laporan perencanaan dan evaluasi baru

38
PERENCANAAN PROGRAM DAN EVALUASI ORGANISASI PUSKESMAS MUTING KAB. MERAUKE Oleh : KELOMPOK VI 1. PIPID ARIWIBOWO 101111296 2. SHEILA SACHAVANIA 101111304 3. MEGA AYU BUDI A.R 101111328 4. ANGGRAENI 101111330 5. SURATDI 101111348 6. SITI ZULAICHAH 101111352 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2012

Upload: pipid-ari-wibowo

Post on 09-Aug-2015

337 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Laporan kuliah mengenai perencanaan dan evaluasi Puskesmas Muting Kab. Merauke.

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

PERENCANAAN PROGRAM DAN EVALUASIORGANISASI PUSKESMAS MUTING

KAB. MERAUKE

Oleh :

KELOMPOK VI

1. PIPID ARIWIBOWO 1011112962. SHEILA SACHAVANIA 1011113043. MEGA AYU BUDI A.R 1011113284. ANGGRAENI 1011113305. SURATDI 1011113486. SITI ZULAICHAH 101111352

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA2012

Page 2: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Visi bangsa Indonesia di bidang kesehatan ialah mewujudkan program Indonesia

Sehat, suatu keadaan masyarakat bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya

yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan

untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta

memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik

Indonesia.

Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) sebagai ujung tombak dalam

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki makna dan peranan yang

sangat penting dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan tersebut. Puskesmas

sebagai sarana pelayanan kesehatan memiliki tanggung jawab untuk memberikan

pelayanan kesehatan wajib atau Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang meliputi;

program KIA, program penyakit menular, dan program kesehatan sekolah. Salah satunya

ialah PUSKESMAS Muting telah melakukan berbagai kegiatan pelayanan kesehatan

untuk ikut peran serta dalam mewujudnyatakan visi bangsa Indonesia.

Berbagai factor yang mendasar seperti karakteristik masyarakat yang masih

tradisional yang hidup di pinggiran kali Bian yang terdiri dari 7 desa yang satu sama

lainya dipisahkan oleh kali Bian dan untuk menjangkaunya harus menggunakan perahu

dayung atau jhonson membuat masyarakat ini berbeda dengan masyarakat Merauke

lainnya terutama pada aspek Sosial Budaya masyarakat yang masih ada beberapa

kelompok masyarakat menggunakan adat istiadat yang kental terkait mitos Ibu hamil

dan melahirkan pada masyarakat sekitar yang membuat angka cakupan prongram KIA di

daerah ini rendah. Kesehatan ibu dan anak adalah upaya kesehatan yang menyangkut

pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita

serta anak prasekolah.

Pada dasarnya konsep Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk

merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan

kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling

pokok dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah

Page 3: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

ditetapkan. Perencanaan akan menjadi efektif jika perumusan masalah sudah dilakukan

berdasarkan fakta-fakta dan bukan berdasarkan emosi atau angan-angan saja. Fakta-fakta

diungkap dengan menggunakan data untuk menunjang perumusan masalah.

Perencanaan juga merupakan proses pemilihan alternative tindakan yang terbaik

untuk mencapai tujuan. Perencanaan juga merupakan suatu keputusan untuk mengerjakan

sesuatu di masa akan datang, yaitu suatu tindakan yang diproyeksikan di masa yang akan

datang. Salah satu tugas manajer yang terpenting di bidang perencanaan adalah

menetapkan tujuan jangka panjang dan pendek organisasi berdasarkan analisis situasi di

luar (eksternal) dan di dalam (internal) organisasi. (Muninjaya,gde.2004 )Analisis situasi

dalam hal ini dilakukan untuk mengahsilkan rumusan tujuan (setting strategic and

operational objectives) untuk arah pengembangan organisasi.Setelah tujuan straregis dan

operasional dirumuskan, tim perencana kemudian merancang program pengembangan

(program atau product design) yang dibutuhkan organisasi dalam hal ini di bidang

kesehatan.

Perencanaan tingkat Puskesmas dikenal istilah perencanaan mikro (micro

planning), merupakan salah satu fungsi manajemen Puskesmas. Bersama dengan

minilokakarya dan stratifikasi Puskesmas, ketiganya merupakan satu kesatuan sebagai

alat melaksanakan fungsi pengelolaan (manajemen Puskesmas). Pengertian perencanaan

Puskesmas ialah sebagai usaha untuk merinci kegiatan-kegiatan upaya kesehatan dalam

rangka mencapai status kesehatan masyarakat yang dikehendaki dalam periode tertentu

pada masa yang akan datang, sehingga perencanaan tingkat Puskesmas merupakan suatu

proses kegiatan yang sistematis untuk menyusun dan mempersiapkan kegiatan yang akan

dilaksanakan oleh Puskesmas pada tahun berikutnya untuk meningkatkan cakupan dan

mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam upaya mengatasi masalah-masalah

kesehatan setempat (Departemen Kesehatan, 2006).

Di samping perencanaan bidang kesehatan perlu juga dilakukan evaluasi terhadap

suatu prongram, evaluasi adalah mutu suatu kegiatan yang penting untuk menilai kualitas,

rasional, efektifitas, efisiensi dan equity pada pelayanan kesehatan (Trisnantoro, 1996 b).

