perencanaan ekowisata kuliner di kabupaten sragen
TRANSCRIPT
USULAN KEGIATAN
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN EKOWISATA KULINER
DI KABUPATEN SRAGEN
PROVINSI JAWA TENGAH
NA’IMMAH NUR’AINI
PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
Menyetujui,
Wulandari Dwi Utari, SHut, MSi
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Bedi Mulyana, SHut, MPar, MoT
Koordinator Program Keahlian
Tanggal Pengesahan:
Judul Laporan : Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen
Provinsi Jawa Tengah
Nama : Na’immah Nur’Aini
NIM : J3B112044
Program Keahlian : Ekowisata
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan kegiatan
Tugas Akhir (TA) dengan baik. Usulan kegiatan TA merupakan syarat yang harus
ditempuh guna pelaksanaan TA di lokasi yang ditentukan. Tugas Akhir
merupakan mata kuliah wajib yang menjadi syarat akademik dalam penentuan
kelulusan dari Program Diploma Institut Pertanian Bogor. Kegiatan TA ini
dilaksanakan di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan TA
mengambil tema kebudayaan dengan spesifik judul yaitu mengenai kuliner khas
yang berfungsi sebagai representasi budaya masyarakat. Judul kegiatan TA adalah
“Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah.”
Penulis berharap usulan kegiatan TA ini dapat bermanfaat sebagai bahan
acuan dalam kegiatan TA pada khususunya. Penulis juga berharap usulan kegiatan
dapat dimanfaatkan sebagai gambaran awal bagi pihak-pihak terkait dalam
menginterpretasikan maksud dan tujuan kegiatan TA. Terakhir, penulis berharap
semoga usulan kegiatan ini dapat bermanfaat untuk akademisi, masyarakat luas
dan keilmuan khususnya dalam bidang ekowisata.
Bogor, Januari 2015
Penulis
i
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR LAMPIRAN ii
I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Manfaat 3
D. Sasaran 3
E. Luaran 3
F. Kerangka Pemikiran 4
II. TINJAUAN PUSTAKA 6 A. Perencanaan 6
B. Ekowisata 7
C. Perencanaan Ekowisata 8
D. Pengunjung dan Wisatawan 9
E. Sumber Daya Wisata 10
F. Kuliner 10
G. Ekowisata Kuliner 12
H. Persepsi dan Motivasi Wisatawan 13
I. Media Promosi 14
III. KONDISI UMUM 15 A. Letak dan Luas 15
B. Sejarah Wilayah 16
C. Kondisi Fisik 17
D. Sosial Ekonomi Masyarakat 18
E. Obyek Wisata 24
F. Aksesibilitas 28
IV. METODE PELAKSANAAN TUGAS AKHIR 29 A. Lokasi dan Waktu 29
B. Alat dan Bahan 29
C. Jenis Data 30
D. Metode Pengambilan Data 33
E. Metode Perancangan Program Ekowisata 38
F. Metode Pembuatan Luaran Media Promosi 39
G. Tahapan Pelaksanaan 40
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 45
ii
ii
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1 Tahapan Pelaksanaan Tugas Akhir Perencanaan Ekowisata Kuliner 41
2 Peta Administrasi Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah 15
3 Peta Aksesibilitas Menuju Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah 28
DAFTAR TABEL
No Halaman
1 Rencana Tata Waktu Pelaksanaan TA 29
2 Alat dan Bahan dalam Tugas Akhir 29
3. Jenis Data dalam Tugas Akhir 32
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1 Kuesioner Sumber Daya Ekowisata Kuliner 48
2 Kuesioner Wisatawan/Pengunjung 65
3 Kuesioner Masyarakat 73
4 Kuesioner Pengelola 78
5 Jurnal Kegiatan Harian 84
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekowisata kuliner merupakan bentuk penggabungan produk ekowisata yang
terdiri dari bentuk pariwisata alam, pariwisata budaya dan pariwisata minat
khusus. Ekowisata kuliner saat ini belum dijadikan sebagai branding oleh negara-
negara ASEAN (Primasari & Siswojo 2010) sehingga menjadikan kuliner sebagai
potensi wisata yang menarik. Ekowisata kuliner menjadi hal yang menarik dilihat
dari tampilan yang dikenal dengan istilah art culinary yang merupakan
perwujudan dari keindahan bentuk dan tampilan dari makanan baik dari bahan
baku, bahan pendukung, proses memasak hingga penyajian. Ekowisata kuliner
dari semua unsur keindahan tersebut dapat menjadi daya tarik wisata yang dapat
merefleksikan sensitifitas dan ekspresi dari diri seseorang, yang dalam hal ini
adalah wisatawan. Ekowisata kuliner yang mengedepankan keindahan dari seni
masakan tersebut juga secara khusus dipelajari dalam ilmu gastronomi yang saat
ini belum banyak dikenal di Indonesia.
Ekowisata kuliner dijadikan representasi budaya suatu kelompok
masyarakat memegang peranan penting dalam perwujudan pilar ekowisata, yaitu
pilar ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Ekowisata kuliner yang menjadikan
kuliner khas sebagai penciri kebudayaan suatu daerah penting untuk
dipertahankan eksistensinya. Ekowisata kuliner merupakan paradigma
pengembangan pariwisata yang dapat berpengaruh terhadap PAD (Pendapatan
Asli Daerah) serta peluang lapangan pekerjaan serta peningkatan pendapatan.
Ekowisata kuliner dapat diwujudkan dengan perencanaan ekowisata untuk
mempersiapkan segala sumberdaya yang nantinya akan berperan dalam kegiatan
ekowisata yang dilaksanakan.
Pemberdayaan masyarakat lokal dapat direalisasikan dengan perencanaan
ekowisata kuliner yang menempatkan masyarakat sebagai bagian dari perencaan
kuliner tersebut. Masyarakat yang berperan sebagai subyek ekowisata kuliner
dapat memperoleh keuntungan secara finansial karena kebudayaan dalam bentuk
kuliner tersebut dapat ditrasformasikan sebagai sumber daya ekonomi/finansial.
Pemberdayaan masyarakat sebagai subyek dapat dikelola menggunakan sistem
ekonomi pariwisata skala kecil (small scale tourism) dengan melibatkan peran
aktif masyarakat dalam perencanaan, pengelolaan, monitoring dan evaluasi, serta
pembagian hasil. Pengembangan masyarakat dengan eco-cultural tourism dan
eco-culinary tourism dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dalam
memelihara lingkungan ekologis dan nilai-nilai budaya yang didorong dari
keuntungan ekonomi dan non ekonomi baik yang bersifat langsung, tidak
langsung maupun ikutan.
2
Kabupaten Sragen merupakan kabupaten di Jawa Tengah yang menjunjung
tinggi kebudayaan. Kabupaten Sragen yang dikenal dengan “Bumi Sukowati”
memiliki kebudayaan baik bersifat material maupun immaterial. Kabupaten
Sragen memiliki kebudayaan yang menjadi penciri khas yaitu produk kuliner.
Kabupaten Sragen memiliki berbagai produk kuliner yang beragam baik dalam
bentuk makanan atau minuman. Kabupaten Sragen dengan potensi kuliner baik
yang khas maupun kontemporer saat ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari keseharian masyarakat. Kabupaten Sragen dengan kekhasan kuliner tetap
terjaga hingga saat ini karena diwujudkan dan dikaitan dengan fungsi sosial yang
ada pada masyarakat. Kabupaten Sragen dapat dikatakan cukup menjadi trend
dalam pengadaan kuliner dilihat dari menjamurnya usaha-usaha skala kecil dan
menengah yang didirikan oleh masyarakat dengan berbagai jenis makanan dan
minuman baik makanan dan minuman tradisional ataupun kontemporer.
Kabupaten Sragen dapat dijadikan sebagai lokasi yang ideal untuk perencanaan
ekowisata kuliner didukung dengan berbagai sumberdaya dan potensi yang ada
serta visi dari pemerintah serta masyakat untuk senantiasa melestarikan
kebudayaan sebagai bagian penting dalam kehidupan.
Perencanaan ekowisata kuliner dapat diwujudkan dengan komitmen
bersama para pihak untuk dijadikan sebagai penanda jati diri (identity marker)
suatu daerah. Perencanaan sebagai penanda jati diri yang dapat diwujudkan dalam
kuliner dapat dilihat dari berbagai sudut pandang contohnya dari segi keindahan
tampilan kuliner. Perencanaan ekowisata kuliner memiliki peluang yang
menjanjikan sebagai bentuk pengembangan ekowisata yang memberikan manfaat
dalam berbagai bidang. Perencanaan ekowisata memerlukan program ekowisata
dan media promosi sebagai suatu bentuk upaya untuk memeperkenalkan kepada
wisatawan. Program ekowisata kuliner dirancang dengan memanfaatkan potensi
unggulan kuliner sebagai daya tarik utama. Media promosi yang dirancang dapat
berupa media audio visual berupa video yang akan lebih menarik secara visual
sehingga diharapkan dapat lebih menarik wisatawan. Program ekowisata dan
media promosi tersebut menjadi luaran yang diharapkan dapat meningkatkan
jumlah kunjungan sehingga dapat mengangkat wisata daerah terutama dalam
bidang kuliner.
B. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Tugas Akhir tentang Perencanaan Ekowisata
Kuliner di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah adalah:
1. Mengidentifikasi, menguraikan dan memetakan potensi kuliner yang ada di
Kabupaten Sragen.
2. Mengidentifikasi dan menguraikan karakteristik, persepsi, dan kesiapan
pemerintah dan masyarakat terhadap perencanaan ekowisata kuliner di
Kabupaten Sragen.
3. Mengidentifikasi dan menguraikan karakteristik dan persepsi akademisi
terhadap perencanaan ekowisata kuliner di Kabupaten Sragen.
4. Menguraikan karakteristik, persepsi, dan motivasi wisatawan di Kabupaten
Sragen.
5. Merancang program ekowisata kuliner dan media promosi dalam bentuk audio
visual di Kabupaten Sragen.
3
C. Manfaat
Tugas Akhir diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat
terutama untuk stakeholder pariwisata. Tugas Akhir berkaitan dengan
Perencanaan Ekowisata Kuliner memiliki manfaat sebagai masukan kepada:
1. Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen khususnya dalam merumuskan
kebijakan ekowisata kuliner yang lebih efektif untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, distribusi kesejahteraan
dan pelestarian lingkungan.
2. Masyarakat umum mendapatkan informasi mengenai potensi wisata kuliner
di Kabupaten Sragen.
3. Masyarakat lokal dapat terdorong untuk berperan aktif dalam perencanaan
ekowisata kuliner sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dari segi ekonomi dan non ekonomi.
4. Penyelenggara jasa wisata atau pengusaha dapat memperoleh gambaran
mengenai peluang dan prospektif industri wisata di Kabupaten Sragen
khususnya untuk ekowisata kuliner.
5. Pengembangan ilmu pengetahuan dalam memahami ekowisata kuliner secara
umum dan kuliner di Kabupaten Sragen secara khusus sehingga dapat
menjadi trend dan branding kegiatan ekowisata yang menjadikan Indonesia
sebagai pelopor.
D. Sasaran
Sasaran dari kegiatan Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen,
Provinsi Jawa Tengah adalah semua kalangan terutama masyarakat lokal di
Kabupaten Sragen. Sasaran yang dicapai adalah terwujudnya masyarakat yang
sadar akan potensi kuliner yang dapat dikembangkan sebagai produk wisata
sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menjaga kelestarian
kuliner khas.
E. Luaran
Luaran yang akan direncanakan dalam Perencanaan Program Ekowisata
Kuliner ini adalah berupa program wisata dan media promosi dalam bentuk audio
visual. Program wisata dirancang memanfaatkan sumber daya utama dan
pendukung yang kemudian dirancang menjadi program wisata dalam bentuk
harian, bermalam dan tahunan. Media promosi audio visal digunakan untuk
menginterpretasikan sumber daya kuliner dan program wisata kuliner yang ada di
Kabupaten Sragen. Media promosi dalam bentuk Audio Visual ini berisi gambar,
video dan informasi mengenai sumber daya wisata kuliner dan program ekowisata
kuliner di Kabupaten Sragen.
4
F. Kerangka Pemikiran
Perencanaan ekowisata kuliner di Kabupaten Sragen diharapkan mampu
meningkatkan perkonomian daerah. Ekowisata kuliner dapat dijadikan sebagai
perwujudan dalam melestarikan budaya masyarakat. Ekowisata kuliner
dikembangkan di daerah yang memiliki potensi sumber daya kuliner baik berupa
kuliner tradisional dan kontemporer. Ekowisata kuliner bermanfaat dalam
pemberdayaan masyarakat sebagai subyek kegiatan wisata. Ekowisata kuliner
diwujudkan dengan kerjasama dari para pihak sehingga terwujud perencanaan
yang tersinergi dengan baik.
Perencanaan ekowisata kuliner di Kabupaten Sragen memiliki empat
variabel esensial yaitu sumber daya kuliner, masyarakat, pengunjung dan
pengelola. Keempat variabel tersebut diinventarisasi dan identifikasi dengan studi
literatur, wawancara dan obervasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis
dengan indikator Avenzora dalam Avenzora (2008). Hasil analisis dijadikan
sebagai dasar dalam pembuatan program ekowisata dan luaran berupa media
audio visual. Kerangka pemikiran secara detail disajikan pada Gambar 1.
5
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Perencanaan Ekowisata Kuliner di
Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah.
Pengunjung:
1. Karakteristi
2. Persepsi
3. Motivasi
4. Preferensi
Sumber Daya
Kuliner:
1. Tradisional
2. Favorit
3. Oleh-Oleh
Masyarakat :
1. Karakteristik
2. Persepsi
3. Kesiapan
Pengelola
1. Karakteristi
2. Persepsi
3. Kesiapan
Sumber Daya Ekowisata Kuliner
Analisa Data
Luaran Media Audio Visual
Rancangan Program Ekowisata Kuliner
Observasi
1. Dokumentasi
2. Talleysheet
Wawancara :
1. Pencatatan
langsung
2. Pencatatan
dari ingatan
3. Pencatatan
dengan alat
recording
4. Pencatatan
dengan field
rating
5. Pencatatan
dengan field
coding
Kuesioner :
1. Close Ended
2. Random
Sampling
3. Accidental
Sampling
Ekowisata Kuliner
Mengapa Ekowisata Kuliner
Kabupaten Sragen
Variabel
Inventarisasi dan Identifikasi
Hubungan
Tim
bal
Bal
ik
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Perencanaan
Perencanaan menurut Munandar et al. (2013) adalah penjelasan dari proses
kegiatan secara rinci yang akan dilaksanakan kerja dari individu atau oraganisasi
secara efisien dan efektif. Perencanaan merupakan kegiatan penting dari
pengelolaan yang menjadi dasar dari pengelolaan. Perencanaan tersebut
merumuskan visi, misi, dan tujuan sehingga akan menjamin keberhasilan yang
sudah tercapai. Rencana adalah bagian penting dari cara pencapaian tujuan yang
menentukan alokasi sumberdaya yang akan dipergunakan, adanya jadwal, tugas
serta tindakan lainnya. Perencanaan merupakan pencapaian tujuan organisasi yang
sudah ditetapkan. Tujuan penting ditetapkan dari awal karena organisasi ada
untuk suatu tujuan.
Perencanaan didefinisikan oleh Ridwan (2012) memiliki peran yang penting
dalam suatu kegiatan. Perencanaan dapat meningkatkan dampak positif yang akan
terjadi dan mampu meminimalisir dampak negatif. Prinsip koordinasi harus
dijalankan dengan pihak-pihak yang terkait sehingga mampu mencapai
kesejahteraan dari berbagai pihak. Perencanaan adalah proses yang dilakukan
untuk mengubah kondisi menjadi lebih baik. Kondisi yang baik mampu
menjalankan suatu rencana yang telah ditentukan dan menjadi suatu proses
pemecahan masalah (Ridwan 2012).
Tanpa adanya perencanaan suatu kegiatan akan mengalami penurunan.
Penurunan tersebut menyangkut daya tarik dan bahkan mengakibatkan kerusakan
terhadap lingkungan. Dampak yang ditimbulkan tanpa adanya perencanaan
dipengaruhi berbagai pihak (Marpaung & Bahar 2002). Hal yang mempengaruhi
adalah sebagai berikut :
1. Adanya pengaruh fisik pada kerusakan yang terjadi terhadap lingkungan dan
kebudayaan.
2. Pemikiran manusia yang belum menerima terhadap orang asing dan tidak
menyadari adanya keuntungan dari orang asing tersebut.
3. Tidak adanya kerjasama dalam keselarasan dan keterkaitan dengan pihak
lainnya.
Perencanaan bagian dari fungsi manajemen yang paling mendasar sehingga
menjadi titik awal dari fungsi-fungsi yang akan dikembangkan. Kegiatan yang
akan dilakukan harus memiliki rencana yang akan dikerjakan secara lengkap dan
memikirkan sekarang untuk masa yang akan datang (Suyitno 2001). Aspek-aspek
yang perlu dikaji meliputi :
1. Aspek pasar yaitu mengaitkan antara kondisi pasar serta kebutuhan
2. Aspek sumber daya Aspek sumber daya (sumber daya sarana prasarana dan
sumber daya manusia)
3. Aspek produk yang berkaitan dengan upaya meramu dan mengemas produk
4. Aspek operasional menyangkut dengan kegaitan yang akan dilakukan dalam
mewujudkan produk.
Perencanaan menjadi peran penting untuk mencapai suatu tujuan kegiatan.
Beberapa hal perlu dipikirkan sebelum melakukan perencanaan sehingga dapat
menimbulkan manfaat. Manfaat perencanaan adalah sebagai berikut:
7
a. Sebagai pedoman dalam penyelenggaran.
b. Dapat memperediksikan kemungkinan yang akan ditimbulkan sehingga
mampu memecahkan masalah.
c. Mewujudkan kegiatan yang efektif dan efisien
d. Tolak ukur dari tingkat keberhasilan dalam upaya pengawasan atau evaluasi
sehingga memberikan umpan balik bagi penyelenggara kegiatan yang
selanjutnya.
B. Ekowisata
Ekowisata dalam teori dan prakteknya tumbuh dari kritik terhadap
pariwisata massal, yang dipandang merusak terhadap landasan sumberdayanya,
yaitu lingkungan dan kebudayaan. Kritik ini melahirkan berbagai istilah baru,
antara lain adalah pariwisata alternatif, pariwisata yang bertanggungjawab,
pariwisata berbasis komunitas, dan eko-wisata (Aoyama 2000).
Honey’s dalam Ecotourism and Sustainable Development, mengemukakan
bahwa ada 7 butir prinsip-prinsip ekowisata :
a. Perjalanan ke suatu tempat yang alami (involves travel to natural destinations).
Sering tempat tersebut jauh, ada penduduk atau tidak ada penduduk, dan
biasanya lingkungan tersebut dilindungi.
b. Meminimalkan dampak negatif (minimized impact). Pariwisata menyebabkan
kerusakan, tetapi ekoturisme berusaha untuk meminimalkan dampak negatif
yang bersumber dari hotel, jalan atau infrastruktur lainnya. Meminimalkan
dampak negatif dapat dilakukan melalui pemanfaatan material sumberdaya
setempat yang dapat di daur ulang, sumber energi yang terbaharui,
pembuangan dan pengolahan limbah dan sampah yang aman, dan
menggunakan arsitektur yan sesuai dengan lingkungan dan budaya setempat,
serta memberikan batas/jumlah wisatawan sesuai daya dukung obyek dan
pengaturan prilakunya.
c. Membangun kepedulian terhadap lingkungan (build environmenta lawareness).
Unsur penting dalam ekoturisme adalah pendidikan, baik kepada wisatawan
maupun masyarakat penyangga obyek. Sebelumnya semua pihak yang
terintegrasi dalam perjalanan wisata alam harus dibekali informasi tentang
karakteristik obyek dan kode etik sehingga dampak negatif dapat
diminimalkan.
d. Memberikan beberapa manfaat finansial secara langsung kepada kegiatan
konservasi (provides direct finansial benefits for conservation). Ekoturisme
dapat membantu meningkatkan perlindungan lingkungan, penelitian dan
pendidikan, melalui mekanisme penarikan biaya masuk dan sebagainya.
e. Memberikan manfaat/keuntungan finansial dan pemberdayaan pada
masyarakat lokal (provides financial benefits and enpowerment for local
people). Masyarakat akan merasa memiliki dan peduli terhadap kawasan
konservasi apabila mereka mendapatkan manfaat yang menguntungkan, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Keberadaan ekoturisme di suatu
kawasan harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat
(local community walfare). Manfaat finansial dapat dimaksimalkan melalui
pemberdayaan atau peningkatan kapasitas masyarakat lokal, baik dalam
pendidikan, wirausaha, permodalan dan manajemen.
8
f. Menghormati budaya setempat (Respect local culture). Ekoturisme disamping
lebih ramah lingkungan, juga tidak bersifat destruktif, intrusif, polutan dan
eksploitatif terhadap budaya setempat, yang justru merupakan salah satu “core”
bagi pengembangan kawasan ekoturisme.
g. Mendukung gerakan hak azasi manusia dan demokrasi (Support human right
and democratic movements).
Ekowisata harus mengangkat harkat dan martabat masyarakat lokal yang
secara umum memiliki posisi tawar yang lebih rendah, menempatkan masyarakat
sebagai elemen pelaku dalam pengembangan suatu kawasan, sehingga terlibat
langsung dalam pengambilan keputusan serta menentukan hak-hak kepemilikan.
Pengambilan keputusan secara komprehensif, adaptif dan demokratis, melalui
pendekatan co-management (integrated bottom up and top down approach).
Dalam perkembangannnya dalam Aoyama (2000) menyatakan beberapa
kriteria standar tentang bagaimana seharusnya eko-tourisme yang telah diterima
secara umum, yaitu:
1. Melestarikan lingkungan. Jika ekowisata bukan merupakan satu instrumen
konservasi, maka akan mendegradasi sumberdaya.
2. Secara ekonomis menguntungkan. Jika tidak menguntungkan, maka tidak akan
ada modal yang kembali untuk konservasi, dan tidak akan ada insentif bagi
pemanfaatan sumberdaya alternatif
3. Memberi manfaat bagi masyarakat.
Pemilihan ekowisata sebagai konsep pengembangan bagi wisata pesisir di
dasarkan pada beberapa unsur utama, yaitu: Pertama, ekowisata sangat bergantung
pada kualitas sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya. Kedua,
melibatkan masyarakat. Ketiga, ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi
terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya. Keempat, tumbuhnya
pasar ekowisata di tingkat internasional dan nasional. Kelima, ekowisata sebagai
sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan. Dengan kata lain, ekowisata (bahari)
menawarkan konsep low invest-high value bagi sumberdaya dan lingkungan
kelautan sekaligus menjadikannya sarana cukup ampuh bagi partisipasi
masyarakat, karena seluruh aset produksi menggunakan dan merupakan milik
masyarakat lokal (Dirawan 2003).
C. Perencanaan Ekowisata
Perencanaan yang dijelaskan oleh Nugroho (2001) merupakan suatu sajian
atau gambaran keadaan akan datang dari wilayah ekowisata yang efisien dan
berkelanjutan. Perencanaan memuat tujuan dan sasaran pengelolaan wilayah
dilandasi dukungan aspek kelembagaan dan peraturan pendukungnya, serta
memuat uraian mengenai langkah-langkah strategis, manajemen aksi,
pembiayaan, dan penetapan wilayah (zoning).
Perencanaan menurut Avenzora dalam Avenzora (2008) merupakan suatu
kegiatan mengelaborasi berbagai pertimbangan obyektif yang dilakukan secara
sadar untuk mencapai visi dan misi ekowisata yang ditetapkan melalui berbagai
tindakan yang dibutuhkan secara efektif, terdanai dengan mempertimbangkan
berbagai kondisi dimasa yang akan datang, pengalaman yang sudah terjadi selama
ini, seni, teknologi, dan manajemen yang ada. Perencanaan menurut Wrihantolo
(2006) adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat serta
9
menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang dengan
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini
diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu.
D. Pengunjung dan Wisatawan
Wisatawan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2009
Tentang Kepariwisataan adalah orang yang melakukan wisata. Wisatawan
menurut Suwantoro (2004:4) adalah seseorang atau sekelompok orang yang
melakukan suatu perjalanan wisata disebut dengan wisatawan jika lama
tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi.
Apabila mereka tinggal di daerah atau negara yang dikunjungi dengan waktu
kurang dari 24 jam maka mereka disebut pelancong. Kata wisatawan (tourist)
merujuk kepada orang. Wisatawan secara umum menjadi subset atau bagian dari
traveller atau visitor. Untuk dapat disebut sebagai wisatawan, seseorang harus
seorang traveller atau seorang visitor. Seorang visitor adalah seorang traveller,
tetapi tidak semua traveller adalah tourist. Traveller memiliki konsep yang lebih
luas, yang dapat mengacu kepada orang yang mempunyai beragam peran dalam
masyarakat yang melakukan kegiatan rutin ke tempat kerja, sekolah dan
sebagainya sebagai aktivitas sehari-hari.
Wisatawan menurut Soekadijo (2000) adalah orang yang mengadakan
perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya,
kemudian Suwantoro (2004) juga menjelaskan wisatawan adalah seseorang atau
sekelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata disebut dengan
wisatawan jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara
yang dikunjungi. Syarat-syarat menjadi seorang wisatawan menurut Suwantoro
(2004) yaitu:
1. Memiliki tanda bukti diri, disebut sebagai passport yang dikeluarkan oleh
pejabat negara dimana wisatawan tersebut berdomisili atau menetap.
2. Memiliki ijin untuk meninggalkan negaranya dan bepergian ke luar negeri atau
disebut sebagai ijin keluar.
3. Memiliki surat ijin untuk memasuki negara tujuan wisata dan tinggal di negara
tersebut. Surat ini disebut sebagai visa yang dikeluarkan oleh pejabat kedutaan
atau kantor perwakilan negara yang akan dikunjungi.
4. Memiliki surat keterangan bebas dari penyakit tertentu yang ditunjukan dengan
kartu bukti kesehatan yang disebut sebagai kartu kuning. Ketentuan ini
bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada penduduk dari bahaya
penularan penyakit yang dibawa wisatawan.
5. Tiba di wilayah lintas batas dua negara, wisatawan tersebut akan diperiksa oleh
petugas Bea Cukai di pelabuhan udara, pelabuhan laut dan pos-pos penjagaan
perbatasan, baik di negara asalnya maupun di negara tujuannya.
10
E. Sumber Daya Wisata
Sumber daya wisata menurut Pitana dan Diarta (2009) merupakan segala
potensi wisata yang mendukung pariwisata sehingga dapat dikembangkan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sumberdaya bagian dari atribut alam
yang mempunyai campur tangan manusia dari luar untuk dapat mengubah dan
memenuhi kebutuan serta kepuasan manusia.
Sumberdaya wisata sendiri memiliki substansi untuk dapat menarik minat
kegiatan wisata, dapat menampung kegiatan wisata dan memiliki atraksi wisata.
Sumber daya wisata mempunyai atraksi yang dimaksud agar wisatawan
mempunyai keinginan untuk melakukan kegiatan wisata di daerah tersebut.
Menampung kegiatan wisata ini terkait dengan melihat mampu atau tidaknya daya
dukung lingkungan serta fasilitas dan sarana serta prasarana menunjang kegiatan
wisata yang dilakukan di daerah tersebut sehingga sumber daya wisata menjadi
sangat penting posisinya dalam penyelenggaraan wisata, namun perlu
diperhatikan dalam penggunaan sumber daya wisata tersebut karenadalam waktu
tertentu tidak dapat lagi dikatakan sebagai sumberdaya wisata bila keadaannya
sudah rusak atau terganggu (Setiawan 2010).
F. Kuliner
Makanan menurut Moerjipto et al. (1993) dapat digolongkan sebagai
makanan pokok, makanan sambilan, makanan jajanan untuk pariwisata khusus
dan berbagai macam keperluan upacara. Makanan masyarakat perkotaan dan
masyarakat pedesaan berbeda dari segi konsepnya. Perbedaan terlihat dari wujud,
variasi, fungsi, serta cara penyajiannya. Perbedaan ini disebabkan karena tingkat
kemampuan yang tidak sama.
Makanan menjadi kebutuhan essensial yang diperlukan dalam kehidupan
setiap manusia dalam menambah kalori yang diperlukan manusia. Keperluan
kalori setiap manusia berbeda-beda karena ditentukan oleh jenis kelamin, jenis
pekerjaan sehari-hari dan tingkat umur. Dalam memenuhi kebutuhan bahan
makanan masyarakat desa lebih sederhana dibandingkan dengan masyarakat kota.
Bahan makanan masyarakat pedesaan lebih terbatas hanya diperoleh dari hasil
pertanian, berbeda dengan kota. berbeda dengan kota yang memiliki beraneka
macam bahan yang tersedia. Fungsinya makanan digolongkan menjadi beberapa
makanan seperti :
1. Makanan pokok
Makanan pokok merupakan jenis masakan yang menjadi bahan pokok
sehari-hari untuk mencukupi kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup dari makanan
untuk menghilangkan rasa lapar. Bahan pokok utama biasanya mengandung
tepung yang bersifat mengenyangkan.
2. Makanan sambilan
Makanan yang berfungsi sebagai selingan makanan pokok. Makanan
sambilan disajikan antara makan pagi dan makan siang serta makan malam,
terkadang makan malam setelah tidur. Cara penyajian juga dipengaruh oleh faktor
lapisan sosial.
11
3. Makanan jajanan
Makanan jajajanan dapat disajikan sepanjang hari serta waktu, tempat, dan
jumlah yang dimakan. Makanan jajanan memiliki tujuan yaitu:
a. Pengurangan rasa lapar walaupun tidak mutlak
b. Menambah zat-zat yang tidak ada atau kurang pada makanan utama dan lauk
pauknya
c. Sebagai hiburan
Makanan jajanan ditinjau dari fungsi adalah:
a. Makanan jajanan sebagai pengganti makanan utama, makanan tersebut adalah
makanan yang dalam keadaan tertentu (bepergian, bekerja) dapat
menggantikan makanan utama
b. Makanan jajanan sebagai makan yang dimaksud adalah makanan jajanan yang
memiliki zat-zat yang diperlukan dalam tubuh yang tidak ditemukan pada
makanan sehari-hari, karena makanan jajanan tersebut mungkin tidak pernah
disediakan atau diadakan
c. Makanan jajanan sebagai hiburan, makanan jajan tersebut adalah semua jenis
makanan yang berfungsi sebagai hiburan. Untuk makanan yang dapat berfungsi
sebagai hiburan ini sebagian besar biasanya berupa makanan kecil atau
makanan ringan, sebab dapat dipakai sebagai teman santai bersama keluarga.
4. Makanan untuk peristiwa khusus
Makanan untuk peristiwa khusus biasa digunakan dalam upacara tradisional
dan peringatan hari keagamaan. Pengertian upacara tradisional adalah kegiatan
sosial yang melibatkan masyarakat dalam usaha untuk mencapai tujuan
keselamatan bersama. Kerja sama antar masyarakat itu sesuai dengan kodrat
sebagai makhluk sosial.
Kuliner tardisional Indonesia menurut Marlyati et al. dalam Teguh dan
Avenzora (2013) menggunakan bumbu yang mengandung neutraceutical dan
memiliki keuntungan bagi tubuh. Neutraceutical adalah komponen dalam pangan
selain kandungan gizi yang memberikan manfaat kesehatan. Makanan dan
minuman tradisional Indonesia memiliki kandungan serat pangan, vitamin dan
mineral, rendah kandungan natrium dan lemak jenuh. Kuliner tardisional
Indonesia dapat diklasifikasikan ke dalam 7 jenis, yaitu: a) Makanan Sepinggan;
(b) Olahan Beras/Nasi; (c)Lauk Hewani; (d) Lauk Nabati; (e) Sayuran dan Buah;
(f) Jajanan (basah dan kering); dan (g) Minuman (Marliyati 2013 : 255-263).
1. Makanan Sepinggan
Makanan sepinggan adalah makanan yang disajikan dalam satu
piring/mangkuk atau sajian tunggal. Lauk pauk dalam makanan sepinggan ini
ditempatkan dalam satu piring. Meskipun makanan ini disajikan dalam satu
piring, namun kebutuhan akan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral
diharapkan memenuhi bagi tubuh. Konsep efisiensi makanan sepinggan
menjadikan hidangan ini banyak diplih orang karena menghemat waktu, tenaga
dan biaya.
2. Olahan Beras/Nasi
Nasi merupakan makanan utama bagi masyarakat Indonesia. Hal tersebut
dikarenakan nasi adalah sumber karbohidrat. Kuliner tradisional Indonesia dari
nasi dapat diolah tanpa bumbu dan dapat dikombinasikan dengan berbagai lauk
pauk dan sayuran atau nasi dapat diolah menjadi olahan yang memiliki rasa gurih
seperti nasi uduk, nasi kuning, nasi liwet, nasi gurih.
12
3. Lauk Hewani
Pangan hewani yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah
daging sapi, kerbau, kambing, bebek, ayam, telur dan berbagai jenis ikan. . Lauk
hewani dikonsumsi untuk menuhi kebutuhan protein bagi tubuh dan sebagai
makanan pelengkap pendamping nasi. Proses pengolahan lauk hewani sangat
beragam seperti digoreng, dipepes, dibakar, dibuat sup, dibuat sate, ataupun
diolah dengan memberikan bumbu yang lebih lengkap sepeti gulai balado, rica-
rica. Jenis olahan lauk hewani di Indonesia sangat beragam dan dapat
dikategorikan sebagai olahan daging, olahan ayam/bebek, olahan telur, dan olahan
ikan.
4. Lauk Nabati
Pangan nabati yang banyak dijadikan sebagai lauk nabati adalah tahu,
tempe, dan oncom. Ketiga lauk nabati tersebut dibuat dari kacang kedelai.
Pengolahan lauk nabati yang biasa dilakukan antara lain digoreng, baik dengan
menggunakan tapung atau tanpa tepung (Jawa), dibuat menjadi bacem (Jawa
Tengah), dibuat pepes dan ditumis (Jawa). Keunikan rasa dari proses pengolahan
kacang kedelai dapat dijadikan sebagai atraksi wisata bagi wisata keuliner.
5. Sayur dan Buah
Indonesia kaya akan sayur dan buah karena memiliki keragaman hayati
yang tinggi. Pangan buah-buahan Indonesia biasanya dimakan langsung tanpa
adanya proses pengolah, namun beberapa buah dapat diolah menjadi manisan
buah, asinan buah, rujak ulek, dan rujak bebek. Buah-buahan yang banyak diolah
menajadi kuliner adalah manga, salak, kedondong, bengkoang, ketimun, papaya
mengkal, jambu air, pisang batu, jeruk bali dan sebagainya. Sedangkan sayuran di
Indonesia dapat diolah dengan cara dibuat sayur bening, dibuat sayur bersantan,
ditumis, atau dibuat hidangan lainnya seperti gado-gado, pecel, karedok, trancam,
dan seabagainya.
6. Jajanan
Jajanan tradisional Indonesia sabgat berpotensi untuk dipromosikan karena
rasa dan jenisnya yang dapat menarik wisatawan asing. Hal yang paling penting
adalah kemasannya agar dapat menarik pembeli asing. Jajanan Indonesia terdiri
dari jajanan basah (kue basah) dan jajanan kering meliputi kue dan biskuit.
7. Minuman
Minuman tradisional Indonesia berpotensi untuk dapat menarik minat bagi
wisatawan asing karena rasa dan beragam jenisnya. Minuman tradional biasanya
disajikan dalam keadaan panas maupun dingin. Bahan yang digunakan dalam
minuman tradional Indonesia adalah buah atau rempah-rempah.
G. Ekowisata Kuliner
Konsep ekowisata kuliner memang menjadi hal yang baru didalam wacana
akedemik kepariwisataan walaupun terdapat beberapa konsep ekowisata lainnya.
Konsep ekowisata kuliner memadukan antara gagasan perpaduan produk wisata
kuliner dengan ekowisata. Pentingnya ekowisata kuliner dikepariwisataan dapat
menjadi salah satu diversivikasi produk ekowisata (Marliyati et al. dalam
Avenzora & Teguh 2013).
13
Wujud kebudayaan dari masyarakat berupa makanan secara konseptual
sehingga Wisata kuliner menjadi bagian dari wisata budaya. Wisata budaya dan
wisata kuliner memiliki perbedaan dalam segmentasi pasar yang jelas. Perbedaan
konsep ekowisata budaya dan ekowisata kuliner dapat ditulis dalam buku teori
dan praktek sehingga memudahkan analisis (Marliyati et al. dalam Avenzora &
Teguh 2013).
Wisata kuliner menurut Pitana dan Rukendi (2008) merupakan bagian dari
wisata budaya karena makanan merupakan hasil dari kebudayaan masayrakat.
Namun, produk wisata kuliner dan produk wisata budaya dapat dibedakan dengan
membidik segmentasi pasar yang jelas. Eco-culinary tourism merupakan
berkembangan ekowisata dengan melakukan ecotourism mix product atau produk
ekowisata campuran yaitu ekowisata budaya (eco-cultural tourism) dan ekowisata
kuliner (eco-culinary tourism).
Obyek yang menjaadi daya tarik wisata gastronomi tidak hanya berbagai
jenis makanan, tetapi juga menawarkan atribut lain yang berhubungan dengan
makanan. Atribu-atribut wisata gastronomi terdiri dari pemilihan bahan makanan,
persiapan dan proses pembuatan, cara penyajian, cita rasa dan kandungan gizi,
nilai budaya dan tradisi, dan informasi lain yang dapat dideskripsikan oleh jenis
makanan (Sukenti 2014).
Wisata kuliner menurut Sukenti (2014) dapat dikembangkan pada level eco-
culinary tourism dengan menitikberatkan pada nilai tambah seperti eco-friendly
orientation, keikutsertaan masyarakat lokal, dan pendidikan. In relation to the
principles of ecotourism focusing on eco-friendly values, involvement of local
communities, and education aspects, ecotourism or culinary-based tourism is a
package that can load these values. First, the eco-friendly value represented in
species conservation (plants and animals) as the ingredients of the cuisines.
Secondly, community involvement implemented in their participation in culinary-
related activities and businesses as well as supporting business.
Aspek penting pengembangan ekowisata kuliner yang yaitu masyarakat
lokal yang berusaha dibidang tersebut harus mengerti prinsip-prinsip kesehatan
dalam mengelola, menyajikan dan menyimpan makanan. Aspek yang harus
diperhatikan dalam pengembangan ekowisata kuliner. Pengetahuan yang
didapatkan dari pengembangan ekowisata kuliner dapat menarik makanan
tradisional menjadi daya tarik utama dan meningkatkan kualitas serta keamanan
untuk disajikan kepada wisatawan (Marliyati et al. dalam Avenzora & Teguh
2013).
H. Persepsi dan Motivasi Wisatawan
Motivasi menurut Fahmi (2011) merupakan aktivitas perilaku yang bekerja
dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan. Motivasi sebagai
perilaku yang ditujukan pada sasaran. Motivasi berkaitan dengan tingkat usaha
yang dilakukan seseorang dalam mengejar suatu tujuan, serta berkaitan erat
dengan kepuasan dan performansi pekerjaan. Motivasi menurut Hariandja et al.
(2007) merupakan tujuan yang diinginkan yang mendorong orang berperilaku
tertentu sehingga motivasi sering diartikan sebagai keinginan, tujuan, kebutuhan,
atau dorongan dan sering dipakai secara bergantian untuk menjelaskan motivasi
seseorang.
14
Persepsi menurut Sunaryo (2004) merupakan proses akhir dari pengamatan
yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh
alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan kemudian
individu menyadari tentang sesuatu. Persepsi proses internal yang dilakukan
memilih, mengevaluasi, dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan
eksternal. Persepsi merupakan suatu cara untuk mengubah energi-energi fisik
lingkungan menjadi pengalaman yang bermakna (Mulyana, 2006).
I. Media Promosi
Media menurut Sanjaya (2006) adalah perantara dari pemberi informasi ke
penerima informasi yang dibantu melalui video, televisi, computer dan lain
sebagainya. Alat-alat tersebut merupakan sebuah media untuk menyalurkan
infomasi yang akan disampaikan. Bauran pemasaran merupakan bagian dari
proses promosi yang dilakukan untuk memasarkan produk dari suatu barang.
Koordinasi merupakan bentuk interaksi pada bauran pemasaran yang terdiri dari
empat komponen yang sering disebut degan 4P yaitu produk (product), harga
(price), lokasi distribusi (place), dan promosi (promotion) (Sunaryo 2013).
Promosi yang didefinisikan oleh Marpaung dan Bahar (2002) adalah upaya
yang dilakukan dalam menyesuaikan antara produk wisata dengan permintaan
wisata. Produk yang yang akan dijual dapat dikemas dengan model yang lebih
menarik sehingga wisatawan membeli produk tersebut. Pada promosi yang
menjadi kata kunci ialah daya tarik dari produk tersebut. Kegiatan promosi dapat
dilakukan dengan intensif dalam waktu yang relatif singkat dan tentunya
mengingat sifat dan karakter dari produk wisata itu sendiri. Promosi harus
dilakukan dengan tepat sehingga dapat melakukan pendistribusian. Contoh
pendistribusian seperti hotel, atraksi wisata, dan angkutannya. Pendistribusian
dilakukan dengan memasarkan sesuai dengan total kegitan yang dihasilkan.
Produk dan layanan yang dihasilkan dari penjual ke pembeli secara tepat agar
menghasilkan kepuasan terhadap pembeli dan keuntungan bagi produsen serta
menjadi tantangan untuk melakukan kajian terhadap produsen.
15
III. KONDISI UMUM
A. Letak dan Luas
Kabupaten Sragen merupakan bagian dari Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten
Sragen berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Batas-batas
wilayah Kabupaten Sragen:
a. Sebelah Timur : Kabupaten Ngawi (Provinsi Jawa Timur)
b. Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Karanganyar
d. Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan
Luas wilayah Kabupaten Sragen adalah 941,55 km2 yang terbagi dalam 20
kecamatan (Gambar 1), 8 kelurahan, dan 200 desa. Wilayah Kabupaten Sragen
terbagi atas 40.037,93 Ha (42,52%) lahan basah atau persawahan, 54.117,88 Ha
(57,48%) lahan kering. Kabupaten Sragen secara geografis terletak pada 7015 LS
dan 7030 LS-110045 BT dan 111010 BT. Wilayah Kabupaten Sragen berada di
dataran dengan ketinggian rata rata 109 m diatas permukaan laut.
Gambar 2 Peta Administrasi Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah Sumber: Pemkab Sragen 2014
16
B. Sejarah Wilayah
Hari Jadi Kabupaten Sragen ditetapkan dengan Perda Nomor 4 Tahun 1987,
yaitu pada hari Selasa Pon, tanggal 27 Mei 1746. tanggal dan waktu tersebut
adalah dari hasil penelitian serta kajian pada fakta sejarah, ketika Pangeran
Mangkubumi yang kelak menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono yang ke- I
menancapkan tonggak pertama melakukan perlawanan terhadap Belanda menuju
bangsa yang berdaulat dengan membentuk suatu Pemerintahan lokal di Desa
Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati sebelah timur.
Pangeran Mangkubumi adik dari Sunan Pakubuwono II di Mataram sangat
membenci Kolonialis Belanda. Apalagi setelah Belanda banyak mengintervensi
Mataram sebagai Pemerintahan yang berdaulat. Oleh karena itu dengan tekad
yang menyala bangsawan muda tersebut lolos dari istana dan menyatakan perang
dengan Belanda. Dalam sejarah peperangan tersebut, disebut dengan Perang
Mangkubumen ( 1746-1757 ).
Dalam perjalanan perangnya Pangeran Muda dengan pasukannya dari
Keraton bergerak melewati Desa-desa Cemara, Tingkir, Wonosari, Karangsari,
Ngerang, Butuh, Guyang. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Desa Pandak,
Karangnongko masuk tlatah Sukowati. Di Desa ini Pangeran Mangkubumi
membentuk Pemerintahan Pemberontak. Desa Pandak, Karangnongko di jadikan
pusat Pemerintahan Projo Sukowati, dan Beliau meresmikan namanya menjadi
Pangeran Sukowati serta mengangkat pula beberapa pejabat Pemerintahan.
Karena secara geografis terletak di tepi Jalan Lintas Tentara Kompeni
Surakarta – Madiun, pusat Pemerintahan tersebut dianggap kurang aman, maka
kemudian sejak tahun 1746 dipindahkan ke Desa Gebang yang terletak disebelah
tenggara Desa Pandak Karangnongko. Sejak itu Pangeran Sukowati memperluas
daerah kekuasaannya meliputi Desa Krikilan, Pakis, Jati, Prampalan, Mojoroto,
Celep, Jurangjero, Grompol, Kaliwuluh, Jumbleng, Lajersari dan beberapa desa
Lain. Dengan daerah kekuasaan serta pasukan yang semakin besar Pangeran
Sukowati terus menerus melakukan perlawanaan kepada Kompeni Belanda bahu
membahu dengan saudaranya Raden Mas Said, yang berakhir dengan perjanjian
Giyanti pada tahun 1755, yang terkenal dengan Perjanjian Palihan Negari, yaitu
kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, dimana Pangeran Sukowati
menjadi Sultan Hamengku Buwono ke-1 dan perjanjian Salatiga tahun 1757,
dimana Raden Mas Said ditetapkan menjadi Adipati Mangkunegara I dengan
mendapatkan separuh wilayah Kasunanan Surakarta.
Tanggal 12 Oktober 1840 dengan Surat Keputusan Sunan Paku Buwono VII
yaitu serat Angger – angger Gunung, daerah yang lokasinya setrategis ditunjuk
menjadi Pos Tundan, yaitu tempat untuk menjaga ketertiban dan keamanan Lalu
Lintas Barang dan surat serta perbaikan jalan dan jembatan, termasuk salah
satunya adalah Pos Tundan Sragen. Perkembangan selanjutnya sejak tanggal 5
juni 1847 oleh Sunan Paku Buwono VIII dengan persetujuan Residen Surakarta
baron de Geer ditambah kekuasaan yaitu melakukan tugas kepolisian dan
karenanya disebut Kabupaten Gunung Pulisi Sragen. Kemudian berdasarkan
Staatsblaad No 32 Tahun 1854, maka disetiap Kabupaten Gunung Pulisi dibentuk
Pengadilan Kabupaten, dimana Bupati Pulisi menjadi Ketua dan dibantu oleh
Kliwon, Panewu, Rangga dan Kaum.
17
Sejak tahun 1869, daerah Kabupaten Pulisi Sragen memiliki 4 (empat)
Distrik, yaitu Distrik Sragen, Distrik Grompol, Distrik Sambungmacan dan
Distrik Majenang. Selanjutnya sejak Sunan Paku Buwono VIII dan seterusnya
diadakan reformasi terus menerus dibidang Pemerintahan, dimana pada akhirnya
Kabupaten Gunung Pulisi Sragen disempurnakan menjadi Kabupaten Pangreh
Praja. Perubahan ini ditetapkan pada jaman Pemerintahan Paku Buwono X,
Rijkblaad No. 23 Tahun 1918, dimana Kabupaten Pangreh Praja sebagai Daerah
Otonom yang melaksanakan kekuasaan hukum dan Pemerintahan. Dan akhirnya
memasuki Zaman Kemerdekaan Pemerintah Republik Indonesia, Kabupaten
Pangreh Praja Sragen menjadi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen.
C. Kondisi Fisik
1. Topografi dan Tanah
Wilayah Kabupaten Sragen berada di dataran dengan ketinggian rata rata
109 m diatas permukaan laut dengan standar deviasi 50 M. Topografi daerahnya
bervariasi dari dataran rendah sampai dataran sedang dengan ketinggian wilayah
berkisar antara 84-190 m di atas permukaan air laut dengan penggolongan sebagai
berikut :
a. Ketinggian antara 84-96 m meliputi Kecamatan Ngrampal, Sambungmacan,
Karangmalang, Sragen, Sidoharjo, Gondang, Sukodono, Tangen.
b. Ketinggian antara 97-115 m meliputi Kecamatan Tanon, Masaran, Miri,
Mondokan.
c. Ketinggian antara 116-190 m meliputi Kecamatan Kedawung, Jenar,
Sumberlawang, Kalijambe, Plupuh, Gemolong, Gesi, Sambirejo.
Wilayah Kabupaten Sragen dialiri oleh Sungai Bengawan Solo sehingga
menjadikan wilayah Kabupaten Sragen terbagi menjadi wilayah Utara dan
Selatan. Pengelompokkan wilayah berdasar aliran Sungai Bengawan Solo adalah
sebagai berikut :
a. Utara Bengawan Solo meliputi Kecamatan Kalijambe, Plupuh, Tanon,
Gemolong, Miri, Sumberlawang, Mondokan, Sukodono, Gesi, Tangen, Jenar.
b. Selatan Bengawan Solo meliputi Kecamatan Masaran, Kedawung, Sambirejo,
Gondang, Sambungmacan, Ngrampal, Karangmalang, Sragen, Sidoharjo.
Kabupaten Sragen mempunyai relief yang beraneka ragam, ada daerah
pegunungan kapur yang membentang dari timur ke barat terletak di sebelah utara
bengawan Solo dan dataran rendah yang tersebar di seluruh Kabupaten Sragen,
dengan jenis tanah : gromusol, alluvial regosol, latosol dan mediteran. 2. Iklim dan Hidrologi
Sragen menpunyai iklim tropis dengan suhu harian yang berkisar antara 19-
31ºC. Curah hujan rata-rata di bawah 3000 mm per tahun dengan hari hujan di
bawah 150 hari per tahun. Kabupaten Sragen mempunyai 7 (tujuh) waduk dengan
luas genangan 131,01 Ha, dan kapasitas daya tampung 4.482.125 m3 yang mampu
melayani areal seluas 6.116 Ha. Guna memenuhi kebutuhan air, maka Pemerintah
Kabupaten Sragen telah melaksanakan pembangunan embung di beberapa lokasi
dimaksudkan dapat menampung air pada musim penghujan untuk keperluan
pertanian, perikanan, pariwisata dan kebutuhan air penduduk.
18
D. Sosial Ekonomi Masyarakat
1. Demografi
Secara administrasi Kabupaten Sragen terbagi menjadi 2.519 dukuh, 907
RW, 5.328 RT, dan 20 kecamatan yang meliputi 208 desa/kelurahan. Melihat
banyaknya jumlah desa/kelurahan maka Kabupaten Sragen memiliki jumlah
penduduk yang besar. Jumlah penduduk yang besar tersebut merupakan suatu
potensi pendukung bagi keberhasilan pembangunan di Kabupaten Sragen karena
penduduk merupakan pelaku sekaligus sasaran dari kegiatan pembangunan itu
sendiri. Jumlah penduduk di Kabupaten Sragen berdasarkan registrasi tahun 2008
sebanyak 871.951 jiwa, yang terdiri dari 264.457 Kepala Keluarga.
Komposisi penduduk di Kabupaten Sragen menurut golongan umur akan
mempengaruhi keberhasilan pembangunan di wilayah tersebut. Penduduk
berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif. Penduduk usia non
produktif yaitu penduduk yang berusia 0-14 tahun atau berusia lebih dari 65
tahun, sedangkan penduduk usia produktif berusia 15-64 tahun. Penduduk dengan
jumlah usia non produktif yang banyak akan menghambat potensi penduduk usia
produktif. Hal ini dikarenakan dengan banyaknya penduduk non produktif yang
harus menjadi tanggungan sehingga pendapatan yang seharusnya bisa digunakan
untuk untuk kebutuhan yang lain harus digunakan untuk membiayai penduduk
usia non produktif.
2. Mata Pencaharian
Keberhasilan pembangunan di suatu wilayah dapat dilihat dari tingkat
penyerapan tenaga kerja bagi penduduknya. Besarnya penyerapan tenaga kerja
akan dapat meningkatkan pendapatan per kapita penduduk, yang akhirnya akan
berimbas bagi kesejahteraan hidup penduduk suatu wilayah. Kabupaten Sragen
memiliki sembilan sektor perekonomian. Masing-masing sektor tersebut mampu
menyerap dan memberdayakan tenaga kerja yang tersedia.
Kabupaten Sragen mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian, yaitu
246.878 orang dan 113.922 orang bekerja di sektor jasa dengan persentase 23,49
persen. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian yang paling kecil adalah
bekerja pada sektor listrik, gas, dan air yaitu sebesar 332 orang dengan persentase
0,069 persen. Mata pencaharian pada sektor pertanian terbesar daripada mata
pencaharian pada sektor yang lain. Hal ini disebabkan sektor pertanian mampu
menyerap 50,91 persen tenaga kerja yang ada di Kabupaten Sragen. Dengan
demikian sektor pertanian di daerah ini mampu memberikan kontribusi yang
berarti dalam memberikan sumber kehidupan/pendapatan bagi penduduknya.
3. Perekonomian
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2007 dan 2008 atas dasar
harga konstan tahun 2002 di Kabupaten Sragen untuk setiap sektornya.
Pendapatan perkapita Kabupaten Sragen atas dasar harga konstan 2002 dari tahun
2007 ke tahun 2008 mengalami peningkatan. Pendapatan perkapita atas dasar
harga konstan tahun 2002 meningkat dari Rp 2.982.978.180.000,00 pada tahun
2007 menjadi Rp 3.138.157.720.000,00 pada tahun 2008. Dilihat dari pendapatan
perkapita Kabupaten Sragen yang meningkat tersebut maka dapat diketahui
bahwa pembangunan wilayah yang dilakukan di Kabupaten Sragen telah mampu
meningkatkan pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Sragen.
4. Sektor Pertanian
19
Sektor pertanian memberikan kontribusi tertinggi terhadap PDRB
dibandingkan delapan sektor perekonomian lainnya pada perekonomian wilayah
Kabupaten Sragen tahun 2004-2008. Pendapatan sektor pertanian sangat
bergantung dari jumlah produksi komoditi yang dihasilkan. Sektor pertanian
terbagi menjadi lima subsektor yaitu subsektor tanaman bahan makanan, tanaman
perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Subsektor di Kabupaten
Sragen yang memberikan kontribusi PDRB terendah bagi sektor pertanian adalah
subsektor kehutanan yaitu sebesar 0,34 persen.
Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar
terhadap PDRB Kabupaten Sragen. Hal ini didukung oleh ketersediaan lahan yang
potensial untuk digunakan untuk bercocok tanam. Selain itu Kabupaten Sragen
dialiri Sungai Bengawan Solo yang menjadikan wilayah Sragen sebelah Selatan
tanahnya sangat subur. Secara umum pemanfaatan lahan di Kabupaten Sragen
meliputi lahan sawah 40.037, 93 Ha dan lahan kering 54.117,07 Ha. Sedangkan
penggunaan lahan untuk sektor pertanian dalam arti luas adalah 65.638, 96 Ha
sedangkan sisanya untuk tanah bangunan untuk keperluan lain-lain. Melihat
besarnya lahan yang digunakan untuk areal persawahan maka tak heran kalau
Kabupaten Sragen mengalami surplus beras ± 200.000 ton/tahun yang menjadikan
Sragen sebagai salah satu lumbung padi di Jawa Tengah.
a. Beras Organik
Mulai tahun 2001 dirintis pertanian yang berbasis organik yang hingga
sekarang masih terus eksis terutama untuk beras organik yang mampu menembus
pasar kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Purwokerto dll. Beras
organik dibudidayakan dengan luas panen padi organik tahun 2006 yaitu 3.256,77
Ha dengan produksi 19.439,78 ton/tahun. Jenis padi organik yang diproduksi
Kabupaten Sragen sangat beragam mulai dari IR-64, Mentik Wangi, hingga Beras
Merah. Seiring dengan semakin banyaknya masyarakat yang sadar akan
pentingnya kesehatan maka tak heran kalau permintaan beras organik terus
mengalami peningkatan. Areal pertanian PD PAL (Perusahaan Dagang Pelopor
Alam Lestari) yang dikhususkan untuk Padi Organik mencapai 1.450 hektar,
tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Sragen yang menghasilkan 7.975 ton padi
organik / tahun atau 3.987 ton beras organik / tahun. Sedangkan untuk
pemasarannya, PD PAL telah mengadakan kerjasama dengan beberapa pedagang
di kota-kota besar di luar Sragen. Beras organik produksi PD PAL dengan merk
PELOPOR telah memiliki konsumen/ pasar tetap di Semarang, Solo, Jakarta,
Surabaya, dan Denpasar. Setiap bulannya, PD PAL harus memenuhi pesanan
beras organik dari para pedagang di kota-kota tersebut sebesar 50 ton. Sedangkan
permintaan beras organik dalam bentuk kemasan mencapai 8 ton/minggu Selain
PD PAL, di Sragen juga terdapat Perusahaan Beras (PB) Padi Mulya yang
bergerak di bidang produksi beras organik. Padi Mulya memiliki lahan khusus
untuk pertanian beras organik seluas 250 hektar, namun baru 120 hektar yang
dimanfaatkan.
Padi Mulya juga menjalin kerjasama dengan 13 kelompok tani
beranggotakan 500 petani yang memiliki keahlian di bidang pertanian beras
organik. Oleh Padi Mulya, para petani ini dipersilakan menggarap lahan yang
telah disediakan dengan padi organic. Sebagai imbal baliknya, petani harus
menjual hasil panennya hanya kepada Padi Mulya. Dengan skema kerjasama ini,
kapasitas produksi lahan milik Padi Mulya dalam satu kali musim panen
20
mencapai 6 ton gabah per hektar. Gabah dari petani dibeli oleh Padi Mulya
sebesar Rp 1.500,00 per kg. Setelah diproses lebih lanjut akan menghasilkan 2400
kg beras organik per hektar. Biaya produksi dari gabah menjadi beras berkisar Rp
800,00. Padi Mulya melakukan pengawasan ketat mulai dari proses pengolahan
lahan, penanaman benih, pemupukan sampai dengan pemamenan padi untuk
menjaga kualitasnya. Semua proses tersebut turut melibatkan tenaga ahli organik
yang telah berpengalaman.
b. Kacang Tanah
Potensi komoditi kacang tanah di Sragen sangat besar. Luas panen kacang
tanah di Sragen seluas 13.791 Ha dengan produksi 16.832 ton/tahun. Setiap
harinya kacang tanah dari Sragen mampu memasok pabrik kacang tanah yang
besar di Indonesia seperti Kacang Garuda dan Kacang Dua Kelinci. Salah seorang
pedagang besar kacang tanah di Sragen mampu memasok ± 40 ton/hari. Kacang
tanah dari Sragen mempunyai cita rasa tersendiri yang berbeda dengan daerah
lainnya yang menyebabkan Sragen bisa bertahan menjadi pemasok pabrik Kacang
Garuda dan Kacang Dua Kelinci. Sragen mampu menghasilkan kacang tanah
sepanjang tahun tanpa terhambat oleh musim kemarau. Daerah sentra kacang
tanah di Kabupaten Sragen berada di Kecamatan Kalijambe, Gemolong, Miri,
Sumberlawang, Plupuh, dan Tanon.
c. Semangka dan Melon
Sragen terkenal sebagai daerah yang kaya dengan ragam buah-buahan
budidaya. Petani-petani asal Sragen pun dikenal terampil dan memiliki ketekunan
dalam membudidayakan tanaman buah-buahan, apapun jenisnya. Karakteristik
personal yang unik tersebut merupakan faktor signifikan dalam mendukung
keberhasilan Sragen menjadi pemasok utama buah-buahan di Jawa. Buah-buahan
khas Sragen yang telah diketahui masyarakat luas antara lain semangka, melon,
nangka, kelengkeng, jeruk besar, dan mangga. Sebagai penghasil komoditi
terbesar di Jawa Tengah, Sragen mampu memproduksi semangka sebanyak 988
ton/tahun sedangkan melon mampu menghasilkan 1.159,70 ton/tahun. Jika kita
melintasi jalan Solo-Sragen tepatnya di Masaran kita bisa melihat pedagang buah
melon dan semangka yang berjajar di sepanjang jalan. Silahkan mampir dan
menikmati kesegaran buah semangka.
d. Jeruk Besar (Citrus celebia)
Budidaya jeruk besar lebih dikenal dengan nama Jeruk Bali, mulai populer
di kalangan petani Sragen pada bulan Mei 2003. Melihat kesungguhan petani dan
potensi ekonomi yang tinggi dari budidaya jeruk besar, Pemerintah Kabupaten
Sragen memfasilitasi pengembangan budidaya buah jeruk besar. Pengembangan
budidaya buah jeruk besar dipusatkan di wilayah Kecamatan Plupuh, antara lain
Dukuh Sumomorodukuh Desa Wonorejo, Desa Gedungan, dan Desa Pungsari.
Budidaya jeruk besar tersebut ditangani oleh 6 kelompok tani yang memiliki tak
kurang dari 400 anggota dengan tingkat keterampilan tinggi. Di lokasi
pengembangan, saat ini telah ditanam 10.000 pohon jeruk besar dan bakal
memasuki usia panen pada bulan Mei 2007.
Pada tahun 2007, di lokasi pengembangan ditanami lagi 7.200 bibit jeruk
besar. Sragen mempunyai lahan seluas 261.586 Ha yang ditanami komoditi jeruk
besar dan setiap tahunnya mampu memproduksi 104,80 ton. Jenis jeruk besar
yang dikembangkan adalah Pamelo si Nyonya, Pamelo Bali, dan Pamelo
Nambangan. Selain di kecamatan Plupuh, jeruk besar juga dikembangkan di
21
Kecamatan Kalijambe tepatnya di Desa Keden dan Wonorejo dan Bukuran. Di
Desa Wonorejo terdapat 30 petani yang mengembangkan jeruk besar sedangkan
di Desa Keden terdapat 132 petani.
Jeruk besar merupakan tanaman yang memiliki kemampuan survival tinggi
dan mudah tumbuh di jenis tanah apapun, asalkan mendapat pengairan yang
cukup dan pemeliharaan yang telaten. Dalam satu hektar lahan, dapat ditanami
250 bibit pohon jeruk besar. Meskipun telah berbuah pada tahun ke dua, namun
agar hasilnya memuaskan panen pertama buah jeruk besar sebaiknya dilakukan
pada tahun ke empat. Menginjak tahun ke lima, buah kualitas terbaik yang layak
dipanen akan berlipat ganda, sebanyak 25 buah. Sebanyak 100 buah pada tahun ke
enam dan 400 buah pada tahun ke tujuh. Biaya yang dialokasikan untuk
membelanjakan pupuk setiap tahunnya harus menyesuaikan kebutuhan nutrisi tiap
pohon yang juga kian tumbuh besar.
Pada tahun pertama kebutuhan pupuk organik tiap batang tak sampai 5 kg
serta 1,5 kg pupuk kimia yang merupakan kombinasi jenis Urea, SP36, dan KCL.
Kebutuhan pupuk tiap pohon dari tahun ke tahun akan meningkat, sehingga pada
tahun ke III dapat menghabiskan 65 kg pupuk organik dan 4 kg pupuk kimia.
Sedang pada tahun V dan VI, memerlukan 150 kg pupuk organik dan 6 kg pupuk
kimia. Pupuk organik gampang diperoleh di berbagai toko saprodi pertanian yang
ada di Sragen. Harga pupuk organik cukup murah, Rp 350,00 per kilo. Menurut
Sukamto, saat ini ia dan 5 petani lainnya menggarap 250 pohon jeruk besar yang
mampu menghasilkan 1.250 buah berkualitas sangat baik dan 3750 buah
berkualitas lebih rendah. Keuntungan pada panen berikutnya juga akan
bertambah, karena produktivitas tiap batang akan meningkat sejalan makin
mendekati umur produktif pohon, tentu saja harus diiringi dengan penambahan
nutrisi dan pengairan yang memadai. Lelaki bertubuh kekar itu memperkirakan
pada tahun VI dirinya bakal menangguk laba kotor sebesar180 ribu per pohon dan
Rp 250 ribu tiap pohon pada tahun VII.
Pasar jeruk besar masih sangat terbuka lebar. Informasi yang diperoleh
UPTD Pertanian dan Ketahanan Pangan Kecamatan Plupuh, menyebutkan
permintaan jeruk besar di pulau Jawa setiap bulan mencapai 500 ribu buah. Pasar
terbesar ada di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan sebagian permintaan datang dari
Denpasar (Bali).
5. Sektor Kehutanan
a. Empon-Empon
Tanaman empon-empon yang banyak dihasilkan di Kabupaten Sragen
adalah jahe, laos, kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng, kajibeling,
dlingo, kapulaga, temukunci, sambiloto dan pace. Produksi yang terbesar yaitu
jahe sekitar 79,54 ton/tahun dengan luas panen 28.520 m2 kemudian diikuti
kencur, dan laos. Untuk mengikuti kemajuan zaman yang serba cepat dan modern
masyarakat Sragen tak mau ketinggalan jaman, mereka membuat jamu-jamu
berbentuk instan seperti jahe instan, kunir asam instan dan beras kencur instan.
Pemasarannya sudah menyentuh masyarakat luas baik lokal Sragen ataupun luar
daerah.
b. Garut (Marantha arundina)
Tanaman garut merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang banyak
mengandung karbohidrat dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan
22
alternatif. Lahan tanaman garut di kabupaten Sragen seluas 38 hektar di wilayah
kecamatan Gesi, Sukodono, dan Jenar. Kapasitas produksi budidaya tanaman
garut ini rata rata sebesar 8 ton/hektar atau 3.080 ton sekali panen. Sedangkan
kapasitas produksi garut berupa umbi sebesar 360ton/th, tepung garut 72 ton/th
dan emping garut 36 ton/th. Tanaman garut, telah dicanangkan Pemerintah
sebagai salah satu komoditas bahan pangan yang memperoleh prioritas untuk
dikembangkan/dibudidayakan karena memiliki potensi sebagai pengganti tepung
terigu. Dengan dikeluarkannya SK Bupati Sragen Nomor 500/113/03/2003
tentang ditetapkannya garut sebagai salah satu produk unggulan Sragen maka
garut dikembangan secara diintensif mulai dari budidaya, pasca panen,
pengolahan, pengemasan hingga pemasarannya. Saat ini produk olahan garut
Kabupaten Sragen telah menembus pasar Ngawi, Madiun, Semarang, Solo,
Yogyakarta Keistemewaan komoditi garut yaitu kaya akan serat yang sangat
bagus untuk kesehatan sistem pencernaan, disamping itu garut yang diolah
menjadi emping garut tidak menyebabkan asam urat hal ini berbeda sekali dengan
emping melinjo yang bisa menyebabkan penyakit asam urat. Selain sebagai bahan
pangan, Umbi Garut juga dapat digunakan sebagai obat tradisional yang
berkhasiat utuk mendinginkan perut, menawarkan racun ular/lebah,
memperbanyak ASI, mengoptimalkan pertumbuhan anak Down Syndrom,
mengobati disentri, eksim dan penurun panas.
c. Jarak Pagar (Jatropha curcas)
Kabupaten Sragen mempunyai lahan hutan seluas 5.948 Ha dan lahan
perkebunan seluas 600 Ha. Keberadaan lahan yang luas ini sangat potensial bagi
tumbuh dan berkembangnya tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas). Dalam
rangka mendukung dan memfasilitasi sosialisasi gerakan nasional
penanggulangan kemiskinan dan krisis BBM melalui rehabilitasi dan reboisasi
lahan kritis dengan tanaman yang menghasilkan energi pengganti BBM kepada
masyarakat luas, maka Pemerintah Kabupaten Sragen mulai mengembangkan
tanaman jarak pagar (Jatropha curcas). Pengembangan jarak pagar mulai dirintis
di Kebun Bibit Dinas Kecamatan Gesi di lahan seluas 30.000 m2 Tahap awal
penanaman adalah perkecambahan biji jarak yang didatangkan dari Malaysia
dengan konsultan dari Perusahaan Cosmo Biofuels Malaysia. Saat ini ada investor
dari Belanda yang tertarik untuk menanamkan modal pada pengembangan jarak
pagar di Sragen.
Pemerintah Kabupaten Sragen berencana mengadakan kerjasama dengan
pihak swastadari dalam maupun luar negeri untuk mengembangkan seed garden
(kebun bibit) pada lahan seluas 20 Ha. Selain itu Pemkab juga akan
mengembangkan oil production di lahan seluas 5.000 Ha dengan melibatkan
petani. Dengan adanya kerjasama ini diharapkan Sragen mampu menyediakan
sumber bahan bakar alami dan juga meningkatkan kesejahteraan para petani.
6. Sektor Perikanan
a. Nila Merah (Oreochromis sp.)
Budidaya perikanan dengan potensi ekonomi yang menjanjikan dapat
dijumpai di Waduk Kedung Ombo. Dari luas keseluruhan Waduk Kedung Ombo
6.576 hektar, area waduk yang berupa perairan mencapai 2.830 hektar dan 3.746
hektar wilayah darat. Kawasan WKO sangat cocok untuk budidaya perikanan
karena di sana air tersedia sepanjang tahun meskipun musim kemarau dan banyak
sekali plankton-plankton hidup didasar perairan yang sangat baik untuk
23
pertumbuhan ikan. Namun sayang dari area perairan seluas itu, baru 5% atau 5,6
hektar yang telah tersentuh pengembangan budidaya perikanan, sebagian besar
berada di Kecamatan Sumberlawang. Metodebudidaya perikanan yang digunakan
adalah sistem Karamba Jaring Apung (KJA). Di lokasi tersebut, saat ini terdapat
tak kurang dari 586 buah karamba yang dikelola oleh 411 peternak. Tiap petak
karamba umumnya berukuran standar 7 m² dengan kedalaman jaring mencapai
3,5 m.
Jenis ikan yang dibudidayakan di Waduk Kedung Ombo sebagian besar
adalah nila merah (Oreochromis sp), di samping jenis lainnya yakni nila hitam,
gurame, karper/gabus, tawas, danikan mas. Setiap harinya WKO mampu
menghasilkan 3 ton ikan nila merah. Pada tahun 2005, produksi ikan yang
dihasilkan Karamba Jaring Apung di Waduk Kedung Ombo mencapai 1.430 ton,
dan 1.273,95 ton di antaranya adalah ikan nila merah (Oreochromis Sp). Jenis nila
merah memang menjadi andalan budidaya perikanan Kabupaten Sragen, sebab
mudah penanganannya. Nila merah mempunyai laju pertumbuhan yang cepat,
dapat mencapai ukuran 400-600 gram dalam waktu 6 bulan, tahan terhadap
kualitas air yang kurang baik, mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru
dan daya reproduksinya cepat. Harga jual nila merah dan gurame relatif stabil. Di
pasar lokal, harga jual nila merah ke tangan konsumen mencapai Rp 12.000,00
per kilogram, sedangkan gurame tiap kilogramnya dibanderol Rp. 17.500,00.
Sementara harga ikan lele, cenderung fluktuatif, bergerak pada kisaran Rp
5.700,00 hingga Rp 8.000,00 per kilogram.
Penambahan nilai jual juga dilakukan dengan perintisan usaha kerajinan
pemanfaatan kulit ikan nila yang bisa digunakan untuk pembuatan tas, sepatu,
dompet dll. Demikian juga dengan Nila Hitam, rencananya mulai tahun 2008 akan
diadakan budidaya nila terpadu melaui instansi terkait untuk meningatkan nilai
tambah komoditi ini. Komoditi nila hitam bisa dimanfaatkan untuk ikan asap,
fillet dan abon ikan. Saat ini produksi ikan nila merah yang sudah mampu
diekspor sebesar 30% sedangkan untuk permintaan lokal sebesar 70%.
Karamba Jaring Apung di Waduk Kedung Ombo masih berpeluang besar
untuk dikembangkan. Di lokasi yang ada sekarang, masih memungkinkan untuk
menambah jumlah karamba hingga 800 petak lagi. Jika lancar, masa panen dapat
dilakukan 3 kali dalam setahun. Dari masing-masing karamba, peternak dapat
memanen 800 kg-1000 kg ikan (jenis nila merah). Sehingga dengan harga jual
mencapai Rp 12.000 per kilogram, peternak karamba dapat meraup omzet hingga
Rp 36 juta.
b. Udang Galah dan Lobster
Produk unggulan Sragen di bidang perikanan selain nila merah yaitu udang
galah dan lobster. Selain dikembangkan oleh petani rakyat, Pemerintah Daerah
juga mempunyai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Aneka Usaha Ikan
Kabupaten Sragen. Pemasaran udang galah sudah sampai ke Yogyakarta dan
Klaten. Selain udang galah dan lobster air tawar, di UPTD. Perikanan Kabupaten
Sragen juga dibudidayakan ikan nila, lele, patin, dan gurame yang pemasarannya
telah sampai ke Banyumas, Klaten, Demak dan daerah lain di Jawa Tengah.
24
7. Sektor Peternakan
a. Sapi Brangus
Budidaya Sapi Brangus sangat populer di kalangan peternak Sragen. Pada
tahun 2005, populasi sapi Brangus di Kabupaten Sragen mencapai 7.895 ekor
yang tersebar di 20 kecamatan. Budidaya ternak sapi Brangus telah dikenal oleh
masyarakat Sragen sejak tahun 1981, yang diiringi dengan pembangunan pusat
pembibitan Sapi Brangus. Selama ini pasokan semen beku masih diperoleh dari
Balai Insemenasi Buatan (BIB) Lembang dan Ungaran. Namun saat ini
Kabupaten Sragen telah ditetapkan sebagai pusat pembibitan sapi Brangus satu-
satunya di Jawa Tengah. Sampai tahun 2000, telah terdapat tujuh kawasan
pembibitan sapi Brangus di Sragen yakni; Desa Pringanom Kecamatan Masaran,
Desa Tenggak Kecamatan Sidoharjo, Desa Dawung Kecamatan Sambirejo, Desa
Wonorejo Kecamatan Kedawung, Desa Karanganyar Kecamatan Plupuh,Desa
Tegalrejo Kecamatan Gondang, dan Desa Gringging Kecamatan Sambungmacan.
Sapi Brangus yang dikembangkan di Kabupaten Sragen merupakan jenis
persilangan dari Sapi American Brahman dan Aberden Angus yang
direproduksikan secara Artificial Inseminations (inseminasi buatan) atau awam
lazim menyebutnya kawin suntik. Sapi Brangus bersama sapi jenis Brahman biasa
dipelihara sebagai ternak potong – untuk diambil dagingnya. Usaha peternakan
sapi Brangus di Sragen boleh dikatakan telah menerapkan prosedur dan teknik
yang maju. Buktinya, budidaya sapi Brangus yang dilakukan warga Sragen sudah
berbentuk peternakan dengan kandang komunal. Sistem kandang komunal
didesain menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi ternak dalam jumlah besar,
melindungi dari terik matahari, hujan, angin, pencurian, gangguan, binatang buas.
Dan yang lebih penting lagi, kandang komunal memiliki aksesbilitas tinggi untuk
memudahkan pengelolaan dan pemeliharaan.
E. Obyek Wisata
1. Museum Purbakala Sangiran
Museum Sangiran terletak di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe. Secara
adminitistratif, Desa Krikilan terdiri dari 11 dukuh dan 22 rukun tetangga. Luas
Desa Krikilan adalah 448,26 Ha yang terdiri dari tanah sawah seluas 64,42 Ha dan
tanah kering seluas 384,84 Ha. Museum Sangiran merupakan objek wisata
menarik yang berada di dalam kawasan Kubah Sangiran. Kubah tersebut terletak
di Depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (kurang lebih 17 km dari Kota Solo).
Sangiran merupakan contoh gambaran kehidupan manusia masa lampau karena
situs ini merupakan situs fosil manusia purba paling lengkap di Jawa. Luasnya
mencapai 56 km2 yang meliputi tiga kecamatan di Kabupaten Sragen, yaitu
Kecamatan Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh serta satu kecamatan di Kabupaten
Karanganyar, yaitu Kecamatan Gondangrejo.
Sangiran merupakan situs terpenting untuk perkembangan berbagai bidang
ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di bidang antropologi, arkeologi,
biologi, paleoanthropologi, geologi, dan tentu saja untuk bidang kepariwisataan.
Keberadaan Situs Sangiran sangat bermanfaat untuk mempelajari kehidupan
manusia pra sejarah karena situs ini dilengkapi dengan fosil manusia purba, hasil-
hasil budaya manusia purba, fosil flora dan fauna purba beserta gambaran
stratigrafinya.
25
Sangiran dilewati oleh sungai yang sangat indah, yaitu Kali Cemoro yang
bermuara di Bengawan Solo. Daerah inilah yang mengalami erosi tanah sehingga
lapisan tanah yang terbentuk nampak jelas berbeda antara lapisan tanah yang satu
dengan lapisan tanah yang lain. Lapisan-lapisan tanah inilah yang hingga
sekarang banyak ditemukan fosil-fosil manusia maupun binatang purba.
2. Menara Pandang dan Wisma Sangiran
Peningkatan pelayanan kepada para wisatawa yang diupayakan di Kawasan
Sangiran adalah dengan dibangun Menara Pandang dan Wisma Sangiran. Para
wisatawan bisa menikmati keindahan dan keasrian panorama di sekitar Kawasan
Sangiran dari ketinggian lewat Menara Pandang Sangiran yang dilengkapi dengan
teropong. Wisma Sangiran ini berbentuk joglo (rumah adat Jawa Tengah) dengan
ornamen-ornamen khas Jawa yang dilengkapi dengan pendopo sebagai lobby.
Keberadaan Wisma Sangiran ini sangat menunjang kegiatan yang dilakukan oleh
para tamu atau wisatawan khususnya bagi mereka yang sedang melakukan
penelitian (research) di Kawasan Sangiran. Wisma Sangiran memiliki fasilitas-
fasilitas yang memadai, antara lain: deluxe room, sebanyak dua kamar dilengkapi
dengan double bed, bath tub dan shower, washtafel, meja rias dan rak; standard
room, sebanyak tiga kamar dilengkapi dengan double bed, bak mandi, washtafel,
dan meja rias; Ruang Keluarga yang dilengkapi dengan meja dan kursi makan
serta kitchen set; Pendopo (Lobby) yang dilengkapi dengan meja dan kursi; serta
tempat parkir. Selain fasilitas-fasilitas tersebut, juga disediakan mobil (mini train)
untuk memudahkan mobilitas para wisatawan yang berkunjung ke Kawasan
Sangiran.
3. Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus
Sejarah dan Waktu Ziarah di Makam Pangeran Samudro dapat dilaksanakan
setiap hari, Kamis malam Jum’at dan setiap Kamus malam Jumat Pon dan Kamis
malam Jumat Kliwon. Setiap hari selalu ada pengunjung yang berziarah ke
Makam Pangeran Samudro meskipun tidak banyak. Beberapa di antara mereka
bahkan ada yang melakukan suatu pantangan/sesirih tertentu, misalnya melakukan
pati geni selama beberapa hari di sana. Setiap Kamis malam Jumat jumlah
pengunjung lebih banyak dari hari-hari biasa. Setiap Kamis malam Jum’at Pon
dan Kamis malam Jum’at Kliwon merupakan puncak kunjungan
wisatawan/peziarah. Tidak kurang dari 10.000 pengunjung dari berbagai daerah di
Jawa dan luar Jawa datang untuk berziarah di tempat ini. Puncak kunjungan
wisatawan/peziarah di Gunung Kemukus terjadi setiap malam Jumat Pon di bulan
Suro/Muharam. Pengunjung malam Jum’at Pon di bulan Suro/Muharam mencapai
15.000 orang dan pada malam Jum’at Kliwon di bulan Suro/Muharam mencapai
7.000 orang. Pada hari pertama di bulan Suro/ Muharam diadakan ritual
pencucian selambu makam Pangeran Samudro, yang biasa disebut dengan ritual
Larab Slambu/Larab Langse, yang dilanjutkan dengan pentas wayang kulit
semalam suntuk sebagai acara rutin tahunan di objek wisata Gunung Kemukus.
26
4. Pemandian Air Panas Bayanan
Pemandian Air Panas (PAP) Bayanan merupakan salah satu daerah tujuan
wisata minat khusus yang dimiliki oleh Kabupaten Sragen, dalam hal ini adalah
untuk wisata kesehatan (health tourism) yang dipadukan dengan daya tarik wisata
alam atau ekowisata. Menurut cerita yang berkembang di tengah masyarakat, air
panas Bayanan dianggap memiliki banyak khasiat dalam menyembuhkan berbagai
penyakit, seperti: rematik, gatal-gatal, dan penyakit lainnya. Sehingga oleh orang
terdahulu sumber air panas itu dinamakan “Hyang Tirto Nirmolo”. Ternyata
banyak orang yang mengaku telah merasakan khasiat air tersebut sehingga
menyebabkan semakin banyak pengunjung yang berdatangan untuk membuktikan
sendiri khasiatnya. Selain bisa menyembuhkan berbagai penyakit di atas, air panas
tersebut dipercaya juga bisa menurunkan kadar kolesterol dalam darah,
memulihkan kebugaran tubuh, meningkatkan vitalitas tubuh, memelihara
kesegaran sendi–sendi dan otot, menghilangkan capek-capek, dan membuat awet
muda. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan melakukan aktivitas
olahraga.
5. Kolam Renang Kartika
Kolam Renang Kartika terletak kurang lebih 500 M dari alun-alun Kota
Sragen. Objek wisata ini selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat dari segala
umur, baik pada hari-hari biasa maupun pada hari libur. Di objek wisata tirta yang
satu ini, tidak hanya aktivitas berenang yang ditawarkan, namun berbagai aktivitas
menarik lain juga bisa dilakukan. Karena selain sebagai pusat kegiatan renang,
tempat ini juga berfungsi sebagai taman keluarga dan taman bermain. Sehingga
tidak heran jika banyak orang tua membawa anak-anak mereka ke objek wisata
ini. Kolam Renang Kartika merupakan salah satu objek wisata andalan di Sragen.
Mengingatakan hal tersebut, pemerintah Kabupaten Sragen terus berusaha untuk
mengembangkan dan meningkatkan berbagai fasilitas pendukung yang ada di
Kolam Renang Kartika demi memberikan pelayanan yang terbaik bagi para
pengunjung dan meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan sehingga juga akan
berimbas pada meningkatnya PAD.
6. Desa Wisata Batik Kliwonan
Sentra batik Kliwonan terdapat 85 UKM yang mampu menyerap sekitar
5000 tenaga pembuat batik. Sementara secara keseluruhan terdapat 15.000
pembuat batik yang tersebar di semua wilayah Kabupaten Sragen. Dalam setahun
mereka mampu menghasilkan batik jenis katun sebanyak 50.000 potong dan batik
jenis sutera dari alat tenun bukan mesin sebanyak 365.000 potong. Batik yang
dihasilkan dari sentra industri batik Girli tersebut kemudian disetorkan ke juragan
batik Solo dan diberi label pengepul ataupun dijual langsung ke pemilik kios di
Pasar Klewer Solo. Maka tak mengherankan bila batik Kliwonan alias batik
Sragen menjadi tidak pernah terdengar. Oleh sebab itu, Pemerintah Kabupaten
Sragen lalu menetapkan sentra batik Girli menjadi kawasan wisata terpadu,
dengan nama pencitraan (brandmark) Desa Wisata Batik Kliwonan. Kawasan desa
wisata batik ini sekaligus diarahkan menjadi kawasan kunjungan wisata, pusat
pengembangan, pelatihan, dan pemasaran batik khas Sragen.
27
7. Seni Musik Kentongan Tua Guno Tengoro
Guno Tengoro adalah kelompok kesenian musik kentongan tuwo (tua) yang
dimotori oleh kelompok tani Gemah Ripah Loh Jinawi dan Muda-Mudi Dukuh
Jantran Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Kentongan
kebanggaan Guno Tengoro berumur 200 tahun. Tingginya 2,25 m dan
berdiameter dua pelukan orang dewasa. Kentongan raksasa berbobot lebih dari
sekuintal itu difungsikan sebagai bas. Kentongan ini terakhir berada di tangan
mantan Lurah Desa Pilang yang memerintah di tahun 1940-an.
8. Dayu Alam Asri
Kabupaten Sragen telah berdiri sebuah tempat wisata bernuansa pedesaan
yang sangat lengkap dan sarat dengan nilai pendidikan dan hiburan. Dayu Alam
Asri begitulah objek wisata ini dinamakan. Sesuai dengan namanya, tempat wisata
ini sangat dekat dengan nuansa alam nan asri. Terletak di Desa Dayu, Kecamatan
Sragen sekitar 20 km dari Kota Solo; Dayu Alam Asri menyimpan sejuta potensi
yang siap dinikmati oleh para wisatawan dari berbagai usia. Selain karena
keindahan alam pedesaan yang mempesona dengan deretan pohon jati yang
menaungi areal seluas hampir 5 Ha, berbagai fasilitas pendukung telah disediakan
demi kenyamanan para wisatawan yang berkunjung ke tempat ini.
9. Batik Tulis Wayang
Batik tulis adalah suatu hasil karya yang tidak asing lagi bagi masyarakat
Indonesia. Diberbagai wilayah Indonesia banyak ditemui sentra pengrajin batik,
Setiap daerah juga mempunyai keunikan dan kekhasan tersendiri, baik dalam
ragam hias maupun tata warnanya. Salah satu daerah itu adalah Kampung Batik
Pungsari dan Plupuh adalah sebuah desa di wilayah, kecamatan Plupuh,
Kabupaten Sragen. Di Desa ini banyak pengrajin batik, yang rata-rata ibu-ibu
rumah tangga, merupakan Kampung batik yang sangat potensial.
Batik tulis yang di produksi oleh para pengrajin di desa ini jika dicermati di
dalamnya mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai
acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pecinta batik. Nilai-nilai itu
anara lain, kesakralan, keindahan/seni, ketekunan, ketelitian dan kesabaran, nilai
ketekunan, ketelitian dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang
cukup menyita waktu yang panjang dan lama untuk menghasilkan sebuah batik
Tulis yang bagus dan menarik yan disukai oleh banyak orang. Nilai keindahan
dan seni dapat dilihat dari motif yg bermacam-macam misalnya motif wayang
yang sangat di gemari dan laku keras dipasaran.
10. Alun-Alun Sasono Langen Putro
Alun-alun Sasono Langen Putro menjadi sarana hiburan bagi masyarakat di
kota Sragen dan sekitarnya. Hampir setiap malam, banyak warga yang
mendatangi alaun-alun untuk berbelanja, mencari hiburan atau sekedar jalan jalan.
Terlebih bila malam minggu atau malam hari libur, bisa dipastikan selepas
Maghrib, ribuan masyarakat baik laki-laki perempuan, tua muda, dewasa anak-
anak dari berbagai strata masyarakat memadati alun-alun yang terletak didepan
komplek Pemda Sragen tersebut. Daya tarik Alun-alun Sasono Langen Putro
sehingga mampu menarik masyarakat untuk mendatanginya karena berbagai
fasilitas dapat ditemukan ditempat tersebut, selain letaknya yang sangat strategis
dijantung kota Sragen.
28
F. Aksesibilitas
Aksesibilitas menuju Sragen dapat ditempuh dari dari berbagai daerah
dengan fasilitas kendaraan umum maupun pribadi dengan rute jalur yang mudah
(Gambar 4). Aksesibilitas ditunjang dengan kondisi jalan dan letak wilayah yang
strategis. Aksesibilitas menuju Sragen dapat ditempuh dengan mudah dari kota
besar seperti Jakarta, Surabaya dan Semarang. Letak daerah yang strategis sebagai
penghubung antara Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadikan Kabupaten Sragen
selalu berbenah dalam kelancaran dan kemudahan aksesibilitas.
Aksesibilitas menuju Kabupaten Sragen dapat ditempuh dengan jalur darat.
Jalur darat dilengkapi dengan ketersediaan fasilitas transportasi umum berupa bus
dan kereta api. Aksesibilitas dari daerah lain dapat dimanfaatkan untuk menuju
Kabupaten Sragen. Aksesibilitas yang dapat dimanfaatkan untuk menghubungkan
Kabupaten Sragen dengan daerah lain adalah Kota Surakarta. Aksesibilitas dari
Jakarta menuju Kabupaten Sragen dapat ditempuh dengan pesawat tujuan
Bandara Adi Sumarmo Solo kemudian menggunakan taksi menuju Sragen atau
dengan menggunakan kendaraan umum dari Terminal Tirnonadi menggunakan
bus jurusan Sragen. Alternatif lain dapat menggunakan kereta api tujuan stasiun
Balapan Solo kemudian menggunakan transportasi umum seperti taksi menuju
Sragen atau menggunakan kendaraan umum menuju Terminal Tirtonadi dengan
jarak + 1 km kemudian dilanjutkan dengan menggunakan bus jurusan Sragen.
Aksesibilitas menuju Kabupaten Sragen dari Provinsi Jawa Timur dapat di
tempuh menggunakan bus dengan tujuan Kota Madiun kemudian dilanjutkan
menuju Kabupaten Sragen.
Gambar 3 Peta Aksesibilitas Menuju Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah
29
IV. METODE PELAKSANAAN TUGAS AKHIR
A. Lokasi dan Waktu
Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) tentang Perencanaan Ekowisata Kuliner
akan dilakukan di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi kegiatan TA
berada di 20 kecamatan dalam Kabupaten Sragen. Waktu pelaksanaan TA yaitu
selama 45 hari terhitung dari Bulan Januari sampai Maret 2015. Berikut adalah
rencana tata waktu dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini (Tabel 1).
Tabel 1 Rencana Tata Waktu Pelaksanaan TA No Kegiatan November Desember Januari Februari Maret
1. Tahap
Persiapan - Studi
Pustaka
-Penyusunan Proposal
2. Pengumpulan
Data Sekunder TA
3. Pengumpulan
Data Primer TA
4. Pengolahan
dan Analisis Data
5. Revisi data
6. Penyusunan
Laporan Tugas Akhir
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini,
baik berupa alat dan bahan yang digunakan saat pengambilan data hingga
pengelolaan data, secara langsung ataupun tidak langsung. Berikut dalam Tabel 2
tersaji secara lengkap alat dan bahan yang akan digunakan tersebut.
Tabel 2 Alat dan Bahan dalam Tugas Akhir No Alat Fungsi
1. Kamera Semi
Profesional
(Nikon COOLPIX
P520)
Digunakan sebagai alat dokumentasi
2. Tripod Digunakan sebagai alat penyangga kamera
3. Laptop Digunakan mengolah data
4. Alat tulis Menulis data yang dibutuhkan
5. Kuesioner Digunakan untuk menilai suatu objek
6. Buku literature Sebagai acuan dan panduan selama kegiatan Tugas Akhir
7. Tallysheet Sebagai lembar kerja untuk pengumpulan informasi
8. Kuesioner Digunakan untuk mengambil data dari pengunjung, masyarakat, dan
pengelola terkait dengan kegiatan pengelolaan Kuliner, untuk
pengembangan wisata Kuliner.
30
No Alat Fungsi
9. Peta Kawasan Digunakan untuk peninjauan lokasi kawasan dalam bidang gambar
10. Responden Diperlukan sebagai narasumber dan obyek pengambilan data.
11. Sumberdaya
Kuliner
Bahan obyek yang menjadi fokus pengamatan.
12. Peta Kerja Bahan obyek yang digunakan untuk membantu dalam pendataan
lokasi.
C. Jenis Data
Data yang berkaitan dengan kajian utama yang didapatkan selama kegiatan
TA di lokasi adalah data-data mengenai sumber daya wisata kuliner, data
masyarakat, data wisatawan dan pemerintah. Masyarakat adalah subyek dalam
kegiatan ekowisata yang berperan aktif dalam pelaksanaan perencanaan wisata
yang dirancang. Data berkaitan dengan masyarakat adalah karakteristik, persepsi
dan kesiapan masyarakat. Data berkaitan dengan wisatawan yang diperlukan
dalam perencanaan wisata kuliner adalah karakteristik pengunjung serta
permintaan terhadap kegiatan wisata kuliner. Data terkait pengelola adalah pihak
pemangku kepentingan yang berwenang dalam pelaksanaan perencanaan
ekowisata kuliner. Data utama kajian masing-masing memiliki klasifikasi data
yang harus diperoleh untuk dapat memenuhi tujuan kegiatan TA (Tabel 3).
Data yang diperlukan dalam kegiatan TA memiliki batasan-batasan yang
dimaksudkan untuk fokus terhadap data yang penting dan sesuai dengan tujuan
serta menjelaskan kedalaman materi yang berkaitan dengan kajian. Batasan-
batasan pada tinjauan pustaka adalah teori-teori yang disampaikan oleh para ahli
dengan teori yangs sesuai dengan kajian pada TA. Batasan tinjauan pustaka
adalah teori tentang ekowisata kuliner yang meliputi perencanaan, persepsi dan
motivasi, sumber daya wisata kuliner. Tinjauan pustaka lain yang terkait dengan
perencanaan ekowisata kuliner adalah teori pendukung untuk memperkuat materi.
Sumber daya ekowisata kuliner memiliki tiga aspek penting yang menjadi
klasifikasi data yaitu kuliner tradisional, kuliner favorit dan oleh-oleh. Masing-
masing klasifikasi data memiliki batasan dalam pengambilan data guna
mendapatkan hasil sesuai tujuan TA. Batasan pada sumber sumber daya wisata
kuliner adalah kajian meliputi representasi budaya, representasi masyarakat,
higienitas makro, penentuan kadaluwarsa, klasifikasi umum, eksistensi kuliner,
waktu konsumsi, penyajian, nilai kegunaan, fungsi sosial, rasa, tekstur, kemasan,
warna, daya tahan, cara masak, alat penyajian makanan, alat bantu masak, alat
bantu makan, alat produksi, prosesi makan, sumber bahan baku makanan, bumbu,
kandungan zat makanan, vitamin dan gastronomi. Klasifikasi umum menjelaskan
mengenai jenis makanan kedalam kategori makanan yang ditentukan yang
meliputi makanan utama, cemilan dan minuman. Batasan terkait dengan eksistensi
kuliner adalah mengkategorikan berdasarkan familiar yang merupakan makanan
yang masih sangat dikenal oleh masyarakat. Kategori selanjutnya adalah recall
yang termasuk makanan yang cukup dikenal oleh masyarakat tetapi perlu
penggalian memori lebih dalam menyebutkannya. Kategori yang terakhir adalah
pass known alah untuk makanan yang sudah tidak dikenal oleh masyarakat.
Batasan terkait dengan waktu konsumsi adalah dibedakan pada pagi, siang,
sore dan malam hari. Batasan terkait dengan penyajiannya adalah disajikan dalam
kondisi panas (>60oC), kondisi sedang (240C-40C) dan dingin (<40C). Batasan
Tabel 2 Lanjutan
31
terkait dengan nilai kegunaan dikategorikan berdasarkan makanan keseharian,
makanan kesehatan, acara pernikahan, acara kelahiran, acara kematian acara
keagamaan dan acara adat. Batasan terkait fungsi sosial dikategorikan berdasarkan
fungsi psikologis, fungsi religi, fungsi fisiologis, fungsi status dan simbol
kekuasaan. Batasan terkait rasa dikategorikan berdasarkan manis, asam, pahit,
pedas, asin, tawar. Batasan terkait dengan tekstur dikategorikan berdasarkan
keras, lembek, cair dan beku. Batasan terkait dengan kemasan adalah tidak
terbungkus, plastik, daun dan kertas. Batasan terkait dengan warna adalah gelap,
terang, tidak berwarna dan beraneka warna. Batasan terkait dengan daya tahan
adalah harian, mingguan, bulanan dan tahunan.
Batasan terkait dengan cara masak dikategorikan berdasarkan dikukus,
direbus, digoreng, dibakar, disangrai dan dikonsumsi mentah. Alat penyajian
makanan dibatasi berdasarkan modern dan tradisional berkaitan dengan peralatan
yang digunakan. Alat bantu makan dibatasi pada peralatan umum yang digunakan
untuk prosesi makan. Alat produksi memiliki batasan berkaitan dengan peralatan
yang digunakan dalam menciptakan masakan tersebut. Alat bantu masak memiliki
batasan yang dibedakan menjadi modern dan tradisional yang memiliki perbedaan
piranti.
Prosesi makan memiliki batasan terkait dengan pola-pola atau peraturan
terkait dengan teknis yang dilakukan pada saat menikmati kuliner. Sumber bahan
baku makanan memiliki batasan yaitu bahan makanan pokok, bahan makanan
lauk pauk, bahan makanan sayur mayur protein nabati yang terdiri dari root
vegetables, green vegetables dan bahan makanan buah-buahan. Bumbu memiliki
batasan bumbu segar, bumbu kering dan bumbu jadi. Kandungan zat makanan
memiliki zat makanan terkait dengan karbohidrat, protein hewani, protein nabati,
lemak hewani, lemak nabati, air dan mineral. Batasan vitamin adalah kandungan
vitamin dari setiap masakan. Gastronomi adalah seni dari kuliner yang
dihubungkan dengan kebudayaan pada lokasi penelitian. Gastronomi mencakup
semua klasifikasi data pada kuliner dengan pembahasan secara lebih rinci dan
terkait dengan seni atau tata boga.
Batasan pada data mengenai masyarakat adalah berkaitan dengan
karakteristik, persepsi dan kesiapan yang ditentukan secara acak pada keselurhan
lokasi penelitian. Batasan kajian mengenai masyarakat adalah sesuai dengan
kuesioner yang diperuntukkan kepada masyarakat. Batasan pada wisatawan
adalah penentuan responden secara acak dengan wisatawan yang melakukan
kegiatan wisata baik kuliner maupun wisata lain dengan ketentuan responden
mengetahui atau memahami terkait dengan sumber daya kuliner yang berada pada
lokasi penelitian. Batasan pada akademisi adalah penilaian sumber daya kuliner
sesuai dengan indikator penilaian pada kuesioner yang disediakan. Batasan
mengenai pengusaha adalah terkait dengan karakteristik dan persepsi yang
diperuntukkan oleh pengusaha yang berkaitan dengan sumber daya kuliner.
Batasan pada akademisi adalah terkait dengan kelayakan pada komponen kuliner
yang disediakan kuesioner dengan indikator makro. Batasan terhadap pengelola
adalah persepsi yang tersedia pada kuesioner.
32
Tabel 3. Jenis Data dalam Tugas Akhir No Jenis Data Klasifikasi Data Cara Pengambilan
Data
Sumber Data
1. Sumber Daya
Kuliner
a. Klasifikasi Umum Wawancara Pengusaha,
Masyarakat
b. Eksistensi Kuliner Observasi Langsung
(Identifikasi dan
Pengamatan)
Pengusaha,
Masyarakat
c. Waktu Konsumsi Wawancara Pengusaha,
Masyarakat
d. Penyajian Wawancara Pengusaha,
Masyarakat
e. Nilai Kegunaan Observasi Langsung
(Pengamatan),
Wawancara
Pengusaha,
Masyarakat
f. Fungsi Sosial Observasi Langsung
(Pengamatan),
Wawancara
Pengusaha,
Masyarakat
g. Rasa Wawancara Wisatawan,
Pengusaha,
Masyarakat
h. Tekstur Observasi Langsung Pengusaha,
Masyarakat
i. Kemasan Observasi Langsung
(Pengamatan),
Wawancara
Pengusaha,
Masyarakat
j. Warna Observasi Langsung Pengusaha,
Masyarakat
k. Daya Tahan Wawancara Pengusaha,
Masyarakat
l. Cara masak Wawancara, Studi
Literatur
Pengusaha,
Masyarakat
m. Alat Penyajian
Makanan
Observasi Langsung
(Pengamatan),
Wawancara
Pengusaha,
Masyarakat
n. Alat Bantu Makan Observasi Langsung
(Pengamatan),
Wawancara
Pengusaha,
Masyarakat
o. Alat Produksi Observasi Langsung
(Pengamatan),
Wawancara
Pengusaha,
Masyarakat
p. Alat Bantu Masak Observasi Langsung
(Pengamatan),
Wawancara
Pengusaha,
Masyarakat
q. Prosesi Makan Observasi Langsung
(Pengamatan),
Wawancara
Pengusaha,
Masyarakat
r. Sumber Bahan
Baku Makanan
Observasi Langsung
(Pengamatan),
Wawancara
Pengusaha,
Masyarakat
s. Bumbu Observasi Langsung
(Pengamatan),
Wawancara
Pengusaha,
Masyarakat
t. Kandungan Zat
Makanan
Observasi Langsung
(Pengamatan),
Wawancara
Pengusaha,
Masyarakat
u. Vitamin Observasi Langsung
(Pengamatan),
Pengusaha,
Masyarakat
33
No Jenis Data Klasifikasi Data Cara Pengambilan
Data
Sumber Data
Wawancara
v. Gastronomi Observasi Langsung
(Pengamatan),
Wawancara
Akademisi, Buku
Teks, Jurnal, Website
w. Representasi
Budaya dan
Masyarakat
Observasi Langsung
(Pengamatan),
Wawancara
Masyrakat,
Budayawan
x. Higienitas Makro Observasi Langsung
(Pengamatan),
Wawancara
Indikator Penilaian
y. Penentuan
Kadaluwarsa
Observasi Langsung
(Pengamatan),
Wawancara
Indikator Penilaian
2. Masyarakat a. Karakteristik Kuesioner dengan
random sampling
Rekapitulasi dan
Tabulasi
b. Persepsi
Masyarakat
Kuesioner dengan
random sampling
Rekapitulasi,
Skoring, Pembobotan
c. Kesiapan
Masyarakat
Kuesioner dengan
random sampling
Aspek Jawaban
3. Wisatawan a. Karakteristik Kuesioner dengan
random sampling
Rekapitulasi dan
Tabulasi
b. Motivasi Kuesioner dengan
random sampling
Aspek Jawaban
c. Persepsi Kuesioner dengan
random sampling
Rekapitulasi,
Skoring, Pembobotan
4. Pengusaha a. Karakteristik Kuesioner dengan
distribusi normal
Rekapitulasi dan
Tabulasi
b. Persepsi
Pengusaha
Kuesioner dengan
distribusi normal
Rekapitulasi,
Skoring, Pembobotan
c. Kesiapan
Pengusaha
Kuesioner dengan
distribusi normal
Aspek Jawaban
5. Pengelola a. Karakteristik Kuesioner Pengelola Rekapitulasi
b. Persepsi Pengelola Kuesioner Pengelola Rekapitulasi,
Skoring, Pembobotan
c. Kesiapan
Pengelola
(Anggran,
Institusi)
Kuesioner Pengelola Aspek Jawaban
D. Metode Pengambilan Data
Kegiatan penggalian data potensi sumberdaya kuliner dan data lain
merupakan salah satu aspek vital dalam proses perencanaan ekowisata kuliner.
Penggunaan metode yang berkaitan merupakan upaya yang harus dilakukan agar
penggalian data potensi sumber daya kuliner dan data lain berjalan dengan efektif.
Metode yang digunakan antara lain ialah metode studi pustaka/literatur, observasi
langsung, wawacara dan kuesioner. Metode dalam observasi langsung meliputi
kegiatan pengamatan lapang, identifikasi, inventarisasi, dokumentasi dan jelajah.
1. Sumber Daya Ekowisata Kuliner
Metode pengambilan data sumber data ekowisata kuliner dengan observasi
langsung, wawancara dan studi literatur. Metode observasi langsung meliputi
kegiatan pengamatan dan dokumentasi. Penggunaan metode observasi langsung
Tabel 3 lanjutan
34
merupakan suatu cara penelitian yang paling sesuai bagi para ilmuwan yang tidak
memerlukan biaya yang banyak (Bachtiar dalam Koentjaraningrat 1990).
Pengamatan sebagai cara penelitian menuntut dipenuhinnya syarat-syarat tertentu
yang merupakan jaminan bahwa hasil pengamatan memang sesuai dengan
kenyataan yang menjadi sasaran perhatian. Metode observasi langsung yang
digunakan untuk sumber daya kuliner adalah dengan melihat, memandang,
mengamati, merasakan sehingga menghasilkan suatu kesimpulan terhadap kuliner
tersebut.
Metode observasi juga dapat terbantu dengan cara pendokumentasian yang
berguna untuk menyimpan hasil pengamatan sehingga dapat dijadikan bukti atau
analisa lanjutan terhadap sumber daya kuliner. Obervasi lapang dengan
pengamatan harus dilakukan dengan daya pengamatan yang baik sehingga hasil
yang didapatkan sesuai dengan kenyataan pada saat pengamatan. Pengamatan
memiliki sasaran pengamatan sehingga tidak akan menghadapi kesukaran dalam
menentukan obyek yang diperhatikan, diamati dengan seksama dan tidak
mengabaikan aspek penting lainnya (Bachtiar dalam Koentjaraningrat 1990).
Pengamatan dilakukan dengan merepresentasikan fakta yang kemudian diolah
lebih lanjut dengan pencatatan hasil pengamatan. Kuliner yang menjadi obyek
penelitian menggunakan alat bantu berupa tallysheet atau lembar kerja sehingga
data yang diperoleh dapat terperinci dan parameter yang diukur saling sesuai antar
obyek. Metode observasi langsung memiliki keunggulan yaitu untuk
meningkatkan ketepatan dalam melaporkan hasil pengamatan atau yang bisa
disebut dengan pengamatan terkendali (controlled observation).
Metode lain yang digunakan dalam pengumpulan data terkait dengan
sumber daya ekowisata kuliner adalah metode wawancara. Metode wawancara
atau metode interview, mencakup cara yang dipergunakan untuk mendapatkan
keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden dengan bercakap-
cakap berhadapan muka (Koentjaraningrat 1990). Wawancara yang dipergunakan
dalam penelitian kuliner ini bertujuan mengumpulkan keterangan tentang berbagai
jenis data yang diperlukan. Hasil wawancara kemudian dapat dicatat dengan
beberapa cara yaitu pencatatan langsung, pencatatan dari ingatan, pencatatan
dengan alat recording, pencatatan dengan field rating, dan pencatatan dengan field
coding (Koentjaraningrat 1990). Pencatatan lansung merupakan pencatatan yang
diutamakan dalam kegiatan wawancara. Pencatatan dari ingatan memiliki
keunggulan dengan suasana santai yang diciptakan sehingga responden tidak
merasa canggung. Pencatatan dengan alat recording memiliki keunggulan dalam
memberikan informasi secara lengkap bahkan sampai detail-detail kecil.
Pencatatan dengan field rating atau dengan angka-angka atau kata-kata yang
menilai merupakan metode wawancara dengan menggunakan alat bantu kuesioner
yang dapat memperhitungkan jawaban dalam golongan yang diberi angka nilai
atau kata nilai. Pengukuran nilai dilakukan dengan skala likert yang
merepresentasikan setiap penilaian dari keadaan yang paling tidak sesuai hingga
keadaan yang paling sesuai. Pencatatan data wawancara dengan field codimg atau
kode memiliki keunggulan dalam mempermudah pencatatan jawaban dari
pertanyaan tertutup susunan daftar pertanyaan wawancara atau kuesioner. Kode
tersebut juga dapat digunakan dalam penulisan hasil pada tallysheet sehingga
lebih efisien.
35
Studi literatur digunakan untuk memperkuat hasil yang didapatkan dari
observasi langsung atau wawancara. Studi literatur mengenai kuliner lebih
ditekankan kepada kasus-kasus yang lebih spesifik seperti kandungan vitamin,
kandungan zat makanan dan gastronomi yang memerlukan kajian lebih untuk
mendapatkan data yang akurat. Studi literatur dapat diperoleh melalui jurnal, buku
teks atau pustaka-pustaka lain yang memuat tentang kuliner.
Metode pengambilan data untuk sumber daya ekowisata kuliner dibedakan
secara lebih rinci berdasarkan masing-masing jenis data yang diidentifikasi.
Metode pengambilan data berdasarkan jenis kuliner dibedakan menjadi metode
pengambilan data untuk kuliner tradisional, kuliner favorit dan oleh-oleh. Metode
pengambilan data secara rinci adalah sebagai berikut.
a. Kuliner Tradisional
Pengambilan data terkait dengan kuliner tradisional sesuai dengan jenis data
yang dibutuhkan adalah menggunakan metode observasi, wawancara dan studi
literatur. Metode observasi menggunakan alat bantu berupa kuesioner yang
berkaitan dengan representasi budaya dan masyarakat (Lampiran 1). Kuesioner
dari representasi budaya dan masyarakat berisikan daftar dari rangkaian
pertanyaan yang terkait dengan kuliner dilihat dari fungsi sosial terutama yang
dipergunakan sebagai kuliner penting dalam menunjang tradisi pada setiap alur
kehidupan dalam masyarakat.
Kuesioner dari representasi budaya dibagikan kepada 3 responden pada
setiap kecamatan. Kuesioner diisi oleh responden yang memahami tentang
representasi kuliner sebagai bagian dari budaya masyarakat. Kuesioner terkait
dengan representasi kuliner yang dipergunakan sebagai penunjang tradisi dalam
masyarakat tertama dalam alur kehidupan masyarakat dari mulai kelahiran hingga
kematian. Kuesioner menggunakan skala 1-7 dengan tingkatkan sangat tidak
diperlukan hingga sangat diperlukan. Kuesioner ini berisi daftar kuliner yang
diduga dipergunakan atau bermanfaat sebagai bagian dari tradisi masyarakat.
Daftar kuliner tersebt kemudian diolah berdasarkan tingkat keperluan berdasarkan
skala yang ada. Hasil akhir dari daftar kuliner tersebut merupakan kuliner yang
memang diperlukan dalam tradisi masyarakat sehingga pada repesentasi
masyarakat dapat diketahui tingkat pengetahuan dan kepentingan masing-masing
kuliner untuk masyarakat.
Kuesioner representasi masyarakat memiliki kesamaan dengan representasi
budaya. Hal yang membedakan adalah jumlah dan petimbangan pada responden.
Representasi budaya menggunakan 30 responden pada setiap kecamatan dengan
batasan usia yaitu pada tingkatan dewasa. Kuesioner represenyasi masyarakat
merupakan penilaian masyarakat dari segi pemahaman terhadap kuliner
tradisional yang dipergunakan dalam tradisi pada alur kehidupan dari mulai
kelahiran hingga kematian dengan indikator tahu atau tidak tahu disertai dengan
tingkatan pengetahuan. Tingkatan pengetahuan tersebut kemudian dikembangkan
dengan skala keperluan kuliner untuk kegiatan budaya yang ada di dalam
masyarakat. Tingkatan pengetahuan menggunakan skala 1-7 dengan pengertian
sangat tidak diperlukan hingga sangat diperlukan.
36
b. Kuliner Favorit
Metode pengambilan data pada kuliner favorit adalah dengan menggunakan
metode observasi, wawancara dan studi literatur. Metode observasi yaitu dengan
investigasi dengan memandang, melihat, mengamati dan pendokumentasian serta
menggunakan alat bantu berupa tallysheet. Metode observasi tersebt dilakukan
dengan mendatangi lokasi-lokasi yang terdapat kuliner favorit untuk dinilai
dengan indikator kebersihan yang tercantum dalam tallysheet (Lampiran 1).
Tallysheet yang dipergunakan merupakan tabel yang berisi daftar penilaian yang
terkait dengan higienitas makro dengan penilaian secara individu dengan
mengetahui kondisi aktual dari obyek yang diamati. Tallysheet yang berkaitan
dengan higienitas makro tersebut dinilai dengan skala 1-7 yaitu dari sangat tidak
bersih hingga sangat bersih.
c. Oleh-Oleh
Metode pengambilan data terkait dengan oleh-oleh adalah dengan
menggunakan metode observasi, wawancara dan studi literatur. Metode observasi
dan wawancara dilakukan secara bersamaan untuk mendukung kegiatan di
lapangan. Studi literatur dipergunakan sebagai media pelengkap data terkait
dengan oleh-oleh baik sebelum atau sesudah diperoleh data di lapangan. Metode
observasi yang dilakukan adalah memandang, melihat, mengamati dan
pendokumetasian. Metode observasi juga dibantu dengan adanya tallysheet yang
berisi aspek-aspek penilaian yang kemudian dinilai dengan indikator penilaian
dengan skala 1-7 (Lampiran 1). Aspek penilaian tersebut meliputi cara
menyimpan, ruang penyajian serta penentuan kadaluwarsa. Indikator penilaian
dengan skala 1-7 tersebut terkait dengan kebersihan yaitu mulai sangat tidak
bersih hingga sangat bersih dan pada penentuan kadaluwarsa adalah dari mulai
sangat tidak layak hingga sangat layak.
2. Masyarakat
Data masyarakat meliputi karakteristik, persepsi, kesiapan masyarakat dan
keterlibatan masyarakat melalui penyebaran kuesioner yang bersifat close ended
yaitu kuesioner dengan pilihan jawaban yang telah disediakan. Masyarakat yang
heterogen dijadikan sebagai responden dengan menggunakan sebaran normal dan
tidak ada kelas tertentu dalam penentuan kelayakan responden. Masyarakat yang
bersedia menjadi responden dan memahami pertanyaan dari kuesioner maka dapat
dijadikan sebagai narasumber penelitian.
Kabupaten Sragen terdiri dari 20 kecamatan dengan jumlah penduduk
sebesar 896.021 (BPS 2014). Penentuan sampel menggunakan jumlah penduduk
dengan menggunakan rumus Slovin (Ariola 2006). Penentuan sampel tersebut
adalah sebagai berikut.
𝑛 =𝑁
1 + 𝑁𝑒
Pengambilan sampel dengan rumus Slovin digunakan untuk menentukan
responden yang akan dilakukan penyebaran kuesinoner. Kuesioner yang
disebarkan bersifat close ended (Lampiran 2) yaitu bentuk kuesioner yang
Keterangan:
n : Penentuan sampel
N : Ukuran populasi
e : Persentase ketidaktelitian pengambilan sampel (10%)
37
menggunakan pilihan jawaban sehingga mempermudah responden untuk mengisi
kuesioner.
𝑛 =𝑁
1 + 𝑁𝑒
𝑛 =896.021
1 + 896.021𝑥 102%
𝑛 = 100
Jumlah responden untuk masyarakat sesuai dengan perhitungan jumlah
penduduk adalah 100 responden. Responden dengan jumlah 100 tersuebut
merupakan keseluruhan sampel yang harus diperoleh. Penentuan sampel
kemudian dilakukan pada setiap kecamatan sesuai dengan jumlah penduduk pada
setiap kecamatan untuk mendapatkan jumlah sampel yang sesuai dan seimbang
berdasarkan persentase jumlah penduduk kabupaten dengan masing-masing
kecamatan. Jumlah sampel yang akan diambil sebagai sampel adalah sebanyak
100 responden yang kemudian akan ditentukan dengan menggunakan teknik
stratified random sampling. Stratified random sampling dilakukan untuk
melakukan penyebaran kuesioner dengan menentukan jumlah responden di setiap
kecamatan.
𝑛h=𝑁ℎ
𝑁𝑥 𝑛
3. Wisatawan
Data mengenai wisatawan yang diperlukan dalam kegiatan TA yaitu
karakteristik, motivasi serta persepsi mengenai perencanaan ekowisata kuliner.
Data tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan metode observasi langsung
dan penyebaran daftar pertanyaan (kuesioner). Kegiatan observasi dilakukan
dengan mengunjungi dan mengamati langsung wisatawan atau pengunjung di
lokasi yang terdapat potensi kuliner khas dan dilanjutkan dengan penyebaran
daftar pertanyaan atau kuesioner. Daftar pertanyaan disusun dengan pola close
ended (pilihan ganda), dimana dalam pola ini wisatawan atau pengunjung dapat
langsung memilih jawaban dari aspek yang telah disediakan.
Metode penarikan sampel secara kebetulan adalah proses pengambilan
sampel yang dilakukan tanpa perencanaan yang saksama (Kusmayadi 2004).
Responden yang dimintai informasi secara kebetulan yang terdapat di lokasi
kuliner. Lokasi kuliner untuk penyebaran kuesioner diperoleh dari penilaian
asesor dan pemilihan responden berdasarkan perbandingan waktu hari kerja dan
pekan. Batasan dari responden adalah seseorang yang bersedia untuk mengisi
kuesioner yang disebarkan. Jumlah tersebut dianggap telah mewakili populasi
yang ada dalam klasifikasi actual demand yang selalu datang, pengunjung
potential demand yang berpotensi datang, atau pengunjung dengan klasifikasi
latend demand. Hal ini dikarenakan tidak diketahuinya jumlah pengunjung yang
datang per-periode tertentu di setiap lokasi kuliner. Metode pengambilan
Keterangan :
nh : Penentuan sampel ke-h
Nh : Populasi ke-h
n : Sampel
N : Populasi
38
kuesioner dilakukan dengan menggunakan close ended dan teknik pengambilan
responden metode penarikan sampel secara kebetulan.
4. Pengelola
Data dari pemerintah yaitu meliputi karakteristik, persepsi dan kesiapan
pengelola atas perencanaan ekowisata kuliner yang akan dilakukan pada kawasan.
Pengambilan data kepada pihak pemerintah dilakukan karena pemerintah
merupakan pihak yang mempunyai peran untuk mendukung aspek komparatif-
edukatif dalam proses analisis kuantitatif dan kualitatif atau penilaian potensi
ekowisata kuliner di Kabupaten Sragen dengan menggunakan indikator penilaian
potensi Avenzora dalam Avenzora (2008). Pengambilan data pihak pengelola
dilakukan dengan wawancara dan mengajukan kuesioner untuk kemudian
dilakukan observasi terhadap informasi yang diperoleh dari hasil data kuesioner.
Pihak pengelola yang disebutkan yaitu para pemangku kebijakan terkait
dengan perencanaan ekowisata kuliner. Pengelola terkait diantaranya adalah dinas
pariwisata, kebudayaan, pemuda dan olahraga (Disparbudpora) Kabupaten
Sragen. Pemerintah yang berwenang membuat kebijakan dalam pelaksanaan
teknis perencanaan ekowisata kuliner diidentifikasi sesuai dengan wewenang
masing-masing dalam dinas tersebut. Pelaksana teknis dalam perencanaan
kemudian dijadikan sebagai responden dalam persepsi pemerintah terkait dengan
perencanaan kuesioner.
E. Metode Perancangan Program Ekowisata
Program ekowisata merupakan produk ekowisata yang dapat dihasilkan
dengan memanfaatkan sumber daya wisata yang ada. Program ekowisata kuliner
yang merupakan produk ekowisata bertujuan untuk menggugah pasar dengan
keinginan dan kebutuhan terhadap ekowisata kuliner. Program ekowisata lebih
mendatangkan keuntungan apabila disusun dengan pendekatan rekreasi yang
mengutamakan kepuasan individu dengan pelayanan yang baik (Fennell 2002).
Perencanaan yang lebih mengarah pada pendekatan individu tersebut terkait
dengan recreation demand yang meliputi kajian mengenai umur, pendidikan dan
pendapatan.
Perencanaan program ekowisata kuliner dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan scientific planning dan apriory planning (Avenzora 2008).
Perancangan program ekowisata kuliner ini lebih ditekankan pada scientific
planning yang terdiri dari beberapa langkah. Langkah-langkah tersebut adalah
demand approach, resources approach dan behaviour. Pendekatan demand atau
permintaan dapat dilakukan dengan metode wawancara dengan alat bantu
kuesioner. Pendekatan permintaan tersebut berfungsi untuk mengetahui
karakteristik serta permintaan wisatawan terhadap ekowisata kuliner. Pendekatan
sumber daya adalah dengan mengetahui sumber daya kuliner unggulan
berdasarkan penilaian indikator. Pendekatan sumber daya tersebut bertujuan untuk
membuat program yang menjadi minat wisatawan. Pendekatan perilaku adalah
dengan mengetahui perilaku wisatawan dalam melakukan kegiatan menikmati
kuliner sehingga dapat memahami keinginan pasar dan program dapat lebih
diminati oleh wisatawan.
39
Perancangan program ekowisata kuliner juga harus mempertimbangkan
beberapa hal dalam pengambilan keputusan sebelum program dibuat.
Pertimbangan tersebut adalah orisinalitas rencana, keunikan, kompetitor, trend
characteristic, time-frame, efisiensi dan efektifitas biaya dan kondisi aktual
(Avenzora 2008). Perencanaan dalam pembuatan program ekowisata pada
akhirnya dibuat dengan menggabungkan antara scientific planning dan apriory
planning. Apriory planning yang merupakan perencanaan dengan intuisi individu
diperlukan dalam perencanaan program untuk mengembangkan kreatifitas dalam
merencanakan suatu program yang unik dengan didukung atau bersesuaian
dengan kondisi aktual yang didapatkan dari analisis scientific planning.
Perencanaan program ekowisata kuliner dibedakan menjadi perencanaan
harian, menginap dan tahunan. Program ekowisata harian merupakan program
yang dapat dinikmati setiap hari sesuai dengan permintaan wisatawan. Program
wisata menginap dibuat dengan konsep paket wisata yang merupakan kumpulan
dari beberapa program. Program ekowisata kuliner tahunan dibuat dalam bentuk
event berupa festival yang menjadikan masyarakat luas sebagai target pasar.
Program ekowisata kuliner tahunan dibuat dalam skala yang besar dengan
melibatkan stakeholder yang ada di Kabupaten Sragen. Festival tersebut juga
dikombinasikan dengan kebudayaan masyarakat Kabupaten Sragen sehingga
event tersebut menjadi lebih dinamis dan menarik.
F. Metode Pembuatan Luaran Media Promosi
Luaran yang dihasilkan dari perencanaan ekowisata Kuliner di Kabupaten
Sragen yakni berupa media promosi audio visual yang mempunyai fungsi dan
tujuan untuk memberi informasi dari potensi wisata serta sebagai pemasaran
kawasan wisata.
Media promosi dalam bentuk audio visual atau film merupakan salah satu
media yang efisien bagi promosi atau informasi suatu obyek, hal tersebut
dikarenakan film mempunyai kelebihan yaitu berupa menyampaikan informasi
dalam gambar bergerak dan dapat diiringi suara yang dapat disesuaikan lamanya
dengan durasi. Film dapat membawa penonton merasakan dan melihat sendiri
informasi yang disajikan. Pengambilan gambar dilakukan dengan menggunakan
kamera semi profesional (pro-summer) atau handycam beserta bantuan tripod dan
perangkat lainnya. Kemudian data mentah dari pengambilan gambar di lapangan
diolah melalui proses editing dengan menggunakan software Corel Ulead Video
Studio, yang kemudian hasil dari pengolahan tersebut menghasilkan media
promosi dalam bentuk audio visual mengenai ekowisata kuliner di Kabupaten
Sragen.
Informasi potensi kuliner dan daya dukungnya merupakan isi utama dalam
film, selain sebagai visualisasi potensi kepada masyarakat luas, juga sebagai
media promosi wisata khususnya untuk program ekowisata kuliner, dan umumnya
untuk pariwisata di Kabupaten Sragen. Pemilihan potensi yang dijadikan isi
disesuaikan dengan hasil identifikasi, observasi, dan wawancara pada lokasi.
Informasi yang terutama harus disampaikan adalah manfaat kuliner terhadap
lingkungan sekitar, dari aspek ekologi, budaya dan perekonomian, sehingga
masyarakat diajak untuk menjaga dan melestarikan kuliner tersebut.
40
Film akan dikemas dengan dua opsi pengemasan konsep, yang pertama
dengan konsep dokumenter asli yang mengkombinasikan narasi langsung dalam
bentuk visual atau audio. Narator akan dibebankan pada editor, tanpa adanya
sebuah karakter tertentu didalam produksi pengambilan gambar. Konsep
pengemasan yang kedua ialah berupa adanya penggunaan sebuah karakter
pengantar informasi (narator) didalam sebuah film tersebut dari awal hingga
akhir, dan narasi tidak dilakukan secara langsung. Informasi yang disajikan
dalam film dokumenter diringkas secara sederhana, dengan durasi ± 10 menit.
Setelah penentuan konsep pengemasan produksi film yang disesuaikan dengan
kondisi aktual, kemudian akan dilakukan penyusunan sinopsis dan skenario yang
selanjutnya langsung dilakukan pengambilan materi film.
G. Tahapan Pelaksanaan
Tahapan pengerjaan dari kegiatan Tugas Akhir terdiri dari empat tahap.
Tahap pertama akan dilakukan persiapan dengan melakukan studi literatur untuk
menentukan problem statement dan variabel essensial beserta parameter yang
akan digunakan pada tahapan pengerjaan. Tahap kedua berupa inventarisasi dari
setiap variabel essensial dan parameter melalui observasi, kuesioner, studi
literatur dan dokumentasi terhadap sumberdaya kuliner di Kabupaten Sragen.
Tahap kedua ini bertujuan menghasilkan data yang berkaitan dengan parameter
dari setiap essensial. Data parameter tersebut terdiri dari aspek sumber daya
kuliner, aksesibilitas, fasilitas, karakteristik masyarakat, kesiapan masyarakat,
persepsi masyarakat, karakteristik pengelola, persepsi pengelola, kesiapan
pengelola dan penilaian potensi oleh asesor dengan indikator penilaian dengan
variabel yang ditentukan untuk mengurangi subjektifitas (Avenzora 2008).
Tahap ketiga adalah menganalisis data yang telah diperoleh dari parameter
essensial dengan pendeskripsian data secara kualitatif dan kuantitatif agar
mengetahui potensi sumberdaya kuliner yang akan digunakan dalam perencanaan
ekowisata kuliner di Kabupaten Sragen. Hasil analisis dari sumberdaya potensial
kemudian dinilai berdasarkan indikator penilaian sehingga menghasilkan
sumberdaya kuliner unggulan di Kabupaten Sragen. Tahap ini terdiri dari sintesis,
konsep dan perencanaan. Tahap sintesis dimulai dengan melakukan penilaian
terhadap potensi ekowisata menggunakan indikator penilaian Avenzora dengan
aspek keindahan, keunikan, kelangkaan, seasonalitas, aksesibilitas, sensitifitas dan
fungsi sosial yang masing-masing memiliki penjabaran pada aspeknya.
Hasil penilaian indikator dari sumberdaya ekowisata kuliner kemudian
digunakan untuk dapat merancang program wisata dengan konsep “Ekowisata
Kuliner di Kabupaten Sragen” yang terdiri program harian, mingguan dan
tahunan. Tahapan terakhir adalah perancangan luaran berupa media promosi
berbentuk audio visual. Media promosi berbentuk audio visual dikemas secara
menarik sebagai upaya memperkenalkan ekowisata kuliner di Kabupaten Sragen.
41
Gambar 4 Tahapan Pelaksanaan Tugas Akhir Perencanaan Ekowisata Kuliner
di Kabupaten Sagen, Provinsi Jawa Tengah.
Program Wisata
- Harian
- Mingguan
- Tahunan
Tahap 4
Dokumentasi
PERENCANAAN
Sumberdaya Ekowisata yang
memiliki penilaian tinggi.
Penentuan opsi – opsi program
wisata dan rancangan output
media promosi
Program wisata terpilih dan
rancangan output media promosi
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Pendeskripsian Data Secara Kuantitatif
PERSIAPAN
Studi Literatur
- Penentuan problem statment - Penentuan variabel essensial dan parameter
INVENTARISASI
Observasi Kuesioner Studi
Literatur
- Aspek Sumberdaya Kuliner
- Aspek Masyarakat
- Aspek Pemerintah
- Aspek Pengusaha
- Aspek Akademisi
- Aspek Wisatawan
ANALISIS
Pendeskripsian Data Secara Kualitatif
Potensi Sumberdaya Ekowisata
SINTESIS KONSEP
Penilaian sumberdaya ekowisata
kuliner menggunakan penilaian
indikator Avenzora.
Ekowisata Kuliner
Data Parameter
42
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen. 2014. Sragen dalam Angka 2014.
Sragen. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen.
[Pemkab] Pemerintah Kabupaten Sragen. 2014. Kondisi Umum Kabupaten
Sragen. www.sragenkab.go.id [21 November 2014].
Aoyama G. 2000. Pengembangan Eko-tourism di Kawasan konservasi di Indonesia.
Jakarta: JICA Expert/RAKATA.
Ariola MM. 2006. Principles and Methods of Reaserch. Manila: Rex Book Store.
Avenzora R. 2008. Penilaian Potensi Obyek Wisata: Aspek Indikator Penilaian.
Ekoturisme Teori dan Praktek. Avenzora R (Ed.). Ekoturisme teori dan
Praktek. Banda Aceh: BRR NAD-Nias
Bachtiar HW. 1990. Pengamatan Sebagai Suatu Metode Penelitian.
Koentjaraningrat (ed) Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Dirawan DG. 2003. Analisis Sosio-Ekonomi dalam Pengembangan Ekotourisme pada
Kawasan Suakamarga Satwa Mampie Lampoko (Desertasi). Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Ernawati, Izwerni, Nelmira W. 2008 Tata Busana. Direktorat Pembinaan Sekolah
menengah kejuruan. Jakarta.
Fahmi I. 2011. Manajemen (Teori, Kasus, dan Solusi). Bandung: Alfabeta.
Fennell DA. 2002. Ecotourism Programme Planning. Oxon. CABI Publishing
[EN].
Hariandja, Marihot, TE. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Grasindo.
Herdiannanda D. 2010. Pemanfaatan Audio Visual (Film Kartun) Sebagai Media
Bantu Siswa Dalam penguasaan Kosakata bahasa mandarin Di SMA
Negeri 4 Surakarta. Tugas Akhir. Jurusan Diploma III Bahasa China
Fakultas Sastra dan Senirupa. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Ihyani F. 2010. Hubungan Strategi Sosial Program Tegal Sehat 2010 Terhadap
Tingkat kesadaran Kesehatan Masyarakat Kota Tegal. Tugas Akhir.
Pendidikan Diploma Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Diponegoro. Semarang: Universitas Diponegoro.
Koentjaraningrat. 1990. Metode Wawancara. Koentjaraningrat (ed) Metode-
Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Marpaung H, Bahar H. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta.
43
Marliyati SA, Hastuti D, Sinaga T. 2013. Ekowisata Kuliner di Indonesia. Teguh
F, Avenzora R [eds.]. Ekowisata dan Pembangunan Pariwisata
Berkelanjutan di Indonesia: Potensi, Pembelajaran dan Kesuksesan.
Jakarta: Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Moerjipto, Rumijah JS, Moeljono, Astuti J. 1993. Makanan: Wujud, Variasi dan
Fungsinya serta Cara Penyajiannya pada Orang Jawa Daerah Istimewa
Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Kebudayaan
Muljadi AJ. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Mulyana D. 2006. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana D. 2007. Ilmu komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Munandar JM, Kartika L, Permanasari Y, Indrawan RD, Andrianto MS, Siregar
E. 2013. Pengantar Manajemen. Bogor: IPB Press.
Muslich M Suyono. 2009. Pengembangan Media Pembelajaran Kosakata Berbasis
Audio-Visual untuk Peningkatan Kompetensi Berbahasa Indonesia Anak
Usia Dini. Jurnal Penelitiam Kependidikan. Tahun 19, Nomor 1. Fakultas
Sastra Universitas negeri Malang. Malang.
Nugroho I. 2001. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Pitana IG, Diarta S. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Pitana IG, Rukendi C. 2008. Petunjuk Pengembangan Ekowisata Budaya dan
Kuliner. Ekoturisme Teori dan Praktek. Avenzora R (ed.). Banda Aceh:
Penerbit BRR-NAD Nias.
Primasari A, Siswojo T. 2010. Promosi Kuliner Lokal sebagai Daya Jual
Pariwisata Indonesia untuk Backpacker Asing. Jurnal Tingkat Sarjana
Bidang Seni Rupa dan Desain I (2):7-14.
Ridwan. 2002. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT
SOFMEDIA.
Rochani A. 2000. Media Sebagai Bahan Ajaran Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Santosa S. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.
Setiadi EM, Hakam KA, Effendi R. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta:
Kencana.
Singgih Y. 2002. Asas-asas Psikologi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Soekadijo RG. 2000. Anatomi Pariwisata. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama.
44
Sukenti K. 2014. Gastronomy Tourism in Several Neighbor Countries of
Indonesia: a Brief Review. Journal of Indonesain Tourism and
Development Studies II (2):55-63. [EN]
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Sunjayadi A. 2008. Mengabadikan Estetika Fotografi dalam Promosi Pariwisata.
Jurnal Umum X (2):301-306.
Suwantoro G. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi.
Suyitno. 2001. Perencanaan Wisata. Yogyakarta: Kanisius.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwsataan.
Wrihatnolo R. 2006. Manajemen Pembangunan Indonesia. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
45
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Sumber Daya Ekowisata Kuliner
1. Kuliner Tradisional
a. Representasi Budaya Tradisi Budaya Jawa
1) Apakah Bapak/Ibu mengetahui kuliner tradisional yang terkait dengan kegiatan budaya dalam masyarakat Kabupaten Sragen dan
bagaimana tingkat intensitas penggunaan kuliner tersebut dalam kegiatan budaya?
*) Kriteria 1:
a. Tahu nama
b. Tahu nama dan gambar
c. Tahu nama, bentuk dan rasa
d. Tahu nama, bentuk, rasa dan bumbu
e. Tahu nama, bentuk, rasa, bumbu, dan fungsi budaya,
f. Tahu nama, bentuk, rasa, bumbu, fungsi budaya dan sejarah,
g. Tahu nama, bentuk, rasa, bumbu, fungsi budaya, sejarah dan cara masak
**) Kriteria 2 :
1. Sangat tidak diperlukan
2. Tidak diperlukan
3. Agak tidak diperlukan,
4. Biasa saja
5. Agak diperlukan
6. Diperlukan
7. Sangat diperlukan
Isilah kolom “tahu/tidak tahu” berdasarkan abjad yang terdapat pada “kriteria 1” dan berikan penilaian pada kolom “aspek penilaian” berdasarkan nilai yang terdapat
pada “kriteria 2”! No Nama Kuliner Tahu/
Tidak Tahu
*
Aspek Penilaian **
Kehamilan Kelahiran Anak-
anak
Pernikahan Kematian
Sebelum akad Akad
nikah
Setelah akad
11 12 21 22 23 24 25 26 31 41 42 43 44 45 46 47 48 51 52 53 54 55 56 57 58
1 Sego Tumpeng
2 Kulub
3 Endog Godhog
4 Pelas
5 Bothok
6 Kacang Tholo
7 Iwel-iwel
8 Uwek-uwek
9 Sego Uduk
10 Ingkung Pithik
Jago
11 Kedelai Hitam
12 Sambel Goreng
13 Krupuk Udang
14 Peyek Kacang
14 Apem
15 Gedhang Rojo
16 Srundeng
17 Tahu Bacem
18 Tempe Bacem
19 Dawet Selasih
20 Criping
21 Emping Mlinjo
22 Sagon
23 Wajik
24 Jenang
25 Jangan Gori
26 Soto
27 Tape Ketan
28 Sagon
29 Jadah
30 .......
31 .......
Keterangan : Kehamilan Kelahiran Anak-Anak Pernikahan Kematian
Kode Keterangan Kode Keterangan Kode Keterangan Kode Keterangan Kode Keterangan
11 Upacara ngupati
(4 bulan)
21 Upacara brokohan 31 Upacara
supitan/sunatan
41 Upacara tepangan
51 Upacara brobosan,
12 Upacara mithoni (7
bulan)
22 Upacara puputan
(lepas puseur)
42 Upacara tembung 52 Upacara tingang
dinten
23 Upacara pasaran 43 Upacara siraman
53 Upacara pitung dina
24 Upacara aqiqah
44 Upacara pasrah
tampi penyanta
kukung)
54 Upacara 40 hari
25 Upacara selapanan
(setelah 35 hari)
45 Upacara akad nikah
55 Upacara 100 hari
26 Upacara mudun siti
(7 bulan)
46 Upacara uru kembar
mayang
56 Upacara pendhak
pisan
47 Upacara panggih 57 Upacara pendhak
pindho
48 Upacara ngunduh
mantu)
58 Upacara 1000 dina
b. Representasi Masyarakat Tradisi Budaya Jawa
1) Apakah Bapak/Ibu mengetahui kuliner tradisional yang terkait dengan kegiatan budaya dalam masyarakat Kabupaten Sragen dan
bagaimana tingkat intensitas penggunaan kuliner tersebut dalam kegiatan budaya?
*) Kriteria 1:
h. Tahu nama
i. Tahu nama dan gambar
j. Tahu nama, bentuk dan rasa
k. Tahu nama, bentuk, rasa dan bumbu
l. Tahu nama, bentuk, rasa, bumbu, dan fungsi budaya,
m. Tahu nama, bentuk, rasa, bumbu, fungsi budaya dan sejarah,
n. Tahu nama, bentuk, rasa, bumbu, fungsi budaya, sejarah dan cara masak
**) Kriteria 2 :
8. Sangat tidak diperlukan
9. Tidak diperlukan
10. Agak tidak diperlukan,
11. Biasa saja
12. Agak diperlukan
13. Diperlukan
14. Sangat diperlukan
Isilah kolom “tahu/tidak tahu” berdasarkan abjad yang terdapat pada “kriteria 1” dan berikan penilaian pada kolom “aspek penilaian” berdasarkan nilai yang terdapat
pada “kriteria 2”! No Nama Kuliner Tahu/
Tidak Tahu
*
Aspek Penilaian **
Kehamilan Kelahiran Anak-
anak
Pernikahan Kematian
Sebelum akad Akad
nikah
Setelah akad
11 12 21 22 23 24 25 26 31 41 42 43 44 45 46 47 48 51 52 53 54 55 56 57 58
1 Sego Tumpeng
2 Kulub
3 Endog Godhog
4 Pelas
5 Bothok
6 Kacang Tholo
7 Iwel-iwel
8 Uwek-uwek
9 Sego Uduk
10 Ingkung Pithik
Jago
11 Kedelai Hitam
12 Sambel Goreng
13 Krupuk Udang
14 Peyek Kacang
14 Apem
15 Gedhang Rojo
16 Srundeng
17 Tahu Bacem
18 Tempe Bacem
19 Dawet Selasih
20 Criping
21 Emping Mlinjo
22 Sagon
23 Wajik
24 Jenang
25 Jangan Gori
26 Soto
27 Tape Ketan
28 Sagon
29 Jadah
30 ..........
31 ...........
Keterangan : Kehamilan Kelahiran Anak-Anak Pernikahan Kematian
Kode Keterangan Kode Keterangan Kode Keterangan Kode Keterangan Kode Keterangan
11 Upacara ngupati
(4 bulan)
21 Upacara brokohan 31 Upacara
supitan/sunatan
41 Upacara tepangan
51 Upacara brobosan,
12 Upacara mithoni (7
bulan)
22 Upacara puputan
(lepas puseur)
42 Upacara tembung 52 Upacara tingang
dinten
23 Upacara pasaran 43 Upacara siraman
53 Upacara pitung dina
24 Upacara aqiqah
44 Upacara pasrah
tampi penyanta
kukung)
54 Upacara 40 hari
25 Upacara selapanan
(setelah 35 hari)
45 Upacara akad nikah
55 Upacara 100 hari
26 Upacara mudun siti
(7 bulan)
46 Upacara uru kembar
mayang
56 Upacara pendhak
pisan
47 Upacara panggih 57 Upacara pendhak
pindho
48 Upacara ngunduh
mantu)
58 Upacara 1000 dina
2. Kuliner Favorit
a. Bahan Baku
Tallysheet penilaian higienitas makro pada bahan baku kuliner di Kota/Kabupaten....
No Aspek Penilaian Skor Penilaian
1 2 3 4 5 6 7
Bahan Baku 1. Beras
a. Diayak b. Disortir dari batu dan gabah c. Dicuci dengan air mengalir d. Dicuci sambil diremas e. Pencucian dilakukan hanya sekali f. Pencucian dilakukan lebih dari sekali g. Cuci hingga air berwarna tidak putih pekat
2. Ikan a. Sisik ikan dibersihkan b. Insang pada ikan dibuang c. Isi perut ikan dibuang d. Sirip dan ekor dibuang e. Dicuci menggunakan air bersih mengalir f. Dihilangkan lendirnya (ikan tertentu) g. Diberikan perasan jeruk nipis untuk menghilangkan bau amis
pada ikan
3. Buah-buahan a. Dihilangkan tangkai buah b. Direndam dengan air selama beberapa menit c. Bilas dengan air bersih mengalir d. Cuci dan gosok menggunakan sikat berbulu e. Menggunakan sedikit larutan yodium untuk menghilangkan
mikroba
f. Bilas dengan air matang atau air dingin g. Lap dengan menggunakan tisu atau lap kering bersih
4. Sayuran a. Dicuci sebelum diiris b. Air pencuci merupakan air bersih mengalir c. Sayur direndam dengan sedikit larutan yodium untuk
menghilangkan mikroba
d. Bagian sayur yang rusak atau layu dibuang e. Sayur dipotong menggunakan alat/ pisau yang bersih, hanya
menggunakan tangan
f. Ditiriskan dengan wadah bersih g. Dimasak menggunakan air bersih
* Keterangan: 1. Sangat tidak bersih, 2. Tidak bersih, 3. Agak tidak bersih, 4. Biasa saja,
5. Agak bersih, 6. Bersih, 7. Sangat Bersih
No Aspek Penilaian Skor Penilaian
1 2 3 4 5 6 7
Bahan Baku 5. Umbi-umbian
a. Dicuci dan digosok kulit luarnya b. Kupas umbi dari kulit luarnya c. Cuci bersih umbi d. Mencampur air dengan garam e. Merendamnya dengan air garam f. Dibilas dengan air bersih mengalir g. Dikeringkan
6. Polong-polongan a. Buka kulit luarnya b. Dibersihkan dari benda asing c. Disortir dengan kondisi yang rusak d. Dicuci dengan menggunakan air panas e. Dicuci kembali menggunakan air bersih dan mengalir f. Ditiriskan g. Disimpan pada tempat yang kering
7. Telur a. Dicuci menggunakan air hangat b. Dilap menggunakan kain bersih c. Menggunakan keranjang kawat dengan lubang pada dasar
dindingnya
d. Tidak ditaruh lebih dari ¾ keranjang e. Diletakkan dengan posisi bagian runcing telur di bagian bawah
agar tidak cepat busuk
f. Tidak ditaruh di tempat yang berbau tajam g. Disimpan di lemari es/ freezer h. Menggunakan egg tray dengan media sekam
8. Daging a. Darah pada daging dihilangkan b. Hilangkan bagian yang tidak digunakan (lemak, otot) c. Cuci menggunakan air bersih mengalir d. Diberikan perasan jeruk nipis e. Disimpan menggunakan wadah tertutup f. Disimpan di dalam plastik dan tertutup rapat g. Disimpan di lemari pendingin/ freezer
9. Bumbu a. Dipisahkan berdasarkan karakteristik (umbi lapis, cabai, biji-
bijian dan temu-temuan)
b. Dicuci menggunakan air bersih mengalir c. Dicuci dan digosok bumbu yang memiliki akar (temu-temuan) d. Dibuang bagian bumbu yang tidak digunakan e. Dicuci menggunakan cuka putih/ air lemon untuk menghilangkan
pestisida
f. Dibilas menggunakan air hangat/ matang g. Disimpan ditempat yang kering dan kedap udara
* Keterangan: 1. Sangat tidak bersih, 2. Tidak bersih, 3. Agak tidak bersih, 4. Biasa saja,
5. Agak bersih, 6. Bersih, 7. Sangat Bersih
Tallysheet penilaian kualitas pada bahan baku kuliner di Kota/Kabupaten_________
No Aspek Penilaian Skor Penilaian
1 2 3 4 5 6 7
Bahan Baku 1. Ikan
a. Warna tidak pucat b. Tidak berbau busuk c. Tidak berlendir d. Tidak berbelatung e. Tidak berbau formalin f. Insang berwarna merah g. Daging kenyal
2. Daging a. Berwarna b. Tidak berbau busuk c. Tidak banyak mengeluarkan air d. Tidak ada hewan parasit (belatung dan cacing pita) e. Tidak berbau formalin f. Daging masih kenyal g. Tidak ada memar
*Keterangan: 1. Sangat tidak bersih, 2. Tidak bersih, 3. Agak tidak bersih, 4. Biasa saja,
5. Agak bersih, 6. Bersih, 7. Sangat Bersih
Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap koki di Kota/Kabupaten_____
No Aspek Penilaian Skor Penilaian
1 2 3 4 5 6 7 Koki
1. Atribut Memasak pada Koki
a. Menggunakan penutup rambut agar rambut
tidak jatuh ke makanan
b. Menggunakan masker penutup hidung dan
mulut
c. Menggunakan celemek agar pakaian tidak
kotor
d. Menggunakan sarung tangan
e. Menggunakan pakaian yang mudah
menyerap keringat
f. Menggunakan necktie untuk menyerap
keringat disekitar leher
g. Menyuci atribut memasak setelah
pemakaian satu kali
2. Etika dan Prilaku Koki
a. Menyuci tangan hanya dengan air sebelum
memasak
b. Mencuci tangan dengan sabun sebelum
memasak
c. Mengeringkan tangan yang basah
menggunakan tisu atau kain
d. Keteraturan dalam pemakaian dan tata
letak alat
e. Keteraturan mengolah dan tata letak bahan
baku
f. Kesigapan dalam menjaga kebersihan
bahan makanan
g. Tidak menyicipi makanan dengan sendok
yang sama secara berulang kali
*Keterangan: 1. Sangat tidak bersih, 2. Tidak bersih, 3. Agak tidak bersih, 4. Biasa saja,
5. Agak bersih, 6. Bersih, 7. Sangat Bersih
b. Alat Memasak
Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap alat memasak di Kota/Kabupaten____
No Aspek Penilaian Skor Penilaian
1 2 3 4 5 6 7 1. Alat Produksi
a. Alat produksi dicuci dengan air
b. Alat produksi dibersihkan dengan air dan
kain lap
c. Alat produksi dibersihkan menggunakan
kain lap setelah memasak dari sisa
makanan, minyak, air, dll.
d. Alat produksi dibersihkan menggunakan
kain lap dan pembersih khusus dari sisa
makanan, minyak, air, dll.
e. Alat produksi dibersihkan secara berkala
f. Alat produksi diletakan ditempat yang
bersih
g. Alat produksi tidak berkarat
2. Alat Masak
a. Alat masak dicuci dan dibilas hingga
bersih
b. Alat masak dicuci menggunakan air bersih
dan sabun
c. Alat masak dicuci secara berulang kali
setiap memasak jenis makanan yang
berbeda
d. Alat masak dibilas hingga bersih
e. Alat masak dikeringkan menggunakan
kain bersih
f. Alat masak disimpan ditempat yang bersih
g. Alat masak dibersihkan dengan kain bersih
sebelum memasak
*Keterangan: 1. Sangat tidak bersih, 2. Tidak bersih, 3. Agak tidak bersih, 4. Biasa saja,
5. Agak bersih, 6. Bersih, 7. Sangat Bersih
c. Cara Memasak
No Aspek Penilaian Skor Penilaian
`1 2 3 4 5 6 7 1 Memanggang
a. Alat pemanggangan bersih dari kotoran b. Bahan baku sudah bersih c. Alat bantu memasak bersih dari kotoran d. Saat memanggang api tidak menyala
sehingga akan membuat bahan baku gosong
e. Pemasak menggunakan atribut untuk
melindungi tubuh dari keringat
f. Lingkungan sekitar dapur memanggang
memiliki fentilasi
g. Lingkungan pemanggang tidak berada di
dekat selokan
2 Menggoreng a. Menggunakan minyak yang baru atau
minyak bekas yang tidak menyalahi aturan
pakai
b. Tidak mennggunakan bahan tambahan
berbahaya seperti plastik dan lilin
c. Alat bantu terhindar dari bahan kimia yang
dapat berpengaruh buruk pada makanan
d. Wajan yang digunakan bersih dari kotoran e. Pemasak menggunakan atribut untuk
melindungi tubuh dari keringat
f. Lingkugan menggoreng tidak berada di
dekat selokan
g. Wadah penyajian bersih
3 Menyangrai a. Bahan baku bersih dari kotoran b. Tidak menggunakan bahan berbaya
tambahan
c. Alat bantu terhindar dari bahan kimia yang
dapat berpengaruh buruk pada makanan
d. Wajan yang digunakan bersih dari kotoran e. Pemasak menggunakan atribut untuk
melindungi tubuh dari keringat
f. Lingkugan menggoreng tidak berada di
dekat selokan
g. Wadah penyajian bersih 4 Merebus
a. Panci maupun alat produksi bersih dari
kotoran
b. Menggunakan air mengalir c. Alat bantu memasak terhindar dari bahan
kimia yang dapat berpengaruh buruk pada
makanan
d. Bahan baku bersih dari kotoran e. Pemasak menggunakan atribut untuk
melindungi tubuh agar keringat
f. Wadah penyajian bebas dari kandungan zat
kimia berbahaya ketika memasak
g. Lingkugan menggoreng tidak berada di
dekat selokan
No Aspek Penilaian Skor Penilaian
`1 2 3 4 5 6 7
5 Mengkukus a. Panci maupun alat produksi bersih dari
kotoran
b. Menggunakan air mengalir c. Alat bantu mengukus terhindar dari
bahan kimia yang dapat berpengaruh
buruk pada makanan
d. Bahan baku bersih dari kotoran e. Tutup panci dan jaring-jaring dalam
mengukus
f. Pemasak menggunakan atribut untuk
melindungi tubuh agar keringat
g. Lingkugan menggoreng tidak berada di
dekat selokan
d. Cara Menyimpan
Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap cara menyimpan di Kota/Kabupaten ____
No Aspek Penilaian Skor Penilaian
1 2 3 4 5 6 7 1 Penyimpanan Makanan
a. Masakan yang sudah dimasak dituangkan ke
dalam wadah untuk penyimpanan/mangkuk
b. Tidak meniupkan napas pada masakan
c. Masakan didinginkan
d. Masakan tidak diaduk – aduk
e. Tempat penyimpanan masakan ditutup
f. Penyimpanan masakan dipisahkan dari
penyimpanan makanan bahan baku
g. Makanan dipanaskan kembali sebelum
dihidangkan kepada konsumen
2 Bumbu dan Rempah a. Menyimpan bumbu dan rempah dalam
wadah yang bersih dan kering
b. Wadah bumbu dan rempah diletakkan dalam
tempat yang sejuk dan kering dengan suhu
200C dan 60% kelembaban
c. Tidak menyimpan bumbu di depan kompor
d. Wadah bumbu dipisahkan sesuai dengan
jenisnya
e. Pengambilan bumbu dilakukan dengan
menggunakan alat bantu berupa sendok
f. Menutup wadah bumbu dengan rapat setelah
menggunakan bumbu
g. Wadah setiap bumbu ditempeli dengan label
3 Sayur a. Sayur dicuci bersih dan ditiriskan sebelum
disimpan
b. Tangkai tidak boleh dipotong sebelum
disimpan
c. Membuang bagian yang busuk sebelum
disimpan
d. Sayur tidak basah dan terkena air
e. Sayur disimpan pada suhu 4°C-7°C
f. Sayur dibungkus kertas koran atau wadah
*Keterangan: 1. Sangat tidak bersih, 2. Tidak bersih, 3. Agak tidak bersih, 4. Biasa saja,
5. Agak bersih, 6. Bersih, 7. Sangat Bersih
No Aspek Penilaian Skor Penilaian
1 2 3 4 5 6 7 berfentilasi
g. Menyimpan sayur sesuai dengan jenisnya
4 Buah-buahan a. Buah dicuci terlebih dahulu sebelum
disimpan
b. Buah disimpan sesuai dengan jenisnya
c. Proses pematangan bah dilakkan terlebih
dahulu dengan suhu 10°C-20°C
d. Penyimpanan buah dipisahkan dari makanan
mentah
e. Menjaga suhu penyimpanan 4°C-7°C
f. Pisang disimpan dalam suhu kamar
g. Buah tidak dibungkus dengan plastik kecuali
buah yang telah dikupas ataupun dipotong-
potong disimpan dalam wadah tertutup
*Keterangan: 1. Sangat tidak digunakan, 2. Tidak digunakan, 3. Agak tidak digunakan,
4. Biasa saja, 5. Agak digunakan, 6. Digunakan, 7. Sangat Digunakan
No Aspek Penilaian Skor Penilaian
1 2 3 4 5 6 7 5 Daging
a. Mencuci daging dan membuangnbagian yang
kotor
b. Mencuci daging sebelum disimpan
c. Daging dipotong lebih kecil sehingga dapat
dikeluarkan sesuai dengan penggunaan
d. Daging diletakkan dalam satu lapisan yang
tidak bertumpuk
e. Disimpan terpisah dengan daging yang sudah
dimasak
f. Disimpan dalam wadah tertutup rapat
g. Suhu penyimpanan 0°C - 4°C
6 Unggas a. Daging ayam dicuci dan dibersihkan dari
darah atau kotoran lainnya sebelum disimpan
b. Daging ayam ditiriskan dari air atau
dikeringkan
c. Pisahkan bagian jeroan dengan bagian
daging ayam
d. Bungkus dengan plastik wrap atau wadah
yang tertutup rapat
e. Disimpan terpisah dengan daging yang sudah
masak
f. Suhu penyimpanan 0°C - 2°C
g. Diberikan label dan tanggal penyimpanan
7 Ikan a. Ikan dibersihkan dengan air dingin sebelum
disimpan
b. Penyimpanan ikan tidak digabung dengan
bahan lain.
c. Ikan dimasukkan dalam plastik atau wadah
tertutup rapat
d. Memberikan es pada tempat penyimpanan
ikan
e. Memberikan es ditambahkan dengan garam
sebelum menyimpan
f. Ikan disimpan dalam suhu7oC
g. Tidak menyimpan ikan segar dalam suhu
ruangan lebih dari 30 menit
*Keterangan: 1. Sangat tidak digunakan, 2. Tidak digunakan, 3. Agak tidak digunakan,
4. Biasa saja, 5. Agak digunakan, 6. Digunakan, 7. Sangat Digunakan
e. Ruang Penyajian Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap ruang penyajian di Kota/Kabupaten_____
No Aspek Penilaian Skor Penilaian
1 2 3 4 5 6 7
Ruang Penyajian 1. Tempat penyajian
a. Kondisi tempat bersih dari debu dan sisa makanan b. Tempat dibersihkan sebelum dan sesudah digunakan c. Dinding dan langit-langit bersih (tidak terdapat sarang laba-laba atau
serangga lainnya)
d. Kondisi lantai terhindar dari kotoran yang menyebabkan bibit
penyakit
e. Lantai dibersihkan sebelum dan setelah digunakan/sesuai kebutuhan f. Tempat penyimpanan makanan di ruang penyajian terhindar dari debu
dan sisa makanan
g. Tempat penyajian makanan jauh dari tempat pembuangan sampah
dan tempat yang menimbulkan aroma yang tidak sedap
2. Fasilitas dan peralatan pelengkap makan di ruang penyajian a. Fasilitas dibersihkan sebelum dan sesudah digunakan b. Peralatan makan diletakkan di tempat yang bersih, kering, dan
tertutup (tisu, tusuk gigi, sendok, dan garpu)
c. Tidak menggunakan kembali peralatan pelengkap makan yang
didesain hanya sekali pakai
d. Tersedia fasilitas dan atau alat untuk membersihkan tangan konsumen e. Fasilitas dan alat untuk membersihkan tangan menggunakan air yang
mengalir
f. Tersedia alat untuk mengeringkan tangan konsumen g. Alat pengering tangan diganti sesuai dengan kondisi kebersihan
g. Cara Penyajian
Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap cara penyajian di Kota/Kabupaten____
No Aspek Penilaian Skor Penilaian
1 2 3 4 5 6 7 1. Wadah
a. Makanan ditempatkan secara terpisah
b. Makanan yang disajikan harus siap santap
c. Makanan dengan suhu panas disajikan dalam
wadah anti panas
d. Wadah yang digunakan untuk setiap makanan
adalah wadah baru
e. Wadah yang digunakan sudah dibersihkan
dengan menggunakan air bersih dan sabun
f. Wadah memiliki penutup dengan memiliki
ventilasi sehingga dapat mengeluarkan uap air
g. Makanan yang berkuah ditempatkan di tempat
terpisah sebelum disajikan
2. Pelayanan
a. Kuku dan rambut bersih dan rapi
b. Pakaian yang dikenakan rapi dan bersih
c. Menggunakan sarung tangan saat bertugas
d. Tidak menggunakan sarung tangan, tetapi selalu
mencuci tangan sebelum melakukan aktivitas
e. Menggunakan sepatu bersih
f. Memegang makanan dengan menggunakan alat
g. Aroma tubuh tidak menyengat dan tidak
berkeringat
*Keterangan: 1. Sangat tidak digunakan, 2. Tidak digunakan, 3. Agak tidak digunakan,
4. Biasa saja, 5. Agak digunakan, 6. Digunakan, 7. Sangat Digunakan
h. Lingkungan Sekitar
Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap lingkungan sekitar di Kota/Kabupaten___
No Aspek Penilaian Skor Penilaian
1 2 3 4 5 6 7
1. Lingkungan Fisik a. Jalanan di sekitar lokasi kuliner bebas dari
sampah dan bau tidak sedap terutama dari
sampah an-organik
b. Lokasi kuliner memiliki tempat
pembuangan sampah yang jelas dan
terjaga
c. Kondisi selokan di sekitar lokasi kuliner
tidak tersumbat dan bebas dari tumpukan
sampah
d. Kondisi pembuangan limbah sisa masakan
jelas dan mengalir
e. Lokasi kuliner bebas dari polusi udara
f. Lokasi kuliner tidak berdekatan dengan
kandang hewan
g. Lokasi kuliner terhindar dari hewan yang
dapat menyebabkan virus dan penyakit
2. Lingkungan Sosial a. Masyarakat sekitar lokasi kuliner rutin
membersihkan selokan
b. Masyarakat dan pengunjung sekitar lokasi
kuliner menjaga kebersihan dengan tidak
membuang sampah sembarangan
c. Masyarakat dan pengunjung sekitar lokasi
kuliner tidak membuang air liur dan dahak
sembarangan
d. Pedagang tidak membuang sampah sisa
masakan sembarangan
e. Pedagang dan masyarakat tidak membakar
sampah di sekitar lokasi kuliner
f. Perilaku pedagang, pengunjung, dan
masyarakat tidak merokok dan membuang
puntung rokok di sekitar lokasi kuliner
g. Kerjasama antara pedagang, pengunjung
dan masyarakat menjaga kebersihan
sekitar lokasi kuliner
*Keterangan: 1. Sangat tidak bersih, 2. Tidak bersih, 3. Agak tidak bersih, 4. Biasa saja,
5. Agak bersih, 6. Bersih, 7. Sangat Bersih
2. Oleh-oleh
a. Pengawet
Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap pengawet di Kota/Kabupaten____
No Aspek Penilaian Skor Penilaian
1 2 3 4 5 6 7 1. Penggunaan bahan pengawet alami atau zat aditif tidak berbahaya
2. Pengawet makanan termasuk dalam kelompok zat tambahan
makanan yang bersifat inert secara farmakologik (efektif dalam
jumlah kecil dan tidak toksik)
3. Bahan pengawet dapat memperlambat atau menghambat fermentasi
pengasaman atau penguraian yang disebabkan oleh mikroba
4. Pengawet digunakan secara tepat baik jenis maupun dosisnya 5. Penggunaan bahan pengawet disesuaikan dengan jenis makanan
disesuaikan dengan mikroba perusak yang akan menghambat
pertumbuhannya
6. Bahan pengawet tidak menurunkan kualitas gizi, warna, atau rasa
dan bau makanan
7. Bahan pengawet tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan
makanan atau yang berkualitas rendah
b. Kondisi Fisik dan Aroma
Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap kondisi fisik di Kota/Kabupaten_____
No Aspek Penilaian Skor Penilaian
1 2 3 4 5 6 7 1. Kondisi Fisik
a. Warna, rasa, dan aroma makanan tidak berubah pada saat
produksi hingga proses pengemasan
b. Kemasan tidak rusak dan tertutup c. Pencantuman label halal dari MUI d. Pencantuman tanggal kadaluwarsa e. Pencantuman label resmi dari BPOM (untuk makanan luar
negeri dan dalam negeri) atau label PIR (Pangan Industri Rumah
Tangga) dari Kabupaten/Kota.
f. Makanan tidak berjamur g. Makanan tidak berlendir
2. Aroma
a. Tidak tengik
b. Tidak apek
c. Tidak apek, tidak berbau busuk
d. Tidak tengik, tidak berbau busuk
e. Tidak tengik, tidak apek
f. Tidak tengik, tidak apek , tidak berbau busuk
g. Aroma makanan normal / sesuai dengan aroma asli
*Keterangan: 1. Sangat tidak digunakan, 2. Tidak digunakan, 3. Agak tidak digunakan,
4. Biasa saja, 5. Agak digunakan, 6. Digunakan, 7. Sangat Digunakan
*Keterangan: 1. Sangat tidak digunakan, 2. Tidak digunakan, 3. Agak tidak digunakan,
4. Biasa saja, 5. Agak digunakan, 6. Digunakan, 7. Sangat Digunakan
Lampiran 2 Kuesioner Wisatawan/Pengunjung
TUGAS AKHIR PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA
PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KUESIONER WISATAWAN/PENGUNJUNG EKOWISATA KULINER DI KABUPATEN SRAGEN
Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik, motivasi dan
persepsi pengunjung mengenai “Perencanaan Ekowisata Ekowisata Kuliner Di
Kabupaten Sragen”
Identitas Penyebar Kuesioner:
Nama : Na’immah Nur’Aini Lokasi Penyebaran :…………….
NIM : J3B110049 Tanggal/Penyebaran : ……../2015
Program Keahlian : Ekowisata
Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB)
A. Karakeristik Responden No. Responden: ..... 1. Nama : …………………………(boleh tidak diisi)
2. Jenis kelamin : L/P *
3. Status pernikahan : Single/Menikah *
4. Umur : …….. Tahun
5. Asal Daerah :……………………………………………
6. Pendidikan Terakhir :
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Diploma (D1/ D2/ D3)
e. Sarjana (S1/ S2/ S3)
f. Lainnya (sebutkan)…………........
7. Pekerjaan :
a. Pelajar
b. Mahasiswa
c. Pegawai Negeri Sipil
d. TNI/ POLRI
e. Pegawai BUMN/ BUMD
f. Guru/ Dosen
g. Pegawai Swasta
h. Lainnya (sebutkan)…………….
8. Pendapatan :
a. < 100.000
b. 100.000 – 1000.000
c. 1000.000 – 2.500.000
d. > 2.500.000
9. Kunjungan :
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Teman
d. Rombongan
e. Lainnya (sebutkan)…………….
10. Berapa kali Anda pernah mengunjungi tempat ini ?
a. Pertama kali
b. 2 kali
c. 3 – 5 kali
d. 5 – 10 kali
e. Lainnya (sebutkan)……………..
B. Motivasi Beri tanda chekhlist (√) pada jawaban yang menurut anda paling tepat pada kolom
yang telah disediakan.
1. Darimanakah Anda mengetahui informasi mengenai Kuliner .....................?
Sumber informasi Kadar Informasi
1 2 3 4 5 6 7
a. Pribadi
b. Teman/keluarga/saudara
c. Koran/Majalah/surat kabar
d. Brosur/Leaflet/Booklet
e. Radio/ iklan di televise
f. Website
g. Jaringan social
h. Lainnya (sebutkan)
Keterangan :
1. Sangat Tidak Jelas
2. Tidak Jelas
3. Agak Tidak Jelas
4. Biasa Saja
5. Agak Jelas
6. Jelas
7. Sangat Jelas
2. Apakah motivasi Anda mengunjungi Kuliner .......................? (Responden dapat
memilih jawaban lebih dari satu)
Motivasi Skala
Prioritas*)
Aspek Jawaban
1 2 3 4 5 6 7
a. Penelitian/ Pendidikan
b. Bisnis/ Pekerjaan
c. Kontak Sosial
d. Spiritual
e. Wisata
f. Rekreasi
Keterangan 1) Sangat tidak puas, 2) Tidak puas, 3) Agak tidak puas, 4) Biasa saja, 5) Agak
puas, 6) Puas, 7) Sangat puas
*) Skala prioritas diisi berdasarkan prioritas utama dalam rentang angka 1 untuk yang paling
prioritas sampai seterusnya.
C. Persepsi Beri tanda chekhlist (√)pada jawaban yang menurut anda paling tepat pada kolom
yang telah disediakan : 1. Bagaimana menurut anda potensi ekowisata Kuliner di Kecamatan .................... ?
No Nama Obyek Penilaian Nilai*
1 2 3 4 5 6 7
1. Kondisi Sekitar
Aksesibilitas
Letak Kuliner
Sarana dan Prasarana
.................................
..................................
2. Kondisi fisik (Ornamen Kuliner)
- Tekstur
- Kemasan
- Warna
- Penyajian
- ...................
- ...................
3. Kondisi pendukung
- Rasa
- Daya Tahan
- Cara Penyajian
- Alat Bantu Makan
- Vitamin
- ....................
- .....................
4. Obyek Lain
Budaya
Alam
.........................
*Keterangan Nilai:
1. Sangat Tidak Baik
2. Tidak Baik
3. Agak Tidak Baik
4. Biasa Saja
5. Agak Baik
6. Baik
7. Sangat Baik
2. Berapa lamakah waktu yang Anda miliki jika ekowisata Kuliner telah terwujud?
3. Setujukah Anda jika di Kabupaten Sragen direncanakan ekowisata Kuliner ?
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Agak tidak setuju
d. Biasa saja
e. Agak setuju
f. Setuju
g. Sangat Setuju
...........................
Lama waktu Kadar Kesesuaian
1 2 3 4 5 6 7
b. 1 hari
c. 2 hari
d. 3 hari
d. 4 hari
e. 1 minggu
f. Lainnya
Keterangan :
1. Sangat Tidak Efektif
2. Tidak Efektif
3. Agak Tidak Efektif
4. Biasa Saja
5. Agak Efektif
6. Efektif
7. Sangat Efektif
Lampiran 3 Kuesioner Masyarakat
TUGAS AKHIR
PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA
PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KUESIONER MASYARAKAT
DI KABUPATEN SRAGEN
Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik, persepsi dan
kesiapan masyarakat mengenai “Perencanaan Ekowisata Kuliner Di Kabupaten
Sragen, Provinsi Jawa Tengah”
Identitas Penyebar Kuesioner:
Nama : Na’immah Nur’Aini Lokasi Penyebaran :…………….
NIM : J3B11004 Tanggal/Penyebaran : ……../2015
Program Keahlian Ekowisata Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB)
A. Karakteristik Masyarakat No. Responden: .....
1. Nama : …………………………
2. Jenis kelamin : L/P *
3. Status pernikahan : Single/Menikah *
4. Umur : …….. Tahun
5. Asal Daerah :……………………………………………
6. Pendidikan Terakhir :
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Diploma (D1/ D2/ D3)
e. Sarjana (S1/ S2/ S3)
f. Lainnya (sebutkan)…………........
7. Pekerjaan :
a. Pelajar
b. Mahasiswa
c. Pegawai Negeri Sipil
d. TNI/ POLRI
e. Pegawai BUMN/ BUMD
f. Guru/ Dosen
g. Pegawai Swasta
h. Lainnya (sebutkan)…………….
8. Pendapatan :
a. < 100.000
b. 100.000 – 1000.000
c. 1000.000 – 2.500.000
d. > 2.500.000
B. Persepsi Masyarakat
Beri tanda chekhlist (√) pada jawaban yang menurut anda paling tepat pada
kolom yang telah disediakan.
1. Apakah persepsi masyarakat terhadap potensi ekowisata Kuliner di Kabupaten
Sragen ?
2. Setujukah Anda jika di Kabupaten Sragen direncanakan Ekowisata Kuliner?
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Agak tidak setuju
d. Biasa saja
e. Agak setuju
f. Setuju
g. Sangat Setuju
No. Nama Obyek Nilai*
1 2 3 4 5 6 7
1. Kondisi Sekitar
Aksesibilitas
Letak Kuliner
Sarana dan Prasarana
.................................
..................................
2. Kondisi fisik (Ornamen Kuliner)
- Tekstur
- Kemasan
- Warna
- Penyajian
- ...................
- ...................
- .......................
- .........................
3. Kondisi pendukung
- Rasa
- Daya Tahan
- Cara Penyajian
- Alat Bantu Makan
- Vitamin
- ....................
- .....................
4 Obyek Lain
- Alam
- Budaya
- .......................
- .......................
*Keterangan
Nilai:
1. Keunikan
2. Kelangkaan
3.Keindahan
4. Seosanality
5.Sensitifitas
6.Aksesibilitas
7. Fungsi Sosial
C. Kesiapan Masyarakat Beri tanda chekhlist (√) pada jawaban yang menurut anda paling tepat pada kolom
yang telah disediakan.
1. Untuk mewujudkan perencanaan ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen, maka
setujukah anda untuk menyiapkan diri dalam hal-hal berikut ?
Standard Pelaksanaan Aspek Jawaban
1 2 3 4 5 6 7
A. Etika Pelayanan kepada pengunjung
a. Setiap masyarakat diharuskan untuk mengucapkan salam
kepada pengunjung
b. Setiap masyarakat diharuskan untuk memberikan senyum
kepada pengunjung
c. Masyarakat dapat menjalin komunikasi dengan baik terhadap
pengunjung
d. Masyarakat tidak melakukan hal senono terhadap pengunjung
e. Masyarakat harus berkata jujur kepada pengunjung
f. Masyarakat tidak membeda-bedakan pengunjung dalam hal
usia, suku, warga Negara dan agama.
g. Masyarakat harus berpenampilan yang baik dan wajar dengan
menggunakan pakaian yang sopan dan rapih saat berhadapan
dengan pengunjung
h. Dalam berkomunikasi masyarakat harus menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti dan sopan
i. Masyarakat harus menghindari kebiasaan buruk saat melayani
pengunjung seperti merokok, makan, tidak menatap
pengunjung saat berbicara, mendengarkan musik dengan
menggunakan hadset
j. Masyarakat tidak memotong pembicaraan pengunjung yang
sedang berbicara
k. Masyarakat tidak mengharapkan tips dari pengunjung
l. Masyarakat tidak membicarakan masalah pribadi kepada
pengunjung
m. Masyarakat dilarang menggunakan kata-kata yang
menyinggung unsur-unsur sara (agama,suku,ras,dan bangsa)
n. Masyarakat memberikan informasi secara benar dan
membantu apabila diperlukan
o. Masyarakat wajib mentaati etika pelayanan
Cara Menilai :1. Sangat Tidak Siap; 2. Tidak Siap; 3. Agak Tidak Siap; 4. Biasa Saja;
4. Agak Siap; 6. Siap; 7. Sangat Siap.
Standard Pelaksanaan Aspek Jawaban
1 2 3 4 5 6 7
B. Keamanan dan Keselamatan kepada pengunjung
a. Masyarakat selalu Menjalankan sistem keamanan lingkungan
(SISKAMLING)
b. Masyarakat harus mengetahui mengenai identitas pengunjung
yang mengunjungi Kulinerdi Kabupaten Sragen
c. Masyarakat mengetahui mengenai pengetahuan dasar
penyakit ringan dan memiliki pengetahuan tentang P3K
(Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
d. Masyarakat menyediakan alat P3K (Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan)
e. Masyarakat harus memberikan informasi kepada pengunjung
mengenai aturan adat yang terdapat masyarakat sekitar
Kulinerdi Kabupaten Sragen
f. Masyarakat memastikan pengunjung agar tidak mengambil
benda sejarah, benda peninggalan, flora,fauna yang terdapat
di objek wisata
g. Masyarakat menyediakan pusat informasi
h. Masyarakat cepat tanggap terhadap keadaan darurat yang
disebabkan oleh gangguan kemanan,kecelakaan,pencemaran
dan bencana alam.
i. Masyarakat harus melakukan pengawasan terhadap
pengunjung yang melakukan aktifitas wisata
j. Apabila ada yang melakukan perkelahian atau perusakan
masyarakat wajib menghentikannya dan melaporkan kepada
pihak yang berwajib.
k. Apabila menemukan barang yang hilang atau ketinggalan
masyarakat wajib menggembalikan kepada pemiliknya atau
menyerahkan kepada petugas yang berwenang dan petugas
desa wajib menggembalikan barang tersebut kepada
pemiliknya
l. Jika terjadi kecelakaan masyarakat wajib menolong,dengan
bantuan medis dan jika perlukan dirujuk ke rumah sakit
m. Masyarakat wajib mentaati peraturan keamanan dan
keselamatan pengunjung
Cara Menilai :1. Sangat Tidak Siap; 2. Tidak Siap; 3. Agak Tidak Siap; 4. Biasa Saja; 5. Agak
Siap; 6. Siap; 7. Sangat Siap.
Standard Pelaksanaan Aspek Jawaban
1 2 3 4 5 6 7
C. Persaingan Usaha
a. Masyarakat memutuskan bersama mengenai harga
b. Masyarakat tidak membeda-bedakan mengenai harga
pengunjung lokal dan mancanegara.
c. Masyarakat harus membagi pembagian wilayah untuk
melakukan persaingan usaha
d. Masyarakat menyediakan barang yang berkualitas agar
pengunjung tidak kecewa dan tidak memberikan penilaian yang
negatif terhadap suatu tempat usaha tersebut
e. Masyarakat melakukan promosi secara langsung contohnya
menjadi pemandu wisata di kawasan sekitar Kuliner, dan
mengantarkan ke pusat informasi
f. Masyarakat harus menjual macam-macam produk khas Sragen
g. Masyarakat harus menyediakan jasa penginapan dan
penyewaan transportasi
h. Pedagang melakukan persaingan yang sehat dengan
mengedepankan keunggulan prodak dan layanan yang bermutu
i. Menyediakan kotak kritik dan saran untuk pembeli
j. Pedagang wajib mentaati etika persaingan usaha
D. Kenyamanan dan Kebersihan Bagi Pengunjung
a. Masyarakat harus memperhatikan kebersihan lingkungan
b. Masyarakat harus menyediakan tempat-tempat pembuangan
sampah
c. Masyarakat dan atau pengunjung dilarang membawa barang-
barang terlarang contohnyaminuman keras, narkotika dan
psikotropika
d. Masyarakat dan atau pengunjung dilarang merusak fasilitas
yang terdapat sekitar kawasan ekowisata Kuliner di Kabupaten
Sragen
e. Masyarakat dan Pengunjung wajib mengambil sampah yang
terlihat di sekitar kawasan
f. Masyarakat wajib bergotong royong sekurang-kurangnya satu
kali dalam seminggu untuk kebesihan kawasan
g. Masyarakat menyediakan fasilitas MCK yang bersih dan layak
digunakan
h. Masyarakat dan atau wisatawan harus mentaati peraturan
kesehatan yang ada di sekitar kawasan ekowisata Kuliner
Keterangan : 1. Sangat Tidak Siap, 2.Tidak Siap, 3.Agak Tidak Siap, 4. Biasa Saja, 5.Agak Siap,
6. Siap, 7. Sangat Siap.
Lampiran 4 Kuesioner Pengelola
KUESIONER PENGELOLA
KABUPATEN SRAGEN
Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik, persepsi, kebijakan dan
anggaran pengelola mengenai “Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten
Sragen, Provinsi Jawa Tengah”.
Identitas penyebar kuesioner :
Nama : Na’immah Nur’Aini Lokasi Penyebaran : ………..
NIM : J3B110049 Tanggal penyebaran :…-…./2015
Program Keahlian Ekowisata Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB)
A. Karakteristik Pengelola No Responden:…… Jenis Kelamin : P/L
Usia : ……. Tahun
Asal Daerah :
Status : Menikah/Belum Menikah*
Pendidikan terakhir : SD/SMP/SMA/Perguruan Tinggi*
Pekerjaan :
Pendapatan :
a. < Rp. 1.000.000
b. Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000
c. Rp. 2.000.000 – Rp. 5.000.000
d. > Rp. 5.000.000
e. Lainnya ……
*) coret yang tidak perlu
A. Persepsi
Potensi Kuliner ........................ di Kabupaten Sragen
1. Apakah keunikan dari Kuliner ........................ yang terdapat di Kecamatan
........................ Kabupaten Sragen dan berapakah kadar keunikannya?
Nama Obyek Nilai*
1 2 3 4 5 6 7
Aspek Penilaian
a. Jenis bahan yang dipakai dalam makanan/minuman sangat
spesifik
b. Komposisi bahan yang diramu dan dipakai dalam
makanan/minuman tersebut berbeda dengan komposisi
ramuan makanan/minuman sejenis
b. Bentuk dari makanan/minuman berbeda dengan bentuk
makanan sejenis pada umumnya
c. Warna dari makanan/minuman berbeda dari warna
makanan/minuman pada umumnya
d. Porsi penyajian makanan/minuman tersebut berbeda dari
porsi penyajian makanan/minuman pada umumnya
e. Tata cara penyajian makanan/minuman tersebut sangat
spesifik
f. Tata cara memakan makanan/minuman tersebut sangat
spesifik
Keterangan 1. Sangat tidak unik, 2.tidak unik, 3.agak tidak unik, 4.biasa saja, 5.agak unik, 6.unik,
7. Sangat unik
2. Apakah Kuliner ........................ yang terdapat di Kecamatan ........................
Kabupaten Sragen masuk dalam kategori langka dan berapakah kadar kelangkaannya? Nama Obyek Nilai*
1 2 3 4 5 6 7
Aspek Penilaian
a. Jenis makanan/minuman tersebut hanya terdapat pada
propinsi tertentu
b. Jenis makanan/minuman tersebut hanya terdapat pada
kabupaten tertentu di provinsi tertentu
c. Jenis makanan/minuman tersebut hanya terdapat pada
kecamatan tertentu di kabupaten tertentu.
d. Eksistensi makanan/minuman tersebut setidaknya
telah berumur lebih dari 30 tahun
e. Makanan/minuman tersebut sangat sulit untuk dibuat
oleh masyarakat lain.
f. Proses regenerasi keahlian membuat
makanan/minuman tersebut sulit dan banyak
hambatan
g. Eksitensi makanan/minuman tersebut mempunyai
momentum dan histori yang sangat kuat dengan
eksistensi sosial masyarakat setempat
Keterangan: 1. sangat tidak langka, 2. tidak langka, 3. agak tidak langka, 4. biasa saja, 5. Agak
langka, 6. Langka, 7. sangat langka
3. Apakah Kuliner ........................ yang terdapat di Kecamatan ........................ Kabupaten
Sragen mempunyai cita rasa yang berbeda dan bagaimana kadar cita rasanya?
Nama Obyek Nilai*
1 2 3 4 5 6 7
Aspek Penilaian
a. Rasa makanan/minuman tersebut dapat diterima oleh
semua golongan dan lapisan masyarakat
b. Rasa makanan/minuman hanya dapat diterima oleh
golongan dan lapisan masyarakat tertentu saja.
c. Rasa makanan/minuman tersebut dapat menimbulkan
keinginan pencicipnya untuk suatu saat nanti
memakan/meminum kembali makanan/minuman
tersebut.
d. Rasa makanan/minuman tersebut tidak menimbulkan
gangguan indera pencicipnya dan/ataupun gangguan
alat pencerna ataupun kesehatan para pencicipnya.
e. Sebagai indikator akseptabilitas rasa oleh para
pencicip, maka pencicip makanan/minuman tersebut
setidaknya dapat menikmati makanan/minuman 1
porsi normal makanan/minuman tersebut.
f. Rasa makanan/minuman tersebut dapat menimbulkan
dan/atau meningkatkan selera makan/minum para
pencicipnya
g. Tidak ada cita rasa yang sangat ekstrim pada
makanan/minuman tersebut.
Keterangan: 1. Sangat setuju, 2. Tidak setuju, 3. Agak tidak setuju, 4. Biasa saja, 5. Agak setuju, 6.
Setuju, 7. Sangat Setuju
4. Apakah Kuliner ........................ yang terdapat di Kecamatan ........................ Kabupaten
Sragen mempunyai fungsi sosial tertentu bagi masyarakat dan apakah fungsi sosial dari
makanan/minuman tersebut?
Nama Obyek Nilai*
1 2 3 4 5 6 7
Aspek Penilaian
a. Makanan/minuman tersebut diyakini dan dipercaya
oleh masyarakat setempat mempunyai sejarah yang
sangat kuat dengan cikal bakal dan perkembangan
berkehidupan komunitas masyarakat tersebut.
b. Makanan/minuman tersebut hingga saat ini masih
digunakan sebagai salah satu sumber elemen
kehidupan sosial budaya keseharian masyarakat
setempat.
c. Makanan/minuman tersebut hingga saat ini masih
digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya
pada berbagai upacara budaya dalam dinamika
budaya masyarakat setempat.
d. Makanan/minuman tersebut hingga saat ini hanya
digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya
pada upacara budaya tertentu saja dalam dinamika
sosial budaya masyarakat setempat.
e. Makanan/minuman tersebut hingga saat ini digunakan
sebagai salah satu sumber elemen ekonomi utama
bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian
masyarakat setempat.
f. Makanan/minuman tersebut hingga saat ini digunakan
hanya sebagai salah satu sumber elemen ekonomi
bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian
masyarakat setempat.
g. Makanan/minuman tersebut hingga saat ini hanya
sebagai salah satu identitas regional bagi masyarakat
setempat.
Keterangan: : 1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Agak tidak setuju, 4. Biasa saja, 5. Agak
setuju, 6. Setuju, 7. Sangat Setuju
5. Apakah Kuliner ........................ yang terdapat di Kecamatan ........................ Kabupaten
Sragen memiliki aksesibilitas yang mudah dan berapakah kadar kemudahan aksesibilitas
tersebut?
Nama Obyek Nilai*
1 2 3 4 5 6 7
Aspek Penilaian
a. Lokasi penjualan makanan/minuman tersebut dapat
dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu
maksimal 2 jam dari ibu kota kabupaten
b. Lokasi penjualan makanan/minuman tersebut dapat
dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu
maksimal 1 jam dari ibu kota kecamatan
c. Lokasi penjualan makanan/minuman tersebut dapat
dijangkau oleh semua jenis kendaraan roda empat
d. Pengunjung dapat menjangkau lokasi penjualan
makanan/minuman tersebut tanpa harus melanjutkan
perjalanan dengan berjalan kaki melebih 2 kilometer.
e. Untuk menjangkau lokasi penjualan
makanan/minuman tersebut tersedia kendaraan umum
yang beroperasi setidaknya 16 jam dalam 1 hari
f. Makanan/minuman tersebut dapat diproduksi dengan
mudah oleh orang lain pada tempat dan waktu yang
berbeda.
g. Makanan/minuman tersebut telah tersedia dan
terdistribusi di pasaran secara umum.
Keterangan: 1.sangat tidak terjangkau, 2. tidak terjangkau3. agak tidak terjangkau, 4. biasa saja,
5. agak terjangkau, 6. Terjangkau, 7. sangat terjangkau
6. Apakah seasonality Kuliner ........................ yang terdapat di Kecamatan ........................
Kabupaten Sragen mudah berapakah kadar seasonality tersebut?
Nama Obyek Nilai*
1 2 3 4 5 6 7
Aspek Penilaian
a. Makanan/minuman tersebut hanya dapat disediakan
dan dinikmati oleh pengunjung sebagai obyek wisata
beberapa saat pada hari-hari tertentu dalam tahun
tertentu.
b. Makanan/minuman tersebut hanya dapat disediakan
dan dinikmati pada hari-hari tertentu dalam periode
minggu tertentu.
c. Makanan/minuman tersebut hanya dapat disediakan
dan dinikmati pada minggu tertentu dalam periode-
periode bulan.
d. Makanan/minuman tersebut hanya dapat disediakan
dan dinikmati pada bulan tertentu dalam 1 tahun.
e. Makanan/minuman tersebut hanya dapat disediakan
dan dinikmati pada bulan tertentu dalam periode
tahun tertentu.
f. Makanan/minuman tersebut hanya dapat disediakan
dan dinikmati dalam kurun waktu yang singkat pada
periode maksimal 3 tahun sekali.
g. Makanan/minuman tersebut hanya bisa disediakan
dan dinikmati oleh pengunjung dengan kelompok
umur dan fisik tertentu.
Keterangan: : 1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Agak tidak setuju, 4. Biasa saja, 5. Agak
setuju, 6. Setuju, 7. Sangat Setuju
7. Apakah Kuliner ........................ yang terdapat di Kecamatan ........................ Kabupaten
Sragen memiliki tingkat sensitifitas tertentu dan berapa kadar sensitifitasnya?
Nama Obyek Nilai*
1 2 3 4 5 6 7
Aspek Penilaian
a. Para pencicip makanan/minuman tersebut dengan
mudah dapat mendeteksi/mengenali bahwa kandungan
bahan dan ramuan makanan/minuman tersebut tidak
melanggar larangan kepercayaan ataupun agama
mereka.
b. Kandungan bahan dan ramuan makanan/minuman
tersebut tidak melanggar karangan kepercayaan
ataupun agama semua kelompok masyarakat.
c. Cita rasa makanan/minuman tersebut tidak berubah
dan/atau berkurang karena perbedaan tata cara
penyajian makanan/minuman tersebut.
d. Cita rasa makanan/minuman tersebut tidak berubah dan
atau berkurang karena perbedaan tata cara
memakan/meminumnya.
e. Bahan dan/atau ramuan makanan/minuman tersebut
tidak menimbulkan alergi dan/atau tidak bersifat toksik
pada pencicipnya secara umum.
f. Pengkonsumsian makanan/minuman tersebut dalam
jumlah yang agak banyak tidak
menimbulkan/menyebabkan gangguan fisiologi
dan/atau psikologi pencicipnya secara umum.
g. Proses menciptakan makanan/minuman tersebut tidak
mengganggu ekologi dan lingkungan masyarakat
setempat.
Keterangan: 1. sangat tidak bermanfaat, 2. tidak bermanfaat, 3. agak tidak bermanfaat, 4. Biasa
saja, 5.Agak bermanfaat, 6. Bermanfaat, 7. Sangat bermanfaat
C. Anggaran
1. Apakah Pengelola menyediakan anggaran khusus untuk Perencanaan Ekowisata Kuliner?
No. Penempatan Dana Aspek Jawaban
1 2 3 4 5 6 7
1. Fasilitas
2. Aksesibilitas
3. Keamanan
4. Kebersihan
5. Sarana dan Prasarana
6. Pemeliharaan
7. Penyelenggaraan event
periodik
8. Promosi
Keterangan: 1. sangat tidak menyediakan, 2. tidak menyediakan, 3. agak tidak menyediakan,
4. belum menyediakan, 5. agak menyediakan, 6. Menyediakan, 7. Sangat menyediakan
D. Kesiapan Pengelola
1. Untuk mewujudkan perencanaan Ekowisata Kuliner, maka setujukah anda
untuk menyiapkan diri dalam hal-hal berikut :
Standard Pelaksanakan Aspek Jawaban
1 2 3 4 5 6 7
A. Etika Pelayanan Kepada Pengunjung dan Wisatawan
a. Setiap pengelola diharuskan untuk bersikap santun
kepada pengunjung dan wisatawa
b. Setiap pengelola diharuskan untuk memberikan
senyum kepada pengunjung dan wisatawan
c. Setiap pengelola diharuskan berkomunikasi dengan
baik terhadap pengunjung dan wisatawan
d. Setiap pengelola tidak melakukan hal senono terhadap
pengunjung dan wisatawan
e. Pengelola diharuskan bersikap ramah terhadap
pengunjung dan wisatawan
f. Pengelola harus mengharagai kritik dan saran dari
pengunjung dan wisatawan
g. Pengelola tidak membeda-bedakan status sosial
pengunjung dan wisatawan
B. Keamanan dan Keselamatan kepada pengunjung
a. Institusi menyediakan alat P3K (Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan)
b. Institusi cepat tanggap terhadap keadaan darurat yang
di sebabkan oleh gangguan keamanan,kecelakaan,
pencemaran dan bencana alam
c. Institusi membuat peraturan mengenai keselamatan
pengunjung
d. Pengelola mengatur sistem keamanan lingkungan
dalam kegiatan ekowisata Kuliner
Standard Pelaksanakan Aspek Jawaban
1 2 3 4 5 6 7
C. Persaingan Usaha
a. Pengelola membuat aturan mengenai persaingan usaha
b. Pengelola membantu dalam hal pendanaan, promosi,
pengembangan usaha dan memberikan link
c. Pengelola menentukan lokasi berdagang
d. Pengelola menetapkan standar kualitas barang yang
akan dijual, contohnya makanan yang harus
diperhatikan tanggal kadarluarsanya
e. Pengelola mengatur kualitas bahan baku barang
dagangan
D. Kenyamanan dan Kebersihan bagi Masyarakat
a. Pengelola membatasi pengunjung yang datang ke
Kabupaten Sragen
b. Pengelola dan masyarakat mengatur jalur sirkulasi
pengunjung yang datang ke Kabupaten Sragen
c. Pengelola dan masyarakat memperhatikan kebersihan
lingkungan
d. Pengelola menyediakan tempat pembuangan sampah.
e. Pengelola membuat peraturan kebersihan
f. Pengelola menyediakan tim kesehatan
Keterangan : 1. sangat tidak siap, 2.tidak siap, 3.agak tidak siap, 4. biasa saja, 5.agak siap, 6. Siap,
7. sangat siap
Lampiran 5 Jurnal Kegiatan Harian
JURNAL KEGIATAN HARIAN
Nama Mahasiswa : Na’immah Nur’Aini
NIM : J3B112044
Lokasi : Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah
Program Keahlian Ekowisata Program Diploma-Institut Pertanian Bogor (IPB)
No Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan Paraf
……….……………….2015
Pembimbing Lapang
(….................................................)