pkp ipa

Upload: ugizahari

Post on 02-Mar-2016

72 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

15

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU SPN No 20/2003). Sekolah Dasar sebagai pelaksana awal dalam dunia pendidikan. Pendidikan awal merupakan perhatian serius dalam pelaksanaannya. Bagaimanapun proses pendidikan dilaksanakan dalam usaha mencapai tujuan pendidikan harus diawali dengan proses-proses pembelajaran yang dilakukan guru khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Guru harus memperhatikan komponen pembelajaran yang baik yakni; penguasaan materi, strategi, metode dan keterampilan dalam mengajar yang bervariasi sehingga hasil belajar siswa akan baik. Pembelajaran IPA di SD merupakan pembelajaran yang sangat penting untuk diikuti siswa. Menurut Depdiknas (2006: 13) Pembelajaran IPA di SD mempunyai tujuan agar siswa memiliki kemampuan: (1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya; (2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; (4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; (7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.Dalam proses pembelajaran IPA penanaman konsep yang baik dan benar mutlak diperlukan, hal ini disebabkan IPA merupakan ilmu pengetahuan yang berkelanjutan dari tingkat dasar ketingkat yang lebih tinggi sehingga penguasaaan konsep IPA di tingkat dasar menentukan penguasaan konsep IPA di tingkat selanjutnya. Oleh karena itu, proses atau pelaksanaan pembelajaran IPA harus ditekankan pada siswa, siswalah yang aktif sementara guru hanya sebagai motivator dan fasilitator. Selain itu, berdasarkan kurikulum KTSP 2006, pembelajaran IPA di SD dituntut untuk dapat menjadikan siswa mempunyai intelektual yang tinggi, karena seperti kita ketahui, kurikulum IPA disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya bergantung pada sumber daya alam (SDA) dan modal yang bersifat fisik, tetapi juga bersumber pada modal intelektual, sosial; dan kepercayaan. Dengan kenyataan, usaha kita untuk mencapai tujuan pembelajaran yang idealis seperti yang telah dijelaskan di atas belum tercapai. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara guru kelas IV SD Negeri 22 Kota Bengkulu, telah diusahakan berbagai metode dan media yang bervariasi namun hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA di kelas IV masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil nilai ulangan akhir semester (UAS) pada tahun 2007/2008 yaitu nilai rata-rata siswa 6,2. Selanjutnya dari hasil observasi peneliti pada saat melakukan kegiatan pembelajaran di SD Negeri 22 Kota Bengkulu dapat diindentifikasi masalah dalam pembelajaran IPA sebagai berikut; (1) anak kurang aktif; (2) anak kurang mampu melakukan pengamatan dengan baik; (3) anak kurang mampu menyimpulkan materi pelajaran. Untuk menindaklanjuti permasalahan di atas perlu tindakan strategis, sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, sehingga menumbuhkan kreativitas berpikir kritis, membangkitkan suasana yang menyenangkan. Salah satu upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tersebut perlu dilakukan perbaikan pembelajaran. Dari berbagai literatur ditemukan salah satu pendekatan pembelajaran yang relevan dan dianggap efektif, yaitu dengan inkuiri terbimbing. Inkuiri terbimbing adalah suatu pendekatan dimana siswa diarahkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari serangkaian aktivitas yang dilakukan sehingga siswa seolah-olah mendapatkan sendiri pengetahuan tersebut (Asyari, 2006: 51). Penerapan model pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam memperoleh pemahaman yang lebih jelas tentang suatu konsep dan ide dimana siswa terlibat secara langsung dan siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu model pembelajaran inkuiri terbimbing ini juga bisa menciptakan kondisi belajar dimana siswa aktif terlibat dan guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran yang sangat membantu dalam mencapai tujuan belajar. Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil alternatif untuk memperbaiki proses belajar dengan mengangkat judul penelitian Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negari 22 Kota Bengkulu

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:1. Apakah penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 22 Kota Bengkulu?2. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 22 Kota Bengkulu?

C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:1. Untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing kelas IV SD Negeri 22 Kota Bengkulu.2. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing kelas IV SD Negeri 22 Kota Bengkulu.

D. Manfaat PenelitianAdapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:1. Manfaat bagi guru.a) Guru akan memperoleh informasi tentang bentuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran.b) Guru mendapatkan informasi tentang upaya peningkatan prestasi belajar siswa.2. Manfaat bagi siswa a) Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran IPAb) Dapat merasakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan mengarah pada pembelajaran yang menyenangkan.3. Manfaat bagi sekolaha) Dapat menjadikan masukan yang positif bagi sekolah yang dicerminkan dari peningkatan kualitas kemampuan guru dalam PKP.b) Memperoleh informasi tentang cara mengatasi masalah, upaya perbaikan kualitas pembelajaran, memperoleh informasi tentang upaya peningkatan hasil belajar.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Pembelajaran IPA di SDPendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU SPN No 20/2003). Pengertian belajar yang diungkapkan Morgan dkk (1986) dalam Sumantri dan Permana (1999: 15) sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Sebagaimana karakteristik kegiatan belajar anak usia SD, Piaget, Vygotsky dan Bruner dalam Sumantri dan Permana (1999: 25) mengetengahkan cara-cara yang khas bagi seorang guru dalam mendorong terjadinya proses belajar bagi mereka. Bagi Piaget dalam Sumantri dan Permana (1999: 25), seorang guru dapat mengembangkan belajar anak itu dengan memperalat situasi eksperimen yakni menyediakan lingkungan belajar untuk memfasilitasi temuan si anak. Peranan guru adalah mengobservasi, mendorong dan memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak.

B. Karakteristik Pembelajaran IPA di SDGagne dalam Nasution dan Budiastra (2002: 43) mengemukakan bahwa : belajar merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk mengubah tingkah lakunya cukup cepat dan perubahan tersebut bersifat relatif tepat sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi yang baru. Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara di sengaja dikelolah untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subsep khusus dari pendidikan (Corey dalam Sagala, 2003: 61). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pendekatan untuk mengerti kejadian-kejadian yang langsung di alam semesta. Mengubah kejadian yang sangat kompleks menjadi lebih sederhana. Jadi yang perlu diperhatikan disini adalah IPA cenderung untuk menyederhanakan kejadian-kejadian yang kompleks di alam semesta ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan sederhana sehingga lebih mudah untuk mempelajarinya dan lebih mudah di mengerti (Nasution dan Budiastra, 2002: 2.7)Menurut Depdiknas (2006: 13) Pembelajaran IPA di SD mempunyai tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya; 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.IPA merupakan bagian dari kehidupan manusia sehingga pembelajaran IPA merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan kehidupannya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA ditekankan agar berorientasi pada siswa. Peran guru terutama sebagai fasilitator. Mengingat hakikat pembelajaran IPA selain sebagai produk juga proses ilmiah maka guru berkewajiban untuk menyediakan wahana dan meningkatkan pengalaman belajar siswa guna pencapaian tujuan pembelajaran IPA tersebut (Samatowa, 2006: 24).Mata pelajaran IPA di SD bukan hanya bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan saja melainkan untuk memberikan motivasi pada siswa, melatih kemampuan berpikir intelektual dan merangsang kegiatan siswa. Mata pelajaran IPA di SD juga sangat mendukung terbentuknya siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran serta mendukung sifat anak yang selalu ingin tahu tentang gejala-gejala alam yang terjadi di sekitar mereka. Untuk itu dalam pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran IPA. Menurut Asyari (2006: 25) prinsip-prinsip pembelajaran IPA meliputi;1. Empat pilar pendidikan global; merupakan prinsip pembelajaran yang meliputi; learning to know, learning to do, leraning to be and learning to live together. 2. Inkuiri; prinsip inkuiri atau penemuan perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA karena pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang alam sekitar penuh dengan fakta atau fenomena yang dapat merangsang siswa untuk ingin tahu lebih banyak.3. Konstruktivisme; dalam pembelajaran IPA guru sebaiknya tidak merasa bahwa dialah sumber pengetahuan bagi siswanya, sehingga dalam pembelajarannya semata-mata hanya menuangkan pengetahuannya/gagasannya pada pemikiran siswa dan mengharapkan bahwa siswa akan menerima apa saja yang diberikan guru. Prinsip inkuiri dan konstruktivisme dijadikan acuan terutama dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing/discovery.4. Salingtemas (Sains, Lingkungan, Teknologi dan masyarakat) 5. Pemecahan masalah; pada dasarnya prinsip pemecahan masalah menjiwai semua tipe pembelajaran yang tergolong student centered6. Pembelajaran bermuatan nilai.7. Prinsip pakem (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan)Setiap pendidikan yang bertujuan menempatkan kita dalam dunia masa kini agar dapat hidup sesuai dengan tuntutan zaman modern akan gagal jika tidak memperhitungkan kedudukan sains /IPA dalam kurikulum sekolah. Bukan karena IPA mempunyai pengaruh yang luas saja pada kehidupan manusia, tetapi lebih karena sifat dari IPA memang layak mendapat tempat yang khas dalam pendidikan.Pembelajaran IPA di SD menurut kurikulum dituntut untuk menjadikan siswa yang mempunyai intelektual yang tinggi karena sebagaimana kita ketahui kurikulum IPA disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan IPA secara nasional. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya tergantung pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, sosial dan kepercayaan. Dengan demikian tuntutan untuk terus menerus memutakhirkan pengetahuan IPA menjadi satu keharusan. Mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal saja, sebab perubahan global telah sangat besar mempengaruhi ekonomi suatu bangsa. Industri baru dikembangkan dengan berbasis kompetensi IPA dan teknologi tingkat tinggi, dengan demikian bangsa yag telah berhasil adalah bangsa yang memiliki standar kompetensi IPA dan teknologi yang tinggi.Sehubungan dengan karekteristik pembelajaran IPA di SD tersebut di atas meliputi kriteri-kriteria siswa, tujuan, ruang lingkup serta tuntutan dalam kurikulum, maka dibutuhkan metode yang dapat memenuhi dan menunjang agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien yaitu salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

C. Model Pembelajaran Inkuiri1. Pengertian InkuiriInkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pernyataan ilmiah yang diajukannya.Schmidt (2003) dalam Ibrahim (http://kpicenter. web.id/neo/ content/view) menjelaskan bahwa inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran dimana siswa diarahkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari serangkaian aktivitas yang dilakukan sehingga siswa seolah-olah menemukan sendiri pengetahuan tersebut. (Asyari, 2006: 51). Sebagai strategi pembelajaran inkuiri dapat diimplementasikan secara terpadu dengan strategi lain sehingga dapat membantu pengembangan pengetahuan dan pemahaman serta kemampuan melakukan kegiatan inkuiri oleh siswa.

2. Tingkat-Tingkat InkuiriBerdasarkan komponen-komponen dalam proses inkuiri yang meliputi topik masalah, sumber masalah atau pertanyaan, bahan, prosedur, atau rancangan kegiatan, pengumpulan dan analisis data serta pengambilan kesimpulan Bonnstetter (2000) dalam Ibrahim (http://kpicenter. web.id/neo/ content/view) membedakan inkuiri menjadi lima tingkat;a. Praktikum (tradisional hands-on) adalah tipe inkuiri yang paling sederhana pada tingkat ini komponen esensial dari inkuiri yakni pertanyaan atau masalah tidak muncul .b. Pengalaman sains yang terstruktur (structured science experiences), yaitu kegiatan inkuiri dimana guru menentukan topik, pertanyaan, bahan dan prosedur sedangkan analisis hasil dan kesimpulan dilakukan oleh siswa.c. Inkuiri terbimbing (guided inquiry) dimana siswa diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, guru hanya berperan sebagai fasilitator.d. Inkuiri siswa mandiri (Student directed inquiry), dimana siswa bertanggung jawab secara penuh terhadap proses belajarnya, dan guru hanya memberikan bimbingan terbatas pada pemilihan topik dan pengembangan pertanyaan.e. Penelitian siswa (student research), guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing sedangkan penentuan atau pemilihan dan pelaksanaan proses dari seluruh komponen inkuiri menjadi tanggung jawab siswa. Callahan, et al (1992) dalam Ibrahim (http:// kpicenter. web. id/neo/ content/view) menjelaskan dua tingkatan inkuiri berdasarkan variasi bentuk keterlibatannya dan intensitas keterlibatan siswa yaitu; a. Inkuiri tingkat pertama.Inkuiri tipe ini tergolong kategori inkuiri terbimbing (guided inkuri) karena siswa dibimbing secara hati-hati untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapkan kepadanya. Orlich, et al (1998) dalam Ibrahim (http://kpicenter. web.id/neo/ content/view) menyatakan ada beberapa karakteristik dari inkuiri terbimbing yang perlu diperhatikan yaitu; (1) siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalui observasi spesifik hingga membuat inferensi atau generalisasi; (2) sasarannya adalah mempelajari proses megamati kejadian atau objek kemudian menyusun generalisasi yang sesuai; (3) guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian, data, materi, dan berperan sebagai pemimpin kelas; (4) tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi di dalam kelas; (5) kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran, (6) biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari siswa; (7) guru memotivasi semua siswa untuk mengkomunikasikan hasil generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa dalam kelas. b. Inkuiri bebasDalam inkuiri bebas, siswa difasilitasi untuk dapat mengindentifikasi masalah dan merancang proses penyelidikan. Siswa dimotivasi untuk mengemukakan gagasannya dan merancang cara untuk menguji gagasan tersebut. Untuk itu siswa diberi motivasi untuk melatih keterampilan berpikir kritis seperti mencari informasi, menganalisis argument dan data, membangun dan mensintesis ide-ide baru, memanfaatkan ide-ide awalnya untuk memecahkan masalah serta menggeneralisasikan data. Guru berperan dalam mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan yang menjadikan kegiatan belajar lebih menyerupai kegiatan penelitian seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli. Beberapa karakteristik yang menandai kegiatan inkuiri bebas ialah: (1). Siswa mengembangkan kemampuannya dalam melakukan observasi, (2). Sasaran belajar adalah proses pengamatan kejadian, objek dan data yang kemudian mengarahkan pada generalisasi yang sesuai, (3). guru hanya mengontrol ketersediaan materi

3. Pembelajaran Berbasis InkuiriInkuiri sebagai salah satu strategi pembelajaran mengutamakan proses penemuan dalam kegiatan pembelajarannya untuk memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu, di dalam pembelajaran inkuiri guru harus selalu merancang kegiatan yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan penemuan di dalam mengajarkan materi pelajaran yang diajarkan. Tujuan utama pembelajaran berbasis inkuiri menurut National Research Council (2000) dalam Ibrahim (http://kpicenter. web.id/neo/ content/view) adalah; (1). Mengembangkan keinginan dan motivasi siswa untuk mempelajari prinsip dan konsep sains; (2) mengembangkan keterampilan ilmiah siswa sehingga mampu bekerja seperti layaknya seorang ilmuwan; (3). Membiasakan siswa bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan. Melalui pembelajaran yang berbasis inkuiri, siswa belajar sains sekaligus juga belajar metode sains. Proses inkuiri memberi kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif, siswa dilatih bagaimana memecahkan masalah sekaligus membuat keputusan. 4. Keunggulan Model Pembelajaran InkuiriInkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang berperan penting dalam membangun paradigma pembelajaran konstruktivistik yang menekankan pada keaktifan siswa (De Boer (1991) dalam Ibrahim (http://kpicenter. web.id/neo/ content/view)). Dengan belajar melalui inkuiri siswa akan terlibat dalam proses mengorganisasi struktur pengetahuannya melalui penggabungan konsep-konsep yang dimiliki sebelumnya dengan ide-ide yang baru didapatkannya (Collins (2000) dalam Ibrahim (http://kpicenter. web.id/neo/ content/view)). Dalam inkuiri, siswa dimotivasi untuk terlibat langsung atau berperan aktif secara fisik maupun mental dalam kegiatan pembelajaran. Lingkungan kelas dimana siswa aktif terlibat dan guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran sangat membantu dalam mencapai tujuan belajar (Mestre dan Cocking (2000) dalam Ibrahim (http://kpicenter. web.id/neo/ content/view)). Menurut Nurhadi (2004) dalam Ibrahim (http://kpicenter. web.id/neo/ content/view)) inkuiri merupakan salah satu komponen penting dari pendekatan kontekstual dan konstruktivistik yang telah berkembang pesat dalam proses pembaharuan pendidikan di Indonesia dewasa ini. Kegiatan belajar melalui inkuiri menghadapkan siswa pada pengalaman kongkrit sehingga siswa belajar secara aktif dimana mereka didorong untuk mengambil inisiatif dalam usaha memecahkan masalah, mengambil keputusan dan mengembangkan keterampilan meneliti serta melatih siswa menjadi pebelajar sepanjang hayat. Menurut Amin (1987) dalam Ibrahim (http://kpicenter. web.id/neo/ content/view) inkuiri sebagai strategi pembelajaran memiliki beberapa keuntungan seperti; (a) mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, (b) menciptakan suasana akademik yang mendukung berlangsungnya pembelajaran yang berpusat pada siswa, (c) membantu siswa mengembangkan konsep diri yang positif, (d) meningkatkan pengharapan sehingga siswa mengembangkan ide untuk menyelesaikan tugas dengan cara sendiri, (e) mengembangkan bakat individual secara optimal, (f) menghindarkan siswa dari cara belajar menghafal. Agar penerapan strategi inkuiri dapat berhasil dengan baik, maka guru perlu memahami beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan dalam merancang inkuiri seperti disarankan oleh Keffer (2000) dalam Ibrahim (http://kpicenter. web.id/neo/ content/view) antara lain;1. Siswa harus dihadapkan dengan masalah-masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan dan sumbernya bisa dari siswa maupun guru.2. Siswa harus diberi keyakinan bahwa mereka dapat menyelesaikan masalahnya.3. Siswa harus memiliki informasi awal tentang masalah yang dihadapinya.4. Siswa harus diberi kesempatan melakukan sendiri dan mengevaluasi hasil kegiatannya.5. Siswa harus diberi waktu cukup untuk bekerja berdasarkan pendekatan baru secara individual maupun kelompok dan perlu diberi contoh yang tepat dan agar dapat membedakan contoh salah yang berkaitan dengan masalah. Sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa SD dalam hal cara penyampaian, jenis kegiatan belajar, maupun penyediaan sumber belajarnya, inkuiri terbimbing cocok untuk diterapkan di tingkat SD karena inkuiri terbimbing ini cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasar dalam bidang ilmu tertentu.D. Kerangka BerpikirSuatu pembelajaran dikatakan baik jika seorang guru berhasil menciptakan proses pembelajaran yang aktif dan kreatif. Salah satu cara mengaktifkan siswa yaitu dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu cara penyajian materi pelajaran dimana siswa secara aktif mengalami dan membuktikan sendiri tentang apa yang sedang dipelajarinya. Melalui inkuiri terbimbing siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Sehingga siswa dituntut untuk mencari kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu. Dengan demikian maka diharapkan penggunaan model pembelajaran inkuri terbimbing ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA serta saling meningkatkan mutu pendidikan IPA, faktor terpenting adalah proses pembelajaran yang saling berinteraksi. Mengajar bukan hanya menceritakan atau penuangan bahan pembelajaran kepada siswa. Namun pembelajaran memerlukan keterlibatan mental dan perbuatan siswa sendiri. Proses pembelajaran akan menjadi aktif jika siswa terlibat langsung dalam penyelesaian semua masalah yang diberikan oleh gurunya. Untuk itu, semua siswa perlu mendengarnya, melihatnya, mengajukan pertanyaan tentang kompetensi yang sedang dibahas serta membahasnya dengan orang lain. Bahkan tidak cukup itu saja, melainkan siswa perlu mengerjakannya yakni menggambarkan sesuatu dengan caranya sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktikkan keterampilannya dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan, menguasai konsep-konsep IPA dan keterkaitannya untuk dapat memecahkan masalah yang terkait dalam kehidupan sehari-hari. Menguasai konsep-konsep IPA mengisyaratkan bahwa pendidikan IPA harus dijadikan siswa tidak sekedar tahu dan hafal tentang konsep-konsep IPA melainkan harus dijadikan siswa untuk mengerti dan memahami konsep-konsep tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain. Berdasarkan konsep dan teori seperti yang telah diuraikan di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah dengan diterapkan pendekatan inkuiri terbimbing akan dihasilkan peningkatan prestasi belajar siswa. Seperti yang dilihatkan dalam bagan di bawah ini:

Pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbingPengetahuan awalPrestasi belajar siswa

Langkah 1. Penyampaian tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa Langkah 2. Memberikan petunjuk belajar.Langkah 3. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajarLangkah 4. Siswa dihadapkan dengan masalahLangkah 5. Pengumpulan data informasi penemuanLangkah 6. Membimbing siswa dalam melakukan penemuan Langkah 7. Mempresentasikan hasil penemuan Langkah 8. Pemantapan hasil presentasi siswa Langkah 9. Evaluasi

BAB IIIPELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek Penelitian1. Lokasi Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 22 Pasar Minggu Kota Bengkulu. Sekolah ini dipilih karena merupakan tempat mengajar penulis.2. WaktuPelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2008-2009, semester II .Jadwal Pelaksanaan Perbaikan PembelajaranNoWaktu PelaksanaanMata PelajaranKelasKeterangan

1215 Mei 200922 Mei 2009IPA IPAIVIVSiklus ISiklus II

3. Mata PelajaranBerdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran, maka penulis mengambil salah satu mata pelajaran yang dianggap masih mengalami permasalahan dalam kegiatan pembelajaran yaitu mata pelajaran IPA.4. Kelas Adapun kelas yang di pilih oleh peneliti untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas adalah kelas IV SD Negeri 22 Kota Bengkulu. Kelas ini dipilih karena berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis kelas ini merupakan kelas yang mengalami permasalahan dalam kegiatan pembelajaran IPA.5. Karakteristik SiswaSiswa kelas IV SD Negeri 22 Kota Bengkulu yang berjumlah 37 orang yang terdiri dari 14 laki-laki dan 23 perempuan. Keadaan siswa di kelas ini pada saat dilakukan observasi masih terlihat bersifat heterogen, antara siswa yang satu dengan siswa yang lain nampak jelas perbedaan yang dapat dilihat dari sifat dan cara belajar mereka yang dipengaruhi oleh faktor keluarga, lingkungan serta faktor ekonomi orang tua siswa. Keadaan inilah yang membedakan cara belajar mereka di kelas.B. Deskripsi Per SiklusPenelitian akan dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklusnya terdiri dari 4 tahap, yaitu: (1) Perencanaan; (2) Pelaksanaan (3) Pengamatan dan (4) refleksi (Arikunto, dkk, 2007: 20).Siklus I1. Tahap perencanaan Pada tahap ini kegiatan yang akan dilakukan mencakup : a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.b. Membuat LKSc. Menyusun kisi-kisi soal. d. Menyusun lembar observasi guru dan lembar observasi siswa beserta indikatornya untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas saat menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.e. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan pada waktu kegiatan inkuiri.f. Menyiapkan media g. Menyusun alat evaluasi berupa soal tes essay.h. Mempersiapkan tempat dimana kegiatan akan dilaksanakan. i. Membentuk kelompok pada siswa.2. Tahap pelaksanaan.Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirumuskan. Langkah-langkah pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai berikut:a. Pendahuluan 1) Guru memberikan apersepsi.2) Guru memberikan motivasi3) Guru menuliskan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dicapai siswa.b. Kegiatan inti. 1) Siswa berkelompok berdasarkan kelompok yang telah ditentukan pada pertemuan sebelumnya.2) Guru mengemukakan masalah3) Guru membagikan alat dan bahan serta LKS kepada masing-masing kelompok.4) Guru menjelaskan langkah kerja yang terdapat dalam LKS.5) Siswa melakukan kegiatan berdasarkan langkah-langkah kerja yang ada di LKS.6) Guru membimbing dan mengarahkan siswa melakukan inkuiri.7) Guru membimbing siswa menyajikan data hasil pengamatan kelompok.8) Siswa mendiskusikan hasil pengamatan pada kelompoknya masing-masing.9) Setiap kelompok menyajikan hasil pengamatan yang diwakili oleh salah seorang anggota kelompok. c. Kegiatan penutup. 1) Guru membimbing siswa menarik kesimpulan. 2) Guru memberikan evaluasi berupa post tes.3) Guru menutup pelajaran dengan memberi kesan dan pesan yang baik.

1. Tahap pengamatanPada pelaksanaan siklus I dilaksanakan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran observasi dilakukan oleh pengamat yaitu teman sejawat. Pengamat memberikan tanda () terhadap aspek yang diamati berdasarkan indikatornya. Pada akhir pelaksanaan siklus I diadakan evaluasi yag berupa tes tertulis yang berbentuk essay. 2. Tahap refleksiPada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil observasi dan evaluasi. Hasil dari analisis tersebut dijadikan sebagai acuan atau pedoman bagi peneliti untuk melaksanakan siklus berikutnya.

Siklus II Pada siklus II ini peneliti merencanakan dan merancang kembali tindakan perbaikan yang akan dilakukan sebagai tindak lanjut pembelajaran siklus I yang urutannya sebagai berikut: a. Tahap perencanaan Pada tahap ini kegiatan yang akan dilakukan mencakup:1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing 2. Membuat LKS 3. Menyusun kisi-kisi soal. 4. Menyusun lembar observasi guru dan lembar observasi siswa beserta indikatornya untuk melihat bagaimana kondisi pembelajaran di kelas saat menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.5. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan pada waktu kegiatan inkuiri.6. Menyiapkan media 7. Menyusun alat evaluasi berupa soal tes essay.8. Mempersiapkan tempat dimana demonstrasi akan dilaksanakan. 9. Membentuk kelompok pada siswa.b. Tahap pelaksanaan tindakan Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap ini adalah upaya perbaikan dari kegiatan pada siklus I. Pelaksanaan pembelajaran mencakup:1. Pendahuluan a. Guru memberikan apersepsi.b. Guru memberikan motivasic. Guru menuliskan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dicapai siswa.2. Kegiatan inti. a. Siswa mengelompokkan berdasarkan kelompok yang telah ditentukan pada pertemuan sebelumnya.b. Guru mengemukakan masalahc. Guru membagikan alat dan bahan serta LKS kepada masing-masing kelompok.d. Guru menjelaskan langkah kerja yang terdapat dalam LKS.e. Siswa melakukan kegiatan berdasarkan langkah-langkah kerja yang ada di LKS.f. Guru membimbing dan mengarahkan siswa melakukan penemuan (inkuiri)g. Guru membimbing siswa menyajikan data hasil pengamatan kelompok.h. Siswa mendiskusikan hasil pengamatan pada kelompoknya masing-masingi. Setiap kelompok menyajikan hasil pengamatan yang diwakili oleh salah seorang anggota kelompok. j. Siswa melakukan diskusi kelas dan pada suatu kelompok telah menyajikan datanya kelompok lain boleh bertanya. 3. Kegiatan penutup. a. Guru membimbing siswa menarik kesimpulan. b. Guru memberikan evaluasi berupa post tes.c. Guru menutup pelajaran dengan memberi kesan dan pesan yang baik. d. Tahap pengamatanPada pelaksanaan siklus II dilaksanakan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran observasi dilakukan oleh pengamat yaitu teman sejawat. Pengamat memberikan tanda () terhadap aspek yang diamati berdasarkan indikatornya. Pada akhir pelaskanaan siklus II diadakan evaluasi yang berupa tes tertulis yang berbentuk essay. e. Tahap refleksiPada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil observasi dan evaluasi. Hasil dari evaluasi tersebut merupakan rekomendasi bagi penelitian ini.

B. Teknik Analisis Data a. Analisis Data Observasi.Untuk menganalisis data observasi dilakukan secara deskriptif degan menghitung rata-rata skor pengamat (Sudjana, 2004). Data observasi yang diperoleh digunakan untuk merefleksi tindakan yang telah dilakukan dan diolah secara deskriptif dengan menghitung:Rata-rata skor = Jumlah Skor Jumlah ObserverSkor tertinggi = Jumlah butir skor x skor tertinggi tiap soal Skor terendah = Jumlah butir skor x skor terendah tiap soalSelisih skor = Skor tertinggi - skor terendahKisaran nilai untuk tiap kriteria = Selisih Skor Jumlah Kriteria Penilaian(Sudjana, 2004)1. Observasi aktivitas guru Skor tertinggi untuk tiap butir observasi 3. Jumlah butir observasi 8 maka skor tertinggi adalah 24 Hasil kisaran nilai untuk tiap kategori pengamatan dilukiskan dalam tabel 3.1 NoSkorKriteria

18-13Kurang

214-19Cukup

320-24Baik

2. Observasi aktifitas siswaSkor tertinggi tiap butir observasi 3. Jumlah butir observasi 6 maka skor tertinggi adalah 18. Hasil kisaran nilai tiap kategori pengamatan dilukiskan dalam tabel 3.2 NoSkorKriteria

16-10Kurang

211-14Cukup

315-18Baik

Indikator keberhasilan tindakan a. Ketuntasan belajarKetuntasan belajar ditandai apabila hasil belajar siswa sebagai berikut: Untuk individu: jika siswa mendapat nilai 6,5Untuk klasikal: jika 85% siswa mendapat nilai 6,5b. Indikator keberhasilan proses pembelajaran Keaktifan siswa: jika siswa mendapat skor 15-18 Keaktifan guru: jika guru mendapat skor 20-24

b. Analisis Data Hasil BelajarData tes dianalisis dengan menggunakan rata-rata nilai dan persentase ketuntasan belajar, dimana secara klasikal proses pembelajaran dikatakan tuntas apabila 85% siswa dikelas memperoleh nilai 6,5, sedangkan proses pembelajaran dikatakan tuntas secara individual apabila siswa memperoleh nilai 6,5. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pada siklus I dan II serta perbedaan persentase ketuntasan belajar digunakan rumus : 1. Nilai rata-rata =

Keterangan : = Jumlah nilai N = Jumlah siswa 2. Persentase ketuntasan belajar = x 100% Keterangan :NS = Jumlah siswa yang mencapai nilai 6,5 N = Jumlah seluruh siswa

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil PersiklusBerdasarkan hasil observasi dan pengalaman peneliti ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran di SD Negeri 22 Kota Bengkulu terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru IPA di kelas IV SD Negeri 22 Kota Bengkulu, diperoleh informasi yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1). Nilai Ulangan Akhir Semester (UAS) pada mata pelajaran IPA siswa pada semester I tahun ajaran 2007/2008 di kelas IV rendah dengan rata-rata 6,2 2). Anak kurang aktif, 3). Siswa kurang mampu dalam membuat kesimpulan materi pembelajaran. Berdasarkan data tersebut, maka dapat disebutkan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap konsep-konsep IPA masih rendah. Melihat dari permasalahan di atas, solusi yang dapat ditempuh yakni mencari model pembelajaran efektif yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang relevan dan dianggap efektif yaitu dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam pembelajaran IPA.Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada proses pembelajaran IPA pada Kompetensi Dasar Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan dan Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan di kelas IV SD Negeri 22 Kota Bengkulu yang dilaksanakan dalam 2 siklus diperoleh hasil sebagai berikut:1. Siklus 1a. Tahap Perencanaan TindakanKegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: a). Membuat skenario pembelajaran yaitu berupa pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), b). Membuat LKS, c). Menyusun kisi-kisi soal, d). Membuat lembar observasi guru dan siswa yang digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran dengan menggunakan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing, e). Mempersiapkan alat-alat dan media yang akan dipergunakan pada waktu pembelajaran berlangsung, f). Menyusun alat evaluasi berupa tes essay, g). Mempersiapkan tempat dimana kegiatan akan dilaksanakan, h). Membentuk kelompok pada siswa.b. Tahap Pelaksanaan TindakanPada tahap ini kegiatan yang akan dilaksanakan adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan dengan menggunakan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:a. Pra Kegiatan ( 5 Menit)1. Guru menyiapkan sumber pembelajaran dan RPP.2. Berdoa bersama.3. Mengabsen siswa.4. Mengkondisikan kelas siap untuk belajar.b. Kegiatan Awal ( 5 Menit)1. Guru memotivasi siswa agar siap untuk mengikuti pelajaran. 2. Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang benda-benda yang ada di sekitar mereka, apa saja yang mereka makan, mereka pakai, dan alat-alat yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari dan berasal dari apakah benda-benda tersebut? 3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.c. Kegiatan Inti ( 40 Menit)1. Guru memberi petunjuk belajar.2. Siswa dibagi menjadi 9 kelompok belajar.3. Siswa dihadapkan pada masalah yang berkaitan dengan sumber daya alam.4. Guru membagikan alat dan bahan serta LKS kepada setiap kelompok5. Guru menjelaskan langkah kerja yang terdapat dalam LKS.6. Siswa melakukan kegiatan inkuiri berdasarkan langkah-langkah kerja yang terdapat dalam LKS. 7. Siswa mendapatkan bimbingan dan arahan dari guru. 8. Siswa mendiskusikan hasil pengamatan kelompoknya masing-masing.9. Guru membimbing masing-masing kelompok mempresentasikan/ melaporkan hasil kerja kelompok.10. Guru memantapkan hasil diskusi siswa.d. Kegiatan Penutup ( 20 Menit)1. Guru membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran tentang sumber daya alam.2. Guru memberikan evaluasi akhir.3. Guru memberi tindak lanjut atau PR4. Guru menutup pembelajaran dengan kesan dan pesan yang baik.c. Tahap Observasi Pada pelaksanaan siklus 1 dilaksanakan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan observasi oleh satu orang pengamat yaitu teman sejawat. Adapun aspek yang diamati oleh dua orang observer terhadap aktivitas siswa adalah sebagai berikut: 1). Siswa menanggapi apersepsi dan motivasi yang diberikan oleh guru, 2). Siswa berpartisipasi dalam suatu kegiatan pembelajaran. 3). Siswa mencatat hasil penemuan, 4). Siswa menyajikan hasil penemuan 5). Siswa menarik kesimpulan, 6). Siswa mengerjakan soal pos tes. Sedangkan aspek yang diamati oleh observer terhadap aktivitas guru adalah sebagai berikut: 1). Guru memberikan apersepsi dan motivasi, 2). Guru menjelaskan tujuan dan indikator pembelajaran yang akan dicapai, 3). Guru menyediakan alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan pembelajaran, 4). Guru mengarahkan dan membimbing siswa dalam melakukan kegiatan, 5). Guru membimbing siswa menyajikan hasil pengamatan, 6). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya 7). Guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan, 8). Guru memberikan evaluasi.Pengamat memberikan tanda () penilaian terhadap aspek yang diamati dibantu dengan indikatornya. Pada akhir pelaksanaan siklus 1 diadakan tes selama 20 menit untuk mengukur hasil belajar siswa.

d. Tahap RefleksiPada tahap ini digunakan analisis tentang hasil observasi dan hasil tes. Dengan demikian maka dapat diketahui atau dilihat hal-hal apa saja yang telah tercapai dan hal apa saja yang masih perlu diperbaiki pada siklus berikutnya.e. Hasil Siklus 11). Hasil Tes SiswaAnalisis terhadap hasil tes siswa siklus I pada pembelajaran IPA sub pokok bahasan pengelolaan sumber daya alam dengan menggunakan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan penilaian post test. Dari hasil analisis tes siswa diperoleh nilai rata-rata dan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal.Data hasil tes siswa dianalisis dengan menggunakan rumus nilai rata-rata siswa dan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal berdasarkan acuan patokan menurut Depdiknas (2004) secara klasikal proses pembelajaran dikatakan berhasil atau tuntas apabila di kelas memperoleh nilai lebih dari 6,5 ke atas sebanyak 85%.Nilai rata-rata dan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.I. Nilai Rata-rata Siswa dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa secara Klasikal.SiklusNilai Rata-rata SiswaPersentase Ketuntasan Belajar secara Klasikal

I6,444,44%

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa 6,4 dengan persentase ketuntasan belajar secara klasikal 44,44% hal ini menyatakan bahwa pembelajaran pada siklus I belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Karena menurut Depdiknas (2004) pembelajaran di dalam kelas dikatakan tuntas apabila secara klasikal siswa yang mendapat nilai 6,5 ke atas mencapai 85%.Dari hasil analisis nilai akhir siswa terlihat bahwa proses pembelajaran pada siklus I belum tuntas. Ketidaktuntasan itu disebabkan oleh proses pembelajarn IPA dengan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing belum terlaksana secara optimal dan masih ada kekurangan selama proses pembelajaran pada siklus I, baik pada aktivitas guru dan aktivitas siswa maupun pada tes akhir siswa.2). Hasil Observasi Aktivitas Siswa Hasil analisis terhadap aktivitas siswa merupakan gambaran kegiatan siswa dalam proses pembelajaran IPA dengan menggunakan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Observasi dilakukan oleh satu orang pengamat yaitu teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi siswa yang ada pada lampiran. Adapun aspek yang diamati oleh observer terhadap aktivitas siswa adalah sebagai berikut: 1). Siswa menanggapi apersepsi dan motivasi yang diberikan oleh guru, 2). Siswa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. 3). Siswa mencatat hasil penemuan, 4). Siswa menyajikan hasil penemuan 5). Siswa menarik kesimpulan, 6). Siswa mengerjakan soal pos tes. Skor tertinggi untuk setiap butir observasi terhadap aktivitas siswa adalah 3, sedangkan jumlah butir observasi adalah 6, maka skor tertinggi adalah 18. Kriteria penilaian terhadap aktivitas siswa yaitu kategori kurang nilainya 1, kategori sedang nilainya 2, dan kategori baik nilanya 3. Penentuan nilai untuk tiap kriteria menggunakan rumus rata-rata skor, skor tertinggi, skor terendah, selisih skor, dan kisaran nilai tiap kriteria.Hasil analisis terhadap aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Data Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa pada Siklus INoPengamatSkor

1.I12

KriteriaCukup

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa aktivitas siswa yang diobservasi oleh pengamat memperoleh skor 12 dengan kriteria cukup. Namun dilihat dari hasil observasi masih ditemukan beberapa aspek yang pelaksanaannya belum berjalan dengan baik. Kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam aspek-aspek tersebut antara lain:1. Siswa kurang perhatian terhadap pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan.2. Belum ada keseriusan siswa dalam melakukan diskusi.3. Selama berdiskusi belum ada rasa kekompakkan dalam kelompok sehingga masih bekerja sendiri-sendiri.4. siswa kurang berani dalam bertanya dan mengeluarkan pendapat. Ini terlihat dari kurangnya interaksi antara siswa dengan guru.5. siswa masih kesulitan dalam menarik kesimpulan karena hanya sebagian kecil kelompok yang dapat menarik kesimpulan.

3). Hasil Observasi Aktivitas GuruHasil analisis observasi terhadap kegiatan guru merupakan suatu gambaran keterampilan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Observasi dilakukan oleh satu orang pengamat yaitu teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi guru yang ada pada lampiran.Adapun aspek yang diamati oleh satu orang observer terhadap aktivitas guru adalah sebagai berikut: 1). Guru memberikan apersepsi dan motivasi, 2). Guru menjelaskan tujuan dan indikator pembelajaran yang akan dicapai, 3). Guru menyediakan alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan pembelajaran, 4). Guru mengarahkan dan membimbing siswa dalam melakukan kegiatan, 5). Guru membimbing siswa menyajikan hasil pengamatan, 6). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya 7). Guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan, 8). Guru memberikan evaluasi.Skor tertinggi untuk setiap butir observasi terhadap aktivitas guru adalah 3, sedangkan jumlah butir observasi adalah 8, maka skor tertinggi adalah 24 Kriteria penilaian terhadap aktivitas guru yaitu kategori kurang nilainya 1, kategori cukup nilainya 2, dan kategori baik nilainya 3. Penentuan nilai untuk tiap kriteria menggunakan rumus rata-rata skor, skor tertinggi, skor terendah, selisih skor, dan kisaran nilai tiap kriteria.Hasil analisis observasi terhadap aktivitas guru dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.3. Data Hasil Observasi terhadap Aktivitas Guru pada Siklus INoPengamatSkor

1.I22

KriteriaBaik

Hasil analisis terhadap aktivitas guru pada siklus I di atas telah menunjukkan kriteria baik dengan skor 22 namun pada aspek penilaian yang dilakukan pengamat masih terdapat beberapa aspek yang pelaksanaannya belum berjalan dengan baik. Adapun kekurangan-kekurangan tersebut adalah sebagai berikut:1. Dalam menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai guru hanya menjelaskannya secara lisan tanpa menuliskannya di papan tulis.2. Guru memberikan pengarahan tentang kegiatan yang akan dilakukan tidak secara rinci sehingga siswa kurang memahami secara jelas kegiatan yang akan dilakukan.3. Selama kegiatan berlangsung guru kurang memperhatikan aktivitas siswa perkelompok sehingga kesempatan anak untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat tidak diperhatikan.4. Guru kurang konsisten dengan waktu.4). Refleksi Siklus IBerdasarkan hasil analisis terhadap aktivitas guru, aktivitas siswa dan data tes siswa pada siklus I masih terdapat beberapa aspek yang belum berjalan dengan baik. Beberapa aspek tersebut di atas dapat diperbaiki pada siklus II.a. Refleksi untuk aktivitas guru1). Dalam menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebaiknya guru tidak hanya menjelaskannya secara lisan tetapi juga menuliskannya di papan tulis.2). Guru memberikan pengarahan secara rinci tentang kegiatan inkuiri yang akan dilakukan berdasarkan langkah-langkah yang terdapat pada lembar diskusi siswa.3). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat selama proses pembelajaran berlangsung tentang sumber daya alam.b. Refleksi untuk aktivitas siswa1) Perhatian guru terhadap siswa harus merata sehingga semua siswa merasa diperhatikan keaktifannya baik secara fisik, mental maupun sosial yang pada hakikatnya bisa meningkatkan keseriusan, kekompakkan, dan keaktifan siswa dalam proses inkuiri tentang sumber daya alam.2) Siswa diberi motivasi dalam melakukan kegiatan inkuiri selama proses pembelajaran berlangsung tentang sumber daya alam.3) Guru perlu memberikan bimbingan, perhatian perkelompok dengan memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat.Dengan adanya perbaikan tersebut di atas diharapkan pembelajaran pada siklus II ada peningkatan hasil belajar serta peningkatan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.2. Siklus IIa. Tahap Perencanaan TindakanKegiatan yang dilakukan pada tahap ini untuk merencanakan perbaikan pembelajaran berdasarkan refleksi siklus I dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a). Membuat skenario pembelajaran yaitu berupa pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), b). Membuat LKS, c). Menyusun kisi-kisi soal, d). Membuat lembar observasi guru dan siswa yang digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran dengan menggunakan penerapan pendekatan inkuiri terbimbing, e). Mempersiapkan alat-alat dan media yang akan dipergunakan pada waktu pembelajaran berlangsung, f). Menyusun alat evaluasi berupa tes essay, g). Mempersiapkan tempat dimana kegiatan akan dilaksanakan, h). Membentuk kelompok pada siswa.b. Tahap Pelaksanaan TindakanPada tahap ini kegiatan yang akan dilaksanakan adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:a. Pra Kegiatan ( 5 Menit)1. Guru menyiapkan sumber pembelajaran dan RPP.2. Berdoa bersama.3. Mengabsen siswa.4. Mengkondisikan kelas siap untuk belajar.b. Kegiatan Awal ( 5 Menit)1. Guru memotivasi siswa agar siap mengikuti pelajaran.2. Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan tentang bencana-bencana alam yang sering terjadi.3. Guru menjelaskan tujuan dan indikator pembelajaran yang akan dicapai dan menuliskannya di papan tulis.c. Kegiatan Inti ( 40 menit)1. Guru memberi petunjuk belajar.2. Siswa dibagi menjadi 9 kelompok belajar.3. Siswa dihadapkan pada masalah yang berkaitan dengan sumber daya alam.4. Guru membagikan alat dan bahan serta LKS kepada setiap kelompok5. Guru menjelaskan langkah kerja yang terdapat dalam LKS.6. Siswa melakukan kegiatan inkuiri berdasarkan langkah- langkah kerja yang terdapat dalam LKS. 7. Siswa mendapatkan bimbingan dan arahan dari guru. 8. Siswa mendiskusikan hasil pengamatan kelompoknya masing-masing.9. Guru membimbing siswa menyajikan data hasil kerja kelompok.10. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas.d. Kegiatan Penutup ( 20 Menit)1. Guru membimbing siswa menarik kesimpulan.2. Guru memberikan evaluasi.3. Guru memberi tindak lanjut / PR4. Guru menutup pembelajaran dengan kesan dan pesan yang baik.

