pkm p edited

27
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PENGARUH EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera) 50% dan 100% SECARA TOPIKAL TERHADAP PENINGKATAN ANGKA FIBROBLAS PASCA PENCABUTAN GIGI MARMUT (Cavia cobaya) JANTAN BIDANG KEGIATAN: PKM – P Diusulkan oleh: Ravik Fidayatika (20080340033) Angkatan 2008 Insivani Aisyah Royyana (20080340037) Angkatan 2008 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Upload: ravik-fidayatika

Post on 27-Oct-2015

236 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

pkmp

TRANSCRIPT

Page 1: PKM P Edited

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWAJUDUL PROGRAM

PENGARUH EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera) 50% dan 100%SECARA TOPIKAL

TERHADAP PENINGKATAN ANGKA FIBROBLASPASCA PENCABUTAN GIGI MARMUT (Cavia cobaya) JANTAN

BIDANG KEGIATAN:PKM – P

Diusulkan oleh:

Ravik Fidayatika (20080340033) Angkatan 2008Insivani Aisyah Royyana (20080340037) Angkatan 2008

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAYOGYAKARTA

2011

Page 2: PKM P Edited

Halaman Pengesahan

1. Judul Kegiatan : Pengaruh Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) 50% Dan 100% Secara Topikal Terhadap Peningkatan Angka Fibroblas Pasca Pencabutan Gigi Marmut (Cavia Cobaya) Jantan

2. Bidang Kegiatan : ( √ ) PKM-P ( ) PKM-K( ) PKM-T ( ) PKM-M

3. Bidang Ilmu : (√ ) Kesehatan ( ) Pertanian ( ) Pendidikan( ) MIPA ( ) Teknologi( ) Sosial Ekonomi ( ) Humaniora

4. Ketua Pelaksana Kegiatana. Nama Lengkap : Ravik Fidayatikab. NIM : 20080340033c. Jurusan : Kedokteran Gigid. Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakartae. Alamat Rumah dan No. Telepon : Jl. Gunung Keraton, Gg. Suryabumi No. 20

Kecamatan Purbalingga, Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah 53312 / 082111555559

f. Alamat Email : [email protected]. Anggota Pelaksana Kegiatan : 4 orang6. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap dan Gelar : drg. Ana Medawati, M. Kesb. NIP : 173.072c. Alamat Rumah dan No. Telp : Jl. Sisingamangaraja 52 Yogyakarta

55153 / 081579159247. Biaya Kegiatan Total : Rp 7.455.000,00

a. Dikti : Rp 7.000.000,00b. Sumber Lain (Swadana) : Rp 455.000,00

8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 9 bulan Yogyakarta, 30 September 2011

Menyetujui,Wakil/Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan

(dr. ...................................)NIP.

Ketua Pelaksana Kegiatan

(Ravik Fidayatika)NIM. 20080340033

Wakil RektorBidang Kemahasiswaan

(Drs. Husni Amriyanto Putra, M. Sc)NIP. 163.026

Dosen Pembimbing

(drg. Ana Medawati, M. Kes)NIP. 173.052

Page 3: PKM P Edited

A. JUDULPengaruh Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) 50% Dan 100% Secara Topikal Terhadap Peningkatan Angka Fibroblas Pasca Pencabutan Gigi Marmut (Cavia Cobaya) Jantan

B. LATAR BELAKANG MASALAHPencabutan gigi merupakan sejarah tertua dari tahap-tahap bedah yang akan

dilakukan terus menerus hingga milenium selanjutnya. Tindakan pencabutan gigi tidak hanya menggunakan kekuatan, tetapi juga harus berdasarkan ilmu biologi dan konsep-konsep fundamental yang terdapat dalam semua prosedur bedah. Hal ini disebabkan oleh adanya kemungkinan-kemungkinan terjadinya komplikasi pasca pencabutan gigi (Dym dan Ogle, 2001).

Komplikasi yang mungkin terjadi setelah pencabutan gigi adalah perdarahan, rasa sakit, edema, dan reaksi terhadap obat. Perdarahan pasca pencabutan gigi bisa terjadi karena faktor lokal maupun faktor sistemik (Pedersen, 1996).

Pencabutan gigi seringkali meninggalkan luka. Luka yang ditinggalkan itu dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama dalam aktivitas mengunyah makanan. Selain itu, di daerah luka pasca pencabutan gigi biasanya timbul reaksi inflamasi sebagai respon pertahanan tubuh yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman. Saat ini, untuk mengatasi hal tersebut dokter gigi masih menggunakan obat-obatan kimia yang dapat bersifat toksik jika digunakan terus-menerus dalam dosis yang berlebihan. (Katzung, 1998).

Berbagai efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obatan kimia mendorong masyarakat untuk kembali ke tanaman herbal sebagai alternatif obat-obatan kimia. Salah satu manfaat tanaman herbal adalah sebagai obat antiinflamasi setelah terjadi perlukaan. Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan obat-obatan herbal yang mempunyai efek antiinflamasi untuk penyembuhan luka pasca pencabutan gigi.

Satu diantara tanaman herbal yang mempunyai efek antiinflamasi, antimikrobial, dan antialergi adalah lidah buaya (Aloe vera), karena memiliki kandungan zat aktif berupa acemannan, tannin, aloctin A, salisilat, enzim bradikinase, vitamin A, C, dan B kompleks,dan masih banyak lagi kandungan yang lain (Fumawanthi, 2004). Lidah buaya mengandung glukomanan dan gibberellins yang berfungsi menstimulasi fibroblas untuk mempercepat proses penyembuhan luka dengan proliferasi sel epitel sebaik mungkin dan mencegah infeksi yang dapat menghambat proses penyembuhan luka (Arijani & Khoswanto, 2008).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penting dilakukan penelitian ini untuk mengkaji dan mengetahui efektivitas ekstrak lidah buaya (Aloe vera) terhadap peningkatan angka fibroblas pasca pencabutan gigi marmut (Cavia cobaya), yang nantinya diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan terapi efektif dan efisien, dengan efek samping yang minimal.

C. PERUMUSAN MASALAHBerdasarkan penjelasan di atas, maka masalah yang dapat diteliti adalah “Apakah

ekstrak lidah buaya (Aloe vera) 50% dan 100% secara topikal efektif untuk meningkatkan angka fibroblas pasca pencabutan gigi marmut (Cavia cobaya) jantan?”.

D. TUJUAN1. Tujuan Umum

Mengkaji efektivitas ekstrak lidah buaya (Aloe vera) secara topikal terhadap peningkatan angka fibroblas pasca pencabutan gigi marmut (Cavia cobaya) jantan.

2. Tujuan Khususa. Mengetahui aktivitas ekstrak lidah (Aloe vera) buaya secara topikal terhadap

penyembuhan luka dengan melihat angka fibroblas pasca pencabutan gigi marmut (Cavia cobaya) jantan.

b. Mengetahui efektivitas konsentrasi ekstrak lidah buaya (Aloe vera) 100% dalam penyembuhan luka pasca pencabutan gigi marmut (Cavia cobaya) jantan.

Page 4: PKM P Edited

E. LUARAN YANG DIHARAPKANLuaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah menjadikan ekstrak lidah buaya

(Aloe vera) sebagai salah satu alternatif obat herbal yang mampu mempercepat proses penyembuhan luka paska pencabutan gigi marmut (Cavia cobaya) jantan. Selanjutnya hasil penelitian akan dipublikasikan sebagai artikel dalam jurnal ilmiah

F. KEGUNAANHasil penelitian ini diharapkan dapat:1. Memberikan kontribusi terhadap ilmu Kedokteran Gigi dalam hal penyembuhan luka

pasca pencabutan gigi dengan menggunakan lidah buaya (Aloe vera).2. Menjadi bahan pertimbangan masyarakat untuk menggunakan tanaman lidah buaya

sebagai alternatif pilihan untuk penyembuhan luka pasca pencabutan gigi.3. Menjadi acuan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.4. Meningkatkan budidaya dan pengembangan potensi lidah buaya.

G. TINJAUAN PUSTAKA1. Pencabutan Gigi

Menurut Dym dan Ogle (2001), pencabutan gigi merupakan sejarah tertua dari tahap-tahap bedah yang akan dilakukan terus menerus hingga milenium selanjutnya. Tahap-tahap ini adalah tindakan yang paling sederhana di bagian bedah mulut dan merupakan tindakan yang sering dilakukan oleh dokter gigi. Dalam melakukan tindakan pencabutan gigi, semua dokter gigi tidak hanya menggunakan kekuatan, tetapi juga harus berdasarkan ilmu biologi dan konsep-konsep fundamental yang ada pada semua prosedur bedah. Hal ini disebabkan oleh adanya kemungkinan-kemungkinan terjadinya komplikasi pasca pencabutan gigi.

Menurut Pedersen (1996), komplikasi yang mungkin terjadi pasca pencabutan gigi adalah perdarahan, rasa sakit, edema, dan reaksi terhadap obat. Perdarahan yang terjadi pasca pencabutan gigi bisa disebabkan oleh faktor lokal maupun faktor sistemik. Selain komplikasi yang telah disebutkan di atas, ada beberapa komplikasi intraoperatif dari pencabutan gigi, seperti perdarahan, fraktur, pergeseran, cedera jaringan lunak, dan cedera syaraf.

Terjadinya perdarahan pasca pencabutan gigi biasanya disebabkan oleh faktor lokal, seperti trauma yang terlebih pada jaringan lunak, mukosa yang mengalami peradangan pada daerah yang telah dilakukan pencabutan gigi, tidak dipatuhinya instruksi pasca pencabutan gigi, serta kumur-kumur yang berlebihan. Tindakan pencabutan gigi akan menimbulkan trauma pada pembuluh darah, kemudian akan terjadi proses hemostasis primer berupa pembentukan platelet plug (gumpalan darah) pada daerah luka. Pembentukan platelet plug ini disebabkan karena adanya interaksi antara trombosit, faktor koagulasi, dan dinding pembuluh darah, selain itu juga terdapat vasokontriksi pembuluh darah. Luka pasca pencabutan gigi mampu memicu clotting cascade dengan teraktivasinya tromboplastin. Setelah itu, tromboplastin akan berperan dalam konversi protrombin menjadi trombin, dan pada akhirnya akan terbentuk deposisi fibrin (Santoso, 2007).

Nanci (2003) mengemukakan bahwa luka pasca pencabutan gigi berbeda dengan luka insisional kulit karena pada luka pasca pencabutan gigi akan kehilangan substansia yang lebih besar. Terkadang pembekuan darah dapat berpindah dari tempatnya, dan jika hal tersebut terjadi akan menyebabkan infeksi dan dry socket, yaitu infeksi nyeri pada tulang yang membatasi socket. Sel epitel yang membatasi socket mulai berproliferasi dan bermigrasi sepanjang bekuan dan setelah 10 hari terjadi epitalisasi socket. Didalam bekuan yang terbentuk, terjadi respon inflamasi yang melibatkan neutrofil, yang

Page 5: PKM P Edited

selanjutnya disusul oleh makrofag. Fase proliferatif dan sintesis luka pencabutan gigi berbeda dengan luka yang terjadi di kulit karena sel-sel yang menginvasi berasal dari sumsum tulang yang berdekatan yang memiliki potensial osteogenik. Pada hari ke-10 pasca pencabutan gigi akan terjadi pembentukan tulang, dan dalam waktu 10-12 minggu tempat pencabutan gigi tidak lama diestimasi.

2. Penyembuhan Luka Pasca Pencabutan GigiSjamsuhidajat (2004) mengemukakan bahwa luka merupakan hilang atau rusaknya

sebagian jaringan tubuh, hal ini dapat terjadi karena trauma benda tajam atau tumpul, zat kimia, perubahan suhu, ledakan, gigitan hewan atau sengatan listrik. Setelah jaringan itu rusak, maka akan terjadi beberapa proses penyembuhan luka yang dibagi dalam tiga fase, yaitu inflamasi, proliferasi, dan penyudahan yang merupakan perupaan kembali atau remodelling jaringan.

Fase inflamasi terjadi sejak terbentuknya luka sampai kira-kira hari kelima. Pembuluh darah yang rusak akan menyebabkan perdarahan, sehingga tubuh akan berusaha menghentikannya dengan cara vasokontriksi, retraksi atau pengerutan ujung pembuluh darah yang rusak, dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi akibat trombosit yang keluar dari pembuluh darah bersatu, dan jala fibrin yang terbentuk akan membekukan darah yang keluar. Saat hal ini berlangsung, terjadi pula reaksi inflamasi (Sjamsuhidajat, 2004).

Fase proliferasi dapat juga disebut fase fibroplasia karena proses proliferasi fibroblas merupakan aktivitas yang sangat menonjol. Fase ini terjadi dari akhir fase inflamasi sampai sekitar akhir minggu ketiga. Fibroblas merupakan sel yang berasal dari sel mesenkim yang belum mengalami diferensiasi, yang kemudian menghasilkan mukopolisakarida, asam aminoglisin, dan prolin. Semua itu merupakan bahan dasar serat kolagen yang digunakan untuk mempertautkan tepi luka (Sjamsuhidajat, 2004).

Sjamsuhidajat (2004) juga mengemukakan bahwa dalam fase ini, serat-serat kolagen dibentuk dan dihancurkan kembali untuk menyesuaikan diri terhadap tekanan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini bersamaan dengan sifat kontraktil miofibroblas akan menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada tahap akhir fase ini, kekuatan regangan luka mencapai 25% dari jaringan normal, yang nantinya kekuatan serat kolagen dalam fase remodelling bertambah karena terbentuk ikatan intramolekul dan antarmolekul.

Pada fase remodelling akan terjadi proses pematangan yang terdiri atas proses penyerapan kembali jaringan berlebih dan pengerutan sesuai gaya gravitasi, yang akhirnya akan terbentuk kembali jaringan baru. Pada fase ini, dapat terjadi selama berbulan-bulan dan akan dinyatakan berakhir jika semua tanda radang yang berupa warna kemerahan akibat kapiler melebar (rubor), rasa hangat (kalor), nyeri (dolor) dan pembengkakan (tumor) hilang. Saat terjadi luka akibat pencabutan gigi, tubuh akan berusaha menormalkan kembali semua yang abnormal sebagai proses penyembuhan (Sjamsuhidajat, 2004).

Proses penyembuhan socket gigi pasca pencabutan gigi normalnya akan melalui lima tahap yang saling overlapping. Kelima tahap tersebut adalah pembekuan, pergantian bekuan darah dengan jaringan granulasi yang sehat, pergantian jaringan granulasi oleh jaringan ikat (connective tissue), dan jaringan praosseus muda, yang kemudian dalam 38 hari trabekula tulang mengisi kurang lebih dua per tiga alveolus. Pada hari ke empat penutupan epithelium dimulai sebagai suatu regenerasi, dan penutupan socket akan sempurna setelah 24-35 hari (Adeyemo, dkk., 2006).

Page 6: PKM P Edited

Pembekuan darah merupakan langkah dasar dalam fase-fase memperbaiki jaringan. Jala-jala fibrin memungkinkan invasi oleh fibroblas, sel endotel, dan makrofag yang terdapat dalam ligamen periodontal yang masih tertinggal pasca pencabutan gigi (Yugoshi, dkk., 2002).

Chandrasoma dan Taylor (2005) mengemukakan bahwa kolagen adalah protein fibrilar utama pada jaringan ikat, yang disintesis oleh fibroblas dalam bentuk perkusor, yaitu tropokolagen atau prokolagen yang mempunyai berat molekul 285.000 dan bentuknya panjang seperti batang. Jika dilihat secara mikroskopik, kolagen terlihat sebagai massa fibrilar berwarna merah muda dengan pewarnaan hematoksilin dan eosin (HE) rutin dan berwarna hijau atau biru dengan pewarnaan trikrom. Dalam sintesis tropokolagen oleh fibroblas memerlukan hidrosilasi prolin oleh enzim yang aktivitasnya memerlukan asam askorbat atau vitamin C dan juga hidroksilasi serta oksidasi lisin yang memungkinkan terjadi ikatan silang antara rantai tropokolagen polipeptida yang berdekatan.

3. FibroblasPenyembuhan luka adalah proses yang kompleks, dimana terjadi karena interaksi

seluler, humoral, dan elemen jaringan ikat. Pada saat penyembuhan luka, elemen-elemen yang berbeda secara bersamaan dan berkelanjutan bekerjasama secara terintegrasi, tetapi dapat dibagi menjadi fase yang saling tumpang tindih, yaitu fase inflamasi, fase migrasi atau proliferasi, dan fase remodelling atau maturasi. Ketiga fase tersebut sebelumnya didahului oleh proses koagulasi, dimana protein koagulasi dan platelet bekerjasama untuk mencegah perdarahan. Sel-sel yang berperan pada setiap fase berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan tujuan fase (Richard cit Prabakti, 2005). Sel-sel yang berperan dalam setiap fase terperinci pada Tabel 1. dibawah ini:

Tabel 1. Peran Sel pada Fase Penyembuhan Luka

Fase Sel – sel yang berperan

Proses koagulasi Trombosit

InflamasiTrombositMakrofagNeutrofil

Migrasi/Proliferasi/Granulasi

MakrofagLimfositFibroblasSel Epitel

Sel Endotel

Maturasi/Remodelling Fibroblas(Sumber: Richard cit Prabakti, 2005)

Dari Tabel 1. diatas kita dapat mengetahi bahwa sel fibroblas berperan dalam dua fase, yaitu fase migrasi atau proliferasi, dan fase remodelling atau fase maturasi. a. Fase Migrasi

Jaringan granulasi yang terbentuk ditandai dengan warna kemerahan seperti daging, akibat dari pembelahan dan migrasi sel endotelial untuk membentuk rangkaian jaringan kaya kapiler pada tempat luka. Fibroblas luka berasal dari sel fibroblas di sekitar luka yang mengubah fenotif differensiasi mereka dan akan menjadi aktif selama masa replikasi. Fibroblas bermigrasi ke dalam luka menggunakan timbunan fibrin, dan matriks fibronektin sebagai scaffold. Fibroblas

Page 7: PKM P Edited

berproliferasi menjadi fibroplasia dan mensintesa matriks ekstraseluler baru. Pertumbuhan sel endotelial vaskuler terjadi secara simultan dengan proses fibroplasia selama pembentukan jaringan granulasi. Proses ini distimulasi oleh platelet, dan produk makrofag yang teraktivasi. Jadi, jaringan granulasi adalah matriks longgar yang tampak pada luka dan terbentuk dari kolagen, fibronektin, dan asam hialuronat dengan infiltrasi makrofag, fibroblas, dan sel endotelial vaskuler (Merchandetti, 2002).

b. Fase RemodellingDeposisi kolagen yang tidak teratur memainkan peran yang menonjol pada

pembentukan jaringan parut atau hasil proses penyembuhan luka pada mamalia. Serat-serat kolagen baru disekresi oleh fibroblas pada hari ketiga setelah terjadinya luka. Saat matriks kolagenosa terbentuk, serabut padat kolagen akan mengisi area luka (Merchandetti, 2002).

Sedangkan sel yang bertanggung jawab terhadap kontraksi luka adalah myofibroblas. Myofibroblas adalah sel mesenkim yang memiliki fungsi dan karakteristik struktur seperti fibroblas dan sel otot polos. Sel tersebut adalah komponen jaringan parut yang membangkitkan tenaga kontraktil dengan melibatkan aktivitas kontraksi muskuler aktin-miosin sitoplasma. Myofibroblas berasal dari fibroblas luka, dengan tanda fenotipnya berupa ekspresi aktin otot halus-alpha, bentuk aktik serupa dengan sel otot vaskuler. Fungsi lain myofibroblas adalah menghubungkan sitoskeleton ke matriks ekstraseluler yang disebut fibroneksus (Richard, 2004).

Menurut Merchandetti (2002), fase remodelling atau maturasi berlangsung dari hari ke tujuh sampai dengan satu tahun. Fase ini terjadi segera setelah matriks ekstrasel terbentuk yang pada mulanya, matriks ekstrasel ini kaya akan fibronektin. Hal tersebut tidak hanya menghasilkan migrasi sel dan pertumbuhan sel ke dalam, tetapi juga menyebabkan penumpukan kolagen oleh fibroblas dengan terbentuknya asam hialuronidase dan proteoglikan. Fibroblas menghasilkan molekul prokolagen tingkat seluler yaitu tropokolagen pada batas membran ribosom, membungkus prokolagen kedalam vesikel sekretorik apparatus golgi, yang kemudian mengeluarkannya menembus membran sel kedalam ruang ekstraseluler dimana kolagen yang dihasilkan adalah matriks yang paling dibutuhkan pada fase remodelling.

4. Lidah Buaya (Aloe vera)

Gambar 1. Tanaman Lidah Buaya (Aloe Vera)(Sumber: www.freeinfosociety.com/site.php?postnum=516)

a. Klasifikasi Lidah Buaya (Aloe vera)Kingdom : PlantaeDivision : MagnoliophytaClass : LiliopsidaOrdo : Asparagales

Page 8: PKM P Edited

Family : AsphodelaceaeGenus : AloeSpecies : Aloe vera

Lidah buaya (Aloe vera) dikenal dengan berbagai macam nama seperti di Indonesia dinamakan lidah buaya, di Malaysia dinamakan jadam, di Inggris dinamakan crocodiles tongues, di Spanyol dinamakan salvila, di Cina dinamakan lu hui , dan di Prancis, Portugis, serta Jerman disebut aloe (Sudarto, 1997).

b. Jenis TumbuhanMenurut Sudarto (1997), tumbuhan lidah buaya (Aloe vera) mempunyai ciri-

ciri sebagai berikut: batang pendek dan sebagian batang terbenam didalam tanah yang nantinya akan muncul tunas-tunas sebagai anakan, daun berbentuk pita dengan helaian yang memanjang, meruncing, mempunyai daging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau, dan bersifat sukulen (banyak mengandung air dan banyak mengandung getah atau lendir atau gel). Gel ini merupakan bagian dominan pada daun lidah buaya, dan apabila dikupas akan terlihat lendir yang mengeras. Gel ini adalah lapisan air yang tipis dan tidak berwarna atau transparan.

Daun yang tebal pada lidah buaya (Aloe vera) merupakan penimbunan cadangan makanan, permukaan daunnya dilapisi lilin, dengan duri lemas di bagian tepi daun lidah buaya. Panjang daun lidah buaya dapat mencapai 50 cm-70 cm dengan berat 0,5 kg -1 kg dan daun melingkar rapat di pinggir batang dan tersusun bertumpuk-tumpuk. Bunga lidah buaya berwarna kuning atau kemerahan denagn bentuk seperti pipa yang mengumpul (Sudarto, 1997).

c. Pembiakan dan Budidaya TanamanSaat ini, lidah buaya (Aloe vera) sudah dibudidayakan secara komersial. Hal

ini terlihat dengan adanya budidaya secara luas di Kalimantan Barat, khususnya Pontianak pada lahan dengan luas lebih dari 25.000 ha (Sudarto, 1997).

Di Kalimantan Barat tanaman tumbuh dengan baik di derah tanah gambut dengan pH 5,5-6. Tanaman lidah buaya (Aloe vera) memiliki adaptasi tinggi dan dapat tumbuh di daerah panas dengan hawa kering seperti Afrika, serta mampu tumbuh di daerah yang beriklim dingin. Tanaman lidah buaya (Aloe vera) tahan terhadap segala unsur iklim, yaitu suhu, curah hujan, dan sinar matahari. Pada derah yang bersuhu antara 28oC-32oC, tanaman dapat tumbuh dengan baik (Sudarto, 1997).

d. Manfaat Lidah Buaya (Aloe vera)Pemanfaatan lidah buaya (Aloe vera) berkembang pesat, antara lain sebagai

anti penuaan dan pelembab kulit, mempercepat penyembuhan luka, melindungi kulit dari radiasi sinar ultraviolet dan radiasi sinar gamma. Selain itu, lidah buaya (Aloe vera) juga memiliki manfaat sebagai antiseptik dan antiinflamasi (Surjushe, dkk., 2008).

e. Kandungan Lidah Buaya (Aloe vera)Bagian daun dan akar lidah buaya (Aloe vera) mengandung saponin,

flavonoid, tanin, dan phenol. Selain itu lidah buaya juga mengandung enzim glukose, mannose, aldonentose, L-rhamnose, amilase, katalase, lipase, lisin, threonin, valine, methionine, leucine, isoleucine, dan phenylalanine (Djubaedah, 2003).

Gel pada daun lidah buaya (Aloe vera) mengandung air, berbagai macam vitamin, mineral, monosakarida, polisakarida, asam amino, enzim, lignin, saponin, dan antraquinon. Mineral yang terdapat dalam lidah buaya antara lain kalsium, fosfor, potasium, besi, sodium, klorin, mangan, magnesium, zink, kromium, dan tembaga, dimana mineral tersebut sangat penting bagi pertumbuhan tulang, keseimbangan

Page 9: PKM P Edited

cairan organik, dan metabolisme air dalam sel dan jaringan. Vitamin yang terkandung antara lain vitamin A, B1, B2, B3, B6, B9, B12, C, dan E. Asam amino berperan untuk keseimbangan kimia dan regenerasi jaringan (Schweizer, 2007). Selain itu, di dalam lidah buaya (Aloe vera) juga terkandung hormon auxins dan gibberellins yang memiliki fungsi antiinflamasi dan dapat juga berfungsi untuk menyembuhkan luka (Surjushe, dkk., 2008). Tanaman lidah buaya (Aloe vera) juga mengandung aleomannan dan acemannan, yang dapat memperkuat sistem imun tubuh kita (Schweizer, 2007).

Tabel 2. Kandungan Zat Aktif Lidah Buaya (Aloe vera) yang Sudah Teridentifikasi

Zat Aktif Kegunaan

LigninMempunyai kemampuan penyerapan yang tinggi sehingga

memudahkan peresapan gel kedalam kulit atau mukosa.

SaponinMempunyai kemampuan membersihkan dan bersifat

antiseptik, serta bahan pencuci yang baik.

Kompleks Anthraguinone

Sebagai bahan laksatif, penghilang rasa sakit, mengurangi racun, sebagai anti bakteri, antibiotik.

AcemannanSebagai antivirus, anti bakteri, anti jamur, dan dapat

menghancurkan sel tumor, serta meningkatkan daya tahan tubuh.

Enzim bradykinase, karbiksipeptidase

Mengurangi inflamasi, anti alergi, dan dapat mengurangi rasa sakit.

Glukomannan, mukopolysakarida

Memberikan efek imonomodulasi.

Tannin, aloctin A Sebagai anti inflamasi.

Salisilat Menghilangkan rasa sakit, dan anti inflamasi.

Asam aminoBahan untuk pertumbuhan dan perbaikan serta sebagai

sumber energi. Aloe vera menyediakan 20 asam amino dari 22 asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh.

MineralMemberikan ketahanan tubuh terhadap penyakit, dan

berinteraksi dengan vitamin untuk mengandung fungsi –fungsi tubuh.

Vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, E, asam

folat

Bahan penting untuk menjalankan fungsi tubuh secara normal dan sehat.

(Sumber: Fumawanti, 2004)5. Ekstrak dan Ekstraksi

Bahan alamiah yang digunakan sebagai obat, tetapi belum mengalami pengolahan apapun disebut dengan simplisia. Simplisia dapat berasal dari simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia plikan atau mineral (Depkes RI, 1986).

Menurut Voigt (1994), ekstrak merupakan suatu sediaan yang diolah dari tumbuhan dengan melarutkan tumbuhan tersebut dalam suatu pengekstrasi, kemudian bahan pengekstrasi tersebut diuapkan baik sebagian atau seluruhnya. Menurut sifatnya, ekstrak dikelompokan menjadi: a. Extractum tenue (ekstrak encer) yang memeliki konsistensi madu dan dapat dituang,

Page 10: PKM P Edited

b. Extractum spissum (ekstrak kental) yang memiliki konsistensi liat dalam keadaan dingin, tidak dapat dituang, kandungan airnya mencapai 30% dan tidak stabil

c. Extractum fluidum (ekstrak cair) yang merupakan komponen terbanyak dalam farmakologi.

Proses ekstraksi merupakan proses penarikan zat pokok yang diinginkan dari simplisia dengan menggunakan pelarut yang terpilih. Hasil dari ekstraksi tidak hanya mengandung satu unsur saja, tetapi terdiri dari beberapa unsur, tergantung pada pelarut yang digunakan dan kondisi ekstraksi. Hasil dari ekstraksi disebut ekstrak yang berupa sediaan kering, kental atau cair (Howard, 1689).

Pemilihan metode ekstraksi yang digunakan berdasarkan dari beberapa faktor, seperti sifat simplisia, daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi, serta kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna dari obat. Salah satu metode ekstraksi yang merupakan metode paling sederhana dan banyak digunakan untuk menyari obat yang berupa serbuk simplisia yang halus adalah metode maserasi (Voigt, 1994). Metode maserasi cocok untuk senyawa yang tidak tahan pemanasan dengan suhu tinggi, namun memerlukan waktu yang relatif lama dalam pengerjaan dan penyariannya menjadi kurang sempurna (Depkes RI, 1986).

6. Marmut (Cavia cobaya)

Gambar 2. Marmut (Cavia cobaya) Jantan (Sumber: http://chafluppy.blogspot.com/2010/12/jenis2-marmut-guinea-pig.html)

Klasifikasi Marmut (Cavia cobaya):Kingdom : AnimaliaPhylum : ChordataKelas : MammaliaOrdo : RodentiaSub-Ordo : HystricomorphaFamili : CaviidaeGenus : CaviaSpesies : Cavia cobaya

Hewan marmut (Cavia cobaya) selain dijadikan sebagai binatang peliharaan juga banyak digunakan sebagai hewan percobaan (Inglish, 1980). Alasan utama mengapa hewan ini menjadi hewan percobaan adalah karena kecepatan adaptasi dengan sistem aktivitas laboraturium. Marmut (Cavia cobaya) merupakan hewan jinak, namun jika dibandingkan dengan marmut betina, marmut jantan lebih agresif. Marmut memiliki badan dan kepala yang panjangnya sekitar 140 mm saat lahir dan ketika dewasa dapat mencapai 310 mm dengan berat yang mencapai 700-1300 gram. Hewan marmut (Cavia cobaya) mempunyai 20 gigi yang terdiri dari sepasang gigi insisivus atas dan bawah, sepasang gigi premolar atas dan bawah, dan 3 pasang molar atas dan bawah. Marmut ini tidak memiliki gigi caninus, gigi marmut open rooted, dan akan terus tumbuh. Gigi marmut mempunyai enamel yang berwarna putih dan pada umumnya gigi depan marmut tajam (Hubrecht & Kirkwood, 2010).

Page 11: PKM P Edited

H. METODE PELAKSANAANa. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian laboratorium yang bersifat ekperimental.b. Tempat dan Waktu Penelitian

1. TempatPenelitian ini akan dilakukan di beberapa tempat yaitu:a. Laboratorium Biologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

untuk pembuatan ekstrak lidah buaya (Aloe vera).b. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah

Mada Yogyakarta untuk pencabutan gigi marmut (Cavia cobaya) jantan dan pemberian ekstrak lidah buaya (Aloe vera) secara topikal.

c. Laboratorium Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk pembuatan preparat histopatologi dan pembacaan preparat histopatologi.

2. WaktuPenelitian ini akan dilakukan dari bulan September 2011 sampai dengan bulan Mei 2012.

c. Subyek Penelitian1. Hewan uji pada penelitian ini adalah marmut (Cavia cobaya) jantan yang diperoleh

dari Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY) sebanyak 60 ekor.2. Bahan uji pada penelitian ini adalah ekstrak lidah buaya (Aloe vera) 100%.

d. Kriteria Inklusi dan Eksklusi1. Kriteria Inklusi

a. Marmut (Cavia cobaya) jantanb. Marmut (Cavia cobaya) jantan dengan berat 250-500 gramc. Marmut (Cavia cobaya) jantan berusia 4-5 buland. Marmut (Cavia cobaya) jantan yang memiliki kondisi fisik baik.

2. Kriteria EksklusiMarmut (Cavia cobaya) jantan yang sedang mengalami infeksi atau inflamasi dan memiliki cacat fisik

e. Identifikasi Variabel1. Variabel Pengaruh

Variabel pengaruh pada penelitian ini adalah ekstrak lidah buaya (Aloe vera) 50% dan 100%.

2. Variabel TerpengaruhVariabel terpengaruh pada penelitian ini adalah angka fibroblas pada penyembuhan luka pasca pencabutan gigi marmut (Cavia cobaya) jantan.

3. Variabel Terkendalia. Jenis kelamin marmut (Cavia cobaya) adalah jantanb. Usia marmut (Cavia cobaya) sekitar 5 bulanc. Berat marmut (Cavia cobaya) berkisar antara 250-500 gramd. Jenis makanan marmut (Cavia cobaya)e. Bahan anestesi, yaitu menggunakan ketamine.f. Elemen gigi yang dicabut, yaitu gigi incisivus kanan maksilag. Alat pencabutan gigi yaitu ekskavator dan tang cabuth. Pengukuran pembuatan ekstrak dan pengenceran bahan ujii. Pembuatan preparat histologij. Komplikasi pasca pencabutan gigi marmut (Cavia cobaya).

Page 12: PKM P Edited

4. Variabel Tak Terkendalia. Penyakit sistemik pada marmut (Cavia cobaya)b. Besar luka pasca pencabutan gigi marmut (Cavia cobaya)c. Alergi yang mungkin terjadi pada marmut (Cavia cobaya) efek dari pemberian

anestesi.f. Instrumen Penelitian

1. Alata. Alat pencabutan gigi (dalam hal ini digunakan gunting bedah) yang dalam

kondisi sterilb. Sonde untuk separasi gigic. Masker wajahd. Sarung tangane. Seperangkat alat pembuatan sediaan histologif. Kapasg. Kandang marmut yang diberi kode nomerh. Alat tulis

2. Bahana. Ekstrak daun lidah buaya (Aloe vera)b. Marmut (Cavia cobaya) jantanc. Bahan pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan HEd. Bahan pakan marmute. Formalin 10%f. Povidon Iodineg. Alkohol 96%h. Ketamine

g. Cara Kerja1. Tahap Persiapan

a. Ekstrak Bahan UjiPembuatan ekstrak lidah buaya (Aloe vera) menggunakan metode

maserasi. Satu kilogram lidah buaya dicuci terlebih dahulu sampai bersih, kemudian dipotong kecil-kecil sekitar 0,5 cm2. Setelah itu, potongan lidah buaya tersebut dimasukkan ke dalam oven dengan suhu sekitar 60o selama 4 hari. Proses dalam oven tersebut hanya dilakukan pada siang hari saja. Sediaan tersebut kemudian diblender hingga menjadi serbuk, lalu serbuk tersebut ditimbang sebanyak 100 gram. Serbuk sebanyak 100 gram itu direndam dalam air selama 24 jam, lalu setelah itu disaring. Hal ini dimaksudkan untuk memisahkan larutan dengan serbuk. Setelah itu, larutan yang diperoleh dipanaskan di atas penangas hingga menguap dan menyisakan ekstrak kental atau pekat dengan konsentrasi 100%. Untuk membuat ekstrak 50% dilakukan dengan mencampurkan ekstrak dengan air dengan perbandingan 1:1 hingga didapatkan konsentrasi 50%.

b. Persiapan Hewan UjiSebelum dilakukan perlakuan, hewan uji yang berjumlah 60 ekor dibagi

dalam 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif (tanpa perlakuan) sebanyak 15 ekor, kelompok kontrol positif (aplikasi povidone iodine) sebanyak 15 ekor, kelompok perlakuan ekstrak 50% sebanyak 15 ekor, dan kelompok perlakuan ekstrak 100% sebanyak 15 ekor. Dari masing-masing kelompok tersebut diambil 1 ekor untuk dilakukan pemeriksaan apakah hewan uji sedang mengalami inflamasi atau tidak yaitu dengan mengambil sampel darah dari hewan uji

Page 13: PKM P Edited

tersebut. Setelah itu, semua hewan uji diadaptasikan (diaklimatisasi) terlebih dahulu selama 1 minggu. Masing-masing kelompok dimasukkan ke dalam kandang yang sama pada kondisi lingkungan yang sama dan diberi makanan dengan jenis yang sama.

c. Sterilisasi Alat dan BahanSetiap kegiatan selalu diawali dengan proses sterilisasi alat dan bahan

penelitian yang akan digunakan menggunakan alkohol. Akan tetapi untuk alat pencabutan gigi disterilkan terlebih dahulu menggunakan autoclave.

2. Tahap Pelaksanaana. Pencabutan Gigi Marmut (Cavia cobaya) Jantan

Sebelum gigi marmut dicabut, marmut tersebut terlebih dahulu diberi sedatif berupa ketamine, lalu ditunggu hingga efek sedatif yang ditimbulkan oleh ketamine muncul. Setelah itu dilakukan separasi pada bagian gusi dan servikal gigi menggunakan sonde. Tindakan pencabutan gigi dilakukan dengan menempatkan tang cabut pada sulkus gingiva. Gigi yang akan dicabut digerakkan ke arah labial dan lingual beberapa kali, kemudian dilanjutkan dengan gerakan rotasi dalam sumbunya. Setelah jaringan periodontal terlepas seluruhnya dan gigi terasa longgar, gigi tersebut dicabut keluar dari soketnya.b. Menentukan Respon Sel Fibroblas Pada Luka Pasca Pencabutan Gigi

Dua puluh tujuh ekor marmut (Cavia cobaya) dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan (kelompok I), kelompok kontrol positif yang diberi perlakuan dengan povidon iodine (kelompok II), kelompok perlakuan yang diberi ekstrak lidah buaya (Aloe vera) dengan konsentrasi 50% (kelompok III), dan kelompok yang diberi ekstrak lidah buaya dengan konsentrasi 100% (kelompok IV).

Pada hari ke-0, 60 ekor marmut tersebut dicabut giginya, kemudian diberi perlakuan sesuai dengan kelompoknya. Pada hari ke-1, ke-3, dan ke-7 setelah pencabutan gigi, 3 ekor marmut dari masing-masing kelompok dibunuh. Setelah itu, tulang rahang marmut didekapitasi. Jaringan tersebut kemudian difiksasi dengan formalin 10% selama semalam pada suhu kamar, selanjutnya dilakukan proses dekalsifikasi dengan menggunakan larutan EDTA 10% pada suhu kamar, kemudian dilakukan proses dehidrasi jaringan dengan menggunakan alkohol dengan kadar yang bertingkat hingga alkohol absolut. Spesimen dimasukkan ke dalam larutan alkohol toluol (1:1), dilakukan dengan menggunakan toluol murni, kemudian dimasukkan ke dalam larutan toluol parafin jenuh.

Proses selanjutnya adalah infiltrasi di dalam oven dengan cara spesimen dimasukkan ke dalam parafin cair. Setelah itu, dilakukan proses embedding (memasukkan jaringan ke dalam parafin) dan setelah itu diberi label/kode. Setelah tahap embedding selesai, jaringan diiris secara seri dengan ketebalan kurang lebih 6 mm menggunakan mikrotop.

Proses evaluasi respon sel fibroblas menggunakan pewarnaan Hematoksilin dan Eosin (HE). Prosedur yang harus dilakukan adalah deparafinasi dengan menggunakan larutan xylol dan alkohol, kemudian dilanjutkan dengan proses rehidrasi dengan alkohol. Setelah itu dicuci dengan air mengalir, lalu dibilas dengan aquades dan kemudian dilap. Kaca benda kemudian dimasukkan dalam larutan hematoksolin meyer’s dan dicuci dengan air mengalir, lalu dibilas dengan aquades, setelah itu pewarnaan dinilai di bawah mikroskop cahaya. Jika pewarnaan telah dianggap baik, kemudian dilanjutkan ke langkah selanjutnya yaitu proses dehidrasi

Page 14: PKM P Edited

Dikorbankan (3 ekor tiap kelompok)

Pembuatan preparat histologis dengan pewarnaan HE

Penghitungan angka fibroblast

Analisis data

Kelompok (3) 15 ekorAplikasi ekstrak Aloe

vera 50%

Kelompok (3) 15 ekorAplikasi ekstrak Aloe

vera 100%

Kelompok (2) 15 ekorAplikasi povidon iodine

Kelompok(1) 15 ekorTanpa perlakuan

Hari 13 ekor

Hari 73 ekor

Pembuatan ekstrak lidah buaya (Aloe vera)

60 ekor marmut (Cavia cobaya) jantan

Hari ke-0 pencabutan gigi

Ekstrak lidah buaya (Aloe vera) 50% dan 100%

dengan alkohol secara bertingkat kemudian dilap. Tahapan selanjutnya adalah dimasukkan ke dalam larutan xylol dan object glass ditutup dengan deck glass dan dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya.

h. Analisis DataAnalisis data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan Two-way

Annova yang dilanjutkan dengan menggunakan Least Significant Different (LSD).i. Alur Penelitian

I. JADWAL KEGIATANa. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada :I. Laboraturium Biologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

untuk pembuataan ekstrak.II. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah

Mada Yogyakarta, untuk pencabutan gigi dan pemberian ekstrak.III. Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah

Mada untuk pembuatan preparat.IV. Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta untuk pembacaan preparat.b. Penelitian ini akan dilakukan dari bulan September 2011 sampai Mei 2012, dengan

rincian sebagai berikut :

Page 15: PKM P Edited

Tabel 3. Data Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Jenis KegiatanBulan ke -1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Tahap persiapana. Penyusunan proposal Vb. Pengumpulan proposal Vc. Pengiriman proposal V

2. Tahap pelaksanaana. Perijinan Vb. Pembelian hewan coba Vc. Adaptasi hewan coba Vd. Pembuatan ekstrak Ve. Pencabutan gigi marmut Vf. Pembuatan preparat

histopatologiV V

3. Tahap pengumpulan dataa. Pembacaan preparat

histopatologiV

b. Analisis data V4. Pembuatan laporan V V5. Monitoring dan evaluasi V

J. RANCANGAN BIAYATabel 4. Rincian biaya penelitian

No Spesifikasi Jumlah SatuanHarga satuan (Rp)

Jumlah Harga (Rp)

1 Masker 1 dos - 51.0002 Sarung Tangan latex 1 dos - 51.0003 Kapas 0.5 kg - 29.0004 Kandang Marmut 12 buah 25.000 300.0005 Marmut 60 ekor 25.000 1.500.0006 Bahan pakan marmut 1000/ekor/hari 840.0007 Alkohol 96% 500 ml - 19.0008 Formalin 50 ml - 15.0009 Povidone Iodine 60 cc 10.00010 Ketamine 0,3 cc x 60 ekor 45.000 810.00011 Lidah buaya 1 kg 50.00012 ATK 250.00013 Ekstraksi 60 ekor 10.000 600.00014 Pembuatan ekstrak

lidah buaya50.000

15 Pembuatan preparat 60 preparat 40.000 3.600.000

16 Cek darah marmut di lab 300.00017 Dokumentasi 200.00018. Perjalanan 30 UMY-UGM 20.000 600.000JUMLAH 9.275.000

Page 16: PKM P Edited

K. DAFTAR PUSTAKA

Adeyemo W.L., Ladeinde A.L., Ogunlewe M.O. (2006). Clinical Evaluation of Post- Extraction Site Wound Healing. The Journal of Contemporary Dental Practice 7 (3).

Arijani, Ester and Khoswanto, Christian. (2008). The Use of 90% Aloe vera Freeze Drying as The Modulator of Collagen Density in Extraction Socket of Incicivus Cavia cobaya , 41 (2).

Baratawidjaja, Karnen Garna. (2004). Imunologi Dasar (6th ed.). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Benbow, Maureen. (2007). Healing and Wound Classification. Journal of Community Nursing.

Chandrasoma, Parakrama dan Taylor, Clive.R. (2005). Ringkasan Patologi Anatomi. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1986). Sediaan Galenik. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Acuan Sediaan Herbal. Jakarta.

Djubaedah, E. (2003). Pengolahan Lidah Buaya dalam Sirup. Bogor: Pra-Forum Apresiasi dan Komersialisasi Hasil Riset. Balai Besar Industri Argo.

Fumawanthi, I. (2004). Khasiat & Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib. Jakarta: Agro Media Pustaka, h. 1-21.

Howard, Ancel.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (terjemahan), edisi Jakarta: UI Press, h. 605-615.

Hubrecht, Robert and Kirkwood, James. (2010). The UFAW Handbook on The Care and Management of Laboratory and Other Research Animals (8th ed.). Singapore: Universities Federation for Animal Welfare, h. 380-397.

Inglis, J.K. (1980). Introduction Laboratory Animal Science Technologi. USA: Pregamon Press, h. 4.

Mercandetti, Michael and Cohen, Adam.J. (2008). Wound Healing, Healing, and Repair. Emedicine.

Nanci, Antonio. (2003). Oral Histology Development, Struture and Function (6th ed.). USA: Mosby.

Pedersen, Gordon.W. (1996). Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC.

Page 17: PKM P Edited

Prabakti, Yudi. (2005). Perbedaan Jumlah Fibroblas di Sekitar Luka Insisi Pada Tikus yang Diberi Infiltrasi Penghilang Nyeri Levobupivakain dan yang Tidak Diberi Levobupivakain. Karya Tulis Ilmiah Strata Dua, Universitas Dipnegoro Semarang, Semarang.

Santoso T.I., Poedjiastoeti W., Ariawan D. Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan, dan Penatalaksanaannya. Diakses 3 April 2011, dari http://www.pdgionline.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&i

d=592&Itemid=33

Schweizer, M. (2006). Aloe the Health and Healing Plant (4th ed.) (Ed Maykut, penerjemah). APB: Paris, h. 39-43.

Sjamsuhidajat, R., & Wim de Jong. (2003). Buku Ajar Ilmu Bedah (2nd ed.). Jakarta: EGC.

Sudarto, Yudo. (1997). Lidah Buaya. Yogyakarta: Kanisius, h. 12-16 & 18.

Surjushe, Amar., Vasani, Resam., Saple, D.G. (2008). Aloe vera: A Short Review. Indian J Dermatol 53 (4), 163-6.

Voigt, R., (1994). Buku Pengajaran Teknologi Farmasi (terj). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, h. 553-586.

L. LAMPIRANA. Nama dan Biodata Kelompok Penelitian1. a) Nama : Ravik Fidayatika

b) NIM : 20080340033c) Jurusan : Kedokteran Gigid) Angkatan : 2008e) Perguruan tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakartaf) Nomer Telepon : 082111555559

2. a) Nama : Insivani Aisyah Royyanab) NIM : 20080340037c) Jurusan : Kedokteran Gigid) Angkatan : 2008e) Perguruan tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakartaf) Nomer Telepon :

3. a) Nama : b) NIM : 201003400c) Jurusan : Kedokteran Gigid) Angkatan : 2010e) Perguruan tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakartaf) Nomer Telepon :

4. a) Nama : b) NIM : 201003400c) Jurusan : Kedokteran Gigid) Angkatan : 2010

Page 18: PKM P Edited

e) Perguruan tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakartaf) Nomer Telepon :

5. a) Nama : b) NIM : 201003400c) Jurusan : Kedokteran Gigid) Angkatan : 2010e) Perguruan tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakartaf) Nomer Telepon :

B. Nama dan Biodata Dosen Pembimbinga. Nama Lengkap dan Gelar : drg. Ana Medawati, M.Kesb. Golongan Pangkat dan NIP : III b/173.032c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahlid. Jabatan Struktural : Koordinator Penelitian Program Studi Kedokteran Gigi e. Fakultas/Program Studi : Kedokteran Gigif. Pergurunan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakartag. Bidang Keahlian : Biomedis dan Gizih. Waktu untuk Kegiatan : 8 jam/minggu

Anggota 2 Anggota 1

Insivani Aisyah RoyyanaNIM. 20080340037

Ketua

Ravik FidayatikaNIM.20080340033

Anggota 4 Anggota 5

Mengetahui,Dosen Pembimbing

drg. Ana Medawati, M.KesNIP. 173.032