bahan 2.1 mandibula
DESCRIPTION
nnnnnTRANSCRIPT
TUMBUH KEMBANG MAKSILA, MANDIBULA DAN PALATUM
A. Tumbuh Kembang Maksila
Maksila merupakan salah satu bagian kraniofasial yang paling mudah terjadi
perubahan keseimbangan pertumbuhan akibat pengaruh eksternal.1 Pertumbuhan maksila
ke arah bawah dan depan disertai dengan remodeling permukaan anteriornya. Hampir
seluruh permukaan anterior maksila terjadi resorpsi, kecuali daerah kecil di sekitar spina
nasalis anterior. Hal ini terlihat bertentangan dengan proses pertumbuhan pada
umumnya dimana aposisi permukaan anterior tulang terjadi kearah depan dan resorpsi di
posterior. Inilah hal menarik yang dapat diamati dari pertumbuhan maksila.2
Pada bayi baru lahir sampai berusia 6 tahun, pertumbuhan berlangsung dengan
kecepatan yang relatif tinggi dan yang tercepat dua tahun pertama. Kemudian
pertumbuhan menjadi lambat secara progresif selama masa anak-anak antara usia 10-12
tahun. Laju pertumbuhan meningkat kembali selama pubertas, dimana akhirnya menjadi
lambat, dan selesai antara 18-20 tahun.3
Maksila berkembang di dalam prosesus maksilaris yang merupakan derivat dari
lengkung faringealis I (lengkung madibularis), dan tersusun secara keseluruhan oleh
jaringan fibruseluler (mesenkimatus sampai kira-kira 6 minggu intra uterin). Maksila
mengalami ossifikasi intramembraneus. Ossifikasi maksila dimulai pada minggu ke
tujuh, sedikit lebih lambat dari mandibula. Dari suatu pusat yang nampak sebagai suatu
pita jaringan fibroseluler di bagian luar dari kapsula nasal, di dekat suatu titik dimana
ramus alveolaris superior anterior dipercabangkan dari nervus infraorbitalis, dan sedikit
diatas enamel dari dental lamina gigi kaninus.4
Ossifikasi menyebar dari pusat ossifikasi ini kelima arah utama. Sebagai
berikut4 :
1. Ke atas membentuk Processus Frontalis Ossis Maksilaris
2. Ke belakang membentuk Processus Zigomatikus Ossis Maksilaris
3. Ke dalam membentuk Processus Palatius Ossis Maxillaris
4. Ke bawah membentuk Processus Alveolaris Ossis Maxillaris
5. Ke depan membentuk midline untuk membentuk facies facialis maksila
yang juga terlibat pada perkembangan premaksilar.
Gambar 1. Saat maksila digerakan ke atas dan ke bawah, bagian permukaan anterior cenderung mengalami
resorbsi. Permukaan yang mengalami resorpsi ditunjukan dengan warna kuning gelap. Kecuali daerah kecil di
sekitar anterior nasal spine yang tidak mengalami resorpsi.
(Sumber : Digambar ulang dari Enlow DH, Hans MG. Essentials of Facial Growth. Philadelphia : WB
Saunders; 1996)5
Premaxilla6
Dua pusat osifikasi premaksila :
a. Pusat palato - ficial :
Muncul pada akhir minggu ke- 6 IU. Dimulai dekat dengan permukaan luar
kapsul hidung, di depan superoanterior saraf gigi dan di atas benih gigi desidui
insisivus lateral.
Dari pusat pembentukan tulang ini menyebar :
1. Keatas benih gigi insisivus
2. Kebawah belakang
Untuk membentuk dinding dalam alveolar & bagian palatal dari premaxilla
tersebut.
b. Pusat prevomerine ( paraseptal tengah) :
Ini dimulai pada sekitar minggu ke- 8 sampai 9 IU sepanjang dinding alveolar
luar. Hal ini terletak di bawah bagian anterior dari tulang vomer dan membentuk
bagian tulang yang terletak mesial dari tulang rawan hidung paraseptal. Pada
minggu ke-8 IU terjadi diantara rahang atas dan premaxilla.
Tulang Rawan Aksesoris6
Berbeda dengan mandibula, perkembangan dan pertumbuhan sedikit
terpengaruh oleh penampilan tulang rawan sekunder:
1. Pusat tulang rawan aksesoris terlihat pada regio depan prosesus dan mengalami
masa osifikasi yang cepat & menambah ketebalan yang cukup untuk sebagian
besar bagian ini.
2. Bagian kecil dari pusat secondary cartilaginous muncul sepanjang daerah tepi
pertumbuhan dari dasar alveolar.
3. Pada garis tengah dari palatum keras yang berkembang diantara dua prosesus
palatina.
Pertumbuhan Rahang6
1. Pertumbuhan sutura
2. Tumbuh kembang prosesus alveolaris
3. Pembentukan tulang subperiosteal
4. Pembesaran sinus maksilaris
5. Resobsi dan deposisi tulang
Pertumbuhan Sutura
Ini berlanjut sampai berusia 10 tahun kemudian menjadi kurang signifikan. Maxilla
berartikulasi dengan tulang lain dari tengkorak dengan 4 sutura utama:
a) Sutura Frontomaksila
b) Sutura Zigomaksila
c) Sutura Zigomatikotemporal
d) Sutura Pterygopalatina
Semua sutura ini sejajar satu sama lain dan diarahkan dari anterior atas ke posterior
bawah. Jadi pertumbuhan pada sutura ini akan menggeser rahang atas ke depan dan ke
bawah.
Perkembangan prosessus alveolaris
Akan menambah ketinggian rahang atas. Erupsi gigi terutama pada masa erupsi gigi
permanen ikut banyak berperan, sedangkan erupsi molar permanen atas bertambahnya
panjang lengkung rahang.
Pembentukan tulang subperiosteal
Terjadi sepanjang hidup berfungsi sebagai faktor utama untuk pertumbuhan rahang
atas
Pembesaran sinus maksilaris
Hal ini memegang peran penting dalam pertumbuhan rahang atas. Sinus, yang
menempati sebagian besar dari tubuh rahang atas, berkembang dengan resorpsi tulang
pada sisi sinus dan deposisi tulang pada permukaan wajah dari prosesus rahang atas.
Sebuah prosesus yang dikenal sebagai pneumotisasi.
Resorpsi tulang & deposisi tulang
Terjadi juga di sisi lain dari sinus. Tulang teresorbsi pada dasar rongga hidung
dikompensasi oleh deposisi tulang pada permukaan palatum rongga mulut yang akan
membantu dalam pembesaran rongga hidung dan akibatnya meningkatkan ketinggian
rahang atas.
Perubahan Produksi pada Maksila seiring dengan Usia6
Saat lahir:
1. Diameter transversal dan antero-posterior tulang lebih baik daripada vertikal.
2. Prosesus frontalis terbentuk dengan baik dan komposisi tulang prosesus frontalis
lebih baik dari prosesus alveolaris
3. Soket gigi mencapai hampir ke lantai orbital
4. Sinus maksilaris menyajikan penampilan alur pada dinding lateral hidung
Pada orang dewasa:
Pada dewasa diameter vertikal adalah yang terbesar
Dalam usia tua:
Dalam usia tua tulang beralih dalam beberapa ukuran dengan kondisi infantil sebagai:
1. Ketinggian berkurang
2. Setelah hilangnya gigi proses alveolar mengalami absorbsi dan bagian bawah
tulang berkurang ketebalannya.
Bagan 1. Tumbuh kembang maksila
Pada mulanya, os maksilaris nampak seperti lembaran tulang yang melengkung
vertical dan bagian medialnya cembung. Maksila yang sedang berkembang ini
membentuk suatu alur yang dilalui oleh nervous infraorbitalis, dan kebawah, membentuk
tulang alveolar bagian luar yang berhubungan dengan benih gigi. Maksila tumbuh ke
postero-superior, kedalam, dan medial,untuk membentuk pars osea. Pada region dimana
terjadi permulaan osifikasi pada shelves, perluasan tulang ke arah bawah membentuk
lembaran tulang alveolar bagian medial.
Dengan cara ini terjadi alur ke dalam alveoli sebagai tempat untuk gigi geligi.
Pertumbuhan maksila sampai menjadi dewasa terutama karena proses remodeling tulang.
B. Tumbuh Kembang Mandibula
Pre Natal
Mandibula adalah tulang pipih berbentuk U dengan mekanisme pertumbuhan
melalui proses osifikasi endokondarial dan aposisi periosteal (osifikasi
intramembranous) dan padanya melekat otot-otot dan gigi.5 Mandibula terdiri dari 2
tulang yang simetris yang berfusi pada midline di area simfisis. Menurut Profitt dan
Fields (2007), pertumbuhan mandibula ada 2 macam5:
1) Pola pertama, bagian posterior mandibula dan basis kranium tetap, sementara
dagu bergerak ke bawah dan depan5
2) Pola ke dua, dagu dan korpus mandibula hanya berubah sedikit sementara
pertumbuhan sebagian besar terjadi pada tepi posterior ramus, koronoid, dan
kondilus mandibula. Gerakan pertumbuhan mandibula pada umumnya
dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi di maksila. Setelah umur 2-4
tahun, korpus mandibula bertambah panjang terutama dalam arah posterior
bersama dengan terjadinya resorpsi sepanjang ramus yang membesar.5
Gambar 2. Diagram yang menunjukkan relasi dari formasi tulang di dalam mandibula dimulai dari
tulang rawan Meckel. Pembentukan tulang dimulai secara lateral ke tulang rawan Meckel dan
menyebar ke arah posterior tanpa pergantian dari tulang kartilago dengan tulang mandibula baru secara
langsung.
(Sumber : Digambar ulang dari Ten Cate AR. Oral Histology : Development, Structure and Function,
5th ed. St. Louis : Moby; 1998)
Gambar 3. Skema dari mandibula. Pusat dari osifikasi ialah dilateral kartilago meckel pada bifurkasi saraf
alveolar inferior.
(Sumber : Buku Ajar Biologi Oral 1 Edisi Kedua. Jakarta: Bagian Biologi Oral FKG UI, 1999)
Gambar 4. Deposisi dan resorpsi tulang
(Sumber : Koesoemahardja, Hamilah D., indrawati, Ary dan Jenie, Isnani. 2008. Tumbuh Kembang
Dentofasial Manusia. Edisi kedua. Jakarta: Universitas Trisakti press)
Tulang rahang bawah (os mandibula) berasal dari Branchial Arch I bawah atau
mandibula Arch dan disebut pula Processus Mandibularis. Mula-mula dibentuk tulang
rawan Meckel di bagian lingual Processus Mandibularis. Pertumbuhan dan perkembangan
tulang Meckel ini berada dekat dengan pembentukan N. Mandibularis. Pada saat N.
Mandibularis dibentuk mencapai 1/3 dorsal tulang rawan Meckel, kemudian bercabang
menjadi N. Alveolaris inferior ke arah anterior dan bercabang lagi menjadi N.Mentalis
dan N. Incisivus. 4
Pusat ossifikasinya sekitar foramen mentale.
Di saat minggu ke-6 masa kehamilan, perkembangan tulang kartilago ini meluas
sebagai batang hyaline cartilage, dilapisi oleh kapsul fibroselular, dari tempat
perkembangan telinga (otic capsule) hingga midline dimana mandibula bersatu.
Di minggu ke-6, bagian lateral Meckel's cartilage mengalami kondensasi dari
mesenkim di sudut yang dibentuk oleh divisi dari saraf alveolar inferior, incisor, dan
mental branches.
Pada 7 minggu osifikasi intramembranous dimulai dalam kondensasi ini, membentuk
tulang pertama dari mandibula.
Dari pusat osifikasi ini, formasi tulang menyebar cepat secara anterior menuju ke
midline dan secara posterior menuju titik dimana saraf mandibula dibagi menjadi
lingual dan cabang alveolar inferior.8
Perkembangan formasi tulang ini terjadi di sepanjang bagian lateral dari tulang
rawan Meckel, membentuk sebuah palung yang terdiri dari plate lateral dan medial yang
bersatukan diantara incisor. Lalu perkembangan tulang ini berlangsung hingga menuju
midline. Dua pusat osifikasi yang tersisa dipisahkan oleh mandibular symphysis sampai
bayi akan lahir.
Perpanjangan tulang rawan Meckel yang mengarah ke belakang, nantinya akan
menjadi sebuah saluran yang berisi saraf alveolar inferior. Ramus mandibula
dikembangkan oleh osifikasi secara posterior menuju mesenkim dari branchial arch
pertama. Titik perbedaan ini ditandai oleh lingula pada mandibula dewasa. Tulang rawan
meckel akan menjadi malleus di telinga dalam dan sphenomalleolar ligament. Setelah
ramus mandibula terbentuk tulang rawan Meckel menghilang.
Pertumbuhan mandibula lebih lanjut dipengaruhi oleh tiga tulang rawan sekunder
(secondary cartilage), yaitu :
1. Tulang Rawan Kondilar (condylar cartilage)
Tulang rawan kondilar muncul pada saat minggu ke-12 masa perkembangan dan
secara cepat membentuk cone yang berperan besar dalam perkembangan ramus.
Tulang rawan ini dapat berkembang menjadi tulang sejati melalui osifikasi
endokondral. Tidak semua tulang rawan kondilar mengalami osifikasi, akibatnya ada
sisa tulang rawan yang bertahan hingga 20 tahun. Sisa tulang rawan kondilar ini
berguna untuk mekanisme pertumbuhan mandibula.
2. Tulang Rawan Koronoid (coronoid cartilage)
Tulang rawan koronoid muncul saat bulan ke-4 dari masa perkembangan. Tulang
rawan koronoid ini ukurannya melebihi batas anterior dari koronoid process. Tulang
rawan ini bersifat sementara dan akan hilang sebelum lahir.
3. Tulang Rawan Symphyseal
Tulang rawan ini muncul di jaringan ikat diantara ujung tulang rawan meckel tetapi
sepenuhnya “berdiri” sendiri (tidak bergantung pada tulang rawan meckel). Mereka
akan hilang setelah setahun pertama kelahiran.
Post-Natal
Pertumbuhan mandibula terjadi oleh proses remodeling tulang.
Pertumbuhan panjangnya ukuran mandibula terjadi karena adanya bone deposition di
permukaan posterior (ramus) dengan pengimbangan apsorption pada permukaan
anterior.
Pertumbuhan lebar mandibula terjadi karena adanya bone deposition pada permukaan
luar mandibula dan apsorption pada permukaan dalam.
Walaupun mandibula merupakan single bone, namun mandibula merupakan sebuah skeletal
units yang masing-masing berhubungan dengan jaringan-jaringan halus di sekitar yang
disebut dengan functional matrices. Functional matrices merupakan penentu utama
pertumbuhan skeletal units.
Mandibula memiliki ciri the most delayed growth dan the most post-natal growth dari
semua tulang wajah.
Bagian kanan dan kiri mandibula pada bayi yang baru lahir masih terpisah, kemudian
menyatu pada midline mental symphisis selama tahun pertama.
Lokasi utama pertumbuhan post-natal mandibula adalah :
endochondral apposition pada tulang rawan condylar
intramembraneous apposition pada aspek posterior
Pada saat lahir, mandibular condylers tumbuh lebih secara horizontal sehinggan
condylar tumbuh memanjang Sedangkan, pada anak-anak, pertumbuhan lebih secara vertikal
sehingga pertumbuhan condylar meninggi. Pertumbuhan mandibula berlangsung hingga akhir
masa remaja, sekitar umur 20 tahun.4,5
Bagan 2. Tumbuh kembang mandibula
Kelainan Pertumbuhan Rahang Bawah
1. Mikrognasia
Istilah mikrognasia umumnya dipakai khusus untuk mandibula meskipun dapat pula
dipakai untuk menunjukkan pengecilan ukuran mandibula dan maksila. Dagu dapat
sangat retrusif atau absen sama sekali. Hidung dan bibir atas menjadi menonjol
sehingga muka seperti burung.
Keadaan ini dapat bersifat kongenital, dapat pula terjadi sesudah lahir, misalnya
akibat infeksi seperti arthritis rematoid juvenilis.
Mikrognasia disebabkan oleh kegagalan pusat pertumbuhan di kepala
sendi.Penyeabnya adalah kelainan perkembangan atau didapat cedera pada kepala
sendi oleh trauma pada saat lahir atau infeksi pada telinga dapat menyerang pusat
pertumbuhan kepala sendi. Kemungkinan lain adalah trauma atau infeksi daerah
kepala sendi dan menyebabkan pengecilan ukuran rahang.
Gambar 5. Bayi yang mengalami mikrognasia
2. Makrognasia
Makrognasia adalah rahang yang besar.Jika terjadi pada rahang bawah dapat
menyebabkan dagu menonjol.Keadaan ini dapat bersifat kongenital dan dapat pula
bersifat dapatan melalui penyakit serta dapat dikoreksi dengan tindakan bedah.
Pada akromegali, penderita mempunyai tumor kelenjar hipofisis yang akan
mendorong pertumbuhan terus-menerus pada tempat tertentu, misalnya jari dan tulang
mandibula.
Gambar 6. Rahang bawah yang mengalami makrognasia
C. Tumbuh Kembang Palatum8-12
Pertumbuhan palatum
Palatum sebagai bentuk keseluruhan dari dua primordia yang dapat
diklasifikasikan sebagai palatum primer dan palatum sekunder. Pada sekitar minggu ke-6
pertumbuhan palatum primer mulai terbentuk, yang timbul dari prossesus medial nasal.
Terdiri dari mesoderm, bentuk ini akhirnya akan memperluas bentuk dasar dari rongga
hidung. Pertumbuhan dan perkembangan palatum terjadi melalui beberapa tahap :
1. Palatum Primer9
Pada sekitar minggu keenam, palatum primer mulai dibentuk oleh
Intermaxillary Segment (fusi dari processus nasalis medialis) yang berkembang ke
arah medial dan kaudal. Meskipun palatum primer berasal dari segmen intarmaksila,
bagian utama palatum tetap, dibentuk oleh dua pertumbuhan keluar dari tonjolan
maksila yang menyerupai tameng. Kedua tonjolan ini, yaitu lempeng palatina,
tampak dalam perkembangan minggu ke-6 dan mengarah miring ke bawah pada sisi
kanan dan kiri lidah membentuk :
Palatum primer
Septum nasi (bagian dari hidung yang membatasi rongga hidung kanan dan
kiri)
Premaxilla (tulang rahang atas yang menunjang gigi 21 22)
Philtrum (lekukan antara tuberkel dan hidung)
Gambar 7.8 Pembentukan kavitas nasal dan palatum primer. (A, B) nasal pit
berinvaginasi untuk membentuk sebuah pemisahan kavitas nasal dari kavitas oral
oleh sebuah partisi tipis yang disebut nasal fin. (C,E) nasal fin menipis untuk
membentuk membran oronasal yang menyudahi pembentukan primitive choana.
Penambahan bagian posterior prosesus intermaxillary membentuk palatum primer.
Sumber : Salentjin LM, Robinson ES. Facial and palatal development. 11: hal 8.
2. Palatum Sekunder8,9
Selama minggu ke 7 dan ke-8, dinding medial (permukaan oral) dari
prosesus maksilaris memproduksi sepasang tambahan medial yang tipis yang
disebut prosesus palatina (shelves). Mengawali pertumbuhan yang dominan ke
vertikal: ke bawah dan paralel ke permukaan lateral lidah. Pada permulaan minggu
ke-8, lidah mulai kontraksi dan bergerak menjauh. Selain itu, rahang bawah tumbuh
ke bawah dan ke depan.
Pada akhir minggu ke-8, prosesus palatina berputar secara cepat ke atas
sampai posisi horizontal di atas lidah dan berfusi satu sama lain dan dengan palatum
primer. Fusi prosesus palatal ini membentuk palatum sekunder yang bersama
palatum primer membentuk palatum definitif.
Sekitar minggu ke-9 kehamilan, palatum sekunder mulai berkembang dari
processus palatines lateralis, tetapi perkembangan ini tidak selesai sampai bulan
ketiga kehamilan. Kedua processus ini tumbuh secara vertikal pada kedua sisi lidah.
Mula-mula palatum sekunder berkembang ke arah bawah karena masih adanya
lidah embrional. Namun setelah rahang bawah (os mandibula) berkembang, maka
ruang bertambah besar, sehingga lidah turun ke bawah (gambar 8). Hal ini
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan palatum sekunder dapat
berkembang ke arah midline dan berfusi. Selain itu, septum nasi juga mengadakan
fusi dengan kedua palatum sekunder (kiri dan kanan).
Gambar 8.8 Perubahan ruang yang bertambah besar dan lidah turun ke bawah sehingga
terjadi perubahan arah pertumbuhan palatum yang awalnya ke arah bawah menjadi
horizontal ke arah midline dan berfusi.
Sumber : Sumber : Salentjin LM, Robinson ES. Facial and palatal development. 11: hal 0.
Sebelum fusi dimulai, sintesis DNA berhenti setidaknya satu hari dan sel-sel
epitel mengalami kematian fisiologis sel, sehingga sel-sel epitel basal terlihat. Agar
fusi dari dua prosssus palatina terjadi, diperlukan sejumlah besar gaya penggerak,
tetapi sifat dari gaya ini tidak diperlukan. Beberapa perubahan fisiologis yang
terjadi saat ini dalam perkembangan janin telah dikaitkan dengan fenomena ini.
Salah satu penjelasan yang mungkin bahwa gaya ini “dihasilkan oleh akumulasi
progresif dan hidrasi asam hyaluronic”. Selama tahap pertumbuhan juga terdapat
peningkatan yang signifikan dalam konsentrasi glukosaminoglikan, “yang menarik
air dan membuat pembengkakan lapisan. Hal ini telah diajukan juga bahwa
“tampilan dari fibroblas kontraktil di lapisan palatina” bisa berperan dalam
menciptakan gaya intrinsik yang diperlukan untuk mendorong dua prosessus
bersama sehingga dapat terjadi fusi. Langkah-langkah spesifik dalam pembentukan
lidah dan atribut kepala pada pola pertumbuhan ini.
Ketika fusi palatum terjadi, dua lapisan epitel harus selaras dan menyatu
pada midline. Penggabungan ini terbentuk karena lapisan permukaan
carbohydraterich karena ini memungkinkan untuk proses adhesi sederhana. Lapisan
yang membentuk penggabungan kemudian terdiri dari dua lapisan sel epitel yang
akhirnya harus menjadi satu ketika "pertumbuhan garis pertemuan dua tepi gagal
mengimbangi pertumbuhan palatal sehingga garis pertemuan dua tepi pertama
menipis menjadi satu lapisan" (Nanci, 2003). Proses fusi ini selesai pada minggu ke-
12, ketika midline egde seam (MES) menghilang sepenuhnya. Sel-sel epitel
kemudian berdeferensiasi ke bentuk lain yang berkaitan dengan struktur palatum.
Pada sisi nasal, sel epitel menjadi pseudostratified ciliated columnar ephitelium.
Pada sisi oral, sel epitel berubah menjadi stratified squamous non keratinizing
epithelium.
Gambar 9.8 Pembentukan palatum sekunder dan nasal septum. Palatum sekunder
terbentuk dari prosesus palatina yang tumbuh ke medial dari pembesaran maksila.
Selama periode yang sama, pertumbuhan nasal septum memisah menjadi kanan dan
kiri. Prosesus palatina pertama-tama tumbuh ke inferior pada sisi lain lidah (A,B)
tetapi secara cepat berputar ke atas untuk bertemu di midline (C), dimana mereka
berfusi satu sama lain dan dengan sisi inferior nasal septum (D).
Sumber : Salentjin LM, Robinson ES. Facial and palatal development. 11: hal 10.
Pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya dari palatum sekunder:
Dorsal palatum primer terjadi proses ossifikasi disebut processus palatinus
ossis maxillaries
Dorsal terjadi pula ossifikasi disebut Os. Palatinum
Dorsal Pertumbuhan dan perkembangan pada dorsal tidak mengalami proses
ossifikasi, disebut : Palatum Molle dan Uvula
Gambar 10.11 A. Intermaxillary Segment dan processus maksilaris. B.
Intermaxillary segment membentuk philtrum dari bibir atas, bagian tengah dari
tulang rahang atas dengan 4 gigi insisvus dan palatum primer.
(Sumber : Sadler, T.W. Langman Medical Embriology 9th Edition. Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins; 2010)
Gambar 11.12 Perkembangan palatum dan pemisahan rongga hidung yang mula-mula atau
menjadi rongga hidung yang berpasangan dan rongga mulut yang tunggal melalui
pertumbuhan septum nasi bersama dengan lempeng palatum.
(Sumber : Embriologi fungsional, Rohan W. johanes, 2008.)
Bagan 3. Tumbuh kembang palatum
Kelainan Tumbuh Kembang Palatum 11,12
Defek palatum sumbing terjadi akibat penyatuan tidak sempurna jaringan
palatum selama perkembangan masa mudigah sehingga terbentuk fisura melalui atap
mulut. Sumbing mungkin hanya mengenai palatum lunak atau dapat meluas melalui
palatum lunak dan keras ke dalam hidung dan mencakup daerah alveolar maksila.
Umumnya palatum sumbing terjadi bersama dengan bibir sumbing, tetapi kadang-
kadang timbul sebagai kelainan tersendiri. Palatum sumbing yang timbul tersendiri
memiliki etiologi embrionik yang berbeda dengan palatum sumbing yang disertai
bibir sumbing.
Palatum durum/keras atau bertulang membentuk sawar antara rongga mulut
dan hidung. Di sebelah posterior dari palatum keras terdapat palatum molle/palatum
lunak, yang penting untuk membentuk suara bicara normal. Bagian alveolar maksila
menjadi batas dari palatum durum. Celah membentuk saluran nasofaring dan hidung.
Celah di palatum terbentuk di garis tengan dan mgungkin hanya mengenai palatum
molle atau mungkin meluas melalui palatum durum dan molle ke hidung dan
mengenai bagian alveolar dari maksila.
Tujuan utama pembedahan palatum sumbing adalah megahsilkan fungsi
palatum yang normal sehingga terbentuk kemampuan bicara yang normal. Sementara
bibir sumbing lebih sering dijumpai, palatum sumbing adalah anomali yang lebih
serius. Kelainan ini dapat disertai oleh mal nutrisi, maloklusi gigi, defisiensi
pertumbuhan gigi, malfungsi tuba eustacius, tuli, dan obstruksi jalan nafas. Pasien
palatum sumbing dapat mengalami kesulitan bicara, makan, dan mendengar, dan
mungkin mengalami gangguan persepsi pengecapan dan penghidu.
Gambar 12. Gambaran palatum normal dan kelainan tumbuh kembang palatum
Penutupan sumbing dengan pembendahan idealnya dilakukan pada saat pasien
berusia antara 12 dan 18 bulan agar kemampuan berbicara dapat berkembang secara
normal mungkin. Apabila pembedahan dilakukan setelah anak mulai belajar
berbicara, maka nada suara tekak yang terbentuk akibat deformitas dapat menjadi
kebiasaan da menetap setelah perbaikan palatum sumbing memulihkan kemampuan
bicara normal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudarso ISR. Pola kebiasaan dan akibatnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan
kompleks maxilo-mandibular-fasial pada anak. Solo: Jurnal PDGI; 2002. h. 391-92.
2. Soemantri ESS. Ortodonsi dan pertumbuhan kraniofasial. Kumpulan Majalah Ilmiah
Kedokteran Gigi UI. Jakarta: FKG UI; 1994. h. 241-44.
3. Foster, T.D. .A Textbook of orthodontics 3rd ed. Yuwono L, alih Bahasa. Jakarta: EGC;
1997. h. 4-5.
4. Bagian Biologi Oral FKG UI. Buku ajar biologi oral 1 edisi kedua. Jakarta: 1999. h.27-8.
5. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary orthodontics fourth edition. St.
Louis. Mosby Elsevier. p. 158-60.
6. Elsabaa HM. Development and growth of the maxilla. Oral Biology. 2012- 2013: 1-6.
7. Koesoemahardja, Hamilah D, Indrawati, Ary, Jenie, Isnani. Tumbuh kembang
dentofasial manusia edisi kedua. Jakarta: Universitas Trisakti press. h. 2-10.
8. Baylis, Allison. Head and neck embriology: an overview of development, growth and
defect in the human fetus. Honors Scholar Theses; 2009. h. 105.
9. Salentjin LM, Robinson ES. Facial and palatal development. 11: 1-10.
10. Johanes RW. Embriologi fungsional perkembangan organ fungsi manusia ed 2. Jakarta:
EGC; 2003. h. 67-4.
11. Sadler, T.W. Langman Medical Embriology 9th Edition. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2010. p.334.
12. Janti S. Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. Jakarta: EGC; 2008. h.1-8.
MAKALAH ORAL BIOLOGY-1
Tumbuh Kembang Maksila, Mandibula dan Palatum
Disusun oleh :
1. Ade Irma Suryani (04101004032)
2. Dwita Maulidiyah (04101004034)
3. Meilinda (04101004038)
4. Linda Rimadini (04101004041)
5. Wahyu Purnama Opita (04101004047)
6. Tri Susanti (04101004052)
Dosen pembimbing :
drg. Shanty Chairani, M.Si.
Program Studi Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
2013