pestis ida

15
Kandungan residu pestisida pada kubis, tomat, dan wortel di malang Mochamad fahmi fuadul lami’

Upload: fahmi

Post on 15-Jan-2016

239 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pesticide

TRANSCRIPT

Page 1: Pestis Ida

Kandungan residu pestisida pada kubis, tomat, dan wortel di malang

Mochamad fahmi fuadul lami’

Page 2: Pestis Ida

pestisida• Pestisida adalah substansi kimia dan

bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.

Page 3: Pestis Ida

PERATURAN PEMERINTAH NO. 7 TAHUN 1973

• Tiap pestisida harus didaftarkan kepada Menteri Pertanian melalui Komisi Pestisida untuk dimintakan izin penggunaannya.• Hanya pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh

Menteri Pertanian boleh disimpan, diedarkan dan digunakan.• Pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri

Pertanian hanya boleh disimpan, diedarkan dan digunakan menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam izin pestisida itu.• Tiap pestisida harus diberi label dalam bahasa Indonesia yang berisi

keterangan-keterangan yang dimaksud dalam surat Keputusan Menteri Pertanian No. 429/ Kpts/Mm/1/1973 dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam pendaftaran dan izin masing-masing pestisida.

Page 4: Pestis Ida

Pemanfaatan pestisida • Gangguan pada tanaman bisa disebabkan oleh faktor abiotik maupun biotik.

Faktor abiotik diantaranya keadaan tanah (struktur tanah, kesuburan tanah, kekurangan unsur hara) ; tata air (kekurangan, kelebihan, pencemaran air) ; keadaan udara (pencemaran udara) dan faktor iklim. Gangguan dari faktor abiotik bisa diatasi dengan tindakan pengoreksian atau tidak bisa dikoreksi dengan penggunaan pestisida. Sedangkan faktor abiotik yang menyebabkan gangguan pada tanaman atau biasa disebut dengan organisme pengganggu tanaman (OPT). OPT dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : Hama (serangga, tungau, hewan menyusui, burung dan moluska) ; Penyakit (jamur, bakteri, virus dan nematoda) dan Gulma (tumbuhan pengganggu). Gangguan yang disebabkan oleh OPT inilah yang bisa dikendalikan dengan pestisida.

Page 5: Pestis Ida

Macam-macam pestisida

Page 6: Pestis Ida

Jenis-jenis pestisida

• Pembagian menurut sifat kimia yang lebih tepat adalah menurut komposisi atau susunan senyawa kimianya. Pembagian insektisida organik sintetik menurut susunan kimia bahan aktif (senyawa yang memiliki sifat racun) terdiri dari 4 kelompok besar yaitu Organoklorin (OC), Organophosphat (OP), Karbamat, dan Pirethroid Sintetik (SP).

Page 7: Pestis Ida

1. Organoklorin • Organoklorin atau sering disebut Hidrokarbon Klor merupakan kelompok insektisida sintetik yang

pertama dan paling tua dan dimulai dengan ditemukannya DDT oleh Paul Mueller (Swiss) pada

tahun 1940-an. DDT dalam sejarah kemanusiaan menjadi insektisida yang paling kontroversial

karena di satu pihak merupakan insektisida sintetik pertama yang diproduksi besar-besaran dan

jasanya sangat besar bagi kemanusiaan. Setelah DDT, kemudian berhasil dikembangkan banyak

jenis insektisida yang mirip dengan DDT dan kemudian dikelompokkan dalam golongan

Hidrokarbon Klor. Semua insektisida dalam kelompok ini mengandung Klorin, Hidrogen dan Karbon.

Kadang-kadang ada juga yang mengandung Oksigen dan Sulfur.

• Insektisida golongan OC pada umumnya memiliki toksisitas ‘sedang” untuk mamalia. Masalah

yang paling merugikan bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat adalah sifat persistensinya

yang sangat lama di lingkungan baik di tanah maupun di dalam jaringan tanaman dan dalam

tubuh hewan. Misalnya DDT di daerah Subtropis dalam kurun waktu 17 tahun residunya masih

39% di dalam tanah, sedangkan residu Endrin setelah 14 tahun masih dijumpai 40%. Persistensi

OC di lingkungan menimbulkan dampak negatif seperti perbesaran hayati dan masalah keracunan

kronik yang membahayakan kesehatan masyarakat. Masalah lain yang timbul adalah

berkembangnya sifat resistensi serangga hama sasaran seperti nyamuk dan lalat terhadap DDT.

Page 8: Pestis Ida

• Insektisida OP dengan unsur P sebagai inti yang aktif saat ini merupakan kelompok insektisida yang terbesar dan sangat bervariasi jenis dan sifatnya. Saat ini telah tercatat sekitar 200 ribu senyawa OP yang pernah dicoba dan diuji untuk mengendalikan serangga.

• OP merupakan insektisida yang sangat beracun bagi serangga dan bersifat baik sebagai racun kontak, racun perut maupun fumigan. Berbeda dengan OC, senyawa OP di lingkungan kurang stabil sehingga lebih cepat terdegredasi dalam senyawa-senyawa yang tidak beracun. Daya racun OP mampu menurunkan populasi serangga dh cepat, persistensinya di lingkungan sedang sehingga OP secara bertahap dapat menggantikan insektisida OC. Sampai saat ini OP masih merupakan kelompok insektisida yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.

Page 9: Pestis Ida

3. CARBAMAT

• Karbamat merupakan insektisida yang berspektrum lebar dan telah banyak digunakan secara luas untuk pengendalian hama. Golongan ini relatif baru jika dibandingkan 2 kelompok pestisida sebelumnya (OC dan OP). Semua insektisida Karbamat mempunyai bangunan dasar asam karbamat. Cara karbamat mematikan serangga sama dengan golongan OP yaitu melalui penghambatan aktivitas enzim kolinesterase pada sistem syaraf. Perbedaannya bahwa pada karbamat penghambatan enzim kolinesterase-nya bersifat bolak-balik (resersible) sedangkan pada OP tidak bolak balik. Insektisida tersebut cepat terurai dan hilang daya racunnya dari tubuh binatang sehingga tidak terakumulasi dalam jaringan lemak atau susu seperti OC. Beberapa karbamat memiliki toksisitas rendah bagi mamalia tetapi ada yang sangat beracun.• Contoh insektisida golongan karbamat adalah Aldikarb, Metiokarb, Metomil,

Propoxur, dan lain-lain.

Page 10: Pestis Ida

4. PIRETROID SINTETIK (SP)

• Piretroid merupakan kelompok insektisida organik sintetik konvensional yang paling baru, digunakan secara luas sejak tahun 1970-an dan saat ini perkembangannya sangat cepat. Keunggulan SP karena memiliki pengaruh “knock down” atau mematikan serangga dengan cepat. Tingkat toksisitas rendah bagi manusia.

• Kelompok SP merupakan tiruan dari bahan aktif insektisida botani Piretrum yaitu Sinerin I yang berasal dari bunga Chrysanthenum cinerariaefolium. Sebagai insektisida botani piretrum memiliki keunggulan yaitu daya knockdown yang tinggi tetapi sayangnya di lingkungan bahan alami ini tidak bertahan lama karena mudah terurai oleh sinar ultraviolet. Kecuali itu penggunaan di lapangan kurang praktis dan mahal karena piretrum harus dahulu diekstrasi dari bunga chrisantenum. Dari rangkaian penelitian kimiawi dengan melakukan sintesis terhadap susunan kimia piretrum dapat diperoleh bahan kimiawi yang memiliki sifat insektisidal mirip dengan piretrum dan bahan tersebut mempunyai kemampuan untuk bertahan lebih lama di lingkungan serta dapat diproduksi di pabrik. Jenis pestisida buatan yang mirip piretrum diberi nama pirethrin yang kemudian menjadi modal dasar bagi pengembangan insektisida golongan SP lainnya.

Page 11: Pestis Ida

• Penelitian pada jurnal yang saya angkat memfokuskan pada identifikasi kandungan residu pestisida jenis organokloron, organophosfat, dan karbamat pada sayuran di kota malang.• Metode penelitian yang dilakukan menggunakan metode

kromatografi gas• Dan hasil dari penelitian tersebut adalah :

Analisa Jurnal :

Page 12: Pestis Ida

A. Residu Pestisida pada kubis

• Hasil analisis residu pestisida pada kubis menunjukkan bahwa bahan aktif endosulfan dominan ditemukan pada sampel kubis baik yang berasal dari Malang , dengan kandungan residu pestisida tertinggi 7,4 ppb. Residu lain yang terdeteksi antara lain pestisida yang mengandung bahan aktif klorpirifos,metidation, malation, dan karbaril.

Page 13: Pestis Ida

B. Residu Pestisida pada wortel

• Sampel wortel yang dianalisis menunjukkan bahwa bahan aktif endosulfan juga dominan pada sampel wortel baik yang diambil dari Malang, dengan kadar tertinggi 10,6 ppb. Sedangkan bahan aktif lain yang terdeteksi antara lain klorpirfos, metidation, dan karbofuran.

Page 14: Pestis Ida

C. Residu Pestisida pada Tomat

• Sedangkan pada sampel tomat menunjukkan bahwa bahan aktif profenofos dominan digunakan di lokasi pengambilan sampel Malang. Residu profenofos yang terdeteksi dengan kadar tertinggi 7,9 ppb yang dideteksi pada sampel tomat yang diperoleh dari petani di malang. Sedangkan residu metidation dan karbofuran juga terdeteksi pada sampel tomat dari dua lokasi pengambilan sampel.

Page 15: Pestis Ida

Thanks for your attention

Thanks for your attention

Thanks for your attention