permasalahan pendidlkan menyongsong pasarbebas

14
Cilkrawala Pimdidikan No.1, Tllhun XVI, Februari 1997 PERMASALAHAN PENDIDlKAN MENYONGSONG PASARBEBAS Oleh: Husaini Usman Abstrak 11 Era pasar bc:bas merupakan peluang dan tantangan bagi lulusan pendidikan yang berkualitas untuk bc:rsaing sekaligus bekerjasama dengan bangsa-bangsa Asean lainnya dalam merebutkan peluang pasar. Langkah strategis untuk mengembangkan kualilas SDM ialah pendidikan. Dalarn melaksanakan langkah strategis tersebut, dunia pendidikan dihadapkan pada berbagai masalah seperti: kompelisi, kooperasi, adaptasi:' partisipasi, negosiasi, Icomunikasi, inovasi, dan jati diri. Penyebab timbulnya masalah-masalah tersebut di antaranya adalah: sentralisasi birokrasi, meremehkan kualitas, monopoli, oligopoli, korupsi, pungli, rnengejar target kuantitas, belurn dapat belcerja secara tim, belum ada peraturan perundang-undangan tentang kerjasama pengusaha dengan pengelola selcolah, belenggu aturan-aturan praktis, rendahnya kualitas SDM. lemahnya daya bayar masyarakat; rendahnya keterampilan berkomunikasi, tenutupnya budaya dialogis ilmiah, terbiasa menunggu perintah dari atas, dan dampak negatif globalisasi. AJternalif pemecahan masalah antara lain: mengadakan Undang-Undang anti monopoli, menggalakkan budaya kualilas. menciptakan pengelola pendidikan dan lulusan-Iulusan yang terampil berkooperasi. mengembangkan lebih banyak pendidikan bidang eksakta, meningkalkan kemitraan dengan swasta, meningkatkan penelilian mengembangkan pendidikan profesional, membudayakan akreditasi pendidikan, menggalakkan pendidikan kewiraswastaan, mengadakan deregulasi pendidikan, membekali teori dan pralctek negosiasi. mengikuti kursus bahasa, membudayakan dialog i1miah dan mitra bestari, melibatkan pengelola pendidikan dalam perencanaan pendidikan, meningkalkan dukungan sumber daya pendidikan, melestarikan budaya . banggsa, dan memperkuat iman dan taqwa. Pendahuluan Artikel ini tidak membahas masalah-masalah umum pendidikan yang sudah kuno, yang sudah sering dibicarakan dan ditulis orang seperti masalah: kualitas, kuantitas, efektivitas, dan produktivitas tetapi membahas masalah- masalah pendidikan yang diramalkan akan muncul menyongsong pasar bebasAFTA (A tahun 2003. Perkembangan i1mu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks) khususnya di bidang komunikasi, informasi, dan transportasi menjadikan dunia semakin sempit dan transparan. Sementara itu, hubungan perda- gangan antarbangsa juga sernakin terbuka menuju ke arah pasar bebas. Era pasar bebas akan melahirkan paradikma baru di bidang ekonomi, politik,

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERMASALAHAN PENDIDlKAN MENYONGSONG PASARBEBAS

Cilkrawala Pimdidikan No.1, Tllhun XVI, Februari 1997

PERMASALAHAN PENDIDlKAN MENYONGSONGPASARBEBAS

Oleh:Husaini Usman

Abstrak

11

Era pasar bc:bas merupakan peluang dan tantangan bagi lulusan pendidikanyang berkualitas untuk bc:rsaing sekaligus bekerjasama dengan bangsa-bangsa Aseanlainnya dalam merebutkan peluang pasar. Langkah strategis untuk mengembangkankualilas SDM ialah pendidikan. Dalarn melaksanakan langkah strategis tersebut, duniapendidikan dihadapkan pada berbagai masalah seperti: kompelisi, kooperasi, adaptasi:'partisipasi, negosiasi, Icomunikasi, inovasi, dan jati diri.

Penyebab timbulnya masalah-masalah tersebut di antaranya adalah: sentralisasibirokrasi, meremehkan kualitas, monopoli, oligopoli, korupsi , pungli, rnengejar targetkuantitas, belurn dapat belcerja secara tim, belum ada peraturan perundang-undangantentang kerjasama pengusaha dengan pengelola selcolah, belenggu aturan-aturanpraktis, rendahnya kualitas SDM. lemahnya daya bayar masyarakat; rendahnyaketerampilan berkomunikasi, tenutupnya budaya dialogis ilmiah, terbiasa menungguperintah dari atas, dan dampak negatif globalisasi.

AJternalif pemecahan masalah antara lain: mengadakan Undang-Undang antimonopoli, menggalakkan budaya kualilas. menciptakan pengelola pendidikan danlulusan-Iulusan yang terampil berkooperasi. mengembangkan lebih banyak pendidikanbidang eksakta, meningkalkan kemitraan dengan swasta, meningkatkan penelilianmengembangkan pendidikan profesional, membudayakan akreditasi pendidikan,menggalakkan pendidikan kewiraswastaan, mengadakan deregulasi pendidikan,membekali teori dan pralctek negosiasi. mengikuti kursus bahasa, membudayakan dialogi1miah dan mitra bestari, melibatkan pengelola pendidikan dalam perencanaanpendidikan, meningkalkan dukungan sumber daya pendidikan, melestarikan budaya .banggsa, dan memperkuat iman dan taqwa.

Pendahuluan

Artikel ini tidak membahas masalah-masalah umum pendidikan yangsudah kuno, yang sudah sering dibicarakan dan ditulis orang seperti masalah:kualitas, kuantitas, efektivitas, dan produktivitas tetapi membahas masalah­masalah pendidikan yang diramalkan akan muncul menyongsong pasarbebasAFTA (A tahun 2003.

Perkembangan i1mu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks)khususnya di bidang komunikasi, informasi, dan transportasi menjadikandunia semakin sempit dan transparan. Sementara itu, hubungan perda­gangan antarbangsa juga sernakin terbuka menuju ke arah pasar bebas. Erapasar bebas akan melahirkan paradikma baru di bidang ekonomi, politik,

Page 2: PERMASALAHAN PENDIDlKAN MENYONGSONG PASARBEBAS

12 CBkrBwBla Pendidikan No.1, Tahun XVI, Februari 19.97

sosial, bUdaya, dan pengernbangan kualitas Surnber Daya Manusia (SDM).Paradigrna ekonorni bergeser dari sistern kapitalis rnenuju sistern multi­national corporation yang akhimya rnelahirkan gaya hidup konsurnerisrneglobal.

Pola produksi, distribusi, dan pernasaran barang dan jasa tidak lagibersifat nasional tetapi akan rnenernbus batas ruang dan waktu rnenjadikesatuan produksi, distribusi, dan pemasaran dunia. Akibatnya, pasar kerjapun turut dipasarbebaskan. Sejalan dengan pasar kerja yang bersifat global,standar kualifikasi profesi tenaga kerja juga berkernbang ke arah kualifikasiinternasional.

Langkah strategis untuk rnengernbangkan SDM berkualitas globaladalah rnelalui pendidikan. Dalarn rangka mewujudkan langkah strategistersebut akan dijurnpai sejurnlah rnasalah yang selanjutnya rnenjadi fokusutarna pernbahasan.

Identifikasi rnasalah pendidikan rnenyongsong pasar bebas pentinguntuk dibahas pada kesernpatan ini karena dengan rnengetahui sejurnlahmasalah, maka pihak-pihak yang berkecirnpung di dunia pendidikan dapatmernilah dan memilih masalah yang paling mendesak dan penting untuksegera dipecahkan.

Landasan Teoritis

Masyarakat kita mengalami proses transformasi dari masyarakatagraris rnenuju masyarakat industri. Pada tahun 1996 ini, Indonesia secarakeseluruhan dinilai tertinggal jauh dengan 48 negara yang turut bersaing dikancah iniernasional. Indonesia menduduki peringkat ke-45 dari 48 negaradalam hal kualitas SDM-nya, menduduki peringkat 42 dalam bidangkemampuan manajemen, dan menduduki peringkat 40 di bidang Ipteks(Anonim, 1996a: 33) Seperti telah dinyatakan (Tilaar, 1996) bahwa era pasarbebas menimbulkan rnasalah-masalah pendidikan antara lain: bagaimanamenumbuhkan kemampuan berpikir analitik saintifik?, dan bagaimanamenciptakan sikap inovatif kreatif? Sementara itu Unesco (1995)menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan adalah:sejauh mana peran lembaga pendidikan sebagai pusat pengembang ipteks?,bagaimana menyiapkan tenaga kerja yang profesional?, bagaimanamenciptakan lernbaga pendidikan sebagai tempat proses belajar mengajaryang kondusif?, dan bagaimana melakukan kerjsama internasional?Sehubungan dengan permasalahan pendidikan diidentifikan sebagai berikut:(1) bagaimana rnengernbangkan ilrnu pengetahuan dasar?; (2) bagaimanarnelakukan komunikasi yang efektif?; (3) bagairnana rnengernbangkan etikdan agarna?; (4) bagairnana mendapatkan otonorni pendidikan yang rne­rnenuhi tuntutan regionalisrne?; (5) bagairnana menciptakan desentralisasi

Page 3: PERMASALAHAN PENDIDlKAN MENYONGSONG PASARBEBAS

Permasalahan Pendidikan Menyongsong Pasa, Bebas 13

pendidikan?; dan (6) bagairnana struktur pendidikan dan pelatihan?(Anonirn, 1993b:25)

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disirnpulkan bahwarnasalah-rnasalah yang dihadapi pendidikan rnenyongsong pasar bebas nantiditinjau dari pendekatan rnanajernen pendidikan adalah rnasih rendahnya:kornpetisi, kooperasi, adaptasi, partisipasi, negosiasi, kornunikasi, inovasi,dan jati diri (identity).

Pernbahasan dan Pernecahan Masalah

1. Kompetisi

Dunia pendidikan di Indonesia dihadapkan pada ernpat tantanganyaitu lokal, regional, nasional, dan internasional. Dalam kaitannya denganperrnasalahan pendidikan rnenyongsong pasar bebas, maka tantanganpendidikan dalarn skala internasional menurut Unesco (1995) adalah:kualitas, relevansi, dan internasionalisasi pendidikan. Masalah kualitas danrelevansi adalah rnasalah klasik yang sudah banyak dibahas, sedangkanmasalah internasionalisasi pendidikan baru rnulai terasa darnpaknyaakhir-akhir ini dengan sernakin aktifnya para agen perguruan tinggi luarnegeri menawarkan program-programnya secara profesional dan propor­sional. Keadaan ini dapat memacu liberalisasi pendidikan. Sebagai contoh,di antara negara Asia Tenggara sudah ada yang bekerjasama dengan pihakluar negeri untuk rnenyelenggarakan pendidikan misalnya SMA Global diJakarta dan Bekasi. Jika pendidikan kita tidak rnampu berkornpetisi, makapendidikan kita di pasar bebas nanti akan mulai dikuasai oleh bangsa-bangsaasing. Rendahnya daya kompetisi bangsa kita (nomor 41 dari 48 negara)antara lain disebabkan rendahnya kernampuan Ipteks dan bisnis kita,sedangkan kedua kemampuan ini sebenarnya dapat dikembangkan melaluipendidikan. Di sarnping itu, disebabkan pula oleh: birokrasi pemerintahanyang masih buruk (peringkat 40 dari 48 negara), dominannya iklimmonopoli dan oligopoli, banyaknya korupsi dan kolusi serta pungli, belumadanya undang-undang yang mengatur tentang kompetisi, besarnya utangluar negeri, masih belurn baiknya infrastruktur, tingginya tingkat urbanisasi,dan kuatnya sentralisasi administrasi pemerintahan. Seperti telah dinyatakanKoentjoroningrat (1995: 45) bahwa rendahnya kernampuan berkornpetisibangsa kita juga disebabkan bangsa kita cenderung meremehkan kualitasdemi mengejar target kuantitas.

