laporan perencanaan dan evaluasi baru
DESCRIPTION
Laporan kuliah mengenai perencanaan dan evaluasi Puskesmas Muting Kab. Merauke.TRANSCRIPT
PERENCANAAN PROGRAM DAN EVALUASIORGANISASI PUSKESMAS MUTING
KAB. MERAUKE
Oleh :
KELOMPOK VI
1. PIPID ARIWIBOWO 1011112962. SHEILA SACHAVANIA 1011113043. MEGA AYU BUDI A.R 1011113284. ANGGRAENI 1011113305. SURATDI 1011113486. SITI ZULAICHAH 101111352
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Visi bangsa Indonesia di bidang kesehatan ialah mewujudkan program Indonesia
Sehat, suatu keadaan masyarakat bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya
yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik
Indonesia.
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) sebagai ujung tombak dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki makna dan peranan yang
sangat penting dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan tersebut. Puskesmas
sebagai sarana pelayanan kesehatan memiliki tanggung jawab untuk memberikan
pelayanan kesehatan wajib atau Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang meliputi;
program KIA, program penyakit menular, dan program kesehatan sekolah. Salah satunya
ialah PUSKESMAS Muting telah melakukan berbagai kegiatan pelayanan kesehatan
untuk ikut peran serta dalam mewujudnyatakan visi bangsa Indonesia.
Berbagai factor yang mendasar seperti karakteristik masyarakat yang masih
tradisional yang hidup di pinggiran kali Bian yang terdiri dari 7 desa yang satu sama
lainya dipisahkan oleh kali Bian dan untuk menjangkaunya harus menggunakan perahu
dayung atau jhonson membuat masyarakat ini berbeda dengan masyarakat Merauke
lainnya terutama pada aspek Sosial Budaya masyarakat yang masih ada beberapa
kelompok masyarakat menggunakan adat istiadat yang kental terkait mitos Ibu hamil
dan melahirkan pada masyarakat sekitar yang membuat angka cakupan prongram KIA di
daerah ini rendah. Kesehatan ibu dan anak adalah upaya kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita
serta anak prasekolah.
Pada dasarnya konsep Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk
merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling
pokok dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Perencanaan akan menjadi efektif jika perumusan masalah sudah dilakukan
berdasarkan fakta-fakta dan bukan berdasarkan emosi atau angan-angan saja. Fakta-fakta
diungkap dengan menggunakan data untuk menunjang perumusan masalah.
Perencanaan juga merupakan proses pemilihan alternative tindakan yang terbaik
untuk mencapai tujuan. Perencanaan juga merupakan suatu keputusan untuk mengerjakan
sesuatu di masa akan datang, yaitu suatu tindakan yang diproyeksikan di masa yang akan
datang. Salah satu tugas manajer yang terpenting di bidang perencanaan adalah
menetapkan tujuan jangka panjang dan pendek organisasi berdasarkan analisis situasi di
luar (eksternal) dan di dalam (internal) organisasi. (Muninjaya,gde.2004 )Analisis situasi
dalam hal ini dilakukan untuk mengahsilkan rumusan tujuan (setting strategic and
operational objectives) untuk arah pengembangan organisasi.Setelah tujuan straregis dan
operasional dirumuskan, tim perencana kemudian merancang program pengembangan
(program atau product design) yang dibutuhkan organisasi dalam hal ini di bidang
kesehatan.
Perencanaan tingkat Puskesmas dikenal istilah perencanaan mikro (micro
planning), merupakan salah satu fungsi manajemen Puskesmas. Bersama dengan
minilokakarya dan stratifikasi Puskesmas, ketiganya merupakan satu kesatuan sebagai
alat melaksanakan fungsi pengelolaan (manajemen Puskesmas). Pengertian perencanaan
Puskesmas ialah sebagai usaha untuk merinci kegiatan-kegiatan upaya kesehatan dalam
rangka mencapai status kesehatan masyarakat yang dikehendaki dalam periode tertentu
pada masa yang akan datang, sehingga perencanaan tingkat Puskesmas merupakan suatu
proses kegiatan yang sistematis untuk menyusun dan mempersiapkan kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh Puskesmas pada tahun berikutnya untuk meningkatkan cakupan dan
mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam upaya mengatasi masalah-masalah
kesehatan setempat (Departemen Kesehatan, 2006).
Di samping perencanaan bidang kesehatan perlu juga dilakukan evaluasi terhadap
suatu prongram, evaluasi adalah mutu suatu kegiatan yang penting untuk menilai kualitas,
rasional, efektifitas, efisiensi dan equity pada pelayanan kesehatan (Trisnantoro, 1996 b).
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa evaluasi program kesehatan yang komprehensif
adalah evaluasi yang dilakukan terhadap tiga komponen yaitu Input- proses- output.
Definisi evaluasi menurut WHO (1990) adalah cara yang sistematis untuk belajar dari
pengalaman-pengalaman dan menggunakan pelajaran pelajaran yang diperoleh untuk
memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan dan untuk meningkatkan
perencanaan yang lebih baik dengan melakukan seleksi secara teliti dengan berbagai
alternatif tindakan yang akan diambil. Jadi evaluasi berarti menentukan pendapat
berdasarkan penafsiran secara seksama dan penilaian secara krisis mengenai keadaan
tertentu, yang harus mengarah kepada penarikan kesimpulan yang masuk akal serta
pengajuan usulan-usulan untuk tindakan lebih lanjut yang bermanfaat. Tujuan evaluasi
program kesehatan bukan hanya membandingkan keadaan kesehatan sebelum dan
sesudah kegiatan, tetapi yang lebih penting adalah untuk memperbaiki program-program
kesehatan agar pelaksanaan suatu program menjadi lebih relevan, efisien dan efektif.
Sementara itu Hidayat (1990) mengatakan evaluasi program adalah kegiatan yang
dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan untuk menilai apakah suatu program telah
atau dapat dilaksanakan sesuai rencana serta mengidentifikasi masalah-masalah yang
mempengaruhi keberhasilan program tersebut. Melakukan evaluasi terhadap suatu
program kesehatan tidak hanya cukup dilakukan dengan metode kuantitatif saja tetapi
juga diperlukan metode kualitatif yaitu: wawancara formal, wawancara mendalam,
observasi terstruktur dan diskusi kelompok terarah (Prawitasari, 1998).
Puskesmas Muting mengupayakan pencapaian prongram bukan hanya pada aspek
klinis tetapi juga sebagai motivator dan advokasi dengan lintas sektoral lainnya untuk
mencapai perubahan perilaku yang diharapkan sehingga masyarakat sadar akan kesehatan
masing-masing.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka masalah yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut :
“Bagaimanakah proses perencanaan dan penganggaran program serta evaluasi program
kesehatan pada Puskesmas Muting Kabupaten Merauke dikaitkan dengan standar
pelayanan minima (SPM) ?”
1.3 TUJUAN
Penulisan ini dilaksanakan mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Mengetahui proses perencanaan dan evaluasi program kesehatan dikaitkan dengan
pelaksanaan SPM pada puskesmas Muting Kabupaten Merauke.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui proses analisis situasi berdasarkan program kesehatan di Puskesmas
b) Mengetahui masalah rendahnya capaian prongram kesehatan di Puskesmas
c) Mengetahui proses penentuan prioritas masalah pada program kesehatan di
Puskesmas
d) Mengetahui proses penentuan penyebab masalah pada prongram kesehatan di
Puskesmas
e) Mengetahui proses penentuan alternative pemecahan masalah pada prongram
kesehatan di Puskesmas
f) Megetahui proses penyusunan rencana kegiatan ( POA ) beserta anggaran pada
prongram kesehatan di Puskesmas
g) Mengetahui proses implementasi rencana kegiatan pada prongram kesehatan di
Puskesmas
h) Mengetahui proses hasil evaluasi pada prongram kesehatan di Puskesmas.
BAB II
ANALISIS SITUASI
1.1 Gambaran Umum Puskesmas Muting Kab. Merauke
A. Geografis
Puskesmas Muting terletak di sebelah timur laut Kabupaten Merauke dengan
jarak kurang lebih 240 km dari kota Merauke dan dapat ditempuh melalui jalur darat
dan perairan. Dengan jangkauan wilayah pelayanan sebanyak 14 kampung yang
terdiri dari 7 kampung berada di daerah kalibian ( kampung tradisional), dan 7
kampung berada didaerah darat. 2 kampung di daerah kalibian termasuk dalam
wilayah Distrik Ulilin, tetapi dikarenakan lokasi kampung yang berupa daerah
perairan tersebut lebih dekat jangkauan pelayanannya kepada Puskesmas Muting,
maka dimasukkan dalam wilayah kerja Puskesmas Muting.
Batas Wilayah :
Utara : Distrik Jair ( Kab. Boven Digoel )
Barat : Distrik Kurik
Selatan : Distrik Elikobel
Timur : Distrik Ulilin
Peta Wilayah Kabupaten Merauke
Wilayah kerja Puskesmas Muting terdiri atas 14 Kampung meliputi :
- Kampung Sigabel Jaya (Alphasera 1)
- Kampung Seed Agung (Alphasera II)
- Kampung Enggol Jaya (Alphasera III)
- Kampung Andaito (Alphasera IV)
- Kampung Afkab Makmur (Alphasera V)
- Kampung Manwaybob (Alphasera VI)
- Kampung Muting
- Kampung Boha
- Kampung Pachas
- Kampung Kolam
- Kampung Waan
- Kampung Selauw
- Kampung Selil (Termasuk dalam wilayah Distrik Ulilin)
- Kampung Kindiki (Termasuk dalam wilayah Distrik Ulilin)
B. Sumber Daya Puskesmas Muting
1. Ketenagaan
Dalam melaksanakan kegiatannya selama tahun 2011, Puskesmas Muting
memiliki tenaga kesehatan sebanyak 21 orang yang terdiri dari :
No. Jenis Tenaga Jumlah
1. Dokter Umum (PTT) 2
2. Dokter Gigi (PTT) 1
3. Bidan PNS 7
4. Perawat PNS 7
5. Petugas Laboratorium
1
6. Tenaga Honorer 3
Tabel Jumlah Tenaga Kesehatan
Staf Puskemas yang berada di Puskesmas Induk berjumlah 13 orang termasuk 2
orang dokter umum dan 1 orang dokter gigi.
Staf Puskesmas Induk yang tinggal di wilayah kompleks Puskesmas berjumlah 9
orang termasuk 3 orang dokter, sedangkan 10 orang staf yang lain tinggal di
kampung lain.
Salah seorang staf Puskesmas Muting yaitu Daud Gebjay sedang menjalani
pendidikan keperawatan di Merauke, dan Dominika Bacim untuk sementara
mengikuti suami serta bertugas di RSUD Merauke.
Terhitung tanggal 21 Januari 2011 Puskesmas Muting mendapat tambahan 1
orang staf honorer lulusan SKM Bidang Epidemiologi.
Selain itu, Puskesmas Muting juga memiliki 2 orang tenaga non-medis untuk
membantu menjaga kebersihan Puskesmas.
Melihat kebutuhan dan ketenagaan yang ada, Puskesmas Muting sangat
membutuhkan tambahan perawat untuk Pustu-pustu yang ada di daerah kalibian
dan daerah darat untuk membantu kegiatan pelaksanaan program-program yang
telah ada.
Daftar selengkapnya dapat dilihat di daftar nominatif pegawai Puskesmas
Muting di bagian lampiran.
2. Struktur Organisasi Puskesmas Muting Tahun 2011
Kepala Puskesmas : dr. Imelda Royani
Bendahara Operasional : Suratdi
Bendahara JPKMM : Yoseph Sujono
Penanggung Jawab Poli Umum : dr. Muliyadi
Penanggung Jawab Poli Gigi : drg. Megawati Ramadhany
Penanggung Jawab UGD : Silviana Mahuse
Penanggung Jawab KIA-KB : Maria Mahuse
Penanggung Jawab Imunisasi/Farmasi : Mulyono
Penanggung Jawab Rawat Inap : Yoseph Sujono
Penanggung Jawab TB/Malaria/ Kusta/Lab : Edward Woniana
Penanggung Jawab Gizi : Angelina Ndiken
Penanggung Jawab Loket : Jimmy
Pustu Sigabel Jaya : Silviana Mahuse
Pustu Seed Agung : Wilhelmina Wambon
Pustu Enggol Jaya : Supriyanti
Pustu Andaito : Basar Simanjuntak
Pustu Manwaybob : Rabiah
Pustu Pachas : Berlinda Ndiken
Pustu Boha : Adolfina Uwaye
Tata Usaha : Carolla
Bendahara Barang : Salfi
C. Visi dan Misi Puskesmas Muting
Visi pembangunan kesehatan di Wilayah Muting adalah :
menuju ” Muting sehat tahun 2015 ”.
Yang akan kami upayakan dengan peningkatan capaian seluruh program yang ada
baik kuantitas maupun kualitas.
Misi pembangunan kesehatan di Muting, yaitu:
- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya menciptakan masyarakat
yang sadar akan arti penting kesehatan dalam kehidupannya.
- Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan sentuhan kekeluargaan yang lebih
manusiawi.
D. Sarana dan Prasarana
Berbagai sarana dan prasarana telah dimiliki oleh Puskesmas Muting sebagai
penunjang pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, baik sarana medis
maupun non medis. Sarana dan prasarana tersebut selain merupakan pengadaan dari
Dinas Kesehatan (PEMDA) ,seperti halnya Puskesmas lain di Kabupaten Merauke,
Puskesmas Muting juga mendapat dukungan sarana dan prasarana dari SCHS.
Beberapa sarana tersebut adalah :
a. Gedung Puskesmas ( 10 Ruangan )
b. Bangunan Puskesmas Pembantu ( Pustu ) 13 buah
c. Bangunan Perawatan yang bisa digunakan sebagai ruang pertemuan ( 1 buah)
d. Kendaraan Pusling
1. Pusling darat :
- Ambulance Ford Ranger 1 Unit
- Roda 2/ motor ( total 9 Unit, 1 rusak berat )
2. Pusling air :
- motor tempel 2 unit ( 1 rusak )
- speed boat 2 buah ( 1 rusak berat dan 1 tidak dipakai karena terlalu berat )
e. Sarana Listrik & Komunikasi :
- PLN ( Puskesmas induk )
- Genset ( 3 buah, 1 rusak )
- Diesel ( 1 buah )
- SSB ( 1 unit )
- Telepon satelit ( 1 unit )
f. Sarana Elektronik :
- TV 1 unit
- Komputer 2 unit, Laptop 1 unit
- VCD ( 1 unit )
- Audio Set ( 1 unit )
- Parabola 1 unit
g. Sarana Penunjang :
- Lemari Kaca /kayu
- Meja tulis
- Kursi
- Jam dinding, di masing- masing ruangan
Dll
h. Sarana Medis :
- Pustu Kit & peralatan kesehatan (di setiap Pustu)
- Bidan kit ( untuk seluruh Bidan)
- Poli kit
- KB Kit
- Kulkas vaksin : 3 unit ( 1 rusak )
- Microscope
- Inkubator
- Berbagai alat penunjang & pemeriksaan seperti Resusitasi set, THT set, Suction
- Meja ginekologi, Lemari Obat
- Dental Unit ( rusak )
1.2 Gambaran Umum Masyarakat Muting Kab. Merauke
a. Demografis
Berdasarkan pendataan terakhir yang dilakukan pada bulan Desember 2011,
Jumlah penduduk dalam wilayah pelayanan Puskesmas Muting berjumlah 6640
jiwa, terdiri dari masyarakat kampung tradisional dan masyarakat eks binaan
Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan. Mayoritas penduduk
terdiri dari etnis Papua, Jawa, Nusa Tenggara Timur, dan Toraja.
Kondisi topografis wilayah kerja Puskesmas Muting adalah dataran sedang
dan sebagian terdiri dari wilayah air ( kali dan rawa ) dengan kondisi medan jalan
yang berlumpur bila musim hujan tiba. Kendala medan serta jauhnya jarak antar
kampung yang harus dilayani tentunya sangat berpengaruh pada mobilisasi dan
kecepatan petugas dalam memberikan pelayanan.
Keadaan ini juga diperburuk dengan kebiasaan berpindah-pindah masyarakat
dari satu bivak ke bivak yang lain pada musim tertentu ( musim ikan kaloso, musim
rusa dan mencari kayu gambir ) karena biasanya dalam perpindahan tersebut mereka
membawa serta keluarganya.
Mobilisasi penduduk yang cukup tinggi juga terjadi pada masyarakat yang
menghuni eks kawasan transmigrasi, biasanya mereka berpindah ke daerah yang
dianggap lebih menjanjikan ( kota Merauke, Asiki atau daerah lain ) sehingga
sangat sulit diprediksi perkembangannya, hal ini tentunya sangat berpengaruh dalam
pencapaian cakupan pelayanan.
b. Agama – Budaya
Dilihat dari segi keyakinan yang ada, penduduk Muting terdiri dari : Katolik,
Protestan dan Islam. Penyebaran pemeluk agama juga dibagai perwilayah, untuk
wilayah darat sebagian besar adalah penganut agama Islam, disusul Katolik dan
Protestan. Sedangkan untuk wilayah perairan ( kampung-kampung tradisional )
sebagian besar adalah pemeluk Katolik disusul Protestan.
Heterogenitas yang ada tentunya sangat berpengaruh pada strategi pelayanan
yang akan kita terapkan pada suatu daerah, dan dalam setiap upaya pelayanan
terhadap masyarakat kita menyadari peran penting Tokma ( tokoh masyarakat ) dan
Toga (tokoh agama) sehingga diharapkan target program dapat tercapai dalam
menjalankan misi pelayanan kemanusiaan ini.
c. Pendidikan
Hampir setiap kampung di distrik Muting memiliki satu sekolah dasar
INPRES, Sekolah Menengah Pertama ada di Kampung Muting dan Enggol Jaya,
sedangkan Sekolah Menengah Umum hanya berada di Kampung Muting. Banyak
murid-murid yang telah lulus SMP di luar Distirk Muting, terutama Distrik Ulilin
melanjutkan ke Sekolah Menegah Atas (SMA) yang berada di Distrik Muting.
d. Transportasi dan Komunikasi
Sarana transportasi yang melewati Distrik Muting yaitu kendaraan roda
empat seperti truk, Hiline, Hardtop, dan roda dua. Lamanya perjalanan dari Merauke
ke Distrik Muting kurang lebih 7-8 jam dalam keadaan jalan kering sedangkan saat
musim penghujan dapat mencapai 12 jam atau lebih. Waktu tempuh ini telah
mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun yang lalu dimana perjalanan bisa
berhari-hari bahkan sampai beberapa minggu.
Pemeliharaan dan perawatan jalan yang telah dilakukan oleh pemerintah
telah banyak membantu mengurangi waktu tempuh. Daerah-daerah yang masih perlu
banyak mendapat perhatian adalah daerah Palda dan daerah Kweel, dimana kondisi
jalan sangat berat dengan medan lumpur dan banyaknya galian-galian bekas truk
yang terbenam.
Puskesmas Muting dilengkapi ambulance jenis double gardan yang
diperuntukkan antar-jemput pasien baik ke Merauke maupun ke kampung-kampung,
puskesmas keliling, dll.
Sarana komunikasi utama dari Puskesmas Muting ke Dinkes Kabupaten
Merauke maupun ke Puskesmas yang lain menggunakan SSB. Telepon satelit juga
tersedia di Puskesmas Muting tapi sedang dalam perbaikan. Untuk sarana
komunikasi lain, sampai dengan saat ini baru tersedia Sarana telepon Satelit (Wartel
satelit ) yang hanya ada di kampung Muting dan kampung Seed Agung Prasasti.
1.3 Analisis SWOT
Analisis SWOT dalam organisasi dibutuhkan untuk menganalisis kekuatan,
kelemahan, kesempatan serta tantangan yang sedang dihadapi oleh suatu oeganisasi serta
pengambilan strategi yang akan dilaksanakan dalam pengembangan organisasi.
Berikut tabel SWOT analisis terhadap faktor internal organisasi Puskesmas Muting yang
dapat dibuat adalah sebagai berikut :
NO VARIABEL FAKTOR INTERNAL BOBOT BOBOT/TOTAL SKOR KONVERSI BOBOT X SKOR
1 Tenaga (Man)
a. Jumlah tenagab. Kompetensic. Tingkat pendidikand. Motivasi Kerja
5545
5/94 = 0,050,050,040,05
2323
-1+1-1+1
-0,05+0,05-0,04+0,05
2 Keuangan (Money)
a. Dana Operasionalb. Dana Jamkesmasc. Gajid. Insentif
5444
0,050,040,040,04
3332
+1+1+1-1
+0,05+0,04+0,04-0,04
3 Peralatan (machine)
a. Kelengkapan sarana dan prasarana jangka panjang ( peralatan lab, USG, peralatan gigi, incenerator, EKG, dll)
b. Kualitas perlatan
5
3
0,05
0,03
4
2
+2
-1
+0,1
-0,034 Methode a. SPM
b. Protap/ SOP44
0,040,04
22
-1-1
-0,04-0,04
5 Material a. Jumlah ruanganb. BHP (bahan habis
pakai) ex : obat, alat suntik, reagent, alat lab
c. Bahan makanan
44
4
0,040,04
0,04
33
3
+1+1
+1
+0,04+0,04
+0,046 Market a. Wilayah kerja
b. Masyarakat sasaran yang dibidik berdasarkan proses STP
43
0,040,03
23
-1+1
-0,04+0,03
7 Teknologi a. Komputer sbg input data
b. SSB (Radio)c. Telepon Satelit
4
53
0,04
0,050,03
3
33
+1
+1+1
+0,04
+0,05+0,03
8 Time a. Waktu pelayanan poli rawat jalan (08.00-12.00)
b. Waktu pelayanan rawat inap dan UGD (24 jam)
4
4
0,04
0,04
3
3
+1
+1
+0,04
+0,04
9 Informasi Internet, pamflet, leaflet 3 0,03 2 -1 -0,03Total 94
Catatan :
Dengan cara greding berdasarkan kepentingan dibuat penilaian suatu bobot sebagai berikut
5 : sangat penting
4 : penting
3 : cukup penting
2 : kurang penting
1 : tidak penting
Greding penilaian skoring adalah sebagai berikut
4 : sangat bagus
3 : bagus
2 : kurang bagus
1 : jelek
Greding penilaian angka konversi adalah sebagai berikut
1 = - 2
2 = - 1
3 = + 1
4 = + 2
Kemudian dipisahkan antara kekuatan dan kelemahan organisasi sebagai berikut
Tabel kekuatan
VARIABEL BOBOT X SKOR
1.b Kompetensi1.d Motivasi Kerja2.a Dana Operasional2.b Dana Jamkesmas2.c Gaji3.a Kelengkapan sarana dan prasarana
jangka panjang ( peralatan lab, USG, peralatan gigi, incenerator, EKG, dll)
5.a Jumlah ruangan5.b BHP (bahan habis pakai) ex : obat, alat
suntik, reagent, alat lab5.c Bahan makanan6.b Masyarakat sasaran yang dibidik
berdasarkan proses STP7.a Komputer sbg input data7.b SSB (Radio)7.c Telepon Satelit8.a Waktu pelayanan poli rawat jalan (08.00-
12.00)8.b Waktu pelayanan rawat inap dan UGD
+0,05+0,05+0,05+0,04+0,04+0,1
+0,04+0,04
+0,04+0,03
+0,04+0,05+0,03+0,04
+0,04
(24 jam)Total 0,68
Tabel kelemahan
VARIABEL BOBOT X SKOR
1.a Jumlah tenaga1.c Tingkat pendidikan2.a Insentif3.b Kualitas perlatan4.a SPM4.b Protap/ SOP6.a Wilayah kerja9. Internet, pamflet, leaflet
-0,05-0,04-0,04-0,03-0,04-0,04-0,04-0,03
Total -0,31
Berikut tabel ...SWOT analisis terhadap faktor eksternal organisasi yang dapat dibuat adalah
sebagai berikut
N
O
VARIABEL FAKTOR
EKTERNAL
BOBOT BOBOT/TOTAL SKOR KONVERSI BOBOT
X
SKOR
1. Politik a. Kebijakan lintas sektoral (dinkes, kepala daerah, kepala distrik)
b. Stabilitas politik (masa kampanye pilkada)
4
4
4/31 = 0,1
0,1
3
2
+1
-1
+0,1
-0,1
2. Ekonomi a. Tingkat pendapatan
b. Daya beli masyarakat
4
3
0,1
0,09
2
2
-1
-1
-0,1
-0,09
3. Sosial a. Tokoh masyarakat/adat
b. Tokoh agama
5
4
0,1
0,1
3
3
+1
+1
+0,1
+0,1
4. Teknologi a. Tingkat 3 0,09 2 -1 -0,09
modernisasi masyarakat (Handphone, alat transportasi)
5. Lingkungan a. Perilaku Hidup bersih
4 0,1 2 -1 -0,1
31
Kemudian dipisahkan antara kesempatan dan ancaman organisasi sebagai berikut
Tabel kesempatan
VARIABEL BOBOT X SKOR
1.a Kebijakan lintas sektoral (dinkes, kepala daerah, kepala distrik)3.a Tokoh masyarakat/adat3.b Tokoh agama
+0,1
+0,1+0,1
Total +0,3
Tabel tantangan :
VARIABEL BOBOT X SKOR
1.b Stabilitas politik (masa kampanye pilkada)2.a Tingkat pendapatan2.b Daya beli masyarakat4.a Tingkat modernisasi masyarakat (Handphone, alat transportasi)5.a Perilaku Hidup bersih
+0,1-0,1-0,09-0,09
-0,1
Total -0,48
Jadi :
S : 0,68
W : - 0,31
O : +0,3
T : - 0,48
dan dijumlahkan sebagai titik sumbu X dan Y adalah
S + W = +0,37 dan O + T = -0,18
Dari data diatas dapat dibuatkan gambaran kondisi organisasi puskesmas muting saat ini adalah berada pada kuadran ST. Sehingga dapat diposisikan puskesmas Muting banyak kekuatan yang dimiliki namun juga banyak mempunyai tantangan. Sehingga diperlukan stratgei diversifikasi, yaitu berusaha untuk pengembangan program yang ada saat ini.
1. Related DiversificationDapat dilakukan dengan menggabungkan program KIA dengan program perbaikan gizi masyarakat misalnya program pemberian tablet Fe pada ibu hamil.
2. Unrelated diversificationSelain program yang sudah ada, boleh mengembangkan program kesehatan lainnya. Misalnya pemberian BHP saat setelah melahirkan, penggantian uang transport.
3. Market developmentMemperluas cakupan program dengan mendirikan pustu atau polindes di kampung.
4. Product developmentMenjemput pasien ibu hamil yang siap partus dengan mesin Jhonson berkekuatan 25PK dengan 40PK.
5. Status quoMempertahankan program yang sudah bagus.
W S
T
O
ST
Strategi Diversifikasi (Pengembangan)
WT
Strategi Devensive (bertahan)
OS
Strategi Agresive
OW
Strategi Retreanchment (penguatan internal)
BAB III
PENENTUAN MASALAH
3.1 Penentuan Masalah berdasarkan SPM
Berdasarkan data Daftar Standart Pelayanan Minimal Puskesmas Muting tahun
2009-2011, dapat ditemukan beberapa masalah yaitu :
1. Cakupan K4 bumil
2. Gizi kurang
3. Bumil resiko tinggi
4. Lolinakes
5. Kunjungan bufas
Daftar Standart Pelayanan Minimal Puskesmas Muting tahun 2009-2011
No Bidang Garapan
Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011Target Cakupan Target Cakupan Target Cakupan
jumlah prosentase jumlahprosentas
e jumlah prosentase jumlah prosentase jumlahprosentas
e jumlah prosentaseProgram KIA
1 Cakupan K1 bumil 110 95% 73 63,2 % 120 95% 101 80% 146 95% 137 89,9 %2 Cakupan K4 bumil 98 95% 14 15,1 % 107 95% 24 19,1% 116 95% 18 14,7 %3 Bumil Resiko Tinggi 35 100% 28 81,1 % 32 100% 7 24% 50 100% 24 49,2 %4 Kunjungan Neonatus 60 90% 31 55% 65 90% 34 58,3 % 81 90% 49 61,4 %5 Kunjungan Bufas 60 90% 25 39,9% 65 90% 43 60,7% 81 90% 46 59,7%6 Lolinakes 67 90% 37 45,7% 77 90% 32 44,6% 82 90% 44 50,9%7 Imunisasi BCG 69 99,2% 70 100% 81 99,2% 82 100% 86 99,2% 87 100%8 Imunisasi Campak 68 96,6% 71 100,1% 80 96,6% 83 100% 85 96,6 % 88 102,3%9 Imunisasi DPT-Hb 69 99,2% 72 102,3% 81 99,2% 85 103,9% 86 99,2% 89 104,3%10 Imunisasi Polio 69 99,2% 70 100% 81 99,2% 83 100% 86 99,2% 87 100%11 Imunisasi DT-TT 710 85% 705 80,3% 690 85% 686 80,8% 697 85% 673 82%
Program Penyakit Menular1 Filariasis 244 85,5% 243 83,3% 237 85,5% 234 80,1% 229 85,5% 218 64,8%2 TBC 87 71,7% 86 70,2% 106 71,7% 98 56,7% 102 71,7% 101 69,8%3 Malaria 219 90,3% 197 68,2% 237 90,3% 236 89,6% 224 90,3% 227 95,2%4 Kusta 7 95% 6 94,9% 6 95% 8 106,8% 12 95% 10 93,6%
Program Kesehatan Sekolah1 UKGS 256 96% 164 49,2% 245 96% 172 56,8% 267 96% 149 66,9%2 UKS 256 94,7% 136 37,9% 245 94,7% 129 50,3% 267 94,7% 145 62,4%
BAB IV
PENENTUAN PRIORITAS MASALAH
4.1 Penentuan Prioritas Masalah dengan metode CARL
Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode CARL
juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-10. Kriteria CARL
tersebut mempunyai arti:
C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)
A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.
Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknoloi serta
penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.
R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti
keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan masalah yang dibahas.
Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi, kemudian dibuat tabel
kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa pendapat tentang nilai skor yang
diambil adalah rerata.
Kriteria penilaian metode CARL
C A
1. Tidak mampu
2. Cukup mampu
3. Sangat mampu
1. Tidak terjangkau
2. Cukup terjangkau
3. Sangat terjangkau
R L
1. Tidak siap
2. Cukup siap
3. Sangat siap
1. Tidak berpengaruh
2. Cukup berpengaruh
3. Sangat berpengaruh
Nilai total merupakan hasil perkalian: C x A x R x L
Daftar Standart Pelayanan Minimal Puskesmas Muting tahun 2009-2011
No Bidang Garapan
Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011Target Cakupan Target Cakupan Target Cakupan
jumlah prosentase jumlahprosentas
e jumlah prosentase jumlah prosentase jumlahprosentas
e jumlah prosentaseProgram KIA
1 Cakupan K1 bumil 110 95% 73 63,2 % 120 95% 101 80% 146 95% 137 89,9 %2 Cakupan K4 bumil 98 95% 14 15,1 % 107 95% 24 19,1% 116 95% 18 14,7 %3 Bumil Resiko Tinggi 35 100% 28 81,1 % 32 100% 7 24% 50 100% 24 49,2 %4 Kunjungan Neonatus 60 90% 31 55% 65 90% 34 58,3 % 81 90% 49 61,4 %5 Kunjungan Bufas 60 90% 25 39,9% 65 90% 43 60,7% 81 90% 46 59,7%6 Lolinakes 67 90% 37 45,7% 77 90% 32 44,6% 82 90% 44 50,9%7 Imunisasi BCG 69 99,2% 70 100% 81 99,2% 82 100% 86 99,2% 87 100%8 Imunisasi Campak 68 96,6% 71 100,1% 80 96,6% 83 100% 85 96,6 % 88 102,3%9 Imunisasi DPT-Hb 69 99,2% 72 102,3% 81 99,2% 85 103,9% 86 99,2% 89 104,3%10 Imunisasi Polio 69 99,2% 70 100% 81 99,2% 83 100% 86 99,2% 87 100%11 Imunisasi DT-TT 710 85% 705 80,3% 690 85% 686 80,8% 697 85% 673 82%
Program Penyakit Menular1 Filariasis 244 85,5% 243 83,3% 237 85,5% 234 80,1% 229 85,5% 218 64,8%2 TBC 87 71,7% 86 70,2% 106 71,7% 98 56,7% 102 71,7% 101 69,8%3 Malaria 219 90,3% 197 68,2% 237 90,3% 236 89,6% 224 90,3% 227 95,2%4 Kusta 7 95% 6 94,9% 6 95% 8 106,8% 12 95% 10 93,6%
Program Kesehatan Sekolah1 UKGS 256 96% 164 49,2% 245 96% 172 56,8% 267 96% 149 66,9%2 UKS 256 94,7% 136 37,9% 245 94,7% 129 50,3% 267 94,7% 145 62,4%
No Masalah C A R L Total skor1. Cakupan K4 bumil 2 3 2 2 242. Gizi kurang 1 2 1 2 43. Bumil resiko tinggi 2 1 2 2 64. Lolinakes 3 3 3 2 545. Kunjungan bufas 2 3 3 6 36
BAB IV
PENENTUAN AKAR PENYEBAB MASALAH
4.1 Analisis Pohon Masalah
Pohon masalah dimulai dengan masalah utama. Sebagai hasil analisis situasi di
unit kerja, dianalisis penyebab masalah tersebut dalam forum curah pendapat. Dimulai
dengan rumusan pernyataan masalah yang dihadapi unit kerja, dan memikirkan apa
akibat yang mungkin timbul dari masalah tersebut, kemudian diskusikan dan tuliskan
berbagai alternatif penyebab masalah tersebut secara bertahap, lalu membuta sketsa
dalam sebuah bagan pohon.
Analisis pohon masalah sebaiknya dilakukan pada focus grup kecil sekitar 6 -8
orang dengan menggunakan kertas flipchart atau OHP. Langkah awal adalah
mendiskusikan dan menyetujui masalah atau isu yang akan dianalisis. Masalah atau isu
dituliskan ditengah flipchart dan menjadi inti masalah. Kata-kata yang menjadi inti
masalah tidak panjang, yang penting dapat menjelaskan isu yang dimaksud kepada setiap
orang dan semua menyetujuinya. Selanjutnya, grup melakukan identifikasi penyebab inti
masalah (yang akan menjadi akar) dan mengidentifikasi akibat (yang akan menjadi
cabang). Inti dari latihan ini adalah diskusi, dialog dan debat untuk menemukan faktor-
faktor yang berhubungan serta seringkali membentuk pembagian akar dan cabang lagi
(seperti peta berfikir).
Beberapa keuntungannya, antara lain :
1. Masalah dapat dipecah menjadi potongan-potongan yang lebih dapat diatur dan
didefinisikan. Ini memungkinkan untuk membuat prioritas dan membantu objektif
focus.
2. Untuk lebih mengerti masalah dan seringkali menghubungkan sebab-sebab yang
berlawanan. Seringkali ini merupakan langkah awal untuk menemukan win-win
solutions.
3. Untuk mengidentifikasi isu dan pendapat yang mendukung, dan menolong orang yang
berperan pada setiap tahap dan proses.
4. Untuk membuat informasi selanjutnya, sumberdaya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan proyek atau membangun solusi yang meyakinkan.
Mengetahui isu saat ini, isu yang lampau, semuanya dapat teridentifikasi.
5. Proses analisis seringkali membantu untuk membangun rasa untuk membagi
pengertian, tujuan dan langkah selanjutnya.
2.2 Manfaat
Manfaat atau keuntungan yang diperoleh dari penggunaan analisis pohon masalah
(problem tree ) adalah sebagai berikut :
1. Masalah dapat dipecah menjadi potongan-potongan yang lebih dapat diatur dan didefinisikan.
Ini memungkinkan untuk membuat prioritas dan membantu objektif focus.
2. Untuk lebih mengerti masalah dan seringkali menghubungkan sebab-sebab yangberlawanan.
Seringkali ini merupakan langkah awal untuk menemukan win-winsolutions.
3. Untuk mengidentifikasi isu dan pendapat yang mendukung, dan menolong orang yang
berperan pada setiap tahap dan proses. Untuk membuat informasi selanjutnya, sumberdaya
yang dibutuhkan untuk melaksanakan proyek atau membangun solusi yang meyakinkan.
4. Mengetahui isu saat ini, isu yang lampau, semuanya dapat teridentifikasi. Proses analisis
seringkali membantu untuk membangun rasa untuk membagi pengertian, tujuan dan langkah
selanjutnya.
2.3 Metode
Metode pohon masalah adalah metode perencanaan berdasarkan kebutuhan. Analisis pohon
masalah diikuti dengan perencanaan proyek yang aktual. Secara teknis, pembuatan pohon
masalah terbagi menjadi dua yakni :
1. Identifikasi dan formulasi masalah
2. Menyusun hubungan sebab akibat
2.4 Langkah-langkah Menyusun Pohon Masalah
Langkah-langkah melakukan analisis masalah :
1. Identifikasi masalah utama, berdasarkan informasi yang tersedia.
Tujuan dari langkah ini adalah untuk menjamin semua aspek proyek pada suatu daerah tidak
sama dengan proyek yang baru. Alat untuk mengumpulkan data adalah brainstorming dengan
para stakeholder, pemetaan komunitas, mengumpulkan komentar penduduk tentang fasilitas.
Pada tingkatan tertentu, sumber lain untuk mengumpulkan informasi didapat dari pusat
kesehatan,pemerintah setempat serta NGO.
2. Pilih salah satu masalah utama untuk dianalisis setelah mengidentifikasi seluruh masalah yang
ada, tentukan masalah yang merupakan inti dari masalah yang menjadi target pada proyek.
Yang dicoba diselesaikan dengan mengimplementasikan proyek. Pemilihan inti masalah
harus dikomunikasikan dengan stakeholder.
3. Identifikasi sebab langsung dari masalah utama dan menyusun pohon masalah memiliki
identifikasi merupakan poin awal untuk menganalisis masalah, kita mengetahui inti untuk
membangun pohon masalah. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui semua sebab langsung
dari inti masalah.
4. Identifikasi akibat langsung dari inti masalah dan buat dalam pohon masalah pada tahap ini,
kita melihat akibat dari masalah.
5. Langkah terakhir adalah meninjau kembali pohon masalah untuk memastikan sudah valid dan
lengkap. Pohon tersebut harus terlihat dan memberikan logika dari hubungan sebab dan
akibat.
BAB V
PENENTUAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH