perbedaan rerata nilai volume ekspirasi paksa detik ...eprints.ums.ac.id/58205/25/naskah...

13
PERBEDAAN RERATA NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) TERHADAP KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAHRAGA MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HALAMAN JUDUL Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Oleh : ERRA IRHAMNI J500140050 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Upload: others

Post on 02-Nov-2020

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBEDAAN RERATA NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK ...eprints.ums.ac.id/58205/25/Naskah Publikasi-85.pdf · perbedaan rerata nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (vep1) terhadap

PERBEDAAN RERATA NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA

(VEP1) TERHADAP KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAHRAGA MAHASISWA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HALAMAN JUDUL

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Oleh :

ERRA IRHAMNI

J500140050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: PERBEDAAN RERATA NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK ...eprints.ums.ac.id/58205/25/Naskah Publikasi-85.pdf · perbedaan rerata nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (vep1) terhadap

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PERBEDAAN RERATA NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA

(VEP1) TERHADAP KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAHRAGA MAHASISWA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

oleh :

ERRA IRHAMNI

J500140050

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Dosen Pembimbing

dr. Sri Wahyu Basuki, M.Kes

NIK: 1093

Page 3: PERBEDAAN RERATA NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK ...eprints.ums.ac.id/58205/25/Naskah Publikasi-85.pdf · perbedaan rerata nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (vep1) terhadap

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PERBEDAAN RERATA NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA

(VEP1) TERHADAP KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAHRAGA MAHASISWA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

OLEH :

ERRA IRHAMNI

J500140050

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari………………………….2018

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji :

1. dr. Budi Hernawan, M.Sc (……………………….)

(Ketua Dewan Penguji)

2. dr. Erika Diana Risanti, M.Sc (……………………….)

(Anggota 1 Dewan Penguji)

3. dr. Sri Wahyu Basuki, M.Kes (……………………….)

(Anggota 2 Dewan Penguji)

Dekan FK UMS

Prof. Dr. dr. EM Sutrisna, M.Kes

NIK : 91

Page 4: PERBEDAAN RERATA NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK ...eprints.ums.ac.id/58205/25/Naskah Publikasi-85.pdf · perbedaan rerata nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (vep1) terhadap

iii

PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi manapun.

Sepanjang pengetahuan penulis, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain yang tertulis dalam naskah ini, kecuali disebutkan dalam daftar

pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaraan dalam pernyataan saya di atas, maka akan

saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 13 Januari 2018

Penulis

Erra Irhamni

J50014005

Page 5: PERBEDAAN RERATA NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK ...eprints.ums.ac.id/58205/25/Naskah Publikasi-85.pdf · perbedaan rerata nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (vep1) terhadap

1

PERBEDAAN RERATA NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA

(VEP1) TERHADAP KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAHRAGA

MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Abstrak

Nilai VEP1 merupakan indeks yang paling sering digunakan untuk menilai kelainan fungsi

pernapasan dengan mudah dan efektif secara klinis. Kebiasaan merokok dan olahraga termasuk

faktor yang mempengaruhi fungsi pernapasan. Kandungan asap rokok menyebabkan iritasi

saluran napas, sedangkan olahraga teratur akan meningkatkan otot-otot pernapasan. Tujuan

penelitan ini untuk mengetahui adanya perbedaan rerata nilai VEP1 terhadap kebiasaan

merokok dan olahraga mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jenis penelitian ini

adalah analitik observasional melalui pendekatan cross sectional dengan teknik purposive

sampling. Besar sampel adalah 31 atlet perokok, 31 atlet bukan perokok, 31 non atlet perokok

dan 31 non atlet bukan perokok yang memenuhi kriteria restriksi. Alat ukur yang digunakan

adalah spirometri. Analisis data menggunakan two way anova dengan software komputer.

Berdasarkan analisa data terdapat perbedaan yang signifikan rerata nilai VEP1 terhadap

kebiasaan merokok (p = 0,000) dan rerata nilai VEP1 terhadap olahraga (p=0,002). Tidak ada

interaksi antara kebiasaan olahraga dan merokok terhadap rerata nilai VEP1 (p=0,365).

Kelompok yang memiliki perbedaan paling signifikan secara statistik yaitu atlet bukan perokok

dengan non atlet perokok (p=0,000).

Kata kunci : Kebiasaan merokok, Olahraga, VEP1

Abstract

Value of FEV1 is the most commonly used index to examine respiratory dysfunctions, as it is

easy and effective clinically. Smoking habits and exercise include factors that affect respiratory

functions. Substances of cigarrete smoke can cause irritation of respiratory tract, while regular

exercise can increases respiratory muscles. The purpose of this research is to understand

difference mean value of FEV1 to smoking habits and exercise in students of Muhammadiyah

Surakarta University. The study design was an observational analytical study with a cross-

sectional approach and purposive sampling technique. The sample size consists of 31 smoker

athletes, 31 non-smoker athletes, 31 smoker non-athletes and 31 non-smoker non-athletes; all

of whom qualified restriction criteria. Measurement performed using spirometry. Data analysis

was performed by two way anova using a computer software. Based on data analysis, there

were significant difference mean value of FEV1 to smoking habits (p=0.000) and mean value

of FEV1 to excercise (p=0.002). There were no interaction between smoking habits and

excercise to mean value of FEV1 (p=0.365). The most statistically significant difference are

non-smoker athlete and smoker non-athlete (p=0.000).

Keywords: Smoking habits, Exercise, FEV1

1. PENDAHULUAN

Uji faal paru dapat memberikan gambaran fungsi pernapasan secara keseluruhan.

Pemeriksaan faal paru dilakukan dengan menggunakan alat spirometri. Hal ini dapat dilihat

dari beberapa komponen seperti VEP1 atau volume ekspirasi paksa detik pertama (Patriana,

et al., 2014). Nilai VEP1 merupakan indeks yang paling sering digunakan untuk menilai

Page 6: PERBEDAAN RERATA NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK ...eprints.ums.ac.id/58205/25/Naskah Publikasi-85.pdf · perbedaan rerata nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (vep1) terhadap

2

obstruksi jalan napas, bronkokonstriksi dan bronkodilatasi. Pengukuran VEP1 penting untuk

mendeteksi perubahan paru dengan mudah dan efektif secara klinis (Astell-Burt, et al.,

2013). Nilai normal VEP1 rata-rata 3,2 L (Molenaar, et al., 2014).

Penurunan nilai VEP1 berhubungan erat dengan gangguan obstruksi paru (Sherwood,

2014). Pola obstruksi pada penyakit paru mencakup gangguan konduksi jalan napas yang

disebabkan oleh inflamasi seperti PPOK (Kumar, et al., 2015). Penyakit Paru Obstruktif

Kronis (PPOK) merupakan penyebab kematian keempat tertinggi di dunia dan diperkirakan

menjadi penyebab kematian ke-3 di dunia pada tahun 2020, peningkatan angka kematian

tersebut disebabkan meluasnya kebiasaan merokok (GOLD, 2016). Prevalensi kejadian

PPOK di Indonesia sebanyak 3,7% (Balitbang Kemenkes RI, 2013). Prevalensi PPOK

meningkat di Provinsi Jawa Tengah dengan angka kejadian pada tahun 2014 rata-rata

sebesar 2,14% menjadi 2,27% pada tahun 2015. Prevalensi di wilayah Surakarta juga

meningkat dengan jumlah penderita PPOK pada tahun 2014 sebanyak 52 kasus dan pada

tahun 2015 menjadi 204 kasus (Dinkes Jateng, 2015).

Penyebab penurunan nilai VEP1 sebagian besar karena kelainan paru obstruktif,

restriktif maupun kombinasi (Harahap & Aryastuti, 2012). Salah satu faktor yang

menyebabkan penyakit paru obstruktif maupun restriktif sehingga menurunkan nilai VEP1

adalah kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko utama terjadinya

penyakit paru obstruksi kronis (PPOK). Bahan kimia yang terkandung dalam rokok

menyebabkan inflamasi pada saluran pernapasan (Alexis, et al., 2016). Fungsi pernapasan

juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti aktivitas fisik, usia, jenis kelamin, tinggi dan

berat badan serta ras. Olahraga menyebabkan daya tahan dan kekuatan otot pernapasan

meningkat sehingga kemampuan paru-paru mengembang bertambah. Olahraga juga

meningkatkan kemampuan otot pernapasan untuk mengatasi resistensi aliran udara

pernapasan sehingga terjadi peningkatan nilai VEP1, tetapi apabila seseorang jarang

melakukan olahraga akan terjadi penurunan fungsi pernapasan dengan bertambahnya usia

seseorang (Guyton & Hall, 2014).

Penelitian Chaabane et al. (2016) melaporkan bahwa VEP1 secara signifikan menurun

pada kelompok atlet perokok dibandingkan atlet bukan perokok (𝑝 = 0,001). Penelitian lain

yang dilakukan oleh Vedala et al. (2013) mengenai perbedaan uji fungsi paru antara atlet

dan populasi sedentary juga menunjukan perbedaan nilai VEP1 yang bermakna antara atlet

dan non-atlet (𝑝 < 0,01).

Page 7: PERBEDAAN RERATA NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK ...eprints.ums.ac.id/58205/25/Naskah Publikasi-85.pdf · perbedaan rerata nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (vep1) terhadap

3

Beberapa penelitian mengatakan bahwa faal paru pada perokok akan mengalami

penurunan oleh adanya zat oksidan yang masuk ke saluran pernapasan dengan cara

partikulat dalam asap rokok, kemudian mengendap di lapisan mukus yang melapisi mukosa

bronkus, sehingga menghambat aktivitas silia yang berakibat iritasi jalan napas, hal ini akan

menyebabkan paralisis silia, bronkospasme, hiperplasia, dan hipertropi kelenjar mukosa

maupun goblet. Semua ini akan menimbulkan penebalan dinding jalan napas, sekresi lendir

meningkat disertai bronkospasme sehingga menyebabkan terjadinya sumbatan mukus yang

menyumbat jalan napas. Apabila lendir dalam saluran napas ini tidak dikeluarkan secara

efektif oleh mukosiliar, maka lendir tersebut merupakan media tempat berkumpulnya kuman

yang memudahkan infeksi bakterial, pada proses selanjutnya terjadi erosi epitel serta

pembentukan jaringan parut, kemudian terjadi juga metaplasia skuamosa dan penebalan

lapisan skuamosa. Hal ini akan menimbulkan stenosis dan obstruksi saluran napas yang

bersifat irreversible (Susanti, 2015).

Faal paru dan olahraga mempunyai hubungan timbal balik, gangguan faal paru dapat

mempengaruhi kemampuan olahraga dan sebaliknya olahraga juga dapat meningkatkan faal

paru. (Hutapea & Angladi, 2013). Olahraga yang dilakukan secara rutin dapat menyebabkan

fungsi kerja paru meningkat karena terjadi peningkatan penggunaan oksigen dalam darah.

Olahraga yang rutin dan teratur dapat meningkatkan kekuatan otot terutama otot

pernapasaan yang menghasilkan intensitas yang cukup pada saat inspirasi sehingga terjadi

peningkatan pada fungsi otot pernapasan (Dumat, et al., 2016). Peningkatan otot pernapasan

mengakibatkan terjadinya peningakatan elastisitas paru sehingga volume udara paru

meningkat (Anggriawan, 2015).

2. METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik observasional dengan

rancangan cross sectional, yaitu peneliti melakukan pengukuran secara langsung dan

mempelajari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian ini dilaksanakan

bulan November hingga Desember 2017. Lokasi penelitian berada di Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sampel penelitian atlet perokok dan bukan perokok

dari Unit Kegiatan Mahasiswa bidang olahraga di Universitas Muhammadiyah Surakarta,

sedangkan sampel non atlet perokok dan bukan perokok dari beberapa fakultas di

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling,

yakni pengambilan sampel dengan dasar pertimbangan tertentu sesuai dengan kriteria yang

Page 8: PERBEDAAN RERATA NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK ...eprints.ums.ac.id/58205/25/Naskah Publikasi-85.pdf · perbedaan rerata nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (vep1) terhadap

4

telah ditetapkan sebelumnya. Besar sampel penelitian yang memenuhi kriteria restriksi

sebanyak 124 orang yang dibagi menjadi empat kelompok yaitu atlet perokok, atlet bukan

perokok, non atlet perokok, dan non atlet bukan perokok. Analisis data penelitian ini

menggunakan uji two way anova dengan software komputer, dengan syarat distribusi data

normal (p>0,05).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Surakarta. Sampel yang diambil adalah mahasiswa atlet yang telah mengikuti Unit

Kegiatan Mahasiswa bidang olahraga minimal 2 bulan dan non atlet, selain itu sampel

juga merupakan perokok aktif setidaknya telah merokok 100 batang selama hidupnya

dan bukan perokok. Berdasarkan data yang diperoleh, berikut karakteristik subjek

penelitian :

Tabel 1. Sebaran Responden Penelitian

Responden Frekuensi Presentase (%)

Atlet perokok 31 25 %

Atlet bukan perokok 31 25 %

Non atlet perokok 31 25 %

Non atlet bukan perokok 31 25 %

Total 124 100%

Sumber : Data Penelitian Diolah, 2017

Berdasarkan tabel 1 didapatkan besar sampel dari setiap kelompok adalah 31

responden. Total sampel keempat kelompok adalah 124 responden. Besar sampel

tersebut telah memenuhi syarat minimal uji hipotesis analisis varians (ANOVA) dengan

memperhatikan effect size, sehingga besar sampel tersebut telah mewakili setiap

populasi untuk dilakukan penelitian (Dahlan, 2015).

Tabel 2. Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan Usia, Tinggi Badan, dan IMT

Karakteristik

Atlet

perokok

Atlet bukan

perokok

Non atlet

perokok

Non atlet bukan

perokok

Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

Usia

20-22 29 93,5 31 100 24 77,4 27 87,1

23-24 2 6,5 0 0 7 22,6 4 12,9

Tinggi Badan

150-159 0 0 1 3,2 0 0 2 6,5

160-169 10 32,3 12 38,7 15 48,4 15 48,4

170-179 19 61,3 16 51,6 16 51,6 14 45,2

180-189 2 6,5 2 6,5 0 0 0 0

IMT

< 18,5 3 6,5 3 9,7 3 9,7 2 6,5

18,5-25 29 93,5 28 90,3 28 90,3 29 93,5

Sumber : Data Penelitian Diolah, 2017

Page 9: PERBEDAAN RERATA NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK ...eprints.ums.ac.id/58205/25/Naskah Publikasi-85.pdf · perbedaan rerata nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (vep1) terhadap

5

Tabel 2 menunjukkan distribusi subjek penelitian berdasarkan usia, tinggi badan

dan IMT. Frekuensi usia terbanyak pada keempat kelompok yaitu 20-22 tahun.

Frekuensi terbanyak pada kelompok atlet perokok, atlet bukan perokok dan non atlet

perokok dengan tinggi 170 – 179 cm, sedangkan frekuensi terbanyak pada kelompok

non atlet bukan perokok dengan tinggi 160 – 169 cm. Tinggi minimal kelompok atlet

perokok dan non atlet perokok yaitu 160-169 cm, sedangkan kelompok atlet bukan

perokok dan non atlet bukan perokok pada rentang 150-159 cm. Tinggi maksimal

kelompok atlet perokok dan atlet bukan perokok yaitu 180-189 cm, sedangakan

kelompok non atlet perokok dan non atlet bukan perokok pada rentang 170-179 cm.

Frekuensi IMT terbanyak pada keempat kelompok yaitu 18,5 – 25 kg/m2.

Tabel 3. Karakteristik Subjek Penelitian terhadap Rerata Nilai VEP1

Karakteristik n Rata-rata±SD p

Usia (tahun)

20-22 111 20,73±0,82 0,127*

23-24 13 23±0,28

IMT (kg/m2)

<18,5 11 17,5±1,02 0,232**

18,5-25 113 22,3±1,95

Sumber : Data Penelitian Diolah, 2017

Keterangan :

* Uji t tidak berpasangan; ** Uji Mann-Whitney

Berdasarkan tabel 3 tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) usia dan

IMT terhadap rerata nilai VEP1 pada subjek penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa usia

dan IMT bukan variabel perancu dalam penelitian ini.

Tabel 4. Distribusi Nilai VEP1 berdasarkan Kelompok Sampel

Kategori N Nilai Rerata VEP1 (L)

Min. Max. Mean Std. Deviasi

Atlet perokok 31 1,37 3,49 2,54 0,53

Atlet bukan perokok 31 2,04 3,79 2,90 0,47

Non atlet perokok 31 1,23 3,12 2,21 0,47

Non atlet bukan perokok 31 2,12 3,43 2,72 0,36

Sumber : Data Penelitian Diolah, 2017

Berdasararkan tabel 4 menunjukan bahwa rerata nilai VEP1 tertinggi sampai

terendah pada kelompok atlet bukan perokok (2,90±0,47), non atlet bukan perokok

(2,72±0,36), atlet perokok (2,54±0,53), dan non atlet perokok (2,21±0,47).

Tabel 5. Hasil Uji Shapiro-Wilk

Kelompok Sampel Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

Nilai

Rerata

VEP1

Atlet perokok 0,960 31 0,297

Atlet bukan perokok 0,974 31 0,628

Non atlet perokok 0,975 31 0,676

Non atlet bukan perokok 0,938 31 0,074

Sumber : Data Penelitian Diolah, 2017

Page 10: PERBEDAAN RERATA NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK ...eprints.ums.ac.id/58205/25/Naskah Publikasi-85.pdf · perbedaan rerata nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (vep1) terhadap

6

Berdasarakan tabel 5 hasil uji normalitas di atas pada keempat kelompok memiliki

distribusi data normal dengan nilai p > 0,05.

Tabel 6. Hasil Uji Levene’s Test

Levene’s test of Equality of Error Variances

Sig.

Rerata VEP1 0,133

Sumber : Data Penelitian Diolah, 2017

Berdasarkan tabel 6 hasil uji homogenitas diperoleh nilai signifikansi sebesar

0,133. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi rerata VEP1 lebih besar dari 0,05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa variansi data tersebut bersifat homogen.

Tabel 7. Hasil Analisis Uji Two Way Anova

Test of Between-Subject Effects

Sig.

Rerata Nilai VEP1

Kebiasaan merokok 0,000*

Olahraga 0,002*

Kebiasaan merokok ↔ Olahraga 0,365

Sumber : Data Penelitian Diolah, 2017

Keterangan :

* : signifikan (p < 0,05)

↔ : interaksi

Berdasarkan hasil uji two way anova tabel 7 terdapat perbedaan yang signifikan

rerata nilai VEP1 terhadap kebiasaan merokok (p = 0,000) dan rerata nilai VEP1

terhadap olahraga (p=0,002), tetapi tidak ada interaksi antara kebiasaan olahraga dan

merokok terhadap rerata nilai VEP1 (p=0,365).

Tabel 8. Hasil Uji Post Hoc Tukey

Kelompok Nilai p

Atlet perokok – atlet bukan perokok 0,014*

Atlet perokok – non atlet bukan perokok 0,439

Atlet perokok – non atlet perokok 0,026*

Atlet bukan perokok – non atlet perokok 0,000*

Atlet bukan perokok – non atlet bukan perokok 0,405

Non atlet perokok – non atlet bukan perokok 0,000*

Sumber : Data Penelitian Diolah, 2017

Keterangan

* : berbeda bermakna (p<0,05)

Berdasarkan uji post hoc Tukey pada tabel 8 terdapat perbedaan yang signifikan

rerata nilai VEP1 (p<0,05) antara non atlet perokok dengan non atlet bukan perokok

(p=0,000), atlet perokok (p=0,026) dan atlet bukan perokok (p=0,000), serta atlet

perokok dengan atlet bukan perokok (p=0,014).

Page 11: PERBEDAAN RERATA NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK ...eprints.ums.ac.id/58205/25/Naskah Publikasi-85.pdf · perbedaan rerata nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (vep1) terhadap

7

3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil uji two way anova pada tabel 8 dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata nilai VEP1 terhadap kebiasaan merokok

dengan nilai p = 0,000 (p <0,05). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nawafleh et al. (2012) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan rerata nilai VEP1 antara perokok dan bukan perokok dengan nilai p<0,05.

Kebiasaan merokok mempercepat penurunaan faal paru. Beberapa penelitian

menyatakan bahwa faal paru pada perokok akan mengalami penurunan oleh adanya zat

oksidan yang masuk ke saluran pernapasan, kemudian mengendap di lapisan mukus yang

melapisi mukosa bronkus, sehingga menghambat aktivitas silia (Saminan, 2016).

Apabila lendir dalam saluran napas ini tidak dikeluarkan secara efektif oleh mukosiliar,

maka lendir tersebut merupakan media tempat berkumpulnya kuman yang memudahkan

infeksi bakterial, pada proses selanjutnya terjadi inflamasi dan hiperaktivitas bronkus.

Hal ini akan menimbulkan penyempitan saluran napas sehingga nilai VEP1 rendah

(Susanti, 2015; Nawafleh, et al., 2012).

Hasil pada tabel 8 juga menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

antara rerata nilai VEP1 terhadap olahraga dengan nilai p = 0,002 (p<0,05). Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hutapea dan Angladi (2013)

menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata VEP1 pada

subjek yang aktif dan tidak aktif berolahraga (P = 0,00 ; < 0,05), nilai VEP1 pada

mahasiswa pria yang aktif berolahraga lebih tinggi dibandingkan yang tidak aktif

berolahraga. Olahraga yang dilakukan secara teratur akan meningkatkan daya tahan serta

kekuatan otot pernapasan, sehingga kemampuan mengembang paru-paru akan

bertambah dan peningkatan kemampuan otot pernafasan untuk mengatasi resistensi

aliran udara pernafasan. Hal ini mengakibatkan peningkatan volume udara paru

(Anggriawan, 2015; Hutapea & Angladi, 2013).

Berdasarkan pada tabel 8 tidak terdapat interaksi antara kebiasaan merokok dan

olahraga terhadap rerata nilai VEP1 (p = 0,365). Hal ini menunjukkan bahwa efek

merokok dan olahraga tidak berpengaruh secara bersama, tetapi masing-masing faktor

tersebut mempengaruhi perbedaan yang signifikan terhadap rerata nilai VEP1, sehingga

dilakukan post hoc. Hasil uji post hoc dengan Tukey menyatakan bahwa terdapat

perbedaan yang bermakna rerata nilai VEP1 antara non atlet perokok dengan non atlet

bukan perokok (p=0,000), atlet perokok (p=0,026) dan atlet bukan perokok (p=0,000),

serta atlet perokok dengan atlet bukan perokok (p = 0,014). Zat dalam asap rokok

Page 12: PERBEDAAN RERATA NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK ...eprints.ums.ac.id/58205/25/Naskah Publikasi-85.pdf · perbedaan rerata nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (vep1) terhadap

8

menyebabkan ketidaknormalan pada saluran pernapasan, sedangkan olahraga secara

rutin dapat menyebabkan peningkatan fungsi kerja paru (Sukmawati & Amin, 2016).

Hasil rerata nilai VEP1 pada empat kelompok dari tertinggi sampai terendah yaitu

atlet bukan perokok, non atlet bukan perokok, atlet perokok dan non atlet perokok. Hasil

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jenkins et al. (2014) yang dilakukan

pada empat kelompok juga untuk mengetahui pengaruh dari aktivitas fisik dan merokok.

Berdasarkan penelitian ini didapatkan kelompok non atlet bukan perokok mempunyai

VEP1 yang lebih besar dibandingkan atlet perokok, hal ini membuktikan bahwa dampak

merokok lebih besar terhadap penurunan nilai VEP1 meskipun olahraga mempunyai

pengaruh dalam meningkatkan fungsi paru (Jenkins, et al., 2014).

4. PENUTUP

Terdapat perbedaan yang signifikan rerata nilai VEP1 terhadap kebiasaan merokok

dan olahraga antara kelompok non atlet perokok dengan non atlet bukan perokok, atlet bukan

perokok, atlet perokok, dan atlet perokok dengan atlet bukan perokok.

PERSANTUNAN

Penulis ucapkan terima kasih kepada anggota Unit Kegiatan Mahasiswa bidang olahraga

dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta yang bersedia menjadi responden dan

berpartisipasi dalam penelitian ini sehingga dapat berjalan lancar. Terima kasih juga kepada dr.

Budi Hernawan, M.Sc, dr. Erika Diana Risanti, M.Sc, dr. Sri Wahyu Basuki, M.Kes yang telah

meluangkan waktunya dan memberikan kritik serta saran dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Alexis, N.E., Wells, H., Siperly, E., Goldstein, B., Henderson, A.G., Penden, D.B., 2016.

Baseline Sputum Parameters in Normals, Asthmatics, COPD, Atopics, Smokers and Ex-

Smokers. The Journal of Allergy and Clinical Immunology. 137(2):676-8.

Anggriawan, N., 2015. Peran Fisiologi Olahraga dalam Menunjang Prestasi. Jurnal Olahraga

Prestasi. 11(2):8-18.

Astell-Burt, T., Maynard, M.J., Lenquerrand, E., Whitrow, M.J., Molaodi, O.R., Harding, S.,

2013. Effect of Air Pollution and Racism on Ethnic Differences in Respiratory Health

among Adolescents Living in an Urban Environment. Journal of Health and Place.

23(100):171-8.

Balitbang Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.

Chaabane, Z., Murlasits, Z., Mahfoud, Z., Goebel, R., 2016. Tobacco Use and Its Health Effects

among Professional Athletes in Qatar. Canadian Respiratory Journal. 1-5.

Dahlan, S., 2015. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. 12th ed. Jakarta: Epidemiologi

Indonesia.

Page 13: PERBEDAAN RERATA NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK ...eprints.ums.ac.id/58205/25/Naskah Publikasi-85.pdf · perbedaan rerata nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (vep1) terhadap

9

Dumat, G.N., Engka, J.N.A., Sapulete, I.M., 2016. Pengaruh latihan fisik akut terhadap FEV1

(Forced Expiratory Volume in One Second) pada Pemain Basket Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Unsrat. Jurnal e-Biomedik. 6(2):1-6.

Guyton, A.C., Hall, J.E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 12th ed. Singapura: Elsevier.

Harahap, F., Aryastuti, E., 2012. Uji Fungsi Paru. Cermin Dunia Kedokteran. 39(4):305-7.

Hutapea, M., Angladi, E., 2013. Perbandingan FEV1 (Forced Expiratory Volume in One

Second) pada Mahasiswa yang Aktif dan yang Tidak Aktif Berolahraga. Ejournal. 1(1):1-

6.

Jenkins, B.W.C., Sarpong, D.F., Addison, C.,White, M.S., Hirckson, D.A., White, W.,

Burchfiel, C., 2014. Joint Effects of Smoking and Sedentary Lifestyle on Lung Function in

African Americans: The Jackson Heart Study Cohort. International Journal of

Environmental Research and Public Health. 11(1):1500-19.

Nawafleh, H. A., Zead, S. A. A., Al-Maghaireh, D. F., 2012. Pulmonary Function Test : The

Value among Smokers and Nonsmokers. Health Science Journal. 6(4):703-13.

Saminan, S., 2016. Efek Perilaku Merokok terhadap Saluran Pernfasan. Jurnal Kedokteran

Syiah Kuala. 26(3):1-4.

Sukmawati, A., Amin, M., 2016. Perbandingan Nilai Forced Expiratory Flow (FEF)25-75%

pada Perokok dan Bukan Perokok. Jurnal Respirologi Indonesia. 36(3):167-74.

Susanti, P.F.E., 2015. Influence of Smoking on Chronic Obstructive Pulmonary Disease

(COPD). Journal Majority. 6(5):67-75.

Vedala, S., Paul, N., Mane, A.B., 2013. Differences in Pulmonary Function Test among the

Athletic and Sedentary Population. National Journal of Physiology, Pharmacy and

Pharmacology. 3(2):118-23.