otoriter berperilaku agresif.

c. Pola Asuh Uninvolved/Tidak Terlibat

Maccoby & Martin (dalam Shaffer & Kipp, 2014), orangtua

dengan pola asuh ini memiliki hubungan yang jauh dengan anak

dan cenderung menolak anak-anak mereka. Hal ini dapat

disebabkan orangtua memiliki banyak tekanan dan masalah

sehingga tidak memiliki banyak waktu dan energi untuk

membesarkan anak. Orangtua tidak terlibat dalam kehidupan

anak dan tidak peka terhadap kebutuhan-kebutuhan sang anak.

Penelitian menjelaskan bahwa anak dengan pola asuh ini

cenderung egois dan sering bermusuhan ketika remaja. Anak-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

anak juga suka memberontak, melakukan tindakan antisosial,

nakal, dan berbagai macam pelanggaran kriminal.

d. Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif adalah pola asuh dimana orangtua

memberikan kehangatan yang cukup dan menerima anak namun

memiliki aturan yang relatif sedikit. Orangtua akan mengizinkan

anak-anak mereka untuk bebas mengekspresikan diri dan

perasaan mereka. Selain itu, orangtua tidak memantau dan

mengawasi aktivitas dan perilaku sang anak secara ketat.

Baumrind (dalam Santrock, 2007) pola asuh permisif akan

menghasilkan anak yang kurang dapat menghargai orang lain

dan sulit untuk mengendalikan perilaku mereka. Selain itu,

mereka cenderung egois, tidak patuh, mendominasi, dan

mengalami kesulitan dalam membangun hubungan dengan

teman sebaya.

Tabel 2.1 Klasifikasi Aspek Pola Asuh

Demandingness

Responsiveness

+ -

+ Otoritatif Otoriter

- Permisif Uninvolved

C. Remaja

Santrock (2003) menjelaskan bahwa remaja adalah masa

perkembangan transisi antara masa anak dengan masa dewasa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

mencakup perubahan kognitif, biologis, dan juga sosial emosi. Masa remaja

dimulai dari usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir di usia 18 sampai 21

tahun. Masa remaja disebut dengan masa yang sulit secara emosional. Pada

masa remaja, individu cenderung memiliki emosi yang tidak seimbang. Ada

kalanya pada waktu bersamaan, remaja merasa ada di puncak dunia namun

tidak merasa berharga sama sekali (Santrock, 2007). Steinberg & Levine

(dalam Santrock, 2007) menjelaskan bahwa remaja mengekspresikan emosi

yang cenderung berlebihan jika dibandingkan dengan kejadian yang

menyebabkan remaja merasa emosi. Remaja cenderung lebih sering

merajuk dan tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan emosi mereka,

sehingga dengan sedikit atau tanpa provokasi mereka dapat meledak di

depan orang lain. Hal tersebut disebabkan karena remaja cenderung

melampiaskan emosi kepada orang lain sebagai pertahanan diri mereka.

Selain itu, masa remaja merupakan tahap dimana seseorang mencari jati diri

dan cenderung dipengaruhi oleh lingkungan. Saat individu berada di tahap

masa remaja, maka ia akan mengalami konflik baik dengan dirinya maupun

dengan lingkunganya. Pada saat ini, orangtua memiliki peran yang sangat

penting dalam pembentukan nilai pada anak, agar anak sesuai dengan nilai-

nilai dewasa (dalam Wulaningsih & Nurul, 2015)

D. Sekolah Homogen

Indonesia memiliki dua macam sistem pendidikan, yaitu sekolah

koedukasi yang cenderung disebut sekolah heterogen dan sekolah non-

koedukasi yang cenderung disebut dengan sekolah homogen. Sekolah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

koedukasi/heterogen adalah sekolah yang menerima siswa dengan jenis

kelamin berbeda yaitu laki-laki dan perempuan. Sedangkan, sekolah non-

koedukasi/homogen adalah sekolah yang hanya menerima siswa dengan

salah satu jenis kelamin saja (Ardiyanti, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hardika (2009),

didapatkan hasil bahwa salah satu faktor yang mendukung kecenderungan

perilaku perundungan pada sekolah homogen lebih tinggi dibanding dengan

sekolah heterogen adalah jenis kelamin. Sekolah homogen merupakan

sekolah dimana siswanya terdiri dari jenis kelamin yang sama sehingga

kemungkinan munculnya perilaku perundungan akan lebih besar jika

dibandingkan dengan sekolah heterogen dimana memiliki siswa yang

berjenis kelamin berbeda. Selain itu, salah satu hal yang dapat memicu

agresi adalah persaingan. Berdasarkan penelitian Hardika, dikatakan bahwa

sekolah dengan siswa berjenis kelamin sama cenderung memiliki

persaingan yang lebih tinggi.

Hasil dalam penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Faris dan Felmlee (dalam Arofa, Hudaniah, & Uun, 2018)

bahwa pertemanan dengan berbeda gender dapat mengurangi agresifitas

pada remaja. Studi lain mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang

mendorong anak melakukan perundungan adalah rendahnya kemampuan

untuk berempati (Andayani, 2012). Seperti yang diketahui, perempuan

memiliki kecenderungan empati yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan

laki-laki. Hal tersebut karena perempuan lebih mudah merasakan kondisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

emosional orang lain jika dibandingkan dengan laki-laki (Istiana, 2016).

Maka dari itu, ketika laki-laki berteman atau bersosialisasi dengan

perempuan maka ada kemungkinan memunculkan empati pada diri laki-laki

jika dibandingkan dengan laki-laki yang hanya berteman dengan sesama

laki-laki.

E. Dinamika Pengaruh Pola Asuh Orangtua dengan Perilaku

Perundungan pada remaja

Masa remaja adalah masa yang sulit secara emosional karena

individu cenderung memiliki emosi yang tidak seimbang. Remaja dapat

merasakan bahwa mereka berada di puncak dunia dan merasa tidak berharga

sama sekali pada waktu yang bersamaan (Santrock, 2007). Selain itu, remaja

cenderung lebih sering merajuk dan tidak tahu bagaimana cara untuk

mengekspresikan perasaan atau emosi mereka kepada orang lain. Sehingga

remaja dapat mengeluarkan emosi mereka tanpa di provokasi oleh orang

lain. Remaja juga sering melampiaskan emosinya kepada orang lain. Hal itu

dilakukan sebagai bentuk pertahanan diri mereka. Kurang terkontrolnya

emosi seorang remaja dapat menyebabkan masalah dikalangan remaja dan

salah satunya adalah perundungan (Syofiyanti, 2016). Perundungan adalah

adanya keinginan untuk menyakiti seseorang dan cenderung dilakukan

secara berulang. Selain itu, didalam perundungan seseorang yang

melakukan perundungan cenderung merasa senang ketika menyakiti orang

lain. Perundungan biasanya disebabkan karena adanya kekuatan yang tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

seimbang dan kekuasaan yang digunakan secara tidak adil baik secara

kelompok maupun individu (Yayasan sejiwa, 2008).

Ketika seseorang berada dalam tahap remaja, orangtua memiliki

peran yang sangat penting, agar anak dapat sesuai dengan nilai dan norma

yang berlaku. Berdasarkan pendapat dari Ladd (dalam Hassan, 2015),

perilaku mengasuh anak dapat menjadi model bagi anak-anak dalam

berperilaku dan memberi gambaran terhadap harapan mereka di masa

depan. Seperti yang diketahui, orangtua memiliki pola masing-masing

dalam mendidik dan membimbing anak-anak mereka dari lahir hingga

dewasa. Pola pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua untuk mendidik

anaknya akan terus mempengaruhi perkembangan fisik dan psikis mereka

(Jannah, 2015). Pola asuh yang diterapkan oleh orangtua akan menghasilkan

anak dengan tipe atau karakteristik tertentu.

Orangtua dengan pola asuh otoritatif cenderung memberikan kontrol

dan tuntutan yang wajar pada anak, serta menjelaskan kepada anak alasan

mereka harus mematuhi aturan tersebut. Selain itu, orangtua otoritatif

memberikan kehangatan dan dukungan yang cukup kepada anak, seperti

memberikan perhatian kecil pada anak. Orangtua dengan pola asuh otoritatif

akan menghasilkan anak yang mampu mengontrol diri dan emosi, serta

mampu mempertahankan persahabatan dengan teman sebaya sehingga

cenderung tidak terlibat dalam perilaku perundungan.

Selain itu, orangtua dengan pola asuh otoriter cenderung

memberikan kontrol dan tuntutan yang tinggi, bahkan seringkali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

memberikan hukuman kepada anak ketika ia melakukan kesalahan.

Penggunaan hukuman fisik dan hukuman yang tidak konsisten dapat

memberikan pengaruh pada perilaku agresif anak. Sehingga dapat

disimpulkan, ketika remaja sering mendapatkan hukuman fisik dari

orangtua atau dimanja secara berlebihan maka akan meningkatkan perilaku

agresif anak (Syofiyanti, 2016). Rigby (dalam Ningrum & Triana, 2015)

anak yang sering menerima hukuman akan menerapkan hukuman tersebut

ketika ia berhubungan dengan orang lain yang lebih lemah. Hal tersebut

menyebabkan anak cenderung terlibat dalam perilaku perundungan.

Orangtua dengan pola asuh permisif maka akan menghasilkan anak

yang tidak mampu mengendalikan perilakunya sendiri dan selalu berharap

mendapatkan apa yang ia inginkan (Santrock, 2007). Hal ini disebabkan

karena, orangtua dengan pola asuh permisif memberikan kehangatan yang

berlebihan dan orangtua akan memberikan apapun yang diinginkan oleh

anak. Hal tersebut menyebabkan anak dengan pola asuh ini cenderung

mendominasi karena terbiasa mendapatkan apa yang dia inginkan selama

ini. Selain itu, mereka dapat melakukan perilaku agresif demi mendapatkan

keinginan mereka. Hal tersebut menyebabkan anak dengan pola asuh

permisif cenderung terlibat dalam perilaku perundungan.

Orangtua dengan pola asuh univolved, sama sekali tidak terlibat

dengan kehidupan sang anak. Mereka tidak memberikan kontrol dan

dukungan pada anak, serta jarang berinteraksi dan bertukar perasaan satu

sama lain. Hal tersebut menyebabkan orangtua tidak mengetahui aktivitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

anak dan bagaimana anak berperilaku. Selain itu, anak juga menganggap

bahwa orangtua tidak peduli dan mengabaikan kepentingan anak. Hal

tersebut menyebabkan anak menjadi mudah marah dan dapat melampiaskan

kemarahannya terhadap orang lain.

Berdasarkan hal yang telah dibahas, peneliti menyimpulkan bahwa

pola asuh tertentu yang diterapkan oleh orang tua akan memengaruhi

perkembangan. Selain itu, pola asuh orang tua juga akan memengaruhi

perilaku anak di masa depan. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti juga

menyimpulkan bahwa pola asuh otoriter paling berpengaruh dalam perilaku

perundungan pada remaja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

F. Skema

Gambar 2.1. Skema Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Perilaku Perundungan Remaja

POLA ASUH

ORANGTUA

Pola Asuh

Otoritatif

Pola Asuh

Otoriter

Pola Asuh

Permisif

Pola Asuh

Uninvolved

Memberikan kontrol dan

tuntutan yang cukup, serta

memberikan kehangatan dan

dukungan yang cukup

Memberikan kontrol dan tuntutan yang berlebihan

namun kurang memberi

kehangatan dan dukungan yang

rendah

Kurang memberikan kontrol dan tuntutan, namun terlalu

berlebihan dalam memberikan

kehangatan dan dukungan

Tidak memberikan kontrol dan

tuntutan, serta tidak memberikan kehangatan dan

dukungan

Tidak terlibat dengan

perilaku perundungan

Cenderung melakukan

perilaku perundungan

Cenderung melakukan

perilaku perundungan

Cenderung melakukan

perilaku perundungan

Menghasilkan anak yang

mandiri, dapat mengontrol diri, dan mempertahankan

persahabatan dengan teman

sebaya

Anak cenderung egois, memberontak dan agresif karena

sering mendapatkan hukuman

fisik, maka anak menerapkan

hukuman fisik kepada oranglain

Anak selalu mendapatkan apa

yang dia inginkan, membuat

anak menjadi dominan dan tidak

dapat mengontrol diri dan emosi

Anak merasa tidak diterima dan

tidak diperhatikan oleh orangtua, menyebabkan anak menjadi

mudah marah dan melampiaskan

kepada oranglain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

1. Pola asuh berpengaruh signifikan terhadap perilaku perundungan pada

remaja

2. Pola asuh otoriter paling berpengaruh signifikan terhadap perilaku

perundungan pada remaja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang

menekankan pada angka-angka dan analisis yang menggunakan data

statistik. Metode kuantitatif digunakan untuk meneliti popolasi atau sampel

tertentu dan menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2014)

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas : Pola asuh orangtua yang terdiri dari tipe pola

asuh otoritatif, pola asuh otoritarian, pola asuh permisif, dan pola

asuh uninvolved/tidak terlibat.

2. Variabel tergantung : Perilaku perundungan

C. Definisi Operasional

1. Pola Asuh Orangtua

Pola asuh orangtua menurut Baumrind (dalam Longkutoy, Jehosua, &

Henry, 2015) adalah bentuk atau proses interaksi antara orangtua

dengan anak. Pola asuh orangtua diukur dengan menggunakan skala

pola asuh yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori Baumrind yaitu

responsiveness dan demandingness. Responsiveness mengacu pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

kehangatan, dukungan, dan respon. Sedangkan demandingness

mengacu pada tuntutan dan kontrol.

2. Perundungan

Perundungan adalah kekuatan dan kekuasaan yang disalahgunakan

baik secara individu maupun kelompok. Selain itu perundungan

cenderung dilakukan secara berulang. Di dalam perundungan terdapat

pihak yang lebih kuat, tidak hanya kuat secara fisik namun secara

mental. Perundungan diukur dengan menggunakan skala yang disusun

oleh peneliti berdasarkan tiga kategori perilaku perundungan, yaitu

perundungan fisik, perundungan verbal, dan perundungan mental atau

psikologis.

A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah remaja

berusia 15-18 tahun yang bersekolah di sekolah homogen. Teknik pemilihan

subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.

Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan yang dibuat oleh peneliti. Peneliti menggunakan teknik

tersebut agar peneliti mendapatkan sampel yang sesuai dengan karakteristik

subjek yang diinginkan.

B. Alat Pengumpulan Data

Metode pengambilan data dalam penelitian tersebut dilakukan

melalui penyebaran skala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

skala pola asuh orangtua dan skala perilaku perundungan. Kedua skala

tersebut disusun oleh peneliti dengan mengacu pada teori yang ada.

Peneliti menggunakan jenis skala Likert. Skala Likert adalah metode

yang digunakan untuk mengukur atribut tertentu dengan meminta subjek

menyatakan kesesuaian dan ketidaksesuaian subjek terhadap pernyataan

yang telah disediakan. Dalam skala tersebut terdapat empat jenis alternatif

jawaban. Selain itu, dalam metode Likert isi pernyataan dibedakan menjadi

dua kategori yaitu pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable

(Supratiknya, 2014).

Tabel 3.1 Pemberian nilai skor dalam skala Likert

Respon Favorable Unfavorable

Sangat Sesuai 4 1

Sesuai 3 2

Tidak Sesuai 2 3

Sangat Tidak Sesuai 1 4

Dalam penelitian ini terdapat dua skala yaitu skala pola asuh

orangtua dan skala perilaku perundungan. Berikut ini adalah skala dari

masing-masing variabel penelitian:

1. Pola Asuh Orangtua

Peneliti menggunakan skala pola asuh orangtua yang disusun

dengan mengacu pada dua aspek yang disusun oleh Baumrind yaitu

Responsiveness dan Demandingness. Setiap item terdiri dari empat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

jenis respon yaitu “Sangat Sesuai”, “Sesuai”, “Tidak Sesuai”, dan

“Sangat Tidak Sesuai”. Skor terdiri dari angka 1 hingga 4 dengan tidak

memunculkan respon netral.

Subjek kemudian dikelompokkan menjadi empat jenis pola

asuh yaitu otoritatif, otoritarian, permisif, dan tidak terlibat. Subjek

dengan responsiveness dan demandingness tinggi maka termasuk pola

asuh otoritatif. Subjek dengan responsiveness rendah dan

demandingness tinggi maka termasuk dalam pola asuh otoritarian.

Subjek dengan responsiveness tinggi dan demandingness rendah maka

termasuk dalam pola asuh permisif. Sedangkan subjek dengan

responsiveness dan demandingness yang rendah maka termasuk dalam

pola asuh tidak terlibat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Tabel 3.2 Sebaran Item Skala Pola Asuh Orangtua Sebelum Uji Coba

No Aspek Indikator Item

Favorable

Item

Unfavorable

Jumlah (%)

1. Responsiveness Kehangatan 2, 28, 62, 6,

9, 41, 55

53, 40, 3,

18, 5, 22,

57, 31

31 (49,21%)

Dukungan

dan Respon

35,48,37,54,

8, 30, 47, 34

1, 10, 49,

59, 14, 50,

29, 58

2. Demandingness Tuntutan 19, 4, 12,

11, 27, 26,

61, 51

32, 45, 25,

36, 56, 24,

63, 15

32 (50,79%)

Kontrol 21, 20, 13,

43, 46, 60,

23, 33

44, 17, 16,

39, 42, 52,

7, 38

Jumlah 31 (49,21%) 32 (50,79%) 63 (100%)

2. Skala Perilaku Perundungan

Peneliti menggunakan skala perilaku perundungan yang disusun

berdasarkan tiga aspek pada teori yang ada yaitu Perundungan Fisik,

Perundungan Verbal, dan Perundungan Mental atau Psikologis. Setiap item

terdiri dari empat jenis respon yaitu “Sangat Sesuai”, “Sesuai”, “Tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Sesuai”, dan “Sangat Tidak Sesuai”. Skor terdiri dari angka 1 hingga 4.

Peneliti sengaja tidak memunculkan respon netral.

Tabel 3.3 Sebaran Item Skala Perilaku Perundungan Sebelum Uji Coba

No Bentuk Indikator Item

Favorable

Item

Unfavorable

Jumlah (%)

1. Perundungan

Fisik

Menampar,

Menginjak,

Menarik

rambut,

Memalak,

Melempar

dengan

barang, dan

Memukul

22, 23, 32,

19, 33, 11,

31, 1, 7,

6, 27, 3, 30,

18, 16, 36,

37

17 43,59%

2. Perundungan

Verbal

Menghina,

Memaki,

Menuduh,

Membentak,

Menyebar

gossip, dan

Memandang

rendah

2, 5, 34,

35, 21, 25,

38, 24, 13,

20, 12, 29

12 30,77%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

3. Perundungan

Mental/Psiko

logis

Mengucilkan,

Mencibir,

Mempermaluk

an, dan

Mendiamkan

9, 8, 14,

10, 4

17, 26, 39,

28, 15

10 25,64%

Jumlah 20

(51,28%)

19

(48,72%)

39

(100%)

F. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Validitas

Validitas merupakan taraf sejauh mana suatu tes benar-benar dapat

mengukur dan mengungkap atribut psikologis yang akan diukur

(Supratiknya, 2014). Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa suatu alat ukur dapat dikatakan valid apabila dapat mengukur

apa yang akan diukur dan dapat mengungkapkan apa yang akan

diungkap.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas isi. Validitas

isi adalah taraf sejauh mana alat ukur tersebut relevan dan dapat

merepresentasikan atribut yang akan dituju. (Supratiknya, 2016).

Penelitian ini menggunakan validitas isi untuk pengujian validitas.

Pada penelitian ini, pengujian validitas dilakukan dengan

mendiskusikan skala dengan dosen pembimbing. Selain itu, validitas isi

juga diselidiki dengan bantuan tiga orang mahasiswa lulusan Sarjana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

Psikologi Universitas Sanata Dharma dan empat mahasiswa yang

sedang mengerjakan skripsi. Suatu skala dikatakan memiliki validitas

yang baik apabila IVI-S ≥ 0,90 (Supratiknya, 2016). Hasil perolehan

indeks validitas isi skala yaitu :

a. Skala pola asuh orangtua memiliki koefisien validitas

sebesar 0,91

b. Skala perilaku perundungan memiliki koefisien validitas

sebesar 0,90

Hal tersebut menunjukkan bahwa kedua skala, baik skala pola asuh

orangtua maupun skala perilaku perundungan memiliki validitas isi

yang baik.

2. Seleksi Item

Pada umumnya standar skor korelasi item total adalah ≥ 0,30, namun

ketika item yang gugur cukup banyak maka skor total dapat diturunkan

menjadi ≥ 0,25 (Azwar, 2017).

Peneliti melakukan uji coba skala pola asuh orangtua dan perilaku

perundungan pada tanggal 22 September hingga 5 Oktober dengan

menggunakan google form. Hasil seleksi item uji coba skala adalah

sebagai berikut:

a. Skala Pola Asuh Orangtua

Skala ini awalnya terdiri dari 63 item dimana 31 item aspek

responsiveness dan 32 item demandingness. Namun, setelah

melakukan tryout, peneliti perlu melakukan seleksi item.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Peneliti menggugurkan beberapa item yang memiliki rit < 0,30.

Item yang gugur yaitu 5, 22, 37, 15, dan 42. Setelah itu, peneliti

menggugurkan beberapa item favorable dan unfavorable

dengan tujuan agar komposisi item favorable dan unfavorable

dalam jumlah yang seimbang. Item yang digugurkan adalah

item nomor 2, 4, 16, 21, 23, 29, 36, 47, 49, dan 51. Pada

akhirnya, jumlah item yang tersisa setelah dilakukan

pengguguran adalah 48 item.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

Tabel 3.4 Sebaran Item Skala Pola Asuh Orangtua Setelah Uji Coba

No. Aspek Indikator Item

Favorable

Item

Unfavorable

Jumlah

(%)

1. Responsiveness Kehangatan (2), 28, 62, 6,

9, 41, 55

53, 40, 3, 18,

5*, 22*, 57,

31

24

(50%)

Dukungan

dan Respon

35, 48, 37*,

54, 8, 30, (47),

34

1, 10, (49),

59, 14, 50,

(29) ,58

2. Demandingness Tuntutan 19, (4), 12, 11,

27, 26, 61,

(51)

32, 45, 25,

(36), 56, 24,

63, 15*

24

(50%)

Kontrol (21), 20, 13,

43, 46, 60,

(23), 33

44, 17, (16),

39, 42*, 52, 7,

38

Jumlah 24 (50%) 24 (50%) 48 (100%)

* : Item yang gugur

( ) : Item yang digugurkan

b. Skala Perilaku Perundungan

Skala ini awalnya terdiri dari 39 item. Namun setelah

melakukan tryout, peneliti perlu melakukan seleksi item.

Peneliti menggugurkan beberapa item yang memiliki rit < 0,30.

Item yang digugurkan yaitu 6, 10, 20, 28, 30, dan 36. Pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

akhirnya, jumlah item yang tersisa setelah dilakukan

pengguguran adalah 33 item.

Tabel 3.5 Sebaran Item Skala Perilaku Perundungan Setelah Uji Coba

No. Aspek Item

Favorable

Item

Unfavorable

Jumlah (%)

1. Perundungan

Fisik

22, 23, 32,

19, 33, 11,

31, 1, 7,

6*, 27, 3,

30*, 18, 16,

36*, 37

14 42,42%

2. Perundungan

Verbal

2, 5, 34, 35,

21, 25,

38, 24, 13,

20*, 12, 29

11 33,34%

3. Perundungan

Mental/Psikologis

9, 8, 14, 10*,

4

17, 26, 39,

28*, 15

8 24,24%

Jumlah 19 (57,58%) 14 (42,42%) 33 (100%)

*: Item yang gugur

3. Reliabilitas

Menurut Nunnally (dalam Supratiknya, 2014) reliabilitas adalah

ketepatan pengukuran tanpa melihat atau menghiraukan atribut apa

yang diukur. Penelitian ini menggunakan koefisien Alpha’s Cronbach

untuk mendapatkan estimasi konsistensi internal. Koefisien minimum

yang dipandang memuaskan untuk reliabilitas adalah 0,70. Apabila

sebuah tes mendapatkan koefisien reliabilitas dibawah 0,70 maka

dipandang kurang memadai karena menunjukkan ketidakkonsistenan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

sehingga interpretasi skor menjadi meragukan (Supratiknya, 2014).

Reliabilitas penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas setelah Uji Coba

Skala Reliabilitas

Pola Asuh Otoritatif 0,886

Pola Asuh Otoritarian 0,876

Pola Asuh Permisif 0,709

Pola Asuh Uninvolved 0,882

Perilaku Perundungan 0,924

Tabel 3.6 menunjukkan bahwa uji reliabilitas skala secara

keseluruhan sudah memenuhi kriteria, yaitu > 0,70. Skala pola asuh

otoritatif memiliki reliabilitas sebesar 0,886, skala pola asuh otoritarian

memiliki reliabilitas sebesar 0,876, skala pola asuh permisif memiliki

reliabilitas sebesar 0,709, skala pola asuh uninvolved memiliki

reliabilitas sebesar 0,882, dan skala perilaku perundungan memiliki

reliabilitas sebesar 0,924.

G. Metode Analisis Data

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat nilai residual yang

dihasilkan oleh regresi terdistribusikan secara normal atau tidak

(Priyatno, 2014). Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

One Sample Kolmogrov-Smirnov dengan progam SPSS. Apabila hasil

menunjukkan nilai signifikansi p > 0,05 maka dikatakan bahwa nilai

residual berdistribusi normal dan sebaliknya

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah masing-masing

variabel yang akan diukur mengikuti garis lurus. Peneliti menggunakan

Test for Linearity dengan program SPSS antara variabel pola asuh

sebagai variabel bebas dan variabel perilaku perundungan sebagai

variabel terikat. Hasil dikatakan linear apabila memperoleh nilai

signifikansi (Linearity) dari dua variabel < 0,05

c. Uji Heteroskedastisitas

Dalam uji regresi, heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadi

ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Regresi dikatakan baik, apabila tidak terjadi

heteroskedastisitas (Priyatno, 2014).

d. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel

bebas tidak berkorelasi satu dengan yang lain. Uji multikolinearitas

dalam penelitian ini menguji empat variabel bebas, yaitu pola asuh

otoritatif, pola asuh otoriter, pola asuh permisif, dan pola asuh

uninvolved

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

2. Uji Hipotesis

a. Uji Analisis Regresi Ganda

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah pola asuh

memiliki pengaruh terhadap perilaku perundungan dan tipe pola asuh

mana yang paling berpengaruh terhadap perundungan. Peneliti menguji

hipotesis ini menggunakan uji analisis regresi ganda. Uji analisis regresi

ganda menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2018 sampai

dengan tanggal 26 November 2018. Pengumpulan data menggunakan dua

skala yaitu skala pola asuh orangtua dan skala perilaku perundungan.

Peneliti menyebarkan kuesinoner yang terdiri dari dua skala penelitian

dijadikan satu. Peneliti menyebarkan kuesioner penelitian dengan

menggunakan google form dan print paper.

Penyebaran skala dilakukan dengan mendatangi beberapa sekolah

homogen dan meminta izin pada pihak sekolah untuk melakukan penelitian

di sekolah tersebut. Guru-guru di sekolah membantu penelitian ini dengan

mengantarkan dan memperkenalkan peneliti pada beberapa kelas. Setelah

itu, peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kedatangan

peneliti. Setelah mendapat persetujuan dari siswa, peneliti memberikan

petunjuk mengenai pengisian skala.

B. Deskripsi Subjek

Subjek adalah remaja perempuan dan laki-laki dengan rentang usia

15-18 tahun. Subjek terdiri dari siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)

homogen. Gambaran subjek penelitian ini adalah sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

a. Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Persebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah Persentase

Perempuan 131 64,21%

Laki-laki 73 35,79%

Jumlah 204 100%

b. Usia

Tabel 4.2 Persebaran Subjek Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase

15 28 13,73%

16 98 48,04%

17 63 30,88%

18 15 7,35%

Jumlah 204 100%

C. Deskripsi Penelitian

Peneliti membandingkan nilai mean empirik dan teoritis

berdasarkan data yang diperoleh variabel perundungan. Mean empirik

diperoleh dengan menggunakan perhitungan SPSS 23 for Windows.

Sedangkan mean teoritis diperoleh menggunakan perhitungan manual.

Mean empirik dan teoritik variabel perundungan dapat dilihat dari tabel

berikut ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

Tabel 4.3 Tabel Deskripsi Data Penelitian

Data Teoritik Data Empirik

Variabel N Min Max Mean SD Min Max Mean SD

Perundungan 204 33 132 82,5 16,5 41 93 65,6 11,77

Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa nilai mean teoritik

skala perundungan sebesar 82,5 dan mean empirik skala perundungan

sebesar 65,6. Hal tersebut menunjukkan bahwa mean teoritik skala

perundungan lebih besar dibandingkan dengan mean empirik skala

perundungan, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat perundungan pada

subjek penelitian cenderung rendah.

Peneliti juga membuat analisis kategorisasi. Hal tersebut digunakan

untuk melihat tinggi rendahnya perilaku perundungan pada masing-masing

subjek dengan norma kategorisasi. Peneliti membagi subjek ke dalam tiga

kategorisasi yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Berikut ini adalah norma

kategorisasi:

Tabel 4.4 Norma Kategorisasi

z Kategori

X < (µ - 1. σ) Rendah

(µ - 1. σ) ≤ X < (µ + 1. σ) Sedang

(µ + 1. σ) ≤ X Tinggi

Keterangan: µ : Mean Teoritik, σ : Standar Deviasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

a. Norma Kategorisasi Perilaku Perundungan

Tabel 4.5 Kategorisasi Skor Perilaku Perundungan

Kategori Skor Jumlah Presentase

Rendah X< 66 99 48,53%

Sedang 66 ≤ X < 99 105 51,47%

Tinggi 99 ≤ X 0 0%

Total 204 100%

b. Kategorisasi Pola Asuh Orangtua

Peneliti menggunakan perhitungan z score untuk

mengkategorikan pola asuh orangtua yang di alami subjek.

Pola asuh setiap subjek ditentukan dari z score yang

diperoleh oleh subjek. Semakin tinggi z score yang diperoleh

subjek, maka akan semakin jelas kecenderungan pola asuh

yang dialami subjek. Perhitungan z score dilakukan dengan

menggunakan rumus :

Z=(X-M)/SD

Keterangan :

Z= z score

X= score subjek

M= mean kelompok subjek

SD= standar deviasi kelompok

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Tabel 4.6 Kategorisasi Pola Asuh Subjek

Pola Asuh Orangtua Jumlah

Pola Asuh Otoritatif 73

Pola Asuh Otoriter 50

Pola Asuh Permisif 42

Pola Asuh Uninvolved 39

D. Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi

a. Hasil Uji Normalitas Residu

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah nilai residual

yang dihasilkan dari regresi terdistribusi normal atau tidak

(Priyatno, 2014). Nilai residual dikatakan terdistribusi normal

apabila memiliki tarif signifikansi (p > 0,05), sedangkan nilai

residual dikatakan tidak terdistribusi normal apabila memiliki

tarif signifikansi (p < 0,05). Uji normalitas dengan

menggunakan One Sample Kolmogrov-Smirnov dengan

program SPSS for windows versi 23 mendapatkan hasil sebagai

berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Variabel Asymp. Sign (2-

tailed)

N

Pola asuh orangtua dan

perilaku perundungan

0,200 204

Berdasarkan hasil uji normalitas, dapat diketahui bahwa

nilai residu pada analisis regresi pola asuh orangtua dan perilaku

perundungan terdistribusi sebesar 0,200. Hal tersebut berarti

nilai residu terdistribusi secara normal karena nilai signifikansi

p > 0,05

b. Hasil Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah

hubungan antar variabel memiliki garis lurus atau tidak.

Apabila nilai signifikansi linearitas dari dua variabel < 0,05,

maka dapat dikatakan bahwa data-data tersebut memiliki

hubungan yang linear. Uji linearitas dilakukan dengan

menggunakan Tes for Linearity pada program SPSS for

windows versi 23 mendapatkan hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Tabel 4.8 Hasil Uji Linearitas

Variabel Signifikansi Keterangan

Pola Asuh Otoritatif 0,000 Linear

Pola Asuh Otoritarian 0,000 Linear

Pola Asuh Permisif 0,002 Linear

Pola Asuh Uninvolved 0,000 Linear

Tabel 4.8 membuktikan bahwa tiap variabel pola asuh

memiliki hubungan linear dengan variabel perilaku

perundungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa data

penelitian pada skala pola asuh memiliki hubungan yang linear

dengan data penelitian pada skala perilaku perundungan

c. Hasil Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk memastikan ada

atau tidaknya kesamaan varian dari residual pada satu

pengamatan ke pengamatan yang lain (Priyatno, 2014).

Apabila hasil menunjukkan nilai signifikansi p > 0,05 maka

dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

Namun apabila hasil menunjukkan bahwa nilai signifikansi p

< 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas. Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat

dilihat pada tabel di bawah ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel Signifikansi

Pola Asuh Otoritatif 0,241

Pola Asuh Otoritarian 0,605

Pola Asuh Permisif 0,834

Pola Asuh Uninvolved 0,711

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas, dapat

diketahui bahwa masing-masing variabel pola asuh bersifat

homoskedastisitas. Hal ini menunjukkan bahwa variasi dari

residu atau error bersifat konstan.

d. Hasil Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah

variabel bebas tidak berkorelasi satu sama lain. Tabel 4.7

memperlihatkan bahwa setiap variabel memiliki nilai VIF

yang memenuhi syarat, yaitu kurang dari 10 (VIF < 10).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel VIF Tolerance

Pola Asuh

Otoritatif

6,892 0,145

Pola Asuh

Otoritarian

4,863 0,206

Pola Asuh Permisif 1,147 0,872

Pola Asuh

Uninvolved

2,374 0,421

2. Uji Hipotesis

Uji analisis regresi ganda dilakukan untuk menguji pengaruh

variabel terikat dengan variabel bebas lebih dari satu. Hasil dari uji

analisis regresi ganda terdiri dari 3, yaitu tabel uji analisis untuk R

square, tabel uji F analisis regresi ganda dan tabel regresi untuk

setiap variabel bebas.

Tabel 4.11 Hasil Uji analisis R square (Regresi ganda)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .557a .310 .296 9.873

a. Predictors: (Constant), Uninvolved, Permisif, Otoriter, Otoritatif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel tiap pola asuh

memiliki prediksi sebsar 31% (R square=0,310) pada variabel

perilaku perundungan.

Tabel 4.12 Hasil Uji F Analisis Regresi Ganda

ANOVAa

Hasil uji F membuktikan secara linear pola asuh berpengaruh

secara signfikan terhadap perilaku perundungan, yaitu (p= 0,00 <

0,05). Hipotesis pertama dalam penelitian ini bahwa “Pola asuh

mempengaruhi perilaku perundungan pada remaja” dinyatakan

diterima.

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1Regression 8713.471 4 2178.368 22.348 .000b

Residual 19397.367 199 97.474

Total 28110.838 203

a. Dependent Variable: Perundungan

b. Predictors: (Constant), Uninvolved, Permisif, Otoriter, Otoritatif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi untuk Setiap Variabel

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant

) 29.931 17.831 1.679 .095

Otoritatif -.156 .281 -.086 -.554 .580

Otoriter .703 .235 .389 2.994 .003

Permisif .815 .189 .272 4.320 .000

Uninvolve

d .152 .182 .075 .832 .406

a. Dependent Variable: Perundungan

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa pola asuh otoriter

(p=0,003 < 0,05) dan pola asuh permisif (p=0,000 < 0,05)

berpengaruh positif terhadap perilaku perundungan secara

signifikan. Hal tersebut memiliki arti, kenaikan skor pola asuh

otoriter dan pola asuh permisif akan diikuti dengan skor perilaku

perundungan yaitu sebesar 0,703 dan 0,815. Sedangkan pola asuh

otoritatif dan pola asuh uninvolved berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap perilaku perundungan pada remaja. Hal tersebut

memiliki arti, kenaikan skor pola asuh otoritatif dan pola asuh

uninvolved tidak diikuti dengan skor perilaku perundungan pada

remaja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

E. Pembahasan

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh pola asuh

orangtua dengan perilaku perundungan pada remaja. Tujuan pertama dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa terdapat pengaruh pola asuh

orangtua terhadap perilaku perundungan pada remaja. Setelah melakukan

analisis, ditemukan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Dengan

demikian, hipotesis pertama dalam penelitian ini dinyatakan diterima, yaitu

pola asuh orangtua mempengaruhi perilaku perundungan pada remaja.

Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tipe pola

asuh orangtua yang paling mempengaruhi perilaku perundungan pada

remaja. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh otoriter dan

pola asuh permisif memiliki pengaruh positif pada perilaku perundungan

remaja dengan signfikansi 0,003 (Pola Asuh Otoriter) dan 0,000 (Pola Asuh

Permisif). Tipe pola asuh otoritatif dan pola asuh uninvolved terbukti

berpengaruh negatif terhadap perilaku perundungan anak. Dengan

demikian, hipotesis kedua dalam penelitian ini dinyatakan diterima, yaitu

pola asuh otoriter berpengaruh signifikan terhadap perilaku perundungan.

Selain itu, dalam penelitian ini ditemukan bahwa pola asuh permisif juga

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku perundungan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Kholilah (dalam Tis’Ina

& Suroso, 2015) yang mengatakan bahwa ketika orangtua menggunakan

hukuman fisik untuk menghukum anak-anaknya, maka anak akan meniru

perilaku orangtua kepada orang lain yang mereka anggap lebih lemah. Hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

tersebut karena perilaku orang tua yang menggunakan hukuman fisik,

menyebabkan anak berfikir bahwa hal tersebut wajar untuk dilakukan.

Dalam pola asuh otoriter sendiri, orangtua seringkali menggunakan

kekerasan fisik untuk menghukum anak mereka ketika anak melakukan

suatu kesalahan atau melakukan hal yang tidak diinginkan oleh

orangtuanya. Orang tua dengan pola asuh otoriter juga cenderung

memaksakan kehendak mereka, sehingga menyebabkan anak menganggap

pemaksaan juga hal yang wajar.

Selain itu, menurut Syofiyanti (2016) orangtua yang terlalu

memanjakan anak juga berpengaruh pada perilaku agresif anak. Dalam pola

asuh permisif, orangtua terlalu memberi kelonggaran dan kebebasan pada

anak, serta akan menuruti apapun keinginan anak. Orangtua akan

memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan apapun tanpa

pengawasan. Meskipun demikian, orangtua dengan pola asuh ini

memberikan kehangatan yang tinggi, sehingga cenderung dikuasai oleh

anak. Pola asuh ini membuat anak menjadi individu yang bebas dan

terkadang berperilaku tidak sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku.

Dampak dari pola asuh ini adalah karena mereka terlalu mendapatkan

kebebasan dalam berperilaku, maka mereka tidak dapat mengendalikan

perilakunya dan menjadi dominan untuk mendapatkan apa yang mereka

inginkan (Santrock, 2007).

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, ditemukan bahwa

perundungan pada sekolah homogen cenderung rendah. Hasil penelitian ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hardika (2009)

dimana perundungan pada sekolah homogen cenderung tinggi. Hal ini

disebabkan karena dalam sekolah homogen, persaingan antara sesama siswa

lebih terlihat dan lebih sering terjadi menurut Dennis (dalam Hardika,

2009). Hal ini disebabkan karena dalam sekolah homogen hanya terdapat

satu jenis kelamin saja. Persaingan yang terjadi dalam sekolah homogen

adalah membanding-bandingkan dirinya dengan individu lain dalam segala

hal, dalam hal ini akan menemukan mana yang lebih baik dan yang lebih

buruk. Salah satu cara yang mungkin terjadi adalah intimidasi terhadap

individu yang lebih buruk agar tidak berkembang menjadi lebih baik.

Intimidasi antara individu maupun kelompok yang lebih kuat terhadap

individu yang dianggap lebih buruk atau lemah merupakan salah satu ciri

dari perundungan.

Hasil penelitian ini, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ardiyanti (2014) di sekolah homogen, ditemukan bahwa sekolah homogen

memiliki interaksi yang baik antara satu individu dengan individu yang lain

sehingga menciptakan hubungan kekeluargaan yang erat pada setiap

individu. Selain itu, sekolah homogen hanya terdiri dari satu jenis kelamin

saja sehingga para siswa lebih mudah untuk menyesuaikan diri dan

membangun sosialisasi yang baik. Sekolah homogen memiliki aturan dan

norma dimana siswa yang lebih muda saling menghormati dan menghargai

siswa yang lebih tua dan sebaliknya sehingga menghindari adanya konflik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

atau masalah antar kelas. Selain itu, sekolah homogen akan memberikan

sanksi yang tegas terhadap siswa yang terlibat perundungan.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa pola asuh memiliki

pengaruh sebesar 31% terhadap perundungan. Selain itu, hanya dua pola

asuh yang memiliki pengaruh terhadap perilaku perundungan pada remaja.

Hal tersebut menjelaskan bahwa perundungan tidak hanya dipengaruhi oleh

faktor keluarga terutama pola asuh orang tua. Hal tersebut didukung dengan

pendapat Yusuf & Fahrudin (2012) yang menjelaskan bahwa perundungan

memiliki beberapa faktor lain yaitu sekolah yang memiliki pengawasan

lemah, teman sebaya yang secara tidak langsung mendukung perilaku

perundungan tersebut, dan tayangan media yang akan membawa dampak

bagi setiap individu. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan

bahwa perundungan tidak hanya dipengaruhi oleh pola asuh orang tua,

namun juga dipengaruhi oleh lingkungan individu tersebut.

Secara keseluruhan, hasil penelitian sejalan dengan beberapa

penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Sehingga, hasil

penelitian ini semakin menegaskan penelitian sebelumnya, bahwa pola asuh

otoriter dan pola asuh permisif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

perilaku perundungan pada remaja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pola asuh

mempengaruhi perilaku perundungan pada remaja di sekolah homogen.

Pola asuh otoriter dan pola asuh permisif adalah tipe pola asuh yang

berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku perundungan pada remaja

di sekolah homogen. Sedangkan tipe pola asuh otoritatif dan pola asuh

uninvolved berpengaruh negatif terhadap perilaku perundungan pada

remaja di sekolah homogen.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka peneliti

memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Penelitian Selanjutnya

a. Kuesioner lebih baik disebarkan secara langsung oleh

peneliti, agar peneliti mengetahui bahwa subjek mengisi

kuesioner dengan tepat.

b. Pemilihan bahasa untuk tiap aitem lebih diperhatikan, agar

subjek tidak bingung atau ragu dalam menjawab.

c. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian

serupa, diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini

dengan menggunakan variabel lain yang berpengaruh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

2. Bagi Orang Tua

a. Orang tua diharapkan lebih mengamati pergaulan anak,

karena perundungan juga dipengaruhi faktor lain yaitu

lingkungan.

b. Orang tua diharapkan mulai sadar bahwa pola asuh

otoriter dan pola asuh permisif cenderung membentuk

perilaku perundungan pada anak, sehingga diharapkan

orang tua menghindari pola asuh tersebut.

c. Orang tua diharapkan dapat memberikan dukungan dan

atas apa yang anak lakukan, namun tetap menegur dan

memberi nasehat ketika anak melakukan kesalahan

sehingga anak mampu mengendalikan perilakunya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, T., R. (2012). Studi meta-analisis: Empati dan bullying. Buletin

Psikologi, 20(2), 36-51.

Audriene, D. (2017). Semakin banyak yang melaporkan kasus ‘bullying’. Diakses tanggal 12 Desember 2018 dari https://www.cnnindonesia.com/gaya-

hidup/20170722163858-277-229641/semakin-banyak-yang-melaporkan-

kasus-bullying

Ardiyanti, B. (2014). Eksistensi sekolah homogen (Studi Deskriptif di SMA Stella

Duce 1 Yogyakarta). Journal Universitas Erlangga, 3(3), 1-12.

Arofa, Z., Hudaniah, & Uun, Z. (2018). Pengaruh perilaku bullying terhadap empati

ditinjau dari tipe sekolah. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 6, 74-92.

Azwar, S. (2017). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, W., & Yuli, P., S. (2017). Fenomena Bullying siswa: Studi tentang motif

perilaku bullying siswa di SMP negeri 01 painan, sumatera barat. Jurnal

Pengembangan Masyarakat Islam, 10 (2), 348.

Baron, R., A & Branscombe, N., R. (2012). Social Psychology (Ed ke-13). New

Jersey: Pearson Education, Inc.

Baron, R., A & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial (Ed ke-10). Jakarta: Penerbit

Erlangga, 159-160.

Efobi, A., & Chinyelu, N. (2014). Relationship between parenting styles and

tendency to bullying behaviour among adolescents. Journal of Education &

Human Development, 3(1), 507-521.

Hadi, F. (2018). Pelaku bully SMK PGRI 23 jadi tersangka. Diakses tanggal 20

Januari 2019 dari http://wartakota.tribunnews.com/2018/08/23/pelaku-bully-

smk-pgri-23-jadi-tersangka

Haffer, D., R., & Kipp, K. (2014). Development psychology: childhood and

adolescence, 9th edition, international edition. United Station America:

WADSWORTH Cengage Learning.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Hardika, I., R. (2009). Perbedaan kecenderungan perilaku bullying antara Sekolah

Menangah Atas homogen dan heterogen di Yogyakarta. (Skripsi). Program

Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

Yogyakarta.

Hassan, N., & Ee. (2015). Relationship between bully’s behavior and parenting styles amongst elementary school students. International Journal of

Education and Training (InjET), 1(1), 1-12.

http://www.psychologymania.com/2012/06/dampak-bullying-bagi-siswa.html.

Istiana. (2016). Hubungan empati dengan perilaku prososial pada relawan KSR

PMI kota Medan. Jurnal Diversita, 2(2), 7.

Jannah, M. (2015). Pola pengasuhan orang tua dan moral remaja dalam Islam.

Jurnal Ilmiah Edukasi, 1(1), 63-79.

Lestari, W. (2016). Analisis faktor-faktor penyebab bullying di kalangan peserta

didik. Social Science Education Journal, 3(2), 147-157.

Lestari, S., Yusmansyah, & Shinta, M. (2018). Bentuk dan faktor penyebab perilaku

bullying. Lampung: Universitas Lampung.

Longkutoy, N., Jehosua, S., & Hendry, O. (2015). Hubungan pola asuh orang tua

dengan kepercayaan diri siswa SMP Kristen Ranotongkor Kabupaten

Minahasa. Jurnal e-Biomedik (eBm), 3(1), 93-99.

Ningrum, S,. & Triana, E. (2015). Hubungan pola asuh otoriter orang tua dengan

bullying di sekolah pada siswa SMP. Jurnal Ilmiah Psikologi Indigenous,

13(1), 29-38.

Nurhayati, R., Dwi, N., & Natalia. (2013). Tipe pola asuh orang tua yang

berhubungan dengan perilaku bullying di SMA Kabupaten Semarang. Jurnal

Keperawatan Jiwa, 1(1), 49-59.

Pertiwi, M., & Juneman. (2012). Peran pola asuh orangtua dalam mengembangkan

remaja menjadi pelaku dan/atau korban pembulian di sekolah. Jurnal

Sosiokonsepsin, 17(2), 173-191.

Priyatno, D. (2014). SPSS 22 pengolah data terpraktis. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Rahmawan, I. (2013). Hubungan antara pola asuh permisif dengan intensif bullying

pada siswa-siswi kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta. Empathy

Jurnal Fakultas Psikologi, 2(1), 67-99.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Rigby, Ken. (2003). Consequences of bullying in schools. Can J Psychiatry, 48(9),

583-590.

Santrock, J. (2003). Adolescent: Remaja (Ed ke-6). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Santrock, J. (2007). Child development (Ed ke-11). New York: McGraw Hill.

Sejiwa (Yayasan Semai Jiwa Amini). (2008). Bullying: Mengatasi kekerasan di

sekolah dan lingkungan sekitar anak. Jakarta: PT. Grasindo.

Sugiariyanti. (2009). Perilaku bullying pada anak dan remaja. Jurnal Ilmiah

Psikologi, 1(2), 101-107.

Sugiyono, P., D. (2014). Statistika untuk penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sugiyono, P., D. (2010). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan RnD.

Bandung: Penerbit Alfabeta.

Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata

Dharma.

Supratiknya, A. (2016). Kuantifikasi validitas isi dalam asesmen psikologis.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Syofiyanti, D. (2016). Pola asuh orang tua terhadap perilaku bullying remaja. Jurnal

PPKn & Hukum, 11(1), 67-85.

Tis’Ina, N., & Suroso. (2015). Pola asuh otoriter, konformitas, dan perilaku school

bullying. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia, 4(2), 153-161.

Widiastuti, R. (2018). Hari Anak Nasional, KPAI catat kasus bullying paling

banyak. Diakses tanggal 26 Maret 2019 dari

https://nasional.tempo.co/amp/1109584/hari-anak-nasional-kpai-catat-

kasus-bullying-paling-banyak.

Wulaningsih, R., & Nurul, H. (2015). Hubungan antara persepsi pola asuh orangtua

dan kontrol diri remaja terhadap perilaku merokok di Pondok Pesantren.

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 4(2), 119-126.

Yusuf, H., & Fahrudin, A. (2012). Perilaku bullying: Assesmen multidimensi dan

intervensi sosial. Jurnal Psikologi Undip, 11(2), 1-9.

Zakiyah, E., Sahadi, H., & Meilanny, B. (2017). Faktor yang mempengaruhi remaja

dalam melakukan bullying. Jurnal Penelitian dan PPM, 4(2), 328-329.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

LAMPIRAN 1 :

SKALA UJI COBA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

LAMPIRAN 2 :

SKALA PENELITIAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Salam sejahtera,

Perkenalkan, saya Anastasia Fernanda Harlin. Saya adalah mahasiswi

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam rangka

memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir, maka saya mengharapkan

partisipasi saudara/saudari untuk mengisi skala ini.

Informasi yang saudara/saudari berikan akan menjadi informasi yang sangat

berguna apabila saudara/saudari dapat memberikan jawaban yang sebenar-

benarnya, apa adanya, dan jujur-sejujurnya sesuai dengan keadaan diri

saudara/saudari. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, maka saya mohon

saudara/saudari dapat memberikan jawaban yang paling sesuai dengan diri

saudara/saudari. Saya memahami bahwa mungkin saja jawaban yang

saudara/saudari berikan bersifat rahasia. Oleh karena itu, kerahasiaan data diri dan

jawaban saudara/saudari akan dirahasiakan dan dilindungi oleh kode etik Psikologi.

Saya akan menggunakan informasi tersebut murni hanya untuk kepentingan

penelitian saja.

Saya mengucapkan terimakasih atas kesediaan dan kerja sama

saudara/saudari dalam mengisi skala ini

Yogyakarta, .. oktober 2018

Anastasia Fernanda Harlin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN

Setelah membaca dan memahami informasi yang berkaitan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sdri. Anastasia Fernanda Harlin, saya bersedia

berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya berpartisipasi secara sukarela dan tanpa

paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Semua jawaban yang saya berikan dalam skala penelitian ini merupakan

jawaban yang jujur dan murni berasal dari diri saya yang sesungguhnya dan bukan

berdasarkan apa yang benar atau salah dan apa yang baik atau buruk dalam

masyarakat pada umumnya.

Saya juga mengijinkan peneliti untuk menggunakan jawaban-jawaban yang

saya berikan untuk kepentingan penelitian ini

Menyetujui,

………..…………..,2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

PETUNJUK PENGISIAN SKALA

Bacalah setiap pernyataan dengan saksama. Setiap pernyataan hanya dapat

memiliki satu jawaban. Tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban adalah

benar. Hasil dari skala ini tidak akan mempengaruhi nilai atau apapun yang terkait

dengan diri saudara/saudari. Saudara/saudari diminta untuk memilih satu jawaban

yang paling sesuai dengan keadaan/kondisi yang saudara/saudari rasakan dan

alami. Silahkan memberikan tanda centang (√) pada kotak pilihan jawaban yang

telah disediakan.

Pilihan jawaban yang tersedia adalah sebagai berikut :

STS : Sangat Tidak Sesuai

TS : Tidak Sesuai

S : Sesuai

SS : Sangat Sesuai

Tidak ada jawaban yang kami anggap salah. Semua jawaban disesuaikan dengan

keadaan yang saudara/saudari alami dan rasakan. Mohon kerjakan dengan teliti,

jangan sampai ada yang terlewati.

Contoh pengisian :

No Pernyataan STS TS S SS

1. Saya merasa pintar √

Jika saudara/saudari ingin mengganti jawaban, maka gunakan cara dibawah ini :

No Pernyataan STS TS S SS

1. Saya merasa pintar √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

LEMBAR IDENTITAS

Inisial Nama :

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Usia :

Suku / Etnis :

Asal :

Saat ini tinggal bersama : a. Ayah dan Ibu c. Ayah saja

b. Ibu saja d. Lainnya: ….

Selamat Mengerjakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

SKALA 1

NO Pernyataan STS TS S SS

1. Ketika saya bercerita, orangtua hanya mendengarkan tanpa merespon

2. Orangtua mau mendengarkan pendapat saya meskipun berbeda dengan

mereka

3. Orangtua cenderung membentak, ketika saya melakukan kesalahan

4. Orangtua tetap memantau pergaulan saya

5. Orangtua mendukung secara penuh segala hal yang saya inginkan, tanpa

bertanya hal tersebut positif atau tidak

6. Orangtua selalu membantu saya dalam menyelesaikan masalah

7. Orangtua mengambil keputusan sendiri tanpa menanyakan pendapat

saya dalam masalah keluarga

8. Orangtua melarang saya, bertanya atas aturan yang dibuat

9. Orangtua menghukum saya, ketika saya tidak melakukan apa yang

mereka inginkan

10. Orangtua memaksa saya untuk mencapai keinginannya seperti dalam

hal nilai ulangan

11. Orangtua mendukung hal yang saya inginkan, bila hal tersebut

memberikan dampak baik

12. Orangtua mengatur pergaulan saya

13. Orangtua menasehati saya secara baik-baik, ketika melakukan

kesalahan

14. Orangtua membebaskan saya menentukan minat, namun tetap

menasehati agar bertanggung jawab pada pilihan yang diambil

15. Orangtua memperbolehkan saya berteman dengan siapa saja, asalkan

membawa dampak yang baik

16. Orangtua mengkritik ketika saya dirasa salah

17. Orangtua memberikan saya kesempatan untuk menjelaskan, mengapa

saya menolak keinginan mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

18. Orangtua memuji semua perbuatan saya

19. Ketika prestasi saya menurun, orangtua tidak menegur saya

20. Ketika saya melakukan kesalahan, orangtua akan mendengarkan

penjelasan saya terlebih dahulu

21. Orangtua selalu ada untuk membela saya

22. Meskipun orangtua saya sibuk, mereka tetap peduli dengan keadaan

saya

23. Orangtua memaksa saya mengikuti minat mereka tanpa menanyakan

pendapat saya

24. Orangtua mengabaikan saya, ketika saya meminta ijin pergi bermain

25. Orangtua tidak merespon keluh kesah saya

26. Orangtua dapat menjadi tempat untuk berbagi dan merespon apa yang

saya katakan

27. Orangtua menyuruh saya untuk selalu ijin ketika akan pergi bermain

28. Orangtua membebaskan saya bermain, asal seimbang dengan belajar

29. Ketika saya melakukan kesalahan, orangtua menyalahkan saya tanpa

mau mendengar penjelasan

30. Orangtua jarang berinteraksi dan berkomunikasi dengan saya

31. Orangtua mengharuskan saya banyak belajar dibanding bermain

32. Orangtua tidak peduli dengan kegiatan yang saya ikuti

33. Orangtua saya menjunjung tinggi prestasi, sehingga saya wajib

berprestasi

34. Orangtua percaya secara penuh terhadap apa yang saya lakukan baik di

sekolah maupun di lingkungan rumah

35. Orangtua mengijinkan saya untuk ikut andil dalam keputusan keluarga

36. Orangtua tetap menegur, ketika saya berbuat salah

37. Ketika saya meminta suatu hal, orangtua akan bertanya alasan saya

mengingikan hal tersebut

38. Orangtua cenderung cuek dan mengabaikan saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

39. Orangtua melarang saya untuk melakukan apa yang saya inginkan,

apabila berbeda dengan keinginan mereka

40. Orangtua saya terlalu sibuk dengan urusannya sendiri tanpa

memperdulikan saya

41. Orangtua bertanya alasan prestasi saya bisa menurun

42. Orangtua meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan saya

43. Orangtua berusaha ada ketika saya mengalami masalah

44. Orangtua cenderung membebaskan apa yang saya lakukan, selama hal

tersebut positif

45. Orangtua menuruti apapun yang saya minta

46. Orangtua menghindari pembicaraan yang bersangkutan dengan

kegiatan sekolah

47. Orangtua marah ketika saya mengutarakan pendapat yang berbeda

dengan mereka

48. Orangtua meluangkan waktu untuk bertanya mengenai kegiatan saya di

sekolah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

SKALA 2

No Pernyataan STS TS S SS

1. Saya akan melempar barang yang ada di dekat saya, ketika ada teman

yang mengganggu saya

2. Saya memanggil teman dengan sebutan khusus (gendut, centil,

pendek, freak dan lain-lain)

3. Saya merasa menarik rambut teman adalah perbuatan yang tidak

sopan

4. Ketika ada teman yang tidak saya sukai mengajak berbicara, saya

akan mendiamkannya

5. Saya berbicara dengan kata-kata kasar kepada teman

6. Saya akan memukul ketika ada teman yang mengganggu saya, agar

mereka merasa takut

7. Saya menertawakan dan mengejek teman ketika mereka salah

menjawab pertanyaan guru

8. Saya akan mengucilkan teman yang memiliki ras atau suku yang

berbeda dengan saya

9. Saya memaksa teman untuk membayar makanan yang saya beli di

kantin

10. Saya hanya menyebarkan berita yang benar adanya

11. Saya akan mencari fakta terlebih dahulu sebelum menyalahkan teman

12. Saya mengomentari penampilan teman di muka umum agar mereka

malu

13. Saya senang berbincang – bincang dengan siapa saja

14. Saya akan berbicara baik-baik dengan teman, ketika saya merasa

diganggu

15. Saya senang bergaul dengan siapa saja

16. Saya menggunakan uang sendiri untuk membayar makanan yang

17. Saya senang menjahili teman dengan cara menarik rambutnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

18. Saya menyebar berita yang tidak benar tentang seseorang yang tidak

saya sukai

19. Saya menampar teman yang menyinggung perasaan saya

20. Saya menginjak kaki teman yang menghalangi jalan saya

21. Saya menjaga cara bicara saya ketika berbicara dengan teman

22. Saya menganggap teman bodoh, ketika dia tidak dapat menjawab

pertanyaan guru

23. Saya membantu teman saya ketika ia mengalami kesulitan dalam

menjawab pertanyaan

24. Saya memaafkan ketika ada teman yang tidak sengaja menginjak kaki

saya

25. Menurut saya, tidak dapat menjawab soal yang diberikan guru adalah

hal yang wajar

26. Saya memaksa teman untuk membelikan saya makanan ketika malas

ke kantin

27. Saya membalas menginjak ketika ada teman yang tidak sengaja

menginjak kaki saya

28. Saya meminta uang kepada teman secara paksa ketika saya

membutuhkan uang

29. Saya menyalahkan teman atas suatu perbuatan tanpa mencari fakta

terlebih dahulu

30. Saya membentak teman ketika ia melakukan kesalahan

31. Ketika suasana hati saya buruk, saya lebih banyak diam

32. Saya memanggil teman sesuai dengan nama asli

33. Saya menghindari hal-hal yang berkaitan dengan mempermalukan

orang lain

Terimakasih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

LAMPIRAN 3 :

HASIL RELIABILITAS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

1. Reliabilitas Skala Pola Asuh Otoritatif

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 61 100.0

Excludeda 0 .0

Total 61 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.886 13

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

itemX1 37.13 31.183 .456 .885

itemX10 37.33 31.857 .508 .881

itemx17 37.56 30.817 .476 .885

itemx19 36.74 31.363 .592 .877

itemx20 36.74 32.597 .521 .880

itemx28 37.39 32.143 .555 .879

itemx32 36.92 29.443 .750 .868

itemx35 37.23 30.313 .690 .872

itemx40 37.07 29.229 .759 .867

itemx44 37.00 32.000 .553 .879

itemx45 37.46 31.319 .562 .878

itemx48 37.38 32.439 .467 .883

itemx53 37.02 31.083 .639 .874

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

2. Reliabilitas Skala Pola Asuh Permisif

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 61 100.0

Excludeda 0 .0

Total 61 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.709 12

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

itemx8 24.97 12.866 .418 .680

itemx9 24.34 13.296 .252 .704

itemx14 25.43 13.749 .186 .713

itemx24 25.05 12.948 .396 .683

itemx26 24.66 12.230 .461 .671

itemx27 25.03 12.766 .429 .678

itemx30 24.28 12.504 .351 .690

itemx46 24.03 13.499 .282 .698

itemx50 25.25 13.822 .258 .701

itemx52 25.26 13.730 .252 .702

itemx56 25.10 13.190 .327 .692

itemx60 25.05 12.548 .520 .667

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

3. Reliabilitas Skala Pola Asuh Otoriter

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 61 100.0

Excludeda 0 .0

Total 61 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.876 12

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

itemx3 21.03 25.932 .567 .867

itemx6 20.89 25.370 .665 .860

itemx11 21.08 26.343 .590 .865

itemx12 21.25 25.589 .696 .859

itemx13 21.15 25.528 .700 .859

itemx18 21.23 27.146 .541 .868

itemx25 21.00 26.233 .614 .864

itemx39 21.31 28.018 .396 .876

itemx43 20.61 27.343 .373 .879

itemx54 20.93 24.996 .618 .864

itemx59 21.38 27.472 .493 .871

itemx62 21.15 26.128 .585 .866

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

4. Reliabilitas Skala Pola Asuh Uninvolved

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 61 100.0

Excludeda 0 .0

Total 61 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.882 11

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

itemx7 17.98 23.850 .438 .881

itemx31 18.07 22.062 .676 .866

itemx33 18.05 23.314 .583 .873

itemx34 17.93 21.596 .679 .866

itemx38 18.05 24.614 .314 .888

itemx41 17.90 21.690 .636 .869

itemx55 17.97 20.432 .795 .857

itemx57 17.93 21.896 .708 .864

itemx58 17.93 21.862 .713 .864

itemx61 18.13 24.349 .489 .878

itemx63 17.75 23.722 .499 .878

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

5. Reabilitas Skala Perundungan

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 61 100.0

Excludeda 0 .0

Total 61 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.924 33

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

itemy1 56.39 124.109 .670 .920

itemy2 55.49 123.854 .473 .923

itemy3 56.18 126.984 .338 .925

itemy4 55.84 125.373 .515 .922

itemy5 55.59 125.546 .411 .924

itemy7 56.20 124.761 .475 .923

itemy8 55.93 123.529 .587 .921

itemy9 56.69 129.118 .440 .923

itemy11 56.66 127.730 .559 .922

itemy12 56.05 129.848 .260 .925

itemy13 56.13 128.683 .424 .923

itemy14 56.36 125.368 .554 .922

itemy15 56.08 125.910 .454 .923

itemy16 55.90 126.757 .454 .923

itemy17 56.20 126.861 .463 .923

itemy18 56.28 127.771 .395 .923

itemy19 56.23 125.546 .547 .922

itemy21 56.41 126.379 .526 .922

itemy22 56.59 124.779 .707 .920

itemy23 56.51 125.221 .738 .920

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

itemy24 55.79 127.604 .365 .924

itemy25 56.36 123.534 .718 .920

itemy26 56.05 128.348 .448 .923

itemy27 56.16 128.673 .360 .924

itemy29 56.30 124.578 .624 .921

itemy31 56.38 128.205 .351 .924

itemy32 56.20 123.094 .655 .920

itemy33 56.56 127.051 .542 .922

itemy34 56.39 125.976 .531 .922

itemy35 56.18 120.584 .753 .919

itemy37 56.46 126.186 .539 .922

itemy38 55.79 126.070 .449 .923

itemy39 56.11 126.003 .471 .923

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

LAMPIRAN 4 :

HASIL UJI ANALISIS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

1. Uji Asumsi

a. Hasil uji normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 204

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 10.51306344

Most Extreme Differences Absolute .040

Positive .040

Negative -.038

Test Statistic .040

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

b. Hasil uji linearitas

ANOVA Table

Sum of

Squares

df

Mean

Square

F

Sig.

perundungan *

pola asuh otoritatif

Between

Groups

(Combined) 8979.888 28 320.710 2.934 .000

Linearity 5781.199 1 5781.199 52.883 .000

Deviation from

Linearity

3198.689

27

118.470

1.084

.364

Within Groups 19130.951 175 109.320

Total 28110.838 203

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

ANOVA Table

Sum of

Squares

df

Mean

Square

F

Sig.

perundungan *

pola asuh permisif

Between

Groups

(Combined) 4818.270 22 219.012 1.702 .031

Linearity 1335.952

1

1335.952

10.38

1

.002

Deviation from

Linearity

3482.318

21

165.825

1.289

.188

Within Groups 23292.56

8

181

128.688

Total 28110.83

8

203

ANOVA Table

Sum of

Squares

df

Mean

Square

F

Sig.

perundungan *

pola asuh otoriter

Between

Groups

(Combined) 9550.520 27 353.723 3.354 .000

Linearity 6137.335

1

6137.335

58.19

8

.000

Deviation from

Linearity

3413.185

26

131.276

1.245

.204

Within Groups 18560.31

8

176

105.456

Total 28110.83

8

203

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

ANOVA Table

Sum of

Squares

df

Mean

Square

F

Sig.

perundungan *

pola asuh

uninvolved

Between

Groups

(Combined) 10086.11

6

26

387.928

3.809

.000

Linearity 4464.231

1

4464.231

43.83

8

.000

Deviation from

Linearity

5621.885

25

224.875

2.208

.002

Within Groups 18024.72

2

177

101.835

Total 28110.83

8

203

c. Hasil uji multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardiz

ed

Coefficients

t

Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std. Error

Beta

Toleranc

e

VIF

1 (Constant) 29.931 17.831

1.679 .095

pola asuh

otoritatif

-.156

.281

-.086

-.554

.580

.145

6.892

pola asuh otoriter .703 .235 .389 2.994 .003 .206 4.863

pola asuh

permisif

.815

.189

.272

4.320

.000

.872

1.147

pola asuh

uninvolved

.152

.182

.075

.832

.406

.421

2.374

a. Dependent Variable: perundungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

d. Hasil uji heterokedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t

Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -3.401 10.869

-.313 .755

pola asuh otoritatif .201 .171 .217 1.177 .241

pola asuh otoriter .074 .143 .080 .517 .605

pola asuh permisif .024 .115 .016 .210 .834

pola asuh uninvolved .041 .111 .040 .371 .711

a. Dependent Variable: RES2

2. Uji Hipotesis

a. Hasil uji analisis regresi ganda

Model Summary

Model

R

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .557a .310 .296 9.873

a. Predictors: (Constant), pola asuh uninvolved, pola asuh permisif,

pola asuh otoriter, pola asuh otoritatif

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 8713.471 4 2178.368 22.348 .000b

Residual 19397.367 199 97.474

Total 28110.838 203

a. Dependent Variable: perundungan

b. Predictors: (Constant), pola asuh uninvolved, pola asuh permisif, pola asuh otoriter, pola asuh

otoritatif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t

Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 29.931 17.831

1.679 .095

pola asuh otoritatif -.156 .281 -.086 -.554 .580

pola asuh otoriter .703 .235 .389 2.994 .003

pola asuh permisif .815 .189 .272 4.320 .000

pola asuh uninvolved .152 .182 .075 .832 .406

a. Dependent Variable: perundungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI