pkp ipa pak jejep

68
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dan perubahan konsep dalam kurikulum IPA sudah mengalami beberapa penggantian nama dari IPA menjadi pengetahuan alam, sains dan kembali ke IPA. Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi secara global telah mengalami berbagai perkembangan. Hal ini dapat dilihat dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari yang terjadi di lingkungan sekitar kita. IPA bertujuan untuk menyiapkan peserta didik agar tanggap menghadapi lingkungannya, karena dengan belajar IPA siswa belajar memahami fenomena-fenomena alam yang terjadi di lingkungannya. Sejalan dengan itu Samatowa (2006:78) mengemukakan bahwa ”dengan belajar IPA, dapat meningkatkan kemampuan siswa ke arah sikap dan kemampuan yang baik dan berguna bagi slingkungannya”. Belajar IPA bukan hanya sekedar menghafalkan konsep dan prinsip IPA. Melainkan dengan pembelajaran IPA diharapkan siswa dapat memiliki sikap dan kemampuan yang berguna bagi dirinya dalam memahami perubahan yang terjadi di lingkungannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Khairudin dan Soedjono (2005: 15) yang mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran IPA yaitu (1) mengembangkan kognitif siswa, (2) mengembangkan afektif siswa, (3) mengembangkan psikomotorik siswa, (4)

Upload: satria-putra-bangsawan

Post on 04-Aug-2015

691 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pkp Ipa Pak Jejep

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan dan perubahan konsep dalam kurikulum

IPA sudah mengalami beberapa penggantian nama dari IPA menjadi

pengetahuan alam, sains dan kembali ke IPA. Ilmu Pengetahuan Alam dan

Teknologi secara global telah mengalami berbagai perkembangan. Hal ini

dapat dilihat dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari yang terjadi di

lingkungan sekitar kita. IPA bertujuan untuk menyiapkan peserta didik agar

tanggap menghadapi lingkungannya, karena dengan belajar IPA siswa belajar

memahami fenomena-fenomena alam yang terjadi di lingkungannya. Sejalan

dengan itu Samatowa (2006:78) mengemukakan bahwa ”dengan belajar IPA,

dapat meningkatkan kemampuan siswa ke arah sikap dan kemampuan yang

baik dan berguna bagi slingkungannya”.

Belajar IPA bukan hanya sekedar menghafalkan konsep dan prinsip

IPA. Melainkan dengan pembelajaran IPA diharapkan siswa dapat memiliki

sikap dan kemampuan yang berguna bagi dirinya dalam memahami perubahan

yang terjadi di lingkungannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Khairudin dan

Soedjono (2005: 15) yang mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran IPA

yaitu (1) mengembangkan kognitif siswa, (2) mengembangkan afektif siswa,

(3) mengembangkan psikomotorik siswa, (4) mengembangkan kreativitas

siswa, dan (5) melatih siswa berfikir kritis.

Dari beberapa tujuan pembelajaran IPA yang telah dikemukakan

sebelumnya terlihat bahwa hasil belajar IPA sangat diharapkan tercermin dari

kemampuan siswa bersikap dan bertingkah laku yang baik, dalam memahami

fenomena-fenomena alam yang terjadi dilingkungannya. Oleh karena itu guru

atau pendidik perlu merancang suatu rencana pembelajaran yang menarik bagi

siswa, sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPA dapat

tercapai. Von Glasersfeld (Suparno, 1997: 12) mengemukakan bahwa salah

satu faktor yang menentukan prestasi dan hasil belajar mengajar IPA adalah

faktor kemampuan guru menerapkan dan mengembangkannya dalam kegiatan

belajar mengajar IPA yang antara lain:

Guru perlu belajar mengerti cara berfikir siswa sehingga dapat

membantu memodifikasinya. Baik dilihat dari jalan berfikir mereka mengenai

Page 2: Pkp Ipa Pak Jejep

2

suatu persoalan yang ada. Guru perlu menanyakan kepada siswa bagaimana

mereka mendapatkan jawabannya. Ini adalah cara yang baik untuk

menemukan pemikiran mereka dan membuka jalan untuk menjelaskan

mengapa suatu jawaban tidak berlaku untuk keadaan tertentu.

Seorang guru hendaknya memandang pembelajaran IPA tidak

hanya menekankan pada hasil tetapi juga menekankan pada proses untuk

memahami konsep dan prinsip tersebut, sehingga dapat membantu siswa

untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar

(Depdiknas, 2006: 3). Jika guru dalam mengajarkan konsep IPA lebih

menekankan pada proses maka siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri

untuk memahami masalah atau objek yang diamati dapat membawa dampak

positif bagi kemajuan belajar siswa yang berorientasi pada peningkatan hasil

dan prestasi belajar siswa. Hal ini relevan juga dengan yang dikemukakan oleh

Hasbullah (2004: 3) bahwa pembelajaran adalah suatu upaya membantu siswa

mengkontruksi (membangun) konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu

pengetahuan dengan kemampuannya sendiri melalui internalisasi sehingga

konsep dan prinsip itu terbangun kembali. Berdasarkan hal tersebut di atas

guru perlu merancang dan melaksanakan suatu pembelajaran yang

memungkinkan siswa mengkonstruksi pemikirannya sendiri untuk

menemukan konsep dan prinsip IPA tersebut serta mengetahui untuk apa

konsep tersebut dipelajari. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa

mengkonstruksi pemikirannya sendiri, siswa dapat belajar lebih aktif, kreatif,

menumbuhkan kesan bermakna bagi siswa, sehingga hasil belajar yang

diharapkan dalam pembelajaran IPA dapat tercapai.

Salah satu kajian materi yang tercantum dalam Kurikulum Satuan

Pendidikan (KTSP) pembelajaran IPA di sekolah dasar (SD) kelas IV adalah

konsep gaya yang harus dikuasai oleh siswa karena materi tersebut sangat

dekat dengan lingkungan keseharian siswa. Namun kenyataan di SD konsep

gaya belum dapat dikuasai siswa sepenuhnya dengan baik. Hal ini dibuktikan

dengan temuan pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Maret

2011 di kelas IV SD Negeri Sukamaju I Pusat Pembinaan Pendidikan TK/SD

Kecamatan Tanggeung Kabupaten Cianjur. Peneliti melakukan observasi,

wawancara dan tes langsung kepada para siswa di kelas IV tersebut. Dari

observasi yang dilakukan dalam situasi belajar mengajar, peneliti memperoleh

data sebagai berikut: (1) guru dalam mengajarkan konsep gaya kepada siswa

Page 3: Pkp Ipa Pak Jejep

3

kurang melibatkan siswa secara aktif dalam interaksi belajar mengajar

sehingga siswa kurang termotivasi dalam belajar, (2) guru kurang

membimbing siswa dalam mengkonstruksi pemikirannya untuk memahami

konsep gaya melalui kegiatan mengamati dan menemukan, (3) guru kurang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk memanipulasi alat peraga dalam

memahami konsep gaya

Selain dari observasi dan wawancara yang dilakukan, peneliti

memberikan soal kepada siswa kelas IV SD Negeri Sukamaju I untuk

mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep gaya. Tampak bahwa siswa

kurang memahami konsep gaya. Hal ini terlihat dari ketidakmampuan siswa

menyelesaikan soal yang diberikan.

Berdasarkan realita yang ada, dalam mengajarkan IPA didominasi o

leh proses belajar mengajar dengan ceramah-ceramah dan dikte materi dari -

buku teks sehingga IPA terlihat hanya sebuah kumpulan materi semata. Kita

mengenal Manajemen Barbasis Sekolah (MBS), Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK), Quantum Teaching, Life Skill, Contextual Teaching and

Learning (CTL), Pakem dan masih banyak yang lainnya merupakan upaya

pembelajaran yang sedang populer diterapkan para pengajar dalam upayanya

meningkatkan kualitas pembalajaran. Sayangnya pembaharuan ini masih

belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga tidak mampu menyelesaikan

akar dari permasalahan. Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan

dasar bertujuan untuk meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.

Pengembangan pembelajaran sudah sangat baik untuk sebuah harapan

perbaikan mutu pendidikan. Namun demikian kelemahan dalam penerapannya

adalah guru sebagai pengajar masih miskin dan tidak adak keberanian untuk

improvisasi. Langkah-langkah inovasi pembelajaran harus didukung pula oleh

inovasi penggunaan alat peraga yang dapat menarik dan menantang siswa

dalam pencapaian taksonomi pembelajaran.

Guru merupakan komponen proses yang utama, sebab guru adalah

pelaksana dalam proses pembelajaran. Agar guru mampu melaksanakan tugas

dengan baik, guru harus menguasai berbagai kemampuan. Salah satu

kemampuan yang harus dikuasai adalah mengembangkan diri secara

profesional. Ini berarti guru tidak hanya dituntut menguasai dan menyajikan

Page 4: Pkp Ipa Pak Jejep

4

materi pelajaran, mampu mengembangkan potensi peserta didik semaksimal

mungkin, akan tetapi guru juga dituntut untuk mampu melihat/menilai hasil

kenerjanya sendiri.

Pembelajaran yang berhasil ditunjukan oleh dikuasainya materi

pelajaran oleh siswa yang dinyatakan dengan nilai. Pada semester I tahun

2010-2011 ini penulis menemukan masalah dalam pembelajaran IPA“ Gaya”.

Nilai rata-rata hasil belajar siswa dari mata pelajaran tersebut hanya mencapai

60% dan siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil temuan di atas, hal itulah yang menyebabkan

rendahnya hasil belajar siswa akan konsep gaya di sekolah dasar. Jika masalah

tersebut tidak dapat diatasi maka akan berdampak buruk bagi kontruksi

pemahaman siswa,terutama pada mutu dan kualitas pembelajaran IPA. Oleh

karena itu, peneliti bermaksud untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan

mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Optimalisasi

Penggunaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas IV SD Negeri Sukamaju I

Kecamatan Tanggeung Kabupaten Cianjur pada Pembelajaran Konsep Gaya”.

1. Identifikasi Masalah

Dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru dan

melalui refleksi diri ditemukan beberapa masalah yang merupakan faktor

penyebab rendahnya nilai rata-rata yang diraih siswa, yaitu :

a. Siswa kurang memahami dan menguasai tentang konsep “GAYA”;

b. Siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran;

c. Hasil belajar siswa kurang memuaskan.

2. Analisis Masalah

Melalui diskusi dengan teman sejawat terungkap beberapa faktor

penyebab rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi, yaitu :

a. Penggunaan alat peraga kurang maksimal.

b. Penjelasan materi yang disampaikan tidak sistematis dan terlalu cepat.

c. Kurang memberikan bimbingan dalam proses pembelajaran.

d. Kurangnya kesempatan siswa untuk mengembangkan potensinya.

e. Guru terlalu dominan dalam proses pembelajaran

Page 5: Pkp Ipa Pak Jejep

5

B. Rumusan Masalah

Masalah yang menjadi fokus perbaikan adalah :

1. Bagaimana aktivitas bertanya siswa kelas IV SD Negeri Sukamaju I

dalam pembelajaran konsep gaya melalui pendekatan Contextual Teaching

and Learning (CTL)?

2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Sukamaju I dalam

pembelajaran konsep gaya melalui pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL)?

Setelah melakukan refleksi diri dan berdiskusi dengan teman sejawat,

maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimana optimalisasi pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar

siswa di kelas IV SDN Sukamaju I pada pembelajaran konsep gaya?

C. Tujuan Perbaikan

Tujuan perbaikan dalam perbaikan pembelajaran ini adalah untuk

mengoptimalisasikan penerapan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) dalam meningkatkan hasil belajar siswa terhadap konsep gaya

di kelas IV SD Negeri Sukamaju I. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui aktivitas bertanya siswa kelas IV SD Sukamaju I pada mata

pelajaran IPA dalam konsep gaya setelah optimalisasi penggunaan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

b. Mengidentifikasi hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Sukamaju I pada

pembelajaran konsep gaya siswa setelah optimalisasi penggunaan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

D. Manfaat Perbaikan

1. Manfaat Penelitian bagi siswa adalah :

a. Meningkatkan motivasi belajar siswa;

b. Siswa memiliki keberanian bertanya dan mengeluarkan pendapat;

c. Meningkatkan rasa percaya diri siswa akan kemapuannya;

d. Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.

2. Manfaat Penelitian bagi guru adalah :

a. Tidak terpaku pada buku sumber saja, tetapi akan terinspirasi untuk

memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber pembelajaran;

Page 6: Pkp Ipa Pak Jejep

6

b. Termotivasi untuk menggunakan media dan metode pembelajaran

yang tepat sesuai dengan karakterisktik mata pelajaran yang

disampaikan dan sesuai dengan usia peserta didik;

c. Dapat memperbaiki proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan

kualitas pembelajaran yang dikelolanya ke suasana pembelajaran yang

lebih bermakna;

d. Dapat meningkatkan keprofesionalan guru dalam membimbing siswa

belajar secara benar.

3. Manfaat Penelitian bagi sekolah adalah :

a. Sekolah akan lebih meperhatikan pentingnya menyediakan sarana

prasarana untuk proses belajar mengajar secara lebih professional baik

di dalam kelas maupun di luar kelas;

b. Dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah mulai dari

pembelajaran dalam kelas.

4. Manfaat Penelitian bagi peneliti adalah :

a. Dapat meningkatkan wawasan dan pengalaman dalam melakukan

penelitian tindakan kelas.

b. Lebih dewasa untuk lebih berhati-hati mengambil kesimpulan dari

suatu fenomena sebelum melakukan penelitian.

c. Menyadari bahwa kurikulum itu bukan tujuan dari pembelajaran

tetapi merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan.

Page 7: Pkp Ipa Pak Jejep

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Karakteristik Siswa SD

Siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu komponen yang

menempati posisi sentral dalam sistem proses belajar mengajar. Mereka

menjadi pokok persoalan dan tumpuan perhatian. Sebagai individu, siswa SD

memiliki karakteristik yang menggambarkan pola perilaku dan kemampuan

sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan

pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. “Karakteristik yang paling menonjol

dari anak usia SD mereka berada dalam tahap perkembangan konkret

operasional” (Djiwandono, 2002 : 86).

Uraian tentang gambaran perkembangan anak usia SD dikemukakan

dalam Development Appropriate Practice (1992).

Bahwa dalam periode ini anak memiliki ciri antara lain: a). Belajar dari apa yang dekat dan dapat dijangkau anak, b). Menampakkan diri jenjang yang serba faktual (Operasional Kongkrit), c). Memikirkan segala sesuatu yang dipelajari sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu (Holistik dan integrative), d). Melakukan aktivitas belajar penuh bermakna (Meaningfull) melalui proses manipulatif sambil bermain.Pembelajaran IPA juga harus sesuai dengan karakteristik

perkembangan kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan

oleh Piaget (Nasution, 2008 : 33) bahwa perkembangan kognitif individu

melewati empat tahapan, yaitu :

1. Tahapan sensori motor (± 0 – 2 tahun);

2. Tahapan praoprasional (± 2 – 7 tahun);

3. Tahapan oprasional (± 7 – 12 tahun); dan

4. Tahapan oprasional formal (± 12 – 15 tahun);

Setiap individu mengalami perkembangan melalui tahapan-tahapan

tersebut, namun kecepatan perkembangan setiap individu berbeda-beda

tergantung pada proses pertumbuhan dan perkembangan kognitif masing-

masing. Usia anak sekolah dasar pada umumnya berada pada tahapan

operasional konkrit artinya siswa berfikir atas dasar pengalaman nyata. Siswa

belum mampu berfikir abstrak, kalaupun mampu berfikir abstrak, terlebih

dahulu harus didahului oleh pengalaman konkrit. Jadi tahapan operasional

konkrit ini adalah tahap kemampuan berfikir siswa dalam pencapaian konsep

yang bersifat abstrak harus dikaitkan dengan hal-hal yang konkrit.

Page 8: Pkp Ipa Pak Jejep

8

Dengan demikian untuk memudahkan siswa dalam mempelajari

konsep gaya di kelas IV sekolah dasar diperlukan suatu pendekatan

pembelajaran yang ditunjang oleh media pengajaran yang bersifat konkrit.

Pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan CTL karena siswa untuk

mendapatkan informasi-informasi atau pengetahuan melalui pembelajaran

langsung berhadapan dengan media nyata, bermakna dan sesuai dengan aspek

kehidupan sehari-hari dan masa yang akan datang.

Pendapat di atas sesuai dengan teori Ausubel (Sukmara, 2005 : 79)

pembelajaran bermakna merupakan kegiatan pembelajaran yang menitik

beratkan pada kegunaan pengalaman belajar bagi kehidupan dunia nyata

siswa, guru dituntut mampu meyakinkan secara realistis tentang suatu

pengalaman belajar dengan menekankan pada siswa aktif dan memotivasi

belajar yang tinggi pada siswa.

Pada pembelajaran IPA pun perlu ditunjang oleh kegiatan

pengamatan dan percobaan sebagaimana dikatakan oleh Powler (Samatowa,

2006 : 2) IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam

dan kebendaan yang sistematis tersusun secara teratur berlaku umum berupa

kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen.

Dengan demikian untuk membelajarkan anak agar lebih meningkat

kemampuan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikapnya guru perlu

menerapkan kegiatan pengamatan, percobaan dan diskusi pada mata pelajaran

IPA secara berkelanjutan. Berdasarkan fakta di lapangan peneliti memperoleh

keterangan bahwa pembelajaran IPA khususnya pada konsep gaya belum

mampu meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa yang maksimal

dikarenakan penggunaan pendekatan pembelajaran dan sistem evaluasi yang

tidak sesuai dan kurang variatif. Dengan melihat kenyataan tersebut maka

solusi yang dapat digunakan diantaranya menerapkan pendekatan CTL karena

siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran melalui interaksi

dengan aspek kehidupan dunia nyata melalui kegiatan pengamatan, percobaan

dan diskusi sehingga memperoleh kesimpulan dari hasil proses

pembelajarannya.

B. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

1. Pengertian Pendekatan CTL

Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti

”hubungan, konteks, suasana dan keadaan (konteks)”. (KUBI, 2002 : 519).

Page 9: Pkp Ipa Pak Jejep

9

Sehingga Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diartikan sebagai

suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. Secara umum

contextual mengandung arti yang berkenan, relevan, ada hubungan atau kaitan

langsung, mengikuti konteks, yang membawa maksud, makna, dan

kepentingan.

Menurut Depdiknas (2003 : 5) Contextual Teaching and Learning adalah “konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari ”.

Pendekatan CTL diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses

pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan

mengalaminya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar,

apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya.

Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi kehidupannya nanti.

Dalam kelas kontekstual, guru berusaha membantu siswa mencapai tujuan.

Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi

informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang

bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru

bagi siswa. Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan menemukan

sendiri bukan meniru kata guru.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau

menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan

dengan sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.

Guru dapat memberi siswa tangga yang dapat membantu siswa mencapai

tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa

sendiri yang memanjat tangga tersebut ( Depdiknas, 2006 : 4 ).

CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses

keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang

dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga

mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari

konsep di atas terdapat tiga hal yang harus kita pahami : Pertama, CTL

menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi,

artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung.

Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi

yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk

Page 10: Pkp Ipa Pak Jejep

10

dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan

kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan

materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi

itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya

akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah

dilupakan. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam

kehidupan. Artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami

materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat

mewarnai kehidupan sehari-hari.

2. Asas-Asas Pendekatan CTL

a. Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun

pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.

Menurut pengembang filsafat konstruktivisme Mark Baldawin dan

diperdalam oleh Jean Piaget menganggap bahwa pengetahuan itu

terbentuk bukan hanya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan

individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya.

Siswa perlu dikondisikan untuk terbiasa memecahkan masalah,

menemukan hal – hal yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan

gagasan – gagasan. Guru tidak akan mampu memberikan semua

pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di

benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah bahwa siswa

harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke

situasi lain, dan dapat dijadikan milik mereka sendiri. Dengan dasar itu,

pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan

menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun

sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses

pembelajaran (Sanjaya : 2006).

b. Inkuiri

Asas kedua dalam pembelajaran CTL adalah inkuiri. Artinya,

proses pembelajaran didasarkan pada pencapaian dan penemuan melalui

proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta

hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.

Page 11: Pkp Ipa Pak Jejep

11

Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah

mempersiapkan sejumlah materi yang hatus dihafal, akan tetapi merancang

pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri

pengetahuan yang harus dipahaminya.

c. Bertanya ( Questioning )

Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab

pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan

setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan

kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran melalui

CTL, guru tidak menyampaikan jawaban atas pertanyaan siswa begitu

saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan jawaban dari

pertanyaannya sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab

melalui pertanyaan – pertanyaan guru dapat membimbing dan

mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya

Kegiatan ”bertanya” menjawab permasalahan oleh gaya

pendidikan lama dianggap sebagai ” tong kosong nyaring bunyinya ” atau

” berbicara adalah perak tetapi diam adalah emas ”. Siswa yang banyak

bertanya sering kali tidak ditanggapi dengan positif oleh guru maupun

teman – temannya. Kelas bukan merupakan tempat yang aman untuk ”

berbuat kesalahan ” dan eksplorasi. Anak kecil dalam kepoloson

belajarnya justru sering kali bertanya banyak hal yang terkadang

membingungkan orang tua seperti ” Kenapa langit warnanya biru ?

Bagaimana adik bisa berada di perut Ibu? ”. Sekali lagi seiring perjalanan

pendidikan kita, kepolosan dan kekritisan tidak semakin terasah tetapi

justru sebaliknya. Siswa akhirnya menjadi malas dan bahkan apatis

terhadap kegiatan belajar yang dirasakannya sebagai siksaan.

d. Masyarakat Belajar ( Learning Community )

Konsep masyarakat belajar (learning community) dalam CTL

menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan

orang lain. Kerjasama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik

dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang

terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing

dengan orang lain, antar teman-teman , antar anggota kelompok; yang

Page 12: Pkp Ipa Pak Jejep

12

sudah tahu memberi tahu kepada yang belum tahu, yang pernah memiliki

pengalaman membagi pengalamannya kepada orang lain. Inilah hakekat

dari masyarakat belajar, masyarakat yang saling berbagi. Pembelajaran

yang baik adalah pembelajaran yang terjadi dalam suasana bersifat sosial.

e. Pemodelan ( Modeling )

Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran

dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh

setiap siswa, misalnya : Guru memberikan contoh bagaimana cara

mengoperasikan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah

kalimat asing, guru olah raga memberikan contoh bagaimana cara

melempar bola, guru kesenian memberikan contoh bagaimana cara

memainkan alat musik, guru biologi memberikan contoh bagaimana cara

menggunakan termometer, dan lain sebagainya.

Proses modeling tidak sebatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga

memanfaatkan siswa yang dinggap memiliki kemampuan, misalnya siswa

yang pernah menjadi juara dalam membaca puisi dapat disuruh untuk

menampilkan kebolehannya di depan teman – temannya, dengan demikian

siswa dapat dianggap sebagai model. Modeling merupakan asas yang

cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa

dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretis-abstrak yang dapat

memungkinkan terjadinya verbalisme.

f. Refleksi ( Reflection )

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau

berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu.

Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengalaman

yang baru diterima, misalnya ketika pelajaran berakhir siswa merenung

kalau begitu, cara saya menyimpan file selama ini salah, mestinya dengan

cara yang baru saya pelajari sehingga file dalam komputer saya lebih

tertata.

Pengetahuan diperoleh melalui proses, pengetahuan yang dimiliki

siswa diperluas melalui konteks pembelajaran yang kemudian diperluas

sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan

antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang

Page 13: Pkp Ipa Pak Jejep

13

baru. Dengan begitu siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi

dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. Selama ini siswa menjalani

pembelajaran dengan statis dan tanpa variasi. Jarang sekali mereka diberi

kesempatan untuk ” diam sejenak ” dan berpikir tentang apa yang baru

saja mereka lakukan atau pelajari.

g. Penilaian Nyata ( Authentic Assessment )

Proses pembelajaran konvensional yang sering dilakukan guru

pada saat ini, biasanya ditekankan pada pengembangan aspek intelektual

sehingga alat evaluasi yang digunakan terbatas pada penggunaan tes.

Dengan tes dapat diketahui seberapa jauh siswa telah menguasai materi

pelajaran. Dalam CTL, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan

oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi

perkembangan seluruh aspek dalam diri siswa , meliputi sosial emosional,

keterampilan fisik psikomotorik. Oleh sebab itu, penilaian keberhasilan

tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti tes, akan tetapi juga

proses belajar melalui penilaian nyata. Penilaian nyata (Authentic

Assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan

informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa pada

seluruh aspek dalam diri siswa.

Adapun langkah-langkah atau tahapan pembelajaran kontekstual

menurut Elaine, BJ (Sotardi, 2008:105) meliputi empat tahapan, yaitu:

1) Tahap invitasi, siswa didorong agar mengembangkan pengetahuan

awal dengan memberikan pertanyaan yang problematik pada

kehidupan sehari-hari, melalui kaitan konsep-konsep yang dibahas,

dengan pendapat yang mereka miliki. Siswa diberi kesempatan untuk

mengkomunikasikan, mengikutsertakan pemahaman tentang konsep

gaya.

2) Tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan

menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian,

penginterpretasi data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang oleh

guru. Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan diskusi tentang

masalah yang ia bahas. Tahap ini akan memenuhi rasa ingin tahu siswa

tentang fenomena kehidupan nyata dari lingkungan sekitarnya.

Page 14: Pkp Ipa Pak Jejep

14

3) Tahap penjelasan dan solusi, pada saat ini siswa memberikan

penjelasandan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya

ditambah dengan penguatan dari guru, maka siswa dapat

mengumpulkan gagasan, membuat model, dan membuat rangkuman

serta ringkasan hasil pekerjaan.

4) Tahap pengambilan tindakan (Aplikasi), siswa dapat membuat

keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai

informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan

saran baik secara individu mauppun secara berkelompok yang

berhubungan dengan pemecahan masalah.

C. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya. Untuk mengetahui hasil belajar dapat

dilakukan dengan kegiatan penilaian. Menurut Schwartz (Hamalik,

1999:157) penilaian adalah ”suatu program untuk memberikan pendapat

dan penentuan arti atau faedah suatu pengalaman”. Yang dimaksud

dengan pengalaman adalah pengalaman yang diperoleh dari proses

pendidikan. Maka penilaian adalah suatu upaya untuk memeriksa sejauh

mana siswa telah mengalami kemajuan belajar atau telah mencapai tujuan

belajar dan pembelajaran.

Penilaian adalah pengungkapan karakteristik siswa sebagai peserta

didik dalam menguasai kompetensi dasar yang diajarkan dalam proses

pembelajaran. Dengan menggunakan indikator standar kompetensi,

materi pokok, pengalaman belajar, indikator keberhasilan dan instrumen

penilaian, hasil belajar dapat dikembangkan.Penilaian hasil belajar dalam

KTSP dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar,

penilaian akhir, satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, dan

penilaian program (Mulyasa, 2007:258).

1. Penilaian Kelas

Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum,

dan ujian akhir. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses

pembelajaran dalam kompetensi dasar tertentu. Ulangan harian ini terdiri

dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dam tugas-

Page 15: Pkp Ipa Pak Jejep

15

tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas.

Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap semester.

Prosedur evaluasi yang dinilai yaitu berupa tes pross dan tes akhir.

Tes proses dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung sedangkan tes

akhir dilaksanakan pada kegiatan akhir pada proses pembelajaran sebagai

evaluassi bagi siswa untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian

keberhasilan siswa dalam memahami materi yang diberikan. Adapun

butuh evaluasi kinerja yang dinilai berupa aktivitas bertanya siswa pada

saat proses pembelajaran berlangsung

Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan

dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar,

memberikan umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran, dan

penentuan kenaikan kelas.

Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari segi hasil, asumsi

dasar adalah proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar

yang optimal pula, dimana adanya korelasi antara proses pembelajaran

dengan hasil yang dicapai (Tindrayani, 2007:14).Adapun kriteria

keberhasilan pembelajaran itu menurut Sudjana (2004: 35) adalah:

Kriteria ditinjau dari sudut proses, kriteria dari sudut proses

menekankan kepada pengajaran sebagai suatu proses haruslah merupakan

interaksi dinamis sehingga siswa, sebagai subjek yang belajar mampu

mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri dan tujuan yang telah

ditetapkan tercapai secara efektif; Kriteria dari sudut hasil yang dicapai,

kriteria dari segi hasil menekankan pada tingkat penguasaan tujuan oleh

siswa baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Kedua kriteria ini tidak bisa berdiri sendiri tetapi harus merupakan

hubungan sebab akibat, dengan kriteria tersebut berarti pengajaran bukan

hanya mengejar hasil tetapi keduanya ada dalam keseimbangan.

D. Ruang Lingkup Konsep Gaya di kelas IV SD

1. Pengertian Gaya

Gaya sering diartikan “sebagai dorongan atau tarikan. Bila kita

menarik atau mendorong suatu benda” (Wahyono, 2008: 89), maka berarti

kita memberikan gaya pada benda tersebut. Untuk melakukan suatu gaya,

diperlukan tenaga. Gaya tidak dapat dilihat, tetapi pengaruhnya dapat

Page 16: Pkp Ipa Pak Jejep

16

dirasakan. Gaya ada yang kuat dan ada pula yang lemah. Makin besar gaya

dilakukan, makin besar pula tenaga yang diperlukan. Besar gaya dapat

diukur dengan alat yang disebut dinamometer. Satuan gaya dinyatakan

dalam Newton (N). Gaya dapat memengaruhi gerak dan bentuk benda.

2. Jenis-jenis Gaya

Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan gaya dengan

jenis yang berbeda satu dan yang lainnya. Gaya tarik, gaya dorong, dan

gaya gesek merupakan beberapa gaya yang dapat kita jumpai dalam

kehidupan sehari-hari. Setiap gaya yang dilakukan memerlukan tenaga.

Berdasarkan sumber tenaga yang diperlukan, gaya dibedakan menjadi

beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Gaya Otot

Gaya otot merupakan gaya yang dihasilkan oleh tenaga otot.

Contoh gaya otot adalah pada saat kita menarik atau mendorong meja, dan

menendang bola.

b. Gaya Gesek antara Dua Benda

Gaya gesek merupakan gaya yang terjadi karena bersentuhannya

dua permukaan benda. Contoh gaya gesek adalah gaya yang bekerja pada

rem sepeda. Pada saat akan berhenti, karet rem pada sepeda akan

bersentuhan.

c. Gaya Magnet

Gaya magnet merupakan gaya yang ditimbulkan oleh tarikan atau

dorongan dari magnet. Contoh gaya magnet adalah, tertariknya paku

ketika didekatkan dengan magnet. Benda-benda dapat tertarik oleh

magnet jika masih berada salam medan magnet.

d. Gaya Gravitasi

Gaya gravitasi merupakan gaya yang ditimbulkan oleh tarikan

bumi. Contoh gaya gravitasi adalah jatuhnya buah dari atas pohon dengan

sendirinya. Semua benda yang dilempar ke atas akan tetap kembali ke

bawah karena pengaruh gravitasi bumi.

Page 17: Pkp Ipa Pak Jejep

17

e. Gaya Listrik

Gaya listrik merupakan gaya yang terjadi karena aliran muatan

listrik. Aliran muatan listrik ini ditimbulkan oleh sumber energi listrik.

Contoh gaya listrik adalah bergeraknya kipas angin karena dihubungkan

dengan sumber energi listrik. Muatan listrik dari sumber energi listrik

mengalir ke kipas angin. Sehingga, kipas angin dapat bergerak.

3. Gaya Dapat Mempengaruhi Gerak Benda

Benda dapat bergerak karena adanya gaya yang bekerja pada

benda. Jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda maka benda tidak

dapat bergerak atau berubah kedudukannya. Beberapa faktor yang

mempengaruhi gerak suatu benda adalah adanya gaya gravitasi bumi dan

tarikan atau dorongan yang terjadi pada benda.

4. Gaya Dapat Mempengaruhi Bentuk Benda

Gaya yang dihasilkan oleh dorongan ataupun tarikan dapat

mengakibatkan benda bergerak. Selain menyebabkan benda bergerak, gaya

yang bekerja pada benda juga dapat mengubah bentuk benda. Tanah liat

dapat dibentuk sedemikian rupa sehingga dihasilkan keramik dan asbak

yang cantik dan menarik.

Page 18: Pkp Ipa Pak Jejep

18

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Subjek Penelitian

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Sukamaju I Kecamatan Tanggeung

Kabupaten Cianjur. Yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD

sebanyak 31 orang, yang terdiri dari 15 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa

perempuan dengan latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda, objek

dalam pelaksanaan perbaikan ini adalah implementasi dari optimalisasi

pembelajaran model CTL pada materi konsep gaya di kelas IV SD Negeri

Sukamaju I.

Pelaksanaan perbaikan ini dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu:

1. Siklus I : Selasa, 08 Maret 2011

2. Siklus II : Kamis, 10 Maret 2011

3. Siklus III : Selasa, 15 Maret 2011

B. Deskripsi Per Siklus

1. Rencana Perbaikan

Pada tahap perencanaan perbaikan hal-hal yang direncanakan

dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1) menyusun rencana pembelajaran untuk setiap pertemuan. Adapun yang

perlu dipertimbangkan dalam menyusun rencana ini adalah

menyesuaikan kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah

pendekatan CTL;

2) menyusun tes awal/tes akhir. Dalam menyusun tes awal materi

dikaitkan dengan materi yang akan diajarkan, fungsinya untuk

mengetahui sejauh mana kemampuan awal siswa terhadap pelajaran

yang akan diajarkan. Tes akhir diadakan dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat pemahaman serta hasil belajar terhadap materi

yang telah diberikan, tes ini dibuat untuk persiapan pada setiap siklus;

18

Page 19: Pkp Ipa Pak Jejep

19

3) menyusun pedoman pembelajaran untuk guru, fungsinya untuk

memudahkan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang

sesuai dengan tujuan yang terdapat dalam persiapan mengajar. Selain

itu untuk mengantisipasi kesalahan dalam menyampaikan bahan ajar

atau materi;

4) mempersiapkan rencana yang diperlukan selama proses pembelajaran,

yaitu mempersiapkan lokasi atau kelas yang akan dipakai penelitian,

mengkondisikan siswa, dan mempersiapkan alat peraga yang mungkin

bisa dipakai dalam pembelajaran;

5) mempersiapkan instrumen yang meliputi lembar observasi baik bagi

guru atau bagi siswa, lembar pengamatan untuk kegiatan kelompok,

pedoman wawancara, catatan lapangan, LKS;

2. Prosedur Pelaksanaan

a. Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti melaksanakan penelitian dengan

rencana tindakan yang terdiri dari 3 siklus, setiap siklus terdiri dari tiga

tindakan yang dilaksanaan secara continue. Dan yang lebih jelasnya

dapat dilihat dalam tabel jadwal perbaikan di bawah ini.

Tabel 3.1 Jadwal Perbaikan

Siklus

Tin

daka

n Pelaksanaan

KetHari/Tanggal

Waktu Materi

1 2 3 4 5 6Siklus I 1 Selasa, 08

Maret 201107.35-08.45 Pengertian

gayaSiklus II 1 Kamis, 10

Maret 201107.35-08.45 Pengaruh

gaya terhadap bentuk benda

Siklus III 1 Selasa, 15 Maret 2011

07.35-08.45 Bentuk benda dalam kehidupan sehari-hari

b. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pelaksanaan

perbaikan ini adalah sebagai berikut :

1) Observasi

Menurut Soedarsono (1997: 16) yang dimaksud observasi

adalah mencatat data dengan mengamati dampak proses belajar

Page 20: Pkp Ipa Pak Jejep

20

mengajar”. Jadi selama tindakan berlangsung hal-hal yang diteliti

bisa teramati dari beberapa aspek, baik aspek yang meliputi proses

pembelajarannya, guru, siswa ataupun situasi kelas pada saat

kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil observasi merupakan

bahan untuk refleksi yang akan dilakukan pada tindakan

berikutnya.

2) Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang

menuntut adanya pertemuan langsung antara peneliti dengan

sumber data (siswa). Wawancara ini dilakukan dengan

memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa yang dipilih oleh

peneliti.

Siswa yang dipilih oleh peneliti adalah siswa yang memiliki

kemampuan sedang, tinggi dan rendah. Hasil wawancara ini

digunakan sebagai data atau informasi yang dianalisis secara

kualitatif.

3) Evaluasi (Tes)

Evaluasi digunakan untuk memperoleh informasi atau data

mengani hasil belajar yang dicapai secara individual setelah

dilakukan kegiatan pembelajaran.

4) Dokumentasi

Untuk memperjelas data penelitian, digunakan kamera foto.

Rekaman gambar diperoleh dari setiap siklus yaitu pada saat

dilakukan observasi yaitu kegiatan guru dan kegiatan siswa,

wawancara guru dan siswa, siswa mengerjakan LKS,

didokumentasikan untuk dijadikan sebagai salah satu bahan

analisis.

c. Refleksi adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dan atau tidak

terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil

dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan”

(Depdikbud,1999: 44).

Pada tahap refleksi guru melakukan kegiatan merenungkan dan

mengkaji kembali secara intensif kejadian-kejadin atau peristiwa yang

menyebabkan munculnya sesuatu yang diharapkan atau tidak

Page 21: Pkp Ipa Pak Jejep

21

diharapkan. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah-

langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan.

Dengan demikian tahap refleksi merupakan sesuatu kegiatan

perenungan untuk memikirkan dan mengakui segala kekurangan dan

kesalahan yang telah terjadi selama pembelajaran, sehingga dari

kegiatan refleksi ada keterbukaan dan keinginan untuk memperbaiki

atas kekurangan tersebut.

d. Instrumen perbaikan sebagai alat pengumpulan data untuk

memperoleh data yang akurat dan lengkap yang digunakan dalam

pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Lembar Observasi

Sebagaimana diungkapkan oleh Sudjana (1990:84) bahwa “

lembar observasi adalah instrument yang digunakan untuk

mengumpulkan informasi tentang tingkah laku guru dan siswa atau

proses terjadinya suatu kegiatan yang diamati”.

Lembar observasi adalah instrument yang bisa digunakan

dalam penelitian.Untuk menjaring data yang diperlukan, lembar

observasi yang digunakan pada pelaksanaan perbaikan ini terbagi

menjadi dua bagian, yaitu :

a) lembar observasi untuk kegiatan guru, setiap tingkah laku guru

dalam proses pengelolaan diamati secara seksama, hal

demikian dimaksudkan untuk mengoreksi kekurangan yang

tidak terencana sebagai bahan perbaikan guru pda tindakan

selanjutnya.

b) lembar observasi kegiatan siswa, di dalam lembar observasi

siswa mengamati setiap kegiatan siswa mulai dari tahap

invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, sampai pada tahap

pengambilan tindakan.

2) Pedoman Wawancara

Lembar wawancara adalah instrument penelitian yang

digunakan untuk mengetahui pendapat, aspirasi, harapan, prestasi,

keinginan, keyakinan dan lain-lain, sebagai hasil belajar siswa.

(Sudjana, 1990: 67-68). “wawancara di butuhkan untuk

mengungkapkan data yang hanya dapat diungkapkan dengan kata-

kata secara lisan oleh sumbernya”.

Page 22: Pkp Ipa Pak Jejep

22

3) Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah alat pengumpulan data catatan

yang berisi peristiwa-peristiwa atau kenyataan yang spesifik dan

menarik mengenai suatu yang diamati atau terlihat secara

kebetulan (Hasan dan Zainul, 1992: 76).

4) Instrumen Tes

Tes dilaksanakan untuk memproleh gambaran tentang

prestasi belajar siswa secara individu setelah dilakukan tindakan.

Hasil tes disalin sejumlah data tentang pemahaman siswa secara

individu juga dapat mengetahui pemahaman siswa dalam mencari

dan mengolah informasi sehingga siswa dapat melakukan

penjelasan dan memberikan solusi tentang permasalahan yang

dihadapi. Instrumen tes yang penulis gunakan adalah lembar

evaluasi yang merupakan instrumen yang digunakan untuk

mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap konsep yang

dibelajarkan. Lembar evaluasi digunakan pada akhir setiap

tindakan dan dilaksanakan secara individual.

5) Lembar Penilaian Proses

Lembar penilaian proses merupakan instrumen yang

digunakan untuk menilai keterampilam dan sikap siswa selama

mengikuti pembelajaran. Lembar penilaian proses ini terdiri dari

lembar penilaian keterampilan pengetahuan alam dan lembar

penilaian sikap.

6) Kamera Foto

Kamera foto digunakan untuk merekam data hasil

penelitian dalam bentuk gambar/foto dokumentasi. Foto dilakukan

pada setiap siklus pada saat siswa melakukan diskusi di kelas,

kegiatan interaksi antara guru dan siswa berupa Tanya jawab untuk

mengolah informasi menjadi konsep pencarian solusi dari masalah

yang sedang dipelajari.

e. Mengadakan kesepakatan dengan teman sejawat dalam melakukan

teori tindakan yang harus mendapat perhatian pada waktu pelaksanaan

perbaikan berupa lembaran observasi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam.

Page 23: Pkp Ipa Pak Jejep

23

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Per Siklus

Hasil perbaikan yang diperoleh dari setiap siklus dan tindakan

dideskripsikan, dianalisis dan direfleksi untuk mengetahui hasil pembelajaran

yang telah dilaksanakan, serta dapat melihat kelebihan dan kekurangan dalam

pembelajaran tersebut, maka dari itu akan mempermudah kegiatan

pembelajaran selanjutnya.

Hasil perbaikan ini menunjukan bagaimana aktivitas serta hasil belajar

siswa di kelas IV SD Negeri Sukamaju I setelah dilakukan tindakan.

Pembahasan hasil penelitian dapat membuktikan berhasil atau tidaknya

penggunaan pendekatan CTL pada materi yang diajarkan dan tujuan

pembelajaran yang diharapkan. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada

paparan tiap dan hasil tiap siklus di bawah ini.

1. Paparan Siklus I

1) Deskripsi

Pembelajaran siklus I tindakan dilaksanakan pada hari Selasa

tanggal 8 Maret 2011 pukul 07.35 – 08.45 di kelas IV SDN Sukamaju I

Kecamatan Tanggeung Kabupten Cianjur. Materi yang disajikan adalah

menjelaskan pengertian gaya dan sifat gaya yaitu pengaruh gerak benda

terhadap bentuk benda.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru mengucapkan salam

dan siswa menjawabnya secara serempak. Setelah berdo’a guru

mengabsen jumlah siswa seluruhnya 31 orang, siswa hadir semuanya.

Selanjutnya siswa dikelompokkan menjadi 5 kelompok yang terdiri dari

6 orang. Setelah tertib duduk berkelompok lalu siswa bersiap-siap

memasuki pembelajaran IPA, peneliti menyiapkan RPP, beserta

instrumen penelitian antara lain: lembar observasi, lembar wawancara,

lembar kerja siswa, lembar evaluasi dan alat bantu (alat peraga).

Setelah diberi pengarahan, guru mengadakan apersepsi dengan

tanya jawab tentang tarikan dan dorongan untuk mengungkapkan

konsepsi awal siswa terhadap konsep tersebut, guru memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan pengalaman hidupnya

23

Page 24: Pkp Ipa Pak Jejep

24

sehari-hari yang ada kaitannya dengan konsep gaya, diantaranya sebagai

berikut : “karena sebelumnya kamu pernah belajar tentang gaya, apa yang

dimaksud dengan gaya?”. 4 orang siswa menjawab ; dorongan dan

tarikan, Pak . Pertanyaan selanjutnya “menurut kamu apa yang etrjadi

pada karet gelang jika dimainkan di jari-jari?”,semua siswa lelaki

menjawab “lunak, Pak” tetapi siswa perempuan menjawab berubah-ubah

bentuknya. Kegiatan dilanjutkan dengan memperkenalkan materi

pembelajaran dengan indikator yang akan dibahas pada lembar kerja

siswa yang akan dibagikan kepada setiap kelompok.

Pada tahap invitasi, pembelajaran dilakukan dengan tanya jawab

mengenai pengertian gaya. Ali Mohamad Sami’an menjawab gaya itu

tidak bisa dilihat tapi kita dapat merasakan pengaruhnya. Nova,

menjawab gaya itu adalah berupa dorongan.

Pada tahap eksplorasi guru melakukan Tanya jawab tentang

pengaruh gaya terhadap bentuk benda. Apakah yang dimaksud gaya?

Setiap siswa ditanya dengan cara ditunjuk, dari 31 siswa yang menjawab

benar adalah 20 orang. Kemudian dilanjutkan dengan bertanya apa saja

yang termasuk sifat gaya? Yang menjawab benar 15 orang. Selanjutnya

siswa diminta untuk menyebutkan contoh pengaruh gaya terhadap bentuk

benda? 60% dari jumlah siswa menjawab, yang lainnya harus ada

bimbingan guru.

Setelah itu guru memberikan tugas kepada kelompok yang berupa

LKS. Setiap kelompok membaca petunjuk dan perintah yang ada pada

lembar kerja siswa. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk

melakukan percobaan mengenai gaya, sementara itu siswa

mempersiapkan alat-alat untuk melakukan percobaan.

Pada tahap diskusi penjelasan dan solusi guru berperan sebagai

motivator dan fasilitator. Dalam tahap ini guru meminta siswa untuk

melaporkan hasil diskusi kelompoknya secara bergantian. Setiap

perwakilan kelompok melaporkan hasil pekerjaannya. Masih ada

sebagian dari perwakilan kelompok yang masih malu-malu untuk

melaporkan hasil diskusi kelompoknya.

Pada tahap pengambilan tindakan guru bertanya kepada siswa

tentang hubungan konsep gaya dengan konsep kehidupan sehari-hari,

siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Ada yang

Page 25: Pkp Ipa Pak Jejep

25

menjawab karet gelang jika dimainkan dijari akan berubah bentuk. Mobil

jika tabrakan akan penyok. Selanjutnya guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya.

Pada tahap kegiatan akhir guru melakukan penekanan terhadap

konsep konsep esensial melalui kegiatan tanya jawab. Siswa mencatat

konsep-konsep esensial tentang gaya. Kemudian guru membimbing siswa

untuk membuat kesimpulan tentang gaya. Setelah itu guru memberikan

tes akhir yang diberikan secara individu. Siswa mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru secara individu

2) Analisis

Setelah siklus I dilaksanakan maka kegiatan selanjutnya adalah

mengumpulkan data untuk dianalisis selama proses belajar mengajar.

Data-data tersebut adalah catatan observasi, catatan lapangan dan hasil

wawancara guru dengan siswa. Dari data-data tersebut diperoleh beberapa

temuan penting, berdasarkan lembar observasi kegiatan yang dilakukan

guru sudah sesuai dengan rencana.Temuan-temuan penting tersebut

dapat disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.1

Temuan Esensial Penelitian Siklus I

MateriTahapan Kegiatan

Temuan

1. Pengertian gaya

2. Sifat-sifat gaya

3. Pengaruh gaya terhadap bentuk benda

4. Contoh benda-benda

Apersepsi siswa terlihat memberikan respon walaupun jawabannya masih harus diluruskan

Invitasi Siswa kurang berani bertanyaEksplorasi siswa terlihat aktif dalam mencari

jawaban walaupun masih dibimbing oleh guru

Penjelasan dan solusi

Ada 2 kelompok dalam melakukan percobaan selalu menunggu bimbingan dan arahan dari guru

Pengambilan Tindakan

Ada beberapa siswa yang tidak berpartisipasi aktif dalam menjawab

Kegiatan Ahir Rata-rata hasil evaluasi proses 1,97

Rata-rata hasil belajar siswa:67.42

Page 26: Pkp Ipa Pak Jejep

26

Pada saat tanya jawab siswa terlihat memberikan respon walaupun

jawabannya masih harus diluruskan, terlihat juga ada yang ragu-ragu

dalam mengungkap gagasan. Guru tetap memberi semangat agar siswa

merasakan pengakuan keberanian dirinya yang positif. Dalam kegiatan

diskusi siswa bersemangat walaupun ada beberapa yang kurang antusias,

guru berkeliling melihat aktivitas yang dilakukan masing-masing

kelompok.

Dalam mengemukakan pendapat dan menuliskan hasil diskusi

setiap kelompok harus dipantau karena siswa belum begitu memahami

pembelajaran yang sedang mereka ikuti, jadi siswa masih harus diberi

arahan dan guru memberikan semangat agar siswa lebih giat memberikan

pertanyaan terutama dalam pembelajaran IPA.

Pada tahap eksplorasi siswa diminta untuk melakukan percobaan

sesuai dengan petunjuk yang ada dalam LKS, kemudian mencari jawaban

dari hasil diskusi dan membaca buku paket yang dimilikinya. Pada tahap

ini siswa terlihat aktif dalam mencari jawaban walaupun masih dibimbing

oleh guru. Pada tahap diskusi dan penjelasan konsep siswa cukup aktif

dan saling bertanya tentang jawaban yang akan dilaporkan didepan teman

sekelasnya.

Hasil belajar pada Siklus I yang diperoleh belum memuaskan

karena pembelajaran ini baru pertama kali dilaksanakan, sehingga masih

memerlukan waktu bimbingan dan perbaikan. Dari hasil wawancara

siswa senang mengikuti pembelajaran seperti ini karena harus membaca

buku sendiri untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam lembar kerja

siswa, kemudian diberi kesempatan bagi siswa yang tingkat

kecerdasannya tinggi untuk bertanya atau menjawab pertanyaan.

Tabel 4.2

Hasil Evaluasi Proses Siklus I Tindakan 1

No Nilai Frekuensi Jumlah Persentase

1 3 10 3032.25806451

6129%

2 2 10 2032.25806451

6129

3 1 11 1135.48387096

77419Jumlah

Rata-rata6 31 6100%

1,967741935

Page 27: Pkp Ipa Pak Jejep

27

Tabel 4.3

Hasil Evaluasi Akhir Siklus I

Nilai Frekwensi Jumlah Prosentase100 - - -

90 6 54019.354838709

6774%

80 5 40016.129032258

064570 5 350 16.13%

60 8 48025.806451612

9032

50 4 20012.9032258

064516

40 3 1209.67741935483871

Jumlah

31

2090 84,03226774193540

0%

Rata-Rata 67.4193548387097

Pada pelaksanaan siklus I dengan menggunakan pendekatan

kontekstual hasil evaluasi akhir yang diperoleh yaitu yang memperoleh

nilai ≤ KKM (60,00) ada 15 orang dan 16 orang yang nilainya di atas

KKM. Nilai rata-rata yang evaluasi akhir diperoleh siswa adalah 67.42

Sedangkan untuk penilaian proses aktivitas bertanya diperoleh nilai rata-

rata 1.97.

3) Refleksi

Setelah melakukan siklus I pembelajaran IPA konsep gaya

dengan pendekatan kontekstual, peneliti melakukan refleksi kegiatan

pelaksanaan tindakan tersebut berdasarkan data dan informasi yang

diperoleh saat mengobservasi proses kegiatan belajar mengajar. Siswa

terlihat sangat antusias dalam belajar. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor, yaitu adanya alat bantu belajar dan pengelompokkan

siswa yang cukup baik.

Page 28: Pkp Ipa Pak Jejep

28

Berdasarkan analisis yang dilakukan, hasil belajar siswa belum

memuaskan, hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai baru mencapai

67,42 dari target yang diharapkan. Aktivitas bertanya siswa juga belum

memuaskan, siswa masih malu dalam mengemukakan pendapat. Oleh

karena itu maka pada tindakan selanjutnya guru harus menciptakan

suasana akrab dan menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk

beraktivitas bertanya dan berpendapat tanpa perasaan malu dan takut,

walaupun belum sempurna.

2. Paparan Siklus II

a. Deskripsi

Pada hari Kamis tanggal 10 Maret 2011 pukul 7.35-08.45 dengan

jumlah siswa 31 orang, dilaksanakan Siklus II Tdengan materi konsep gaya

dapat mengubah bentuk benda dengan menggunakan pendekatan CTL.

Kegiatan diawali dengan mengkondisikan siswa agar siap untuk

belajar dengan cara merapikan tempat duduk, ruangan, peralatan belajar

dan sebagainya. Kemudian peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran agar

siswa tahu kemampuan yang harus dikuasainya. Peneliti kemudian guru

memberikan apersepsi dengan memberikan pertanyaan materi prasyarat

sebagai berikut: “Pernahkah kalian membuat patung/asbak,pot dari tanah

liat”. 15 orang siswa menjawab “Pernah Pak”. peneliti melanjutkan

pertanyaan “Bagaimana cara membuatnya, coba yang bisa menjawab

acungkan tangan”. 1 orang siswa menjawab “Mula-mula kita ambil tanah

liat, lalu kita tekan-tekan dengan tangan kita sehingga membentuk patung

yang kita inginkan”.

Pada tahap invitasi peneliti memperlihatkan gambar-gambar

tentang peristiwa yang membuktikan gaya dapat mengubah bentuk benda.

kemudian peneliti meminta siswa untuk mengajukan pertanyaan

berdasarkan gambar tersebut. Satu orang siswa mengacungkan tangan lalu

bertanya “Pak dalam gambar ada orang yang sedang memukul-mukul

kaleng hingga penyok, apa maksudnya Pak?”. Peneliti kemudian

melemparkan pertanyaan tersebut kepada siswa lain “Apakah ada yang bisa

menjawab pertanyaan temanmu tadi?”. Satu siswa perempuan menjawab

“Menurut saya kaleng tersebut dipukul hingga penyok karena orang

tersebut memakai tenaga atau gaya otot.

Page 29: Pkp Ipa Pak Jejep

29

Pada tahap ekplorasi, peneliti membagikan lembar kerja siswa

(LKS), kemudian siswa dibentuk dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri

dari 6 orang dengan kemampuan yang berbeda. Alasannya adalah agar

dalam kegiatan kelompok dapat berjalan dengan dengan baik dan tidak

didominasi oleh siswa yang pandai saja. Siswa kemudian melakukan

percobaan dan berdiskusi dengan panduan LKS tentang konsep gaya dapat

mengubah bentuk benda. Selama siswa berdiskusi guru berkeliling untuk

memberikan pengarahan dan bimbingan tentang kesulitan yang dihadapi

oleh siswa. Kemudian peneliti meminta siswa secara bergiliran melaporkan

hasil diskusinya di depan kelas. Salah satu hasil dikusinya adalah “Plastisin

dapat dibentuk sedemikian rupa sehingga dihasilkan berbagai bentuk yang

menarik. Gaya yang diberikan oleh tangan pada plastisin membuat bentuk

tanah liat berubah. Hal ini menunjukkan bahwa gaya juga dapat mengubah

bentuk benda.”

Pada tahap pengembangan dan aplikasi konsep, siswa diminta

untuk memberikan contoh tentang guna konsep gaya dapat merubah bentuk

benda berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Contoh guna gaya dapat

merubah bentuk benda adalah pembuatan gerabah, pembuatan bata merah,

pembuatan patung dari tanah liat”.Siswa dan guru bersama-sama

menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Kegiatan Akhir, Siswa diberi tugas post tes yang dikerjakan secara

individu. Guru kemudian menutup kegiatan pembelajaran dan siswa

diberikan PR tentang pengaruh gaya lainnya terhadap bentuk benda dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Analisis

Berdasarkan data yang diperoleh dari catatan lapangan, lembar

aktivitas siswa, lembar observasi, dan lembar wawancara terdapat beberapa

temuan penting yang terjadi selama penelitian berlangsung pada siklus II

tindakan I.

Tabel 4.4Temuan Esensial Penelitian Siklus II

Materi Tahapan Kegiatan

Temuan

Pengaruh gaya

terhadap bentuk benda

Apersepsi 15 orang siswa yang menjawab pertanyan peneliti

Invitasi 15 orang siswa sudah bertanyaEksplorasi 17 orang siswa menjawab pertanyaan

yang diberikan guru

Page 30: Pkp Ipa Pak Jejep

30

Penjelasan dan Solusi

Siswa dalam tiap-tiap kelompok bekerja sama mengerjakan lembar kerja siswa dengan baik

Guru mencoba untuk memacu siswa supaya semua siswa aktif dalam diskusi kelompok

Pengambilan Tindakan

35 siswa mulai aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan.

Kegiatan Ahir Rata-rata hasil evaluasi proses meningkat menjadi 2,35

Rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 88.06

Pada waktu kegiatan apersepsi dilaksanakan hanya ada lima belas

orang siswa yang menjawab pertanyan peneliti. Berdasarkan hal tersebut

maka pemahaman siswa tentang konsep gaya dapat merubah bentuk benda

masih rendah.

Pada waktu kegiatan awal siswa terlihat senang ketika guru

memintanya duduk dengan kelompoknya. Siswa tertarik untuk mengikuti

proses pembelajaran tentang konsep gaya dapat mengubah bentuk benda.

Pada saat siswa diminta untuk mengamati gambar tentang konsep gaya

dapat mengubah bentuk benda, pemahaman siswa sudah mulai meningkat.

Hal ini terlihat dari kegiatan tanya jawab yang dilakukan guru 17 orang

siswa menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti.

Pada waktu materi disajikan melalui LKS tentang konsep gaya

dapat merubah bentuk benda, siswa dalam tiap-tiap kelompok bekerja sama

mengerjakan lembar kerja siswa dengan baik. Dalam kegiatan diskusi

berlangsung guru mencoba untuk memacu siswa supaya semua siswa aktif

dalam diskusi kelompok. Semua siswa mendapat tugas secara merata.Siswa

memahami konsep dengan baik pada saat pemantapan. Siswa sudah mulai

terbiasa dalam melakukan dan mengungkapkan pendapat, aktivitas siswa

sudah mengarah pada pembelajaran yang diharapkan yaitu siswa belajar

dengan aktif.

Tabel 4.5Hasil Evaluasi Proses Siklus II

No Nilai Frekuensi Jumlah Prosentase

1 3 15 4548.3870967741936%

2 2 12 2438.7096774

193548

3 1 4 412.9032258

064516

Page 31: Pkp Ipa Pak Jejep

31

Jumlah 6 31 7300Rata-rata 2.3548387096774

2Tabel 4.6

Hasil Evaluasi Akhir Siklus II

No Nilai Frekuensi Jumlah Prosentase1. 100 10 10002. 90 12 10803. 80 4 3204. 70 3 2105. 60 2 120

JUMLAH 31 2730Rata-rata 88.064516129

0323

Pada pelaksanaan siklus II dengan menggunakan pendekatan

kontekstual hasil evaluasi akhir yang mendapat nilai di bawah atau sama

dengan KKM yaitu 2 orang. Namun, kali ini ada siswa yang memperoleh

nilai 100. Nilai rata-rata evaluasi akhir yang diperoleh siswa adalah 88.06.

Sedangkan untuk penilaian proses diperoleh nilai rata-rata 2,35.

c. Refleksi

Setelah melakukan siklus II pembelajaran IPA dengan pendekatan

CTL, peneliti melakukan refleksi kegiatan pelaksanaan tindakan tersebut

berdasarkan data dan informasi yang diperoleh saat mengobservasi proses

kegiatan belajar mengajar. Siswa terlihat sangat antusias dalam belajar. Hal

ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu adanya alat bantu belajar dan

pengelompokkan siswa yang cukup baik.

Berdasarkan hasil renungan di atas, maka peneliti akan mencoba

melanjutkan pembelajaran pada tindakan dua dengan materi energi

matahari dengan rencana perbaikan sebagai berikut: merancang

penyampaian apersepsi dengan bahasa yang jelas dan sesuai dengan

perkembangan siswa; mengupayakan minat dan aktivitas siswa untuk lebih

meningkat lagi; mendorong siswa untuk lebih aktif dalam bertanya maupun

menjawab pertanyaan, serta mengkondisikan siswa dalam kegiatan

kelompok, sehingga aktivitas lebih merata.

3. Paparan Siklus III

a. Deskripsi

Page 32: Pkp Ipa Pak Jejep

32

Pembelajaran Siklus III dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15

Maret 2011, jam 07.35-08.45 WIB dengan jumlah siswa sebanyak

31orang. Pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pendekatan CTL

dilakukan dengan metoda diskusi kelompok yang dilakukan oleh lima

kelompok siswa.

Setelah membaca doa dan salam, kegiatan pembelajaran diawali

dengan mengkondisikan siswa dan melakukan apersepsi dengan

mengaitkan materi pembelajaran dengan pengalaman yang dimiliki siswa

tentang pengaruh gaya terhadap bentuk benda. Guru lalu menyampaikan

tujuan pembelajaran yaitu melalui metode diskusi kelompok siswa dapat

menjelaskan pengaruh gaya terhadap bentuk benda dengan benar. Guru

melakukan tanya jawab tentang pengaruh gaya sebagai berikut: “Apa yang

dimaksud dengan gaya”. Siswa menjawab dengan serempak “dorongan

dan tarikan”. “Apa yang terjadi ketika karet gelang dimainkan dijari-jari”.

Siswa kembali menjawab dengan serempak “berubah bentuk”. Pertanyaan

dilanjutkan “Apa yang menyebabkan benda tersebut berubah bentuk?”.

Setengahnya siswa menjawab “Karena ada gaya tarikan dari dari jari

tangan, Pak”. Coba sebutkan contoh benda yang berubah bentuk karena

pengaruh gaya? Siswa serempak menjawab, bata merah, genteng, asbak,

pot bunga, gerabah. Pak.

Pembelajaran dilanjutkan dengan tahap eksplorasi. Pada

tahap ini guru membagikan gambar-gambar tentang pengaruh

gaya . Siswa mengamati gambar-gambar yang dibagikan oleh guru.

Kemudian penelitian dilanjutkan dengan menyuruh siswa untuk

memperhatikan alat peraga yang ada di depan kelas. Siswa merasa

senang dengan mengamati alat peraga. Guru menunjukkan alat

peraga untuk memancing keingintahuan siswa dan ada hampir 75 %

siswa yang berani mengajukan pertanyaan tentang pengaruh gaya terhadap

bentuk benda, dan sebagai besar lainnya siswa berani mengajukan

pertanyaaan tetapi jika diminta guru.

Pada tahap diskusi dan penjelasan konsep peneliti membagikan

lembar kerja siswa (LKS), siswa kemudian melakukan percobaan dan

berdiskusi dengan panduan LKS tentang pengaruh gaya terhadap bentuk

benda di bawah bimbingan guru. Kemudian siswa diminta secara

bergiliran melaporkan hasil diskusinya di depan kelas. Salah satu hasil

Page 33: Pkp Ipa Pak Jejep

33

diskusi yang disampaikan oleh siswa adalah “gaya dapat mengubah bentuk

benda”.

Pada tahap pengembangan dan aplikasi konsep, siswa diminta

untuk memberikan contoh pengaruh gaya terhadap bentuk benda dalam

kehidupan sehari-hari. Respon jawaban yang diberikan siswa antara lain

bata merah, pot bunga, asbak, drum yang dibuat menjadi ketel, mobil yang

bertabrakan”. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang

belum dipahami. Siswa dan guru selanjutnya menyimpulkan kegiatan

pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Pada kegiatan akhir siswa diberi post tes yang dikerjakan secara

individual. Guru kemudian menutup kegiatan pembelajaran dan

memberikan tugas untuk membuat benda hasil dari pengaruh gaya

terhadap benda dalam kehidupan sehari-hari.

b. Analisis

Berdasarkan data yang diperoleh dalam instrumen penelitian yang

digunakan, terdapat beberapa temuan penting yang terjadi selama

pertemuan.

Tabel 4.7

Temuan Esensial Penelitian Siklus III

Materi Tahapan Kegiatan

Temuan

Pengertian Gaya

Apersepsi semua siswa antusias menjawab pertanyan guru.

Invitasi Siswa yang bertanya meningkat dari siklus sebelumnya

Eksplorasi semua Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru.

Penjelasan dan Solusi

Siswa dalam tiap-tiap kelompok bekerja sama berdiskusi dan melakukan percobaan dengan aktif

Pengambilan Tindakan

siswa mulai aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan.

Kegiatan Ahir Rata-rata hasil evaluasi proses meningkat menjadi 2,61

Page 34: Pkp Ipa Pak Jejep

34

Rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 93.87

Temuan pertama yaitu pada tahap eksplorasi setelah guru

membagikan gambar dan meminta siswa untuk mengamati

gambar serta alat peraga untuk memancing ke ing in t ahuan

s i swa dan pada akh i rnya s i swa be ran i mengungkapkan

pertanyaan tentang pengaruh gaya terhadap bentuk benda, terdapat 10

orang siswa yang berani mengajukan pertanyaan. Hal tersebut

dikarenakan guru memberi motivasi terhadap siswa yang tidak

berpartisipasi aktif untuk berani dalam mengajukan

pertanyaan.Siswa terlihat senang karena dapat mengamati

langsung alat peraga.

Temuan kedua, aktivitas belajar siswa semakin terlihat lebih baik

dibanding pada pembelajaran sebelumnya.Siswa yang biasanya pasif dan

jarang bertanya, maka dengan belajar kelompok siswa tersebut mampu

berkomunikasi dengan teman sekelompoknya.

Tabel 4.8

Hasil Evaluasi Proses Siklus III Tindakan 1

No Nilai Frekuensi Jumlah Prosentase1

3 19 5761.2903225806

452%2

2 12 2438.7096774193

5483 1 - -

- - - -Jumlah

Rata-rata31 31 81%

2.61290322580645

Tabel 4.9

Hasil Evaluasi Akhir Siklus III Tindakan 1

No Nilai Frekuensi Jumlah Prosentase1.

100 18 180058.0645161290

323%2.

90 8 72025.8064516129

032%3.

80 4 32012.9032258064

516%4. 70 1 70 3.22580645161

Page 35: Pkp Ipa Pak Jejep

35

JUMLAH 340 31 291000%Rata-rata 93.8709677419

355

Pada pelaksanaan siklus III tindakan 1 dengan menggunakan

pendekatan kontekstual hasil evaluasi akhir yang diperoleh menunjukkan

tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai di bawah KKM nilai terendah

yang diperoleh siswa adalah 60. Bila dibandingkan dengan tindakan

sebelumnya rata-rata hasil evaluasi akhir mengalami peningkatan dari

81,95 menjadi 93.87. Sedangkan untuk rata-rata evaluasi proses adalah

2,61. Rata rata evaluasi proses juga mengalami peningkatan dari siklus

sebelumnya.

Peningkatan hasil evaluasi akhir dan evaluasi proses ini bila dilihat

dari tindakan yang dilakukan. Dengan yang lain, artinya proses muncul

ketika ada ketertarikan antar sesama anggota kelompok yang seusia. Jika

anak nyaman dalam belajarnya maka akan diperoleh hasil belajar yang

baik. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada

siswa, yakni mempelajari materi pembelajaran, berdiskusi untuk

memecahkan masalah atau tugas. Dengan interaksi yang efektif

memungkinkan semua anggota kelompok dapat menguasai materi pada

tingkat setara.

c. Refleksi

Setelah melakukanpembelajaran siklus III konsep gaya dapat

mengubah bentuk benda dengan pendekatan CTL, peneliti melakukan

refleksi berdasarkan hasil analisis terhadap proses belajar mengajar. Siswa

terlihat sangat antusias dalam belajar. Hal ini disebabkan oleh beberapa

faktor, yaitu adanya alat peraga dan penggunaan metode kerja

kelompok.Upaya perbaikan yang akan dilakukan peneliti pada tindakan

selanjutnya diantaranya :

1. Agar siswa berani dan berinisiatif sendiri tanpa diminta guru untuk

mengajukan pertanyaan, maka guru harus memotivasi siswa

kurang aktif untuk berani mengajukan pertanyaan dengan

inisiatif sendiri melalui penguatan berupa pujian pada siswa.

2. Menggunakan media/alat yang lebih variatif dan relevan dengan materi

Page 36: Pkp Ipa Pak Jejep

36

pelajaran untuk mempertahankan antusiasme siswa dalam belajar.

B. Pembahasan

Berdasarkan deskripsi, analisis dan refleksi setiap tindakan perbaikan

yang dilakukan, peneliti dapat menuliskan beberapa temuan esensial dalam

penelitian yang telah dilaksanakan. Temuan-temuan esensial tersebut peneliti

peroleh secara rinci dan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pembahasan Siklus I

Pada siklus I faktor yang menjadi hambatan bagi aktivitas bertanya

jawab siswa dengan menggunakan pendekatan CTL, pertama yaitu

kemampuan siswa dalam memahami pertanyaan masih rendah. Hal ini

menjadikan jawaban yang diungkapkan siswa berkaitan dengan konsep

gaya tidak seperti yang diharapkan peneliti, sehingga guru mengajukan

pertanyaan kembali dan memberikan waktu berpikir agar siswa menjawab

pertanyaan dengan benar. Padahal pertanyaan yang diajukan guru

merupakan salah satu upaya mengkonstruksi pengetahuan awal siswa agar

dapat melalui tahapan selanjutnya. Seperti pendapat Samatowa

(2006: 53) bahwa “ menurut pandangan konstruktivisme belajar

bergantung bukan hanya pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga

pengetahuan awal siswa”.

Pembelajaran dengan model CTL lebih bermakna karena

memberikan pengalaman belajar yang dimulai dari hal-hal yang diketahui

oleh siswa, sehingga guru harus mengaitkan antara konsep baru dengan

konsep yang telah dimiliki siswa berdasarkan pengalaman dalam

kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini senada dengan pendapat Nurhadi

(2002: 1), yang menyatakan bahwa:

Model Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Aktivitas bertanya siswa pada siklus 1 belum banyak terlihat,

karena siswa belum terbiasa dengan metode tanya jawab dan diskusi

kelompok. Kegiatan pembelajaran kurang efektif dengan banyaknya siswa

Page 37: Pkp Ipa Pak Jejep

37

yang ribut atau pun hanya memainkan alat peraga. Perolehan nilai rata-rata

aktivitas bertanya pada siklus I 1,97. Hal ini menunjukkan aktivitas

bertanya pada siklus I belum menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Beberapa siswa ada yang bertanya karena kurang mengerti dengan

bahasa yang disajikan dalam lembar soal, sehingga guru harus

menjelaskan kembali kata-kata atau kalimat yang tidak dipahami oleh

siswa. Hal ini menunjukkan masih rendahnya pembendaharaan kosakata

yang dimiliki oleh siswa, sehingga guru harus senantiasa mengenalkan

siswa pada kosakata /art i yang termuat dalam soal evaluasi .

Penggunaan bahasa yang benar merupakan kaidah-kaidah yang penting

dalam penyusunan tes hasil belajar. Hal ini senada dengan pendapat

Rakhmat dan Solehuddin (2006:24) bahwa "faktor bahasa juga

merupakan hal yang pokok untuk dipahami dalam penyusunan tes hasil

belajar”.

Berdasarkan hasil wawancara vang dilakukan terhadap tiga orang

siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda, dalam setiap tindakan

pada siklus 1, pada umumnya siswa merasa senang mengikuti

proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hal ini dikarenakan

siswa dapat bekerjasama dalam kelompok dan penggunaan media

berupa benda-benda sebagai alat peraga yang langsung dimanipulasi

oleh siswa.

Pada akhirpembelajaran guru membahas kembali soal

evaluasi individu untuk meluruskan pemahaman siswa yang masih

keliru. Dari hasil tes akhir individu yang dikerjakan siswa dalam setiap

tindakan pada siklus I ini diperoleh nilai yang masih belum memuaskan

yaitu baru mencapai rata-rata 67,42

Kesulitan yang ditemui saat evaluasi akhir, yaitu kemampuan

siswa dalam memahami soalaplikatif masih kurang. Pada umumnya siswa

telah memahami konsep materiyang dipelajari , hanya saja siswa

belum terbiasa dengan soal-soal apl ikatif .

Gambar 4.1

Grafik Nilai Evaluasi Proses Aktivitas Bertanya Siklus I

Page 38: Pkp Ipa Pak Jejep

38

bertanya keaktifan berpendapat0

0.5

1

1.5

2

2.5

Bertanya

Keaktifan

berpendapat

Gambar 4.2

Grafik Rata-Rata Nilai Evaluasi Akhir Siklus I

hasil bela-jar

010203040506070

siklus I

2. Pembahasan Siklus II

Pada Siklus II aktivitas bertanya siswa menunjukkan peningkatan

dari tindakan sebelumnya. Jika pada akhir siklus I rata-rata nilai aktivitas

bertanya 1,97 pada akhir siklus II meningkat menjadi 2,35. Pada siklus 2

peneliti berusaha untuk membimbing siswa dalam kegiatan diskusi, baik

pada kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas semua siswa

mendapatkan kesempatan untuk bertanya, menjawab pertanyaan dan

mengemukakan pendapatnya. Pada siklus 2 peneliti juga menggunakan

alat peraga yang lebih variatif dari tindakan sebelumnya, sehingga siswa

merasa tertarik dalam proses tanya jawab. Hal ini membuktikan bahwa

“Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat

bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif”(Sudjana,

2002: 99). Dalam kaitannya dengan pengajaran IPA, keberadaan alat

peraga jelas mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan belajar mengajar.

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari tindakan-tindakan

sebelumnya. Hal ini menunjukkan pemahaman siswa secara individu

mengalami peningkatan. Rata-rata kelas hasil belajar siswa pada siklus II

Page 39: Pkp Ipa Pak Jejep

39

adalah 88,06. Hasil ini diakibatkan pemahaman siswa terhadap materi

pembelajaran menunjukkan peningkatan. Kemudian dalam menyusun soal

guru berusaha menyesuaikan dengan kaidah-kaidah penyusunan soal

evaluasi agar dapat mengukur sampai sejauh mana pemahaman siswa

setelah proses pembelajaran dilaksanakan. Hal ini sejalan dengan

pengertian evaluasi menurut Jarolimek dan C. Parker (1993: 23) yang

menyebutkan bahwa “Evaluasi adalah usaha untuk membandingkan hasil

belajar dengan tujuan yang ditetapkan”. Jadi melalui evaluasi diharapkan

akan diketahui kemajuan siswa, hasil pencapaian tujuan yang dapat

merupakan masukan bagi pengembangan tindakan selanjutnya.

Gambar 4.3

Grafik Nilai Evaluasi Proses Aktivitas Bertanya dalam Diskusi Siklus II

siswa2.12.22.32.42.52.62.72.8

bertanya

berpendapat

Keaktifan

Gambar 4.4

Grafik Rata-Rata Nilai Evaluasi Akhir Siklus II

3. Pembahasan Siklus III

Berdasarkan dari hasil analisis data yang diperoleh dari analisis

dokumen. Pada Siklus III peneliti sudah dapat melaksanakan kegiatan

hasil bela-jar

0102030405060708090

siklus 2

Page 40: Pkp Ipa Pak Jejep

40

pembelajaran dari awal sampai akhir untuk menerapkan pendekatan CTL

dalam pembelajaran konsep pengaruh gaya terhadap bentuk benda.

Pada Siklus III guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berinteraksi dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan seperti itu

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi, bertanya,

maupun mengeluarkan pendapat, serta berinteraksi dengan siswa yang

menjadikan siswa aktif dalam kelas. Dengan demikian peran guru di

dalam kelas bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar tetapi lebih

bersifat sebagai penggerak atau pembimbing siswa untuk memperoleh

pengetahuannya sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudjana (2002:

13) yang menyatakan bahwa “ Pengetahuan yang diperoleh siswa sendiri

akan lebih melekat lebih lama di pikiran dan menjadikan prestasi belajar

siswa meningkat”.

Hasil Belajar pada siklus III mengalami peningkatan secara

siginifikan. Hal ini membuktikan bahwa penerapan penerapan pendekatan

CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Di samping aspek kognitif

siswa, penerapan pendekatan tersebut juga mampu meningkatkan aspek

afektif dan psikomotor. Aspek afektif yang tampak yakni kesungguhan

dan keberanian mengungkapkan pertanyaan, sementara aspek psikomotor

dapat dilihat dari kecepatan dan ketepatan siswa menyelesaikan serangkai

percobaan melalui panduan LKS. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Sudjana (2002: 34) bahwa “Dalam pembelajaran terdapat tiga ranah yang

menjadi fokus peningkatan kualitas pembelajaran yakni ranah kognitif,

ranah efektif, dan ranah psikomotoris”.

Gambar 4.5

Grafik Nilai Evaluasi Proses Aktivitas Bertanya Siklus III

Bertanya Keaktifan Berpendapat2.6

2.62

2.64

2.66

2.68

2.7

2.72

2.74

Betanya

Keaktifan

Berpendapat

Gambar 4.6

Grafik Rata-Rata Nilai Evaluasi Akhir Siklus III

Page 41: Pkp Ipa Pak Jejep

41

Hasil Belajar0

20

40

60

80

100

Sikulus 3

Sikulus 3

Gambar 4.7Grafik Rata-Rata Nilai Evaluasi Proses Aktivitas Bertanya dan

Nilai Evaluasi Akhir

Siklus I Siklus 2 Siklus 30

20

40

60

80

100

19.7

67.35

23.5

81.95

26.1

93.87

Bertanya Evaluasi Bertanya Eavaluasi Bertanya 2 Evaluasi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil, analisis data dan pembahasan perbaikan pada

pembelajaran konsep gaya menggunakan pendekatan Contextual Teaching

and Learning (CTL), maka penulis menyimpulkan bahwa

1. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)dapat meningkatkan

aktivitas bertanya siswa kelas IV SD Sukamaju I dalam pembelajaran

konsep gaya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang melakukan

aktivitas bertanya dengan indikator aktif bertanya dan relevan dengan

materi ajar, bertanya kadang-kadang dan relevan dengan materi ajar,

bertanya tapi tidak relevan dengan materi ajar meningkat setiap siklusnya,

sedangkan siswa yang tidak bertanya siswa berkurang setiap siklusnya.

Nilai rata-rata aktivitas bertanya siswa sebagai berikut: akhir siklus I

1.97; akhir siklus II 2,35; dan akhir siklus III 2,61.

SIKLUS III

Page 42: Pkp Ipa Pak Jejep

42

2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas IV SD Gayatri dalam pembelajaran konsep gaya.

Hal ini berdasar pada hasil penelitian yang menunjukkan rata-rata nilai

hasil tes belajar siswa yang meningkat setiap siklus sebagai berikut: pada

akhir siklus I rata-rata yang dicapai 67.42 pada akhir siklus II meningkat

menjadi 88.06; dan pada akhir siklus III meningkat menjadi 93.87.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam rangka perbaikan

pembelajaran serta meningkatkan berbagai aspek pembelajaran dalam proses

maupun hasil pembelajaran, semoga penelitian ini dapat dijadikan acuan dan

bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam upaya peningkatan kualitas

pendidikan. Saran-saran yang penulis ajukan dari perbaikan ini adalah:

1. Keberhasilan pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL )tergantung dari keterampilan guru mengembangkan pembelajaran

sehingga guru hendaknya menguasai istem pengajaran atau penilaian

pembelajaran dan pendekatan Contextual Teaching and Learning(CTL).

2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL )dalam pembelajaran

IPA yang dapat memberikan suatu inovasi dan membantu siswa dalam

mengembangkan seluruh potensi dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, (2009). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta : Universitas

Terbuka.

Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. (2007). Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: BumiAksara.

Asep Sunandar. (2008). Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

pada Pembelajaran Konsep Energi di Kelas V SD. Skripsi FIP UPI.

Tidak dipublikasikan.

Ausubel.( 2005). [Online]. Tersedia: http//www.pmri.com.[20 September 2009]

Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

SISDIKNAS. Jakarta: BP. Panca Usaha.

Depdiknas. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Formal. Jakarta: BSNP.

Djiwandono, S. (2002 : 86). Pengembangan Kurikulum IPA (Tinjauan Teoritis

dan Historis). Yogyakarta: Imperia Pres

41

Page 43: Pkp Ipa Pak Jejep

43

Entin Sunarti. (2008). Penerapan Model CTL Dalam Pembelajaran IPS Untuk

Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa. Skripsi FIP UPI. Tidak

dipublikasikan.

Elaine, BJ. (2008). Math Stories, Real Stories, Real-life Stories. [Online].

Tersedia:http://www.ex.ac.uk/telematics/T3/maths/actar01.htm.

[20September 2008].

Hamalik, O. ( 1999 ). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Hasbullah. (2004). Penelitian Tindakan Kelas. Malang : Universitas Negeri

Malang.

Hermawan, R. Mujono dan Suherman, A. (2007). Metode Penelitian Pendidikan

Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press.

Hopkins.(1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham: Open

University Press.

Kasbolah. (1998). Penilaian Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Rineka Cipta.

KhairudindanSoedjono. (2005). TeoriBelajar&Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-

ruzz Media

Massofa. (2008). PTK dan Permasalahan Pendidikan. [on line]. Tersedia : http://

Massofa.Wordpress.com/tag. Januari 18, 2008.

Mulyasa. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bandung:

Remaja Rosda Karya.

Nasution, S. (2008). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT.

Tarsito.

Nurhadi. (2002). PembelajaranKontekstual (Contextual Teaching And Learning).

Malang: Universitas Malang.

Nurhayati, E. (2008). Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

dalam pembelajaran Bangun Datar di Kelas II SD. Skripsi PGSD FIP

UPI Bandung.Tidak Dipublikasikan.

Ruseffendi, H.E. T. (2005). Dasar-dasar IPA Modern dan Komputer. Bandung:

Tarsito.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Samatowa. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Suparno, P. ( 1997 ). Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta :

Kanisius.

42

Page 44: Pkp Ipa Pak Jejep

44

Sudjana, N. (1989). PenilaianHasil Proses BelajarMengajar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Slameto.(2003). Teori-TeoriBelajarMengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Suhendra dan Suwarma, Dina M. (2006). Kapita Selekta IPA. Bandung: UPI

Press.

Sutardi, D. dan Sudirjo, E. (2007). Pembaharuan Dalam PBM di SD. Bandung:

UPI Press.

Soedarsono.(1997). Penelitian Ilmiah. Bandung: Transito

Tatik Atikah. (2008). Penerapan Model CTL Dalam Materi IPS Perkembangan

Teknologi Komunikasi. Skripsi FKIP UNSUR Cianjur.Tidak

dipublikasikan.

Tindrayani, E. (2007). Model Pembelajaran Sains di SekolahDasar, Bandung: PT

Remaja Rosda Karya

Universitas Pendidikan Indonesia. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: UPI Press.

Wahyono.(2007). IlmuPengetahuanAlam 4, Untuk SD/MI Kelas 4. Jakarta: BSE

Depdiknas.

Wardani. I. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.