perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

33
PERENCANAAN PENYULUHAN PENYAKIT TIDAK MENULAR Oleh: Sharon Gondodiputro,dr.,MARS Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung 2007

Upload: twicereyka

Post on 29-Jun-2015

857 views

Category:

Documents


33 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

PERENCANAAN

PENYULUHAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

Oleh: Sharon Gondodiputro,dr.,MARS

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Bandung 2007

Page 2: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

1

PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN PENCEGAHAN

PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS

Oleh Sharon Gondodiputro,dr.,MARS,

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung

ABSTRAK

Dalam pengembangan program Promosi Kesehatan, dikenal pula istilah

Pendidikan Kesehatan yaitu segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang

lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan. Hasil yang diharapkan dari suatu pendidikan

kesehatan adalah perilaku kesehatan atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan yang kondusif. Berdasarkan dimensi tingkat pelayanan kesehatan,

pendidikan/promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencehagan dari

Leavel and Clark yaitu: Promosi kesehatan, pendidikan kesehatan yang diperlukan adalah

peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan

dll, Perlindungan khusus, seperti imunisasi, Diagnosis segera dan pengobatan segera,

Pembatasan cacat dan Rehabilitasi.

Tahap awal dalam merencanakan promosi kesehatan adalah kegiatan analisis

situasi external maupun internal Puskesmas untuk melihat kelebihan, kekurangan,

peluang dan ancaman/hambatan yang dihadapi oleh sarana tersebut yang disebut dalam

pelaksanakan promosi kesehatan. Analisis tersebut dinamalan analisis SWOT (Strength,

Weakness, Opportunity and Threats) . Analisis faktor eksternal dilakukan untuk

mendapatkan gambaran Peluang (Opportunity) dan Threats ( Ancaman) atau dengan

perkataan lain melihat faktor-faktor pendukung dan hambatan yang berasal dari luar

PUSKESMAS. Analisis Faktor internal dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang

Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness) PUSKESMAS itu sendiri, sehingga kita

dapat memperkuat kekuatan kita dan mengurangi kelemahan kita. Selanjutnya analisis ini

diperlukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang dianalisis mempunyai dampak

terhadap timbulnya masalah kesehatan dan masalah pelayanan kesehatan

Page 3: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

2

2

Langkah – langkah perencanaan promosi kesehatan hipertensi di Puskesmas adalah

sebagai berikut: Analisa Masalah Kesehatan dan Perilaku; Menetapkan Sasaran; Menetapkan

tujuan ; Menetapkan Strategi; Menetapkan Pesan Pokok; Menetapkan Metode dan Alat

Bantu/Media Pendidikan; Menetapkan Kegiatan Operasional; Menetapkan Pemantauan dan

Evaluasi

Kata kunci: Promosi Kesehatan, SWOT, Langkah-langkah perencanaan promosi kesehatan

Page 4: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

0-7 hr8-29 hr

1- 12 bln1-4 thn

5-14 thn15 - 44 thn

45-54 thn55-64 thn

> 65 thn

Hipertensi

0 0 0 0 0

129 300

752

1286

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

Distribusi hipertensi berdasarkan umur di Puskesmas X tahun 2006

Page 5: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

1. Kata-kata

2. Tulisan

11. Benda asli

10. Benda tiruan

9. Sandiwara

8. Demonstrasi

7. Field trip

6. Pameran

5. Telivisi

4. Film

3. Rekaman,radio

Page 6: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

1

PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN PENCEGAHAN

PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS

Oleh Sharon Gondodiputro,dr.,MARS,

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung

= Sehat bukan berarti tidak sakit. Dengan perkataan lain, kalau tidak sakit, belum tentu

sehat apalagi bugar. Tapi mengapa kita sering melupakan penyakit tidak menular di

masyarakat ? "Menunggu" sampai timbul kasus ? Bukankah mengobati lebih mahal

daripada mencegah? ,Dokter yang bekerja di sarana kesehatan primer dengan berpikir

analitik dan pencegahan merupakan pilihan. =

Di seluruh dunia derajat kesehatan tidak merata dan cenderung menurun terutama

di negara berkembang. Hal ini terjadi juga di Indonesia. Dari tahun ke tahun Angka

Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi sebagai indikator Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) menurun landai dan masih menjadi masalah. Beban ini ditambah dengan adanya

timbulnya penyakit-penyakit menular yang baru dan yang lama (re-emerging dan new

emerging diseases), sementara penyakit tidak menular atau degeneratif mulai meningkat

(non communicable disease) (WHO Report, 2002).

Apa yang salah dengan sistem kesehatan kita? Apakah dengan pembangunan

kesehatan selama ini belum berdampak positif terhadap derajat kesehatan? Kenyataannya

derajat kesehatan meningkat bila dibandingkan dengan 50 tahun yang lalu. Di setiap

Kecamatan ada PUSKESMAS yang melayani masyarakat secara komprehensif, begitu

pula dengan Rumah Sakit, hampir setiap Kabupaten/Kota mempunyai minimal 1 Rumah

Sakit, tetapi distribusi sumber daya kesehatan belum merata, karena sebagian besar

terdapat di Pulau Jawa. Pada umumnya sumber daya tersebut dialokasikan terutama

untuk pelayanan “sophisticated medical institutes “ di daerah perkotaan ( biaya tinggi).

Keterbatasan dana Pemerintah disertai dengan alokasi yang tidak tepat karena

sebagian besar dana (40%) difokuskan untuk pelayanan kesehatan mutahir di Rumah

Sakit, dan hanya 15% diperuntukkan bagi pelayanan kesehatan primer yang justru

Page 7: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

2

melayani sebagian besar masyarakat. Di pihak lain PUSKESMAS merupakan sarana

pelayanan kesehatan primer yang paling banyak digunakan oleh masyarakat untuk

mendapatkan pengobatan yaitu sebesar 40%.( Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat,

2006)

Deklarasi Alma Ata (International Conference on Primary Health Care, Alma-

Ata, USSR, 6-12 September 1978 ) telah memberikan solusi terhadap masalah-masalah

tersebut. Setiap Negara diwajibkan menyusun kebijakan kesehatannya dalam

melaksanakan hasil-hasil dari deklarasi tersebut. Beberapa hal penting yang sangat perlu

diperhatikan oleh seluruh negara adalah :

1. Pelayanan kesehatan primer (Primary health care) adalah pelayanan kesehatan

yang sangat esensial dengan menggunakan ilmu kedokteran dan kesehatan

praktis yang dapat diterima oleh individu, keluarga dan masyarakat, sehingga

mereka dapat memelihara kesehatannya selama siklus hidupnya (every stage

of their development) . Pemeliharaan kesehatan ini dilakukan oleh masyarakat

sendiri berdasarkan 2 prinsip yaitu tergantung dari diri sendiri (self

reliance) dan pengambil keputusan sendiri. (self determination). Untuk

melaksanakan prinsip tersebut, maka sebagai dokter, kita harus melibatkan

masyarakat secara aktif dan memberikan informasi kesehatan yang akurat.

2. Karakteristik pelayanan kesehatan primer adalah :

a. merupakan level pertama/strata pertama kontak dengan individu, keluarga

dan masyarakat

b. merupakan refleksi dan penerapan dari ilmu-ilmu (multidisiplin dan

interdisiplin) sosial, biomedikal dan ilmu-ilmu lain yang terkait

berdasarkan fakta (evidence)

c. menjadikan pelayanan kesehatan sedekat mungkin tempat tinggal atau

tempat bekerja masyarakat

d. melibatkan partisipasi masyarakat secara total agar mereka dapat

menjalanlan 2 prinsip yang telah dijelaskan sebelumnya. Ini sangat

memberikan keuntungan bagi kita dimana untuk menyelesaikan masalah

kesehatan, tidak perlu setiap kali masyarakat harus mencari dokter, tetapi

ada masalah-masalah yang mereka dapat pecahkan sendiri. Masyarakat

disini meliputi pula community workers seperti tokoh-tokoh masyarakat

kader ,dukun, pengobat tradisional.

Page 8: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

3

e. Pelayanan kesehatan primer bukan suatu kegiatan yang berdiri sendiri,

tetapi merupakan bagian dari sistem kesehatan nasional. Pada Sistem

kesehatan nasional ini terdapat pelayanan kesehatan sekunder dan tertier,

dimana ke tiganya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

f. Selalu memperhatikan masalah kesehatan utama yang terjadi di

masyarakat, sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan bukan saja

kuratif dan rehabilitatif, tetapi meliputi pula preventif dan promotif.

Seperti yang telah diketahui bersama, dari seluruh populasi hanya 15 % yang akan

menjadi sakit, sehingga sesuai dengan amanat Deklarasi Alma Ata, maka bentuk-bentuk

pelayanan kesehatan primer utamanya menekankan upaya-upaya pencegahan agar

masyarakat tidak jatuh sakit dan masyarakat yang sehat dapat memelihara kesehatan dan

kebugarannya secara optimal. Bentuk-bentuk pelayanan kesehatan primer minimal

meliputi:

1. Pendidikan kesehatan untuk agar masyarakat dapat mengatasi masalah kesehatan

berdasarkan 2 prinsip yaitu tergantung dari diri sendiri (self reliance) dan

pengambil keputusan sendiri. (self determination).

2. Metode-metode pencegahan dan pengendalian penyakit

3. Nutrisi/Gizi masyarakat

4. Sanitasi lingkungan dan suplai air bersih yang mencukupi

5. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana

6. Imunisasi bagi penyakit-penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi

7. Pencegahan dan pengendalian penyakit-penyakit lokal dan endemis

8. Pengobatan rasional bagi penyakit dan kecelakaan (injuries)

9. Ketersediaan obat-obat esensial

Setiap negara berkewajiban mengembangkan pelayanan kesehatan primernyamasing-

masing sesuai dengan kondisi dan situasi di negara tersebut. Sejak tahun 1968 Indonesia

telah mengembangkan pelayanan kesehatan primer yaitu dinamakan Pusat Kesehatan

Masyarakat (PUSKESMAS).

PUSKESMAS Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) telah didirikan hampir di

seluruh pelosok tanah air. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan dasar Pusat Kesehatan

Masyarakat, maka :

Page 9: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

4

1. PUSKESMAS adalah unit pelaksana teknis pelayanan kesehatan primer/strata

pertama dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah

kerjanya yaitu penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang optimal.

2. PUSKESMAS mempunyai wilayah kerja, standar wilayah kerja adalah satu

Kecamatan. Hal ini mengandung arti bahwa PUSKESMAS melayani sejumlah

penduduk baik sehat maupun sakit yang menjadi tanggung jawabnya.

3. PUSKESMAS mempunyai misi yaitu memelihara dan meningkatkan kesehatan

perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. PUSKESMAS akan

selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya,

tanpa diskriminasi dan mencakup pula aspek lingkungan dari pasien, keluarga dan

masyarakat tersebut.

4. PUSKESMAS harus dikelola dengan baik dengan menggunakan fungsi-fungsi

manajemen seperti Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakkan dan

Pamantauan serta Evaluasi.

Upaya-upaya yang ada di PUSKESMAS berupa upaya-upaya preventif, promotif,

kuratif dan rehabilitatif di upaya-upaya kesehatan wajib yaitu:

1. Upaya Promosi Kesehatan

2. Upaya Kesehatan Lingkungan

3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

6. Upaya Pengobatan

Dalam pengembangan program Promosi Kesehatan, dikenal pula istilah Pendidikan

Kesehatan yaitu segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik

individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan

oleh pelaku pendidikan. Hasil yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan adalah

perilaku kesehatan atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang

kondusif. Namun demikian WHO pada awal tahun 1980-an menyimpulkan bahwa

Page 10: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

5

pendidikan kesehatan tidak mampu mencapai tujuannya, apabila memfokuskan pada

upaya-upaya perubahan perilaku saja. Pendidikan kesehatan harus mencakup pula upaya

perubahan lingkungan. Sejak itu dikenal istilah Promosi Kesehatan.

Promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan. Promosi

kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan

pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya

memfasilitasi perubahan perilaku.

Berdasarkan dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan/promosi kesehatan

dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencehagan dari Leavel and Clark yaitu:

1. Promosi kesehatan, pendidikan kesehatan yang diperlukan adalah peningkatan gizi,

kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan dll

2. Perlindungan khusus, seperti imunisasi

3. Diagnosis segera dan pengobatan segera, secara umum penyakit-penyakit yang terjadi

di masyarakat sering sulit terdeteksi karena informasi tentang hal tersebut minimal.

Oleh sebab itu peran pendidikan kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini terutama

penyebarluasan informasi kesehatan dan penyakit.

4. Pembatasan cacat, pendidikan kesehatan diperlukan agar masyarakat yang telah sakit

tidak jatuh ke dalam kecacatan, misalnya penyakit Diabetes Mellitus.

5. Rehabilitasi, bila masyarakat telah sembuh dari penyakitnya, kadang-kadang menjadi

cacat. Untuk memulihkan cacatnya diperlukan latihan-latihan untuk tetap

mempertahankan kualitas hidupnya

Tahap awal dalam merencanakan promosi kesehatan adalah kegiatan analisis

situasi external maupun internal Puskesmas untuk melihat kelebihan, kekurangan,

peluang dan ancaman/hambatan yang dihadapi oleh sarana tersebut yang disebut dalam

pelaksanakan promosi kesehatan. Analisis tersebut dinamalan analisis SWOT (Strength,

Weakness, Opportunity and Threats) . Analisis faktor eksternal dilakukan untuk

mendapatkan gambaran Peluang (Opportunity) dan Threats ( Ancaman) atau dengan

perkataan lain melihat faktor-faktor pendukung dan hambatan yang berasal dari luar

PUSKESMAS. Analisis Faktor internal dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang

Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness) PUSKESMAS itu sendiri, sehingga kita

dapat memperkuat kekuatan kita dan mengurangi kelemahan kita. Selanjutnya analisis ini

diperlukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang dianalisis mempunyai dampak

terhadap timbulnya masalah kesehatan dan masalah pelayanan kesehatan.

Page 11: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

6

1. Analisis faktor eksternal PUSKESMAS.

Analisis faktor eksternal dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kebijakan-

kebijakan atau aturan-aturan yang ditetapkan dalam mengelola PUSKESMAS, wilayah

kerja, penduduk dan institusi yang dilayani oleh PUSKESMAS tersebut, adanya sumber

daya baik swasta maupun masyarakat yang dapat dijadikan mitra kerja PUSKESMAS

dalam menjalankan program-program kesehatannya, faktor-faktor lingkungan sosial

ekonomi dan budaya lokal spesifik yang dapat menjadi risiko timbulnya penyakit atau

dapat menghambat aksesitas pelayanan kesehatan di PUSKESMAS dll. Beberapa tabel di

bawah ini dapat menjadi alat bantu proses analisis tersebut.

Hasil analisis ini menjadi sumber informasi yang sangat penting dalam kelancaran

pelaksanaan program- program di PUSKESMAS apakah merupakan pendukung atau

penghambat

Aspek-aspek yang dilakukan analisis faktor eksternal adalah :

a. Analisis kebijakan- kebijakan dalam pengelolaan PUSKESMAS.

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada aturan-aturan yang harus dipatuhi

secara aspek legal dalam menjalankan PUSKESMAS. Aturan-aturan ini dapat

berbentuk Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, Peraturan

daerah dan sebagainya. Selanjutnya aturan aturan tersebut dapat berupa pengelolaan

sumber daya, Standar pelayanan minimal yang harus dilaksanakan, penganggaran dan

sebagainya.

b. Analisis Geografi

Peran analisis data geografi sangat besar dalam menentukan ada tidaknya faktor

geografi untuk timbulnya masalah kesehatan serta aksesibilitas pelayanan kesehatan

PUSKESMAS untuk masyarakat yang dilayaninya

Informasi yang didapat dari analisis ini adalah:

1) Wilayah kerja PUSKESMAS beserta batas-batasnya,

Page 12: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

7

Contoh Gambar/Peta Wilayah Kerja PUSKESMAS ………. Tahun

2) Jumlah Desa/Kelurahan,

3) Jumlah RW dan RT masing-masing Kelurahan

4) Keadaan geografis wilayah tersebut apakah daerah pantai, pegunungan, daerah

aliran sungai, daerah pertanian, daerah industri, daerah rawan kecelakaan dan

sebagainya ( sangat lokal spesifik)

5) Sarana transportasi

Tabel …. Wilayah kerja PUSKESMAS ........................Tahun ...........

Rata-Rata Waktu Tempuh dari Desa / Kelurahan ke

PUSKESMAS

Kondisi Keterjangkauan Desa * No Nama

Desa/ Kelurahan

Luas Wila-yah

Jumlah RT/RW

Jarak Terjauh

dari Desa / Kelurahan

ke Pus-kesmas

Roda 2 Roda 4 Lain-lain Roda 2 Roda 4

Lain-lain

1. 2. 3. dst

Total Sumber : (……….., tahun ……..)

6) Adanya daerah rawa , daerah endemis suatu penyakit, daerah rawan bencana, rawan

penyakit menular

7) Sarana air bersih dan Jamban keluarga

Page 13: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

8

8) Sarana yang berpotensi menimbulkan polusi atau pencemaran lingkungan

9) Sarana olahraga yang menunjang kegiatan aktifitas fisik masyarakat

Contoh tabel .Kegiatan yang potensil menimbulkan polusi lingkungan

No. Kegiatan Jenis polusi Desa/Kel

Desa/Kel

Desa/Kel

1. Industri � Limbah cair � Limbah padat � Bahan beracun

dan berbahaya (B3)

2. Tambang emas tradisional

� merkuri � cyanida

3. Pasar � Sampah organik 4. Rumah potong

hewan � Limbah organik

5. Tempat pembuangan sampah sementara

Sampah organikdll

6. Tempat pembuangan sampah akhir

Sampah organik dll

7. Sarana kesehatan potensial

Limbah klinis dll

c. Analisis Demografi

Analisis ini dapat menggambarkan kondisi penduduk yang dilayani oleh

PUSKESMAS, sehingga PUSKESMAS dapat menyiapkan pelayanan yang cocok

dengan kebutuhan masyarakatnya.

Hal-hal yang perlu dianalisis adalah:

1) Jumlah Penduduk, untuk mengetahui jumlah penduduk yang dilayani.

2) Kepadatan penduduk, makin tinggi kepadatan penduduknya, risiko untuk

penyebaran penyakit menular makin tinggi. Juga risiko untuk terjadinya penyakit

tidak menular lebih besar, misalnya gangguan mental seperti depresi, stress dll.

Gangguan mental ini dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya penyakit

kardiovaskuler dan pembuluh darah seperti hipertensi.

3) Angka pertambahan penduduk

Page 14: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

9

4) Angka Fertilitas

5) Piramida penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin. Piramida ini digunakan

untuk menggambarkan perubahan komposisi umur dan jenis kelamin penduduk dari

waktu ke waktu serta tergantung dari angka kelahiran dan kematian , juga adanya

migrasi penduduk,perang,kelaparan atau bencana. Informasi ini penting untuk

mengembangkan program-program kesehatan sesuai dengan jenis kelamin dan

umur.Piramida penduduk ini sebaiknya berasal dari data 3 tahun terakhir. Hal ini

sangat penting untuk melihat perubahan jumlah penduduk spesifik di wilayah kerja

PUSKESMAS tersebut, misalnya dalam 3 tahun terakhir ini terjadi peningkatan

jumlah penduduk usia lanjut yang sangat signifikan. Untuk itu PUSKESMAS harus

menyusun program spesifik bagi penduduk tersebut agar kesehatannya terjaga

dengan baik.

Bentuk piramida penduduk terdapat 3 bentuk yaitu:

1. Bentuk Ekspansif, jika sebagian besar penduduk terdapat pada kelompok umur

muda. Umumnya terdapat pada negara-negara dengan angka kelahiran dan

kematiannya tinggi. Keadaan ini membuktikan bahwa belum berhasilnya

program Keluarga Berencana dan program Pencegahan terhadap kematian

terutama di usia dewasa dan usia lanjut. Juga melihat jumlah bayi dan balitanya

tinggi, maka program-program Kesehatan Bayi dan Balita perlu ditingkatkan.

Bentuk ekspansif ini juga menggambarkan bahwa beban tanggungan keluarga

sangat tinggi, karena banyak anggota keluarga yang belum masuk ke dalam

angkatan kerja.

Page 15: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

10

2. Bentuk Konstruktif, jika sebagian kecil penduduk terdapat pada kelompok

umur muda. Bentuk ini terdapat di negara- negara yang tingkat kelahirannya

menurun dengan cepat dan angka kelahirannya rendah.

Page 16: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

11

3. Bentuk Stationer, jika jumlah penduduk dalam tiap kelompok umur hampir

sama. Bentuk ini terdapat di negara-negara yang angka kelahiran dan

kematiannya rendah. Pada umumnya di negara-negara yang sudah berkembang

dengan standar hidup yang tinggi, umur harapan hidup yang panjang dan

rendahnya angka pertumbuhan penduduk.Dampak terhadap program kesehatan

adalah pengembangan Program Pencegahan Penyakit tidak menular , Program

usia lanjut dll.

6) Pendidikan

Distribusi penduduk berdasarkan pendidikan sangat penting dalam penyampaian

informasi kesehatan.

Page 17: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

12

Tabel . Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Puskesmas x Tahun 2005

Tahun 2005 No Jenis Pendidikan

Jumlah 1 Tidak / Belum Sekolah 3486 2 Tidak Tamat SD 1078 3 Belum Tamat SD 4527 4 Tamat SD 4918 5 SLTP 3250 6 SLTA 4457 7 Akademi / Sarjana 362 8 Sarjana 126

Jumlah 22204

Dari contoh tabel diatas, terlihat bahwa sebagian besar penduduk di wilayah

kerja Puskemas berpendidikan SMP ke bawah. Dalam kegiatan promosi kesehatan,

maka bahasa dan cara yang digunakan harus memperhatikan tingkat pendidikan

masyarakat tersebut seperti bahasa yang digunakan sedikit mungkin menggunakan

bahasa-bahasa ilmiah, tetapi lebih banyak menggunakan bahasa-bahasa populer.

7) Pekerjaan dan mata pencaharian, untuk menganalisis kemungkinan adanya risiko

timbulnya penyakit akibat kerja dan risiko ini harus diminimalisasi dengan

menyusun program-program pencegahan penyakit. Analisis ini mungkin dapat juga

memberikan gambaran tentang status penghasilan penduduk tersebut.

Selanjutnya pekerjaan dapat menggambarkan waktu yang tepat dalam melakukan

kegiatan pendidikan/promosi kesehatan.

Tabel . Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Puskesmas x Tahun 2005 dan 2006

Jumlah No Mata Pencaharian

2005 2006 1 PNS 3912 1511 2 TNI / POLRI 168 103 3 Pegawai Swasta 95 4316 4 Petani 42 6 5 Pedagang 195 734 6 Pensiunan 139 985 7 Buruh 9809 1024 8 Ibu Rumah Tangga Tak terdata 3550 9 Tidak / Belum Bekerja Tak terdata 1272

Page 18: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

13

Dari tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2005, sebagian besar penduduk

bermata pencaharian sebagai buruh. Artinya bila sasaran kita adalah buruh, maka

waktu melakukan pendidikan/promosi kesehatan tidak dapat dilakukan pada pagi

hari, kecuali hari libur. Juga hal ini berlaku pada kelompok PNS, TNI dan pegawai.

Bila sasaran pendidikan/promosi kesehatan adalah ibu rumah tangga (2006),

maka pendidikan/promosi kesehatan dapat dilakukan pada pagi hari.

8) Distribusi penduduk berdasarkan sasaran program ( bayi, balita, ibu hamil dll) dan

sasaran spesifik misalnya anak jalanan, PSK, TKW/TKI, penduduk musiman dll.

Selain distribusi penduduk berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan dan

pekerjaan, maka pembagian penduduk juga berdasarkan sasaran program kesehatan

yang ada di Puskesmas

Tabel . Jumlah sasaran program

Puskesmas x Tahun 2005 dan 2006

Jumlah NEO Anak Tahun

Penduduk BUMIL BULIN

NATUS BAYI BALITA

Sekolah USILA

2005 22204 917 462 428 360 1711 4070 4870 2006 22275 488 443 410 470 1516 3972 5166

Dari tabel tersebut, terlihat distribusi penduduk berdasarkan sasaran program

yaitu ibu hamil, ibu bersalin, neonatus, bayi, balita, anak sekolah dan usia lanjut.

Dalam perencanaan program pendidikan kesehatan/promosi kesehatan, sasaran-

sasaran ini menjadi penting, misalnya untuk kelompok usia lanjut, kita harus

melakukan program pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit degeneratif

seperti penyakit kardiovaskuler dan pembuluh darah, keganasan, Diabetes mellitus

dll. Jika diperhatikan kelompok usia lanjut merupakan kelompok dengan jumlah

terbesar dibandingkan kelompok lain pada sasaran program.

9) Keadaan sosial budaya penduduk, meliputi kalau ada tentang pandangan tentang

sehat sakit, gaya hidup, perilaku hidup sehat dan bersih, perilaku pencarian

pengobatan, kebiasaan-kebiasaan, larangan dan anjuran- anjuran. Ke semuanya ini

dapat menjadi pendukung atau penghambat kelancaran program-program

pendidikan/promosi kesehatan

Page 19: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

14

d. Analisis derajat kesehatan

Dalam mencapai Indeks Pembangunan Manusia (IPM), maka indikator-indikator

kesehatan yang merupakan komponen dalam IPM tersebut adalah Angka Kematian

Ibu, Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup.

Di Tingkat Kecamatan atau tingkat administrasi di bawahnya, kita tidak mungkin

menghitung angka-angka tersebut karena denominatornya terlalu kecil, sehingga yang

digunakan adalah nilai atau jumlah absolut kematian ibu dan kematian bayi.

Hal yang sangat penting adalah mengapa kematian tersebut terjadi (penyebabnya),

periode waktunya adalah 3 tahun terakhir dan dimana kematian tersebut terjadi.Sebagai

penanggung jawab kesehatan di wilayahnya, PUSKESMAS wajib mengetahui tentang

hal-hal tersebut.

Untuk Angka Harapan Hidup biasanya yang digunakan adalah angka Harapan Hidup

tingkat Kabupaten/Kota atau tingkat Propinsi.

Selain indikator kesehatan dalam IPM, maka angka kematian kasar dan angka kesakitan

di wilayah kerja PUSKESMAS wajib diketahui. Namun demikian karena kita tidak

dapat menghitung Prevalensi dan Insidensi, maka yang digunakan adalah nilai/jumlah

absolut.

Status gizi balita merupakan salah satu indikator derajat kesehatan, sehingga sebagai

dokter di pelayanan kesehatan primer, informasi ini juga sangat dibutuhkan.

Informasi – informasi yang dibutuhkan sebagai hasil analisis derajat kesehatan adalah:

1) Jumlah kematian ibu hamil, bersalin dan nifas, penyebabnya selama 3 tahun

terakhir

2) Jumlah kematian bayi beserta penyebabnya selama 3 tahun terkhir

3) Jumlah kematian balita beserta penyebabnya selama 3 tahun terakhir

4) Jumlah kematian kasar beserta penyebabnya selama 3 tahun terakhir

5) Angka Harapan hidup selama 3 tahun terakhir

6) Jumlah kesakitan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

7) Jumlah kesakitan penyakit menular yang cenderung dapat menimbulkan Kejadian

Luar Biasa dan diamati secara cermat dengan kegiatan surveillance misalnya

demam berdarah, Avian Flu, Malaria dan penyakit menular lokal spesifik seperti

TBC, Filariasis, Lepra, Anthrax dsb.

Page 20: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

15

8) Jumlah kesakitan terbanyak (10 terbanyak) berdasarkan umur baik penyakit

menular maupun tidak menular yang didapat dari data kunjungan pasien (LB1)

PUSKESMAS 3 tahun terakhir.

9) Status gizi balita: gizi baik, gizi kurang, gizi buruk dan gizi lebih selama 3 tahun

terakhir.

e. Analisis Kelembagaan bersumber daya masyarakat: peran serta masyarakat dalam

bidang kesehatan misalnya UKBM (Usaha Kesehatan Bersumber Masyarakat), antara

lain yaitu : pos yandu, polindes, posbindu, pengobatan tradisional/Batra, Wahana

Pelayanan Kesehatan dasar, dana sehat, JPKM, Poskestren, pengobatan alternatif

(institusi penyelenggara pengobatan Reiki, Tetada Kalimasada, Sinar Putih, Mahatma,

bengkel patah tulang dll), pesantren maupun institusi tradisional lain pengelola

pengobatan Narkoba. Dalam analisis perlu dibahas mengenai kepesertaan, pemanfaatan

oleh peserta (utilisasi), unit UKBM mana yang paling diminati oleh masyarakat, serta

kendala yang dihadapi dalam pengelolaannya. Kelembagaan bersumber daya

masyarakat dibuat dalam bentuk tabel seperti di bawah ini, kolom diisi dengan jumlah

sarana, jumlah kader/ pengurus/kelompok aktif untuk melihat tingkat peran serta

masyarakat dalam sarana tersebut. Kolom keterangan diisi dengan hal-hal yang perlu

disampaikan dan tidak tercantum pada kolom yang ada. Tabel dapat dimodifikasi tiap

kolom dibagi dua yaitu kolom jumlah sarana dan jumlah kader/pengurus/kelompok

aktif.

f. Analisis sarana kesehatan swasta dan pemerintah yang ada.

Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui potensi sarana kesehatan yang dapat

dijadikan mitra untuk ikut serta aktif dalam pelaksanaan program-program yang telah

ditetapkan oleh PUSKESMAS. Sarana kesehatan ini dapat berupa sarana kesehatan

primer, sekunder maupun tertier

Contoh Tabel Sarana kesehatan di Wilayah Kerja PUSKESMAS …………Tahun ………..

No. Jenis sarana kesehatan Pemilik Jumlah Total

Desa/Kel Desa/Kel Desa/Kel Desa/Kel

1. Rumah Sakit Umum Pemr Swasta

2. Rumah Sakit Khusus

Page 21: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

16

Pemr a. RS Jiwa Swasta Pemr b. RS Bersalin Swasta

c. Lainnya (uraikan) Balai Kesehatan Masyarakat

a. BP4 Pemr b. BKMM Pemr c. BKOM Pemr d. BKTK Pemr

3.

e. KKP Pemr PUSKESMAS a.Pusk. Tanpa perawatan

Pemr

b. Pusk. DTP Pemr

4.

c. Pusk. Pembantu Pemr Praktek perorangan a. Dr. Umum Swasta b. Dr. Spesialis Swasta C. Drg. Swasta d. Drg. Spesialis Swasta

5.

e. bidan Swasta Praktek Berkelompok Swasta a. Dokter Umum Swasta b. Dr. Spesialis Swasta C. Dokter gigi Swasta

6.

d. Drg. Spesialis Swasta 7. Balai Pengobatan (BP) 8. Rumah Bersalin

Balai Kesehatan a. Balai Kes. Ibu & Anak

b. Balai Kes.Gigi c. Balai KB

9.

d. lainnya (sebutkan) Pemr 10. Laboratorium Swasta

11. Sarana Rehab narkoba 12. Sarana lain (sebutkan)

Sumber : (……….., tahun ……..).

g. Analisis institusi-institusi yang menjadi sasaran program PUSKESMAS.

Institusi-institusi ini meliputi sekolah-sekolah, pesantren, pabrik-pabrik, home industry

dan sebagainya.

Page 22: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

17

3. Analisis faktor internal PUSKESMAS.

Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kekuatan (Strength) dan

kelemahan (Weakness) sumber daya yang ada di PUSKESMAS. Dengan mengetahui hal-

hal tersebut, maka dapat dilakukan upaya-upaya untuk memperkuat kekuatan dan

mengurangi kelemahan PUSKESMAS tersebut.

Adapun faktor-faktor yang dianalisis adalah:

a. Upaya-upaya kesehatan yang dilaksanakan di PUSKESMAS yang bersangkutan

Sebagai seorang dokter yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan primer, maka

seharusnyalah sebelum memulai pekerjaan tersebut, yang bersangkutan terlebih dahulu

mengetahui upaya-upaya kesehatan yang dilaksanakan di PUSKESMAS yang

bersangkutan tersebut. ( upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan)

b. Sumber daya manusia

Untuk melaksanakan upaya-upaya kesehatan tersebut, dibutuhkan sumber daya

manusia baik kuantitas maupun kualitas. Sebagai bahan analisis dapat digunakan

Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan Di tingkat Propinsi,

Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI no

81/Menkes/SK/I/2004 ( terlampir)

Contoh Tabel . Keadaan tenaga di ………… Tahun………….

No Jenis Tenaga

Yang Ada Standar Kurang Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

dst

Total Total Total Sumber : (……….., tahun ……..).

c. Organisasi PUSKESMAS

d. Sarana dan Prasarana

Page 23: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

18

Obat dan bahan habis pakai serta Alat kesehatan (jenis, jumlah, sumber, lokasi), yang

perlu diuraikan disini bukan jumlah dalam artian kuantitatif tetapi jumlah riil yang ada

dibandingkan dengan kebutuhan, terutama jenis obat esensial yang tersedia dikaitkan

dengan pola penyakit yang ada, lokasi penempatan/penyebaran dikaitkan dengan

institusi kesehatan serta kunjungan pasien.

e. Pendanaan PUSKESMAS

Dana sangat dibutuhkan untuk pengelolaan PUSKESMAS, oleh sebab itu sangat perlu

mengetahui sumber-sumber dan besaran pendanaan untuk PUSKESMAS yang

bersangkutan, meliputi :

1) Jumlah dana Retribusi Kesehatan ,

2) APBN (uraikan sumber dan atau nama proyek)

3) APBD Kabupaten/Kota dari tahun ke tahun (usulan & realisasi, serta sumber

dana untuk kesehatan) baik Rutin (Belanja Administrasi Umum) maupun

Pembangunan (belanja operasi, pemeliharaan dan modal)

4) Asuransi kesehatan/JPKM/JKN,

5) Sumber dana lainnya

Jelaskan juga masalah-masalah yang ada dalam pembiayaan kesehatan ini baik segi

kualitas maupun kuantitas pembiayaan kesehatan (agar diupayakan data 5 tahun

terakhir), seperti yang tercantum dalam contoh Tabel berikut.

Contoh Tabel . Pembiayaan Kesehatan Tahun………….

Tahun No Jenis Sumber Biaya 1998 1999 2000 2001 2002

1. Retribusi 2. JPS-BK/PPDSPE/PKPS-BBM

3. Askes

4. Biaya dari APBD Kab/Kota

5. Biaya dari APBD Prop

6. Biaya dari APBN

7. Sumber lain

Jumlah seluruhnya

Page 24: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

19

f. Manajemen PUSKESMAS

Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan masyarakat, maka

sangat perlu ditunjang oleh manajemen yang baik. Manajemen adalah rangkaian

kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran (output) yang

efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan yang sistematik tersebut dilakukan dengan

menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Secara singkat terdapat 3 fungsi manajemen di

PUSKESMAS yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian termasuk

Pengawasan dan Pertanggung jawaban.Semua fungsi manajemen tersebut harus

dilaksanakan secara kontinu, terkait dan berkesinambungan.

Dalam menganalisis manajemen PUSKESMAS yang bersangkutan, maka hal-hal yang

perlu dipertanyakan adalah:

1) Perencanaan

a) Apakah PUSKESMAS melakukan pertemuan-pertemuan untuk menyusun

perencanaan tahunan?

b) Apakah PUSKESMAS mempunyai dokumen usulan kegiatan tahunan yang

diajukan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota?

c) Apakah PUSKESMAS mempunyai Perencanaan Tahunan yang telah disahkan

oleh Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten? dibuktikan dengan adanya dokumen

d) Apakah PUSKESMAS mempunyai Perencanaan pelaksanaan kegiatan bulanan

? dibuktikan dengan adanya dokumen.

1) Pelaksanaan

a) Apakah PUSKESMAS melakukan pengorganisasian pelaksanaan kegiatan

seperti penentuan penanggung jawab dan pelaksana kegiatan ( pembagian tugas

seluruh pegawai) baik untuk kegiatan dalam maupun luar gedung

3) Pemantauan, Pengendalian, Pengawasan dan Pertanggungjawaban

a) Apakah dilakukan telaahan berkala misalnya bulanan, triwulanan, semesteran

dll terhadap hasil kegiatan PUSKESMAS baik di dalam gedung maupun luar

gedung yang meliputi misalnya cakupan, mutu pelayanan, masalah dan

hambatan yang dihadapi ?

b) Apakah dilakukan pengawasan dan penilaian terhadap kinerja pegawai secara

berkala ?

c) Apakah PUSKESMAS melakukan evaluasi tahunan dan membuat

pertanggungjawaban tahunan terhadap seluruh kegiatan?

Page 25: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

20

g. Hasil kegiatan PUSKESMAS, meliputi:

1. Utilisasi pelayanan kesehatan di PUSKESMAS (persentase kunjungan baru dan

lama,frekeunsi kunjungan, persentase kunjungan dan contact rate orang

miskin, persentase kunjungan PT ASKES dan asuransi kesehatan lain, dll).

2. Cakupan program kesehatan (upayakan data 3 tahun terakhir),sesuai dengan

Standar pelayanan minimal seperti:

b) KIA (pertolongan Nakes, kunjungan neonatal/N2,dll)

c) GIZI (cakupan Fe3 Bumil, D/S,GAKI,Vit.A, BBLR,dll)

d) Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2M

dan PL), misalnya cakupan imunisasi, P2ML, P2B2, dan hasil

pengobatan, cakupan penyakit spesifik daerah (misalnya kusta,

fillariasis, anthrax, malaria), cakupan air bersih dan sarana jaga.

e) Keluarga Berencana (akseptor CU/PUS)

f) Promosi kesehatan mencakup bentuk, sasaran dan jenis kegiatan

g) Kesehatan khusus (misalnya: Kesehatan gigi & mulut, Penyakit jiwa,

Penyakit mata, kesehatan kerja)

Data kesakitan masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas dikompilasi ke dalam

Laporan Bulanan dan didistribusi berdasarkan umur. Sebagai contoh yang akan dibicarakan

adalah distribusi penyakit tidak menular.

0-7 hr8-29 hr

1- 12 bln1-4 thn

5-14 thn15 - 44 thn

45-54 thn55-64 thn

> 65 thn

Hipertensi

0 0 0 0 0

129 300

752

1286

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

Distribusi hipertensi berdasarkan umur di Puskesmas X tahun 2006

Gambar. Distribusi hipertensi berdasarkan umur di Puskesmas X tahun 2006.

Page 26: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

21

Dari gambar tersebut, terlihat bahwa kejadian hipertensi sudah dimulai pada rentang

umur 15-44thn dan melonjak tajam pada rentang usia > 45 tahun. Pada masyarakat dengan usia

lanjut, kasus hipertenis merupakan kasus yang terbanyak.

PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS

Langkah – langkah perencanaan promosi kesehatan hipertensi di Puskesmas adalah

sebagai berikut:

I. Analisa Masalah Kesehatan dan Perilaku.

Sebagai contoh, berdasarkan analisis situasi , didapatkan informasi-informasi

yang sangat mendukung dalam pelaksanaan promosi kesehatan melalui penyuluhan

tentang hipertensi, sebagai contoh:

1. Geografi, Wilayah kerja Puskesmas X ternyata mempunyai kepadatan penduduk yang

cukup tinggi. Kenyataan ini berdampak terhadap peningkatan risiko terjadinya

penyakit tidak menular seperti hipertensi akibat stress

2. Usia penduduk terbanyak adalah usia produktif, dimana terjadi peningkatan yang

cukup bermakna terhadap jumlah penduduk usia lanjut dari tahun ke tahun

3. Sebagian besar penduduk mempunyai pendidikan rata-rata SMP ke bawah, sehingga

bahasa, alat bantu dan metode penyuluhan harus disesuaikan dengan keadaan ini

4. Sebagian besar penduduk bekerja sebagai buruh, PNS, TNI/Polri dan Pegawai swasta,

sehingga bila akan dilakukan penyuluhan pada hari kerja, sebaiknya dilakukan pada

siang atau sore atau malam hari.

Dari distribusi hipertensi berdasarkan umur,terlihat bahwa kejadian hipertensi sudah

dimulai pada rentang umur 15-44 thn dan melonjak tajam pada rentang usia > 45 tahun.

Pada masyarakat dengan usia lanjut, kasus hipertensi merupakan kasus yang terbanyak.

II. Menetapkan Sasaran

Dalam pemilihan sasaran pendidikan/promosi kesehatan, ada beberapa hal yang harus

dipertimbangkan yaitu:

a. Perjalanan alami penyakit

Masing-masing penyakit memiliki perjalanan alaminya sendiri jika tidak diganggu

dengan intervensi medis atau jika penyakit dibiarkan sampai melengkapi

Page 27: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

22

perjalanannya.Perjalanan penyakit dimulai dari pajanan seseorang rentan pada suatu

keadaan/zat kimia/kuman. Setiap orang akan memiliki perbedaan dalam hal respons

pada penyakit dan pengaruh penyakit pada tubuh. Tubuh pertama kali akan

merespons perubahan yang tidak terdeteksi dan tidak dirasakan. Begitu reaksi tubuh

bertambah, tubuh akan mulai merasakan perubahan, yang ditandai dengan adanya

gejala-gejala penyakit, misalnya sakit kepala, malaise dll. Selanjutnya penyakit ini

akan berlanjut dan tubuh akan meresponsnya dengan 2 alternatif yaitu sembuh atau

semakin sakit. Jika sakit memburuk, pada akhirnya penyakit akan menguasai tubuh

dan terjadi komplikasi . Penyakitnya akan bertambah parah, sehingga dapat

menimbulkan kecacatan atau bahkan kematian. Dari keterangan ini, maka

pendidikan/promosi kesehatan dapat digunakan untuk melakukan pencegahan primer,

sekunder dan tertier.

Pencegahan primer adalah segala kegiatan yang dapat menghentikan atau

mengurangi faktor risiko kejadian penyakit sebelum penyakit tersebut terjadi.

Misalnya pada kasus hipertensi, yang dapat dilakukan adalah penyuluhan tentang

hidup sehat, kurangi makanan yang banyak mengandung garam, beraktifitas fisik,

tidak merokok dll

Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan skrining dan deteksi untuk

menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan dini

agar penyakit tersebut tidak menjadi parah. Kegiatan yang dapat dilakukan :

pemeriksaan kesehatan setiap tahun agar dideteksi hipertensi atau tidak, pengobatan

dini hipertensi, penyuluhan hidup sehat agar mengurangi faktor risiko hipertensi.

Pencegahan tertier adalah suatu kegiatan difokuskan kepada mempertahankan

kualitas hidup penderita yang telah mengalami penyakit yang cukup berat yaitu

dengan cara rehabilitasi.

Penentuan sasaran sangat ditentukan pencegahan mana yang akan dilakukan apakah

primer, sekunder atau tertier. Bila kita ingin melakukan pencegahan primer, maka

sasarannya adalah usia 15 -44 thn. Bila kita ingin melakukan pencegahan sekunder,

maka sasarannya adalah usia > 45 thn.

b. Tujuan pendidikan/promosi kesehatan

Tujuan pendidikan/promosi kesehatan sangat menentukan sasaran yang akan

dipilih pada kegiatan pendidikan/promosi kesehatan, apakah untuk mengubah

perilaku masyarakat atau mendapatkan dukungan sosial atau melakukan advokasi

Page 28: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

23

kepada pembuat keputusan. Untuk itu sasaran dibagi menjadi 3 yaitu: sasaran primer,

sekunder dan tertier.

Sasaran primer adalah kelompok masyarakat yang berisiko terkena atau sudah

terkena suatu masalah kesehatan. Tujuan pendidikan/promosi kesehatan untuk

sasaran ini antara lain meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan

sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi.

Sasaran sekunder adalah para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dengan

harapan kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di

sekitarnya. Di samping itu, para tokoh masyarakat diharapkan akan memberikan

contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya (dukungan sosial).

Sasaran tertier adalah para pembuat keputusan atau penentu kebijakan dalam

menentukan dukungan pelaksanaan suatu program kesehatan , sehingga metode yang

digunakan adalah menggunakan strategi advokasi.

III. Menetapkan Tujuan

Tujuan yang dimaksud adalah tujuan program pendidikan kesehatan yaitu perilaku yang

diharapkan agar tingkat kesehatan yang diinginkan dapat tercapai.

1. Tujuan umum

Tujuan umum pendidikan kesehatan tergantung dari sasaran yang akan dilakukan

pendidikan/promosi kesehatan apakah sasaran primer, sekunder atau tertier dan juga

tingkat pencegahan mana yang akan dilakukan, apakah primer, sekunder atau tertier.

Sebagai contoh tujuan umum untuk pencegahan primer adalah meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang pencegahan hipertensi.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang hal-hal yang

dikemukakan dalam tujuan umum. Tujuan khusus haruslah dikembangkan untuk

kelompok sasaran atau segmen sasaran tertentu. Tujuan khusus harus menjawab

pertanyaan siapa, apa dan seberapa jauh harapan suatu kondisi ingin dicapai, kapan

dan dimana. Contohnya : meningkatkan pengetahuan tentang definisi hipertensi,

gejala hipertensi, faktor-faktor risiko terjadinya hipertensi dan pencegahan hipertensi.

Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan itu harus realistis, jelas dan dapat

diukur, sehingga diharapkan akan mempermudah penilaian terhadap pencapaian tujuan.

Page 29: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

24

IV. Menetapkan Strategi

Strategi yang ditempuh sangat tergantung dari sasaran. :

1. Strategi sasaran primer adalah Pemberdayaan masyarakat (empowerment)

2. Strategi sasaran sekunder adalah Dukungan sosial (social support)

3. Strategi sasaran tertier adalah Pendekatan pada pimpinan atau pengambil keputusan

(advokasi)

V. Menetapkan Pesan Pokok

Dalam mengembangkan pesan, ada beberapa unsur yang harus diperhatikan, yaitu:

1. perilaku yang diharapkan

2. manfaat dari perubahan perilaku

3. alasannya mengapa perubahan perilaku tersebut dapat memberikan manfaat

4. nada/sifat pesan : umum, khusus, serius, moderen, dan sebagainya

5. sumber informasi

Untuk menyusun unsur-unsur tersebut di atas menjadi suatu pesan pokok, diperlukan data

yang diperoleh dari hasil analisis masalah kesehatan dan perilaku, setelah itu dilanjutkan

dengan :

1. tetapkan perilaku yang diharapkan

2. sebutkan keuntungannya dan alasannya jika menerapkan perilaku tersebut

3. tetapkan nada/sifat pesan

4. tetapkan siapa yang akan muncul sebagai tokoh idola dalam pesan tersebut sebagai

sumber informasi

VI. Menetapkan Metode dan Alat Bantu/Media Pendidikan

Kriteria pemilihan :

1. pergunakan data penelitian

2. kemampuan mengantar suatu pesan

3. pertimbangkan tingkat kesulitan dan besar biaya produksi

4. analisis jangkauan dan frekuensi

5. buatlah daftar perincian tentang upaya logistik yang diperlukan

Kombinasi metode dan alat bantu/media pendidikan adalah mencampur berbagai metode

dan alat bantu/media pendidikan dengan maksud menghasilkan sebuah paket komunikasi

yang akan jauh lebih efektif dalam pencapaian tujuan, dengan cara :

1. tetapkan apa yang ingin dicapai dengan pesan tersebut

Page 30: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

25

2. jajagi semua metode dan alat bantu/media pendidikan yang tersedia

3. pelajari mana yang mungkin bisa dikombinasikan/dicampur

4. pilih kombinasi berdasarkan kemampuannya dalam menghasilkan frekuensi tersering

5. pelajari apakah kombinasi tersebut terjangkau dan disenangi sasaran

6. pertimbangkan juga sumberdaya yang dimiliki

Menurut Elgar Dale alat bantu pendidikan/promosi kesehatan dibagi dalam 11

tingkatan/macam. Setiap tingkatan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap

alat bantu dan digambarkan dalam sebuah segitiga.

1. Kata-kata

2. Tulisan

11. Benda asli

10. Benda tiruan

9. Sandiwara

8. Demonstrasi

7. Field trip

6. Pameran

5. Telivisi

4. Film

3. Rekaman,radio

Page 31: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

26

Dari segitiga tersebut terlihat bahwa tingkat paling atas adalah ”kata-kata” dan tingkat

paling bawah adalah ”benda asli”. Ini berarti bahwa dalam proses pendidikan/promosi

kesehatan, ”kata-kata” mempunyai intensitas paling rendah untuk mempersepsikan bahan

pendidikan/promosi, sedangkan ”benda asli” mempunyai intensitas yang paling tinggi

dalam mempersepsikan bahan pendidikan/promosi.

VII. Menetapkan Kegiatan Operasional

Meliputi :

1. jenis kegiatan

2. tempat

3. waktu

4. penanggung jawab

5. jadwal kegiatan

VIII. Menetapkan Pemantauan dan Evaluasi

1. Komponen

- materi/isi pesan

- input (sasaran, tenaga pendidik, alat bantu)

- hasil :

• apakah sasaran menerima/terpapar dan mendapatkan manfaat dengan isi pesan

dan bahan-bahan yang didistribusikan

• apakah sasaran mempraktekkan dengan benar perilaku yang disarankan dalan

proses pendidikan

2. Indikator

- kesesuaian isi pesan dengan masalah yang dihadapi

- penggunaan alat bantu/media yang mendukung

- jangkauan sasaran

- jumlah yang hadir

- jumlah sasaran yang mengingat pesan pokok

- jumlah sasaran yang berperilaku sesuai isi pesan

- lain-lain

3. Cara

- analisis laporan/data sekunder (pre-test/post test)

Page 32: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

27

- wawancara

- observasi

- diskusi

- lain-lain

4. Pelaksana/Penanggung jawab

5. Waktu

DAFTAR PUSTAKA

1. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, Perencanaan Penganggaran Kesehatan

Terpadu,2004

2. World Health Organization, Primary Health Care, Alma-Ata, 1978

3. Departemen Kesehatan RI, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.

4. Djamhoer Martaadisoebrata, Sulaiman Sastrawinata dan Abdul Bari Saifuddin (ed).

Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial, Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, Jakarta, 2005

5. Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan , Rineka Cipta,2003

6. Timmreck, Thomas,An Introduction to Epidemiology, Jones and Bartlett Publ Inc,

Boston, 1998.

7. Ardini Raksanagara, Sharon Gondodiputro etal, Bahan Ajar Program Kepaniteraan di

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNPAD, ed 4, 2007.

Page 33: Perencanaan penyuluhan penyakit tidak menular di masyarakat_2

28

28