permainan kubus rubik dan kaitannya dengan grup...
TRANSCRIPT
PERMAINAN KUBUS RUBIK DAN KAITANNYA
DENGAN GRUP SIMETRIK
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Matematika
Program Studi Matematika
Oleh:
Egi Dwifa Arian
NIM: 163114015
PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PERMAINAN KUBUS RUBIK DAN KAITANNYA
DENGAN GRUP SIMETRIK
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Matematika
Program Studi Matematika
Oleh:
Egi Dwifa Arian
NIM: 163114015
PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
RUBIK’S CUBE GAME AND ITS RELATION TO SYMMETRIC GROUP
PAPER
Presented as Partial Fulfillment of the
Requirements to Obtain the Degree of Sarjana Matematika
Mathematics Study Program
Written by:
Egi Dwifa Arian
Student ID: 163114015
MATHEMATICS STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF MATHEMATICS
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan
Ia akan bertindak.
Mazmur 37:5
Karya ini dipersembahkan untuk kedua orang tua tercinta,
Ferli dan Veronica Murdiyanti
serta kakak saya,
Dhofa Dirga Lianda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Kubus Rubik merupakan suatu permainan yang berhubungan dengan
matematika. Seperti halnya matematika, kubus Rubik juga memiliki persoalan
untuk dipecahkan, yaitu bagaimana cara menyusun kembali kubus Rubik yang telah
diacak ke posisi terselesaikan. Salah satu cabang matematika, yaitu Teori Grup,
memiliki kaitan dengan permainan kubus Rubik. Dalam makalah ini akan
diperlihatkan bahwa himpunan semua gerakan pada kubus Rubik dengan operasi
komposisi fungsi merupakan grup simetrik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Rubik’s cube is a game related to mathematics. Like mathematics, the
Rubik’s cube also has a problem to solve, namely how to rearrange the scrambled
Rubik’s cube to its completed position. One of the fields of mathematics, namely
Group Theory, has a relation to the Rubik’s cube game. In this paper it will be
shown that the set of all movements on the Rubik’s cube with composition of
functions as operation forms a symmetric group.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL DALAM BAHASA INGGRIS ............................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................ vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Batasan Masalah........................................................................................... 3
D. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3
E. Metode Penulisan ......................................................................................... 3
F. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 3
G. Sistematika Penulisan .................................................................................. 4
BAB II TEORI HIMPUNAN DAN TEORI GRUP ............................................... 5
A. Himpunan ..................................................................................................... 5
B. Relasi .......................................................................................................... 10
C. Fungsi ......................................................................................................... 13
D. Grup ........................................................................................................... 18
E. Subgrup ...................................................................................................... 27
F. Grup Siklik ................................................................................................. 28
G. Grup Simetrik ............................................................................................. 30
BAB III KUBUS RUBIK DAN GRUP SIMETRIK ............................................ 33
A. Kubus Rubik .............................................................................................. 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
B. Notasi Gerakan Kubus ............................................................................... 35
C. Grup Simetrik Gerakan Pada Kubus Rubik ............................................... 39
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 48
A. Kesimpulan ................................................................................................ 48
B. Saran ........................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rubik’s Cube atau kubus Rubik merupakan permainan yang dapat digunakan
untuk mengasah otak. Kubus Rubik ditemukan pada tahun 1974 oleh seorang
pemahat dan profesor arsitektur dari Hungaria bernama Ernö Rubik. Awalnya Ernö
Rubik ingin membuat sebuah model sebagai alat pembelajaran untuk membantu
murid-muridnya memahami geometri tiga dimensi dan akhirnya tercipta menjadi
sebuah permainan teka-teki (puzzle) yang paling laris di dunia.
Banyak jenis Rubik yang sering dimainkan, seperti 2×2×2 (Pocket Cube),
3×3×3 (Rubik’s Cube), 4×4×4 (Master Cube) dan lain-lain. Permainan kubus Rubik
berdimensi 3×3×3 terdiri dari 26 kubus kecil yang dapat dibagi menjadi tiga kate-
gori yaitu kubus tengah, kubus tepi, dan kubus sudut. Warna kubus tengah pada
kubus Rubik yang teracak dapat menjadi acuan untuk mengetahui warna pada per-
mukaan sisi yang dapat membuatnya terselesaikan. Skema warna sisi kubus Rubik
yang standar yaitu putih, kuning, merah, oranye, hijau, dan biru.
Cara menyelesaikan permainan ini dengan memutar-mutar sisinya supaya ku-
bus Rubik yang telah diacak kembali ke posisi terselesaikan. Terdapat beragam
metode untuk menyelesaikan kubus Rubik, salah satunya metode yang paling mu-
dah dan popular yaitu layer by layer method atau metode lapis demi lapis. Namun
makalah ini tidak membahas solusi menyelesaikan permainan kubus Rubik, tetapi
menghubungkan konsep-konsep Teori Grup yang dapat diterapkan pada permainan
kubus Rubik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Gambar 1. Kubus Rubik posisi teracak (kiri) dan posisi terselesaikan (kanan)
(http://www.suhendry.net/contest/bnpchs11/qual/)
Dari sudut pandang matematika, permainan kubus Rubik ini memiliki kaitan
dengan Fungsi, Komposisi Fungsi, Teori Grup, dan Teori Graf. Makalah ini akan
membahas Teori Grup yang memiliki kaitan dengan permainan kubus Rubik.
Dalam permainan kubus Rubik dilakukan suatu gerakan 𝑁 untuk membuat kubus-
kubus kecil berada pada posisi yang diinginkan. Pada makalah ini akan diperlihat-
kan bahwa himpunan semua gerakan pada kubus Rubik dengan operasi komposisi
fungsi merupakan grup simetrik.
Aljabar abstrak, khususnya Teori Grup, merupakan materi yang sulit di-
mengerti karena mahasiswa dituntut untuk memahami konsep matematika yang
cenderung bersifat abstrak. Padahal Teori Grup merupakan salah satu konsep pen-
ting yang memiliki banyak penerapan dalam kehidupan nyata, seperti permainan
Sudoku dan permainan kubus Rubik. Maka dari itu penulis akan membahas materi
Teori Grup dengan contoh konkret, yaitu permainan kubus Rubik, supaya kita dapat
mempelajari Teori Grup dengan lebih mudah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menyusun semua gerakan yang mungkin pada kubus Rubik?
2. Bagaimana mendefinisikan operasi biner antara gerakan-gerakan kubus
Rubik?
3. Sifat-sifat mana saja yang berlaku pada permainan kubus Rubik?
4. Bagaimana menyusun semua gerakan kubus Rubik sehingga membentuk
suatu grup simetrik?
C. Batasan Masalah
Rubik yang dipakai dalam makalah ini adalah kubus Rubik berukuran 3×3×3
atau lebih dikenal dengan kubus Rubik. Makalah ini tidak membahas penyelesaian
permainan kubus Rubik, tetapi menghubungkan konsep-konsep pada Teori Grup
dengan gerakan-gerakan dalam permainan kubus Rubik.
D. Tujuan Penulisan
1. Menyusun semua gerakan yang mungkin pada kubus Rubik.
2. Mendefinisikan operasi biner antara gerakan-gerakan kubus Rubik.
3. Mengetahui sifat-sifat yang berlaku pada permainan kubus Rubik.
4. Menyusun semua gerakan kubus Rubik sehingga membentuk suatu grup
simetrik.
E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini adalah studi pustaka dari
buku-buku dan jurnal yang berkaitan dengan kubus Rubik dan Teori Grup.
F. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah dapat memberi pengetahuan mengenai
hubungan antara Teori Grup dengan permainan kubus Rubik. Selain itu, juga dapat
dijadikan sebagai alternatif pembelajaran Teori Grup dengan contoh konkret.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
D. Tujuan Penulisan
E. Metode Penulisan
F. Manfaat Penulisan
G. Sistematika Penulisan
BAB II TEORI HIMPUNAN DAN TEORI GRUP
A. Himpunan
B. Relasi
C. Fungsi
D. Grup
E. Subgrup
F. Grup Siklik
G. Grup Simetrik
BAB III KUBUS RUBIK DAN GRUP SIMETRIK
A. Kubus Rubik
B. Notasi Gerakan Kubus
C. Grup Simetrik Gerakan Pada Kubus Rubik
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
TEORI HIMPUNAN DAN TEORI GRUP
Dalam bab ini akan dibahas pengertian-pengertian dasar yang akan digunakan
dalam pembahasan selanjutnya, yaitu: Himpunan, Relasi, Fungsi, Grup, Subgrup,
Grup Siklik, dan Grup Simetrik.
A. Himpunan
Himpunan adalah suatu kumpulan atau koleksi obyek-obyek (konkret maupun
abstrak) yang mempunyai kesamaan sifat tertentu. Suatu himpunan haruslah
terdefinisi secara tegas, dalam arti bahwa untuk setiap objek dalam semestanya
dapat ditentukan secara tegas apakah objek tersebut merupakan anggota himpunan
itu atau tidak. Suatu himpunan biasanya dilambangkan dengan huruf besar, misal-
nya 𝐴, 𝐵, 𝐶, dan seterusnya. Obyek-obyek yang merupakan anggota dari suatu him-
punan disebut anggota atau elemen dari himpunan itu, dan dilambangkan dengan
huruf kecil, misalnya 𝑎, 𝑏, 𝑥, 𝑦, dan seterusnya. Himpunan semua objek yang ter-
masuk lingkup pembicaraan disebut himpunan semesta atau semesta wacana, yang
dilambangkan 𝑈 atau 𝑋. Untuk setiap objek dalam semesta wacana dari suatu him-
punan hanya ada dua kemungkinan, yaitu merupakan anggota dari himpunan itu
atau tidak merupakan anggota dari himpunan itu. Suatu himpunan dikatakan
terdefinisi dengan baik (well-defined) bila untuk setiap elemen dari semestanya
dapat ditentukan dengan tegas apakah elemen itu merupakan anggota himpunan itu
atau tidak.
Karena himpunan-himpunan bilangan seringkali dipakai dalam matematika,
maka himpunan-himpunan itu biasanya disajikan dengan lambang tertentu sebagai
berikut:
ℕ adalah himpunan semua bilangan asli (bilangan bulat positif).
ℤ adalah himpunan semua bilangan bulat.
ℚ adalah himpunan semua bilangan rasional.
ℝ adalah himpunan semua bilangan real.
ℂ adalah himpunan semua bilangan kompleks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Apabila suatu objek 𝑥 merupakan anggota dari himpunan 𝐴, maka hal itu
dinyatakan dengan notasi
𝑥 ∈ 𝐴
dan apabila objek 𝑦 tidak merupakan anggota dari himpunan 𝐴, maka hal itu dinya-
takan dengan notasi
𝑦 ∉ 𝐴.
1. Cara Menyatakan Himpunan
Ada beberapa cara untuk menyatakan suatu himpunan. Yang paling sederhana
ialah cara daftar, yaitu menyatakan suatu himpunan dengan menuliskan satu per
satu lambang anggota-anggotanya di antara tanda kurung kurawal. Cara ini bia-
sanya dipakai untuk himpunan-himpunan yang diskret.
Contoh 2.1
𝐴 = {𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑, 𝑒}
𝐵 = {Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul, Sleman, Yogyakarta}
ℕ = {1,2,3,4,5, … }
Cara lain untuk menyatakan suatu himpunan adalah cara syarat keanggotaan,
yaitu dengan menyatakan syarat yang harus dipenuhi oleh elemen-elemen him-
punan semesta untuk menjadi anggota itu (syarat itu disebut syarat keanggotaan
dari himpunan yang bersangkutan).
Contoh 2.2
𝐴 = {𝑥|𝑥 adalah salah satu dari tujuh huruf pertama dalam abjad}
ℤ = {𝑥|𝑥 adalah bilangan bulat}
ℕ = {𝑥|𝑥 ∈ ℤ ∧ 𝑥 > 0}
Cara lain lagi untuk menyatakan suatu himpunan ialah dengan menggunakan
apa yang disebut fungsi karakteristik, yaitu suatu fungsi dari himpunan semesta 𝑋
ke himpunan {0,1}. Suatu himpunan 𝐴 dalam semesta 𝑋 dapat dinyatakan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
fungsi karakteristik
𝜒𝐴: 𝑋 → {0,1}
yang didefinisikan dengan aturan
𝜒𝐴(𝑥) = {1 jika 𝑥 ∈ 𝐴0 jika 𝑥 ∉ 𝐴
untuk setiap 𝑥 ∈ 𝑋.
Contoh 2.3
Dalam semesta 𝑋 = {𝑥|𝑥 adalah huruf dalam abjad}, himpunan 𝐴 dalam
Contoh 2.1 di atas dapat dinyatakan dengan menggunakan fungsi karakteristiknya,
yaitu
𝜒𝐴(𝑥) = {1 jika 𝑥 adalah salah satu dari lima huruf pertama dalam abjad0 jika lainnya
2. Himpunan Kosong dan Himpunan Bagian
Dapat terjadi bahwa suatu himpunan sama sekali tidak memuat anggota, misal-
nya himpunan bilangan real yang kuadratnya adalah bilangan negatif. Himpunan
semacam itu disebut himpunan kosong dan dilambangkan dengan ∅ atau { }. Suatu
himpunan yang hanya memuat satu elemen disebut himpunan elemen tunggal
(singleton). Misalnya himpunan 𝐴 = {1} adalah suatu himpunan elemen tunggal.
Suatu himpunan 𝐴 dalam semesta 𝑋 dikatakan merupakan himpunan bagian
(subhimpunan) dari himpunan 𝐵, dengan notasi
𝐴 ⊆ 𝐵,
jika dan hanya jika setiap anggota dari himpunan 𝐴 juga merupakan anggota dari
himpunan 𝐵. Jadi
𝐴 ⊆ 𝐵 jhj (∀𝑥 ∈ 𝑋)𝑥 ∈ 𝐴 ⇒ 𝑥 ∈ 𝐵.
Dua buah himpunan 𝐴 dan 𝐵 dikatakan sama, dengan notasi
𝐴 = 𝐵,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
jika dan hanya jika setiap anggota himpunan 𝐴 adalah anggota himpunan 𝐵 dan
sebaliknya setiap anggota himpunan 𝐵 adalah anggota himpunan 𝐴. Dengan per-
kataan lain,
𝐴 = 𝐵
jika dan hanya jika
𝐴 ⊆ 𝐵 dan 𝐵 ⊆ 𝐴.
Contoh 2.4
Jika 𝐴 = {𝑥|𝑥2 − 5𝑥 + 6 = 0} dan 𝐵 = {2,3}, maka 𝐴 = 𝐵, sebab akar-akar
persamaan 𝑥2 − 5𝑥 + 6 = 0 adalah 𝑥 = 2 atau 𝑥 = 3.
3. Operasi Himpunan
Operasi himpunan adalah aturan yang menghasilkan himpunan dari satu atau
lebih himpunan yang diketahui. Operasi dengan satu himpunan disebut operasi
uner, sedangkan operasi dengan dua himpunan disebut operasi biner. Berikut akan
dibahas enam buah operasi himpunan, yaitu komplemen, gabungan, irisan, selisih,
selisih simetrik, dan darab Cartesius. Operasi komplemen adalah operasi uner, se-
dangkan gabungan, irisan, selisih, selisih simetrik, dan darab Cartesius adalah
operasi biner.
Komplemen dari himpunan 𝐴 dalam semesta 𝑋, dengan notasi 𝐴′, adalah him-
punan semua anggota semesta yang bukan anggota himpunan 𝐴, yaitu
𝐴′ = {𝑥 ∈ 𝑋|𝑥 ∉ 𝐴}.
Gabungan dua buah himpunan 𝐴 dan 𝐵, dengan notasi
𝐴 ∪ 𝐵,
adalah himpunan semua elemen dalam semesta yang merupakan anggota himpunan
𝐴 atau anggota himpunan 𝐵, yaitu
𝐴 ∪ 𝐵 = {𝑥|𝑥 ∈ 𝐴 ˅ 𝑥 ∈ 𝐵}.
Irisan dua buah himpunan 𝐴 dan 𝐵, dengan notasi
𝐴 ∩ 𝐵,
adalah himpunan semua elemen dalam semesta yang merupakan anggota himpunan
𝐴 dan sekaligus anggota himpunan 𝐵, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
𝐴 ∩ 𝐵 = {𝑥|𝑥 ∈ 𝐴 ˄ 𝑥 ∈ 𝐵}.
Bila 𝐴 ∩ 𝐵 = ∅, maka 𝐴 dan 𝐵 disebut dua buah himpunan yang saling asing
atau saling lepas. Misalnya, himpunan 𝐴 dan komplemennya adalah saling asing,
sebab
𝐴 ∩ 𝐴′ = {𝑥|𝑥 ∈ 𝐴 ˄ 𝑥 ∈ 𝐴′} = {𝑥|𝑥 ∈ 𝐴 ˄ 𝑥 ∉ 𝐴} = ∅.
Selisih dua buah himpunan 𝐴 dan 𝐵, dengan notasi
𝐴 − 𝐵,
adalah himpunan semua elemen dalam semesta yang merupakan anggota himpunan
𝐴 dan bukan anggota himpunan 𝐵, yaitu
𝐴 − 𝐵 = {𝑥|𝑥 ∈ 𝐴 ˄ 𝑥 ∉ 𝐵}.
Selisih simetrik dua buah himpunan 𝐴 dan 𝐵, dengan notasi
𝐴⊝𝐵,
adalah himpunan semua elemen dalam semesta yang merupakan anggota himpunan
𝐴 − 𝐵 atau himpunan 𝐵 − 𝐴, yaitu
𝐴⊝ 𝐵 = (𝐴 − 𝐵) ∪ (𝐵 − 𝐴).
Darab Cartesius dua buah himpunan 𝐴 dan 𝐵, dengan notasi
𝐴 × 𝐵,
adalah himpunan semua pasangan terurut (𝑥, 𝑦) dengan 𝑥 ∈ 𝐴 dan 𝑦 ∈ 𝐵, yaitu
𝐴 × 𝐵 = {(𝑥, 𝑦)|𝑥 ∈ 𝐴 ˄ 𝑦 ∈ 𝐵}.
Contoh 2.5
Misalnya 𝐴 = {1,2,3,4} dan 𝐵 = {2,4,6}. Maka
𝐴 ∪ 𝐵 = {1,2,3,4,6}; 𝐴 ∩ 𝐵 = {2,4}
𝐴 − 𝐵 = {1,3}
𝐵 − 𝐴 = {6}
𝐴⊝ 𝐵 = {1,3,6} = 𝐵 ⊝𝐴
𝐴 × 𝐵 =
{(1,2), (1,4), (1,6), (2,2), (2,4), (2,6), (3,2), (3,4), (3,6), (4,2), (4,4), (4,6)}
𝐵 × 𝐴 =
{(2,1), (2,2), (2,3), (2,4), (4,1), (4,2), (4,3), (4,4), (6,1), (6,2), (6,3), (6,4)}
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
B. Relasi
Pada umumnya, relasi terjadi antara elemen-elemen dalam suatu himpunan
dengan elemen-elemen dalam himpunan lainnya. Misalnya diketahui dua buah him-
punan bilangan 𝑋 = {1,2,3} dan 𝑌 = {2,3,4}, dan relasi “lebih besar atau sama
dengan” antara elemen-elemen dalam himpunan 𝑋 dengan elemen-elemen dalam
himpunan 𝑌.
1. Relasi Biner
Secara matematis, suatu relasi 𝑅 antara elemen-elemen dalam himpunan 𝑋
dengan elemen-elemen dalam himpunan 𝑌 dapat dinyatakan sebagai himpunan
pasangan terurut (𝑥, 𝑦) di mana elemen 𝑥 ∈ 𝑋 berelasi dengan elemen 𝑦 ∈ 𝑌, yaitu
𝑅 = {(𝑥, 𝑦)|𝑥 ∈ 𝑋, 𝑦 ∈ 𝑌, 𝑥 berelasi dengan 𝑦}.
Misalnya relasi 𝑅 (lebih besar atau sama dengan) dalam contoh di atas dapat dinya-
takan sebagai himpunan pasangan terurut sebagai berikut:
𝑅 = {(2,2), (3,2), (3,3)}.
Relasi 𝑅 antara elemen-elemen dalam himpunan 𝑋 dengan elemen-elemen da-
lam himpunan 𝑌 tersebut merupakan himpunan bagian dari darab Cartesius 𝑋 × 𝑌.
Sebaliknya, setiap himpunan bagian dari darab Cartesius 𝑋 × 𝑌 dapat dipandang
sebagai suatu relasi antara elemen-elemen dalam himpunan 𝑋 dengan elemen-
elemen dalam himpunan 𝑌. Relasi antara elemen-elemen dalam dua buah himpunan
seperti contoh di atas disebut relasi biner.
Secara matematis, relasi biner 𝑅 antara elemen-elemen dalam himpunan 𝑋
dengan elemen-elemen dalam himpunan 𝑌 didefinisikan sebagai himpunan bagian
dari darab Cartesius 𝑋 × 𝑌, yaitu
𝑅 ⊆ 𝑋 × 𝑌.
Relasi 𝑅 antara elemen-elemen dalam himpunan 𝑋 dengan elemen-elemen da-
lam himpunan 𝑌 seringkali juga disebut relasi 𝑅 dari himpunan 𝑋 ke himpunan 𝑌.
Jika elemen 𝑥 ∈ 𝑋 berelasi 𝑅 dengan elemen 𝑦 ∈ 𝑌, maka hal itu dinyatakan dengan
lambang
(𝑥, 𝑦) ∈ 𝑅
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
atau kadang-kadang dengan lambang
𝑥𝑅𝑦.
Sebaliknya, jika elemen 𝑥 ∈ 𝑋 tidak berelasi 𝑅 dengan elemen 𝑦 ∈ 𝑌, maka hal
itu dinyatakan dengan lambang
(𝑥, 𝑦) ∉ 𝑅
atau kadang-kadang dengan lambang
𝑥𝑅𝑦.
Misalnya untuk relasi 𝑅 (lebih besar atau sama dengan) dalam contoh di atas,
pasangan terurut (3,2) ∈ 𝑅, yang juga dapat dinyatakan dengan lambang 3𝑅2, atau
biasanya dengan lambang 3 ≥ 2.
Relasi 𝑅 antara elemen-elemen dalam himpunan 𝑋 = {𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑚} dengan
elemen-elemen dalam himpunan 𝑌 = {𝑦1, 𝑦2, … , 𝑦𝑛} dapat dinyatakan dalam ben-
tuk suatu matriks berukuran 𝑚 × 𝑛 sebagai berikut
𝑅 = (
𝑎11 𝑎12 …𝑎21 𝑎22 …⋮ ⋮ ⋱
𝑎1𝑛𝑎2𝑛⋮
𝑎𝑚1 𝑎𝑚2 … 𝑎𝑚𝑛
)
di mana
𝑎𝑖𝑗 = {1 jika 𝑥𝑖 ∈ 𝑋 berelasi 𝑅 dengan 𝑦𝑗 ∈ 𝑌
0 jika 𝑥𝑖 ∈ 𝑋 tidak berelasi 𝑅 dengan 𝑦𝑗 ∈ 𝑌
untuk 𝑖 = 1,2, … ,𝑚 dan 𝑗 = 1,2, … , 𝑛.
Misalnya relasi 𝑅 adalah relasi “lebih besar atau sama dengan” antara elemen-
elemen dalam himpunan 𝑋 = {1,2,3} dengan elemen-elemen dalam himpunan
𝑌 = {2,3,4} dalam contoh di awal subbab ini dapat dinyatakan dalam bentuk
matriks sebagai berikut:
𝑅 = (0 0 01 0 01 1 0
).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Jika 𝑅 adalah suatu relasi biner dari himpunan 𝑋 ke himpunan 𝑌, maka domain
dari 𝑅, yang dinotasikan dengan dom 𝑅, adalah himpunan semua elemen dalam 𝑋
yang berelasi dengan suatu elemen dalam 𝑌, yaitu
dom 𝑅 = {𝑥 ∈ 𝑋|(∃𝑦 ∈ 𝑌)(𝑥, 𝑦) ∈ 𝑅}.
Range dari 𝑅, yang dinotasikan dengan ran 𝑅, adalah himpunan semua elemen
dari 𝑌 yang berelasi dengan suatu elemen dari 𝑋, yaitu
ran 𝑅 = {𝑦 ∈ 𝑌|(∃𝑥 ∈ 𝑋)(𝑥, 𝑦) ∈ 𝑅}.
Jika 𝑋 = 𝑌, maka relasi 𝑅 itu merupakan himpunan bagian dari 𝑋 × 𝑋, yaitu
𝑅 ⊆ 𝑋 × 𝑋, dan disebut relasi pada himpunan 𝑋. Himpunan 𝑋 yang dilengkapi
dengan suatu relasi 𝑅 pada himpunan 𝑋 itu biasanya disajikan dengan pasangan
terurut (𝑋, 𝑅).
Contoh 2.6
Pada himpunan 𝑋 = {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10} didefinisikan relasi 𝑅 dengan
aturan: (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑅 jika dan hanya jika 𝑦 = 𝑥2 untuk 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋, maka
𝑅 = {(1,1), (2,4), (3,9)}. Domain dari relasi 𝑅 tersebut adalah dom 𝑅 = {1,2,3},
sedangkan range dari relasi 𝑅 tersebut adalah ran 𝑅 = {1,4,9}.
2. Invers dari Relasi Biner
Bila 𝑅 adalah relasi biner antara elemen-elemen dalam himpunan 𝑋 dengan
elemen-elemen dalam himpunan 𝑌 (relasi dari himpunan 𝑋 ke himpunan 𝑌), maka
invers dari relasi 𝑅, dengan notasi 𝑅−1, adalah relasi antara elemen-elemen dalam
himpunan 𝑌 dengan elemen-elemen dalam himpunan 𝑋 (relasi dari himpunan 𝑌 ke
himpunan 𝑋) dengan (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑅−1 bila dan hanya bila (𝑦, 𝑥) ∈ 𝑅. Jadi,
𝑅−1 = {(𝑦, 𝑥)|𝑦 ∈ 𝑌, 𝑥 ∈ 𝑋, (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑅}.
Matriks dari relasi 𝑅−1 adalah transpos dari matriks relasi 𝑅. Sebagai contoh
misalnya invers dari relasi 𝑅 yaitu relasi “lebih besar atau sama dengan” antara
elemen-elemen dalam himpunan 𝑋 = {1,2,3} dengan elemen-elemen dalam him-
punan 𝑌 = {2,3,4} dapat dinyatakan dalam bentuk matriks sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
𝑅−1 = (0 1 10 0 10 0 0
).
Untuk setiap relasi 𝑅 dari himpunan 𝑋 ke himpunan 𝑌 berlaku (𝑅−1)−1 = 𝑅,
sebab
(𝑅−1)−1 = {(𝑥, 𝑦)|𝑥 ∈ 𝑋, 𝑦 ∈ 𝑌, (𝑦, 𝑥) ∈ 𝑅−1}
= {(𝑥, 𝑦)|𝑥 ∈ 𝑋, 𝑦 ∈ 𝑌, (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑅}
= 𝑅.
Contoh 2.7
Jika 𝑅 adalah relasi pada himpunan 𝑋 yang didefinisikan dalam Contoh 2.6 di
atas, maka 𝑅−1 adalah relasi pada himpunan 𝑋 dengan 𝑅−1 = {(1,1), (4,2), (9,3)},
yaitu (𝑦, 𝑥) ∈ 𝑅−1 jika dan hanya jika 𝑥 = √𝑦 untuk 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋. Jadi, invers dari
relasi “kuadrat” adalah relasi “akar”.
C. Fungsi
Suatu fungsi adalah relasi khusus f antara elemen-elemen dalam suatu him-
punan 𝑋 dengan elemen-elemen dalam himpunan 𝑌. Kekhususannya terletak dalam
dua hal, yaitu:
(1) Setiap elemen dalam himpunan 𝑋 berelasi dengan suatu elemen dalam
himpunan 𝑌.
(2) Elemen dalam himpunan 𝑌 yang berelasi dengan elemen dari himpunan
𝑋 itu adalah tunggal.
Kedua sifat khusus tersebut dapat dinyatakan dalam satu kalimat, yaitu: untuk
setiap elemen dalam himpunan 𝑋 terdapat dengan tunggal elemen dalam himpunan
𝑌 yang berelasi dengannya. Relasi khusus semacam itu disebut fungsi (atau sering-
kali juga disebut pemetaan) dari himpunan 𝑋 ke himpunan 𝑌, dan disajikan dengan
lambang:
𝑓: 𝑋 → 𝑌.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Himpunan 𝑋 disebut domain dari fungsi 𝑓 dan dilambangkan dengan dom 𝑓,
sedangkan himpunan 𝑌 disebut kodomain dari fungsi 𝑓 dan dilambangkan dengan
kod 𝑓. Jika 𝑥 ∈ 𝑋, maka 𝑦 ∈ 𝑌 yang berelasi dengan elemen 𝑥 itu disebut bayang-
an (atau peta) dari 𝑥 oleh fungsi 𝑓, atau nilai dari fungsi f di 𝑥, dan dilambangkan
dengan
𝑦 = 𝑓(𝑥).
Elemen 𝑥 ∈ 𝑋 itu disebut argumen dari fungsi f, seringkali juga disebut varia-
bel bebas, sedangkan elemen 𝑦 ∈ 𝑌 yang merupakan bayangan dari 𝑥 itu disebut
variabel takbebas (karena nilainya tergantung dari 𝑥). Bayangan dari elemen 𝑥 ∈ 𝑋
oleh fungsi 𝑓 itu seringkali juga disajikan dengan lambang
𝑥 ↦ 𝑦 = 𝑓(𝑥).
Jika 𝑦 ∈ 𝑌, maka elemen 𝑥 ∈ 𝑋 sedemikian sehingga 𝑦 = 𝑓(𝑥) disebut praba-
yangan (atau prapeta) dari 𝑦 dan dilambangkan dengan
𝑥 = 𝑓−1(𝑦).
Bayangan dari setiap elemen dari domain suatu fungsi selalu ada dan tunggal,
sedangkan prabayangan dari suatu elemen dalam kodomain suatu fungsi belum
tentu ada dan kalaupun ada prabayangan itu belum tentu tunggal. Pada umumnya,
prabayangan dari suatu elemen dalam kodomain suatu fungsi adalah suatu him-
punan (dapat berupa himpunan kosong, atau himpunan elemen tunggal, atau him-
punan yang memuat lebih dari satu elemen), sedangkan bayangan dari setiap ele-
men dalam domain suatu fungsi adalah satu elemen (yang dapat juga dipandang
sebagai suatu himpunan dengan elemen tunggal).
1. Kesamaan Dua Buah Fungsi
Jika 𝑓: 𝑋 → 𝑌 adalah suatu fungsi, maka himpunan semua elemen dalam
kodomain 𝑌 yang merupakan bayangan dari suatu elemen dalam domain 𝑋
disebut kisaran dari fungsi f dan dinyatakan dengan dengan notasi 𝑓(𝑋). Jadi
kisaran dari fungsi f adalah 𝑓(𝑋) = {𝑦 ∈ 𝑌|(∃𝑥 ∈ 𝑋)𝑦 = 𝑓(𝑥)}.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Kisaran 𝑓(𝑋) merupakan himpunan bagian dari kodomain 𝑌, yaitu
𝑓(𝑋) ⊆ 𝑌.
Dua buah fungsi 𝑓: 𝑋 → 𝑌 dan 𝑔: 𝑋 → 𝑌 dikatakan sama, yaitu 𝑓 = 𝑔, jika
dan hanya jika 𝑓(𝑥) = 𝑔(𝑥) untuk setiap 𝑥 ∈ 𝑋.
2. Fungsi-Fungsi Khusus
Beberapa fungsi khusus akan dibahas berikut ini.
a. Fungsi Injektif
Suatu fungsi 𝑓: 𝑋 → 𝑌 disebut fungsi (pemetaan) injektif jika dan
hanya jika untuk setiap 𝑥1, 𝑥2 ∈ 𝑋 berlaku apabila 𝑓(𝑥1) = 𝑓(𝑥2) maka
𝑥1 = 𝑥2, yaitu bila dua elemen dalam domain mempunyai bayangan yang
sama, maka kedua elemen itu adalah elemen yang sama. Secara simbolis:
𝑓 adalah fungsi 𝑖𝑛𝑗𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 jhj (∀𝑥1, 𝑥2 ∈ 𝑋)𝑓(𝑥1) = 𝑓(𝑥2) ⇒ 𝑥1 = 𝑥2.
Secara ekivalen, juga dapat dinyatakan bahwa:
𝑓 adalah fungsi 𝑖𝑛𝑗𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 jhj (∀𝑥1, 𝑥2 ∈ 𝑋)𝑥1 ≠ 𝑥2 ⇒ 𝑓(𝑥1) ≠ 𝑓(𝑥2)
yaitu bila dua elemen dalam domain adalah dua elemen yang tidak sama,
maka bayangan kedua elemen itu juga tidak sama.
b. Fungsi Surjektif
Suatu fungsi 𝑓: 𝑋 → 𝑌 disebut fungsi (pemetaan) surjektif jika dan
hanya jika kisaran dari fungsi 𝑓 tersebut sama dengan kodomain dari fungsi
𝑓, yaitu 𝑓(𝑋) = 𝑌. Dengan perkataan lain, fungsi 𝑓: 𝑋 → 𝑌 adalah fungsi
surjektif jika dan hanya jika untuk setiap 𝑦 ∈ 𝑌 terdapat 𝑥 ∈ 𝑋 sedemikian
sehingga 𝑦 = 𝑓(𝑥), yaitu setiap elemen dalam kodomain mempunyai
prabayangan. Secara simbolis:
𝑓: 𝑋 → 𝑌 adalah fungsi surjektif jhj (∀𝑦 ∈ 𝑌)(∃𝑥 ∈ 𝑋)𝑦 = 𝑓(𝑥).
c. Fungsi Bijektif
Suatu fungsi 𝑓: 𝑋 → 𝑌 disebut fungsi (pemetaan) bijektif jika dan
hanya jika fungsi 𝑓 tersebut adalah fungsi yang injektif dan sekaligus sur-
jektif. Maka pada suatu fungsi bijektif, setiap elemen dalam domain
mempunyai tepat satu bayangan, dan setiap elemen dalam kodomain juga
mempunyai tepat satu prabayangan. Oleh karena itu, fungsi bijektif sering-
kali juga disebut korespondensi satu-satu. Dua buah himpunan 𝑋 dan 𝑌
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
dikatakan ekipoten, atau mempunyai bilangan kardinal yang sama, dengan
notasi 𝑋 ≃ 𝑌, jika dan hanya jika terdapat korespondensi satu-satu antara
kedua himpunan itu, yaitu terdapat suatu fungsi 𝑓: 𝑋 → 𝑌 sedemikian se-
hingga 𝑓 adalah fungsi bijektif.
Contoh 2.8
Fungsi 𝑓:ℝ → ℝ, dimana ℝ adalah himpunan semua bilangan real, dengan
𝑓(𝑥) = 2𝑥 + 1 untuk setiap 𝑥 ∈ ℝ, adalah fungsi yang injektif, surjektif, dan oleh
karenanya merupakan fungsi bijektif.
a. Fungsi tersebut adalah fungsi injektif, sebab bila 𝑓(𝑥1) = 𝑓(𝑥2), yaitu
2𝑥1 + 1 = 2𝑥2 + 1, maka 2𝑥1 = 2𝑥2, sehingga 𝑥1 = 𝑥2. Jadi bila dua ele-
men dalam domain mempunyai bayangan yang sama, maka kedua elemen
itu adalah elemen yang sama.
b. Fungsi tersebut adalah fungsi surjektif, sebab untuk setiap elemen 𝑦 ∈ ℝ
(kodomain) terdapat 𝑥 =𝑦−1
2∈ ℝ (domain), sedemikian sehingga
𝑓(𝑥) = 2𝑥 + 1 = 2 (𝑦−1
2) + 1 = 𝑦 − 1 + 1 = 𝑦. Jadi setiap elemen dalam
kodomain mempunyai prabayangan.
c. Fungsi tersebut adalah fungsi bijektif karena merupakan fungsi yang injektif
dan sekaligus surjektif.
3. Komposisi Fungsi
Dua buah fungsi dengan cara tertentu dapat dioperasikan sehingga
menghasilkan fungsi baru. Operasi itu disebut komposisi fungsi.
Definisi 2.9
Jika diberikan dua buah fungsi 𝑓: 𝑋 → 𝑌 dan 𝑔: 𝑌 → 𝑍, maka komposisi
kedua fungsi tersebut didefinisikan sebagai fungsi 𝑔 ∘ 𝑓: 𝑋 → 𝑍 dengan aturan
(𝑔 ∘ 𝑓)(𝑥) = 𝑔(𝑓(𝑥))
untuk setiap 𝑥 ∈ 𝑋.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Karena 𝑓: 𝑋 → 𝑌 adalah fungsi, maka setiap 𝑥 ∈ 𝑋 mempunyai bayangan
tunggal 𝑓(𝑥) ∈ 𝑌, dan karena 𝑔: 𝑌 → 𝑍 adalah fungsi, maka 𝑓(𝑥) ∈ 𝑌 mempunyai
bayangan tunggal 𝑔(𝑓(𝑥)) ∈ 𝑍, sehingga setiap 𝑥 ∈ 𝑋 mempunyai bayangan tung-
gal (𝑔 ∘ 𝑓)(𝑥) ∈ 𝑍. Jadi 𝑔 ∘ 𝑓: 𝑋 → 𝑍 adalah fungsi.
Perhatikan bahwa untuk fungsi 𝑓 dan 𝑔 tersebut di atas, 𝑓 ∘ 𝑔 tidak didefi-
nisikan, kecuali jika 𝑋 = 𝑌 = 𝑍, yaitu jika 𝑓: 𝑋 → 𝑋 dan 𝑔: 𝑋 → 𝑋, maka kompo-
sisi kedua fungsi tersebut adalah fungsi-fungsi 𝑔 ∘ 𝑓: 𝑋 → 𝑋 dan 𝑓 ∘ 𝑔: 𝑋 → 𝑋.
Contoh 2.10
Misalkan 𝑋 = {1,2,3,4,5}, 𝑌 = {𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑}, dan 𝑍 = {5,7,8,9,1}. Diberikan
dua buah fungsi 𝑓: 𝑋 → 𝑌 dan 𝑔: 𝑌 → 𝑍 dimana 𝑓 = {(1, 𝑐), (2, 𝑎),
(3, 𝑑), (4, 𝑎), (5, 𝑏)} dan 𝑔 = {(𝑎, 8), (𝑏, 5), (𝑐, 9), (𝑑, 1)}.
Maka komposisi kedua fungsi tersebut adalah fungsi 𝑔 ∘ 𝑓: 𝑋 → 𝑍 dimana
(𝑔 ∘ 𝑓)(1) = 𝑔(𝑓(1)) = 𝑔(𝑐) = 9
(𝑔 ∘ 𝑓)(2) = 𝑔(𝑓(2)) = 𝑔(𝑎) = 8
(𝑔 ∘ 𝑓)(3) = 𝑔(𝑓(3)) = 𝑔(𝑑) = 1
(𝑔 ∘ 𝑓)(4) = 𝑔(𝑓(4)) = 𝑔(𝑎) = 8
(𝑔 ∘ 𝑓)(5) = 𝑔(𝑓(5)) = 𝑔(𝑏) = 5
yaitu 𝑔 ∘ 𝑓 = {(1,9), (2,8), (3,1), (4,8), (5,5)}.
Teorema 2.11
1. Komposisi dua buah fungsi yang injektif adalah fungsi yang injektif.
2. Komposisi dua buah fungsi yang surjektif adalah fungsi yang surjektif.
3. Komposisi dua buah fungsi yang bijektif adalah fungsi yang bijektif.
Bukti:
1. Misalnya 𝑓: 𝑋 → 𝑌 dan 𝑔: 𝑌 → 𝑍 adalah dua buah fungsi yang injektif. Akan
dibuktikan bahwa 𝑔 ∘ 𝑓: 𝑋 → 𝑍 adalah fungsi yang injektif. Ambil sebarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
elemen 𝑥1, 𝑥2 ∈ 𝑋 sedemikian sehingga (𝑔 ∘ 𝑓)(𝑥1) = (𝑔 ∘ 𝑓)(𝑥2). Berdasar-
kan definisi komposisi fungsi, maka 𝑔(𝑓(𝑥1)) = 𝑔(𝑓(𝑥2)). Karena 𝑔 adalah
fungsi yang injektif, maka 𝑓(𝑥1) = 𝑓(𝑥2). Dan karena 𝑓 adalah fungsi yang
injektif, maka 𝑥1 = 𝑥2. Terbukti bahwa 𝑔 ∘ 𝑓 adalah fungsi yang injektif.
2. Misalnya 𝑓: 𝑋 → 𝑌 dan 𝑔: 𝑌 → 𝑍 adalah dua buah fungsi yang surjektif. Akan
dibuktikan bahwa 𝑔 ∘ 𝑓: 𝑋 → 𝑍 adalah fungsi yang surjektif. Ambil sebarang
elemen 𝑧 ∈ 𝑍. Karena 𝑔 adalah fungsi yang surjektif, maka ada elemen 𝑦 ∈ 𝑌
sedemikian sehingga 𝑔(𝑦) = 𝑧. Karena 𝑓 adalah fungsi yang surjektif, maka
ada elemen 𝑥 ∈ 𝑋 sedemikian sehingga 𝑓(𝑥) = 𝑦, sehingga (𝑔 ∘ 𝑓)(𝑥) =
𝑔(𝑓(𝑥)) = 𝑔(𝑦) = 𝑧. Jadi ada elemen 𝑥 ∈ 𝑋 sedemikian sehingga
(𝑔 ∘ 𝑓)(𝑥) = 𝑧. Terbukti bahwa 𝑔 ∘ 𝑓: 𝑋 → 𝑍 adalah fungsi yang surjektif.
3. Misalnya 𝑓: 𝑋 → 𝑌 dan 𝑔: 𝑌 → 𝑍 adalah dua buah fungsi yang bijektif. Karena
𝑓 dan 𝑔 adalah fungsi yang injektif, maka 𝑔 ∘ 𝑓 adalah fungsi yang injektif.
Karena 𝑓 dan 𝑔 adalah fungsi yang surjektif, maka 𝑔 ∘ 𝑓 adalah fungsi yang
surjektif. Jadi 𝑔 ∘ 𝑓 adalah fungsi yang injektif dan surjektif, yaitu
𝑔 ∘ 𝑓: 𝑋 → 𝑍 adalah fungsi yang bijektif. ∎
D. Grup
Sebelum mendefinisikan grup akan dibahas definisi operasi biner dan sifat-
sifat operasi.
Definisi 2.12
Diberikan himpunan tak kosong 𝐴. Operasi pada himpunan 𝐴 adalah
fungsi ∗: 𝐴 × 𝐴 → 𝐴. Operasi tersebut merupakan operasi biner.
Definisi 2.13
Diberikan himpunan tak kosong 𝐴 dan operasi ∗ pada 𝐴.
1. Operasi ∗ bersifat komutatif pada 𝐴 jika 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑏 ∗ 𝑎 untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐴.
2. Operasi ∗ bersifat asosiatif pada 𝐴 jika (𝑎 ∗ 𝑏) ∗ 𝑐 = 𝑎 ∗ (𝑏 ∗ 𝑐) untuk setiap
𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐴.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
3. Himpunan 𝐴 memuat elemen identitas untuk operasi ∗ jika terdapat 𝑒 ∈ 𝐴
sedemikian sehingga 𝑎 ∗ 𝑒 = 𝑎 dan 𝑒 ∗ 𝑎 = 𝑎 untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐴.
4. Sebuah elemen 𝑎 ∈ 𝐴 memiliki invers di 𝐴 terhadap operasi ∗ jika ada 𝑏 ∈ 𝐴
sedemikian sehingga 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑒 dan 𝑏 ∗ 𝑎 = 𝑒 (dimana 𝑒 adalah elemen iden-
titas yang didefinisikan di nomor 3 di atas).
Definisi 2.14
Suatu himpunan tak kosong 𝐺 yang dilengkapi dengan operasi biner ∗ pada
𝐺 disebut grup dan dilambangkan dengan (𝐺,∗) jika memenuhi aksioma-aksioma
berikut:
1. Operasi ∗ bersifat asosiatif, yaitu
(∀𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐺) (𝑎 ∗ 𝑏) ∗ 𝑐 = 𝑎 ∗ (𝑏 ∗ 𝑐).
2. Terdapat elemen identitas 𝑒 untuk operasi ∗ pada 𝐺, yaitu
(∃𝑒 ∈ 𝐺) (∀𝑎 ∈ 𝐺) 𝑒 ∗ 𝑎 = 𝑎 ∗ 𝑒 = 𝑎.
3. Setiap elemen dalam 𝐺 mempunyai invers terhadap operasi ∗, yaitu
(∀𝑎 ∈ 𝐺) (∃𝑏 ∈ 𝐺) 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑏 ∗ 𝑎 = 𝑒.
Jika operasi ∗ memenuhi sifat komutatif, maka (𝐺,∗) disebut grup Abel.
Contoh 2.15
Diberikan himpunan semua bilangan bulat ℤ. Akan ditunjukkan bahwa
(ℤ,+) merupakan grup. Jumlah dua bilangan bulat merupakan bilangan bulat, se-
hingga + merupakan operasi pada ℤ.
1. Ambil sebarang 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℤ.
Perhatikan bahwa 𝑎 + (𝑏 + 𝑐) = (𝑎 + 𝑏) + 𝑐.
Jadi, operasi + bersifat asosiatif.
2. Terdapat 0 ∈ ℤ, dan untuk setiap 𝑎 ∈ ℤ berlaku 0 + 𝑎 = 𝑎 + 0 = 𝑎.
Jadi, 0 merupakan elemen identitas pada (ℤ,+).
3. Untuk setiap 𝑎 ∈ ℤ terdapat −𝑎 ∈ ℤ, dan 𝑎 + (−𝑎) = (−𝑎) + 𝑎 = 0.
Jadi, setiap elemen dalam ℤ mempunyai elemen invers terhadap operasi +.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Dengan demikian, disimpulkan bahwa (ℤ,+) merupakan grup.
Definisi 2.16
Diberikan bilangan bulat 𝑛 dengan 𝑛 > 1. Untuk setiap bilangan bulat 𝑎, dide-
finisikan 𝑎(mod 𝑛) sebagai sisa tak negatif yang kurang dari 𝑛 jika 𝑎 dibagi 𝑛.
Contoh 2.17
7(mod 2) = 1 sebab 7 = (3)(2) + 1, dan −14(mod 3) = 1 sebab −14 =
(−5)(3) + 1.
Himpunan ℤ𝑛 = {0,1,2, … , 𝑛 − 1} disebut himpunan bilangan bulat modulo n.
Didefinisikan penjumlahan modulo n, dilambangkan +𝑛, pada ℤ𝑛 yaitu
𝑎+𝑛𝑏 = (𝑎 + 𝑏)(mod 𝑛). Untuk membuktikan bahwa ℤ𝑛 merupakan grup, harus
dipastikan bahwa +𝑛 merupakan operasi pada himpunan ℤ𝑛. Untuk setiap
𝑎, 𝑏 ∈ ℤ𝑛, (𝑎 + 𝑏)(mod 𝑛) adalah sisa tak negatif yang kurang dari 𝑛 jika 𝑎 + 𝑏
dibagi 𝑛. Maka 𝑎+𝑛𝑏 ∈ ℤ𝑛. Dengan demikian +𝑛 merupakan operasi pada ℤ𝑛.
Bilangan 0 merupakan elemen identitas, 0 juga merupakan invers untuk 0, dan
invers dari elemen tak nol 𝑎 ∈ ℤ𝑛 adalah 𝑛 − 𝑎 ∈ ℤ𝑛 sebab 𝑎+𝑛(𝑛 − 𝑎) =
𝑛(mod 𝑛) = 0.
Untuk setiap 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℤ𝑛, akan diperlihatkan bahwa (𝑎+𝑛𝑏)+𝑛𝑐 =
𝑎+𝑛(𝑏+𝑛𝑐). Misalkan 𝑎 + 𝑏 = 𝑥𝑛 + 𝑦 dengan 𝑥, 𝑦 ∈ ℤ dan 0 ≤ 𝑦 < 𝑛, maka
𝑎+𝑛𝑏 = 𝑦. Misalkan 𝑦 + 𝑐 = 𝑠𝑛 + 𝑡 dengan 𝑠, 𝑡 ∈ ℤ dan 0 ≤ 𝑡 < 𝑛, maka
𝑦+𝑛𝑐 = 𝑡. Dengan demikian (𝑎+𝑛𝑏)+𝑛𝑐 = 𝑡.
Misalkan 𝑏 + 𝑐 = 𝑢𝑛 + 𝑣 dengan 𝑢, 𝑣 ∈ ℤ dan 0 ≤ 𝑣 < 𝑛, dan misalkan
𝑎 + 𝑣 = 𝑞𝑛 + 𝑟 dengan 𝑞, 𝑟 ∈ ℤ dan 0 ≤ 𝑟 < 𝑛. Maka 𝑎+𝑛(𝑏+𝑛𝑐) = 𝑟.
Selanjutnya
(𝑎 + 𝑏) + 𝑐 = (𝑥𝑛 + 𝑦) + 𝑐 = 𝑥𝑛 + (𝑦 + 𝑐) = 𝑥𝑛 + (𝑠𝑛 + 𝑡) = (𝑥 + 𝑠)𝑛 + 𝑡.
𝑎 + (𝑏 + 𝑐) = 𝑎 + (𝑢𝑛 + 𝑣) = 𝑢𝑛 + (𝑎 + 𝑣) = 𝑢𝑛 + (𝑞𝑛 + 𝑟) = (𝑢 + 𝑞)𝑛 + 𝑟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Karena di ℤ, (𝑎 + 𝑏) + 𝑐 = 𝑎 + (𝑏 + 𝑐), maka didapat 𝑡 = 𝑟, sehingga
(𝑎+𝑛𝑏)+𝑛𝑐 = 𝑎+𝑛(𝑏+𝑛𝑐). Jadi operasi +𝑛 bersifat asosiatif pada ℤ𝑛.
Dengan demikian (ℤ𝑛, +𝑛) adalah grup untuk setiap bilangan bulat 𝑛 > 1.
Grup (ℤ𝑛, +𝑛) merupakan grup Abel karena 𝑎 + 𝑏 = 𝑏 + 𝑎 dalam ℤ.
Teorema 2.18
Misalkan 𝐺 merupakan grup dengan operasi ∗.
1. Terdapat tepat satu elemen di 𝐺 yang merupakan elemen identitas.
2. Untuk setiap elemen 𝑎 ∈ 𝐺 terdapat tepat satu elemen dari 𝐺 yang merupakan
invers dari 𝑎.
Bukti:
Misalkan 𝐺 adalah grup dengan operasi ∗.
1. Karena 𝐺 adalah grup, maka ada elemen 𝑒 ∈ 𝐺 yang merupakan elemen iden-
titas. Misalkan 𝑢 merupakan elemen lain dari 𝐺 yang juga merupakan elemen
identitas. Akan ditunjukkan bahwa 𝑒 = 𝑢. Karena 𝑒 adalah elemen identitas,
maka 𝑒 ∗ 𝑢 = 𝑢. Demikian pula, karena 𝑢 elemen identitas, maka 𝑒 ∗ 𝑢 = 𝑒,
sehingga 𝑒 = 𝑒 ∗ 𝑢 = 𝑢. Jadi 𝑒 = 𝑢. Dengan demikian terdapat tepat satu ele-
men dari 𝐺 yang merupakan elemen identitas, dan disajikan dengan 𝑒𝐺.
2. Diberikan 𝑎 ∈ 𝐺. Karena 𝐺 adalah grup, maka ada 𝑏 ∈ 𝐺 sedemikian sehingga
𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑒𝐺 = 𝑏 ∗ 𝑎. Misalkan ada elemen lain, yaitu 𝑐 ∈ 𝐺 dengan
𝑎 ∗ 𝑐 = 𝑒𝐺 = 𝑐 ∗ 𝑎. Akan ditunjukkan bahwa 𝑏 = 𝑐. Karena 𝑎 ∗ 𝑐 = 𝑒𝐺 , maka
𝑏 ∗ (𝑎 ∗ 𝑐) = 𝑏 ∗ 𝑒𝐺 = 𝑏. Karena 𝑏 ∗ 𝑎 = 𝑒𝐺 , maka (𝑏 ∗ 𝑎) ∗ 𝑐 = 𝑒𝐺 ∗ 𝑐 = 𝑐.
Karena 𝑏 ∗ (𝑎 ∗ 𝑐) = (𝑏 ∗ 𝑎) ∗ 𝑐, maka 𝑏 = 𝑐. Oleh karena itu ada tepat satu
elemen di 𝐺 yang merupakan invers dari 𝑎, yang selanjutnya akan disajikan
dengan notasi 𝑎−1. ■
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Teorema 2.19
Misal 𝐺 adalah grup, maka
1. Untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐺, (𝑎−1)−1 = 𝑎.
2. Untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺, (𝑎𝑏)−1 = 𝑏−1𝑎−1.
Bukti:
1. Ambil sebarang 𝑎 ∈ 𝐺. Karena 𝐺 adalah grup, maka terdapat elemen identitas
𝑒𝐺 ∈ 𝐺, dan 𝑎−1 ∈ 𝐺 sedemikian sehingga 𝑎𝑎−1 = 𝑒𝐺 dan 𝑎−1𝑎 = 𝑒𝐺. Jadi 𝑎
merupakan invers dari elemen 𝑎−1, yaitu (𝑎−1)−1 = 𝑎.
2. Ambil sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺, maka 𝑎−1, 𝑏−1 ∈ 𝐺. Menggunakan sifat asosiatif di-
peroleh (𝑎𝑏)(𝑏−1𝑎−1) = 𝑎(𝑏𝑏−1)𝑎−1 = 𝑎(𝑒𝐺)𝑎−1 = 𝑎𝑎−1 = 𝑒𝐺. Dengan
cara yang sama, (𝑏−1𝑎−1)(𝑎𝑏) = 𝑏−1(𝑎−1𝑎)𝑏 = 𝑏−1(𝑒𝐺)𝑏 = 𝑏−1𝑏 = 𝑒𝐺 .
Jadi 𝑏−1𝑎−1 merupakan invers dari 𝑎𝑏, yaitu (𝑎𝑏)−1 = 𝑏−1𝑎−1. ∎
Definisi 2.20
Misalkan 𝐺 adalah grup, 𝑎 ∈ 𝐺, dan 𝑛 ∈ ℤ.
𝑎𝑛 =
{
𝑎𝑎…𝑎⏟
𝑠𝑒𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑛
jika 𝑛 > 0
𝑒𝐺 jika 𝑛 = 0
𝑎−1𝑎−1…𝑎−1⏟ 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 −𝑛
jika 𝑛 < 0
Contoh 2.21
Diberikan grup ℤ × ℚ+, dimana grup ℤ menggunakan operasi penjumlahan
biasa dan grup ℚ+ menggunakan operasi perkalian biasa.
(2,1
3)4
= (2 + 2 + 2 + 2,1
3∙1
3∙1
3∙1
3) = (8,
1
81)
(2,1
3)−4
= (−2 − 2 − 2 − 2, 3 ∙ 3 ∙ 3 ∙ 3) = (−8,81)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
(2,1
3)0
= (0,1)
Teorema 2.22
Misalkan 𝐺 adalah grup, 𝑎 ∈ 𝐺, dan 𝑚, 𝑛 ∈ ℤ.
1. 𝑎𝑛𝑎𝑚 = 𝑎𝑛+𝑚
2. (𝑎𝑛)𝑚 = 𝑎𝑛𝑚
3. 𝑎−𝑛 = (𝑎−1)𝑛 = (𝑎𝑛)−1
Bukti:
1. Untuk 𝑛 > 0 dan 𝑚 > 0, maka 𝑛 +𝑚 > 0, sehingga
𝑎𝑛𝑎𝑚 = (𝑎𝑎…𝑎)⏟ 𝑛
(𝑎𝑎…𝑎)⏟ 𝑚
= 𝑎𝑎…𝑎⏟ 𝑛+𝑚
= 𝑎𝑛+𝑚
Untuk 𝑛 < 0 dan 𝑚 < 0, maka 𝑛 +𝑚 < 0, sehingga
𝑎𝑛𝑎𝑚 = (𝑎−1𝑎−1…𝑎−1)⏟ −𝑛
(𝑎−1𝑎−1…𝑎−1)⏟ −𝑚
= 𝑎−1𝑎−1…𝑎−1⏟ −𝑛+(−𝑚)=−(𝑛+𝑚)
= 𝑎𝑛+𝑚
Untuk 𝑛 > 0 dan 𝑚 = 0:
𝑎𝑛𝑎𝑚 = 𝑎𝑛𝑎0 = 𝑎𝑛𝑒𝐺 = 𝑎𝑛 = 𝑎𝑛+0 = 𝑎𝑛+𝑚
Untuk 𝑛 < 0 dan 𝑚 = 0, maka 𝑛 +𝑚 < 0, sehingga
𝑎𝑛𝑎𝑚 = 𝑎𝑛𝑎0 = 𝑎𝑛𝑒𝐺 = 𝑎𝑛
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
= 𝑎−1𝑎−1…𝑎−1⏟ −𝑛
= 𝑎−1𝑎−1…𝑎−1⏟ −𝑛+0=−(𝑛+0)=−(𝑛+𝑚)
= 𝑎𝑛+𝑚
Untuk 𝑛 = 0 dan 𝑚 > 0:
𝑎𝑛𝑎𝑚 = 𝑎0𝑎𝑚 = 𝑒𝐺𝑎𝑚 = 𝑎𝑚 = 𝑎0+𝑚 = 𝑎𝑛+𝑚
Untuk 𝑛 = 0 dan 𝑚 < 0, maka 𝑛 +𝑚 < 0, sehingga
𝑎𝑛𝑎𝑚 = 𝑎0𝑎𝑚 = 𝑒𝐺𝑎𝑚 = 𝑎𝑚
= 𝑎−1𝑎−1…𝑎−1⏟ −𝑚
= 𝑎−1𝑎−1…𝑎−1⏟ 0−𝑚=−(0+𝑚)=−(𝑛+𝑚)
= 𝑎𝑛+𝑚
Untuk 𝑛 = 0 dan 𝑚 = 0:
𝑎𝑛𝑎𝑚 = 𝑎0𝑎0 = 𝑒𝐺𝑒𝐺 = 𝑒𝐺 = 𝑎0 = 𝑎0+0 = 𝑎𝑛+𝑚
Untuk 𝑛 > 0 dan 𝑚 < 0:
a. Jika 𝑛 < −𝑚, maka 𝑛 +𝑚 < 0, sehingga
𝑎𝑛𝑎𝑚 = 𝑎−1𝑎−1…𝑎−1⏟ −𝑛−𝑚=−(𝑛+𝑚)
= 𝑎𝑛+𝑚
b. Jika 𝑛 > −𝑚, maka 𝑛 +𝑚 > 0, sehingga
𝑎𝑛𝑎𝑚 = 𝑎𝑎…𝑎⏟ 𝑛−(−𝑚)=𝑛+𝑚
= 𝑎𝑛+𝑚
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
c. Jika 𝑛 = −𝑚, maka 𝑛 +𝑚 = 0, sehingga
𝑎𝑛𝑎𝑚 = 𝑒𝐺 = 𝑎0 = 𝑎𝑛+𝑚
Untuk 𝑛 < 0 dan 𝑚 > 0:
a. Jika −𝑛 > 𝑚, maka 𝑛 +𝑚 < 0, sehingga
𝑎𝑛𝑎𝑚 = 𝑎−1𝑎−1…𝑎−1⏟ −𝑛−𝑚=−(𝑛+𝑚)
= 𝑎𝑛+𝑚
b. Jika −𝑛 < 𝑚, maka 𝑛 +𝑚 > 0, sehingga
𝑎𝑛𝑎𝑚 = 𝑎𝑎…𝑎⏟ 𝑚−(−𝑛)=𝑛+𝑚
= 𝑎𝑛+𝑚
c. Jika −𝑛 = 𝑚, maka 𝑛 +𝑚 = 0, sehingga
𝑎𝑛𝑎𝑚 = 𝑒𝐺 = 𝑎0 = 𝑎𝑛+𝑚
Jadi terbukti bahwa 𝑎𝑛𝑎𝑚 = 𝑎𝑛+𝑚.
2. Untuk 𝑛 > 0 dan 𝑚 > 0, maka 𝑛𝑚 > 0, sehingga
(𝑎𝑛)𝑚 = 𝑎𝑛𝑎𝑛…𝑎𝑛⏟ 𝑚
= (𝑎𝑎…𝑎)⏟ 𝑛
(𝑎𝑎…𝑎)⏟ 𝑛
…(𝑎𝑎…𝑎)⏟ 𝑛⏟
𝑚
= 𝑎𝑎…𝑎⏟ 𝑛𝑚
= 𝑎𝑛𝑚
Untuk 𝑛 < 0 dan 𝑚 < 0, maka 𝑛𝑚 > 0, sehingga
(𝑎𝑛)𝑚 = (𝑎𝑛)−1(𝑎𝑛)−1…(𝑎𝑛)−1⏟ −𝑚
= (𝑎−1𝑎−1…𝑎−1)⏟ −𝑛
−1(𝑎−1𝑎−1…𝑎−1)⏟
−𝑛
−1…(𝑎−1𝑎−1…𝑎−1)⏟
−𝑛
−1
⏟ −𝑚
= (𝑎𝑎…𝑎)⏟ −𝑛
(𝑎𝑎…𝑎)⏟ −𝑛
…(𝑎𝑎…𝑎)⏟ −𝑛⏟
−𝑚
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
= 𝑎𝑎…𝑎⏟ (−𝑛)(−𝑚)=𝑛𝑚
= 𝑎𝑛𝑚
Untuk 𝑛 > 0 dan 𝑚 = 0:
(𝑎𝑛)𝑚 = (𝑎𝑛)0 = 𝑒𝐺 = 𝑎0 = 𝑎𝑛0 = 𝑎𝑛𝑚
Untuk 𝑛 < 0 dan 𝑚 = 0:
(𝑎𝑛)𝑚 = (𝑎𝑛)0 = 𝑒𝐺 = 𝑎0 = 𝑎𝑛0 = 𝑎𝑛𝑚
Untuk 𝑛 = 0 dan 𝑚 > 0:
(𝑎𝑛)𝑚 = (𝑎0)𝑚 = 𝑒𝐺 = 𝑎0 = 𝑎0𝑚 = 𝑎𝑛𝑚
Untuk 𝑛 = 0 dan 𝑚 < 0:
(𝑎𝑛)𝑚 = (𝑎0)𝑚 = 𝑒𝐺 = 𝑎0 = 𝑎0𝑚 = 𝑎𝑛𝑚
Untuk 𝑛 = 0 dan 𝑚 = 0:
(𝑎𝑛)𝑚 = (𝑎0)0 = 𝑒𝐺 = 𝑎0 = 𝑎00 = 𝑎𝑛𝑚
Untuk 𝑛 > 0 dan 𝑚 < 0, maka 𝑛𝑚 < 0, sehingga
(𝑎𝑛)𝑚 = (𝑎𝑎…𝑎)⏟ 𝑛
𝑚
= (𝑎𝑎…𝑎)⏟ 𝑛
−1 (𝑎𝑎…𝑎)⏟ 𝑛
−1…(𝑎𝑎…𝑎)⏟ 𝑛
−1
⏟ −𝑚
= (𝑎−1𝑎−1…𝑎−1)⏟ 𝑛
(𝑎−1𝑎−1…𝑎−1)⏟ 𝑛
…(𝑎−1𝑎−1…𝑎−1)⏟ 𝑛⏟
−𝑚
= 𝑎−1𝑎−1…𝑎−1⏟ −𝑛𝑚
= 𝑎𝑛𝑚
Untuk 𝑛 < 0 dan 𝑚 > 0, maka 𝑛𝑚 < 0, sehingga
(𝑎𝑛)𝑚 = (𝑎−1𝑎−1…𝑎−1)⏟ −𝑛
𝑚
= (𝑎−1𝑎−1…𝑎−1)⏟ −𝑛
(𝑎−1𝑎−1…𝑎−1)⏟ −𝑛
…(𝑎−1𝑎−1…𝑎−1)⏟ −𝑛⏟
𝑚
= 𝑎−1𝑎−1…𝑎−1⏟ −𝑛𝑚
= 𝑎𝑛𝑚
Jadi terbukti bahwa (𝑎𝑛)𝑚 = 𝑎𝑛𝑚.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
3. 𝑎−𝑛 = ((𝑎−1)−1)−𝑛
= (𝑎−1)(−1)(−𝑛)
= (𝑎−1)𝑛
= 𝑎(−1)𝑛
= 𝑎𝑛(−1)
= (𝑎𝑛)−1
Jadi terbukti bahwa 𝑎−𝑛 = (𝑎−1)𝑛 = (𝑎𝑛)−1. ∎
E. Subgrup
Berikut akan didefinisikan bahwa himpunan bagian dari suatu grup yang
juga merupakan grup disebut subgrup.
Definisi 2.23
Misalkan 𝐺 adalah grup. Himpunan bagian tak kosong 𝐻 ⊆ 𝐺 disebut
subgrup dari 𝐺 jika dan hanya jika 𝐻 juga merupakan grup dengan operasi yang
sama yang didefinisikan di 𝐺.
Contoh 2.24
Diberikan (ℤ,+) dan (ℝ, +) yang keduanya merupakan grup dengan
operasi yang sama. Karena himpunan ℤ merupakan himpunan bagian dari ℝ, maka
(ℤ,+) merupakan subgrup dari (ℝ,+).
Teorema 2.25
Jika (𝐺,∗) adalah grup dan 𝐻 suatu himpunan bagian tak kosong dari 𝐺,
maka 𝐻 merupakan subgrup dari 𝐺 jika dan hanya jika (∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐻) 𝑎 ∗ 𝑏−1 ∈ 𝐻.
Bukti:
(→) Misalkan 𝐻 adalah subgrup dari 𝐺. Ambil sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐻. Karena 𝑏 ∈ 𝐻,
maka 𝑏−1 ∈ 𝐻 karena (𝐻,∗) adalah grup. Karena 𝑎 ∈ 𝐻, maka 𝑎 ∗ 𝑏−1 ∈ 𝐻.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
(←) Sebaliknya, misalkan (∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐻) 𝑎 ∗ 𝑏−1 ∈ 𝐻.
• Pertama, perhatikan bahwa ∗ bersifat asosiatif untuk setiap tiga elemen
di 𝐺 karena (𝐺,∗) adalah grup. Jadi
(∀𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐻)(𝑎 ∗ 𝑏) ∗ 𝑐 = 𝑎 ∗ (𝑏 ∗ 𝑐).
• Misalkan 𝑎 ∈ 𝐻. Maka, 𝑒 = 𝑎 ∗ 𝑎−1 ∈ 𝐻. Jadi 𝑒 ∈ 𝐻.
• Ambil sebarang 𝑏 ∈ 𝐻. Maka 𝑏−1 = 𝑒 ∗ 𝑏−1 ∈ 𝐻. Jadi setiap elemen di
𝐻 mempunyai invers di 𝐻.
• Misalkan 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐻. Pada langkah sebelumnya, 𝑏−1 ∈ 𝐻, sehingga
𝑎 ∗ (𝑏−1)−1 = 𝑎 ∗ 𝑏 ∈ 𝐻. Dengan demikian, operasi ∗ tertutup di 𝐻.
Jadi, (𝐻,∗) adalah grup, yang berarti bahwa 𝐻 adalah subgrup dari 𝐺. ■
F. Grup Siklik
Berikut akan dibahas suatu grup khusus yang disebut grup siklik.
Definisi 2.26
Misalkan 𝐺 adalah grup dan 𝑎 ∈ 𝐺. Didefinisikan
< 𝑎 >= {𝑥 ∈ 𝐺 | 𝑥 = 𝑎𝑛, 𝑛 ∈ ℤ}.
Contoh 2.27
Pada grup (ℤ6, +6) didapat bahwa < 2 > = {0,2,4} sesuai perhitungan se-
bagai berikut:
20 = 0,
21 = 2,
22 = 2+62 = 4,
23 = 2+62+62 = 0,
24 = 2+62+62+62 = 2,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
25 = 2+62+62+62+62 = 4,
26 = 2+62+62+62+62+62 = 0, dst.
2−1 = 4,
2−2 = 2−1+62−1 = 4+64 = 2,
2−3 = 2−1+62−1+62
−1 = 4+64+64 = 0,
2−4 = 2−1+62−1+62
−1+62−1 = 4+64+64+64 = 4,
2−5 = 2−1+62−1+62
−1+62−1+62
−1 = 4+64+64+64+64 = 2,
2−6 = 2−1+62−1+62
−1+62−1+62
−1+62−1 = 4+64+64+64+64+64 = 0, dst.
Teorema 2.28
Misalkan 𝐺 adalah grup dan 𝑎 ∈ 𝐺, maka < 𝑎 > merupakan subgrup dari
𝐺. Selanjutnya, < 𝑎 > disebut subgrup siklik dari 𝐺 yang dibangun oleh 𝑎.
Bukti:
Akan ditunjukkan bahwa (∀𝑥, 𝑦 ∈ < 𝑎 >) 𝑥 ∗ 𝑦−1 ∈ < 𝑎 >.
Ambil sebarang 𝑥, 𝑦 ∈ < 𝑎 >. Menurut definisi 𝑥 = 𝑎𝑛 dan 𝑦 = 𝑎𝑚 dengan
𝑛,𝑚 ∈ ℤ, sehingga
𝑥 ∗ 𝑦−1 = 𝑎𝑛 ∗ (𝑎𝑚)−1
= 𝑎𝑛 ∗ 𝑎−𝑚
= 𝑎𝑛−𝑚
= 𝑎𝑘
dengan 𝑘 = 𝑛 −𝑚 dan 𝑘 ∈ ℤ. Jadi 𝑥 ∗ 𝑦−1 ∈ < 𝑎 >. Menurut Teorema 2.25,
< 𝑎 > adalah subgrup dari 𝐺. ∎
Definisi 2.29
Grup 𝐺 disebut grup siklik jika dan hanya jika ada 𝑎 ∈ 𝐺 sedemikian se-
hingga 𝐺 = < 𝑎 >.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Contoh 2.30
Grup (ℤ,+) adalah siklik karena ℤ = < 1 >. Untuk 𝑛 ∈ ℤ dan 𝑛 > 0, ele-
men 1𝑛 berarti menambahkan 1 sebanyak 𝑛 kali, jadi 1𝑛 = 𝑛. Untuk 𝑛 < 0, ele-
men 1𝑛 berarti menambahkan −1 sebanyak −𝑛 kali, jadi 1𝑛 = −𝑛. Sedangkan, 10
adalah elemen identitas, yaitu 0. Dengan demikian setiap bilangan bulat dapat di-
tulis sebagai 1𝑛. Tetapi ℤ ≠ < 2 > karena tidak ada bilangan bulat 𝑛 sedemikian
sehingga 2𝑛 = 3.
G. Grup Simetrik
Berikut akan dibahas definisi, teorema, dan contoh suatu grup khusus yang
disebut grup simetrik.
Definisi 2.31
Diberikan himpunan tak kosong 𝐴. Permutasi dari 𝐴 adalah fungsi bijektif
dari 𝐴 ke 𝐴.
Contoh 2.32
Fungsi 𝑓: ℤ → ℤ didefinisikan dari 𝑓(𝑛) = 𝑛 + 1 adalah permutasi dari ℤ.
Harus ditunjukkan bahwa fungsi 𝑓 bijektif. Misalkan 𝑎, 𝑏 ∈ ℤ dengan
𝑓(𝑎) = 𝑓(𝑏). Dari definisi 𝑓 diperoleh 𝑎 + 1 = 𝑏 + 1, sehingga didapat 𝑎 = 𝑏.
Jadi 𝑓 adalah fungsi injektif. Untuk setiap 𝑧 ∈ 𝑍, terdapat 𝑥 = 𝑧 − 1 ∈ ℤ dengan
𝑓(𝑥) = 𝑧, karena 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑧 − 1) = (𝑧 − 1) + 1 = 𝑧. Oleh karena itu 𝑓 adalah
fungsi surjektif. Jadi fungsi 𝑓 bijektif, sehingga fungsi 𝑓 adalah permutasi dari ℤ.
