perencanaan dan evaluasi penyuluhan

86
I. PENDAHULUAN A. Lat ar Belaka ng Indon esia merupakan negara agraris yang memiliki tanah yang subur sert a iklim ya ng coc ok untuk per tumbuh an ber bag ai jeni s tanama n. Hal ini menyebabkan sebagian besar penduduk Indonesia bermatapencaharian sebagai  petani. Sektor pertanian merupakan sektor primer dalam perekonomian Ind one sia, arti nya per tan ian mer upa kan sektor uta ma ya ng men yumba ng hampir dar i sete nga h per eko nomian. Per tanian jug a memilik i per an nyata sebagai pengha sil devi sa negara me lalui ekspor. Oleh ka ren a it u, perl u diadakannya pembangunan di dalam sektor pertanian sehingga dapat bersaing di pasar dalam negeri maupun di luar negeri. Pe renc anaan pr og ra m pe mb an gu nan pe rt ania n pa da da sarnya merupakan perencanaan pembangunan pertanian yang dilakukan secara resmi ole h pemerin tah. Potensi wil ayah per lu dik embangkan sebaga i salah satu sasaran programa penyuluh an pertan ian karena berisi data-data kecoc okan agrokl imat dengan potensi pe rta ni an di suatu wi lay ah. Potensi lahan diharapkan dapat menampung program-program penyuluhan pertanian tentang komoditas-komoditas yang cocok dibudidayakan di wilayah tersebut. Program  penyuluhan pertanian adalah rencana kegiatan pertanian yang dibuat dengan sengaja dan mempunyai jangka waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang tel ah dit ent uka n. id alam pen gemban gan pro gra m penyu luhan per tan ian, sangat penting untuk meng etahui ruang lingk up dari perencanaa n progr am  penyuluhan pertanian itu sendiri. !valuasi adalah suatu bentuk penelitian ilmiah yang berdasarkan data dan "akta untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan suatu program. !valuasi  juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk kelanjutan program terseb ut. #paka h akan dihentika n atau dilanjutkan dengan perbaikan pada setiap tah ap-tahapa nnya. alam proses pe rta nian terdapat beberapa  perencanaan agar hasil yang didapatkan tersebut sesuai dengan yang dih ara pka n. Per enc anaan dil aku kan untuk men get ahu i dan men ganali sis $

Upload: -

Post on 14-Oct-2015

470 views

Category:

Documents


79 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Kelompok

TRANSCRIPT

4

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki tanah yang subur serta iklim yang cocok untuk pertumbuhan berbagai jenis tanaman. Hal ini menyebabkan sebagian besar penduduk Indonesia bermatapencaharian sebagai petani. Sektor pertanian merupakan sektor primer dalam perekonomian Indonesia, artinya pertanian merupakan sektor utama yang menyumbang hampir dari setengah perekonomian. Pertanian juga memiliki peran nyata sebagai penghasil devisa negara melalui ekspor. Oleh karena itu, perlu diadakannya pembangunan di dalam sektor pertanian sehingga dapat bersaing di pasar dalam negeri maupun di luar negeri.Perencanaan program pembangunan pertanian pada dasarnya merupakan perencanaan pembangunan pertanian yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah. Potensi wilayah perlu dikembangkan sebagai salah satu sasaran programa penyuluhan pertanian karena berisi data-data kecocokan agroklimat dengan potensi pertanian di suatu wilayah. Potensi lahan diharapkan dapat menampung program-program penyuluhan pertanian tentang komoditas-komoditas yang cocok dibudidayakan di wilayah tersebut. Program penyuluhan pertanian adalah rencana kegiatan pertanian yang dibuat dengan sengaja dan mempunyai jangka waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Didalam pengembangan program penyuluhan pertanian, sangat penting untuk mengetahui ruang lingkup dari perencanaan program penyuluhan pertanian itu sendiri. Evaluasi adalah suatu bentuk penelitian ilmiah yang berdasarkan data dan fakta untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan suatu program. Evaluasi juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk kelanjutan program tersebut. Apakah akan dihentikan atau dilanjutkan dengan perbaikan pada setiap tahap-tahapannya. Dalam proses pertanian terdapat beberapa perencanaan agar hasil yang didapatkan tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Perencanaan dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor noncontrolable yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, serta mencari langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan tersebut antara lain mencakup tentang bagaimana persiapan, pengelolaan dan yang terakhir adalah evaluasi dari kegiatan yang kita laksanakan. Praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian ini, kami mengkaji keadaan Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar dengan cara menganalisis data monografi sehingga dapat menetapkan masalah-masalah yang terjadi di desa tersebut. Penetapan masalah dilakukan melalui identifikasi impact point teknis, ekonomis dan sosial. Setelah menetapkan masalah, maka kita dapat menetapkan suatu program untuk menyelesaikan masalah tersebut dalam upaya peningkatan produktivitas sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya. B. Perumusan MasalahAdapun permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang di atas adalah:1. Bagaimana mahasiswa dapat merumuskan dan menetapkan keadaan secara benar dengan mendasarkan pada keadaan yang dipresentasikan dalam monografi daerah, data yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah dan data petani serta usahataninya?2. Bagaimana mahasiswa berlatih mengidentifikasikan Impact Point Teknis, Impact Point Ekonomi dan Impact Point Sosial?3. Bagaimana mahasiswa dapat merumuskan tujuan program penyuluhan pertanian yang memenuhi syarat?

4. Bagaimana mahasiswa dapat menetapkan cara mencapai tujuan dari program penyuluhan pertanian?5. Bagaimana mahasiswa dapat mengevaluasi tujuan program penyuluhan berdasarkan teori yang diberikan?6. Bagaimana mahasiswa dapat menetapkan indikator untuk mengukur kemajuan yang dicapai suatu program penyuluhan pertanian?7. Bagaimana mahasiswa dapat membuat standar dan kriteria untuk menentukan nilai pencapaian tujuan prorgam yang telah ditetapkan dalam evaluasi penyuluhan pertanian?C. Tujuan Pada Praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian ini bertujuan sebagai berikut:1. Mahasiswa dapat merumuskan dan menetapkan keadaan secara benar dengan mendasarkan pada keadaan yang dipresentasikan dalam monografi daerah, data yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah dan data petani serta usahataninya.

2. Mahasiswa berlatih mengidentifikasikan Impact Point Teknis, Impact Point Ekonomi dan Impact Point Sosial, sebagai salah satu bentuk rumusan masalah dalam sebuah program pertanian untuk sebuah wilayah.

3. Mahasiswa dapat merumuskan tujuan program penyuluhan pertanian yang memenuhi syarat.

4. Mahasiswa dapat menetapkan cara mencapai tujuan dari program penyuluhan pertanian.

5. Mahasiswa dapat mengevaluasi tujuan program penyuluhan berdasarkan teori yang diberikan.

6. Mahasiswa dapat menetapkan indikator untuk mengukur kemajuan yang dicapai suatu program penyuluhan pertanian.

7. Mahasiswa dapat membuat standar dan kriteria untuk menentukan nilai pencapaian tujuan prorgam yang telah ditetapkan dalam evaluasi penyuluhan pertanian.D. Manfaat1. Manfaat bagi mahasiswa

a. Praktikan mampu mengidentifikasi impact point teknis, impact point ekonomi, impact point sosial.

b. Mahasiswa memperoleh pengalaman berinteraksi secara langsung dengan petani untuk mengkaji permasalahan pertanian yang ada di lapang.

c. Mahasiswa memperoleh pengalaman melaksanakan penyuluhan secara langsung kepada petani sebagai penerima manfaat penyuluhan.

d. Mahasiswa memperoleh pengetahuan mengenai cara mencegah serta menekan permasalahan yang ada pada sasaran penyuluhan yang diperoleh melalui berbagai sumber informasi.e. Menambah pengetahuan tentang program yang sudah dievaluasi dengan program yang belum dievaluasi.

f. Menambah pengetahuan tentang cara mengevaluasi program yang telah dilaksanakan atau sedang berjalan.

2. Manfaat bagi petani

a. Tumbuhnya keinginan/minat agar mau merubah kebiasaan buruk menjadi baik dengan adanya evaluasi program tersebut.b. Memperoleh masukan terhadap usahataninya sehingga dapat dijadikan sebagai perbaikan.c. Membantu petani memecahkan masalah yang tengah dihadapi saat ini.3. Manfaat bagi penyuluh

a. Mengetahui seberapa tingkat keberhasilan program penyuluhan yang dilaksanakan.b. Memperoleh evaluasi terhadap progam penyuluhan maupun evaluasi terhadap dirinya sendiri.

4. Manfaat bagi Fakultas Pertanian UNS

a. Mendukung kelengkapan dalam penerapan kurikulum pendidikan di Fakultas Pertanian UNS.b. Memberikan informasi maupun bahan mengenai berbagai kajian masalah dan cara mengatasi masalah yang terkait.II. MENETAPKAN KEADAAN

A. Pengumpulan dan Pengolahan DataBadan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Jatipuro berada di wilayah Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar. Data mengenai kebijakan pemerintah, keadaan wilayah, keadaan penduduk dan kelembagaan di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar didapatkan dari data monografi desa, rencana kerja penyuluhan dan programa penyuluhan pertanian Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar. Data-data tersebut antara lain:1. Data Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah merupakan suatu keputusan yang dibuat secara sistematik oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu menyangkut kepentingan umum. Kebijakan pemerintah, khususnya dalam bidang pertanian bertujuan untuk meningkatkan pembangunan pertanian di suatu wilayah hingga akhirnya mampu mendukung pembangunan pertanian nasional. Berikut data kebijakan pemerintah Kecamatan Jatipuro.

Tabel 2.1 Data Kebijakan Pemerintah di Kecamatan Jatipuro Tahun 2014No.Progama

1.Peningkatan pendapatan petani guna meningkatkan kesejahteraan keluarga

2.Peningkatan pengetahuan, sikap dari ketrampilan (PSK) masyarakat tani dalam agribisnis pertanian

3.Peningkatan dan penciptaan ketersediaan pangan dengan ikut mengawal program pemerintah dalam mencapai target surplus beras 10 juta pada tahun 2014

4.Peningkatan dan mendukung kelestarian lingkungan hidup, peningkatan produktivitas ulat pelok dengan pola SL-PTT menjadi 69 kwt GKG

5.Pengembangan varietas baru

6.Peningkatan penanganan pasca usaha pertanian

7.Pengembangan komoditas unggulan daerah

8.Peningkatan pengembangan pertanian organik

9.Pengembangan usahatani dengan pola kemitraan

10.Intensifikasi tanaman hias

11.Pengembangan kolam dengan ikan patin nila merah

12.Penanganan flu burung

13.Peningkatan inseminasi buatan

14.Peningkatan konservasi dan pelestarian SDA

Sumber: Data SekunderData kebijakan Kecamatan Jatipuro berlaku untuk semua desa yang ada di Kecamatan Jatipuro termasuk Desa Jatisuko. Kebijakan tersebut disambut baik oleh penduduk Desa Jatisuko. Hal ini terlihat dari antusias penduduk dalam mengikuti program penyuluhan yang dilaksanakan oleh penyuluh. Penyuluhan dilakukan secara terjadwal.2. Data Keadaan Wilayaha. Musim/IklimIklim adalah suatu unsur yang sama sekali tidak dapat dipengaruhi, artinya dengan jalan bagaimanapun tidak dapat diubah sekehendak manusia. Unsur-unsur iklim, seperti suhu, sinar matahari, curah hujan, angin, dan penguapan. Iklim besar pengaruhnya terhadap usaha pertanian misalnya dalam pemilihan kultur, produktivitas hasil tanaman, pelaksanaan pekerjaan pertanian (AAK, 1983). Iklim adalah suatu unsur yang sama sekali tidak dapat dipengaruhi, artinya dengan jalan bagaimanapun tidak dapat diubah sekehendak manusia. Unsur-unsur iklim, seperti suhu, sinar matahari, curah hujan, angin, dan penguapan. Iklim besar pengaruhnya terhadap usaha pertanian, misalnya dalam pemilihan kultur, produktivitas hasil tanaman, pelaksanaan pekerjaan pertanian.Di Indonesia terdapat dua jenis musim/iklim, yaitu musim panas dan musim penghujan yang terjadi masing-masing selama kurang lebih enam bulan. Iklim juga dapat mempengaruhi pertanian di suatu tempat, seperti dapat menentukan jenis tanaman, mempengaruhi pemilihan, pemeliharaan, serta penggunaan mesin pertanian yang tepat, dan sebagainya.Tabel 2.2 Data Iklim di Desa Jatisuko Tahun 2013NoIndikatorKeterangan

1.Curah Hujan2241 mm/thn

2.Ketinggian770 mdpl

3.Suhu Rata-Rata Harian32oC

Sumber: Data Sekunder Dari data di atas dapat diketahui bahwa Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro memiliki curah hujan sebesar 2241 mm/tahun. Ketinggian desa tersebut, yaitu 770 mdpl dengan suhu rata-rata 32 oC. Desa Jatisuko termasuk daerah yang basah karena memiliki curah hujan yang sedang. Oleh karena itu, di Desa Jatisuko ini cocok untuk menanam bermacam-macam tanaman pangan, seperti padi, palawija, hortikultura.b. Batas Wilayah

Desa Jatisuko merupakan salah satu desa di Kecamatan Jatipuro yang berada di daerah dataran tinggi. Desa Jatisuko memiliki luas wilayah 310,32 Ha. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan adalah 5 km, dan jarak dari Ibukota Kabupaten 20 km. Adapun batas wilayah Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar, yaitu sebagai berikut.Tabel 2.3 Batas Wilayah di Desa Jatisuko Tahun 2013BatasDesa/KelurahanKecamatan

Utara

Selatan

TimurPlosoJatimulyo KarangbangunJatiwarno dan JatiharjoJatipuroJatipuro

Jatipuro

BaratJatikuwungJatipuro

Sumber: Data SekunderData mengenai keadaan wilayah Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro ini diperoleh dari data monografi desa/kelurahan Jatisuko. Data monografi yang ada dalam suatu wilayah tertentu memegang peranan penting. Kelengkapan dan keakuratan data monografi suatu wilayah sangat diperlukan, semakin lengkap dan akurat data yang ada, maka semakin mudah dan tepat dalam merencanakan pembangunan yang akan datang di wilayah tersebut. Begitu juga dengan data monografi yang dimiliki oleh Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar ini dapat digunakan untuk membuat perencanaan pembangunan desa tersebut. c. Keadaan Topografi, Jenis Tanah, Pengairan dan Pertanaman

Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit alam dan asteoroid. Topografi alam dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Dengan mengetahui jenis tanah suatu wilayah, kita dapat menentukan jenis tanaman yang harus ditanam di daerah tersebut. Pengairan adalah suatu usaha mengatur dan memanfaatkan air yang tersedia baik dari sungai maupun dari sumber air yang lain dengan menggunakan sistem tata saluran untuk kepentingan pertanian.

Tabel 2.4Data Keadaan Topografi, Jenis Tanah, Pengairan dan Pertanaman di Desa Jatisuko Tahun 2013No.

IndikatorKondisi

1.

2.Topografi

Jenis Tanah TinggiLatosol

3.PengairanTeknis dan tadah hujan

4.PertanamanPadi, palawija, hortikultura

Sumber: Data SekunderTopografi di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro sebagian besar adalah miring karena Desa Jatisuko berada pada dataran tinggi dengan ketinggian tanah dari permukaan laut adalah 770 meter di atas permukaan laut. Tipe topografi tinggi dengan jenis tanah lathosol, yaitu tanah yang tidak terlalu subur sehingga jenis tanaman kurang beragam. Pengairan yang terdapat di Desa Jatisuko, yaitu teknis dan tadah hujan. Tanaman yang biasa ditanam dan dibudidayakan, yaitu padi, palawija, dan hortikultura.

d. Perhubungan Jalan, Listrik dan Telepon

Setiap daerah memiliki sarana dan prasaran yang berbeda. Sarana dan prasarana yang ada dapat menunjukkan tingkat perkembangan daerah tersebut. Desa Jatisuko memiliki sarana dan prasarana berupa jalan, listrik dan telepon.Tabel 2.5Data Sarana dan Prasarana di Desa Jatisuko Tahun 2013NoIndikatorKondisi

1.

2.Jalan yang baik

Jalan yang rusak10 km

5 km

3.ListrikAda

4.TeleponAda

Sumber: Data SekunderTabel di atas menunjukkan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Desa Jatisuko. Jalan di Desa Jatisuko menjadi salah satu jalur utama tranportasi darat yang dilalui bus dan truk muatan. Kondisi jalan yang dilalui transportasi umum dan merupakan jalan besar sudah baik. Selain jalan umum, ada juga jalan yang berada di tengah desa, baik yang berkondisi baik ataupun sudah rusak. Panjang jalan yang baik dan rusak tidak diketahui secara pasti, karena tidak terdapat dalam monografi Desa Jatisuko. Penduduk Desa Jatisuko sudah memakai listrik, teknologi komunikasi sudah memasuki Desa Jatisuko. Walaupun tidak ditemukan telepon umum, tetapi sebagian besar penduduk Desa Jatisuko sudah memiliki telepon genggam.3. Data Keadaan Penduduk

Data kependudukan merupakan data yang mengelompokkan penduduk untuk memudahkan dalam pengelompokan berdasarkan hal tertentu. Data kependudukan dapat dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan mata pencaharian.

a. Keadaan Penduduk Menurut UmurPenduduk menurut kelompok umur adalah pengelompokkan penduduk menurut usia dan jenis kelaminnya. Pengelompokkan ini dimaksudkan untuk mengetahui penduduk usia produktif dan penduduk usia non produktif dalam kurun waktu tertentu di suatu wilayah. Penduduk yang tergolong dalam usia produktif adalah usia 15-54 tahun dan penduduk yang tergolong dalam usia non produktif adalah usia 0-14 tahun dan 54 tahun ke atas.Tabel 2.6Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar Tahun 2013No.Kelompok UmurJumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.12.

13.0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

55-59

60+132

214

238

192

226

294

285

282

280

278

280

294

363

Jumlah3358

Sumber: Data Sekunder Tabel 2.6 menunjukkan jumlah penduduk menurut umur di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro. Jumlah penduduk terbesar adalah penduduk dengan usia 25-29 tahun dan usia 55-59 tahun dengan jumlah 294 jiwa. Sedangkan penduduk dengan jumlah terkecil adalah penduduk yang berusia 0-4 tahun dengan jumlah 132 jiwa. Angka beban tanggungan merupakan perbandingan jumlah penduduk yang non produktif dengan produktif dalam prosentase.

ABT (Angka Beban Tanggungan)= = x 100%

= 58,62 % = 59 %Angka Beban Tanggungan di Desa Jatisuko sebesar 59%. Hal ini berarti tiap 100 penduduk usia produktif di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro harus menanggung 59 penduduk usia non produktif. ABT yang ditanggung oleh masyarakat di Desa Jatisuko termasuk dalam kategori rendah karena jumlah penduduk non produktif lebih kecil dari jumlah penduduk usia produktif. Apabila jumlah penduduk non produktif lebih besar dari jumlah penduduk usia produktif, maka angka tanggungan lebih tinggi.

b. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Penduduk merupakan orang-orang yang bermukim di suatu wilayah, baik sementara atau menetap. Komponen penduduk adalah laki-laki dan perempuan. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin penting untuk diketahui terutama ketika menyusun suatu perencanaan kebijakan dan programa pembangunan suatu wilayah. Tabel berikut menunjukkan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro.

Tabel 2.7 Keadaan Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar Tahun 2013No.Jenis KelaminJumlah (Orang)

1.Laki-laki1699

2.Perempuan1659

3358

Sumber: Data SekunderTabel 2.7 menunjukkan jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro. Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat diketahui sex ratio Desa Jatisuko. Sex ratio merupakan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan dalam persentase. Perhitungan sex ratio perlu dilakukan karena dapat digunakan untuk pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan.

Sex ratio= x 100

= x 100

= 102,41 = 102Sex ratio diperoleh dengan menggunakan jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan untuk, kemudian dibuat perbandingannya. Jika Sex ratio 100, artinya dalam 100 orang perempuan terdapat 100 orang laki-laki (jumlah laki-laki sama dengan perempuan). Hal ini berarti pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki sama, jika sex ratio kurang dari 100, maka pembagian kerjanya tidak sama, yang lebih berperan adalah wanita, begitu pula sebaliknya. Angka Sex Ratio di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro adalah sebesar 102. Angka ini menunjukkan bahwa pada setiap 100 orang perempuan terdapat 102 laki-laki. Oleh karena itu, yang lebih berperan dalam pekerjaannya yaitu laki-laki.

c. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan di suatu daerah menunjukkan pencapaian pemerataan pendidikan suatu negara. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan dapat dilihat pada kondisi pendidikan di pedesaan. Adanya tingkat pendidikan yang tinggi pada suatu daerah dapat mempercepat proses pembangunan pada daerah yang bersangkutan.Tabel 2.8 Keadaan Penduduk Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar Tahun 2013No.Tingkat PendidikanJumlah (Orang)

1.Tamat Akademi Perguruan Tinggi75

2.Tamat SLTA315

3.Tamat SLTP350

4.Tamat SD830

5.Tidak Tamat SD0

6.Belum Tamat SD750

7.Tidak Sekolah0

Jumlah2320

Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan tabel 2.8 dapat diketahui bahwa pendidikan penduduk di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro masih rendah. Hal ini ditunjukkan oleh tingkat pendidikan terbanyak pada tingkat tamat SD sebesar 830 sedangkan penduduk yang menyelesaikan pendidikan hingga tamat perguruan tinggi, yaitu hanya 75 orang. Penduduk yang tamat SLTA adalah sebanyak 315 orang, tamat SLTP sebanyak 350 orang, belum tamat SD sebanyak 750 orang dan tidak ada penduduk yang tidak tamat SD maupun yang tidak bersekolah.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan sangat berpengaruh terhadap kegiatan penyuluhan yang ada di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro. Tingkat pendidikan yang relatif tinggi akan mempengaruhi kecepatan petani dalam mengadopsi inovasi-inovasi yang ada. Selain itu, petani mempunyai pengetahuan tentang analisis usahatani sehingga dapat memperhitungkan setiap pengeluaran dan pendapatan dalam usahatani.

d. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Keadaan penduduk menurut mata pencaharian diperlukan untuk mengetahui proporsi penduduk sesuai jenis mata pencaharian sehingga dapat diketahui dengan tepat jumlah petani di Desa Jatisuko. Dengan mengetahui jumlah petani, maka akan memudahkan penyuluh dalam membuat perencanaan untuk mendukung upaya peningkatkan produksi pertanian. Keberadaan petani memberi kontribusi bagi pertumbuhan pendapatan pokok daerah dari sektor pertanian.Akibat pertambahan penduduk yang tinggi, maka jumlah angkatan kerja tidak seharusnya terserap. Bahkan semakin ketatnya persaingan tenaga kerja, maka angkatan kerja muda yang merupakan tenaga kerja kurang produktif pun ikut bersaing. Hal ini kurang menguntungkan usaha pembangunan secara nasional karena golongan muda kurang produktif tersebut merupakan beban. Masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja merupakan masalah yang harus ditangani secara serius karena sangat peka terhadap ketahanan nasional (Aditya, 2000).Tabel 2.9 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar Tahun 2013No.Jenis Mata PencaharianJumlah

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.Petani

Buruh Tani

Angkutan

Wiraswasta

Buruh industri

Buruh bangunan

Swasta

PNS, TNI, POLRI

Pensiunan

Pengangguran

Lain-lain60

450

19

50

-

100

30

29

25

-

-

Jumlah763

Sumber : Data SekunderBerdasarkan Tabel 2.9 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro bermatapencaharian sebagai buruh tani. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian diperlukan untuk mengetahui seberapa besar penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani, hal ini dikarenakan pendapatan pokok Desa Jatisuko adalah dari sektor pertanian. Dengan mengetahui jumlah petani, maka dapat dibuat perencanaan yang dapat meningkatkan produksi pertaniannya. Potensi pertanian yang mampu dioptimalkan akan memberikan manfaat bagi kesejahteraan produsen dan masyarakat.4. Data Kelembagaan Desa

Kelembagaan di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro meliputi kelembagaan di bidang pemerintahan, pertanian, dan kelembagaan sosial/ kemasyarakatan. Kelembagaan adalah suatu hubungan dan tatanan antara anggota masyarakat atau organisasi yang melekat, diwadahi dalam suatu jaringan atau organisasi yang dapat menentukan suatu hubungan antara manusia atau organisasi dengan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat, berupa norma, kode etik atau aturan formal dan non-formal untuk bekerja sama demi mencapai tujuan yang diinginkan. Kelembagaan berisi sekelompok orang yang bekerja sama dengan pembagian tugas tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Tujuan peserta kelempok dapat berbeda, tetapi dalam organisasi menjadi satu kesatuan (Hartati, 2001). Adapun rincian kelembagaan di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro adalah sebagai berikut:a. Kelembagaan PemerintahKelembagaan pemerintah yang terdapat di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro adalah BPD dan LPMD. Fungsi dari kelembagaan pemerintah adalah untuk mengatur pemerintahan desa. Kelembagaan pemerintah yang ada di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro dapat dilihat pada tabel berikut.Tabel 2.10Kelembagaan Pemerintah di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar Tahun 2013No.Jenis KelembagaanJumlah Anggota

1.2.3.4.5.6.BPD

LMPD

Kepala Desa

Sekretaris Desa

Kepala Dusun

KAUR9

9

1

1

8

6

Total34

Sumber : Data SekunderBerdasarkan Tabel 2.10 dapat diketahui bahwa kelembagaan pemerintah di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, yaitu BPD yang merupakan salah satu unsur penyelenggara. Pemerintahan Desa terbentuk sebagai wahana pelaksanaan demokrasi di Desa telah menunjukkan peran penting dalam mendukung perwujudan tata penyelenggaraan pemerintahan desa yang baik. Lembaga BPD memiliki anggota sebanyak 9 orang. Kepala desa di Desa Jatipuro 1 orang dengan sekretaris desa 1 orang. Kepala dusun yang ada sebanyak 8 orang dan KAUR yang 6 orang. LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) adalah wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra Pemerintah Desa dalam menampung dan mewujukan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dibidang pembangunan memiliki anggota sebanyak 9 orang. Anggota LPMD dipilih oleh masyarakat desa yang bersangkutan.

b. Kelembagaan Pertanian

Pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi penduduk pedesaan. Kelembagaan pertanian adalah suatau lembaga yang terbentuk karena faktor kepentingan dan kebutuhan yang sama dari suatu masyarakat untuk menjalankan kegiatan pertanian. Fungsi dari kelembagaan Pertanian di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro adalah untuk koordinasi pertanian, baik dari waktu tanam, input produksi, dan pola tanam yang disampaikan dari PPL. Selain itu, juga untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi petani. Kelembagaan pertanian yang ada di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro adalah sebagai berikut.Tabel 2.11 Data Kelembagaan Pertanian di Desa Jatisuko Tahun 2013No.LembagaJumlah Anggota

1.

2.

3.

4.

5.

6.7.

8.

9.

10.

11.

12.13.Suko Mulyo I

Suko Mulyo II

Suko Mulyo III

Suko Mulyo IV

Suko Mulyo V

Suko Mulyo VI

Suko Mulyo VII

Suko Mulyo VIII

Suko Mulyo IX

Suko Mulyo X

Suko Mulyo XI

Sumber Pangan I

Sumber Pangan II35

41

30

40

45

30

30

24

45

30

29

21

15

Sumber: Data SekunderTabel Data Kelembagaan Pertanian di Desa Jatisuko Tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah kelompok tani di Desa Jatisuko jumlahnya cukup banyak. Ada 13 kelompok tani di Desa Jatisuko, walaupun tidak semua kelompok tani di Desa Jatisuko tersebut aktif. Kelompok Tani Suko Mulyo II memiliki jumlah anggota paling banyak, yaitu 41 jiwa. Berbeda dengan Kelompok Tani Sumber Pangan II yang hanya memilii anggota 15. Kelompok tani tersebut memiliki jumlah anggota yang paling sedikit di antara kelompok tani yang lain.c. Kelembagaan Kemasyarakatan

Kelembagaan sosial adalah suatau lembaga yang terbentuk karena faktor kepentingan dan kebutuhan yang sama dari suatu masyarakat. Fungsi dari kelembagaan sosial/kemasyarakatan di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro adalah untuk menggerakkan masyarakat dalam kelembagaan yang berpartisipasi dalam kemasyarakatan atau sosial. Kelembagan kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warga Negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan visi, misi, profesi, fungsi dan kegiatan untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, yang terdiri dari organisasi keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, organisasi swasta, organisasi sosial, organisasi politik, media massa, dan bentuk organisasi lainnya(Farid, 2009). Kelembagaan sosial yang ada di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro adalah sebagai berikut:Tabel 2.12 Kelembagaan Sosial atau Masyarakat di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar Tahun 2013

No.SaranaJumlah

1.Sekolah

a. TK

b. SD

c. SLTP Umum2 Buah

-

-

2.Masjid 10 Buah

3.Gereja -

4.Mushola 3 Buah

5.Puskesmas Pembantu-

6.Posyandu8 Buah

7.PKD1 buah

8.Lapangan Olahraga2 buah

Jumlah26 buah

Sumber : Data SekunderBerdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kelembagaan sosial atau masyarakat di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar adalah sarana pendidikan, tempat ibadah, sarana kesehatan, dan sarana olahraga. Desa Jatisuko hanya memiliki 2 bangunan sebagai sarana pendidikan, yaitu bangunan TK. Sarana peribadatan mempunyai 10 masjid dan 3 mushola, tetapi tidak mempunyai gereja. Posyandu di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro sebanyak 8 buah. Fungsi Posyandu adalah menanggulangi berbagai masalah kesehatan terutama yang dihadapi lansia dan balita, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif. Untuk sarana olahraga, Desa Jatisuko memiliki 2 lapangan olahraga, yaitu lapangan sepak bola dan lapangan bulutangkis.5. Data Keadaan Usahatania. Pengusaaan Aset Masyarakat

Usahatani merupakan usaha yang dilakukan petani dalam bidang pertanian yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan petani. Usahatani sangat erat hubungannya dengan tingkat kesejahteraan petani. Hal ini juga terlihat dari aset yang dimiliki petani dalam menunjang usahataninya. Data penguasaan aset masyarakat di Desa Jatisuko dapat dilihat tabel berikut.Tabel 2.13Data Penguasaan Aset Masyarakat di Desa Jatisuko Tahun 2013

No.LembagaJumlah AnggotaLuas Garapan (Ha)Total

SawahTegalan dan Pekarangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.Suko Mulyo I

Suko Mulyo II

Suko Mulyo III

Suko Mulyo IV

Suko Mulyo V

Suko Mulyo VI

Suko Mulyo VII

Suko Mulyo VIII

Suko Mulyo IX

Suko Mulyo X

Suko Mulyo XI

Sumber Pangan I

Sumber Pangan II35

41

30

40

45

30

30

24

45

30

29

21

1514.60

11.70

13.70

16.50

7.400

16.70

15.10

15.00

13.30

13.20

6.700

-

-5.2000

3.0000

9.0000

6.3000

4.1000

4.5000

4.0000

4.7000

4.2000

4.2000

2.5000

2.0000

2.000019.800

14.700

22.700

22.700

11.500

21.200

19.100

19.700

17.500

17.400

9.2000

2.0000

2.0000

Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa penguasaan aset masyarakat Desa Jatisuko bervariasi. Penguasaan lahan terbesar adalah kelompok tani Suko Mulyo III dan Suko Mulyo IV dengan total luas garapan 22,7 Ha untuk masing-masing kelompok tani. Sedangkan penguasaan lahan terkecil adalah kelompok tani Sumber Pangan I dan Sumber Pangan II, yaitu sebesar 2 Ha. Luas garapan kelompok tani Sumber Pangan I dan II kecil karena kelompok tani tersebut hanya menggarap tegalan dan pekarangan.b. Keadaan Tanaman Pangan, Luas Lahan dan Hasil PanenSebuah proses produksi yang menghasilkan output tidak pernah terlepas dari adanya input-input yang menunjang. Input tersebut dapat diperoleh apabila ada sejumlah biaya yang dikorbankan petani untuk menghasilkan output tertentu. Penentuan harga tidak hanya berpacu pada biaya input yang telah dikeluarkan, tetapi juga pada harga produk pada saat panen.Tabel 2.14Data Keadaan Tanaman Pangan di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar Tahun 2013No.Jenis TanamanLuas Lahan (ha)Hasil Panen (ton)

1.Padi152504

2.Jagung5075

3.Ketela Pohon2754

4.Kacang Tanah1015

Sumber: Data Sekunder

Dari tabel di atas dapat diketahui jenis tanaman yang ada di Desa Jatisuko, yaitu padi, jagung, ketela pohon, dan kacang tanah. Tanaman pangan yang paling banyak ditanam adalah padi dengan jumlah luas lahan 152 ha dan hasil panen 504 ton sehingga dalam satu ha lahan dapat menghasilkan 3,31 ton. Tanaman pangan yang paling sedikit ditanam adalah kacang tanah dengan luas lahan 10 ha dan hasil panen 15 ton.B. Perumusan KeadaanPraktikum Perencanaan dan Evaluasi Penyuluhan Pertanian ini dilaksanakan di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Terdapat tiga kelompok tani yang menjadi narasumber diantaranya kelompok tani Suko Mulyo III dengan ketua kelompok Bapak Sukarno, kelompok tani Suko Mulyo V dengan ketua kelompok Bapak Daryonoo, dan yang terakhir kelompok tani Suko Mulyo II dengan ketua kelompok Bapak Sriyono. Sebagian besar jenis tanaman yang ditanam di desa ini adalah tanaman padi dan tanaman palawija, seperti jagung, ketela pohon, dan kacang tanah. Adapun rumusan keadaan yang ada di tempat tersebut yaitu:

1. Hampir semua petani menanam tanaman padi, tetapi ada pula yang menanam tanaman palawija.

2. Teknik pengolahan tanah, yaitu dengan cara dicangkul, dibajak dengan alat traktor dan digaru.3. Sistem irigasi yang ada di lahan desa ini, yaitu dengan irigasi teknis dari bendungan dan tadah hujan.4. Benih yang digunakan petani merupakan varietas unggul padi.

5. Sistem tanam padi dengan menggunakan sistem jajar legowo.6. Sebelum dipanen, tanah biasanya dibiarkan kering.

7. Hasil panen padi sebagian besar dikonsumsi sendiri dan ada pula yang dijual dalam bentuk beras.8. Penurunan kesuburan tanah di Desa Jatisuko selalu diiringi dengan pemberian pupuk organik agar kesuburan tanah tetap terjaga.

9. Petani mendapatkan pupuk organik dari penyuluh ataupun membeli sendiri di toko saprodi.

10. Petani di desa ini tidak menjual beras jika harga beras mahal dan ketika membutuhkan uang.11. Tenaga kerja yang digunakan kebanyakan dari tenaga kerja dalam keluarga sendiri untuk menghemat biaya tenaga kerja yang dikeluarkan.

12. Masih ada petani yang belum memperhitungkan pendapatan yang diperoleh, walaupun sudah ada perencanaan di awal bersama anggota kelompok tani yang lain.

13. Petani di desa ini tidak melakukan analisis biaya usahatani, hanya beberapa anggota GAPOKTAN yang melakukannya.

14. Hasil produksi padi PKG rata-rata untuk saat ini, yaitu sebesar 6,7 ton/ha15. Hampir semua petani antusias mendengarkan penyuluh dalam memberikan informasi terkait cara peningkatan usahatani dan pengendalian hama dan penyakit.

16. Setiap anggota kelompok tani sudah terjalin keeratan kekeluargaan sehingga komunikasi antar anggota mudah dilakukan.

17. Kesadaran terhadap penyerapan teknologi baru cukup tinggi.C. Masalah yang DihadapiPeranan petani dan masyarakat berpengaruh terhadap masalah yang terjadi di Desa Jatisuko. Selain itu, faktor cuaca, pengendalian hama dan penyakit juga tidak kalah penting, dimana turut berdampak terhadap hasil produksi pertanian. Adapun masalah yang dihadapi petani di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar, yaitu:1. Pada musim kemarau petani tidak bisa menanam padi

Sisrim irigasi di Desa Jatisuko ada yang teknis dan ada pula yang tadah hujan. Pada musim kemarau, petani yang tadah hujan tidak bisa menanam padi karena tidak ada air. Irigasi teknis petani dapat menanam padi tetapi juga terjadi kelangkaan air. Petani harus bergantian dengan petani lainnya untuk menyirami padi di sawah agar tidak terjadi kekeringan. 2. Distribusi pupuk kurang lancar Kelangkaan pupuk anorganik di Desa Jatisuko disebabkan karena distribusi pupuk kurang lancar. Petani menggunakan pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk anorganik yang berupa pupuk urea, ponska, dan SP36 sering terjadi kelangkaan sehingga petani mengalam kesulitan dalam pemupukan. 3. Adanya hama dan penyakit yang menyerang

Hama dan penyakit yang menyerang di Desa Jatisuko berupa penyakit kresek pada padi. Akibat dari serangan hama tersebut produktivitas padi menjadi menurun. Permasalahan itu terjadi dikarenakan pelaksanaan PHT dan pelaksanaan pola tanam dan tata tanam saat pembibitan belum baik.D. Upaya Pemecahan MasalahBanyak upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada di Desa Jatisuko, baik yang berasal dari masyarakat setempat maupun dari pemerintah. Upaya ini bertujuan untuk memperbaiki keadaan sehingga akan diperoleh hasil yang lebih baik. Adapun upaya pemecahan masalah yang dihadapi petani yang ada di Desa Jatisuko, Kecamatan jatipuro, Kabupaten Karanganyar yaitu:

1. Perbaikan irigasi

Irigasi teknis yang ada di Desa Jatisuko perlu diperpanjang agar semua wilayah di desa tersebut mendapatkan air irigasi. Irigasi yang sudah ada juga perlu diperbaiki lagi. Selain itu, petani juga sebaiknya melakukan pergiliran pengairan air irigasi. Peran pemerintah diperlukan dalam perbaikan irigasi sehingga petani dapat menanam padi pada saat musim kemarau.2. Distribusi pupuk kurang lancar Pendistribusian yang kurang lancar ini dikarenakan oleh berbagai hal. Salah satu penyebabnya, yaitu pupuk subsidi digunakan untuk petani justru digunakan pada sektor perkebunan dan tekstil. Peran pemerintah diperlukan dalam masalah kelangkaan pupuk tersebut. Pemerintah seharusnya melakukan pengawasan tentang pendistribusian pupuk agar tepat tujuan. Selain itu, petani sebaiknya dibiasakan menggunakan pupuk organik agar tidak tergantung dengan pupuk anorganik.

3. Adanya hama dan penyakit yang menyerangPenyakit yang menyerang dapat menyebabkan turunnya produktivitas padi sehingga perlu dilakukan upaya pemberantasan hama. Pemberantasan hama dilakukan dengan pestisida organik agar hama dan penyakit tidak resisten terhadap pestisida. Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan secara bersamaan atau serentak agar hama dan penyakit tersebut tidak menyebar.III. IDENTIFIKASI IMPACT POINT TEKNIS

A. Penyusunan Instrumen Impact Point Teknis

Identifikasi impact point teknis merupakan suatu langkah yang dilakukan untuk mengetahui permasalahan mengenai teknis budidaya yang dialami petani dan bagaimana solusi apa yang harus digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Hal ini berhubungan dengan pelaksanaan secara teknis dari kegiatan usahatani yang meliputi sapta usahatani (pembibitan, penanaman, pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit, panen, dan pemasaran).

Penyusunan instrumen yang dibutuhkan dalam mengidentitifikasi impact point teknis perlu dibuat kuisioner terlebih dahulu yang berisi daftar pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan teknik budidaya komoditas yang ditanam di lokasi penelitian. Untuk menentukan impact point, terlebih dahulu kita harus menyusun instrumen untuk menilai luas cakupan dan tingkat penerapan teknologi (TPT) dengan menggunakan kuisioner. Di bawah ini adalah tabel penyusunan instrumen yang digunakan dalam praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar.

Tabel 3.1Kuisioner Penilaian Luas Cakupan dan Tingkat Penilaian Teknologi (TPT) Teknis

NoPERTANYAANALTERNATIF JAWABANSKOR

1234

IBENIH(100)

1.Varietas apa yang Saudara pergunakan?a. Varietas unggul

b. Unggul Lokal30

15

2.Dari mana asal benih yang Saudara pergunakan?a. Dinas (PT Pertani, Sanghyang Sri, KUD)

b. Pengankar/pedagang benih

c. Benih sendiri20

15

10

3.Berapa jumlah benih yang Saudara pergunakan?a. Sesuai rekomendasi

b. Lebih dari rekomendasi

c. Kurang dari rekomendasi30

20

10

4.Setiap berapa kali Saudara mengadakan pergantian benih?a. Setiap musim tanam ganti

b. Setiap 2 musim tanam ganti

c. Setiap 3 musim tanam ganti

d. Lebih dari 3 musim tanam ganti20

15

10

5

IIBERCOCOK TANAM(150)

1.Bagaimana cara Saudara mengerjakan tanaha. Dikerjakan sesuai aturan (dibajak, dicangkul, dan digaru)

b. Dikerjakan kurang intensif (dicangkul dan diratakan)

c. Tidak dikerjakan pengolahan30

20

10

2.Bagaimana Saudara membuat bedengan?a. Sesuai dengan anjuran (lebar 2 m, panjang sesuai dengan lahan yang ada)

b. Tidak sesuai anjuran

c. Tidak dibuat bedengan30

20

10

3.Bagaimana Saudara membuat parit keliling?a. Dibuat sesuai anjuran (lebar 40 cm, kedalaman 40 cm)

b. Dibuat tidak sesuai anjuran

c. Tidak dibuat bedengan20

15

10

4.Bagaimana cara Saudara menanam?a. Ditugal sedalam 3-5cm

b. Ditanam dengan sistem palir

c. Disebar 10

6

2

5.Berapa ukuran jarak tanam yang Saudara pakai?a. Sesuai anjuran (untuk yang bercabang banyak menggunakan jarak 25x25 cm, yang bercabang sedikit menggunakan jarak 20 x 20 cm)b. Tidak sesuai dengan anjuran10

5

6.Berapa jumlah benih tiap lubang yang dipergunakan?a. Sesuai dengan anjuran (2-3 biji/ lubang)

b. Tidak sesuai anjuran10

5

7.Apakah Saudara melakukan penyiangan?a. Dilakukan 2 kali dalam 1 musim

b. Dilakukan 1 kali dalam 1 musim

c. Tidak disiangi10

6

2

8.Apakah Saudara melakukan pergiliran tanaman?a. Dilakukan sesuai anjuran (ganti tanaman tiap musim)

b. Tidak dilakukan (padi terus menerus)3

0

IIIPEMUPUKAN(100)

1.Bagaimana frekuensi yang dilakukan?a. Dua kali selama pertanaman

b. Satu kali selama pertanaman

c. Tidak dipupuk20

15

10

2.Berapakah dosis tiap frekuensi pemupukan?a. Sesuai anjuran

b. Lebih dari anjuran

c. Kurang dari anjuran30

20

10

3.Bagaimana cara Saudara memupuk?a. Ditugal, pupuk dimasukkan lalu dibenam

b. Ditaruh dalam paliran lalu dibenam

c. Disebar lalu diinjak-injak

d. Disebar saja20

15

10

5

4.Apakah Saudara juga memberikan pupuk organik sebagai tambahan pupuk?a. Menanam sesuai dengan anjuran

b. Menambah tidak sesuai dengan anjuran

c. Tidak menambah10

6

2

IVPENGAIRAN(50)

1.Apakah Saudara memberikan air pada saat kemarau?a. Menambah air pada musim kemarau secara rata

b. Menambah tetapi tidak merata

c. Tidak menambah15

10

5

2.Apakah saudara menambah pemberian air pada saat tanaman menjelang berbunga?a. Diberi tambahan air

b. Tidak diberi tambahan air10

5

3.Apakah dalam fase pengisian polong Suadara memberi air pengairan?a. Diberi tambahan air

b. Tidak diberi tambahan air10

5

4.Bagaimana cara saudara mengairi?a. Dibuatkan saluran pengairan

b. Tidak dibuatkan saluran5

0

5.Apakah pengeringan sebelum dipanen saudara lakukan?a. Dilakukan pengeringan

b. Tidak dilakukan5

0

VPENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT(100)

1.Berapa kali Suadara melakukan pemberantasan hama?a. Empat kali penyemprotan

b. Tiga kali penyemprotan

c. Dua kali penyemprotan

d. Satu kali penyemprotan

e. Tidak disemprot10

8

6

4

2

2.Berapa dosis spray yang Saudara pergunakan setiap penyemprotan?a. Sesuai dengan anjuran (1 lt 1 kali spray)

b. Lebih dari anjuran

c. Kurang dari anjuran10

6

2

3.Berapakah konsentrasi larutan yang Saudara pergunakan?a. Sesuai anjuran (2 cc/lt)

b. Lebih dari anjuran

c. Kurang dari anjuran10

6

2

4.Alat apa yang Saudara pakai dalam penyemprotan?a. Dengan alat penyemprot (hand sprayer / motor sprayer)

b. Dengan alat tradisional10

5

5.Bagaimana cara saudara menyemprot?a. Sesuai anjuran (tepat waktu dan interval)

b. Tidak sesuai anjuran10

5

6.Apakah saudara menggunakan pestisida yang sesuai dengan hama/penyakitnya?a. Sesuai dengan hama/penyakit yang menyerang

b. Tidak sesuai dengan hama/penyakit yang menyerang15

10

7.Siapa yang melakukan pengamatan terhadap adanya hama dan penyakit?a. Petugas pengamat hama

b. Regu pemberantasan hama dari kelompok tani

c. Petani sendiri15

10

5

VIPANEN(40)

1Kapan Saudara melakukan panen?a. Sesuai anjuran (100-110 HST)

b. Tidak sesuai anjuran255

2Bagaimana cara Saudara memanen?a. Dengan sabit

b. Dengan tangan saja15

5

VIIPEMASARAN(12)

1Bagaimana sistem penjualan terhadap hasil panen Saudara?a. Dijual ke pengumpul

b. Dijual sendiri

c. Ditebaskan8

6

2

2Kemanakah Saudara memasarkan hasil/produksi?a. Ke daerah luar Kabupaten

b. Hanya sampai dalam Kabupaten Setempat

c. Di desa/tempat sendiri4

3

1

Sumber: Data Primer

B. Penetapan Sampel Petani Responden

Lokasi Praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian adalah di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar. Pengambilan sampel dimulai pada tahap penentuan lokasi yang dilakukan oleh petugas penyuluhan dari BPP Kecamatan Jatipuro. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel.Praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian dilaksanakan di Kecamatan Jatipuro. Penetapan sampel responden dari kalangan petani dimulai dari tahap penentuan lokasi, yaitu menentukan desa yang berada di Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar. Penentuan sampel desa dilakukan berdasarkan lokasi desa yang berada di sekitar Kecamatan Jatipuro sebagai pusat informasi. Sampel responden terdiri dari 5 responden, yaitu petani di Desa Jatisuko yang mayoritas petani mengusahakan komoditas padi (Oryza sativa). Penentuan sampel responden yang dipilih berdasarkan anjuran dari penyuluh di Kecamatan Jatipuro yang mengetahui seluk beluk kondisi petani dan tingkat pemahaman petani dalam mengaplikasikan inovasi. Pertimbangan yang dilakukan oleh penyuluh didasarkan pada tingkat keberhasilan kelompok tani dalam menyerap inovasi yang ada, kelompok tani Suko Mulyo III diketuai oleh Bapak Sukarno dipilih sebagai sampel responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

C. Pengumpulan DataPengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen seperti monografi desa, data dari BPS dan sebagainya.

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan laporan pada praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar, meliputi:1. Observasi

Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan dengan melihat obyek penelitian. Digunakan metode observasi terstruktur, yaitu metode obsevasi yang telah dirancang secara sistematis tentang hal yang diamati dan tempat melakukan pengamatan. Peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel apa yang akan diamati.

2. Wawancara

Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya kepada narasumber. Wawancara dilakukan dengan melalui tatap muka secara langsung dengan narasumber yang bersangkutan. Digunakan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan tema praktikum.3. KuisionerKuisioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden. Jawaban responden atas semua pertanyaan dalam kuisioner kemudian dicatat atau direkam. Kuisioner merupakan metode pengumpulan data yang efisien bila peneliti mengetahui secara pasti data atau informasi apa yang dibutuhkan dan bagaimana variabel yang menyatakan informasi yang dibutuhkan tersebut diukur.

4. Pencatatan

Teknik pencatatan adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan media catatan oleh peneliti mengenai data atau informasi penting yang diperoleh dari narasumber atau obyek penelitian. Pencatatan data dapat dilakukan dengan mencatat data dari brosur, papan informasi ataupun buku yang tersedia di tempat praktikum itu dilakukan.

Data yang dikumpulkan adalah data luas lahan yang digarap petani responden. Data nama petani dan luas lahan yang digarap petani responden dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2Nama dan Luas Lahan Petani Responden di Kelompok Tani Suko Mulyo III

No.NamaLuas Lahan (Ha)

1.Bapak Sukarno0,9350

2.Bapak Suripto0,7325

3.Bapak Giman0,7725

4.Bapak Waluyo0,5050

5.Bapak Narko0,5847

Jumlah Luas Lahan3,5297

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 3.2 di atas dapat diketahui luas lahan yang dimiliki responden. Data yang dikumpulkan adalah kolom isian instrument penilaian, data luas lahan yang digarap petani responden, dan luas areal potensial di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar, yaitu 199,5 hektar. Identifikasi impact point teknis dilakukan di Kelompok Tani Suko Mulyo III dengan mengetahui data luas lahan yang digarap petani responden. Petani yang dijadikan sampel di Kelompok Tani Suko Mulyo III, yaitu Bapak Sukarno sebagai ketua kelompok tani yang memiliki luas lahan 0,935 hektar, Bapak Suripto yang memiliki luas lahan 0,7325 hektar, Bapak Giman yang memiliki luas lahan 0,7725 hektar, Bapak Waluyo yang memiliki luas lahan 0,505 hektar, dan Bapak Narko yang memiliki luas lahan 0,5847 hektar.D. Pengolahan Data

Penilaian Tingkat Penilaian Teknologi (TPT) Teknis Kelompok Tani Suko Mulyo III di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3Rekapitulasi Perhitungan Penilaian Tingkat Penilaian Teknologi (TPT) Teknis Kelompok Tani Suko Mulyo III di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar

RespondenTPT Teknis

I-1I-2I-3I-4II-1II-2II-3II-4II-5II-6II-7II-8III-1III-2III-3III-4IV-1IV-2IV-3IV-4IV-5V-1V-2V-3V-4V-5V-6V-7VI-1VI-2VII-1VII-2

Sukarno3020302030302010101063203051015105561010101010155251563

Suripto3020305303020101010103203051015105561010101010155251563

Giman3020302030302010101063203051015105061010101010155251563

Waluyo3020305303020101010103203051015105561010101010155251563

Narko3020305303020101010103203051015105561010101010155251563

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 3.3 di atas, dapat diketahui siapa saja diantara 5 petani responden yang memiliki skor di atas dan di bawah skor maksimum berdasarkan tabulasi data impact point teknis diatas. Tabel 3.3 menunjukkan hasil dari instrument penilaian luas cakupan dan Tingkat Penilaian Teknologi (TPT) teknis. Pada kelompok tani Suko Mulyo III, rata-rata petani menggunakan Tingkat Penilaian Teknologi (TPT) teknis (teknik sapta usaha tani) yang sama karena pada saat dilaksanakannya praktikum, kelompok tani Suko Mulyo III sudah diberikan penyuluhan tentang teknik sapta usaha tani. Hal ini dapat dibuktikan dengan skor yang hampir sama antara petani yang satu dengan petani yang lain.E. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dalam identifikasi impact point teknis dilakukan dengan cara pengolahan data. Data-data tersebut adalah luas cakupan, % TPT dan tambahan input atau biaya yang dikeluarkan. Data yang dikumpulkan kemudian akan disaring dalam tiga tahap penyaringan. Saringan 1 didapat dari semua anjuran yang akan diterapkan, kemudian dipilih 50% berdasarkan urutan luas cakupan yang terbesar. Saringan 2 didapat dari hasil saringan 1 dipilih 50% berdasarkan urutan % TPT yang terkecil. Saringan 3 didapat dari hasil saringan 2 dipilih 50% berdasarkan urutan tambahan biaya terkecil. Hasil dari saringan 3 merupakan impact point teknis yang dicari. Berikut adalah tabel rekapitulasi perhitungan identifikasi impact point teknis di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar.Tabel 3.4Rekapitulasi Perhitungan Identifikasi Impact Point Teknis di Kelompok Tani Suko Mulyo III, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten KaranganyarNoAnjuran yang belum diterapkanLuas Cakupan%

TPT Input

1Varietas yang di tanam005.000

2Asal benih000

3Jumlah benih005.000

4Pergantian benih118,2405.000

5Pengolahan tanah0050.000

6Bedengan0040.000

7Pembuatan parit keliling0045.000

8Cara menanam000

9Jarak tanam000

10Jumlah benih tiap lubang001.000

11Penyiangan110,7605.000

12Pergiliran tanam 000

13Frekuensi pemupukan0090.000

14Dosis pemupukan0045.000

15Cara memupuk119,5255.000

16Pemberian pupuk organik003.000

17Penyiraman saat kemarau002.000

18Penambahan air menjelang berbunga003.000

19Pemberian air pada fase pengisian polong003.000

20Pengairan 0035.000

21Pengeringan sebelum panen50,0800

22Pemberantasan hama199,56020.000

23Dosis spray penyemprotan0010.000

24Konsentrasi larutan0010.000

25Alat penyemprotan0010.000

26Cara penyemprotan000

27Pestisida sesuai hama/penyakit002.000

28Pengamatan hama/penyakit199,533,330

29Waktu panen000

30Cara memanen0010.000

31Sistem penjualan hasil panen199,57510.000

32Lingkup pemasaran199,57515.000

Sumber: Data Primer

Perhitungan untuk mencari luas cakupan pada proses saringan I dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Luas cakupan = x Luas Areal Potensial

Luas cakupan mayoritas sebesar 0 ha sehingga dapat dikatakan bahwa berdasarkan luas cakupan, teknik sapta usaha tani sudah dilakukan walaupun hanya sebagian saja. Tingkat Penerapan Teknologi (TPT) teknis mayoritas 0% sehingga dapat dikatakan bahwa Kelompok Tani Suko Mulyo III belum menerapkan seluruh teknologi yang ada. input diperoleh dari tambahan biaya yang dikeluarkan petani jika tidak menerapkan anjuran yang diterapkan atau tidak sesuai rekomendasi. input yang dihasilkan sebagian besar sebesar Rp 0,- sehingga dapat dikatakan Kelompok Tani Suko Mulyo III sudah melaksanakan teknik sapta usaha tani, meskipun masih dalam jumlah yang sedikit.

Tabel 3.5Saringan 1 Identifikasi Impact Point Teknis Kelompok Tani Suko Mulyo III, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar

No.Anjuran yang belum diterapkanLuas Cakupan (ha)% TPT Input (Rp)

1Pergantian benih118,2405.000

2Pengolahan tanah0050.000

3Bedengan0040.000

4Pembuatan parit keliling0045.000

5Penyiangan110,7605.000

6Frekuensi pemupukan0090.000

7Dosis pemupukan0045.000

8Cara memupuk119,5255.000

9Pengairan0035.000

10Pengeringan sebelum panen50,0800

11Pemberantasan hama199,56020.000

12Dosis spray penyemprotan0010.000

13Pengamatan hama/penyakit199,533,330

14Cara memanen0010.000

15Sistem penjualan hasil panen199,57510.000

16Lingkup pemasaran199,57515.000

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 3.5 perhitungan identifikasi impact point teknis di kelompok tani Suko Mulyo III, maka dilakukan saringan I dengan mengumpulkan 16 data yang memiliki luas cakupan paling besar, yaitu pergantian benih, pengolahan tanah, bedengan, pembuatan parit keliling, penyiangan, frekuensi pemupukan, dosis pemupukan, cara memupuk, pengairan, pengeringan sebelum panen, pemberantasan hama, dosis spray penyemprotan, pengamatan hama/penyakit, sistem penjualan, lingkup pemasaran.

Tabel 3.6Saringan 2 Identifikasi Impact Point Teknis di Kelompok Tani Suko Mulyo III, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar

No.Anjuran yang Belum

di TerapkanLuas Cakupan%TPT Input

1Pengolahan tanah0050.000

2Bedengan0040.000

3Pembuatan parit keliling0045.000

4Frekuensi pemupukan0090.000

5Dosis pemupukan0045.000

6Pengairan0035.000

7Pengeringan sebelum panen50,0800

8Dosis spray penyemprotan0010.000

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 3.6 rekapitulasi perhitungan identifikasi impact point teknis berdasarkan luas cakupan terbesar di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar, maka dilakukan penyaringan II dengan mengumpulkan 8 data yang memiliki % TPT yang terkecil. Didapat 8 data tersebut, yaitu pengolahan tanah, bedengan, pembuatan parit keliling, frekuensi pemupukan, dosis pemupukan, pengairan, pengeringan sebelum panen, dosis spray penyemprotan.

Tabel 3.7Saringan 3 Identifikasi Impact Point Teknis di Kelompok Tani Suko Mulyo III, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar

No.Anjuran yang Belum

DiterapkanLuas Cakupan% TPT Input

1Pengeringan sebelum panen50,0800

2Dosis spray penyemprotan0010.000

3Pengairan0035.000

4Bedengan0040.000

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 3.7 rekapitulasi perhitungan identifikasi impact point teknis berdasarkan Input di Desa Jatisuko Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar dapat ditarik kesimpulan bahwa impact point teknis di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar adalah pengeringan sebelum panen, dosis spray penyemprotan, pengairan, dan bedengan.F. Masalah Yang DihadapiBerdasarkan hasil impact point teknis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah yang dihadapi oleh kelompok tani Suko Mulyo III di Desa Jatisuko adalah sebagai berikut:

1. Sebelum panen, petani di Desa Jatisuko tidak semuanya melakukan pengeringan sawah. Pada saat tanah dalam kondisi basah, petani tetap melakukan pemanenan sehingga petani kesulitan dalam pemanenan. 2. Penyemprotan yang dilakukan oleh petani tidak sesuai dosis yang direkomendasikan oleh penyuluh. 3. Di Desa Jatisuko, pada saat musim kemarau petani kesulitan mendapatkan air untuk mengairi tanaman mereka. Hal tersebut menyebabkan sebagian petani tidak menanam padi pada saat musim kemarau.4. Petani di Desa Jatisuko tidak membuat bedengan sesuai dengan anjuran yang diberikan oleh penyuluh.G. Upaya Pemecahan MasalahUpaya pemecahan dari masalah yang dihadapi kelompok tani Suko Mulyo III di Desa Jatisuko adalah:

1. Pengeringan Sebelum Panen

Panen merupakan suatu usaha pengumpulan hasil budidaya tanaman yang sudah ditanam selama periode tertentu. Untuk proses pemanenan yang cepat perlu diadakan pengeringan tanah. Pengeringan tanah dilakukan untuk mempermudah dalam proses panen dan saat petani menginjak tanah agar kuat. Perlu diadakan penyuluhan tentang manfaat pengeringan lahan sebelum panen diadakan dan bagaimana melakukan pengeringan laham yang baik sebelum dipanen.

2. Dosis Spray Penyemprotan

Pengadaan penyemprotan perlu dilakukan untuk menunjang tumbuhnya tanaman yang baik. Hama maupun penyakit dapat ditanggulangi dengan adanya penyemprotan. Tetapi dalam penyemprotan pupuk cair atau pestisida perlu adanya dosis yang tepat agar tidak merugikan lahan pada masa yang datang. Hal ini perlu diadakan penyuluhan tentang cara penggunaan dosis spray yang benar. Penyuluhan dapat dilakukan dengan cara ceramah dan sekolah lapang sehingga petani dapat mengetahui teori dan juga dapat mengetahui prakteknya.

3. Pengairan

Saluaran irigasi yang baik sebagai salah satu penunjang keberhasilan suatu tanaman tumbuh dengan baik dan sehat. Pengairan juga berguna untuk kesuburan tanah dan agar tanah tetap lembab atau terisi air. Saluran irigasi yang baik akan berdampak pada pengairan yang baik pula. Perlu dilakukan perbaikan saluran irigasi agar pada musim kemarau petani masih dapat menanam padi. Selain itu, diperlukan peran pemerintah dalam hal perbaikan saluran irigasi untuk membantu masyarakat. 4. Bedengan

Bedengan perlu diadakan agar sawah tersebut dapat menampung air dengan lama. Bedengan juga dapat digunakan untuk akses jalan agar tidak merusak tanaman.

H. SaranSaran yang dapat diberikan kepada kelompok tani Suko Mulyo III untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani tersebut antara lain:1. Penyuluh memberikan materi mengenai pentingnya pengeringan sebelum panen serta materi tentang dosis spray penyemprotan yang tepat. Selain memberikan materi, sebaiknya penyuluh juga mengadakan sekolah lapang mengenai kedua permasalahan tersebut. Dengan mengadakan penerapan di lahan salah satu anggota kelompok tani ataupun di lahan milik ketua kelompok tani. Hal ini dilakukan agar petani lebih memahami mengenai pentingnya kedua hal tersebut serta untuk memberikan bukti kepada petani bahwa pengeringan sebelum panen serta dosis spray penyemprotan yang tepat akan memberikan hasil yang lebih maksimal.2. Petani sebaiknya senantiasa memperbaiki saluran irigasi di sawahnya setiap saat. Hal ini bertujuan agar air dapat tetap mengalir meskipun air tersebut dalam jumlah yang sedikit. Petani biasanya cenderung mengabaikan tanaman liar yang tumbuh di saluran irigasi sehingga aliran air terhambat. Oleh karena itu, petani harus lebih rajin dalam merawat saluran irigasi di sawahnya masiing-masing.

3. Petani juga hasrus memiliki bedengan di masing-masing sawahnya. Bedengan sebaiknya dibuat agak sedikit lebar namun tetap menyisakan ruang untuk saluran irigasi. Hal ini dengan tujuan agar bisa digunakan untuk jalan dan aliran air tidak terganggu.I. IDENTIFIKASI IMPACT POINT EKONOMIS

A. Penyusunan Instrumen Impact Point Ekonomis

Kegiatan ekonomi yang dapat dilakukan, antara lain petani dapat menentukan harga jual produk pertanian yang dihasilkan, petani dapat menyeimbangkan dan meminimalkan biaya produksi, bagaimana petani mengelola pendapatan dari hasil usahataninya, serta bagaimana petani menganalisis usahatani, seperti biaya yang dikeluarkan, dan berapa besar pendapatan yang diperoleh. Penentuan impact point ekonomis dilakukan dengan menentukan beberapa indikator permasalahan Tingkat Penerapan Teknologi (TPT) ekonomis, meliputi perencanaan, pengelolaan, dan analisis usaha tani.Penyusunan instrumen yang dibutuhkan dalam mengidentitifikasi impact point ekonomis sama halnya dengan impact point teknis, yaitu dengan membuat kuisioner terlebih dahulu yang berisi daftar pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi yang dapat dilakukan. Setiap pertanyaan pada kuisioner impact point ekonomis memiliki skor yang berbeda-beda. Skor ini yang akan digunakan untuk menentukan impact point ekonomis. Di bawah ini adalah instrumen untuk menilai TPT ekonomis yang digunakan dalam praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar.Tabel 4.1 Kuisioner Penilaian Tingkat Penilaian Teknologi (TPT) Ekonomis

NOPERTANYAANALTERNATIF JAWABANSKOR

IPERENCANAAN USAHATANI(48)

1Identifikasi Kebutuhan Pasara. Dilakukan6

b. Tidak dilakukan0

2Menyusun Perencanaan usahatania. Dibuat sesuai rekomendasi6

b. Dibuat tidak sesuai rekomendasic. Tidak dibuat30

3Menyusun Kalender Usahatania. Disuruh sesuai rekomendasi

b. Disuruh tidak sesuai rekomendasi12

6

c. Tidak disusun0

4Membuat Perencanaan Modala. Dibuat sesuai rekomendasi12

b. Dibuat tidak sesuai rekomendasi6

c. Tidak dibuat0

5Membuat Perencanaan Tenaga Kerjaa. Dibuat sesuai rekomendasi

b. Dibuat tidak sesuai rekomendasi

c. Tidak dibuat6

3

0

6Membuat Kontak dengan Mitra Kerjaa. Dibuat sesuai rekomendasi6

b. Dibuat tidak sesuai rekomendasi3

c. Tidak dibuat0

IIPENGELOLAAN USAHATANI(48)

1Membuat Neraca Awal Pembukuan Usaha Tania. Dibuat sesuai rekomendasi

b. Dibuat tidak sesuai rekomendasi

c. Tidak dibuat8

4

0

2Membuat Buku Kasa. Dibuat sesuai rekomendasi8

b. Dibuat tidak sesuai rekomendasi4

c. Tidak dibuat0

3Membuat Neraca Akhira. Dibuat sesuai rekomendasi

b. Dibuat tidak sesuai rekomendasi

c. Tidak dibuat8

4

0

4Identifikasi Fungsi Pemasarana. Dilakukan8

b. Tidak dilakukan0

5Bernegosiasi a. Dilakukan sesuai rekomendasi

b. Dilakukan tidak sesuai rekomendasi

c. Tidak dilakukan 16

8

0

IIIANALISIS USAHATANI(18)

1Menghitung Biaya Usaha Tanaman pangan a. Dilakukan sesuai rekomendasi3

b. Dilakukan tidak sesuai rekomendasi1

c. Tidak dilakukan0

2Menghitung pendapatan pengelolaa. Dilakukan sesuai rekomendasi3

b. Dilakukan tidak sesuai rekomendasi1

c. Tidak dilakukan0

3Menghitung Hasil Tanaman pangan a.Dibuat sesuai rekomendasi6

b. Dibuat tidak sesuai rekomendasi1

c. Tidak dilakukan0

4Menghitung keuntungan Usahatania. Dilakukan sesuai rekomendasi3

b. Dilakukan tidak sesuai rekomendasi1

c. Tidak dilakukan0

5Menghitung pendapatan Tenaga Kerjaa. Dilakukan sesuai rekomendasi

b. Dilakukan tidak sesuai rekomendasi

c. Tidak dilakukan31

0

Sumber: Data PrimerB. Penetapan Sampel Petani Responden

Praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian dilaksanakan di Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar. Penetapan sampel petani responden dimulai dari tahap penentuan lokasi, yaitu menentukan desa yang berada di Kecamatan Jatipuro. Penentuan sampel dilakukan dengan cara metode purposive sampling, dimana pemilihan dilakukan secara metode purposive, yaitu penentuan responden yang dengan sengaja dipilih untuk diamati, dengan mempertimbangkan alasan-alasan tertentu, sesuai dengan karakteristik yang diinginkan dan kuota yang dinginkan peneliti. Desa yang dipilih adalah Desa Jatisuko, dimana kelompok tani yang dipilih adalah kelompok tani Suko Mulyo II dengan ketua yang bernama Bapak Sriyono.C. Pengumpulan DataPengumpulan data dari sampel penelitian, dilakukan dengan metode tertentu sesuai dengan tujuannya. Ada berbagai metode, antara lain wawancara, observasi (pengamatan), kuisioner atau angket dan dokumenter. Metode yang dipilih untuk setiap variabel tergantung pada berbagai faktor terutama jenis data dan ciri responden. Untuk data historis, misalnya tidak bisa ditemukan dengan observasi tetapi dimungkinkan dengan dokumenter atau wawancara. Hal ini tergantung pada karakteristik data variabel, maka metode yang digunakan tidak selalu sama untuk setiap variabel.Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan laporan pada praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar meliputi:1. Observasi

Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan dengan melihat obyek penelitian. Digunakan metode observasi terstruktur, yaitu obsevasi yang telah dirancang secara sistematis tentang hal yang diamati dan tempat melakukan pengamatan. Peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel apa yang akan diamati.

2. Wawancara

Teknik wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya kepada narasumber. Wawancara dilakukan dengan melalui tatap muka secara langsung dengan narasumber yang bersangkutan. Digunakan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan tema praktikum.3. KuisionerKuisioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden. Jawaban responden atas semua pertanyaan dalam kuisioner kemudian dicatat atau direkam. Kuisioner merupakan metode pengumpulan data yang efisien bila peneliti mengetahui secara pasti data atau informasi apa yang dibutuhkan dan bagaimana variabel yang menyatakan informasi yang dibutuhkan tersebut diukur.

4. Pencatatan

Teknik pencatatan adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan media catatan oleh peneliti megenai data atau informasi penting yang diperoleh dari narasumber atau obyek penelitian. Pencatatan data dapat dilakukan dengan mencatat data dari brosur, papan informasi ataupun buku yang tersedia di tempat praktikum itu dilakukan.D. Pengolahan DataTabel 4.2Tabulasi Data Impact Point Ekonomis Kelompok Tani Suko Mulyo II, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar

RespondenTPT Ekonomis

I-1I-2I-3I-4I-5I-6II-1II-2II-3II-4II-5III-1III-2III-3III-4III-5

Sriyono036123388881611131

Joko6612126688881633633

Widi0312123388801611111

Maryadi6612126688881633633

Mariyono6612126688881633633

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel tabulasi data impact point ekonomi dapat diketahui hasil dari instrumen penilaian Tingkat Penilaian Teknologi (TPT) ekonomis kelompok tani Suko Mulyo II. Diperoleh bahwa TPT ekomonis kelompok tani Suko Mulyo II hampir seluruhnya dibawah skor maksimum. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran petani akan pentingnya suatu perencanaan dan pengelolaan keuangan yang baik dan tertata dengan jelas untuk mempermudah menghitung pengeluaran, pendapatan dan keuntungan yang diperoleh pada setiap masa tanam. Petani di Desa Jatisuko hanya melakukan perhitungan keuntungan, tetapi tidak merencanakan, menganalisis dan mengelola usahataninya secara ekonomis dengan baik sehingga keuntungan yang diperoleh tidak maksimal.

E. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dalam identifikasi impact point ekonomis dilakukan dengan 2 proses penyaringan data. Proses penyaringan data yang pertama dilakukan dengan memilih 50% instrumen berdasarkan jumlah responden yang berada di bawah skor maksimum yang terbesar. Sedangkan penyaringan yang kedua adalah hasil saringan pertama dipilih 50% berdasarkan urutan % TPT yang terkecil. Hasil dari saringan kedua merupakan impact point ekonomis. Berikut adalah tabel rekapitulasi perhitungan identifikasi impact point ekonomis di kelompok tani Suko Mulyo II.Tabel 4.3Rekapitulasi Perhitungan Identifikasi Impact Point Ekonomis di Kelompok Tani Suko Mulyo II, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten KaranganyarNo.Anjuran yang Belum DiterapkanReponden Di Bawah Skor Maksimum% TPT

1Identifikasi kebutuhan pasar20

2Menyusun perencanaan usahatani250

3Menyusun kalender usahatani150

4Membuat perencanaan modal00

5Membuat perencanaan tenaga kerja250

6Membuat kontrak dengan mitra kerja250

7Membuat neraca awal00

8Membuat buku kas00

9Membuat neraca akhir00

10Identifikasi fungsi pemasaran10

11Bernegosiasi 00

12Menghitung biaya usaha tanaman pangan233,33

13Menghitung pendapatan pengelola233,33

14Menghitung hasil tanaman pangan216,67

15Menghitung keuntungan usahatani133,33

16Menghitung pendapatan tenaga kerja233,33

Sumber: Data Primer

1. Saringan I

Perhitungan untuk mencari persen TPT pada proses saringan I dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Tabel 4.4Saringan I Identifikasi Impact Point Ekonomis di Kelompok Tani Suko Mulyo II, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar

No.Anjuran yang Belum DiterapkanReponden Di Bawah Skor Maksimum% TPT

1Menyusun kalender usahatani150

2Membuat perencanaan modal00

3Membuat neraca awal00

4Membuat buku kas00

5Membuat neraca akhir00

6Identifikasi fungsi pemasaran00

7Bernegosiasi 10

8Menghitung keuntungan usahatani133,33

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.4 rekapitulasi perhitungan identifikasi impact point ekonomis kelompok tani Suko Mulyo II dilakukan penyaringan pertama sehingga didapatkan 8 data yang memiliki jumlah responden yang berada di bawah skor maksimum. Data yang didapatkan tersebut yang terbesar, yaitu menyusun kalender usahatani, membuat perencanaan modal, membuat neraca awal, membuat buku kas, membuat neraca akhir, identifikasi fungsi pemasaran, bernegosiasi, dan menghitung keuntungan usahatani.2. Saringan II

Tabel 4.5 Saringan II Identifikasi Impact Point Ekonomis berdasarkan % TPT Terkecil di Kelompok Tani Suko Mulyo II, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten KaranganyarNo.Anjuran yang belum diterapkan% TPT

1Membuat perencanaan modal0

2Membuat neraca awal0

3Identifikasi fungsi pemasaran0

4Membuat neraca akhir0

Sumber: Data PrimerBerdasarkan Tabel 4.5 dilakukan penyaringan kedua dengan cara mencari data dengan % TPT terkecil yang menjadi impact point ekonomis di Kelompok Suko Mulyo II, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar diantaranya adalah membuat perencanaan modal, membuat neraca awal, identifikasi fungsi pemasaran, dan membuat neraca akhir.

F. Masalah Yang DihadapiMasalah adalah faktor yang menyebabkan keadaan tidak memuaskan. Keadaan yang tidak memuaskan terjadi jika terdapat perbedaan antara data aktual dan data potensial. Dari identifikasi impact point ekonomis di atas dapat diketahui bahwa masalah-masalah yang dihadapi pada usahatani padi di Desa Jatisuko adalah :

1. Petani di Desa Jatisuko tidak melakukan perencanaan modal.2. Petani di Desa Jatisuko tidak membuat neraca awal.3. Petani di Desa Jatisuko tidak melakukan identifikasi fungsi pemasaran.4. Petani di Desa Jatisuko tidak membuat neraca akhir.G. Upaya Pemecahan Masalah

Upaya yang perlu diterapkan pada Kelompok Tani Suko Mulyo II untuk memecahkan masalah dalam kaitannya dengan impact point ekonomis yaitu:1. Membuat perencanaan modal

Petani seharusnya melakukan perencanaan modal agar mengetahui besarnya biaya yang akan dikeluarkan untuk usahatani. Pelatihan usahatani perlu dilakukan untuk perencanaan modal yang lebih efisien.2. Membuat neraca awal

Petani seharusnya membuat neraca awal untuk penentuan dan pertimbangan biaya untuk produksi dan dapat diketahui dari mana saja modal itu didapatkan. Pelatihan untuk masyarakat petani perlu dilakukan untuk pengelolaan manajemen yang lebih baik.3. Identifikasi fungsi pemasaran

Petani seharusnya melakukan identifikasi fungsi pemasaran. Hal tersebut sebaiknya dilakukan agar hasil pertanian dapat memenuhi permintaan konsumen. Selain itu, juga dapat mengetahui harga hasil pertanian di pasar.

4. Membuat neraca akhir

Petani seharusnya membuat neraca akhir untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan untuk produksi. Adanya suatu pelatihan seperti di pembuatan neraca awal. Disampaikan manfaat pembuatan neraca akhir dan fungsinya.H. SaranSaran yang dapat diberikan kepada kelompok tani Suko Mulyo II untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani tersebut antara lain:1. Petani sebaiknya diberi latihan melakukan perencanaan modal. Perencanaan modal ini dilakukan sebelum masa tanam selanjutnya dimulai. Dalam melakukan perencanaan modal, petani membuat perkiraan awal mengenai biaya-biaya yang akan dikeluarkan selama masa tanam tersebut. Dengan demikian, petani bisa mempersiapkan modal yang akan digunakan untuk usahataninya tersebut.2. Petani juga diberi latihan untuk membuat neraca awal dan neraca akhir. Dengan membuat neraca awal, petani dapat mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan dengan modal yang masih dimiliki. Dengan demikian, petani akan lebih hati-hati dalam menggunakan modal yang telah disiapkannya. Sedangkan untuk neraca akhir, petani dapat mengetahui biaya-biaya yang telah dikeluarkan serta keuntungan yang diperoleh dari penjualan hasil panen. Dengan neraca akhir, petani bisa membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Jika lebih besar pengeluaran, petani bisa melakukan evaluasi.3. Penyuluh bersama petani sebaiknya melakukan identifikasi fungsi pemasaran sehingga petani dapat mengetahui harga hasil pertaniannya di tingkat konsumen. Identifikasi fungsi pemasaran ini bisa dengan mengakses hasil penelitian yang dilakukan orang lain.I. IDENTIFIKASI IMPACT POINT SOSIAL

A. Penyusunan Instrumen Impact Point Sosial

Analisis impact point sosial ini memudahkan langkah selanjutnya yang dapat diambil guna membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi petani. Identifikasi impact point merupakan suatu langkah yang dilakukan guna mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi petani. Untuk menentukan impact point mengenai kondisi sosial yang ada, terlebih dahulu kita harus menyusun instrumen untuk menilai tingkat penerapan teknologi (TPT). TPT impact point sosial yang teridentifikasi antara lain tujuan kelompok, struktur tugas, tugas kelompok, mengembangkan dan membina kelompok, kesatuan kelompok, iklim kelompok, tekanan kelompok dan keefektifan anggota kelompok tani dalam kegiatan kelompok tani. Di bawah ini adalah kuisioner untuk menilai TPT sosial yang digunakan dalam praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar.

Tabel 5.1 Kuisioner Penilaian Tingkat Penilaian Teknologi (TPT) SosialNo.PertanyaanAlternatif JawabanSkor

I.

1.

TUJUAN KELOMPOK

Penghayatan tujuan kelompoka. Anggota kelompok mengetahui tujuan kelompok tani

b. Tidak mengetahui(3)

3

0

II.

1.

2.STRUKTUR TUGAS

Otoritas, kekuasaan dan pengaruh

Mengkomunikasikan keputusan kelompoka. Otoritas, kekuasaan dan pengaruh di dalam kelompok jelas

b. Tidak jelas

a. Keputusan yang diambil kelompok diketahui oleh anggota

b. Tidak diketahui(6)

3

0

3

0

III.

1.

2.

3.

4.

TUGAS KELOMPOK

Kepuasan anggota kelompok

Inisiatif kelompok

Penyebaran gagasan kepada anggota

Klasifikasi permasalahan

a. Anggota kelompok merasa puas terhadap kelompok

b. Tidak puas

a. Banyak inisiatif yang diambil kelompok untuk mencapai tujuan

b. Tidak ada

a. Semua gagasan disebarkan dengan lancar

b. Ada gagasan kurang tidak tersebarkan

c. Semua gagasan tidak tersebarkan

a. Segala persoalan mampu dijelaskan kepada anggota

b. Masih ada persoalan yang belum jelas

c. Tidak mampu(14)

3

030

4

20

4

20

IV.

1.

2.

3.

MENGEMBANGKAN DAN MEMBINA KELOMPOK

Partisipasi anggota

Penyediaan fasilitas kelompok

Kegiatan kelompok

a. Anggota merasa ikut serta dalam seluruh kegiatan

b. Merasa berpartisipasi sebagian

c. Tidak sama sekali

a. Fasilitas tersedia lengkap

b. Fasilitas tersedia kurang

c. Tidak tersedia

a. Ada kegiatan rutin untuk mengembangkan dan membina kehidupan kelompok

b. Ada kegiatan, tetapi masih insidentil

c. Tidak ada kegiatan(12)4

2

0

4

2

0

4

2

0

V.

1.

2.

3.

KESATUAN KELOMPOK

Kepemimpinan kelompok

Keanggotaan kelompok

Nilai tujuan kelompok

a. Memahami tujuan kelompok dan menjelaskan tujuan kelompok kepada anggota

b. Memahami, tetapi tidak menjelaskan

c. Tidak memahami tujuan kelompok

a. Merasa bagian kelompok

b. Tidak merasa

a. Merasa bangga terhadap tujuan kelompok

b. Tidak merasa(10)4

2

0

3

0

3

0

VI.

1.

IKLIM KELOMPOK

Keramah-tamahan kelompoka. Ramah-tamah

b. Tidak (3)

3

0

VII.

1.TEKANAN KELOMPOK

Tekanan kelompoka. Merasa ada desakan dari luar dan dalam untuk meningkatkan motivasi dalam melakukan kegiatan kelompok

b. Tidak ada(3)

3

0

VIII.

1.KEEFEKTIFAN KELOMPOKKeefektifan kelompoka. Merasa tujuan tercapai

b. Tujuan tercapai tetapi tidak puas

c. Tujuan tidak tercapai(4)

4

2

0

Sumber : Data PrimerB. Penetapan Sampel Petani Responden

Praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian dilaksanakan di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar. Pada praktikum ini, penetapan sampel petani responden dilakukan dengan menggunakan metode sampling kuota sehingga didapat 5 petani responden yang berasal dari Desa Jatisuko, yaitu kelompok tani Suko Mulyo V dengan ketua kelompok Bapak Daryono. Teknik non probability sampling yang digunakan adalah menggunakan purposive sampling atau sampling pertimbangan. Pengertian dari purposive sampling ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.C. Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan sebagainya. Teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan laporan pada praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar, meliputi:1. Observasi

Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan dengan melihat obyek penelitian. Digunakan metode observasi terstruktur, yaitu obsevasi yang telah dirancang secara sistematis tentang hal yang diamati dan tempat melakukan pengamatan. Peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel apa yang akan diamati.

2. Wawancara

Teknik wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya kepada narasumber. Wawancara dilakukan dengan melalui tatap muka secara langsung dengan narasumber yang bersangkutan. Dalam melakukan wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan tema praktikum.3. KuisionerKuisioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden. Jawaban responden atas semua pertanyaan dalam Kuisioner kemudian dicatat atau direkam. Kuisioner merupakan metode pengumpulan data yang efisien bila peneliti mengetahui secara pasti data atau informasi apa yang dibutuhkan dan bagaimana variabel yang menyatakan informasi yang dibutuhkan tersebut diukur.

4. Pencatatan

Teknik pencatatan adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan media catatan oleh peneliti megenai data atau informasi penting yang diperoleh dari narasumber atau obyek penelitian. Pencatatan data dapat dilakukan dengan mencatat data dari brosur, papan informasi ataupun buku yang tersedia di tempat praktikum itu dilakukan.D. Pengolahan DataTabel 5.2 Tabulasi Impact Point Sosial Kelompok Tani Suko Mulyo V, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten KaranganyarRespondenTPT Sosial

I-1II-1II-2III-1III-2III-3III-4IV-1IV-2IV-3V-1V-2V-3VI-1VII-1VIII-1

Daryono3333322244433334

Sarto3333342444433304

Witanto3333342444433334

Sukiman3333344444433304

Citro3333344444433304

Sumber: Data PrimerBerdasarkan tabel tabulasi data impact point sosial di atas, maka dapat diketahui bahwa petani responden kelompok tani Suko Mulyo V sebagian besar skor di atas skor maksimum. Kegiatan dalam kelompok tani dilakukan secara kondisional. Hal ini disebabkan seluruh anggota kelompok tani Suko Mulyo V sudah mengetahui mengenai kewajiban yang harus mereka lakukan sehingga dalam berkoordinasi dan bersosialisasi antar anggota tidak menjadi kesulitan bagi kelompok tani tersebut.

E. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dalam identifikasi impact point sosial dilakukan dengan penyaringan data. Proses penyaringan dilakukan berdasarkan data-data jumlah responden yang berada dibawah skor maksimum dan % TPT. Data yang dikumpulkan kemudian akan disaring dalam dua tahap. Penyaringan pertama didapat dari semua anjuran yang akan diterapkan dipilih 50% berdasarkan jumlah responden yang berada dibawah skor maksimum yang terbesar. Penyaringan kedua didapat dari hasil saringan pertama dipilih 50% berdasarkan urutan % TPT yang terkecil. Hasil dari saringan 2 merupakan impact point sosial.

Berikut adalah tabel rekapitulasi perhitungan identifikasi impact point sosial di kelompok tani Suko Mulyo V:Tabel 5.3Rekapitulasi Perhitungan Identifikasi Impact Point Sosial Kelompok Tani Suko Mulyo V, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten KaranganyarNo.Anjuran yang belum diterapkanReponden di bawah skor maksimum% TPT

1Penghayatan tujuan kelompok00

2Otoritas, kekuasaan dan pengaruh00

3Mengkomunikasikan keputusan kelompok00

4Kepuasan anggota kelompok00

5Inisiatif kelompok00

6Penyebaran gagasan kepada anggota150

7Klasifikasi permasalahan350

8Partisipasi anggota150

9Penyediaan fasilitas kelompok00

10Kegiatan kelompok00

11Kepemimpinan kelompok00

12Keanggotaan kelompok00

13Nilai tujuan kelompok00

14Keramah-tamahan kelompok00

15Tekanan kelompok30

16Keefektifan kelompok00

Sumber: Data Primer

1. Saringan I

Perhitungan untuk mencari persen TPT pada proses saringan I dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Tabel 5.4Saringan I Identifikasi Impact Point Sosial di Kelompok Tani Suko Mulyo V, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten KaranganyarNo.Anjuran yang Belum DiterapkanReponden Di Bawah Skor Maksimum% TPT

1.Klasifikasi permasalahan350

2.Tekanan kelompok30

3.Penyebaran gagasan kepada anggota150

4.Partisipasi anggota150

5.Kegiatan kelompok00

6.Kepuasan anggota kelompok00

7.Inisiatif kelompok00

8.Keefektifan kelompok00

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel Saringan I Identifikasi Impact Point Sosial kelompok tani Suko Mulyo V, dilakukan penyaringan sehingga didapatkan 8 data yang memiliki jumlah responden yang berada dibawah skor maksimum yang terbesar. Anjuran yang belum diterapkan tersebut antara lain klasifikasi permasalahan, tekanan kelompok, penyebaran gagasan kepada anggota, partisipasi anggota, kegiatan kelompok, kepuasan anggota kelompok, inisiatif kelompok, dan keefektifan kelompok.2. Saringan IITabel 5.5Saringan II Identifikasi Impact Point Sosial berdasarkan % TPT Terkecil di Kelompok Tani Suko Mulyo V, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar

No.Anjuran yang Belum

DiterapkanReponden Di Bawah Skor Maksimum% TPT

1Kegiatan kelompok00

2Kepuasan anggota kelompok00

3Inisiatif kelompok00

4Keefektifan kelompok00

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel saringan II identifikasi impact point sosial berdasarkan % TPT yang terkecil di kelompok tani Suko Mulyo V, didapatkan 4 data yang memiliki % TPT yang terkecil, yaitu kegiatan kelompok, kepuasan anggota kelompok, inisiatif kelompok, dan keefektifan kelompok. Keempat hal tersebut yang menjadi impact point sosial di kelompok tani Suko Mulyo V, Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar.F. Masalah yang DihadapiBerdasarkan data hasil impact point sosial didapatkan enam masalah yang dihadapi di Desa Jatisuko. Keempat impact point sosial tersebut adalah :

1. Jumlah kegiatan kelompok masih tergolong rendah.2. Kepuasan semua anggota kelompok belum terpenuhi.3. Adanya inisiatif yang masih rendah sehingga keputusan yang diambil kurang bervariasi.4. Optimalisasi kegiatan yang masih kurang dalam hal keefektifan kelompok.

G. Upaya Pemecahan MasalahBerdasarkan data hasil impact point social, data hasil menunjukkan hasil yang cukup beragam. Adanya kegagalan atau kurang berhasilnya impact social pada kelompok atau masyarakat sangat beragam, dari hasil dapat ditarik kesimpulan masing-masing untuk selanjutnya merumuskan langkah atau upaya pemecahan masalah yang dapat digunakan bersama untuk kepentingan masyarakat yang lebih baik. Upaya pemecahan masalah yang dihadapi agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan maupun kerugian adalah:

1. Kegiatan kelompok

Kegiatan kelompok tani perlu dilakukan untuk menambah solidaritas antar individu. Kebutuhan yang tidak dapat terselesaikan dengan baik, bisa dibantu dengan anggota kelompok yang lain. Kelompok tani Suko Mulyo V perlu mengadakan kegiatan rutin serta pembinaan kehidupan kelompok sehingga kemampuan serta pengetahuan anggota meningkat.2. Kepuasan anggota kelompok

Suatu kegiatan kelompok yang dilakukan harus memberikan kepuasan antar anggota kelompok. Kepuasan dalam arti semua nggota kelompok merasa dirinya menjadi bagian dari kelompok tani tersebut. Pendapat ditampung dengan baik antar anggota kelompok yang lain. Kelompok tani Suko Mulyo V harus lebih memperhatikan kebutuhan anggotanya agar kepuasan anggota bisa terpenuhi. 3. Inisiatif kelompok

Ketua kelompok tani Suko Mulyo V harus bisa memberikan motivasi kepada anggotanya sehingga anggota kelompok taninya memiliki inisiatif atau ide-ide dalam setiap pertemuan. Suatu pendapat harus dihargai dan dibicarakan dengan baik antar anggota kelompok. Dengan demikian, akan semakin banyak inisiatif yang bisa diambil dalam setiap pertemuan untuk mencapai tujuan kelompok.4. Keefektifan kelompok

Kelompok tani yang berhasil perlu keefektifan dalam menjalankan suatu misi yang telah dibangun. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pencapaian tujuan sehingga usaha dalam mencapai tujuan bisa dilakukan bersama. Dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut, maka anggota kelompok akan merasa bahwa ada upaya dalam mencapai tujuan kelompok.H. SaranSaran yang dapat diberikan kepada kelompok tani Suko Mulyo V untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani tersebut antara lain:1. Sebaiknya kelompok tani Suko Mulyo V banyak mengadakan kegiatan yang melibatkan partisipasi anggota kelompok. Kegiatan seperti perbaikan sarana jalan yang memudahkan dalam kegiatan pertanian ataupun kegiatan yang lain. Selain itu, kegiatan yang diadakan tersebut sebaiknya merupakan kegiatan yang mengarah pada tujuan kelompok. Dengan demikian, anggota kelompok akan merasa puas terhadap kegiatan yang diadakan karena telah dilibatkan dalam kegiatan tersebut dan kelompok menjadi lebih efektif.2. Pendapat atau ide maupun inisiatif yang disampaikan oleh tiap-tiap anggota kelompok sebaiknya ditampung. Kemudian dibahas mengenai kemungkinan pendapat tersebut. Setiap pendapat harus ditampung terlebih dahulu, jangan ditolak mentah-mentah. Hal ini disebabkan pendapat yang ditampung akan memberikan kepuasan tersendiri bagi anggota tersebut karena merasa pendapatnya dihargai. Apabila ditolak mentah-mentah, maka akan muncul kemungkinan anggota tersebut merasa pendapatnya tidak dihargai sehingga tidak lagi mengeluarkan ide-ide yang dimilikinya.IV. MERUMUSKAN TUJUAN

A. Impact Point yang Ditetapkan untuk Dirumuskan Tujuannya1. Impact Point Teknis

Identifikasi impact point merupakan suatu langkah yang dilakukan guna mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi petani. Oleh karena melalui tahapan ini, maka akan memudahkan langkah selanjutnya yang dapat kita ambil guna membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi petani. Untuk itu perlu penetapan impact point teknis diantaranya:

a. Pengeringan Sebelum PanenSebelum panen, petani