c. Tahap Observasi Pada tahap observasi siklus II ini kegiatan yang dilakukan adalah observasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Observasi dilakukan oleh pengamat yaitu teman sejawat. Adapun aspek yang diamati oleh observer terhadap aktivitas siswa dan guru ini sama dengan aspek-aspek yang diamati oleh pengamat pada siklus I. Pengamat memberikan tanda ( ) penilaian terhadap aspek yang diamati dibantu dengan indikator. Pada akhir pelaksanaan siklus 2 diadakan tes selama 20 menit untuk mengukur prestasi belajar.d. Tahap RefleksiPada tahap ini dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penilaian, baik penilaian proses (observasi guru dan siswa) maupun hasil tes yang kemudian di olah dalam analisis data. Berdasarkan hasil analisis data diketahui apa yang telah dicapai atau yang belum dicapai pada siklus ini, hasil analisis tersebut digunakan sebagai rekomendasi bagi penelitian ini.e. Hasil Siklus II1). Hasil Tes SiswaPelaksanaan siklus II ini merupakan pelaksanaan perbaikan pada siklus I. Analisis terhadap hasil tes siswa siklus II pada sub pokok bahasan dampak pengambilan bahan alam tanpa pelestarian pada pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri 22 Kota Bengkulu dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan penilaian post test. Dari hasil analisis tes siswa diperoleh nilai rata-rata dan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal.Data hasil tes siswa dianalisis dengan menggunakan rumus nilai rata-rata siswa dan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal berdasarkan acuan patokan menurut Depdiknas (2004) secara klasikal proses pembelajaran dikatakan berhasil atau tuntas apabila di kelas memperoleh nilai lebih dari 6,5 ke atas sebanyak 85%. Tabel 4.4. Nilai Rata-rata Siswa dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa secara Klsikal pada Siklus II.SiklusNilai Rata-rata SiswaPersentase Ketuntasan Belajar secara Klasikal

II8,093,33%

Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai rata-rata siswa pada siklus II yaitu 8,0 dengan persentase ketuntasan belajar secara klasikal 93,33%. Ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing tuntas karena sudah mencapai target yang ditetapkan oleh Depdiknas (2004) yaitu suatu kelas dianggap tuntas belajar apabila 85% siswa di kelas memperoleh nilai 6,5.2). Hasil Observasi Aktivitas SiswaObservasi terhadap aktivitas siswa dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dilakukan oleh pengamat yaitu teman sejawat.Adapun aspek yang diamati oleh observer terhadap aktivitas siswa adalah sebagai berikut: : 1). Siswa menanggapi apersepsi dan motivasi yang diberikan oleh guru, 2). Siswa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. 3). Siswa mencatat hasil penemuan, 4). Siswa menyajikan hasil penemuan 5). Siswa menarik kesimpulan, 6). Siswa mengerjakan soal pos tes. Skor tertinggi untuk setiap butir observasi adalah 3, sedangkan jumlah butir observasi adalah 6, maka skor tertinggi adalah 18. Kriteria penilaian terhadap aktivitas siswa yaitu kategori kurang nilainya 1, kategori cukup nilainya 2, dan kategori baik nilanya 3. Penentuan nilai untuk tiap kriteri menggunakan rumus rata-rata skor, skor tertinggi, skor terendah, selisih skor, dan kisaran nilai tiap kriteria.Dari data hasil analisis terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran siklus II diperoleh rata-rata skor 17,5 dengan kriteria baik, seperti yang terlihat pada tabel berikut: Tabel 4.5. Data Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa Siklus IINoPengamatSkor

1.I17

KriteriaBaik

Tabel di atas menunjukkan hasil analisis terhadap aktivitas siswa yang diperoleh pengamat I dengan skor 17. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum rata-rata skor yang diperoleh terhadap aktivitas siswa termasuk dalam kriteria baik karena sesuai dengan interval penilaian pada kategori baik yaitu 15-18. Selama pelaksanaan pembelajaran aktivitas siswa sudah sangat baik dan tidak ada kekurangan-kekurangan dalam aspek-aspek observasi.3). Hasil Observasi Aktivitas GuruObservasi terhadap aktivitas guru dalam proses pembelajaran tentang sumber daya alam yang dilakukan oleh pengamat yaitu teman sejawat. Adapun aspek yang diamati oleh dua orang pengamat tersebut adalah sebagai berikut: 1). Guru memberikan apersepsi dan motivasi, 2). Guru menjelasakan tujuan dan indikator pembelajaran yang akan dicapai, 3). Guru menyediakan alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan pembelajaran, 4). Guru mengarahkan dan membimbing siswa dalam melakukan kegiatan, 5). Guru membimbing siswa menyajikan hasil pengamatan, 6). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya 7). Guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan, 8). Guru memberikan evaluasi.Skor tertinggi untuk setiap butir observasi adalah 3, sedangkan jumlah butir observasi adalah 8 maka skor tertinggi adalah 24. Kriteria penilaian terhadap aktivitas guru yaitu kategori kurang nilainya 1, kategori cukup nilainya 2, dan kategori baik nilanya 3. Penentuan nilai untuk tiap kriteria menggunakan rumus rata-rata skor, skor tertinggi, skor terendah, selisih skor, dan kisaran nilai tiap kriteria.Dari hasil analisis terhadap aktivitas guru pada siklus II yang dilakukan oleh pengamat diperoleh skor 23 seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.6. Data Hasil Observasi terhadap Aktivitas Guru pada Siklus IINoPengamatSkor

1.I23

KriteriaBaik

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata skor aspek penilaian terhadap aktivitas guru tergolong dalam kriteria baik dan ada peningkatan dari hasil analisis observasi siklus I. Semua aspek-aspek sudah berjalan dengan baik dalam proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Namun demikian masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru yaitu guru hendaknya lebih konsisten dalam pengalokasian waktu sehingga selama kegiatan berlangsung tidak banyak waktu yang terbuang percuma, sehingga dalam mempresentasikan hasil diskusi tidak hanya beberapa kelompok saja yang mempresentasikannya di depan kelas.4). Refleksi Siklus IIBerdasarkan analisis terhadap hasil tes siswa pada siklus II dapat diketahui bahwa hasil tes siswa sudah meningkat dibandingkan hasil tes siswa pada siklus I. Pada siklus I nilai rata-rata siswa 6,4 dan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal 44,44% dengan kriteria Belum Tuntas meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata siswa menjadi 8,0 dan persentase ketuntasan belajar secara klasikal 93,33% dengan kriteria Tuntas. Berdasarkan data yang diperoleh di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing pada pokok bahasan sumber daya alam dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini berarti bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam proses pembelajaran IPA mempunyai pengaruh yang positif yaitu meningkatkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Pada analisis terhadap aktivitas siswa dan guru terjadi peningkatan keaktifan dan partisipasi siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat pada analisis data observasi aktivitas guru pada siklus I diperoleh skor 22 dengan kriteria Baik dan meningkat pada siklus II dengan skor 23 dengan kriteria Baik. Sedangkan untuk data observasi aktivitas siswa diperoleh skor 11 dengan kriteria Cukup dan meningkat pada siklus II dengan skor 17 dengan kriteria Baik.Jadi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa melalui peningkatan tugas afektif, kognitif dan psikomotor siswa.

B. PembahasanBerdasarkan hasil akhir dari penelitian yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus pada pembelajaran IPA tentang sumber daya alam dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing subyek penelitian siswa kelas IV SD Negeri 22 Kota Bengkulu dapat memperbaiki proses pembelajaran yaitu dengan meningkatnya ketuntasan belajar siswa secara klasikal dan meningkatkan keaktifan siswa dan guru serta meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPA khususnya tentang sumber daya alam.Dari hasil analisis data tes siswa, persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dan observasi terhadap aktivitas guru dan siswa pada proses pembelajaran siklus I dan siklus II yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pembelajaran IPA tentang sumber daya alam ternyata dapat menjadi lebih baik. Artinya terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa, persentase ketuntasan belajar secara klasikal, serta rata-rata skor aktivitas guru dan siswa pada siklus II. Dari hasil analisis data tes siswa terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa yaitu dari 6,4 pada siklus I meningkat menjadi 8,0 pada siklus II. Sedangkan pada persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal juga terjadi peningkatan yaitu dari 44,44% pada siklus I meningkat menjadi 93,33% pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal meningkat sebesar 48,89%. Ini berarti bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri telah dilaksanakan dengan baik.Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa pada waktu melakukan kegiatan inkuiri tentang sumber daya alam. Siswa dapat menemukan pengetahuannya sendiri, contohnya siswa dapat menjelaskan dampak dari pengambilan bahan alam tanpa pelestarian, Selain itu siswa berani menguraikan pendapatnya tentang sumber daya alam pada saat siswa secara berkelompok menyajikan hasil kerja kelompoknya. Sehingga nilai tes siswa mengalami peningkatan yang cukup baik.Dari data hasil observasi terhadap aktivitas guru dan siswa pada siklus I dan II terdapat peningkatan rata-rata skor. Pada aktivitas guru dari skor 22 pada siklus I meningkat menjadi 23 pada siklus II. Sedangkan untuk aktivitas siswa dari skor 11 pada siklus I meningkat menjadi 17 pada siklus II. Dengan adanya peningkatan rata-rata skor terhadap aktivitas guru dan siswa tersebut berarti bahwa aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing sudah dilaksanakan dengan baik, meskipun demikian pada lembar observasi guru dan siswa masih terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk pembelajaran selanjutnya.Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing terlihat bahwa aktivitas guru dan siswa sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam melakukan penemuan dengan diskusi kelompok sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Ini berarti bahwa siswalah yang aktif dalam mencari dan menemukan serta memecahkan masalah dan guru hanya memberikan motivasi dan memfasilitasi kegiatan siswa. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran inkuri terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar dan potensi intelektual siswa. Jika siswa telah berhasil dalam penemuannya, siswa akan memperoleh kepuasan intelektual yang datang dari diri siswa sendiri yang merupakan suatu hadiah intrinsik. Belajar dengan melakukan penemuan hanya dapat dicapai secara efektif melalui proses melakukan penemuan, sehingga pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing akan memperpanjang proses ingatan siswa dan hal-hal yang telah dipelajari akan lebih dapat diingat dan menyenangkan bagi siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Winataputra (1993:224) yang menyatakan bahwa:Model pembelajaran inkuiri merupakan cara belajar yang menuntut keaktifan siswa sehingga siswa dapat belajar menemukan pengetahuannya sendiri. Model pembelajaran inkuiri memiliki kelebihan-kelebihan antara lain: 1). Model pembelajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi oleh guru kepada siswa dimana proses mentalnya berkadar rendah, menjadi pembelajaran yang menekankan kepada proses pengolahan informasi sebagai suatu proses mental berkadar tinggi. 2). Pembelajaran berubah dari pembelajaran yang terfokus pada guru menjadi bentuk pembelajaran yang terfokus pada siswa, guru memberikan kebebasan belajar kepada siswa dan peran guru lebih banyak bersifat membimbing. 3). Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide secara lebih baik. 4). Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dalam transfer konsep yang dimilikinya kepada situasi-situasi proses belajar yang baru. 5). Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri. 6). Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik. 7). Kegiatan belajar inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep sendiri (self-concef) pada diri siswa. 8). Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar. 9). Dapat memperdalam dan memperkaya meteri yang dipelajari sehingga retensinya menjadi lebih baik.Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pokok bahasan sumber daya alam dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini berarti bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam proses pembelajaran IPA mempunyai pengaruh yang positif yaitu meningkatkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Jadi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri melalui terbimbing dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa melalui peningkatan tugas afektif, kognitif dan psikomotor siswa.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanDari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain: 1. Proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatklan prestasi belajar siswa di kelas IV SD Negeri 22 Kota Bengkulu. Hal ini terlihat dari data tes siswa pada siklus I nilai rata-rata siswa 6,4 dan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal 44,44% dengan kriteria Belum Tuntas meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata siswa menjadi 8,0 dan persentase ketuntasan belajar secara klasikal 93,33% dengan kriteria Tuntas.2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keaktifan dan partisipasi siswa dan guru dalam pembelajaran. Hal ini terlihat pada analisis data observasi aktivitas siswa diperoleh skor 11 dengan kriteria Cukup dan meningkat pada siklus II dengan skor 17 dengan kriteria Baik. Sedangkan untuk data observasi aktivitas guru pada siklus I diperoleh skor 22 dengan kriteria Baik dan meningkat pada siklus II dengan skor 23 dengan kriteria Baik.

B. SaranBerdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka peneliti menyarankan kapada guru IPA khususnya bagi sekolah dasar untuk menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dalam proses pembelajaran IPA terutama pada pokok bahasan sumber daya alam. Untuk lebih mengoptimalkan kegiatan pembelajaran serta meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, maka penelitian selanjutnya disarankan:1. Perlunya pengalokasian waktu yang tepat dalam kegiatan pembelajaran agar waktu tidak banyak terbuang percuma.2. Perlunya memotivasi siswa yang kurang aktif dalam berdiskusi agar terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa dengan siswa.3. Model pembelajaran inkuiri terbimbing perlu diterapkan dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran IPA karena materi-materi pada pembelajaran IPA dapat lebih mudah disampaikan kepada siswa apabila menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing ini siswa dituntut untuk menjadi lebih aktif baik secara fisik, mental maupun sosial, sehimgga terjadi interaksi yang baik antara siswa dengan siswa dan siswa juga termotivasi untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri.

DAFTAR PUSTAKAAnitah, Sri, dkk. 2004. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Depdiknas

Asyari, Muslichach. 2006. Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat. Jakarta: Depdiknas.Arikunto, S. dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Depdiknas. 2006. Kurikulum KTSP 2006. Jakarta: Depdiknas

http://kpicenter.web.id/neo/content/view.

http://pasca.uns.ac.id/mod.php?mod=publisher&op=v

Sagala, Syaiful, 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sumantri dan Permana. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud

Wardani, I. G. A. K dkk. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.Winataputra, Udin. S. 1994. Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Depdikbud.

Winkel. W.S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia