kti ida bagus

65
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklampsia ialah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia merupakan salah satu jenis penyakit yang perlu diwaspadai. Keadaan ini biasa membahayakan ibu hamil, karena pada beberapa kasus preeklampsia dengan komplikasi merupakan penyebab utama kematian pada ibu hamil (Lalega, 2013) (yowanti hadjiko,2014). Secara global, 80% kematian ibu hamil yang tergolong dalam penyebab kematian ibu secara langsung, yaitu disebabkan karena terjadi perdarahan (25%) biasanya perdarahan pasca persalinan, hipertensi pada ibu hamil (12%), partus macet (8%), aborsi (13%), dan karena sebab lain (7%). Sepuluh juta wanita mengalami preeklamsia setiap tahun di seluruh dunia. Di seluruh dunia sekitar

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 13-Jan-2017

66 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kti ida bagus

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Preeklampsia ialah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi,

edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia merupakan

salah satu jenis penyakit yang perlu diwaspadai. Keadaan ini biasa

membahayakan ibu hamil, karena pada beberapa kasus preeklampsia dengan

komplikasi merupakan penyebab utama kematian pada ibu hamil (Lalega, 2013)

(yowanti hadjiko,2014).

Secara global, 80% kematian ibu hamil yang tergolong dalam penyebab

kematian ibu secara langsung, yaitu disebabkan karena terjadi perdarahan (25%)

biasanya perdarahan pasca persalinan, hipertensi pada ibu hamil (12%), partus

macet (8%), aborsi (13%), dan karena sebab lain (7%).

Sepuluh juta wanita mengalami preeklamsia setiap tahun di seluruh dunia.

Di seluruh dunia sekitar 76.000 wanita hamil yang meninggal setiap tahun oleh

karena preeklamsia dan gangguan hipertensi pada kehamilan lainnya, dan jumlah

bayi yang meninggal karena gangguan ini sekitar 500.000 per tahun. Preeklamsia

dan hubungannya dengan gangguan hipertensi dalam kehamilan mempengaruhi 5-

8% dari seluruh kelahiran di Amerika Serikat. Tingkat insiden untuk preeklamsia

di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa Barat adalah berkisar 2-5%. Di negara

berkembang, prevalensi preeklamsia dan eklamsia berkisar mulai dari 4% dari

semua kehamilan sampai 18% di beberapa bagian Afrika. Di Amerika Latin,

preeklamsia merupakan penyebab pertama dari kematian maternal.

1

Page 2: Kti ida bagus

2

Tiga penyebab klasik kematian ibu yang paling dikenal di Indonesia di

samping infeksi dan perdarahan adalah preeklamsia. Berdasarkan Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun angka kematian ibu (AKI) atau

Maternal Mortality Ratio (MMR) di Indonesia untuk periode 2008 sampai dengan

2012 ialah 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih tinggi dari

hasil SDKI 2007 yang besarnya 228 per 100.000 kelahiran hidup. Kejadian

preeklamsia dikatakan sebagai masalah kesehatan masyarakat apabila Case

Fatality Rate (CFR) preeklamsia mencapai 1,4% sampai 1,8%. Di Indonesia

frekuensi kejadian preeklamsia sekitar 3-10% (Sri wulan,2015).

Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan

oleh komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas.

Angka kematian ibu yang begitu besar banyak disebabkan karena kurangnya

pengetahuan mengenai tanda–tanda kehamilan, usia hamil yang terlalu muda atau

terlalu tua, pendidikan yang rendah, pendapatan keluarga yang rendah selain itu

juga aspek medis juga sangat berpengaruh dalam meningkatnya angka kematian

ibu melahirkan, selain itu penyebab kematian ibu yang cukup penting di Indonesia

adalah pre-eklampsia-eklampsia selain pendarahan dan sepsis. Penyakit ini

diklasifikasikan sebagai hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan. Semua orang

yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui keadaannya dan

hanya 61% medikasi.dari penderita yang mendapat medikasi hanya satu pertiga

mencapai target darah yang optimal. Preeklamsia ringan dapat berkembang

dengan cepat menjadi Preeklamsia berat. Risiko komplikasi meliputi eklampsia,

atau Preeklamsia yang sangat berat.

Page 3: Kti ida bagus

3

Preeklamsia merupakan penyebab kematian kedua terbesar pada kehamilan

di dunia. Kematian pada umumnya terjadi akibat keterlambatan penanganan serta

ketidaktahuan ibu mengenai Pre-eklampsia. Dan di negara berkembang, 30% dari

total kematian anak saat dilahirkan disebabkan oleh Pre-eklampsia.

Pre-eklampsia, baik secara independen maupun bersama dengan penyakit

lain, merupakan penyebab utama kematian ibu dan kelahiran prematur yang

tertinggi di dunia. Tahun 2005, Angka Kematian Maternal (AKM) di Rumah

Sakit seluruh Indonesia akibat eklampsia dan Preeklamsia sebesar 4,91% (8.379

dari 170.725), merupakan golongan penyakit obstetrik yang paling banyak

menyebabkan kematian dengan Case Fatality Rate (CFR) 2,35%

(sikkahoder,2008).

Preeklamsia adalah gejala terjadinya hipertensi pada masa kehamilan di

atas 20 minggu yang ditandai dengan 3 gejala khas, yakni naiknya tekanan darah

di atas 140/90 mmHG, pembengkakan anggota tubuh, dan adanya protein di

dalam air seni ibu. Kehamilan ganda, obesitas, sejarah medis adanya darah tinggi,

diabetes atau kelainan ginjal dan kehamilan pada masa remaja atau di atas 40

tahun merupakan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko pre-eklampsia.

Pada kondisi hamil, tekanan darah ibu seharusnya normal atau justru lebih

rendah karena seorang wanita hamil, maka tubuhnya secara otomatis akan

mengencerkan dan menambah volume darahnya. Gunanya adalah agar bisa lebih

banyak mengalirkan oksigen dan sari makanan ke janin. Selain itu, penambahan

volume darah juga sebagai persiapan untuk proses melahirkan (di mana si ibu

akan mengeluarkan banyak darah) sehingga kelak tidak kekurangan darah.

Page 4: Kti ida bagus

4

Penyebab pasti  Preeklamsia hingga saat ini tidak diketahui dengan jelas.

Diduga karena kondisi plasentanya, kekurangan oksigen atau ada gangguan di

pembuluh darah. Kondisi ini harus mendapat perhatian khusus, karena akibatnya

bisa membahayakan (http://www.femina.co.id).

Preeklamsia berakibat buruk pada ibu maupun janin yang dikandungnya.

Komplikasi pada janin berupa prematuritas, gawat janin, berat badan lahir rendah

atau intra uterine fetal death (IUFD) (Wijayarini, 2002).

Terjadinya kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan

penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia

masih didominasi oleh perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Sedangkan faktor tidak

langsung penyebab kematian ibu karena masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan

4 Terlalu, yang terkait dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan, dan

ekonomi. Kasus 3 terlambat meliputi terlambat mengenali tanda bahaya

persalinan dan mengambil keputusan, terlambat dirujuk, terlambat ditangani oleh

tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.

Preeklamsia merupakan penyakit yang angka kejadiannya di setiap negara

berbeda-beda. Angka kejadian lebih banyak terjadi di negara berkembang

dibanding pada negara maju. Hal ini disebabkan oleh karena di negara maju

perawatan prenatalnya lebih baik. Kejadian Preeklamsia dipengaruhi oleh paritas,

ras, faktor genetik dan lingkungan. Kehamilan dengan preklampsia lebih umum

terjadi pada primigravida, sedangkan pada multigravida berhubungan dengan

penyakit hipertensi kronis, diabetes melitus dan penyakit ginjal (Baktiyani, 2007)

(Asniar,2014).

Page 5: Kti ida bagus

5

Berdasarkan data dari profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara

terdapat 6.651 ibu hamil yang memeriksakan kehamilanya pada periode Januari-

Desember 2013. Dari jumlah ibu hamil tersebut terdapat 29 ibu hamil yang

menderita Preeklamsia dan yang meninggal akibat Preeklamsia sebanyak 2 orang.

Sedangkan tahun 2014 terdapat 6.651 ibu hamil yang memeriksakan kehamilanya

pada periode Januari-Desember 2014. Dari jumlah ibu hamil tersebut yang

menderita Preeklamsia meningkat menjadi 58 orang dan yang meninggal karena

Preeklamsia meningkat menjadi 3 orang. Pada tahun 2015 terdapat 4.958 ibu

hamil yang memeriksakan kehamilanya pada periode Januari-Desember 2015.

Dari jumlah ibu hamil tersebut yang menderita Preeklamsia sebanyak 41 orang

dan meninggal karena Preeklamsia menurun menjadi 1 orang. Tahun 2015 jumlah

ibu hamil menurun dari tahun sebelumnya disebabkan karena adanya pembagian

wilayah Kabupaten Muna dibagi menjadi dua wilayah yaitu Muna Induk dan

Muna Barat. ( Dinas Kesehatan Provinsi SulawesiTtenggara 2013 s.d. 2015 ).

Data tahun 2014 s.d. 2015 Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

didapatkan penderita Preeklamsia sebanyak 42 orang dari 919 ibu hamil yang

memeriksakan kehamilanya. Dimana jumlah ibu hamil tahun 2014 sebanyak 497

orang yang menderita Preeklamsia sebanyak 13 orang, dan tahun 2015 jumlah ibu

hamil sebanyak 422 orang yang mengalami Preeklamsia sebanyak 29 orang.

Setelah peneliti melakukan survei di tempat penelitian sebagai data awal di

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna didapatkan data penderita

Preeklamsia sebanyak 42 orang dari 919 ibu hamil tahun 2014 s.d. 2015.

Page 6: Kti ida bagus

6

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian

dengan judul persentase faktor risiko ibu hamil yang mengalami Preeklamsia di

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d. 2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah berapa persentase faktor risiko ibu

hamil yang mengalami Preeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Muna tahun 2014 s.d. 2015.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui persentase faktor risiko ibu hamil yang mengalami

Preeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d.

2015.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui persentase faktor risiko ibu hamil yang mengalami

Preeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah Raha Kabupaten Muna

tahun 2014 s.d. 2015 berdasarkan umur.

b. Untuk mengetahui persentase faktor risiko ibu hamil yang mengalami

Preeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah Raha Kabupaten Muna tahun

2014 s.d. 2015 berdasarkan paritas .

Page 7: Kti ida bagus

7

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Dapat menambah wawasan dan informasi ilmiah dalam ilmu kebidanan

khususnya tentang gambaran karakteristik ibu hamil dengan Preeklamsia serta

sebagai pengembangan bahan masukan atau pengkajian baru khususnya dalam

ilmu kebidanan.

2. Praktis

a. Bagi Institusi Kebidanan

Sebagai penambahan informasi untuk mahasiswi jurusan kebidanan dalam

melakukan penelitian kebidan selanjutnya yang berkaitan dengan

Preeklamsia .

b. Bagi Tempat Peneliti

Sebagai sumber informasi dalam memberikan penyuluhan pada ibu hamil

tentang Preeklamsia

c. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman dalam mengaplikasikan mata kuliah

metode penelitian.

d. Bagi Ibu Hamil.

Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan ibu hamil tentang

Preeklamsia .

Page 8: Kti ida bagus

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Telaah pustaka

1. Kehamilan

Kehamilan adalah suatu anugrah dari Tuhan yang perlu mendapatkan

perhatian dan dukungan dari seluruh anggota keluarga (BKKBN, 2003).

Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur. Dalam prosesnya,

perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul penuh

perjuangan (Maulana, 2008).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan

berakhir sampai permulaan persalinan (Hanafiah, 2008).

Kehamilan adalah dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

hamil normal adalah 280 hari (40 minggu ) dihitung dari hari pertama sampai

terakhir. Oleh karena dalam tubuh ada sesuatu yaitu individu yang tumbuh dan

berkembang untuk menyesuaikan diri,dengan adanya individu itu tubuh

mengadakan perubahan,memberi tempat, kesempatan dan jaminan untuk

tumbuh dan berkembang sampai saatnya dilahirkan (Sarwono Prawirohardjo,

2000).

8

Page 9: Kti ida bagus

9

Komplikasi kehamilan

        Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang

dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi (Prawirohardjo, 1999).

1) Macam-macam komplikasi kehamilan

Menurut Dep Kes RI (1997), jika tidak melaksanakan ANC

sesuai aturan dikhawatirkan akan terjadi komplikasi-komplikasi yang

terbagi menjadi 3 kelompok sebagai berikut :

a) Komplikasi Obstetrik Langsung, meliputi :

(1) Perdarahan

(2) Pre-eklampsia/eklampsia

(3) Kelainan Letak (Letak Lintang/Letak Sungsang)

(4) Hidramnion

(5) Ketuban Pecah Dini

b) Komplikasi Obstetrik Tidak Langsung :

(1) Penyakit Jantung

(2) Tuberculosis

(3) Anemia

(4) Malaria

2. Preeklamsia

Preeklamsia/eklamsia adalah kondisi ibu yang disebabkan oleh

kehamilan disebut dengan keracunan kehamilan, dengan tanda-tanda oedem

(pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan muka, tekanan darah

tinggi, dan dalam air seni terdapat zat putih telur pada pemeriksaan urine dari

Page 10: Kti ida bagus

10

laboratorium. Kematian karena eklampsia meningkat dengan tajam

dibandingkan pada tingkat Preeklamsia berat (Dewi, 2009).

Preeklamsia adalah suatu keadaan dengan timbulnya hipertensi disertai

proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau

segera setelah lahir. Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda

hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan yang dapat

menyebabkan kematian pada ibu dan janinnya. Penyakit ini pada umumnya

terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan dan dapat terjadi pada waktu

antepartum, intrapartum, dan pasca persalinan (Prawirohardjo, 2001) (Windi

Sunarti,2013).

a. Klasifikasi Preeklamsia

1) Preeklamsia Ringan

Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria

dan/atau edema pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih atau pada

masa nifas. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu

pada penyakit trofoblas (Dr. Taufan Nugroho, 2010).

Hipertensi adalah tekanan darah sekurang – kurangnya 140 mmHg

sistolik atau 90 mmHg diastolic pada dua kali pemeriksaan berjarak 4 –

6 jam pada wanita yang sebelumnya normotensi.

Bila ditemukan tekanan darah tinggi ( ≥ 140/90 mmHg ) pada ibu

hamil, lakukan pemeriksaan kadar protein urin dengan tes celup urin

atau protein urin 24 jam dan tentukan diagnosis (World Health

Organization, 2013).

Page 11: Kti ida bagus

11

Preeklamsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,

edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini

umunya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi

sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa (Hanifa Wiknjosastro,

2007).

2) Preeklamsia berat/eklamsia

Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam

persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang

(bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan/atau koma dimana

sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.

Eklamsia merupakan kelanjutan dari “Preeklamsia berat” ditambah

dengan kejang atau koma yang dapat berlangsung mendadak

(Windi Sunarti, 2013).

Preeklamsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit

digolongkan berat bila satu atau lebih tanda / atau gejalah di bawah ini

ditemukan

a) Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic 110

mmHg atau lebih

b) Proteinuria 5 gr, atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada

pemeriksaan kualitatif;

c) Oliguria, air kencing 400 ml, atau kurang dalam 24 jam;

d) Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah

epigastrium;

Page 12: Kti ida bagus

12

e) Edema paru-paru atau sianosis.

b. Etiologi

Apa yang menjadi penyebab Preeklamsia dan eklamsia sampai

sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba

menerangkan sebab-sebab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang

dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima

harus dapat menerangkan hal-hal berikut :

1) Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganga,

hidramnion, dan mola hidatidosa;

2) Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan;

3) Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian

janin dalam uterus;

4) Sebab jarangnya terjadi eklamsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya;

5) Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma;

Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab

Preeklamsia adalah iskemia plasenta. Akan tetepi, dengan teori ini tidak

dapat diterangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya

tidak hanya satu faktor melainkan banyak faktor yang menyebabkan

Preeklamsia dan eklamsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering

kali sukar ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat (Hanifa

Wiknjosastro, 2007).

Page 13: Kti ida bagus

13

c. Patofisiologi.

Preeklamsia ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh

karena itu, sebagian besar pemeriksaan anatomi-patologik berasal dari

penderita eklamsia yang meninggal. Pada penyelidikan akhir-akhir ini

dengan biopsies hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi-

patologik pada alat-alat itu pada Preeklamsia tidak banyak berbeda dari pada

yang ditemukan pada Preeklamsia . Perlu dikemukakan disini bahwa tidak

ada perubahan hitopatologik yang khas pada Preeklamsia dan eklamsia.

Perdarahan, dan thrombosis pembuluh darah kecil pada penyakit ini dapat

ditemukan dalam berbagai alat tubuh. Perubahan tersebut mungkin sekali

disebabkan oleh vasospasmus arteriola. Penimbunan fibrin dalam pembuluh

darah merupakan faktor penting juga dalam pathogenesis kelainan-kelainan

tersebut.

1) Perubahan anatomi patologik

a) Plasenta

Pada Preeklamsia terdapat spasmus arteriola spiralis desi dua dengan

akibat menurunya aliran darah ke plasenta. Perubahan plasenta normal

sebagai akibat tuanya kehamilan, seperti menipisnya sinsitium,

menebalnya dinding pembuluh darah dalam filli karena fibrosis, dan

konfersi mesoderm menjadi jaringan fibotik, dipercepat prosesnya

pada Preeklamsia dan hipertensi.

Page 14: Kti ida bagus

14

b) Ginjal

Alat ini besarnya normal atau dapat membengkak. Dan pada simpai

ginjal dan pada pemotongan mungkin ditemukan perdarahan-perdaran

kecil. Penyelidikan biopsie pada ginjal oleh Altchek dan kawan-

kawanya (1968) menunjukan pada Preeklamsia bahwa kelainan

gomerulus berupa :

(1) Hyperplasia sel-sel jukstaglomeruler

(2) Kelainan pada tubulus-tubulus Henle

(3) Spasmus pembuluh darah ke glomerulus

c) Hati

Alat ini besarnya normal, pada permukaan dan pembelahan tampak

tempat-tempat perdarahan yang tidak teratur. Pada periksaan

mikroskopik dapat ditemukan perdarahan dan nekrosis pada tepi

lobules, disertai thrombosis pada pembuluh darah kecil terutama

disekitar vena porta.walaupun umumnya lokasi ialah periportal,

namun perubahan tersebut dapat ditemukan di tempat-tempat lain.

Dalam pada itu rupanya tidak ada hubungan langsung antara berat

penyakit dan luas perubahan pada hati.

d) Otak

Pada penyakit yang belum lanjut hanya ditemukan edema dan

anemia pada korteks serebri;pada keadaan lanjut dapat ditemukan

perdarahan.

Page 15: Kti ida bagus

15

e) Retina

Kelainan yang sering ditemukan pada retina ialah spasmus pada

arteriola-arteiola, terutama yang dekat pada diskus optikus. Vena

tampak lekuk pada persimpangan dengan arteriola. Dapat terlihat

edema pada diskus optikus dan retina.

f) Paru-paru

Paru-paru menunjukan berbagai tingkat edema dan perubahan karena

bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang

ditemukan abses paru-paru.

g) Jantung

Pada sebagian besar penderita yang mati karena eklamsia jantung

biasanya mengalami perubahan degenerative pada miokardium.

Sering ditemukan degenerasi lemak dan cloudy swelling serta

nekrosis dan perdarahan.

h) Kelenjar adrenal

Kelenjar adrenal dapat menunjukan kelainan berupa perdarahan dan

nekrosis dalam berbagai tingkat.

2) Perubahan fisiologi patologik

a) Perubahan pada plasenta dan uterus

Menurunya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi

plasenta. Pafa hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin

terganggu; pada hipertensi yang lebih pendek bisa terjadi gawat janin

sampai kematianya karena kekurangan oksigenasi. Kenaikan tonus

Page 16: Kti ida bagus

16

uterus dan kepekaan terhadap rangsangan sering di dapatkan pada

Preeklamsia dan eklamsia, sehingga mudah terjadi partus

prematurus.

b) Perubahan pada ginjal

Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke ginjal

menurun,sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus mengurang.

Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan

priteinuria dan mungkin sekali juga dengan retensi garam dan air.

c.) Perubahan pada retina

Pada Preeklamsia tampak retina edema, spasmus setempat atau

menyeluruh pada satu atau beberapa arteri; jarang terlihat perdarahan

atau eksudat.

c) Perubahan pada paru-paru

Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita

Preeklamsia dan eklamsia. Komplikasi ini biasanya disebabkan oleh

dekompensasio kordis kiri.

d) Perubahan pada otak

McCall melaporkan bahwa resistensipembuluh darah dalam otak

pada hipertensi dalam kehamilan lebih meninggi lagi pada eklamsia.

Walaupun demikian, aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen

pada Preeklamsia tetap dalam batas normal. Pemakaian oksigen oleh

otak hanya menurun pada eklamsia.

Page 17: Kti ida bagus

17

e) Metabolisme air dan elektrolit

Hemokonsentrasi yang menyertai Preeklamsia dan eklamsia tidak

diketahui sebabnya. Terjadi disini pergeseran cairan dari ruang

intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini, yang diikuti oleh

kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum dan sering

bertambahnya edema, menyebabkan volume darah

mengurang,viskositet darah meningkat, waktu peredaran darah tepi

lebih lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai bagian

tubuh mengurang, dengan akibat hipoksia. Dengan perbaikan

keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunya hematokrit

dapat dipakai sebagai ukuran tentang perbaikan keadaan penyakit

dan tentang berhasilnya pengobatan. Jumlah air dan natrium dalam

badan lebih banyak pada penderita Preeklamsia dari pada pada

wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi menahun.

Penderita Preeklamsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna

air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi

glomerulus menurun sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak

berubah (Sarwono Prawirohardjo, 2007)

d. Gejala Klinik

1) Gejala Klinis Preeklamsia Ringan

a) Hipertensi : sistolik / diastolk 140/90 mmHg

b) Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau

secara kualitatif positif 2 ( +2 ).

Page 18: Kti ida bagus

18

c) Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau

tangan.

d) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda Preeklamsia

berat. (Dr. Ida Ayu Chandranita manuaba, 2007 ).

Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan

kaki, jari tangan dan muka, sakit kepala hebat, kenaikan tekanan darah

secara mendadak sampai 140/90 mmHg atau lebih, proteinuria sebanyak

0,3 gram/liter dalam air kencing 24 jam (windisunarti, 2013).

2) Gambaran Klinik Preeklamsia Berat

a) Tekanan darah sistolik atau sama 160 mmHg atau diastolic lebih atau

sama dengan 110 mmHg, tekanan darah ini tidak menurun meskipun

ibu hamil sudah rawat baring di rumah sakit.

b) Protein uria 5 graam atau lebih per 24 jam atau kualitatif positif 3

atau 4.

c) Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500 cc per 24 jam disertai

dengan kenaikan kreatinin plasma.

d) Gangguan visus dan cerebral.

e) Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas abdomen.

f) Edema paru, syanosis.

g) Pertumbuhan janin intra uterin terlambat.

h) Adanya HELLP syndrome ( Hemolisis Elevated Liver Function Test

and Low Platelet count ) (Dr. Taufan Nugroho, 2010 ).

Page 19: Kti ida bagus

19

Menjelang kejang-kejang dapat didahului gejala subjektif yaiti

nyeri kepara di daerah frontal, nyeri epigastrium, penglihatan semakin

kabur, dan terdapat mual dan muntah dan pemeriksaan menunjukan

hiper-refleksia atau mudah terangsang (Dr. Ida Ayu Chandranita

manuaba, 2007 ).

Eklamsia ditandai oleh gejala-gejala Preeklamsia berat (hipertensi,

oedem, dan protein urine) dan kejang atau koma, kadang-kadang disertai

gangguan fungsi organ (windisunarti, 2013).

e. Penanganan Preeklamsia

1) Preeklamsia Ringan

Istirahat (tirah baring), diet rendah garam, diet tinggi protein,

suplemen kalsium, magnesium, obat anti hipertensi dan dirawat di

rumah sakit bila ada kecenderungan menjadi eklamsia (windisunarti,

2013).

Pada Preeklamsia ringan, penanganan simtomatis dan berobat jalan

dengan memberikan :

a) Sedative ringan ( Phenobarbital 3x30 mg, valium 3x10 mg )

b) Obat penunjang ( vitamin B kompleks,vitamin C atau vitamin E,zat

besi )

c) Nasehat ( garam dalam makanan dikurangi, lebih banhyak istrahat,

baring kearah punggung janin, segera dating memeriksakan diri, bila

terdapat gejala sakit kepala,mata kabur, edema mendadak, atau berat

badan naik, pernapasan semakin sesak, nyeri pada epigastrium,

Page 20: Kti ida bagus

20

kesadaran makin berkurang, gerak janin melemah-berkurang,

pengeluaran urin berkurang )

d) Jadwal periksaan hamil di percepat dan di perketat. Petunjuk untuk

segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk penderita

perlu memerhatikan hal berikut :

(1)Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih

(2)Protein dalam urine 1 plus atau lebih

(3)Kenaikan berat badan 1,5 kg, atau lebih dalam seminggu

(4)Edema bertambah dengan mendadak

(5)Terdapat gejala dan keluhan subyektif (Dr. Ida Ayu Chandranita

manuaba 2007).

2) Penanganan Preeklamsia Berat/Eklamsia

Pengobatan tetap isolasi ketat di rumah sakit. Hindari kejang yang

dapat menimbulkan penyulit yang lebih berat (Prawirohardjo, 2008)

(Windisunarti, 2013).

Pengobatan eklamsia dengan perawatan di rumah sakit dilaksanakan

sebagai berikut :

a) Kamar isolasi untuk menghindari rangsangan dari luar (sinar atau

keributan), mengurangi menerima kunjungan, yang merawat

jumlahnya terbatas.

b) Pengobatan medis. Banyak pengobatan yang telah diperkenalkan

untuk dapat menghindari kejang berkelanjutan dan meningkatkan

vitalitas janin dalam kandungan

Page 21: Kti ida bagus

21

(1) System stroganoff : suntikan 100 mg luminal,1/2 jam kemudian

suntikan 10 cc magnesium sulfat 40 /ₒ IM, selanjutnya tiap 3⁰

jam berganti-ganti diberi luminal 50 mg, dan 10 cc magnesium

sulfat 40 /ₒ IM⁰

(2) sodium pentothal. Pemberian sodium pentothal dapat

menghilangkan kejang. Dosis awal penthotal antara 200 dan 300

mg, IV perlahan-lahan

(3) magnesium sulfat. Magnesium sulfat mempunyai efek

menurungkan tekanan darah,mengurangi sensitivitas saraf pada

sinapsis meningkatkan dieresis, merusak sirkulasi iskemia

plasenta, sehingga menurungkan gejala klinis eklamsia. Dosis

pemberian larutan MgSO4 40 /ₒ⁰

(4) Intramuscular (8 g daerah gluteal kanan kiri,4 g interval 6 jam)

(5) Intravena (10 cc magnesium sulfat 40 /ₒ intravena perlahan-⁰

lahan, diikuti intramuscular 8 g). syarat pemberian magnesium

sulfat adalah refleks patella masih positif, pernapasan tidak

kurang dari 16 per menit, dieresis minimal 600 cc/24 jam.

Antidotum untuk magnesium sulfat adalah 1 g kalsium klorida

atau glukonas kalsikus.

(6) Diazepam valium. Diazepam atau valium dipergunakan sebagai

pengobatan eklamsia, karena mudah didapat dan murah.dosis

maksimal diazepam adalah 120 mg/24 jam. Metode pemberian

valium : pasang infuse glukosa 5º/ₒ dosis awal diberikan 20

Page 22: Kti ida bagus

22

mg/intravena. Dosis ikutan dalam glukosa 5º/ₒ 10 sampai 20 mg

dengan 20 tetesan/menit. Observasi yang dilakukan : kesadaran

penderita, keadaan janin dalam rahim, kejang-kejang, dieresis,

tekanan darah, nadi, dan pernapasan.

(7) Litik koktil. Litik koktil terdiri dari petidin 100 mg,

klorpromazih 100 mg, dan prometazin 50 mg yang dilarutkan

dalam 500 cc glukosa 5º/ₒ diberikan intravena dengan

memerhatikan tekanan darah, nada, dan kejang. Observasi

pengobatan dilakukan setiap 5 menit, karena takanan darah

dapat menurun mendadak.

(a) Pengawasan dalam pengobatan. Observasi dalam

pengobatan eklamsia sangat penting karena sewaktu-waktu

dapat terjadi komplikasi yang memberatkan pemerintah dan

janin dalam kandungan. Observasi tanda vital dilakukan

setiap 30 menit terhadap pernapasan dan ronki basal,suhu,

dan serangan kejang. Dalam keadaan koma : tidur

terlentang, kepala miring kesamping, siapkan pengisap

lendir, dan berikan O2 untuk ibu dan janinnya. Dalam

keadaan serangan kejang : damping pasien agar tidak jatuh,

sediakan spatel lidah,untuk menghindari gigitan lidah,ukur

jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam 2000 cc. nutrisi

pasien koma : glukosa 10 º/ₒ ,menghindari metabolism

lemak dan protein, pemberian asam amino dengan

Page 23: Kti ida bagus

23

aminofusin, pemberian B kompleks, dan vitamin C. Pada

pengobatan yang berhasil, dijumpai perbaikan dieresis

makin bertambah, tekanan darah menurun, nadi membaik,

kesadaran membaik, kejang berkurang. Pada kegagalan

pengobatan dapat dijumpai gejala kejang lebih dari 12 kali,

suhu meningkat diatas 39ºC, kesadaran makin menurun,

nadi meningkat diatas 100 kali per menit

(b) Tindakan kebidanan. Penderita Preeklamsia berat dan

eklamsia tidak tahan terhadap perdarahan dan trauma

persalinan, sehingga perlu dipikirkan agar persalinan

dengan trauma minimal. Pemilihan persalinan bergantung

pada beberapa faktor paritas penderita, usia anak trkecil,

dan usia pendeerita. Keadaan serviks : pembukaan, arah

serviks, kekakuan serviks. Keadaan janin intrauterine :

ketuban belum pecah, jumlah air ketuban, warna air

ketuban, tanda asfeksia intrauterine. Tempat pertolongan

dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas cukup, obat

tersedia, tenaga terlatih dan anastesi (Dr. Ida Ayu

Chandranita manuaba 2007).

3. Karakteristik Ibu Hamil dengan Preeklamsia

Secara umum karakteristik ibu hamil dengan Preeklamsia adalah umur

dan paritas.

Page 24: Kti ida bagus

24

a. Umur Ibu

Apa pengaruh usia dan fisik wanita pada kehamilan pertama dan

proses persalinan? “Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun bisa

menimbulkan masalah, karena kondisi fisik belum 100% siap. Kehamilan

dan persalinan di usia tersebut, meningkatkan angka kematian ibu dan janin

4-6 kali lipat dibanding wanita yang hamil dan bersalin di usia 20-30

tahun,” jelas dr. Seno.

Beberapa risiko yang bisa terjadi pada kehamilan di usia kurang dari

20 tahun adalah kecenderungan naiknya tekanan darah dan pertumbuhan

janin terhambat. “Bisa jadi secara mental pun si wanita belum siap. Ini

menyebabkan kesadaran untuk memeriksakan diri dan kandungannya

rendah. Di luar urusan kehamilan dan persalinan, risiko kanker leher rahim

pun meningkat akibat hubungan seks dan melahirkan sebelum usia 20 tahun

ini,” tambah dr. Seno.

Berbeda dengan wanita usia 20–30 tahun yang dianggap ideal untuk

menjalani kehamilan dan persalinan. “Di rentang usia ini kondisi fisik

wanita dalam keadaan prima. Rahim sudah mampu memberi perlindungan

atau kondisi yang maksimal untuk kehamilan. Umumnya secara mental pun

siap, yang berdampak pada perilaku merawat dan menjaga kehamilannya

secara hati-hati,” jelas dr. Seno

Sedangkan usia 30-35 tahun sebenarnya merupakan masa transisi

“Kehamilan pada usia ini masih bisa diterima asal kondisi tubuh dan

Page 25: Kti ida bagus

25

kesehatan wanita yang bersangkutan, termasuk gizinya, dalam keadaan

baik,” ujar dr. Seno

Setelah usia 35 tahun, sebagian wanita digolongkan pada kehamilan

berisiko tinggi. “Di kurun usia ini, angka kematian ibu melahirkan dan bayi

meningkat. Itu sebabnya, sebenarnya, tidak dianjurkan menjalani kehamilan

di atas usia 40 tahun,” ungkap dr. Seno yang juga staf pengajar Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Tinggi rendahnya umur seseorang mempengaruhi terjadinya pre-

eklamsia (Sarwono, 2006).

1) Faktor risiko ibu hamil yang mengalami Preeklamsia .

a) Usia

(1) Usia < 20 tahun (terlalu muda untuk hamil)

Yang dimaksud dengan terlalu muda untuk hamil adalah

hamil pada usia < 20 tahun. Pada usia <20 tahun secara fisik

kondisi rahim dan panggul belum berkembang optimal,

sehingga dapat mengakibatkan risiko kesakitan dan kematian

pada kehamilan dan dapat menyebabkan pertumbuhan serta

perkembangan fisik ibu terhambat.

(2) Usia > 35 tahun (terlalu tua untuk hamil)

Yang dimaksud dengan terlalu tua adalah hamil diatas

usia 35 tahun kondisi kesehatan ibu danfungsi berbagai organ

dan sistem tubuh diantaranya otot, syaraf, endokrin, dan

reproduksi mulai menurun. Pada usia lebih dari 35 tahun

Page 26: Kti ida bagus

26

terjadi penurunan curah jantung yang disebabkan(BKKBN,

2007).

Pengawasan pada ibu hamil dengan usia di bawah 18

tahun perlu diperhatikan karena sering terjadi anemia,

hipertensi menuju pre-eklampsiaa/eklamsia, persalinan dengan

berat badan lahir rendah, kehamilan disertai infeksi, penyulit

proses persalinan yang diakhiri dengan tindakan operasi.

Aspek sosial yang sering menyertai ibu hamil dengan usia

muda adalah kehamilan yang belum diinginkan, kecanduan

obat dan atau perokok, arti dan manfaat antenatal care yang

kurang diperhatikan. Aspek sosial dapat menimbulkan

kesulitan tumbuh kembang janin dan penyulit saat proses

persalinan berlangsung. Kini wanita karier dan terdidik banyak

yang ingin hidup mandiri mengejar karier sehingga akan

terlambat menikah dan hamil diatas usia 35 tahun. Pengawasan

terhadap mereka perlu juga diperhatikan karena dapat terjadi

hipertensi karena stres pekerjaan, hipertensi dapat menjadi

pemicu pre-eklampsiaa/eklamsia, diabetes melitus, perdarahan

antepartum, abortus, persalinan premature, kelainan

kongenital, ganggguan tumbuh kembang janin dalam rahim

(Manuaba, 2007) (Asniar, 2015)

Page 27: Kti ida bagus

27

b) Gravida

Gravida (kehamilan) adalah jumlah kehamilan termasuk

abortus, molahidatidosa, dan kehamolan ektopik yang pernah

dialami oleh seorang ibu (sumarah dkk, 2008). Insiden Preeklamsia

7-12º/ₒ terjadi pada primi gravida, sedangkan untuk multigravida

insiden Preeklamsia 5-8 º/ₒ. Hal ini pada primigravida disebabkan

karena baru pertama kali terpajan vili korealis. Dimana vili korealis

mengandung desi dua yang banyak sel dan apa bila diaktifkan

banyak mengeluarkan zat yang merugikan yang mana zat-zat itu

sebagai mediator untuk memicu cedera sel endotel akibat cedera itu

bisa terjadi Preeklamsia . (Cunningham, 2005).

c) Kehamilan kembar

Kehamilan kembar yaitu suatu kehamilan dimana terdapat

dua atau lebih embrio atau janin sekaligus. Kehamilan kembar

dapat memberikan risiko yang lebih tinggi terhadap ibu dan janin

(Joseph & nugroho, 2010).

Wanita dengan kehamilan kembar berisiko tinggi

mengalami Preeklamsia . Hal ini biasanya disebabkan ole

peningkatan massa plasenta dan prpoduksi hormone. Oleh karena

itu akan sangat membantu jika ibu dan anggota keluarganya

dilibatkan dalam mengamati gejala yang berhubungan dengan

Preeklamsia (varnei, 2007).

Page 28: Kti ida bagus

28

d) Molahidatidosa

Molahidatidosa merupakan kehamilan yang secara genetis

tidak normal, yang muncul dalam bentuk kelainan perkembangan

plasenta. Perkembangan jaringan plasenta abnormal yang pesat

menyebabkan kadar hormone B-Hcg menjadi sangat tinggi

sehingga dapat menyebabkan terjadinya hipertensi yang akan

menimbulkan Preeklamsia (varney, 2007).

e) Social Ekonomi

Social ekonomi merupakan pendapatan keluarga yang dapat

menunjang kebjutuhan hidup keluarga. Social ekonomi

berhubungan dengan kejadian Preeklamsia , dimana dengan

pendapatan rendah mempengaruhi terjadinya Preeklamsia , karena

jika pendapatan rendah seorang ibu tidak menyiapkan makanan

mengandum kalsium sehingga untuk memprpoduksi makanan yang

mengandung kalsium berkurang dan ibu mengalami kekurangan

kalsium yang dapat menyebabkan hipertensi (Winkjosastro, 2007).

f) Riwayat Preeklamsia

Preeklamsia atau sering disebut dengan Toksemia

Gravidarum atau keracunan kehamilan merupakan salah satu

penyebab kematian paling sering pada ibu hamil. Gejala yang dapat

ditemukan pada penderita Preeklamsia yaitu tekanan darah yang

meningkat, pembengkakan pada tungkai dan ditemukanya protein

dalam air seni. Bila keadaan ini tidak diatasi, maka penderita akan

Page 29: Kti ida bagus

29

jatuh kedalam keadaan eklamsia yang berakibat kejang, suatu

kondisi yang dapat membahayakan jiwa ibu maupun janin dalam

kandungan. Ibu dengan riwayat Preeklamsia sebelumnya berisiko

mengalami Preeklamsia pada kehamilan selanjutnya (Winkjosastro,

2007).

g) Diabetes Melitus

Diabetes tejadi karena produksi insulin tidak ada atau tidak cukup.

Insulin adalah hormone yang yang diproduksi oleh sel beta pulau

langerhans didalam pancreas. Fungsi insulin adalah mengangkut

glukosa kedalam sel bergantung pada jumlah glukosa yang masuk,

yang kemudian diubah menjadi energy. Pada diabetes, tidak terjadi

kekurangan glukosa didalam darah, melainkan glukosa tak dapat

diangkut kedalam sel tanpa persediaan insulin yang cukup.

Keadaan ini pada akhirnya akan menyebabkan hiperglikemia.

Hiperglikemia menimbulkan banyak efek merugikan pafa

kehamilan. Untuk diabetes tipe I dan II, dengan control glikemia

yang jarang, peningkatan kadar koten dan glukosa terbukti bersifat

teratogenik sehingga menyebabkan anomaly konginetal, seperti

defek jantung, defek system saraf pusat, sindro menurun kaudal.

Kematian pembuluh darah pafa diabetes tipe I menyebabkan

penurunan aliran darah ke uterus dan plasenta sehingga

meningkatkan infusiensi uteroplasenta, yang mengakibatkan IUGR

Page 30: Kti ida bagus

30

dan efek-efek lain. Pada sejumlah besar wanita juga ditemukan

hipertensi dan Preeklamsia (Varney, 2007).

b Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu

baik lahir hidup maupun lahir mati. Paritas adalah jumlah kehamilan

yang dilahirkan atau jumlah anak yang dimiliki baik dari hasil

perkawinan sekarang atau sebelumnya.

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang

mampu hidup diluar rahim dengan usia kehamilan 28 minggu

(Pusdiknakes, 2006). Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan

oleh seorang ibu (Nursalam, 2007) (http://bidan-ilfa.blogspot.com)

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau jumlah anak

yang dimiliki oleh seorang wanita. Faktor paritas memiliki pengaruh

terhadap persalinan dikarenakan Ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi

untuk mengalami gangguan selama masa kehamilannya terlebih pada

ibu yang pertama kali mengalami masa kehamilan.

a) Klasifikasi Paritas

(1)  Primipara

Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak,

yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006).

(2) Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama

kali. Wanita yang pertama kali hamil sedangkan umurnya

dibawah 20 tahun disebut pimigravida muda. Usia terbaik untuk

Page 31: Kti ida bagus

31

seorang wanita hamil antara usia 20 tahun hingga 35 tahun.

Sedangkan wanita yang pertama hamil pada usia diatas 35 tahun

disebut primigravida tua. Primigravida muda termasuk didalam

kehamilan risiko tinggi (KRT) dimana jiwa dan kesehatan ibu dan

atau bayi dapat terancam. Risiko kematian maternal pada

primigravida muda jarang dijumpai dari pada primigravida tua.

Dikarenakan pada primigravida muda dianggap kekuatannya

masih baik. Sedangkan pada primigravida tua risiko kehamilan

meningkat bagi sang ibu yang dapat terkena pre-eklampsia/

eklampsia (Manuaba, 2007)

(3) Multipara

(a) Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak

lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2009).

(b) Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel

(hidup) beberapa kali (Manuaba, 2008).

(c) Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau

lebih (Varney,2006).

(4) Grandemultipara

Grande Multipara adalah kondisi dimana seorang ibu pernah

melahirkan lebih dari 4 kali. Grande multipara termasuk dalam

kehamilan dengan risiko tinggi.Ibu hamil dengan risiko tinggi

memiliki bahaya yang lebih besar pada waktukehamilan maupun

persalinan bila di bandingkan dengan ibu hamil normal.

Page 32: Kti ida bagus

32

Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan

sedini mungkinsehingga dapat dilakukan tindakan segera.

(a) Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5

orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit

dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2008).

(b) Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5

orang anak atau lebih (Varney, 2006). (http://dr-

suparyanto.blogspot.com)

Pada primigravida atau ibu yang pertama kali hamil

sering mengalami stress dalam menghadapi persalinan. Stress

emosi yang terjadi pada primigravida menyebabkan

peningkatan pelepasan corticotropic-releasing hormone

(CRH) oleh hipothalamus, yang kemudian menyebabkan

peningkatan kotisol. Efek kortisol adalah mempersiapkan

tubuh untuk berespons terhadap semua stressor dengan

meningkatkan respons simpatis, termasuk respons yang

ditujukan untuk meningkatkan curah jantung dan

mempertahankan tekanan darah (Corwin, 2001).

Hipertensi pada kehamilan terjadi akibat kombinasi

peningkatan curah jantung dan resistensi perifer total. Selama

kehamilan normal, volume darah meningkat secara dratis.

Pada wanita sehat, peningkatan volume darah

diakomodasikan oleh penurunan responsivitas vaskular

Page 33: Kti ida bagus

33

terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II.

Hal ini menyebabkan resistensi perifer total berkurang pada

kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada wanita

dengan pre-eklampsiaa/eklamsia, tidak terjadi penurunan

sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut,

sehingga peningkatan besar volume darah langsung

meningkatkan curah jantung dan tekanan darah (Corwin,

2007).

Pada primigravida frekuensi Preeklamsia lebih tinggi

bila dibandingkan dengan multigravida, terutama

primigravida muda (Sarwono, 2006). (Asniar, 2015)

B. Landasan Teori

1. Kehamilan

Kehamilan adalah suatu peristiwa yang dinantikan oleh setiap wanita yang

sudah menikah. Dalam waktu 9 bulan akan dijalani proses kehamilan yang

bersejarah bagi masing-masing ibu sampai pada saatnya kelahiran sang buah

hati yang sangat dinantikan. Namun tidak semua kehamilan dapat berjalan

dengan lancar, terdapat beberapa penyulit yang bisa terjadi pada masa

kehamilan ini sehingga dapat mengancam jiwa ibu maupun janin. Salah

Salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah hipertensi dalam kehamilan.

Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu penyakit yang sering dijumpai

pada wanita hamil, di situ ditemukan adanya kelainan berupa peningkatan

tekanan darah pada pemeriksaan ibu hamil. Pengukuran tekanan darah sistolik

Page 34: Kti ida bagus

34

dan diastolic berada di atas 140/90 mmHg, pengukuran sekurang-kurangnya

dilakukan 2 kali dengan selang waktu pengukuran 4 jam.

Hipertensi dalam kehamilan dapat menyebabkan berbagai macam

komplikasi dari yang paling ringan sampai berat, bahkan kematian dan

meliputi berbagai organ. Pada penderita penyakit ini dapat terjadi hipovolemia

yaitu kekurangan cairan plasma akibat gangguan pembuluh darah, gangguan

ginjal, gangguan hematologis, gangguan hati, gangguan neurologis, dan

ganggua penglihatan, Juga terjadi gangguan kardiovaskular, gangguan

pernafasan dan yang paling berat yaitu sindroma HELLP (Hemolisis, Elevated

Liver enzyme, Low Platelet count), serta disertai gangguan pada janin mulai

dari fetal distress, terhambat pertumbuhan, prematuritas, hingga kematian

dalam rahim. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengenali secara lebih

mendalam mengenai penyakit ini. Terdapat banyak teori yang menjelaskan

kejadian penyakit ini dan hingga kini semua masih dipercaya sebagai

patofisiologi penyakit ini, antara lain teori kelainan pembuluh darah plasenta,

teori imunologis, teori defisiensi gizi, teori defisiensi genetik, teori inflamasi,

dan teori radikal bebas dan disfungsi endotel pembuluh darah.

2. Preeklamsia

Preeklampsia ialah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi,

edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia

merupakan salah satu jenis penyakit yang perlu diwaspadai. Keadaan ini biasa

membahayakan ibu hamil, karena pada beberapa kasus preeklampsia dengan

Page 35: Kti ida bagus

35

komplikasi merupakan penyebab utama kematian pada ibu hamil (Lalega,

2013) (yowanti hadjiko, 2014).

a. Preeklamsia Ringan

Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan

/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah

persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu

pada penyakit trofoblas

b. Preeklamsia berat

Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan

timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau

edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

3. Umur Ibu

Usia adalah salah satu faktor risiko terjadinya preeklamsia. Menurut

Bobak (2006), usia yang rentan terkena preeklamsia adalah usia < 18 atau > 35

tahun. Seperti yang telah dijelaskan Manuaba (2006), pada usia < 18 tahun,

keadaan alat reproduksi belum siap untuk menerima kehamilan. Hal ini akan

meningkatkan terjadinya keracunan kehamilan dalam bentuk preeklamsia dan

eklamsia. Sedangkan pada usia 35 tahun atau lebih, menurut Rochjati (2003),

rentan terjadinya berbagai penyakit dalam bentuk hipertensi, dan eklamsia. Hal

ini menurut Rochjati (2006) disebabkan karena tenjadinya perubahan pada

jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu, hal ini

menurut Potter (2006), juga diakibatkan karena tekanan darah yang meningkat

Page 36: Kti ida bagus

36

seiring dengan pertambahan usia. Sehingga pada usia 35 tahun atau lebih dapat

cenderung meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia.

4. Paritas

Paritas adalah faktor risiko yangberkaitan dengan timbulnya preeklamsia.

Menurut Wiknjosastro, H. (2007),frekuensinya lebih tinggi terjadi pada

primigravida daripada multigravida. Berdasarkan teori immunologik yang

disampaikan Sudhaberata (2006), hal ini dikarenakan pada kehamilan pertama

terjadi pembentukan “blocking antibodies” terhadap antigen tidak sempurna.

Selain itu menurut Angsar (2008), pada kehamilan pertama terjadi

pembentukan “Human Leucocyte Antigen Protein G (HLA)” yang berperan

penting dalam modulasi respon immune, sehingga ibu menolak hasil konsepsi

(plasenta) atau terjadi intoleransi ibu terhadap plasenta sehingga terjadi

preeklamsia.

Page 37: Kti ida bagus

Umur

Paritas

Pre-eklamsia

37

C. Kerangka Konsep

Gambar 1: kerangka konsep

Keterangan :

= Variable Independent (variable bebas)

= Variable Dependent (variable terikat)

= hubungan

Page 38: Kti ida bagus

38

D. Rencana Pertanyaan Penelitian

1. Berapa persentase faktor risiko ibu hamil yang mengalami Preeklamsia di

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d. 2015

berdasarkan umur ?

2. Berapa persentase faktor risiko ibu hamil yang mengalami Preeklamsia di

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d. 2015

berdasarkan paritas ?

 

Page 39: Kti ida bagus

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat Deskriptif yaitu untuk mengetahui persentase faktor

risiko ibu hamil yang mengalami Preeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah

Raha Kabupaten Muna tahun 2014 s.d. 2015.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan bulan Agustus 2016 di Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Muna.

C.  Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang mengalami

Preeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d.

2015 sebanyak 42 orang.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.

Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling karena

menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh

populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. Sampel dalam penelitian ini

sebanyak 42 pasien yang mengalami pre-eklampsia.

39

Page 40: Kti ida bagus

40

D. Identifikasi Variabel Penelitia n

Variabel dalam penelitian terdiri dari variable dependent dan variable

Independent

a. Variable dependent (variable terikat) : Preeklamsia

b. Variable independent (variable bebas) : umur, dan paritas

E.  Variabel dan   Definisi Operasional

1. 1. Umur

Umur adalah lamanya hidup seseorang sejak dilahirkan sampai sekarang

yang dapat dilihat melalui medical record, dengan kategori:

a .< 20 tahun

b. 20 – 35 tahun

c. > 35 tahun

Skala: Ordinal

2. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan ibu baik lahir hidup

atau lahir mati dengan kategori :

a. Paritas 0

b. Paritas ≥ 1

F. Instrumen penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

cheek list dengan mengambil data rekam medic berdasarkan variable yang diteliti.

Page 41: Kti ida bagus

41

G.  Pengolahan dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Editing

Dilakukan pengecekan akan kelengkapan data pada format kuesioner

terkumpul, bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan,

bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data, maka

dilakukan pendataan ulang.

b. Coding

Pemberian kode atau tanda pada setiap data yang telah terkumpul untuk

mempermudah memasukkan data ke dalam tabel.

c. Tabulating

Untuk mempermudah analisa data, pengolahan data, serta pengambilan

kesimpulan kemudian data dimasukkan ke dalam distribusi frekuensi.

2. Analisa Data

Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan melihat persentase data

yang telah terkumpul dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi,

kemudian dilakukan pembahasan dengan menggunakan kepustakaan yang

ada.

Persentase data diperoleh dengan menggunakan rumus distribusi

sebagai berikut :

P= fn

x100 %

Page 42: Kti ida bagus

42

Keterangan :

P : persentase yang dicari

f : jumlah pengamatan

n : jumlah sampel (Notoatmojo, 2010).

H. Rencana Penelitian

Tabel:1 jadwal pelaksanaan proposal dan Karya Tulis Ilmiah tahun 2016

NO Kegiatan Juli AgustusII III IV I II III IV

1 Pengajuan judul

2 Survey awal

3 Penyelesaian dan bimbingan proposal dari Bab I s/d Bab III

4 Seminar Proposal

5 Revisi Proposal

6 Penelitian

7 Peyelesaian dan bimbingan Karya Tulis Ilmiah

8 Seminar Karya Tulis Ilmiah