Teorema 2.33
Untuk setiap himpunan tak kosong 𝐴, himpunan
𝑆𝐴 = {𝑓: 𝐴 → 𝐴 | 𝑓 adalah permutasi dari 𝐴}
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
adalah grup dengan operasi komposisi fungsi. Grup 𝑆𝐴 disebut Grup Simetrik pada
𝐴.
Bukti:
Diberikan himpunan tak kosong 𝐴, dan 𝑆𝐴 adalah himpunan semua per-
mutasi dari 𝐴. Jika 𝑓, 𝑔 ∈ 𝑆𝐴, maka 𝑓 dan 𝑔 merupakan permutasi dari 𝐴,
𝑔(𝐴) ⊆ 𝐴 = 𝑑𝑜𝑚(𝑓), sehingga 𝑓 ∘ 𝑔 terdefinisi sebagai fungsi dari 𝐴 ke 𝐴.
Kemudian menurut Teorema 2.11 karena fungsi 𝑓 dan 𝑔 merupakan fungsi yang
bijektif, maka 𝑓 ∘ 𝑔 juga fungsi yang bijektif. Jadi 𝑓 ∘ 𝑔 ∈ 𝑆𝐴.
Akan ditunjukkan 𝑆𝐴 merupakan grup terhadap operasi komposisi fungsi.
1. Misalkan 𝑓, 𝑔, ℎ ∈ 𝑆𝐴 dan 𝑥 ∈ 𝐴. Maka
(ℎ ∘ (𝑔 ∘ 𝑓))(𝑥) = ℎ((𝑔 ∘ 𝑓)(𝑥)) = ℎ (𝑔(𝑓(𝑥))) = (ℎ ∘ 𝑔)(𝑓(𝑥)) =
((ℎ ∘ 𝑔) ∘ 𝑓)(𝑥).
Dengan demikian terbukti operasi komposisi fungsi bersifat asosiatif pada 𝑆𝐴.
2. Fungsi 𝜀: 𝐴 → 𝐴 dengan 𝜀(𝑥) = 𝑥 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐴 adalah fungsi bijektif.
Jadi 𝜀 ∈ 𝑆𝐴. Untuk setiap 𝑓 ∈ 𝑆𝐴 dan 𝑥 ∈ 𝐴 berlaku
(𝑓 ∘ 𝜀)(𝑥) = 𝑓(𝜀(𝑥)) = 𝑓(𝑥) dan (𝜀 ∘ 𝑓)(𝑥) = 𝜀(𝑓(𝑥)) = 𝑓(𝑥).
Jadi 𝑓 ∘ 𝜀 = 𝑓 = 𝜀 ∘ 𝑓. Dengan demikian 𝜀 ∈ 𝑆𝐴 merupakan elemen identitas
terhadap operasi komposisi fungsi.
3. Akan ditunjukkan bahwa setiap 𝑓 ∈ 𝑆𝐴 memiliki invers. Didefinisikan fungsi
𝑔: 𝐴 → 𝐴 dengan 𝑔(𝑎) = 𝑏 jika dan hanya jika 𝑓(𝑏) = 𝑎.
Akan ditunjukkan bahwa 𝑔 terdefinisi dengan baik. Karena 𝑓 surjektif, maka
untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐴, ada 𝑏 ∈ 𝐴 dengan 𝑎 = 𝑓(𝑏). Jika ada dua elemen 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐴
dimana 𝑔(𝑎) = 𝑏 dan 𝑔(𝑎) = 𝑐, maka 𝑓(𝑏) = 𝑎 = 𝑓(𝑐). Karena 𝑓 injektif,
maka 𝑏 = 𝑐. Jadi 𝑔 adalah fungsi dari 𝐴 ke 𝐴.
Jika ada 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐴 dengan 𝑔(𝑥) = 𝑔(𝑦) = 𝑧, maka 𝑓(𝑧) = 𝑥 dan 𝑓(𝑧) = 𝑦.
Karena 𝑓 merupakan fungsi, maka 𝑥 = 𝑦. Oleh karena itu 𝑔 injektif. Misalkan
𝑦 ∈ 𝐴, maka ada 𝑥 = 𝑓(𝑦) ∈ 𝐴 sehingga 𝑔(𝑥) = 𝑦. Jadi 𝑔 surjektif.
Dengan demikian 𝑔: 𝐴 → 𝐴 bijektif. Jadi 𝑔 ∈ 𝑆𝐴.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Akan ditunjukkan bahwa 𝑔 adalah invers dari 𝑓. Misal 𝑥 ∈ 𝐴, maka ada 𝑎 ∈ 𝐴
dengan 𝑓(𝑎) = 𝑥 sehingga 𝑔(𝑥) = 𝑎. Jika 𝑓(𝑥) = 𝑦, maka 𝑔(𝑦) = 𝑥,
sehingga
(𝑓 ∘ 𝑔)(𝑥) = 𝑓(𝑔(𝑥)) = 𝑓(𝑎) = 𝑥 = 𝜀(𝑥) dan
(𝑔 ∘ 𝑓)(𝑥) = 𝑔(𝑓(𝑥)) = 𝑔(𝑦) = 𝑥 = 𝜀(𝑥).
Jadi 𝑓 ∘ 𝑔 = 𝜀 = 𝑔 ∘ 𝑓, sehingga 𝑔 merupakan invers dari 𝑓. Oleh karena itu
setiap elemen dari 𝑆𝐴 memiliki invers di 𝑆𝐴. Jadi 𝑆𝐴 merupakan grup terhadap
operasi komposisi fungsi. ∎
Contoh 2.34
Dalam grup simetrik 𝑆ℚ, dimana ℚ adalah himpunan bilangan rasional,
fungsi 𝑓, 𝑔:ℚ → ℚ dengan 𝑓(𝑥) = 𝑥 + 1 dan 𝑔(𝑥) = 2𝑥 + 3 keduanya adalah
elemen dalam 𝑆ℚ. Untuk 1 ∈ ℚ diperoleh
(𝑓 ∘ 𝑔)(1) = 𝑓(𝑔(1)) = 𝑓(5) = 6
dan (𝑔 ∘ 𝑓)(1) = 𝑔(𝑓(1)) = 𝑔(2) = 7.
Jadi 𝑓 ∘ 𝑔 ≠ 𝑔 ∘ 𝑓 sehingga 𝑆ℚ bukan grup abel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
KUBUS RUBIK DAN GRUP SIMETRIK
Dalam bab ini akan dibahas tentang kubus Rubik, notasi gerakan kubus, dan
grup simetrik gerakan pada kubus Rubik.
A. Kubus Rubik
Pada makalah ini akan dibahas kubus Rubik berukuran 3×3×3 atau lebih
dikenal dengan sebutan kubus Rubik. Kubus Rubik merupakan permainan teka-teki
(puzzle) mekanik berbentuk kubus yang memiliki enam warna pada setiap sisinya.
Kubus Rubik seringkali dipandang sebagai permainan yang positif karena dapat
digunakan untuk mengasah otak. Cara menyelesaikan permainan ini adalah dengan
memutar-mutar sisinya supaya kubus Rubik yang telah diacak kembali ke posisi
terselesaikan. Terdapat beragam metode untuk menyelesaikan kubus Rubik, salah
satunya metode yang paling mudah dan popular, yaitu metode lapis demi lapis
(layer by layer method).
Kubus Rubik ditemukan pada tahun 1974 oleh seorang pemahat dan profesor
arsitektur dari Hungaria bernama Ernö Rubik. Awalnya Ernö Rubik ingin membuat
sebuah model sebagai alat pembelajaran untuk membantu murid-muridnya me-
mahami geometri tiga dimensi dan akhirnya tercipta menjadi sebuah permainan
teka-teki yang sangat laris di dunia.
Banyak jenis Rubik yang sering dimainkan, seperti 2×2×2 (Pocket Cube),
3×3×3 (Rubik’s Cube), 4×4×4 (Master Cube), dan lain-lain. Dalam kubus Rubik
terdapat 27 kubus yang lebih kecil yang disebut kubus. Jika kubus Rubik dibongkar,
maka akan ditemukan bahwa kubus ke-27 sebenarnya tidak ada. Jadi jumlah kubus
yang terlihat pada kubus Rubik hanyalah 26. Skema warna sisi kubus Rubik yang
standar adalah putih, kuning, merah, oranye, hijau, dan biru.
Kubus Rubik biasanya menggunakan warna pada kubus-kubusnya, tetapi dapat
juga menggunakan nama pada kubus-kubusnya yang menunjukkan lokasi kubus.
Dengan mengikuti notasi yang dikembangkan oleh David Singmaster, kubus-kubus
dapat diberi nama menurut ke-6 letak kubus, yaitu depan (f), belakang (b), kanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
(r), kiri (l), atas (u), dan bawah (d). Keuntungan dari penamaan ini adalah bahwa
setiap wajah kubus dapat disebut dengan satu huruf.
Berdasarkan letaknya kubus dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kubus
tengah, kubus tepi, dan kubus sudut. Kubus yang berada pada posisi tengah disebut
kubus tengah. Dalam permainan kubus tengah pada kubus Rubik yang teracak dapat
menjadi acuan untuk mengetahui wajah pada permukaan sisi yang dapat membu-
atnya terselesaikan. Dalam kubus Rubik total ada 6 kubus tengah dan masing-
masing kubus tengah memiliki 1 wajah yang terlihat. Gerakan apapun yang dila-
kukan kubus Rubik tidak akan mengubah posisi kubus tengah, sehingga untuk
penamaan wajah kubus tengah dapat mengikuti notasi yang dikembangkan oleh
David Singmaster, yaitu:
1. Kubus tengah depan (f)
2. Kubus tengah belakang (b)
3. Kubus tengah kanan (r)
4. Kubus tengah kiri (l)
5. Kubus tengah atas (u)
6. Kubus tengah bawah (d)
Kubus yang berada pada posisi tepi disebut kubus tepi. Dalam kubus Rubik
total ada 12 kubus tepi dan masing-masing kubus tepi memiliki 2 wajah yang ter-
lihat. Berikut kubus tepi yang ada pada kubus Rubik berserta penamaannya:
1. Kubus tepi depan kanan (fr / rf)
2. Kubus tepi depan kiri (fl / lf)
3. Kubus tepi depan atas (fu / uf)
4. Kubus tepi depan bawah (fd / df)
5. Kubus tepi belakang kanan (br / rb)
6. Kubus tepi belakang kiri (bl / lb)
7. Kubus tepi belakang atas (bu / ub)
8. Kubus tepi belakang bawah (bd / db)
9. Kubus tepi kanan atas (ru / ur)
10. Kubus tepi kanan bawah (rd / dr)
11. Kubus tepi kiri atas (lu / ul)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
12. Kubus tepi kiri bawah (ld / dl)
Kubus yang berada pada posisi sudut disebut kubus sudut. Dalam kubus Rubik
total ada 8 kubus sudut dan masing-masing kubus sudut memiliki 3 wajah yang
terlihat. Penamaan pada kubus sudut searah dengan jarum jam. Berikut kubus sudut
yang ada pada kubus Rubik berserta penamaannya:
1. Kubus sudut depan atas kanan (fur / urf / rfu)
2. Kubus sudut depan kanan bawah (frd / rdf / dfr)
3. Kubus sudut depan bawah kiri (fdl / dlf / lfd)
4. Kubus sudut depan kiri atas (flu / luf / ufl)
5. Kubus sudut belakang kanan atas (bru / rub / ubr)
6. Kubus sudut belakang atas kiri (bul / ulb / lbu)
7. Kubus sudut belakang bawah kanan (bdr / drb / rbd)
8. Kubus sudut belakang kiri bawah (bld / ldb / dbl)
B. Notasi Gerakan Kubus
Dalam permainan kubus Rubik ada beberapa notasi yang berfungsi sebagai
panduan gerakan untuk menyelesaikan sebuah kubus Rubik, yaitu notasi putaran
tunggal, notasi putaran ganda, notasi putaran iris, dan notasi rotasi. Notasi-notasi
tersebut tujuannya untuk memutar sisi yang dimaksud searah atau berlawanan arah
dengan jarum jam. Sisi adalah permukaan luar kubus Rubik yang memiliki 9 kubus
(terdiri dari 1 kubus tengah, 4 kubus tepi, dan 4 kubus sudut). Untuk sisi tengah
dalam kubus Rubik memiliki 8 kubus yang terdiri dari 4 kubus tengah dan 4 kubus
tepi. Arah jarum jam diperoleh dengan cara menaruh sisi yang dimaksud di hadapan
seseorang. Huruf dengan tanda aksen ( ′ ) menandakan bahwa pemain harus
memutar sisi tersebut berlawanan dengan arah jarum jam. Huruf tanpa aksen me-
nandakan bahwa pemain harus memutar sisi yang dimaksud searah dengan jarum
jam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
1. Notasi Putaran Tunggal
Putaran tunggal adalah memutar sebuah sisi pada kubus Rubik sesuai huruf
yang diberikan sebesar 90° atau 1
4 (seperempat) putaran. Berikut adalah daftar no-
tasi untuk putaran tunggal.
𝐹 (front) : memutar sisi depan kubus Rubik searah jarum jam.
𝐹′ : memutar sisi depan kubus Rubik berlawanan arah jarum jam.
𝐵 (back) : memutar sisi belakang kubus Rubik searah jarum jam.
𝐵′ : memutar sisi belakang kubus Rubik berlawanan arah jarum jam.
𝑅 (right) : memutar sisi kanan kubus Rubik searah jarum jam.
𝑅′ : memutar sisi kanan kubus Rubik berlawanan arah jarum jam.
𝐿 (left) : memutar sisi kiri kubus Rubik searah jarum jam.
𝐿′ : memutar sisi kiri kubus Rubik berlawanan arah jarum jam.
𝑈 (up) : memutar sisi atas kubus Rubik searah jarum jam.
𝑈′ : memutar sisi atas kubus Rubik berlawanan arah jarum jam.
𝐷 (down) : memutar sisi bawah kubus Rubik searah jarum jam.
𝐷′ : memutar sisi bawah kubus Rubik berlawanan arah jarum jam.
Contoh 3.1
Gerakan 𝑈𝑅′ adalah gerakan memutar sisi atas searah jarum jam (𝑈) yang
dilanjutkan dengan gerakan memutar sisi kanan berlawanan arah jarum jam (𝑅′).
Contoh 3.2
Gerakan memutar sisi depan berlawanan arah jarum jam (𝐹′) adalah sama
dengan gerakan memutar sisi depan searah jarum jam sebanyak tiga kali, dapat di-
tuliskan dengan 𝐹3 = 𝐹𝐹𝐹.
2. Notasi Putaran Ganda
Pada prinsipnya gerakan putaran ganda sama seperti putaran tunggal yaitu
memutar dua sisi (sisi luar dan sisi tengah) sekaligus sesuai huruf yang diberikan
sebesar 90° atau 1
4 (seperempat) putaran. Huruf-huruf yang digunakan pada notasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
putaran ganda sama dengan notasi putaran tunggal, namun menggunakan huruf
kecil. Berikut adalah daftar notasi untuk putaran ganda.
𝑓 : memutar sisi depan dan tengah kubus Rubik searah jarum jam.
𝑓′ : memutar sisi depan dan tengah kubus Rubik berlawanan arah jarum jam.
𝑏 : memutar sisi belakang dan tengah kubus Rubik searah jarum jam.
𝑏′ : memutar sisi belakang dan tengah kubus Rubik berlawanan arah jarum
jam.
𝑟 : memutar sisi kanan dan tengah kubus Rubik searah jarum jam.
𝑟′ : memutar sisi kanan dan tengah kubus Rubik berlawanan arah jarum jam.
𝑙 : memutar sisi kiri dan tengah kubus Rubik searah jarum jam.
𝑙′ : memutar sisi kiri dan tengah kubus Rubik berlawanan arah jarum jam.
𝑢 : memutar sisi atas dan tengah kubus Rubik searah jarum jam.
𝑢′ : memutar sisi atas dan tengah kubus Rubik berlawanan arah jarum jam.
𝑑 : memutar sisi bawah dan tengah kubus Rubik searah jarum jam.
𝑑′ : memutar sisi bawah dan tengah kubus Rubik berlawanan arah jarum jam.
3. Notasi Putaran Iris
Putaran iris adalah memutar sisi tengah pada kubus Rubik sebesar 90° atau 1
4
(seperempat) putaran. Berikut adalah daftar notasi untuk putaran iris.
𝑀 (middle) : memutar sisi tengah yang searah dengan 𝐿.
𝑀′ : memutar sisi tengah yang searah dengan 𝐿′.
𝐸 (equator) : memutar sisi tengah yang searah dengan 𝐷.
𝐸′ : memutar sisi tengah yang searah dengan 𝐷′.
𝑆 (stand) : memutar sisi tengah yang searah dengan 𝐹.
𝑆′ : memutar sisi tengah yang searah dengan 𝐹′.
4. Notasi Rotasi
Rotasi adalah memutar kubus Rubik secara keseluruhan sebesar 90° atau 1
4
(seperempat) putaran. Putaran dilakukan searah maupun berlawanan arah jarum
jam dengan bertumpu pada sumbu cartesius. Notasi rotasi menggunakan huruf pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
koordinat cartesius, yaitu 𝑥, 𝑦, dan 𝑧. Berikut adalah daftar notasi untuk seluruh
rotasi.
𝑥 : memutar kubus Rubik secara keseluruhan searah 𝑅.
𝑥′ : memutar kubus Rubik secara keseluruhan searah 𝑅′.
𝑦 : memutar kubus Rubik secara keseluruhan searah 𝑈.
𝑦′ : memutar kubus Rubik secara keseluruhan searah 𝑈′.
𝑧 : memutar kubus Rubik secara keseluruhan searah 𝐹.
𝑧′ : memutar kubus Rubik secara keseluruhan searah 𝐹′.
Dalam menyelesaikan permainan kubus Rubik pemain dapat menggunakan 4
notasi gerakan di atas. Namun, pada dasarnya gerakan pokok pada kubus Rubik
hanya ada 12 yaitu gerakan yang ada pada notasi putaran tunggal. Untuk notasi
rotasi sebenarnya kubus Rubik tidak mengalami pergerakan. Notasi rotasi
digunakan untuk memudahkan pemain mencari kubus yang dimaksud.
Contoh 3.3
Gerakan memutar sisi kanan dan tengah searah jarum jam (𝑟) yang ada pada
notasi putaran ganda adalah sama dengan gerakan memutar sisi kiri searah jarum
jam (𝐿) yang ada pada notasi putaran tunggal.
Contoh 3.4
Gerakan 𝑀 yaitu memutar sisi tengah yang searah dengan 𝐿 yang pada notasi
putaran iris adalah sama dengan mengkomposisikan dua gerakan yang ada pada
notasi putaran tunggal yaitu 𝑅 dan 𝐿′.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
C. Grup Simetrik Gerakan Pada Kubus Rubik
Jika 𝑁 adalah suatu gerakan kubus Rubik yang ada pada notasi putaran tunggal,
maka 𝑁𝑛 (𝑛 ∈ ℤ) didefinisikan sebagai memutar gerakan 𝑁 pada kubus Rubik
searah jarum jam sebanyak 𝑛 kali jika 𝑛 > 0 atau berlawanan arah jarum jam jika
𝑛 < 0. Untuk 𝑛 = 0, 𝑁0 didefinisikan sebagai gerakan kosong {}.
Jika 𝐺 adalah himpunan semua gerakan pada kubus Rubik, maka 𝐺 merupakan
himpunan tak berhingga. Anggota-anggota dari himpunan 𝐺 yaitu gerakan kosong,
𝐹, 𝐵, 𝑅, 𝐿, 𝑈, 𝐷, dan komposisi antara 6 gerakan (𝐹, 𝐵, 𝑅, 𝐿, 𝑈, 𝐷). Komposisi dari 6
gerakan ini bisa komposisi dari dua gerakan, tiga gerakan, empat gerakan, dan se-
terusnya.
Akan diperlihatkan bahwa himpunan semua gerakan pada kubus Rubik dengan
operasi komposisi fungsi merupakan grup simetrik. Untuk itu akan dibuktikan
bahwa semua gerakan pada kubus Rubik merupakan permutasi dari himpunan
semua posisi kubus Rubik.
Kubus Rubik yang dikenai suatu gerakan akan mengalami perubahan susunan.
Kubus yang berubah posisinya karena suatu gerakan disebut kubus berorientasi.
Misalnya jika kubus tepi ur dikenai gerakan 𝑅, maka kubus tepi ur tersebut akan
menjadi kubus tepi br. Kubus tepi ur tersebut merupakan kubus berorientasi, yang
selanjutnya menjadi kubus tepi br setelah dikenai gerakan 𝑅. Kedua kubus tersebut
sebenarnya adalah kubus yang sama, hanya saja terjadi perubahan penamaan wajah
karena mengalami perubahan susunan.
Jika 𝐴 adalah himpunan semua posisi kubus Rubik, maka
𝐴 = {𝐶|𝐶 = kubus berorientasi},
yaitu 𝐴 = {𝑓, 𝑏, 𝑟, 𝑙, 𝑢, 𝑑, 𝑓𝑟, 𝑓𝑙, 𝑓𝑢, 𝑓𝑑, 𝑏𝑟, 𝑏𝑙, 𝑏𝑢, 𝑏𝑑, 𝑟𝑢, 𝑟𝑑, 𝑙𝑢, 𝑙𝑑, 𝑓𝑢𝑟, 𝑓𝑟𝑑, 𝑓𝑑𝑙,
𝑓𝑙𝑢, 𝑏𝑟𝑢, 𝑏𝑢𝑙, 𝑏𝑑𝑟, 𝑏𝑙𝑑}.
Jika 𝑁 adalah suatu gerakan kubus Rubik dan 𝐶 adalah suatu kubus berorien-
tasi, maka posisi kubus 𝐶 setelah dikenai gerakan 𝑁 akan dinotasikan dengan lam-
bang 𝑁(𝐶). Setiap gerakan kubus Rubik terbentuk dari 6 gerakan dasar, yaitu
𝐹, 𝐵, 𝑅, 𝐿, 𝑈, dan 𝐷.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Posisi kubus-kubus berorientasi anggota himpunan 𝐴 setelah dikenai masing-
masing gerakan dasar kubus Rubik dapat disajikan dalam bentuk Tabel sebagai
berikut:
Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3
C
F(C)
C
B(C)
C
R(C)
f f f f f f
b b b b b b
r r r r r r
l l l l l l
u u u u u u
d d d d d d
fr fd fr fr fr ru
fl fu fl fl fl fl
fu fr fu fu fu fu
fd fl fd fd fd fd
br br br bu br rd
bl bl bl bd bl bl
bu bu bu bl bu bu
bd bd bd br bd bd
ru ru ru ru ru br
rd rd rd rd rd fr
lu lu lu lu lu lu
ld ld ld ld ld ld
fur frd fur fur fur bru
frd fdl frd frd frd fur
fdl flu fdl fdl fdl fdl
flu fur flu flu flu flu
bru bru bru bul bru bdr
bul bul bul bld bul bul
bdr bdr bdr bru bdr frd
bld bld bld bdr bld bld
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6
C
L(C)
C
U(C)
C
D(C)
f f f f f f
b b b b b b
r r r r r r
l l l l l l
u u u u u u
d d d d d d
fr fr fr fr fr fr
fl ld fl fl fl fl
fu fu fu lu fu fu
fd fd fd fd fd rd
br br br br br br
bl lu bl bl bl bl
bu bu bu ru bu bu
bd bd bd bd bd ld
ru ru ru fu ru ru
rd rd rd rd rd bd
lu fl lu bu lu lu
ld bl ld ld ld fd
fur fur fur flu fur fur
frd frd frd frd frd bdr
fdl bld fdl fdl fdl frd
flu fdl flu bul flu flu
bru bru bru fur bru bru
bul flu bul bru bul bul
bdr bdr bdr bdr bdr bld
bld bul bld bld bld fdl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Jika 𝑁 = 𝐹, maka gerakan tersebut hanya berpengaruh pada anggota 𝐴 yang
mengandung wajah 𝑓 kecuali kubus tengah depan. Artinya, kubus tengah depan dan
anggota-anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah 𝑓 tidak akan berubah ketika
dikenai gerakan tersebut. Dengan kata lain, untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴, jika 𝐶 adalah kubus
tengah depan atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah 𝑓, maka 𝐹(𝐶) = 𝐶.
Jika 𝐶1, 𝐶2 ∈ 𝐴 dengan 𝐶1 dan 𝐶2 adalah kubus tengah depan atau anggota 𝐴 yang
tidak mengandung wajah 𝑓, dan 𝐶1 = 𝐶2, maka 𝐹(𝐶1) = 𝐶1 = 𝐶2 = 𝐹(𝐶2). Pada
Tabel 1 di atas terlihat bahwa jika 𝐶1 dan 𝐶2 adalah anggota 𝐴 yang mengandung
wajah 𝑓 kecuali kubus tengah depan dan 𝐹(𝐶1) ≠ 𝐹(𝐶2), maka 𝐶1 ≠ 𝐶2.
Jika 𝑁 = 𝐵, maka gerakan tersebut hanya berpengaruh pada anggota 𝐴 yang
mengandung wajah 𝑏 kecuali kubus tengah belakang. Artinya, kubus tengah
belakang dan anggota-anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah 𝑏 tidak akan beru-
bah ketika dikenai gerakan tersebut. Dengan kata lain, untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴, jika 𝐶
adalah kubus tengah belakang atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah 𝑏,
maka 𝐵(𝐶) = 𝐶. Jika 𝐶1, 𝐶2 ∈ 𝐴 dengan 𝐶1 dan 𝐶2 adalah kubus tengah belakang
atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah 𝑏, dan 𝐶1 = 𝐶2, maka 𝐵(𝐶1) = 𝐶1 =
𝐶2 = 𝐵(𝐶2). Pada Tabel 2 di atas terlihat bahwa jika 𝐶1 dan 𝐶2 adalah anggota 𝐴
yang mengandung wajah 𝑏 kecuali kubus tengah belakang dan 𝐵(𝐶1) ≠ 𝐵(𝐶2),
maka 𝐶1 ≠ 𝐶2.
Jika 𝑁 = 𝑅, maka gerakan tersebut hanya berpengaruh pada anggota 𝐴 yang
mengandung wajah 𝑟 kecuali kubus tengah kanan. Artinya, kubus tengah kanan dan
anggota-anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah 𝑟 tidak akan berubah ketika
dikenai gerakan tersebut. Dengan kata lain, untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴, jika 𝐶 adalah kubus
tengah kanan atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah 𝑟, maka 𝑅(𝐶) = 𝐶.
Jika 𝐶1, 𝐶2 ∈ 𝐴 dengan 𝐶1 dan 𝐶2 adalah kubus tengah kanan atau anggota 𝐴 yang
tidak mengandung wajah 𝑟, dan 𝐶1 = 𝐶2, maka 𝑅(𝐶1) = 𝐶1 = 𝐶2 = 𝑅(𝐶2). Pada
Tabel 3 di atas terlihat bahwa jika 𝐶1 dan 𝐶2 adalah anggota 𝐴 yang mengandung
wajah 𝑟 kecuali kubus tengah kanan dan 𝑅(𝐶1) ≠ 𝑅(𝐶2), maka 𝐶1 ≠ 𝐶2.
Jika 𝑁 = 𝐿, maka gerakan tersebut hanya berpengaruh pada anggota 𝐴 yang
mengandung wajah 𝑙 kecuali kubus tengah kiri. Artinya, kubus tengah kiri dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
anggota-anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah 𝑙 tidak akan berubah ketika
dikenai gerakan tersebut. Dengan kata lain, untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴, jika 𝐶 adalah kubus
tengah kiri atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah 𝑙, maka 𝐿(𝐶) = 𝐶. Jika
𝐶1, 𝐶2 ∈ 𝐴 dengan 𝐶1 dan 𝐶2 adalah kubus tengah kiri atau anggota 𝐴 yang tidak
mengandung wajah 𝑙, dan 𝐶1 = 𝐶2, maka 𝐿(𝐶1) = 𝐶1 = 𝐶2 = 𝐿(𝐶2). Pada Tabel 4
di atas terlihat bahwa jika 𝐶1 dan 𝐶2 adalah anggota 𝐴 yang mengandung wajah 𝑙
kecuali kubus tengah kiri dan 𝐿(𝐶1) ≠ 𝐿(𝐶2), maka 𝐶1 ≠ 𝐶2.
Jika 𝑁 = 𝑈, maka gerakan tersebut hanya berpengaruh pada anggota 𝐴 yang
mengandung wajah 𝑢 kecuali kubus tengah atas. Artinya, kubus tengah atas dan
anggota-anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah 𝑢 tidak akan berubah ketika
dikenai gerakan tersebut. Dengan kata lain, untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴, jika 𝐶 adalah kubus
tengah atas atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah 𝑢, maka 𝑈(𝐶) = 𝐶. Jika
𝐶1, 𝐶2 ∈ 𝐴 dengan 𝐶1 dan 𝐶2 adalah kubus tengah atas atau anggota 𝐴 yang tidak
mengandung wajah 𝑢, dan 𝐶1 = 𝐶2, maka 𝑈(𝐶1) = 𝐶1 = 𝐶2 = 𝑈(𝐶2). Pada Tabel
5 di atas terlihat bahwa jika 𝐶1 dan 𝐶2 adalah anggota 𝐴 yang mengandung wajah
𝑢 kecuali kubus tengah atas dan 𝑈(𝐶1) ≠ 𝑈(𝐶2), maka 𝐶1 ≠ 𝐶2.
Jika 𝑁 = 𝐷, maka gerakan tersebut hanya berpengaruh pada anggota 𝐴 yang
mengandung wajah 𝑑 kecuali kubus tengah bawah. Artinya, kubus tengah bawah
dan anggota-anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah 𝑑 tidak akan berubah ketika
dikenai gerakan tersebut. Dengan kata lain, untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴, jika 𝐶 adalah kubus
tengah bawah atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah 𝑑, maka 𝐷(𝐶) = 𝐶.
Jika 𝐶1, 𝐶2 ∈ 𝐴 dengan 𝐶1 dan 𝐶2 adalah kubus tengah bawah atau anggota 𝐴 yang
tidak mengandung wajah 𝑑, dan 𝐶1 = 𝐶2, maka 𝐷(𝐶1) = 𝐶1 = 𝐶2 = 𝐷(𝐶2). Pada
Tabel 6 di atas terlihat bahwa jika 𝐶1 dan 𝐶2 adalah anggota 𝐴 yang mengandung
wajah 𝑑 kecuali kubus tengah bawah dan 𝐷(𝐶1) ≠ 𝐷(𝐶2), maka 𝐶1 ≠ 𝐶2.
Dengan demikian untuk setiap gerakan dasar kubus Rubik 𝑁 dan setiap kubus
berorientasi 𝐶 ∈ 𝐴 berlaku 𝑁(𝐶) ∈ 𝐴 dan 𝑁(𝐶) tunggal. Jadi setiap gerakan dasar
kubus Rubik merupakan fungsi dari himpunan 𝐴 ke himpunan 𝐴. Dengan
menggunakan operasi komposisi fungsi semua gerakan pada kubus Rubik merupa-
kan fungsi dari himpunan 𝐴 ke himpunan 𝐴.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Teorema 3.5
Jika 𝐴 adalah himpunan semua posisi kubus Rubik, maka semua gerakan pada
kubus Rubik merupakan permutasi dari 𝐴, yaitu fungsi bijektif dari 𝐴 ke 𝐴.
Bukti:
Diketahui 𝐴 adalah himpunan semua posisi kubus Rubik, yaitu
𝐴 = {𝑓, 𝑏, 𝑟, 𝑙, 𝑢, 𝑑, 𝑓𝑟, 𝑓𝑙, 𝑓𝑢, 𝑓𝑑, 𝑏𝑟, 𝑏𝑙, 𝑏𝑢, 𝑏𝑑, 𝑟𝑢, 𝑟𝑑, 𝑙𝑢, 𝑙𝑑, 𝑓𝑢𝑟, 𝑓𝑟𝑑, 𝑓𝑑𝑙,
𝑓𝑙𝑢, 𝑏𝑟𝑢, 𝑏𝑢𝑙, 𝑏𝑑𝑟, 𝑏𝑙𝑑}
dan 𝑁 adalah suatu gerakan dasar kubus Rubik.
Jika 𝑁 = 𝐹, maka telah ditunjukkan sebelumnya bahwa untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴
dengan 𝐶 adalah kubus tengah depan atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah
𝑓 berlaku 𝐹(𝐶) = 𝐶. Jika 𝐶1, 𝐶2 ∈ 𝐴 dengan 𝐶1 dan 𝐶2 adalah kubus tengah depan
atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah 𝑓, dan 𝐶1 ≠ 𝐶2, maka 𝐹(𝐶1) = 𝐶1 ≠
𝐶2 = 𝐹(𝐶2), yaitu 𝐹(𝐶1) ≠ 𝐹(𝐶2). Pada Tabel 1 di atas terlihat bahwa jika 𝐶1 dan
𝐶2 adalah anggota 𝐴 yang mengandung wajah 𝑓 kecuali kubus tengah depan dan
𝐶1 ≠ 𝐶2, maka 𝐹(𝐶1) ≠ 𝐹(𝐶2).
Jika 𝑁 = 𝐵, maka telah ditunjukkan sebelumnya bahwa untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴
dengan 𝐶 adalah kubus tengah belakang atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung
wajah 𝑏 berlaku 𝐵(𝐶) = 𝐶. Jika 𝐶1, 𝐶2 ∈ 𝐴 dengan 𝐶1 dan 𝐶2 adalah kubus tengah
belakang atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah 𝑏, dan 𝐶1 ≠ 𝐶2, maka
𝐵(𝐶1) = 𝐶1 ≠ 𝐶2 = 𝐵(𝐶2), yaitu 𝐵(𝐶1) ≠ 𝐵(𝐶2). Pada Tabel 2 di atas terlihat
bahwa jika 𝐶1 dan 𝐶2 adalah anggota 𝐴 yang mengandung wajah 𝑏 kecuali kubus
tengah belakang dan 𝐶1 ≠ 𝐶2, maka 𝐵(𝐶1) ≠ 𝐵(𝐶2).
Jika 𝑁 = 𝑅, maka telah ditunjukkan sebelumnya bahwa untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴
dengan 𝐶 adalah kubus tengah kanan atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah
𝑟 berlaku 𝑅(𝐶) = 𝐶. Jika 𝐶1, 𝐶2 ∈ 𝐴 dengan 𝐶1 dan 𝐶2 adalah kubus tengah kanan
atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah 𝑟, dan 𝐶1 ≠ 𝐶2, maka 𝑅(𝐶1) = 𝐶1 ≠
𝐶2 = 𝑅(𝐶2), yaitu 𝑅(𝐶1) ≠ 𝑅(𝐶2). Pada Tabel 3 di atas terlihat bahwa jika 𝐶1 dan
𝐶2 adalah anggota 𝐴 yang mengandung wajah 𝑟 kecuali kubus tengah kanan dan
𝐶1 ≠ 𝐶2, maka 𝑅(𝐶1) ≠ 𝑅(𝐶2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Jika 𝑁 = 𝐿, maka telah ditunjukkan sebelumnya bahwa untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴
dengan 𝐶 adalah kubus tengah kiri atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah 𝑙
berlaku 𝐿(𝐶) = 𝐶. Jika 𝐶1, 𝐶2 ∈ 𝐴 dengan 𝐶1 dan 𝐶2 adalah kubus tengah kiri atau
anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah 𝑙, dan 𝐶1 ≠ 𝐶2, maka 𝐿(𝐶1) = 𝐶1 ≠ 𝐶2 =
𝐿(𝐶2), yaitu 𝐿(𝐶1) ≠ 𝐿(𝐶2). Pada Tabel 4 di atas terlihat bahwa jika 𝐶1 dan 𝐶2
adalah anggota 𝐴 yang mengandung wajah 𝑙 kecuali kubus tengah kiri dan 𝐶1 ≠ 𝐶2,
maka 𝐿(𝐶1) ≠ 𝐿(𝐶2).
Jika 𝑁 = 𝑈, maka telah ditunjukkan sebelumnya bahwa untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴
dengan 𝐶 adalah kubus tengah atas atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah
𝑢 berlaku 𝑈(𝐶) = 𝐶. Jika 𝐶1, 𝐶2 ∈ 𝐴 dengan 𝐶1 dan 𝐶2 adalah kubus tengah atas
atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah 𝑢, dan 𝐶1 ≠ 𝐶2, maka 𝑈(𝐶1) = 𝐶1 ≠
𝐶2 = 𝑈(𝐶2), yaitu 𝑈(𝐶1) ≠ 𝑈(𝐶2). Pada Tabel 5 di atas terlihat bahwa jika 𝐶1 dan
𝐶2 adalah anggota 𝐴 yang mengandung wajah 𝑢 kecuali kubus tengah atas dan 𝐶1 ≠
𝐶2, maka 𝑈(𝐶1) ≠ 𝑈(𝐶2).
Jika 𝑁 = 𝐷, maka telah ditunjukkan sebelumnya bahwa untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴
dengan 𝐶 adalah kubus tengah bawah atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah
𝑑 berlaku 𝐷(𝐶) = 𝐶. Jika 𝐶1, 𝐶2 ∈ 𝐴 dengan 𝐶1 dan 𝐶2 adalah kubus tengah bawah
atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah 𝑑, dan 𝐶1 ≠ 𝐶2, maka 𝐷(𝐶1) = 𝐶1 ≠
𝐶2 = 𝐷(𝐶2), yaitu 𝐷(𝐶1) ≠ 𝐷(𝐶2). Pada Tabel 6 di atas terlihat bahwa jika 𝐶1 dan
𝐶2 adalah anggota 𝐴 yang mengandung wajah 𝑑 kecuali kubus tengah bawah dan
𝐶1 ≠ 𝐶2, maka 𝐷(𝐶1) ≠ 𝐷(𝐶2).
Jadi setiap gerakan dasar kubus Rubik adalah fungsi injektif.
Untuk menunjukkan bahwa gerakan dasar 𝑁 adalah fungsi surjektif, perlu di-
tunjukkan bahwa untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴 terdapat �̂� ∈ 𝐴 sedemikian hingga 𝑁(�̂�) = 𝐶.
Jika 𝑁 = 𝐹, maka telah ditunjukkan sebelumnya bahwa untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴
dengan 𝐶 adalah kubus tengah depan atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah
𝑓 berlaku 𝐹(𝐶) = 𝐶. Untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴 dengan 𝐶 adalah anggota 𝐴 yang mengan-
dung wajah 𝑓 kecuali kubus tengah depan dapat dilihat pada Tabel 1 di atas bahwa
terdapat �̂� ∈ 𝐴 sedemikian hingga 𝐹(�̂�) = 𝐶.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Jika 𝑁 = 𝐵, maka telah ditunjukkan sebelumnya bahwa untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴
dengan 𝐶 adalah kubus tengah belakang atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung
wajah 𝑏 berlaku 𝐵(𝐶) = 𝐶. Untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴 dengan 𝐶 adalah anggota 𝐴 yang
mengandung wajah 𝑏 kecuali kubus tengah belakang dapat dilihat pada Tabel 2 di
atas bahwa terdapat �̂� ∈ 𝐴 sedemikian hingga 𝐵(�̂�) = 𝐶.
Jika 𝑁 = 𝑅, maka telah ditunjukkan sebelumnya bahwa untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴
dengan 𝐶 adalah kubus tengah kanan atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah
𝑟 berlaku 𝑅(𝐶) = 𝐶. Untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴 dengan 𝐶 adalah anggota 𝐴 yang mengan-
dung wajah 𝑟 kecuali kubus tengah kanan dapat dilihat pada Tabel 3 di atas bahwa
terdapat �̂� ∈ 𝐴 sedemikian hingga 𝑅(�̂�) = 𝐶.
Jika 𝑁 = 𝐿, maka telah ditunjukkan sebelumnya bahwa untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴
dengan 𝐶 adalah kubus tengah kiri atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah 𝑙
berlaku 𝐿(𝐶) = 𝐶. Untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴 dengan 𝐶 adalah anggota 𝐴 yang mengan-
dung wajah 𝑙 kecuali kubus tengah kiri dapat dilihat pada Tabel 4 di atas bahwa
terdapat �̂� ∈ 𝐴 sedemikian hingga 𝐿(�̂�) = 𝐶.
Jika 𝑁 = 𝑈, maka telah ditunjukkan sebelumnya bahwa untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴
dengan 𝐶 adalah kubus tengah atas atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah
𝑢 berlaku 𝑈(𝐶) = 𝐶. Untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴 dengan 𝐶 adalah anggota 𝐴 yang mengan-
dung wajah 𝑢 kecuali kubus tengah atas dapat dilihat pada Tabel 5 di atas bahwa
terdapat �̂� ∈ 𝐴 sedemikian hingga 𝑈(�̂�) = 𝐶.
Jika 𝑁 = 𝐷, maka telah ditunjukkan sebelumnya bahwa untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴
dengan 𝐶 adalah kubus tengah bawah atau anggota 𝐴 yang tidak mengandung wajah
𝑑 berlaku 𝐷(𝐶) = 𝐶. Untuk setiap 𝐶 ∈ 𝐴 dengan 𝐶 adalah anggota 𝐴 yang mengan-
dung wajah 𝑑 kecuali kubus tengah bawah dapat dilihat pada Tabel 6 di atas bahwa
terdapat �̂� ∈ 𝐴 sedemikian hingga 𝐷(�̂�) = 𝐶.
Jadi setiap gerakan dasar kubus Rubik adalah fungsi surjektif.
Dengan demikian, setiap gerakan dasar kubus Rubik adalah fungsi bijektif.
Menurut Teorema 2.11 bagian (3), komposisi dua buah fungsi yang bijektif adalah
fungsi yang bijektif. Jadi, semua gerakan pada kubus Rubik merupakan fungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
bijektif, sehingga terbukti bahwa semua gerakan pada kubus Rubik adalah per-
mutasi dari himpunan 𝐴. ∎
Dengan demikian, menurut Teorema 2.33 himpunan semua gerakan pada ku-
bus Rubik 𝐺 dengan operasi komposisi fungsi merupakan grup simetrik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kubus Rubik adalah permainan yang berhubungan dengan konsep-konsep
dalam Matematika, khususnya Teori Grup. Kubus Rubik yang dikenai suatu
gerakan akan mengalami perubahan susunan/posisi. Jika 𝐴 adalah himpunan semua
posisi kubus Rubik, maka semua gerakan yang dikenakan pada anggota-anggota
himpunan 𝐴 merupakan fungsi bijektif dari himpunan 𝐴 ke himpunan 𝐴, sehingga
merupakan permutasi dari himpunan 𝐴. Dengan demikian, himpunan semua
gerakan pada kubus Rubik dengan operasi komposisi fungsi merupakan grup
simetrik.
B. Saran
Dalam makalah ini, penulis hanya membahas hubungan Teori Grup dengan
kubus Rubik berukuran 3 × 3 × 3. Pembahasan ini dapat dikembangkan lebih
lanjut untuk kubus Rubik yang berukuran lebih besar, misalnya kubus Rubik
berukuran 4 × 4 × 4 dan 5 × 5 × 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Wicaksono. (2009). Tip dan Trik Jago Main Rubik. Yogyakarta: Gradien
Mediatama.
Chen, Janet. (2004). Group Theory and the Rubik’s Cube. http://www.math.harvard.edu/~jjchen/. Diakses pada 23 Maret 2019.
Miller, Cheryl Chute. (2013). Essentials of Modern Algebra. Dulles, VA: Mercury
Learning and Information.
Susilo, Frans. (2012). Landasan Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI