perbandingan nilai rerata pengukuran mandibula …

21
PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA MELALUI RADIOGRAF PANORAMIK PADA RENTANG USIA 14-35 TAHUN DAN 50-70 TAHUN Devia Tasya Rachmadiani 1* , Hanna H. Bachtiar-Iskandar 2 , Benindra Nehemia Makes 2 1. Undergraduate Program, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jl. Salemba Raya No. 4, Jakarta, 10430, Indonesia 2. Radiology Department, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jl. Salemba Raya No. 4, Jakarta, 10430, Indonesia *E-mail: [email protected] Abstrak Latar Belakang: Tulang mandibula merupakan tulang terkuat pada tengkorak yang mengalami perubahan sesuai usia. Pengukuran mandibula banyak dijadikan parameter terkait tumbuh kembang yang bermanfaat untuk berbagai bidang ilmu kedokteran gigi termasuk ortodonsi dan forensik. Tujuan: Mengetahui nilai pengukuran parameter mandibula pada radiograf panoramik sebagai data dasar untuk estimasi usia rentang 14-35 tahun dan 50-70 tahun. Metode: Pengukuran parameter mandibula pada 200 sampel radiograf panoramik digital usia 14-35 tahun dan 50-70 tahun. Hasil: Pengukuran parameter mandibula terhadap usia tidak berbeda bermakna secara statistik, namun cenderung mengalami peningkatan atau penurunan sesuai perubahan usia. Kesimpulan: Pengukuran parameter mandibula pada radiograf panoramik usia 14-35 tahun dan 50-70 belum dapat digunakan sebagai data dasar untuk estimasi usia. Kata kunci: estimasi usia, mandibula, radiograf panoramik The Average Value of Mandible’s Measurements in Panoramic Radiograph: A Comparison of 14-35 and 50-70 Years Old Abstract Background: Mandible is the strongest bone in skull and experience change with age. Mandibular parameters measurements are often used in relation with growth and development that are useful in dentistry including in orthodontics and forensic dentistry. Objective: To obtain the mandibular parameters value through panoramic radiograph as basic data in age estimation of 14-35 and 50-70 years old subjects. Method: Measurement of mandibular parameters on digital panoramic radiograph of 200 subjects at age 14-35 years and 50-70 years old. Results: The measurement of mandibular parameters are not statistically significant but tend to change according to age. Conclusion: Measurement of mandibular parameters in panoramic radiograph cannot be used as basic data for age estimation in 14-35 years old and 50-70 years old. Keywords: Age estimation, mandible, panoramic radiograph Pendahuluan Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016

Upload: others

Post on 30-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA …

PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA MELALUI RADIOGRAF PANORAMIK PADA RENTANG USIA 14-35

TAHUN DAN 50-70 TAHUN

Devia Tasya Rachmadiani1*, Hanna H. Bachtiar-Iskandar2, Benindra Nehemia Makes2

1. Undergraduate Program, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jl. Salemba Raya No. 4, Jakarta, 10430, Indonesia

2. Radiology Department, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jl. Salemba Raya No. 4, Jakarta, 10430, Indonesia

*E-mail: [email protected]

Abstrak

Latar Belakang: Tulang mandibula merupakan tulang terkuat pada tengkorak yang mengalami perubahan sesuai usia. Pengukuran mandibula banyak dijadikan parameter terkait tumbuh kembang yang bermanfaat untuk berbagai bidang ilmu kedokteran gigi termasuk ortodonsi dan forensik. Tujuan: Mengetahui nilai pengukuran parameter mandibula pada radiograf panoramik sebagai data dasar untuk estimasi usia rentang 14-35 tahun dan 50-70 tahun. Metode: Pengukuran parameter mandibula pada 200 sampel radiograf panoramik digital usia 14-35 tahun dan 50-70 tahun. Hasil: Pengukuran parameter mandibula terhadap usia tidak berbeda bermakna secara statistik, namun cenderung mengalami peningkatan atau penurunan sesuai perubahan usia. Kesimpulan: Pengukuran parameter mandibula pada radiograf panoramik usia 14-35 tahun dan 50-70 belum dapat digunakan sebagai data dasar untuk estimasi usia. Kata kunci: estimasi usia, mandibula, radiograf panoramik

The Average Value of Mandible’s Measurements in Panoramic Radiograph: A Comparison

of 14-35 and 50-70 Years Old

Abstract

Background: Mandible is the strongest bone in skull and experience change with age. Mandibular parameters measurements are often used in relation with growth and development that are useful in dentistry including in orthodontics and forensic dentistry. Objective: To obtain the mandibular parameters value through panoramic radiograph as basic data in age estimation of 14-35 and 50-70 years old subjects. Method: Measurement of mandibular parameters on digital panoramic radiograph of 200 subjects at age 14-35 years and 50-70 years old. Results: The measurement of mandibular parameters are not statistically significant but tend to change according to age. Conclusion: Measurement of mandibular parameters in panoramic radiograph cannot be used as basic data for age estimation in 14-35 years old and 50-70 years old. Keywords: Age estimation, mandible, panoramic radiograph

Pendahuluan

Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016

Page 2: PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA …

Radiografi dapat memberikan gambaran tulang yang tidak terlihat secara kasat mata. Di

daerah mandibula, yang merupakan salah satu region of interest bidang kedokteran gigi, banyak

landmark yang potensial untuk memberi informasi diagnostik tumbuh kembang, dalam hal ini

termasuk informasi diagnostik usia, jenis kelamin, ras, dan lainnya. Informasi diagnostik ini

sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang ilmu kedokteran gigi. Penggunaan parameter tumbuh

kembang di bidang kedokteran gigi antara lain di bidang ortodonti, pedodonti dan forensik.

Banyak literatur mengenai berbagai parameter tumbuh kembang termasuk di mandibula, namun

literatur yang berasal dari subyek orang Indonesia masih terbatas.

Salah satu kegunaan parameter tumbuh kembang terkait usia yang sangat bermanfaat

adalah di bidang forensik. Secara geografis, Indonesia adalah negara yang memiliki potensi

bencana yang sangat tinggi, seperti gempa bumi, banjir, gunung meletus, tanah longsor, termasuk

bencana yang diakibatkan oleh manusia diantaranya yaitu kecelakaan lalu lintas darat, laut dan

udara, kebakaran hingga peledakan bom dan kerusuhan yang mengakibatkan kerusakan dan

kerugian harta benda serta korban manusia yang relatif besar baik cedera maupun meninggal

dunia (Suwandono A, 2010). Diantara korban bencana yang meninggal dunia, ada yang dapat

dikenali dan ada pula yang tidak sehingga diperlukan upaya identifikasi. Identifikasi usia sangat

penting untuk dilakukan dalam proses identifikasi. Estimasi usia dapat dilakukan karena

bertambahnya usia seiring dengan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan struktur tubuh

berupa perubahan fisik yang konstan sehingga setiap perubahan yang terjadi dapat dihubungkan

dengan usia individu. Selain pada individu yang telah meninggal, estimasi usia juga dapat

digunakan pada individu yang masih hidup diantaranya adalah untuk mengetahui apakah

seseorang masih dalam kategori anak atau dewasa berkaitan dengan proses peradilan dan akta

kelahiran tidak tersedia ataupun keasliannya diragukan (Putri AS et al., 2013).

Mandibula dapat berperan dalam estimasi usia karena merupakan tulang yang paling kuat

pada tengkorak dan seringkali ditemukan dalam keadaan utuh. Keberadaan lapisan tulang

kompak yang padat pada mandibula membuatnya dapat mempertahankan bentuknya dan tetap

dalam kondisi yang baik dibandingkan tulang lainnya (Muskaan A & Sarkar S, 2015; Indira AP,

2012). Pada remaja, pertumbuhan rahang terjadi berkaitan dengan pubertas (Proffit WR et al.,

2007). Hingga dekade ketiga kehidupan, perubahan morfologi dan dental dapat membantu dalam

mengestimasi usia, namun pada usia diatas dekade ketiga, perubahan yang terjadi hampir tidak

terlihat (Muskaan A & Sarkar S, 2015). Pada usia tua, kembali terjadi perubahan pada mandibula

Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016

Page 3: PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA …

terutama ketika gigi geligi mulai menghilang dan tulang alveolar terabsorbsi sehingga terjadi

penurunan pada tinggi tulang (Singh V, 2014).

Dalam estimasi usia, radiograf merupakan salah satu metode yang kurang invasif yang

dapat digunakan baik pada individu yang hidup maupun telah meninggal (Muskaan A & Sarkar

S, 2015). Radiograf panoramik merupakan radiograf yang telah digunakan secara luas untuk

memperoleh tinjauan komprehensif dari kompleks maksilofasial dan umum digunakan pada

rutinitas klinis untuk melihat struktur mandibula secara bilateral (Taleb NSA & Beshlawy ME,

2015). Saat ini, radiograf panoramik digital telah banyak digunakan. Kelebihan dari teknik ini

adalah dapat dilakukannya pengukuran secara digital dan dapat dilakukan pengaturan pada

gambar sehingga dapat menyediakan metode yang akurat dalam pengukuran mandibula

(Muskaan A & Sarkar S, 2015; White SC & Pharoah MJ, 2004). Parameter mandibula yang dapat

diukur pada radiograf panoramik diantaranya meliputi tinggi ramus, sudut gonial, lebar bigonial,

jarak maksimum ramus, jarak minimum ramus, tinggi ramus-kondil, tinggi ramus-koronoid dan

indeks mentalis. Pada beberapa penelitian, dilaporkan bahwa parameter mandibula tersebut

mengalami penurunan ataupun peningkatan nilai rerata seiring dengan bertambahnya usia.

Pengukuran parameter mandibula sebagai data dasar untuk estimasi usia tidak hanya berperan

dalam proses identifikasi dalam bidang forensik, namun juga dapat digunakan dalam bidang ilmu

kedokteran gigi lainnya. Dalam bidang ilmu ortodonti, pengukuran parameter mandibula dapat

berperan untuk memonitor pola pertumbuhan individu dalam penilaian ortodonti (Leversha et al,

2015).

Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan variasi nilai rerata

pengukuran parameter mandibula pada populasi yang berbeda. Hal ini memungkinkan adanya

variasi antara nilai rerata pengukuran yang sudah ada dengan nilai rerata pengukuran parameter

mandibula pada populasi Indonesia. Selain itu, di Indonesia, penelitian mengenai pengukuran

mandibula pada radiograf panoramik telah dilakukan oleh Wardhani (2016), namun penelitian

tersebut terbatas pada satu parameter saja yaitu sudut gonial dan hanya dilakukan pada subjek

laki-laki. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan perbandingan nilai rerata

pengukuran parameter mandibula tersebut pada radiograf panoramik pada individu dengan

rentang usia 14-35 tahun dan 50-70 tahun khususnya pasien di Rumah Sakit Khusus Gigi dan

Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Usia 14-35 tahun digunakan untuk

Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016

Page 4: PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA …

mewakili usia remaja dan dewasa, sedangkan usia 50-70 tahun digunakan untuk mewakili usia

tua. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk estimasi usia dan

membantu dalam berbagai bidang kedokteran gigi.

Tinjauan Teoritis

Mandibula merupakan tulang yang paling kuat pada tengkorak. Adanya lapisan tulang

kompak yang padat pada mandibula membuat tulang tersebut kuat sehingga dapat tetap terjaga

dengan baik dibandingkan tulang lainnya. Mandibula merupakan salah satu diantara tulang

pertama pada tubuh yang memulai osifikasi dan merupakan tulang yang unik karena memiliki

dua pola osifikasi yaitu endokondral dan intramembran. Pola osifikasi intramembran terdapat

pada badan mandibula sedangkan pola osifikasi endokondral terjadi pada prosessus koronoid dan

kondiloid (Muskaan A & Sarkar S, 2015). Pertumbuhan mandibula berlangsung pada laju yang

relatif tetap sebelum pubertas. Pada remaja, pertumbuhan rahang berkaitan dengan pubertas

dimana terdapat percepatan pertumbuhan pada panjang mandibula (Proffit WR et al., 2007).

Sampai dekade ketiga kehidupan, perubahan morfologi dan dental dapat membantu dalam

mengestimasi usia. Pada usia diatas dekade ketiga, perubahan yang terjadi hampir tidak terlihat

(Muskaan A & Sarkar S, 2015). Pada usia tua, terjadi perubahan pada mandibula terutama ketika

gigi geligi mulai menghilang dan tulang alveolar terabsorbsi sehingga terjadi penurunan pada

tinggi tulang, prosessus koronoid terlihat lebih tinggi dari prosessus kondilar dan sudut

mandibula semakin membesar dibandingkan pada dewasa (Singh V, 2014). Dengan adanya

perubahan-perubahan tersebut, data pengukuran mandibula pada saat pertumbuhan dan penuaan

dapat berperan sebagai dasar dalam estimasi usia. Pada mandibula, terdapat beberapa parameter

yang dapat digunakan untuk estimasi usia, di antaranya tinggi ramus, sudut gonial, lebar bigonial,

jarak maksimum ramus, jarak minimum ramus, tinggi ramus-kondil, tinggi ramus-koronoid dan

indeks mentalis.

Ramus merupakan komponen vertikal dari mandibula (UNC School of Dentistry).

Penentuan tinggi ramus (ramus height) dilakukan dengan mengukur garis yang

merepresentasikan ramus yang memanjang dari titik paling superior lateral kepala kondil hingga

titik paling inferior lateral ramus mandibula. Ketinggian ramus meningkat pada dekade kedua dan

ketiga lalu menurun seiring pertambahan usia (Al-Shamout R et al, 2012). Pada penelitian

Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016

Page 5: PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA …

lainnya, dinyatakan bahwa ketinggian ramus juga mengalami penurunan seiring bertambahnya

usia (Leversha et al, 2015)

Sudut gonial (gonial angle) merupakan sudut yang dibentuk oleh garis yang

bersinggungan dengan tepi inferior mandibula dengan garis yang bersinggungan dengan tepi

posterior ramus dan kondilus mandibula. Beberapa studi menunjukkan pelebaran sudut gonial

seiring dengan bertambahnya usia walaupun pada beberapa studi ada pula yang menunjukkan

hasil yang berbeda. Al-Shamout et al (2012) pada penelitiannya menyatakan bahwa sudut gonial

mengalami peningkatan seiring bertambahnya usia.

Lebar bigonial (Bigonial width) merupakan jarak antara dua Gonia (Go). Gonia

merupakan titik paling inferior, posterior dan lateral dari sudut luar mandibula. Pengukurannya

dilakukan secara horizontal dari gonia pada rahang sisi kanan ke sisi kiri. Lebar bigonial

mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya usia (Al-Shamout R et al, 2012). Namun,

terdapat perbedaan pada penelitian lainnya dimana dikatakan bahwa lebar bigonial menunjukkan

penurunan seiring bertambahnya usia, walaupun penurunannya tidak menunjukkan signifikansi

yang konsisten diantara seluruh kelompok usia (Leversha et al, 2015).

Jarak maksimum ramus (maximum ramus breadth) diukur sebagai jarak antara titik paling

anterior ramus mandibula dan titik paling posterior ramus mandibula, di bawah sigmoid notch.

Jarak minimum ramus (minimum ramus breadth) merupakan jarak anteroposterior paling kecil

ramus mandibula (Muskaan A & Sarkar S, 2015; V Poongodi et al, 2015).

Kondilus mandibula berada pada fossa glenoid tulang temporal untuk membentuk sendi

temporomandibula. Tinggi ramus-kondil (condylar-ramus height) merupakan jarak antara kondil

ke persimpangan garis orientasi dengan tepi inferior ramus, dimana garis orientasi merupakan

garis horizontal yang dibuat melalui sudut gonial. Prosessus koronoid mandibula merupakan

tonjolan triangular tipis pada bagian teratas mandibula dan merupakan tempat perlekatan otot

mastikasi terutama otot temporalis. Tinggi ramus-koronoid (coronoid-ramus height) merupakan

jarak proyektif antara koronoid dan sudut mandibula. Abu-Taleb dan El Beshlawy (2015) dalam

penelitiannya di Mesir menyatakan bahwa ramus mandibula dapat digunakan dalam estimasi

usia, dengan tinggi ramus-koronoid merupakan prediktor yang paling signifikan untuk usia

(Muskaan A & Sarkar S, 2015; Taleb NSA & Beshlawy ME, 2015; UNC School of Dentistry).

Pada indeks mentalis (mental index), dilakukan pengukuran lebar tulang kortikal

mandibula pada foramen mental. Indeks mentalis diukur dengan mengidentifikasi foramen

Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016

Page 6: PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA …

mental lalu dilakukan penelusuran dengan menarik garis tegak lurus terhadap garis singgung ke

tepi inferior mandibula dan melalui tepi inferior foramen mental. Indeks mentalis mengalami

penurunan seiring dengan bertambahnya usia (Muskaan A & Sarkar S, 2015; Mostafa RA et al.,

2011).

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk pengukuran mandibula yaitu melalui

radiograf panoramik. Radiografi panoramik merupakan teknik untuk menghasilkan gambaran

tunggal dari struktur fasial yang meliputi rahang maksila dan mandibula beserta struktur

pendukungnya. Panoramik sangat berguna secara klinis untuk membantu menegakkan diagnosis

yang membutuhkan tampilan keseluruhan dari rahang. Radiograf panoramik digital telah banyak

digunakan di kedokteran gigi. Gambaran digital memiliki kelebihan dibandingkan film

konvensional diantaranya yaitu memudahkan untuk menyimpan informasi pasien dan

menggabungkannya dengan rekam medik, memudahkan untuk mengirim gambar secara

elektronik dan dapat pula dilakukan pengaturan pada gambar (image enhancement), namun perlu

diingat bahwa pengaturan gambar juga memiliki kelemahan yaitu menyebabkan hilangnya

informasi klinis dan mengubah diagnosis (Whaites E, 2003). Perangkat lunak digital imaging

menyediakan berbagai macam alat untuk melakukan analisis gambar, salah satunya adalah alat

untuk melakukan pengukuran. Alat pengukuran digital lebih serbaguna dibandingkan penggaris

analog, namun keakuratan dan presisi dari pengukurannya terbatas oleh sejauh mana gambar

merepresentasikan pasien dan oleh kemampuan operator untuk melakukan pengukuran dengan

tepat (White SC & Pharoah MJ, 2004).

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-

sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah radiograf panoramik digital yang diambil dari

rekam medik dental pasien di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut (RSKGM) Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, dimana besar sampel yang digunakan yaitu 100 sampel

radiograf panoramik digital pasien usia 14-35 tahun dan 100 sampel radiograf panoramik digital

pasien usia 50-70 tahun. Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi pasien laki-laki dan

perempuan di RSKGM FKG UI dengan rentang usia 14-35 tahun dan 50-70 tahun serta radiograf

panoramik dengan mutu yang baik. Adapun pasien yang memiliki kelainan tumbuh kembang

Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016

Page 7: PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA …

rahang, penyakit sistemik yang mempengaruhi keadaan mandibula dan fraktur mandibula tidak

termasuk kedalam sampel penelitian ini.

Penelitian ini diawali dengan pemilihan radiograf panoramik digital yang sesuai dengan

kriteria inklusi. Radiograf panoramik digital tersebut kemudian dimasukkan kedalam perangkat

lunak AutoCAD 2016. Selanjutnya, dilakukan penentuan dan pengukuran parameter mandibula

yang meliputi tinggi ramus, sudut gonial, lebar bigonial, jarak maksimum ramus, jarak minimum

ramus, tinggi ramus-kondil, tinggi ramus-koronoid dan indeks mentalis. Pengukuran parameter

mandibula dilakukan dua kali pada waktu yang berbeda dan oleh dua orang pengamat. Setelah

selesai dilakukan pengukuran, tahap selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas intraobserver

dan interobserver. Dalam beberapa penelitian radiografis seperti yang dilakukan oleh Menik

Priaminiarti et al (2009), digunakan indeks kappa dengan interpretasi nilai indeks kappa

berdasarkan Altman untuk uji reliabilitas. Pada penelitian ini, uji reliabilitas intraobserver dan

interobserver dilakukan dengan menggunakan Technical Error of Measurements (TEM)

berdasarkan formula Dahlberg. Semakin kecil nilai TEM maka semakin baik keakuratan

pengamatan dalam melakukan pengukuran.

Setelah dilakukan uji reliabilitas, selanjutnya dilakukan pengolahan data secara statistik.

Agar didapatkan hasil analisis yang lebih akurat, maka rentang usia dibagi menjadi empat

kelompok usia yaitu 14-24 tahun, 25-35 tahun, 50-59 tahun dan 60-70 tahun. Uji normalitas data

dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov karena jumlah sampel lebih dari 50.

Data dikatakan memiliki distribusi normal bila nilai signifikansi lebih dari 0.05 (p>0.05). Pada

data dengan distribusi normal, selanjutnya dilakukan analisis statistik dengan menggunakan uji

parametrik berupa uji-t tidak berpasangan, sedangkan pada data dengan distribusi tidak normal

dilakukan analisis statistik menggunakan uji non-parametrik berupa uji Mann Whitney U. Data

dikatakan tidak berbeda bermakna bila nilai signifikansi lebih dari 0.05 (p>0.05).

Hasil Penelitian

Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016

Page 8: PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA …

Gambar 1. Pengukuran parameter mandibula pada radiograf panoramik Tinggi ramus (ungu), sudut gonial (jingga), lebar bigonial (biru tua), jarak maksimum ramus (hijau), jarak minimum ramus

(kuning), tinggi ramus-kondil (merah muda), tinggi ramus-koronoid (biru muda) dan indeks mentalis (merah)

Setelah dilakukan uji reliabilitas intraobserver dan interobserver menggunakan TEM

berdasarkan formula Dahlberg, didapatkan keseluruhan nilai TEM kurang dari 1 mm.

Berdasarkan Gore CJ (2000) dalam penelitian Wijayati (2011), toleransi pengukuran yang dapat

diterima untuk pengukuran gigi dan tulang menurut formula Dahlberg adalah 1 mm. Hal ini

menunjukkan nilai tersebut masih didalam batas tolerasi pengukuran.

Pada uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan sudut gonial, lebar bigonial, jarak maksimum

ramus dan jarak minimum ramus memiliki nilai signifikansi lebih dari 0.05 sehingga dikatakan

memiliki distribusi normal, sedangkan tinggi ramus, tinggi ramus-kondil, tinggi ramus-koronoid

dan indeks mentalis memliki nilai signifikansi kurang dari 0.05 sehingga dikatakan memiliki

distribusi tidak normal.

Tabel 1. Nilai Rerata, Standar Deviasi dan Interval Kepercayaan Sudut Gonial dan Lebar Bigonial

Rentang Usia

Sudut Gonial (mm) Lebar Bigonial (mm) Rerata (SD) IK 95% Rerata (SD) IK 95%

14-24 123.53 (7.130) 121.48-125.58 223.78 (16.094) 219.15-228.40 25-35 123.59 (8.139) 121.30-125.88 223.80 (12.592) 220.26-227.35 50-59 124.02 (6.406) 122.20-125.84 224.83 (14.149) 220.81-228.85 60-70 124.18 (7.392) 122.08-126.28 220.85 (14.554) 216.71-224.99

Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016

Page 9: PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA …

Tabel 2. Nilai Rerata, Standar Deviasi dan Interval Kepercayaan Jarak Maksimum Ramus dan Jarak Minimum

Ramus

Rentang Usia

Jarak maksimum ramus (mm) Jarak minimum ramus (mm) Rerata (SD) IK 95% Rerata (SD) IK 95%

14-24 41.721 (3.9886) 40.575-42.867 37.328 (3.5151) 36.318-38.338 25-35 41.732 (4.2949) 40.524-42.940 37.443 (4.5747) 36.157-38.730 50-59 42.752 (4.6324) 41.435-44.068 37.478 (4.4764) 36.206-38.750 60-70 42.419 (4.5052) 41.139-43.700 37.158 (5.0444) 35.725-38.592

Tabel 3. Nilai Median, Minimum dan Maksimum Tinggi Ramus dan Tinggi Ramus-Kondil

Rentang Usia

Tinggi Ramus (mm) Tinggi ramus-kondil (mm) Median Minimum Maksimum Median Minimum Maksimum

14-24 77.453 63.350 96.894 77.364 63.300 96.785 25-35 78.482 63.368 103.802 77.988 63.501 103.779 50-59 80.357 64.087 108.053 80.042 64.282 108.010 60-70 80.209 63.804 93.671 79.959 63.445 92.718

Tabel 4. Nilai Median, Minimum dan Maksimum Tinggi Ramus-Koronoid dan Indeks Mentalis

Rentang Usia

Tinggi ramus-koronoid (mm) Indeks mentalis (mm) Median Minimum Maksimum Median Minimum Maksimum

14-24 71.485 60.885 90.532 4.339 3.216 6.474 25-35 72.106 57.714 94.752 4.385 3.475 7.234 50-59 72.498 57.849 107.947 4.806 3.074 6.702 60-70 72.295 57.205 87.833 4.730 2.387 6.539

Tabel 5. Nilai p Uji-t Tidak Berpasangan pada Sudut Gonial, Lebar Bigonial, Jarak Maksimum Ramus dan Jarak

Minimum Ramus

14-24 25-35 50-59 Sudut Gonial 25-35 0.970

50-59 0.720 0.768 60-70 0.657 0.703 0.908

Lebar Bigonial

25-35 0.993 50-59 0.730 0.700 60-70 0.345 0.278 0.169

Jarak maksimum

ramus

25-35 0.989 50-59 0.239 0.254 60-70 0.417 0.435 0.717

Jarak minimum

ramus

25-35 0.888 50-59 0.854 0.969 60-70 0.847 0.767 0.738

Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016

Page 10: PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA …

Hasil uji-t tidak berpasangan pada sudut gonial, lebar bigonial, jarak maksimum ramus

dan jarak minimum ramus pada tabel 5 secara keseluruhan menunjukkan nilai signifikansi (nilai-

p) lebih dari 0.05 (p> 0.05). Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna secara statistik

antar rentang usia melalui pengukuran sudut gonial, lebar bigonial, jarak maksimum ramus dan

jarak minimum ramus.

Tabel 6. Nilai p Uji Mann-Whitney U pada Tinggi Ramus, Tinggi ramus-Kondil, Tinggi Ramus-Koronoid dan

Indeks Mentalis

14-24 25-35 50-59 Tinggi Ramus

25-35 0.268 50-59 0.215 0.903 60-70 0.221 0.786 0.605

Tinggi ramus-kondil

25-35 0.201 50-59 0.103 0.786 60-70 0.093 0.578 0.634

Tinggi ramus-

koronoid

25-35 0.707 50-59 0.609 0.839 60-70 0.763 0.951 0.725

Indeks mentalis

25-35 0.398 50-59 0.632 0.105 60-70 0.629 0.480 0.378

Hasil uji Mann-Whitney U pada tinggi ramus, tinggi ramus-kondil, tinggi ramus-koronoid

dan indeks mentalis pada tabel 6 secara keseluruhan menunjukkan nilai signifikansi lebih dari

0.05 (p>0.05). Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antar rentang usia secara

statistik melalui pengukuran tinggi ramus, tinggi ramus-kondil, tinggi ramus-koronoid dan indeks

mentalis.

Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara nilai rerata

pengukuran parameter mandibula yang meliputi tinggi ramus, sudut gonial, lebar bigonial, jarak

maksimum ramus, jarak minimum ramus, tinggi ramus-kondil, tinggi ramus-koronoid dan indeks

mentalis melalui radiograf panoramik pada usia 14-35 tahun dan 50-70 tahun. Nilai-nilai ini

sangat penting karena berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya, nilai

pengukuran parameter mandibula tersebut menunjukkan berbagai perubahan terkait dengan usia.

Pemilihan usia rentang 14-35 tahun dan 50-70 tahun didasari oleh pertumbuhan tulang rahang

Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016

Page 11: PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA …

dimana ketika individu memasuki masa pubertas, terjadi percepatan pertumbuhan pada panjang

mandibula (Proffit WR et al., 2007). Perubahan morfologi yang terjadi pada mandibula dapat

membantu dalam mengestimasi usia hingga dekade ketiga kehidupan, namun pada usia diatas

dekade ketiga, perubahan yang terjadi hampir tidak terlihat. Saat memasuki usia tua, pada

individu kembali terjadi perubahan pada mandibula terutama saat gigi geligi mulai menghilang

dan tulang alveolar terabsorbsi sehingga terjadi penurunan tinggi tulang (Muskaan A & Sarkar S,

2015; Singh V, 2014). Usia 14-35 tahun dipilih untuk mewakili usia remaja dan dewasa awal

sedangkan usia 50-70 tahun untuk mewakili usia lanjut (lansia). Selanjutnya, dua kelompok usia

ini dibagi menjadi empat kelompok usia dengan rentang 10-11 tahun yaitu 14-24 tahun, 25-35

tahun, 50-59 tahun dan 60-70 tahun untuk melihat pola perubahan mandibula seiring

bertambahnya usia.

Pengukuran parameter mandibula pada radiograf panoramik yang meliputi tinggi ramus,

sudut gonial, tinggi ramus maksimum, tinggi ramus minimum, tinggi ramus-kondil, tinggi ramus-

koronoid dan indeks mentalis hanya dilakukan pada salah satu sisi mandibula. Hal ini didasarkan

pada penelitian yang mengatakan tidak ada perbedaan bermakna secara statistik antara

pengukuran sisi kiri dan kanan terhadap pengukuran linear dan angular mandibula (Muskaan A &

Sarkar S, 2015; Taleb NSA & Beshlawy ME, 2015; Leversha et al, 2015; Al-Shamout R et al,

2012).

Pada uji Mann-Whitney U yang dilakukan pada tinggi ramus (tabel 6), didapatkan nilai p

lebih dari 0.05 yang menandakan perubahan yang terjadi tidak berbeda bermakna secara statistik.

Raustia dan Salonen pada penelitiannya pada pengguna gigi tiruan lengkap usia 42-74 tahun juga

tidak menemukan adanya hubungan antara usia dan tinggi ramus (Taleb NSA & Beshlawy ME,

2015). Bila dilihat dari nilai mediannya (tabel 3) pada rentang usia 14-24 tahun, 25-35 tahun dan

50-59 tahun tinggi ramus memiliki kecenderungan untuk mengalami peningkatan, lalu pada

rentang usia 60-70 tahun terjadi penurunan pada tinggi ramus tersebut. Al-Shamout et al. (2012)

pada penelitiannya pada populasi Yordania menyimpulkan bahwa tinggi ramus mengalami

peningkatan pada dekade kedua dan ketiga lalu mengalami penurunan seiring dengan

bertambahnya usia. Oksayan et al. pada penelitiannya pada subjek dengan completely edentulous,

old dentate dan young dentate menemukan tinggi ramus meningkat seiring usia namun

mengalami penurunan ketika mencapai tahap edentulous (Taleb NSA & Beshlawy ME, 2015).

Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016

Page 12: PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA …

Leversha et al (2015) pada penelitiannya di Far North Queensland mengatakan bahwa terdapat

fluktuasi tinggi ramus dengan bertambahnya usia dengan penurunan yang stabil pada dekade

kelima dan keenam.

Pada data pengukuran sudut gonial dilakukan uji-t tidak berpasangan (tabel 5) didapatkan

nilai p lebih dari 0.05 yang menandakan perubahan yang terjadi dengan bertambahnya usia tidak

berbeda bermakna secara statistik. Serupa dengan penelitian ini, beberapa studi juga

menunjukkan hubungan tidak berbeda bermakna secara statistik antara sudut gonial dan usia

seperti yang dilakukan oleh Taleb et al. pada populasi Mesir, Chole et al, Dutra et al, Oksayan et

al. serta Raustia dan Salonen (Taleb NSA & Beshlawy ME, 2015). Bila dilihat dari nilai rerata

sudut gonial (tabel 1), terdapat kecenderungan peningkatan pada besar sudut gonial seiring

bertambahnya usia. Leversha et al. (2015) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa secara

umum besar sudut gonial mengalami peningkatan dengan bertambahnya usia. Hal ini juga

didukung oleh penelitian Al-Shamout et al. (2012) yang menemukan peningkatan pada besar

sudut gonial. Di sisi lain, Pecora et al. menyatakan bahwa sudut gonial mengalami penurunan

seiring bertambahnya usia (Taleb NSA & Beshlawy ME, 2015).

Pada data pengukuran lebar bigonial dilakukan uji-t tidak berpasangan (tabel 5)

didapatkan nilai p lebih besar dari 0.05 menandakan hubungan tidak berbeda bermakna secara

statistik antara lebar bigonial dan usia, meskipun berdasarkan nilai rerata lebar bigonial (tabel 1),

terdapat kecenderungan peningkatan pada rentang 14-24 tahun, 25-35 tahun dan 50-59 tahun, lalu

terjadi penurunan ketika memasuki rentang 60-70 tahun. Hal yang serupa juga terdapat pada

penelitian yang dilakukan Hesby et al dimana perbedaan pengukuran lebar bigonial seiring

bertambahnya usia menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidak berbeda bermakna. Pada

penelitian lainnya, penurunan pada lebar bigonial terjadi seiring bertambahnya usia. Hal ini

berbeda dengan penelitian Al-Shamout et al yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan pada

lebar bigonial (Al-Shamout R et al, 2012; Leversha et al, 2015).

Pada uji-t tidak berpasangan yang dilakukan pada jarak maksimum ramus (tabel 5)

didapatkan nilai p lebih besar dari 0.05. Hal ini menandakan perubahan jarak maksimum ramus

terhadap usia tidak berbeda bermakna secara statistik walaupun dilihat dari nilai rerata jarak

maksimum ramus (tabel 2), terdapat kecenderungan peningkatan pada rentang 14-24 tahun, 25-35

tahun dan 50-59 tahun lalu mengalami penurunan pada rentang 60-70 tahun. Shaw et al. pada

Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016

Page 13: PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA …

penelitiannya mendapatkan tidak adanya perubahan yang signifikan pada lebar ramus antar

kelompok usia untuk masing-masing jenis kelamin (Al-Shamout et al., 2012). Penurunan pada

jarak maksimum ramus seiring dengan bertambahnya usia terjadi pada penelitian yang dilakukan

oleh Atiyaah Muskaan & Sarkar S. (2015) di India, namun dikatakan bahwa determinasi usia

hanya dapat digunakan pada sampel wanita. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Ghaffari et

al. pada studinya menggunakan CT scan dari 125 subjek usia 21-50 tahun menyimpulkan bahwa

lebar ramus mengalami penurunan seiring bertambahnya usia (Taleb NSA & Beshlawy ME,

2015).

Pada data pengukuran jarak minimum ramus dilakukan uji-t tidak berpasangan didapatkan

nilai p lebih besar dari 0.05 (tabel 5) yang menandakan perubahan jarak minimum ramus

terhadap usia tidak berbeda bermakna secara statistik, walaupun berdasarkan nilai rerata pada

tabel 2, terdapat kecenderungan peningkatan nilai jarak minimum ramus pada rentang 14-24

tahun, 25-35 tahun dan 50-59 tahun lalu mengalami penurunan pada rentang 60-70 tahun. Shaw

et al. pada penelitiannya mendapatkan tidak adanya perubahan yang signifikan pada lebar ramus

antar kelompok usia untuk masing-masing jenis kelamin (Al-Shamout et al., 2012). Atiyaah

Muskaan & Sarkar S. (2015) pada penelitiannya menyatakan bahwa jarak minimum ramus

mengalami penurunan seiring bertambahnya usia, namun dikatakan bahwa determinasi usia

hanya dapat digunakan pada sampel wanita. Penelitian lainya yaitu oleh Ghaffari et al.

menyimpulkan lebar ramus mengalami penurunan dengan bertambahnya usia (Taleb NSA &

Beshlawy ME, 2015).

Pada data pengukuran tinggi ramus-kondil dilakukan uji Mann-Whitney U. Dari hasil uji,

didapatkan nilai p lebih dari 0.05 (tabel 6) yang menandakan perubahan tinggi ramus-kondil

terhadap usia tidak berbeda bermakna secara statistik, walaupun bila dilihat dari nilai median

pada tabel 3, tinggi ramus-kondil mengalami kecenderungan peningkatan pada rentang 14-24

tahun, 25-35 tahun dan 50-59 tahun lalu mengalami penurunan pada rentang 60-70 tahun. Pada

penelitian lainnya yang dilakukan pada tinggi ramus-kondil pada radiograf panoramik yang

ditemukan sejauh ini yaitu hanya melihat hubungannya dengan jenis kelamin dimana menurut

Taleb NSA & Beshlawy ME (2015), tinggi ramus mandibula merupakan prediktor paling

signifikan terhadap jenis kelamin.

Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016

Page 14: PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA …

Pada data pengukuran tinggi ramus-koronoid dilakukan uji Mann-Whitney U dan

didapatkan nilai p lebih dari 0.05 (tabel 6) yang menandakan perubahan tinggi ramus-koronoid

terhadap usia tidak berbeda bermakna secara statistik walaupun dilihat pada nilai median tinggi

ramus-koronoid pada tabel 4, terdapat kecenderungan peningkatan pada rentang 14-24 tahun, 25-

35 tahun dan 50-59 tahun lalu mengalami penurunan pada rentang 60-70 tahun. Hal ini berbeda

dengan penelitian yang dilakukan Taleb NSA & Beshlawy ME (2015) yang menyimpulkan

bahwa tinggi koronoid merupakan prediktor yang paling signifikan untuk usia. Muskaan A &

Sarkar S (2015) pada penelitiannya mengatakan bahwa tinggi ramus-koronoid mengalami

penurunan seiring bertambahnya usia.

Pada uji Mann-Whitney U yang dilakukan pada indeks mentalis didapatkan niai p lebih

dari 0.05 (tabel 6) yang menandakan perubahan indeks mentalis terhadap usia tidak berbeda

bermakna secara statistik, walaupun dilihat dari nilai median pada tabel 4 terdapat kecenderungan

peningkatan pada rentang 14-24 tahun, 25-35 tahun dan 50-59 tahun lalu mengalami penurunan

pada rentang 60-70 tahun. Pada penelitian yang dilakukan oleh Atiyaah Muskaan & Sarkar S.

(2015) indeks mentalis menunjukkan penurunan seiring dengan bertambahnya usia. Hasil serupa

juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Mostafa et al (2011) yang menyatakan

terjadi penurunan dengan bertambahnya usia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengukuran parameter mandibula menunjukkan

perubahan yang tidak berbeda bermakna antara rentang usia 14-35 tahun dan 50-70 tahun.

Walaupun beberapa parameter menunjukkan hasil yang sesuai dengan beberapa penelitian

sebelumnya, ada pula beberapa penelitian yang menunjukkan hasil yang berbeda dimana terdapat

perbedaan bermakna pada ukuran parameter mandibula seiring bertambahnya usia. Berdasarkan

teori yang ada, seiring dengan pertumbuhan, mandibula mengalami perpindahan dari

artikulasinya di fossa glenoid. Kondil dan ramus lalu tumbuh ke arah superior dan posterior pada

ruang yang dihasilkan oleh proses perpindahan tersebut. Hal ini mengakibatkan terjadinya

peningkatan pada tinggi dan lebar ramus yang mengakomodasi fungsi mastikasi dan pelebaran

ruang faringeal. Selain itu, fungsi otot mastikasi menjaga tulang pada titik insersinya dimana

sudut gonial terjaga oleh insersi otot pterygoid medial dan masseter. Dengan bertambahnya usia,

bila gigi tetap utuh maka sangat sedikit perubahan anatomis yang terjadi. Aktivitas otot mastikasi

juga menjaga sudut gonial dari perubahan bentuk/ukuran (Rosen CJ et al., 1999; Srineeraja P,

Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016

Page 15: PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA …

2015; Oksayan R, 2014). Studi melaporkan bahwa rata- rata sudut dan ramus mandibula tidak

mengalami perubahan mulai dari dewasa hingga kurang lebih usia 70 tahun, kecuali terdapat

kehilangan gigi yang luas (Al-Shamout R et al., 2012; Mostafa RA et al., 2011). Perubahan pada

morfologi rahang akan terjadi berkaitan dengan proses penuaan yaitu karena adanya kehilangan

gigi yang berlebih dan adanya atrofi otot yang progresif. Ketika terjadi kehilangan gigi, tulang

mengalami remodeling dan menyebabkan perubahan pada sudut gonial. Resorpsi tulang pada

bagian tepi posterior atau inferior, didaerah insersi otot masseter, memicu peningkatan pada sudut

mandibula. Penurunan pada tinggi ramus merupakan hasil dari dekompensasi kehilangan ridge

alveolar (Rosen CJ et al., 1999; Srineeraja P, 2015; Oksayan R, 2014).

Berkaitan dengan indeks mentalis, pada penelitian ini pada rentang usia 60-70 tahun

mengalami penurunan walaupun tidak berbeda bermakna secara statistik. Penurunan indeks

mentalis atau kehilangan tulang seiring dengan bertambahnya usia dapat disebabkan karena

penipisan dan peningkatan porositas yang umum terjadi pada korteks mandibula. Pada usia

kurang lebih 65 tahun, sekitar sepertiga mineral tulang hilang. Terdapat beberapa faktor yang

terlibat terhadap kehilangan tulang terkait usia diantaranya penurunan aktivitas fisik, penurunan

sekresi esterogen, pola makan, ras dan keturunan (Mostafa RA et al., 2011).

Perbedaan pada hasil penelitian ini dengan penelitian lain yang telah dilakukan

sebelumnya dapat disebabkan karena beberapa hal diantaranya seperti perbedaan rentang usia.

Pada penelitian ini, hanya dipilih 2 kelompok usia yaitu usia remaja dan dewasa awal yaitu 14-35

tahun serta usia lansia yaitu 50-70 tahun yang kemudian dibagi menjadi 4 kelompok kecil yaitu

14-24 tahun, 25-35 tahun, 50-59 tahun dan 60-70 tahun, sedangkan pada beberapa penelitian

lainnya rentang usia dikelompokkan dalam setiap dekade. Selain rentang usia, perbedaan status

dental yang dipilih pada setiap penelitian juga mempengaruhi perbedaan hasil penelitian. Hal ini

terlihat pada penelitian yang menggunakan status dental yang berbeda untuk melihat hubungan

antara sudut gonial dan usia. Oksayan et al. melakukan penelitian pada individu dengan

edentulous keseluruhan (24 subjek, rata-rata usia 69,7 tahun), old dentate (24 subjek, rata-rata

usia 62,2 tahun) dan young dentate (24 subjek, rata-rata usia 18.8 tahun) juga menemukan tidak

ada perbedaan signifikan pada sudut gonial. Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh

Leversha J et al. pada subjek usia 18-69 tahun yang tidak menyertakan subjek dengan edentulous

Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016

Page 16: PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA …

keseluruhan, didapatkan hasil berupa peningkatan sudut gonial seiring bertambahnya usia

(Leversha J et al., 2015).

Penggunaan rehabilitasi prostetik juga dikatakan dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Berdasarkan suatu studi, perubahan morfologi tulang basal mandibular berkaitan dengan

penurunan fungsi otot mastikasi karena proses penuaan yang diekspresikan dengan terjadinya

pelebaran pada sudut gonial dan penurunan tinggi ramus. Dengan adanya rehabilitasi prostetik

maka fungsi otot mastikasi dapat terjaga dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada studi yang

dilakukan oleh Raustia dan Salonen yang menemukan tidak adanya hubungan antara usia dan

tinggi ramus pada pengguna gigi tiruan lengkap (Taleb NSA & Beshlawy ME, 2015; Al-Shamout

R et al., 2012). Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak didapatkannya informasi mengenai

penggunaan gigi tiruan lepasan oleh pasien.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran parameter mandibula

pada radiograf panoramik. Penggunaan radiografi panoramik tidak terlepas dari kelemahan yaitu

dapat terjadinya distorsi dan perbesaran gambar yang dapat mempengaruhi keakuratan dalam

melakukan pengukuran. Kesalahan yang terjadi karena ukuran atau bentuk trough akan

menghasilkan gambar yang terdistorsi. Gambar yang kurang baik dapat dihasilkan dari adanya

ghost image, summation image, kesalahan dalam proses processing dan pergerakan pasien (Owen

A & Johal A, 2008). Selain itu, penempatan posisi kepala pasien yang tidak benar juga

mempengaruhi gambaran panoramik yang dihasilkan. Radiografi panoramik memiliki focal

trough yang sempit pada bagian anterior dan melebar pada bagian posterior, sehingga perubahan

pada posisi kepala pasien akan memiliki efek yang besar terhadap derajat perbesaran di regio

anterior. Menurut suatu studi, gambaran yang terdistorsi dan kabur dapat terjadi ketika kepala

pasien berpindah secara sagital sekitar 1 cm di depan atau di belakang posisi ideal dan secara

lateral 3 cm dari posisi idealnya (Nikneshan S et al., 2013; Stramotas S et al., 2002).

Kesulitan dalam pengukuran parameter mandibula menggunakan radiograf panoramik

digital yaitu dalam menentukan titik referensi pada radiograf ketika dilihat melalui layar monitor.

Ketika parameter morfologi diukur melalui radiograf, maka konsistensi dari metode ditentukan

oleh kemampuan pengamat dalam menentukan titik referensi pada radiograf. Paewinsky et al.

mengatakan bahwa ketika pengamat melalui batas yang merupakan zona abu-abu, bukan sebuah

garis, maka pengamat harus mengambil keputusan apakah titik referensi berada pada awal,

Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016

Page 17: PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA …

pertengahan atau pada akhir zona ini (Kancan-Talreja P et al., 2012). Selain itu, kesulitan dalam

penentuan parameter mandibula juga dapat terjadi karena adanya gambaran yang saling tumpang

tindih pada radiograf, seperti prosessus koronoid mandibula yang berada sebaris dengan

lengkung zigomatik dan lempeng pterigoid lateral tulang sphenoid (UNC School of Dentistry).

Dalam penentuan indeks mentalis, foramen mentalis seringkali terlihat tumpang tindih dengan

akar premolar. Hal ini mengakibatkan dapat terjadinya kesalahan dalam menentukan apakah area

radiolusen merupakan foramen mental atau lesi radiolusen di daerah apikal premolar mandibula

(Gupta V et al., 2015; Deghani M & Ghanea S, 2016). Kondisi pada saat melakukan interpretasi

radiograf juga memiliki peran yang penting dimana dengan kondisi viewing yang optimal maka

densitas kecil yang ditunjukkan radiograf dapat terdeteksi. Pencahayaan ruangan saat melakukan

interpretasi harus dikurangi. Selain itu, penggunaan penutup disekitar layar monitor juga dapat

membantu mengurangi cahaya dari sekitar. Namun, perlu diperhatikan bahwa pengalaman

pengamat dan kemampuannya dalam melakukan pengaturan kontras dan kecerahan gambar juga

merupakan aspek yang penting selain kondisi pencahayaan itu sendiri (Kutcher M et al., 2006).

Keterbatasan dari penelitian ini adalah status dental individu (full dentition, partial

edentulous, complete edentulous) tidak dianggap sebagai suatu variabel. Status dental

mempengaruhi perubahan pada struktur dan fungsi otot mastikasi sehingga dapat mempengaruhi

ukuran dari parameter mandibula. Selain itu, penelitian ini baru dilakukan pada dua kelompok

usia saja sehingga diperlukan penelitian lanjutan pada rentang usia lainnya untuk melihat ada

tidaknya perubahan yang signifikan pada ukuran mandibula. Jumlah sampel yang digunakan

pada penelitian ini relatif sedikit sehingga belum dapat merepresentasikan populasi Indonesia

secara keseluruhan. Peneliti juga belum membandingkan kesesuaian antara pengukuran pada

radiograf panoramik dengan pengukuran langsung pada tulang mandibula.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa nilai rerata pengukuran parameter

mandibula yang meliputi tinggi ramus, sudut gonial, lebar bigonial, jarak maksimum ramus, jarak

minimum ramus, tinggi ramus-kondil, tinggi ramus-koronoid dan indeks mentalis pada radiograf

panoramik antara usia 14-35 tahun dan 50-70 tahun menunjukkan kecenderungan untuk

mengalami peningkatan atau penurunan seiring bertambahnya usia, namun perubahan tersebut

tidak berbeda bermakna secara statistik. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian lain

Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016

Page 18: PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA …

terdahulu. Oleh karena itu, untuk dapat digunakan sebagai data dasar dalam estimasi usia, perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut agar parameter mandibula dapat digunakan untuk estimasi usia

individu di Indonesia.

Saran

1. Diperlukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih banyak agar dapat

mewakili populasi Indonesia.

2. Diperlukan penelitian lanjutan dengan memperhatikan faktor lainnya antara lain status

gigi geligi.

3. Diperlukan penelitian lanjutan dengan melibatkan sampel dari rentang usia lainnya.

4. Diperlukan penelitian lanjutan untuk membandingkan pengukuran pada radiograf

panoramik dengan pengukuran langsung pada tulang mandibula.

Daftar Referensi Al-Shamout R, Ammoush M, Alrbata R, Al-Habahbah A. (2012). Age and gender differences in

sudut gonial, tinggi ramus and lebar bigonial in dentate subject. Pakistan Oral & Dental

Journal, 32(1), 81-87

Dehghani M, Ghanea S. (2016) Position of the mental foramen in panoramic radiography and its

relationship to age in a selected Iranian population. Avicenna J Dent Res, 8(1), e25459

Gupta V, Pitti P, Sholapurkar A. (2015). Panoramic radiographic study of mental foramen in

selected dravidians of south Indian population: A hospital based study. J Clin Exp Dent,

7(4), e451-e456

Indira AP, Markande A, David MP. (2012). Mandibular ramus: An indicator for sex

determination - digital radiographic study. Journal of Forensic Dental Sciences, 4(2), 58-

62

Kancan-Talreja P, Acharya AB, Naikmasur VG. (2012) An assessment of the versatility of

Kvaal’s method of adult dental age estimation in Indians. Oral Biology, 57, 277-284

Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016

Page 19: PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA …

Kutcher M, Kalathingal S, Ludlow J, et al. (2006). The effect of lighting conditions on caries

interpretation with a laptop computer in a clinical setting. Oral Surg Oral Med Oral

Pathol Oral Radiol Endod, 102, 537-543.

Leversha J, McKeough G, Myrteza A, Skjellrup-Wakefiled H, Welsh J, Sholapurkar A. (2015).

Age and gender correlation of sudut gonial, tinggi ramus and lebar bigonial in dentate

subjects in a dental school in Far North Queensland. J Clin Exp Dent.

doi:10.4317/jced.52683

Menik Priaminiarti, Budi Utomo, R Susworo, Hanna Bachtiar Iskandar. (2009). Converting

conventional radiographic examination data of trabecular bone pattern values into

density measurement values using intraoral digital images. Oral radiol, 25, 129-134

Mostafa RA, El-Ashiry MK, Farid MM. (2011). Effect of age, sex, and dental status on mental

and panoramic mandibular indices of the mandible: a retrospective study. Egyptian

Journal of Oral and Maxillofacial Surgery, 2, 22-26

Muskaan A, Sarkar S. (2015). Mandible-An indicator for age and sex determination using digital

orthopantomogram. Scholars Journal of Dental Sciences, 2(1), 82-95

Nikneshan S, Sharafi M, Emadi N. (2013). Evaluation of the accuracy of linear and angular

measurements on panoramic radiographs taken at different positions. Imaging Science in

Dentistry, 43, 191-6

Oksayan R, Asarkaya B, Palta N, Simsek I, Sokucu O, Isman E. (2014) Effects of Edentulism on

Mandibular Morphology: Evaluation of Panoramic Radiographs. Hindawi Publishing

Corporation, 1-5

Owen A, Johal A. (2008). Near-End of Treatment Panoramic Radiograph in Assessment of

Mesiodistal Root Angulation. Angle Orthodontist, 78(3), 475-481

Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. (2007). Contemporary Orthodontics, 4th ed. Missouri:

Mosby Elsevier

Putri AS, Nehemia B, Soedarsono N. (2013). Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi

untuk kepentingan forensik kedokteran gigi. Jurnal PDGI, 62(3), 55-63

Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016

Page 20: PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA …

Rosen CJ, Glowacki J, Bilezikian JP. (1999) The Aging Skeleton. USA: Academic Press. p. 359-

362

Singh V. (2014). Textbook of Anatomy Head, Neck and Brain Volume III, 2nd ed. New Delhi:

Elsevier, p. 28

Srineeraja P. (2015) Determination of Angle of Mandible from Mandibular Bones and

Orthopantomograph. J. Pharm. Sci & Res, 7(8), 579-581

Stramotas S, Geenty JP, Petocz P, Darendeliler MA. (2002). Accuracy of linear and angular

measurements on panoramic radiographs taken at various positions in vitro. European

Journal of Orthodontics, 24, 43-52

Suwandono A. (2010). Identifikasi Korban Bencana Massal. Accessed on Mei 7, 2016 from

http://adjisuwandono.staff.uns.ac.id/2010/07/22/identifikasi-korban-bencana-massal/

Taleb NSA, Beshlawy ME. (2015). Mandibular Ramus and Sudut gonial Measurements as

Predictors of Sex and Age in an Egyptian Population Sample: A Digital Panoramic Study.

J Forensic Res, 6, 308. doi:10.4172/2157-7145.1000308

UNC School of Dentistry. (n.d.). Anatomy of the panoramic radiograph. Accessed on November

25, 2016 from http://www.dentistry.unc.edu/resources/NRA/PanAnatomy/pananat.html

V Poongodi, R Kanmani, MS Anandi, CL Krithika, A Kannan, PH Raghuram. (2015) Prediction

of age and gender using digital radiographic method: A retrospective strudy. J Pharm

Bioallied Sci, 7(Suppl 2), S504–S508

Wardhani MD. (2016). Pengukuran sudut gonial mandibula laki-laki berdasarkan usia melalui

radiograf panoramik. Skripsi, Universitas Airlangga.

Whaites E. (2003). Essentials of Dental Radiography and Radiology, 3rd ed. Churchill

Livingstone

White SC, Pharoah MJ. (2004). Oral Radiology Principles and Interpretation, 5th ed. Missouri:

Mosby.

Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016

Page 21: PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA …

Wijayati AT. (2011). Ketepatan prakiraan usia dengan menerapkan metode Tooth Coronal Index

pada radiograf periapikal. Skripsi, Universitas Indonesia. p. 30-31

Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016