pertanyaan case ny kardjiah

4
1. Pada etiologi BAB berdarah, apakah bisa kelainan terjadi di saluran cerna bagian atas tapi BAB berdarah segar? seharusnyakan berwarna coklat kehitaman Pseudomelena adalah buang air besar berwarna hitam,tapi penyebab perdarahan berasal dari saluran cerna bagian bawah disebabkan darah terlalu lama di usus (transit usus yang lambat). Perdarahan SCBA akan tersamar bila jumlah darah sedikit sehingga tidak mengubah warns feses yang keluar Pseudohematokezia adalah buang air besar merahsegar tapi disebabkan dari usus kecil atausaluran cerna bagian atas (SCBA) bila perdarahan tersebut berlangsung masif (sehingga sebagian volume darah tidak sempat kontak dengan asam lambung) danmasa transit usus yang cepat. 2. Mengapa pada pemeriksaan penunjang tidak digunakan rektosigmoidoskopi saja? Karna hanya bisa mengexaminasi 1/3 bawah kolon saja. Sedangkan kolonoskopi dapat mengkesaminasi seluruh dari dalam lumen sampai ileum terminalis. Pemeriksaan dengan alat yang kaku ini kadang menemui kesulitan pada sudut rektosigmoid. 3. Deteksi dini untuk pasien ini?

Upload: ferrycwirawan

Post on 20-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Pertanyaan Case Ny KardjiahPertanyaan Case Ny KardjiahPertanyaan Case Ny KardjiahPertanyaan Case Ny KardjiahPertanyaan Case Ny Kardjiah

TRANSCRIPT

1. Pada etiologi BAB berdarah, apakah bisa kelainan terjadi di saluran cerna bagian atas tapi BAB berdarah segar?seharusnyakan berwarna coklat kehitamanPseudomelenaadalahbuangairbesarberwarnahitam,tapi penyebab perdarahan berasal dari saluran cerna bagian bawah disebabkan darah terlalu lama di usus (transit usus yang lambat). Perdarahan SCBA akan tersamar bilajumlah darah sedikit sehingga tidak mengubah warns feses yang keluar

Pseudohematokezia adalah buang air besar merahsegar tapi disebabkan dari usus kecil atausaluran cerna bagian atas (SCBA) bila perdarahan tersebut berlangsung masif(sehingga sebagian volume darah tidak sempat kontak dengan asam lambung) danmasa transit usus yang cepat.

2. Mengapa pada pemeriksaan penunjang tidak digunakan rektosigmoidoskopi saja?

Karna hanya bisa mengexaminasi 1/3 bawah kolon saja. Sedangkan kolonoskopi dapat mengkesaminasi seluruh dari dalam lumen sampai ileum terminalis. Pemeriksaan dengan alat yang kaku ini kadang menemui kesulitan pada sudut rektosigmoid.3. Deteksi dini untuk pasien ini?

Deteksi dini dilakukan pula pada kelompok masyarakat yang memiliki risiko tinggi menderita kanker kolorektal yaitu:

1) penderita yang telah menderita kolitis ulserativa atau Crohn > 10 tahun;

2) penderita yang telah menjalani polipektomi pada adenoma kolorektal;

3) individu dengan adanya riwayat keluarga penderita kanker kolorektal. Individu dengan riwayat keluarga memiliki risiko menderita kanker kolorektal 5 kali lebih tinggi dari pada individu pada kelompok usia yang sama tanpa riwayat penyakit tersebut.

Macam-macam deteksi dini pada kanker kolorektal adalah sebagai berikut:

1. Deteksi dini pada populasi.

a. Test darah tersamar pada feses (fecal occult blood test/FOBT) setiap tahun.

FOBT menurunkan tingkat mortalitas kanker kolorektal sebesar 16% dan juga menurunkan insidens kanker kolorektal, disebabkan oleh deteksi dan polipektomi pada adenoma yang ditemukan.

b. Sigmoidoskopi fleksibel dan kolonoskopi.

Kebanyakan kanker kolorektal berasal dari polip adenoma sehingga setiap lesi harus diangkat. Tindakan polipektomi telah terbukti secara bermakna menurunkan risiko kanker kolorektal.

2. Deteksi dini pada kelompok masyarakat yang memiliki risiko tinggi.

a. Penderita yang telah menderita colitis ulserativa atau Crohn >10 tahun.

Apabila telah berjalan selama 20 tahun atau ditemukan adanya displasia, maka kolonoskopi harus dilakukan setiap tahun. Penderita yang telah menjalani polipektomi pada adenoma kolorektal: 1) penderita yang telah menjalani polipektomi pada adenoma harus selalu ditawarkan untuk menjalani follow-up kolonoskopi; 2) apabila ditemukan polip berukuran < 1 cm pada follow-up maka selanjutnya dilakukan kolonoskopi setiap 5 tahun; 3) apabila ditemukan lebih dari 3 adenoma, atau paling sedikit satu berukuran > 1 cm, atau adanya displasia berat, maka dilakukan kolonoskopi setiap 3 tahun. Apabila pada kolonoskopi selanjutnya tidak ditemukan polip, maka kolonoskopi dapat dihentikan.

4. Faktor resiko pasien ini?

Faktor Risiko Kanker Usus BesarAda beberapa faktor risiko yang memungkinkan seseorang terkena KUB, yaitu :1. Faktor risiko yang tak bisa diubah

Usia > 50 tahun

Riwayat menderita polipRiwayat menderita infeksi usus besar (colitis ulcerative atau penyakit Chron)Riwayat polip atau pun kanker usus besar dalam keluargaFaktor genetikRas dan etnis

2. Faktor risiko yang didapat ( disebabkan oleh pola hidup )

Konsumsi berlebih daging merah dan daging olahan

Kurang aktivitas fisik

Obesitas

Konsumsi alkohol yang tinggi

Diabetes Mellitus tipe II

5. Post polipectomy observasi

Dilakukan 3-12 bulan sampai tidak ada polip lagi. Apabila tidak ada kelainan dalam 12 bulan maka observasi sesuai factor resiko factor resiko tinggi atau rendah

6. Pada polipectomy tidak dilakukan pemotongan sampai tangkai karena apa?karena bahaya heat necrosis pada dinding usus, akan tetapi juga tidak boleh telalu tinggi dan perlu cukup ke bawah supaya sebanyak mungkin tangkai terpotong. Perlu dijaga supaya kepala polip tidak menyentuh dinding usus berhadapan karena dapat menyebabkan nekrosis.

7. Mengapa pada persiapan polipectomy diperlukan puasa dahulu?

usus harus dibersihkan dengan baik dan tidak boleh kotor. Usus yang tidak bersih mengandung banyak gas-gas seperti metan dan hidrogen yang dapat menimbulkan peledakan bila terkena aliran listirk. Premedikasi biasanya tidak diperlukan. Kadang-kadang diperlukan diazepam atau buskopan secara intravena.