Antisipasinya antara lain perlu adanya Undang-undang AntiMonopoli, dan mernbudayakan kualitas yang tinggi di segla bidang.

2. Kooperasi

Koperasi di sini dalam makna be~erjasama dalam suatu tim untuk

Page 4: PERMASALAHAN PENDIDlKAN MENYONGSONG PASARBEBAS

14 CBkrawala PendidikBn No.1. TBhun XVI. FebruBri 1997

mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Bangsa Indonesia tidak akan bisamenang berkompetisi dengan bangsa lainnya karena kita baru bisa bekerjadalam kelompok, belum dalam suatu tim. Kelompok merupakan kumpulanorang-0t:,!p,g sejenis misalnya para dosen administrasi dan supervisipendidi~n yang berserikat menjadi satu. Perbedaan sedapat mungkindihindari, sedangkan keharmonisan dan kestabilan lebih diutamakan.Perbedaan bukan merupakan asas kelompok. Dalam kelompok kurangdirangsang muneulnya kompetisi karena dapat menimbulkan kegoncanganyang berarti dapat mengganggu kestabilan. Kalau terjadi perbedaan, biasa­nya tidak muneul ke permukaan. Jika muneul, maka orang yang pencetusperbedaan itu dianggap sebagai lawan yang kemudian dikeluarkan ataumengeluarkan diri dari kelbmpoknya. Sebaliknya, tim merupakan kumpulanorang-orang yang berbeda jenisnya misalnya para ahli pendidikan, parapengusaha, para birokrat, para teknokrat yang saling melengkapi secaraalami bagi inisiatif dan hasil kerja individu untuk meningkatkankomitmennya dalam mencapai tujuan. Perbedaan yang datang dari berbagaipotensi sebagai awal pembentukan tim, tetapi unsur-unsur perbedaan itubisa melebur untuk meneiptakan produk kerja yang selaras dalam mencapaitujuan bersama. Perbedaan dan konflik yang terjadi dalam tim justrudisadari oleh anggotanya sebagai kelemahannya sendiri dan menghargaikelebihan anggota lainnya. Kinerja tim yang demikian akan melahirkan hasilkerja yang kompetitif.

Data lapangan menunjukkan bahwa kondisi pengajaran di SekolahMenengah Kej uruan dalam pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda masihkurang memuaskan segala pihak yang terkait Djatmiko (1996:15). Hal inidisebabkan karena seperti yang dinyatakan Sunaryo, dkk., (1996:25) danSuyanto, dkk. (1995: 198) bahwa tanggapan pengusaha dalam rangka linkand match ternyata eenderung kurang kooperasi dengan peng~lola sekolah.Jika para pengusaha melalui himbauan, pendekatan formal dan personalmasih juga kurang peduli, maka pemerintah perlu mengadakan tindakanpolitik agar perusahaan yang sudah mapan wajib berkooperasi denganpengelola sekolah dalam beniuk peraturan perundang-undangan yangmengikat·· dengan penghargaan dan sanksi yang tegas. Seperti yangdinyatakan Mutaqin, dkk. (1995: 244) bahwa pengusaha dan pengelolapendidikan mengharapkan adanya peraturan perundang-undangan yangmengatur kooperasi tersebut. Hasil penelitian Mutaqin, dkk. (1995: 244)menyimpulkan bahwa 66,42% industri di DIY menghendaki adanyaperaturan kooperasi tersebut. Pemerintah juga hendaknya memberikankeringanan fiskal misalnya membebaskan pajak bagi para pengusaha yangtelah berkooperasi dengan pengelola sekolah. Para pengusaha terlibat dalampendirian sekolah yang mendukung proses magang, dan dana riset. Dengandemikian terjadi profesionalisasi dan spesialisasi lulusan sekolah yang sesuai

Page 5: PERMASALAHAN PENDIDlKAN MENYONGSONG PASARBEBAS

Permasalahan Pendidikan Menyongsong Pasar Bebas 15

dengan kualifikasi dunia kerja untuk siap berkompetisi di arena pasar bebasnanti. Berkenaan dengan kooperasi pengelola sekolah dengan parapengusaha SOfyan, dkk. (1995: 201) menyatakan bahwa secara formal belumada kooperasi antara pihak sekolah dengan industri.

Masalah rendahnya kooperasi tampak dari adanya gejala bahwamasing-masing yang terlibat dengan pendidikan masih berjalan sendiri­sendiri dengan tujuannya sendiri-sendiri pula. Jika ditinjau dari SudUlsejarahnya, maka nenek moyang kita sejak dahulu kala lelah mewariskanpeguyuban, kolektif, kekeluargaan, dan gotong-royong. Namun,· budayatersebut ternyata cenderung ke arah kelompok ketimbang dalam tim.Contohnya,' kita lebih senang bekerja bersama-sama, beramai-ramai,berkumpul-kumpul, rapat-rapat untuk bermusyawarah yang semuanyabermuara guna menjaga keharmonisan dan kestabilan. Perkelahian massalmerupakan contoh kerja kelompok. Kelompok SMK berkelahi dengankelompok SMU, kelompok Megawati berkelahi dengan kelompok Suryadi,kelompok Dayak Kalbar berkelahi dengan kelompok pendatang.

Bangsa kita belum pandai bekerja secara tim. Olah raga beregumerupakan tim bukan kelompok. Olah raga yang membutuhkan kooperasiseperti sepak bola, bola basket, bola vOlly, polo air, ternyala bangsa kitaselalu kalah di pertandingan intenasional. Tetapi sebaliknya, olah raga yangsifatnya individual, bangsa kita cenderung dapat memenangkannya.Contohnya: tunggal putra dan putri untuk bulutangkis (Rudi Hartono, lcuk,Joko Supriyanto, Susi Susanti), tunggal putri untuk tenis (Yayuk Basuki),lari (Mardi), tinju (Ellyas Pical).

Birokrat-birokrat kita yang memimpin lembaganya merupakanproduk dunia pendidikan ternyata masih ada yang belum mampuberkooperasi. Buktinya, jalan yang telah diselesaikan Departemen PekerjaanUmum dibongkar kembali untuk memasang kabel oleh Telkom. Jalan itukemudian diperbaiki dan dibongkar lagi untuk memasang pipa air minumoleh PDAM. Setelah jalan diperbaiki lagi selanjutnya dibongkar kcmbaliuntuk memasang pembuangan air kOlor oleh Dinas Kebesihan Kota. SClelahjalan diperbaiki lagi, dibongkar pula untuk memasang kabel oleh PLN.

Rendahnya kooperasi di bidang pendidikan lampak dari tidakmenyalunya i1mu-ilmu yang diberikan kepada peserta didiknya. Ada kesanbahwa masing-masing ilmu berdiri sendiri. Tenaga pengajar cenderungmemberikan ilmunya sendiri-sendiri lanpa mau dan mampu mengaitkannyadengan ilmu-i1mu lainnya yang relevan, terlebih-lebih dalam fungsinya bagikehidupan dan penghidupan peserta didik sehari-hari sehingga nilai i1mumenjadi gersang, membosankan, dan kurang bermakna bagi peserta didik.Pelaks~naan mengajar dalam bentuk tjm belum berjalan secara efektif.Kasus yang terjadi di salab salu program studi menunjukkan bahwa praktekdi bengkcl dan laboratorium yang seharusnya dilaksanakan secara tim, dalam

Page 6: PERMASALAHAN PENDIDlKAN MENYONGSONG PASARBEBAS

16 Cakrawala Pendidiktln No.1, TlIhun XVI, Febrosri 1997

kenyataannya cenderung diajar sendiri secara bergantian olehdosen-dosennya. Jadi, kooperasi belum berjalan seperti yang diharapkan.

Dalam menyongsong pasar bebas nanti, dunia pendidikan harusmampu menciptakan lulusan-Iulusan yang mempunyai pengetahuan, sikap,dan keterampilan untuk berkooperasi. Dunia kerja menuntut kooperasiuntuk menghasilkan barang dan jasa yang memiliki keunggulan komparatifdan kompetitif. Dunia kerja dalam meningkatkan kompetisinya telahmenerapkan konsep Inspection (1920-an), Total Quality Control (TQC)(1940-an), Quality Assurance (QA) (1940-an), Total Quality Management(TQM) (1950-an), Total Control System (TQS) (1978), dan InternationalStandard Organization 9000 (ISO-9000) (1986). Kesemua konsep ini akanberjalan manakala didukung oleh kooperasi yang baik. Untuk memenangkankompetisi di pasar bebas, maka negara-negara senasib telah melakukankooperasi dalam bentuk Asean Free Trade Agreement (AFTA) denganProgram Common Effective Proferential Tariff (CEPT), European Free TradeAgreement (EFTA), North Atlantic Free Trade Agreement (NAFTA), LatinAmerican Free Trade Association (LAFTA), Trans Atlantic Free TradeAgreement (TAFTA), Asean Pasific Economic Cooperation (APEC),Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC), East Asia EconomicCaucus (EAEC), African Financial Community (AFC), Central AmericanEconomy Union (CAEU), Caribian Community (Caricom), GeneralAgreement on Tariff and Trade (GA IT) dalam putaran Uruguay yangsekarang berkembang menjadi World Trade Organization (WTO). Jadi,negara-negara saling berkooperasi untuk sama-sama dalam berkompetisidengan negara-negara lainnya sehingga kompetisi dan kooperasi bukanlahhal yang periu dipertentangkan, tetapi dua hal yang saling melengkapi.

3. Adaptasi

Adaptasi pendidikan kita ternyata masih rendah seperti yangdinyatakan Sunyoto, dkk. (1994: 253, Djoemadi dan Rahdiyanta, (1994: 239)serta Ngadiyono (1994: 265) bahwa untuk kegiatan praktek mata kuliah yangbenar-benar baru hingga saat ini peralatannya belum siap. Demikian pulauntuk peralatan kerja baru seperti Computer Nemerically Controlled (CNC)juga belum siap diadaptasi baik oleh pengajar maupun peserta didiknya.

Daya adaptasi pendidikan kita relatif rendah antara lain disebabkanoleh birokrasi dan dinamika perkembangan perekonomian kita masihterbelenggu oleh aturan-aturan praktis seperti Petunjuk Pelaksanaan(Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis). Birokrasi pendidikan dewasa inimasih terbelenggu oleh sentralisasi dalam hubungan pusat dan daerah.Juklak dan Juknis selanjutnya berdampak bagi terjadinya kolusi dan korupsi.Hal ini pula yang menyebabkan birokrasi menjadi tidak efisien (biaya tinggi)

Page 7: PERMASALAHAN PENDIDlKAN MENYONGSONG PASARBEBAS

Permssslshsn Pendidiksn Menyongsong PSSSf 8ebss 17

dan tidak efektif. Rambu-rambu Juklak dan Juknis cenderung diinterpretasisecara sempit. Akibatnya, keberanian untuk beradaptasi dengan variasilingkungan lokal menjadi sangat terbatas. Kecenderungan ini diperparahpula oleh sikap untuk menyelamatkan jabatan sehingga melahirkanbirokrasi dalam makna patologis yaitu birokrat yang hanya mau dan mampubertindak dengan hanya berpegang pada perintah atasan atau aturan yangkaku. Birokrat yang demikian menjadi tidak adaptif dan responsif terhadapperubahan yang terjadi.

Pengelola pendidikan hendaknya mempunyai daya adaptasi yangtinggi terhadap pesatnya kemajuan Ipteks di dunia kerja karena apabilapendidikan tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya, maka ia akantergilas oleh jamannya. Untuk mengantisipasi hal itu, IKIP Yogyakarta akanmengembangkan diri menjadi Universitas Negeri Yogyakarta. Jika kitamencintai perubahan, maka kita harus responsif untuk beradaptasi denganperubahan. Kalau kita lengah, maka dampaknya kita tidak akan dibutuhkanjamannya lagi. Sebagai contoh: kalau tempo dulu fakultas kedokteran danhukum menjadi fakultas idaman, maka sekarang ini idaman itu sudahberpindah ke fakultas teknik dan fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam (MIPA). Era pasar bebas memiliki tiga poros utamayaitu Ipteks, bisnis, dan manajemen. Oleh karena itu, dunia pendidikanharus beradaptasi dengan tiga poros itu antara lain dengan mengembangkanlebih banyak pendidikan eksakta berbanding noneksakta dengan komposisi3: 2. Sementara itu, dewasa ini menurut Taufik (1996:13) bahwa komposisimahasiswa esakta dengan nonesakta adalah 27 : 63, meningkatkan kemitraandengan swasta untuk mendanai penelitian dan pengembangan, mening­katkan penelitian, mengembangkan pendidikan profesional ketimbangakademik, melaksanakan akreditasi bagi setiap jenis dan jenjang pendidikan,dan menggalakkan pendidikan kewiraswastaan.

4. Partisipasi

Tabel berikut ini menunjukkan rendahnya angka partlslpasipendidikan tinggi di Indonesia. Jika Indonesia kita bandingkan denganThailand dan Filipina atau Korea Selatan dihubungkan dengan jumlahpenduduknya, maka Indonesia harus meningkatkan angka partisipasitersebut.

Page 8: PERMASALAHAN PENDIDlKAN MENYONGSONG PASARBEBAS

18 Cakrawala Pendidikan No.1, Tahun XVI, Februari 1997

TABELANGKA PARTISIPASI PENDIDIKAN TINGGI

NEGARA PARTISIPASI (%)

Australia 39

USA 76

Kanada 99

Jepang 66

Indonesia 10

Filipina 28

Thailand 16

Malaysia 7

Korea Selatan 40

Hongkong 18

(Unesco, 1995)

Rendahnya partisipasi pendidikan tinggi disebabkan rendahnyakualitas SOM kita untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi dan lemahnyadaya bayar masyarakat untuk menyekolahkan anaknya. Rendahnya kualitasSOM karena anggaran belanja pendidikan kita terendah di negara Aseanyaitu 7% dari RAPBN. Sementara itu, negara-negara Asean lainnya rata­rata 12%. Biaya pendidikan yang rendah mustahil menghasilkan pendidikanyang berkualitas. Lemahnya daya bayar masyarakat untuk menyekolahkananaknya ke pendidikan tinggi disebabkan murahnya tenaga kerja, sempitnyapeluang untuk berusaha, kurangnya modal untuk berusaha, rendahnyaketerampilan kerja untuk berusaha.

Antisipasi dunia pendidikan terhadap tenaga Ipteks yang berkualitasjuga terlambat. Asumsinya semakin tinggi angka partisipasi, semakin tinggipemimpin bangsa yang berlatar belakang pendidikan tinggi dan semakinkompetitif lulusan yang mampu bersaing di pasar bebas. Rendahnyakemampuan bisnis seperti yang dikeluhkan Menaker karena pendidikan kitabelum mampu mengantisipasi tumbuhnya multinational corporation me­nyongsong pasar bebas. Seperti yang telah dinyatakan Menaker (1995:2)bahwa meningkatnya tenaga penganggur sarjana kurang lebh 60.000 orangper tahun dan ironisnya Indonesia membayar tenaga luar negeri untukmembantu dunia bisnis sekitar U$ 3 milyar setahun. Antisipasinya, duniapendidikan hendaknya tidak mengabaikan pentingnya pendidikan danpelatihan wiraswasta yang dikelola secara profesional. Oi samping itu,pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan deregulasi agar pendirianuniversita~, akademi, dan politeknik menjadi mudah. Pendekatannyaharuslah semi komersil, artinya investasi pendidikan harus mampudikembalikan. Oewasa ini, kurang lebih 60.000 mahasiswa Indonesia belajar

Page 9: PERMASALAHAN PENDIDlKAN MENYONGSONG PASARBEBAS

Permasalahan Pendidikan Menyongsong Pasar Bebas 19

di luar negeri dengan menghabiskan devisa kurang lebih US 1,5 milyar pertahun.

Partisipasi masyarakat untuk membantu pembiayaan lembaga pen­didikan diramalkan akan meningkat sejalan dengan semakin meningkatnyajumlah kelas menengah. Masyarakat semakin kritis dan menuntut kualitasyang tinggi. Oleh sebab itu, masyarakat akan Minta pertanggungjawabanlembaga pendidikan terutama terhadap kualitas lulusan yang dihasilkannya(akuntabilitas). Dunia pendidikan harus mampu mengantisipasi hal inidengan meningkatkan kualitas lulusannya sesuai standar yang diinginkanpelanggan.

5. Negosiasi

Rendahnya negosiasi di bidang pendidikan ditunjukkan oleh kurangmeyakinkannya pengelola pendidikan mengajak pengusaha dan aparatpemerintah terkait untuk bermitra secara efektif dan efisien. Dunia pen­didikan dihadapkan pada peluang sekaligus tantangan untuk menciptakanlulusan yang terampil dalam bernegosiasi di pasar bebas nanti. Hanya bangsayang unggul bemegosiasi (lobby perdagangan) yang menang dalam kompetisidi pasar bebas. Modal ulama agar negosiasi dapat berhasil dengan baik ialahpcsena didik harus dibekali keterampilan dalam berkomunikasi baik tulismaupun lisan. Penyebab rendahnya kemampuan bernegosiasi antara lainkarena rendahnya kelerampilan berkomunikasi secara efektif. Antisipasinya,peserta didik hendaknya dibekali teknik-teknik berkomunikasi sertadiajarkan teori negosiasi sekaligus dengan prakteknya.

6. Komunikasi

Komunikasi dalam hal ini adalah kemampuan seseorang untukmenyampaikan pendapatnya secara tertulis dan lisan sena mampu pula padamemahami pendapat orang lain baik secara tenulis maupun lisan.Komunikasi di dunia pendidikan cenderung rendah, sepeni yang dinyatakanDamrosch (1995:186) bahwa para ilmuwan telah tercabut dari akar budayakomunikasi. tempat mereka hidup. Perkembangan Inpteks menyebabkanmanusia memuja-muja fakultas esakta (fakultas teknik dan MIPA). Merekaseolah-olah tidak memerlukan fakultas nonesakta sehingga timbullah duakubu ilmuwan yang salingtidak mau berkomunikasi. Mcrcka mcngem­bangkan Iptck bukan Ipteks. Mereka bcrkomunikasi dcngan bahasanyascndiri, tidak pcduli apakah' bahasanya dapat dipahami mahasiswa ataumasyarakat luas.' Scmakin asing bahasa dan tcrminologi yang dipakainya,'semakin ilmiah dan bangga dirinya, meskipun AI Qur'an (31:18,57:23, dan

Page 10: PERMASALAHAN PENDIDlKAN MENYONGSONG PASARBEBAS

20 Cakrawala Pendidikan No.1, Tahun XVI, Februari 1997

38:75) telah mengingat kepada manusia bahwa sesungguhnya Allah tidakmenyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan dirinya.Sehubungan dengan hal ini Schweitzer (maar, 1196:22) menyatakan bahwasebenarnya di antara para ahli mempunyai keinginan untuk berkomunikasitetapi karena kesombongannya menyebabkan komunikasi terputus. Olehkarena itu, mitra bestari dalam penulisan ilmiah untuk jurnal danseminar-seminar proposal penelitian yang telah lama dilakukan IKIPYogyakarta secara konsisten dan bertanggungjawab adalah salah satu saranauntuk mengantisipasi "kecongkakan ilmiah" tersebut, sehingga pendidikanesakta dan nonesakta menjadi dua kubu yang saling melengkapi danmemang dalam kenyataannya sarna-sarna dibutuhkan bagi pembangunannasional.

Budaya baca dan komunikasi tulis karya ilmiah bangsa kita masihrendah. Suroso dan Kurniawan (1996:37 dan 42) menyatakan bahwa dari 200mahasiswa yang melakukan kegiatan membaca dengan serius selama empatjam sehari baru mencapai 15% dan berdasarkan pengamatannya ternyatapublikasi karya ilmiah yang ditulis dosen masih terbatas baik jumlah, mutu,media, maupun frekuensi penerbitannya. Telah dinyatakan Koswara(1994:1) bahwajumlah dosen yang terlibat dalam penelitiian masih sangatrendah yakni baru sekitar 800 orang dari kurang lebih 80.000 dosen negeri.Publikasi karya ilmiah Indonesia di jurnal internasional untuk semua bidangilmu pada tahun 1996 hanya 52 buah. Kalah dengan Malaysia yaitu 162 buah,Thailand 206 buah, Singapura 314 buah, dan Korea Selatan 490 buah.Scbagai contoh: jumlah judul penelitian para dosen yang dikomunikasikanlewai buku Abstrak Hasil Penelitian IKIP Yogyakarta untuk tahun 1993sebanyak 200 judul, 1994 sebanyak 239 judul, dan tahun 1995 terjadipenurunan sehingga jumlahnya hanya 192 jUdul dari 835 dosen.

Rendahnya budaya tulis karya ilmiah ini disebabkan menulis danmeneliti di alam kehidupan yang mengarah ke serba materialistis ini tidakmenjanjikan imbalan materi yang memadai. Selain itu, kompetisi yangsangat ketat untuk mendapatkan dana penelitian yang sangat terbatassernakin menutup peluang untuk menulis dan meneliti. Untuk mengatasikomunikasi tulis ilmiah di kalangan dosen, Suroso dan Kurniawan (1996)menyarankan agar: membiasakan menulis dalam setiap kesempatan,menumbuhkan motivasi menulis sebagai suatu kebutuhan bukan untukangka kredit maupun duit, mengirimkan abstrak makalah, menulis artikel dimedia massa, menulis hand-out untuk memberi kuliah, dan menulis gagasan,refleksi, dan temuan untuk dikirim ke media massa.

Dalam rangka menyongsong pasar bebas, maka kemampuankomunikasi baik lisan maupun tulis dari para lulusan pendidikan kita harussudah diantisipasi di dalam program kurikulumnya. Hal ini bermakna bahwabukan saja penguasaan mcnulis dan mengucapkan bahasa-bahasa sepertiInggris, Cina, dan Jepang dengan baik; melainkan juga mampu

Page 11: PERMASALAHAN PENDIDlKAN MENYONGSONG PASARBEBAS

Permasalahan Pendidikan Menyongsong Pasar Bebas 21

mendengarkan bahasa-bahasa itu dengan baik pula. Demikian pula bahasakomputer (digital) merupakan bekal yang perIu disiapkan oleh lembagapendidikan. Antipasinya perlu meningkatkan kemampuan berbahasamelalui kursus-kursus, perlu adanya dialog akademis di kalangan ilmuan danmenggalakkan mitra bestari dalam penulisan ilmiah.

7. Inovasi

Berbagai inovasi telah dilakukan di bidang pendidikan sepertipergantian kurikulum, kebijakan link and mach, pendidikan sistem ganda,penataran kewiraswastaan bagi kepala sekolah menengah kejuruan, studybanding ke luar negeri, menambah gedung; tetapi kualitas kreativitas dankemandirian lulusan tetap saja masih rendah. Hal ini sering dikeluhkan olehpihak pengguna melalui media massa.

Rendahnya inovasi pengelola pendidikan dikarenakan administrasipendidikan dijalankan terutama melalui surat-surat keputusan daninstruksi-instruksi dari pusat tanpa mempertimbangkan apakah aparat dansekolah di daerah telah siap melaksanakannya. Para pengclola sekolahmenjadi terbiasa untuk menunggu instruksi dari atas dan hanya bekerjakalau ada instruksi.

lnovasi pendidikan tampak dari kreativitas untuk menciptakanlulusan yang kreatif dan inovatif sehingga lulusan dapal menciptakansesuatu yang selalu lebih baik dari sebelumnya. Perbedaan berpikirhendaknya dapat diterima oleh kalangan dunia pendidikan untuk diambilhikmahnya dalam menemukan kebenaran. Kemampuan inovasi dan kreasiharus didukung oleh tersedianya sarana informasi dan Ipteks yang lengkapserta sumber daya pendidikan yang memadai. Antisipasinya, memberikanpeluang kepada pengelola pendidilcan untuk turut serta dalam pembuatanperencanaan pendidikan serta perlu adanya dukungan sumber dayapendidikan.

8. Jati diri

Pasar bebas yang semakin massif dan ekstensif mengakibatkanbatas-batas Ipoleksosbud menjadi samar dan hubungan antar bangsamenjadi transparan. Pasar bebas dewasa ini menyebabkan pola hidup dibelahan negara lain dilihat, ditiru, dan dibudayakan. Masulcnya penyakitAID, Icumpul kebo, Icawin Icontrak, ekstasi, panti pijat, kamke, disco, nightclub, hot dog, donat, pizza, Kectucky Fruied Chicken, California FruiedChicken, pola hidup individualistis, egois, materialistis, konsumerisme,hedonisme merupakan akibat gejala negatif dari globalisasi. Tingginya

Page 12: PERMASALAHAN PENDIDlKAN MENYONGSONG PASARBEBAS

22 CakrBwBIB PendidikBn No.1, Tahun XVI, FebruBri 1997

penyimpangan tersebut termasuk juga seperti monopoli, oligopoli, penyakitbirokrasi, korupsi, kolusi, prostitusi, "kesalahan prosedur", menghalalkansegala cara untuk mencapai tujuan, kesemuanya ini dapat merongrongidentitas.:bangsa.

Pasar bebas mempunyai implikasi luas terhadap kehidupan berbangsadan bernegara. Dari perspektif kebangsaan, pasar bebas menumbuhkankesadaran bahwa kita menjadi warga masyarakat global. Di sisi lain, makintumbuh dorongan untuk lebih melestarikan dan memperkuat identitasbangsa. Kedua hal ini tidak perlu dipertentangkan tetapi bersifat salingmeIengkapi (kompIementer).

Antipasinya, dunia pendidikan harus berfungsi sebagai transformasibudaya, peIestari budaya, dan therapi budaya. Sebagai peIestari budaya,maka tugas pendidikan adaIah untuk meIestarikan budaya bangsa agarbangsanya berjati diri sehingga tidak diarahkan oIeh arus pasar bebasmelainkan justru mengarahkan arus tersebut. Di samping itu, suasanapening- katan iman dan taqwa melaIu agama perIu semakin digaIakkan.

Kesimpulan

MasaIah-masaIah yang dihadapi dunia pendidikan menyongsong pasarbebas nanti di antaranya adaIah: kompetisi, kooperasi, adaptasi, partisipasi,negosiasi, komunikasi, inovasi, dan jati diri. MasaIah-masaIah ini diantaranya disebabkan: sentraIissi birokrasi, meremehkan kualitas, monopoIi,oIigopoIi, korupsi, pungIi, mengejar target kuantitas yang formulitas, belumbisa bekerja secara tim, beIum ada peraturan perundang-undangan tentangkerjasama pengusaha dengan pengelola sekoIah, beIenggu aturan-aturanpraktis, rendahnya kualitas SDM, lemahnya daya bayar masyarakat,rendahnya keterampiIan berkomunikasi, tertutupnya budaya diaIogis ilmiah,terbiasa menunggu perintah dari atas, dan dampak negatif gIobaIisasi.

Alternatif pemecahan masalahnya antara lain adaIah: perhi "adanyaundang-undang anti monopoli, adanya budaya kuaIitas, menciptakanpengeIoIa pendidikan dan luIusan-lulusan yang memiliki terampilanberkooperasi, mengembangkan lebih banyak pendidikan esakta,meningkatkan kemitraan dengan swasta, meningkatkan penelitian,mengemo~mgkan pendidikan profesional, akreditasi bagi setiap jenis danjenjang ·~ndidikan, menggalakkan pendidikan kewiraswastaan, deregulasipendidik'-an, membekaIi teori-teori dan praktek negosiasi, mengikuti kursusbahasa, membudayakan dialog i1miah dan mitra bestari melibatkanpengelolapendidikan daIam perencanaan pendidikan, perlu adanyaduktingan sumber daya pendidikan, melestarikan budaya bangsa? danmemperkuat iman dan taqwa melalui agama.

Page 13: PERMASALAHAN PENDIDlKAN MENYONGSONG PASARBEBAS

Permasalahlln Penaldiksn Menyongsong PaSaT Bebas

Daftar Pustaka

23

AI Qur'an

Anonim, 19900. The World Competitive Yearbook.

Anonim. 1996b. Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi JangkaPanjang 1996 • 2005. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan TinggiDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Damrosch. D. 1995. We Schoolars. Changing the Culturre of the University.Cambridge. Massachusetts: Harvard University Press.

Djatmiko, I.W. 1996. Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda pada SekolahMenengah Kejuruan Teknologi dalam Jurnal Kependidikan MajalahIImiah Penelitian Pendidikan No.1 Tahun XXVI, 1996.

Djoemadi dan Rahdiyanto, D. 1994. Identifikasi Kesulitan MahasiswaJurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK IKIP Yogyakarta terhadapMateri Kuliah Praktek Kerja Mesin CNC dalam Abstrak HasilPenelitian IKIP Yogyakarta 1995. Yogyakarta: Lembaga PenelitianIKIP Yogyakarta.

Koswara, J. Minat Dosen untuk Meneliti sangat Rendah dalam Republika,17 November 1994.

Koentjaraningrat. 1995. Kebudayaan Mentalitas dan Pemban~unan.

Jakarta: PT. Gramedia Pustama Utama.

Mutaqin, dkk. 1995. Kesiapan Dunia Industri terhadap PclaksanaanPendidikan Sistem Ganda di Daerah Istimewa Yogyakarta dalamAbstrak Hasil Penelitian IKIP Yogyakarta 1995. Yogyakarta:Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.

Ngadiyono, Y. 1994. Identifikasi Kesulitan Siswa dalam Pelaksanaan PraktekKerja dengan Mesin CNC di STM se DIY dalam Abstrak HasilPenelitian IKIP Yogyakarta 1995. Yogyakarta: Lembaga PenelitianIKIP Yogyakarta

Sofyan, H. dkk. 1995. Kesiapan Sekolah dalam Rangka MelaksanakanProgram Keterampilan pada SLTP di Jawa Tengah, Jawa Barat, JawaTimur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Abstrak HasilPenelitian IKIP Yogyakarta 1995. Yogyakarta: Lembaga PenelitianIKIP Yogyakarta.

Sunaryo, dkk. 1996. Tanggapan Dunia Usaha terhadap Program Link andMatch dalam Jurnal Kependidikan Majalah I1miah PenelitianPendidikan. Nomor I Tahun XXVI, 1996.

Sunyoto, dkk. 1994. Kesiapan Fasilitas Praktek untuk Mengimplementasi­kan Kurikulum 1992 Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK IKIP

Page 14: PERMASALAHAN PENDIDlKAN MENYONGSONG PASARBEBAS

24 Cakrawala Pendidikan No.1, Tahun XVI, Februari 1997

Yogyakarta dalam Abstrak Hasil Penelitian IKIP Yogyakarta 1995.Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.

Suroso dan Kurniawan, K. 1996. Pemberdayaan Dosen melalui Karya TulisIlmiah dalam Cakrawala Pendidikan Majalah Ilmiah Kependidikan.No.2, Th. XV, Juni 1996.

Suyanto, W. dkk. 1995. Konstribusi Industri terhadap STM dalam RangkaKebijakan Link & Match dalam Abstrak Hasil Penelitian IKIPYogyakarta 1995. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.

Taufik, 1. 1996. Peningkatan Daya Saing Alumni Perguruan Tinggi melaluiStrategi Penyusunan Kurikulum dan Proses Belajar MengajarProaktif. Makalah Seminar Nasional Mempersiapkan Mutu Pendi­dikan Tinggi Menuju Kualitas Global.

Tilaar, H.AR. 1996. Pendidikan Tinggi di Indonesia Dewasa iniMenghadapi Tantangan Abad XXI. Makalah Seminar NasionalMempersiapkan Mutu Pendidikan Tinggi Menuju Kualitas Global.

Unesco. 1996. International Commision on Education for teh 21st Century.Paris Report of Commision.