Selanjutnya dikemukakan pula bahwa evaluasi program kesehatan yang komprehensif

adalah evaluasi yang dilakukan terhadap tiga komponen yaitu Input- proses- output.

Definisi evaluasi menurut WHO (1990) adalah cara yang sistematis untuk belajar dari

pengalaman-pengalaman dan menggunakan pelajaran pelajaran yang diperoleh untuk

memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan dan untuk meningkatkan

Page 4: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

perencanaan yang lebih baik dengan melakukan seleksi secara teliti dengan berbagai

alternatif tindakan yang akan diambil. Jadi evaluasi berarti menentukan pendapat

berdasarkan penafsiran secara seksama dan penilaian secara krisis mengenai keadaan

tertentu, yang harus mengarah kepada penarikan kesimpulan yang masuk akal serta

pengajuan usulan-usulan untuk tindakan lebih lanjut yang bermanfaat. Tujuan evaluasi

program kesehatan bukan hanya membandingkan keadaan kesehatan sebelum dan

sesudah kegiatan, tetapi yang lebih penting adalah untuk memperbaiki program-program

kesehatan agar pelaksanaan suatu program menjadi lebih relevan, efisien dan efektif.

Sementara itu Hidayat (1990) mengatakan evaluasi program adalah kegiatan yang

dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan untuk menilai apakah suatu program telah

atau dapat dilaksanakan sesuai rencana serta mengidentifikasi masalah-masalah yang

mempengaruhi keberhasilan program tersebut. Melakukan evaluasi terhadap suatu

program kesehatan tidak hanya cukup dilakukan dengan metode kuantitatif saja tetapi

juga diperlukan metode kualitatif yaitu: wawancara formal, wawancara mendalam,

observasi terstruktur dan diskusi kelompok terarah (Prawitasari, 1998).

Puskesmas Muting mengupayakan pencapaian prongram bukan hanya pada aspek

klinis tetapi juga sebagai motivator dan advokasi dengan lintas sektoral lainnya untuk

mencapai perubahan perilaku yang diharapkan sehingga masyarakat sadar akan kesehatan

masing-masing.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka masalah yang dapat

dirumuskan adalah sebagai berikut :

“Bagaimanakah proses perencanaan dan penganggaran program serta evaluasi program

kesehatan pada Puskesmas Muting Kabupaten Merauke dikaitkan dengan standar

pelayanan minima (SPM) ?”

1.3 TUJUAN

Penulisan ini dilaksanakan mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Mengetahui proses perencanaan dan evaluasi program kesehatan dikaitkan dengan

pelaksanaan SPM pada puskesmas Muting Kabupaten Merauke.

Page 5: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui proses analisis situasi berdasarkan program kesehatan di Puskesmas

b) Mengetahui masalah rendahnya capaian prongram kesehatan di Puskesmas

c) Mengetahui proses penentuan prioritas masalah pada program kesehatan di

Puskesmas

d) Mengetahui proses penentuan penyebab masalah pada prongram kesehatan di

Puskesmas

e) Mengetahui proses penentuan alternative pemecahan masalah pada prongram

kesehatan di Puskesmas

f) Megetahui proses penyusunan rencana kegiatan ( POA ) beserta anggaran pada

prongram kesehatan di Puskesmas

g) Mengetahui proses implementasi rencana kegiatan pada prongram kesehatan di

Puskesmas

h) Mengetahui proses hasil evaluasi pada prongram kesehatan di Puskesmas.

Page 6: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

BAB II

ANALISIS SITUASI

1.1 Gambaran Umum Puskesmas Muting Kab. Merauke

A. Geografis

Puskesmas Muting terletak di sebelah timur laut Kabupaten Merauke dengan

jarak kurang lebih 240 km dari kota Merauke dan dapat ditempuh melalui jalur darat

dan perairan. Dengan jangkauan wilayah pelayanan sebanyak 14 kampung yang

terdiri dari 7 kampung berada di daerah kalibian ( kampung tradisional), dan 7

kampung berada didaerah darat. 2 kampung di daerah kalibian termasuk dalam

wilayah Distrik Ulilin, tetapi dikarenakan lokasi kampung yang berupa daerah

perairan tersebut lebih dekat jangkauan pelayanannya kepada Puskesmas Muting,

maka dimasukkan dalam wilayah kerja Puskesmas Muting.

Batas Wilayah :

Utara : Distrik Jair ( Kab. Boven Digoel )

Barat : Distrik Kurik

Selatan : Distrik Elikobel

Timur : Distrik Ulilin

Peta Wilayah Kabupaten Merauke

Page 7: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

Wilayah kerja Puskesmas Muting terdiri atas 14 Kampung meliputi :

- Kampung Sigabel Jaya (Alphasera 1)

- Kampung Seed Agung (Alphasera II)

- Kampung Enggol Jaya (Alphasera III)

- Kampung Andaito (Alphasera IV)

- Kampung Afkab Makmur (Alphasera V)

- Kampung Manwaybob (Alphasera VI)

- Kampung Muting

- Kampung Boha

- Kampung Pachas

- Kampung Kolam

- Kampung Waan

- Kampung Selauw

- Kampung Selil (Termasuk dalam wilayah Distrik Ulilin)

- Kampung Kindiki (Termasuk dalam wilayah Distrik Ulilin)

B. Sumber Daya Puskesmas Muting

1. Ketenagaan

Dalam melaksanakan kegiatannya selama tahun 2011, Puskesmas Muting

memiliki tenaga kesehatan sebanyak 21 orang yang terdiri dari :

No. Jenis Tenaga Jumlah

1. Dokter Umum (PTT) 2

2. Dokter Gigi (PTT) 1

3. Bidan PNS 7

4. Perawat PNS 7

5. Petugas Laboratorium

1

6. Tenaga Honorer 3

Tabel Jumlah Tenaga Kesehatan

Staf Puskemas yang berada di Puskesmas Induk berjumlah 13 orang termasuk 2

orang dokter umum dan 1 orang dokter gigi.

Staf Puskesmas Induk yang tinggal di wilayah kompleks Puskesmas berjumlah 9

orang termasuk 3 orang dokter, sedangkan 10 orang staf yang lain tinggal di

kampung lain.

Page 8: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

Salah seorang staf Puskesmas Muting yaitu Daud Gebjay sedang menjalani

pendidikan keperawatan di Merauke, dan Dominika Bacim untuk sementara

mengikuti suami serta bertugas di RSUD Merauke.

Terhitung tanggal 21 Januari 2011 Puskesmas Muting mendapat tambahan 1

orang staf honorer lulusan SKM Bidang Epidemiologi.

Selain itu, Puskesmas Muting juga memiliki 2 orang tenaga non-medis untuk

membantu menjaga kebersihan Puskesmas.

Melihat kebutuhan dan ketenagaan yang ada, Puskesmas Muting sangat

membutuhkan tambahan perawat untuk Pustu-pustu yang ada di daerah kalibian

dan daerah darat untuk membantu kegiatan pelaksanaan program-program yang

telah ada.

Daftar selengkapnya dapat dilihat di daftar nominatif pegawai Puskesmas

Muting di bagian lampiran.

2. Struktur Organisasi Puskesmas Muting Tahun 2011

Kepala Puskesmas : dr. Imelda Royani

Bendahara Operasional : Suratdi

Bendahara JPKMM : Yoseph Sujono

Penanggung Jawab Poli Umum : dr. Muliyadi

Penanggung Jawab Poli Gigi : drg. Megawati Ramadhany

Penanggung Jawab UGD : Silviana Mahuse

Penanggung Jawab KIA-KB : Maria Mahuse

Penanggung Jawab Imunisasi/Farmasi : Mulyono

Penanggung Jawab Rawat Inap : Yoseph Sujono

Penanggung Jawab TB/Malaria/ Kusta/Lab : Edward Woniana

Penanggung Jawab Gizi : Angelina Ndiken

Penanggung Jawab Loket : Jimmy

Pustu Sigabel Jaya : Silviana Mahuse

Pustu Seed Agung : Wilhelmina Wambon

Pustu Enggol Jaya : Supriyanti

Pustu Andaito : Basar Simanjuntak

Pustu Manwaybob : Rabiah

Pustu Pachas : Berlinda Ndiken

Pustu Boha : Adolfina Uwaye

Page 9: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

Tata Usaha : Carolla

Bendahara Barang : Salfi

C. Visi dan Misi Puskesmas Muting

Visi pembangunan kesehatan di Wilayah Muting adalah :

menuju ” Muting sehat tahun 2015 ”.

Yang akan kami upayakan dengan peningkatan capaian seluruh program yang ada

baik kuantitas maupun kualitas.

Misi pembangunan kesehatan di Muting, yaitu:

- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya menciptakan masyarakat

yang sadar akan arti penting kesehatan dalam kehidupannya.

- Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan sentuhan kekeluargaan yang lebih

manusiawi.

D. Sarana dan Prasarana

Berbagai sarana dan prasarana telah dimiliki oleh Puskesmas Muting sebagai

penunjang pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, baik sarana medis

maupun non medis. Sarana dan prasarana tersebut selain merupakan pengadaan dari

Dinas Kesehatan (PEMDA) ,seperti halnya Puskesmas lain di Kabupaten Merauke,

Puskesmas Muting juga mendapat dukungan sarana dan prasarana dari SCHS.

Beberapa sarana tersebut adalah :

a. Gedung Puskesmas ( 10 Ruangan )

b. Bangunan Puskesmas Pembantu ( Pustu ) 13 buah

c. Bangunan Perawatan yang bisa digunakan sebagai ruang pertemuan ( 1 buah)

d. Kendaraan Pusling

1. Pusling darat :

- Ambulance Ford Ranger 1 Unit

- Roda 2/ motor ( total 9 Unit, 1 rusak berat )

2. Pusling air :

- motor tempel 2 unit ( 1 rusak )

- speed boat 2 buah ( 1 rusak berat dan 1 tidak dipakai karena terlalu berat )

e. Sarana Listrik & Komunikasi :

Page 10: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

- PLN ( Puskesmas induk )

- Genset ( 3 buah, 1 rusak )

- Diesel ( 1 buah )

- SSB ( 1 unit )

- Telepon satelit ( 1 unit )

f. Sarana Elektronik :

- TV 1 unit

- Komputer 2 unit, Laptop 1 unit

- VCD ( 1 unit )

- Audio Set ( 1 unit )

- Parabola 1 unit

g. Sarana Penunjang :

- Lemari Kaca /kayu

- Meja tulis

- Kursi

- Jam dinding, di masing- masing ruangan

Dll

h. Sarana Medis :

- Pustu Kit & peralatan kesehatan (di setiap Pustu)

- Bidan kit ( untuk seluruh Bidan)

- Poli kit

- KB Kit

- Kulkas vaksin : 3 unit ( 1 rusak )

- Microscope

- Inkubator

- Berbagai alat penunjang & pemeriksaan seperti Resusitasi set, THT set, Suction

- Meja ginekologi, Lemari Obat

- Dental Unit ( rusak )

1.2 Gambaran Umum Masyarakat Muting Kab. Merauke

a. Demografis

Berdasarkan pendataan terakhir yang dilakukan pada bulan Desember 2011,

Jumlah penduduk dalam wilayah pelayanan Puskesmas Muting berjumlah 6640

jiwa, terdiri dari masyarakat kampung tradisional dan masyarakat eks binaan

Page 11: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan. Mayoritas penduduk

terdiri dari etnis Papua, Jawa, Nusa Tenggara Timur, dan Toraja.

Kondisi topografis wilayah kerja Puskesmas Muting adalah dataran sedang

dan sebagian terdiri dari wilayah air ( kali dan rawa ) dengan kondisi medan jalan

yang berlumpur bila musim hujan tiba. Kendala medan serta jauhnya jarak antar

kampung yang harus dilayani tentunya sangat berpengaruh pada mobilisasi dan

kecepatan petugas dalam memberikan pelayanan.

Keadaan ini juga diperburuk dengan kebiasaan berpindah-pindah masyarakat

dari satu bivak ke bivak yang lain pada musim tertentu ( musim ikan kaloso, musim

rusa dan mencari kayu gambir ) karena biasanya dalam perpindahan tersebut mereka

membawa serta keluarganya.

Mobilisasi penduduk yang cukup tinggi juga terjadi pada masyarakat yang

menghuni eks kawasan transmigrasi, biasanya mereka berpindah ke daerah yang

dianggap lebih menjanjikan ( kota Merauke, Asiki atau daerah lain ) sehingga

sangat sulit diprediksi perkembangannya, hal ini tentunya sangat berpengaruh dalam

pencapaian cakupan pelayanan.

b. Agama – Budaya

Dilihat dari segi keyakinan yang ada, penduduk Muting terdiri dari : Katolik,

Protestan dan Islam. Penyebaran pemeluk agama juga dibagai perwilayah, untuk

wilayah darat sebagian besar adalah penganut agama Islam, disusul Katolik dan

Protestan. Sedangkan untuk wilayah perairan ( kampung-kampung tradisional )

sebagian besar adalah pemeluk Katolik disusul Protestan.

Heterogenitas yang ada tentunya sangat berpengaruh pada strategi pelayanan

yang akan kita terapkan pada suatu daerah, dan dalam setiap upaya pelayanan

terhadap masyarakat kita menyadari peran penting Tokma ( tokoh masyarakat ) dan

Toga (tokoh agama) sehingga diharapkan target program dapat tercapai dalam

menjalankan misi pelayanan kemanusiaan ini.

c. Pendidikan

Hampir setiap kampung di distrik Muting memiliki satu sekolah dasar

INPRES, Sekolah Menengah Pertama ada di Kampung Muting dan Enggol Jaya,

sedangkan Sekolah Menengah Umum hanya berada di Kampung Muting. Banyak

Page 12: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

murid-murid yang telah lulus SMP di luar Distirk Muting, terutama Distrik Ulilin

melanjutkan ke Sekolah Menegah Atas (SMA) yang berada di Distrik Muting.

d. Transportasi dan Komunikasi

Sarana transportasi yang melewati Distrik Muting yaitu kendaraan roda

empat seperti truk, Hiline, Hardtop, dan roda dua. Lamanya perjalanan dari Merauke

ke Distrik Muting kurang lebih 7-8 jam dalam keadaan jalan kering sedangkan saat

musim penghujan dapat mencapai 12 jam atau lebih. Waktu tempuh ini telah

mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun yang lalu dimana perjalanan bisa

berhari-hari bahkan sampai beberapa minggu.

Pemeliharaan dan perawatan jalan yang telah dilakukan oleh pemerintah

telah banyak membantu mengurangi waktu tempuh. Daerah-daerah yang masih perlu

banyak mendapat perhatian adalah daerah Palda dan daerah Kweel, dimana kondisi

jalan sangat berat dengan medan lumpur dan banyaknya galian-galian bekas truk

yang terbenam.

Puskesmas Muting dilengkapi ambulance jenis double gardan yang

diperuntukkan antar-jemput pasien baik ke Merauke maupun ke kampung-kampung,

puskesmas keliling, dll.

Sarana komunikasi utama dari Puskesmas Muting ke Dinkes Kabupaten

Merauke maupun ke Puskesmas yang lain menggunakan SSB. Telepon satelit juga

tersedia di Puskesmas Muting tapi sedang dalam perbaikan. Untuk sarana

komunikasi lain, sampai dengan saat ini baru tersedia Sarana telepon Satelit (Wartel

satelit ) yang hanya ada di kampung Muting dan kampung Seed Agung Prasasti.

1.3 Analisis SWOT

Analisis SWOT dalam organisasi dibutuhkan untuk menganalisis kekuatan,

kelemahan, kesempatan serta tantangan yang sedang dihadapi oleh suatu oeganisasi serta

pengambilan strategi yang akan dilaksanakan dalam pengembangan organisasi.

Berikut tabel SWOT analisis terhadap faktor internal organisasi Puskesmas Muting yang

dapat dibuat adalah sebagai berikut :

Page 13: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

NO VARIABEL FAKTOR INTERNAL BOBOT BOBOT/TOTAL SKOR KONVERSI BOBOT X SKOR

1 Tenaga (Man)

a. Jumlah tenagab. Kompetensic. Tingkat pendidikand. Motivasi Kerja

5545

5/94 = 0,050,050,040,05

2323

-1+1-1+1

-0,05+0,05-0,04+0,05

2 Keuangan (Money)

a. Dana Operasionalb. Dana Jamkesmasc. Gajid. Insentif

5444

0,050,040,040,04

3332

+1+1+1-1

+0,05+0,04+0,04-0,04

3 Peralatan (machine)

a. Kelengkapan sarana dan prasarana jangka panjang ( peralatan lab, USG, peralatan gigi, incenerator, EKG, dll)

b. Kualitas perlatan

5

3

0,05

0,03

4

2

+2

-1

+0,1

-0,034 Methode a. SPM

b. Protap/ SOP44

0,040,04

22

-1-1

-0,04-0,04

5 Material a. Jumlah ruanganb. BHP (bahan habis

pakai) ex : obat, alat suntik, reagent, alat lab

c. Bahan makanan

44

4

0,040,04

0,04

33

3

+1+1

+1

+0,04+0,04

+0,046 Market a. Wilayah kerja

b. Masyarakat sasaran yang dibidik berdasarkan proses STP

43

0,040,03

23

-1+1

-0,04+0,03

7 Teknologi a. Komputer sbg input data

b. SSB (Radio)c. Telepon Satelit

4

53

0,04

0,050,03

3

33

+1

+1+1

+0,04

+0,05+0,03

8 Time a. Waktu pelayanan poli rawat jalan (08.00-12.00)

b. Waktu pelayanan rawat inap dan UGD (24 jam)

4

4

0,04

0,04

3

3

+1

+1

+0,04

+0,04

9 Informasi Internet, pamflet, leaflet 3 0,03 2 -1 -0,03Total 94

Catatan :

Dengan cara greding berdasarkan kepentingan dibuat penilaian suatu bobot sebagai berikut

5 : sangat penting

4 : penting

Page 14: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

3 : cukup penting

2 : kurang penting

1 : tidak penting

Greding penilaian skoring adalah sebagai berikut

4 : sangat bagus

3 : bagus

2 : kurang bagus

1 : jelek

Greding penilaian angka konversi adalah sebagai berikut

1 = - 2

2 = - 1

3 = + 1

4 = + 2

Kemudian dipisahkan antara kekuatan dan kelemahan organisasi sebagai berikut

Tabel kekuatan

VARIABEL BOBOT X SKOR

1.b Kompetensi1.d Motivasi Kerja2.a Dana Operasional2.b Dana Jamkesmas2.c Gaji3.a Kelengkapan sarana dan prasarana

jangka panjang ( peralatan lab, USG, peralatan gigi, incenerator, EKG, dll)

5.a Jumlah ruangan5.b BHP (bahan habis pakai) ex : obat, alat

suntik, reagent, alat lab5.c Bahan makanan6.b Masyarakat sasaran yang dibidik

berdasarkan proses STP7.a Komputer sbg input data7.b SSB (Radio)7.c Telepon Satelit8.a Waktu pelayanan poli rawat jalan (08.00-

12.00)8.b Waktu pelayanan rawat inap dan UGD

+0,05+0,05+0,05+0,04+0,04+0,1

+0,04+0,04

+0,04+0,03

+0,04+0,05+0,03+0,04

+0,04

Page 15: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

(24 jam)Total 0,68

Tabel kelemahan

VARIABEL BOBOT X SKOR

1.a Jumlah tenaga1.c Tingkat pendidikan2.a Insentif3.b Kualitas perlatan4.a SPM4.b Protap/ SOP6.a Wilayah kerja9. Internet, pamflet, leaflet

-0,05-0,04-0,04-0,03-0,04-0,04-0,04-0,03

Total -0,31

Berikut tabel ...SWOT analisis terhadap faktor eksternal organisasi yang dapat dibuat adalah

sebagai berikut

N

O

VARIABEL FAKTOR

EKTERNAL

BOBOT BOBOT/TOTAL SKOR KONVERSI BOBOT

X

SKOR

1. Politik a. Kebijakan lintas sektoral (dinkes, kepala daerah, kepala distrik)

b. Stabilitas politik (masa kampanye pilkada)

4

4

4/31 = 0,1

0,1

3

2

+1

-1

+0,1

-0,1

2. Ekonomi a. Tingkat pendapatan

b. Daya beli masyarakat

4

3

0,1

0,09

2

2

-1

-1

-0,1

-0,09

3. Sosial a. Tokoh masyarakat/adat

b. Tokoh agama

5

4

0,1

0,1

3

3

+1

+1

+0,1

+0,1

4. Teknologi a. Tingkat 3 0,09 2 -1 -0,09

Page 16: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

modernisasi masyarakat (Handphone, alat transportasi)

5. Lingkungan a. Perilaku Hidup bersih

4 0,1 2 -1 -0,1

31

Kemudian dipisahkan antara kesempatan dan ancaman organisasi sebagai berikut

Tabel kesempatan

VARIABEL BOBOT X SKOR

1.a Kebijakan lintas sektoral (dinkes, kepala daerah, kepala distrik)3.a Tokoh masyarakat/adat3.b Tokoh agama

+0,1

+0,1+0,1

Total +0,3

Tabel tantangan :

VARIABEL BOBOT X SKOR

1.b Stabilitas politik (masa kampanye pilkada)2.a Tingkat pendapatan2.b Daya beli masyarakat4.a Tingkat modernisasi masyarakat (Handphone, alat transportasi)5.a Perilaku Hidup bersih

+0,1-0,1-0,09-0,09

-0,1

Total -0,48

Jadi :

S : 0,68

W : - 0,31

O : +0,3

T : - 0,48

dan dijumlahkan sebagai titik sumbu X dan Y adalah

Page 17: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

S + W = +0,37 dan O + T = -0,18

Dari data diatas dapat dibuatkan gambaran kondisi organisasi puskesmas muting saat ini adalah berada pada kuadran ST. Sehingga dapat diposisikan puskesmas Muting banyak kekuatan yang dimiliki namun juga banyak mempunyai tantangan. Sehingga diperlukan stratgei diversifikasi, yaitu berusaha untuk pengembangan program yang ada saat ini.

1. Related DiversificationDapat dilakukan dengan menggabungkan program KIA dengan program perbaikan gizi masyarakat misalnya program pemberian tablet Fe pada ibu hamil.

2. Unrelated diversificationSelain program yang sudah ada, boleh mengembangkan program kesehatan lainnya. Misalnya pemberian BHP saat setelah melahirkan, penggantian uang transport.

3. Market developmentMemperluas cakupan program dengan mendirikan pustu atau polindes di kampung.

4. Product developmentMenjemput pasien ibu hamil yang siap partus dengan mesin Jhonson berkekuatan 25PK dengan 40PK.

5. Status quoMempertahankan program yang sudah bagus.

W S

T

O

ST

Strategi Diversifikasi (Pengembangan)

WT

Strategi Devensive (bertahan)

OS

Strategi Agresive

OW

Strategi Retreanchment (penguatan internal)

Page 18: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

BAB III

PENENTUAN MASALAH

3.1 Penentuan Masalah berdasarkan SPM

Berdasarkan data Daftar Standart Pelayanan Minimal Puskesmas Muting tahun

2009-2011, dapat ditemukan beberapa masalah yaitu :

1. Cakupan K4 bumil

2. Gizi kurang

3. Bumil resiko tinggi

4. Lolinakes

5. Kunjungan bufas

Page 19: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

Daftar Standart Pelayanan Minimal Puskesmas Muting tahun 2009-2011

No Bidang Garapan

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011Target Cakupan Target Cakupan Target Cakupan

jumlah prosentase jumlahprosentas

e jumlah prosentase jumlah prosentase jumlahprosentas

e jumlah prosentaseProgram KIA

1 Cakupan K1 bumil 110 95% 73 63,2 % 120 95% 101 80% 146 95% 137 89,9 %2 Cakupan K4 bumil 98 95% 14 15,1 % 107 95% 24 19,1% 116 95% 18 14,7 %3 Bumil Resiko Tinggi 35 100% 28 81,1 % 32 100% 7 24% 50 100% 24 49,2 %4 Kunjungan Neonatus 60 90% 31 55% 65 90% 34 58,3 % 81 90% 49 61,4 %5 Kunjungan Bufas 60 90% 25 39,9% 65 90% 43 60,7% 81 90% 46 59,7%6 Lolinakes 67 90% 37 45,7% 77 90% 32 44,6% 82 90% 44 50,9%7 Imunisasi BCG 69 99,2% 70 100% 81 99,2% 82 100% 86 99,2% 87 100%8 Imunisasi Campak 68 96,6% 71 100,1% 80 96,6% 83 100% 85 96,6 % 88 102,3%9 Imunisasi DPT-Hb 69 99,2% 72 102,3% 81 99,2% 85 103,9% 86 99,2% 89 104,3%10 Imunisasi Polio 69 99,2% 70 100% 81 99,2% 83 100% 86 99,2% 87 100%11 Imunisasi DT-TT 710 85% 705 80,3% 690 85% 686 80,8% 697 85% 673 82%

Program Penyakit Menular1 Filariasis 244 85,5% 243 83,3% 237 85,5% 234 80,1% 229 85,5% 218 64,8%2 TBC 87 71,7% 86 70,2% 106 71,7% 98 56,7% 102 71,7% 101 69,8%3 Malaria 219 90,3% 197 68,2% 237 90,3% 236 89,6% 224 90,3% 227 95,2%4 Kusta 7 95% 6 94,9% 6 95% 8 106,8% 12 95% 10 93,6%

Program Kesehatan Sekolah1 UKGS 256 96% 164 49,2% 245 96% 172 56,8% 267 96% 149 66,9%2 UKS 256 94,7% 136 37,9% 245 94,7% 129 50,3% 267 94,7% 145 62,4%

Page 20: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

BAB IV

PENENTUAN PRIORITAS MASALAH

4.1 Penentuan Prioritas Masalah dengan metode CARL

Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode CARL

juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-10. Kriteria CARL

tersebut mempunyai arti:

C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)

A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.

Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknoloi serta

penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.

R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti

keahlian atau kemampuan dan motivasi.

L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam

pemecahan masalah yang dibahas.

Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi, kemudian dibuat tabel

kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa pendapat tentang nilai skor yang

diambil adalah rerata.

Kriteria penilaian metode CARL

C A

1. Tidak mampu

2. Cukup mampu

3. Sangat mampu

1. Tidak terjangkau

2. Cukup terjangkau

3. Sangat terjangkau

R L

1. Tidak siap

2. Cukup siap

3. Sangat siap

1. Tidak berpengaruh

2. Cukup berpengaruh

3. Sangat berpengaruh

Nilai total merupakan hasil perkalian: C x A x R x L

Page 21: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

Daftar Standart Pelayanan Minimal Puskesmas Muting tahun 2009-2011

No Bidang Garapan

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011Target Cakupan Target Cakupan Target Cakupan

jumlah prosentase jumlahprosentas

e jumlah prosentase jumlah prosentase jumlahprosentas

e jumlah prosentaseProgram KIA

1 Cakupan K1 bumil 110 95% 73 63,2 % 120 95% 101 80% 146 95% 137 89,9 %2 Cakupan K4 bumil 98 95% 14 15,1 % 107 95% 24 19,1% 116 95% 18 14,7 %3 Bumil Resiko Tinggi 35 100% 28 81,1 % 32 100% 7 24% 50 100% 24 49,2 %4 Kunjungan Neonatus 60 90% 31 55% 65 90% 34 58,3 % 81 90% 49 61,4 %5 Kunjungan Bufas 60 90% 25 39,9% 65 90% 43 60,7% 81 90% 46 59,7%6 Lolinakes 67 90% 37 45,7% 77 90% 32 44,6% 82 90% 44 50,9%7 Imunisasi BCG 69 99,2% 70 100% 81 99,2% 82 100% 86 99,2% 87 100%8 Imunisasi Campak 68 96,6% 71 100,1% 80 96,6% 83 100% 85 96,6 % 88 102,3%9 Imunisasi DPT-Hb 69 99,2% 72 102,3% 81 99,2% 85 103,9% 86 99,2% 89 104,3%10 Imunisasi Polio 69 99,2% 70 100% 81 99,2% 83 100% 86 99,2% 87 100%11 Imunisasi DT-TT 710 85% 705 80,3% 690 85% 686 80,8% 697 85% 673 82%

Program Penyakit Menular1 Filariasis 244 85,5% 243 83,3% 237 85,5% 234 80,1% 229 85,5% 218 64,8%2 TBC 87 71,7% 86 70,2% 106 71,7% 98 56,7% 102 71,7% 101 69,8%3 Malaria 219 90,3% 197 68,2% 237 90,3% 236 89,6% 224 90,3% 227 95,2%4 Kusta 7 95% 6 94,9% 6 95% 8 106,8% 12 95% 10 93,6%

Program Kesehatan Sekolah1 UKGS 256 96% 164 49,2% 245 96% 172 56,8% 267 96% 149 66,9%2 UKS 256 94,7% 136 37,9% 245 94,7% 129 50,3% 267 94,7% 145 62,4%

Page 22: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

No Masalah C A R L Total skor1. Cakupan K4 bumil 2 3 2 2 242. Gizi kurang 1 2 1 2 43. Bumil resiko tinggi 2 1 2 2 64. Lolinakes 3 3 3 2 545. Kunjungan bufas 2 3 3 6 36

Page 23: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

BAB IV

PENENTUAN AKAR PENYEBAB MASALAH

4.1 Analisis Pohon Masalah

Pohon masalah dimulai dengan masalah utama. Sebagai hasil analisis situasi di

unit kerja, dianalisis penyebab masalah tersebut dalam forum curah pendapat. Dimulai

dengan rumusan pernyataan masalah yang dihadapi unit kerja, dan memikirkan apa

akibat yang mungkin timbul dari masalah tersebut, kemudian diskusikan dan tuliskan

berbagai alternatif penyebab masalah tersebut secara bertahap, lalu membuta sketsa

dalam sebuah bagan pohon.

Analisis pohon masalah sebaiknya dilakukan pada focus grup kecil sekitar 6 -8

orang dengan menggunakan kertas flipchart atau OHP. Langkah awal adalah

mendiskusikan dan menyetujui masalah atau isu yang akan dianalisis. Masalah atau isu

dituliskan ditengah flipchart dan menjadi inti masalah. Kata-kata yang menjadi inti

masalah tidak panjang, yang penting dapat menjelaskan isu yang dimaksud kepada setiap

orang dan semua menyetujuinya. Selanjutnya, grup melakukan identifikasi penyebab inti

masalah (yang akan menjadi akar) dan mengidentifikasi akibat (yang akan menjadi

cabang). Inti dari latihan ini adalah diskusi, dialog dan debat untuk menemukan faktor-

faktor yang berhubungan serta seringkali membentuk pembagian akar dan cabang lagi

(seperti peta berfikir).

Beberapa keuntungannya, antara lain :

1. Masalah dapat dipecah menjadi potongan-potongan yang lebih dapat diatur dan

didefinisikan. Ini memungkinkan untuk membuat prioritas dan membantu objektif

focus.

2. Untuk lebih mengerti masalah dan seringkali menghubungkan sebab-sebab yang

berlawanan. Seringkali ini merupakan langkah awal untuk menemukan win-win

solutions.

3. Untuk mengidentifikasi isu dan pendapat yang mendukung, dan menolong orang yang

berperan pada setiap tahap dan proses.

4. Untuk membuat informasi selanjutnya, sumberdaya yang dibutuhkan untuk

melaksanakan proyek atau membangun solusi yang meyakinkan.

Mengetahui isu saat ini, isu yang lampau, semuanya dapat teridentifikasi.

Page 24: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

5. Proses analisis seringkali membantu untuk membangun rasa untuk membagi

pengertian, tujuan dan langkah selanjutnya.

2.2 Manfaat

Manfaat atau keuntungan yang diperoleh dari penggunaan analisis pohon masalah

(problem tree ) adalah sebagai berikut :

1. Masalah dapat dipecah menjadi potongan-potongan yang lebih dapat diatur dan didefinisikan.

Ini memungkinkan untuk membuat prioritas dan membantu objektif focus.

2. Untuk lebih mengerti masalah dan seringkali menghubungkan sebab-sebab yangberlawanan.

Seringkali ini merupakan langkah awal untuk menemukan win-winsolutions.

3. Untuk mengidentifikasi isu dan pendapat yang mendukung, dan menolong orang yang

berperan pada setiap tahap dan proses. Untuk membuat informasi selanjutnya, sumberdaya

yang dibutuhkan untuk melaksanakan proyek atau membangun solusi yang meyakinkan.

4. Mengetahui isu saat ini, isu yang lampau, semuanya dapat teridentifikasi. Proses analisis

seringkali membantu untuk membangun rasa untuk membagi pengertian, tujuan dan langkah

selanjutnya.

2.3 Metode

Metode pohon masalah adalah metode perencanaan berdasarkan kebutuhan. Analisis pohon

masalah diikuti dengan perencanaan proyek yang aktual. Secara teknis, pembuatan pohon

masalah terbagi menjadi dua yakni :

Page 25: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

1. Identifikasi dan formulasi masalah

2. Menyusun hubungan sebab akibat

2.4 Langkah-langkah Menyusun Pohon Masalah

Langkah-langkah melakukan analisis masalah :

1. Identifikasi masalah utama, berdasarkan informasi yang tersedia.

Tujuan dari langkah ini adalah untuk menjamin semua aspek proyek pada suatu daerah tidak

sama dengan proyek yang baru. Alat untuk mengumpulkan data adalah brainstorming dengan

para stakeholder, pemetaan komunitas, mengumpulkan komentar penduduk tentang fasilitas.

Pada tingkatan tertentu, sumber lain untuk mengumpulkan informasi didapat dari pusat

kesehatan,pemerintah setempat serta NGO.

2. Pilih salah satu masalah utama untuk dianalisis setelah mengidentifikasi seluruh masalah yang

ada, tentukan masalah yang merupakan inti dari masalah yang menjadi target pada proyek.

Yang dicoba diselesaikan dengan mengimplementasikan proyek. Pemilihan inti masalah

harus dikomunikasikan dengan stakeholder.

3. Identifikasi sebab langsung dari masalah utama dan menyusun pohon masalah memiliki

identifikasi merupakan poin awal untuk menganalisis masalah, kita mengetahui inti untuk

membangun pohon masalah. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui semua sebab langsung

dari inti masalah.

4. Identifikasi akibat langsung dari inti masalah dan buat dalam pohon masalah pada tahap ini,

kita melihat akibat dari masalah.

5. Langkah terakhir adalah meninjau kembali pohon masalah untuk memastikan sudah valid dan

lengkap. Pohon tersebut harus terlihat dan memberikan logika dari hubungan sebab dan

akibat.

Page 26: Laporan Perencanaan Dan Evaluasi Baru

BAB V

PENENTUAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH