perencanaan ekowisata kuliner di kabupaten sragen

85
USULAN KEGIATAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN EKOWISATA KULINER DI KABUPATEN SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH NA’IMMAH NUR’AINI PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

Upload: naimmah-nuraini

Post on 16-Jul-2015

668 views

Category:

Travel


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

USULAN KEGIATAN

TUGAS AKHIR

PERENCANAAN EKOWISATA KULINER

DI KABUPATEN SRAGEN

PROVINSI JAWA TENGAH

NA’IMMAH NUR’AINI

PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

Page 2: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

Menyetujui,

Wulandari Dwi Utari, SHut, MSi

Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Bedi Mulyana, SHut, MPar, MoT

Koordinator Program Keahlian

Tanggal Pengesahan:

Judul Laporan : Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

Provinsi Jawa Tengah

Nama : Na’immah Nur’Aini

NIM : J3B112044

Program Keahlian : Ekowisata

Page 3: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan kegiatan

Tugas Akhir (TA) dengan baik. Usulan kegiatan TA merupakan syarat yang harus

ditempuh guna pelaksanaan TA di lokasi yang ditentukan. Tugas Akhir

merupakan mata kuliah wajib yang menjadi syarat akademik dalam penentuan

kelulusan dari Program Diploma Institut Pertanian Bogor. Kegiatan TA ini

dilaksanakan di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan TA

mengambil tema kebudayaan dengan spesifik judul yaitu mengenai kuliner khas

yang berfungsi sebagai representasi budaya masyarakat. Judul kegiatan TA adalah

“Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah.”

Penulis berharap usulan kegiatan TA ini dapat bermanfaat sebagai bahan

acuan dalam kegiatan TA pada khususunya. Penulis juga berharap usulan kegiatan

dapat dimanfaatkan sebagai gambaran awal bagi pihak-pihak terkait dalam

menginterpretasikan maksud dan tujuan kegiatan TA. Terakhir, penulis berharap

semoga usulan kegiatan ini dapat bermanfaat untuk akademisi, masyarakat luas

dan keilmuan khususnya dalam bidang ekowisata.

Bogor, Januari 2015

Penulis

Page 4: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

i

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR LAMPIRAN ii

I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 2

C. Manfaat 3

D. Sasaran 3

E. Luaran 3

F. Kerangka Pemikiran 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 6 A. Perencanaan 6

B. Ekowisata 7

C. Perencanaan Ekowisata 8

D. Pengunjung dan Wisatawan 9

E. Sumber Daya Wisata 10

F. Kuliner 10

G. Ekowisata Kuliner 12

H. Persepsi dan Motivasi Wisatawan 13

I. Media Promosi 14

III. KONDISI UMUM 15 A. Letak dan Luas 15

B. Sejarah Wilayah 16

C. Kondisi Fisik 17

D. Sosial Ekonomi Masyarakat 18

E. Obyek Wisata 24

F. Aksesibilitas 28

IV. METODE PELAKSANAAN TUGAS AKHIR 29 A. Lokasi dan Waktu 29

B. Alat dan Bahan 29

C. Jenis Data 30

D. Metode Pengambilan Data 33

E. Metode Perancangan Program Ekowisata 38

F. Metode Pembuatan Luaran Media Promosi 39

G. Tahapan Pelaksanaan 40

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 45

Page 5: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

ii

ii

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 Tahapan Pelaksanaan Tugas Akhir Perencanaan Ekowisata Kuliner 41

2 Peta Administrasi Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah 15

3 Peta Aksesibilitas Menuju Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah 28

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Rencana Tata Waktu Pelaksanaan TA 29

2 Alat dan Bahan dalam Tugas Akhir 29

3. Jenis Data dalam Tugas Akhir 32

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1 Kuesioner Sumber Daya Ekowisata Kuliner 48

2 Kuesioner Wisatawan/Pengunjung 65

3 Kuesioner Masyarakat 73

4 Kuesioner Pengelola 78

5 Jurnal Kegiatan Harian 84

Page 6: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekowisata kuliner merupakan bentuk penggabungan produk ekowisata yang

terdiri dari bentuk pariwisata alam, pariwisata budaya dan pariwisata minat

khusus. Ekowisata kuliner saat ini belum dijadikan sebagai branding oleh negara-

negara ASEAN (Primasari & Siswojo 2010) sehingga menjadikan kuliner sebagai

potensi wisata yang menarik. Ekowisata kuliner menjadi hal yang menarik dilihat

dari tampilan yang dikenal dengan istilah art culinary yang merupakan

perwujudan dari keindahan bentuk dan tampilan dari makanan baik dari bahan

baku, bahan pendukung, proses memasak hingga penyajian. Ekowisata kuliner

dari semua unsur keindahan tersebut dapat menjadi daya tarik wisata yang dapat

merefleksikan sensitifitas dan ekspresi dari diri seseorang, yang dalam hal ini

adalah wisatawan. Ekowisata kuliner yang mengedepankan keindahan dari seni

masakan tersebut juga secara khusus dipelajari dalam ilmu gastronomi yang saat

ini belum banyak dikenal di Indonesia.

Ekowisata kuliner dijadikan representasi budaya suatu kelompok

masyarakat memegang peranan penting dalam perwujudan pilar ekowisata, yaitu

pilar ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Ekowisata kuliner yang menjadikan

kuliner khas sebagai penciri kebudayaan suatu daerah penting untuk

dipertahankan eksistensinya. Ekowisata kuliner merupakan paradigma

pengembangan pariwisata yang dapat berpengaruh terhadap PAD (Pendapatan

Asli Daerah) serta peluang lapangan pekerjaan serta peningkatan pendapatan.

Ekowisata kuliner dapat diwujudkan dengan perencanaan ekowisata untuk

mempersiapkan segala sumberdaya yang nantinya akan berperan dalam kegiatan

ekowisata yang dilaksanakan.

Pemberdayaan masyarakat lokal dapat direalisasikan dengan perencanaan

ekowisata kuliner yang menempatkan masyarakat sebagai bagian dari perencaan

kuliner tersebut. Masyarakat yang berperan sebagai subyek ekowisata kuliner

dapat memperoleh keuntungan secara finansial karena kebudayaan dalam bentuk

kuliner tersebut dapat ditrasformasikan sebagai sumber daya ekonomi/finansial.

Pemberdayaan masyarakat sebagai subyek dapat dikelola menggunakan sistem

ekonomi pariwisata skala kecil (small scale tourism) dengan melibatkan peran

aktif masyarakat dalam perencanaan, pengelolaan, monitoring dan evaluasi, serta

pembagian hasil. Pengembangan masyarakat dengan eco-cultural tourism dan

eco-culinary tourism dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dalam

memelihara lingkungan ekologis dan nilai-nilai budaya yang didorong dari

keuntungan ekonomi dan non ekonomi baik yang bersifat langsung, tidak

langsung maupun ikutan.

Page 7: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

2

Kabupaten Sragen merupakan kabupaten di Jawa Tengah yang menjunjung

tinggi kebudayaan. Kabupaten Sragen yang dikenal dengan “Bumi Sukowati”

memiliki kebudayaan baik bersifat material maupun immaterial. Kabupaten

Sragen memiliki kebudayaan yang menjadi penciri khas yaitu produk kuliner.

Kabupaten Sragen memiliki berbagai produk kuliner yang beragam baik dalam

bentuk makanan atau minuman. Kabupaten Sragen dengan potensi kuliner baik

yang khas maupun kontemporer saat ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan

dari keseharian masyarakat. Kabupaten Sragen dengan kekhasan kuliner tetap

terjaga hingga saat ini karena diwujudkan dan dikaitan dengan fungsi sosial yang

ada pada masyarakat. Kabupaten Sragen dapat dikatakan cukup menjadi trend

dalam pengadaan kuliner dilihat dari menjamurnya usaha-usaha skala kecil dan

menengah yang didirikan oleh masyarakat dengan berbagai jenis makanan dan

minuman baik makanan dan minuman tradisional ataupun kontemporer.

Kabupaten Sragen dapat dijadikan sebagai lokasi yang ideal untuk perencanaan

ekowisata kuliner didukung dengan berbagai sumberdaya dan potensi yang ada

serta visi dari pemerintah serta masyakat untuk senantiasa melestarikan

kebudayaan sebagai bagian penting dalam kehidupan.

Perencanaan ekowisata kuliner dapat diwujudkan dengan komitmen

bersama para pihak untuk dijadikan sebagai penanda jati diri (identity marker)

suatu daerah. Perencanaan sebagai penanda jati diri yang dapat diwujudkan dalam

kuliner dapat dilihat dari berbagai sudut pandang contohnya dari segi keindahan

tampilan kuliner. Perencanaan ekowisata kuliner memiliki peluang yang

menjanjikan sebagai bentuk pengembangan ekowisata yang memberikan manfaat

dalam berbagai bidang. Perencanaan ekowisata memerlukan program ekowisata

dan media promosi sebagai suatu bentuk upaya untuk memeperkenalkan kepada

wisatawan. Program ekowisata kuliner dirancang dengan memanfaatkan potensi

unggulan kuliner sebagai daya tarik utama. Media promosi yang dirancang dapat

berupa media audio visual berupa video yang akan lebih menarik secara visual

sehingga diharapkan dapat lebih menarik wisatawan. Program ekowisata dan

media promosi tersebut menjadi luaran yang diharapkan dapat meningkatkan

jumlah kunjungan sehingga dapat mengangkat wisata daerah terutama dalam

bidang kuliner.

B. Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan Tugas Akhir tentang Perencanaan Ekowisata

Kuliner di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah adalah:

1. Mengidentifikasi, menguraikan dan memetakan potensi kuliner yang ada di

Kabupaten Sragen.

2. Mengidentifikasi dan menguraikan karakteristik, persepsi, dan kesiapan

pemerintah dan masyarakat terhadap perencanaan ekowisata kuliner di

Kabupaten Sragen.

3. Mengidentifikasi dan menguraikan karakteristik dan persepsi akademisi

terhadap perencanaan ekowisata kuliner di Kabupaten Sragen.

4. Menguraikan karakteristik, persepsi, dan motivasi wisatawan di Kabupaten

Sragen.

5. Merancang program ekowisata kuliner dan media promosi dalam bentuk audio

visual di Kabupaten Sragen.

Page 8: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

3

C. Manfaat

Tugas Akhir diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat

terutama untuk stakeholder pariwisata. Tugas Akhir berkaitan dengan

Perencanaan Ekowisata Kuliner memiliki manfaat sebagai masukan kepada:

1. Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen khususnya dalam merumuskan

kebijakan ekowisata kuliner yang lebih efektif untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, distribusi kesejahteraan

dan pelestarian lingkungan.

2. Masyarakat umum mendapatkan informasi mengenai potensi wisata kuliner

di Kabupaten Sragen.

3. Masyarakat lokal dapat terdorong untuk berperan aktif dalam perencanaan

ekowisata kuliner sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat

dari segi ekonomi dan non ekonomi.

4. Penyelenggara jasa wisata atau pengusaha dapat memperoleh gambaran

mengenai peluang dan prospektif industri wisata di Kabupaten Sragen

khususnya untuk ekowisata kuliner.

5. Pengembangan ilmu pengetahuan dalam memahami ekowisata kuliner secara

umum dan kuliner di Kabupaten Sragen secara khusus sehingga dapat

menjadi trend dan branding kegiatan ekowisata yang menjadikan Indonesia

sebagai pelopor.

D. Sasaran

Sasaran dari kegiatan Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen,

Provinsi Jawa Tengah adalah semua kalangan terutama masyarakat lokal di

Kabupaten Sragen. Sasaran yang dicapai adalah terwujudnya masyarakat yang

sadar akan potensi kuliner yang dapat dikembangkan sebagai produk wisata

sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menjaga kelestarian

kuliner khas.

E. Luaran

Luaran yang akan direncanakan dalam Perencanaan Program Ekowisata

Kuliner ini adalah berupa program wisata dan media promosi dalam bentuk audio

visual. Program wisata dirancang memanfaatkan sumber daya utama dan

pendukung yang kemudian dirancang menjadi program wisata dalam bentuk

harian, bermalam dan tahunan. Media promosi audio visal digunakan untuk

menginterpretasikan sumber daya kuliner dan program wisata kuliner yang ada di

Kabupaten Sragen. Media promosi dalam bentuk Audio Visual ini berisi gambar,

video dan informasi mengenai sumber daya wisata kuliner dan program ekowisata

kuliner di Kabupaten Sragen.

Page 9: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

4

F. Kerangka Pemikiran

Perencanaan ekowisata kuliner di Kabupaten Sragen diharapkan mampu

meningkatkan perkonomian daerah. Ekowisata kuliner dapat dijadikan sebagai

perwujudan dalam melestarikan budaya masyarakat. Ekowisata kuliner

dikembangkan di daerah yang memiliki potensi sumber daya kuliner baik berupa

kuliner tradisional dan kontemporer. Ekowisata kuliner bermanfaat dalam

pemberdayaan masyarakat sebagai subyek kegiatan wisata. Ekowisata kuliner

diwujudkan dengan kerjasama dari para pihak sehingga terwujud perencanaan

yang tersinergi dengan baik.

Perencanaan ekowisata kuliner di Kabupaten Sragen memiliki empat

variabel esensial yaitu sumber daya kuliner, masyarakat, pengunjung dan

pengelola. Keempat variabel tersebut diinventarisasi dan identifikasi dengan studi

literatur, wawancara dan obervasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis

dengan indikator Avenzora dalam Avenzora (2008). Hasil analisis dijadikan

sebagai dasar dalam pembuatan program ekowisata dan luaran berupa media

audio visual. Kerangka pemikiran secara detail disajikan pada Gambar 1.

Page 10: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

5

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Perencanaan Ekowisata Kuliner di

Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah.

Pengunjung:

1. Karakteristi

2. Persepsi

3. Motivasi

4. Preferensi

Sumber Daya

Kuliner:

1. Tradisional

2. Favorit

3. Oleh-Oleh

Masyarakat :

1. Karakteristik

2. Persepsi

3. Kesiapan

Pengelola

1. Karakteristi

2. Persepsi

3. Kesiapan

Sumber Daya Ekowisata Kuliner

Analisa Data

Luaran Media Audio Visual

Rancangan Program Ekowisata Kuliner

Observasi

1. Dokumentasi

2. Talleysheet

Wawancara :

1. Pencatatan

langsung

2. Pencatatan

dari ingatan

3. Pencatatan

dengan alat

recording

4. Pencatatan

dengan field

rating

5. Pencatatan

dengan field

coding

Kuesioner :

1. Close Ended

2. Random

Sampling

3. Accidental

Sampling

Ekowisata Kuliner

Mengapa Ekowisata Kuliner

Kabupaten Sragen

Variabel

Inventarisasi dan Identifikasi

Hubungan

Tim

bal

Bal

ik

Page 11: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perencanaan

Perencanaan menurut Munandar et al. (2013) adalah penjelasan dari proses

kegiatan secara rinci yang akan dilaksanakan kerja dari individu atau oraganisasi

secara efisien dan efektif. Perencanaan merupakan kegiatan penting dari

pengelolaan yang menjadi dasar dari pengelolaan. Perencanaan tersebut

merumuskan visi, misi, dan tujuan sehingga akan menjamin keberhasilan yang

sudah tercapai. Rencana adalah bagian penting dari cara pencapaian tujuan yang

menentukan alokasi sumberdaya yang akan dipergunakan, adanya jadwal, tugas

serta tindakan lainnya. Perencanaan merupakan pencapaian tujuan organisasi yang

sudah ditetapkan. Tujuan penting ditetapkan dari awal karena organisasi ada

untuk suatu tujuan.

Perencanaan didefinisikan oleh Ridwan (2012) memiliki peran yang penting

dalam suatu kegiatan. Perencanaan dapat meningkatkan dampak positif yang akan

terjadi dan mampu meminimalisir dampak negatif. Prinsip koordinasi harus

dijalankan dengan pihak-pihak yang terkait sehingga mampu mencapai

kesejahteraan dari berbagai pihak. Perencanaan adalah proses yang dilakukan

untuk mengubah kondisi menjadi lebih baik. Kondisi yang baik mampu

menjalankan suatu rencana yang telah ditentukan dan menjadi suatu proses

pemecahan masalah (Ridwan 2012).

Tanpa adanya perencanaan suatu kegiatan akan mengalami penurunan.

Penurunan tersebut menyangkut daya tarik dan bahkan mengakibatkan kerusakan

terhadap lingkungan. Dampak yang ditimbulkan tanpa adanya perencanaan

dipengaruhi berbagai pihak (Marpaung & Bahar 2002). Hal yang mempengaruhi

adalah sebagai berikut :

1. Adanya pengaruh fisik pada kerusakan yang terjadi terhadap lingkungan dan

kebudayaan.

2. Pemikiran manusia yang belum menerima terhadap orang asing dan tidak

menyadari adanya keuntungan dari orang asing tersebut.

3. Tidak adanya kerjasama dalam keselarasan dan keterkaitan dengan pihak

lainnya.

Perencanaan bagian dari fungsi manajemen yang paling mendasar sehingga

menjadi titik awal dari fungsi-fungsi yang akan dikembangkan. Kegiatan yang

akan dilakukan harus memiliki rencana yang akan dikerjakan secara lengkap dan

memikirkan sekarang untuk masa yang akan datang (Suyitno 2001). Aspek-aspek

yang perlu dikaji meliputi :

1. Aspek pasar yaitu mengaitkan antara kondisi pasar serta kebutuhan

2. Aspek sumber daya Aspek sumber daya (sumber daya sarana prasarana dan

sumber daya manusia)

3. Aspek produk yang berkaitan dengan upaya meramu dan mengemas produk

4. Aspek operasional menyangkut dengan kegaitan yang akan dilakukan dalam

mewujudkan produk.

Perencanaan menjadi peran penting untuk mencapai suatu tujuan kegiatan.

Beberapa hal perlu dipikirkan sebelum melakukan perencanaan sehingga dapat

menimbulkan manfaat. Manfaat perencanaan adalah sebagai berikut:

Page 12: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

7

a. Sebagai pedoman dalam penyelenggaran.

b. Dapat memperediksikan kemungkinan yang akan ditimbulkan sehingga

mampu memecahkan masalah.

c. Mewujudkan kegiatan yang efektif dan efisien

d. Tolak ukur dari tingkat keberhasilan dalam upaya pengawasan atau evaluasi

sehingga memberikan umpan balik bagi penyelenggara kegiatan yang

selanjutnya.

B. Ekowisata

Ekowisata dalam teori dan prakteknya tumbuh dari kritik terhadap

pariwisata massal, yang dipandang merusak terhadap landasan sumberdayanya,

yaitu lingkungan dan kebudayaan. Kritik ini melahirkan berbagai istilah baru,

antara lain adalah pariwisata alternatif, pariwisata yang bertanggungjawab,

pariwisata berbasis komunitas, dan eko-wisata (Aoyama 2000).

Honey’s dalam Ecotourism and Sustainable Development, mengemukakan

bahwa ada 7 butir prinsip-prinsip ekowisata :

a. Perjalanan ke suatu tempat yang alami (involves travel to natural destinations).

Sering tempat tersebut jauh, ada penduduk atau tidak ada penduduk, dan

biasanya lingkungan tersebut dilindungi.

b. Meminimalkan dampak negatif (minimized impact). Pariwisata menyebabkan

kerusakan, tetapi ekoturisme berusaha untuk meminimalkan dampak negatif

yang bersumber dari hotel, jalan atau infrastruktur lainnya. Meminimalkan

dampak negatif dapat dilakukan melalui pemanfaatan material sumberdaya

setempat yang dapat di daur ulang, sumber energi yang terbaharui,

pembuangan dan pengolahan limbah dan sampah yang aman, dan

menggunakan arsitektur yan sesuai dengan lingkungan dan budaya setempat,

serta memberikan batas/jumlah wisatawan sesuai daya dukung obyek dan

pengaturan prilakunya.

c. Membangun kepedulian terhadap lingkungan (build environmenta lawareness).

Unsur penting dalam ekoturisme adalah pendidikan, baik kepada wisatawan

maupun masyarakat penyangga obyek. Sebelumnya semua pihak yang

terintegrasi dalam perjalanan wisata alam harus dibekali informasi tentang

karakteristik obyek dan kode etik sehingga dampak negatif dapat

diminimalkan.

d. Memberikan beberapa manfaat finansial secara langsung kepada kegiatan

konservasi (provides direct finansial benefits for conservation). Ekoturisme

dapat membantu meningkatkan perlindungan lingkungan, penelitian dan

pendidikan, melalui mekanisme penarikan biaya masuk dan sebagainya.

e. Memberikan manfaat/keuntungan finansial dan pemberdayaan pada

masyarakat lokal (provides financial benefits and enpowerment for local

people). Masyarakat akan merasa memiliki dan peduli terhadap kawasan

konservasi apabila mereka mendapatkan manfaat yang menguntungkan, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Keberadaan ekoturisme di suatu

kawasan harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat

(local community walfare). Manfaat finansial dapat dimaksimalkan melalui

pemberdayaan atau peningkatan kapasitas masyarakat lokal, baik dalam

pendidikan, wirausaha, permodalan dan manajemen.

Page 13: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

8

f. Menghormati budaya setempat (Respect local culture). Ekoturisme disamping

lebih ramah lingkungan, juga tidak bersifat destruktif, intrusif, polutan dan

eksploitatif terhadap budaya setempat, yang justru merupakan salah satu “core”

bagi pengembangan kawasan ekoturisme.

g. Mendukung gerakan hak azasi manusia dan demokrasi (Support human right

and democratic movements).

Ekowisata harus mengangkat harkat dan martabat masyarakat lokal yang

secara umum memiliki posisi tawar yang lebih rendah, menempatkan masyarakat

sebagai elemen pelaku dalam pengembangan suatu kawasan, sehingga terlibat

langsung dalam pengambilan keputusan serta menentukan hak-hak kepemilikan.

Pengambilan keputusan secara komprehensif, adaptif dan demokratis, melalui

pendekatan co-management (integrated bottom up and top down approach).

Dalam perkembangannnya dalam Aoyama (2000) menyatakan beberapa

kriteria standar tentang bagaimana seharusnya eko-tourisme yang telah diterima

secara umum, yaitu:

1. Melestarikan lingkungan. Jika ekowisata bukan merupakan satu instrumen

konservasi, maka akan mendegradasi sumberdaya.

2. Secara ekonomis menguntungkan. Jika tidak menguntungkan, maka tidak akan

ada modal yang kembali untuk konservasi, dan tidak akan ada insentif bagi

pemanfaatan sumberdaya alternatif

3. Memberi manfaat bagi masyarakat.

Pemilihan ekowisata sebagai konsep pengembangan bagi wisata pesisir di

dasarkan pada beberapa unsur utama, yaitu: Pertama, ekowisata sangat bergantung

pada kualitas sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya. Kedua,

melibatkan masyarakat. Ketiga, ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi

terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya. Keempat, tumbuhnya

pasar ekowisata di tingkat internasional dan nasional. Kelima, ekowisata sebagai

sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan. Dengan kata lain, ekowisata (bahari)

menawarkan konsep low invest-high value bagi sumberdaya dan lingkungan

kelautan sekaligus menjadikannya sarana cukup ampuh bagi partisipasi

masyarakat, karena seluruh aset produksi menggunakan dan merupakan milik

masyarakat lokal (Dirawan 2003).

C. Perencanaan Ekowisata

Perencanaan yang dijelaskan oleh Nugroho (2001) merupakan suatu sajian

atau gambaran keadaan akan datang dari wilayah ekowisata yang efisien dan

berkelanjutan. Perencanaan memuat tujuan dan sasaran pengelolaan wilayah

dilandasi dukungan aspek kelembagaan dan peraturan pendukungnya, serta

memuat uraian mengenai langkah-langkah strategis, manajemen aksi,

pembiayaan, dan penetapan wilayah (zoning).

Perencanaan menurut Avenzora dalam Avenzora (2008) merupakan suatu

kegiatan mengelaborasi berbagai pertimbangan obyektif yang dilakukan secara

sadar untuk mencapai visi dan misi ekowisata yang ditetapkan melalui berbagai

tindakan yang dibutuhkan secara efektif, terdanai dengan mempertimbangkan

berbagai kondisi dimasa yang akan datang, pengalaman yang sudah terjadi selama

ini, seni, teknologi, dan manajemen yang ada. Perencanaan menurut Wrihantolo

(2006) adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat serta

Page 14: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

9

menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang dengan

menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini

diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu.

D. Pengunjung dan Wisatawan

Wisatawan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2009

Tentang Kepariwisataan adalah orang yang melakukan wisata. Wisatawan

menurut Suwantoro (2004:4) adalah seseorang atau sekelompok orang yang

melakukan suatu perjalanan wisata disebut dengan wisatawan jika lama

tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi.

Apabila mereka tinggal di daerah atau negara yang dikunjungi dengan waktu

kurang dari 24 jam maka mereka disebut pelancong. Kata wisatawan (tourist)

merujuk kepada orang. Wisatawan secara umum menjadi subset atau bagian dari

traveller atau visitor. Untuk dapat disebut sebagai wisatawan, seseorang harus

seorang traveller atau seorang visitor. Seorang visitor adalah seorang traveller,

tetapi tidak semua traveller adalah tourist. Traveller memiliki konsep yang lebih

luas, yang dapat mengacu kepada orang yang mempunyai beragam peran dalam

masyarakat yang melakukan kegiatan rutin ke tempat kerja, sekolah dan

sebagainya sebagai aktivitas sehari-hari.

Wisatawan menurut Soekadijo (2000) adalah orang yang mengadakan

perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya,

kemudian Suwantoro (2004) juga menjelaskan wisatawan adalah seseorang atau

sekelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata disebut dengan

wisatawan jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara

yang dikunjungi. Syarat-syarat menjadi seorang wisatawan menurut Suwantoro

(2004) yaitu:

1. Memiliki tanda bukti diri, disebut sebagai passport yang dikeluarkan oleh

pejabat negara dimana wisatawan tersebut berdomisili atau menetap.

2. Memiliki ijin untuk meninggalkan negaranya dan bepergian ke luar negeri atau

disebut sebagai ijin keluar.

3. Memiliki surat ijin untuk memasuki negara tujuan wisata dan tinggal di negara

tersebut. Surat ini disebut sebagai visa yang dikeluarkan oleh pejabat kedutaan

atau kantor perwakilan negara yang akan dikunjungi.

4. Memiliki surat keterangan bebas dari penyakit tertentu yang ditunjukan dengan

kartu bukti kesehatan yang disebut sebagai kartu kuning. Ketentuan ini

bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada penduduk dari bahaya

penularan penyakit yang dibawa wisatawan.

5. Tiba di wilayah lintas batas dua negara, wisatawan tersebut akan diperiksa oleh

petugas Bea Cukai di pelabuhan udara, pelabuhan laut dan pos-pos penjagaan

perbatasan, baik di negara asalnya maupun di negara tujuannya.

Page 15: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

10

E. Sumber Daya Wisata

Sumber daya wisata menurut Pitana dan Diarta (2009) merupakan segala

potensi wisata yang mendukung pariwisata sehingga dapat dikembangkan baik

secara langsung maupun tidak langsung. Sumberdaya bagian dari atribut alam

yang mempunyai campur tangan manusia dari luar untuk dapat mengubah dan

memenuhi kebutuan serta kepuasan manusia.

Sumberdaya wisata sendiri memiliki substansi untuk dapat menarik minat

kegiatan wisata, dapat menampung kegiatan wisata dan memiliki atraksi wisata.

Sumber daya wisata mempunyai atraksi yang dimaksud agar wisatawan

mempunyai keinginan untuk melakukan kegiatan wisata di daerah tersebut.

Menampung kegiatan wisata ini terkait dengan melihat mampu atau tidaknya daya

dukung lingkungan serta fasilitas dan sarana serta prasarana menunjang kegiatan

wisata yang dilakukan di daerah tersebut sehingga sumber daya wisata menjadi

sangat penting posisinya dalam penyelenggaraan wisata, namun perlu

diperhatikan dalam penggunaan sumber daya wisata tersebut karenadalam waktu

tertentu tidak dapat lagi dikatakan sebagai sumberdaya wisata bila keadaannya

sudah rusak atau terganggu (Setiawan 2010).

F. Kuliner

Makanan menurut Moerjipto et al. (1993) dapat digolongkan sebagai

makanan pokok, makanan sambilan, makanan jajanan untuk pariwisata khusus

dan berbagai macam keperluan upacara. Makanan masyarakat perkotaan dan

masyarakat pedesaan berbeda dari segi konsepnya. Perbedaan terlihat dari wujud,

variasi, fungsi, serta cara penyajiannya. Perbedaan ini disebabkan karena tingkat

kemampuan yang tidak sama.

Makanan menjadi kebutuhan essensial yang diperlukan dalam kehidupan

setiap manusia dalam menambah kalori yang diperlukan manusia. Keperluan

kalori setiap manusia berbeda-beda karena ditentukan oleh jenis kelamin, jenis

pekerjaan sehari-hari dan tingkat umur. Dalam memenuhi kebutuhan bahan

makanan masyarakat desa lebih sederhana dibandingkan dengan masyarakat kota.

Bahan makanan masyarakat pedesaan lebih terbatas hanya diperoleh dari hasil

pertanian, berbeda dengan kota. berbeda dengan kota yang memiliki beraneka

macam bahan yang tersedia. Fungsinya makanan digolongkan menjadi beberapa

makanan seperti :

1. Makanan pokok

Makanan pokok merupakan jenis masakan yang menjadi bahan pokok

sehari-hari untuk mencukupi kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup dari makanan

untuk menghilangkan rasa lapar. Bahan pokok utama biasanya mengandung

tepung yang bersifat mengenyangkan.

2. Makanan sambilan

Makanan yang berfungsi sebagai selingan makanan pokok. Makanan

sambilan disajikan antara makan pagi dan makan siang serta makan malam,

terkadang makan malam setelah tidur. Cara penyajian juga dipengaruh oleh faktor

lapisan sosial.

Page 16: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

11

3. Makanan jajanan

Makanan jajajanan dapat disajikan sepanjang hari serta waktu, tempat, dan

jumlah yang dimakan. Makanan jajanan memiliki tujuan yaitu:

a. Pengurangan rasa lapar walaupun tidak mutlak

b. Menambah zat-zat yang tidak ada atau kurang pada makanan utama dan lauk

pauknya

c. Sebagai hiburan

Makanan jajanan ditinjau dari fungsi adalah:

a. Makanan jajanan sebagai pengganti makanan utama, makanan tersebut adalah

makanan yang dalam keadaan tertentu (bepergian, bekerja) dapat

menggantikan makanan utama

b. Makanan jajanan sebagai makan yang dimaksud adalah makanan jajanan yang

memiliki zat-zat yang diperlukan dalam tubuh yang tidak ditemukan pada

makanan sehari-hari, karena makanan jajanan tersebut mungkin tidak pernah

disediakan atau diadakan

c. Makanan jajanan sebagai hiburan, makanan jajan tersebut adalah semua jenis

makanan yang berfungsi sebagai hiburan. Untuk makanan yang dapat berfungsi

sebagai hiburan ini sebagian besar biasanya berupa makanan kecil atau

makanan ringan, sebab dapat dipakai sebagai teman santai bersama keluarga.

4. Makanan untuk peristiwa khusus

Makanan untuk peristiwa khusus biasa digunakan dalam upacara tradisional

dan peringatan hari keagamaan. Pengertian upacara tradisional adalah kegiatan

sosial yang melibatkan masyarakat dalam usaha untuk mencapai tujuan

keselamatan bersama. Kerja sama antar masyarakat itu sesuai dengan kodrat

sebagai makhluk sosial.

Kuliner tardisional Indonesia menurut Marlyati et al. dalam Teguh dan

Avenzora (2013) menggunakan bumbu yang mengandung neutraceutical dan

memiliki keuntungan bagi tubuh. Neutraceutical adalah komponen dalam pangan

selain kandungan gizi yang memberikan manfaat kesehatan. Makanan dan

minuman tradisional Indonesia memiliki kandungan serat pangan, vitamin dan

mineral, rendah kandungan natrium dan lemak jenuh. Kuliner tardisional

Indonesia dapat diklasifikasikan ke dalam 7 jenis, yaitu: a) Makanan Sepinggan;

(b) Olahan Beras/Nasi; (c)Lauk Hewani; (d) Lauk Nabati; (e) Sayuran dan Buah;

(f) Jajanan (basah dan kering); dan (g) Minuman (Marliyati 2013 : 255-263).

1. Makanan Sepinggan

Makanan sepinggan adalah makanan yang disajikan dalam satu

piring/mangkuk atau sajian tunggal. Lauk pauk dalam makanan sepinggan ini

ditempatkan dalam satu piring. Meskipun makanan ini disajikan dalam satu

piring, namun kebutuhan akan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral

diharapkan memenuhi bagi tubuh. Konsep efisiensi makanan sepinggan

menjadikan hidangan ini banyak diplih orang karena menghemat waktu, tenaga

dan biaya.

2. Olahan Beras/Nasi

Nasi merupakan makanan utama bagi masyarakat Indonesia. Hal tersebut

dikarenakan nasi adalah sumber karbohidrat. Kuliner tradisional Indonesia dari

nasi dapat diolah tanpa bumbu dan dapat dikombinasikan dengan berbagai lauk

pauk dan sayuran atau nasi dapat diolah menjadi olahan yang memiliki rasa gurih

seperti nasi uduk, nasi kuning, nasi liwet, nasi gurih.

Page 17: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

12

3. Lauk Hewani

Pangan hewani yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah

daging sapi, kerbau, kambing, bebek, ayam, telur dan berbagai jenis ikan. . Lauk

hewani dikonsumsi untuk menuhi kebutuhan protein bagi tubuh dan sebagai

makanan pelengkap pendamping nasi. Proses pengolahan lauk hewani sangat

beragam seperti digoreng, dipepes, dibakar, dibuat sup, dibuat sate, ataupun

diolah dengan memberikan bumbu yang lebih lengkap sepeti gulai balado, rica-

rica. Jenis olahan lauk hewani di Indonesia sangat beragam dan dapat

dikategorikan sebagai olahan daging, olahan ayam/bebek, olahan telur, dan olahan

ikan.

4. Lauk Nabati

Pangan nabati yang banyak dijadikan sebagai lauk nabati adalah tahu,

tempe, dan oncom. Ketiga lauk nabati tersebut dibuat dari kacang kedelai.

Pengolahan lauk nabati yang biasa dilakukan antara lain digoreng, baik dengan

menggunakan tapung atau tanpa tepung (Jawa), dibuat menjadi bacem (Jawa

Tengah), dibuat pepes dan ditumis (Jawa). Keunikan rasa dari proses pengolahan

kacang kedelai dapat dijadikan sebagai atraksi wisata bagi wisata keuliner.

5. Sayur dan Buah

Indonesia kaya akan sayur dan buah karena memiliki keragaman hayati

yang tinggi. Pangan buah-buahan Indonesia biasanya dimakan langsung tanpa

adanya proses pengolah, namun beberapa buah dapat diolah menjadi manisan

buah, asinan buah, rujak ulek, dan rujak bebek. Buah-buahan yang banyak diolah

menajadi kuliner adalah manga, salak, kedondong, bengkoang, ketimun, papaya

mengkal, jambu air, pisang batu, jeruk bali dan sebagainya. Sedangkan sayuran di

Indonesia dapat diolah dengan cara dibuat sayur bening, dibuat sayur bersantan,

ditumis, atau dibuat hidangan lainnya seperti gado-gado, pecel, karedok, trancam,

dan seabagainya.

6. Jajanan

Jajanan tradisional Indonesia sabgat berpotensi untuk dipromosikan karena

rasa dan jenisnya yang dapat menarik wisatawan asing. Hal yang paling penting

adalah kemasannya agar dapat menarik pembeli asing. Jajanan Indonesia terdiri

dari jajanan basah (kue basah) dan jajanan kering meliputi kue dan biskuit.

7. Minuman

Minuman tradisional Indonesia berpotensi untuk dapat menarik minat bagi

wisatawan asing karena rasa dan beragam jenisnya. Minuman tradional biasanya

disajikan dalam keadaan panas maupun dingin. Bahan yang digunakan dalam

minuman tradional Indonesia adalah buah atau rempah-rempah.

G. Ekowisata Kuliner

Konsep ekowisata kuliner memang menjadi hal yang baru didalam wacana

akedemik kepariwisataan walaupun terdapat beberapa konsep ekowisata lainnya.

Konsep ekowisata kuliner memadukan antara gagasan perpaduan produk wisata

kuliner dengan ekowisata. Pentingnya ekowisata kuliner dikepariwisataan dapat

menjadi salah satu diversivikasi produk ekowisata (Marliyati et al. dalam

Avenzora & Teguh 2013).

Page 18: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

13

Wujud kebudayaan dari masyarakat berupa makanan secara konseptual

sehingga Wisata kuliner menjadi bagian dari wisata budaya. Wisata budaya dan

wisata kuliner memiliki perbedaan dalam segmentasi pasar yang jelas. Perbedaan

konsep ekowisata budaya dan ekowisata kuliner dapat ditulis dalam buku teori

dan praktek sehingga memudahkan analisis (Marliyati et al. dalam Avenzora &

Teguh 2013).

Wisata kuliner menurut Pitana dan Rukendi (2008) merupakan bagian dari

wisata budaya karena makanan merupakan hasil dari kebudayaan masayrakat.

Namun, produk wisata kuliner dan produk wisata budaya dapat dibedakan dengan

membidik segmentasi pasar yang jelas. Eco-culinary tourism merupakan

berkembangan ekowisata dengan melakukan ecotourism mix product atau produk

ekowisata campuran yaitu ekowisata budaya (eco-cultural tourism) dan ekowisata

kuliner (eco-culinary tourism).

Obyek yang menjaadi daya tarik wisata gastronomi tidak hanya berbagai

jenis makanan, tetapi juga menawarkan atribut lain yang berhubungan dengan

makanan. Atribu-atribut wisata gastronomi terdiri dari pemilihan bahan makanan,

persiapan dan proses pembuatan, cara penyajian, cita rasa dan kandungan gizi,

nilai budaya dan tradisi, dan informasi lain yang dapat dideskripsikan oleh jenis

makanan (Sukenti 2014).

Wisata kuliner menurut Sukenti (2014) dapat dikembangkan pada level eco-

culinary tourism dengan menitikberatkan pada nilai tambah seperti eco-friendly

orientation, keikutsertaan masyarakat lokal, dan pendidikan. In relation to the

principles of ecotourism focusing on eco-friendly values, involvement of local

communities, and education aspects, ecotourism or culinary-based tourism is a

package that can load these values. First, the eco-friendly value represented in

species conservation (plants and animals) as the ingredients of the cuisines.

Secondly, community involvement implemented in their participation in culinary-

related activities and businesses as well as supporting business.

Aspek penting pengembangan ekowisata kuliner yang yaitu masyarakat

lokal yang berusaha dibidang tersebut harus mengerti prinsip-prinsip kesehatan

dalam mengelola, menyajikan dan menyimpan makanan. Aspek yang harus

diperhatikan dalam pengembangan ekowisata kuliner. Pengetahuan yang

didapatkan dari pengembangan ekowisata kuliner dapat menarik makanan

tradisional menjadi daya tarik utama dan meningkatkan kualitas serta keamanan

untuk disajikan kepada wisatawan (Marliyati et al. dalam Avenzora & Teguh

2013).

H. Persepsi dan Motivasi Wisatawan

Motivasi menurut Fahmi (2011) merupakan aktivitas perilaku yang bekerja

dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan. Motivasi sebagai

perilaku yang ditujukan pada sasaran. Motivasi berkaitan dengan tingkat usaha

yang dilakukan seseorang dalam mengejar suatu tujuan, serta berkaitan erat

dengan kepuasan dan performansi pekerjaan. Motivasi menurut Hariandja et al.

(2007) merupakan tujuan yang diinginkan yang mendorong orang berperilaku

tertentu sehingga motivasi sering diartikan sebagai keinginan, tujuan, kebutuhan,

atau dorongan dan sering dipakai secara bergantian untuk menjelaskan motivasi

seseorang.

Page 19: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

14

Persepsi menurut Sunaryo (2004) merupakan proses akhir dari pengamatan

yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh

alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan kemudian

individu menyadari tentang sesuatu. Persepsi proses internal yang dilakukan

memilih, mengevaluasi, dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan

eksternal. Persepsi merupakan suatu cara untuk mengubah energi-energi fisik

lingkungan menjadi pengalaman yang bermakna (Mulyana, 2006).

I. Media Promosi

Media menurut Sanjaya (2006) adalah perantara dari pemberi informasi ke

penerima informasi yang dibantu melalui video, televisi, computer dan lain

sebagainya. Alat-alat tersebut merupakan sebuah media untuk menyalurkan

infomasi yang akan disampaikan. Bauran pemasaran merupakan bagian dari

proses promosi yang dilakukan untuk memasarkan produk dari suatu barang.

Koordinasi merupakan bentuk interaksi pada bauran pemasaran yang terdiri dari

empat komponen yang sering disebut degan 4P yaitu produk (product), harga

(price), lokasi distribusi (place), dan promosi (promotion) (Sunaryo 2013).

Promosi yang didefinisikan oleh Marpaung dan Bahar (2002) adalah upaya

yang dilakukan dalam menyesuaikan antara produk wisata dengan permintaan

wisata. Produk yang yang akan dijual dapat dikemas dengan model yang lebih

menarik sehingga wisatawan membeli produk tersebut. Pada promosi yang

menjadi kata kunci ialah daya tarik dari produk tersebut. Kegiatan promosi dapat

dilakukan dengan intensif dalam waktu yang relatif singkat dan tentunya

mengingat sifat dan karakter dari produk wisata itu sendiri. Promosi harus

dilakukan dengan tepat sehingga dapat melakukan pendistribusian. Contoh

pendistribusian seperti hotel, atraksi wisata, dan angkutannya. Pendistribusian

dilakukan dengan memasarkan sesuai dengan total kegitan yang dihasilkan.

Produk dan layanan yang dihasilkan dari penjual ke pembeli secara tepat agar

menghasilkan kepuasan terhadap pembeli dan keuntungan bagi produsen serta

menjadi tantangan untuk melakukan kajian terhadap produsen.

Page 20: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

15

III. KONDISI UMUM

A. Letak dan Luas

Kabupaten Sragen merupakan bagian dari Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten

Sragen berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Batas-batas

wilayah Kabupaten Sragen:

a. Sebelah Timur : Kabupaten Ngawi (Provinsi Jawa Timur)

b. Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali

c. Sebelah Selatan : Kabupaten Karanganyar

d. Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan

Luas wilayah Kabupaten Sragen adalah 941,55 km2 yang terbagi dalam 20

kecamatan (Gambar 1), 8 kelurahan, dan 200 desa. Wilayah Kabupaten Sragen

terbagi atas 40.037,93 Ha (42,52%) lahan basah atau persawahan, 54.117,88 Ha

(57,48%) lahan kering. Kabupaten Sragen secara geografis terletak pada 7015 LS

dan 7030 LS-110045 BT dan 111010 BT. Wilayah Kabupaten Sragen berada di

dataran dengan ketinggian rata rata 109 m diatas permukaan laut.

Gambar 2 Peta Administrasi Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah Sumber: Pemkab Sragen 2014

Page 21: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

16

B. Sejarah Wilayah

Hari Jadi Kabupaten Sragen ditetapkan dengan Perda Nomor 4 Tahun 1987,

yaitu pada hari Selasa Pon, tanggal 27 Mei 1746. tanggal dan waktu tersebut

adalah dari hasil penelitian serta kajian pada fakta sejarah, ketika Pangeran

Mangkubumi yang kelak menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono yang ke- I

menancapkan tonggak pertama melakukan perlawanan terhadap Belanda menuju

bangsa yang berdaulat dengan membentuk suatu Pemerintahan lokal di Desa

Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati sebelah timur.

Pangeran Mangkubumi adik dari Sunan Pakubuwono II di Mataram sangat

membenci Kolonialis Belanda. Apalagi setelah Belanda banyak mengintervensi

Mataram sebagai Pemerintahan yang berdaulat. Oleh karena itu dengan tekad

yang menyala bangsawan muda tersebut lolos dari istana dan menyatakan perang

dengan Belanda. Dalam sejarah peperangan tersebut, disebut dengan Perang

Mangkubumen ( 1746-1757 ).

Dalam perjalanan perangnya Pangeran Muda dengan pasukannya dari

Keraton bergerak melewati Desa-desa Cemara, Tingkir, Wonosari, Karangsari,

Ngerang, Butuh, Guyang. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Desa Pandak,

Karangnongko masuk tlatah Sukowati. Di Desa ini Pangeran Mangkubumi

membentuk Pemerintahan Pemberontak. Desa Pandak, Karangnongko di jadikan

pusat Pemerintahan Projo Sukowati, dan Beliau meresmikan namanya menjadi

Pangeran Sukowati serta mengangkat pula beberapa pejabat Pemerintahan.

Karena secara geografis terletak di tepi Jalan Lintas Tentara Kompeni

Surakarta – Madiun, pusat Pemerintahan tersebut dianggap kurang aman, maka

kemudian sejak tahun 1746 dipindahkan ke Desa Gebang yang terletak disebelah

tenggara Desa Pandak Karangnongko. Sejak itu Pangeran Sukowati memperluas

daerah kekuasaannya meliputi Desa Krikilan, Pakis, Jati, Prampalan, Mojoroto,

Celep, Jurangjero, Grompol, Kaliwuluh, Jumbleng, Lajersari dan beberapa desa

Lain. Dengan daerah kekuasaan serta pasukan yang semakin besar Pangeran

Sukowati terus menerus melakukan perlawanaan kepada Kompeni Belanda bahu

membahu dengan saudaranya Raden Mas Said, yang berakhir dengan perjanjian

Giyanti pada tahun 1755, yang terkenal dengan Perjanjian Palihan Negari, yaitu

kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, dimana Pangeran Sukowati

menjadi Sultan Hamengku Buwono ke-1 dan perjanjian Salatiga tahun 1757,

dimana Raden Mas Said ditetapkan menjadi Adipati Mangkunegara I dengan

mendapatkan separuh wilayah Kasunanan Surakarta.

Tanggal 12 Oktober 1840 dengan Surat Keputusan Sunan Paku Buwono VII

yaitu serat Angger – angger Gunung, daerah yang lokasinya setrategis ditunjuk

menjadi Pos Tundan, yaitu tempat untuk menjaga ketertiban dan keamanan Lalu

Lintas Barang dan surat serta perbaikan jalan dan jembatan, termasuk salah

satunya adalah Pos Tundan Sragen. Perkembangan selanjutnya sejak tanggal 5

juni 1847 oleh Sunan Paku Buwono VIII dengan persetujuan Residen Surakarta

baron de Geer ditambah kekuasaan yaitu melakukan tugas kepolisian dan

karenanya disebut Kabupaten Gunung Pulisi Sragen. Kemudian berdasarkan

Staatsblaad No 32 Tahun 1854, maka disetiap Kabupaten Gunung Pulisi dibentuk

Pengadilan Kabupaten, dimana Bupati Pulisi menjadi Ketua dan dibantu oleh

Kliwon, Panewu, Rangga dan Kaum.

Page 22: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

17

Sejak tahun 1869, daerah Kabupaten Pulisi Sragen memiliki 4 (empat)

Distrik, yaitu Distrik Sragen, Distrik Grompol, Distrik Sambungmacan dan

Distrik Majenang. Selanjutnya sejak Sunan Paku Buwono VIII dan seterusnya

diadakan reformasi terus menerus dibidang Pemerintahan, dimana pada akhirnya

Kabupaten Gunung Pulisi Sragen disempurnakan menjadi Kabupaten Pangreh

Praja. Perubahan ini ditetapkan pada jaman Pemerintahan Paku Buwono X,

Rijkblaad No. 23 Tahun 1918, dimana Kabupaten Pangreh Praja sebagai Daerah

Otonom yang melaksanakan kekuasaan hukum dan Pemerintahan. Dan akhirnya

memasuki Zaman Kemerdekaan Pemerintah Republik Indonesia, Kabupaten

Pangreh Praja Sragen menjadi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen.

C. Kondisi Fisik

1. Topografi dan Tanah

Wilayah Kabupaten Sragen berada di dataran dengan ketinggian rata rata

109 m diatas permukaan laut dengan standar deviasi 50 M. Topografi daerahnya

bervariasi dari dataran rendah sampai dataran sedang dengan ketinggian wilayah

berkisar antara 84-190 m di atas permukaan air laut dengan penggolongan sebagai

berikut :

a. Ketinggian antara 84-96 m meliputi Kecamatan Ngrampal, Sambungmacan,

Karangmalang, Sragen, Sidoharjo, Gondang, Sukodono, Tangen.

b. Ketinggian antara 97-115 m meliputi Kecamatan Tanon, Masaran, Miri,

Mondokan.

c. Ketinggian antara 116-190 m meliputi Kecamatan Kedawung, Jenar,

Sumberlawang, Kalijambe, Plupuh, Gemolong, Gesi, Sambirejo.

Wilayah Kabupaten Sragen dialiri oleh Sungai Bengawan Solo sehingga

menjadikan wilayah Kabupaten Sragen terbagi menjadi wilayah Utara dan

Selatan. Pengelompokkan wilayah berdasar aliran Sungai Bengawan Solo adalah

sebagai berikut :

a. Utara Bengawan Solo meliputi Kecamatan Kalijambe, Plupuh, Tanon,

Gemolong, Miri, Sumberlawang, Mondokan, Sukodono, Gesi, Tangen, Jenar.

b. Selatan Bengawan Solo meliputi Kecamatan Masaran, Kedawung, Sambirejo,

Gondang, Sambungmacan, Ngrampal, Karangmalang, Sragen, Sidoharjo.

Kabupaten Sragen mempunyai relief yang beraneka ragam, ada daerah

pegunungan kapur yang membentang dari timur ke barat terletak di sebelah utara

bengawan Solo dan dataran rendah yang tersebar di seluruh Kabupaten Sragen,

dengan jenis tanah : gromusol, alluvial regosol, latosol dan mediteran. 2. Iklim dan Hidrologi

Sragen menpunyai iklim tropis dengan suhu harian yang berkisar antara 19-

31ºC. Curah hujan rata-rata di bawah 3000 mm per tahun dengan hari hujan di

bawah 150 hari per tahun. Kabupaten Sragen mempunyai 7 (tujuh) waduk dengan

luas genangan 131,01 Ha, dan kapasitas daya tampung 4.482.125 m3 yang mampu

melayani areal seluas 6.116 Ha. Guna memenuhi kebutuhan air, maka Pemerintah

Kabupaten Sragen telah melaksanakan pembangunan embung di beberapa lokasi

dimaksudkan dapat menampung air pada musim penghujan untuk keperluan

pertanian, perikanan, pariwisata dan kebutuhan air penduduk.

Page 23: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

18

D. Sosial Ekonomi Masyarakat

1. Demografi

Secara administrasi Kabupaten Sragen terbagi menjadi 2.519 dukuh, 907

RW, 5.328 RT, dan 20 kecamatan yang meliputi 208 desa/kelurahan. Melihat

banyaknya jumlah desa/kelurahan maka Kabupaten Sragen memiliki jumlah

penduduk yang besar. Jumlah penduduk yang besar tersebut merupakan suatu

potensi pendukung bagi keberhasilan pembangunan di Kabupaten Sragen karena

penduduk merupakan pelaku sekaligus sasaran dari kegiatan pembangunan itu

sendiri. Jumlah penduduk di Kabupaten Sragen berdasarkan registrasi tahun 2008

sebanyak 871.951 jiwa, yang terdiri dari 264.457 Kepala Keluarga.

Komposisi penduduk di Kabupaten Sragen menurut golongan umur akan

mempengaruhi keberhasilan pembangunan di wilayah tersebut. Penduduk

berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu

penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif. Penduduk usia non

produktif yaitu penduduk yang berusia 0-14 tahun atau berusia lebih dari 65

tahun, sedangkan penduduk usia produktif berusia 15-64 tahun. Penduduk dengan

jumlah usia non produktif yang banyak akan menghambat potensi penduduk usia

produktif. Hal ini dikarenakan dengan banyaknya penduduk non produktif yang

harus menjadi tanggungan sehingga pendapatan yang seharusnya bisa digunakan

untuk untuk kebutuhan yang lain harus digunakan untuk membiayai penduduk

usia non produktif.

2. Mata Pencaharian

Keberhasilan pembangunan di suatu wilayah dapat dilihat dari tingkat

penyerapan tenaga kerja bagi penduduknya. Besarnya penyerapan tenaga kerja

akan dapat meningkatkan pendapatan per kapita penduduk, yang akhirnya akan

berimbas bagi kesejahteraan hidup penduduk suatu wilayah. Kabupaten Sragen

memiliki sembilan sektor perekonomian. Masing-masing sektor tersebut mampu

menyerap dan memberdayakan tenaga kerja yang tersedia.

Kabupaten Sragen mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian, yaitu

246.878 orang dan 113.922 orang bekerja di sektor jasa dengan persentase 23,49

persen. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian yang paling kecil adalah

bekerja pada sektor listrik, gas, dan air yaitu sebesar 332 orang dengan persentase

0,069 persen. Mata pencaharian pada sektor pertanian terbesar daripada mata

pencaharian pada sektor yang lain. Hal ini disebabkan sektor pertanian mampu

menyerap 50,91 persen tenaga kerja yang ada di Kabupaten Sragen. Dengan

demikian sektor pertanian di daerah ini mampu memberikan kontribusi yang

berarti dalam memberikan sumber kehidupan/pendapatan bagi penduduknya.

3. Perekonomian

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2007 dan 2008 atas dasar

harga konstan tahun 2002 di Kabupaten Sragen untuk setiap sektornya.

Pendapatan perkapita Kabupaten Sragen atas dasar harga konstan 2002 dari tahun

2007 ke tahun 2008 mengalami peningkatan. Pendapatan perkapita atas dasar

harga konstan tahun 2002 meningkat dari Rp 2.982.978.180.000,00 pada tahun

2007 menjadi Rp 3.138.157.720.000,00 pada tahun 2008. Dilihat dari pendapatan

perkapita Kabupaten Sragen yang meningkat tersebut maka dapat diketahui

bahwa pembangunan wilayah yang dilakukan di Kabupaten Sragen telah mampu

meningkatkan pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Sragen.

4. Sektor Pertanian

Page 24: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

19

Sektor pertanian memberikan kontribusi tertinggi terhadap PDRB

dibandingkan delapan sektor perekonomian lainnya pada perekonomian wilayah

Kabupaten Sragen tahun 2004-2008. Pendapatan sektor pertanian sangat

bergantung dari jumlah produksi komoditi yang dihasilkan. Sektor pertanian

terbagi menjadi lima subsektor yaitu subsektor tanaman bahan makanan, tanaman

perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Subsektor di Kabupaten

Sragen yang memberikan kontribusi PDRB terendah bagi sektor pertanian adalah

subsektor kehutanan yaitu sebesar 0,34 persen.

Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar

terhadap PDRB Kabupaten Sragen. Hal ini didukung oleh ketersediaan lahan yang

potensial untuk digunakan untuk bercocok tanam. Selain itu Kabupaten Sragen

dialiri Sungai Bengawan Solo yang menjadikan wilayah Sragen sebelah Selatan

tanahnya sangat subur. Secara umum pemanfaatan lahan di Kabupaten Sragen

meliputi lahan sawah 40.037, 93 Ha dan lahan kering 54.117,07 Ha. Sedangkan

penggunaan lahan untuk sektor pertanian dalam arti luas adalah 65.638, 96 Ha

sedangkan sisanya untuk tanah bangunan untuk keperluan lain-lain. Melihat

besarnya lahan yang digunakan untuk areal persawahan maka tak heran kalau

Kabupaten Sragen mengalami surplus beras ± 200.000 ton/tahun yang menjadikan

Sragen sebagai salah satu lumbung padi di Jawa Tengah.

a. Beras Organik

Mulai tahun 2001 dirintis pertanian yang berbasis organik yang hingga

sekarang masih terus eksis terutama untuk beras organik yang mampu menembus

pasar kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Purwokerto dll. Beras

organik dibudidayakan dengan luas panen padi organik tahun 2006 yaitu 3.256,77

Ha dengan produksi 19.439,78 ton/tahun. Jenis padi organik yang diproduksi

Kabupaten Sragen sangat beragam mulai dari IR-64, Mentik Wangi, hingga Beras

Merah. Seiring dengan semakin banyaknya masyarakat yang sadar akan

pentingnya kesehatan maka tak heran kalau permintaan beras organik terus

mengalami peningkatan. Areal pertanian PD PAL (Perusahaan Dagang Pelopor

Alam Lestari) yang dikhususkan untuk Padi Organik mencapai 1.450 hektar,

tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Sragen yang menghasilkan 7.975 ton padi

organik / tahun atau 3.987 ton beras organik / tahun. Sedangkan untuk

pemasarannya, PD PAL telah mengadakan kerjasama dengan beberapa pedagang

di kota-kota besar di luar Sragen. Beras organik produksi PD PAL dengan merk

PELOPOR telah memiliki konsumen/ pasar tetap di Semarang, Solo, Jakarta,

Surabaya, dan Denpasar. Setiap bulannya, PD PAL harus memenuhi pesanan

beras organik dari para pedagang di kota-kota tersebut sebesar 50 ton. Sedangkan

permintaan beras organik dalam bentuk kemasan mencapai 8 ton/minggu Selain

PD PAL, di Sragen juga terdapat Perusahaan Beras (PB) Padi Mulya yang

bergerak di bidang produksi beras organik. Padi Mulya memiliki lahan khusus

untuk pertanian beras organik seluas 250 hektar, namun baru 120 hektar yang

dimanfaatkan.

Padi Mulya juga menjalin kerjasama dengan 13 kelompok tani

beranggotakan 500 petani yang memiliki keahlian di bidang pertanian beras

organik. Oleh Padi Mulya, para petani ini dipersilakan menggarap lahan yang

telah disediakan dengan padi organic. Sebagai imbal baliknya, petani harus

menjual hasil panennya hanya kepada Padi Mulya. Dengan skema kerjasama ini,

kapasitas produksi lahan milik Padi Mulya dalam satu kali musim panen

Page 25: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

20

mencapai 6 ton gabah per hektar. Gabah dari petani dibeli oleh Padi Mulya

sebesar Rp 1.500,00 per kg. Setelah diproses lebih lanjut akan menghasilkan 2400

kg beras organik per hektar. Biaya produksi dari gabah menjadi beras berkisar Rp

800,00. Padi Mulya melakukan pengawasan ketat mulai dari proses pengolahan

lahan, penanaman benih, pemupukan sampai dengan pemamenan padi untuk

menjaga kualitasnya. Semua proses tersebut turut melibatkan tenaga ahli organik

yang telah berpengalaman.

b. Kacang Tanah

Potensi komoditi kacang tanah di Sragen sangat besar. Luas panen kacang

tanah di Sragen seluas 13.791 Ha dengan produksi 16.832 ton/tahun. Setiap

harinya kacang tanah dari Sragen mampu memasok pabrik kacang tanah yang

besar di Indonesia seperti Kacang Garuda dan Kacang Dua Kelinci. Salah seorang

pedagang besar kacang tanah di Sragen mampu memasok ± 40 ton/hari. Kacang

tanah dari Sragen mempunyai cita rasa tersendiri yang berbeda dengan daerah

lainnya yang menyebabkan Sragen bisa bertahan menjadi pemasok pabrik Kacang

Garuda dan Kacang Dua Kelinci. Sragen mampu menghasilkan kacang tanah

sepanjang tahun tanpa terhambat oleh musim kemarau. Daerah sentra kacang

tanah di Kabupaten Sragen berada di Kecamatan Kalijambe, Gemolong, Miri,

Sumberlawang, Plupuh, dan Tanon.

c. Semangka dan Melon

Sragen terkenal sebagai daerah yang kaya dengan ragam buah-buahan

budidaya. Petani-petani asal Sragen pun dikenal terampil dan memiliki ketekunan

dalam membudidayakan tanaman buah-buahan, apapun jenisnya. Karakteristik

personal yang unik tersebut merupakan faktor signifikan dalam mendukung

keberhasilan Sragen menjadi pemasok utama buah-buahan di Jawa. Buah-buahan

khas Sragen yang telah diketahui masyarakat luas antara lain semangka, melon,

nangka, kelengkeng, jeruk besar, dan mangga. Sebagai penghasil komoditi

terbesar di Jawa Tengah, Sragen mampu memproduksi semangka sebanyak 988

ton/tahun sedangkan melon mampu menghasilkan 1.159,70 ton/tahun. Jika kita

melintasi jalan Solo-Sragen tepatnya di Masaran kita bisa melihat pedagang buah

melon dan semangka yang berjajar di sepanjang jalan. Silahkan mampir dan

menikmati kesegaran buah semangka.

d. Jeruk Besar (Citrus celebia)

Budidaya jeruk besar lebih dikenal dengan nama Jeruk Bali, mulai populer

di kalangan petani Sragen pada bulan Mei 2003. Melihat kesungguhan petani dan

potensi ekonomi yang tinggi dari budidaya jeruk besar, Pemerintah Kabupaten

Sragen memfasilitasi pengembangan budidaya buah jeruk besar. Pengembangan

budidaya buah jeruk besar dipusatkan di wilayah Kecamatan Plupuh, antara lain

Dukuh Sumomorodukuh Desa Wonorejo, Desa Gedungan, dan Desa Pungsari.

Budidaya jeruk besar tersebut ditangani oleh 6 kelompok tani yang memiliki tak

kurang dari 400 anggota dengan tingkat keterampilan tinggi. Di lokasi

pengembangan, saat ini telah ditanam 10.000 pohon jeruk besar dan bakal

memasuki usia panen pada bulan Mei 2007.

Pada tahun 2007, di lokasi pengembangan ditanami lagi 7.200 bibit jeruk

besar. Sragen mempunyai lahan seluas 261.586 Ha yang ditanami komoditi jeruk

besar dan setiap tahunnya mampu memproduksi 104,80 ton. Jenis jeruk besar

yang dikembangkan adalah Pamelo si Nyonya, Pamelo Bali, dan Pamelo

Nambangan. Selain di kecamatan Plupuh, jeruk besar juga dikembangkan di

Page 26: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

21

Kecamatan Kalijambe tepatnya di Desa Keden dan Wonorejo dan Bukuran. Di

Desa Wonorejo terdapat 30 petani yang mengembangkan jeruk besar sedangkan

di Desa Keden terdapat 132 petani.

Jeruk besar merupakan tanaman yang memiliki kemampuan survival tinggi

dan mudah tumbuh di jenis tanah apapun, asalkan mendapat pengairan yang

cukup dan pemeliharaan yang telaten. Dalam satu hektar lahan, dapat ditanami

250 bibit pohon jeruk besar. Meskipun telah berbuah pada tahun ke dua, namun

agar hasilnya memuaskan panen pertama buah jeruk besar sebaiknya dilakukan

pada tahun ke empat. Menginjak tahun ke lima, buah kualitas terbaik yang layak

dipanen akan berlipat ganda, sebanyak 25 buah. Sebanyak 100 buah pada tahun ke

enam dan 400 buah pada tahun ke tujuh. Biaya yang dialokasikan untuk

membelanjakan pupuk setiap tahunnya harus menyesuaikan kebutuhan nutrisi tiap

pohon yang juga kian tumbuh besar.

Pada tahun pertama kebutuhan pupuk organik tiap batang tak sampai 5 kg

serta 1,5 kg pupuk kimia yang merupakan kombinasi jenis Urea, SP36, dan KCL.

Kebutuhan pupuk tiap pohon dari tahun ke tahun akan meningkat, sehingga pada

tahun ke III dapat menghabiskan 65 kg pupuk organik dan 4 kg pupuk kimia.

Sedang pada tahun V dan VI, memerlukan 150 kg pupuk organik dan 6 kg pupuk

kimia. Pupuk organik gampang diperoleh di berbagai toko saprodi pertanian yang

ada di Sragen. Harga pupuk organik cukup murah, Rp 350,00 per kilo. Menurut

Sukamto, saat ini ia dan 5 petani lainnya menggarap 250 pohon jeruk besar yang

mampu menghasilkan 1.250 buah berkualitas sangat baik dan 3750 buah

berkualitas lebih rendah. Keuntungan pada panen berikutnya juga akan

bertambah, karena produktivitas tiap batang akan meningkat sejalan makin

mendekati umur produktif pohon, tentu saja harus diiringi dengan penambahan

nutrisi dan pengairan yang memadai. Lelaki bertubuh kekar itu memperkirakan

pada tahun VI dirinya bakal menangguk laba kotor sebesar180 ribu per pohon dan

Rp 250 ribu tiap pohon pada tahun VII.

Pasar jeruk besar masih sangat terbuka lebar. Informasi yang diperoleh

UPTD Pertanian dan Ketahanan Pangan Kecamatan Plupuh, menyebutkan

permintaan jeruk besar di pulau Jawa setiap bulan mencapai 500 ribu buah. Pasar

terbesar ada di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan sebagian permintaan datang dari

Denpasar (Bali).

5. Sektor Kehutanan

a. Empon-Empon

Tanaman empon-empon yang banyak dihasilkan di Kabupaten Sragen

adalah jahe, laos, kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng, kajibeling,

dlingo, kapulaga, temukunci, sambiloto dan pace. Produksi yang terbesar yaitu

jahe sekitar 79,54 ton/tahun dengan luas panen 28.520 m2 kemudian diikuti

kencur, dan laos. Untuk mengikuti kemajuan zaman yang serba cepat dan modern

masyarakat Sragen tak mau ketinggalan jaman, mereka membuat jamu-jamu

berbentuk instan seperti jahe instan, kunir asam instan dan beras kencur instan.

Pemasarannya sudah menyentuh masyarakat luas baik lokal Sragen ataupun luar

daerah.

b. Garut (Marantha arundina)

Tanaman garut merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang banyak

mengandung karbohidrat dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan

Page 27: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

22

alternatif. Lahan tanaman garut di kabupaten Sragen seluas 38 hektar di wilayah

kecamatan Gesi, Sukodono, dan Jenar. Kapasitas produksi budidaya tanaman

garut ini rata rata sebesar 8 ton/hektar atau 3.080 ton sekali panen. Sedangkan

kapasitas produksi garut berupa umbi sebesar 360ton/th, tepung garut 72 ton/th

dan emping garut 36 ton/th. Tanaman garut, telah dicanangkan Pemerintah

sebagai salah satu komoditas bahan pangan yang memperoleh prioritas untuk

dikembangkan/dibudidayakan karena memiliki potensi sebagai pengganti tepung

terigu. Dengan dikeluarkannya SK Bupati Sragen Nomor 500/113/03/2003

tentang ditetapkannya garut sebagai salah satu produk unggulan Sragen maka

garut dikembangan secara diintensif mulai dari budidaya, pasca panen,

pengolahan, pengemasan hingga pemasarannya. Saat ini produk olahan garut

Kabupaten Sragen telah menembus pasar Ngawi, Madiun, Semarang, Solo,

Yogyakarta Keistemewaan komoditi garut yaitu kaya akan serat yang sangat

bagus untuk kesehatan sistem pencernaan, disamping itu garut yang diolah

menjadi emping garut tidak menyebabkan asam urat hal ini berbeda sekali dengan

emping melinjo yang bisa menyebabkan penyakit asam urat. Selain sebagai bahan

pangan, Umbi Garut juga dapat digunakan sebagai obat tradisional yang

berkhasiat utuk mendinginkan perut, menawarkan racun ular/lebah,

memperbanyak ASI, mengoptimalkan pertumbuhan anak Down Syndrom,

mengobati disentri, eksim dan penurun panas.

c. Jarak Pagar (Jatropha curcas)

Kabupaten Sragen mempunyai lahan hutan seluas 5.948 Ha dan lahan

perkebunan seluas 600 Ha. Keberadaan lahan yang luas ini sangat potensial bagi

tumbuh dan berkembangnya tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas). Dalam

rangka mendukung dan memfasilitasi sosialisasi gerakan nasional

penanggulangan kemiskinan dan krisis BBM melalui rehabilitasi dan reboisasi

lahan kritis dengan tanaman yang menghasilkan energi pengganti BBM kepada

masyarakat luas, maka Pemerintah Kabupaten Sragen mulai mengembangkan

tanaman jarak pagar (Jatropha curcas). Pengembangan jarak pagar mulai dirintis

di Kebun Bibit Dinas Kecamatan Gesi di lahan seluas 30.000 m2 Tahap awal

penanaman adalah perkecambahan biji jarak yang didatangkan dari Malaysia

dengan konsultan dari Perusahaan Cosmo Biofuels Malaysia. Saat ini ada investor

dari Belanda yang tertarik untuk menanamkan modal pada pengembangan jarak

pagar di Sragen.

Pemerintah Kabupaten Sragen berencana mengadakan kerjasama dengan

pihak swastadari dalam maupun luar negeri untuk mengembangkan seed garden

(kebun bibit) pada lahan seluas 20 Ha. Selain itu Pemkab juga akan

mengembangkan oil production di lahan seluas 5.000 Ha dengan melibatkan

petani. Dengan adanya kerjasama ini diharapkan Sragen mampu menyediakan

sumber bahan bakar alami dan juga meningkatkan kesejahteraan para petani.

6. Sektor Perikanan

a. Nila Merah (Oreochromis sp.)

Budidaya perikanan dengan potensi ekonomi yang menjanjikan dapat

dijumpai di Waduk Kedung Ombo. Dari luas keseluruhan Waduk Kedung Ombo

6.576 hektar, area waduk yang berupa perairan mencapai 2.830 hektar dan 3.746

hektar wilayah darat. Kawasan WKO sangat cocok untuk budidaya perikanan

karena di sana air tersedia sepanjang tahun meskipun musim kemarau dan banyak

sekali plankton-plankton hidup didasar perairan yang sangat baik untuk

Page 28: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

23

pertumbuhan ikan. Namun sayang dari area perairan seluas itu, baru 5% atau 5,6

hektar yang telah tersentuh pengembangan budidaya perikanan, sebagian besar

berada di Kecamatan Sumberlawang. Metodebudidaya perikanan yang digunakan

adalah sistem Karamba Jaring Apung (KJA). Di lokasi tersebut, saat ini terdapat

tak kurang dari 586 buah karamba yang dikelola oleh 411 peternak. Tiap petak

karamba umumnya berukuran standar 7 m² dengan kedalaman jaring mencapai

3,5 m.

Jenis ikan yang dibudidayakan di Waduk Kedung Ombo sebagian besar

adalah nila merah (Oreochromis sp), di samping jenis lainnya yakni nila hitam,

gurame, karper/gabus, tawas, danikan mas. Setiap harinya WKO mampu

menghasilkan 3 ton ikan nila merah. Pada tahun 2005, produksi ikan yang

dihasilkan Karamba Jaring Apung di Waduk Kedung Ombo mencapai 1.430 ton,

dan 1.273,95 ton di antaranya adalah ikan nila merah (Oreochromis Sp). Jenis nila

merah memang menjadi andalan budidaya perikanan Kabupaten Sragen, sebab

mudah penanganannya. Nila merah mempunyai laju pertumbuhan yang cepat,

dapat mencapai ukuran 400-600 gram dalam waktu 6 bulan, tahan terhadap

kualitas air yang kurang baik, mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru

dan daya reproduksinya cepat. Harga jual nila merah dan gurame relatif stabil. Di

pasar lokal, harga jual nila merah ke tangan konsumen mencapai Rp 12.000,00

per kilogram, sedangkan gurame tiap kilogramnya dibanderol Rp. 17.500,00.

Sementara harga ikan lele, cenderung fluktuatif, bergerak pada kisaran Rp

5.700,00 hingga Rp 8.000,00 per kilogram.

Penambahan nilai jual juga dilakukan dengan perintisan usaha kerajinan

pemanfaatan kulit ikan nila yang bisa digunakan untuk pembuatan tas, sepatu,

dompet dll. Demikian juga dengan Nila Hitam, rencananya mulai tahun 2008 akan

diadakan budidaya nila terpadu melaui instansi terkait untuk meningatkan nilai

tambah komoditi ini. Komoditi nila hitam bisa dimanfaatkan untuk ikan asap,

fillet dan abon ikan. Saat ini produksi ikan nila merah yang sudah mampu

diekspor sebesar 30% sedangkan untuk permintaan lokal sebesar 70%.

Karamba Jaring Apung di Waduk Kedung Ombo masih berpeluang besar

untuk dikembangkan. Di lokasi yang ada sekarang, masih memungkinkan untuk

menambah jumlah karamba hingga 800 petak lagi. Jika lancar, masa panen dapat

dilakukan 3 kali dalam setahun. Dari masing-masing karamba, peternak dapat

memanen 800 kg-1000 kg ikan (jenis nila merah). Sehingga dengan harga jual

mencapai Rp 12.000 per kilogram, peternak karamba dapat meraup omzet hingga

Rp 36 juta.

b. Udang Galah dan Lobster

Produk unggulan Sragen di bidang perikanan selain nila merah yaitu udang

galah dan lobster. Selain dikembangkan oleh petani rakyat, Pemerintah Daerah

juga mempunyai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Aneka Usaha Ikan

Kabupaten Sragen. Pemasaran udang galah sudah sampai ke Yogyakarta dan

Klaten. Selain udang galah dan lobster air tawar, di UPTD. Perikanan Kabupaten

Sragen juga dibudidayakan ikan nila, lele, patin, dan gurame yang pemasarannya

telah sampai ke Banyumas, Klaten, Demak dan daerah lain di Jawa Tengah.

Page 29: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

24

7. Sektor Peternakan

a. Sapi Brangus

Budidaya Sapi Brangus sangat populer di kalangan peternak Sragen. Pada

tahun 2005, populasi sapi Brangus di Kabupaten Sragen mencapai 7.895 ekor

yang tersebar di 20 kecamatan. Budidaya ternak sapi Brangus telah dikenal oleh

masyarakat Sragen sejak tahun 1981, yang diiringi dengan pembangunan pusat

pembibitan Sapi Brangus. Selama ini pasokan semen beku masih diperoleh dari

Balai Insemenasi Buatan (BIB) Lembang dan Ungaran. Namun saat ini

Kabupaten Sragen telah ditetapkan sebagai pusat pembibitan sapi Brangus satu-

satunya di Jawa Tengah. Sampai tahun 2000, telah terdapat tujuh kawasan

pembibitan sapi Brangus di Sragen yakni; Desa Pringanom Kecamatan Masaran,

Desa Tenggak Kecamatan Sidoharjo, Desa Dawung Kecamatan Sambirejo, Desa

Wonorejo Kecamatan Kedawung, Desa Karanganyar Kecamatan Plupuh,Desa

Tegalrejo Kecamatan Gondang, dan Desa Gringging Kecamatan Sambungmacan.

Sapi Brangus yang dikembangkan di Kabupaten Sragen merupakan jenis

persilangan dari Sapi American Brahman dan Aberden Angus yang

direproduksikan secara Artificial Inseminations (inseminasi buatan) atau awam

lazim menyebutnya kawin suntik. Sapi Brangus bersama sapi jenis Brahman biasa

dipelihara sebagai ternak potong – untuk diambil dagingnya. Usaha peternakan

sapi Brangus di Sragen boleh dikatakan telah menerapkan prosedur dan teknik

yang maju. Buktinya, budidaya sapi Brangus yang dilakukan warga Sragen sudah

berbentuk peternakan dengan kandang komunal. Sistem kandang komunal

didesain menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi ternak dalam jumlah besar,

melindungi dari terik matahari, hujan, angin, pencurian, gangguan, binatang buas.

Dan yang lebih penting lagi, kandang komunal memiliki aksesbilitas tinggi untuk

memudahkan pengelolaan dan pemeliharaan.

E. Obyek Wisata

1. Museum Purbakala Sangiran

Museum Sangiran terletak di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe. Secara

adminitistratif, Desa Krikilan terdiri dari 11 dukuh dan 22 rukun tetangga. Luas

Desa Krikilan adalah 448,26 Ha yang terdiri dari tanah sawah seluas 64,42 Ha dan

tanah kering seluas 384,84 Ha. Museum Sangiran merupakan objek wisata

menarik yang berada di dalam kawasan Kubah Sangiran. Kubah tersebut terletak

di Depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (kurang lebih 17 km dari Kota Solo).

Sangiran merupakan contoh gambaran kehidupan manusia masa lampau karena

situs ini merupakan situs fosil manusia purba paling lengkap di Jawa. Luasnya

mencapai 56 km2 yang meliputi tiga kecamatan di Kabupaten Sragen, yaitu

Kecamatan Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh serta satu kecamatan di Kabupaten

Karanganyar, yaitu Kecamatan Gondangrejo.

Sangiran merupakan situs terpenting untuk perkembangan berbagai bidang

ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di bidang antropologi, arkeologi,

biologi, paleoanthropologi, geologi, dan tentu saja untuk bidang kepariwisataan.

Keberadaan Situs Sangiran sangat bermanfaat untuk mempelajari kehidupan

manusia pra sejarah karena situs ini dilengkapi dengan fosil manusia purba, hasil-

hasil budaya manusia purba, fosil flora dan fauna purba beserta gambaran

stratigrafinya.

Page 30: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

25

Sangiran dilewati oleh sungai yang sangat indah, yaitu Kali Cemoro yang

bermuara di Bengawan Solo. Daerah inilah yang mengalami erosi tanah sehingga

lapisan tanah yang terbentuk nampak jelas berbeda antara lapisan tanah yang satu

dengan lapisan tanah yang lain. Lapisan-lapisan tanah inilah yang hingga

sekarang banyak ditemukan fosil-fosil manusia maupun binatang purba.

2. Menara Pandang dan Wisma Sangiran

Peningkatan pelayanan kepada para wisatawa yang diupayakan di Kawasan

Sangiran adalah dengan dibangun Menara Pandang dan Wisma Sangiran. Para

wisatawan bisa menikmati keindahan dan keasrian panorama di sekitar Kawasan

Sangiran dari ketinggian lewat Menara Pandang Sangiran yang dilengkapi dengan

teropong. Wisma Sangiran ini berbentuk joglo (rumah adat Jawa Tengah) dengan

ornamen-ornamen khas Jawa yang dilengkapi dengan pendopo sebagai lobby.

Keberadaan Wisma Sangiran ini sangat menunjang kegiatan yang dilakukan oleh

para tamu atau wisatawan khususnya bagi mereka yang sedang melakukan

penelitian (research) di Kawasan Sangiran. Wisma Sangiran memiliki fasilitas-

fasilitas yang memadai, antara lain: deluxe room, sebanyak dua kamar dilengkapi

dengan double bed, bath tub dan shower, washtafel, meja rias dan rak; standard

room, sebanyak tiga kamar dilengkapi dengan double bed, bak mandi, washtafel,

dan meja rias; Ruang Keluarga yang dilengkapi dengan meja dan kursi makan

serta kitchen set; Pendopo (Lobby) yang dilengkapi dengan meja dan kursi; serta

tempat parkir. Selain fasilitas-fasilitas tersebut, juga disediakan mobil (mini train)

untuk memudahkan mobilitas para wisatawan yang berkunjung ke Kawasan

Sangiran.

3. Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus

Sejarah dan Waktu Ziarah di Makam Pangeran Samudro dapat dilaksanakan

setiap hari, Kamis malam Jum’at dan setiap Kamus malam Jumat Pon dan Kamis

malam Jumat Kliwon. Setiap hari selalu ada pengunjung yang berziarah ke

Makam Pangeran Samudro meskipun tidak banyak. Beberapa di antara mereka

bahkan ada yang melakukan suatu pantangan/sesirih tertentu, misalnya melakukan

pati geni selama beberapa hari di sana. Setiap Kamis malam Jumat jumlah

pengunjung lebih banyak dari hari-hari biasa. Setiap Kamis malam Jum’at Pon

dan Kamis malam Jum’at Kliwon merupakan puncak kunjungan

wisatawan/peziarah. Tidak kurang dari 10.000 pengunjung dari berbagai daerah di

Jawa dan luar Jawa datang untuk berziarah di tempat ini. Puncak kunjungan

wisatawan/peziarah di Gunung Kemukus terjadi setiap malam Jumat Pon di bulan

Suro/Muharam. Pengunjung malam Jum’at Pon di bulan Suro/Muharam mencapai

15.000 orang dan pada malam Jum’at Kliwon di bulan Suro/Muharam mencapai

7.000 orang. Pada hari pertama di bulan Suro/ Muharam diadakan ritual

pencucian selambu makam Pangeran Samudro, yang biasa disebut dengan ritual

Larab Slambu/Larab Langse, yang dilanjutkan dengan pentas wayang kulit

semalam suntuk sebagai acara rutin tahunan di objek wisata Gunung Kemukus.

Page 31: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

26

4. Pemandian Air Panas Bayanan

Pemandian Air Panas (PAP) Bayanan merupakan salah satu daerah tujuan

wisata minat khusus yang dimiliki oleh Kabupaten Sragen, dalam hal ini adalah

untuk wisata kesehatan (health tourism) yang dipadukan dengan daya tarik wisata

alam atau ekowisata. Menurut cerita yang berkembang di tengah masyarakat, air

panas Bayanan dianggap memiliki banyak khasiat dalam menyembuhkan berbagai

penyakit, seperti: rematik, gatal-gatal, dan penyakit lainnya. Sehingga oleh orang

terdahulu sumber air panas itu dinamakan “Hyang Tirto Nirmolo”. Ternyata

banyak orang yang mengaku telah merasakan khasiat air tersebut sehingga

menyebabkan semakin banyak pengunjung yang berdatangan untuk membuktikan

sendiri khasiatnya. Selain bisa menyembuhkan berbagai penyakit di atas, air panas

tersebut dipercaya juga bisa menurunkan kadar kolesterol dalam darah,

memulihkan kebugaran tubuh, meningkatkan vitalitas tubuh, memelihara

kesegaran sendi–sendi dan otot, menghilangkan capek-capek, dan membuat awet

muda. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan melakukan aktivitas

olahraga.

5. Kolam Renang Kartika

Kolam Renang Kartika terletak kurang lebih 500 M dari alun-alun Kota

Sragen. Objek wisata ini selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat dari segala

umur, baik pada hari-hari biasa maupun pada hari libur. Di objek wisata tirta yang

satu ini, tidak hanya aktivitas berenang yang ditawarkan, namun berbagai aktivitas

menarik lain juga bisa dilakukan. Karena selain sebagai pusat kegiatan renang,

tempat ini juga berfungsi sebagai taman keluarga dan taman bermain. Sehingga

tidak heran jika banyak orang tua membawa anak-anak mereka ke objek wisata

ini. Kolam Renang Kartika merupakan salah satu objek wisata andalan di Sragen.

Mengingatakan hal tersebut, pemerintah Kabupaten Sragen terus berusaha untuk

mengembangkan dan meningkatkan berbagai fasilitas pendukung yang ada di

Kolam Renang Kartika demi memberikan pelayanan yang terbaik bagi para

pengunjung dan meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan sehingga juga akan

berimbas pada meningkatnya PAD.

6. Desa Wisata Batik Kliwonan

Sentra batik Kliwonan terdapat 85 UKM yang mampu menyerap sekitar

5000 tenaga pembuat batik. Sementara secara keseluruhan terdapat 15.000

pembuat batik yang tersebar di semua wilayah Kabupaten Sragen. Dalam setahun

mereka mampu menghasilkan batik jenis katun sebanyak 50.000 potong dan batik

jenis sutera dari alat tenun bukan mesin sebanyak 365.000 potong. Batik yang

dihasilkan dari sentra industri batik Girli tersebut kemudian disetorkan ke juragan

batik Solo dan diberi label pengepul ataupun dijual langsung ke pemilik kios di

Pasar Klewer Solo. Maka tak mengherankan bila batik Kliwonan alias batik

Sragen menjadi tidak pernah terdengar. Oleh sebab itu, Pemerintah Kabupaten

Sragen lalu menetapkan sentra batik Girli menjadi kawasan wisata terpadu,

dengan nama pencitraan (brandmark) Desa Wisata Batik Kliwonan. Kawasan desa

wisata batik ini sekaligus diarahkan menjadi kawasan kunjungan wisata, pusat

pengembangan, pelatihan, dan pemasaran batik khas Sragen.

Page 32: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

27

7. Seni Musik Kentongan Tua Guno Tengoro

Guno Tengoro adalah kelompok kesenian musik kentongan tuwo (tua) yang

dimotori oleh kelompok tani Gemah Ripah Loh Jinawi dan Muda-Mudi Dukuh

Jantran Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Kentongan

kebanggaan Guno Tengoro berumur 200 tahun. Tingginya 2,25 m dan

berdiameter dua pelukan orang dewasa. Kentongan raksasa berbobot lebih dari

sekuintal itu difungsikan sebagai bas. Kentongan ini terakhir berada di tangan

mantan Lurah Desa Pilang yang memerintah di tahun 1940-an.

8. Dayu Alam Asri

Kabupaten Sragen telah berdiri sebuah tempat wisata bernuansa pedesaan

yang sangat lengkap dan sarat dengan nilai pendidikan dan hiburan. Dayu Alam

Asri begitulah objek wisata ini dinamakan. Sesuai dengan namanya, tempat wisata

ini sangat dekat dengan nuansa alam nan asri. Terletak di Desa Dayu, Kecamatan

Sragen sekitar 20 km dari Kota Solo; Dayu Alam Asri menyimpan sejuta potensi

yang siap dinikmati oleh para wisatawan dari berbagai usia. Selain karena

keindahan alam pedesaan yang mempesona dengan deretan pohon jati yang

menaungi areal seluas hampir 5 Ha, berbagai fasilitas pendukung telah disediakan

demi kenyamanan para wisatawan yang berkunjung ke tempat ini.

9. Batik Tulis Wayang

Batik tulis adalah suatu hasil karya yang tidak asing lagi bagi masyarakat

Indonesia. Diberbagai wilayah Indonesia banyak ditemui sentra pengrajin batik,

Setiap daerah juga mempunyai keunikan dan kekhasan tersendiri, baik dalam

ragam hias maupun tata warnanya. Salah satu daerah itu adalah Kampung Batik

Pungsari dan Plupuh adalah sebuah desa di wilayah, kecamatan Plupuh,

Kabupaten Sragen. Di Desa ini banyak pengrajin batik, yang rata-rata ibu-ibu

rumah tangga, merupakan Kampung batik yang sangat potensial.

Batik tulis yang di produksi oleh para pengrajin di desa ini jika dicermati di

dalamnya mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai

acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pecinta batik. Nilai-nilai itu

anara lain, kesakralan, keindahan/seni, ketekunan, ketelitian dan kesabaran, nilai

ketekunan, ketelitian dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang

cukup menyita waktu yang panjang dan lama untuk menghasilkan sebuah batik

Tulis yang bagus dan menarik yan disukai oleh banyak orang. Nilai keindahan

dan seni dapat dilihat dari motif yg bermacam-macam misalnya motif wayang

yang sangat di gemari dan laku keras dipasaran.

10. Alun-Alun Sasono Langen Putro

Alun-alun Sasono Langen Putro menjadi sarana hiburan bagi masyarakat di

kota Sragen dan sekitarnya. Hampir setiap malam, banyak warga yang

mendatangi alaun-alun untuk berbelanja, mencari hiburan atau sekedar jalan jalan.

Terlebih bila malam minggu atau malam hari libur, bisa dipastikan selepas

Maghrib, ribuan masyarakat baik laki-laki perempuan, tua muda, dewasa anak-

anak dari berbagai strata masyarakat memadati alun-alun yang terletak didepan

komplek Pemda Sragen tersebut. Daya tarik Alun-alun Sasono Langen Putro

sehingga mampu menarik masyarakat untuk mendatanginya karena berbagai

fasilitas dapat ditemukan ditempat tersebut, selain letaknya yang sangat strategis

dijantung kota Sragen.

Page 33: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

28

F. Aksesibilitas

Aksesibilitas menuju Sragen dapat ditempuh dari dari berbagai daerah

dengan fasilitas kendaraan umum maupun pribadi dengan rute jalur yang mudah

(Gambar 4). Aksesibilitas ditunjang dengan kondisi jalan dan letak wilayah yang

strategis. Aksesibilitas menuju Sragen dapat ditempuh dengan mudah dari kota

besar seperti Jakarta, Surabaya dan Semarang. Letak daerah yang strategis sebagai

penghubung antara Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadikan Kabupaten Sragen

selalu berbenah dalam kelancaran dan kemudahan aksesibilitas.

Aksesibilitas menuju Kabupaten Sragen dapat ditempuh dengan jalur darat.

Jalur darat dilengkapi dengan ketersediaan fasilitas transportasi umum berupa bus

dan kereta api. Aksesibilitas dari daerah lain dapat dimanfaatkan untuk menuju

Kabupaten Sragen. Aksesibilitas yang dapat dimanfaatkan untuk menghubungkan

Kabupaten Sragen dengan daerah lain adalah Kota Surakarta. Aksesibilitas dari

Jakarta menuju Kabupaten Sragen dapat ditempuh dengan pesawat tujuan

Bandara Adi Sumarmo Solo kemudian menggunakan taksi menuju Sragen atau

dengan menggunakan kendaraan umum dari Terminal Tirnonadi menggunakan

bus jurusan Sragen. Alternatif lain dapat menggunakan kereta api tujuan stasiun

Balapan Solo kemudian menggunakan transportasi umum seperti taksi menuju

Sragen atau menggunakan kendaraan umum menuju Terminal Tirtonadi dengan

jarak + 1 km kemudian dilanjutkan dengan menggunakan bus jurusan Sragen.

Aksesibilitas menuju Kabupaten Sragen dari Provinsi Jawa Timur dapat di

tempuh menggunakan bus dengan tujuan Kota Madiun kemudian dilanjutkan

menuju Kabupaten Sragen.

Gambar 3 Peta Aksesibilitas Menuju Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah

Page 34: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

29

IV. METODE PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

A. Lokasi dan Waktu

Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) tentang Perencanaan Ekowisata Kuliner

akan dilakukan di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi kegiatan TA

berada di 20 kecamatan dalam Kabupaten Sragen. Waktu pelaksanaan TA yaitu

selama 45 hari terhitung dari Bulan Januari sampai Maret 2015. Berikut adalah

rencana tata waktu dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini (Tabel 1).

Tabel 1 Rencana Tata Waktu Pelaksanaan TA No Kegiatan November Desember Januari Februari Maret

1. Tahap

Persiapan - Studi

Pustaka

-Penyusunan Proposal

2. Pengumpulan

Data Sekunder TA

3. Pengumpulan

Data Primer TA

4. Pengolahan

dan Analisis Data

5. Revisi data

6. Penyusunan

Laporan Tugas Akhir

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini,

baik berupa alat dan bahan yang digunakan saat pengambilan data hingga

pengelolaan data, secara langsung ataupun tidak langsung. Berikut dalam Tabel 2

tersaji secara lengkap alat dan bahan yang akan digunakan tersebut.

Tabel 2 Alat dan Bahan dalam Tugas Akhir No Alat Fungsi

1. Kamera Semi

Profesional

(Nikon COOLPIX

P520)

Digunakan sebagai alat dokumentasi

2. Tripod Digunakan sebagai alat penyangga kamera

3. Laptop Digunakan mengolah data

4. Alat tulis Menulis data yang dibutuhkan

5. Kuesioner Digunakan untuk menilai suatu objek

6. Buku literature Sebagai acuan dan panduan selama kegiatan Tugas Akhir

7. Tallysheet Sebagai lembar kerja untuk pengumpulan informasi

8. Kuesioner Digunakan untuk mengambil data dari pengunjung, masyarakat, dan

pengelola terkait dengan kegiatan pengelolaan Kuliner, untuk

pengembangan wisata Kuliner.

Page 35: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

30

No Alat Fungsi

9. Peta Kawasan Digunakan untuk peninjauan lokasi kawasan dalam bidang gambar

10. Responden Diperlukan sebagai narasumber dan obyek pengambilan data.

11. Sumberdaya

Kuliner

Bahan obyek yang menjadi fokus pengamatan.

12. Peta Kerja Bahan obyek yang digunakan untuk membantu dalam pendataan

lokasi.

C. Jenis Data

Data yang berkaitan dengan kajian utama yang didapatkan selama kegiatan

TA di lokasi adalah data-data mengenai sumber daya wisata kuliner, data

masyarakat, data wisatawan dan pemerintah. Masyarakat adalah subyek dalam

kegiatan ekowisata yang berperan aktif dalam pelaksanaan perencanaan wisata

yang dirancang. Data berkaitan dengan masyarakat adalah karakteristik, persepsi

dan kesiapan masyarakat. Data berkaitan dengan wisatawan yang diperlukan

dalam perencanaan wisata kuliner adalah karakteristik pengunjung serta

permintaan terhadap kegiatan wisata kuliner. Data terkait pengelola adalah pihak

pemangku kepentingan yang berwenang dalam pelaksanaan perencanaan

ekowisata kuliner. Data utama kajian masing-masing memiliki klasifikasi data

yang harus diperoleh untuk dapat memenuhi tujuan kegiatan TA (Tabel 3).

Data yang diperlukan dalam kegiatan TA memiliki batasan-batasan yang

dimaksudkan untuk fokus terhadap data yang penting dan sesuai dengan tujuan

serta menjelaskan kedalaman materi yang berkaitan dengan kajian. Batasan-

batasan pada tinjauan pustaka adalah teori-teori yang disampaikan oleh para ahli

dengan teori yangs sesuai dengan kajian pada TA. Batasan tinjauan pustaka

adalah teori tentang ekowisata kuliner yang meliputi perencanaan, persepsi dan

motivasi, sumber daya wisata kuliner. Tinjauan pustaka lain yang terkait dengan

perencanaan ekowisata kuliner adalah teori pendukung untuk memperkuat materi.

Sumber daya ekowisata kuliner memiliki tiga aspek penting yang menjadi

klasifikasi data yaitu kuliner tradisional, kuliner favorit dan oleh-oleh. Masing-

masing klasifikasi data memiliki batasan dalam pengambilan data guna

mendapatkan hasil sesuai tujuan TA. Batasan pada sumber sumber daya wisata

kuliner adalah kajian meliputi representasi budaya, representasi masyarakat,

higienitas makro, penentuan kadaluwarsa, klasifikasi umum, eksistensi kuliner,

waktu konsumsi, penyajian, nilai kegunaan, fungsi sosial, rasa, tekstur, kemasan,

warna, daya tahan, cara masak, alat penyajian makanan, alat bantu masak, alat

bantu makan, alat produksi, prosesi makan, sumber bahan baku makanan, bumbu,

kandungan zat makanan, vitamin dan gastronomi. Klasifikasi umum menjelaskan

mengenai jenis makanan kedalam kategori makanan yang ditentukan yang

meliputi makanan utama, cemilan dan minuman. Batasan terkait dengan eksistensi

kuliner adalah mengkategorikan berdasarkan familiar yang merupakan makanan

yang masih sangat dikenal oleh masyarakat. Kategori selanjutnya adalah recall

yang termasuk makanan yang cukup dikenal oleh masyarakat tetapi perlu

penggalian memori lebih dalam menyebutkannya. Kategori yang terakhir adalah

pass known alah untuk makanan yang sudah tidak dikenal oleh masyarakat.

Batasan terkait dengan waktu konsumsi adalah dibedakan pada pagi, siang,

sore dan malam hari. Batasan terkait dengan penyajiannya adalah disajikan dalam

kondisi panas (>60oC), kondisi sedang (240C-40C) dan dingin (<40C). Batasan

Tabel 2 Lanjutan

Page 36: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

31

terkait dengan nilai kegunaan dikategorikan berdasarkan makanan keseharian,

makanan kesehatan, acara pernikahan, acara kelahiran, acara kematian acara

keagamaan dan acara adat. Batasan terkait fungsi sosial dikategorikan berdasarkan

fungsi psikologis, fungsi religi, fungsi fisiologis, fungsi status dan simbol

kekuasaan. Batasan terkait rasa dikategorikan berdasarkan manis, asam, pahit,

pedas, asin, tawar. Batasan terkait dengan tekstur dikategorikan berdasarkan

keras, lembek, cair dan beku. Batasan terkait dengan kemasan adalah tidak

terbungkus, plastik, daun dan kertas. Batasan terkait dengan warna adalah gelap,

terang, tidak berwarna dan beraneka warna. Batasan terkait dengan daya tahan

adalah harian, mingguan, bulanan dan tahunan.

Batasan terkait dengan cara masak dikategorikan berdasarkan dikukus,

direbus, digoreng, dibakar, disangrai dan dikonsumsi mentah. Alat penyajian

makanan dibatasi berdasarkan modern dan tradisional berkaitan dengan peralatan

yang digunakan. Alat bantu makan dibatasi pada peralatan umum yang digunakan

untuk prosesi makan. Alat produksi memiliki batasan berkaitan dengan peralatan

yang digunakan dalam menciptakan masakan tersebut. Alat bantu masak memiliki

batasan yang dibedakan menjadi modern dan tradisional yang memiliki perbedaan

piranti.

Prosesi makan memiliki batasan terkait dengan pola-pola atau peraturan

terkait dengan teknis yang dilakukan pada saat menikmati kuliner. Sumber bahan

baku makanan memiliki batasan yaitu bahan makanan pokok, bahan makanan

lauk pauk, bahan makanan sayur mayur protein nabati yang terdiri dari root

vegetables, green vegetables dan bahan makanan buah-buahan. Bumbu memiliki

batasan bumbu segar, bumbu kering dan bumbu jadi. Kandungan zat makanan

memiliki zat makanan terkait dengan karbohidrat, protein hewani, protein nabati,

lemak hewani, lemak nabati, air dan mineral. Batasan vitamin adalah kandungan

vitamin dari setiap masakan. Gastronomi adalah seni dari kuliner yang

dihubungkan dengan kebudayaan pada lokasi penelitian. Gastronomi mencakup

semua klasifikasi data pada kuliner dengan pembahasan secara lebih rinci dan

terkait dengan seni atau tata boga.

Batasan pada data mengenai masyarakat adalah berkaitan dengan

karakteristik, persepsi dan kesiapan yang ditentukan secara acak pada keselurhan

lokasi penelitian. Batasan kajian mengenai masyarakat adalah sesuai dengan

kuesioner yang diperuntukkan kepada masyarakat. Batasan pada wisatawan

adalah penentuan responden secara acak dengan wisatawan yang melakukan

kegiatan wisata baik kuliner maupun wisata lain dengan ketentuan responden

mengetahui atau memahami terkait dengan sumber daya kuliner yang berada pada

lokasi penelitian. Batasan pada akademisi adalah penilaian sumber daya kuliner

sesuai dengan indikator penilaian pada kuesioner yang disediakan. Batasan

mengenai pengusaha adalah terkait dengan karakteristik dan persepsi yang

diperuntukkan oleh pengusaha yang berkaitan dengan sumber daya kuliner.

Batasan pada akademisi adalah terkait dengan kelayakan pada komponen kuliner

yang disediakan kuesioner dengan indikator makro. Batasan terhadap pengelola

adalah persepsi yang tersedia pada kuesioner.

Page 37: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

32

Tabel 3. Jenis Data dalam Tugas Akhir No Jenis Data Klasifikasi Data Cara Pengambilan

Data

Sumber Data

1. Sumber Daya

Kuliner

a. Klasifikasi Umum Wawancara Pengusaha,

Masyarakat

b. Eksistensi Kuliner Observasi Langsung

(Identifikasi dan

Pengamatan)

Pengusaha,

Masyarakat

c. Waktu Konsumsi Wawancara Pengusaha,

Masyarakat

d. Penyajian Wawancara Pengusaha,

Masyarakat

e. Nilai Kegunaan Observasi Langsung

(Pengamatan),

Wawancara

Pengusaha,

Masyarakat

f. Fungsi Sosial Observasi Langsung

(Pengamatan),

Wawancara

Pengusaha,

Masyarakat

g. Rasa Wawancara Wisatawan,

Pengusaha,

Masyarakat

h. Tekstur Observasi Langsung Pengusaha,

Masyarakat

i. Kemasan Observasi Langsung

(Pengamatan),

Wawancara

Pengusaha,

Masyarakat

j. Warna Observasi Langsung Pengusaha,

Masyarakat

k. Daya Tahan Wawancara Pengusaha,

Masyarakat

l. Cara masak Wawancara, Studi

Literatur

Pengusaha,

Masyarakat

m. Alat Penyajian

Makanan

Observasi Langsung

(Pengamatan),

Wawancara

Pengusaha,

Masyarakat

n. Alat Bantu Makan Observasi Langsung

(Pengamatan),

Wawancara

Pengusaha,

Masyarakat

o. Alat Produksi Observasi Langsung

(Pengamatan),

Wawancara

Pengusaha,

Masyarakat

p. Alat Bantu Masak Observasi Langsung

(Pengamatan),

Wawancara

Pengusaha,

Masyarakat

q. Prosesi Makan Observasi Langsung

(Pengamatan),

Wawancara

Pengusaha,

Masyarakat

r. Sumber Bahan

Baku Makanan

Observasi Langsung

(Pengamatan),

Wawancara

Pengusaha,

Masyarakat

s. Bumbu Observasi Langsung

(Pengamatan),

Wawancara

Pengusaha,

Masyarakat

t. Kandungan Zat

Makanan

Observasi Langsung

(Pengamatan),

Wawancara

Pengusaha,

Masyarakat

u. Vitamin Observasi Langsung

(Pengamatan),

Pengusaha,

Masyarakat

Page 38: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

33

No Jenis Data Klasifikasi Data Cara Pengambilan

Data

Sumber Data

Wawancara

v. Gastronomi Observasi Langsung

(Pengamatan),

Wawancara

Akademisi, Buku

Teks, Jurnal, Website

w. Representasi

Budaya dan

Masyarakat

Observasi Langsung

(Pengamatan),

Wawancara

Masyrakat,

Budayawan

x. Higienitas Makro Observasi Langsung

(Pengamatan),

Wawancara

Indikator Penilaian

y. Penentuan

Kadaluwarsa

Observasi Langsung

(Pengamatan),

Wawancara

Indikator Penilaian

2. Masyarakat a. Karakteristik Kuesioner dengan

random sampling

Rekapitulasi dan

Tabulasi

b. Persepsi

Masyarakat

Kuesioner dengan

random sampling

Rekapitulasi,

Skoring, Pembobotan

c. Kesiapan

Masyarakat

Kuesioner dengan

random sampling

Aspek Jawaban

3. Wisatawan a. Karakteristik Kuesioner dengan

random sampling

Rekapitulasi dan

Tabulasi

b. Motivasi Kuesioner dengan

random sampling

Aspek Jawaban

c. Persepsi Kuesioner dengan

random sampling

Rekapitulasi,

Skoring, Pembobotan

4. Pengusaha a. Karakteristik Kuesioner dengan

distribusi normal

Rekapitulasi dan

Tabulasi

b. Persepsi

Pengusaha

Kuesioner dengan

distribusi normal

Rekapitulasi,

Skoring, Pembobotan

c. Kesiapan

Pengusaha

Kuesioner dengan

distribusi normal

Aspek Jawaban

5. Pengelola a. Karakteristik Kuesioner Pengelola Rekapitulasi

b. Persepsi Pengelola Kuesioner Pengelola Rekapitulasi,

Skoring, Pembobotan

c. Kesiapan

Pengelola

(Anggran,

Institusi)

Kuesioner Pengelola Aspek Jawaban

D. Metode Pengambilan Data

Kegiatan penggalian data potensi sumberdaya kuliner dan data lain

merupakan salah satu aspek vital dalam proses perencanaan ekowisata kuliner.

Penggunaan metode yang berkaitan merupakan upaya yang harus dilakukan agar

penggalian data potensi sumber daya kuliner dan data lain berjalan dengan efektif.

Metode yang digunakan antara lain ialah metode studi pustaka/literatur, observasi

langsung, wawacara dan kuesioner. Metode dalam observasi langsung meliputi

kegiatan pengamatan lapang, identifikasi, inventarisasi, dokumentasi dan jelajah.

1. Sumber Daya Ekowisata Kuliner

Metode pengambilan data sumber data ekowisata kuliner dengan observasi

langsung, wawancara dan studi literatur. Metode observasi langsung meliputi

kegiatan pengamatan dan dokumentasi. Penggunaan metode observasi langsung

Tabel 3 lanjutan

Page 39: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

34

merupakan suatu cara penelitian yang paling sesuai bagi para ilmuwan yang tidak

memerlukan biaya yang banyak (Bachtiar dalam Koentjaraningrat 1990).

Pengamatan sebagai cara penelitian menuntut dipenuhinnya syarat-syarat tertentu

yang merupakan jaminan bahwa hasil pengamatan memang sesuai dengan

kenyataan yang menjadi sasaran perhatian. Metode observasi langsung yang

digunakan untuk sumber daya kuliner adalah dengan melihat, memandang,

mengamati, merasakan sehingga menghasilkan suatu kesimpulan terhadap kuliner

tersebut.

Metode observasi juga dapat terbantu dengan cara pendokumentasian yang

berguna untuk menyimpan hasil pengamatan sehingga dapat dijadikan bukti atau

analisa lanjutan terhadap sumber daya kuliner. Obervasi lapang dengan

pengamatan harus dilakukan dengan daya pengamatan yang baik sehingga hasil

yang didapatkan sesuai dengan kenyataan pada saat pengamatan. Pengamatan

memiliki sasaran pengamatan sehingga tidak akan menghadapi kesukaran dalam

menentukan obyek yang diperhatikan, diamati dengan seksama dan tidak

mengabaikan aspek penting lainnya (Bachtiar dalam Koentjaraningrat 1990).

Pengamatan dilakukan dengan merepresentasikan fakta yang kemudian diolah

lebih lanjut dengan pencatatan hasil pengamatan. Kuliner yang menjadi obyek

penelitian menggunakan alat bantu berupa tallysheet atau lembar kerja sehingga

data yang diperoleh dapat terperinci dan parameter yang diukur saling sesuai antar

obyek. Metode observasi langsung memiliki keunggulan yaitu untuk

meningkatkan ketepatan dalam melaporkan hasil pengamatan atau yang bisa

disebut dengan pengamatan terkendali (controlled observation).

Metode lain yang digunakan dalam pengumpulan data terkait dengan

sumber daya ekowisata kuliner adalah metode wawancara. Metode wawancara

atau metode interview, mencakup cara yang dipergunakan untuk mendapatkan

keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden dengan bercakap-

cakap berhadapan muka (Koentjaraningrat 1990). Wawancara yang dipergunakan

dalam penelitian kuliner ini bertujuan mengumpulkan keterangan tentang berbagai

jenis data yang diperlukan. Hasil wawancara kemudian dapat dicatat dengan

beberapa cara yaitu pencatatan langsung, pencatatan dari ingatan, pencatatan

dengan alat recording, pencatatan dengan field rating, dan pencatatan dengan field

coding (Koentjaraningrat 1990). Pencatatan lansung merupakan pencatatan yang

diutamakan dalam kegiatan wawancara. Pencatatan dari ingatan memiliki

keunggulan dengan suasana santai yang diciptakan sehingga responden tidak

merasa canggung. Pencatatan dengan alat recording memiliki keunggulan dalam

memberikan informasi secara lengkap bahkan sampai detail-detail kecil.

Pencatatan dengan field rating atau dengan angka-angka atau kata-kata yang

menilai merupakan metode wawancara dengan menggunakan alat bantu kuesioner

yang dapat memperhitungkan jawaban dalam golongan yang diberi angka nilai

atau kata nilai. Pengukuran nilai dilakukan dengan skala likert yang

merepresentasikan setiap penilaian dari keadaan yang paling tidak sesuai hingga

keadaan yang paling sesuai. Pencatatan data wawancara dengan field codimg atau

kode memiliki keunggulan dalam mempermudah pencatatan jawaban dari

pertanyaan tertutup susunan daftar pertanyaan wawancara atau kuesioner. Kode

tersebut juga dapat digunakan dalam penulisan hasil pada tallysheet sehingga

lebih efisien.

Page 40: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

35

Studi literatur digunakan untuk memperkuat hasil yang didapatkan dari

observasi langsung atau wawancara. Studi literatur mengenai kuliner lebih

ditekankan kepada kasus-kasus yang lebih spesifik seperti kandungan vitamin,

kandungan zat makanan dan gastronomi yang memerlukan kajian lebih untuk

mendapatkan data yang akurat. Studi literatur dapat diperoleh melalui jurnal, buku

teks atau pustaka-pustaka lain yang memuat tentang kuliner.

Metode pengambilan data untuk sumber daya ekowisata kuliner dibedakan

secara lebih rinci berdasarkan masing-masing jenis data yang diidentifikasi.

Metode pengambilan data berdasarkan jenis kuliner dibedakan menjadi metode

pengambilan data untuk kuliner tradisional, kuliner favorit dan oleh-oleh. Metode

pengambilan data secara rinci adalah sebagai berikut.

a. Kuliner Tradisional

Pengambilan data terkait dengan kuliner tradisional sesuai dengan jenis data

yang dibutuhkan adalah menggunakan metode observasi, wawancara dan studi

literatur. Metode observasi menggunakan alat bantu berupa kuesioner yang

berkaitan dengan representasi budaya dan masyarakat (Lampiran 1). Kuesioner

dari representasi budaya dan masyarakat berisikan daftar dari rangkaian

pertanyaan yang terkait dengan kuliner dilihat dari fungsi sosial terutama yang

dipergunakan sebagai kuliner penting dalam menunjang tradisi pada setiap alur

kehidupan dalam masyarakat.

Kuesioner dari representasi budaya dibagikan kepada 3 responden pada

setiap kecamatan. Kuesioner diisi oleh responden yang memahami tentang

representasi kuliner sebagai bagian dari budaya masyarakat. Kuesioner terkait

dengan representasi kuliner yang dipergunakan sebagai penunjang tradisi dalam

masyarakat tertama dalam alur kehidupan masyarakat dari mulai kelahiran hingga

kematian. Kuesioner menggunakan skala 1-7 dengan tingkatkan sangat tidak

diperlukan hingga sangat diperlukan. Kuesioner ini berisi daftar kuliner yang

diduga dipergunakan atau bermanfaat sebagai bagian dari tradisi masyarakat.

Daftar kuliner tersebt kemudian diolah berdasarkan tingkat keperluan berdasarkan

skala yang ada. Hasil akhir dari daftar kuliner tersebut merupakan kuliner yang

memang diperlukan dalam tradisi masyarakat sehingga pada repesentasi

masyarakat dapat diketahui tingkat pengetahuan dan kepentingan masing-masing

kuliner untuk masyarakat.

Kuesioner representasi masyarakat memiliki kesamaan dengan representasi

budaya. Hal yang membedakan adalah jumlah dan petimbangan pada responden.

Representasi budaya menggunakan 30 responden pada setiap kecamatan dengan

batasan usia yaitu pada tingkatan dewasa. Kuesioner represenyasi masyarakat

merupakan penilaian masyarakat dari segi pemahaman terhadap kuliner

tradisional yang dipergunakan dalam tradisi pada alur kehidupan dari mulai

kelahiran hingga kematian dengan indikator tahu atau tidak tahu disertai dengan

tingkatan pengetahuan. Tingkatan pengetahuan tersebut kemudian dikembangkan

dengan skala keperluan kuliner untuk kegiatan budaya yang ada di dalam

masyarakat. Tingkatan pengetahuan menggunakan skala 1-7 dengan pengertian

sangat tidak diperlukan hingga sangat diperlukan.

Page 41: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

36

b. Kuliner Favorit

Metode pengambilan data pada kuliner favorit adalah dengan menggunakan

metode observasi, wawancara dan studi literatur. Metode observasi yaitu dengan

investigasi dengan memandang, melihat, mengamati dan pendokumentasian serta

menggunakan alat bantu berupa tallysheet. Metode observasi tersebt dilakukan

dengan mendatangi lokasi-lokasi yang terdapat kuliner favorit untuk dinilai

dengan indikator kebersihan yang tercantum dalam tallysheet (Lampiran 1).

Tallysheet yang dipergunakan merupakan tabel yang berisi daftar penilaian yang

terkait dengan higienitas makro dengan penilaian secara individu dengan

mengetahui kondisi aktual dari obyek yang diamati. Tallysheet yang berkaitan

dengan higienitas makro tersebut dinilai dengan skala 1-7 yaitu dari sangat tidak

bersih hingga sangat bersih.

c. Oleh-Oleh

Metode pengambilan data terkait dengan oleh-oleh adalah dengan

menggunakan metode observasi, wawancara dan studi literatur. Metode observasi

dan wawancara dilakukan secara bersamaan untuk mendukung kegiatan di

lapangan. Studi literatur dipergunakan sebagai media pelengkap data terkait

dengan oleh-oleh baik sebelum atau sesudah diperoleh data di lapangan. Metode

observasi yang dilakukan adalah memandang, melihat, mengamati dan

pendokumetasian. Metode observasi juga dibantu dengan adanya tallysheet yang

berisi aspek-aspek penilaian yang kemudian dinilai dengan indikator penilaian

dengan skala 1-7 (Lampiran 1). Aspek penilaian tersebut meliputi cara

menyimpan, ruang penyajian serta penentuan kadaluwarsa. Indikator penilaian

dengan skala 1-7 tersebut terkait dengan kebersihan yaitu mulai sangat tidak

bersih hingga sangat bersih dan pada penentuan kadaluwarsa adalah dari mulai

sangat tidak layak hingga sangat layak.

2. Masyarakat

Data masyarakat meliputi karakteristik, persepsi, kesiapan masyarakat dan

keterlibatan masyarakat melalui penyebaran kuesioner yang bersifat close ended

yaitu kuesioner dengan pilihan jawaban yang telah disediakan. Masyarakat yang

heterogen dijadikan sebagai responden dengan menggunakan sebaran normal dan

tidak ada kelas tertentu dalam penentuan kelayakan responden. Masyarakat yang

bersedia menjadi responden dan memahami pertanyaan dari kuesioner maka dapat

dijadikan sebagai narasumber penelitian.

Kabupaten Sragen terdiri dari 20 kecamatan dengan jumlah penduduk

sebesar 896.021 (BPS 2014). Penentuan sampel menggunakan jumlah penduduk

dengan menggunakan rumus Slovin (Ariola 2006). Penentuan sampel tersebut

adalah sebagai berikut.

𝑛 =𝑁

1 + 𝑁𝑒

Pengambilan sampel dengan rumus Slovin digunakan untuk menentukan

responden yang akan dilakukan penyebaran kuesinoner. Kuesioner yang

disebarkan bersifat close ended (Lampiran 2) yaitu bentuk kuesioner yang

Keterangan:

n : Penentuan sampel

N : Ukuran populasi

e : Persentase ketidaktelitian pengambilan sampel (10%)

Page 42: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

37

menggunakan pilihan jawaban sehingga mempermudah responden untuk mengisi

kuesioner.

𝑛 =𝑁

1 + 𝑁𝑒

𝑛 =896.021

1 + 896.021𝑥 102%

𝑛 = 100

Jumlah responden untuk masyarakat sesuai dengan perhitungan jumlah

penduduk adalah 100 responden. Responden dengan jumlah 100 tersuebut

merupakan keseluruhan sampel yang harus diperoleh. Penentuan sampel

kemudian dilakukan pada setiap kecamatan sesuai dengan jumlah penduduk pada

setiap kecamatan untuk mendapatkan jumlah sampel yang sesuai dan seimbang

berdasarkan persentase jumlah penduduk kabupaten dengan masing-masing

kecamatan. Jumlah sampel yang akan diambil sebagai sampel adalah sebanyak

100 responden yang kemudian akan ditentukan dengan menggunakan teknik

stratified random sampling. Stratified random sampling dilakukan untuk

melakukan penyebaran kuesioner dengan menentukan jumlah responden di setiap

kecamatan.

𝑛h=𝑁ℎ

𝑁𝑥 𝑛

3. Wisatawan

Data mengenai wisatawan yang diperlukan dalam kegiatan TA yaitu

karakteristik, motivasi serta persepsi mengenai perencanaan ekowisata kuliner.

Data tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan metode observasi langsung

dan penyebaran daftar pertanyaan (kuesioner). Kegiatan observasi dilakukan

dengan mengunjungi dan mengamati langsung wisatawan atau pengunjung di

lokasi yang terdapat potensi kuliner khas dan dilanjutkan dengan penyebaran

daftar pertanyaan atau kuesioner. Daftar pertanyaan disusun dengan pola close

ended (pilihan ganda), dimana dalam pola ini wisatawan atau pengunjung dapat

langsung memilih jawaban dari aspek yang telah disediakan.

Metode penarikan sampel secara kebetulan adalah proses pengambilan

sampel yang dilakukan tanpa perencanaan yang saksama (Kusmayadi 2004).

Responden yang dimintai informasi secara kebetulan yang terdapat di lokasi

kuliner. Lokasi kuliner untuk penyebaran kuesioner diperoleh dari penilaian

asesor dan pemilihan responden berdasarkan perbandingan waktu hari kerja dan

pekan. Batasan dari responden adalah seseorang yang bersedia untuk mengisi

kuesioner yang disebarkan. Jumlah tersebut dianggap telah mewakili populasi

yang ada dalam klasifikasi actual demand yang selalu datang, pengunjung

potential demand yang berpotensi datang, atau pengunjung dengan klasifikasi

latend demand. Hal ini dikarenakan tidak diketahuinya jumlah pengunjung yang

datang per-periode tertentu di setiap lokasi kuliner. Metode pengambilan

Keterangan :

nh : Penentuan sampel ke-h

Nh : Populasi ke-h

n : Sampel

N : Populasi

Page 43: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

38

kuesioner dilakukan dengan menggunakan close ended dan teknik pengambilan

responden metode penarikan sampel secara kebetulan.

4. Pengelola

Data dari pemerintah yaitu meliputi karakteristik, persepsi dan kesiapan

pengelola atas perencanaan ekowisata kuliner yang akan dilakukan pada kawasan.

Pengambilan data kepada pihak pemerintah dilakukan karena pemerintah

merupakan pihak yang mempunyai peran untuk mendukung aspek komparatif-

edukatif dalam proses analisis kuantitatif dan kualitatif atau penilaian potensi

ekowisata kuliner di Kabupaten Sragen dengan menggunakan indikator penilaian

potensi Avenzora dalam Avenzora (2008). Pengambilan data pihak pengelola

dilakukan dengan wawancara dan mengajukan kuesioner untuk kemudian

dilakukan observasi terhadap informasi yang diperoleh dari hasil data kuesioner.

Pihak pengelola yang disebutkan yaitu para pemangku kebijakan terkait

dengan perencanaan ekowisata kuliner. Pengelola terkait diantaranya adalah dinas

pariwisata, kebudayaan, pemuda dan olahraga (Disparbudpora) Kabupaten

Sragen. Pemerintah yang berwenang membuat kebijakan dalam pelaksanaan

teknis perencanaan ekowisata kuliner diidentifikasi sesuai dengan wewenang

masing-masing dalam dinas tersebut. Pelaksana teknis dalam perencanaan

kemudian dijadikan sebagai responden dalam persepsi pemerintah terkait dengan

perencanaan kuesioner.

E. Metode Perancangan Program Ekowisata

Program ekowisata merupakan produk ekowisata yang dapat dihasilkan

dengan memanfaatkan sumber daya wisata yang ada. Program ekowisata kuliner

yang merupakan produk ekowisata bertujuan untuk menggugah pasar dengan

keinginan dan kebutuhan terhadap ekowisata kuliner. Program ekowisata lebih

mendatangkan keuntungan apabila disusun dengan pendekatan rekreasi yang

mengutamakan kepuasan individu dengan pelayanan yang baik (Fennell 2002).

Perencanaan yang lebih mengarah pada pendekatan individu tersebut terkait

dengan recreation demand yang meliputi kajian mengenai umur, pendidikan dan

pendapatan.

Perencanaan program ekowisata kuliner dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu dengan scientific planning dan apriory planning (Avenzora 2008).

Perancangan program ekowisata kuliner ini lebih ditekankan pada scientific

planning yang terdiri dari beberapa langkah. Langkah-langkah tersebut adalah

demand approach, resources approach dan behaviour. Pendekatan demand atau

permintaan dapat dilakukan dengan metode wawancara dengan alat bantu

kuesioner. Pendekatan permintaan tersebut berfungsi untuk mengetahui

karakteristik serta permintaan wisatawan terhadap ekowisata kuliner. Pendekatan

sumber daya adalah dengan mengetahui sumber daya kuliner unggulan

berdasarkan penilaian indikator. Pendekatan sumber daya tersebut bertujuan untuk

membuat program yang menjadi minat wisatawan. Pendekatan perilaku adalah

dengan mengetahui perilaku wisatawan dalam melakukan kegiatan menikmati

kuliner sehingga dapat memahami keinginan pasar dan program dapat lebih

diminati oleh wisatawan.

Page 44: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

39

Perancangan program ekowisata kuliner juga harus mempertimbangkan

beberapa hal dalam pengambilan keputusan sebelum program dibuat.

Pertimbangan tersebut adalah orisinalitas rencana, keunikan, kompetitor, trend

characteristic, time-frame, efisiensi dan efektifitas biaya dan kondisi aktual

(Avenzora 2008). Perencanaan dalam pembuatan program ekowisata pada

akhirnya dibuat dengan menggabungkan antara scientific planning dan apriory

planning. Apriory planning yang merupakan perencanaan dengan intuisi individu

diperlukan dalam perencanaan program untuk mengembangkan kreatifitas dalam

merencanakan suatu program yang unik dengan didukung atau bersesuaian

dengan kondisi aktual yang didapatkan dari analisis scientific planning.

Perencanaan program ekowisata kuliner dibedakan menjadi perencanaan

harian, menginap dan tahunan. Program ekowisata harian merupakan program

yang dapat dinikmati setiap hari sesuai dengan permintaan wisatawan. Program

wisata menginap dibuat dengan konsep paket wisata yang merupakan kumpulan

dari beberapa program. Program ekowisata kuliner tahunan dibuat dalam bentuk

event berupa festival yang menjadikan masyarakat luas sebagai target pasar.

Program ekowisata kuliner tahunan dibuat dalam skala yang besar dengan

melibatkan stakeholder yang ada di Kabupaten Sragen. Festival tersebut juga

dikombinasikan dengan kebudayaan masyarakat Kabupaten Sragen sehingga

event tersebut menjadi lebih dinamis dan menarik.

F. Metode Pembuatan Luaran Media Promosi

Luaran yang dihasilkan dari perencanaan ekowisata Kuliner di Kabupaten

Sragen yakni berupa media promosi audio visual yang mempunyai fungsi dan

tujuan untuk memberi informasi dari potensi wisata serta sebagai pemasaran

kawasan wisata.

Media promosi dalam bentuk audio visual atau film merupakan salah satu

media yang efisien bagi promosi atau informasi suatu obyek, hal tersebut

dikarenakan film mempunyai kelebihan yaitu berupa menyampaikan informasi

dalam gambar bergerak dan dapat diiringi suara yang dapat disesuaikan lamanya

dengan durasi. Film dapat membawa penonton merasakan dan melihat sendiri

informasi yang disajikan. Pengambilan gambar dilakukan dengan menggunakan

kamera semi profesional (pro-summer) atau handycam beserta bantuan tripod dan

perangkat lainnya. Kemudian data mentah dari pengambilan gambar di lapangan

diolah melalui proses editing dengan menggunakan software Corel Ulead Video

Studio, yang kemudian hasil dari pengolahan tersebut menghasilkan media

promosi dalam bentuk audio visual mengenai ekowisata kuliner di Kabupaten

Sragen.

Informasi potensi kuliner dan daya dukungnya merupakan isi utama dalam

film, selain sebagai visualisasi potensi kepada masyarakat luas, juga sebagai

media promosi wisata khususnya untuk program ekowisata kuliner, dan umumnya

untuk pariwisata di Kabupaten Sragen. Pemilihan potensi yang dijadikan isi

disesuaikan dengan hasil identifikasi, observasi, dan wawancara pada lokasi.

Informasi yang terutama harus disampaikan adalah manfaat kuliner terhadap

lingkungan sekitar, dari aspek ekologi, budaya dan perekonomian, sehingga

masyarakat diajak untuk menjaga dan melestarikan kuliner tersebut.

Page 45: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

40

Film akan dikemas dengan dua opsi pengemasan konsep, yang pertama

dengan konsep dokumenter asli yang mengkombinasikan narasi langsung dalam

bentuk visual atau audio. Narator akan dibebankan pada editor, tanpa adanya

sebuah karakter tertentu didalam produksi pengambilan gambar. Konsep

pengemasan yang kedua ialah berupa adanya penggunaan sebuah karakter

pengantar informasi (narator) didalam sebuah film tersebut dari awal hingga

akhir, dan narasi tidak dilakukan secara langsung. Informasi yang disajikan

dalam film dokumenter diringkas secara sederhana, dengan durasi ± 10 menit.

Setelah penentuan konsep pengemasan produksi film yang disesuaikan dengan

kondisi aktual, kemudian akan dilakukan penyusunan sinopsis dan skenario yang

selanjutnya langsung dilakukan pengambilan materi film.

G. Tahapan Pelaksanaan

Tahapan pengerjaan dari kegiatan Tugas Akhir terdiri dari empat tahap.

Tahap pertama akan dilakukan persiapan dengan melakukan studi literatur untuk

menentukan problem statement dan variabel essensial beserta parameter yang

akan digunakan pada tahapan pengerjaan. Tahap kedua berupa inventarisasi dari

setiap variabel essensial dan parameter melalui observasi, kuesioner, studi

literatur dan dokumentasi terhadap sumberdaya kuliner di Kabupaten Sragen.

Tahap kedua ini bertujuan menghasilkan data yang berkaitan dengan parameter

dari setiap essensial. Data parameter tersebut terdiri dari aspek sumber daya

kuliner, aksesibilitas, fasilitas, karakteristik masyarakat, kesiapan masyarakat,

persepsi masyarakat, karakteristik pengelola, persepsi pengelola, kesiapan

pengelola dan penilaian potensi oleh asesor dengan indikator penilaian dengan

variabel yang ditentukan untuk mengurangi subjektifitas (Avenzora 2008).

Tahap ketiga adalah menganalisis data yang telah diperoleh dari parameter

essensial dengan pendeskripsian data secara kualitatif dan kuantitatif agar

mengetahui potensi sumberdaya kuliner yang akan digunakan dalam perencanaan

ekowisata kuliner di Kabupaten Sragen. Hasil analisis dari sumberdaya potensial

kemudian dinilai berdasarkan indikator penilaian sehingga menghasilkan

sumberdaya kuliner unggulan di Kabupaten Sragen. Tahap ini terdiri dari sintesis,

konsep dan perencanaan. Tahap sintesis dimulai dengan melakukan penilaian

terhadap potensi ekowisata menggunakan indikator penilaian Avenzora dengan

aspek keindahan, keunikan, kelangkaan, seasonalitas, aksesibilitas, sensitifitas dan

fungsi sosial yang masing-masing memiliki penjabaran pada aspeknya.

Hasil penilaian indikator dari sumberdaya ekowisata kuliner kemudian

digunakan untuk dapat merancang program wisata dengan konsep “Ekowisata

Kuliner di Kabupaten Sragen” yang terdiri program harian, mingguan dan

tahunan. Tahapan terakhir adalah perancangan luaran berupa media promosi

berbentuk audio visual. Media promosi berbentuk audio visual dikemas secara

menarik sebagai upaya memperkenalkan ekowisata kuliner di Kabupaten Sragen.

Page 46: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

41

Gambar 4 Tahapan Pelaksanaan Tugas Akhir Perencanaan Ekowisata Kuliner

di Kabupaten Sagen, Provinsi Jawa Tengah.

Program Wisata

- Harian

- Mingguan

- Tahunan

Tahap 4

Dokumentasi

PERENCANAAN

Sumberdaya Ekowisata yang

memiliki penilaian tinggi.

Penentuan opsi – opsi program

wisata dan rancangan output

media promosi

Program wisata terpilih dan

rancangan output media promosi

Tahap 1

Tahap 2

Tahap 3

Pendeskripsian Data Secara Kuantitatif

PERSIAPAN

Studi Literatur

- Penentuan problem statment - Penentuan variabel essensial dan parameter

INVENTARISASI

Observasi Kuesioner Studi

Literatur

- Aspek Sumberdaya Kuliner

- Aspek Masyarakat

- Aspek Pemerintah

- Aspek Pengusaha

- Aspek Akademisi

- Aspek Wisatawan

ANALISIS

Pendeskripsian Data Secara Kualitatif

Potensi Sumberdaya Ekowisata

SINTESIS KONSEP

Penilaian sumberdaya ekowisata

kuliner menggunakan penilaian

indikator Avenzora.

Ekowisata Kuliner

Data Parameter

Page 47: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

42

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen. 2014. Sragen dalam Angka 2014.

Sragen. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen.

[Pemkab] Pemerintah Kabupaten Sragen. 2014. Kondisi Umum Kabupaten

Sragen. www.sragenkab.go.id [21 November 2014].

Aoyama G. 2000. Pengembangan Eko-tourism di Kawasan konservasi di Indonesia.

Jakarta: JICA Expert/RAKATA.

Ariola MM. 2006. Principles and Methods of Reaserch. Manila: Rex Book Store.

Avenzora R. 2008. Penilaian Potensi Obyek Wisata: Aspek Indikator Penilaian.

Ekoturisme Teori dan Praktek. Avenzora R (Ed.). Ekoturisme teori dan

Praktek. Banda Aceh: BRR NAD-Nias

Bachtiar HW. 1990. Pengamatan Sebagai Suatu Metode Penelitian.

Koentjaraningrat (ed) Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama.

Dirawan DG. 2003. Analisis Sosio-Ekonomi dalam Pengembangan Ekotourisme pada

Kawasan Suakamarga Satwa Mampie Lampoko (Desertasi). Bogor: Institut

Pertanian Bogor.

Ernawati, Izwerni, Nelmira W. 2008 Tata Busana. Direktorat Pembinaan Sekolah

menengah kejuruan. Jakarta.

Fahmi I. 2011. Manajemen (Teori, Kasus, dan Solusi). Bandung: Alfabeta.

Fennell DA. 2002. Ecotourism Programme Planning. Oxon. CABI Publishing

[EN].

Hariandja, Marihot, TE. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Grasindo.

Herdiannanda D. 2010. Pemanfaatan Audio Visual (Film Kartun) Sebagai Media

Bantu Siswa Dalam penguasaan Kosakata bahasa mandarin Di SMA

Negeri 4 Surakarta. Tugas Akhir. Jurusan Diploma III Bahasa China

Fakultas Sastra dan Senirupa. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Ihyani F. 2010. Hubungan Strategi Sosial Program Tegal Sehat 2010 Terhadap

Tingkat kesadaran Kesehatan Masyarakat Kota Tegal. Tugas Akhir.

Pendidikan Diploma Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Diponegoro. Semarang: Universitas Diponegoro.

Koentjaraningrat. 1990. Metode Wawancara. Koentjaraningrat (ed) Metode-

Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Marpaung H, Bahar H. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta.

Page 48: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

43

Marliyati SA, Hastuti D, Sinaga T. 2013. Ekowisata Kuliner di Indonesia. Teguh

F, Avenzora R [eds.]. Ekowisata dan Pembangunan Pariwisata

Berkelanjutan di Indonesia: Potensi, Pembelajaran dan Kesuksesan.

Jakarta: Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Moerjipto, Rumijah JS, Moeljono, Astuti J. 1993. Makanan: Wujud, Variasi dan

Fungsinya serta Cara Penyajiannya pada Orang Jawa Daerah Istimewa

Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral

Kebudayaan

Muljadi AJ. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Mulyana D. 2006. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana D. 2007. Ilmu komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Munandar JM, Kartika L, Permanasari Y, Indrawan RD, Andrianto MS, Siregar

E. 2013. Pengantar Manajemen. Bogor: IPB Press.

Muslich M Suyono. 2009. Pengembangan Media Pembelajaran Kosakata Berbasis

Audio-Visual untuk Peningkatan Kompetensi Berbahasa Indonesia Anak

Usia Dini. Jurnal Penelitiam Kependidikan. Tahun 19, Nomor 1. Fakultas

Sastra Universitas negeri Malang. Malang.

Nugroho I. 2001. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Pitana IG, Diarta S. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Pitana IG, Rukendi C. 2008. Petunjuk Pengembangan Ekowisata Budaya dan

Kuliner. Ekoturisme Teori dan Praktek. Avenzora R (ed.). Banda Aceh:

Penerbit BRR-NAD Nias.

Primasari A, Siswojo T. 2010. Promosi Kuliner Lokal sebagai Daya Jual

Pariwisata Indonesia untuk Backpacker Asing. Jurnal Tingkat Sarjana

Bidang Seni Rupa dan Desain I (2):7-14.

Ridwan. 2002. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT

SOFMEDIA.

Rochani A. 2000. Media Sebagai Bahan Ajaran Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Santosa S. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.

Setiadi EM, Hakam KA, Effendi R. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta:

Kencana.

Singgih Y. 2002. Asas-asas Psikologi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Soekadijo RG. 2000. Anatomi Pariwisata. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama.

Page 49: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

44

Sukenti K. 2014. Gastronomy Tourism in Several Neighbor Countries of

Indonesia: a Brief Review. Journal of Indonesain Tourism and

Development Studies II (2):55-63. [EN]

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Sunjayadi A. 2008. Mengabadikan Estetika Fotografi dalam Promosi Pariwisata.

Jurnal Umum X (2):301-306.

Suwantoro G. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Suyitno. 2001. Perencanaan Wisata. Yogyakarta: Kanisius.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwsataan.

Wrihatnolo R. 2006. Manajemen Pembangunan Indonesia. Jakarta: Elex Media

Komputindo.

Page 50: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

45

LAMPIRAN

Page 51: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

Lampiran 1 Kuesioner Sumber Daya Ekowisata Kuliner

1. Kuliner Tradisional

a. Representasi Budaya Tradisi Budaya Jawa

1) Apakah Bapak/Ibu mengetahui kuliner tradisional yang terkait dengan kegiatan budaya dalam masyarakat Kabupaten Sragen dan

bagaimana tingkat intensitas penggunaan kuliner tersebut dalam kegiatan budaya?

*) Kriteria 1:

a. Tahu nama

b. Tahu nama dan gambar

c. Tahu nama, bentuk dan rasa

d. Tahu nama, bentuk, rasa dan bumbu

e. Tahu nama, bentuk, rasa, bumbu, dan fungsi budaya,

f. Tahu nama, bentuk, rasa, bumbu, fungsi budaya dan sejarah,

g. Tahu nama, bentuk, rasa, bumbu, fungsi budaya, sejarah dan cara masak

**) Kriteria 2 :

1. Sangat tidak diperlukan

2. Tidak diperlukan

3. Agak tidak diperlukan,

4. Biasa saja

5. Agak diperlukan

6. Diperlukan

7. Sangat diperlukan

Page 52: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

Isilah kolom “tahu/tidak tahu” berdasarkan abjad yang terdapat pada “kriteria 1” dan berikan penilaian pada kolom “aspek penilaian” berdasarkan nilai yang terdapat

pada “kriteria 2”! No Nama Kuliner Tahu/

Tidak Tahu

*

Aspek Penilaian **

Kehamilan Kelahiran Anak-

anak

Pernikahan Kematian

Sebelum akad Akad

nikah

Setelah akad

11 12 21 22 23 24 25 26 31 41 42 43 44 45 46 47 48 51 52 53 54 55 56 57 58

1 Sego Tumpeng

2 Kulub

3 Endog Godhog

4 Pelas

5 Bothok

6 Kacang Tholo

7 Iwel-iwel

8 Uwek-uwek

9 Sego Uduk

10 Ingkung Pithik

Jago

11 Kedelai Hitam

12 Sambel Goreng

13 Krupuk Udang

14 Peyek Kacang

14 Apem

15 Gedhang Rojo

16 Srundeng

17 Tahu Bacem

18 Tempe Bacem

19 Dawet Selasih

20 Criping

21 Emping Mlinjo

22 Sagon

23 Wajik

24 Jenang

25 Jangan Gori

26 Soto

27 Tape Ketan

28 Sagon

29 Jadah

30 .......

31 .......

Page 53: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

Keterangan : Kehamilan Kelahiran Anak-Anak Pernikahan Kematian

Kode Keterangan Kode Keterangan Kode Keterangan Kode Keterangan Kode Keterangan

11 Upacara ngupati

(4 bulan)

21 Upacara brokohan 31 Upacara

supitan/sunatan

41 Upacara tepangan

51 Upacara brobosan,

12 Upacara mithoni (7

bulan)

22 Upacara puputan

(lepas puseur)

42 Upacara tembung 52 Upacara tingang

dinten

23 Upacara pasaran 43 Upacara siraman

53 Upacara pitung dina

24 Upacara aqiqah

44 Upacara pasrah

tampi penyanta

kukung)

54 Upacara 40 hari

25 Upacara selapanan

(setelah 35 hari)

45 Upacara akad nikah

55 Upacara 100 hari

26 Upacara mudun siti

(7 bulan)

46 Upacara uru kembar

mayang

56 Upacara pendhak

pisan

47 Upacara panggih 57 Upacara pendhak

pindho

48 Upacara ngunduh

mantu)

58 Upacara 1000 dina

Page 54: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

b. Representasi Masyarakat Tradisi Budaya Jawa

1) Apakah Bapak/Ibu mengetahui kuliner tradisional yang terkait dengan kegiatan budaya dalam masyarakat Kabupaten Sragen dan

bagaimana tingkat intensitas penggunaan kuliner tersebut dalam kegiatan budaya?

*) Kriteria 1:

h. Tahu nama

i. Tahu nama dan gambar

j. Tahu nama, bentuk dan rasa

k. Tahu nama, bentuk, rasa dan bumbu

l. Tahu nama, bentuk, rasa, bumbu, dan fungsi budaya,

m. Tahu nama, bentuk, rasa, bumbu, fungsi budaya dan sejarah,

n. Tahu nama, bentuk, rasa, bumbu, fungsi budaya, sejarah dan cara masak

**) Kriteria 2 :

8. Sangat tidak diperlukan

9. Tidak diperlukan

10. Agak tidak diperlukan,

11. Biasa saja

12. Agak diperlukan

13. Diperlukan

14. Sangat diperlukan

Page 55: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

Isilah kolom “tahu/tidak tahu” berdasarkan abjad yang terdapat pada “kriteria 1” dan berikan penilaian pada kolom “aspek penilaian” berdasarkan nilai yang terdapat

pada “kriteria 2”! No Nama Kuliner Tahu/

Tidak Tahu

*

Aspek Penilaian **

Kehamilan Kelahiran Anak-

anak

Pernikahan Kematian

Sebelum akad Akad

nikah

Setelah akad

11 12 21 22 23 24 25 26 31 41 42 43 44 45 46 47 48 51 52 53 54 55 56 57 58

1 Sego Tumpeng

2 Kulub

3 Endog Godhog

4 Pelas

5 Bothok

6 Kacang Tholo

7 Iwel-iwel

8 Uwek-uwek

9 Sego Uduk

10 Ingkung Pithik

Jago

11 Kedelai Hitam

12 Sambel Goreng

13 Krupuk Udang

14 Peyek Kacang

14 Apem

15 Gedhang Rojo

16 Srundeng

17 Tahu Bacem

18 Tempe Bacem

19 Dawet Selasih

20 Criping

21 Emping Mlinjo

22 Sagon

23 Wajik

24 Jenang

25 Jangan Gori

26 Soto

27 Tape Ketan

28 Sagon

29 Jadah

30 ..........

31 ...........

Page 56: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

Keterangan : Kehamilan Kelahiran Anak-Anak Pernikahan Kematian

Kode Keterangan Kode Keterangan Kode Keterangan Kode Keterangan Kode Keterangan

11 Upacara ngupati

(4 bulan)

21 Upacara brokohan 31 Upacara

supitan/sunatan

41 Upacara tepangan

51 Upacara brobosan,

12 Upacara mithoni (7

bulan)

22 Upacara puputan

(lepas puseur)

42 Upacara tembung 52 Upacara tingang

dinten

23 Upacara pasaran 43 Upacara siraman

53 Upacara pitung dina

24 Upacara aqiqah

44 Upacara pasrah

tampi penyanta

kukung)

54 Upacara 40 hari

25 Upacara selapanan

(setelah 35 hari)

45 Upacara akad nikah

55 Upacara 100 hari

26 Upacara mudun siti

(7 bulan)

46 Upacara uru kembar

mayang

56 Upacara pendhak

pisan

47 Upacara panggih 57 Upacara pendhak

pindho

48 Upacara ngunduh

mantu)

58 Upacara 1000 dina

Page 57: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

2. Kuliner Favorit

a. Bahan Baku

Tallysheet penilaian higienitas makro pada bahan baku kuliner di Kota/Kabupaten....

No Aspek Penilaian Skor Penilaian

1 2 3 4 5 6 7

Bahan Baku 1. Beras

a. Diayak b. Disortir dari batu dan gabah c. Dicuci dengan air mengalir d. Dicuci sambil diremas e. Pencucian dilakukan hanya sekali f. Pencucian dilakukan lebih dari sekali g. Cuci hingga air berwarna tidak putih pekat

2. Ikan a. Sisik ikan dibersihkan b. Insang pada ikan dibuang c. Isi perut ikan dibuang d. Sirip dan ekor dibuang e. Dicuci menggunakan air bersih mengalir f. Dihilangkan lendirnya (ikan tertentu) g. Diberikan perasan jeruk nipis untuk menghilangkan bau amis

pada ikan

3. Buah-buahan a. Dihilangkan tangkai buah b. Direndam dengan air selama beberapa menit c. Bilas dengan air bersih mengalir d. Cuci dan gosok menggunakan sikat berbulu e. Menggunakan sedikit larutan yodium untuk menghilangkan

mikroba

f. Bilas dengan air matang atau air dingin g. Lap dengan menggunakan tisu atau lap kering bersih

4. Sayuran a. Dicuci sebelum diiris b. Air pencuci merupakan air bersih mengalir c. Sayur direndam dengan sedikit larutan yodium untuk

menghilangkan mikroba

d. Bagian sayur yang rusak atau layu dibuang e. Sayur dipotong menggunakan alat/ pisau yang bersih, hanya

menggunakan tangan

f. Ditiriskan dengan wadah bersih g. Dimasak menggunakan air bersih

* Keterangan: 1. Sangat tidak bersih, 2. Tidak bersih, 3. Agak tidak bersih, 4. Biasa saja,

5. Agak bersih, 6. Bersih, 7. Sangat Bersih

Page 58: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

No Aspek Penilaian Skor Penilaian

1 2 3 4 5 6 7

Bahan Baku 5. Umbi-umbian

a. Dicuci dan digosok kulit luarnya b. Kupas umbi dari kulit luarnya c. Cuci bersih umbi d. Mencampur air dengan garam e. Merendamnya dengan air garam f. Dibilas dengan air bersih mengalir g. Dikeringkan

6. Polong-polongan a. Buka kulit luarnya b. Dibersihkan dari benda asing c. Disortir dengan kondisi yang rusak d. Dicuci dengan menggunakan air panas e. Dicuci kembali menggunakan air bersih dan mengalir f. Ditiriskan g. Disimpan pada tempat yang kering

7. Telur a. Dicuci menggunakan air hangat b. Dilap menggunakan kain bersih c. Menggunakan keranjang kawat dengan lubang pada dasar

dindingnya

d. Tidak ditaruh lebih dari ¾ keranjang e. Diletakkan dengan posisi bagian runcing telur di bagian bawah

agar tidak cepat busuk

f. Tidak ditaruh di tempat yang berbau tajam g. Disimpan di lemari es/ freezer h. Menggunakan egg tray dengan media sekam

8. Daging a. Darah pada daging dihilangkan b. Hilangkan bagian yang tidak digunakan (lemak, otot) c. Cuci menggunakan air bersih mengalir d. Diberikan perasan jeruk nipis e. Disimpan menggunakan wadah tertutup f. Disimpan di dalam plastik dan tertutup rapat g. Disimpan di lemari pendingin/ freezer

9. Bumbu a. Dipisahkan berdasarkan karakteristik (umbi lapis, cabai, biji-

bijian dan temu-temuan)

b. Dicuci menggunakan air bersih mengalir c. Dicuci dan digosok bumbu yang memiliki akar (temu-temuan) d. Dibuang bagian bumbu yang tidak digunakan e. Dicuci menggunakan cuka putih/ air lemon untuk menghilangkan

pestisida

f. Dibilas menggunakan air hangat/ matang g. Disimpan ditempat yang kering dan kedap udara

* Keterangan: 1. Sangat tidak bersih, 2. Tidak bersih, 3. Agak tidak bersih, 4. Biasa saja,

5. Agak bersih, 6. Bersih, 7. Sangat Bersih

Page 59: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

Tallysheet penilaian kualitas pada bahan baku kuliner di Kota/Kabupaten_________

No Aspek Penilaian Skor Penilaian

1 2 3 4 5 6 7

Bahan Baku 1. Ikan

a. Warna tidak pucat b. Tidak berbau busuk c. Tidak berlendir d. Tidak berbelatung e. Tidak berbau formalin f. Insang berwarna merah g. Daging kenyal

2. Daging a. Berwarna b. Tidak berbau busuk c. Tidak banyak mengeluarkan air d. Tidak ada hewan parasit (belatung dan cacing pita) e. Tidak berbau formalin f. Daging masih kenyal g. Tidak ada memar

*Keterangan: 1. Sangat tidak bersih, 2. Tidak bersih, 3. Agak tidak bersih, 4. Biasa saja,

5. Agak bersih, 6. Bersih, 7. Sangat Bersih

Page 60: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap koki di Kota/Kabupaten_____

No Aspek Penilaian Skor Penilaian

1 2 3 4 5 6 7 Koki

1. Atribut Memasak pada Koki

a. Menggunakan penutup rambut agar rambut

tidak jatuh ke makanan

b. Menggunakan masker penutup hidung dan

mulut

c. Menggunakan celemek agar pakaian tidak

kotor

d. Menggunakan sarung tangan

e. Menggunakan pakaian yang mudah

menyerap keringat

f. Menggunakan necktie untuk menyerap

keringat disekitar leher

g. Menyuci atribut memasak setelah

pemakaian satu kali

2. Etika dan Prilaku Koki

a. Menyuci tangan hanya dengan air sebelum

memasak

b. Mencuci tangan dengan sabun sebelum

memasak

c. Mengeringkan tangan yang basah

menggunakan tisu atau kain

d. Keteraturan dalam pemakaian dan tata

letak alat

e. Keteraturan mengolah dan tata letak bahan

baku

f. Kesigapan dalam menjaga kebersihan

bahan makanan

g. Tidak menyicipi makanan dengan sendok

yang sama secara berulang kali

*Keterangan: 1. Sangat tidak bersih, 2. Tidak bersih, 3. Agak tidak bersih, 4. Biasa saja,

5. Agak bersih, 6. Bersih, 7. Sangat Bersih

Page 61: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

b. Alat Memasak

Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap alat memasak di Kota/Kabupaten____

No Aspek Penilaian Skor Penilaian

1 2 3 4 5 6 7 1. Alat Produksi

a. Alat produksi dicuci dengan air

b. Alat produksi dibersihkan dengan air dan

kain lap

c. Alat produksi dibersihkan menggunakan

kain lap setelah memasak dari sisa

makanan, minyak, air, dll.

d. Alat produksi dibersihkan menggunakan

kain lap dan pembersih khusus dari sisa

makanan, minyak, air, dll.

e. Alat produksi dibersihkan secara berkala

f. Alat produksi diletakan ditempat yang

bersih

g. Alat produksi tidak berkarat

2. Alat Masak

a. Alat masak dicuci dan dibilas hingga

bersih

b. Alat masak dicuci menggunakan air bersih

dan sabun

c. Alat masak dicuci secara berulang kali

setiap memasak jenis makanan yang

berbeda

d. Alat masak dibilas hingga bersih

e. Alat masak dikeringkan menggunakan

kain bersih

f. Alat masak disimpan ditempat yang bersih

g. Alat masak dibersihkan dengan kain bersih

sebelum memasak

*Keterangan: 1. Sangat tidak bersih, 2. Tidak bersih, 3. Agak tidak bersih, 4. Biasa saja,

5. Agak bersih, 6. Bersih, 7. Sangat Bersih

Page 62: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

c. Cara Memasak

No Aspek Penilaian Skor Penilaian

`1 2 3 4 5 6 7 1 Memanggang

a. Alat pemanggangan bersih dari kotoran b. Bahan baku sudah bersih c. Alat bantu memasak bersih dari kotoran d. Saat memanggang api tidak menyala

sehingga akan membuat bahan baku gosong

e. Pemasak menggunakan atribut untuk

melindungi tubuh dari keringat

f. Lingkungan sekitar dapur memanggang

memiliki fentilasi

g. Lingkungan pemanggang tidak berada di

dekat selokan

2 Menggoreng a. Menggunakan minyak yang baru atau

minyak bekas yang tidak menyalahi aturan

pakai

b. Tidak mennggunakan bahan tambahan

berbahaya seperti plastik dan lilin

c. Alat bantu terhindar dari bahan kimia yang

dapat berpengaruh buruk pada makanan

d. Wajan yang digunakan bersih dari kotoran e. Pemasak menggunakan atribut untuk

melindungi tubuh dari keringat

f. Lingkugan menggoreng tidak berada di

dekat selokan

g. Wadah penyajian bersih

3 Menyangrai a. Bahan baku bersih dari kotoran b. Tidak menggunakan bahan berbaya

tambahan

c. Alat bantu terhindar dari bahan kimia yang

dapat berpengaruh buruk pada makanan

d. Wajan yang digunakan bersih dari kotoran e. Pemasak menggunakan atribut untuk

melindungi tubuh dari keringat

f. Lingkugan menggoreng tidak berada di

dekat selokan

g. Wadah penyajian bersih 4 Merebus

a. Panci maupun alat produksi bersih dari

kotoran

b. Menggunakan air mengalir c. Alat bantu memasak terhindar dari bahan

kimia yang dapat berpengaruh buruk pada

makanan

d. Bahan baku bersih dari kotoran e. Pemasak menggunakan atribut untuk

melindungi tubuh agar keringat

f. Wadah penyajian bebas dari kandungan zat

kimia berbahaya ketika memasak

g. Lingkugan menggoreng tidak berada di

dekat selokan

Page 63: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

No Aspek Penilaian Skor Penilaian

`1 2 3 4 5 6 7

5 Mengkukus a. Panci maupun alat produksi bersih dari

kotoran

b. Menggunakan air mengalir c. Alat bantu mengukus terhindar dari

bahan kimia yang dapat berpengaruh

buruk pada makanan

d. Bahan baku bersih dari kotoran e. Tutup panci dan jaring-jaring dalam

mengukus

f. Pemasak menggunakan atribut untuk

melindungi tubuh agar keringat

g. Lingkugan menggoreng tidak berada di

dekat selokan

d. Cara Menyimpan

Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap cara menyimpan di Kota/Kabupaten ____

No Aspek Penilaian Skor Penilaian

1 2 3 4 5 6 7 1 Penyimpanan Makanan

a. Masakan yang sudah dimasak dituangkan ke

dalam wadah untuk penyimpanan/mangkuk

b. Tidak meniupkan napas pada masakan

c. Masakan didinginkan

d. Masakan tidak diaduk – aduk

e. Tempat penyimpanan masakan ditutup

f. Penyimpanan masakan dipisahkan dari

penyimpanan makanan bahan baku

g. Makanan dipanaskan kembali sebelum

dihidangkan kepada konsumen

2 Bumbu dan Rempah a. Menyimpan bumbu dan rempah dalam

wadah yang bersih dan kering

b. Wadah bumbu dan rempah diletakkan dalam

tempat yang sejuk dan kering dengan suhu

200C dan 60% kelembaban

c. Tidak menyimpan bumbu di depan kompor

d. Wadah bumbu dipisahkan sesuai dengan

jenisnya

e. Pengambilan bumbu dilakukan dengan

menggunakan alat bantu berupa sendok

f. Menutup wadah bumbu dengan rapat setelah

menggunakan bumbu

g. Wadah setiap bumbu ditempeli dengan label

3 Sayur a. Sayur dicuci bersih dan ditiriskan sebelum

disimpan

b. Tangkai tidak boleh dipotong sebelum

disimpan

c. Membuang bagian yang busuk sebelum

disimpan

d. Sayur tidak basah dan terkena air

e. Sayur disimpan pada suhu 4°C-7°C

f. Sayur dibungkus kertas koran atau wadah

*Keterangan: 1. Sangat tidak bersih, 2. Tidak bersih, 3. Agak tidak bersih, 4. Biasa saja,

5. Agak bersih, 6. Bersih, 7. Sangat Bersih

Page 64: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

No Aspek Penilaian Skor Penilaian

1 2 3 4 5 6 7 berfentilasi

g. Menyimpan sayur sesuai dengan jenisnya

4 Buah-buahan a. Buah dicuci terlebih dahulu sebelum

disimpan

b. Buah disimpan sesuai dengan jenisnya

c. Proses pematangan bah dilakkan terlebih

dahulu dengan suhu 10°C-20°C

d. Penyimpanan buah dipisahkan dari makanan

mentah

e. Menjaga suhu penyimpanan 4°C-7°C

f. Pisang disimpan dalam suhu kamar

g. Buah tidak dibungkus dengan plastik kecuali

buah yang telah dikupas ataupun dipotong-

potong disimpan dalam wadah tertutup

*Keterangan: 1. Sangat tidak digunakan, 2. Tidak digunakan, 3. Agak tidak digunakan,

4. Biasa saja, 5. Agak digunakan, 6. Digunakan, 7. Sangat Digunakan

Page 65: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

No Aspek Penilaian Skor Penilaian

1 2 3 4 5 6 7 5 Daging

a. Mencuci daging dan membuangnbagian yang

kotor

b. Mencuci daging sebelum disimpan

c. Daging dipotong lebih kecil sehingga dapat

dikeluarkan sesuai dengan penggunaan

d. Daging diletakkan dalam satu lapisan yang

tidak bertumpuk

e. Disimpan terpisah dengan daging yang sudah

dimasak

f. Disimpan dalam wadah tertutup rapat

g. Suhu penyimpanan 0°C - 4°C

6 Unggas a. Daging ayam dicuci dan dibersihkan dari

darah atau kotoran lainnya sebelum disimpan

b. Daging ayam ditiriskan dari air atau

dikeringkan

c. Pisahkan bagian jeroan dengan bagian

daging ayam

d. Bungkus dengan plastik wrap atau wadah

yang tertutup rapat

e. Disimpan terpisah dengan daging yang sudah

masak

f. Suhu penyimpanan 0°C - 2°C

g. Diberikan label dan tanggal penyimpanan

7 Ikan a. Ikan dibersihkan dengan air dingin sebelum

disimpan

b. Penyimpanan ikan tidak digabung dengan

bahan lain.

c. Ikan dimasukkan dalam plastik atau wadah

tertutup rapat

d. Memberikan es pada tempat penyimpanan

ikan

e. Memberikan es ditambahkan dengan garam

sebelum menyimpan

f. Ikan disimpan dalam suhu7oC

g. Tidak menyimpan ikan segar dalam suhu

ruangan lebih dari 30 menit

*Keterangan: 1. Sangat tidak digunakan, 2. Tidak digunakan, 3. Agak tidak digunakan,

4. Biasa saja, 5. Agak digunakan, 6. Digunakan, 7. Sangat Digunakan

Page 66: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

e. Ruang Penyajian Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap ruang penyajian di Kota/Kabupaten_____

No Aspek Penilaian Skor Penilaian

1 2 3 4 5 6 7

Ruang Penyajian 1. Tempat penyajian

a. Kondisi tempat bersih dari debu dan sisa makanan b. Tempat dibersihkan sebelum dan sesudah digunakan c. Dinding dan langit-langit bersih (tidak terdapat sarang laba-laba atau

serangga lainnya)

d. Kondisi lantai terhindar dari kotoran yang menyebabkan bibit

penyakit

e. Lantai dibersihkan sebelum dan setelah digunakan/sesuai kebutuhan f. Tempat penyimpanan makanan di ruang penyajian terhindar dari debu

dan sisa makanan

g. Tempat penyajian makanan jauh dari tempat pembuangan sampah

dan tempat yang menimbulkan aroma yang tidak sedap

2. Fasilitas dan peralatan pelengkap makan di ruang penyajian a. Fasilitas dibersihkan sebelum dan sesudah digunakan b. Peralatan makan diletakkan di tempat yang bersih, kering, dan

tertutup (tisu, tusuk gigi, sendok, dan garpu)

c. Tidak menggunakan kembali peralatan pelengkap makan yang

didesain hanya sekali pakai

d. Tersedia fasilitas dan atau alat untuk membersihkan tangan konsumen e. Fasilitas dan alat untuk membersihkan tangan menggunakan air yang

mengalir

f. Tersedia alat untuk mengeringkan tangan konsumen g. Alat pengering tangan diganti sesuai dengan kondisi kebersihan

g. Cara Penyajian

Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap cara penyajian di Kota/Kabupaten____

No Aspek Penilaian Skor Penilaian

1 2 3 4 5 6 7 1. Wadah

a. Makanan ditempatkan secara terpisah

b. Makanan yang disajikan harus siap santap

c. Makanan dengan suhu panas disajikan dalam

wadah anti panas

d. Wadah yang digunakan untuk setiap makanan

adalah wadah baru

e. Wadah yang digunakan sudah dibersihkan

dengan menggunakan air bersih dan sabun

f. Wadah memiliki penutup dengan memiliki

ventilasi sehingga dapat mengeluarkan uap air

g. Makanan yang berkuah ditempatkan di tempat

terpisah sebelum disajikan

2. Pelayanan

a. Kuku dan rambut bersih dan rapi

b. Pakaian yang dikenakan rapi dan bersih

c. Menggunakan sarung tangan saat bertugas

d. Tidak menggunakan sarung tangan, tetapi selalu

mencuci tangan sebelum melakukan aktivitas

e. Menggunakan sepatu bersih

f. Memegang makanan dengan menggunakan alat

g. Aroma tubuh tidak menyengat dan tidak

berkeringat

*Keterangan: 1. Sangat tidak digunakan, 2. Tidak digunakan, 3. Agak tidak digunakan,

4. Biasa saja, 5. Agak digunakan, 6. Digunakan, 7. Sangat Digunakan

Page 67: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

h. Lingkungan Sekitar

Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap lingkungan sekitar di Kota/Kabupaten___

No Aspek Penilaian Skor Penilaian

1 2 3 4 5 6 7

1. Lingkungan Fisik a. Jalanan di sekitar lokasi kuliner bebas dari

sampah dan bau tidak sedap terutama dari

sampah an-organik

b. Lokasi kuliner memiliki tempat

pembuangan sampah yang jelas dan

terjaga

c. Kondisi selokan di sekitar lokasi kuliner

tidak tersumbat dan bebas dari tumpukan

sampah

d. Kondisi pembuangan limbah sisa masakan

jelas dan mengalir

e. Lokasi kuliner bebas dari polusi udara

f. Lokasi kuliner tidak berdekatan dengan

kandang hewan

g. Lokasi kuliner terhindar dari hewan yang

dapat menyebabkan virus dan penyakit

2. Lingkungan Sosial a. Masyarakat sekitar lokasi kuliner rutin

membersihkan selokan

b. Masyarakat dan pengunjung sekitar lokasi

kuliner menjaga kebersihan dengan tidak

membuang sampah sembarangan

c. Masyarakat dan pengunjung sekitar lokasi

kuliner tidak membuang air liur dan dahak

sembarangan

d. Pedagang tidak membuang sampah sisa

masakan sembarangan

e. Pedagang dan masyarakat tidak membakar

sampah di sekitar lokasi kuliner

f. Perilaku pedagang, pengunjung, dan

masyarakat tidak merokok dan membuang

puntung rokok di sekitar lokasi kuliner

g. Kerjasama antara pedagang, pengunjung

dan masyarakat menjaga kebersihan

sekitar lokasi kuliner

*Keterangan: 1. Sangat tidak bersih, 2. Tidak bersih, 3. Agak tidak bersih, 4. Biasa saja,

5. Agak bersih, 6. Bersih, 7. Sangat Bersih

Page 68: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

2. Oleh-oleh

a. Pengawet

Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap pengawet di Kota/Kabupaten____

No Aspek Penilaian Skor Penilaian

1 2 3 4 5 6 7 1. Penggunaan bahan pengawet alami atau zat aditif tidak berbahaya

2. Pengawet makanan termasuk dalam kelompok zat tambahan

makanan yang bersifat inert secara farmakologik (efektif dalam

jumlah kecil dan tidak toksik)

3. Bahan pengawet dapat memperlambat atau menghambat fermentasi

pengasaman atau penguraian yang disebabkan oleh mikroba

4. Pengawet digunakan secara tepat baik jenis maupun dosisnya 5. Penggunaan bahan pengawet disesuaikan dengan jenis makanan

disesuaikan dengan mikroba perusak yang akan menghambat

pertumbuhannya

6. Bahan pengawet tidak menurunkan kualitas gizi, warna, atau rasa

dan bau makanan

7. Bahan pengawet tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan

makanan atau yang berkualitas rendah

b. Kondisi Fisik dan Aroma

Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap kondisi fisik di Kota/Kabupaten_____

No Aspek Penilaian Skor Penilaian

1 2 3 4 5 6 7 1. Kondisi Fisik

a. Warna, rasa, dan aroma makanan tidak berubah pada saat

produksi hingga proses pengemasan

b. Kemasan tidak rusak dan tertutup c. Pencantuman label halal dari MUI d. Pencantuman tanggal kadaluwarsa e. Pencantuman label resmi dari BPOM (untuk makanan luar

negeri dan dalam negeri) atau label PIR (Pangan Industri Rumah

Tangga) dari Kabupaten/Kota.

f. Makanan tidak berjamur g. Makanan tidak berlendir

2. Aroma

a. Tidak tengik

b. Tidak apek

c. Tidak apek, tidak berbau busuk

d. Tidak tengik, tidak berbau busuk

e. Tidak tengik, tidak apek

f. Tidak tengik, tidak apek , tidak berbau busuk

g. Aroma makanan normal / sesuai dengan aroma asli

*Keterangan: 1. Sangat tidak digunakan, 2. Tidak digunakan, 3. Agak tidak digunakan,

4. Biasa saja, 5. Agak digunakan, 6. Digunakan, 7. Sangat Digunakan

*Keterangan: 1. Sangat tidak digunakan, 2. Tidak digunakan, 3. Agak tidak digunakan,

4. Biasa saja, 5. Agak digunakan, 6. Digunakan, 7. Sangat Digunakan

Page 69: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

Lampiran 2 Kuesioner Wisatawan/Pengunjung

TUGAS AKHIR PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA

PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KUESIONER WISATAWAN/PENGUNJUNG EKOWISATA KULINER DI KABUPATEN SRAGEN

Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik, motivasi dan

persepsi pengunjung mengenai “Perencanaan Ekowisata Ekowisata Kuliner Di

Kabupaten Sragen”

Identitas Penyebar Kuesioner:

Nama : Na’immah Nur’Aini Lokasi Penyebaran :…………….

NIM : J3B110049 Tanggal/Penyebaran : ……../2015

Program Keahlian : Ekowisata

Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB)

A. Karakeristik Responden No. Responden: ..... 1. Nama : …………………………(boleh tidak diisi)

2. Jenis kelamin : L/P *

3. Status pernikahan : Single/Menikah *

4. Umur : …….. Tahun

5. Asal Daerah :……………………………………………

6. Pendidikan Terakhir :

a. SD

b. SMP

c. SMA

d. Diploma (D1/ D2/ D3)

e. Sarjana (S1/ S2/ S3)

f. Lainnya (sebutkan)…………........

7. Pekerjaan :

a. Pelajar

b. Mahasiswa

c. Pegawai Negeri Sipil

d. TNI/ POLRI

e. Pegawai BUMN/ BUMD

f. Guru/ Dosen

g. Pegawai Swasta

h. Lainnya (sebutkan)…………….

8. Pendapatan :

a. < 100.000

b. 100.000 – 1000.000

c. 1000.000 – 2.500.000

d. > 2.500.000

Page 70: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

9. Kunjungan :

a. Sendiri

b. Keluarga

c. Teman

d. Rombongan

e. Lainnya (sebutkan)…………….

10. Berapa kali Anda pernah mengunjungi tempat ini ?

a. Pertama kali

b. 2 kali

c. 3 – 5 kali

d. 5 – 10 kali

e. Lainnya (sebutkan)……………..

B. Motivasi Beri tanda chekhlist (√) pada jawaban yang menurut anda paling tepat pada kolom

yang telah disediakan.

1. Darimanakah Anda mengetahui informasi mengenai Kuliner .....................?

Sumber informasi Kadar Informasi

1 2 3 4 5 6 7

a. Pribadi

b. Teman/keluarga/saudara

c. Koran/Majalah/surat kabar

d. Brosur/Leaflet/Booklet

e. Radio/ iklan di televise

f. Website

g. Jaringan social

h. Lainnya (sebutkan)

Keterangan :

1. Sangat Tidak Jelas

2. Tidak Jelas

3. Agak Tidak Jelas

4. Biasa Saja

5. Agak Jelas

6. Jelas

7. Sangat Jelas

Page 71: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

2. Apakah motivasi Anda mengunjungi Kuliner .......................? (Responden dapat

memilih jawaban lebih dari satu)

Motivasi Skala

Prioritas*)

Aspek Jawaban

1 2 3 4 5 6 7

a. Penelitian/ Pendidikan

b. Bisnis/ Pekerjaan

c. Kontak Sosial

d. Spiritual

e. Wisata

f. Rekreasi

Keterangan 1) Sangat tidak puas, 2) Tidak puas, 3) Agak tidak puas, 4) Biasa saja, 5) Agak

puas, 6) Puas, 7) Sangat puas

*) Skala prioritas diisi berdasarkan prioritas utama dalam rentang angka 1 untuk yang paling

prioritas sampai seterusnya.

C. Persepsi Beri tanda chekhlist (√)pada jawaban yang menurut anda paling tepat pada kolom

yang telah disediakan : 1. Bagaimana menurut anda potensi ekowisata Kuliner di Kecamatan .................... ?

No Nama Obyek Penilaian Nilai*

1 2 3 4 5 6 7

1. Kondisi Sekitar

Aksesibilitas

Letak Kuliner

Sarana dan Prasarana

.................................

..................................

2. Kondisi fisik (Ornamen Kuliner)

- Tekstur

- Kemasan

- Warna

- Penyajian

- ...................

- ...................

3. Kondisi pendukung

- Rasa

- Daya Tahan

- Cara Penyajian

- Alat Bantu Makan

- Vitamin

- ....................

- .....................

4. Obyek Lain

Budaya

Alam

.........................

*Keterangan Nilai:

1. Sangat Tidak Baik

2. Tidak Baik

3. Agak Tidak Baik

4. Biasa Saja

5. Agak Baik

6. Baik

7. Sangat Baik

Page 72: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

2. Berapa lamakah waktu yang Anda miliki jika ekowisata Kuliner telah terwujud?

3. Setujukah Anda jika di Kabupaten Sragen direncanakan ekowisata Kuliner ?

a. Sangat tidak setuju

b. Tidak setuju

c. Agak tidak setuju

d. Biasa saja

e. Agak setuju

f. Setuju

g. Sangat Setuju

...........................

Lama waktu Kadar Kesesuaian

1 2 3 4 5 6 7

b. 1 hari

c. 2 hari

d. 3 hari

d. 4 hari

e. 1 minggu

f. Lainnya

Keterangan :

1. Sangat Tidak Efektif

2. Tidak Efektif

3. Agak Tidak Efektif

4. Biasa Saja

5. Agak Efektif

6. Efektif

7. Sangat Efektif

Page 73: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

Lampiran 3 Kuesioner Masyarakat

TUGAS AKHIR

PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA

PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KUESIONER MASYARAKAT

DI KABUPATEN SRAGEN

Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik, persepsi dan

kesiapan masyarakat mengenai “Perencanaan Ekowisata Kuliner Di Kabupaten

Sragen, Provinsi Jawa Tengah”

Identitas Penyebar Kuesioner:

Nama : Na’immah Nur’Aini Lokasi Penyebaran :…………….

NIM : J3B11004 Tanggal/Penyebaran : ……../2015

Program Keahlian Ekowisata Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB)

A. Karakteristik Masyarakat No. Responden: .....

1. Nama : …………………………

2. Jenis kelamin : L/P *

3. Status pernikahan : Single/Menikah *

4. Umur : …….. Tahun

5. Asal Daerah :……………………………………………

6. Pendidikan Terakhir :

a. SD

b. SMP

c. SMA

d. Diploma (D1/ D2/ D3)

e. Sarjana (S1/ S2/ S3)

f. Lainnya (sebutkan)…………........

7. Pekerjaan :

a. Pelajar

b. Mahasiswa

c. Pegawai Negeri Sipil

d. TNI/ POLRI

e. Pegawai BUMN/ BUMD

f. Guru/ Dosen

g. Pegawai Swasta

h. Lainnya (sebutkan)…………….

8. Pendapatan :

a. < 100.000

b. 100.000 – 1000.000

c. 1000.000 – 2.500.000

d. > 2.500.000

Page 74: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

B. Persepsi Masyarakat

Beri tanda chekhlist (√) pada jawaban yang menurut anda paling tepat pada

kolom yang telah disediakan.

1. Apakah persepsi masyarakat terhadap potensi ekowisata Kuliner di Kabupaten

Sragen ?

2. Setujukah Anda jika di Kabupaten Sragen direncanakan Ekowisata Kuliner?

a. Sangat tidak setuju

b. Tidak setuju

c. Agak tidak setuju

d. Biasa saja

e. Agak setuju

f. Setuju

g. Sangat Setuju

No. Nama Obyek Nilai*

1 2 3 4 5 6 7

1. Kondisi Sekitar

Aksesibilitas

Letak Kuliner

Sarana dan Prasarana

.................................

..................................

2. Kondisi fisik (Ornamen Kuliner)

- Tekstur

- Kemasan

- Warna

- Penyajian

- ...................

- ...................

- .......................

- .........................

3. Kondisi pendukung

- Rasa

- Daya Tahan

- Cara Penyajian

- Alat Bantu Makan

- Vitamin

- ....................

- .....................

4 Obyek Lain

- Alam

- Budaya

- .......................

- .......................

*Keterangan

Nilai:

1. Keunikan

2. Kelangkaan

3.Keindahan

4. Seosanality

5.Sensitifitas

6.Aksesibilitas

7. Fungsi Sosial

Page 75: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

C. Kesiapan Masyarakat Beri tanda chekhlist (√) pada jawaban yang menurut anda paling tepat pada kolom

yang telah disediakan.

1. Untuk mewujudkan perencanaan ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen, maka

setujukah anda untuk menyiapkan diri dalam hal-hal berikut ?

Standard Pelaksanaan Aspek Jawaban

1 2 3 4 5 6 7

A. Etika Pelayanan kepada pengunjung

a. Setiap masyarakat diharuskan untuk mengucapkan salam

kepada pengunjung

b. Setiap masyarakat diharuskan untuk memberikan senyum

kepada pengunjung

c. Masyarakat dapat menjalin komunikasi dengan baik terhadap

pengunjung

d. Masyarakat tidak melakukan hal senono terhadap pengunjung

e. Masyarakat harus berkata jujur kepada pengunjung

f. Masyarakat tidak membeda-bedakan pengunjung dalam hal

usia, suku, warga Negara dan agama.

g. Masyarakat harus berpenampilan yang baik dan wajar dengan

menggunakan pakaian yang sopan dan rapih saat berhadapan

dengan pengunjung

h. Dalam berkomunikasi masyarakat harus menggunakan bahasa

yang mudah dimengerti dan sopan

i. Masyarakat harus menghindari kebiasaan buruk saat melayani

pengunjung seperti merokok, makan, tidak menatap

pengunjung saat berbicara, mendengarkan musik dengan

menggunakan hadset

j. Masyarakat tidak memotong pembicaraan pengunjung yang

sedang berbicara

k. Masyarakat tidak mengharapkan tips dari pengunjung

l. Masyarakat tidak membicarakan masalah pribadi kepada

pengunjung

m. Masyarakat dilarang menggunakan kata-kata yang

menyinggung unsur-unsur sara (agama,suku,ras,dan bangsa)

n. Masyarakat memberikan informasi secara benar dan

membantu apabila diperlukan

o. Masyarakat wajib mentaati etika pelayanan

Cara Menilai :1. Sangat Tidak Siap; 2. Tidak Siap; 3. Agak Tidak Siap; 4. Biasa Saja;

4. Agak Siap; 6. Siap; 7. Sangat Siap.

Page 76: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

Standard Pelaksanaan Aspek Jawaban

1 2 3 4 5 6 7

B. Keamanan dan Keselamatan kepada pengunjung

a. Masyarakat selalu Menjalankan sistem keamanan lingkungan

(SISKAMLING)

b. Masyarakat harus mengetahui mengenai identitas pengunjung

yang mengunjungi Kulinerdi Kabupaten Sragen

c. Masyarakat mengetahui mengenai pengetahuan dasar

penyakit ringan dan memiliki pengetahuan tentang P3K

(Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)

d. Masyarakat menyediakan alat P3K (Pertolongan Pertama

Pada Kecelakaan)

e. Masyarakat harus memberikan informasi kepada pengunjung

mengenai aturan adat yang terdapat masyarakat sekitar

Kulinerdi Kabupaten Sragen

f. Masyarakat memastikan pengunjung agar tidak mengambil

benda sejarah, benda peninggalan, flora,fauna yang terdapat

di objek wisata

g. Masyarakat menyediakan pusat informasi

h. Masyarakat cepat tanggap terhadap keadaan darurat yang

disebabkan oleh gangguan kemanan,kecelakaan,pencemaran

dan bencana alam.

i. Masyarakat harus melakukan pengawasan terhadap

pengunjung yang melakukan aktifitas wisata

j. Apabila ada yang melakukan perkelahian atau perusakan

masyarakat wajib menghentikannya dan melaporkan kepada

pihak yang berwajib.

k. Apabila menemukan barang yang hilang atau ketinggalan

masyarakat wajib menggembalikan kepada pemiliknya atau

menyerahkan kepada petugas yang berwenang dan petugas

desa wajib menggembalikan barang tersebut kepada

pemiliknya

l. Jika terjadi kecelakaan masyarakat wajib menolong,dengan

bantuan medis dan jika perlukan dirujuk ke rumah sakit

m. Masyarakat wajib mentaati peraturan keamanan dan

keselamatan pengunjung

Cara Menilai :1. Sangat Tidak Siap; 2. Tidak Siap; 3. Agak Tidak Siap; 4. Biasa Saja; 5. Agak

Siap; 6. Siap; 7. Sangat Siap.

Page 77: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

Standard Pelaksanaan Aspek Jawaban

1 2 3 4 5 6 7

C. Persaingan Usaha

a. Masyarakat memutuskan bersama mengenai harga

b. Masyarakat tidak membeda-bedakan mengenai harga

pengunjung lokal dan mancanegara.

c. Masyarakat harus membagi pembagian wilayah untuk

melakukan persaingan usaha

d. Masyarakat menyediakan barang yang berkualitas agar

pengunjung tidak kecewa dan tidak memberikan penilaian yang

negatif terhadap suatu tempat usaha tersebut

e. Masyarakat melakukan promosi secara langsung contohnya

menjadi pemandu wisata di kawasan sekitar Kuliner, dan

mengantarkan ke pusat informasi

f. Masyarakat harus menjual macam-macam produk khas Sragen

g. Masyarakat harus menyediakan jasa penginapan dan

penyewaan transportasi

h. Pedagang melakukan persaingan yang sehat dengan

mengedepankan keunggulan prodak dan layanan yang bermutu

i. Menyediakan kotak kritik dan saran untuk pembeli

j. Pedagang wajib mentaati etika persaingan usaha

D. Kenyamanan dan Kebersihan Bagi Pengunjung

a. Masyarakat harus memperhatikan kebersihan lingkungan

b. Masyarakat harus menyediakan tempat-tempat pembuangan

sampah

c. Masyarakat dan atau pengunjung dilarang membawa barang-

barang terlarang contohnyaminuman keras, narkotika dan

psikotropika

d. Masyarakat dan atau pengunjung dilarang merusak fasilitas

yang terdapat sekitar kawasan ekowisata Kuliner di Kabupaten

Sragen

e. Masyarakat dan Pengunjung wajib mengambil sampah yang

terlihat di sekitar kawasan

f. Masyarakat wajib bergotong royong sekurang-kurangnya satu

kali dalam seminggu untuk kebesihan kawasan

g. Masyarakat menyediakan fasilitas MCK yang bersih dan layak

digunakan

h. Masyarakat dan atau wisatawan harus mentaati peraturan

kesehatan yang ada di sekitar kawasan ekowisata Kuliner

Keterangan : 1. Sangat Tidak Siap, 2.Tidak Siap, 3.Agak Tidak Siap, 4. Biasa Saja, 5.Agak Siap,

6. Siap, 7. Sangat Siap.

Page 78: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

Lampiran 4 Kuesioner Pengelola

KUESIONER PENGELOLA

KABUPATEN SRAGEN

Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik, persepsi, kebijakan dan

anggaran pengelola mengenai “Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten

Sragen, Provinsi Jawa Tengah”.

Identitas penyebar kuesioner :

Nama : Na’immah Nur’Aini Lokasi Penyebaran : ………..

NIM : J3B110049 Tanggal penyebaran :…-…./2015

Program Keahlian Ekowisata Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB)

A. Karakteristik Pengelola No Responden:…… Jenis Kelamin : P/L

Usia : ……. Tahun

Asal Daerah :

Status : Menikah/Belum Menikah*

Pendidikan terakhir : SD/SMP/SMA/Perguruan Tinggi*

Pekerjaan :

Pendapatan :

a. < Rp. 1.000.000

b. Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000

c. Rp. 2.000.000 – Rp. 5.000.000

d. > Rp. 5.000.000

e. Lainnya ……

*) coret yang tidak perlu

A. Persepsi

Potensi Kuliner ........................ di Kabupaten Sragen

1. Apakah keunikan dari Kuliner ........................ yang terdapat di Kecamatan

........................ Kabupaten Sragen dan berapakah kadar keunikannya?

Nama Obyek Nilai*

1 2 3 4 5 6 7

Aspek Penilaian

a. Jenis bahan yang dipakai dalam makanan/minuman sangat

spesifik

b. Komposisi bahan yang diramu dan dipakai dalam

makanan/minuman tersebut berbeda dengan komposisi

ramuan makanan/minuman sejenis

b. Bentuk dari makanan/minuman berbeda dengan bentuk

makanan sejenis pada umumnya

c. Warna dari makanan/minuman berbeda dari warna

makanan/minuman pada umumnya

d. Porsi penyajian makanan/minuman tersebut berbeda dari

Page 79: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

porsi penyajian makanan/minuman pada umumnya

e. Tata cara penyajian makanan/minuman tersebut sangat

spesifik

f. Tata cara memakan makanan/minuman tersebut sangat

spesifik

Keterangan 1. Sangat tidak unik, 2.tidak unik, 3.agak tidak unik, 4.biasa saja, 5.agak unik, 6.unik,

7. Sangat unik

2. Apakah Kuliner ........................ yang terdapat di Kecamatan ........................

Kabupaten Sragen masuk dalam kategori langka dan berapakah kadar kelangkaannya? Nama Obyek Nilai*

1 2 3 4 5 6 7

Aspek Penilaian

a. Jenis makanan/minuman tersebut hanya terdapat pada

propinsi tertentu

b. Jenis makanan/minuman tersebut hanya terdapat pada

kabupaten tertentu di provinsi tertentu

c. Jenis makanan/minuman tersebut hanya terdapat pada

kecamatan tertentu di kabupaten tertentu.

d. Eksistensi makanan/minuman tersebut setidaknya

telah berumur lebih dari 30 tahun

e. Makanan/minuman tersebut sangat sulit untuk dibuat

oleh masyarakat lain.

f. Proses regenerasi keahlian membuat

makanan/minuman tersebut sulit dan banyak

hambatan

g. Eksitensi makanan/minuman tersebut mempunyai

momentum dan histori yang sangat kuat dengan

eksistensi sosial masyarakat setempat

Keterangan: 1. sangat tidak langka, 2. tidak langka, 3. agak tidak langka, 4. biasa saja, 5. Agak

langka, 6. Langka, 7. sangat langka

3. Apakah Kuliner ........................ yang terdapat di Kecamatan ........................ Kabupaten

Sragen mempunyai cita rasa yang berbeda dan bagaimana kadar cita rasanya?

Nama Obyek Nilai*

1 2 3 4 5 6 7

Aspek Penilaian

a. Rasa makanan/minuman tersebut dapat diterima oleh

semua golongan dan lapisan masyarakat

b. Rasa makanan/minuman hanya dapat diterima oleh

golongan dan lapisan masyarakat tertentu saja.

c. Rasa makanan/minuman tersebut dapat menimbulkan

keinginan pencicipnya untuk suatu saat nanti

memakan/meminum kembali makanan/minuman

tersebut.

d. Rasa makanan/minuman tersebut tidak menimbulkan

gangguan indera pencicipnya dan/ataupun gangguan

alat pencerna ataupun kesehatan para pencicipnya.

e. Sebagai indikator akseptabilitas rasa oleh para

pencicip, maka pencicip makanan/minuman tersebut

setidaknya dapat menikmati makanan/minuman 1

porsi normal makanan/minuman tersebut.

f. Rasa makanan/minuman tersebut dapat menimbulkan

dan/atau meningkatkan selera makan/minum para

pencicipnya

g. Tidak ada cita rasa yang sangat ekstrim pada

Page 80: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

makanan/minuman tersebut.

Keterangan: 1. Sangat setuju, 2. Tidak setuju, 3. Agak tidak setuju, 4. Biasa saja, 5. Agak setuju, 6.

Setuju, 7. Sangat Setuju

4. Apakah Kuliner ........................ yang terdapat di Kecamatan ........................ Kabupaten

Sragen mempunyai fungsi sosial tertentu bagi masyarakat dan apakah fungsi sosial dari

makanan/minuman tersebut?

Nama Obyek Nilai*

1 2 3 4 5 6 7

Aspek Penilaian

a. Makanan/minuman tersebut diyakini dan dipercaya

oleh masyarakat setempat mempunyai sejarah yang

sangat kuat dengan cikal bakal dan perkembangan

berkehidupan komunitas masyarakat tersebut.

b. Makanan/minuman tersebut hingga saat ini masih

digunakan sebagai salah satu sumber elemen

kehidupan sosial budaya keseharian masyarakat

setempat.

c. Makanan/minuman tersebut hingga saat ini masih

digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya

pada berbagai upacara budaya dalam dinamika

budaya masyarakat setempat.

d. Makanan/minuman tersebut hingga saat ini hanya

digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya

pada upacara budaya tertentu saja dalam dinamika

sosial budaya masyarakat setempat.

e. Makanan/minuman tersebut hingga saat ini digunakan

sebagai salah satu sumber elemen ekonomi utama

bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian

masyarakat setempat.

f. Makanan/minuman tersebut hingga saat ini digunakan

hanya sebagai salah satu sumber elemen ekonomi

bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian

masyarakat setempat.

g. Makanan/minuman tersebut hingga saat ini hanya

sebagai salah satu identitas regional bagi masyarakat

setempat.

Keterangan: : 1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Agak tidak setuju, 4. Biasa saja, 5. Agak

setuju, 6. Setuju, 7. Sangat Setuju

5. Apakah Kuliner ........................ yang terdapat di Kecamatan ........................ Kabupaten

Sragen memiliki aksesibilitas yang mudah dan berapakah kadar kemudahan aksesibilitas

tersebut?

Nama Obyek Nilai*

1 2 3 4 5 6 7

Aspek Penilaian

a. Lokasi penjualan makanan/minuman tersebut dapat

dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu

maksimal 2 jam dari ibu kota kabupaten

b. Lokasi penjualan makanan/minuman tersebut dapat

dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu

maksimal 1 jam dari ibu kota kecamatan

Page 81: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

c. Lokasi penjualan makanan/minuman tersebut dapat

dijangkau oleh semua jenis kendaraan roda empat

d. Pengunjung dapat menjangkau lokasi penjualan

makanan/minuman tersebut tanpa harus melanjutkan

perjalanan dengan berjalan kaki melebih 2 kilometer.

e. Untuk menjangkau lokasi penjualan

makanan/minuman tersebut tersedia kendaraan umum

yang beroperasi setidaknya 16 jam dalam 1 hari

f. Makanan/minuman tersebut dapat diproduksi dengan

mudah oleh orang lain pada tempat dan waktu yang

berbeda.

g. Makanan/minuman tersebut telah tersedia dan

terdistribusi di pasaran secara umum.

Keterangan: 1.sangat tidak terjangkau, 2. tidak terjangkau3. agak tidak terjangkau, 4. biasa saja,

5. agak terjangkau, 6. Terjangkau, 7. sangat terjangkau

6. Apakah seasonality Kuliner ........................ yang terdapat di Kecamatan ........................

Kabupaten Sragen mudah berapakah kadar seasonality tersebut?

Nama Obyek Nilai*

1 2 3 4 5 6 7

Aspek Penilaian

a. Makanan/minuman tersebut hanya dapat disediakan

dan dinikmati oleh pengunjung sebagai obyek wisata

beberapa saat pada hari-hari tertentu dalam tahun

tertentu.

b. Makanan/minuman tersebut hanya dapat disediakan

dan dinikmati pada hari-hari tertentu dalam periode

minggu tertentu.

c. Makanan/minuman tersebut hanya dapat disediakan

dan dinikmati pada minggu tertentu dalam periode-

periode bulan.

d. Makanan/minuman tersebut hanya dapat disediakan

dan dinikmati pada bulan tertentu dalam 1 tahun.

e. Makanan/minuman tersebut hanya dapat disediakan

dan dinikmati pada bulan tertentu dalam periode

tahun tertentu.

f. Makanan/minuman tersebut hanya dapat disediakan

dan dinikmati dalam kurun waktu yang singkat pada

periode maksimal 3 tahun sekali.

g. Makanan/minuman tersebut hanya bisa disediakan

dan dinikmati oleh pengunjung dengan kelompok

umur dan fisik tertentu.

Keterangan: : 1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Agak tidak setuju, 4. Biasa saja, 5. Agak

setuju, 6. Setuju, 7. Sangat Setuju

Page 82: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

7. Apakah Kuliner ........................ yang terdapat di Kecamatan ........................ Kabupaten

Sragen memiliki tingkat sensitifitas tertentu dan berapa kadar sensitifitasnya?

Nama Obyek Nilai*

1 2 3 4 5 6 7

Aspek Penilaian

a. Para pencicip makanan/minuman tersebut dengan

mudah dapat mendeteksi/mengenali bahwa kandungan

bahan dan ramuan makanan/minuman tersebut tidak

melanggar larangan kepercayaan ataupun agama

mereka.

b. Kandungan bahan dan ramuan makanan/minuman

tersebut tidak melanggar karangan kepercayaan

ataupun agama semua kelompok masyarakat.

c. Cita rasa makanan/minuman tersebut tidak berubah

dan/atau berkurang karena perbedaan tata cara

penyajian makanan/minuman tersebut.

d. Cita rasa makanan/minuman tersebut tidak berubah dan

atau berkurang karena perbedaan tata cara

memakan/meminumnya.

e. Bahan dan/atau ramuan makanan/minuman tersebut

tidak menimbulkan alergi dan/atau tidak bersifat toksik

pada pencicipnya secara umum.

f. Pengkonsumsian makanan/minuman tersebut dalam

jumlah yang agak banyak tidak

menimbulkan/menyebabkan gangguan fisiologi

dan/atau psikologi pencicipnya secara umum.

g. Proses menciptakan makanan/minuman tersebut tidak

mengganggu ekologi dan lingkungan masyarakat

setempat.

Keterangan: 1. sangat tidak bermanfaat, 2. tidak bermanfaat, 3. agak tidak bermanfaat, 4. Biasa

saja, 5.Agak bermanfaat, 6. Bermanfaat, 7. Sangat bermanfaat

C. Anggaran

1. Apakah Pengelola menyediakan anggaran khusus untuk Perencanaan Ekowisata Kuliner?

No. Penempatan Dana Aspek Jawaban

1 2 3 4 5 6 7

1. Fasilitas

2. Aksesibilitas

3. Keamanan

4. Kebersihan

5. Sarana dan Prasarana

6. Pemeliharaan

7. Penyelenggaraan event

periodik

8. Promosi

Keterangan: 1. sangat tidak menyediakan, 2. tidak menyediakan, 3. agak tidak menyediakan,

4. belum menyediakan, 5. agak menyediakan, 6. Menyediakan, 7. Sangat menyediakan

Page 83: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

D. Kesiapan Pengelola

1. Untuk mewujudkan perencanaan Ekowisata Kuliner, maka setujukah anda

untuk menyiapkan diri dalam hal-hal berikut :

Standard Pelaksanakan Aspek Jawaban

1 2 3 4 5 6 7

A. Etika Pelayanan Kepada Pengunjung dan Wisatawan

a. Setiap pengelola diharuskan untuk bersikap santun

kepada pengunjung dan wisatawa

b. Setiap pengelola diharuskan untuk memberikan

senyum kepada pengunjung dan wisatawan

c. Setiap pengelola diharuskan berkomunikasi dengan

baik terhadap pengunjung dan wisatawan

d. Setiap pengelola tidak melakukan hal senono terhadap

pengunjung dan wisatawan

e. Pengelola diharuskan bersikap ramah terhadap

pengunjung dan wisatawan

f. Pengelola harus mengharagai kritik dan saran dari

pengunjung dan wisatawan

g. Pengelola tidak membeda-bedakan status sosial

pengunjung dan wisatawan

B. Keamanan dan Keselamatan kepada pengunjung

a. Institusi menyediakan alat P3K (Pertolongan Pertama

Pada Kecelakaan)

b. Institusi cepat tanggap terhadap keadaan darurat yang

di sebabkan oleh gangguan keamanan,kecelakaan,

pencemaran dan bencana alam

c. Institusi membuat peraturan mengenai keselamatan

pengunjung

d. Pengelola mengatur sistem keamanan lingkungan

dalam kegiatan ekowisata Kuliner

Standard Pelaksanakan Aspek Jawaban

1 2 3 4 5 6 7

C. Persaingan Usaha

a. Pengelola membuat aturan mengenai persaingan usaha

b. Pengelola membantu dalam hal pendanaan, promosi,

pengembangan usaha dan memberikan link

c. Pengelola menentukan lokasi berdagang

d. Pengelola menetapkan standar kualitas barang yang

akan dijual, contohnya makanan yang harus

diperhatikan tanggal kadarluarsanya

e. Pengelola mengatur kualitas bahan baku barang

dagangan

D. Kenyamanan dan Kebersihan bagi Masyarakat

a. Pengelola membatasi pengunjung yang datang ke

Kabupaten Sragen

b. Pengelola dan masyarakat mengatur jalur sirkulasi

pengunjung yang datang ke Kabupaten Sragen

c. Pengelola dan masyarakat memperhatikan kebersihan

lingkungan

d. Pengelola menyediakan tempat pembuangan sampah.

e. Pengelola membuat peraturan kebersihan

f. Pengelola menyediakan tim kesehatan

Keterangan : 1. sangat tidak siap, 2.tidak siap, 3.agak tidak siap, 4. biasa saja, 5.agak siap, 6. Siap,

7. sangat siap

Page 84: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen

Lampiran 5 Jurnal Kegiatan Harian

JURNAL KEGIATAN HARIAN

Nama Mahasiswa : Na’immah Nur’Aini

NIM : J3B112044

Lokasi : Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah

Program Keahlian Ekowisata Program Diploma-Institut Pertanian Bogor (IPB)

No Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan Paraf

……….……………….2015

Pembimbing Lapang

(….................................................)

Page 85: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen