perio framakologi,probe
DESCRIPTION
probeTRANSCRIPT
1. Fase Farmakologi
Pada prinsipnya pokok permasalahan didalam farmokologi dikatakan bahwa obat akan
mengalami 3 fase perjalanan didalam tubuh,yaitu :
1. Fase biofarmasi (farmasetika) adalah ;suatu fase waktu yang dimulai dari sejak digunakannya
sediaan suatu obat melalui mulut sampai pelepasan zat aktifnya kedalam cairan tubuh disaluran
pencernaan (lambung ) atau melalui cara lainnya dan siap untuk diabsorpsi.
2. Fase farmakokinetika adalah fase waktu yang dimulai dari zat aktif obat terlepas dari bentuk
sediaannya,terlarut dan diabsorpsi oleh darah dan didistribusikan melalui pembuluh darah menuju
jaringan tubuh.
3. Fase farmakodinamika adalah fase waktu yang dimulai dari sejak berinteraksinya zat aktif
obat dengan zat penerima (reseptor) didalam sel jaringan sampai timbulnya efek terapi (respon
biologik ) didalam tubuh.
2. Perbedaan Operkulektomi dan Odontektomi
Operkulektomi dilakukan untuk mempertahankan gigi molar yang masih memiliki tempat untuk
erupsi tetapi tertutup oleh sebagian operculum. Tujuan utama dari operkulektomi ini adalah untuk
menghilangkan operculum yang menutupi gigi molar tiga yang akan erupsi tersebut. Flap
periodontal diinsisi menggunakan pisau periodontal atau electrosurgical. Insisi dilakukan mulai dari
anterior sampai ke perbatasan anterior ramus dan dibawa ke bawah dan ke depan ke permukaan
distal mahkota sedekat mungkin ke tingkat CEJ, yang akan mendeteksi jaringan lebar yang tajam.
Hal ini diperlukan untuk menghilangkan jaringan distal gigi. Serta flap pada permukaan oklusal.
Penggoresan yang hanya dilakukan pada bagian oklusal flap meninggalkan poket distal yang dalam,
yang mengundang kekambuhan pericoronitis akut.
Indikasi operkulektomi:
1. Erupsi sempurna ( bagian dari gigi terletak pada ketinggian yang sama pada garis
oklusal).
2. Adanya ruang yang cukup untuk ditempati coronal, adanya ruangan yang cukup antara
ramus dan sisi distal M2
3. Inklinasi yang tegak
4. Ada antagonis dengan oklusi yang baik.
Kontraindikasi operkulektomi:
1. Erupsi tegak tetapi erupsi belum sempurna karena tertutup tulang
2. Erupsi horizontal → saat difoto posisi gigi miring.
Odontektomi.
• Definisi Odontektomi menurut Archer (1975).
Pengeluaran satu atau beberapa gigi secara bedah dengan cara membuka flap
mukoperiosteal, kemudian dilakukan pengambilan tulang yang menghalangi dengan tatah atau
bur.
• Definisi Odontektomi menurut Pederson (1996).
Tindakan pembedahan untuk mengeluarkan gigi yang tidak dapat dilakukan dengan cara
ekstraksi biasa atau dapat dilakukan pada gigi yang impaksi atau tertanam di bawah tulang atau
mukosa.
Indikasi dilakukan tindakan odontektomi gigi impaksi yaitu:
Sebagai tindakan pencegahan dari terjadinya infeksi karena erupsi yang terlambat dan
abnormal (Perikoronitis), dan mencegah berkembangnya folikel menjadi keadaan
patologis (Kista odontegenik dan Neoplasia).
Usia periode emas (akar à 1/3 atau 2/3) dan sebelum mineralisasi tulang (15 – 25 th).
Bila terdapat infeksi (fokus selulitis).
Bila terdapat kelainan Patologis (odontegenik).
Maloklusi.
Terdapat keluhan rasa sakit atau pernah merasa sakit.
Gigi impaksi terlihat mendesak gigi molar kedua.
Diperkirakan akan mengganggu perawatan orthodonsia dan pembuatan protesa.
Akan mengganggu perawatan di bidang konservasi atau pembuatan mahkota gigi pada
gigi molar kedua.
Terdapat keluhan neurologi, misalnya : cephalgia, migrain, pain lokal atau diteruskan
(reffered).
Merupakan penyebab karies pada molar kedua karena retensi makanan.
Terdapat karies yang tidak dapat dilakukan perawatan.
Telah terjadi defek pada jaringan periodontal pada gigi molar kedua.
Karies distal molar kedua yang disebabkan oleh karies posisi gigi molar ketiga.
Kontraindikasi odontektomi gigi impaksi yaitu:
Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut.
Bila panjang akar belum mencapai sepertiga atau dua pertiga.
Bila tulang yang menutupi gigi yang tertanam terlalu banyak.
Bila tulang yang menutupinya sangat termineralisasi dan padat yaitu pada pasien yang
berusia lebih dari 26 th atau usia lanjut.
3. Generasi Probe
Pada tahun 1992, B.L Pihlstrom membuat klasifikasi periodontal probe. System klasifikasi
termasuk tiga generasi probe yaitu generasi pertama, kedua dan ketiga. Pada tahun 2000, Watts
menambahkan probe generasi keempat dan kelima dalam system klasifikasi.
Probe generasi pertama adalah instrumen manual, menggunakan tangan, yang juga disebut probe
konvensional. Probe tipe ini biasanya terbuat dari stainless steel, kadang titanium dan plastik juga
digunakan. Probe generasi pertama antara lain The William’s probe, the color coded Marquis probe,
University of Carolina-15 (UNC-15) probe dan Naber’s probe. Probe generasi pertama masih
banyak digunakan oleh dokter gigi.
Probe generasi kedua juga disebut Constant Pressure Probe, merupakan manual probe yang
didesain untuk menyediakan standarisasi tekanan probing yang terkontrol.
Probe generasi ketiga mengacu pada sistem probing otomatis. Sistem probing otomatis dirancang
untuk pemeriksaan perencanaan periodontal menggunakan handpiece probe terkomputerisasi,
mengurangi kebutuhan asisten untuk merekam data. Forida probe pertama kali tersedia tahun 1987.
Probe generasi keempat menggunakan teknologi 3D , dengan tujuan mendapatkan hasil
pembacaan yang tepat terhadap dasar sulkus atau poket.
Probe generasi kelima dirancang menggunakan ultrasound dan teknologi 3D. probe tipe ini
bertujuan untuk mengukur secara akurat tingkat perlekatan tanpa penetrasi terhadap junctional
epithelium ,seperti probe konvensional lakukan, sehingga mendapatkan pemeriksaan yang nyaman
dan akurat.