perkawinan lintas agama dalam tinjauan hukum islam...

139
PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA (Studi Terhadap Pasangan Suami Istri Pelaku Perkawinan Lintas Agama di Kelurahan Bugel Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Oleh SRI NIKMAH NIM 21106001 JURUSAN SYARI‟AH PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSIYYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011

Upload: others

Post on 02-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN

HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN

DI INDONESIA

(Studi Terhadap Pasangan Suami Istri Pelaku

Perkawinan Lintas Agama di Kelurahan Bugel Salatiga)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Islam

Oleh

SRI NIKMAH

NIM 21106001

JURUSAN SYARI‟AH

PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2011

Page 2: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:

Nama : Sri Nikmah

NIM : 211 06 001

Jurusan : Syari‟ah

Program Studi : Ahwal Al Syakhsiyyah

Judul : PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN

HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI

INDONESIA (Studi Terhadap Pasangan Suami Istri Pelaku

Perkawinan Lintas Agama Di Keluraha Bugel)

telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 28 Februari 2011

Pembimbing

Ilyya Muhsin, S.H.I., M.Si.

NIP. 19790930 200312 1 001

Page 3: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

iii

Page 4: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sri Nikmah

NIM : 211 06 001

Jurusan : Syari‟ah

Program Studi : Ahwal Al Syakhsiyyah

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Salatiga, 26 Februari 2011

Yang menyatakan,

Sri Nikmah

Page 5: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Hidup bermanfaat untuk orang lain….

PERSEMBAHAN

Untuk ayah-ibuku,

Untuk suamiku,

Untuk abi-umi,

Untuk permata hatiku “RAJWA NAILAL AMNI”

Page 6: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah dan inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat

pada waktunya. Skripsi ini berjudul “PERKAWINAN LINTAS AGAMA

DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI

INDONESIA (Studi Terhadap Pasangan Pelaku Perkawinan Lintas Agama Di

Kelurahan Bugel Salatiga)”, yang merupakan hasil dari studi lapangan di

Kelurahan Bugel.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku Ketua STAIN Salatiga

2. Drs. Mubasirun, M. Ag selaku Ketua Jurusan Syari‟ah

3. Dra. Siti Zumrotun, M. Ag selaku Sekretaris Jurusan Syari‟ah

4. Ilyya Muhsin, S.H.I., M. Si, selaku Kaprogdi AS dan pembimbing dalam

penulisan skripsi ini.

5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang turut

memberikan masukan-masukan.

6. Teman-teman AS angkatan 2006 dan pihak-pihak lain yang turut

membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penelitian yang penulis lakukan ini tentu belum sempurna, masih banyak

kekurangan di dalamnya. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak khususnya

pembaca selalu penulis harapkan demi kemajuan bagi penulis dikemudian hari.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Salatiga, 28 Februari 2011

Penulis

Page 7: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

vii

ABSTRAK

Nikmah, Sri. 2011. Perkawinan Lintas Agama Dalam Tinjauan Hukum Islam Dan

Perundang-Undangan Di Indonesia (Studi Terhadap Pasangan Suami

Istri Pelaku Perkawinan Lintas Agama Di Kelurahan Bugel Salatiga).

Skripsi. Jurusan Syari‟ah. Program Studi Ahwal Al Syakhsiyyah. Sekolah

TinggiAgama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Ilyya Muhsin, S.H.I.,

M.Si.

Kata Kunci: Perkawinan, Lintas Agama, Hukum Islam

Penelitian ini dilakukan guna mengetahui kehidupan masyarakat pelaku

perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel Salatiga. Pertanyaan yang ingin

dijawab adalah (1) bagaimanakah praktek perkawinan lintas agama dilakukan di

Kelurahan Bugel? (2) mengapa perkawinan lintas agama dapat terjadi di

Kelurahan Bugel? (3) bagaimana cara pasangan suami istri pelaku perkawinan

lintas agama mempertahankan perkawinan mereka, sehingga mampu bertahan

hingga saat ini? (4) bagaimanakah pandangan para tokoh agama yang tinggal di

wilayah Kelurahan Bugel? (5) bagaimana tinjauan hukum Islam dan perundang-

undangan di Indonesia terhadap praktek perkawinan lintas agama?

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan normatif

sosiologis. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara

dan dokumentasi. Data-data yang diperoleh dicek keabsahannya dengan metode

triangulasi. Selama pengumpulan data, data sudah mulai dianalisis dengan cara

mengklasifikasikan data sehingga dapat diketahui kekurangan data dan segera

berusaha untuk melengkapinya. Setelah semua data terkumpul, dipaparkan

berdasarkan klasifikasi sehingga tergambar pola atau struktur dari fokus masalah

yang dikaji kemudian diinterpretasikan sehingga mendapatkan jawaban dari fokus

penelitian tersebut.

Dalam penelitian ini ada dua pola perkawinan lintas agama di Kelurahan

Bugel, yaitu perkawinan yang dilakukan di KUA dan di KCS. Faktor yang

mempengaruhi terjadinya perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel meliputi,

pandangan tertentu tentang agama dan keberagamaan, perempuan tidak memiliki

kemandirian hidup, tradisi perkawinan lintas agama, kurangnya pengetahuan

agama dan kristenisasi pihak luar.

Kehidupan rumah tangga beda agama di Kelurahan Bugel ternyata

harmonis dan ada toleransi yang tinggi antar keluarga. Meskipun menurut para

tokoh agama di Kelurahan Bugel perkawinan lintas agama tidak sah karena

hubungan mereka dianggap zina. Menurut hukum Islam, praktek perkawinan

lintas gama yang terjadi di Kelurahan Bugel adalah tidak sah karena perkawinan

yang dilakukan secara Islam kemudian salah satu pasangan murtad dianggap tidak

sah. Begitu juga perkawinan yang dilakukan dengan cara Kristen yang kemudian

pihak perempuan masuk Islam, dianggap tidak sah dan perkawinan tersebut dapat

diputuskan.

Page 8: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

viii

Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan

pertimbangan pemerintah dalam menetapkan hukum. Selain itu dengan adanya

penelitian ini diharapkan mampu membuka paradigma baru tentang perkawinan

lintas agama.

Page 9: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ .... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... .... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... .... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................ .... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... .... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... .... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... .... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... .... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ .... xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... …xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... .... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. .... 1

B. Fokus Penelitian .......................................................................... .... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ .... 6

D. Kegunaan Penelitian.................................................................... .... 6

E. Penegasan Istilah ......................................................................... .... 7

F. Kajian Pustaka ............................................................................. .... 9

G. Metode Penelitian........................................................................ .... 12

H. Sistematika Penulisan.................................................................. .... 18

Page 10: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

x

BAB II TINJAUAN UMUM PERKAWINAN LINTAS AGAMA

A. Perkawinan Lintas Agama Perspektif UU No. 1 Tahun 1974 .... .... 20

B. Perkawinan Lintas Agama Perspektif KHI ................................. .... 28

C. Perkawinan Lintas Agama Perspektif Hukum Islam .................. .... 33

BAB III PERKAWINAN LINTAS AGAMA DI KELURAHAN BUGEL

A. Letak Geografis dan Kondisi Lingkungan Kelurahan Bugel ... ... 42

B. Struktur Sosial dan Kehidupan Sosial, Budaya dan Agama

Masyarakat Kelurahan Bugel ................................................... .... 44

C. Profil Pasangan Suami Istri Pelaku Perkawinan Lintas Agama.... 47

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI

INDONESIA TERHADAP PERKAWINAN LINTAS AGAMA DI

KELURAHAN BUGEL

A. Praktek Perkawinan Lintas Agama .......................................... .... 74

B. Faktor-Faktor Terjadinya Perkawinan Lintas Agama .............. .... 82

C. Konflik dan Akomodasi Nilai Keluarga Pelaku Perkawinan Lintas

Agama ...................................................................................... .... 89

D. Pandangan Tokoh Masyarakat/ Tokoh Agama Terhadap Praktek

Perkawinan Lintas Agama ....................................................... .... 97

E. Tinjauan Hukum Islam dan Perundang-Undangan Di Indonesia

Terhadap Perkawinan Lintas Agama ....................................... 105

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 113

Page 11: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

xi

B. Saran ......................................................................................... 115

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Bugel, Sidorejo Salatiga ................... .... 45

Tabel 3.2 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Bugel ................................ .... 46

Table 3.3 Jumlah Penduduk Kelurahan Bugel Sidorejo Salatiga Berdasarkan

Agama ............................................................................................. .... 46

Tabel 4.1 Proses Perkawinan Rumah Tangga Lintas Agama ........................ .... 75

Tabel 4.2 Latar Belakang Keluarga Subjek Penelitian .................................... .... 82

Tabel 4.3 Anak-Anak Pasangan Perkawinan Lintas Agama yang Mengikuti

Agama Ibu ..................................................................................... .... 90

Tabel 4.4 Anak-Anak Pasangan Perkawinan Lintas Agama yang Mengikuti

Agama Ayah................................................................................... .... 90

Page 13: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kelurahan Bugel .......................................... .... 44

Gambar 3.2 Kartu Keluarga Untung-Mutiah ................................................... .... 50

Gambar 3.3 Kartu Keluarga Rusdi-Sugini ....................................................... .... 54

Gambar 3.4 Kartu Keluarga Kasbiyantoro-Siti ................................................ .... 60

Gambar 3.5 Formulir Kartu Keluarga Masal-Supratini ................................... .... 65

Gambar 3.6 Kartu Keluarga Tri-Darwati ......................................................... .... 70

Gambar 4.1 Akta Nikah Untung Subiyanto dan Mutiah .................................. .... 76

Gambar 4.2 KTP Untung dan Muntiah Sekarang ............................................ .... 76

Gambar 4.3 Akta Perkawinan Kasbiyantoro dan Siti Suryati .......................... .... 77

Gambar 4.4 KTP Kasbiyantoro Sekarang ........................................................ .... 77

Gambar 4.5 Akta Perkawinan Tri Antara Ryadi dan Darwati ........................ .... 78

Gambar 4.6 KTP Darwati dan Tri Sekarang ................................................... .... 78

Gambar 4.7 Akta Perkawinan Rusdi dan Sugini .............................................. .... 80

Gambar 4.8 KTP Rusdi dan Sugini Sekarang .................................................. .... 80

Gambar 4.9 Akta Perkawinan Masal dan Supratini ......................................... .... 81

Gambar 4.10 KTP Masal dan Supratini Sekarang ........................................... .... 81

Page 14: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Tugas Pembimbing

Lampiran 3 Lembar Konsultasi

Page 15: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

xv

Page 16: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang
Page 17: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan adalah salah satu tahap kehidupan yang ingin dilalui setiap

manusia setelah lahir dan menjadi dewasa. Sudah menjadi kodrat bagi setiap

makhluk untuk bisa mempertahankan diri dalam kehidupan. Perkawinan

merupakan salah satu upaya untuk melanjutkan keturunan, bahkan ada

ungkapan bahwa wujud cinta manusia yang paling beradab adalah

perkawinan.

Pada hakikatnya perkawinan dilakukan untuk menghalalkan hubungan

seksual antara dua insan manusia, laki-laki dan perempuan. Walaupun

demikian yang diharapkan dari sebuah perkawinan bukan hanya sekedar

kehalalan semata, namun juga sebuah kebahagiaan seumur hidup.

Membangun rumah tangga yang harmonis dan hidup di lingkungan

masyarakat yang sehat merupakan dambaan setiap orang. Sebuah perkawinan

merupakan satu peristiwa penting dalam masyarakat, selain menyangkut

pribadi suami-istri juga menyangkut keluarga dan masyarakat (Asmin,

1986:11). Dalam kacamata agama perkawinan merupakan langkah awal untuk

membentuk keluarga sebagai asas masyarakat (Nuruddin dan Tarigan,

2006:57).

Page 18: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

2

Perkawinan menurut agama Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang

sangat kuat atau mitsaaqan gholidhan untuk mentaati perintah Allah dan

melaksanakannya merupakan ibadah (KHI Pasal 2). Sedangkan perkawinan

menurut agama Hindu adalah sakral dan hanya sah bila sudah dilakukan

menurut agama tersebut. Perkawinan seorang Kristen diartikan sebagai suatu

ikatan cinta kasih tetap dan taat yang menggambarkan, melahirkan dan

mewujudkan cinta Kristus dan Gerejanya (Sosroatmodjo dan Aulawi,

1981:30-31).

Dari beberapa pengertian di atas nampak bahwa perkawinan erat

kaitannya dengan ibadah keagamaan, sehingga tata cara atau aturan

pelaksanaannya sangat perlu diperhatikan untuk bisa dikatakan sah. Menurut

Dr. Wirjono Prodjodikoro yang dikutip oleh Sosroatmodjo dan Aulawi, jika

ada pengaruh suatu agama pada isi dan perkembangan suatu peraturan hukum,

maka layak apabila pengaruh agama yang paling nampak terdapat pada hukum

perkawinan dan kekeluargaan (1981:14).

Karena perkawinan akan mengakibatkan hubungan hukum yang baru

antara seseorang dengan negaranya maka aturan tentang perkawinan juga

diatur oleh negara. Dengan demikian secara administratif kenegaraan,

perkawinan memiliki status legal di mata hukum. Di Indonesia aturan tentang

perkawinan muncul dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan. Dalam pasal 1 undang-undang ini disebutkan bahwa perkawinan

ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai

Page 19: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

3

suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Untuk menuju sebuah keluarga yang bahagia dan kekal tentu dibutuhkan

persamaan pandangan hidup. Mengingat agama sebagai wahyu Tuhan

mengandung kebenaran mutlak, yang diyakini paling benar oleh para

pemeluknya, agama dijadikan sebagai landasan, pegangan dan pedoman baik

dalam melakukan hubungan dengan Tuhan maupun hubungan antar sesama

manusia, termasuk dalam masalah perkawinan (Asmin, 1986:8).

Seperti yang kita ketahui bahwa Islam menghendaki perkawinan

dilakukan oleh orang yang seagama, secara teoritis perbedaan agama akan

berpotensi menimbulkan konflik (Pamungkas, 2008:44). Dalam Al Qur‟an

surat Al Baqoroh:221 ditegaskan,

….

Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka

beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari

wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu dan janganlah kamu

menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin)

sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik

dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke

neraka, sedang Allah mengajak ke surga….

Pada umumnya setiap agama melarang umatnya melangsungkan

perkawinan dengan umat dari agama lain, bila terjadi hal demikian, si pelaku

Page 20: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

4

akan mendapat sanksi baik dari kalangan seagama maupun keluarganya.

Sanksi tersebut dapat berupa sanksi ringan yaitu celaan sampai sanksi berat

berupa pengucilan dari keluarga (Asmin, 1986:8).

KHI (Kompilasi Hukum Islam) yang notabene merupakan hukum positif

bagi umat Islam di Indonesia melarang adanya praktik perkawinan lintas

agama. Pasal 40 KHI menyebutkan dilarang melangsungkan perkawinan

antara seorang pria dengan seorang wanita karena keadaan tertentu: (c)

seorang wanita yang tidak beragama Islam. Seorang wanita Islam dilarang

melangsungkan perkawinan dengan seorang pria yang tidak beragama Islam

(pasal 44 KHI). Begitu juga dalam UU No. 1 Tahun 1974 tidak megatur

adanya perkawinan lintas agama, namun secara tersirat melarang adanya

praktek perkawinan lintas agama yang tertuang dalam pasal 2 ayat 1

“perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu”.

Walaupun sudah ada aturan tegas yang melarang adanya perkawinan

lintas agama hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa praktek perkawinan

lintas agama terjadi dalam masyarakat, bahkan mereka memiliki akta nikah

sebagai bukti legalisasi dari negara. Teknologi komunikasi yang berkembang

pesat memungkinkan tidak terbatasnya pergaulan manusia, baik antar ras,

golongan, suku maupun agama.

Begitu pula yang terjadi dalam pasangan suami istri pelaku perkawinan

lintas agama di Kelurahan Bugel. Walaupun sudah ada aturan yang melarang

terjadinya perkawinan lintas agama, ternyata dalam masyarakat Kelurahan

Page 21: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

5

Bugel ada yang melakukan perkawinan lintas agama tersebut, bahkan dari

mereka sudah menjalani kehidupan rumah tangganya bertahun-tahun dengan

perbedaan agama yang ada dalam keluarga mereka. Kesenjangan yang muncul

dalam masyarakat inilah yang menarik minat penulis untuk meneliti

perkawinan lintas agama khususnya di Kelurahan Bugel.

B. Fokus Penelitian

Adanya peraturan yang melarang perkawinan lintas agama ternyata

belum mampu mencegah praktek perkawinan lintas agama dalam masyarakat.

Aturan dalam KHI dan UU Perkawinan yang merupakan hukum positif

perkawinan di Indonesia seharusnya mampu menjadi pedoman bagi lembaga

pencatat nikah untuk tidak mencatat perkawinan lintas agama, namun

kenyataan dalam masyarakat berkata lain.

Kesenjangan yang muncul antara peraturan hukum dengan praktek yang

terjadi dalam masyarakat Kelurahan Bugel inilah yang menarik minat peneliti

untuk meneliti perkawinan lintas agama. Bagaimanakah praktek perkawinan

lintas agama dilakukan di Kelurahan Bugel. Mengapa perkawinan lintas

agama dapat terjadi di Kelurahan Bugel? Bagaimana cara pasangan suami istri

pelaku perkawinan lintas agama mempertahankan perkawinan mereka,

sehingga mampu bertahan hingga saat ini? Dengan adanya praktek

perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel, bagaimanakah pandangan para

tokoh agama yang tinggal di wilayah Kelurahan Bugel? Bagaimana tinjauan

hukum Islam dan perundang-undangan di Indonesia terhadap praktek

Page 22: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

6

perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel? Berbagai pertanyaan di atas

adalah hal-hal yang ingin peneliti cari jawabannya dari penelitian ini.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan guna mengetahui proses terjadinya praktek

perkawinan lintas agama di kelurahan Bugel, faktor-faktor yang mendorong

terjadinya perkawinan lintas agama, baik faktor eksternal maupun faktor

internal. Cara pasangan suami istri mempertahankan perkawinan mereka, cara

mereka menyelesaikan masalah, cara mereka mempraktekkan agama mereka

masing-masing dalam kehidupan rumah tangga, cara mereka mendidik anak

juga merupakan tujuan adanya penelitian ini. Selain itu, penelitian ini juga

ingin mengetahui pandangan tokoh agama maupun tokoh masyarakat yang

tinggal di wilayah Kelurahan Bugel tentang adanya praktek perkawinan lintas

agama di wilayah mereka. Pandangan hukum Islam dan perundang-undangan

di Indonesia tentang perkawinan lintas agama pun menjadi penting untuk

diketahui dalam rangka menganalisis praktek perkawinan lintas agama.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan ditemukan fakta-fakta baru yang

mampu memberi pemahaman bagi peneliti pada khususnya dan pembaca pada

umumnya untuk menyikapi praktek perkawinan lintas agama.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritik

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

bagi peneliti pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya

tentang bagaimana praktek perkawinan lintas agama terjadi, mengapa

Page 23: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

7

perkawinan tersebut bisa terjadi, bagaimana cara pasangan suami istri

pelaku perkawinan lintas agama mempertahankan perkawinan mereka

serta bagaimana pandangan tokoh agama di sekitar mereka. Selain itu juga

diharapkan menemukan fakta-fakta baru yang sesuai dengan keadaan

masyarakat pelaku perkawinan lintas agama, sehingga hasil penelitian ini

nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau usulan dalam

membuat kebijakan-kebijakan hukum yang berkaitan dengan perkawinan.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi KUA dan Catatan Sipil

Hasil dari penelitian tentang perkawinan lintas agama ini

diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi KUA dan Kantor

Catatan Sipil sebagai lembaga pencatat perkawinan untuk mengambil

kebijakan-kebijakan yang tepat ketika menghadapi calon mempelai

yang akan mencatatkan perkawinannya yang dilakukan secara lintas

agama.

b. Bagi Program Studi Al Ahwal Al Syakhsiyyah

Dengan adanya penelitian terhadap pelaku perkawinan lintas

agama ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi Program Studi

Ahwal Al Syakhsiyyah sehingga dari Program Studi dapat

menjadikannya sebagai bahan diskusi dan memantau perkembangan

produk hukum mengenai perkawinan lintas agama tersebut.

E. Penegasan Istilah

Page 24: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

8

Perkawinan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah ikatan lahir

batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974).

Perkawinan menurut KHI adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau

mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakan ibadah, bertujuan untuk membentuk keluarga yang sakinah,

mawaddah dan rahmah (KHI Pasal 2). Perkawinan yang dimaksud peneliti

dalam penelitian ini adalah akad antara pria dan wanita untuk membentuk

keluarga (rumah tangga) yang sah menurut agama baik dicatatkan di

KUA/Kantor Catatan Sipil ataupun tidak.

Lintas agama yang dimaksud dalam penelitian ini adalah antar agama

yang berbeda.

Jadi perkawinan lintas agama yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah perkawinan yang dilakukan antara pria dan wanita yang berbeda agama

sejak sebelum perkawinan dilangsungkan hingga penelitian ini dilakukan dan

salah satunya beragama Islam.

Hukum Islam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah fiqh yang

digunakan di Indonesia.

Perundang-undangan di Indonesia yang dimaksud adalah aturan yang

berlaku di Indonesia mengenai perkawinan, meliputi UU Perkawinan No.

1/1974 dan KHI.

Page 25: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

9

Dengan demikian perkawinan lintas agama dalam tinjauan hukum

Islam dan perundang-undangan di Indonesia adalah perkawinan yang

dilakukan antara pria dan wanita yang berbeda agama sejak sebelum

perkawinan dilangsungkan hingga penelitian ini dilakukan dan salah satunya

beragama Islam yang dipandang/dinilai menggunakan sudut pandang fiqh dan

perundang-undangan di Indonesia.

F. Kajian Pustaka

Fenomena perkawinan lintas agama memang bukan hal yang baru,

namun tetap menarik untuk dikaji. Tidak menutup kemungkinan tema

penelitian ini sudah ada yang mengkaji, seperti halnya skripsi yang disusun

oleh Maftuhul Fuadi yang berjudul Nikah Beda Agama Perspektif Ulil Abshar

Abdalla. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana

pandangan Ulil Abshar Abdalla tentang nikah beda agama. Menurut Fuadi,

dalam beragama, Ulil Abshar Abdalla tidak lagi memandang bentuk, tetapi isi.

Keyakinan dan praktek keislaman yang dianut oleh orang-orang yang

menamakan diri sebagai umat Islam hanyalah “baju” dan formal, menurutnya

yang pokok adalah nilai yang terkandung di dalamnya. Setiap agama

menunjuk pada nilai keadilan, oleh karena itu setiap agama sama. Karena

setiap agama sama maka dihalalkan nikah beda agama (Fuadi, 2006).

Skripsi Auwenda Fauzi yang berjudul Perkawinan Campuran Dalam

Perspektif Hukum Islam (Studi Analisis Terhadap Pendapat Imam Syafi’i

Tentang Perkawinan Campuran) menjelaskan dua hal pokok pemikiran Imam

Syafi‟i tentang perkawinan campuran. Pertama, perkawinan antara perempuan

Page 26: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

10

muslim dan laki-laki bukan muslim adalah haram hukumnya. Kedua, laki-laki

muslim diharamkan mengawini perempuan bukan muslim. Pendapat ini lebih

didasarkan pada pertimbangan menolak mafsadat demi menjaga keutuhan

umat dari akibat buruk yang ditimbulkan oleh perkawinan campuran (Fauzi,

2004).

Kedua karya di atas merupakan kajian secara pustaka terhadap

pendapat seorang tokoh tentang praktek perkawinan lintas agama, sehingga

dapat dikatakan sebagai kajian teoritik. Dalam hal ini tentu hanya

mempertimbangkan boleh atau tidaknya praktek kawin lintas agama dengan

pertimbangan-pertimbangan secara teori dan tidak melihat fakta yang terjadi

dalam masyarakat.

Suhadi dalam bukunya Kawin Lintas Agama Perspektif Kritik Nalar

Islam mencoba mengajak mengkaji kawin lintas agama dengan konsep kritik

nalar Arkoun. Menurut Suhadi ideologi dan kepentingan dari konstruksi

larangan kawin lintas agama di Indonesia adalah sebagai suatu upaya preventif

mengurangi perpindahan agama (Suhadi, 2006:145). Hal ini dibangun dalam

suasana perebutan jumlah pemeluk agama, khususnya antara Islam dan

Kristen. Konstruksi larangan kawin lintas agama yang berawal dari diskursus

sipil bergeser menjadi diskursus kekuasaan, setelah berlangsungnya

kontestasi-kontestasi antara Islam politik dan Kristen politik untuk menjadikan

Negara sebagai lokus kontestasi (Suhadi, 2006:145). Harapan Suhadi dalam

bukunya ini (2006:152) adalah menunjukkan kritik nalar Islam terhadap suatu

ketentuan hukum yang tak terkatakan dengan sendirinya oleh cara berpikir

Page 27: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

11

nalar Islam yang linear. Dalam masalah kawin lintas agama, umat Islam telah

lama terkungkung dalam „nalar politik-agama” dalam waktu yang panjang,

sehingga sulit untuk menuju “nalar religi” yang lebih jernih. Tidak jauh

berbeda dengan kedua karya di atas, buku ini hanya membahas sebatas cara

memandang adanya aturan larangan kawin lintas agama di Indonesia. Dengan

begitu diharapkan pembaca mampu menilai adanya praktek kawin lintas

agama dari sisi yang lain, namun sayangnya dalam buku ini Suhadi belum

menjelaskan makna dari “nalar religi” yang ditawarkan olehnya guna

menganalisis praktek kawin lintas agama tersebut.

Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian lapangan.

Peneliti terjun ke masyarakat untuk melihat dan mempelajari bagaimana

perkawinan lintas agama dipraktekkan para pelakunya. Dengan demikian,

peneliti dapat mengetahui fenomena riil yang terjadi di masyarakat. Peneliti

terinspirasi oleh penelitian yang dilakukan Wahyu Pamungkas dkk yang

melakukan penelitian perkawinan lintas agama di Dukuh Banjaran Salatiga.

Hanya saja penelitian yang akan dilakukan peneliti berada di Kelurahan Bugel

Salatiga. Wahyu Pamungkas dkk dalam penelitiannya menemukan bahwa

praktek perkawinan lintas agama ini dilakukan karena adanya dorongan faktor

eksternal seperti faktor ekonomi serta status sosial dan faktor internal seperti

pandangan agama serta kebutuhan akan perlindungan (Pamungkas, 2008:59).

Akad dalam perkawinan lintas agama yang terjadi di Banjaran dilakukan

dengan cara hillah atau salah satu pihak berpindah agama menurut agama

pasangannya, walaupun demikian dalam kehidupan sehari-hari mereka tetap

Page 28: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

12

mempraktekkan agama semula masing-masing dan mereka mengaku rumah

tangga mereka tetap harmonis walaupun berada dalam perbedaan ini.

Tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas,

peneliti mencoba untuk memfokuskan pada masalah yang telah peneliti

jabarkan di latar belakang masalah di atas. Penelitian Pamungkas di atas hanya

dilakukan selama satu bulan sehingga belum begitu mendalam penggalian

fakta-faktanya dan penelitian tersebut hanya sebagai tugas mata kuliah, untuk

itu peneliti berani mengambil tema yang sama. Peneliti berharap dalam

penelitian ini nanti dapat menemukan fakta-fakta yang lebih mendalam,

sehingga penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian yang

pernah dilakukan oleh Pamungkas. Tidak menutup kemungkinan hasil yang

didapat akan berbeda mengingat lokasi penelitian yang berbeda pula.

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian kualitatif,

karena penelitian ini bertujuan untuk mengungkap semaksimal mungkin

data dari kasus yang akan diteliti, menggunakan pendekatan normatif dan

sosiologis. Pendekatan normatif digunakan untuk mengetahui status

hukum perkawinan lintas agama dan pendekatan sosiologis digunakan

untuk mengetahui bagaimana perkawinan lintas agama dipraktekkan di

dalam masyarakat dan bagaimana kehidupan rumah tangga mereka.

2. Kehadiran Peneliti

Page 29: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

13

Dalam penelitian ini kehadiran peneliti merupakan hal yang utama

karena peneliti secara langsung mengumpulkan data di lapangan. Status

peneliti dalam mengumpulkan data diketahui oleh informan secara jelas

guna menghindari kesalahpahaman antara peneliti dan informan.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kelurahan Bugel, Kecamatan

Sidorejo Kota Salatiga. Peneliti memilih lokasi ini karena di wilayah

Kelurahan Bugel cukup banyak terjadi praktek perkawinan lintas agama,

ada sekitar lima pasangan suami istri. Kelurahan Bugel merupakan

wilayah yang cukup maju meskipun berada di tepian kota Salatiga. Hal ini

ditandai dengan pola kehidupan yang modern, seperti halnya bangunan

rumah yang sebagian besar sudah terbuat dari bata, mata pencaharian

penduduk sudah beragam bahkan agama yang ada sudah mulai beragam.

Di wilayah Keluraha Bugel ini agama Islam adalah agama mayoritas,

agama selain Islam biasanya dianut oleh para pendatang baru. Praktek

keberagamaan masih sangat kental sehingga menjadi menarik ketika di

wilayah Kelurahan Bugel ini ternyata ada pelaku perkawinan lintas agama.

4. Sumber Data

Subjek yang diteliti adalah pasangan suami istri pelaku perkawinan

lintas agama yang tinggal di wilayah Kelurahan Bugel. Informasi-

informasi yang berkaitan dengan praktek perkawinan lintas agama penulis

gali dari beberapa informan terkait, yaitu pasangan suami istri pelaku

perkawinan lintas agama, orang tua atau keluarga pelaku perkawinan lintas

Page 30: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

14

agama yang tinggal serumah serta tokoh masyarakat/ tokoh agama yang

tinggal di wilayah kelurahan Bugel. Untuk mendukung penelitian ini,

penulis juga mengumpulkan data berupa dokumen-dokumen penting yang

terkait dengan praktek perkawinan lintas agama di kelurahan Bugel, yaitu

kutipan akta nikah dll.

Tabel 1.1 Informan sekaligus Subjek Penelitian

Tabel 1.2 Informan Lain

Informan Agama Ket.

M. Sungaidi Islam Ketua NU Ranting Bugel

Nur Salim Islam Tokoh Agama

M.Toha Islam Tokoh Muhammadiyah

M. Roji Islam Tokoh Agama

Wawan Islam Anak Kasbiyantoro & Siti

Suryati

Widi Islam Anak Rusdi & Sugini

Ernawati Islam Menantu Untung & Tiah

5. Prosedur Pengumpulan Data

a. Metode Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan

pengamatan secara langsung mengenai obyek penelitian. Metode ini

penulis gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi

subjek penelitian.

Informan Suami Agama Istri Agama

I Kasbiyantoro Katholik Sri Suryati Islam

II Rusdi Kristen Sugini Islam

III Untung Kristen Mutiah Islam

IV Tri Islam Darwati Kristen

V Masal G.S Kristen Supratini Islam

Page 31: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

15

Teknik observasi ini merupakan upaya memperoleh data

dengan melihat atau mengamati obyek yang diteliti serta melakukan

pencatatan terhadap kejadian yang penulis ketahui pada masyarakat

Kelurahan Bugel khususnya pasangan pelaku perkawinan lintas

agama.

b. Metode Wawancara

Metode wawancara yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara

(Arikunto,1998:115).

Di sini penulis melakukan wawancara terhadap pasangan

pelaku perkawinan lintas agama dan anggota keluarga yang tinggal

satu rumah dengan mereka untuk mendapatkan informasi sebanyak-

banyaknya sesuai fokus penelitian, yang sebelumnya sudah

dipersiapkan daftar pertanyaan yang ingin ditanyakan.

Wawancara juga dilakukan dengan tetangga dekat pasangan

perkawinan lintas agama guna mendapatkan informasi tentang

kehidupan pasangan perkawinan lintas agama tersebut menurut

mereka. Tokoh masyarakat / tokoh agama yang tinggal di wilayah

Kelurahan Bugel juga menjadi terwawancara guna mendapatkan

informasi tentang pandangan/ pendapat mereka mengenai adanya

pasangan pelaku perkawinan lintas agama di sekitar mereka.

Page 32: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

16

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan

sebagainya. Metode ini sumber datanya masih tetap, dan belum

berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda

hidup tetapi benda mati (Arikunto, 1998 : 236).

Dokumen-dokumen yang dimaksudkan misalnya kutipan akta

nikah, kartu keluarga, KTP, data demografi dari kelurahan dan

dokumen-dokumen lain yang menunjang penelitian ini.

6. Analisis Data

Selama pengumpulan data, data sudah mulai dianalis dengan cara

mengklasifikasikan data sehingga dapat diketahui kekurangan data dan

segera berusaha untuk melengkapinya. Setelah semua data terkumpul,

dipaparkan berdasarkan klasifikasi secara lebih rinci sehingga tergambar

pola atau struktur dari fokus masalah yang dikaji kemudian

diinterpretasikan sehingga mendapatkan jawaban dari fokus penelitian

tersebut.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Data-data yang diperoleh dicek keabsahannya dengan metode

triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek

penelitian (Moloeng, 2004 : 330). Pengecekan keabsahan data dilakukan

Page 33: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

17

karena dikhawatirkan masih adanya kesalahan atau kekeliruan yang

terlewati oleh penulis.

Pengecekan dilakukan dengan cara membandingkan hasil

pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang

dikatakan informan satu dengan yang informan lain, maupun

membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan.

8. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai

berikut:

a. Sebelum melakukan penelitian penulis menentukan ide atau tema yang

akan diteliti yaitu perkawinan lintas agama.

b. Penulis mencari informasi dari masyarakat dan kerabat yang tinggal di

wilayah Kelurahan Bugel tentang ada atau tidaknya pelaku perkawinan

lintas agama.

c. Berdasar informasi yang didapatkan ada cukup banyak pelaku

perkawinan lintas agama di wilayah Kelurahan Bugel, maka penulis

menetapkan Kelurahan Bugel sebagai lokasi penelitian.

d. Kemudian penulis menyusun proposal penelitian.

e. Setelah proposal disetujui, maka penulis baru terjun ke lapangan untuk

mengumpulkan data dengan melakukan observasi, wawancara dan

dokumentasi.

f. Analisis data dilakukan sejak pengumpulan data dimulai sampai

seluruh data terkumpul.

Page 34: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

18

g. Analisis data dilakukan dengan cara: pertama, membuat rekap data

berdasar klasifikasi. Kedua, menyusun pola-pola perilaku masyarakat

pelaku perkawinan lintas agama berdasar klasifikasi dan ketiga,

menginterpretasikan hasil penelitian untuk mendapatkan kesimpulan

hasil dari fokus penelitian.

h. Penyusunan laporan penelitian.

H. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, fokus

penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, kajian

pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan umum perkawinan lintas agama, dalam bab ini

memaparkan perkawinan lintas agama perspektif UU No. 1 Tahun 1974,

perkawinan lintas agama perspektif KHI dan perkawinan lintas agama

perspektif Hukum Islam.

BAB III Perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel memaparkan

seluruh hasil penelitian yang peneliti lakukan yang meliputi letak geografis

dan kondisi lingkungan Kelurahan Bugel, struktur sosial dan kehidupan sosial,

budaya dan agama masyarakat Kelurahan Bugel dan profil pasangan suami

istri pelaku perkawinan lintas agama.

BAB IV Tinjauan hukum Islam dan perundang-undangan di Indonesia

terhadap perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel. Bab ini menganalisis

praktek perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel, faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya perkawinan lintas agama, konflik dan akomodasi

Page 35: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

19

nilai keluarga pelaku perkawinan lintas agama, pandangan tokoh masyarakat /

tokoh agama terhadap praktek perkawinan lintas agama dan tinjauan hukum

Islam dan perundang-undangan di Indonesia terhadap perkawinan lintas

agama di Kelurahan Bugel.

BAB V Penutup berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang

diberikan penulis kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini.

Page 36: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

20

BAB II

TINJAUAN UMUM PERKAWINAN LINTAS AGAMA

A. Perkawinan Lintas Agama Perspektif UU No. 1 Tahun 1974

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 lahir sebagai jawaban atas

kegelisahan terhadap keragaman hukum perkawinan yang ada di Indonesia.

Sebelum diundangkannya undang-undang ini, di Indonesia berlaku bermacam-

macam hukum perkawinan menurut golongan masing-masing. Bagi orang

Indonesia Asli yang beragama Islam berlaku hukum Islam, bagi golongan

penduduk Indonesia Asli beragama Kristen berlaku Huwelijks Ordonantie

Christen Indonesia, bagi orang-orang Indonesia Asli lainnya berlaku hukum

adat dan bagi orang-orang Timur Asing Cina, Timur Asing lainnya, Eropa dan

warga Negara Indonesia keturunan mereka berlaku undang-undang Hukum

Perdata/BW (Asmin, 1986:11). Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 ini

merupakan unifikasi hukum perkawinan di Indonesia sehingga sejak undang-

undang ini diundangkan (tanggal 2 Januari 1974) maka setiap warga negara

Indonesia dalam melakukan perkawinan tunduk pada undang-undang ini.

1. Pengertian Perkawinan

Pengertian perkawinan dalam undang-undang ini dapat kita lihat

dalam anak kalimat pasal 1 yang berbunyi: perkawinan ialah ikatan lahir

batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri.

Ada beberapa hal dari rumusan tersebut di atas yang perlu

diperhatikan: pertama, ikatan lahir diartikan keterikatan antara kedua

Page 37: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

21

belah pihak secara formal baik dalam hubungan antara satu sama lain

maupun mereka dengan masyarakat luas. Ikatan batin diartikan adanya

satu tujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal.

Untuk itu dalam sebuah perkawinan tidak bisa dipisahkan antara ikatan

lahir dan ikatan batin, karena memang keduanya merupakan satu kesatuan

yang utuh. Kedua, digunakan kata “seorang pria dengan seorang wanita”

mengandung arti bahwa perkawinan itu hanyalah antara jenis kelamin

yang berbeda. Hal ini menolak adanya perkawinan sesama jenis yang telah

dilegalkan oleh beberapa orang Barat. Ketiga, digunakan ungkapan

“sebagai suami istri” mengandung arti bahwa perkawinan itu adalah

bertemunya dua jenis kelamin yang berbeda dalam suatu rumah tangga,

bukan hanya dalam istilah “hidup bersama” (Syarifuddin, 2006:40).

2. Tujuan Perkawinan

Tujuan perkawinan dalam undang-undang perkawinan ini tertuang

dalam anak kalimat kedua pasal 1 yang berbunyi: dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasar

Ketuhanan Yang Maha Esa.

Rumusan tujuan perkawinan di atas menunjukkan bahwa dalam

setiap perkawinan mengandung harapan besar untuk mendapatkan

kebahagiaan baik secara materiil maupun spiritual. Kebahagiaan yang

diharapkan tentu kebahagiaan untuk selamanya dan kekal, yang menafikan

sekaligus perkawinan temporal sebagaimana yang berlaku dalam

perkawinan mut’ah dan perkawinan tahlil (Syarifuddin, 2006:40). Setiap

Page 38: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

22

pasangan suami istri tentu berharap bahwa pasangan yang dipilih hari ini

adalah pasangan untuk seumur hidup dan mereka hanya berharap berpisah

karena kematian.

Masih dalam rumusan tujuan perkawinan tersebut, kita dapat

melihat bahwa untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal harus

berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa. Pandangan ini sejalan dengan sifat

religius dari bangsa Indonesia yang mendapatkan realisasinya di dalam

kehidupan beragama dan bernegara (Asmin, 1986:20).

3. Sahnya Perkawinan

Adanya undang-undang yang mengatur perkawinan memperjelas

bahwa perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum, sehingga sah atau

tidaknya suatu perkawinan ditentukan oleh undang-undang yang

mengaturnya yaitu Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 ini.

Menurut pasal 2 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974, “perkawinan

adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya

dan kepercayaannya itu”. Penjelasan pasal 2 ayat (1) ini menyebutkan

bahwa tidak ada perkawinan di luar hukum masing-masing agamanya dan

kepercayaannya itu, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Yang

dimaksud dengan hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya

itu termasuk ketentuan perundang-undangan yang berlaku bagi golongan

agamanya dan kepercayaannya itu sepanjang tidak bertentangan atau

ditentukan lain dalam undang-undang ini.

Page 39: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

23

Sahnya perkawinan harus sesuai dengan hukum

agama/kepercayaannya masing-masing, sehingga tidak ada kemungkinan

untuk orang yang beragama Islam melakukan perkawinan dengan

melanggar aturan agamanya, begitu pula orang-orang yang beragama

Kristen, Hindu, Budha ataupun penganut kepercayaan.

4. Syarat-Syarat Sahnya Perkawinan

Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 juga mengatur

syarat-syarat sahnya suatu perkawinan yang meliputi syarat formil dan

materiil. Syarat formil adalah syarat-syarat yang menyangkut formalitas-

formalitas atau tata cara yang harus dipenuhi sebelum dan pada saat

perkawinan dilangsungkan. Syarat materiil adalah syarat mengenai diri

pribadi calon mempelai.

Syarat formil terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun

1975 tantang Pelaksanaan Undang-Undang No.1 Tahun 1974, yang

meliputi:

a. Pemberitahuan kehendak akan melangsungkan perkawinan kepada

pegawai pencatat perkawinan (pasal 3 ayat 1).

b. Pengumuman oleh pegawai pencatat perkawinan (pasal 8).

c. Pelaksanaan perkawinan menurut hukum agamanya dan

kepercayaannya masing-masing (pasal 10 ayat 2).

d. Pencatatan perkawinan oleh pegawai pencatat perkawinan (pasal 11).

Syarat materiil yang berlaku umum tertuang dalam UU No.

1/1974, meliputi:

Page 40: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

24

a. Harus ada persetujuan dari kedua mempelai (pasal 6 ayat 1).

b. Usia calon mempelai pria sudah mencapai 19 tahun dan wanita sudah

mencapai 16 tahun (pasal 7 ayat 1).

c. Tidak terikat tali perkawinan dengan orang lain kecuali dalam hal

diijinkan oleh pasal 3 (2) dan pasal 4 (pasal 9).

d. Waktu tunggu bagi seorang wanita yang putus perkawinannya, yaitu:

130 hari bila putus karena kematian, 3 kali suci atau minimal 90 hari

bila putus karena perceraian dan ia dalam keadaan datang bulan, 90

hari bila putus karena perceraian dan ia dalam keadaan tidak datang

bulan, sampai melahirkan bila putus dalam keadaan hamil, tidak ada

waktu tunggu jika belum pernah berhubungan kelamin, penghitungan

waktu tunggu dihitung sejak jatuhnya putusan pengadilan yang

mempunyai kekuatan hukum tetap bagi suatu perceraian, dan sejak

hari kematian bila perkawinan putus karena kematian (pasal 11 UU

No. 1/1974 dan pasal 39 PP No. 9/1975).

Syarat materiil yang berlaku khusus dalam UU No. 1/1974,

meliputi:

a. Tidak melanggar larangan perkawinan sebagaimana diatur dalam pasal

8,9 dan 10 UU No. 1/1974, yaitu larangan perkawinan antara dua

orang yang:

1) berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah atau

pun ke atas;

2) berhubungan darah dalam garis keturunan ke samping;

Page 41: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

25

3) berhubungan semenda;

4) berhubungan susuan;

5) berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau

kemenakan istri, dalam hal seorang suami beristri lebih dari

seorang;

6) mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain

yang berlaku dilarang kawin;

7) masih terikat tali perkawinan dengan orang lain kecuali dalam

hal tersebut pasal 3 ayat (2) dan pasal 4 (pasal 9).

8) telah bercerai untuk kedua kalinya sepanjang hukum masing-

masing agamanya dan kepercayaannya tidak menentukan lain

(pasal 10).

b. Ijin dari kedua orang tua bagi mereka yang belum mencapai usia 21

tahun.

5. Perkawinan Lintas Agama Perspektif UU No. 1 Tahun 1974

Sejak diundangkannya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, aturan

tentang perkawinan campuran dipersempit. Pasal 57 undang-undang ini

memberikan pengertian perkawinan campuran sebagai berikut:

Yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam undang-

undang ini ialah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia

tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan

kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan

Indonesia.

Jadi dapat kita lihat bahwa dalam undang-undang ini hanya

membatasi perkawinan campuran pada perkawinan warga negara

Page 42: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

26

Indonesia dan warga negara asing. Nampak bahwa perkawinan antar

sesama warga negara Indonesia yang tunduk pada hukum yang berbeda,

termasuk agama yang berbeda bukan termasuk dalam pengaturan

perkawinan campuran dalam undang-undang ini.

Pasal 58 UU No. 1/1974 selanjutnya mengatakan, bagi orang-orang

yang berlainan kewarganegaraan yang melakukan perkawinan campuran,

dapat memperoleh kewarganegaraan dari suami/istrinya dan dapat pula

kehilangan kewarganegaraannya, menurut cara-cara yang telah ditentukan

dalam Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang

berlaku. Sedangkan dalam pasal 59 menyatakan, bahwa kewarganegaraan

yang diperoleh sebagai akibat perkawinan atau putusnya perkawinan

menentukan hukum yang berlaku, baik mengenai hukum publik maupun

mengenai hukum perdata (ayat 1), dan perkawinan campuran yang

dilangsungkan di Indonesia dilakukan menurut undang-undang

perkawinan ini (pasal 2).

Dalam hal perkawinan campuran yang dilangsungkan di Indonesia

ini berarti bahwa untuk perkawinan campuran juga berlaku syarat-syarat

perkawinan pada umumnya menurut undang-undang ini, yaitu bahwa

sahnya suatu perkawinan digantungkan kepada hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaan masing-masing pemeluknya. Jika ia seorang

Islam maka harus mengikuti aturan agama Islam, jika ia beragama Kristen

maka harus mengikuti agama Kristen, begitu juga untuk agama-agama

yang lainnya.

Page 43: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

27

Jadi dalam undang-undang ini tidak ada aturan yang tegas

mengenai perkawinan lintas agama, karena yang dimaksud dengan

perkawinan campuran dalam undang-undang ini adalah perkawinan antara

dua orang yang berbeda kewarganegaraan dan salah satunya

berkewarganegaraan Indonesia. Pasal 2 ayat (1) undang-undang ini

menyatakan, “perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum

masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu”. Dari ayat tersebut

tersirat bahwa adanya larangan perkawinan lintas agama yang kemudian

dikuatkan dengan pasal 40 poin c dan pasal 44 KHI.

KHI secara tegas melarang adanya perkawinan lintas agama namun

di sisi lain KHI juga membuka peluang untuk perkawinan lintas agama

tersebut. Hal ini nampak pada bab xvi tentang putusnya perkawinan

terutama pasan 116 dalam poin h menjelaskan bahwa perceraian dapat

terjadi karena alasan: peralihan agama atau murtad yang menyebabkan

terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga. Jadi ketika ada peralihan

agama dalam rumah tangga namun tidak menimbulkan “ketidakrukunan”

maka secara tidak langsung KHI juga memperbolehkan adanya

perkawinan lintas agama. Adanya pasal ini yang bertentangan dengan

pasal 75 yang menyebutkan bahwa perkawinan dapat dibatalkan karena

salah satu dari suami atau istri murtad. Selain itu juga KHI secara tidak

langsung mendukung adanya pemurtadan.

Page 44: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

28

B. Perkawinan Lintas Agama Perspektif KHI

1. Pengertian Perkawinan

Pasal 2 KHI menyatakan bahwa perkawinan dalam hukum Islam

adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaqan gholiidhan

untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Ungkapan akad yang sangat kuat atau miitsaqan gholiidhan

merupakan penjelasan dari ungkapan lahir batin yang terdapat dalam

rumusan UU No. 1/1974 yang mengandung arti bahwa akad perkawinan

bukan semata perjanjian yang bersifat keperdataan.

Ungkapan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakan ibadah merupakan penjelasan dari ungkapan berdasar

Ketuhanan Yang Maha Esa dalam UU Perkawinan. Dari ungkapan di atas

menyatakan bahwa dalam Islam, perkawinan merupakan peristiwa agama

dan oleh karena itu orang yang melaksanakannya telah melakukan

perbuatan ibadah.

2. Tujuan Perkawinan

Tujuan perkawinan dalam KHI dijelaskan dalam pasal 3. Pasal

tersebut menyatakan, perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan

rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

Dari rumusan tujuan di atas mengandung pengharapan bahwa

setiap rumah tangga yang akan dibangun akan menjadi rumah tangga yang

bahagia lahir batin dan kekal serta diridhai oleh Allah SWT.

Page 45: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

29

3. Sahnya Perkawinan

Pasal 4 menyatakan, perkawinan adalah sah apabila dilakukan

menurut hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No.

1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Jadi KHI juga menganggap sahnya

perkawinan jika dilakukan menurut aturan agama masing-masing atau

aturan kepercayaan yang dianut pihak-pihak yang akan melangsungkan

perkawinan.

4. Syarat-Syarat Sahnya Perkawinan

Pada dasarnya syarat sah perkawinan dalam KHI sama dengan

syarat sah yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Perkawinan,

hanya saja ada beberapa pasal yang dirinci dalam KHI. Selain mengatur

syarat perkawinan, KHI juga mengatur masalah rukun perkawinan. Rukun

adalah segala sesuatu yang harus ada dalam sebuah perkawinan.

Untuk melaksanakan perkawinan harus ada calon suami, calon

istri, wali, dua orang saksi serta ijab dan kabul (pasal 14).

Syarat bagi calon mempelai meliputi:

a. Usia calon mempelai pria sudah mencapai 19 tahun dan wanita sudah

mencapai 16 tahun sesuai ketetapan dalam pasal 7 UU No. 1/1974

(pasal 15 ayat 1).

b. Harus ada persetujuan dari kedua mempelai (pasal 16 ayat 1).

c. Tidak terdapat halangan perkawinan sebagaimana diatur dalam BAB

VI (pasal 18). BAB VI tentang larangan kawin menyebutkan:

Page 46: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

30

Pasal 39, dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria

dengan seorang wanita disebabkan:

1) karena pertalian nasab;

2) karena pertalian kerabat semenda;

3) karena pertalian sesusuan.

Pasal 40, dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria

dengan seorang wanita karena keadaan tertentu:

1) karena wanita tersebut masih terikat satu perkawinan dengan orang

lain;

2) seorang wanita yang masih berada dalam masa iddah dengan pria

lain;

3) seorang wanita yang tidak beragama Islam.

Pasal 41, ayat (1) seorang pria dilarang memadu istrinya dengan

seorang wanita yang mempunyai hubungan pertalian nasab atau

sesusuan dengan istrinya.

Pasal 42, seorang pria dilarang melangsungkan perkawinan dengan

seorang wanita apabila pria tersebut sedang mempunyai 4 (empat)

orang istri yang keempat-empatnya masih terikat tali perkawinan atau

masih dalam iddah raj‟I ataupun salah seorang di antara mereka masih

terikat tali perkawinan sedang yang lainnya dalam masa iddah raj‟i.

Pasal 43, ayat (1) dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang

pria: a) dengan seorang wanita bekas istrinya yang ditalak tiga kali, b)

dengan seorang wanita bekas istrinya yang dili‟an.

Page 47: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

31

Pasal 44, seorang wanita Islam dilarang melangsungkan perkawinan

dengan seorang pria yang tidak beragama Islam.

d. Waktu tunggu bagi seorang wanita yang putus perkawinannya, yaitu:

130 hari bila putus karena kematian, 3 kali suci atau minimal 90 hari

bila putus karena perceraian dan ia dalam keadaan datang bulan, 90

hari bila putus karena perceraian dan ia dalam keadaan tidak datang

bulan, sampai melahirkan bila putus dalam keadaan hamil, tidak ada

waktu tunggu jika belum pernah berhubungan kelamin, penghitungan

waktu tunggu dihitung sejak jatuhnya putusan pengadilan yang

mempunyai kekuatan hukum tetap bagi suatu perceraian, dan sejak

hari kematian bila perkawinan putus karena kematian (pasal 153).

Syarat wali nikah tertuang dalam pasal 20, yaitu (1) yang bertindak

sebagai wali nikah ialah seorang laki-laki yang memenuhi syarat hukum

Islam yakni muslim, akil dan baligh.

Syarat saksi nikah tertuang dalam pasal 25, yaitu yang dapat

ditunjuk menjadi saksi dalam akad nikah ialah seorang laki-laki muslim,

adil, akil, baligh, tidak terganggu ingatan dan tidak tuna rungu atau tuli.

Pasal 26, saksi harus hadir dan menyaksikan secara langsung akad nikah

serta menandatangani akta nikah pada waktu dan di tempat akad nikah

dilangsungkan.

Syarat akad nikah terdapat dalam pasal 27, ijab dan kabul antara

wali dan calon mempelai pria harus jelas beruntun dan tidak berselang

waktu.

Page 48: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

32

5. Perkawinan Lintas Agama Perspektif KHI

KHI mengatur secara tegas larangan perkawinan lintas agama, hal

ini tertuang dalam pasal 40, dilarang melangsungkan perkawinan antara

seorang pria dengan seorang wanita karena dalam keadaan tertentu: c.

seorang wanita yang tidak beragama Islam. Juga tertuang dalam pasal 44,

seorang wanita Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang

pria yang tidak beragama Islam.

Sehingga jelas dengan adanya pasal di atas, seharusnya bagi

pemeluk agama Islam di Indonesia tidak ada sedikitpun kemungkinan

untuk dapat melakukan perkawinan dengan orang yang tidak beragama

Islam. Dengan demikian di KUA hanya dapat menerima perkawinan

antara orang Islam. Untuk orang selain Islam perkawinan harus dicatatkan

di KCS.

Perkawinan yang dilangsungkan secara Islam, namun setelah

perkawinan salah satu pasangan keluar dari agama Islam atau murtad

status perkawinannya menjadi batal. Hal ini ditegaskan dalam KHI pasal

75 poin a yaitu perkawinan yang batal karena salah satu dari suami atau

istri murtad. Sehingga tidak ada sedikit pun toleransi yang diberikan KHI

untuk seseorang melakukan perkawinan lintas agama. Untuk orang-orang

yang melakukan perkawinan secara non Islam dan dikemudian hari salah

satu dari mereka masuk agama Islam, dalam KHI tidak ada aturan atau

penjelasan tentang hal tersebut.

Page 49: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

33

C. Perkawinan Lintas Agama Perspektif Hukum Islam

1. Pengertian Perkawinan

Perkawinan atau pernikahan dalam bahasa arab sering disebut

dengan kata nikah (نكاح) atau zawaj (زواج). Dua kata tersebut yang banyak

terdapat dalam Al Qur‟an dan Hadis Nabi. Secara arti kata nikah berarti

bergabung, hubungan kelamin, dan juga akad (Syarifuddin, 2006:36).

Secara terminologi pengertian perkawinan menurut Dr. Ahmad

Ghandur yang dukitip oleh Syarifuddin (2006:39) sebagai berikut:

Akad yang menimbulkan kebolehan bergaul antara laki-laki dan

perempuan dalam tuntutan naluri kemanusiaan dalam kehidupan,

dan menjadikan untuk kedua pihak secara timbal balik hak-hak dan

kewajiban-kewajiban.

Dari pengertian di atas, perkawinan dilakukan guna memenuhi naluri seks

manusia secara legal, sepakat untuk mengarungi hidup bersama, sehingga

dalam perkawinan tersebut muncul hak dan kewajiban antara suami dan

istri yang harus dipenuhi.

2. Tujuan Perkawinan

Ada beberapa tujuan perkawinan yang disyariatkan atas umat

Islam, diantaranya:

a. Untuk mendapatkan anak keturunan yang sah bagi melanjutkan

generasi yang akan datang. Dengan adanya perkawinan naluri seksual

manusia dapat tersalurkan sesuai jalan yang diridhoi Allah, selain itu

dapat menjaga nasab yang oleh Islam sangat diperhatikan (Sabiq,

1980:19).

Page 50: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

34

b. Untuk mendapatkan keluarga bahagia yang penuh ketenangan hidup

dan rasa kasih sayang (Syarifuddin, 2006:47)

3. Sahnya Perkawinan

Dalam Islam, rukun dan syarat menentukan sah atau tidaknya suatu

perbuatan hukum, begitu juga dalam perkawinan. Rukun adalah segala hal

yang harus terwujud atau ada dalam suatu perkawinan.

Rukun yang pokok dalam perkawinan adalah ridhanya laki-laki

dan perempuan dan persetujuan mereka untuk mengikat hidup berkeluarga

(Sabiq, 1980:53). Karena perasaan ridha dan setuju bersifat kejiwaan yang

tidak dapat terlihat dengan mata kepala, karena itu harus ada

perlambangan yang tegas untuk menunjukkan kemauan mengadakan

ikatan bersuami istri. Perlambangan itu diutarakan dengan kata-kata oleh

kedua belah pihak dengan adanya sebuah akad. Menurut ulama Syafi‟iyah,

rukun perkawinan secara lengkap adalah sebagai berikut:

a. calon mempelai laki-laki

b. calon mempelai perempuan

c. wali dari mempelai perempuan yang akan mengakadkan perkawinan

d. dua orang saksi

e. ijab yang dilakukan oleh wali dan qabul yang dilakukan oleh suami.

4. Syarat-Syarat Sahnya Perkawinan

Syarat perkawinan adalah segala hal yang harus dipenuhi sebelum

perkawinan dilangsungkan. Untuk sahnya suatu perkawinan, selain

memenuhi rukun juga harus memenuhi syarat-syarat yang mendahuluinya.

Page 51: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

35

Syarat suatu akad dalam perkawinan, meliputi:

a. Akad harus dimulai dengan ijab yaitu penyerahan dari pihak

perempuan kepada pihak laki-laki kemudian dilanjutkan dengan qabul

yaitu penerimaan dari pihak laki-laki;

b. Materi ijab dan qabul tidak boleh berbeda;

c. Ijab dan qabul harus diucapkan secara bersambungan tanpa terputus

walaupun sesaat;

d. Ijab dan qabul tidak boleh dengan menggunakan ungkapan yang

bersifat membatasi masa berlangsungnya perkawinan, karena

perkawinan itu ditujukan untuk selama hidup;

e. Ijab dan qabul mesti menggunakan lafaz yang jelas dan terus terang.

Syarat bagi kedua calon mempelai, meliputi:

a. Keduanya jelas identitasnya dan dapat dibedakan dengan yang lainnya,

baik nama, jenis kelamin, keberadaan, dan hal lainnya;

b. Keduanya sama-sama beragama Islam;

c. Antara keduanya tidak terlarang melangsungkan perkawinan;

d. Kedua belah pihak telah setuju untuk kawin dan setuju pula dengan

pihak yang akan mengawininya;

e. Keduanya telah mencapai usia yang layak untuk melangsungkan

perkawinan.

Syarat bagi wali nikah, meliputi:

a. Dewasa dan berakal sehat;

b. Laki-laki;

Page 52: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

36

c. Muslim;

d. Merdeka;

e. Tidak berada dalam pengampuan;

f. Berpikiran baik;

g. Adil;

h. Tidak sedang melakukan ihram.

Syarat bagi saksi, meliputi:

a. Berjumlah minimal dua orang;

b. Kedua saksi beragama Islam;

c. Kedua saksi adalah orang merdeka;

d. Kedua saksi adalah laki-laki;

e. Kedua saksi bersifat adil;

f. Kedua saksi dapat mendengar dan melihat.

5. Perkawinan Lintas Agama Perspektif Hukum Islam

Dalam Islam terdapat perbedaan pendapat mengenai perkawinan lintas

agama. Para ulama sepakat bahwa laki-laki muslim tidak halal kawin dengan

perempuan penyembah berhala, perempuan zindiq, perempuan keluar dari

Islam, penyembah sapi, perempuan beragama politeisme (Sabiq, 1980:152).

Pendapat-pendapat ulama tentang perkawinan lintas agama adalah

sebagai berikut:

a. Pendapat pertama, Islam tidak mengenal perkawinan antar pemeluk

agama. Pendapat ini berdasar atas Q.S Al Baqarah:221

Page 53: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

37

221. Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.

Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia

menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-

wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik

dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang

Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-

ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.

Menurut pendapat ini, perkawinan lintas agama merupakan suatu

proses yang bersifat laten, mendangkalkan keyakinan beragama masing-

masing yang menyebabkan hilangnya arti nilai-nilai dan peranan hukum

agama dalam hidup dan kehidupan rumah tangga (Ramulyo, 2006:62).

Menurut beberapa ulama, perkawinan lintas agama diasumsikan

akan menimbulkan banyak permasalahan yang sangat fundamental

menyangkut keselamatan keimanan, rentan konflik, mengancam

keharmonisan rumah tangga dan menjauhkan nilai-nilai sakral perkawinan

(Syafi‟i dan Ulfiah, 2004:53).

Larangan perkawinan lintas agama dalam ayat di atas juga

mencakup perempuan muslim yang hendak mengawini laki-laki musyrik.

Seorang wanita yang menikah dengan pria non muslim, kemungkinan

terbesar adalah dia akan mengikuti suaminya. Karena suami adalah kepala

keluarga yang memiliki otoritas dalam rumah tangga maka dia dapat

Page 54: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

38

membawa istri dan anak-anaknya untuk mengikuti agamanya. Begitu juga

apabila seorang laki-laki muslim yang menikahi perempuan non muslim,

ancaman keteguhan tauhid dapat terjadi. Perempuan non muslim akan

membawa tradisi dan mengajarkan tradisi-tradisi hidup kepada

keluarganya. Selain itu, seorang laki-laki apabila sudah mencintai istrinya,

dia bisa melakukan apa pun yang diminta sang istri.

Dalam Islam memelihara keselamatan keluarga adalah tanggung

jawab besar yang harus dipikul dan tanggung jawab yang diberikan Allah

ini tidak dapat dilaksanakan jika dalam satu keluarga terdapat dua agama

berbeda.

Adanya ayat Q.S Al Maidah:5 yang menerangkan bahwa

dihalalkan bagi seorang muslim untuk menikahi wanita ahli kitab, tidak

menyebabkan ulama yang melarang perkawinan lintas agama menarik

pendapatnya. Berkaitan dengan perempuan ahli kitab yang halal untuk

dinikahi, menurut ulama yang menganut pendapat tersebut, pada zaman

sekarang sudah tidak ada, yang ada hanya keturunan ahli kitab yang sudah

menjadi musyrik.

Menurut Qaul Mu‟tamad yang disadur oleh Syafi‟i dan Ulfiah,

(pendapat yang kuat) dalam madzhab Syafi‟i, golongan ahli kitab yang

halal menikah dengan orang Islam adalah perempuan yang menganut

agama Nasrani dan Yahudi sebagaimana agama yang ada semenjak masa

sebelum Nabi Muhammad SAW (2004:69). Mereka yang memeluk agama

Yahudi dan Nasrani setelah Al Qur‟an diturunkan tidak dianggap sebagai

Page 55: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

39

ahli kitab. Hal ini karena terdapat perkataan miin qoblikum (di masa

sebelum kamu) dalam surat Al Maidah ayat 5, perkataan ini menjadi

batasan bagi ahli kitab yang dimaksud.

b. Pendapat kedua, dalam Islam dikenal adanya perkawinan lintas agama,

yaitu laki-laki muslim boleh menikahi perempuan ahli kitab. Menurut

pendapat ini ada pengecualian yang diatur dalam Q.S Al Maidah:5

5. Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan) orang-orang

yang diberi Al kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan

dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang

beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi

Al kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud

menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-

gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam)

maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.

Alasan para ulama yang membolehkan nikah beda agama karena

nikah beda agama secara doktrinal tidak dilarang oleh Allah SWT. Karena

sebenarnya persoalan krusial nikah beda agama adalah ganjalan yang lebih

bersifat kultural dan struktural yang selama ini dianggap sebagai persoalan

teologis. Persoalan yang bersifat kultural dan struktural adalah persoalan

yang bisa dihindari.

Page 56: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

40

Semua ulama sepakat bahwa menikah dengan orang musyrik

adalah dilarang, berarti tidak bisa ditujukan kepada semua orang di luar

Islam, karena ternyata orang-orang yang berasal dari golongan ahli kitab

diperbolehkan menikah dengan orang Islam. Keempat imam mazhab juga

sepakat bahwa seorang laki-laki muslim boleh mengawini perempuan ahli

kitab, yakni perempuan-perempuan Yahudi dan Nasrani dan tidak

sebaliknya (Mughniyah, 1994:43).

Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan, keterangan dalam surat Al

Baqarah 221 adalah pengharaman oleh Allah perihal menikah dengan

orang musyrik, yaitu mereka yang menyekutukan Allah, menyembah

kepada selain Allah seperti menyembah berhala, api, dll (Katsir,

2002:427). Yang dimaksud ahli kitab adalah orang yang beragama Nasrani

dan Yahudi, asalkan mereka perempuan yang menjaga kehormatannya

maka boleh dinikahi.

Demikian pula yang disebutkan dalam tafsir Al Misbah karangan

Quraish Shihab (2000:29), larangan menikah yang dijelaskan dalam surat

Al Baqarah:221 adalah menikahi orang musyrik, bukan orang yang

berbeda agama. Musyrik dan orang yang di luar Islam haruslah

dipisahkan, karena golongan ahli kitab, meskipun secara institusi bukan

orang Islam dibolehkan menikah.

c. Pendapat ketiga, perkawinan yang dilakukan secara Islam dan dikemudian

dari salah satu dari mereka keluar dari agama Islam/ murtad, maka

perkawinannya dianggap fasakh atau batal (Sabiq, 1981:133). Yang

Page 57: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

41

disebut dengan memfasakh akad nikah berarti membatalkan dan

melepaskan ikatan pertalian antara suami-istri. Fasakh bisa terjadi karena

syarat-syarat yang tidak terpenuhi pada akad nikah atau karena hal-hal lain

datang kemudian yang membatalkan kelangsungan perkawinan. Dalam hal

ini murtad termasuk dalam alasan fasakh yang kedua.

Fasakh, baik karena hal-hal yang terjadi belakangan ataupun karena ada

syarat-syarat yang tidak terpenuhi, ia mengakhiri ikatan perkawinan

seketika itu (Sabiq, 1981:133)

d. Pendapat keempat, perkawinan yang dilakukan dengan cara agama lain

selain Islam, namun di kemudian hari, salah satu pasangan mereka masuk

Islam, maka menurut Sabiq (1981:192), ada dua hukum yang

diberlakukan. Pertama, jika yang masuk Islam perempuannya, perkawinan

diputuskan dan ia wajib beriddah. Jika kemudian suami menyusul masuk

Islam, selama perempuan dalam masa iddah maka suami masih bisa

berkumpul dengan istrinya kembali. Kedua, jika yang masuk Islam suami,

maka setelah masa iddah istri habis ataupun dalam waktu yang lama, maka

mereka tetap berada dalam ikatan perkawinan semula jika mereka tetap

memilih melangsungkan ikatannya itu dan istri belum kawin dengan orang

lain.

Page 58: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

42

BAB III

PERKAWINAN LINTAS AGAMA DI KELURAHAN BUGEL

A. Letak Geografis dan Kondisi Lingkungan Kelurahan Bugel

Kelurahan Bugel terletak di tepi Kota Salatiga bagian utara.

Wilayahnya termasuk dalam wilayah Kecamatan Sidorejo, luas wilayahnya

tidak terlalu luas dibandingkan dengan kelurahan-kelurahan lain di Kecamatan

Sidorejo. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pabelan, sebelah

selatan berbatasan dengan Kelurahan Salatiga, sebelah barat berbatasan

dengan Kelurahan Sidorejo Lor dan sebelah timur berbatasan dengan

Kelurahan Kauman Kidul. Wilayahnya terdiri dari 6 (enam) RW (Sawo,

Bugel, Kebonsamas, Candiwesi, Nogosari dan Sembir) yang terbagi menjadi

20 (dua puluh) RT. Di antara wilayah-wilayah Kelurahan Bugel membentang

cukup luas perkebunan karet milik PTP yang memisahkan wilayah RW II

(Bugel) dengan wilayah RW VI (Sembir) dan wilayah RW V (Nogosari).

Letak wilayah Kelurahan Bugel juga tidak jauh dari Universitas

Kristen Satya Wacana yang merupakan satu-satunya universitas dan

merupakan yang terbesar di Salatiga. Di wilayah Kelurahan Bugel ini juga ada

sebuah yayasan Kristen yaitu Yayasan Bina Darma yang terletak di RW I

(Sawo). Ada hal yang sering membuat orang tidak melupakan Kelurahan

Bugel atau merasa familiar dengan Kelurahan Bugel, yaitu adanya tempat

karaoke di dekat wilayah Kelurahan Bugel, yaitu “Sembir”. Tempat Karaoke

tersebut sebenarnya termasuk dalam wilayah Kelurahan Sidorejo Lor dan

Page 59: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

43

wilayahnya bernama Sarirejo bukan Sembir. Nama “Sembir” sebenarnya

adalah nama salah satu wilayah Kelurahan Bugel (RW VI), hanya saja

wilayah Sembir berbatasan langsung dengan wilayah Sarirejo. Entah mengapa

orang-orang lebih suka menyebut tempat karaoke tersebut dengan nama

“Sembir”.

Masyarakat Kelurahan Bugel menunjukkan ciri pergaulan masyarakat

desa yang masih dominan. Ada sebagian kecil wilayah di Kelurahan Bugel

yang masyarakatnya nampak individualis, hal ini tampak pada sebagian

masyarakat yang tinggal di wilayah RT 04 RW II dan RT 04 RW I. Hal ini

dikarenakan di wilayah tersebut banyak pendatang dari kota, walaupun

demikian masyarakat aslinya tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan

seperti gotong royong.

Permasalahan yang muncul dalam masyarakat, yang menyangkut

kepentingan umum diselesaikan dengan jalan musyawarah, sedangkan

masalah pribadi atau yang muncul dalam rumah tangga diselesaikan secara

pribadi oleh yang bersangkutan dan tidak ada campur tangan pihak lain.

Masalah-masalah pribadi yang dihadapi anggota masyarakat seolah-olah

masyarakat secara luas tidak mempedulikannya.

Pada saat ada peristiwa-peristiwa tertentu misalnya hajatan, kematian

atau peristiwa lain yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat umum,

masyarakat di wilayah Kelurahan Bugel senantiasa bergotong royong.

Kegiatan lain seperti kerja bakti dan ronda malam (siskamling) masih terus

berjalan di wilayah-wilayah Kelurahan Bugel.

Page 60: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

44

B. Struktur Sosial dan Kehidupan Sosial, Budaya dan Agama Masyarakat

Kelurahan Bugel

Sebelum tahun 2004 Bugel merupakan sebuah Desa yang dipimpin

oleh seorang Kepala Desa yang berasal dari penduduk asli Bugel dan Carik

sebagai sekretaris desa. Pada masa ini di wilayah-wilayah yang sekarang

disebut RW ada yang disebut Bayan yang bertugas sebagai penghubung antara

Pemerintah Desa dengan RK (Rukun Kampung). Setelah tahun 2004, struktur

tersebut diganti dengan struktur yang baru. Bugel yang dahulu sebuah Desa

berubah status menjadi Kelurahan yang dipimpin oleh seorang Lurah dan

Sekretaris. Tidak ada lagi yang namanya Bayan. Hierarki kepemimpinan dan

alur pemerintahan dalam masyarakat hanya Lurah, Ketua RW kemudian

Ketua RT.

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kelurahan Bugel

Orang-orang yang menjabat di kantor kelurahan tidak lagi penduduk

asli Bugel, akan tetapi para PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang penempatannya

ditentukan oleh pemerintah kota.

Lurah

Herjuno Soedasmoro, SH

Seksi Pemerintahan

Sigit Sudomo, SE

Seksi Trantib

Sardjono

Seksi Pembangunan

Agus Ariyadi W, SE

Seksi Kesra

Bambang Hartono, SE

Kelompok Jabatan

Fungsional

Sekretaris

Bambang Indarto

Page 61: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

45

Table 3.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Bugel, Sidorejo Salatiga

No. Jenis Kelamin Jumlah Penduduk

1. Laki-laki 1.361

2. Perempuan 1.399

Jumlah Total 2.760

Sumber: Monografi Data Dinamis Bulan November 2010 Kelurahan Bugel

Penduduk Kelurahan Bugel seluruhnya merupakan WNI yang sebagian

besar bersuku Jawa. Orang yang bersuku selain Jawa pada umumnya

merupakan pendatang yang menetap di Kelurahan Bugel. Bahasa pergaulan

yang digunakan dalam masyarakat adalah Bahasa Jawa. Upaya pelestarian

budaya Jawa masih dilakukan di Kelurahan Bugel. Contohnya adalah kesenian

Karawitan, Reog dan ada yang oleh masyarakat disebut Lera-lere.

Mata pencaharian penduduk Kelurahan Bugel cukup beragam, mulai

dari petani, buruh tani, pengusaha, buruh industri, pedagang, buruh bangunan,

pengangkutan, pegawai negeri (sipil/ABRI) maupun pegawai swasta.

Walaupun berbeda profesi masyarakat Kelurahan Bugel bisa berinteraksi dan

bekerja sama dengan baik. Sebagian besar di wilayah Kelurahan Bugel,

kondisi rumah cukup baik dan layak huni. Bangunan rumah sudah permanen

yang terbuat dari batu bata maupun batako. Hal ini mencerminkan bahwa

sebagian besar masyarakat kelurahan Bugel berkecukupan dalam memenuhi

kebutuhan pokok yang berupa sandang, pangan dan papan.

Page 62: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

46

Tabel 3.2 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Bugel

No. Mata Pencaharian Jumlah

Penduduk

1. Petani 24 orang

2. Buruh Tani 65 orang

3. Pengusaha 3 orang

4. Buruh Industri 15 orang

5. Pedagang 196 orang

6. Buruh Bangunan 59 orang

7. Pengangkutan 18 orang

8. Pegawai Negeri (Sipil/ABRI) 95 orang

9. Pensiunan 21 orang

10. Lain-lain 1.795 orang

Sumber: Monografi Data Dinamis Bulan November 2010 Kelurahan Bugel

Pendidikan masyarakat Kelurahan Bugel tergolong cukup baik, 8,25%

penduduk di Kelurahan Bugel tamat Akademi/Perguruan Tinggi, 24.5% tamat

SLTA, 15% tamat SLTP dan 34% tamat SD.

Agama yang dianut penduduk Kelurahan Bugel cukup beragam yaitu

Islam, Kristen Katholik dan Kristen Protestan. Agama Islam masih menjadi

agama mayoritas di Kelurahan Bugel.

Table 3.3 Jumlah Penduduk Kelurahan Bugel Sidorejo Salatiga Berdasarkan

Agama

No. Agama Jumlah Penduduk

1 Islam 2.455

2 Kristen Katholik 50

3 Kristen Protestan 218

Jumlah Total 2.723

Sumber: Monografi Data Dinamis Bulan November 2010 Kelurahan Bugel

Page 63: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

47

Agama Islam menjadi dominan di Kelurahan Bugel karena merupakan

agama yang turun temurun. Kegiatan keagamaan masih aktif dilakukan baik di

Masjid, Mushola ataupun Rumah warga. Di wilayah Kelurahan Bugel terdapat

5 masjid yang terletak di 5 RW yaitu Masjid Al Ikhlas (RW I), Masjid Baitul

A‟la (RW II), Masjid Al Huda (RW IV), Masjid Al Mutazam (RW V) dan

Masjid Al Amin (RW VI). Contoh kegiatan keagamaan yaitu Istighosah NU

dilakukan setiap malam selasa kliwon, pengajian rutin remaja dilakukan

secara rolling antar RW setiap malam jum‟at kliwon. Masih ada juga jama‟ah

dzikir yang dilaksanakan pada malam jum‟at legi. Kegiatan di TPA/TPQ juga

masih aktif di seluruh wilayah kelurahan Bugel, Yasinan, Al Berjanji dan

pengajian rutin ibu-ibu juga masih dilaksanakan secara rutin oleh warga

Kelurahan Bugel.

Untuk kegiatan keagamaan bagi umat Kristen/Katholik berpusat di

gereja-gereja yang ada di wilayah Bugel maupun gereja di wilayah yang dekat

dengan Kelurahan Bugel, karena di Bugel hanya ada 2 gereja yang terletak di

wilayah RW I di dekat yayasan Bina Darma.

C. Profil Pasangan Suami Istri Pelaku Perkawinan Lintas Agama

1. Pasangan Untung Subiyanto dan Mutiah

Tempat kerja yang berhadapan mengawali perkenalan antara

Untung dan Mutiah, waktu itu mereka sama-sama bekerja sebagai pelayan

toko di Jl. Taman Makam Pahlawan Salatiga. Butuh waktu kurang lebih

satu tahun setelah perkenalan mereka untuk melanjutkan hubungan mereka

ke jenjang perkawinan.

Page 64: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

48

Pada waktu itu tidak ada halangan yang mendalam untuk

melangsungkan perkawinan walaupun mereka berasal dari latar belakang

agama yang berbeda, Untung berasal dari keluarga Kristen sedangkan

Mutiah berasal dari keluarga Muslim. Menurut pengakuan Mutiah,

sebelum berkenalan dengannya, Untung sudah beragama Islam sesuai

dengan KTP yang dimiliki. Ketika Mutiah memperkenalkan Untung

kepada keluarganya sebagai calon suami, tidak ada seorang pun dari

keluarga Mutiah menentang hubungan mereka. Pihak keluarga Mutiah

juga sudah mengetahui bahwa orang tua Untung beragama Kristen. Bagi

orang tua Mutiah, selama anaknya sudah merasa cocok dan mantap untuk

membina rumah tangga dengan Untung maka restu senantiasa diberikan.

Hubungan yang didasari rasa cinta dan masing-masing pihak sudah

merasa pasangan mereka adalah jodoh yang diberikan Tuhan, akhirnya

Untung dan Mutiah memutuskan menikah secara resmi pada tahun 1986.

Prosesi akad perkawinan mereka dilakukan secara Islam di KUA

Kecamatan Pabelan oleh wali hakim. Menurut pengakuan Mutiah, akad

nikah berjalan dengan lancar, bahkan ketika Untung diminta membaca

syahadat juga dilakukan dengan baik.

Setelah resmi menjadi suami istri mereka tinggal di Karang Kepoh,

Argmulyo, bersama orang tua Untung. Selama Mutiah tinggal di sana,

orang tua Untung menerima Mutiah dengan baik, tidak pernah ada

larangan bagi Mutiah untuk tetap menjalankan agamanya. Entah sejak

kapan tepatnya setelah perkawinan mereka, Untung memutuskan kembali

Page 65: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

49

memeluk agamanya yang lama yaitu Kristen. Untung memang lahir dan

besar dengan didikan agama Kristen. Di wilayah Untung tinggal yaitu

Karang Kepoh penduduknya heterogen, panganut agama Islam dan Kristen

jumlahnya hampir sama banyak dan mereka hidup berdampingan.

Sehingga ketika Untung dan Mutiah hidup dalam keadaan berbeda agama

dalam satu rumah tangga, masyarakat di sekitar mereka bisa menerima

mereka dengan baik.

Setelah beberapa waktu tinggal bersama orang tua Untung,

akhirnya keluarga Untung dan Mutiah mampu membangun rumah sendiri

yang berada tidak jauh dari rumah orang tua Untung di tanah yang mereka

sewa. Pekerjaan Untung yang hanya seorang buruh serabutan tidak

mengurangi kebahagiaan keluarga mereka sehingga membuahkan empat

orang anak. Anak pertama bernama Robi (1986), anak kedua Cantika

(1989), anak ketiga Deni (1997) dan anak keempat bernama Novia (2000).

Pengaruh lingkungan tempat mereka tinggal cukup besar terhadap

perkembangan keberagamaan anak-anak Untung dan Mutiah. Di masa

kecilnya, Robi dan Cantika ternyata lebih sering pergi ke Gereja bersama

orang tua Untung, sedangkan Deni dan Novia lebih cenderung mengikuti

agama ibunya. Kebebasan yang diberikan oleh Untung dan Mutiah

membuat anak-anak mereka menentukan pilihan mereka sendiri.

Page 66: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

50

Gambar 3.2 Kartu Keluarga Untung-Mutiah

Sejak awal perkawinan mereka memang agama tidak menjadi sekat

di antara hubungan mereka. Kebebasan beragama pun ditanamkan kepada

anak-anak mereka. Walaupun dalam hati kecil Mutiah tersimpan harapan

agar suami dan anak-anak mereka memiliki agama yang sama dengannya.

Pada tahun 2008 keluarga Untung dan Mutiah memutuskan pindah

ke kelurahan Bugel untuk menempati rumah orang tua Mutiah. Di tahun

itu juga anak pertama Untung dan Mutiah yaitu Robi akan melangsungkan

perkawinan dengan seorang gadis bernama Ernawati. Pernikahan anaknya

tersebut dilakukan secara Islam karena calon mempelai wanita beragama

Islam sehingga Robi memutuskan untuk menjadi mualaf. Menurut

pengakuan Erna (istri Robi) walaupun menjadi mualaf namun sampai saat

Page 67: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

51

ini Robi masih belum menjalankan agama Islam. Setelah perkawinan

anaknya tersebut mereka tinggal satu atap di Kelurahan Bugel.

Keberadaan keluarga mereka yang berbeda agama dalam satu

keluarga di wilayah Kelurahan Bugel tidak menimbulkan masalah yang

serius. Masyarakat di sekitar mereka tinggal menerima keluarga mereka

dengan baik. Bagi keluarga Mutiah, yang penting mereka tidak mengusik

orang lain. Mutiah dan Untung termasuk orang yang aktif mengikuti

kegiatan sosial yang ada di wilayah mereka tinggal seperti kumpulan RT,

kerja bakti maupun kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya.

Sebagai umat beragama Mutiah juga aktif mengikuti kegiatan

pengajian ibu-ibu yang diadakan setiap malam minggu. Berbeda dengan

Untung yang sejak menikah dan kembali memeluk Kristen, dia sudah

tidak lagi aktif ke Gereja. Deni dan Novia juga belajar mengaji di rumah

Ustadz di dekat rumah mereka.

Meski hidup dalam perbedaan agama, keluarga Mutiah tetap rukun

dan tidak pernah mengungkit-ungkit masalah agama jika ada masalah.

Wujud saling menghormati di antara mereka tampak ketika menghadapi

perayaan keagamaan, khususnya di bulan Ramadhan. Ketika menghadapi

Ramadhan Mutiah dan anak-anaknya melaksanakan ibadah puasa, anak-

anak Mutiah yang beragama Kristen pun ikut berpuasa untuk menghormati

ibu mereka. Untung juga sering mengingatkan Mutiah untuk makan sahur,

pergi tarawih maupun pergi ke pengajian.

Page 68: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

52

Dalam pengambilan keputusan didominasi oleh Untung sebagai

kepala keluarga, sebagai contoh dalam penamaan anak, semua dilakukan

oleh Untung. Walaupun tidak menutup kemungkinan dilakukan diskusi

antara anggota keluarga dalam masalah-masalah tertentu. Dominasi di

dalam rumah tidak nampak begitu jelas karena melihat keadaan rumah

tidak ada simbol-simbol tertentu yang menunjukkan adanya sebuah

dominasi.

2. Pasangan Rusdi dan Sugini

Rusdi dan Sugini adalah contoh lain pasangan pelaku perkawinan

lintas agama di Kelurahan Bugel. Pertemuan mereka diawali dengan

hubungan pekerjaan juga. Pada tahun 1979 di usianya yang masih muda

(16 Th), Sugini sudah merantau ke Salatiga meninggalkan kampungnya

yaitu Simowalen Boyolali. Sugini bekerja pada pemilik kantin di SMP

Kristen 4 Salatiga. Sedangkan Rusdi bekerja sebagai penjaga sekolah di

SMEA Kristen Salatiga yang letaknya berdampingan dengan SMP Kristen

4 Salatiga.

Karena pekerjaannya, Sugini sering mengantarkan makanan kecil

ke kantin SMEA Kristen Salatiga. Dari seringnya Sugini mengantarkan

makanan kecil tersebut, akhirnya Sugini bertemu dengan Rusdi dan

akhirnya berkenalan dan menjadi dekat. Hanya dalam waktu tiga bulan

setelah kedekatan mereka, mereka memutuskan untuk mengakhiri

hubungan mereka ke jenjang perkawinan.

Page 69: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

53

Sebelum bekerja di Salatiga, sebenarnya Sugini sudah dijodohkan

oleh orang tuanya dengan orang kampungnya. Namun Sugini menolak

perjodohan itu karena orang yang dijodohkan masih saudara dengannya.

Oleh karena itu ketika Sugini membawa Rusdi untuk dikenalkan kepada

orang tuanya sebagai calon suaminya, orang tua Sugini pasrah dengan

keputusan anaknya. Setelah Rusdi menjelaskan bahwa Rusdi berbeda

keyakinan dengan Sugini, namun serius ingin hidup bersama Sugini maka

tidak ada alasan lagi menghalangi perkawinan mereka. Bagi orang tua

Sugini pada waktu itu yang penting anaknya yang menjalani tidak

keberatan dan jika perkawinannya dapat berlangsung dengan mudah maka

silahkan saja. Orang tua Sugini tidak ingin lagi memaksakan kehendaknya

kepada anaknya karena berdasarkan pengalaman yang telah terjadi

ternyata hal tersebut tidak membuat anaknya bahagia.

Perkawinan dilakukan pada Juli 1983 di Kantor Catatan Sipil

(KCS). Berdasarkan akta perkawinan mereka Sugini tercantum beragama

Kristen, jadi dalam proses perkawinan tersebut Sugini yang mengikuti

agama suami. Yang menikahkan mereka adalah Pendeta, sebelum adanya

akad perkawinan Sugini dan Rusdi juga mengucapkan janji-janji sesuai

yang diajarkan dalam Kristen. Hal terberat yang diperjanjikan sebelum

perkawinan terjadi adalah apapun masalah yang dihadapi, sebesar apapun

masalah tersebut tidak ada kata perceraian bagi keduanya.

Setelah menikah, Sugini berterus terang kepada Rusdi bahwa ia

tidak bisa mengikuti agama Rusdi dan ingin menjalankan agama yang

Page 70: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

54

sebelumnya dipeluk. Bagi Rusdi hal tersebut tidak masalah baginya, yang

penting ketika seseorang sudah memilih satu agama maka dia harus

bersungguh-sungguh menjalaninya. Rusdi memang terlahir dari pasangan

lintas agama (ayahnya Islam dan ibunya Kristen) sehingga ia sudah

terbiasa dengan sikap-sikap terbuka dan kebebasan dalam beragama.

Setelah perkawinan, mereka tinggal bersama orang tua Rusdi di

Kemiri hingga kelahiran anak pertamanya Adi Rusgiyono (1983). Selama

tinggal bersama orang tua, tidak ada tekanan dari pihak keluarga Rusdi

kepada Sugini untuk mengikuti agamanya maupun menghalangi Sugini

beribadah.

Setelah kelahiran anak pertama mereka memutuskan untuk

mengontrak sebuah rumah untuk keluarga kecil mereka. Dengan

penghasilan yang jauh dari cukup keluarga kecil ini mencoba bertahan

hidup meski harus berpindah rumah kontrakan. Rusdi dan Sugini pun

dikarunia dua orang putri Agustin Rusgiyani (1985) dan Widi

Setioningsih(1989).

Gambar 3.3 Kartu Keluarga Rusdi-Sugini

Page 71: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

55

Masalah agama bagi anak-anaknya, Rusdi dan Sugini

membebaskan mereka untuk menentukan pilihannya sendiri. Pendidikan

keagamaan sudah diberikan kepada anak-anak mereka sejak kecil. Pada

waktu itu, ketika anak ingin ikut ayahnya pergi ke Gereja dipersilahkan

dan jika ingin ikut ibunya mengaji juga dipersilahkan. Jujur dari

pengakuan Rusdi anak-anaknya pernah pergi ke Gereja semua, hanya saja

ketika sudah paham untuk memilih, mereka lebih memilih agama ibunya,

kecuali Agustin yang lebih memilih agama ayahnya karena suaminya juga

seorang Kristen.

Bagi Rusdi Islam atau pun Kristen tidak ada bedanya, yang penting

kita mau menjalaninya dengan baik. Meskipun dalam hati kecil Rusdi

tetap menginginkan suatu saat nanti istri dan anak-anaknya berada dalam

satu keyakinan yang sama dengannya.

Keluarga Rusdi mulai pindah dan menetap di Kelurahan Bugel

sejak tahun 1996/1997. Penerimaan masyarakat Bugel cukup baik, hal ini

karena Rusdi merasa selama saya tidak mengganggu orang lain, orang lain

tidak akan mengganggu saya. Selain itu Rusdi juga aktif mengikuti

kegiatan-kegiatan sosial maupun keagamaan yang diadakan di wilayah dia

tinggal. Meski beragama Kristen, jika mendapatkan undangn acara

keagamaan di lingkungan ia tinggal sebisa mungkin Rusdi tetap hadir.

Sugini juga termasuk aktif dalam mengikuti kegiatan sosial

maupun keagamaan seperti pengajian rutin ibu-ibu setiap malam minggu.

Selain itu Sugini juga aktif mengikuti pengajian di Masjid Kauman setiap

Page 72: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

56

hari minggu. Praktek keberagamaan dalam keluarga ini cukup baik,

walaupun pasca menikah Rusdi tidak lagi aktif mengikuti kegiatan Gereja,

karena hingga saat ini Rusdi adalah salah satu pegawai di Gereja Baptis

Indonesia. Menurutnya sama saja, toh saya juga ada di Gereja setiap

harinya. Sedangkan Sugini dalam menjalani sholat lima waktu jarang ikut

jama‟ah di Masjid, hal ini lebih disebabkan karena medan rumah Sugini

dan Rusdi tidak bagus. Sehingga Sugini hanya mengikuti sholat jama‟ah

ketika sholat tarawih atau sholat idul fitri/kurban.

Antara Rusdi dan Sugini tidak pernah ada pihak yang melarang

satu sama lain untuk menjalankan ibadah, bahkan mereka saling

mendukung dan saling mengingatkan ketika lupa. Rusdi misalnya sering

mengingatkan Sugini untuk sholat atau pergi mengaji. Begitu juga di

masa-masa Ramadhan, sebisa mungkin Rusdi tidak makan dan minum di

dalam rumah ketika anak dan istrinya menjalankan ibadah puasa. Begitu

juga sebaliknya ketika Rusdi ingin merayakan natal hanya akan dirayakan

di Gereja saja. Pada saat Rusdi ingin menyantap makanan yang

diharamkah oleh Al Qur‟an, daging anjing misalnya, maka rusdi akan

memasaknya sendiri dan memakannya sendiri.

Ketika di rumah mereka digunakan sebagai tempat pengajian sikap

Rusdi terbuka bahkan mau menemani nghobrol para tamu. Rusdi selalu

mendukung kegiatan yang dijalani istrinya, tetapi Rusdi tidak pernah

mengadakan kegiatan keagamaannya di rumahnya. Setiap ada acara

kumpulan pengurus gereja, Rusdi selalu mengajak Sugini dengan

Page 73: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

57

penampilannya berjilbab. Teman-teman Rusdi pun sudah paham dan tidak

pernah mempermasalahkan hal tersebut.

Pengertian akan kekurangan atau kelebihan yang dimiliki pasangan

adalah kunci kelanggengan keluarga Rusdi dan Sugini. Selain itu

bersyukur atas apa yang telah dikaruniakan kepadanya dan tidak

menyalahkan takdir. Dalam kehidupan berrumah tangga, dominasi Rusdi

dalam setiap mengambil keputusan nampak dalam proses wawancara yang

peneliti lakukan. Rusdi lebih banyak mendominasi percakapan. Dilihat

dari simbol-simbol yang ada di rumah mereka nuansa Kristen lebih

dominan, Hal itu nampak pada pemasangan kalender dari gereja di ruang

tamu mereka. Fakta dalam praktek Rusdi memeluk agama Kristen namun

dalam administrasi (dalam KK/KTP) Rusdi ditulis sebagai pemeluk Islam.

Rusdi tidak ingin mengubahnya karena terlalu repot dalam pengisian

blangkonya. Menurutnya itu hanya formalitas di atas kertas saja tidak

begitu penting baginya.

3. Pasangan Kasbiyantoro dan Siti Suryati

Kasbin dan Siti sudah saling kenal sejak di sekolah dasar, yang

kemudian bertemu kembali di masa remaja. Awal pertemuan mereka

kembali disebabkan oleh kakak Siti adalah teman Kasbin sejak SD hingga

ST (setingkat SMP), sehingga ketika Kasbin bermain ke rumah Muslim

(kakak Siti) mereka bertemu kembali. Sebelumnya Kasbin sudah sering

melihat Siti lewat di depan rumah kakaknya pada saat Siti berjualan.

Waktu itu Kasbin tinggal bersama kakaknya di Plumpungan.

Page 74: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

58

Kasbin juga sudah pernah mengutarakan keinginannya kepada

kakaknya untuk menikahi Siti, kakak Kasbin pun belum begitu

mendukung mengingat Siti berasal dari keluarga santri sedang Kasbin

adalah orang Katholik yang tidak bisa sholat dan mengaji. Namun

keinginan Kasbin cukup kuat, ia meyakinkan kakaknya bahwa ia akan

mencoba, karena dia yakin kalau sudah jodoh tidak akan ke mana.

Keyakinannya dikuatkan oleh pengalaman teman-teman Kasbin yang juga

melakukan perkawinan lintas agama.

Orang tua Kasbin sebenarnya pemeluk agama Islam, hanya saja

Kasbin memilih Katholik. Hal ini disebabkan karena Kasbin sejak kecil

dirawat oleh orang Katholik yaitu Romo Sadiwan. Masa kecil Kasbin

terkenal sebagai anak yang nakal dan susah diatur, hal ini mendorong

Romo Sadiwan untuk mendekati Kasbin dan mengajarinya banyak hal

tentang kebaikan. Dari situlah Kasbin merasa dirinya menjadi lebih baik

dan berminat untuk memeluk Katholik. Kasbin mengutarakan

keinginannya untuk memeluk Katholik kepada Romo Sadiwan, tidak ada

unsur paksaan sedikitpun dari Romo. Kasbin mengikuti pendidikan agama

Katholik sebelum akhirnya dibaptis sebagai seorang Katholik pada tahun

1963.

Kasbin terpisah dengan ayahnya sejak ia kecil, sehingga ia tidak

pernah mendapatkan pendidikan agama dari ayahnya. Ibu Kasbin hanya

mendukung pilihan anaknya, bahkan ia sering mengingatkan Kasbin untuk

pergi ke Gereja. Karena memang di wilayah Kauman Kidul pemeluk Islam

Page 75: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

59

dan Katholik hampir sama besar. Tidak ada keanehan lagi bahwa banyak

keluarga campuran di wilayah Kauman Kidul, orang tua muslim tetapi

anak-anaknya Katholik ataupun orang tua Katholik anak-anak mereka

memeluk Islam.

Pada saat Kasbin mengutarakan niatnya untuk mengawini Siti,

pihak keluarga Siti agak keberatan dengan perbedaan agama tersebut.

Kakek Siti dahulu adalah seorang Bayan, sedangkan ayahnya adalah

seorang RK (rukun kampung). Pihak keluarga Siti hanya mengijinkan

perkawinan dapat dilangsungkan asal Kasbin mau memeluk Islam.

Ternyata syarat tersebut diterima oleh Kasbin hingga akhirnya setelah

melalui proses selama dua bulan mereka melangsungkan akad secara Islam

pada 6 Juli 1977 di KUA Kecamatan Pabelan. Bagi Kasbin perpindahan

agama itu dilakukan demi mempermudah proses perkawinan. Akad nikah

dilakukan dengan bahasa Indonesia. Ketika akad nikah tersebut Kasbin

tampak lancar, bahkan ketika harus membaca surat fatihah. Hal ini

disebabkan karena Kasbin pernah mempelajarinya ketika merantau di

Jakarta. Teman-teman Kasbin kebanyakan adalah orang Islam, dari

mereka Kasbin sering tukar pengalaman dan tukar pikiran. Sempat juga

teman-teman Kasbin mengajak Kasbin masuk Islam, namun Kasbin

menolak karena ketaatannya sebagai seorang Katholik yang sudah

dibaptis.

Sejak saat itu Kasbin tinggal di rumah Siti. Kasbin berusaha aktif

mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada seperti pengajian, sholat

Page 76: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

60

jum‟ah maupun Yasinan. Cukup lama Kasbin belajar menjalankan agama

Islam, hingga lahir kedua buah hatinya Hesti Mahayani (1978) dan Adi

Kuriawan (1984).

Gambar 3.4 Kartu Keluarga Kasbiyantoro-Siti

Pergolakan batin Kasbin mulai memuncak pada tahun 1986, hal itu

ditandai dengan kembalinya Kasbin memeluk Katholik. Sebagai seorang

Katholik yang sudah dibaptis Kasbin merasa harus kembali ke agamanya

semula. Dalam ajaran Katholik sebenarnya menikah dengan orang yang

berbeda agama, namun dalam keadaan terpaksa hal tersebut dapat

dilakukan. Namun menurut Kasbin, meninggalkan Katholik tidak boleh

dilakukan selamanya, bahkan kalau bisa si Katholik mengajak seluruh

anggota keluarganya untuk memeluk Katholik juga. Menurut pengakuan

Kasbin tidak pernah sedikitpun terselip harapan agar istri dan anaknya

mengikuti agamanya yaitu Katholik.

Bagi Kasbin, agamanya adalah agama yang benar, selain itu

Kasbin merasa tidak bisa mengikuti ajaran Islam dengan baik seperti

mengaji atau sholat. Sejak saat itu Kasbin jarang terlihat pergi ke Masjid.

Page 77: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

61

Siti sempat merasa kecewa atas perubahan tersebut. Ketika Siti berusaha

mencari penjelasan akan perubahan tersebut, Kasbin hanya menjawab “wis

kowe ki menengo wae, nak sing Kuasa urung ngersakke ki ya ngene ki”.

Siti hanya berharap dalam hati agar suatu saat nanti Kasbin mau

menjalankan agama Islam.

Sepengetahuan Siti dan orang-orang di sekitar mereka, Kasbin

hanya berpindah kembali ke Katholik namun tidak pernah pergi ke Gereja,

tetapi pada kenyataannya Kasbin masih aktif mengikuti kegiatan di Gereja

minimal 1 bulan sekali. Kasbin tidak pernah memberi tahu Siti ketika

Kasbin hendak pergi ke Gereja.

Siti tetap rajin mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada

seperti Al Berjanji atau Yasinan. Bahkan Kasbin sering mengingatkan Siti

untuk pergi mengikuti acara tersebut. Saat bulan Ramadhan hanya Kasbin

yang tidak berpuasa, namun demikian dia selalu mengingatkan istri dan

anak-anaknya untuk makan sahur atau berbuka. Saat ingin tidak berpuasa

Kasbin berharap mereka mau jujur dari awal, sehingga tidak muncul

kebohongan di antara mereka. Sejak kecil Kasbin selalu menganjurkan

anak-anak mereka untuk berpuasa.

Walau sudah kembali ke agamanya semula, Kasbin masih tetap

aktif mengikuti kegiatan sosial di lingkungan ia tinggal. Ketika dia

mendapatkan undangan untuk menghadiri acara tahlilan, sebisa mungkin

ia menghadiri. Baginya perbedaan agama tidak harus memecah kerukunan

dalam masyarakat. Kasbin juga mersa sikap masyarakat sekitar tidak

Page 78: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

62

berubah kepadanya meski mereka tahu ia sudah kembali memeluk

Katholik.

Pendidikan keagamaan sudah ditanamkan Kasbin dan Siti sejak

anaknya masih kecil, hal itu dilakukan dengan cara menyuruh anak-anak

mereka pergi TPA. Kasbin maupun Siti tidak pernah memberitahu secara

langsung bahwa mereka berada dalam agama yang berbeda. Mereka

membiarkan anak-anak mereka mengetahui dengan sendirinya, baru ketika

anak mereka menanyakan hal tersebut mereka menjelaskan alasannya.

Kasbin merasa anak-anaknya nanti mampu memilih apa yang terbaik

untuk mereka, untuk itulah Kasbin tidak pernah memaksakan agamanya

kepada anak-anak mereka.

Dalam keluarga mereka, peran Kasbin memang cukup dominan

daripada Siti. Nampak ketika kelahiran anak-anak mereka, Kasbin lebih

berperan memberikan nama kepada mereka. Bahkan Kasbin

mencantumkan nama Theresia kepada nama anak pertamanya. Hanya saja

nama tersebut diminta dihapus oleh pembantu pegawai pencatat nikah saat

anak pertama mereka hendak melakukan akad nikah. Kasbin hanya

menuruti hal tersebut tanpa berpikir panjang apa alasannya, baginya yang

penting urusan anaknya cepat selesai. Selain itu Kasbinlah yang

menentukan di mana anak-anaknya akan bersekolah. Bahkan ketika

Kasbin memutuskan untuk kembali ke Katholik ia tidak

memberitahukannya kepada Siti ataupun anak-anak mereka. Siti pun tidak

Page 79: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

63

mampu berbuat apa-apa ketika mengetahui Kasbin kembali ke Katholik,

hanya diam dan diam.

4. Pasangan Masal Guru Singa dan Supratini

Ada hal yang membedakan pasangan ini dengan pasangan yang

lain. Pasangan Masal dan Supratini ini merupakan pasangan lintas agama

dan lintas suku karena Masal berasal dari Medan beragama Kristen

sedangkan Supratini asli Jawa beragama Islam.

Awal perkenalan mereka melalui hubungan pekerjaan juga. Pada

waktu itu Supratini bekerja di Wartel Batas Kota sedangkan Masal baru

saja ditempatkan di Salatiga pada awal tahun 1997. Pada waktu itu di

Salatiga belum ada internet sehingga Masal harus mengirimkan laporan

pekerjaannya ke kantor melalui fax, sehingga Masal menggunakan jasa fax

di Wartel tempat Supratini bekerja. Karena seringnya Masal mengirimkan

fax di Wartel tersebut akhirnya mereka pun berkenalan dan menjadi dekat.

Butuh waktu kurang lebih 6 bulan bagi mereka untuk saling

mengenal keluarga masing-masing dan akhirnya memutuskan menikah.

Keputusan itu diambil setelah kedua pihak merasa cocok, saling mencintai

dan merasa sudah jodoh.

Dari pihak keluarga Masal tidak ada masalah dengan hubungan

yang dijalani, karena orang tua Masal berada di Medan maka yang

bertindak mewakili orang tuanya melamar Supratini adalah saudaranya

yang tinggal di Salatiga. Ada dua orang yang satu beragama Islam dan

yang satu beragama Kristen. Dari pihak Supratini sempat ayahnya

Page 80: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

64

meragukan Masal karena keluarga Masal berada di Medan. Yang

ditakutkan oleh orang tua Supratini adalah ketakuan apakah anaknya

dibohongi atau tidak. Namun setelah Supratini berhasil meyakinkan orang

tuanya akhirnya orang tua Supratini merestui hubungan mereka. Agama

Masal yang berbeda dengan Supratini itu tidak menjadi masalah. Latar

belakang orang tua Masal maupun Supratini adalah Pejuang/Tentara

sehingga mereka memiliki pemahaman yang nasionalis. Ibu Masal yang

merupakan pengurus gereja dan ada saudaranya yang menjadi Pendeta

tidak menjadikan mereka melarang hubungan Masal dan Supratini. Pernah

juga kakak Supratini menanyakan apakah sudah siap Supratini membina

rumah tangga dengan orang yang berbeda agama. Bagi Supratini agamaku

ya agamaku dan agamamu ya agamamu, hal itu tidak akan mempengaruhi

kebahagian dalam berumah tangga.

Akad nikah dilakukan di Gereja di Yogyakarta pada tahun 1998,

dihadiri keluarga besar Masal maupun Supratini. Meskipun mereka

menikah secara Kristen namun setelah perkawinan tersebut dilangsungkan

Masal tidak bisa memaksa Supratini untuk beribadah menurut agamanya,

jadi jika Supratini ingin kembali ke kepercayaannya semula Masal

membebaskan.

Setelah 12 tahun lamanya mereka membina rumah tangga dengan

perbedaan, kebahagiaan mereka bertambah dengan hadirnya dua orang

putra, Dimas (1998) dan Aditya (2005). Setelah perkawinan mereka,

mereka tinggal di rumah orang tua Supratini di wilayah kelurahan Bugel.

Page 81: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

65

Hubungan Masal dengan ayah Supratini cukup baik, walaupun Masal tidak

sempat mengenal ibu mertuanya karena sudah meninggal sebelum mereka

melakukan perkawinan.. Bahkan menurut Masal, meskipun muslim

mertuanya sering juga mendengarkan lagu-lagu rohani. Orang tua Masal

pun merasa senang dan tidak membatasi diri dengan Supratuni. Setiap

tahun Masal mengajak seluruh keluarganya pergi ke Medan untuk

menjenguk orang tuanya.

Gambar 3.5 Formulir Kartu Keluarga Masal-Supratini

Masyarakat setempat juga menerima keberadaan Masal dengan

baik. Masal beranggapan bahwa semua adalah saudara tanpa melihat latar

belakang suku, status sosial maupun agama. Apalagi Masal adalah seorang

perantau, untuk itu ia berprinsip mencari saudara sebanyak-banyaknya.

Apalagi keberadaan Masal di masyarakat cukup dibutuhkan, pekerjaan

Masal sebagai wartawan yang memiliki akses ke beberapa instansi

Page 82: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

66

membuatnya menjadi orang yang dicari masyarakat yang membutuhkan

bantuannya.

Masal dan Supratini juga memberikan kebebasan kepada anak-

anaknya untuk memilih agama yang dianggap cocok bagi mereka. Dari

kebebasan yang diberikan dan karena intensitas pertemuan ibu dengan

anak lebih besar mendorong anak-anak mereka mengikuti kepercayaan

ibunya yaitu Islam. Supratini termasuk orang yang aktif mengikuti

kegiatan sosial maupun keagamaan di wilayah ia tinggal. Acara

keagamaan yang rutin diikuti adalah Yasinan yang diadakan setiap malam

Jum‟at secara bergilir dari rumah ke rumah. Ketika rumah Supratini

mendapat giliran sebagai tempat Yasinan, Masal juga tidak keberatan.

Begitu juga Supratini tidak keberatan ketika Mahasiswa UKSW sering

main ke rumah mereka dan merayakan Paskah di rumah mereka.

Wujud toleransi antara mereka tidak hanya sebatas itu saja, ketika

Ramadhan Masal sering mengingatkan saat sahur maupun buka,

mencarikan makanan untuk buka, mengingatkan Supratini dan anak-

anaknya untuk pergi ke Masjid dsb. Masal mengakui bahwa sejak tinggal

di Kelurahan Bugel dia jarang pergi ke Gereja. Hal ini disebabkan karena

Gereja yang dekat dengan rumahnya pada minggu ke-1 sampai ke-3

menggunakan bahasa Jawa, sehingga Masal tidak bisa mengikuti. Sedang

pada minggu ke-4 barulah menggunakan bahasa Indonesia. Sikap Masal

yang seperti itu mampu memancing pendapat anak pertamanya yang

mengatakan, “Papa itu agamanya apa? Kalau Islam kok tidak pernah pergi

Page 83: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

67

ke Masjid, tapi kalau Kristen kok ya gak pernah pergi ke Gereja”. Masal

masih aktif menghadiri acara-acara besar seperti Natal di Pancasila,

bahkan ketika anak dan istrinya masih tertidur Masal berangkat

merayakannya sendirian.

Bagi Masal tidak ingin memperuncing perbedaan menjadi sebuah

pembatas hubungan. Menurutnya semua agama adalah sama dan

tergantung dari para pemeluknya.

5. Pasangan Tri Antara Riyadi dan Darwati

Pasangan ini pertama kali bertemu di Tangerang, mereka sama-

sama perantau yang bekerja di sana. Tri yang bersal dari Bantul merantau

ke Tangerang bekerja sebagai buruh di pabrik keramik. Darwati yang

berasal dari Bedono bekerja sebagai buruh di pabrik sepatu. Tempat kost

yang dekat membuat Tri dan Darwati sering bertemu hingga akhirnya

berkenalan dan berpacaran. Dua tahun lamanya mereka saling mengenal

hingga akhirnya memutuskan untuk hidup bersama dan mengikatkan diri

dalam suatu perkawinan.

Dari awal perkenalan mereka, Darwati sudah bersikap terbuka

terhadap pasangannya. Memang sempat ada sedikit kesalahpahaman

antara Tri dan Darwati. Pada awalnya Tri mengira Darwati adalah seorang

muslim karena di waktu sahur dan buka, Darwati ikut makan sahur/buka

bersama teman-temannya. Namun pada suatu hari minggu Tri bertemu

Darwati pergi ke Gereja, baru di saat itulah Tri mengetahui bahwa Darwati

Page 84: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

68

ternyata seorang Kristen. Di lubuk hati Darwati sempat ada ketakutan

akankah keluarga Tri bisa menerima dirinya yang seorang Kristen.

Pada tanggal 15 Maret 1996 Tri dan Darwati melaksanakan akad

perkawinan di rumah kontrakan keluarga Darwati di Pringsari, Kemiri.

Akad dilakukan secara Islam dihadiri keluarga besar Tri dan keluarga

besar Daryati. Pak Giyono adalah kakak ipar Darwati yang menikahkan

mereka. Setelah akad selesai dilanjutkan dengan resepsi dan hari itu juga

(sore) langsung diboyong ke Bantul.

Pihak keluarga Darwati menerima Tri apa adanya, bahkan hingga

saat ini Tri merupakan menantu yang paling disayang oleh orang tua

Darwati. Pada saat Darwati menyatakan kehendaknya untuk menikah

dengan Tri yang notabene seorang Muslim, orang tua Darwati menerima

secara ikhlas. Karena orang tua Darwati juga menyadari bahwa agamanya

dan agama anaknya juga berbeda. Kedua orang tua Darwati beragama

Budha sedang Darwati memilih untuk menjadi seorang Kristen.

Di masa kecilnya, orang tua Darwati tidak terlalu keras

menanamkan agama Budha kepadanya. Sejak kecil hingga kelas 6 SD,

Darwati sering diajak pergi do‟a oleh kedua orang tuanya, namun pada

saat itu Darwati tidak mengerti apa itu Budha. Darwati hanya paham kalau

agama itu hanya ada dua, Islam dan Kristen. Menginjak usia SMP,

Darwati sekolah di SMP Kristen. Dari pelajaran yang diterima di sekolah

tersebut keimanan Darwati sebagai seorang Kristen mulai tumbuh, hal itu

dikuatkan ketika Darwati masuk ke SMEA Kristen. Bagi orang tua

Page 85: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

69

Darwati, yang penting anaknya menjalani agamanya dengan baik. Jadi

ketika Darwati memperkenalkan Tri yang seorang Muslim, tidak ada

masalah, yang penting mereka bisa saling memahami, saling terbuka dan

hidup berdampingan.

Begitu juga ketika Tri mengutarakan kehendaknya untuk menikah

kepada orang tuanya dan mengatakan bahwa calon istrinya adalah seorang

Kristen. Ayah Tri pernah menyarankan untuk mencari istri yang Islam,

namun Tri meyakinkan bahwa Darwati adalah jodoh yang diberikan Tuhan

untuknya. Karena Tri sudah merasa cocok dan mantap dengan pilihannya,

maka ayah Tri hanya menyarankan akad nikah dilakukan secara Islam. Tri

juga meyakinkan ayahnya bahwa akad nikah akan dilakukan secara Islam

karena Darwati bersedia mengikuti agama Tri.

Sebenarnya Tri juga berasal dari keluarga Katholik. Kakek dan

Nenek Tri adalah seorang Katholik, ayah dan saudara-saudaranya juga

terlahir dan dididik secara Katholik. Namun ketika bertemu dengan bu

Asih (ibu Tri) dan memutuskan menikah dengannya, ayah Tri pindah ke

agama Islam hingga saat ini.

Setelah perkawinannya Tri dan Darwati tinggal bersama orang tua

Darwati di Kemiri. Pasca kelahiran anaknya yang pertama (18 Agustus

1996), Tri dan Darwati kembali ke Tangerang untuk bekerja, sedangkan

anaknya tetap tiggal bersama orang tua Darwati.

Page 86: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

70

Gambar 3.6 Kartu Keluarga Tri-Darwati

Kerusuhan pada tahun 1998 membuat keadaan perekonomian di

Tangerang tidak stabil, hal tersebut membuat Darwati memutuskan untuk

keluar dari pekerjaannya dan pulang ke Salatiga. Selang beberapa waktu

Tri juga diminta kembali ke Salatiga oleh keluarganya. Setelah

kepulangannya, Tri bekerja serabutan. Hingga suatu hari Tri ditawari

pekerjaan oleh salah satu pegawai UKSW sebagai penjaga caffe. Setelah

empat tahun lamanya, Tri dipindah ke Posnet yaitu warnet di wilayah

kampus UKSW.

Pada tahun 2001 Darwati ditawari bekerja sebagai cleaning service

di UKSW. Lama kelamaan karir Darwati semakin meningkat, dari

cleaning service menjadi pegawai kontrak. Pada tahun 2004 Daryati

diusulkan menjadi pegawai tetap, namun dengan syarat Darwati masuk

Page 87: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

71

agama Kristen. Kebingungan dan kebimbangan melanda Darwati yang

hingga saat itu masih memeluk Islam. Darwati pun meminta pertimbangan

Tri sebagai suaminya. Setelah mempertimbangkan banyak hal, termasuk

demi masa depan anak-anak mereka, Tri merelakan istrinya untuk kembali

memeluk Kristen. Tri hanya berharap jika Darwati ingin kembali ke

Kristen Darwati mampu menjadi orang Kristen yang baik. Dan akhirnya

Darwati kembali memeluk Kristen demi pekerjaannya tersebut. Darwati

dibaptis kembali di GKJ depan UKSW.

Pada tahun itu juga (2004), Tri mendaftar menjadi satpam di

UKSW dan diterima. Pernah selama dua kali bekerja di lingkungan

UKSW, Tri ditawari untuk masuk Kristen agar mendapatkan pekerjaan di

sana. Namun Tri masih bisa mempertahankan keimanannya sehingga tidak

sampai meninggalkan agamanya.

Perkawinan Tri dan Darwati dikaruniai dua orang putra, anak I

bernama Danang Guswantoro (18 Agustus 1996) dan anak II bernama

Enggal Junian Bagas Catur (24 Juni 2000). Kedua anaknya lahir di

Kemiri. Setelah kontrakan di Kemiri habis, mereka pindah kontrakan ke

Soka hingga akhirnya pada 18 Oktober 2009 pindah ke rumahnya sendiri

yang baru selesai dibangun yang berada di wilayah Kelurahan Bugel.

Selama tinggal di Kemiri, penerimaan masyarakat cukup baik.

Karena mereka menikah di sana secara Islam sehingga dalam menjalankan

agama tidak ada masalah. Setelah pindah ke Soka, masyarakat yang

mayoritas beragama Kristen juga menerima mereka dengan baik. Pak Tri

Page 88: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

72

cukup aktif mengikuti kegiatan keagamaan di wilayah Soka seperti

Yasinan. Bahkan pernah sekali rumah mereka mendapat jatah ditempati

untuk kegiatan Yasinan tersebut. Pada waktu itu Darwati masih seiman

dengan Tri sehingga tidak ada masalah.

Tri juga sudah mulai mengajari anak pertamanya yang masih

duduk di TK untuk pergi ke Masjid untuk sholat Jum‟at dan mengarahkan

anaknya pergi TPA. Namun sejak tahun 2004 yaitu setelah Darwati

kembali memeluk Kristen, anaknya mulai tertarik mengikuti agama

ibunya. Menurut pengakuan Darwati anaknya terlalu sulit belajar

membaca al qur‟an dan ingin pergi ke Gereja saja seperti ibunya.

Memang sejak anak-anaknya masih kecil, Tri dan Darwati

berusaha semaksimal mungkin untuk memperkenalkan anak-anak mereka

dengan Tuhan. Tri dan Darwati hanya mengarahkan anak-anaknya untuk

menemukan yang terbaik.

Walaupun Tri dan Darwati hidup dalam perbedaan agama namun

mereka menjalaninya dengan baik. Ketika Tri melaksanakan ibadah puasa,

Darwati tetap memenuhi kebutuhan suaminya di saat sahur maupun buka.

Meski agama mereka berbeda Darwati tetap harus bertanggung jawab

terhadap suaminya. Darwati berharap suaminya menjalankan agamanya

100%, menjadi penganut Islam yang taat. Untuk itulah Darwati sering

mengingatkan waktu sholat, sholat jum‟at maupun pada saat pengajian.

Begitu juga Tri yang setia mengantarkan istri dan anak-anak mereka ke

Page 89: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

73

Gereja. Ketika kedua anak mereka dibaptis pun dengan suka rela Tri

mengantarkan mereka ke Gereja.

Terselip harapan di dalam hati kecil mereka suatu saat nanti

keluarga mereka berada dalam satu keimanan. Bagi Tri keinginan tersebut

sangat besar karena Tri adalah kepala keluarga yang harus bertanggung

jawab akan keluarganya dunia dan akhirat. Begitu juga Darwati yang

mengharapkan suaminya mengikuti keimanannya. Namun karena keadaan

yang tidak memungkinkan dan dari mereka tidak ingin memaksakan

kehendak maka mereka hidup dalam perbedaan yang ada. Agama

merupakan hak asasi manusia, selain itu jika tidak ada yang mengalah

tentu rumah tangga yang dibangun tidak akan mampu bertahan lama.

Dalam hidup berumah tangga dengan adanya perbedaan yang ada,

yang penting mereka saling menghormati, saling menghargai, saling

memahami dan jujur kepada pasangan masing-masing. Itulah kunci yang

selalu dipegang kuat oleh keluarga Darwati danTri.

Page 90: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

74

BAB IV

PERKAWINAN LINTAS AGAMA TINJAUAN HUKUM ISLAM

A. Praktek Perkawinan Lintas Agama

Perkawinan lintas agama memang tidak mudah ketika masing-masing

pihak mempertahankan keyakinan mereka. Hal ini terbukti dari penelitian

yang peneliti lakukan di wilayah Kelurahan Bugel. Pasangan yang berbeda

keyakinan tidak bisa melangsungkan perkawinan mereka tanpa didahului

dengan menyamakan keyakinan mereka.

Ironis memang, ketika melihat seseorang yang ingin bersatu membina

bahtera rumah tangga tetapi terhalangi oleh tembok agama. Adanya aturan

dari masing-masing agama dan dikuatkan oleh aturan pemerintah yang

mengharuskan perkawinan dilakukan dalam keadaan satu keyakinan membuat

para pelaku perkawinan lintas agama harus “berpura-pura” demi menyatukan

cinta mereka.

Demi mendapatkan pengakuan dari pemerintah (memperoleh akta

perkawinan) salah satu pihak harus rela mengikuti agama pasangannya,

meskipun terasa berat, sehingga setelah perkawinan berlangsung mereka

memutuskan untuk kembali ke agamanya semula.

Page 91: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

75

Tabel 4.1 Proses Perkawinan Rumah Tangga Lintas Agama

No Nama Pasangan Proses Perkawinan Tahun Keterangan

1 Untung-Mutiah Islam di KUA 1986 Untung

pindah Islam

2 Rusdi-Sugini Kristen di KCS 1983 Sugini pindah

Kristen

3 Kasbiyantoro-Siti

Suryati

Islam di KUA 1977 Kasbiyantoro

pindah Islam

4 Masal Guru S-

Supratini

Kristen di Gereja/KCS 1998 Supratini

pindah

Kristen

5 Tri Antara R-

Darwati

Islam di KUA 1996 Darwati

pindah Islam

Dari hasil penelitian, peneliti menemukan dua pola praktek perkawinan

lintas agama di Kelurahan Bugel. Pertama, mereka yang meresmikan

perkawinan mereka di Kantor Urusan Agama (KUA). Dengan begitu mereka

melakukan akad secara Islam sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam

agama Islam.

Pasangan Untung dan Mutiah melangsungkan akad perkawinannya di

KUA Kecamatan Pabelan. Hal ini disebabkan karena sebelum akad

dilangsungkan atau tepatnya sebelum mengenal Mutiah, Untung sudah

beragama Islam, sehingga akad perkawinan mereka dilakukan di KUA.

Untung berasal dari keluarga/ orang tua yang memeluk agama Kristen, dan

Untung kembali memeluk Kristen setelah berumah tangga cukup lama dengan

Mutiah.

Page 92: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

76

Gambar 4.1 Akta Nikah Untung Subiyanto dan Mutiah

Gambar 4.2 KTP Untung dan Muntiah Sekarang

Hal yang sama juga terjadi pada pasangan Kasbiyantoro-Siti dan Tri-

Darwati. Perkawinan Kasbiyantoro dan Siti juga dilakukan di KUA

Kecamatan Pabelan. Dalam hal ini Kasbiyantoro yang merelakan diri untuk

pindah agama menjadi Islam demi kelancaran perkawinannya. Perpindahan

agama Kasbiyantoro ini memang menjadi syarat yang ditetapkan oleh kedua

orang tua Siti dan keluarganya yang harus ditepati oleh Kasbiyantoro. Jika

Kasbiyantoro tidak mau berpindah agama maka perkawinan tidak akan

mendapat restu orang tua Siti dan tidak akan dapat dilaksanakan perkawinan

tersebut. Selain itu aturan pemerintah yang ada juga tidak memungkinkan

untuk melakukan akad dengan mempertahankan agama masing-masing di

Page 93: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

77

KUA. Karena KUA mutlak hanya akan menikahkan orang yang sama-sama

beragama Islam.

Gambar 4.3 Akta Perkawinan Kasbiyantoro dan Siti Suryati

Gambar 4.4 KTP Kasbiyantoro Sekarang

Kasus pasangan Tri dan Darwati tidak jauh berbeda dengan kasus

perkawinan Kasbiyantoro-Siti. Namun di sini yang berpindah agama adalah

Darwati, ia mau mengikuti agama calon suaminya. Karena memang

sebelumnya ayah Tri sudah bepesan, meskipun calon istri Tri adalah seorang

Kristen, sebisa mungkin akad harus dilakukan dengan cara Islam dan

dicatatkan di KUA. Karena keadaan yang mendesak akhirnya Darwati rela

pindah agama mengikuti agama suaminya. Darwati tidak mempertahankan

Page 94: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

78

agamanya pada waktu akad nikah karena pada saat itu Darwati tidak tahu di

mana tempat yang bisa mengawinkan orang yang berbeda agama namun

bersikeras dengan agamanya masing-masing.

Seperti yang dijelaskan di atas bahwa tidak ada kemungkinan

sedikitpun untuk dapat melakukan perkawinan dengan akad mempertahankan

agama masing-masing di KUA.

Gambar 4.5 Akta Perkawinan Tri Antara Ryadi dan Darwati

Gambar 4.6 KTP Darwati dan Tri Sekarang

Kedua, yaitu pola praktek perkawinan lintas agama yang dilaksanakan

di Kantor Catatan Sipil (KCS) atau yang dilaksanakan di Gereja namun tetap

Page 95: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

79

dicatatkan di KCS. Praktek perkawinan ini dilakukan oleh pasangan Rusdi-

Sugini dan Masal-Supratini. Perkawinan Rusdi dan Sugini dilakukan di KCS

Kota Salatiga. Akad perkawinannya tersebut dihadiri oleh orang tua Rusdi,

orang tua Sugini, Kepala SMEA Kristen tempat Rusdi bekerja, majikan Sugini

dan juga seorang pendeta.

Sebelum akad dimulai Sugini diminta untuk mengakui agama Kristen,

walaupun Sugini tidak menjalankan agama tersebut. Setelah itu mereka

disumpah untuk sehidup hingga mati. Jadi tidak boleh ada kata perceraian di

antara mereka meski berada dalam masalah yang besar. Dengan adanya

pengakuan yang dilakukan oleh Sugini tersebut maka dalam akta perkawinan

mereka agama Sugini yang tercantum adalah Kristen.

Mereka memutuskan untuk menikah di KCS karena Rusdi tidak mau

menikah di KUA. Pertimbangan Rusdi tersebut diambil setelah berkonsultasi

pada Ketua Majelisnya. Karena pada saat itu Sugini sudah berbadan dua maka

perkawinan harus segera dilangsungkan, menurut Ketua Majelis perkawinan

dengan orang yang tidak seagama tidak dapat dilakukan di Gereja, maka

Ketua Majelis menyarankan perkawinan dilangsungkan di KCS. Perkawinan

mereka dihadiri oleh Kepala majelis, Kepala Sekolah SMEA Kristen tempat

dimana Rusdi bekerja, Pendeta dari Gereja Rusdi dan orang tua masing-

masing pihak.

Page 96: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

80

Gambar 4.7 Akta Perkawinan Rusdi dan Sugini

Gambar 4.8 KTP Rusdi dan Sugini Sekarang1

Setelah perkawinannya tersebut Rusdi tetap menjalankan agama

Kristen dan Sugini tetap menjalankan agama Islam, namun sejak pindah ke

Kelurahan Bugel, dalam KK maupun KTP status agama Rusdi ditulis Islam.

Pada prakteknya Rusdi tetap seorang Kristen.

Begitu juga dengan Masal dan Supratini yang melangsungkan

perkawinan mereka di Gereja. Sebenarnya Supratini sudah sempat

menanyakan syarat-syarat perkawinan melalui KUA, Masal juga siap jika

1 Rusdi dan Sugini menikah di KCS secara Kristen, sejak pindah ke Kelurahan Bugel dalam KK

dan KTP agama Rusdi tertulis Islam walaupun pada kenyataannya ia menjalankan agama Kristen.

Page 97: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

81

hendak melakukan akad perkawinan secara Islam. Namun dari pihak keluarga

Masal meminta agar akad perkawinan dilakukan di Gereja Batak yang ada di

Yogyakarta. Mengingat ibu Masal adalah Ketua Majelis dalam agama Kristen

dan salah satu kakaknya ada yang menjadi Pendeta maka demi menjaga nama

baik keluarga Masal, Supratini diminta untuk mengalah dan melakukan

perkawinan di Gereja secara Kristen.

Gambar 4.9 Akta Perkawinan Masal dan Supratini

Gambar 4.10 KTP Masal dan Supratini Sekarang

Page 98: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

82

B. Faktor-Faktor Terjadinya Perkawinan Lintas Agama

Table 4.2 Latar Belakang Keluarga Subjek Penelitian

Subjek Pend.

Agama Pekerjaan

Ket. Subjek

Ayah Ibu Ayah Ibu

Untung

Mutiah

SD K K Buruh - K sejak kecil

SD I I Ternak - I sejak kecil

Rusdi

Sugini

SD I K Buruh Tukang Pijit K sejak kecil

BA I I Buruh - I sejak kecil

Kasbin

Siti S

ST I I Buruh Buruh Kt sejak SD

SD I I Buruh Buruh I sejak kecil

Masal

Suprat

S1 K K TNI PNS K sejak kecil

SMA I I TNI Karyawan I sejak kecil

Tri

Darwati

STM I I Karyawan - I sejak kecil

SMEA B B Tk. Kayu - K sejak SMP

Keterangan:

Pend. = Pendidikan Terakhir

K = Kristen

I = Islam

Kt = Katholik

B = Budha

Secara khusus memang tidak nampak faktor yang paling dominan yang

mempengaruhi perkawinan lintas agama. Faktor umum yang diungkapkan

semua pasangan pelaku perkawinan lintas agama adalah “jodoh” dan “cinta”.

Dari penelitian lapangan tersirat berbagai faktor yang menyebabkan seseorang

memutuskan untuk melakukan perkawinan lintas agama. Beberapa faktor

tersebut adalah:

1. Pandangan tertentu tentang agama dan keberagamaan

Pandangan keagamaan merupakan faktor pertama yang mendorong

perkawinan lintas agama. Ada dua macam pandangan keagamaan yang

Page 99: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

83

dijadikan sebagai pembenar dan alasan seseorang melakukan perkawinan

lintas agama. Pertama, mereka yang berpandangan bahwa pada dasarnya,

semua agama adalah benar dan baik, tergantung dari yang menjalaninya.

Dengan demikian, melakukan perkawinan lintas agama bukan menjadi

soal, yang penting saling mencintai dan bisa saling memahami satu sama

lain. Seperti yang diungkapkan oleh Masal dan Rusdi, ia tidak mau

menjadikan perbedaan agama untuk memperuncing hubungan antar

sesama. Bagaimana caranya membuat perbedaan tersebut menjadi sesuatu

yang indah.

Kedua, pelaku perkawinan lintas agama berpendapat bahwa agama

yang dipeluknyalah agama yang benar. Sehingga dari mereka melakukan

perkawinan lintas agama mempunyai misi keagamaan. Seperti halnya

Kasbiyantoro yang memiliki keyakinan bahwa agama yang dipeluknya

adalah agama yang paling benar, sehingga ketika ia mengalah untuk

berpindah agama ketika melakukan akad nikah, baginya mengalah itu

tidak untuk selamanya. Dalam ajaran agamanya, kalau bisa setelah

melakukan perkawinan tersebut istri dan anak-anaknya bisa diajak masuk

agamanya. Namun Kasbiyantoro tidak berani mengajak istri dan anak-

anaknya untuk mengikuti agamanya, sehingga setelah sekian lama

menjalani perkawinannya, dalam suatu titik jenuh ia memutuskan untuk

kembali memeluk agamanya tanpa mengajak anak ataupun istrinya. Hal

ini disebabkan Kasbiyantoro tinggal di rumah istri dan lingkungan tempat

Page 100: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

84

ia tinggal beragama mayoritas Islam, selain itu keluarga Siti termasuk

keluarga terpandang dalam masyarakat.

2. Perempuan tidak memiliki kemandirian hidup

Kemajuan zaman memang berimbas pada semua aspek. Para

perempuan sudah banyak yang menjadi wanita karir, bahkan mereka

menjadi tulang punggung bagi keluarga. Keadaan ekonomi global

membuat persaingan semakin ketat dalam memperoleh pekerjaan. Untuk

mendapatkan sebuah pekerjaan para perempuan pun rela merantau ke

negeri orang.

Kehidupan di perantauan tanpa adanya sanak saudara membuat

seorang perempuan merasakan kesepian. Hal tersebut menimbulkan

pengharapan adanya seorang pendamping yang mampu menjadi tempat

berbagi dalam senang maupun susah. Fenomena ini nampak pada Darwati

yang bekerja di Tangerang. Tri adalah orang pertama yang dekat dengan

Darwati selama di perantauan yang akhirnya menjadi suaminya sekarang.

Sugini juga termasuk dalam kategori ini, keputusasaannya setelah gagal

dijodohkan oleh orang tuanya membuat Sugini pergi merantau ke Salatiga

untuk bekerja. Dari sini lah Sugini bertemu dengan Rusdi yang

menurutnya pantas dijadikan sosok yang mampu melindunginya.

3. Tradisi perkawinan lintas agama

Faktor lain yang mendukung terjadinya praktek perkawinan lintas

agama adalah tradisi perkawinan lintas agama dalam keluarga. Dengan

adanya praktek perkawinan lintas agama yang sudah menjadi tradisi maka

Page 101: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

85

bagi mereka perkawinan lintas agama dianggap tidak ada masalah yang

serius. Seperti halnya yang terjadi pada Rusdi, kedua orang tuanya

termasuk pelaku perkawinan lintas agama, sejak kecil ia mendapatkan

pelajaran bahwa perkawinan lintas agama boleh dan bisa dilakukan. Untuk

itulah ketika Rusdi hendak mengawini Sugini yang seorang Muslim, tidak

ada tentangan dari pihak keluarga. Perkawinan lintas agama juga menurun

kepada anak kedua Rusdi, yaitu Agustin Rusgiyani. Di masa kecilnya

Agustin Rusgiyani mengikuti agama ibunya yaitu Islam, karena calon

suami Agustin adalah seorang Kristen maka Agustin memutuskan untuk

memeluk agama Kristen.

Sebenarnya tradisi seperti ini juga terjadi dalam keluarga

Kasbiyantoro dan Tri. Perbedaannya adalah dari keluarga mereka

perbedaan agama hanya sampai pada saat sebelum perkawinan. Setelah

perkawinan berlangsung, pasangan mereka memutuskan untuk mengikuti

agamanya ataupun sebaliknya.

Dalam keluarga Kasbiyantoro yang melakukan perkawinan lintas

agama adalah kakak dan dua adiknya. Kakak Kasbin yang dahulu seorang

Katholik menikah dengan perempuan muslim sehingga akhirnya ia

mengikuti agama istrinya. Adik Kasbin yang pertama beragama Katholik

dan memiliki suami seorang Islam, namun akhirnya suaminya yang

mengikuti agamanya. Adik Kasbin kedua juga beragama Katholik

menikah wanita Islam dan ia memutuskan untuk mengikuti agama istrinya

yaitu Islam.

Page 102: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

86

Sejarah perkawinan lintas agama keluarga Tri dimulai dari ayahnya

yang awalnya beragama Katholik kemudian bertemu ibunya Tri yang

beragama Islam. Meski berbeda usia dan keyakinan mereka memutuskan

untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan. Ayah Tri yang kemudian

mengalah mengikuti agama Islam hingga sekarang.

4. Kurangnya pengetahuan agama

Sebagian besar dari pasangan pelaku perkawinan lintas agama

tidak mengetahui adanya larangan melakukan perkawinan lintas agama.

Hal ini disebabkan sebagian besar dari mereka berpendidikan rendah,

selain itu dari pihak muslim kurang mendalami ilmu fikih munakahat.

Ironis ketika mendengar jawaban dari Mutiah, Siti, Sugini dan

Supratini bahwa mereka tidak pernah mendengar adanya aturan agama

Islam yang melarang praktek perkawinan lintas agama tersebut. Hal itu

disebabkan kerena orang tua mereka tidak mendidik mereka secara ketat,

atau bahkan orang tua mereka juga tidak memahami secara mendalam

aturan tersebut. Sehingga ketika anak-anak mereka hendak melakukan

perkawinan dengan orang yang berbeda agama, mereka memberi ijin

dengan syarat proses akad perkawinan dilakukan secara Islam. Sama

halnya denga Darwati yang tidak memahami betul aturan boleh atau

tidaknya melakukan perkawinan lintas gama. Bahkan Darwati sempat

merasa hanya dirinya yang melakukan perkawinan lintas agama. Sempat

terlintas pula rasa ingin tahunya tentang perkawian lintas agama yang

dilakukan dengan mempertahankan agama masing-masing pihak.

Page 103: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

87

5. Kristenisasi pihak luar

Upaya kristenisasi juga mewarnai rumah tangga Tri dan Darwati.

Tri dan Darwati bekerja di UKSW yang notabene berada dalam wilayah

yayasan Kristen. Kasus ini dimulai ketika Tri memutuskan untuk meraup

rejeki di Salatiga setelah sekian lama bekerja di Tangerang. Selama

menetap di Salatiga, Tri tinggal bersama mertuanya di Kemiri Raya dan

bekerja serabutan. Suatu ketika Tri ditawari oleh tetangganya yang bekerja

di UKSW, untuk bekerja di UKSW sebagai penjaga café. Tanpa pikir

panjang Tri menerima tawaran tersebut.

Setelah kurang lebih empat tahun Tri bekerja sebagai penjaga café,

akhirnya Tri pndah kerja di Posnet, yaitu warnet di wilayah UKSW.

Selama bekerja di Posnet tersebut Tri ditawari oleh salah satu karyawati

UKSW yang juga tetangganya untuk mengajak istrinya bekerja di UKSW

sebagai cleaning service. Setelah mengkonfirmasi pada istrinya dan

istrinya setuju maka pada tahun 2001 Darwati mulai bekerja di UKSW.

Pada tahun itu juga ada lowongan sebagai satpam UKSW, menurut

informasi yang di dengar Tri salah satu syarat untuk mendaftar adalah

masuk agama Kristen dahulu, jika tidak mau maka tidak bisa ikut

mendaftar. Akhirnya Tri tidak jadi mendaftar sebagai satpam dan tetap

bekerja di Posnet.

Lama kelamaan karir Darwati, istri Tri meningkat, dari seorang

cleaning service naik menjadi pegawai kontrak dari pegawai kontrak

Darwati ditawari akan diangkat menjadi pegawai tetap di yayasan UKSW

Page 104: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

88

asalkan mau masuk Kristen. Dari sini mulai muncul kegundahan dalam

hati Darwati, akankah ia harus pindah lagi ke Kristen atau tetap memeluk

agama suaminya yaitu Islam. Di sisi lain diangkat menjadi pegawai tetap

adalah masa depan yang menjanjikan bagi kehidupan anak-anak mereka.

cukup lama Darwati bergulat dengan suara hatinya, akhirnya Darwati

meminta saran dari Tri, suaminya. Tri sempat bingung, antara tanggung

jawabnya sebagai seorang Islam dengan tanggung jawabnya sebagai

kepala keluarga. Tri paham bahwa pegawai tetap adalah masa depan yang

menjanjikan bagi keluarganya. Akhirnya Tri memutuskan memberi ijin

Darwati untuk pidah Kristen lagi dengan alasan demi masa depan anak-

anak mereka.

Setelah Darwati mendapat persetujuan suaminya, ia menemui

pimpinan yayasan dan menyatakan kesediaannya. Setelah itu ia pergi ke

Gereja untuk mengikuti pendalaman agama Kristen selama tiga bulan

kemudian Darwati dibaptis di GKJ depan UKSW. Pada tahun 2004

Darwati resmi diangkat menjadi pegawai tetap di UKSW.

Di tahun 2004 ini juga ada lowongan sebagai satpam UKSW, oleh

Kepala Bagian juga menerapkan bahwa yang boleh mendaftar harus

beragama Kristen atau mau memasuki agama Kristen. Tri sempat kecewa,

karena ia masih ingin mempertahankan agamanya. Kemudian ia mendapat

info dari seniornya dan diberi saran jika mau mendaftar satpam dan

diharuskan masuk Kristen, Tri disuruh menjawab “ya Pak, saya akan

coba”. Karena jika tidak dengan cara tersebut sulit untuk mendapatkan

Page 105: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

89

pekerjaan di UKSW. Setelah mendaftar dan diterima sebagai satpam, Tri

tetap mempertahankan agamanya, ketika ditanya oleh Kepala Bagiannya

Tri hanya menjawab “saya sudah mencoba Pak, tetapi tetap tidak bisa.”

Ternyata tidak ada tindakan atau sanksi apapun dari Kepala Bagian

tersebut, sehingga Tri masih memeluk Islam hingga saat ini.

Pihak luar tersebut membidik tepat sasaran pada titik

kelemahannya yaitu ekonomi. Jika tidak didasari iman yang kuat,

seseorang akan mudah menukar agamanya dengan alasan kebutuhan

ekonomi.

Di masa kecil Darwati pun demikian. Darwati berasal dari keluarga

Budha, namun karena orang tuanya tidak menanamkan agama Budha

secara ketat dan ia sekolah di sekolah Kristen dan mengikuti pelajaran

agama Kristen, maka hal tersebut mampu menyeret Darwati ke dalam

agama Kristen itu sendiri.

C. Konflik dan Akomodasi Nilai Keluarga Pelaku Perkawinan Lintas

Agama

Keluarga pelaku perkawinan lintas agama pada umumnya

membebaskan anak-anak mereka untuk memilih agama yang diminatinya.

Agama ayah atau agama ibu tidak ada masalah yang penting mereka mau

menjalaninya dengan baik dan sungguh-sungguh. Adanya kebebasan tersebut

diharapkan suatu saat nanti anak-anak mereka mengetahui apa yang terbaik

bagi mereka sehingga dapat memutuskan dan memilih agama yang tepat

dengan hati nuraninya.

Page 106: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

90

Peran ibu sebagai sosok yang mengatur dalam rumah tangga memang

sangat besar terhadap perkembangan anak-anak mereka. Hal ini disebabkan

karena intensitas pertemuan ibu dan anak lebih besar daripada dengan sang

ayah. Namun tetap saja sosok ayah yang merupakan penaggung jawab dalam

rumah tangga tidak bisa dipungkiri pengaruhnya.

Table 4.3 Anak-Anak Pasangan Perkawinan Lintas Agama yang Mengikuti

Agama Ibu

Nama Umur

(Th) Agama

Agama Ortu Orang Tua

Ayah Ibu Ayah Ibu

Denni 14 I K I Untung Tiah

Novia 10 I K I

Adi 27 I K I Rusdi Sugini

Widi 21 I K I

Hesti 32 I Kt I Kasbin Siti

Adi K 26 I Kt I

Dimas 12 I K I Masal Suprat

Aditya 5 I K I

Danang 14 K I K Tri Darwati

Enggal 10 K I K

Keterangan:

I = Islam

K = Kristen

Kt = Katholik

Table 4.4 Anak-Anak Pasangan Perkawinan Lintas Agama yang Mengikuti

Agama Ayah

Nama Umur

(Th) Agama

Agama Ortu Orang Tua

Ayah Ibu Ayah Ibu

Robi 24 K K I Untung Tiah

Cantik 21 K K I

Agustin 25 K K I Rusdi Sugini

Page 107: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

91

Dalam menentukan agama anak, peran orang tua sangat penting untuk

mengarahkan. Meskipun demikian tetap ada kebebasan yang diberikan kepada

anak-anaknya untuk memilih agama yang sesuai dengan hati nurani mereka

karena tanpa bimbingan orang tua anak-anak akan mengalami kesulitan

Seperti yang tampak pada hasil penelitian ternyata arahan seorang ibu

lebih menentukan pilihan anaknya. Sugini, Mutiah, Siti, Supratini maupun

Darwati mengaku memberikan pelajaran keagamaan kepada anak-anak

mereka sejak kecil. Salah satu cara sederhana dengan mengajari anak-anak

mereka berdo‟a sebelum melakukan sesuatu, mengantarkan mereka pergi TPA

atau dengan mengajak mereka pergi ke Masjid untuk sholat berjama‟ah.

Supratini dan Sugini mulai mengajarkan anak-anak mereka untuk

sholat sejak anak mereka TK dan mulai membiasakan anaknya untuk berpuasa

sejak SD. Pernah juga anak-anak mereka diajak pergi ke gereja oleh ayah

mereka. Menurut pengakuan Supratini, sejak SD anak pertamanya sudah

merasa memiliki Islam, hal ini tampak pada penolakannya ketika diajak

ayahnya pergi ke gereja, bahkan ia sudah berpendapat tidak ingin menjadi

murtad, karena ia seorang muslim. Sedangkan anak-anak Sugini ketika diajak

ke gereja tidak ada penolakan.

Darwati juga sejak kecil sudah mengarahkan anaknya untuk mengenal

Tuhannya. Dimulai dari mengikutkan anak pertamanya TPA, Tri juga sering

mengajak anaknya pergi sholat jum‟ah namun setelah Darwati kembali

memeluk agama Kristen, anak mereka lebih tertarik untuk pergi ke gereja

Page 108: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

92

bersama ibunya. Setelah anak kedua mereka mulai mengerti, anak kedua

mereka juga mengikuti kakaknya pergi ke Gereja bersama Ibunya.

Dua dari anak Sugini akhirnya memutuskan untuk mengakui Islam

sebagai agamanya. Sebenarnya anak kedua mereka pernah ikut TPA di masa

kecilnya, namun setelah dewasa dan atas peran ayahnya yang sering

mengajaknya ke gereja membuat anak kedua Sugini tersebut memutuskan

memeluk Kristen.

Sejak kecil anak-anak Rusdi-Sugini sudah diberikan pemahaman

bahwa agama ayah dan ibu mereka berbeda. Tidak ada paksaan mereka mau

mengikuti agama ibu atau agama ayah, yang penting dijalani dengan sungguh-

sungguh. Pernah suatu ketika anak mereka menanyakan kepada ayahnya

kenapa bisa terjadi perbedaan agama tersebut dan Rusdi menjawab karena ia

bekerja di yayasan Kristen. Dengan alasan tersebut anak-anak mereka sudah

bisa menerima keadaan keluarga mereka.

Tri-Darwati dan Masal-Supratini pun melakukan hal yang sama seperti

Rusdi-Sugini. Mereka sudah memberikan pengertian perbedaan agama antara

ayah dan ibu mereka sejak mereka kecil. Dengan demikian mereka berharap

anak-anak mereka dapat mempersiapkan diri untuk mempelajari agama yang

sekiranya sesua dengan dirinya. Anak pertama Masal-Supratini sudah kritis

sejak kecil. Di usianya SD ia sudah mengharapkan ayahnya untuk mengikuti

agama ibunya. Bahkan ketika diajak pergi ke Gereja oleh ayahnya, ia sudah

mampu menjawab bahwa ia adalah seorang Islam dan tidak ingin menjadi

orang yang murtad.

Page 109: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

93

Berbeda dengan keluarga pasangan Kasbiyantoro-Siti dan Untung-

Mutiah, mereka tidak pernah memberikan pemahaman kepada anak-anaknya

bahwa agama orang tua mereka berbeda. Dengan harapan suatu saat nanti

anak-anak mereka akan mengerti dengan sendirinya. Pada keluarga ini,

pendidikan agama diserahkan sepenuhnya kepada sang ibu, dan sang ayah

hanya bersifat mendukung dan mengarahkan saja.

Praktek keberagamaan di dalam keluarga perkawinan lintas agama

sangat variatif, sebagai contoh. pasangan Rusdi-Sugini, sebelum perkawinan

dilangsungka Rusdi termasuk orang yang aktif mengikuti kegiatan-kegiatan

Gereja. Setelah kawin dengan Sugini dan bekerja di Gereja sebagai petugas

kebersihan, Rusdi tidak seaktif dulu lagi. Hal ini dikarenakan sekarang Rusdi

bekerja di Gereja sehingga setiap ada kegiatan di Gereja Rusdi merasa secara

tidak langsung ia sudah mengikuti kegiatan di Gereja. Sedangkan Sugini

termasuk seorang yang aktif mengikuti kegiatan-kegiatan pengajian, tidak ada

perubahan sebelum ataupun setelah melakukan perkawinan dengan Rusdi.

Hanya saja Sugini jarang mengikuti sholat berjama‟ah di Mushola, hal ini

disebabkan dari pagi hingga sore Sugini bekerja, sedangkan ketika menjelang

Maghrib/ Isya medan rumah Sugini yang tidak memungkinkan Sugini untuk

sering-sering pergi berjama‟ah di Mushola.

Seperti halnya dengan Untung, di masa kecilnya ia aktif mengikuti

kegiatan di Gereja, namun setelah melakukan perkawinan dengan Mutiah ia

tidak lagi pergi ke gereja. Di lingkungan Mutiah tinggal, ia termasuk orang

yang aktif mengikuti pengajian ibu-ibu yang dilaksanakan setiap malam

Page 110: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

94

minggu. Untuk masalah sholat berjama‟ah di Mushola, Mutiah juga jarang

melakukannya.

Kasbiyantoro termasuk orang yang taat agama Katholik. Sejak ia

menyatakan untuk masuk agama Katholik dan dibabtis, Kasbiyantoro rajin

pergi ke gereja. Setelah perkawinannya dengan Siti ia sempat belajar agama

Islam, namun akhirnya hati Kasbiyantoro tetap mantap menjadi seorang

Katholik. Ia pergi ke Gereja di Kauman Kidul paling tidak satu bulan sekali

tanpa sepengetahan istri dan anak-anaknya. Siti juga termasuk orang yang

aktif mengikuti pengajian seperti Yasinan, Al Berjanji dan pengajian-

pengajian lain yang dilaksanakan di wilayah ia tinggal.

Pergi ke Gereja menjadi aktifitas yang jarang dilakukan Masal sejak

melakukan perkawinan dengan Supratini dan tinggal di rumah Supratini. Hal

ini disebabkan karena Masal kesulitan mencari gereja yang menggunakan

bahasa Indonesia di sekitar wilayah ia tinggal. Kebanyakan Gereja yang ada

adalah GKJ, jadi masal sulit untuk mengikutinya. Supratini juga termasuk

aktif pergi sholat berjama‟ah ke Masjid walaupun di waktu Maghrib/Isya saja.

Kegiatan Yasinan yang dilakukan di wilayah ia tinggal juga rutin diikuti

olehnya. Akhir-akhir ini Supratini juga pergi mengaji ke Kyai Semowo untuk

mendalami agama Islam.

Sejak kecil hingga sekarang berumah tangga, Tri aktif mengamalkan

ajaran Islam. Termasuk di dalamnya mengikuti kegiatan keagamaan seperti

pengajian. Namun sekarang setelah bekerja sebagai satpam di UKSW, Tri

lebih sering diberi tugas jaga malam, sehingga selama tinggal di wilayah

Page 111: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

95

Kelurahan Bugel belum ada kesempatan mengikuti pengajian. Sejak diangkat

menjadi pegawai tetap di UKSW dan berpindah agama menjadi Kristen lagi,

Darwati aktif pergi ke Gereja setiap hari minggu.

Meski hidup dalam perbedaan agama, toleransi terhadap pasangan

masing-masing cukup besar. Mereka memberikan kesempatan dan kebebasan

kepada pasangan dan anak-anak mereka untuk beribadah sesuai kepercayaan

yang dianut. Tidak pernah di antara mereka ada yang melarang pasangan atau

anak-anaknya untuk beribadah. Bahkan setiap dari mereka saling

mengingatkan pasangan atau anak-anaknya untuk beribadah.

Rusdi, Kasbiyantoro, Masal atau pun Untung sering mengingatkan

istrinya untuk pergi sholat atau mengaji ketika sudah tiba waktunya. Merka

juga mendukung anaknya yang ingin pergi mengaji atau pergi sholat

berjama‟ah di Masjid. Bahkan sebagai ayah yang baik, mereka mengharuskan

anaknya untuk beribadah dengan tekun dan sungguh-sungguh meskipun

agama yang dianut anaknya tidak sama dengan agama yang dianutnya. Begitu

juga yang dilakukan Darwati terhadap suaminya. Darwati juga merasa

bertanggung jawab terhadap keberagamaan suaminya. Meskipun berbeda

agama Darwati mengharapkan suaminya bisa menjalani agamanya dengan

tekun dan menjadi orang yang taat.

Pada saat bulan Ramadhan misalnya, Darwati tetap menyiapkan

kebutuhan bagi suaminya untuk makan sahur atau buka. Masal juga sering

membantu menyiapkan kebutuhan buka untuk anak dan istrinya. Sedangkan

sikap toleransi Rusdi diwujudkan dengan tidak makan atau minum di rumah

Page 112: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

96

ketika anak dan istrinya menjalankan ibadah puasa. Dalam keluarga Mutiah

anak-anaknya yang beragama non Islam pun ikut berpuasa menemani ibunya.

Tidak dipungkiri bahwa tetap ada keinginan terpendam bagi setiap

orang untuk memiliki pasangan hidup dan keluarga yang seiman dengannya.

Begitu juga yang diungkapkan oleh pasangan Rusdi-Sugini, Masal-Supratini,

Untung-Tiah, Tri-Darwati maupun Kasbiyantoro-Siti. Namun mereka tidak

ingin memaksakan kehendaknya, karena mereka menyadari betul agama

adalah hak bagi setiap orang. Mereka juga menyadari jika tidak ada yang

mengalah maka mereka tidak akan bisa hidup bersama.

Pemegang dominasi dalam keluarga lebih ke ayah, hal ini ditunjukkan

dalam memutuskan hal-hal yang penting, suami lebih berperan banyak.

Misalnya dalam memberikan nama anak-anak mereka lebih banyak dilakukan

oleh sang suami. Dalam menentukan pendidikan sang anak suami juga lebih

berperan walaupun tetap ada komunikasi dengan istri dan anak-anaknya. Ada

juga kebijakan kebijakan suami yang diterapkan tanpa harus didiskusikan

dengan keluarga yang lain. Walaupun demikian, dominasi dalam mengurus

rumah tangga tetap berada di tangan ibu. Hal ini tampak sekali pada proses

pendidikan dasar terhadap anak, baik berupa pendidikan budi pekerti ataupun

keagamaan. Dapat kita lihat dari hasil penelitan ini anak-anak lebih banyak

yang mengikuti agama ibunya daripada agama anaknya.

Dalam menjalani kehidupan, setiap manusia pasti tidak pernah luput

dari masalah. Dalam menghadapi masalah yang menimpa keluarga rumah

tangga lintas agama mereka mengaku tidak pernah mengungkit-ungkit

Page 113: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

97

masalah agama. Yang menjadi pokok permasalahan biasanya adalah masalah

ekonomi, karena dari hasil penelitian ini penulis menemukan bahwa

perkawinan lintas agama yang dilakukan di kelurahan Bugel ternyata

dilakukan oleh orang dari kelas menengah ke bawah. Untuk mampu bertahan

hingga saat ini mereka mengungkapkan bahwa yang dibutuhkan dalam

membina rumah tangga lintas agama adalah saling pengertian, saling

menghargai dan kejujuran.

Bagi Sugini, manusia tidak ada yang sempurna, pasti mempunyai

kekurangan. Menurutnya dalam membina rumah tangga masing-masing

pasangan harus bisa memahami dan menerima dengan ikhlas kekurangan yang

ada pada pasangannya. Hal itu juga yang disampaikan oleh Darwati, baginya

denga adanya saling menghormati dan jujur satu sama lain segala masalah

akan bisa dihadapi dengan baik.

D. Pandangan Tokoh Masyarakat/ Tokoh Agama Terhadap Praktek

Perkawinan Lintas Agama

Adanya praktek perkawinan lintas agama yang terjadi di kelurahan

Bugel tentu menimbulkan wacana baru bagi masyarakat dan para tokoh agama

yang tinggal di wilayah tersebut. Pembahasan perkawinan lintas agama

menimbulkan pro-kontra pada masyarakat.

Menurut para tokoh agama yang tinggal di wilayah kelurahan Bugel,

perkawinan lintas agama tidak boleh dilakukan, bahkan haram hukumnya.

Menurut M. Sungaidi (55), Rois Suriah NU Ranting Bugel sekaligus Ta‟mir

Masjid Baitul A‟la Bugel, mengatakan bahwa menurut agama Islam,

Page 114: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

98

perkawinan lintas agama haram hukumnya. Hal ini didasari oleh ketentuan al

qur‟an surat al baqarah ayat 221, dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita

musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin

lebih baik dari wanita musyrik….Begitu juga sebaliknya, wanita muslim juga

diharamkan menikah dengan laki-laki musyrik.

Dengan pengecualian diperbolehkan perkawinan antara laki-laki

muslim dengan perempuan ahli kitab. Yang dimaksud dengan ahli kitab

adalah orang yang murni atau keturunan asli (orang tua)nya masuk ke dalam

agama tersebut sebelum dinasakh (ubah) dengan kerasulan Nabi Muhammad

Saw.

Dengan adanya perkawinan lintas agama dikhawatirkan akan

membawa pasangannya melakukan kemusyrikan yang akan membawa

seorang muslim tersebut masuk neraka.

Menurut Sungaidi, perkawinan yang ideal dalam Islam tentu

perkawinan yang dilakukan antar pemeluk agama Islam. Seperti hadis

Rasulullah bahwa seorang perempuan dipilih karena 4 hal, rupa, harta, nasab

dan agama. Namun dari keempat hal tersebut yang paling utama adalah

agamanya.

Melihat kenyataan yang terjadi dalam masyarakat, sebagai tokoh

agama M. Sungaidi merasa tidak punya kekuasaan untuk mengusik mereka

karena beliau menyadari bahwa agama adalah hak seseorang, selain itu ketika

pelaku perkawinan merasa bahagia, kita tidak punya hak untuk memisahkan

mereka. Hanya upaya pencegahan yang bisa dilakukan, dengan cara

Page 115: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

99

menanamkan nilai-nilai keagamaan dan pemahaman kepada para pemuda

yang belum kawin.

Pendapat di atas juga dibenarkan oleh Nur Salim (43), beliau yang

seorang Wakil Tanfidziah NU dan sekaligus Ta‟mir masjid Ar Ridlo. Dia

menyatakan ketidaksetujuannya dengan adanya perkawinan lintas agama.

Perkawinan lintas agama mampu merusak tatanan dan keturunan pelakunya.

Bagaimana tidak, ketika anak mendapati orang tua yang berbeda agamanya

akan menimbulkan suatu kebingungan pada anak untuk memilih agama mana

yang hendak dipeluknya.

Selain itu hubungan suami istri antara seorang muslim dan seorang

yang non muslim dianggap zina, sedangkan zina termasuk salah satu dosa

besar. Dalam kitab Safinah dijelaskan bahwa sebagai seorang muslim tidak

diperbolehkan memberi makan/minum kepada anjing yang galak.

Sesungguhnya anjing yang seperti itu dianggap najis dan tidak perlu

dikasihani. Di dalam kitab tersebut, orang kafir diibaratkan lebih hina dari

anjing yang galak tersebut.

Meskipun dalam Al Qur‟an ada pengecualian untuk laki-laki muslim

menikahi perempuan ahli kitab, menurut Nur Salim zaman sekarang ini sudah

tidak ada yang disebut ahli kitab. Karena pedoman/kitab suci yang mereka

pegang saat sudah tidak murni lagi seperti saat diturunkan kepada nabi Isa,

dalam kitab tersebut sudah ada perubahan-perubahan yang dilakukan manusia.

Melihat kenyataan dalam masyarakat yang ternyata ada pelaku

perkawinan lintas agama, tidak banyak upaya yang bisa dilakukan untuk

Page 116: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

100

mencegahnya. Karena hal tersebut sudah menjadi urusan rumah tangga

masing-masing dan menjadi pilihan hidup orang tersebut. Solusi yang

ditawarkan mungkin bisa dilakukan pendekatan kepada pasangan pelaku

perkawinan lintas agama tersebut, diberikan pemahaman secara pelan-pelan

tentang hakikat sebuah perkawinan. Dengan demikian diharapkan bisa

menggerakkan hati pasangan pelaku perkawinan lintas agama terutama yang

beragama Islam untuk kembali semangat mempertahankan agamanya dan bisa

mengajak pasangannya untuk masuk Islam. Sehingga dapat tercapai tujuan

perkawinan seperti yang diharapkan dalam Islam, yaitu sakinah, mawadah wa

rohmah. Jika hal seperti di atas tidak bisa dilakukan, dapat dilakukan upaya

pencegahan dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat terutama

para pemuda yang belum melakukan perkawinan. Upaya tersebut dilakukan

melalui forum-forum kecil dan fokus membahas hal tersebut.

Seirama dengan kedua pendapat di atas, M. Roji (47) juga menyatakan

bahwa perkawinan lintas agama tidak boleh dilakukan. Ketika seseorang yang

beragama Islam hendak mengawini orang yang beragama non Islam maka

sebelum akad terjadi harus ada pembicaraan serius diantara keduanya dan

keluarganya. Perlu diingat bahwa seorang laki-laki Muslim boleh menikahi

perempuan non Islam dengan syarat perempuan tersebut mau masuk Islam

terlebih dahulu, begitu juga sebaliknya. Jika tidak ada kesepakatan seorang

non Islam tersebut untuk masuk Islam, maka menurut Penasihat Al Hikmah

Salatiga ini, mau tidak mau perkawinan harus digagalkan. Sesuai syari‟at

Page 117: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

101

Islam, perkawinan yang dilakukan tidak sesuai dengan koridor agama Islam

disebut zina, dan hal tersebut merusak aqidah.

Perkawinan lintas agama dilarang dalam Islam karena Islam ingin

menjaga aqidah. Adanya perbedaan agama dalam satu rumah tangga

dikhawatirkan akan menimbulkan perang batin dalam keluarga. Bagaimana

tidak, sadar atau tanpa disadari akan terjadi saling mempengaruhi antara

keduanya, bahkan ketika sudah memiliki anak, akan menimbulkan

kebingungan pada sang anak dalam menentukan agama.

Pada hakikatnya, nikah dalam Islam merupakan ibadah, jadi tidak

hanya sekedar memburu nafsu belaka. Jadi ketika ada dua orang berbeda

agama hendak melakukan perkawinan dengan asumsi salah satu dari mereka

mengalah demi keabsahan akad perkawinan dan setelah itu mereka kembali ke

agamanya semula, perkawinan tersebut dianggap hanya sebagai pemburu

nafsu belaka. Dalam Islam, jika salah satu pasangan murtad maka hubungan

yang dilakukan termasuh zina, dan perkawinan yang telah dilakukan

sebelumnya menjadi batal. Ada tujuh golongan manusia yang akan

mendapatkan pertolongan dari Allah ketika di Padang Mahsyar, salah satunya

adalah orang yang berkumpul dengan seorang wanita karena ridlo Allah.

Berkumpul yang dimaksud adalah bertemu, menikah maupun berpisah hanya

karena Allah.

Melihat kenyataan yang ada dalam masyarakat bahwa para pelaku

perkawinan lintas agama mengatasnamakan jodoh dan takdir sebagai alasan

mereka. Menurut Roji, yang dinamakan takdir dan jodoh adalah ketika kita

Page 118: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

102

sudah berusaha semaksimal mungkin dan tidak dapat menemukan lagi /

mentok maka itulah yang disebut dengan takdir. Ketika kita masih mampu

untuk mengusahakan sesuatu, hal tersebut belum disebut sebagai takdir yang

ditetapkan Allah. Seperti firman Allah yang menyatakan bahwa Allah tidak

akan merubah nasib suatu kaum sebelum kaum tersebut mengubahnya sendiri.

Kebersamaan di dunia belum tentu disebut jodoh, karena menurut mantan

pengurus NU ini, jodoh adalah ketika di dunia bersama hingga akhir hayat dan

bertemu kembali saat di akhirat.

Selain berpengaruh terhadap kritisnya keimanan pelaku perkawinan

lintas agama, perkawinan lintas agama dilarang untuk menjaga aqidah

manusia. Kebebasan memilih agama bagi anak-anak hasil perkawinan lintas

agama merupakan pikiran orang yang tidak berilmu. Dalam fikih, orang tua

memiliki kewajiban untuk mendidik agama anak-anaknya baik secara

langsung ataupun tidak langsung. Jika berbicara Pancasila mungkin bebas

ketika ada fenomena perbedaan agama dalam sebuah keluarga, dan itu sah-sah

saja. Karena sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, selama agama

yang dianut masih mengesakan Tuhan tidak ada masalah. Akan tetapi ketika

yang dibicarakan adalah fikih maka orang tua wajib mendidik agama anaknya.

Sebagai tokoh agama, Roji mengaku tidak berani untuk

menyampaikan hal seperti di atas di muka umum. Karena masalah perbedaan

agama adalah masalah yang sensitive dan menyinggung SARA. Kita juga

tidak tahu apakah Allah akan menerima perkawinan yang seperti itu atau

Page 119: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

103

tidak, yang jelas Allah sudah memberikan rambu-rambu melalui Al Qur‟an

dan Hadis.

Berbicara masalah hukum, menurutnya hukum Islam sudah jelas,

perkawinan lintas agama dilarang dalam Al Qur‟an. Satu-satunya jalan untuk

menindaklanjuti kasus-kasus seperti ini mungkin melalui PA yang memiliki

kewenangan. Bahkan seorang Kyai pun jika ia bukan Kyai yang keras tidak

akan berani menyampaikan masalah perbedaan agama tersebut di muka

umum, karena agama merupakan hal yang sangat sensitive.

Hukum merupakan kewenangan dari pemerintah. Aturan dalam

undang-undang maupun KHI cukup jelas bahwa perkawinan lintas agama

dilarang. Namun pada kenyataannya implementasi hukum tersebut dalam

masyarakat tidak ada. Sehingga hal ini membuat kasus seperti ini bahkan

kasus-kasus pidana yang terjadi di Indonesia tidak pernah selesai, dan hukum

masih nampak sangat lemah.

Solusi yang ditawarkan berupa tindakan pra nikah yaitu dengan

memberikan pengetahuan dan pemahaman kaidah-kaidah perkawinan melalui

pengajian/ majelis taklim dalam lingkup kecil.

Sebenarnya ada toleransi dalam ayat yang menjelaskan “…jangan

dinikahi perempuan musyrik sebelum mereka beriman…” Jika perempuan

tersebut mau masuk Islam maka silahkan dinikah namun jika tidak mau masuk

Islam lebih baik tidak usah. Kata „silahkan‟ merupakan kata yang tidak kuat,

jadi di dalam kata tersebut mengandung konsekuensi/tanggung jawabnya.

Page 120: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

104

Jika pada awalnya perempuan musyrik, kemudian menjadi muslim

karena dinikahi maka ada tanggung jawab bagi laki-laki setelah perkawinan

tersebut terjadi. Tanggung jawab yang berupa upaya untuk mendidik istrinya

agar tetap berjalan dalam koridor Islam. Jadi ada tanggung jawab bagi seorang

laki-laki muslim yang menikahi perempuan musyrik untuk mempertahankan

perkawinannya agar tetap sah menurut Islam.

Demikian juga menurut M. Toha (62) yang aktif sebagai sie pelayanan

masyarakat di Muhammadyah cabang Salatiga, dia menyatakan bahwa

perkawinan lintas agama itu haram hukumnya dan bisa disebut dengan zina.

Menurutnya orang yang beragama selain Islam berarti kafir, sedangkan

perkawinan yang dilakukan dengan orang kafir tidak sah dan hubungannya

dianggap zina. Hal ini berdasarkan ayat dalam surat Al Baqarah:221 yang

menyatakan bahwa dilarang menikahi wanita musyrik sebelum mereka

beriman. Hal ini juga berlaku sebaliknya.

Menurutya aturan yang ada dalam Q.S Al Maidah:5 tersebut

menjelaskan bahwa ahli kitab yang dilaksud adalah ahli kitab zaman dahulu,

sebelum adanyan ajaran Nabi Muhammad SAW. Nasrani dan Yahudi saat ini

sudah dianggap musyrik, karena dalam agama Nasrani dianggap sudah

mentuhankan Isa.

Upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya perkawinan

lintas agama adalah dengan penanaman aqidah untuk anak-anak sejak kecil.

Jika sudah terjadi praktek perkawinan lintas agama tersebut maka perlu

dilakukan pembinaan oleh lingkungan terutama tokoh agama.

Page 121: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

105

Perkawinan dua orang yang berbeda agama dengan cara pasangnnya

pidah agama Islam, secara hukum Negara memang sah. Namun secara Islam

hal tersebut tidak sah. Menurut pendapatnya, seseorang yang ingin menikah

dengan cara masuk Islam dahulu maka harus belajar menjalani agama Islam

selana 3 bulan atau lebih baru bisa melangsungkan perkawinan. Jadi

perkawinan tersebut dilakukan dengan kemauan orang tersebut untuk masuk

Islam secara serius bukan hanya sekedar mempercepat proses akad

perkawinan supaya dianggap sah oleh Negara. Jika dari awal perkawinan

mereka sudah didasari niat yang salah maka ke depannya tidak akan berjalan

dengan baik.

E. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perkawinan Lintas Agama di

Kelurahan Bugel Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga

Pada dasarnya ada dua peraturan perundang-undangan yang digunakan

sebagai acuan dalam melangsungkan perkawinan, yaitu UU No.1/1974

tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam yang berlaku khusus untuk

orang-orang Islam di Indonesia.

Di dalam KHI terdapat aturan yang tegas tentang larangan perkawinan

lintas agama, namun tidak menutup kemungkinan masih ada praktek

perkawinan lintas agama yang dilakukan. Lalu bagaimana hukumnya? Apakah

perkawinan mereka sah?

Perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel pada umumnya diawali

dengan adanya perbedaan agama sebelum perkawinan dilangsungkan. Dari

hasil penelitian peneliti, ada dua pola perkawinan yang terjadi di Kelurahan

Page 122: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

106

Bugel, mereka yang melakukan perkawinan secara Islam di KUA dan mereka

yang melakukan perkawinan secara Kristen di KCS.

Pertama, perkawinan yang dilakukan secara Islam di KUA dilakukan

oleh pasangan:

1. Untung dan Muntiah, mendapatkan keabsahan perkawinan dengan cara

Untung pindah agama Islam.

2. Kasbiyantoro dan Siti Suryati, mendapatkan keabsahan perkawinan

dengan cara Kasbiyantoro pindah agama Islam

3. Tri Antara Riyadi dan Darwati, mendapatkan keabsahan perkawinan

dengan cara Darwati pindah agama Islam.

Secara agama Islam, akad perkawinan yang mereka lakuakan adalah

sah karena sudah memenuhi rukun dan syarat perkawinan yang ditentukan

dalam agama Islam terutama melakukan akad dengan sesama muslim.

Pada kenyataannya, setelah menjalani kehidupan berumah tangga

cukup lama, pasangan mereka memutuskan untuk kembali memeluk agama

mereka yang lama. Keadaan ini menimbulkan pertanyaan tersendiri terkait

status perkawinan yang mereka jalani setelah salah satu pasangan mereka

murtad atau kembali ke agama semula. Berdasarkan aturan yang ada dalam

KHI dan hukum Islam, jika salah satu pasangan murtad, maka status

perkawinan mereka menjadi fasakh (batal) seketika itu juga.

Kedua, perkawinan yang dilakukan secara Kristen di KCS dilakukan

oleh pasangan:

Page 123: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

107

1. Rusdi dan Sugini, mendapatkan keabsahan perkawinan dengan cara Sugini

pindah Kristen.

2. Masal Guru Singa dan Supratini, mendapatkan keabsahan perkawinan

dengan cara Supratini pindah Kristen.

Secara agama Kristen, perkawinan yang mereka lakukan adalah sah.

Secara Islam, seluruh Mazhab kecuali Maliki menyatakan bahwa perkawinan

yang diselenggarakan oleh orang-orang non muslim adalah sah seluruhnya,

sepanjang perkawinan itu dilaksanakan sesuai dengan ajaran yang mereka

yakini. Sedangkan menurut Maliki, perkawinan yang diselenggarakan oleh

orang-orang non muslim tidak sah, karena kalau perkawinan mereka itu

diterapkan bagi orang-orang muslim pasti tidak sah hukumnya (Mughniyah,

1994:44-45).

Karena dari awal sebelum perkawinan mereka memiliki agama yang

berbeda maka akhirnya setelah perkawinan berlangsung mereka kembali pada

agamanya semula yaitu Islam. Menurut Sabiq dalam Fikih Sunnah

(1981:192), menjelaskan bahwa perkawinan yang demikian, pertama, jika

yang masuk Islam perempuannya, perkawinan diputuskan dan ia wajib

beriddah. Jika kemudian suami menyusul masuk Islam, selama perempuan

dalam masa iddah maka suami masih bisa berkumpul dengan istrinya kembali.

Kedua, jika yang masuk Islam suami, maka setelah masa iddah istri habis

ataupun dalam waktu yang lama, mereka tetap berada dalam ikatan

perkawinan semula jika mereka tetap memilih melangsungkan ikatannya itu

dan istri belum kawin dengan orang lain.

Page 124: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

108

KHI tidak menjelaskan secara rinci mengenai perkawinan yang

dilakukan secara non Islam yang kemudian salah satu pasangannya masuk

Islam. Sedangkan dalam UUP No. 1/1974 perkawinan yang dilakukan secara

non Islam dianggap sah selama sesuai peraturan agama tersebut, sesuai dengan

pasal 2 UU No. 1/1974, namun setelah perkawinan salah satu pindah agama

tidak ada aturan yang menerangkan hal tersebut.

Dengan demikian praktek perkawinan yang dilakukan oleh Rusdi-

Sugini dan Masal-Supratini, sah di mata hukum, namun menurut hukum Islam

perkawinannya dapat diputuskan. Karena dari perkawinan mereka yang

memutuskan untuk masuk Islam hanyalah si perempuan saja.

Banyak cara yang diupayakan untuk dapat menyatukan cinta yang

dilandasi perbedaan agama dalam suatu perkawinan yang sah menurut hukum

agama dan Negara. Perpindahan agama yang dilakukan oleh Sugini dan

Supratini hanya untuk mendapatkan keabsahan perkawinan mereka. Bahkan

sebelum adanya perkawinan sudah ada perjanjian di antara mereka, bahwa

Sugini dan Supratini boleh memeluk Islam lagi setelah perkawinan, asal pada

waktu akad mau mengalah dengan cara mengikuti agama Kristen.

Memang sudah ada semacam kepura-puraan yang disengaja oleh para

pelaku perkawinann lintas agama hanya untuk mendapatkan keabsahan

belaka. Dalam KHI praktek perkawinan lintas agama seperti di atas

merupakan praktek perkawinan yang salah dan perkawinan mereka menjadi

fasakh (batal) ketika salah satu dari mereka keluar dari Islam dan kembali ke

agamanya semula. Namun kenyataan dalam lapangan berkata lain, meskipun

Page 125: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

109

salah satu pasangan mereka kembali pada agamanya yang semula, tidak

mendapatkan perhatian yang serius bagi mereka. Seolah-olah tidak ada beban

yang perlu dipertanggungjawabkan di muka agama. Hal ini didukung dalam

KHI pasal 116 yang secara tersirat menyatakan bahwa jika salah satu

pasangan kembali ke agamanya namun tidak menyebabkan

ketidakharmonisan, maka bukan menjadi alasan perceraian. Jadi dapat

dikatakan KHI melarang dengan tegas adanya praktek perkawinan lintas

agama namun secara tersirat mendukung terjadinya murtad selama hal tersebut

tidak menjadi pemicu ketidakharmonisan.

Mereka menjalani kehidupan perkawinan lintas agama dengan alasan

kebebasan individu dalam memeluk agama, maka tidak ada hak untuk

memaksakan agama kepada pasangannya. Selain itu tidak ada tindakan

apapun yang dapat dilakukan oleh masyarakat maupun penegak hukum.

Karena perkawinan merupakan masalah perdata dan penyelesaian jika terjadi

sengketa hanya dapat dilakukan jika ada pihak yang mengajukan masalah

tersebut ke pihak yang berwenang (Pengadilan Agama).

Hal ini menimbulkan suatu kekhawatiran baru, yakni aturan yang

melarang perkawinan lintas agama di Indonesia ini hanya akan membuka

dosa-dosa besar lain bagi para pemeluk agama Islam pada khususnya dan

agama lain pada umumnya. Bagaimana tidak, ketika tetap dipaksakan

perkawinan berada dalam satu agama maka suatu saat, mereka yang berlatar

belakang agama berbeda akan memaksakan diri untuk mendapatkan

pengesahan dari agama dengan cara berpura-pura mengikuti agama

Page 126: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

110

pasangannya. Namun setelah pengesahan tersebut didapatkan maka mereka

akan kembali ke agamanya semula/murtad bahkan bagi kalangan tertentu

mereka akan berusaha mengajak keluarganya untuk memasuki agamanya

tersebut.

Melihat fenomena dalam masyarakat ini mungkin bisa menjadi wacana

dan pertimbangan bahwa perkawinan lintas agama perlu ditinjau kembali

status hukumnya. Jika memang perkawinan lintas agama hendak dilarang,

maka aturan-aturan tentang pelarangan tersebut harus jelas. Karena ketika

muncul aturan yang melarang namun di pasal yang lain secara tersirat

menunjukkan kebolehannya maka akan menimbulkan celah yang

menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan hukum yang mereka

anggap benar (lihat KHI pasal 40 poin c, 44, 75 dan 116).

Solusi lain yang mungkin bisa dikaji adalah dengan mereka yang

berbeda agama bisa melakukan akad dengan memeluk agama mereka masing-

masing, tanpa ada kepura-puraan dari salah satu pihak untuk mengikuti pihak

lain, maka tidak akan pernah muncul kata kemurtadan sebagai hasil dari

perkawinan lintas agama.

Seperti halnya yang dijelaskan dalam ayat QS. Al Maidah:5, yaitu

Page 127: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

111

... Dan dihalalkan mangawini wanita yang menjaga kehormatan

diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga

kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al kitab sebelum kamu, bila

kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak

dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik.

Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum

Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat Termasuk orang-

orang merugi.

Dari ayat di atas nampak adanya kebolehan laki-laki muslim

mengawini perempuan ahli kitab yang jelas berbeda agama. Dalam ayat ini

perkawinan antar pemeluk agama dianggap sah menurut Islam. Melihat

praktek yang terjadi di Kelurahan Bugel maka dapat dikatakan bahwa

perkawinan antara Tri dan Darwati lah yang termasuk dalam kategori ini.

Namun sayangnya perkawinan Tri dan Darwati dilakukan secara Islam

dan setelah itu Darwati murtad, sehingga perkawinan mereka dianggap fasakh.

Meninjau dari kenyataan dalam lapangan, jalan keluar yang mungkin bisa

ditempuh untuk memperoleh keabsahan perkawinan mereka, perlu dilakukan

akad yang baru dengan menggunakan agama masing-masing, sehingga nanti

tidak ada kemurtadan pada salah satunya. Adanya akad kedua ini hanya

digunakan untuk mencari keabsahan di mata agama (terutama Islam dengan

dasar ayat di atas), karena keabsahan menurut Negara sudah dilakukan melalui

akad yang pertama.

Lalu bagaimanakah perkawinan yang dilakukan keempat pasangan

lainnya menurut Islam? Dalam masalah ini tidak ada teks Al Qur‟an maupun

Hadis yang membolehkan perkawinan antara perempuan muslim dengan laki-

laki non muslim. Tetapi juga tidak ada larangan yang secara tegas

terhadapnya. Larangan wanita muslim menikahi laki-laki non muslim

Page 128: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

112

dilakukan dengan alasan yang berkaitan dengan penjagaan iman. Dilihat

aspek psikologi wanita mudah terpengaruh daripada psikologi laki-laki, jadi

ketika dibolehkan seorang wanita muslim menikah dengan laki-laki non

muslim dikhawatirkan keimanan si wanita luntur dan berbalik mengikuti

keimanan suami.

Kenyataan yang terjadi di masyarakat Kelurahan Bugel menunjukkan

bahwa kehidupan perkawinan lintas agama dapat berjalan dengan harmonis

dan saling menghargai satu sama lain. Tidak pernah ada larangan bagi

pasangan atau anak-anak mereka untuk beribadah sesuai agama yang diyakini.

Mereka juga tidak pernah memaksakan agama orang tua terhadap anak.

Bahkan kekhawatiran akan seorang perempuan yang mengikuti agama suami

tidak terbukti di sini.

Memang ada dua orang perempuan yang ketika melakukan akad

perkawinan mengikuti agama suami yaitu Kristen, hanya saja setelah itu

mereka tetap menjalankan agama Islam dengan baik dan tekun. Bahkan peran

mereka sangat besar dalam hal mendidik anak. Dapat dilihat bahwa sebagian

besar anak-anak dari perkawinan lintas agama yang terjadi di kelurahan Bugel

mengikuti agama Islam seperti agama ibunya. Ada 10 anak dari pasangan

pelaku perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel yang mengikuti agama

ibunya, 8 di antara mereka beragama Islam. Sedangkan jumlah anak yang

mengikuti agama ayahnya hanya ada 3 orang yang semuanya beragama

Kristen.2

2 Lihat table 4.3 dan 4.4 halaman 90

Page 129: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

113

Untuk itu melihat kenyataan yang ada harus ada pemaknaan hukum

yang lebih sesuai dengan keadaan masyarakat saat ini. Karena kedudukannya

sebagai hukum yang lahir atas proses ijtihad, maka amat dimungkinkan bila

dicetuskan pendapat baru, bahwa wanita muslim boleh menikah dengan laki-

laki non muslim, atau perkawinan lintas agama secara lebih luas amat

diperbolehkan, apapun agama dan aliran kepercayaannya (Madjid dkk,

2004:164).

Page 130: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

114

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat diperoleh beberapa kesimpulan

mengenai perkawinan lintas agama yang dilakukan oleh pelaku perkawinan

lintas agama di kelurahan Bugel Salatiga. Meliputi:

1. Ada dua pola proses perkawinan lintas agama yang terjadi di kelurahan

Bugel Salatiga. Pertama, perkawinan dilakukan secara Islam dan

dicatatkan di KUA. Kedua, perkawinan dilakukan secara Kristen di

Gereja/KCS.

2. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan lintas

agama di Kelurahan Bugel Salatiga, yaitu pandangan tertentu tentang

agama dan keberagamaan, perempuan tidak memiliki kemandirian

hidup, tradisi perkawinan lintas agama, kurangnya pengetahuan agama

dan kristenisasi pihak luar.

3. Dalam rumah tangga keluarga pelaku perkawinan lintas agama, nilai-

nilai keagamaan sudah diterapkan sejak anak-anak mereka kecil

sehingga mereka mampu hidup harmonis dan penuh toleransi sesama

anggota keluarga. Tidak pernah ada paksaan terhadap anggota keluarga

dalam hal memilih agama yang tepat untuk diri mereka.

4. Sebagian besar tokoh agama di wilayah kelurahan Bugel menyatakan

bahwa perkawinan lintas agama haram hukumnya karena jelas

Page 131: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

115

hukumnya dalam Q.S Al Baqarah:221 selain itu perkawinan lintas

agama bisa menjadikan erosi keimanan bagi pelakunya.

5. Ada empat pendapat menurut hukum Islam mengenai perkawinan lintas

agama, yaitu:

a. Pendapat yang menyatakan keharaman secara mutlak perkawinan

lintas agama. Baik laki-laki muslim yang mengawini perempuan

musyrik/ahli kitab maupun perempuan muslim yang mengawini laki-

laki non muslim. Mereka menggunakan dasar Q.S Al Baqarah:221.

Ditinjau dari hukum ini maka seluruh praktek perkawinan lintas

agama yang terjadi di Kelurahan Bugel adalah tidak sah.

b. Pendapat yang menyatakan bahwa ada pengecualian terhadap laki-

laki muslim boleh mengawini perempuan ahli kitab

(Yahudi&Nasrani) yang menjaga kehormatannya. Dari sini pasangan

Tri-Darwati sajalah yang dapat dianggap sah perkawinannya

menurut pendapat ini. Sedangkan keempat pasangan lainnya

perkawinannya dianggap tidak sah.

c. Pendapat yang menyatakan bahwa ketika akad dilakukan dengan

cara Islam namun di kemudian hari salah satu murtad maka

perkawinan dianggap fasakh atau batal seketika itu juga. Ini berarti

seluruh praktek perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel dapat

disebut fasakh.

d. Pendapat yang menyatakan bahwa ketika akad dilakukan secara non

Islam namun dikemudian hari suami masuk Islam maka perkawinan

Page 132: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

116

tetap dianggap sah selama kedua pasangan tersebut menghendaki.

Namun jika yang masuk Islam adalah istri, maka perkawinan mereka

dapat diputuskan selama suami tidak segera mengikuti istri untuk

masuk Islam. Berdasar teori ini juga menganggap perkawinan Rusdi-

Sugini dan Masal-Supratini dapat diputuskan karena pihak istri

sajalah yang pindah masuk Islam.

Menurut UUP No. 1 Tahun 1974 tidak ada larangan yang tegas

mengenai perkawinan lintas agama, yang diatur dalam undang-undang

tersebut hanya mengenai perkawinan campuran. Larangan perkawinan

lintas agama tersirat dalam pasal 2 yang menyatakan bahwa perkawinan

adalah sah jika dilakukan menurut aturan agama dan kepercayaannya

masing-masing.

KHI secara tegas melarang adanya perkawinan lintas agama yang

tertuang dalam pasal 40 poin c yang menyatakan bahwa dilarang

melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita

yang tidak beragama Islam dan pasal 44, seorang wanita dilarang

melangsungkan perkawinan dengan seorang pria yang tidak beragama

Islam.

B. Saran

Melihat dalam kenyataan bahwa perkawinan lintas agama semakin

marak dilakukan, maka pihak pemerintah perlu meninjau ulang kajian

hukum terhadap perkawinan lintas agama agar sesuai dengan kebutuhan

masyarakat. Terutama KHI yang melarang sekaligus membuka peluang

Page 133: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

117

adanya perkawinan lintas agama malah menjadi pemicu terjadinya dosa-

dosa besar bagi umat Islam. Nampak ketika seseorang harus berpura-pura

menjadi Islam untuk mengesahkan perkawian mereka. Kemudian setelah

itu muncul kemurtadan-kemurtadan dalam agama Islam. Seperti yang telah

diketahui, murtad adalah salah satu dosa dan jelas dilarang dalam agama

Islam, namun KHI membuka peluang bahwa kemurtadan yang dilakuakn

tidak menjadi alasan untuk dapat bercerai/ putusnya sebuah perkawinan

selama kemurtadan tersebut tidak menimbulkan ketidakharmonisan.

Semoga kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan dapat menjadi

pertimbangan bagi pemerintah dalam menetapkan dan menerapkan sebuah

hukum.

Bagi orang yang hendak membangun bahtera rumah tangga

diharapkan tidak terburu-buru dalam memilih pasangan hidup. Karena

tujuan perkawinan adalah membangun keluarga bahagia untuk selama-

lamanya. Selain itu diharapkan memulai perkawinan dengan niat mencari

ridlo Allah semata bukan karena hawa nafsu belaka.

Pendidikan dalam keluarga maupun lewat instansi pendidikan

adalah modal penting bagi anak untuk melanjutkan kehidupan di luar

rumah. Dengan pendidikan agama yang kuat maka diharapkan mampu

membekali anak dalam menghadapi masalah yang akan ditemuinya kelak.

Untuk itulah peran orang tua sangat penting dalam perkembangan

pendidikan anaknya terutama pendidikan agama.

Page 134: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

118

Selain itu masyarakat tempat kita tinggal juga berpengaruh besar

terhadap perkembangan anak, untuk itu sebagai orang tua harus berhati-

hati dalam memilih lingkungan sebagai tempat tinggal dan tempat

pendidikan anak.

Page 135: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

119

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT Rineka Cipta

Asmin. 1986. Status Perkawinan Antar Agama Ditinjau Dari Undang-Undang

Perkawinan No. 1/1974. Jakarta: PT Dian RAkyat

Bahreisj, Husein. 1992. Himpunan Fatwa. Surabaya: Al Ikhlas

Departemen Agama RI. 1995. Al-‘Aliyyi Al-Quran Dan Terjemahan.

Bandung: CV Penerbit Diponegoro

Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. 1995. Pedoman

Penyuluhan Hukum: Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang

Peradilan Agama dan Kompilasi Hukum Islam. Departemen Agama

Fauzi, Auwenda. 2004. Perkawinan Campuran Dalam Perspektif Hukum

Islam (Studi Analisis Terhadap Pendapat Imam Syafi’I Tentang

Perkawinan Campuran). Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan

Syari‟ah STAIN Salatiga

Fuadi, Maftuhul. 2006. Nikah Beda Agama Perspektif Ulil Abshar Abdalla.

Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Syari‟ah STAIN Salatiga

Katsir, Ismai Ibn. 2002. Tafsir Ibnu Katsir. Terjemahan oleh Dr. Abdullah bin

Muhammad dan Abdurrahman bin Ishhaq. Pustaka Imam Syafi‟I

Madjid, Nurcholish dkk. 2004. Fiqh Lintas Agama: Membangun Masyarakat

Inklusif-Pluralis. Jakarta: Paramadina

Moloeng, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda

Page 136: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

120

Mughniyah, Muhammad Jawad. 1994. Fiqh Lima Mazhab. Jakarta:Basrie

Press

Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan. 2006. Hukum Perdata Islam di

Indonesia: Studi Kritis Perkembangan UU No 1/1974 sampai KHI.

Jakarta: Kencana

Pamungkas, Muhammad Wahyuning. 2008. Pernikahan Beda Agama: Studi

terhadap Pasangan Suami Istri Beda Agama di Banjaran Salatiga.

Inferensi, 2(1):43

Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.

Jakarta: Balai Pustaka

Shihab, Quraish. 2000. Tafsir Al Misbah. Ciputat: Lentera Hati

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Yogyakarta: UII

Press

Subekti dan Tjitrosidibio. 1999. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Jakarta: PT Pradnya Paramita

Suhadi. 2006. Kawin Lintas Agama Perspektif Kritik Nalar Islam.

Yogyakarta: LKiS

Syafi‟I, Nasrul Umam dan Ufi Ulfiah. 2004. Ada Apa Dengan Nikah Beda

Agama. Depok: Qultum Media

Page 137: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

121

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sri Nikmah

TTL : Kab. Semarang, 14 Oktober 1988

Riwayat Pendidikan : 1. TK Tunas Bhakti Bugel lulus tahun 1994

2. SD N Bugel 01 Salatiga lulus tahun 2000

3. SMP N 2 Salatiga lulus tahun 2003

4. SMA N 1 Salatiga lulus tahun 2006

Pengalaman Organisasi : 1. MENWA MAHADIPA Sat. 953

KALIMOSODO STAIN Salatiga

2. HMI Cabang Salatiga

3. Karang Taruna “Sandi Candra Taruna”

Kelurahan Bugel

Nama Suami : Faisal Asif

Nama Anak : Rajwa Nailal Amni

(Sri Nikmah)

Page 138: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

122

Page 139: PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3002/1/skripsi-q komplitz.pdf · 5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang

123