aplikasi surveilans penyakit menular

22
“APLIKASI SURVEILANS PENYAKIT MENULAR” ILMU DASAR KEPERAWATAN IIB MAKALAH oleh Mahda Febriyanti Eka Pertiwi Putri 142310101069 Ryan Dwi Lesmana 142310101111

Upload: amanda-christie-yannus

Post on 10-Dec-2015

136 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Penyakit menular

TRANSCRIPT

Page 1: Aplikasi Surveilans Penyakit Menular

“APLIKASI SURVEILANS PENYAKIT MENULAR”

ILMU DASAR KEPERAWATAN IIB

MAKALAH

oleh

Mahda Febriyanti Eka Pertiwi Putri 142310101069

Ryan Dwi Lesmana 142310101111

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

MARET, 2015

Page 2: Aplikasi Surveilans Penyakit Menular

PEMBAHASAN

1. Pengertian

Sureveilans Epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.

Surveilans Epidemiologi penyakit menular adalah analisis terus menerus dan sistematika terhadap penyakit menular dan faktor resiko untuk upaya pemberantasan penyakit menular. Penyakit menular adalah penyakit infeksi yang dapat dipindahkan atau ditularkan melalui orang atau hewan yang sakit, dari reservoir ataupun dari benda-benda yang mengandung bibit penyakit lainnya ke manusia-manusia sehat. Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya yang relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut (mendadak) dan menyerang semua lapisan masyarakat. Penyakit jenis ini diprioritaskan mengingat sifat menularnya yang bisa menyebabkan wabah dan menimbulkan kerugian yang besar. Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi. (Widoyono, 2011: 3).

Sistem surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara surveilans dengan laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan, meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi antar wilayah Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat.

2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular

Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular. Penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif, sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan kerjasama antar daerah, misalnya antar Propinsi, Kabupaten/Kota bahkan antar Negara. Beberapa penyakit menular yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah diare, malaria, demam berdarah dengue, influensa, tifus abdominalis, penyakit saluran pencernaan dan penyakit lainnya. Beberapa penyakit tidak menular yang menunjukkan kecenderungan peningkatan adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, kanker, diabetes mellitus, dan sebagainya. Untuk melakukan upaya pemberantasan penyakit menular, penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit dan keracunan, serta penanggulangan penyakit tidak menular diperlukan suatu sistem surveilans penyakit yang mampu memberikan dukungan upaya program dalam daerah kerja Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional, dukungan kerjasama antar program dan sektor serta kerjasama antara Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional dan Internasional.

Pada tahun 1987 telah dikembangkan Sistem Surveilans Terpadu (SST) berbasis data, Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), dan

Page 3: Aplikasi Surveilans Penyakit Menular

Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS), yang telah mengalami beberapa kali perubahan dan perbaikan. Disamping keberadaan SST juga telah dikembangkan beberapa sistem surveilans khusus penyakit Tuberkulosa, malaria, demam berdarah, kusta dan lain sebagainya. Sistem Surveilans tersebut perlu dikembangkan dan disesuaikan dengan ketetapan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom; dan Keputusan Menteri Kesehatan No.1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan serta kebutuhan informasi epidemiologi untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular.

Prioritas surveilans penyakit yang perlu dikembangkan adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, penyakit yang potensial menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa, penyakit menular dan keracunan, demam berdarah dengue, malaria, penyakit-penyakit zoonosis antara lain antraks, rabies, leptospirosis, filariasis serta tuberkulosis, diare, tipus, kecacingan dan penyakit perut lainnya, kusta, frambusia, HIV/AIDS, penyakit menular seksual, pneumonia, termasuk penyakit pneumonia akut berat (severe acute respiratory syndrome), hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, neoplasma, penyakit paru obstuksi menahun, gangguan mental dan gangguan kesehatan akibat kecelakaan.

Penyelenggaraan surveilans epidemiologi terhadap penyakit-penyakit tersebut diatas disusun dalam pedoman surveilans epidemiologi, khusus masing-masing penyakit dan pedoman surveilans epidemiologi secara rutin dan terpadu. Untuk menyelenggarakan surveilans epidemiologi penyakit menular dan penyakit tidak menular secara rutin terpadu maka disusun Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu yang selanjutnya disebut sebagai Surveilans Terpadu Penyakit (STP). Sementara pedoman surveilans khusus masing-masing penyakit disusun dalam pedoman terpisah dengan Keputusan Menteri Kesehatan.

3. Ruang Lingkup Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi

Masalah Kesehatan dapat disebakan oleh beberapa sebab, oleh karena itu secara operasional diperlukan tatalaksana secara integratif dengan ruang lingkup permasalahan sebagai berikut :

a. Surveilans Epidemiologi Penyakit MenularMerupakan analisis terus menerus dan sistematika terhadap

penyakit menular dan faktor resiko untuk upaya pemberantasan penyakit menular.

b. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak MenularMerupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap

penyakit tidak menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.

c. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan PerilakuMerupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap

faktor resiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan

Page 4: Aplikasi Surveilans Penyakit Menular

d. Surveilans Epidemiologi Masalah KesehatanMerupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap

masalah kesehatan dan faktor resiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.

e. Surveilans Epidemiologi Kesehatan MatraMerupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap

maslah kesehatan dan faktor resiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra.

4. Jenis Penyelenggaran Surveilans Epidemiologi

a. Penyelenggaraan berdasarkan Metode Pelaksanaan1) Surveilans Epidemiologi Rutin Terpadu

Penyelenggaraan surveilans epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan dan atau faktor resiko kesehatan.

2) Surveilans Epidemiologi KhususPenyelenggaraan surveilans epidemiologi terhdapa suatu kejadian, permasalahan, faktor resiko atau studi khusus kesehatan.

3) Surveilans SenitelPenyelenggaraan surveilans epidemiologi pada populasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan signal adanya masalah kesehatan pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas.

4) Studi EpidemiologiPenyelenggaraan surveilans epidemiologi pada periode tertentu serta populasi atau wilayah tertentu untuk mengetahui lebih mendalam gambaran epidemiologi penyakit, permasalah dan atau faktor resiko kesehatan.

b. Penyelenggaraan berdasarkan Aktifitas Pengumpulan Data1) Surveilans Aktif

Penyelenggaraan surveilans epidemiologi dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data yang lainnya.

2) Surveilans PasifPenyelenggaraan surveian epidemiologi dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara menerima data tersebut dari unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data yang lainnya.

c. Penyelenggaraan berdasarkan Pola Pelaksanaan1) Pola Kedaruratan

Kegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabah dan atau bencana.

2) Pola Selain KedaruratanKegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk keadaan di luar KLS dan atau wabah dan atau bencana.

d. Penyelenggaraan berdasarkan Kualitas Pemeriksaan1) Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan

Kegiatan surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis atau tidak menggunakan peralatan pendukung pemeriksaan.

2) Bukti laboratorium atau dengan peralatan khususKegiatan surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan laboratorium atau peralatan pendukung pemeriksaan lainnya.

Page 5: Aplikasi Surveilans Penyakit Menular

5. Cara-cara Penularan Penyakit

Bibit penyakit dapat menular (berpindah) dengan cara-cara sebagai berikut :

a. Personal Contact (Kontak langsung jasmaniah)1) Kontak langsung (Direct Contact)2) Kontak tak langsung (Indirect Contact)

b. Food Borne Infections (Melalui makanan dan minuman)c. Arthropod Borne Infections (Melalui serangga)d. Air Borne Infections (Melalui udara)

1) Melalui debu-debu di udara yang mengandung bibit penyakit.2) Melalui tetes ludah halus (Droplet Infections)

6. Pembagian Penyakit Menular

Menurut cara timbulnya gejala dan sifat-sifat penyebarannya penyakit menular dibagi dalam:

a. Penyakit-penyakit Akut EpidemisGejala penyakitnya datang secara mendadak (akut) dan penyebarannya seringkali berupa wabah (epidemi). Penyakit-penyakit akut epidemis dibagi dalam:1) Penyakit-penyakit Karantina (Quarantinable Disease)

a) Pes (Plague)b) Kolera (Cholera)c) Demam Kuning (Yellow Fever)d) Cacar (Smallpox)e) Typhus bercah wabahi-Thypus exanthematicus infectiosa

(Louse Borne Thypus)f) Demam balik-balik (Louse Borne Relapsing Fever)

2) Penyakit-penyakit menular yang ketentuannya dimasukkan dalam Undang-undang wabah.Ketentuan penyakit ini ditentukan oleh negara yang bersangkutan, di Indonesia meliputi:a) Penyakit-penyakit karantinab) (1) Thypus perut (Thypus abdominalis)c) (2) Para-thypus A, B, dan Cd) (3) Disentri (mejan) basili (Dysenteria bacillaris)e) (4) Radang hati menular (Hepatitis infectiosa)f) (5) Para-cholera Eltorg) (6) Diphteriah) (7) Kejang tengkuk (Meningitis cerebrospinalis epidemica)i) (8) Lumpuh kanak-kanak (Polimyelitis anterior acuta)

3) Penyakit menular lainnya seperti Influenza, Pertussis, Morbilli.

b. Penyakit-penyakit Khronis EndemisGejala penyakitnya datang secara lambat (manahun=khronis) dan sering bersifat endemis.1) Malaria2) Tuberculosa3) Lepra4) Framboesia5) Syphilis

Page 6: Aplikasi Surveilans Penyakit Menular

c. Penyakit potensi wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat atau mempunyai mortalitas tinggi, dan penyakit yang telah masuk program eradikasi/eliminasi dan memerlukan tindakan segera1) DBD2) Diare3) Campak4) Pertusis5) Rabies6) Avian Influenza7) HIV/AIDS

d. Penyakit menular dengan potensi wabah rendah1) Malaria2) Meningitis3) Frambusia4) Influenza5) Esenfalitis6) Antraks7) Tetanus Neonatorum8) Thypus Abdominalis

e. Penyakit menular yang tidak berpotensi wabah1) Lepra2) Cacingan3) TBC4) Syphilis5) Gonore6) Filariasis

7. Mekanisme Kegiatan Surveilans Epidemiologi

Mekanisme kegiatan surveilans epidemiologi kesehatan merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis dan terus menerus dengan mekanisme sebagai berikut:a. Pengumpulan Data dan Identifikasi Kasus

Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk memproses data selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat informasi epidemiologis yang dilaksanakan secara teratur dan terus menerus dan dikumpulkan tepat waktu. Pengumpulan data dapat bersifat pasif yang bersumber dari rumah sakit, puskesmas dan lain-lain, maupun aktif yang diperoleh dari kegiatan survei. Untuk mengumpulkan data diperlukan sistem pencatatan dan pelaporan yang baik. Secara umum pencatatan di puskesmas adalah hasil kegiatan kunjungan pasien dan kegiatan luar gedung.

Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pencatatan insidensi terhadap orang-orang yang dianggap penderita campak atau population at risk melalui kunjungan rumah (active surveillance) atau pencatatan insidensi berdasarkan laporan sarana pelayanan kesehatan yaitu dari laporan rutin poli umum setiap hari, laporan bulanan puskesmas desa dan puskesmas pembantu, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan harian dari laboratorium dan laporan dari masyarakat serta petugas kesehatan lain (pasive surveillance). Atau dengan kata lain, data dikumpulkan dari unit kesehatan sendiri dan dari unit kesehatan yang paling rendah, misalnya laporan dari pustu, posyandu, barkesra, poskesdes. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan teknik wawancara dan atau pemeriksaan.

Page 7: Aplikasi Surveilans Penyakit Menular

Sumber data surveilans epidemiologi meliputi:1) Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan

dan masyarakat.2) Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan

serta laporan dari kantor pemerintah dan masyarakat.3) Data demografi yang dapat diperoleh dari unit statistik kependudukan

dan masyarakat.4) Data geografi yang dapat diperoleh dari Unit Meteorologi dan

Geofisika.5) Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan

kesehatan dan masyarakat.6) Data Kondisi lingkungan.7) Laporan wabah.8) Laporan Penyelidikan wabah/KLB.9) Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan.10) Studi epidemiologi dan hasil penelitian lainnya.11) Data hewan dan vektor sumber penularan penyakit yang dapat

diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.12) Laporan kondisi pangan.13) Data dan informasi penting lainnya.

Tujuan pengumpulan data adalah:1) Menentukan kelompok high risk2) Menentukan jenis dan karakteristik (penyebabnya)3) Menentukan reservoir4) Transmisi5) Pencatatan kejadian penyakit6) KLB

b. Perekaman, Pengolahan dan Penyajian DataData yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam

bentuk tabel, grafik (histogram, poligon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area). Penggunaan komputer sangat diperlukan untuk mempermudah dalam pengolahan data diantaranya dengan menggunakan program (software) seperti epid info, SPSS, lotus, excel dan lain-lain.

Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yang masih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut harus dapat memberikan keterangan yang berarti.

c. Analisis dan Interpretasi DataAnalisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi

karena akan dipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi serta tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit. Kegiatan ini menghasilkan ukuran-ukuran epidemiologi seperti rate, proporsi, rasio dan lain-lain untuk mengetahui situasi, estimasi dan prediksi penyakit. Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis dengan membandingkan data bulanan atau tahun-tahun sebelumnya sehingga diketahui ada peningkatan atau penurunan dan mencari hubungan faktor keterkaitan suatu penyakit.

d. Investigasi Penyakit berpotensi KLB atau Studi EpidemiologiSetelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka

terlebih dahulu dilakukan investigasi/penyelidikan epidemiologi penyakit. Dengan investigator membawa ceklis/format pengisian tentang masalah

Page 8: Aplikasi Surveilans Penyakit Menular

kesehatan yang terjadi dalam hal ini adalah penyakit dan bahan untuk pengambilan sampel di laboratorium. Setelah melakukan investigasi penyelidikan kemudian disimpulkan bahwa benar-benar telah terjadi KLB yang perlu mengambil tindakan atau sebaliknya.

e. Penyebarluasan InformasiPenyebarluasan informasi dapat dilakukan ke tingkat atas maupun ke

bawah. Dalam rangka kerja sama lintas sektoral instansi-instansi lain yang terkait dan masyarakat juga menjadi sasaran kegiatan ini. Untuk diperlukan informasi yang informatif agar mudah dipahami terutama bagi instansi diluar bidang kesehatan.

Data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan surveilans epidemiologi penyakit campak disampaikan kepada pihak-pihak yang dapat melakukan tindakan penanggulangan penyakit atau upaya peningkatan program kesehatan, pusat-pusat penelitian dan pusat-pusat kajian serta pertukaran data dalam jejaring surveilans epidemiologi agar diketahui terjadinya peningkatan atau penurunan kasus penyakit.

Penyebarluasan informasi yang baik harus dapat memberikan informasi yang mudah dimengerti dan dimanfaatkan dalam menentukan arah kebijakan kegiatan, upaya pengendalian serta evaluasi program yang dilakukan. Cara penyebarluasan informasi yang dilakukan yaitu membuat suatu laporan hasil kajian yang disampaikan kepada atasan, membuat laporan kajian untuk seminar dan pertemuan, membuat suatu tulisan di majalah rutin, memanfaatkan media internet yang setiap saat dapat di akses dengan mudah.

f. Tindakan Penanggulangan atau Rekomendasi Tindak LanjutBerdasarkan hasil investigasi/penyelidikan epidemiologi tersebut maka

segera dilakukan tindakan penanggulangan dalam bentuk yaitu: 1) Pengobatan segera pada penderita yang sakit2) Melakukan rujukan penderita yang tergolong berat3) Melakukan penyuluhan mengenai penyakit kepada masyarakat

untuk meningkatkan kesadaran agar tidak tertular penyakit atau menghindari penyakit tersebut

4) Melakukan gerakan kebersihan lingkungan untuk memutuskan rantai penularan.

g. EvaluasiSetiap program surveilans sebaiknya dinilai secara periodik untuk

mengevaluasi manfaatnya. Sistem dapat berguna apabila secara memuaskan memenuhi paling tidak salah satu dari pernyataan berikut:

1) Apakah kegiatan surveilans dapat mendeteksi kecenderungan yang mengidentifikasi perubahan dalam kejadian kasus penyakit

2) Apakah program surveilans dapat mendeteksi epidemik kejadian penyakit di wilayah tersebut

3) Apakah kegiatan surveilans dapat memberikan informasi tentang besarnya morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan kejadian penyakit di wilayah tersebut

4) Apakah program surveilans dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian penyakit

5) Apakah program surveilans tersebut dapat menilai efek tindakan pengendalian.

Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan, penanggulangan khusus serta program

Page 9: Aplikasi Surveilans Penyakit Menular

pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.

h. Umpan balik (Follow Up)Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan

saat menerima laporan setelah diolah dan dianalisa melakukan umpan balik kepada unit kesehatan yang melakukan laporan dengan tujuan agar yang mengirim laporan mengetahui bahwa laporannya telah diterima dan sekaligus mengoreksi dan memberi petunjuk tentang laporan yang diterima. Kemudian mengadakan umpan balik laporan berikutnya akan tepat waktu dan benar pengisiannya. Cara pemberian umpan balik dapat melalui surat umpan balik, penjelasan pada saat pertemuan serta pada saat melakukan pembinaan/suvervisi.

8. Langkah-langkah Pengembangan Surveilans Epidemiologi

Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaannya, namun secara garis besarnya langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh adalah dengan melakukan persiapan internal dan persiapan eksternal. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Persiapan InternalHal-hal yang perlu disiapkan meliputi seluruh sumber daya

termasuk petugas kesehatan, pedoman/petunjuk teknis, sarana dan prasarana pendukung dan biaya pelaksanaan.a. Petugas Surveilans

Untuk kelancaran kegiatan surveilans di desa siaga sangat dibutuhkan tenaga kesehatan yang mengerti dan memahami kegiatan surveilans. Petugas seyogyanya disiapkan dari tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Puskesmas sampai di tingkat Desa/Kelurahan. Untuk menyamakan persepsi dan tingkat pemahaman tentang surveilans sangat diperlukan pelatihan surveilans bagi petugas. Untuk keperluan respon cepat terhadap kemungkinan ancaman adanya KLB, di setiap unit pelaksana (Puskesmas, Kabupaten dan Propinsi) perlu dibentuk Tim Gerak Cepat (TGC) KLB. Tim ini bertanggung jawab merespon secara cepat dan tepat terhadap adanya ancaman KLB yang dilaporkan oleh masyarakat.

b. Pedoman/Petunjuk TeknisSebagai panduan kegiatan maka petugas kesehatan sangat perlu dibekali buku-buku pedoman atau petunjuk teknis surveilans.

c. Sarana dan PrasaranaDukungan sarana dan prasarana sangat diperlukan untuk kegiatan surveilans seperti: kendaraan bermotor, alat pelindung diri (APD), surveilans KIT, dll.

d. BiayaHal ini sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan surveilans. Biaya diperlukan untuk bantuan transport petugas ke lapangan, pengadaan alat tulis untuk keperluan pengolahan dan analisa data, serta jika dianggap perlu untuk insentif bagi kader surveilans.

Page 10: Aplikasi Surveilans Penyakit Menular

2. Persiapan EksternalTujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan masyarakat,

terutama tokoh masyarakat, agar mereka tahu, mau dan mampu mendukung pengembangan kegiatan surveilans berbasis masyarakat. Pendekatan kepada para tokoh masyarakat diharapkan agar mereka memahami dan mendukung dalam pembentukan opini publik untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan surveilans di desa siaga. Dukungan yang diharapkan dapat berupa moril, finansial dan material, seperti kesepakatan dan persetujuan masyarakat untuk kegiatan surveilans.

Langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar mereka mau memberikan dukungan. Jika di desa tersebut terdapat kelompok-kelompok sosial seperti karang taruna, pramuka dan LSM dapat diajak untuk menjadi kader bagi kegiatan surveilans di desa tersebut.

3. Survei Mawas Diri atau Telaah Mawas DiriSurvei mawas diri (SMD) bertujuan agar masyarakat dengan

bimbingan petugas mampu mengidentifikasi penyakit dan masalah kesehatan yang menjadi problem di desanya. SMD ini harus dilakukan oleh masyarakat setempat dengan bimbingan petugas kesehatan. Melalui SMD ini diharapkan masyarakat sadar akan adanya masalah kesehatan dan ancaman penyakit yang dihadapi di desanya, dan dapat membangkitkan niat dan tekad untuk mencari solusinya berdasarkan kesepakatan dan potensi yang dimiliki. Informasi tentang situasi penyakit/ancaman penyakit dan permasalah kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD merupakan informasi untuk memilih jenis surveilans penyakit dan faktor risiko yang diselenggarakan di desa tersebut.

4. Pembentukan Kelompok Kerja Surveilans Tingkat Desa.Kelompok kerja surveilans desa bertugas melaksanakan

pengamatan dan pemantauan setiap saat secara terus menerus terhadap situasi penyakit di masyarakat dan kemungkinan adanya ancaman KLB penyakit, untuk kemudian melaporkannya kepada petugas kesehatan di Poskesdes. Anggota Tim Surveilans Desa dapat berasal dari kader Posyandu, Juru pemantau jentik (Jumantik) desa, Karang Taruna, Pramuka, Kelompok pengajian, Kelompok peminat kesenian, dan lain-lain. Kelompok ini dapat dibentuk melalui Musyawarah Masyarakat Desa.

5. Membuat Perencanaan Kegiatan SurveilansSetelah kelompok kerja Surveilans terbentuk, maka tahap

selanjutnya adalah membuat perencanaan kegiatan, meliputi :a. Rencana Pelatihan Kelompok Kerja Surveilans oleh petugas

kesehatanb. Penentuan jenis surveilans penyakit dan faktor risiko yang dipantauc. Lokasi pengamatan dan pemantauand. Frekuensi Pemantauane. Pembagian tugas/penetapan penanggung jawab lokasi pemamtauanf. Waktu pemantauang. Rencana Sosialisasi kepada warga masyarakath. Dll.

Page 11: Aplikasi Surveilans Penyakit Menular

9. Tahap Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi

a. Pelaksanaan Surveilans di Tingkat Desa

1) Pelaksanaan Surveilans oleh Kelompok Kerja Sureveilans DesaSurveilans penyakit di tingkat desa dilaksanakan oleh kelompok

kerja surveilans tingkat desa, dengan melakukan kegiatan pengamatan dan pemantauan situasi penyakit/kesehatan masyarakat desa dan kemungkinan ancaman terjadinya KLB secara terus menerus. Pemantauan tidak hanya sebatas penyakit tetapi juga dilakukan terhadap faktor resiko munculnya suatu penyakit. Pengamatan dan pemantauan suatu penyakit di suatu desa mungkin berbeda jenisnya dengan pemantauan dan pengamatan di desa lain. Hal ini sangat tergantung dari kondisi penyakit yang sering terjadi dan menjadi ancaman di masing-masing desa. Hasil pengamatan dan pemantauan dilaporkan secara berkala sesuai kesepakatan (per minggu/ per bulan/ bahkan setiap saat) ke petugas kesehatan di Poskesdes. Informasi yang disampaikan berupa informasi.

a) Nama Penderitab) Penyakit yang dialami/gejalac) Alamat tinggald) Umure) Jenis Kelaminf) Kondisi lingkungan tempat tinggal penderita, dll.

2) Pelaksanaan Surveilans oleh Petugas Surveilans PoskesdesKegiatan surveilans di tingkat desa tidak lepas dari peran aktif

petugas-petugas kesehatan/surveilans Poskesdes. Kegiatan surveilans yang dilakukan oleh petugas kesehatan di Poskesdes adalah:

a) Melakukan pengumpulan data penyakit dari hasil kunjungan pasien dan dari laporan warga masyarakat.

b) Membuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dengan menggunakan data laporan tersebut diatas dalam bentuk data mingguan. Melalui PWS akan terlihat kecenderungan peningkatan suatu penyakit. PWS dibuat untuk jenis penyakit Potensial KLB seperti DBD, Campak, Diare, Malaria, dll serta jenis penyakit lain yang sering terjadi di masyarakat desa setempat. PWS merupakan bagian dari sistem kewaspadaan dini KLB yang dilaksanakan oleh Poskesdes. Sebaiknya laporan masyarakat tidak dimasukkan dalam data W2, karena dapat membingungkan saat analisis. Laporan masyarakat dapat dilakukan analisis terpisah. Setiap desa/kelurahan memiliki beberapa penyakit potensial KLB yang perlu diwaspadai dan dideteksi dini apabila terjadi. Sikap waspada terhadap penyakit potensial KLB ini juga diikuti dengan sikap siaga tim profesional, logistik dan tatacara penanggulangannya, termasuk sarana administrasi, transportasi dan komunikasi. Contoh PWS Penyakit Diare dari data mingguan.

c) Menyampaikan laporan data penyakit secara berkala ke Puskesmas (mingguan/bulanan).

d) Membuat peta penyebaran penyakit. Melalui peta ini akan diketahui lokasi penyebaran suatu penyakit yang dapat menjadi fokus area intervensi.

e) Memberikan informasi/rekomendasi secara berkala kepada kepala desa tentang situasi penyakit/kesehatan warga desa atau pada saat

Page 12: Aplikasi Surveilans Penyakit Menular

pertemuan musyawarah masyarakat desa untuk mendapatkan solusi permasalah terhadap upaya-upaya pencegahan penyakit.

f) Memberikan respon cepat terhadap adanya KLB atau ancaman akan terjadinya KLB. Respon cepat berupa penyelidikan epidemiologi/investigasi bersama-sama dengan Tim Gerak Cepat Puskesmas.

g) Bersama masyarakat secara berkala dan terjadwal melakukan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit.

b. Pelaksanaan Surveilans di Tingkat PuskesmasKegiatan surveilans di tingkat Puskesmas dilaksanakan oleh petugas

surveilans puskesmas dengan serangkaian kegiatan berupa pengumpulan data, pengolahan, analisis dan interpretasi data penyakit, yang dikumpulkan dari setiap desa siaga. Petugas surveilans puskesmas diharuskan:

1) Membangun sistem kewaspadaan dini penyakit, diantaranya melakukan Pemantauan Wilayah Setempat dengan menggunakan data W2 (laporan mingguan). Melalui PWS ini diharapkan akan terlihat bagaimana perkembangan kasus penyakit setiap saat.

2) Membuat peta daerah rawan penyakit. Melalui peta ini akan terlihat daerah-daerah yang mempunyai risiko terhadap muncul dan berkembangnya suatu penyakit. Sehingga secara tajam intervensi program diarahkan ke lokasi-lokasi berisiko.

3) Membangun kerjasama dengan program dan sektor terkait untuk memecahkan permasalah penyakit di wilayahnya.

4) Bersama Tim Gerak Cepat (TGC) KLB Puskesmas, melakukan respon cepat jika terdapat laporan adanya KLB/ancaman KLB penyakit di wilayahnya.

5) Melakukan pembinaan/asistensi teknis kegiatan surveilans secara berkala kepada petugas di Poskesdes.

6) Melaporkan kegiatan surveilans ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secara berkala (mingguan/bulanan/tahunan).

Page 13: Aplikasi Surveilans Penyakit Menular

DAFTAR PUSTAKA

Enjtang, I. (2000). Ilmu Kesehatan Lingkungan. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.

Purnawan, J (1993). Pengantar Analisis Data, Edisi Pertama. Depok:

Beaglehole, R., Bonita, R., Kjellstrom, T. (1997). Dasar-dasar Epoidemiologi. (diterjemahkan oleh: Heru, A.S.). Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.

Noor, N.N. (2006). Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Departemen Kesehatan RI. (2001). Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Epidemiologi Kesehatan dan Angka Kredit. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: 395/Menkes-Kesos/SKB/V/-2001 Nomor 19 Tahun 2001.

Departemen Kesehatan RI. (2000). Jabatan Fungsional Epidemiologi Kesehatan dan Angka Kredit. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 17/KEP/M.PAN/II/-2000.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2003). Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu. Keputusan Menetri Kesehatan Republik Indonesai Nomor: 1479/MENKES/SK/X/2003.

Page 14: Aplikasi Surveilans Penyakit Menular

SOAL

1. Palsmodium falciparum sebagai agen infeksi yang menyebabkan malaria adalah …a. Jamur d. Virusb. Protozoa e. Prionc. Bakteri

2. Dalam triad penjamu-agen-lingkungan, faktor yang terdapat pada penjamu yang berhubungan dengan risiko transmisi penyakit infeksi adalah …a. Suhu udara d. Asupan gizib. Kelembaban e. Status Imunitasc. Curah hujan

3. Seorang dokter bertugas di daerah endemis malaria. Dalam epidemiologi penyakit infeksi, triad epidemiologi, yakni host-agent-environment, digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi penyakit. Ketika membandingkan risiko transmisi malaria suatu desa relatif dibandingkan desa lainnya, dokter tersebut menemukan bahwa Annual Parasite Incidence (API) malaria lebih tinggi pada desa-desa dengan irigasi tadah hujan daripada irigasi teknis. Penjelasan dokter tersebut, irigasi teknis memungkinkan pergantian air sawah dengan teratur, dengan demikian mengurangi kemungkinan terjadinya breeding place nyamuk Anopheles. Irigasi teknis merupakan contoh faktor yang mempengaruhi transimisi penyakit dalam kategori berikut:a. Host d. Vektorb. Agent e. Carrierc. Environment

4. Seorang dokter bertugas di Sub-Dinas Pengendalian Penyakit di sebuah Dinas Kesehatan Kota. Dokter tersebut bertanggungjawab untuk melakukan surveilans penyakit infeksi. Dalam epidemiologi penyakit infeksi dibedakan dinamika infeksi (dynamics of infectiousness) dan dinamika penyakit (dynamics of disease). Masa laten dibedakan dengan masa inkubasi. Interval waktu sejak individu terinfeksi hingga dimulainya masa infeksi disebut …a. Masa Inkubasi d. Masa Infeksib. Masa Laten e. Masa Non-infeksic. Durasi Penyakit

5. Seorang pasien laki-laki berusia 30 tahun datang di Puskesmas dengan hipertonia akut dan nyeri kontraksi otot rahang dan leher. Selain itu pasien mengalami spasme otot secara umum di sekujur tubuh. Tidak terdapat riwayat penggunaan obat. Tetapi diperoleh informasi, pasien tersebut bekerja sebagai sais delman. Baru-baru ini sais tersebut jatuh dan mengalami luka pada kaki. Karena tidak mengenakan alas kaki, luka tersebut terpapar tanah dan kotoran kuda. Dokter mendiagnosis pasien tersebut mengalami tetanus. Dalam terminologi epidemiologi penyakit infeksi, tetanus diklasikasikan sebagai …a. Infectious Diseaseb. Communicable Diseasec. Transmissible Diseased. Contagious Diseasee. Non-infectious Disease

6. Seorang dokter baru bertugas sebulan di sebuah puskesmas tetapi langsung menghadapi sebuah masalah kesehatan masyarakat. Di suatu dukuh terjadi outbreak cacar air, kebanyakan mengenai anak. Dokter itu mendapat sebuah pertanyaan penting dari seorang guru Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai berikut: Pada suatu peristiwa outbreak, apakah beralasan untuk memulangkan

Page 15: Aplikasi Surveilans Penyakit Menular

murid dengan tanda dan gejala klinis cacar air dari sekolah? Bagaimanakah jawaban yang benar? a. Perlu dipulangkan, karena anak tersebut akan menularkan cacar air ke murid-

murid lainnya.b. Perlu dipulangkan, karena masa infeksi masih berlangsung ketika timbul

tanda dan gejala klinis penyakit cacar air.c. Perlu dipulangkan, karena masa laten cacar air lebih panjang daripada masa

inkubasi.d. Tidak perlu dipulangkan karena masa inkubasi cacar air lebih pendek

daripada masa laten.e. Tidak perlu dipulangkan karena masa non-infeksi sudah dimulai

sebelum timnbul tanda dan gejala klinis penyakit cacar air.7. Yang bukan termasuk ke dalam ruang lingkup surveilans epidemiologi adalah …

a. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menularb. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menularc. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matrad. Surveilans Epidemiologi Sifat Kemanusiaane. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan

8. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular. Ruang lingkup dari penyakitnya seperti …a. Diabetes Mellitus d. Gangguan Mentalb. Neoplasma e. Usus Buntuc. Malaria

9. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor resiko untuk mendukung program-progam kesehtan tertentu. Ruang lingkup yang ditanggani antara lain, kecuali …a. Gizi lebih d. Makananb. KIA e. Gangguan Mentalc. Penggunaan sediaan farmasi,

obat,alkes.10. Saat sekarang ini telah banyak ditemukan kasus penyalahgunaan narkoba. Tidak

hanya pada kalangan remaja tetapi juga para kalangan orang dewasa. Hal ini yang menyebabkan kemuduran generasi penerus Bangsa. Jika hal tersebut terus berlanjut dan tidak ada tindak lanjut maka dapat membahayakan semua individu karena narkoba tidak hanya merugikan penggunannya tetapi juga orang-orang disekitar para penggunanya. Dari kasus tersebut ruang lingkup surveilans epidemiologi yang dapat diterapkan adalah …

a. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menularb. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatanc. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matrad. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilakue. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular