perbedaan keintiman pada mahasiswa uksw yang...

32
PERBEDAAN K YANG MENJALAN RELATIONS Diajukan Kepada Fakultas UNIVERS KEINTIMAN PADA MAHASISWA NIHUBUNGAN PACARAN LONG-D SHIPDAN PROXIMAL RELATIONS OLEH IRENE IRAWATI 802010002 TUGAS AKHIR Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Pe Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI SITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015 UKSW DISTANCE SHIP ersyaratan Untuk A

Upload: duongkiet

Post on 20-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

PERBEDAAN KEINTIMAN PADA MAHASISWA UKSW

YANG MENJALANIHUBUNGAN PACARAN

RELATIONSHIP

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

N KEINTIMAN PADA MAHASISWA UKSW

YANG MENJALANIHUBUNGAN PACARAN LONG-DISTANCE

RELATIONSHIPDAN PROXIMAL RELATIONSHIP

OLEH

IRENE IRAWATI

802010002

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

N KEINTIMAN PADA MAHASISWA UKSW

DISTANCE

PROXIMAL RELATIONSHIP

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Page 2: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan
Page 3: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan
Page 4: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan
Page 5: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan
Page 6: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan
Page 7: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

PERBEDAAN KEINTIMAN PADA MAHASISWA UKSW

YANG MENJALANIHUBUNGAN PACARAN

RELATIONSHIP

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

N KEINTIMAN PADA MAHASISWA UKSW

YANG MENJALANIHUBUNGAN PACARAN LONG-DISTANCE

RELATIONSHIPDAN PROXIMAL RELATIONSHIP

Irene Irawati

Jusuf Tjahjo Purnomo

Krismi Diah Ambarwati

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

N KEINTIMAN PADA MAHASISWA UKSW

DISTANCE

RELATIONSHIP

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Page 8: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keintiman pada mahasiswa UKSW

yang menjalani hubungan pacaran Long-distance Relationship (LDR) dan hubungan

pacaran Proximal Relationship (PR). Penelitian dilakukan pada mahasiswa yang sudah

masuk tahap perkembangan dewasa awal. Individu dewasa awal memiliki tugas

perkembangan salah satunya adalah membangun hubungan romantis dengan lawan jenis

yang biasa disebut dengan pacaran. Dalam hubungan pacaran diperlukan adanya

kedekatan dari individu yang berpasangan yaitu keintiman. Berdasarkan jarak, pacaran

dibagi menjadi jarak jauh (long-distance relationship) dan jarak dekat (proximal

relationship). Adanya jarak dalam hubungan pacaran dapat berpotensi memengaruhi

keintiman dalam suatu hubungan. Keintiman diukur menggunakan skala yang

diadaptasi dari Miller Social Intimacy Scale (MSIS) dari Miller dan Lefcourt yang

terdiri dari 37 aitem. Hasil analisis data menggunakan analisis Independent Sample t-

Test, mendapatkan hasil t-hitung= 0,575 dan p = 0,566 (p= 0,566>0,05) maka H0

diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan keintiman pada

mahasiswa UKSW yang menjalani hubungan pacaran LDR dan PR.

Kata kunci: keintiman, Long-Distance Relationship (LDR), Proximal Relationaship

(PR)

Page 9: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

ABSTRACT

This study aims to determine the difference of intimacy in SWCU students undergoing

Long-distance dating Relationship (LDR) and Proximal dating Relationship (PR). The

research was conducted on students who have entered the early stages of adult

development. Early adult individuals have one developmental task is to build a romantic

relationship with the opposite sex that is commonly referred to as courtship. In dating

relationship needed closeness of individual pairs of intimacy. Based on the distance,

relationship divided into long-distance relationship and proximal relationship. There are

distances in dating relationships can potentially affect intimacy in a relationship.

Intimacy was measured using a scale adapted from Miller Social Intimacy Scale (MSIS)

from Miller and Lefcourt consisting of 37 item. Results analyzed using independent

sample t-test, get the t-test = 0.575 and p = 0.566 (p = 0.566> 0.05) then H0 is accepted

and H1 rejected. This means that there is no difference in the intimacy SWCU students

undergoing LDR and PR.

Keywords: intimacy, Long-Distance Relationship (LDR), Proximal Relationaship (PR)

Page 10: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

1

PENDAHULUAN

Sebagian besar hidup seorang individu dihabiskan dalam berinteraksi dengan

orang lain (Rowe dalam Baron & Bryne, 2004). Kebutuhan untuk membina hubungan

dengan orang lain dan mendapat penerimaan menjadi hal mendasar bagi kebutuhan

psikologis seorang individu (Baumeister & Leary dalam Baron & Bryne, 2004).

Menurut Myers (2012) kehidupan setiap individu yang selalu saling bergantung,

menempatkan hubungan sebagai pusat dari eksistensi individu. Sementara menurut

Miller dan Perlman (2009), hubungan dengan orang lain adalah aspek utama dari

kehidupan seorang individu yang dapat menimbulkan kebahagiaan yang besar ketika

hubungan tersebut berjalan dengan baik, tetapi juga sebaliknya, dapat menimbulkan

kesedihan yang luar biasa ketika hubungan memburuk. Myers (2012) mengatakan

bahwa ada berbagai bentuk hubungan sosial, salah satunya adalah hubungan intim

lawan jenis atau hubungan romantis. Selain itu, manusia mempunyai suatu kebutuhan

untuk memiliki (need to belong) serta terhubung dengan orang lain dalam hubungan

yang erat dan saling menguatkan.

Papalia, Olds, dan Feldman (2007) mengatakan bahwa membina hubungan

dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan dewasa muda.

Individu yang termasuk dalam usia dewasa muda menurut Erikson (dalam Upton,

2012)memiliki rentang usia antara 19 sampai 40 tahun. Santrock (2002) mengatakan

bahwa seorang individu yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal memiliki

tugas perkembangan yang salah satunya adalah memilih pasangan hidup. Memilih

seorang teman hidup yang dimaksud di sini menunjukkan bahwa seorang individu

dewasa awal dituntut untuk memiliki hubungan intim lawan jenis atau hubungan

romantis seperti yang diungkapkan sebelumnya. Hal ini didukung oleh pendapat

Page 11: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

2

Papalia, Olds, dan Feldman (2007) juga memaparkan bahwa individu telah dapat

dianggap dewasa dan memiliki kematangan secara psikologis, salah satunya ketika

individu tersebut sudah mampu membangun hubungan romantis dengan seseorang yang

signifikan. Nisa dan Sedjo (2010) menyebut proses membentuk dan membangun

hubungan personal dengan lawan jenis dapat berlangsung melalui apa yang biasa

disebut sebagai hubungan pacaran.

Hubungan pacaran menurut Saxton (dalam Khoman & Meilona, 2008) adalah

suatu peristiwa yang telah direncanakan dan meliputi berbagai aktivitas bersama antara

dua orang (biasanya dilakukan oleh kaum muda yang belum menikah dan berlainan

jenis). Karsner (dalam Khoman & Meilona, 2008) mengatakan bahwa ada empat

komponen penting dalam hubungan pacaran, yaitu: saling percaya (trust each other),

komunikasi (communicate your self), keintiman (keep the romance alive), dan

meningkatkan komitmen (increase commitment). Dalam hubungan pacaran, tentu

diperlukan adanya kedekatan dari individu yang berpasangan, yang biasa disebut

dengan keintiman (intimacy). Rathus, Nevid, dan Rathus (2002) mengatakan bahwa

keintiman tidak selalu berbicara mengenai cinta dan seksualitas, namun juga melibatkan

kedekatan dan keterhubungan secara emosional, serta adanya keinginan untuk berbagi

pikiran dan perasaan terdalam satu sama lain.

Erikson (dalam Feist & Feist, 2007) mengatakan bahwa pada tahap dewasa muda,

perkembangan manusia ditandai dengan krisis psikososial keintiman versus

keterasingan. Krisis ini mencapai puncaknya pada usia 20-an, namun tetap menjadi

bagian dari perkembangan sepanjang masa dewasa (Withbourne, 2012). Keintiman

adalah kemampuan seseorang untuk meleburkan identitasnya dengan identitas orang

lain tanpa takut kehilangan identitas tersebut (Erikson, dalam Feist & Feist, 2007).

Page 12: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

3

Menurut Westheimer dan Lopater (2004), keintiman akan membuat sebuah hubungan

menjadi sangat dekat dan hangat, sehingga pasangan dapat saling bertukar pikiran dan

berbagi perasaan yang sangat personal dan pribadi. Dalam hubungan tersebut, dimensi

mengenai seksualitas bisa ada bisa juga tidak. Hubungan ini melibatkan perasaan kasih

sayang atau cinta yang berkelanjutan, saling percaya, dan perasaan saling menyatu antar

pasangan. Ketika seseorang merasa percaya pada pasangannya, maka ia akan percaya

bahwa ia tidak akan terluka, diperdaya, dikhianati atau ditipu. Dalam hubungan ini ada

keputusan untuk menghabiskan waktu bersama dan benar-benar melakukannya dengan

senang hati.

Teori Triangular Theory of Love, milik Sternberg (dalam Papalia, Sterns,

Feldman, & Camp, 2002), menyebutkan bahwa keintiman adalah aspek emosi,

melibatkan penyingkapan diri yang menyebabkan munculnya sebuah hubungan yang

hangat dan saling percaya. Keintiman juga merupakan sebuah kedekatan yang dirasa

oleh dua orang dan kekuatan dari ikatan yang menahan mereka bersama (Sternberg

dalam Baron & Bryne, 2004). Faktor-faktor yang dapat memengaruhi munculnya

keintiman dalam suatu hubungan adalah perasaan aman secara emosional, tidak adanya

pengabaian suatu hal, tanggung jawab, keinginan untuk berbagi, tidak ada gangguan,

seks, kejujuran, kontak fisik, kehadiran, dan adanya rasa syukur (Bloom & Bloom,

2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ben-Ari, Lavee, Laurenceau, dkk

(dalam Miller & Perlman, 2009) didapatkan bahwa yang membedakan hubungan biasa

dan hubungan dengan keintiman ada dalam enam area spesifik, yaitu: pengenalan

(knowledge), memperhatikan (caring), independen (independence), mutualitas

(mutuality), percaya (trust), dan komitmen (commitment). Penelitian yang dilakukan

Page 13: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

4

oleh Chrisman (2007) mengungkapkan beberapa aspek keintiman berdasarkan skala

MSIS milik Miller dan Lefcourt (1982) yakni pengungkapan diri kepada pasangan,

pengungkapan perasaan, menghabiskan waktu bersama-sama, menunjukkan rasa

sayang, menunjukkan dukungan dan perasaan kedekatan dengan pasangan. MSIS inilah

yang nantinya akan peneliti gunakan dalam penelitian ini.

Hampton (dalam Purba & Siregar, 2006) membagi hubungan pacaran berdasarkan

jarak menjadi dua tipe yaitu, Proximal Relationship (PR) dan Long Distance

Relationship (LDR). PR atau yang dikenal juga sebagai hubungan pacaran lokal, yaitu

ketika pasangan yang menjalin hubungan pacaran berada pada satu lokasi atau daerah

yang sama, seperti satu kota dimana para pasangan dapat dengan lebih mudah bertemu.

Menurut Hampton (dalam Khoman & Meilona, 2008) pada hubungan PR pasangan

tidak dipisahkan oleh jarak fisik yang berarti oleh karena itu kedekatan fisik

dimungkinkan. Sebaliknya, LDR adalah hubungan pacaran yang biasa disebut dengan

pacaran jarak jauh karena pasangan yang menjalin hubungan pacaran berada pada dua

lokasi atau daerah yang berbeda, seperti berbeda kota, provinsi, pulau, atau bahkan

negara. Suwito (2013) memaparkan bahwa pasangan LDR melakukan perjalanan untuk

bertemu bersama, seringkali dalam beberapa hari atau bahkan jam, kemudian kembali

berpisah untuk jangka waktu tertentu. Menurut Guldner (2003), pasangan LDR

biasanya menemui dan mengunjungi pasangannya mulai dari seminggu sekali sampai

empat bulan sekali dengan batas jarak jauh minimal 30 mil atau ± 50 km.

Menurut Kelmer, Rhoades, Stanley, dan Markman (2013), hubungan pacaran

jarak jauh dapat terjadi karena beberapa alasan, seperti mengejar karir atau pendidikan,

dinas militer, penahanan, pembatasan imigrasi, dan kewajiban dari keluarga atau

orangtua. Hal ini juga dikatakan oleh Kyns bahwa salah satu alasan hubungan jarak jauh

Page 14: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

5

dapat terjadi adalah karena masih melanjutkan pendidikan pada perguruan tinggi dan

menjadi populer khususnya pada wilayah perguruan tinggi (universitas) yaitu pada

mahasiswa (dalam Purba & Siregar, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Stafford,

Daly, dan Reske (dalam Kohman & Meilona, 2008) menunjukkan bahwa kurang lebih

sepertiga dari hubungan sebelum menikah yang dijalani mahasiswa merupakan pacaran

jarak jauh. Demikian pula terjadi pada mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana

(UKSW) di Salatiga, yang sebagian dari mahasiswanya merupakan perantau dari

berbagai daerah di Indonesia.

Menurut Sternberg (dalam Putri, 2010), hubungan pacaran yang serius atau

bertujuan jangka panjang akan lebih banyak membutuhkan komponen keintiman dan

komitmen.Namun, adanya jarak dalam hubungan pacaran dapat berpotensi

memengaruhi keintiman dalam suatu hubungan. Hal serupa juga diungkapkan oleh

Yudistriana, Basuki, & Harsanti, (2010) bahwa masalah yang berpotensi timbul dalam

hubungan pacaran jarak jauh adalah pemenuhan kebutuhan akan keintiman. Hal ini

dapat terjadi karena dalam sebuah hubungan pacaran, seorang individu membutuhkan

suatu kebersamaan dengan pasangannya (Prager, 1995 dalam Purba & Siregar, 2006).

Kebersamaan ini juga berpengaruh pada keterlibatan pasangan secara langsung dalam

komunikasi verbal sehari-hari yang juga berpegaruh pada keintiman individu dan

pasangannya (Kauffman, 2000). Hal ini akan sulit dipenuhi oleh individu yang menjalin

hubungan pacaran jarak jauh karena minimnya frekuensi pertemuan dengan pasangan.

Walaupun hal ini sering kali diatasi dengan memperbanyak frekuensi komunikasi

melalui telepon, pesan maupun media sosial lainnya, namun komponen keintiman ini

tidak dapat terpenuhi sepenuhnya karena individu akan merasa kehilangan kebersamaan

dengan pasangannya (Prager, 1995 dalam Purba & Siregar, 2006). Namun, penelitian

Page 15: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

6

yang dilakukan oleh Jin dan Pena (2008) mengatakan bahwa penggunaan telepon untuk

berkomunikasi dengan pasangan berhubungan positif pada keintiman dari suatu

hubungan.

Dari wawancara awal yang peneliti lakukan pada akhir Bulan Oktober 2013

terhadap beberapa mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, dari pasangan PR

didapatkan bahwa tidak adanya jarak yang terlalu jauh membuat pasangan tidak terlalu

mementingkan pertemuan tatap muka, komunikasi melalui telepon selular atau fasilitas

media sosial dirasa sudah cukup. Sedangkan pasangan LDR memiliki kondisi yang

sering kali menyebabkan masalah yang lebih besar pada hubungan berkaitan dengan

kebutuhan akan keintiman. Masalah yang dilaporkan antara lain terbatasnya waktu

untuk bertatap muka secara langsung sehingga komunikasi yang terjalin dilakukan

melalui telepon selular, baik dengan bertelepon, pesan singkat, maupun jejaring sosial.

Komunikasi yang tidak terjalin secara langsung ini biasanya mengakibatkan adanya

kesalah pahaman pada pasangan LDR. Selain itu, karena terpisah jarak yang cukup

jauh, pasangan LDR jarang memiliki waktu khusus bersama pasangannya, yang biasa

digunakan untuk saling bertukar pikiran dan perasaan, serta mengungkapkan perasaan

masing-masing melalui bahasa nonverbal, seperti berpelukan dan berciuman. Oleh

karena itu, pada pasangan LDR waktu khusus bersama yang mereka miliki dirasa lebih

berharga dibandingkan dengan pasangan PR. Kemudian adanya tuntutan yang lebih

besar untuk saling memiliki rasa percaya kepada pasangannya ketika sedang tidak

bersama-sama.

Namun, penelitian Castillo (2013) mengatakan bahwa pasangan LDR memiliki

tingkat keintiman yang lebih baik dibanding dengan pasangan PR. Pasangan yang

terpisah oleh jarak memiliki frekuensi yang sangat minim untuk saling bertemu tatap

Page 16: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

7

muka dan intensitas berkomunikasi yang lebih rendah dibanding pasangan PR, namun

interaksi komunikasi dan timbal balik yang terjalin pada pasangan tersebut lebih dalam.

Sementara itu, berbeda dengan hasil penelitian oleh Horn dan kawan-kawan (dalam

Strong, DeVault, & Cohen, 2008) yang mengatakan bahwa pasangan LDR cenderung

kurang bersahabat, kurang dalam penyingkapan diri, kurang memiliki kepastian tentang

masa depan besama, dan juga memiliki kepuasan yang lebih rendah dibandingkan

dengan pasangan PR. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Jiang dan Hancock (2013)

mengatakan bahwa meskipun kedekatan secara fisik tidak memungkinkan dan

komunikasi yang terjalin menjadi lebih sulit, namun pasangan LDR lebih banyak

berinteraksi menggunakan media komunikasi seperti telepon, chatting, pesan singkat,

dan e-mail dari pada pasangan PR. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa

pasangan LDR berusaha lebih keras untuk mengkomunikasikan rasa sayang untuk

memiliki keintiman dengan pasangan mereka. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa

pasangan LDR merasa lebih intim dengan pasangannya, karena mereka lebih terbuka

dalam mengungkapkan diri kepada pasangan dan mampu mengidealkan perilaku

pasangan sesuai dengan yang diharapkan.

Demikian juga Stafford dan Reske (dalam Strong, DeVault, & Cohen, 2008),

yang membandingkan pasangan LDR dengan PR dan kemudian mendapatkan hasil

bahwa pasangan LDR dengan komunikasi yang lebih terbatas mampu mempersiapkan

diri untuk masalah-masalah mendatang, sementara pasangan PR menghindari hal ini.

Pasangan LDR memanfaatkan kesempatan berkomunikasi untuk membicarakan

prediksi masalah-masalah yang kemungkinan akan dihadapi di waktu mendatang,

sementara pasangan PR kurang memberikan perhatian pada hal ini. Seperti yang

sebelumnya disebutkan oleh Miller dan Perlman (2008) serta Rathus, Nevid dan Rathus

Page 17: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

8

(2002) bahwa komunikasi dan adanya timbal balik merupakan salah satu faktor yang

ada dalam keintiman.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Ada perbedaan keintiman

pada mahasiswa UKSW yang menjalani hubungan pacaran Long-distance Relationship

(LDR) dan hubungan pacaran Proximal Relationship (PR).” Namun penulis belum bisa

menyimpulkan mana yang memiliki keintiman lebih tinggi.

Page 18: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

9

METODE

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian komparatif, yaitu penelitian yang

bersifat membandingkan (Sugiyono, 2003) menggunakan pendekatan kuantitatif.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Kristen Satya

Wacana (UKSW) yang sedang menjalani hubungan pacaran baik pacaran jarak jauh

(LDR) maupun pacaran jarak dekat (PR) dengan jumlah populasi yang tidak diketahui.

Adapun karakteristiknya adalah: (1) mahasiswa aktif UKSW berusia 19 sampai 40

tahun, (2) sedang menjalani hubungan pacaran baik pacaran jarak jauh (LDR) maupun

pacaran jarak dekat (PR). Kriteria untuk partisipan yang sedang menjalani hubungan

pacaran jarak jauh antara lain (Guldner, 2003): (1) memiliki pasangan yang tinggal di

daerah atau kota yang berbeda dengan jarak lokasi minimal ± 50 km atau 30 mil, (2)

mengalami pertemuan dengan pasangan maksimal seminggu satu kali hingga empat

bulan satu kali pertemuan.

Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik snow-ball. Sampel

yang digunakan berjumlah 131 partisipan berdasarkan kriteria-kriteria populasi yang

telah ditentukan, dengan jumlah sampel LDR sebanyak 57 partisipan dan jumlah sampel

PR sebanyak 74 partisipan.

Page 19: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

10

Tabel 1. Data Demografi Subjek LDR

Pacaran LDR Usia 19 – 26 th

Jenis Kelamin

L 15 P 42

Intensitas bertemu muka

Satu minggu 1 kali 7 Satu bulan 1-4 kali 15 Tiga bulan 1-3 kali 11 Lain-lain 24

Jarak

Beda kota 25 Beda propinsi (di Jawa) 20 Beda pulau 12 Beda negara -

Jumlah 57

Tabel 2. Data Demografi Subjek LDR

Pacaran PR

Usia 19 – 25 th

Jenis Kelamin

L 30 P 44

Intensitas bertemu muka

Setiap hari 47 Satu minggu < 3 kali 12 Lain-lain 15

Jumlah 74

Penelitian dilakukan pada mahasiswa UKSW yang sedang menjalani hubungan

pacaran, baik LDR maupun PR. Mahasiswa yang menjadi sampel adalah mahasiswa

yang sudah masuk dalam tahap perkembangan dewasa muda, yaitu pada rentang usia 19

sampai 40 tahun, namun sampel yang didapatkan pada penelitian ini memiliki rentang

usia 19 sampai 26 tahun dengan rata-rata berusia 20,5 tahun. Data yang diperoleh dari

sampel penelitian berjumlah 131 dengan perbandingan 86 perempuan dan 45 laki-laki.

Pada kelompok LDR terdapat 57 sampel yaitu 42 perempuan dan 15 laki-laki,

sementara pada kelompok PR terdapat 74 sampel yaitu 44 perempuan dan 30 laki-laki.

Page 20: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

11

Sampel yang digunakan memiliki usia pacaran minimal enam bulan namun tidak

diketahui rentang maksimal dari data yang diperoleh, sehingga tidak diketahui rata-rata

usia pacaran dari sampel yang diperoleh. Dari data yang terkumpul didapatkan bahwa

intensitas bertemu muka pada sampel LDR mulai dari satu minggu satu kali hingga satu

tahun satu kali dengan rata-rata intensitas bertemu muka adalah satu bulan 1-4 kali.

Jarak pada sampel LDR dengan pasangannya didapatkan mulai dari beda kota (50 km)

hingga beda pulau dengan rata-rata jarak adalah beda kota. Sementara pada sampel PR

intensitas bertemu muka mulai dari setiap hari hingga satu minggu satu kali dengan

rata-rata intensitas bertemu muka satu minggu 3-4 kali.

Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen keintiman dalam penelitian ini penulis menggunakan Miller Social

Intimacy Scale (MSIS) dengan menambahkan aitem-aitem baru. MSIS adalah skala

yang dikembangkan oleh Miller dan Lefcourt (1982) untuk mengukur kedekatan

seseorang dengan pasangannya, namun tidak sebatas untuk pasangan yang sudah

menikah. MSIS menggunakan skala Likert dengan rentang 1-10, terdiri dari 17 aitem

terbagi menjadi dua bagian, yaitu 6 aitem untuk mengukur frekuensi perilaku tertentu

dan 11 aitem untuk mengukur intensitas perilaku tertentu dalam suatu hubungan.

Menurut Christman (2007), aspek-aspek yang diukur dalam MSIS meliputi:

pengungkapan diri kepada pasangan (aitem no. 13: Saya mendengarkan curhat pribadi

dari pacar saya), pengungkapan perasaan (aitem no. 32: Saya malu untuk menangis di

depan pacar saya), menghabiskan waktu bersama-sama (aitem no. 15: Saya berusaha

meluangkan waktu untuk pacar saya), menunjukkan rasa sayang (aitem no. 22: Saya

mengatakan rasa sayang saya kepada pacar saya), menunjukkan dukungan (aitem no. 5:

Saya mampu menyemangati dan memberikan dukungan kepada pacar saya ketika dia

Page 21: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

12

sedang merasa tidak bahagia) dan perasaan kedekatan dengan pasangan (aitem no. 12:

Saya merasakan kehadiran pacar saya walaupun kami tidak sedang bersama-sama).

Skor yang tinggi mengindikasikan keintiman yang tinggi pada hubungan partisipan.

MSIS termasuk instrumen yang sangat reliabel karena dari penelitian yang dilakukan

Shaffer (2010) hasil pengujian reliabilitas menggunakan alpha cronbach menghasilkan

0,93.

Berdasarkan aspek-aspek yang disebutkan oleh Chrisman, peneliti menambahkan

22 aitem sehingga jumlah aitem menjadi 39 aitem. Dilakukan dua kali putaran uji daya

diskriminasi item, diperoleh hasil bahwa terdapat dua aitem yang gugur dari Skala

Keintiman ini yaitu aitem 11 dan 32 dengan koefisien korelasi 0,010 dan 0,226 yang

kurang dari batas koefisien korelasi item total ≥ 0, 3 (Azwar, 2012). Maka dari itu

terdapat 37 item yang dapat digunakan untuk dianalisa dalam penelitian ini dengan

koefisien korelasi aitem total bergerak dari 0,313 sampai 0,654. Uji reliabilitas

mendapatkan hasil alpha cronbach 0,908 yang menunjukkan bahwa alat ukur ini

reliabel.

Tabel 3. Reliabilitas Skala Keintiman

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of

Items

,908 37

Page 22: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

13

HASIL

Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Dari hasil analisa SPSS dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test pada

Variabel Keintiman didapatkan bahwa data pada kelompok PR berdistribusi normal

(Kolmogorov-Smirnov=1,113, p=0,153), demikian juga pada kelompok LDR

(Kolmogorov-Smirnov=0,505, p=0,961). Dapat dikatakan bahwa Variabel

Keintiman pada kelompok PR dan LDR adalah normal atau memenuhi persyaratan

uji normalitas data.

Tabel 4. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PR LDR

N 74 57

Normal Parametersa,b

Mean 119,00 117,84

Std.

Deviation

11,298 11,571

Most Extreme

Differences

Absolute ,132 ,067

Positive ,132 ,054

Negative -,071 -,067

Kolmogorov-Smirnov Z 1,133 ,505

Asymp. Sig. (2-tailed) ,153 ,961

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas yang diperoleh pada variabel keintiman pada levene’s Test

menunjukkan bahwa kedua kelompok memiliki varian yang sama ( p = 0,585).

Page 23: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

14

Analisis Deskriptif

Tabel 5. Statistik Deskriptif Pengukuran Skala Keintiman

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

PR 74 97 144 119,00 11,298

LDR 57 86 145 117,84 11,571

Valid N (listwise) 57

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Keintiman 131 86 145 118,44 11,351

Valid N (listwise) 131

Berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui skor empiric skala keintiman paling rendah

adalah 86 dan skor paling tinggi adalah 145, rata-ratanya adalah 118,44 dengan standar

deviasi 11,351. Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran skala keintiman

digunakan empat kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah. Jumlah

aitem yang digunakan adalah 37 aitem terpakai dengan kategori jawaban mulai dari 1

sampai 4.

Tabel6. Interval Skala Keintiman

PR LDR Interval Kategori Frekuensi Persen Mean Frekuensi Persen Mean

120,25 ≤ X < 148 Sangat Tinggi 34 45, 9 26 45,6

92,5 ≤ X < 120,25 Tinggi 40 54,1 119 30 52,6 117,84 64,75 ≤ X < 92,5 Rendah - - 1 1,8 37 ≤ X < 64,75 Sangat Rendah - - - -

Total 74 100 57 100

Mean 119 117,84 Data diatas menunjukkan tingkat keintiman dari 2 kelompok, subjek yang

berpacaran PR dan subjek yang berpacaran LDR. Pada kelompok subjek PR dengan

Page 24: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

15

jumlah partisipan sebanyak 74 subyek terdapat sebanyak 54,1% atau 40 subyek berada

pada kategori tinggi dan pada kategori sangat tinggi 45,9% atau 34 subyek. Sedangkan

pada kelompok subjek LDR dengan jumlah partisipan sebanyak 57 subjek terdapat

sebanyak 52,6% atau 30 subyek berada pada kategori tinggi, disusul 45,6% atau

sebanyak 26subyek berada pada kategori sangat tinggi dan pada kategori rendah

sebanyak 1,8% atau 1 subyek. Secara umum dapat dikatakan bahwa keintiman individu

pada subyek PRdan LDR sama-sama berada pada tingkat yang tinggi.

Uji Beda (Uji t)

Tabel 7. Hasil Uji BedaIndependent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. T df Sig.

(2-

tailed)

Mean

Differen

ce

Std. Error

Differenc

e

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

keintima

n

Equal

variances

assumed

,300 ,585 ,575 129 ,566 1,158 2,012 -2,823 5,139

Equal

variances not

assumed

,574 119,

154

,567 1,158 2,018 -2,839 5,154

Hasilanalisis Independent Samplet-Test didapatkant-hitung= 0,575 dan p = 0,566

maka hipotesis awal dari penelitian ini ditolak. Hal ini berarti bahwa tidak ada

perbedaan keintiman pada mahasiswa UKSW yang menjalani hubungan pacaran LDR

dan PR.

Page 25: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

16

PEMBAHASAN

Dari perhitungan uji beda (Tabel 7.) berdasarkan perhitungan analisis Independent

Sample t-Test memperoleh hasil t-hitung=0,575 dan p=0,566(p>0,05) maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan keintiman pada mahasiswa UKSW yang

menjalani hubungan pacaran LDR dan PR. Dapat diartikan bahwa mahasiswa UKSW

yang menjalani hubungan pacaran LDR maupun PR memiliki keintiman yang sama.

Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal penelitian ini, bahwa ada perbedaan

keintiman pada mahasiswa UKSW yang menjalani hubungan pacaran LDR dan PR. Hal

ini berarti bahwa hipotesis awal dari penelitian ini ditolak.

Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan keintiman pada mahasiswa

yang menjalani hubungan pacaran LDR dan PR, namun juga kedua kelompok sampel

memiliki tingkat keintiman yang berada pada kategori tinggi (LDR 52,25%; PR 54,1%).

Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa kemungkinan. Pertama, dari data yang

diperoleh didapatkan hasil bahwa baik kelompok LDR maupun PR sama-sama memiliki

waktu untuk bertemu, sehingga dapat dikatakan bahwa faktor kehadiran memberikan

pengaruh terhadap munculnya keintiman pada kedua kelompok. Ketika seseorang tidak

hadir secara fisik pada suatu waktu tertentu, maka ia tidak bisa terhubung secara

mendalam dengan yang lain pada waktu tersebut (Bloom & Bloom, 2013). Prager

(dalam Purba & Siregar, 2006) juga mengatakan bahwa dalam sebuah hubungan

pacaran, seorang individu membutuhkan suatu kebersamaan dengan pasangannya,

kebersamaan ini berpengaruh pada keterlibatan pasangan secara langsung dalam

komunikasi verbal sehari-hari yang berdampak pada keintiman individu dan

pasangannya (Kauffman, 2000). Dari data yang diperoleh, pertemuan pada kelompok

PR menunjukkan intensitas pertemuan yang lebih sering. Sementara pada kelompok

Page 26: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

17

LDR, pertemuan dengan pasangan lebih menunjukkan kualitas dari pertemuan itu

sendiri. Seperti hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Castillo (2013) yang

mengatakan bahwa interaksi komunikasi dan timbal balik pada pasangan LDR terjalin

lebih dalam.

Kedua, keintiman bukan hanya berbicara mengenai kedekatan secara fisik namun

juga kedekatan dan keterhubungan secara emosi (Rathus, Nevid, & Rathus, 2002) yang

melibatkan adanya saling bertukar pikiran dan berbagi perasaan yang sangat personal

dan pribadi, perasaan kasih sayang atau cinta yang berkelanjutan, saling percaya, dan

perasaan saling menyatu antar pasangan (Westheimer & Lopater, 2004). Oleh sebab itu,

selain pertemuan secara fisik, komunikasi yang rutin dengan pasangan dapat menjadi

cara lain untuk membangun keintiman dengan pasangan (Merolla, 2013). Komunikasi

ini dapat memanfaatkan teknologi komunikasi yang sedang berkembang, seperti

telepon, pesan teks, video-call dan e-mail. Dari data yang diperoleh, didapatkan bahwa

baik pasangan LDR maupun PR sama-sama memiliki komunikasi dengan pasangannya

dengan memanfaatkan teknologi komunikasi yang sedang berkembang. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jin dan Pena (2008) mengatakan bahwa

penggunaan telepon berhubungan positif pada keintiman dari suatu hubungan.

Tidak adanya perbedaan pada hasil penelitian ini kemungkinan juga karena alat

ukur yang digunakan, yaitu MSIS yang hanya sebatas mengukur tentang keintiman

sosial, yaitu kedekatan secara sosial. Namun, kedekatan secara sosial yang dapat diukur

dengan MSIS tidak memiliki batasan yang jelas, sehingga hasil yang diperoleh dari alat

ukur ini adalah keintiman secara umum.

Page 27: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

18

Hasil penelitian yang mengatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari

keintiman pada pasangan mahasiswa LDR dan PR ini menolak pendapat Yudistriana,

Basuki, & Harsanti (2010) yang mengatakan bahwa masalah yang berpotensi timbul

dalam hubungan pacaran jarak jauh adalah pemenuhan kebutuhan akan keintiman.

Tidak adanya perbedaan yang signifikan dari penelitian ini juga menolak penelitian oleh

Castillo (2013), dan Jiang dan Hancock (2013) yang mengatakan bahwa pasangan LDR

memiliki keintiman yang lebih tinggi dari pada pasangan PR.

Page 28: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

19

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka

didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak ada perbedaan yang signifikan dari keintiman pada mahasiswa UKSW yang

menjalani hubungan pacaran LDR dan PR (t-hitung= 0,575; p>0,05).

2. Tingkat keintiman pada mahasiswa UKSW yang menjalani hubungan pacaran LDR

(52,6%) dan PR (54,1 %) berada pada tingkat yang sama yaitu tinggi.

SARAN

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka penulis

menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan dan mengembangkan disarankan

untuk meneliti mengenai perbedaan keintiman ditinjau dari faktor lainnya, seperti

intensitas bertemu atau intensitas komunikasi menggunakan media komunikasi.

Diharapkan peneliti selanjutnya juga dapat melakukan penelitian dengan jumlah

sampel yang lebih besar sehingga hasil yang didapatkan lebih dapat mewakili

populasi. Selain itu, peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat menggunakan alat

ukur yang memiliki batasan jelas mengenai keintiman sosial.

2. Bagi mahasiswa yang menjalin hubungan pacaran LDR, dari penelitian ini

didapatkan bahwa keintiman yang muncul dipengaruhi oleh kualitas pertemuan,

sehingga diharapkan mahasiswa yang sedang menjalani hubungan pacaran LDR

dapat lebih berusaha memiliki waktu pertemuan yang berkualitas dengan pasangan

sebagai upaya untuk menjaga keintiman dalam hubungan pacaran. Sementara bagi

mahasiswa yang menjalin hubungan pacaran PR, intensitas bertemu muka menjadi

Page 29: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

20

faktor yang memengaruhi adanya keintiman dengan pasangan, sehingga diharapkan

mahasiswa yang sedang menjalani hubungan pacaran PR dapat menjaga intensitas

bertemu muka dengan pasangan sebagai upaya untuk menjaga keintiman dalam

hubungan pacaran. Selain itu juga, baik mahasiswa LDR maupun PR menjaga

keintiman secara emosi dengan pasangan dengan memanfaatkan teknologi

komunikasi untuk tetap menjaga komunikasi sebagai upaya penyingkapan diri

kepada pasangan.

Page 30: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

21

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2012). Penyusunan sala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baron, R. A.,& Byrne, D. E. (2004). Psikologi sosial edisi ke-10. Jakarta: Erlangga.

Bloom, L., & Bloom, C. (2013). 10 factors that promote intimacy. Psychology Today. dalam: http://www.psychologytoday.com/blog/stronger-the-broken-places/201303/10-factors-promote-intimacy (Diakses pada tanggal 11 November 2014, 23:05 WIB).

Castillo, M. (2013). Long-distance relationships may be stronger, more intimate. CBN News. dalam: http://www.cbsnews.com/8301-204_162-57594916/ (Diakses pada tanggal 12 November 2013, 20:10 WIB).

Christman, J. G. (2007). Anger expression in formerly-depressed and never-depressed women. University of Texas. dalam: http://www.lib.utexas.edu/etd/d/2007/chrismanj80651/chrismanj80651.pdf?origin=publication_detail (Diakses pada tanggal 11 September 2014, 21:23)

Feist, J., & Feist, G. J. (2007). Psikologi kepribadian buku 1 edisi 7. Jakarta: Erlangga.

Guldner, G. T. (2003). Long distance relationship- the complete guide. United States of America: JFMilne Publications.

Jiang, L. C., & Hancock, J. T. (2013). Absence makes the communication grow fonder: geographic separation, interpersonal media, and intimacy in dating relationships. Journal of Communication, 63(3), (556-577).

Jin, B. & Pena, J. (2008). Mobile communication in romantic relationships: the relationship between mobile phonr use and relational uncertainty, intimacy, and attachment. Paper Presented at the Annual Meeting of the NCA 94th Annual Convention, TBA, San Diego, CA. dalam: http://citation.allacademic.com/meta/p_mla_apa_research_citation/2/5/9/0/4/p259043_index.html (diakses pada tanggal 19 November 2014, 08:58 WIB).

Kauffman, M. H. (2000). Relational maintenance in long-distance dating relatonships: Staying close. dalam: http://scholar.lib.vt.edu/theses/available/etd-08292000-23510049/unrestricted/melissa.pdf (Diakses pada 10 November 2014, 01:59 WIB)

Kelmer, G., Rhoades, G. K., Stanley, S. & Markman, H. J. (2013). Relationship quality, commitment, and stability in long-distance relationship. Family process, 52(2). dalam: http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=db3a6ec2-3787-4dcd-b738-e552b6fe87c4%40sessionmgr11&vid=5&hid=18 (Diakses pada tanggal 17 Oktober 2013, 13:40 WIB).

Khoman, M., & Meilona, R. (2008). Hubungan antara kecerdasan emosi dengan trust pada individu yang menjalani pacaran jarak jauh. Universitas Sumatera Utara. dalam: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19766/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada tanggal 13 November 2013, 12:11 WIB)

Page 31: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

22

Merolla, A. (2013). Four tips for navigating long-distance relationship. Science of Relationship. dalam: http://www.scienceofrelationships.com/home/2013/8/19/four-tips-for-navigating-long-distance-relationships.html (diakses pada tanggal 19 November 2014, 09:40 WIB)

Miller, R. S., & Lefcourt, H. M. (1982). The assesment of social intimacy. Journal of Psychology Personality Assessment 46(5). dalam:http://web.a.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=ee4ab71d-3ae4-4c32-98b7-2988e8b6c447%40sessionmgr4004&vid=11&hid=4106 (diakses pada tanggal 23 Juli 2014, 18:31)

Miller, R. S., & Perlman, D. (2009). Intimate relationship 5th edition. Mc-Graw Hill.

Myers, D. G. (2012). Psikologi sosial Buku 2 Edisi 10. Jakarta: Salemba Humanita.

Nisa, S. & Sedjo, P. (2010). Konflik pacaran jarak jauh pada individu dewasa muda. Jurnal Psikologi3(2), dalam: http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/viewFile/229/172 (diakses pada tanggal 25 Oktober 2013, 14:24 WIB).

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2007). Human development 10th edition. Inc New York: Mc-Graw Hill.

Papalia, D. E., Sterns, H., Feldman, R. D., & Camp, C. (2002). Adult development and aging. Mc-Graw Hill.

Purba, R. H. & Siregar, R. H. (2006). Gambaran stres pada mahasiswa yang menjalin pacaran jarak jauh. Psikologia, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi,2(2). dalam: http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=PSIKOLOGIA%2C+Volume+2%2C+No.+2%2C+Desember+2006&source=web&cd=3&ved=0CE4QFjAC&url=http%3A%2F%2Fbpad.sumutprov.go.id%2Fdownload.php%3Ff%3Dfiles%2Ffiles%2Fpdf%2FPsikologia%2520Des%25202006.pdf&ei=trS_T-GUE-TUige0tJmdCg&usg=AFQjCNGT2uRoKgHj1hbZnMsVlGCiy54Aag. (Diakses pada tanggal 25 Oktober 2013, 14:28 WIB)

Putri, Angelia S. (2010). Cinta dan orientasi masa depan hubungan romantis pada dewasa muda yang berpacaran. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. dalam: http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20295591-S-Angelia%20Sun%20Putri.pdf (Diakses pada tanggal 29 Oktober 2013, 09:39 WIB)

Rathus, S. A., Nevid, J. S., & Rathus, L. F. (2002). Human sexuality in a world of diversity, ed 5. Allyn & Bacon.

Santrock, J.W. (2002). Life-span development: perkembangan masa hidupedisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Shaffer, P. (2010). Visibility and responsiveness: their influences on the impact of social support. Iowa State University. Dalam:

Page 32: Perbedaan Keintiman Pada Mahasiswa UKSW Yang ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9076/2/T1_802010002_Full... · dengan lawan jenis menjadi tugas psikososial pada tahap perkembangan

23

http://lib.dr.iastate.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=2557&context=etd (Diakses pada tanggal 12 November 2014, 23:30 WIB).

Strong, B., DeVault, C., & Cohen, H. (2008). The mariage and family experience: intimate relationship in a changing society. Belmont, USA: Thomson Higher Education.

Sugiyono. (2003). Metodologi penelitian bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas.

Suwito, L. D. (2013). Hubungan Komitmen Dalam Berpacaran Dengan Subjective Well-Being Pada Mahasiswa UKSW Salatiga Yang Menjalani Hubungan Pacaran Jarak Jauh. Skripsi. Tidak diterbitkan. Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Upton, P. (2012). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Westheimer, R. K., & Lopater, S. (2004). Human sexuality: a psychosocial perspective. US: Lippincott Williams & Wilkins.

Withbourne, S. K. (2012). What’s your intimacy quotient?. Psychology Today. dalam: http://www.psychologytoday.com/blog/fulfillment-any-age/201203/what-s-your-intimacy-quotient(diakses pada tanggal 12 November 2014, 01:20)

Yudistriana, K., Basuki, A. M. H. & Harsanti I. (2010). Intimasi pada pria dewasa awal yang berpacaran jauh beda kota. Jurnal Psikologi, 3(2). dalam: http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/2546/1/Intimasi%20Pada%20Pria%20Dewasa%20Awal%20Yang%20Berpacaran%20Jarak%20Jauh%20Beda%20Kota.pdf (Diakses pada tanggal 29 Oktober 2013, 09:32 WIB)