pest is ida

33
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pestisida merupakan terjemahan bahasa inggris pesticide yang berasal dari bahasa latin pestis dan cedo yang biasa diterjemahkan menjadi racun untuk mengendalikan jasad pengganggu. Istilah jasad pengganggu pada tanaman sering juga disebut dengan organisme pengganggu tanaman (OPT). Pestisida digunakan sebagai pilihan utama pemberantasan organisme pengganggu tanaman. Sebab pestisida mempunyai daya bunuh yang tinggi, penggunaannya mudah, dan hasilnya cepat diketahui. Namun bila aplikasi kurang bijaksana dapat menyebabkan dampak yang berbahaya bagi pengguna maupun linggkungan. Dampak buruk tersebut antara lain: mengakibatkan keracunan bagi pengguna secara cepat ataupun lambat, meracuni inang, resistensi pada hama akibat penggunaan pestisida yang berbahan aktif atau kelompok senyawa yang sama secara terus menerus dengan dosis yang tidak tepat, terjadi resurjensi, yaitu populasi hama generasi berikutnya meningkat setelah aplikasi pestisida, karena ikut terbunuhnya musuh alami saat dilakukan aplikasi pestisida. Bisa juga terjadi perangasangan produksi telur hama akibat penggunaan dan ntingkat dosis tertentu, munculnya hama sekunder. Dengan dibasminya hama utama, musuh alami hama utama dan bahkan musuh alami sekunder LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO 1

Upload: fendy-prabowo

Post on 03-Jul-2015

434 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pest is Ida

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pestisida merupakan terjemahan bahasa inggris pesticide yang berasal dari bahasa

latin pestis dan cedo yang biasa diterjemahkan menjadi racun untuk mengendalikan jasad

pengganggu. Istilah jasad pengganggu pada tanaman sering juga disebut dengan organisme

pengganggu tanaman (OPT).

Pestisida digunakan sebagai pilihan utama pemberantasan organisme pengganggu

tanaman. Sebab pestisida mempunyai daya bunuh yang tinggi, penggunaannya mudah, dan

hasilnya cepat diketahui. Namun bila aplikasi kurang bijaksana dapat menyebabkan dampak

yang berbahaya bagi pengguna maupun linggkungan. Dampak buruk tersebut antara lain:

mengakibatkan keracunan bagi pengguna secara cepat ataupun lambat, meracuni inang,

resistensi pada hama akibat penggunaan pestisida yang berbahan aktif atau kelompok

senyawa yang sama secara terus menerus dengan dosis yang tidak tepat, terjadi resurjensi,

yaitu populasi hama generasi berikutnya meningkat setelah aplikasi pestisida, karena ikut

terbunuhnya musuh alami saat dilakukan aplikasi pestisida. Bisa juga terjadi perangasangan

produksi telur hama akibat penggunaan dan ntingkat dosis tertentu, munculnya hama

sekunder. Dengan dibasminya hama utama, musuh alami hama utama dan bahkan musuh

alami sekunder ikut terbunuh. Akibatnya hama sekunder berkembang pesat dan menjadi hama

utama, merusak mahluk berguna misalnya serangga penyerbuk, predator, parasit, dan

pathogen, mencemari lingkungan, misalnya perairan, udara, dan sebagainya.

Patut dicatat bahwa pestisida diperkenalkan untuk pertamakalinya oleh bangsa

Cina pada tahun 900 M , dengan memakai senyawa arsenat, sudah dipakainya pestisida ultra

tradisional ini menunjukkan bahwa bangsa Cina sudah maju dibidang pertanian, terbukti

dengan kenyataan pengenalan pestisida yang pertama sekali oleh manusia.

Karena belum ada penemuan-penemuan baru, bahan arsenat ini bertahan cukup

lama. Meskipun hama-hama juga sudah menunjukkan segala kekebalan. Pada akhirnya secara

tidak disengaja seperti lazimnya penemuan yang lain, racun tembakau mulai diperkenalkan

pada masyarakat mulai tahun 1960 diEropa.

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO1

Page 2: Pest is Ida

Metodenya masih sederhana Pembuatan pun cukup sederhana, karena pada masa

itu belum dikenal alat-alat industri dan pengetahuan yang cukup. Tembakau direndam

didalam air selama satu hari satu malam, baru kemudian dipakai untuk menyemprot atau

disiramkan.

Ternyata racun nikotin ini cukup efektif pula sebagai obat sekaligus racun

pembasmi hama. Berbeda didaratan eropa, di Malaysia dan sekitarnya lebih mengenal bubuk

pohon deris, yang mengandung bahan aktif Rotenon sebagai zat pembunuh. Disamping itu

juga dipakai bahan aktif Pirenthin I dan II, dan Anerin I dan II, yang diperoleh dari bunga

Pyrentrum Aneraria Forium.

Semenjak diketemukannya bahan-bahan aktif dari tumbuh-tumbuhan tersebut,

perkembangan pestisida semakin melonjak.Berbagai upaya pemikiran mulai dilontarkan

untuk mendapatkan jenis-jenis pestisida baru yang lebih ampuh. Barulah kemudian

diketemukan pestisida sintetis dari senyawa Dinitro dan Thiosianat.

Namun ternyata sangat dirasakan, bahwa zat-zat pembasmi yang terdahulu belum

begitu memuaskan. Maka tercipta DDT (Dicholro Diphenil Trichloroetana) pada tahun 1874

oleh seorang warga negara Jerman, Zeidler. Pada akhirnya pembuatan DDT merupakan

babak baru dalam perkembangan industri pestisida. Dan semenjak itu makin banyak pestisida

sintetis buatan manusia, baik yang betul-betul berbeda dengan DDT, maupun derivat-

derivatnya.

Karena pestisida merupakan bahan racun maka penggunaanya perlu kehati-hatian,

dengan memperhatikan keamanan operator, bahan yang diberi pestisida dan lingkungan

sekitar. Perhatikan petunjuk pemakaian yang tercantum dalam label dan peraturan-pearturan

yang berkaitan dengan penggunaan bahan racun, khususnya pestisida.

Dalam  pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida adalah sebagai

alternatif terakhir.  Dan belajar dari pengalaman, Pemerintah saat ini tidak lagi memberi

subsidi terhadap pestisida . Namun kenyataannya di lapangan petani masih banyak

menggunakannya.  Menyikapi hal ini, yang terpenting adalah baik pemerintah maupun swasta

terus menerus memberi penyuluhan tentang bagaimana penggunaan pestisida secara aman dan

benar.  Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat (tepat jenis pestisida,

tepat cara aplikasi, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat takaran).

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO2

Page 3: Pest is Ida

I.2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum acara kali ini, adalah :

1. Untuk mengetahui penggolongan pestisida berdasarkan jasad sasarannya.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari formulasi yang terdapat pada setiap kemasan

pestisida.

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO3

Page 4: Pest is Ida

II. BAHAN DAN METODE

2.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Pestisida dan Teknik Aplikasi dilaksanakan pada hari senin, tanggal 18 April

2011, pukul 09.00 WIB. Bertempat di Labolatorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Palangka Raya.

2.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah jenis pestisida yang sudah disiapkan

di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas Palangka Raya.

Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat-alat tulis dan sejenisnya.

2.3. Cara Kerja

Menginventarisasikan golongan pestisida masing-masing sesuai dengan jenis sasarannya,

kemudian masing-masing nama umum, nama dagang dan nama kimianya. Selanjutnya membuat

dalam bentuk tabel yang telah disediakan.

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO4

Page 5: Pest is Ida

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan

Tabel Hasil Pengamatan Penggolongan Dan Formulasi Pestisida

NO GOLONGAN PESTISIDA

NAMA PESTISIDA

FORMULASI

CARA APLIKASI

OPT SASARAN

1 Insektisida DURSBAN * 20 EC

Emulsifiable Concentrate

Disemprot 1. Ulat grayak (Spodoptera exiqua).

2. Kutu daun (Myzus persicae).

3. Belalang (Locusta migratoria)

2 Insektisida DHARMABAS 500 EC

Emulsifiable Concentrate

Disemprot 1. Wereng coklat (Nilaparvata lugens)

2. Walang sangit ( Leptocorisa oratorius)

3. P engisap daun (Helopeltis sp)

3 Insektisida INDOVIN 85 SP

Soluable Powder

Disemprot 1. Ulat grayak (Spodoptera exiqua).

2. Pengisap daun (Helopeltis sp)

4 Insektisida SUPRACIDE 25 WP

Wettable Powder

Disemprot 1. Kutu daun(Aphis porni)

2. Kumbang pemakan daun (Aulocophara sp)

3. Perusak daun

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO5

Page 6: Pest is Ida

(Spodoptera spp)

5 Insektisida BANCOL 5O WP

Wettable Powder

Disemprot 1. Perusak daun (Plutella xylostella)

2. Lalat daun ( Hydrellia sp)

3. Kutu daun (Myzus persicae).

6 Fungisida DACONIL 75 WP

Wettable Powder

Disemprot 1. Penyakit embun bul

2. Penyakit bercak ungu

3. Penyakit bercak daun

7 Fungisida RIDOMIL 35 SD

Seed Dressing Disemprot Penyakit bulan jagung

8 Fungisida ANTRACOL 70 WP

Wettable Powder

Disemprot 1. Penyakit bercak daun

2. Penyakit bercak ungu

3. Penyakit busuk daun

9 Fungisida BENLATE WP Wettable Powder

Disemprot 1. Penyakit bercak daun

2. Penyakit karat daun

10 Fungisida DITHANE 430 F

Fumigan Disemprot Penyakit pada tanaman kakao dan kentang

11 Herbisida RAMBO 480 AS

Aqueous Solution

Disemprot 1. Syneodralla modiflorat

2. Borariya alata

3. Agoratium caniyodes

12 Herbisida POLARIS 200/8 AS

Aqueous Solution

Disemprot 1. Imperata cylindrical

2. Bororia sp 3. Cyperus sp

13 Herbisida GRAMOXONE Aqueous Disemprot 1. Cyperus

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO6

Page 7: Pest is Ida

Solution rotondus2. Brachinria

sp3. Borrerta sp

14 Herbisida PATA-COL Aqueous Solution

Disemprot 1. Ageratam conyroider

2. A. haws torium

3. Axowopus compressus

15 Kompilasi (Akarisida & Insektisida)

MITAL 200 EC Emulsifiable Concentrate

Disemprot 1. Tungau merah

2. Kutu putih16 Kompilasi

(Fungisida & ZPT)

FUJIWAN 400 EC

Emulsifiable Concentrate

Disemprot 1. Tungau jingga

2. Padi17 Kompilasi

(Insektisida & ZPT)

REGENT 50 SC SC Disemprot 1. Lalat Bibit2. Wereng

Coklat18 Kompilasi

(Nematisida, Insektisida, & Fungisida)

BASAMID-6 Granular Ditabur 1. Ulat Tanah2. Nematoda

19 Rodentisida PETROKUM RMB

RMB (umpan) Diumpan/disebar 1. Tikus sawah (Rattus argentiventer)

2. Tikus belukar (Rattus tiomanicus)

3. Tikus20 Rodentisida MESOPHIDE

80 PP (serbuk tepung)

Dicampur dengan makanan, kemudian diumpan.

1. Tikus sawah (Rattus argentiventer)

2. Tikus semak (Rattus tiomanicus)

3. Tikus21 Rodentisida KLERAT RM-

BRMB (umpan) Diumpan/disebar 1. Tikus sawah

(Rattus argentiventer)

2. Tikus belukar

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO7

Page 8: Pest is Ida

(Rattus tiomanicus)

3. Tikus22 Bakterisida AGREPT 20

WPWettable Powder

Ditabur Pada tanaman Tomat Penyakit Pseudomonas

3.2. Pembahasan

3.2.1. Penggolongan Pestisida

a.Insektisida

Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas semua

jenis serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan

untuk memberantas serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk,

kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh : basudin, basminon, tiodan, diklorovinil

dimetil fosfat, diazinon,dll.. Beberapa nama jenis insektisida antara lain,

DURSBAN * 20 EC, DHARMABAS 500 EC, INDOVIN 85 SP, SUPRACIDE 25

WP, BANCOL 5O WP

Serangga adalah binatang yang 26% spesiesnya merugikan manusia

karena herbivora atau fitofak, sedangkan sebagian lainnya merugikan manusia

karena menyebarkan penyakit pada manusia dan binatang ternak. Walaupun

demikian ada pula serangga yang sangat penting misalnya serangga penyerbuk

(pollinator), pengurai (decomposer), predator dan parasitoid pada serangga lain,

penghasil bahan berguna (lebah madu), dan sebagainya.

Ukurannya sangat beragam. Ada yang besarnya kurang dari 0,25 mm,

tetapi ada juga yang bisa mencapai 25 cm. secara umum tubuh serangga terdiri dari

kepala, dada dan perut. Pada dadanya terdapat 6 ruas kaki yang dapat bergerak.

Serangga menyerang tanaman atau ternak untuk memperoleh makanan

dengan berbagai cara, sesuai tipe mulutnya:

Menggigit dan mengunyah, misalnya jangkrik, ulat, dan belalang. Dengan

mulutnya ini serangga dapat menggigit dan mengunyah bagian luar

tanaman, mengugurkan daun tanaman, membuat lubang terowongan ke

dalamnya, atau memakan buahLAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO

8

Page 9: Pest is Ida

Menusuk dan menghisap cairan tanaman, misalnya aphis,wereng, kutu

perisai, kutu daun, kupu-kupu penusuk buah dan thrips

Menghisap, misalnya kupu-kupu dan ngengat. Binatang ini tidak

merugkan sebatas yang dihisap hanya nectar atau madu dari bunga. Akan

tetapi kebanyakan pada tingkat dewasa menjadi hama yang serius.

Mengunyah dan menjilat. Serangga bertipe mulut ini umumnya tidak

merugikan manusia, justru memberi keuntungan , misalnya lebah.

Memarut dan menghisap dilakukan oleh thrips atau tungau. Jaringan

tanaman yang di parut dengan paruhnya sehingga keluar cairan untuk

dihisapnya. Jaringan yang terserang oleh hama ini senderung berwarna

putih kemudian megarat.

Salah satu kesulitan pengendalian serangga adalah sifat serangga yang

mudah menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya. Sebagai contoh walaupun

tanaman ksukaannya tidak ada, serangga masih bertahan hidup dengan memakan

jenis tanaman apa saja yang ada. Seraangga juga tidak hanya menyerang tanaman di

lahan pertanian, tetapi ada beberapa jenis yang menjadi hama gudang.

Untuk membunuh serangga, inektisida nmasuk dalam tubuh serangga

melalui lambung, kontak, dan alat pernapasan.

a. Insektisida dapat meracuni lambung (stomach poisons) bila insektisida masuk

dalam tubuh bersama bagian tanaman yang dimakannya. Akibatnya alat

pencernaan akan terganggu. Insektisida seperi ini sangat efektif untuk

mengendalikan serangga yang mulutnya bertipe pengigit dan pengunyah.

b. Insektisida kontak (contac poisons) akan masuk tubuh serangga melalui

kutikulanya.

c. Insectisida masuk ke tubuhnya melalui pernapasan. Sebagiai fumigasi hama

gudang dapat mematikan hama yang menhisap gas beracun dari fumigant.

Sedangkan dilihat dari cara kerjanya, insektisida dibedakan atas peracun

fisik, peracun protoplasma, dan peracun pernapasan.

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO9

Page 10: Pest is Ida

a) Insektisida peracun fisik akan menyebabkan dehidrasi, yaitu keluarnya

cairan tubuh dari dalam tubuh serangga.

b) Insektisida peracun protoplasma dapat mengendapkan protein dalam tubuh

serangga.

c) Insektisida peracun pernapasan dapat menghambat aktifitas enzim

pernapasan.

b. Fungisida

Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan

jamur/ cendawan seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun.

Contoh : tembaga oksiklorida, tembaga (I) oksida, carbendazim, organomerkuri,

dan natrium dikromat. Beberapa nama jenis Fungisida antara lain, DACONIL 75

WP, RIDOMIL 35 SD, ANTRACOL 70 WP, BENLATE WP, DITHANE 430 F

Pada umumnya cendawa berbentuk eperti benang halus yang btidak bisa

dilihat dengan mata telanjang. Namun, kumpulan dari benag halus ini yang disebut

mycelium bisa dilihat dengan jelas. Miselium ini bia tumbuh diatas atau dalam

tubuh inang. Warna meselium ini ada yang putih, cokelat, hitam dan lain-lain.

Cendawan akan berkembang pesat bila kondisi sekitarnya sangat lembab, tanah

asan dan selalu basah dengansuhu sekitar 25-30 C. selain merusak tanaman yang

masih hidup cendawan juga mengahncurkan kayu bangunan.

Cendawan merusak tanaman dengan berbagai cara. Misalnya sproranya

masuk kedalam bagian tanaman lalu mengasakan pembelahan dengancara

pembesaran sel yang tidak teratur sehingga menimbulkan bisulo-bisul.

Pertumbuhan yang tidak teratur ini mengakibatkan system kerja jaringan

pengangkut air menjadi terganggu sehingga kehidupan tanaman menjadi merana.

Sebagi contoh kasus ini adalah penyakit akar gada pada kubis yang disebabkan oleh

plasmodiophora brassiceae Wor.

Secara umum gejala yang timbul akibat serangan cendawan adalah

klorosis atau perubahan warna jaringan tanaman, pembusukan akar, batang, daun

atau bagian tanaman lain , muncul bulu-bulu halus yang menutupi daun atau batang

dan sebagainya.

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO10

Page 11: Pest is Ida

Untuk mengendalikan perkembang biakannya, sel-sel cendawan ini bisa

dimatikan dengan fungisida. Berdasarkan cara kerjanya mematikan sel cendawan,

fungisida dibedakan menjadi:

Fungisida kontak

Fungisida sistemik

Fungisida kontak-sistemik

Fungisida sistemik adalah senyawa kimia yang bila diaplikasikan pada

tanaman akan bertranslokasi ke bagian lain. Aplikasi dapat melalui penetrasi daun,

melalui tanah untuk selanjutnya diabsorbsi oleh aka, atau injeksi melalui batang.

Karena fungisida sistemik ini masuk ke jaringan tanaman, maka harus memenuhi

syarat ideal sebagi berikut.

a) Dalam tanaman inang bekerja sebagai toksikan.

b) Mengganggu metabolisme inang dan mengimbas ketahanan fisik maupun

kimia terhadap pathogen dan tidak mengurangi kuantitas maupun kuantitas

tanaman.

c) Dapat diabsorbsi scara baik dan ditranslokasikan ke tmpat patogn serta stabil

dalam tanaman inang.

d) Terhadap mamalia bertoksisitas cukup renah.

e) Mampu meningkatkan ketahanan inang.

Mengacu pada aplikasinya, fungisida bisa diberikan sebagai eradikan dan

protektan. Eradikan diaplikasikan pada saat organisme pengganggu peneyebab

penyakit (patogen0 sudah ada di dalam tanaman, atau pada saat awal infeksi ada di

permukaaan tanaman, atau sebagai gejala kerusakan sebagai irreversible. Untuk

pathogen yang masih berada dipermukaan bagian tanaman cukup dikendalikan

dengan fungisida kontak. Namun , bagi pathogen yang btelah msuk ke dalam

tanaman hanya dapat dikendalikan dengan fungsida sistemik.

Fungisida sebagi protektan diaplikasikan pada permukaan bagian

tanaman , misalnya batang, daun dan buah sebelum terjadi infksi penyakit, atau

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO11

Page 12: Pest is Ida

bahkan sebelum pathogen kontak dengan permukaan bagian tanaman. Apabila

dilihat dari fungsi kerjanya, fungisida dibedakan atas:

1. fungisidal, yaitu membunuh jamur.

2. Fungistatik, yang berarti hanya menghambat pertumbuhan jamur

3. Genestatik yang berarti mencegah terjadinya sporulasi.

Bentuk fungisida bermacam-macam. Ada yang cair untuk penymprotan,

bentuk serbuk padat untuk penyebukan dan bentuk gas untuk fumugan. Selain

untuk mengendalikan serangan cendawan di areal pertanian, fungisida juga

banyak diterapkanpada buah dn sayur pascapanen.

c.Herbisida

Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman

pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dll. Contoh

ammonium sulfonat dan pentaklorofenol. Beberapa nama jenis Herbisida antara

lain PATA-COL, GRAMOXONE, POLARIS 200/8 AS, RAMBO 480 AS

Kehadiran gulma dalam lahan pertanian sangat tidak diharapkan karena

akan menyaingi tanaman yang ditanam dalam memperolah unsure hara, air dan

matahari. Akibat dari serangan gulma dapat menurunkan hasil panen yang cukup

besar.

Pada pertanaman padi di indonesia hasil penelitian mnunjukkan bahwa

gulma mampu menurunkan bobot gabah. Besarnya penurunan tergantung jenis

gulmanya. Marselia crenata menurunkan 19% bobot gabah, sedangkan

monochroria dan fimbristilis menurunkan sampai 54% bobot gabah.

Terdapat dua tipe herbisida menurut aplikasinya: herbisida pratumbuh

(preemergence herbicide) dan herbisida pasca tumbuh (postemergence herbicide).

Yang pertama disebarkan pada lahan setelah diolah namun sebelum benh ditebar

(atau segera setelah benih ditebar). Biasanya herbisida jenis ini bersifat

nonselektif, yang berarti membunuh semua tumbuhan yang ada. Yang kedua

diberikan setelah benih memunculkan daun pertamanya. Herbisida jenis ini harus

selektif, dalam arti tidak mengganggu tumbuhan pokoknya.

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO12

Page 13: Pest is Ida

Pada umumnya herbisida bekerja dengan mengganggu proses anabolisme

senyawa penting seperti pati, asam lemak atau asam amino melalui kompetisi

dengan senyawa yang "normal" dalam proses tersebut. Herbisida menjadi

kompetitor karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat yang

dikenali oleh enzim yang menjadi sasarannya. Cara kerja lain adalah dengan

mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan

tumbuhan. Contoh:

glifosat (dari Monsanto) mengganggu sintesis asam amino aromatik karena

berkompetisi dengan fosfoenol piruvat

fosfinositrin mengganggu asimilasi nitrat dan amonium karena menjadi

substrat dari enzim glutamin sintase.

Aplikasi herbisida biasanya ditentukan oleh stadia pertumbuhan tanaman

utama dan gulma. Untuk itu ada beberapa macam herbisida jika dilihat dari waktu

aplikasinya.

a. Herbisida pratanam (preplant) diaplikasikan pada saat tanaman belum

ditanam tetapi tanah sudah dioleh.

b. Herbisida prapengolahan tanah diaplikasikan pada vegetasi secara total agar

mudah dalam pembersihan lahan.

c. Herbisida pratumbuh (pre emergence) diaplikasikan setelah benih ditanam

tetapi belum berkecambah. Gulma pun belum tumbuh.

d. Herbisida pratumbuh ( post emegence) di aplikasikan pada saat gulma dan

tanaman sudah lewat stadia perkecambahan. Jadi herbisida ini bisa

diaplikasikan saat tanaman masih muda maupun sudah tua.

Ditinjau dari cara kerjanya, herbisida dibedakan atas herbisida kontak dan

sistemik.

1. Herbisida kontak adalah mematikan jaringan gulma yang terkena.

Herbisida ini diaplikasikan dengan penyemprotan dan sangat sesuai untuk

mengendalikan gulma setahun atau gulma semusim. Misalnya ceplukan

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO13

Page 14: Pest is Ida

(Physalis angulata L), wedusan atau babadotan (Angeratum conyzoides L.)

dan bayam duri (amaratus spinosa L.). gulma ini akan mati scara

keseluruhan bila kontan dengan herbisida ini. Namun, bial diaplikasikan

pada gulma tahunan yang mati hanya bagian atasnya. Jadi hanya seperti

dibabat. Sedangkan akarnya tetap hidup.

2. Herbisida sistemik diabsorbsi oleh akar atau daun masuk ke dalam

jaringan pembuluh kemudian diedarkan ke bagian lain sehingga gulma

mengalami kematian total. Maka dari itu aplikasinya dapat dengan cara

penyemprotan daun atau penyiraman ke akar tanaman. Gulma tahunan

(perennial weed) misalnya alang-alang, teki, dan sembung darta dangat

efektif dikendalikan dengan herbisida sistemik.

Pergerakan herbisida masuk kedalam tubuh tanaman dengan dua

cara kerja, yaitu selektif dan nonselektif.

a. Herbisida selektif walaupun diaplikasikan pada berbagai tumbuhan tetapi

hanya akan mematikan gulma dan relative tidak mengganggu tanaman

yang dibudidayakan.

b. Herbisida nolnselektif ialah herbisida yang diberikan lewat tanah atau daun

yang dapat mematiokan hamper semua jenis tumbuhan.

Sejumlah produsen herbisida mendanai pembuatan tanaman

transgenik yang tahan terhadap herbisida. Dengan demikian penggunaan

herbisida dapat diperluas pada tanaman produksi tersebut. Usaha ini dapat

menekan biaya produksi dalam pertanian berskala besar dengan mekanisasi.

Contoh tanaman tahan herbisida yang telah dikembangkan adalah raps

(kanola), jagung, kapas, padi, kentang, kedelai, dan bit gula.

Pemakaian herbisida menuai kritik karena menyebarkan bahan

kimia yang berbahaya bagi tumbuhan bukan sasaran. Meskipun sebagian besar

herbisida masa kini tidak berbahaya bagi manusia dan hewan, herbisida yang

tersebar (karena terbawa angin atau terhanyut air) berpotensi mengganggu

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO14

Page 15: Pest is Ida

pertumbuhan tumbuhan lainnya. Karena itu, herbisida masa kini dibuat supaya

mudah terurai oleh mikroorganisme di tanah atau air.

Kritik lainnya ditujukan pada pemakaian tanaman transgenik tahan

herbisida tertentu. Meskipun dapat menekan biaya, teknologi ini bermotifkan

komersial (meningkatkan penggunaan herbisida merek tertentu). Selain itu,

teknologi ini dianggap tidak bermanfaat bagi pertanian non mekanik (pertanian

dengan padat karya) atau berlahan sempit

d. Rodentisida

Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas

hama tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan

sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan beras atau jagung. Hanya

penggunaannya harus hati-hati, karena dapat mematikan juga hewan ternak

yang memakannya. Contohnya : Warangan. Nematisida adalah pestisida yang

digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa nematoda (cacing). Hama

jenis ini biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Beberapa nama

jenis Rodentisida antara lain KLERAT RM-B, MESOPHIDE 80 P,

PETROKUM RMB

Tikus juga merupakan organisme pengganggu yang banyak

merugikan manusia. Di bidang pertanian , tikus sering menyerang tanaman

pangan ,hortikltura, dan tanaman perkebunan dalam waktu yang singkat

dengan tingkat kerugian yang besar. Berbagai stadia umur tanaman

diserangnya, mulai dari pembibitan, masa pertumbuhan sampai hasil panen

yang tersimpan di guadang. Dipeternakan , tikus sering mengambil pakan

ternak. Dan, bahkan tikus dapat menjadi sarana bagi beberapa pathogen yang

dapat menimbulkan penyakit bagi manusia dan hewan piaraan.

Masalahnya tikus sangat terampil menghindar terhadap setiap

tindakan pengendalian. Oleh karena itu rodentisida yang efektif biasanya dalam

bentuk umpan beracun

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO15

Page 16: Pest is Ida

e. Bakterisida

Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus.

Salahsatu contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk

membunuh virus CVPD yang meyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri

yang telah menyerang suatu tanaman sukar diberantas. Pemberian obat

biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya yang masih sehat sesuai

dengan dosis tertentu.. Beberapa nama jenis Bakterisida antara lain, AGREPT

20 WP

Serangan bakteri pada tanaman cukup merugikan petani.

Tumbuhan tingkat rendah yang sangat kecil inin dilihat dari bentuknya ada

yang bulat, berbentuk batang, dan spiral. Panjangnya antara 0,15 – 6 mikron

dan berkembang biak dengan membelah diri.

Dengan ukurannya yang sangaat kecil ini bakteri mudah

menerobos masuk dalam tanaman inang melalui luka, stomata, pori air,

kelenjar madu dan lentisel. Didalam tanaman, enzim bakteri akan:

memecah sel sehingga menimbulkan lubang pada bermacam-macam

jaringan.

Memecah tepung menjadi gua dan menyederhanakan senyawa nitrogen

yang koplek untuk memperoleh tenaga agar bertahan hidup.

Selain itu bakteri juga menghasilkan zat racun dan zat l;ain yang

merugikan tanaman. Bahkan menghasilkan zat yang bisa merangsang sel-sel

inang membelah secara tidak normal.

Didalam tanaman, bakteri ini kana bereaksi menimbulkan penyakit

sesuai tipenya.

a. Tipe penyakit pembuluh pengangkut air

Bakteri ini memenuhi pembuluh pengangkut air dan

mengakibatkan jalannya air dari akar ke daun terhambat sehingga daun

menjadi layu. Contohnya bakteri pseudomonas solanacearum yang

menyebabkan busuk cikelat pad akentang, terung dan tomat.

b. Tipe penyakit jaringan parenkim

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO16

Page 17: Pest is Ida

Dengan terserangnya jaringan parenkim akan terjadi nekrosis atau

pembusukan bagian tanaman yang terserang.

c. Tipe penyakit hiperplastis

Bakteri ini merangsang perkembangan sel tanaman lbih cepat dari

biasanya sehingga terbentuk bintil, tumor, bonggol atau pembengkakan.

Bakteri bisa menyebar melalui berbagai agen, misalnya biji, buah

umbi, batang stek, sernaggga, burung, siput, ulat manusia, kompos dan pupuk

kandang.

Bakterisida biasanya sistemik karena bakteri melakukan perusakan

dalam tubuh inang. Perendaman bibit dalam larutan bakterisida merupakan

salah satu cara aplikasi untuk mengendalikan pseudomonas solanaceae yang

bisa mengakibatkan layu pada tanaman famili solanaceae.

f. Kompilasi Pestisida

Kompilasi adalah senyawa yang mengandung lebih dari satu bahan aktif

beracun atau terdiri lebih dari satu penggolongan pestisida, atau dengan kata lain

gabungan dari . Beberapa nama jenis Kompilasi pestisida antara lain, FUJIWAN

400 EC, MITAL 200 EC, BASAMID-6, & REGENT 50 SC.

3.2.2. Formulasi Pestisida

Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam

bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri

atau dikirim ke formulator lain. Bentuk-bentuk formulasi pada pestisida antara lain:

a. Bentuk Cair

1. EC (Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible Cocentrate). Sediaan berbentuk pekatan

(konsentrat) cair dengankonsentrasi bahan aktifd yang cukup tinggi. Kosentrasi ini jika

dicampur dengan air akan membentuk emilsi (butiran denda cair yang melayang dalam

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO17

Page 18: Pest is Ida

media cair lain). EC umumnya digunakan dengan cara disemprot, meskipun dapat pula

digunakan dengan cara lain.

2. Soluble Concentrate in water (WSC) atau Water Soluble Concentrate (WSC). Formulasi

ini mirip EC, tetapi bila decamp[ur air tidsak membentuk emulsi, melainkan membentuk

larutan homogen. Umumnya, sediaan ini digunakan dengan cara disemprotkan.

3. Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC). pekatan ini diarutkan dalam air.

Persisida yang diformulasi dalam bentuk AS dan AC umumnya pestisida berbentuk

garam yang mempunyai kelarutan tinggi dalam air. Pestisida ini juga dighunakan dengan

cara disemprot.

4. Soluble (SL). Pekatan cair ini jika dicampurkan air akan membentuk larutan. Pestisida ini

digunakan dengan cara disemprotkan. SL juga dapat mengacu pada formulasi slurry.

5. Flowable (F) atau Flowabel ini Water (FW). Formulasi ini berupa konsentrasi cair yangs

angat pekat. Bila dicampur air, F atau FW akan membentuk emilsi seperti halnya WP.

Pada dasarnya FW adalah WP yang dibasahkan.

6. Ultra Low Volume (ULV). Sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra

rendah, yakni volume semprot antara 1 hingga 5 liter/hektar. ULV umumnya merupakan

sdiaan siap pakai, tanpa harus dicampur dengan air.

b. Bentuk padat

1. Wettable Powder (WP). Formulasi WP bersama EC merupakan formulasi klasik yang

masih banyak digunakan dingga saat ini. WP adalah formulasi bentuk tepung yang bila

dicampur air akan membentuk suspensi yang penggunaannya dengan cara disemprot.

2. Soluble powder (S atau SP). Formulasi bentuk tepung yang bia dicampur air akan

menghasilkan larutan homogen. Pestisida ini juga digunakand enga cara disemprotkan.

3. Butiran (G). Butiran yang umumnya merupakan sedian siap pakai dengan konsetrasi

rendah. Pestisida butiran digunakan dengan cara ditaburkan di lapagan (baik secara

manual dengan tangan atau dengan mesin penabur) setelah penaburan dapat diikuti denga

pegolahan tanah atai tidak. Disamping formulasi G dikenal juga fomulasi SG, yakni sand

granular.

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO18

Page 19: Pest is Ida

4. Water Dipersible Granule (WG atau WDG) . WDG atau WG berbentuk butiran, mirip G,

tetapi penggunaanya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan denga air dan

digunakan dengan cara disemprotkan.

5. Seed dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST). Sediaan berbentuk tepung yang khusus

digunakan untuk perawatan benih

6. Tepug Hembus atau Dust (D). Sediaan siap pakai dengan konsentrasi rendah yang

digunakan dengan cara dihembuskan.

7. Umpan atau bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB). umpan merupakan formulasi siap

pakai yang umumya digunakan untuk formulasi rodentisida.

Setelah kita memahami formulasi pestisida tentunya kita akan mudah dalam memilih bentuk

formulasi pestisida yang akan kita gunakan. Jika kita akan mengaplikasikan langsung ketanah

tentu kita akan memilih formulasi (G), dan jika kita akan menyemprot kita akan memilih

formulasi EC, WP, SL dll. Sehingga tidak akan terjadi mengaplikasikan Furadan dengan cara

direndam kemudian hasil larutannya disemprotkan ke tanaman.

Memang kita akui, pestisida banyak memberi manfaat dan keuntungan. Diantaranya,

cepat menurunkan populasi jasad penganggu tanaman dengan periode pengendalian yang lebih

panjang, mudah dan praktis cara penggunaannya, mudah diproduksi secara besar-besaran serta

mudah diangkut dan disimpan. Manfaat yang lain,  secara ekonomi  penggunaan pestisida relatif

menguntungkan. Namun, bukan berarti penggunaan pestisida tidak menimbulkan dampak buruk.

Akhir-akhir ini disadari bahwa pemakaian pestisida, khususnya pestisida sintetis ibarat

pisau bermata dua. Dibalik manfaatnya yang besar bagi peningkatan produksi pertanian,

terselubung bahaya yang mengerikan. Tak bisa dipungkiri, bahaya  pestisida semakin nyata

dirasakan masyarakat, terlebih akibat penggunaan pestisida yang tidak bijaksana. Kerugian

berupa timbulnya dampak buruk penggunaan pestisida, dapat dikelompokkan atas 3 bagian : (1).

Pestisida berpengaruh negatip terhadap kesehatan manusia, (2). Pestisida berpengaruh buruk

terhadap kualitas lingkungan, dan (3). Pestisida meningkatkan perkembangan populasi jasad

penganggu tanaman.

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO19

Page 20: Pest is Ida

III. PENUTUP

3.1. KesimpulanPestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang

digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat

luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan

oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing

dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.

Pestisida diklasifikasikan menjadi beberapa macam sesuai dengan sasaran yang

akan dikendalikan, antara lain Insektisida, Fungisida, Bakterisida, Nematisida, Akarisida,

Rodentisida, Moluskusida, Herbisida, Pestisida, Formulasi pestisida.

Kompilasi adalah senyawa yang mengandung lebih dari satu bahan aktif beracun

atau terdiri lebih dari satu penggolongan pestisida, atau dengan kata lain gabungan dari .

Beberapa nama jenis Kompilasi pestisida antara lain, FUJIWAN 400 EC, MITAL 200 EC.

Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa

mematikan semua jenis serangga. Beberapa nama jenis insektisida antara lain, DURSBAN *

20 EC, DHARMABAS 500 EC, INDOVIN 85 SP, SUPRACIDE 25 WP, BANCOL 5O WP,

Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan untuk

memberantas dan mencegah fungi atau cendawan. Beberapa nama jenis Fungisida antara

lain, DACONIL 75 WP, RIDOMIL 35 SD, ANTRACOL 70 WP, BENLATE WP,

DITHANE 430 F, Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk

membunuh tumbuhan penTRgganggu yang disebut gulma. Beberapa nama jenis Herbisida

antara lain PATA-COL, GRAMOXONE, POLARIS 200/8 AS, RAMBO 480 AS

Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang

digunakan untuk mmatikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus. Beberapa nama

jenis Rodentisida antara lain KLERAT RM-B, MESOPHIDE 80 P, PETROKUM RMB

Bakterisida adalah senyawa yang mengandung bahan aktif beracun yang bisa

membunuh bakteri. Beberapa nama jenis Bakterisida antara lain, AGREPT 20 WP

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO20

Page 21: Pest is Ida

DAFTAR PUSTAKA

Bottrel, D.G. 1979. Integrated Pest Management. Council of Environ. Quality. Washington D.C.

Hidayat Natawigena dan G. Satari. 1981. Kecenderungan Penggunaan Pupuk dan Pestisida

dalam Intensifikasi Pertanian dan Dampak Potensialnya Terhadap Lingkungan. Seminar

terbatas  19 Maret 1981 Lembaga Ekologi Unpad Bandung.

Kenmore, P.E. 1987. IPM Means the Best Mix. Rice IPM Newsletter. VII (7). IRRI. Manila.

Philippines.

Mulyani, S. dan M. Sumatera. 1982. Masalah Residu Pestisida pada Produk Hortikultura.

Simposium Entomologi, Bandung 25 – 27 September 1982.

Mc Ewen, F.L. and G.R.Stephenson. 1979. The Use and Significance of Pestiside in The

Environment. A Wiley Intercience Publication. John Wiley & Sons, New York.

Oka, Ida Nyoman. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gajah

Mada University Press. Yogyakarta.

Pimentel, D. 1971. Ecological Effects of Pesticides on Nontarget Species. Office of Science and

Technology. Washington D.C. Stack Number 4106-0029.

Pimentel, D. 1982. Environmental Aspects of Pest Management. Chemistry and World Food

Suplies. Chemrawn II. Pergamon Press.

Schopfer dan Brennicke (2005). Pflanzenphysiologie. Spektrum. Muenchen.

Smith, R.F.1978. Distory and Complexity of Integrated Pest Management. In: Pest Control

Strategis. S.H. Smith and D. Pimentel (Ed.). Acad. Press. New York.

Smith, R.F and J.L. Apple. 1978. Principles of Integrated Pest Control. IRRI Mimeograph.

Untung, K. 1984. Pengantar Analisis Ekonomi Pengendalian Hama Terpadu. Andi Offset.

Yogyakarta.

Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM PTA FENDY PRABOWO21