perencanaan dan evaluasi program pendidikan kesehatan
DESCRIPTION
rencanaTRANSCRIPT
PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KESEHATAN
Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan manajemen diatur
dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan tersebut memungkinkan para
pengambil keputusan atau manajer untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil
guna dan berdaya guna.Untuk mendukung keberhasilan pembaharuan kebijakan
pembangunan, telah disusun system kesehatan nasional yang baru yang mampu menjawab
dan merespon berbagai tantangan pembangunan kesehatan masa kini maupun untuk masa
mendatang. Penyelenggaraan system kesehatan dituangkan dalam berbagai program
kesehatan melalui siklus perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta
pertanggung jawaban secara sistematis, berjenjang dan berkelanjutan.Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJM-N) tahun 2004-2009, telah ditetapkan dengan Peraturan
Presiden No. 7 tahun 2005. Pembangunan kesehatan yang merupakan bagian integral dari
pembangunan Sumber Daya Manusia tercantum dalam Bab 28 RPJM-N, berisikan : masalah
kesehatan yang dihadapi dan sasaran pembangunan kesehatan, kebijakan yang akan
ditempuh, serta program-program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan dalam
kurun waktu
lima tahun sampai dengan tahun 2009.Keberhasilan suatu kegiatan, seberapa besarnya, sangat
tergantung pada perencanaan yang seksama artinya merencanakan segala sesuatunya sebelum
mulai, memikirkan tindakan secara terus-menerus, mengubah rencana apabila perlu, dan
menilai seberapa efektif kegiatan yang akan dilakukan. Pendekatan yang berkelanjutan yang
dikenal dengan “siklus perencanaan program kesehatan”.Suatu program terdiri dari
sekumpulan kegiatan yang dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu. Sehingga, banyak kelompok tidak membuat perencanaan, karena mereka khawatir
akan terlalu rumit.
Tujuan utama kesehatan masyarakat baik dalam bidang preventif, kuratif maupun
rehabilitatif ialah agar setiap warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya baik jasmani, rohani maupun sosialnya serta diharapkan berumur panjang.
Untuk mencapai tujuan ini ada satu syarat yang sangat penting yaitu harus selalu ada
pengertian, bantuan dan partisipasi dari masyrakat secara teratur dan terus menerus (health
programes can be truelly effective only with the under standing, the support and the
participation of the citizens).Untuk perencanaan kesehatan perlu adanya siklus perencanaan
kesehatan yang merupakan langkah-langkah yang sering digunakan dalam perencanaan
program kesehatan yaitu ; problem solving cycle yang mana kesemuanya mengacu pada
bagaimana tujuan itu sendiri tercapai. Dengan Adanya siklus perencanaan kesehatan
diharapkan masalah-masalah kesehatan yang terjadi selama ini akan terselesaikan dengan
baik.
A. BATASAN PERENCANAAN
Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah
kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya
yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok dan menyusun langkah-
langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan akan
menjadi efektif jika perumusan masalah sudah dilakukan berdasarkan fakta-fakta dan
bukan berdasarkan emosi atau angan-angan saja. Fakta-fakta diungkap dengan
menggunakan data untuk menunjang perumusan masalah. Perencanaan juga
merupakan proses pemilihan alternativ tindakan yang terbaik untuk mencapai tujuan.
Perencanaan juga merupakan suatu keputusan untuk mengerjakan sesuatu di masa
akan datang, yaitu suatu tindakan yang diproyeksikan di masa yang akan datang.
Salah satu tugas manajer yang terpenting di bidang perencanaan adalah menetapkan
tujuan jangka panjang dan pendek organisasi berdasarkan analisis situasi di luar
(eksternal) dan di dalam (internal) organisasi.)Analisis situasi dalam hal ini dilakukan
untuk mengahasilkan rumusan tujuan (setting strategic and operational objectives)
untuk arah pengembangan organisasi.Setelah tujuan straregis dan operasional
dirumuskan, tim perencana kemudian merancang program pengembangan (program
atau product design) yang dibutuhkan organisasi dalam hal ini di bidang kesehatan.
Analisis situasi baik secara internal maupun eksternal yang digunakan dalam hal ini
adalah analisa SWOT yang meliputi:
1.Strenght (Kekuatan)Adalah bagian dari analisa internal.Mengupas kekuatan
organisasi yang dapat menjadi keunggulan di antara organisasi lain sejenis. Organisasi
memiliki data dan perencanaan yang valid sebagai strategi penentuan pelaksanaan
rencana.
2. Weakness (Kelemahan)Adalah bagian dari analisa internal. Mengupas kelemahan
organisasi yang dapat menjadi hambatan di antara organisasi lain sejenis.
3. Opportunity (Peluang) Adalah bagian dari analisa eksternal. Mengupas keadaan eksternal
yang dapat dipenuhi oleh organisasi dalam hal ini melihat peluang dari luar yang bisa
dijadikan acuan dalam proses perencanaan.
4. Threat ( Ancaman)Adalah bagian dari analisa eksternal. Mengupas keadaan eksternal yang
dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan organisasi.Dalam perencanaan kesehatan yang
paling penting adalah yang menyangkut proses perencanaan (process of planning). Adapun
yang dimaksud dengan proses perencanaan adalah langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam menyusun suatu rencana.
B. LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN
Langkah awal untuk menyusun perencanaan dapat dimulai dengan sebuah gagasan atau cita-
cita yang terfokus pada situasi tertentu. Misalnya kematian bayi dan ibu di
Indonesia selama beberapa belas tahun masih tetap lebih tinggi dibandingkan Negara
tetangga ASEAN. Perencanaan kesehatan dapat disusun dalam skala besar atau kecil
tergantung besar kecilnya wilayah dan tanggung jawab organisasi. Misalnya perencanaan
untuk menurunkan kematian bayi secara nasional adalah perencanaan dengan skala besar.
Perencanaan yang dapat juga dilakukan dalam skala kecil yaitu untuk pengembangan PWS
(pemantauan wilayah setempat) KIA atau posyandu di suatu desa di wilayah kerja
Puskesmas.Untuk bidang kesehatan, langkah yang sering digunakan dalam perencanaan
program kesehatan adalah mengikuti prinsip lingkaran pemecahan masalah (problem solving
cycle), secara umum tersusun sebagai berikut :
1. Melakukan Pengumpulan Data
Kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah mengumpulkan data yang merupakan bagian
dari upaya pemantauan dan evaluasi. Dimana data yang diperoleh yaitu dari pencatatan dan
pengumpulan data baik dari kegiatan dalam gedung maupun luar gedung. Proses
pengumpulan data untuk analisis situasi dapat dilakukan dengan 5 cara, baik langsung
maupun tidak langsung :
a. Mendengarkan keluhan masyarakat melalui pengamatan langsung kelapangan. Data ini
bersifat kualitatif dapat dipakai untuk mendukung (verifikasi) data kuantitatif yang sudah
dikumpulkan.
b. Membahas langsung masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan kesehatan yang akan
dikembangkan bersama tokoh-tokoh formal dan informal masyarakat setempat.
c. Membahas pelaksanaan program kesehatan masyrakat di lapangan, bersama para
petugas lapangan kesehatan (bidan di desa), petugas sektor lain (PLKB, Staf Lapangan
Pertanian, Guru, dsb) atau bersama dukun bersalin yang ada di wilayah kerja Puskesmas.
d. Membaca laporan kegiatan program kesehatan pada pusat-pusat pelayanan kesehatan di
suatu wilayah.
e. Mempelajari peta wilayah, sensus penduduk, statistik kependudukan di Kecamatan,
Laporan khusus, hasil survei, peraturan-peraturan atau petunjuk pelaksanaan (Juklak)
program kesehatan dan laporan tahunan Puskesmas. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yakni :
1.1Sumber data
Sumber data secara umum dibagi atas 3 macam, yaitu primer misalnya wawancara langsung,
sekunder misalnya laporan bulanan puskesmas dan tertier misalnya hasil publikasi badan-
badan resmi seperti kantor Dinas Statistik, dinas kesehatan, dan kantor kabupaten.
1.2Cara pengumpulan data
Cara mengumpulkan data ada 4 macam, yakni wawancara, pemeriksaan, pengamatan, serta
peran serta, misalnya dalam bentuk penelitian epidemiologi.
2. Identifikasi Masalah
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah sedemikian rupa sehingga jelas sifatnya yang
dimilikinya. Cara pengolahan data dapat secara manual, mekanikal, serta elektrikal. Setelah
data tersebut diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabular, grafik dan secara tekstular,
sehingga dari penyajian data tersebut dapat ditarik kesimpulan tentang berbagai masalah
kesehatan yang ada di masyarakat. Namun sumber masalah kesehatan masyarakat dapat
diperoleh dari berbagai cara antara lain ; laporan-laporan kegiatan dari program kesehatan
yang ada, survailance epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit, survei kesehatan
yang khusus diadakan untuk memperoleh masukan perencanaan kesehatan, dan hasil
kunjungan lapangan supervisi, dsb.
2.1Menetapkan Prioritas Masalah
Menetapkan prioritas masalah merupakan suatu proses yang melibatkan sekelompok orang
dengan mempergunakan metode tertentu dengan tujuan mengurutkan masalah yang ada
menurut tingkat kepentingannya. Penetapan prioritas masalah dinilai oleh sebagian besar
manajer sebagai inti proses perencanaan. Langkah yang mengarah pada titik ini, dapat
dikatakan sebagai suatu persiapan untuk keputusan penting dalam penetapan prioritas.
Selain prioritas ditetapkan, langkah berikutnya dapat dikatakan merupakan gerakan
progresif menuju pelaksanaan. (Reinke, 1994). Dalam menentukan prioritas masalah ada
beberapa cara yang sering dipergunakan yaitu cara Bryant, cara ekenometrik, metode Delbeq
dan metode Hanlon.
Untuk menyusun prioritas masalah ada beberapa indikator yang sering dipergunakan
yaitu :a. Severity yaitu berat tingginya masalah yang dihadapi, serta seberapa jauh akibat
yang ditimbulkan oleh masalah tersebut.
b. Prevalence, jumlah suatu masyarakat yang terkena masalah, semakin besar maka
semakin harus diprioritaskan.
c. Rate of increase yaitu jumlah kenaikan angka penyakit dalam periode waktu tertentu.
d. Degree of unmeet need yaitu adanya keinginan/dorongan besar dari masyarakat agar
masalah tersebut dapat segera diselesaikan.
e. Social Benefit, sejauh mana keuntungan sosial yang diperoleh dari penyelesaian
masalah tersebut
.f. Public concern, menyangkut besarnya keprihatinan masyarakat terhadap suatu
masalah.
g. Technical feasibility, ketersediaan teknologi dalam mengatasi suatu masalah.h.
Resource availability, menyangkut ketersediaan sumber daya yang dapat dipergunakan untuk
menyelesaikan suatu masalah.
i. Political climate, besarnya dukungan politik dari pemerintah sangat menentukan
besarnya keberhasilan penyelesaian masalah.Dari sekian banyak masalah yang ada, tidak
semua dapat diselesaikan karena :
1. Antar masalah mungkin terdapat keterkaitan yang perlu diselesaikan hanya
masalah pokok.
2. Kemampuan yang dimiliki oleh organisasi selalu bersifat terbatas.
Untuk itu perlu memilih prioritas masalah, dengan cara memakai kriteria yang dituangkan
dalam bentuk matriks (Criteria Matrix Tecnique).
Kriteria yang dapat dipergunakan dapat dibedakan atas :
1. Pentingnya MasalahMakin penting (importancy) masalah tersebut, makin diprioritaskan
penyelesaiannya. Ukuran pentingnya masalah antara lain : besarnya masalah (prevalence),
akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity), kenaikan besarnya masalah (rate of
increase), derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (degre of unmeet need),
keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit), rasa prihatin masyarakat
terhadap masalah (public concern), suasana politik (political climate).
2. Kelayakan Teknologi (Technical Feseability), kelayakan teknologi yang dimaksud
adalah menunjuk pada penguasaan ilmu dan teknologi yang sesuai, namun jika indikator-
indikator tersebut tidak dipunyai maka penentuan prioritas masalah dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu delphi teknik dan belbeq teknik.
1. Menyusun Alternatif Jalan Keluar
Untuk menyusun alternatif jalan keluar, digunakan berpikir kreatif (creative thinking). Salah
satu tehnik berpikir kreatif diantaranya dikenal dengan teknik analogi atau populer dengan
sebutan “Synectic Tecnhnique”. Jika dengan teknik berfikir kreatif masih belum dapat
dihasilkan alternatif jalan keluar dapat ditempuh langkah-langkah sbb :
1. Menentukan berbagai penyebab masalah
2. Untuk menetukan penyebab masalah, dilakukan curah pendapat (Brain
Storming) dengan membahas data yang telah dikumpulkan. Dapat digunakan alat
bantu diagram hubungan sebab akibat (cause-effect diagram) atau populer pula
dengan sebutan diagram tulang ikan (fish bone diagram).
Untuk penyebab penyakit, perlu diketahui penyebab tunggal atau multipel. Untuk
menetapkan apakah sebuah organisme hidup spesifik menyebabkan penyakit tertentu, maka
harus memenuhi kriteria-kriteria ini (Henle & Koch), yaitu ; organisme harus ada dalam
setiap kasus penyakit, organisme itu harus dapat diidilasi dan ditumbuhkan didalam kultur
murni, organisme itu harus menyebabkan penyakit tertentu saat diinokulasi kedalam seekor
hewan yang rentan dan organisme itu selanjutnya harus dapat ditemukan dari hewan tersebut
dan diidentifikasi.
Ada 4 faktor-faktor yang memegang peranan penting sebagai penyebab penyakit yaitu :
1. Faktor predisposisi, misalnya umur, jenis kelamin dan penyakit terakhir yang diidap.
2. Faktor yang memungkinkan, misalnya pendapatan rendah, gizi buruk, perumahan yang
kumuh dan perawatan medis yang tidak edukat yang memungkinkan mendorong kearah
terjadinya pengembangan penyakit.
3. Faktor-faktor pencetus, misalnya paparan terhadap agent penyakit yang spesifik atau
agent beracun yang mungkin berasosiasi dengan terjadinya penyakit atau keadaan tertentu.
4. Faktor-faktor pemberat, misalnya pengulangan paparan dan kerja keras yang tidak
beraturan sehingga dapat mendorong kearah terjadinya suatu penyakit yang tertentu atau
keadaan yang tertentu pula.
1. Memilih Prioritas Jalan Keluar
Menetapkan prioritas jalan keluar dari berbagai alternatif yang tersedia tidaklah mudah.
Berbagai macam alternatif yang tersedia haruslah dianalisis secara seksama sebelum
keputusan terhadap alternatif yang terpilih diambil. Analisis terhadap alternatif yang tersedia
sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut ini :
1.Terdapat relevansi antara hasil alternatif dengan tujuan pemecahan masalah yang
dilakukan artinya dapat membantu mengurangi atau mengatasi masalah yang ada.
2.Efektifitas
3.Relatif cost, dalam hal ini berapa besar biaya dari masing-masing alternatif, pilihlah
alternatif dengan biaya relatif murah namun tidak mengurangi efektifitasnya.
4.Technical feasibility, apakah secara teknik suatu alternative dapat dijalankan.
5.Ketersediaan sumber daya untuk menjalankan alternative yang dipilih.
6.Keuntungan yang dimiliki oleh suatu alternative dibandingkan dengan alternative
lainnya.
7.Kerugian yang mungkin timbul akibat pemilihan suatu alternative.
Melakukan Uji Lapangan
Uji lapangan ini dipandang penting karena sering ditemukan jalan keluar yang diatas kertas
baik, ternyata sulit dilaksanakan. Tujuan uji lapangan yakni untuk menilai berbagai factor
penopan dan factor penghambat yang kiranya akan ditemukan, apabila jalan keluar tersebut
dilaksanakan.
Menyusun Rencana Kerja Selengkapnya
Menyusun rencana kerja dari prioritas jalan keluar secara lengkap yang terdiri dari:
1. Rumusan Misi
Suatu rencana yang baik harus mengandung rumusan tentang misi (mision formulation) yang
dianut oleh organisasi yang menyusun rencana, antara lain berisi tentang latar belakang, cita-
cita, tujuan pokok, serta ruang lingkup kegiatan oganisasi.
2. Rumusan Masalah
Suatu rencana yang baik harus mengandung tentang masalah (problem statement) yang ingin
diselesaikan. Rumusan masalah tersebut harus memenuhi syarat
:a) Harus mempunyai tolak ukur, yaitu tentang apa masalahnya. Siapa yang terkena
masalah, serta berapa besar masalahnya.
b) Bersifat netral, yaitu tidak mengandung uraian yang dapat diartikan sebagai
menyalahkan orang lain
Rumusan Tujuan Umum dan Tujuan Khusus
a) Tujuan UmumSyarat tujuan umum:
1) Jelas keterkaitannya dengan misi organisasi
2) Jelas keterkaitannya dengan masalah yang ingin diatasi
3) Menggambarkan keadaan yang ingin dicapai
b) Tujuan KhususTujuan khusus adalah keadaan (hasil atau outcome) akhir yang
diinginkan yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu.
Tujuan kusus mempunyai ciri-ciri tambahan seperti:
1) Menantang
2) Dapat diraih
3) Sejauh mungkin dapat diukur
4) Harus konsisten dengan tujuan umum dari organisasi
Rumusan Kegiatan
Kegiatan yang dimaksud disini adalah disatu pihak dapat mengatasi masalah dan dipihak lain
dapat mencapai tujuan yang telah diterapkan.Jenis kegiatan ada dua, yaitu:
1) Kegiatan pokok
2) Kegiatan tambahan
Asumsi Perencanaan
Asumsi perncanaan ada dua, yaitu:
1) Asumsi perencanaan yang bersifat positif, yaitu uraian tentang berbagai faktor
penunjang yang diperkirakan ada dan yang berperan dalam memperlancar pelaksanaan
rencana, seperti tingginya kemampuan masyarakat membiayai pelayanan kesehatan
2) Asumsi kepercayaan yang bersifat negatif, yaitu keballikan dari point di atas, seperti
tingkat pendidikan penduduk yang rendah
Strategi Pendekatan
Secara umum, strategi pendekatan ada dua, yaitu:
1) Pendekatan institusi
2) Pendekatan komunikasi
Kelompok Sasaran
Kelompok sasaran (target group), yaitu kepada siapa program tersebut ditujukan, secara
umum dibagi atas 2, yaitu:
1) Kelompok sasaran langsung yaitu anggota masyarakat yang memanfaatkan langsung
program kesehatan
2) Kelompok sasaran tidak langsung, yaitu kelompok sasaran antara
Waktu
Ada 2 faktor yang mempengaruhi penetapan jangka waktu pelaksanaan program,yaitu:
1) Kemampuan organisasi dalam mencapai target
2) Strategi pendekatan yang akan diterapkan
Organisasi dan Tenaga Pelaksana
Suatu rencana harus mencantumkan uraian tentang organisasi serta tenaga pelaksana yang
akan menyelenggarakan rencana, serta tugas dan wewenangnya masing-masing.
Biaya
Suatu rencana harus mencantumkan jumlah biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
rencana
Metode Penilaian dan Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan dikelompokkan kedalam 3 macam, yaitu:
1) Kriteria keberhasilan unsur masukan
2) Kriteria keberhasilan unsur proses
3) Kriteria keberhasilan unsur keluaran.
Penilaian Untuk Melihat Apakah Tujuan tercapai atau Tidak
Penilaian yang dilakukan berupa hasil dari evaluasi program kesehatan yang telah
dilaksanakan. Dimana program tersebut dilakukan secara rutin untuk mengetahui sebaran
secara menyeluruh upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan
pembinaan kesehatan. Apakah pelaksanaan telah sesuai dengan renca yang telah dibuat
maupun tolak ukur yang telah ditetapkan. Pada umumnya evaluasi dilaksanakan terhadap
program-program pembinaan kesehatan khususnya evaluasi untuk penilaian terhadap
pembinaan kesehatan ditingkat Kabupaten/Dati II, RS Pemerintah dan instrument stratifikasi
RS atau akreditasi RS swasta serta penilaian instrument stratifikasi PKM.
Evaluasi Program
Evaluasi merupakan bagian yang penting dari proses manajemen karena dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik (feed back) terhadap program atau pelaksanaan kegiatan. Tanpa adanya evaluasi, sulit rasanya untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan yang direncanakan itu telah mencapai tujuan atau belum.
Banyak batasan tentang evaluasi, secara umum dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses untuk menilai atau menetapkan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Evaluasi adalah membandingkan antara hasil yang telah dicapai oleh suatu
program dengan tujuan yang direncanakan.
Menurut kamus istilah manajemen, evaluasi ialah suatu proses bersistem dan objektif menganalisis sifat dan ciri pekerjaan didalam suatu organisasi atau pekerjaan. Levey (1973) mengatakan, "To evaluate is to make a value judment, it involves comparing something with another and then making either choice or action decision".
Sedangkan menurut Perhimpunan Kesehatan Masyarakat Amerika, evaluasi ialah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dan usaha pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan. Proses tersebut mencakup kegiatan-kegiatan memformulasikan tujuan, identifikasi kriteria yang tepat untuk digunakan mengukur keberhasilan, menentukan dan menjelaskan derajat keberhasilan dan rekomendasi untuk kelanjutan aktivitas program.
Dari batasan-batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses atau kegiatan dan dalam kegiataan evaluasi itu mencakup langkah-langkah :
a. Menetapkan atau memformulasikan tujuan evaluasi, yakni tentang apa yang
akan dievaluasi terhadap program yang dievaluasi.
b. Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan keberhasilan
program yang akan dievaluasi.
c. Menetapkan cara atau metode evaluasi yang akan digunakan.
d. Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau hasil pelaksanaan
evaluasi tersebut.
e. Menentukan keberhasilan program yang dievaluasi berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan tersebut serta memberikan penjelasan-penjelasan.
f. Menyusun rekomendasi atau saran-saran tindakan lebih lanjut terhadap program
berikutnya berdasarkan hasil evaluasi tersebut.
Dilihat dari implikasi hasil evaluasi bagi suatu program, dibedakan adanya jenis evaluasi, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk mendiagnosis suatu program yang hasilnya digunakan untuk pengembangan atau perbaikan program. Biasanya evaluasi formatif dilakukan pada proses program (program masih berjalan).
Sedangkan evaluasi sumatif adalah suatu evaluasi yang dilakukan untuk menilai hasil akhir dari suatu program. Biasanya evaluasi sumatif ini dilakukan pada waktu program telah selesai (akhir program). Meskipun demikian pada praktek evaluasi program sekaligus mencakup kedua tujuan tersebut.
Evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan terhadap tiga hal, yakni evaluasi terhadap proses pelaksanaan program, evaluasi terhadap hasil program dan evaluasi terhadap dampak program.
a. Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan program yang menyangkut penggunaan sumber daya, seperti tenaga, dana, dan fasilitas lain.
b. Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut berhasil, yakni sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Misalnya meningkatnya cakupan imunisasi, meningkatnya ibu-ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya, dan sebagainya.
c. Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana program itu mempunyai dampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Dampak program-program kesehatan ini tercermin dari membaiknya atau meningkatnya indikator-indikator kesehatan masyarakat. Misalnya menurunnya angka kematian bayi (IMR), meningkatnya status gizi anak balita, menurunnya angka kematian ibu, dan sebagainya.
Dalam program kesehatan masyarakat, disamping evaluasi juga dilakukan monitoring atau pemantauan program. Monitoring dilakukan sejalan dengan evaluasi, dengan tujuan agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan program tersebut berjalan sesuai dengan yang direncanakan, baik waktunya maupun jenis kegiatannya.
Dalam monitoring tidak dilakukan penilaian seperti pada evaluasi tetapi hanya mengamati dan mencatat. Apabila terjadi ketidaksesuaian antara kegiatan dengan yang direncanakan, dilakukan koreksi. Demikian pula apabila terjadi ketidakcocokan antara penggunaan sumber daya (biaya, tenaga, dan sarana) dengan yang direncanakan, dilakukan pembetulan. Oleh sebab itu, dalam prakteknya monitoring atau pemantauan ini kadang-kadang diidentikkan dengan evaluasi proses dari suatu program.
Kualitas sumber daya manusia (SDM) antara lain ditentukan dua faktor yang satu sama lain
saling berhubungan, berkaitan dan saling bergantung yakni pendidikan dan kesehatan.
Kesehatan merupakan prasyarat utama agar upaya pendidikan berhasil, sebaliknya
pendidikan yang diperoleh akan sangat mendukung tercapainya peningkatan status kesehatan
seseorang. Oleh karena itu upaya kesehatan dengan titik berat pada upaya promotif dan
preventif didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas, menjadi sangat
penting dan strategis untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Definisi Pendidikan Kesehatan
Griffiths (1972) : mencoba menutup jurang antara apa yang diketahui tentang praktek
kesehatan optimum dan yang sebenarnya diprakterkan
Simonds (1976) : menyebabkan terjadi perubahan-perubahan pada individual, kelompok, dan
populasi yang lebih besar dari prilaku-prilaku yang diduga berbahaya terhadap kesehatan,
terhadap prilaku-prilaku kondusif bagi kesehatan masa kini dan masa depan.
Green (1988) : kombinasi apapun dari pengalaman-pengalaman belajar yang dirancang untuk
memfasilitasi adaptasi sukarela prilaku-prilaku yang kondusif terhadap kesehatan.
Pendidikan kesehatan pada perorangan
Karakteristik
Perkembangan manusia untuk manusia
Yang didasarkan pada kondisi atau masalah tertentu
Paling umum pengaturan dokter klinis-hubungan pasien
Dialog memimpin ke arah perubahan perilaku individu untuk kesehatan yang lebih
baik
Langkah-langkah memaksimalkan pendidikan pasien untuk perubahan perilaku
1. Memahami keahlian dokter sebagai motivator ke arah perubahan perilaku
2. Be patient-centered dan patient-responsive
3. Pilih satu atau paling banyak 2 tujuan prilaku untuk perubahan setiap waktu
4. Harus jelas dalam memberi solusi
5. Memperoleh suatu komitmen perusahaan dari pasien untuk perubahan
6. Gunakan penguatan positif dan penghargaan jangka panjang
7. Gunakan berbagai cara di bidang pendidikan
8. Gunakan pendukung sosial jika memungkinkan
9. Yakinkan sesuai kelanjutan
10. Jadilah realistis
Banyak kasus kesehatan di Indonesia sekarang bisa dikategorikan sebagai bom waktu. Salah
satunya mengenai masalah pendidikan kesehatan yang kurang diseriusi. Salah satu dari tiga
pilar derajat kesehatan adalah perilaku sehat.
Timbulnya perilaku sehat, didasari pada pemahaman kesehatan yang berasal dari pendidikan.
Jadi, tak mengherankan kalau banyak kasus kesehatan yang mencuat sekarang, bisa jadi
disebabkan masih rendahnya pendidikan perilaku kesehatan yang diberikan pada masyarakat.
Sebuah komunitas bisa dikatakan sehat, apabila telah memenuhi tiga pilar derajat kesehatan.
Ketiga pilar tersebut merupakan perilaku sehat, lingkungan sehat, serta pelayanan kesehatan
yang bermutu dan terjangkau.
Perilaku sehat merupakan pilar paling utama. Karena komponen tersebut ternyata sangat
berpengaruh pada kedua pilar lainnya. Seperti seseorang dengan perilaku sehat, tentu akan
menjaga lingkungannya tetap sehat juga. Dan juga dengan perilaku sehat, seseorang akan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada untuk memelihara kesehatannya.
Namun, pada kenyataannya, di Indonesia hal tersebut seperti bertolak belakang. Peran ilmu
pendidikan kesehatan sepertinya tidak terlalu diperhatikan. Akibatnya banyak kasus
kesehatan merebak akhir-akhir ini. Yang kalau ditelusuri, sebenarnya berawal dari kurangnya
pemahaman masyarakat mengenai kesehatan di sekitarnya. Yang didasarkan pada transfer
pendidikan mengenai hal ini yang dianggap kurang.
Menurut Ketua Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP) FKM-UI, Drs. Tri
Krianto, M.Kes. pendidikan kesehatan di Indonesia sekarang memang belum bisa dikatakan
baik. Ada banyak indikator yang menaunginya. Namun yang jelas menurutnya, ”Pendidikan
kesehatan sekarang belum bisa dikatakan ideal, karena kurang terpadunya jajaran yang
mengerti dalam hal ini”.
Konsep Pendidikan Kesehatan
Ialah suatu penerapan konsep pendidikan dibidang kesehatan. Prinsipnya adalah proses
belajar. Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia pendidikan kesehatan sangatlah
penting, mengingat perilaku masyarakat kita masih jauh dari norma-norma hidup sehat,serta
ketidaktahuan (ignorancy) masyarakat terhadap fasilitas kesehatan serta makanan bergizi.
Ciri kegiatan belajar :
1. Menghasilkan perubahan pada individu/kelompok/masyarakat
2. Muncul kemampuan baru yang relatif lama
3. Perubahan karena usaha dan disadari→bukan kebetulan
Input (subjek belajar)→Proses→Output (hasil belajar)
Lingkungan Pendidikan
Tri Pusat Pendidikan
1. Di dalam Keluarga ( informal)
2. Di dalam Sekolah (formal)
3. Di dalam Masyarakat (non formal)
Sasaran Pendidikan
1. Masyarakat / individu
2. Yang sakit / sehat
3. Anak-anak hingga dewasa
4.
Pendidikan Kesehatan Kurang Terpadu
Hasil penelitian Universitas Sam Ratulangi pada warga Buyat Pante baru-baru ini
menunjukkan, bahwa sekitar 72 persen orang di sana tidak mengerti tentang kesehatan
lingkungan atau pernah diberitahukan mengenai hal ini. Hasil penelitian ini juga semakin
menguatkan asumsi mengenai lemahnya kita menghadapi masalah ini.
Hal ini dikarenakan masih terpencarnya visi kegiatan di bidang tersebut. LSM, pemerintah
dan institusi kesehatan sepertinya berjalan sendiri-sendiri. Dan gawatnya kebanyakan
tanggung jawab di bidang ini, lebih banyak diberikan pada pemerintah. Padahal banyak LSM
dan institusi kesehatan yang sebenarnya juga mampu bersama mengemban tanggung jawab
tersebut. Namun sayangnya sepertinya kurang diakomodasi oleh pemerintah.
Kekurangan ini kemudian makin bertambah parah, saat kita dihadapkan pada kenyataan
mengenai sumber daya manusia yang ada. Hingga enam tahun terakhir tenaga penyuluh
kesehatan yang tercipta hanya sekitar 240 orang. Dan kebanyakan technical assistant, bukan
pemain di lapangan seperti yang diharapkan.
Selain masalah tersebut, yang paling fatal mengenai hal ini adalah masalah kurang
berkesinambungannya program yang dijalankan. Padahal pendidikan tidaklah bisa diberikan
hanya sepotong-sepotong, atau hanya dalam satu waktu yang berbeda. Pemahaman yang baik
didapat bila kita terus-menerus mendapatkan transformasi pengetahuan. Dengan cara yang
berkesinambungan seperti itulah, banyak kasus kesehatan di negara lain bisa semakin
diperkecil. Ini juga menunjukkan kurangnya visi preventif dari orang Indonesia.
Kerugian Ekonomi
Karena kurang perhatian pada masalah ini, mengantarkan kita pada kerugian secara ekonomi
kesehatan. Berita dari Unicef, yang menyebutkan 84 persen anak perempuan usia 15-19 tahun
di Indonesia mempunyai setidaknya salah satu pengertian yang fatal mengenai HIV/AIDS
atau malah tidak pernah mendengar tentang AIDS (SH/20/10), jelas merupakan salah satu
bukti nyata yang bisa kita jadikan pelajaran mengenai hal ini.
”Jelas ada kerugian secara ekonomi yang harus kita derita, bila masalah ini terus dibiarkan
berlarut-larut,” ungkap Dr. dr. Yaslis Ilyas, MPH dari Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan UI.
Menurutnya ada banyak biaya yang harus dikeluarkan, belum lagi risiko kehilangan hari
kerja (produktif) yang seharusnya mereka miliki.
Mudahnya, menurutnya ini terlihat dari angka harapan hidup wanita yang ada sekarang yang
mencapai 60 tahun. Apabila ia mulai bekerja pada usia 25, maka setidaknya ia memiliki 30
tahun usia produktif. Dan bila selama 30 tahun tersebut, paling tidak ia mampu menghasilkan
senilai upah minimum regional (UMR) 2004, yang senilai Rp 671.550/bulan. Maka
sebenarnya dalam satu tahun, ia bisa menghasilkan Rp 8.058.600. dan dalam 30 tahun paling
tidak ia bisa menghasilkan Rp 241.758.000.