peranan akuntansi pertanggung jawaban dalam menunjang efekyivitas ian biaya produksi pada cv air...
DESCRIPTION
1PERANAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA CV. AIR WANGI INDONESIA PEKALONGAN SKRIPSIDiajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas PekalonganDisusun Oleh : Nama NPM : NOVI LIANAWATI : 04.0238.EFAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEKALONGAN TAHUN 20082BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan globalisasi dunia, telahTRANSCRIPT
PERANAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI
PADA CV. AIR WANGI INDONESIA PEKALONGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi
Universitas Pekalongan
Disusun Oleh :
Nama : NOVI LIANAWATI
NPM : 04.0238.E
FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS PEKALONGAN
TAHUN 2008
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Sejalan dengan globalisasi dunia, telah membawa pengaruh yang
kuat terhadap persaingan perusahaan terutama persaingan antar perusahaan
sejenis. Masing – masing perusahaan berusaha merebut pasar untuk
memasarkan hasil produksinya, yang bertujuan untuk mencapai volume
penjualan maksimal agar mendapatkan laba yang diinginkan, sehingga
kelangsungan perusahaan tetap terjaga, dan perusahaan semakin
berkembang. Dalam perusahaan, informasi yang up to date merupakan
kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan, terutama dalam proses
pengambilan keputusan (Bambang Hariadi, 2002 : 2). Informasi dibutuhkan
untuk membantu mengidentifikasi berbagai peluang untuk perbaikan dan
untuk mengevaluasi kemajuan yang telah dicapai dalam
mengimplementasikan berbagai tindakan yang didesain untuk menciptakan
perbaikan (Hansen dan Mowen, 2004 : 5).
Manajemen sebagai pengelola perusahaan memikul tugas yang tidak
ringan untuk mencapai tujuan perusahaan. Seorang manajer berkaitan
dengan fungsi produksi, dituntut untuk dapat melakukan efisiensi biaya
produksi, biaya produksi merupakan biaya – biaya yang berhubungan
dengan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai (Supriyono,
2
1
1999 : 19). Oleh karena itu, untuk mencapai efisiensi biaya produksi perlu
adanya perencanaan dan pengendalian terhadap biaya produksi.
Perusahaan manufaktur Jepang di ASEAN (khususnya di Vietnam,
Filipina, dan Indonesia) telah berhasil memotong biaya produksi sedemikian
rupa sehingga mendekati biaya produksi di China. Salah satu kunci
keberhasilan menurunkan biaya produksi yakni dengan meningkatkan
pembelian komponen dan bahan baku lokal. Hasil survei (2004) di ASEAN
terhadap perusahaan-perusahaan pengguna komponendan bahan baku lokal
memperlihatkan bahwa rata-rata 38,5 persen dari seluruh kebutuhan dipasok
dari sumber lokal, selanjutnya 62,4 persen dari perusahaan yang disurvei
“berencana meningkatkan pasokan dari sumber-sumber lokal” dan 41,2
persen “berencana meningkatkan pasokan dari negara-negara ASEAN
lainnya (www.kompas.com/kompas-cetak/0504/29/ekonomi/1715547.htm).
Salah satu langkah dari pengendalian biaya produksi yaitu
membandingkan apa yang termuat dalam rencana biaya yang dibuat sebelum
kegiatan produksi dilakukan dengan biaya yang sesungguhnya terjadi dalam
proses produksi. Pengendalian biaya yang efektif akan tergantung pada
komunikasi yang baik antara informasi akuntansi dengan manajemen. Hal
ini berkaitan juga dengan struktur organisasi perusahaan. Struktur organisasi
merupakan bagian penting dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban.
Sistem akuntansi yang disusun seharusnya sesuai dengan struktur organisasi
yang ditetapkan yaitu struktur organisasi yang mampu menghubungkan
3
antara wewenang dan tanggung jawab dalam organisasi dengan tanggung
jawab biaya dan penghasilan secara langsung (Bambang Hariadi, 2002:266).
Salah satu alat bantu manajemen untuk dapat mengendalikan
perusahaan secara efektif dan efisien adalah dengan menerapkan akuntansi
pertanggungjawaban. Penerapan akuntansi pertanggungjawaban dalam
perusahaan pada umumnya yaitu dengan pendelegasian wewenang dari
pimpinan kepada bawahannya yang selanjutnya akan menimbulkan
kewajiban pertanggungjawaban dari bawahan kepada pimpinan unit
organisasi yang dikepalai oleh seorang manajer yang bertanggungjawab atas
kegiatannya, yang lebih dikenal dengan sebutan pusat pertanggungjawaban
(Mulyadi,2001:166).
Menurut Mas’ud Machfoed (1996 : 39), prinsip pertanggungjawaban
(responsibility) dari seorang pimpinan pusat pertanggungjawaban
(responsibility center) adalah bahwa pekerjaan dalam pusat
pertanggungjawaban dikerjakan oleh orang yang ada dalam center tersebut
dan melaporkan padanya kemudian dia akan melaporkan kepada pimpinan
yang lebih tinggi.
Dalam upaya pelaksanaan pengendalian terhadap pusat
pertanggungjawaban tersebut, pimpinan memerlukan suatu laporan
mengenai aktivitas- aktivitas yang dilaksanakan oleh setiap pusat
pertanggungjawaban yang disebut pertanggungjawaban. Di buatnya laporan
pertanggungjawaban ini memungkinkan setiap pimpinan melakukan
pengelolaan biaya (Mulyadi,2001:193).
4
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “PERANAN AKUNTANSI
PERTANGGUNGJAWABAN DALAM MENUNJANG
EFEKTIVITAS PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA CV.
AIR WANGI INDONESIA PEKALONGAN”.
1.2 Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Setiap perusahaan selalu melakukan efisien biaya, terutama
untuk biaya produksi. Biaya produksi dalam suatu perusahaan cenderung
menjadi pos pengeluaran yang paling besar dari seluruh biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, untuk mencapai efisiensi
biaya produksi perlu adanya perencanaan dan pengendalian terhadap
biaya produksi. Pengendalian biaya produksi merupakan usaha
sistematis yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengetahui efisiensi
dan efektivitas dari pemakaian faktor-faktor produksi yang ada atau
dimiliki perusahaan, dengan cara membandingkan antara perencanaan
dan pelaksanaan. Dalam hal ini tercermin dengan jelas bahwa seorang
manajer memiliki peranan yang besar dalam melaksanakan pengendalian
serta pengawasan terhadap bawahannya yang memerlukan suatu
informasi akuntansi. Akuntansi pertanggungjawaban yang merupakan
salah satu bentuk akuntansi yang ditujukan untuk melayani manajemen
5
dalam kaitannya dengan pengendalian, dapat memberi informasi
akuntansi dalam bentuk laporan pertanggungjawaban.
2. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari perluasan masalah maka dalam penelitian ini
dibatasi pada:
1. Pengendalian biaya produksi.
2. Akuntansi pertanggungjawaban pada biaya produksi
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan
akuntansi pertanggungjawaban dalam menunjang efektivitas
pengendalian biaya produksi pada CV. Air Wangi Indonesia ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, penelitian ini bermaksud untuk
mengetahui bagaimana peranan akuntansi pertanggungjawaban yang
diterpkan perusahaan dan peranannya dalam menunjang efektivitas
pengendalian biaya produksi. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan akuntansi
pertanggungjawaban yang dilakukan perusahaan CV. Air Wangi
Indonesia
6
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan pengendalian biaya
produksi di perusahaan CV. Air Wangi Indonesia
3. Untuk mengetahui dan menganalisis peranan akuntansi
pertanggungjawaban dalam menunjang efektivitas pengendalian biaya
produksi.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
untuk menambah pengetahuan.
2. Kegunaan Praktis
1.) Bagi Fakultas Ekonomi Universitas Pekalongan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan
perpustakaan Universitas Pekalongan serta bisa bermanfaat
dikalangan mahasiswa.
2.) Bagi Perusahaan
a. Sebagai bahan masukan bagi CV. Air Wangi Indonesia dalam
membuat perkembangan akuntansi pertanggungjawaban,
khususnya dalam proses penyusunan anggaran produksi untuk
meningkatkan pengendalian produksi.
b. Diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai peranan
akuntansi pertanggungjawaban dalam menunjang efektivitas
pengendalian biaya produksi.
7
3.) Bagi Penulis
a. Sebagai alat latihan dan perbandingan antara konsep-konsep
yang teoritis yang diperoleh di bangku kuliah dengan praktek
lapangan sekaligus menambah wawasan dan pengetahuan
penulis mengenai akuntansi pertanggungjawaban.
b. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program
pendidikan sarjana ekonomi (S1) Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Pekalongan.
4.) Bagi Pembaca
Diharapkan dari hasil penelitian ini pembaca mendapat
informasi yang dapat digunakan sebagai bahan perbandingan atas
penelitian khususnya bidang akuntansi yang berkaitan dengan
penelitian ini.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Dedi Kusmayadi (2004) menyatakan
bahwa pengaruh penerapan akuntansi pertanggungjawaban dan
implementasi strategi terhadap kinerja perusahaan menunjukkan hasil
penerapan akuntansi pertanggung jawaban berpengaruh positif dan
signifikan terhadap implementasi strategi. Efektivitas penerapan akuntansi
pertanggungjawaban akan memberikan konsekuensi semakin baiknya
implementasi strategi perusahaan serta penerapan akuntansi
petanggungjawaban. Disamping itu efektivitas memberikan pengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan industri
manufaktur aneka industri yang menjual saham ke publik (go public) di
Bursa Efek Jakarta.
Sedangkan penelitian lain dilakukan oleh Eva Damayanti (2004)
yaitu hasil penelitian menunjukkan bahwa penyusunan anggaran sebagai alat
pengendalian dan pengklasifikasian serta pembuatan kode rekening telah
dilaksanakan dengan baik, tetapi tidak seluruhnya sesuai dengan penerapan
akuntansi pertanggungjawaban. Pelaporan realisasi anggaran serta analisis
selisih antara realisasi dan anggaran menunjukkan bahwa besarnya
penyimpangan anggaran tersebut masih cukup baik karena disebabkan oleh
faktor di luar kendali manajer pusat pertanggungjawaban. Penyimpangan ini
9
8
akan mendorong manajer untuk melakukan pengendalian biaya untuk
meningkatkan kinerja perusahaan. Ikhtisar dari penelitian-penelitian tersebut
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2
Penelitian Terdahulu
10
Nama Variabel danNo Judul Alat Analisis Hasil
Tahun
Dedi Kusmayadi Variabel: - Penerapan akuntansi pertanggungPengaruh Penera - Akuntansi jawaban berpengaruh positif dan pan Akuntansi Pertanggung signifikan terhadap implementasiPertanggung jawaban strategi, semakin baik dan efektifjawaban dan - Implementasi penerapan akuntansi pertanggung Implementasi Strategi jawaban akan memberikanStrategi Terhadap - Kinerja Perusa- konsekuensi semakin baiknyaKinerja Perusa haan implementasi strategi perusahaan.haan (Survei Pada Alat Analisis: - Penerapan akuntansi pertanggungPerusahaan - Uji Validitas jawaban dan implementasi strategiManufaktur - Uji Reliabilitas baik secara parsial maupun simul-Aneka Industri go tan berpengaruh positif dan signi-Public di BEJ) fikan terhadap kinerja perusahaan(2004) pada perusahaan industri manu-
faktur aneka industri yang menjualsaham ke publik (go public) di BEJ
Eva Damayanti Variabel: - Penyusunan anggaran sebagai Penerapan Akun - Anggaran Biaya alat pengendalian dan pengklasifi-tansi Pertanggung - Kode Rekening kasian serta pembuatan kode jawaban Melalui Alat Analisis: rekening telah dilaksanakan Pusat Biaya - Analisis penyu- dengan baik tetapi tidak seluruh-Sebagai Alat sunan anggaran nya sesuai dengan penerapanPengendalian sebagai alat akuntansi pertanggungjawabanManajemen Pada pengendalian - untuk pelaporan realisasi,anggaranPT. Pos Indonesia - Analisis penyu- serta analisis selisih antara realisasi(PERSERO) sunan klasifikasi dan anggaran menunjukkan bahwa(2004) &kode rekening besarnya penyimpangan anggaran
- Analisis pelapo- tersebut masih cukup baik karenaran realisasi disebabkan oleh faktor diluar anggaran serta kendali manajer pusat pertanggunganalisis selisih jawaban sehingga dengan adanyaantara realisasi penyimpangan ini akan mendorongdan anggaran. manajer untuk melakukan peng-
endalian biaya untuk meningkat-kan kinerja perusahaan.
2.2. Landasan Teori
1. Akuntansi Manajemen
Sistem informasi akuntansi manajemen menurut Hansen, Mowen
(2004) adalah sistem informasi yang menghasilkan keluaran (output)
dengan menggunakan masukan (input) dan berbagai proses yang
diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu manajemen.”
Sistem akuntansi informasi manajemen tidak terkait oleh suatu
kriteria formal yang menjelaskan sifat dari masukan atau proses bahkan
keluarannya. Kriteria tersebut fleksibel dan berdasarkan pada tujuan
yang hendak dicapai manajemen. Sistem akuntansi manajemen
mempunyai tiga tujuan umum, yaitu:
1. Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perhitungan harga
pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.
2. Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan,
pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.
3. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
Ketiga tujuan ini menunjukkan bahwa manajer dan pengguna
lainnya perlu memiliki akses ke informasi akuntansi manajemen dan
mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Informasi akuntansi
manajemen dapat membantu mereka mengidentifikasi suatu masalah,
menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi kinerja. Selain itu, kebutuhan
atas informasi tidak terbatas hanya pada organisasi manufkatur, dagang
dan jasa.
11
Mulyadi (2001) menyebutkan akuntansi dapat dipandang sebagai
suatu sistem yang mengolah masukan berupa data operasi dan data
keuangan untuk menghasilkan keluaran berupa informasi akuntnasi yang
dibutuhkan oleh pemakai. Sedangkan akuntansi manajemen dapat
dipandang dari dua sudut: akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe
akuntansi dan akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe informasi.
Sebagai salah satu tipe akuntansi, akuntansi manajemen
merupakan suatu sistem pengolahan informasi keuangan yang digunakan
untuk menghasilkan informasi keuangan bagi kepentingan pemakai
intern organisasi. Akuntansi manajemen merupakan salah satu tipe
akuntansi diantara dua tipe akuntansi yaitu akuntansi keuangan dan
akuntansi manajemen.
Sebagai salah satu tipe informasi, akuntansi manajemen
merupakan tipe informasi kuantitatif yang menggunakan uang sebagai
satuan ukuran, yang digunakan untuk membantu manajemen dalam
pelaksanaan pengolahan perusahaan.
2. Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976) dalam (Masdupi, 2005 :
59) mendefinisikan teori keagenan sebagai hubungan
antara agen (manajemen suatu usaha) dan principal
(pemilik usaha). Di dalam hubungan keagenan terdapat
suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal)
memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu
12
jasa atas nama prinsipal dan memberi wewenang kepada
agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi
prinsipal.
Sedangkan Mursalim (2005), memandang teori
keagenan sebagai suatu versi dari game theory yang
membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih
orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan
pihak yang lain disebut principal. Principal
mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision
making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa
principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk
melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak
kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggung
jawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja
atas persetujuan bersama.
3. Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem yang disusun
sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan atau
pendapatan dilaksanakan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban
dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau
sekelompok orang yang bertanggungjawab atas penyimpangan biaya
atau pendapatan yang dianggarkan. (Mulyadi, 2001 : 218). Sedangkan
menurut Hansen Mowen (2004 : 478), akuntansi pertanggungjawaban
13
adalah sistem yang mengukur hasil-hasil setiap pusat
pertanggungjawaban sesuai dengan informasi yang dibutuhkan manajer
untuk mengoperasikan pusat mereka.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem yang
mengumpulkan dan melaporkan informasi mengenai biaya dan
pendapatan yang digunakan untuk mengendalikan operasi dan menilai
kinerja, dengan cara membandingkan anggaran (budget) dan hasil
sebenarnya (actual result), pada masing-masing pusat
pertanggungjawaban.
4. Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban
Menurut Mulyadi (2001), sistem akuntansi pertanggungjawaban
memiliki empat karakteristik sebagai berikut:
1. Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban
2. Standar ditetapkan sebagai tolok ukur kinerja manajemen yang
bertanggungjawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu
3. Kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi dengan
anggaran
4. Manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman
berdasarkan kebijakan manajemen yang lebih tinggi.
Dari empat karakteristik tersebut diatas, dapat dijelaskan bahwa
sistem akuntansi pertanggungjawaban sebagai unit organisasi
departemen, tim kerja atau individu. Apapun satuan pusat
14
pertanggungjawaban yang dibentuk, sistem akuntansi
pertanggungjawaban membebankan tanggung jawab kepada individu
yang diberi wewenang.
Selain itu, sistem akuntansi pertanggungjawaban menghendaki
ditetapkannya biaya standar sebagai dasar untuk penyusunan anggaran.
Anggaran tersebut berisi biaya standar yang diperlukan untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan. Biaya standar dan anggaran merupakan
ukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dalam mewujudkan
sasaran yang ditetapkan dalam anggaran.
Pelaksanaan anggaran merupakan penggunaan sumber daya oleh
manajer pusat pertanggungjawaban dalam mewujudkan sasaran yang
ditetapkan dalam anggaran. Penggunaan sumber daya ini diukur dengan
informasi akuntansi pertanggungjawaban, yang mencerminkan ukuran
kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dalam mencapai sasaran
anggaran. Dengan informasi pertanggungjawaban, secara prinsip
individu hanya dimintai pertanggungjawaban atas biaya dan ia memiliki
wewenang untuk mempengaruhinya secara signifikan. Informasi
akuntansi pertanggungjawaban menyajikan informasi biaya
sesungguhnya dengan informasi biaya yang dianggarkan dan
memungkinkan manajer mempertanggungjawabkan dan memantau
pelaksanaan anggaran mereka.
Sistem penghargaan dan hukuman dirancang untuk memacu para
manajer dan pengelola biaya agar mencapai target standar biaya seperti
15
yang telah ditetapkan dalam anggaran. Atas dasar evaluasi penyebab
terjadinya penyimpangan biaya yang direalisasikan dari biaya yang
dianggarkan, para manajer secara individual diberi penghargaan atau
hukuman menurut yang ditetapkan oleh manajer yang lebih tinggi.
5. Pusat - pusat Pertanggungjawaban
Pada saat perusahaan tumbuh, manajemen puncak biasanya
menciptakan berbagai wilayah tanggung jawab yang dikenal sebagai
pusat pertanggungjawaban, dan menugaskan manajer dibawahnya untuk
menangani wilayah tersebut. Pusat pertanggungjawaban (responsibility
center) merupakan suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggung
jawab terhadap serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu (Hansen
Mowen,2005:116). Sedangkan menurut Supriyono, (2000 : 326), pusat
pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang dipimpin oleh seorang
manajer yang bertanggung jawab atas aktivitas-aktivitas pusat
pertanggungjawabannya.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pusat
pertanggungjawaban merupakan suatu unit atau bagian dari organisasi
yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab atas hasil
keuangan dan non keuangan dari aktivitas pusat pertanggungjawaban
yang dipimpinnya.
Suatu pusat pertanggungjawaban menggunakan masukan (input)
untuk diproses menjadi keluaran (output) dalam rangka mencapai tujuan
(goals and objectives) dengan menggunakan investasi (aktiva dan
16
modal). (Supriyono, 2000 : 327). Hansen dan Mowen, (2005)
menyebutkan hubungan masukan-proses-keluaran-tujuan tersebut dapat
digunakan untuk menjelaskan efisiensi dan efektivitas untuk mengukur
kinerja suatu pusat pertanggungjawaban. Berdasarkan hubungan
masukan-proses-keluaran-tujuannya, pusat-pusat pertanggungjawaban
dalam suatu organisasi dapat diklasifikasikan menjadi pusat biaya, pusat
pendapatan, pusat laba, dan pusat investasi.
a. Pusat Biaya (Cost Center)
Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang
manajernya diukur prestasinya atas dasar biayanya (nilai
masukannya). Setiap pusat pertanggungjawaban mengkonsumsi
masukan dan keluaran. Dalam pusat biaya, keluarannya tidak dapat
atau tidak perlu diukur dalam wujud pendapatan. Hal ini disebabkan
karena kemungkinan keluaran pusat biaya tersebut tidak dapat diukur
secara kuantitatif, atau kemungkinan manajer pusat biaya tersebut
tidak dapat bertanggung jawab atas keluaran pusat biaya tersebut.
(Mulyadi, 2001 : 426)
Menurut Supriyono (2000) dilihat dari hubungan antara
masukan dan keluarannya, pusat biaya dibedakan menjadi dua
macam, yaitu sebagai berikut:
Atas dasar karakteristik hubungan antara masukan dan
keluarannya, pusat biaya digolongkan menjadi: (1) pusat biaya teknis
17
(engineered expense center), dan (2) pusat biaya kebijakan
(discretionary expense center).
1.) Pusat Biaya Teknis (Engineered Expense Center)
Pusat biaya teknis atau pusat beban standar (standard
expense center) adalah pusat beban yang sebagian besar biayanya
adalah biaya teknis sehingga biaya yang harus terjadi dapat
ditentukan di muka secara teliti (relatif tepat dan wajar) dalam
ukuran biaya standar. Biaya teknis adalah biaya yang mempunyai
hubungan fisik optimal (erat dan nyata) dengan keluarannya
2.) Pusat Biaya Kebijakan (Discretionary Expense Center)
Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang sebagian
besar biayanya adalah biaya kebijakan. Biaya kebijakan adalah
biaya yang terjadinya dan variabilitasnya ditentukan berdasarkan
kebijakan manajemen.
b. Pusat Pendapatan (Revenue Center)
Menurut Anthony, Robert N and Vijay Govindarajan (2005),
Pusat pendapatan merupakan unit pemasaran/penjualan yang tidak
memiliki wewenang untuk menetapkan harga jual dan tidak
bertanggung jawab atas harga pokok penjualan dari barang – barang
yang mereka pasarkan.
Sedangkan menurut Supriyono, (2000 : 362), pusat
pendapatan adalah setiap pusat pendapatan sebenarnya juga suatu
18
pusat biaya, tetapi ukuran kinerja pusat pertanggungjawaban tersebut
yang terpenting adalah pendapatan. Biaya yang termasuk dalam
pusat pendapatan hanyalah biaya yang dapat dikendalikan langsung
oleh pusat pendapatan, sehingga pusat pertanggungjawabanini bukan
pusat laba karena biayanya tidak lengkap.
c. Pusat Laba (Profit Center)
Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang
manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan dan
biaya pusat pertanggungjawaban tersebut. Manajer pusat laba diukur
kinerjanya dari selisih antara pendapatan dengan biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Oleh karena itu
dalam pusat laba, baik masukan maupun keluarannya diukur dalam
satuan rupiah untuk menghitung laba, yang dipakai sebagai pengukur
kinerja manajernya (Mulyadi 2001 : 427).
d. Pusat Investasi (Investment Center)
Pusat investasi adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam
suatu organisasi yang kinerja manajernya dinilai atas dasar
pendapatan, beban dan sekaligus investasi (aktiva atau modal) pada
pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya (Supriyono,
2000:333).
6. Syarat-syarat Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban
19
Menurut Mulyadi (2001), agar akuntansi pertanggungjawaban
dapat diterapkan pada perusahaan dan dapat terlaksana sesuai dengan
tujuan, diperlukan beberapa persyaratan sebagai berikut:
1. Adanya struktur organisasi yang menetapkan secara tegas wewenang
dan tanggung jawab tingkatan manajemen
2. Anggaran biaya yang disusun untuk tiap tindakan manajemen
3. Pengelolaan biaya sesuai dan dapat dikendalikan tidaknya biaya oleh
manajer tertentu dalam organisasi
4. Dapat mengklasifikasikan dan memberi kode rekening yang
disesuaikan dengan tingkatan manajemen dalam perusahaan
5. Sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggung jawab.
Syarat-syarat tersebut dalam hal penerapannya berbeda antara
satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, tergantung dari jenis
perusahaan, ukuran perusahaan maupun ragam kegiatan yang ada dalam
perusahaan.
7. Laporan Pertanggungjawaban
Menurut Mulyadi (2001), laporan pertanggungjawaban biaya
disajikan untuk memungkinkan setiap manajer melakukan pengolahan
biaya (cost management). Berdasarkan perbandingan biaya yang
direalisasikan dan biaya yang dianggarkan yang dihubungkan dengan
wewenang manajer atas biaya tersebut. Para manajer memiliki dasar
untuk memantau pelaksanaan anggaran mereka masing – masing.
20
Laporan pertanggungjawaban biaya yang dihasilkan berguna untuk
memenuhi kebutuhan tiap manajer berbagai jenjang organisasi.
Ada beberapa hal pokok yang harus diperhatikan dalam
menyusun laporan pertanggungjawaban guna memenuhi kebutuhan tiap–
tiap manajer, yaitu sebagai berikut:
1.) Jenjang manajer terbawah yang diberi laporan ini adalah manajer
bagian
2.) Manajer jenjang terbawah diberi laporan pertanggungjawaban biaya
yang berisi rincian realisasi biaya dibandingkan dengan anggaran
biaya yang disusunnya.
3.) Manajer jenjang di atasnya diberi laporan mengenai pusat biaya.
Pusat pertanggungjawaban sendiri dan ringkasan realisasi biaya yang
dikeluarkan oleh manajer – manajer yang berada di bawah
wewenangnya, yang disajikan dalam bentuk perbandingan dengan
anggaran biaya yang disusun oleh masing – masing manajer yang
bersangkutan.
4.) Semakin ke atas laporan pertanggungjawaban biaya disajikan makin
ringkas.
Dalam menyusun laporan pertanggungjawaban biaya, laporan
digolongkan sesuai dengan jenjang organisasi yang ada, laporan yang
dibuat oleh masing – masing divisi digunakan sebagai laporan
pertanggungjawaban atas hasil kerja yang dipimpinnya.
8. Struktur Organisasi
21
Supriyono (2000) menyebutkan, struktur organisasi adalah
susunan sistem hubungan antarposisi – posisi kepempimpinan yang ada
dalam suatu organisasi. Struktur tersebut adalah hasil dari pertimbangan
dan kesadaran tentang pentingnya perencanaan atas penentuan
kekuasaan, tanggung jawab dan spesialisasi setiap anggota organisasi.
Melalui struktur organisasi, manajemen melaksanakan pendelegasian
wewenang untuk melaksanakan tugas khusus kepada manajemen yang
lebih bawah, agar dapat dicapai pembagian pekerjaan yang bermanfaat.
(Mulyadi, 2001 : 183)
Menurut Supriyono (2000), untuk tujuan pengendalian
manajemen, penyesuaian departemen-departemen dalam suatu struktur
organisasi dapat digolongkan ke dalam tiga cara utama, yaitu: (1)
struktur organisasi fungsional, (2) struktur organisasi divisional, (3)
struktur organisasi matrik.
Ketiga kelompok struktur organisasi diatas dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Struktur Organisasi Fungsional
Struktur organisasi fungsional adalah struktur organisasi yang
disusun berdasarkan fungsi-fungsi pokok organisasi dalam rangka
mencapai tujuannya. Dalam organisasi fungsional, setiap manajer
bertanggung jawab terhadap salah satu dari berbagai fungsi yang ada
dalam organisasi.
b. Struktur Organisasi Divisional
22
Struktur organisasi divisional adalah struktur organisasi yang disusun
berdasarkan divisi-divisi yang dibentuk dalam rangka mencapai
tujuan organisasi. Dalam organisasi divisional, manajer divisi dapat
mengembangkan strategi bisnisnya masing-masing.
c.Struktur Organisasi Matrik
Struktur organisasi matrik adalah struktur organisasi yang disusun
berdasarkan dua tanggung jawab penting untuk mencapai tujuan
organisasi yaitu: 1) unit-unit fungsional yang bertanggung jawab
terhadap kegiatan fungsi, 2) unit-unit proyek yang bertanggung
jawab terhadap aktivitas proyek-proyek.
Dalam kaitannya dengan akuntansi pertanggungjawaban, struktur
organisasi berperan dalam menunjang pelaksanaan sistem akuntansi
pertanggungjawaban. Karena struktur organisasi berhubungan dengan
proses pembuatan anggaran dari masing-masing pusat
pertanggungjawaban bertanggung jawab atas segala aktivitas pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinnya.
9. Pengertian Anggaran
Terdapat beberapa definisi anggaran yang dikutip oleh penulis,
antara lain seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi (2001), anggaran
merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang
diukur dalam satuan moneter standard dan satuan ukuran yang lain, yang
mencakup jangka waktu satu tahun.
23
Sedangkan menurut (Supriyono, 2000 : 5) anggaran adalah
rencana sistematis dan terinci yang dinyatakan secara formal dalam
ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan uang, dalam jangka waktu
tertentu, biasanya satu tahun.
Dalam definisi – definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
anggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun secara sistematis,
dinyatakan secara kuantitatif (dalam satuan moneter dan satuan ukuran
lain), membantu mengkoordinasikan seluruh kegiatan perusahaan yang
harus dilakukan untuk melaksanakan rencana tersebut, dan disusun
untuk periode tertentu di masa yang akan datang.
Dalam kaitannya dengan akuntansi pertanggungjawaban,
informasi akuntansi pertanggungjawaban berperan sebagai alat pengirim
peran dalam proses penyusunan anggaran. Dengan akuntansi
pertanggungjawaban, tiap – tiap manajer dari berbagai tingkatan akan
menyadari perannya dalam pencapaian sasaran perusahaan, sehingga hal
ini akan menimbulkan komitmen yang tinggi dari tiap – tiap manajer
untuk berprestasi mencapai tujuan perusahaan yang tertuang dalam
anggaran. (Mulyadi, 2001 : 514)
a. Penyusunan Program dan Penyusunan Anggaran
Mulyadi (2001) menyebutkan penyusunan program
pengambilan keputusan mengenai keputusan yang akan dilaksanakan
oleh perusahaan dan taksiran jumlah besar daya yang akan
dialokasikan kepada setiap program tersebut. Program merupakan
24
kegiatan pokok yang akan dilaksanakan oleh perusahaan untuk
melaksanakan strategi yang telah ditetapkan dalam perencanaan
strategi.
Sedangkan dalam penyusunan anggaran, program – program
diterjemahkan sesuai tanggung jawab setiap manajer dalam
melaksanakan program atau bagian dari program tersebut.
Penyusunan anggaran memerlukan kerjasama para manajer dari
berbagai jenjang organisasi untuk menghasilkan anggaran yang dapat
berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian, penyusunan
anggaran harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu.
b. Anggaran Produksi
Bastian Bustami dan Nurlela (2006) menyebutkan, Dalam
suatu perusahaan manufaktur, penyusunan anggaran produksi
dinyatakan dalam satuan unit dan satuan biaya produksi. Anggaran
produksi sebagai dasar penyusunan anggaran pemakaian bahan,
anggaran tenaga kerja dan anggaran tenaga kerja dan anggaran
overhead pabrik.
Anggaran produksi adalah suatu perencanaan secara
terperinci mengenai jumlah unit produk yang akan diproduksi selama
periode mendatang, yang mencakup jenis, kuantitas/unit fisik, dan
penjadwalan operasi yang dilaksanakan.
10. Biaya Terkendali dan Biaya Tidak Terkendali
25
Menurut Mulyadi (2001), terjadinya biaya dalam suatu pusat
pertanggungjawaban tidak selalu sebagai akibat dari keputusan yang
diambil oleh manajer pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan.
Karena tidak semua biaya yang terjadi dalam pusat pertanggungjawaban
dapat dikendalikan oleh manajer yang bersangkutan, maka di dalam
pengumpulan dan pelaporan biaya setiap pusat pertanggungjawaban,
harus dipisahkan antara biaya – biaya yang terkendalikan dengan yang
tidak terkendalikan. Hanya biaya – biaya yang terkendalikan oleh
manajer pusat pertanggungjawaban.
Sedangkan menurut Mas’ud Machfoedz (1996), biaya terkendali
merupakan biaya yang dikeluarkan oleh suatu tempat biaya dan atas
pengeluaran biaya tersebut seseorang harus
mempertanggungjawabkannya. Sedangkan biaya tak terkendali adalah
biaya tidak bisa dibebankan tanggung jawab pengeluarannya oleh
seorang manajer pusat biaya.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya
terkendali adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh
manajer pusat pertanggungjawaban dalam periode tertentu. Sedangkan
biaya tidak terkendali adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh
manajer pusat pertanggungjawaban dalam jangka waktu tertentu.
11. Klasifikasi dan Kode Rekening
Mulyadi (1993) menyebutkan, klasifikasi rekening adalah
pemberian identifikasi dan penempatan secara sistematis dari setiap pos–
26
pos (item) yang sejenis menurut ciri – ciri umum. Yang dimaksud
dengan sistematis adalah penggolongan suatu item menurut aturan –
aturan tertentu sehingga memudahkan pencariannya bila dibutuhkan.
Menurut ciri –ciri umum dalam hal ini dihubungkan dengan kepentingan
pihak – pihak yang akan menggunakannya dengan klasifikasi rekening.
Pengolahan data – data akuntansi melalui klasifikasi rekening
dikelompokkan sedemikian rupa, sehingga data – data yang sejenis akan
terkumpul dalam rekening yang sama. Dengan demikian klasifikasi
rekening bermanfaat sebagai wadah atau sarana untuk menampung
semua transaksi yang terjadi dalam perusahaan.
Metode pengklasifikasian dan pemberian kode rekening yang
digunakan untuk akuntansi pertanggungjawaban adalah metode kode
kelompok. Dalam metode ini klasifikasi dan kode rekening dihubungkan
dengan pusat – pusat pertanggungjawaban yang ada dalam struktur
organisasi perusahaan.
Metode kode kelompok terbentuk dari dua atau lebih sub kode
yang dikombinasikan menjadi satu kode. Karakteristik metode kelompok
adalah sebagai berikut:
1.) Rekening diberi kode angka atau kombinasi angka dan huruf.
2.) Jumlah angka dan huruf adalah tetap.
3.) Posisi angka dan huruf dalam kode mempunyai arti tertentu.
4.) Perluasan klasifikasi dilakukan memberi cadangan angka dan huruf.
27
Metode kode kelompok dapat digunakan untuk menunjukkan
hirarki data.
Contoh : Kode rekening pembantu biaya dan arti setiap posisi angka
dalam setiap kode.
X X X X X
Kelompok rekening biaya
Pusat pertanggungjawaban direksi
Pusat pertanggungjawaban departemen
Pusat pertanggungjawaban bagian
Jenis biaya
12. Pengertian Efektivitas
Ada beberapa definisi efektivitas yang di kutip oleh penulis, di
antaranya adalah:
Menurut (Supriyono, 2000 : 330), efektif adalah melaksanakan
sesuatu yang benar. Lebih lanjut lagi Supriyono memberikan definisi
mengenai efektivitas adalah hubungan antara keluaran pusat
pertanggungjawaban dengan tujuannya. Robert N, Anthony and Vijay
Govindarajan (2005) menyebutkan, Efektivitas adalah hubungan antara
output yang dihasilkan oleh suatu pusat pertanggungjawaban dengan
tujuannya.
Sedangkan menurut (Mas’ud Machfoed, 1996 : 22), Efektivitas
adalah ukuran ketepatan dari operasi yang sudah dijalankan dan
perencanaan yang sudah dibuat terhadap tujuan perusahaan.
28
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan lebih lanjut bahwa
efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkatan
keberhasilan (atau kegagalan) kegiatan pusat pertanggungjawaban
dengan tujuannnya.
13. Proses Produksi dan Biaya Produksi
a. Proses Produksi
Pada hakekatnya produksi merupakan penciptaan atau
penambahan faedah atas faktor – faktor produksi, sehingga lebih
bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia, sedangkan proses
perubahan bentuk faktor – faktor produksi tersebut disebut proses
produksi. Proses produksi pada perusahaan manufaktur adalah
perubahan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi kemudian
menjadi barang jadi yang siap dijual. Dalam proses produksi sudah
tentu akan memerlukan banyak biaya yang disebut biaya produksi.
(Abdul Halim, 1995 : 5)
b. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya – biaya yang terjadi untuk
mengolah bahan baku menjadi produksi jadi yang siap untuk dijual.
Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini
dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik (Mulyadi, 2001 ; 31). Sedangan menurut Supriyono
(1999 : 19), biaya produksi adalah semua biaya yang berhubungan
29
dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku
menjadi produk selesai.
Biaya produksi dalam suatu perusahaan cenderung menjadi
pos pengeluaran yang paling besar dari seluruh biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan. Pengeluaran untuk biaya produksi
selalu terjadi berulang – ulang seiring dengan proses produksi yang
secara rutin.
c. Penggolongan Biaya Produksi
Biaya – biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan ada
bermacam – macam. Biaya – biaya tersebut harus dicatat dan
digolongkan sehingga informasi biaya dapat digunakan untuk
kepentingan manajemen dalam mengelola perusahaan. Bila
dihubungkan dengan fungsi pokok perusahaan, biaya digolongkan
mebjadi dua, yaitu: biaya produksi dan biaya komersial. Menurut
Supriyono (1999) biaya produksi dapat digolongkan ke dalam: biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik.
1.) Biaya Bahan Baku
Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh bahan baku
untuk menempatkannya dalam keadaan siap untuk diolah
merupakan unsur harga pokok bahan baku yang dibeli. Harga
pokok bahan baku tidak hanya harga bahan saja tetapi terdiri atas
beberapa elemen yaitu harga pokok bahan baku terdiri dari harga
beli ditambah dengan biaya pembelian dan biaya – biaya yang
30
dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku tersebut dalam keadaan
siap diolah. (Mulyadi, 1999 : 301)
2.) Biaya Tenaga Kerja Langsung
Menurut Supriyono (1999 : 144), dalam proses produksi
tenaga kerja memegang peranan yang cukup penting karena tanpa
adanya tenaga kerja tidak mungkin proses produksi dapat berjalan.
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang langsung
menangani proses penanganan bahan baku menjadi produk selesai.
Biaya tenaga kerja langsung adalah semua balas jasa yang
diberikan kepada karyawan atau tenaga kerja yang terkait dalam
kegiatan produksi. Balas jasa yang diberikan dpat berupa biaya
gaji, biaya tunjangan, biaya lembur, biaya pengobatan dan
sebagainya.
3.) Biaya Overhead Pabrik
Supriyono (1999) menyebutkan Biaya Overhead Pabrik
adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung yang elemennya dapat digolongkan kedalam:
c. Biaya bahan penolong atau pembantu,
d. Biaya tenaga kerja tidak langsung,
e. Biaya listrik pabrik, air pabrik,
f. Biaya penyusutan dan omortisasi aktiva tetap pabrik,
g. Biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik,
h. Biaya asuransi pabrik,
31
i. Biaya overhead lain – lain
d. Pengendalian Biaya Produksi
Salah satu cara memperoleh laba pada suatu perusahaan adalah
dengan melakukan pengendalian biaya produksi yang sebaik mungkin
sehingga perusahaan dapat bekerja dengan efisien, menghindari
pemborosan atau pengeluaran – pengeluaran biaya yang dikendalikan.
Pengendalian adalah proses untuk memeriksa kembali, menilai dan
selalu memonitor laporan – laporan apakah pelaksana tidak
menyimpang dari tujuan yang sudah ditentukan (Supriyono, 1999 : 8).
Menurut Matz – Usry (2005 : 4), Pengendalian (control)
merupakan usaha sistematis perusahaan untuk mencapai tujuan dengan
cara membandingkan rencana yang telah ditetapkan dengan
pelaksanaan sesungguhnya. Jika timbul perbedaan yang cukup besar,
maka harus di analisis untuk di ketahui penyebabnya, kemudian dapat
di ambil tindakan perbaikan. Kegiatan pengendalian harus dilakukan
terus – menerus jika manajemen ingin tetap berada dalam batas–batas
ketentuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Adolp Matz,
(1993 : 5) menyebutkan, pengendalian merupakan sebagai usaha
sistematis perusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara
membandingkan prestasi kerja dengan rencana.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian pengendalian biaya
produksi adalah suatu tindakan manajemen untuk mencapai tujuan dan
salah satunya dengan cara membandingkan rencana biaya yang di buat
32
sebelum kegiatan produksi dilakukan dengan biaya yang
sesungguhnya terjadi dalam proses produksi.
1.) Tujuan Pengendalian Biaya Produksi
Herman Kusuma (2002) menyebutkan, tujuan pengendalian
biaya produksi dalam aktivitas biaya produksi adalah:
a.) Meramalkan permintaan-permintaan produk yang dinyatakan
dalam jumlah produk sebagai fungsi dan waktu
b.) Menetapkan jumlah dan saat pemesanan bahan baku serta
komponen secara ekonomis dan terpadu
c.) Menetapkan keseimbangan antara tingkat kebutuhan produksi
teknik pemenuhan pesanan, serta memonitor persediaan produk
jadi setiap saat, membandingkan dengan perencanaan
persediaan dan melakukan revisi atas rencana produksi pada
saat yang ditentukan
d.) Membuat jadwal produksi, penugasan, pembebanan mesin dan
tenaga kerja yang terinci sesuai dengan ketersediaan kapasitas
dan fluktuasi permintaan pada suatu periode.
Dapat disimpulkan tujuan pengendalian biaya produksi
adalah tercapainya efisiensi biaya, dimana biaya produksi yang
dikeluarkan dapat diarahkan pada pelaksanaan perencanaan yang
maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.) Efektivitas Pengendalian Biaya Produksi
33
Efektivitas pengendalian biaya produksi menyangkut
kesesuaian kualitas produk yang dihasilkan dengan anggaran dan
kualitas produk yang sesuai dengan target kualitas
(Supriyono,2000:337).
Matz – Usry (2005) menyebutkan, ciri – ciri pengendalian
biaya (Cost Control Characteristics). Sistem pengendalian biaya
yang efektif memiliki dua ciri pokok :
1. Suatu rancangan teknis yang kuat dengan
penentuan sasaran pada tingkat prestasi yang memberi
tantangan, tetapi bisa dicapai dan disertai sistem pelaporan
yang memisahkan biaya yang dapat dikendalikan dalam
jangkauan tanggung jawab seorang manajer dengan biaya yang
dapat dikendalikan disemua bagian organisasi.
2. Suatu gaya manajemen yang tanggap terhadap
perilaku orang – orang dalam suatu lingkungan organisasi
tertentu.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian
biaya produksi dapat dikatakan efektif jika anggaran biaya
produksi yang berfungsi untuk mengendalikan biaya tersebut telah
dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan pengendalian tercapai.
14. Peranan Akuntansi Pertanggungjawaban dalam Menunjang
Efektivitas Pengendalian Biaya Produksi.
34
Dalam pengelolaan perusahaan, manajemen menetapkan sasaran
yang akan dicapai dimasa yang akan datang, pelaksanaan rencana
memerlukan pengendalian agar efektif dalam mencapai sasaran yang
telah ditetapkan. (Mulyadi, 2001 : 417)
Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem
pengolahan informasi biaya, dengan cara menggolongkan, mencatat dan
meringkas biaya dalam hubungannya dengan jenjang manajemen yang
bertanggung jawab atas terjadinya biaya, dengan tujuan untuk
menghasilkan informasi akuntansi pertanggungjawaban guna
pengendalian biaya (Mulyadi, 2001:201).
Supriyono (2000) menyebutkan, penyimpangan biaya produksi
merupakan perbedaan antara anggaran dengan realisasi dan jika
penyimpangan cukup signifikan maka penyimpangan tersebut perlu di
selidiki lebih lanjut. Pengendalian biaya produksi dapat mengungkap
adanya penyimpangan melalui analisis dan penelitian. Dengan sedikit
penyimpangan yang terjadi berarti pengendalian biaya produksi telah
dilaksanakan secara efektif.
2.3. Kerangka Pemikiran
Bagi perusahaan, produksi merupakan kegiatan utama dalam
manufaktur. Persaingan yang semakin ketat antara perusahaan sejenis dalam
situasi dunia usaha dewasa ini membuat perusahaan mempertahankan
kualitas produksi yang baik agar perusahaan tetap eksis dipasar.
35
Dalam struktur organisai perusahaan hal ini tercermin dengan jelas.
Manajer dalam melaksanakan pengendalian serta pengawasan terhadap
bawahannya memerlukan suatu informasi akuntansi. Akuntansi
pertanggungjawaban yang merupakan salah satu bentuk akuntansi yang
ditujukan untuk melayani manajemen dalam kaitannya dengan
pengendalian, dapat memberi informasi akuntansi tersebut dalam bentuk
laporan pertanggungjawaban. Adapun tujuan pengendalian biaya produksi
adalah tercapainya efisiensi biaya, dimana biaya produksi yang dikeluarkan
dapat diarahkan pada pelaksanaan perencanaan yang maksimal untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian diharapkan akuntansi pertanggungjawaban dapat
membantu manajemen dalam menunjang pelaksanaan pengendalian biaya
produksi. Untuk memperjelas kerangka pemikiran diatas dapat disajikan
dalam gambaran berikut ini:
Kerangka Pemikiran
36
Akuntansi Pertanggungjawaban
Pengendalian Biaya Produksi
Efektif
Tidak Efektif
2.4. Hipotesis
Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proposisi atau anggapan
yang mungkin benar, dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan
keputusan/pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut.
Anggapan/asumsi sebagai suatu hipotesis juga merupakan data, akan tetapi
karena kemungkinan bisa salah, apabila akan digunakan sebagai dasar
pembuatan keputusan harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan data
hasil observasi (Sugiyono, 2003 : 167).
Maka penulis mencoba mengemukakan hipotesa “akuntansi
pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara memadai dapat berperan
dalam menunjang efektivitas pengendalian biaya produksi”.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Objek Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penulisan ini, jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian deskriptif dan penelitian korelasional, penelitian deskriptif
yaitu penelitian yang berusaha untuk menerangkan pemecahan masalah
yang ada sekarang berdasarkan data – data, menganalisis dan
menginterprestasikan. Penelitian korelasional yaitu penelitian yang
digunakan untuk mengetahui kuat lemahnya serta arah hubungan antara
variabel – variabel yang akan diuji hubungannya.
2. Objek Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, yang menjadi objek penelitian
adalah hal –hal yang berhubungan dengan masalah yang dibahas yaitu
bagaimana peranan akuntansi pertanggungjawaban dalam menunjang
efektivitas pengendalian biaya produksi, pada CV. Air wangi indonesia
yang berlokasi di Desa Karangmalang Kalibanger, Pekalongan.
CV. Air wangi indonesia dipilih karena perusahaan ini cukup
besar dan memenuhi syarat bagi penulisan dalam melakukan penelitian.
Dalam penelitian ini penulis membahas biaya produksi yang terjadi
dalam perusahaan CV. Air wangi indonesia dan pertanggungjawaban
penggunaan biaya tersebut.
38
36
3.2. Operasionalisasi Variabel
1. Peranan akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai alat bantu
manajemen untuk mengefektivitaskan pengendalian biaya produksi.
Dalam hal ini akuntansi pertanggungjawaban dihubungkan oleh manajer
yang memiliki wewenang atas terjadinya informasi tersebut untuk
dimintakan pertanggungjawaban kepada manajer yang bersangkutan.
2. Efektivitas Pengendalian Biaya Produksi adalah bahwa pengendalian
biaya produksi dapat dikatakan efektif jika anggaran biaya produksi
yang berfungsi untuk mengendalikan biaya tersebut telah dilaksanakan
dengan baik sehingga tujuan pengendalian tercapai.
Variabel yang akan diukur beserta sub variabel dan indikator–
indikatornya harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum menyusun kuesioner.
Hubungan antara variabel, sub variabel, indikator, skala pengukuran dapat
dilihat pada tabel 3.1
39
Tabel 3.1
Variabel, Sub Variabel, Indikator, Skala Pengukuran dan Instrumen
40
Variabel Subvariabel Indikator Skala Instrumen
Pengukuran
Variabel Bebas
(Variabel X):
Peranan Syarat-syarat 1. Struktur organisasi. Ordinal Kuesioner
Akuntansi penetapan akuntansi 2. Penyusunan
Pertanggungjawa- pertanggungjawa- anggaran. Ordinal Kuesioner
ban ban 3. Pemisahan biaya
terkendali dan tidak
terkendali. Ordinal Kuesioner
4. Pengklasifikasian
Kode-kode rekening Ordinal Kuesioner
5. Laporan. Ordinal Kuesioner
Karakteristik 1. Adanya identifikasi
Akuntansi pusat-pusat.
Pertanggungjawaban 2. Standar ditetapkan
sebagai tolak ukur
kinerja manajer
yang bertanggung- Ordinal Kuesioner
jawab atas pusat
pertangjawaban.
3. Kinerja manajer
diukur dengan
membandingkan
realisasi dengan Ordinal Kuesioner
anggaran.
4. Manajer secara
Individual diberi
penghargaan/huku
man berdasarkan
kebijakan mana Ordinal
Kuesioner jemen yang
lebih
tinggi.
41
Variabel terikat
(Variabel Y):
Efektivitas Proses pengendalian 1. Menetapkan
Pengendalian biaya produksi anggaran. Ordinal Kuesioner
Biaya produksi 2. Mengukur
pelaksanaan Ordinal Kuesioner
anggaran.
3. Menetapkan
perbedaan antara
anggaran dengan Ordinal Kuesioner
realisasi.
4. Menganalisis Ordinal Kuesioner
tindakan perbaikan.
Tercapainya
efektivitas 1. Penyimpangan
pengendalian biaya biaya produksi yang Ordinal Kuesioner
produksi tidak signifikan.
2. Kuantitas produksi
yang sesuai dengan Ordinal Kuesioner
anggaran.
3. Dihasilkannya
produk yang Ordinal Kuesioner
berkualitas.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh melalui studi lapangan (field
research) yaitu dengan melakukan penelitian secara langsung terhadap
permasalahan yang menjadi objek penelitian, dalam hal ini CV. Air
Wangi Indonesia, sehingga dapat diperoleh data dan informasi yang
diperlukan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi kepustakaan
(library research), yang dimaksudkan untuk mendukung kekuatan atau
kebenaran data primer, baik dari buku-buku di bidang ekonomi maupun
dari sumber-sumber lain yang mendukung. Informasi yang diperoleh
melalui studi kepustakaan ini akan dipergunakan sebagai dasar
pemikiran teoritis dalam melihat dan membahas kenyataan yang
ditemukan dari hasil penelitian lapangan.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1.) Penelitian Lapangan (Field Research)
Merupakan pengumpulan data primer secara langsung dengan
melakukan peninjauan ke objek yang sedang diteliti. Penelitian ini
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengamati
secara langsung ke perusahaan untuk memperoleh data.
42
- Wawancara, yaitu tanya jawab secara langsung dengan personil yang
berwenang memberikan dan menjelaskan data yang dibutuhkan
dengan masalah yang diajukan penulis.
- Kuesioner, yaitu penulis menyebarkan kuesioner kepada responden
untuk mendapatkan data tentang kinerja dilihat dari tingkat kepuasan
pelanggan dan motivasi serta keselarasan karyawan. Sample dalam
penelitian ini adalah para pimpinan yang berhubungan dengan proses
produksi sampai dengan pertanggungjawaban yaitu:
Owner, Direktur Operasional, Manajer Pabrik, Chief Accounting,
Administrasi / Kasir, Kabag Produksi, Manajer Promosi dan SPG.
2.) Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan diperoleh dengan berpedoman pada
literatur – literatur, buku – buku referensi dan catatan yang diperoleh
selama mengikuti perkuliahan serta bahan – bahan lain yang ada
relevansinya dengan masalah yang dikemukakan diatas. Dari hasil –
hasil penelitian tersebut penulis mencoba untuk melakukan analisa yang
kemudian akan diambil kesimpulan – kesimpulan dan saran – saran yang
diperlukan.
43
3.4. Teknik Analisis
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan baik data kualitatif
maupun kuantitatif dianalisis melalui tahapan-tahapan:
3. Penentuan skala likert dan pembobotan nilai
4. Rekapitulasi jawaban responden
5. Analisis data.
Dari jawaban yang dikemukakan oleh responden kemudian diberikan
skala jawaban yang terdiri dari 5 poin yaitu :
Tabel 3.2
Skala Likert Jawaban Kuesioner
3.5. Alat Analisis
Dalam mengolah data penulis menggunakan statistika yang berguna
dalam mengolah, menganalisis, dan kemudian menyajikan data yang telah
diolah tersebut. Berbagai uji statistika yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
44
PertanyaanSangat Setuju
SetujuRagu - RaguTidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Skor54321
1.) Pengujian Validitas
Untuk mengetahui kevalidan indikator digunakan korelasi
Product Moment dengan cara mengkorelasikan skor masing-masing item
dengan skor total. Bila skor item berkorelasi secara signifikan dengan
total skor pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) atau probabilitas <
0,05 maka dapat dikatakan item pertanyaan valid. Pengujian ini
menggunakan program SPSS Versi 11.5
2.) Pengujian Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk meyakinkan apakah instrumen
yang digunakan dalam penelitian dapat dipercaya (reliabel). Instrumen
dinyatakan reliabel jika nilai reliabilitas yang diperoleh paling tidak
mencapai 0,6. pengukuran reliabilitas instrumen pada penelitian ini
dengan menggunakan metode Alpha Cronbach. Pengujian ini
menggunakan program SPSS Versi 11.5
3.) Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi digunakan untuk mengetahui kuat lemahnya
serta arah hubungan antara variabel – variabel yang akan diuji
hubungannya. Dalam penelitian ini data yang diperoleh menggunakan
skala ordinal. Oleh karena itu koefisien korelasi yang digunakan ialah
koefisien korelasi Rank Spearman.
45
Rumus untuk mencari koefisien korelasi Rank Spearman:
Bila tidak terdapat angka kembar:
rs = 1 – 6 ∑ di 2 n(n2 – 1)
Keterangan:
rs = koefisien korelasi Rank Spearman
di = selisih rank x dan rank y
n = banyaknya pasangan data
Bila terdapat angka kembar:
rs = ∑ x 2 + ∑ y 2 - ∑ di 2 2√∑x2∑y2
Dengan ketentuan:
∑ X2 = n 3 – n - ∑ Tx12
∑ Y2 = n 3 – n - ∑ Ty12
∑Tx dan ∑Ty adalah banyaknya nilai pengamatan x dan banyaknya nilai
pengamatan y yang berangka sama untuk suatu peringkat (ranking
tertantu), sedangkan rumus untuk memberi Tx dan Ty adalah sebagai
berikut:
Tx = tx 3 – tx ; Ty = ty 3 – ty 12 12
46
Keterangan:
∑X2 = jumlah kuadrat variabel x
∑Y2 = jumlah kuadrat variabel y
Tx = factor koreksi X
Ty = factor koreksi Y
tx = banyaknya data yang mempunyai nilai sama pada variabel X
ty = banyaknya data yang mempunyai nilai sama pada variabel Y
Besarnya koefisien korelasi ( r ) adalah -1 ≤ rs ≤ 1
Interprestasi dari hasil perhitungan koefisien korelasi adalah
sebagai berikut:
1. Apabila rs = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua
variabel sangat lemah atau tidak terdapat hubungan sama sekali
2. Apabila rs = 1 atau mendekati 1, maka hubungan antara kedua
variabel sangat kuat dan mempunyai hubungan yang searah atau
positif
3. Apabila rs = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara kedua
variabel sangat kuat dan mempunyai hubungan yang
berbalikan/berlawanan.
Sugiyono (2002) menyebutkan, untuk mengetahui tingkat
hubungan yang dinyatakan melalui koefisien korelasi yang telah
dihitung sebelumnya yaitu:
47
Tabel 3.3
Pedoman Kekuatan Hubungan Antara Variabel
4.) Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh independent
variabel/X terhadap variabel/Y, maka dapat dihitung dengan rumus:
kd = rs2x100%
dimana:
Kd = koefisien determinasi
rs = koefisien korelasi Rank spearman
5.) Uji Hipotesis
a. Tentukan kriteria penerimaan hipotesis
Ho : ρ < 0 , akuntansi pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara
memadahi tidak berpengaruh positif terhadap peranan dalam
menunjang efektivitas pengendalian biaya produksi.
Ha : ρ > 0 , akuntansi pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara
memadahi berpengaruh positif terhadap peranan dalam menunjang
efektivitas pengendalian biaya produksi.
48
Interval korelasi0,00 – 0,190,20 – 0,390,40 – 0,590,60 – 0,790,80 – 1,00
Tingkat hubunganSangat rendah
rendahsedang
kuatSangat kuat
b. Tentukan kriteria pengujian
Besarnya n : - Besar (n > 30) Z
- Kecil (n < 30) t tingkat kebebasan (n-2)
Sifat pengujian : - Satu Sisi
- Dua Sisi
Besarnya α (Tingkat Kesulitan), misal α = 5%
c. Bandingkan statistik uji dengan kriteria
Jika rs hitung < rs tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika rs hitung > rs tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
d. Ambil kesimpulan
49
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
4.1 Sejarah Perusahaan
CV. Air Wangi Indonesia didirikan pada tanggal 28 September 2002
oleh Bapak Sumitro Hardjo dengan berlokasi di Desa Karangmalang
Kalibanger, Pekalongan. Perusahaan bergerak dalam bidang industri teh.
Untuk memperluas usaha dan menambah modal, pada tanggal 26 Mei 2004,
perusahaan bekerja sama dengan Bapak Oenny Jauwhannes dan Bapak
Tjang Yansen, dimana kedua orang tersebut memberikan masing-masing
60% dan 40% dari jumlah seluruh modal yang dibutuhkan oleh perusahaan,
sedangkan Bapak Sumitro Hardjo dipercaya sebagai persero pengurus
dengan mencurahkan segala usaha, pekerjaan dan kecerdasannya ke dalam
perseroan.
Berikut ini adalah visi, misi, value dan goal perusahaan yang
dirumuskan oleh pemiliknya:
Visi : Menjadi yang terbaik dan menjadi pilihan pertama dalam bidang
usaha teh wangi dengan selalu melakukan inisiatif baru.
Misi :Menciptakan selera minum teh wangi yang sehat alami agar
konsumen terpuaskan, sekaligus menciptakan hubungan kerja sama
karyawan dan perusahaan menjadi partner dan mitra usaha yang
berkembang saling berkembang.
50
48
Value :
I. Customer (Konsumen)
Memperlakukan konsumen sebagai mitra dalam bisnis dengan cara
memberikan produk dan pelayanan yang terbaik sehingga terjadi
pertumbuhan customer base.
II. Enterprising Spirit (Semangat Usaha)
Menjadi inovator dan efisien disertai dengan rasa kepemilikan pada
pendekatan, sistem dan strategi yang akan dilakukan untuk memenuhi
dan melebihi harapan pelanggan.
III. Professionalism (profesionalisme)
Memiliki komitmen, dapat diandalkan, bertanggung jawab dan mau
terus belajar untuk memberikan pemecahan mutu terbaik kepada para
tim atau konsumen.
IV. Team Work (Kerja Sama Tim)
Bekerja bersama-sama dalam tim dengan saling mendukung melalui
komunikasi terbuka dan kepercayaan untuk pencapaian visi dan misi
bersama.
Goal : Tahun 2005 menembus omset 10.000 bal / bulan.
4.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi merupakan kerangka kerja dan pola yang
mengatur hubungan antara bagian yang ada dalam suatu organisasi. Struktur
organisasi dibuat untuk memudahkan pihak manajemen dalam
51
mengkoordinasikan unit-unit kerja yang ada sehingga tujuan perusahaan
secara keseluruhan dapat tercapai.
CV. Air Wangi Indonesia mempunyai struktur organisasi yang
berbentuk secara hirarkis. Struktur ini mengelompokkan aktivitas yang
dilakukan dalam operasi perusahaan menjadi bagian secara fungsional, yaitu
promosi, personalia, produksi, gudang dan akuntansi. Bagian personalia,
produksi dan gudang bertanggung jawab kepada manajer pabrik, yang
kemudian bertanggung jawab kepada direktur operasional, sedangkan
bagian promosi dan akuntansi bertanggung jawab secara langsung kepada
direktur operasional. Wewenang tertinggi dipegang oleh tiga orang
pemimpin perusahaan, dimana salah satu dari mereka merangkap sebagai
direktur operasional.
Dengan adanya struktur organisasi ini, dapat tercipta koordinasi yang
baik antara bagian yang satu dengan yang lain sehingga aktivitas perusahaan
secara keseluruhan dapat berjalan dengan lancar, teratur dan terarah. Dengan
demikian, semua pihak yang merupakan bagian dari organisasi dapat saling
bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi.
Untuk mengetahui lebih jelas struktur organisasi CV. Air Wangi
Indonesia dapat dilihat pada Gambar 4.1
52
53
Tugas, wewenang dan tanggung jawab pada tiap bagian adalah
sebagai berikut :
Owner
Menjaga kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan dengan
mempertahankan dan mengusahakan peningkatan kegiatan usaha.
Mengkoordinasikan semua kegiatan perusahaan dan mengevaluasi secara
tidak langsung pelaksanaan kegiatan perusahaan apakah sesuai dengan
apa yang telah ditetapkan atau tidak.
Direktur Operasional
Menentukan kebijakan-kebijakan dan mengambil keputusan strategis
dalam mengendalikan jalannya perusahaan.
Mewakili perusahaan untuk bertindak keluar, serta senantiasa memelihara
hubungan baik dengan masyarakat dan pemerintah.
Memantau perkembangan perusahaan dan pesaing.
Mengawasi seluruh operasi perusahaan sehari-hari.
Menjadi tanggung jawab tertinggi atas seluruh aktivitas atau kegiatan
perusahaan.
Memberi persetujuan atas harga yang diberikan pada barang dagangan.
Membantu bagian pemasaran.
Manajer Pabrik
Mengkoordinasikan dan mengawasi seluruh kegiatan produksi serta
memberikan pengarahan kepada masing-masing kepala divisi yang ada
dibawahnya.
54
Bertanggung jawab dalam memenuhi order dari konsumen dalam
penyediaan produksi produk jadi sesuai dengan volume, kualitas barang
dan waktu, dan mengawasi penyimpangan-penyimpangan yang
mengganggu kegiatan produksi.
Membuat laporan kegiatan dan bertanggung jawab kepada direktur
operasional.
Personalia
Mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan kepegawaian
Berwenang mengangkat dan memperhentikan pekerja
Memberikan pembinaan serta pengarahan kepada para bawahan dalam
pelaksanaan ketentuan pokok perusahaan.
Satpam
Menjaga keamanan di lingkungan perusahaan.
Driver
Bertanggung jawab atas pemeriksaan dan perawatan kendaraan.
Mengatur pengiriman barang kepada pelanggan
Mengatur pengiriman barang dari dan ke counter-counter perusahaan
Membantu bagian lain yang akan berhubungan dengan pihak luar
perusahaan.
Kabag Produksi
Menerima petunjuk atau instruksi dari manajer pabrik untuk dilaksanakan
Mengadakan pengawasan, baik dalam pembuatan maupun terhadap
kuantitas dan kecepatan produksi
55
Mengusahakan efisiensi kerja di lingkungan produksi.
Sortir
Mengatur jatah sortir kembang dan menimbangnya
Membuang kembang yang tidak sesuai dengan kriteria.
Packing
Menyediakan bahan teh yang akan dibungkus,etiket,plastik, las, bal, lem.
Mengemas teh.
Produksi
Memasak teh pada mesin perusahaan sesuai dengan rumus atau komposisi
teh yang telah ditetapkan.
Tester
Mencoba hasil produksi, apakah sudah sesuai dengan kualitas yang
ditetapkan.
Gudang
Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan kondisi bahan baku dan barang
jadi
Bertanggung jawab dalam pengadaan bahan baku untuk proses produksi
dan barang jadi secara tepat waktu, kualitas yang sesuai, dan jumlah
yang tepat
Bertanggung jawab dalam proses pengiriman barang-barang yang dikirim
dari supplier sampai diterima oleh perusahaan dan kelancaran
pengiriman barang ke pelanggan.
56
Membuat kartu stock, mencatat tanggal masuk dan tanggal keluar barang
pada kartu stock.
Chief Accounting
Menyusun rencana dan kebijaksanaan yang menyangkut dengan akuntansi
dan keuangan perusahaan
Mengawasi dan membimbing kasir
Mengawasi penyusunan laporan keuangan secara periodik dan
mengadakan analisis atas laporan keuangan tersebut
Mewakili perusahaan dalam urusan perpajakan, asuransi dan perbankan
Mengawasi dan mengelola kegiatan penagihan piutang dan pembayaran
hutang.
Administrasi / Kasir
Menyelenggarakan administrasi penjualan dan melaporkan penjualan yang
terjadi secara periodik
Menerima uang tunai hasil penjualan, melaporkan dan menyerahkannya
kepada chief accounting
Melakukan perhitungan dan pembayaran gaji atau upah karyawan
Mengelola penggunaan uang secara efektif
Membuat dan menyiapkan laporan-laporan yang diperlukan.
Manajer Promosi
Merencanakan dan melaksanakan kegiatan program promosi
57
Melakukan penelitian terhadap keadaan pasar dan menetapkan
penjadwalan promosi yang efektif.
Promotion Officer
Melaksanakan perintah atau instruksi dari manajer promosi
Memilih media dan sarana promosi yang tepat dan sesuai target
Mengatur dan mengkoordinir SPG untuk ditempatkan di counter-counter
perusahaan.
Sales Promotion Girl (SPG)
Memberikan pelayanan yang baik, ramah dan sopan kepada setiap
pelanggan yang datang ke counter
Memberi informasi dan penjelasan kepada calon pembeli atas barang yang
dijual di counter.
4.3 Personalia
CV. Air Wangi Indonesia bergerak di bidang industri teh. Teh yang
tersedia ada yang dibuat atas keinginan perusahaan untuk dipasarkan dan
ada pula yang berdasarkan pesanan dari pelanggan. Produk yang dihasilkan
perusahaan adalah teh tubruk dengan berbagai merek, yaitu : Enak, Telepon,
1001 Cangkir, Napeni, Raket dan Rakit, dengan berbagai ukuran, yaitu 8
gram, 10 gram, 25 gram, 40 gram, 50 gram, 80 gram dan 250 gram.
Untuk size 8 gram harga teh berkisar antara Rp. 200,00 sampai
dengan 250. Untuk size 10 gram harga teh berkisar antara Rp. 400,00
sampai dengan Rp. 500,00. Untuk size 25 gram dibuat hanya khusus untuk
58
teh Enak dengan harga Rp. 700,00. Untuk size 40 gram harga teh berkisar
antara Rp. 1.250,00 sampai dengan Rp. 1.600,00. Untuk size 50 gram harga
teh berkisar antara Rp. 750,00 sampai dengan Rp. 850,00. Untuk size 80
gram harga teh berkisar antara Rp. 1.400,00 sampai dengan Rp. 2.000,00.
Untuk size 250 gram harga teh berkisar antara Rp. 10.000,00 sampai dengan
Rp. 11.500,00 penetapan harga ini ditentukan oleh kualitas atau mutu rasa
dan wangi melati teh tersebut.
Saat ini perusahaan memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 36 orang.
Jam kerja yang diberlakukan di CV. Air Wangi Indonesia adalah: Hari Senin
sampai Sabtu pukul 08.00–16.00, dengan waktu istirahat pukul 12.00–13.00.
4.4 Produksi
Proses produksi merupakan suatu rangkaian kegiatan mengolah
bahan baku menjadi barang siap pakai atau siap dikonsumsi oleh konsumen.
Adapun rangkaian kegiatan tersebut meliputi :
1. Pencampuran Teh Hijau
Proses ini dilakukan agar memperoleh komposisi teh yang enak dan
homogen dan mendapatkan mutu teh yang sesuai dengan selera
konsumen.
2. Penggosongan / pemanasan (Pemasakan)
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan bau asing, menjadikan teh
rapuh dan berpori serta mengurangi rasa sepat dan pahit. Penggosongan
59
ini dilakukan dengan mesin pengering dengan suhu 150oC – 170oC dan
dilakukan selama 1 – 2 jam.
3. Pelembapan dan pencampuran bunga
Pelembapan dan pencampuran bunga dilakukan untuk memaksimalkan
penyerapan bau bunga, melonggarkan / membuka gulungan teh dan
menjaga agar kondisi bunga tetap segar dan secara fisiologis melepaskan
bau harumnya. Pelaksanaannya diberi air, penambahan bunga melati /
melati gambir dan dibiarkan semalam, setelah itu dilakukan pemisahan
bunga dari campuran dalam teh sebelum pengeringan.
4. Pengeringan
Pengeringan ini dilakukan dengan menggunakan mesin pengeringan
dengan suhu pengering imlet 110oC dan outlet 50oC dan lama
pengeringan 30 menit, setelah itu didinginkan dengan cara diangin-
anginkan segera setelah pengeringan selesai. Proses ini bertujuan untuk
mengurangi kadar air dan memperpanjang umur simpan.
Secara skematis proses produksi dapat dilihat pada gambar 4.2
60
Gambar 4.2
Proses Produksi Teh Wangi CV. Air Wangi Indonesia
61
PenerimaanTeh Hijau Test/Sortir
Tidak Layak
Tidak Layak
Pemasakan Menjadi
Produksi ½ jadiTest
Penerimaan Kembang Kontrol Proses Siraman
Tidak Layak Teh Wangi
Test Hasil
Bungkus
Siap JualSiap Jual
Tidak Layak
4.5 Daerah Pemasaran dan Saluran Distribusi
Hasil produksi dipasarkan di beberapa kota di Pulau Jawa. CV. Air
Wangi Indonesia mengelompokkan kota-kota menjadi beberapa area
strategis untuk memudahkan promosi dan penjualan produk, agar lebih
fokus dan mudah untuk memonitornya, yaitu:
I. Premium Area
Yogyakarta – Solo – Semarang
II. Secondary Area
- Purworejo – Magelang
- Cilacap – Gombong – Kebumen
- Purwokerto – Banyumas – Banjarnegara
- Pekalongan – Tegal – Cirebon
III. Development Area
- Jawa Timur : Surabaya – Tuban – Bojonegoro
Surabaya – Mojokerto – Kediri
Surabaya – Malang
Surabaya – Pasuruan – Probolinggo
62
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban
Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban memiliki empat
karakteristik sebagai berikut: identifikasi pusat pertanggungjawaban, standar
yang digunakan sebagai tolak ukur kinerja manajer, kinerja manajer diukur
dengan membandingkan antara realisasi dengan anggaran, manajer secara
individual diberikan penghargaan atau hukuman. Dari hasil penelitian telah
diperoleh data mengenai karakteristik CV. Air Wangi Indonesia
1. Identifikasi Pusat Pertanggungjawaban
Pusat pertanggungjawaban suatu unit organisasi yang dipimpin
oleh seorang manajer yang bertanggung jawab atas pusat
pertanggungjawaban yang dipimpin CV. Air Wangi Indonesia telah
mengidentifikasi dengan menetapkan pusat pertanggungjawaban yaitu
terdapat pada pusat biaya.
Manajer pusat pertanggungjawaban biaya diberi wewenang
untuk mengendalikan biaya pusat pertanggungjawaban tersebut dan
kinerjanya diukur berdasarkan perbandingan antara biaya yang
dianggarkan serta biaya yang terjadi sebenarnya (realisasi).
Penyimpangan yang terjadi harus dipertanggungjawaban oleh manajer
pusat biaya yang bersangkutan. Pusat biaya dalam perusahaan terdapat
63
61
pada direksi, yaitu kepala bagian administrasi dan keuangan untuk pusat
administrasi dan keuangan.
Pusat biaya terdapat pada:
- Kepala bagian produksi untuk bagian produksi
- Kepala bagian administrasi dan keuangan untuk departemen
administrasi dan keuangan.
2. Adanya standar yang digunakan sebagai tolak ukur kinerja
manajer
CV. Air Wangi Indonesia sudah memiliki standar atau kinerja
yang akan digunakan untuk menilai kinerja pegawai dan para manajer
pusat pertanggungjawaban. Untuk mengukur kinerja manajer-manajer
pusat pertanggungjawaban, standar yang digunakan secara khusus
adalah anggaran. Pada pusat biaya, untuk menilai kinerja manajernya
dilihat dari jumlah realisasi biaya terjadi setiap triwulannya
dibandingkan dengan anggarannya.
Dari hasil perbandingan tersebut dapat diketahui penyimpangan
yang terjadi, apakah penyimpangan tersebut masih dalam batas yang
ditetapkan, yaitu lebih kecil dari 10%. Jika penyimpangannya lebih kecil
dari 10% kinerja manajernya dianggap baik, dan jika penyimpangannya
lebih dari 10% kinerja manajernya dianggap kurang.
64
3. Kinerja manajer diukur dengan membandingkan antara realisasi
dengan anggaran
Selain standar atau kriteria yang umum digunakan untuk
mengukur kinerja manajer, untuk beberapa bagian tertentu yang banyak
menghasilkan pendapatan dan laba yang tercapai atau biaya yang
dikeluarkan, dengan anggaran yang sudah dibuat.
Untuk manajer pusat biaya, apabila jumlah biaya yang terjadi
tidak melebihi jumlah yang dianggarkan, kinerja manajer pusat biaya
dinilai sangat baik, jika jumlah biaya yang dihasilkan melebihi jumlah
biaya yang dianggarkan tetapi selisihnya atau penyimpangannya masih
dibawah 10% kinerja manajer dinilai cukup baik tapi beberapa catatan,
dan jika jumlah biaya yang dihasilkan melebihi jumlah biaya yang
dianggarkan tapi selisihnya diatas 10% kinerja manajer dinilai kurang
sehingga akan dilakukan evaluasi.
4. Manajer secara individual diberikan penghargaan atau hukuman
Perusahaan menerapkan penilaian prestasi kerja karyawan yang
diadakan setiap satu kali dalam setahun. Penilaian prestasi kerja
merupakan salah satu faktor dalam menghitung kenaikan gaji karyawan.
Penilaian prestasi kerja dan lamanya bekerja, juga digunakan untuk
kepentingan promosi atau kenaikan jabatan bagi karyawan. Perusahaan
dengan memperhatikan masa bakti karyawan dengan prestasinya, akan
memberikan penghargaan, yaitu dengan tunjangan prestasi, diberikan
setelah melakukan penilaian kinerja divisi yang terlihat dari produksi,
65
penjualan dan administrasi, apabila divisi telah mampu mencapai target
yang telah ditetapkan perusahaan.
5.2 Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai
peranan akuntansi pertanggungjawaban dalam menunjang efektivitas biaya
produksi yang dilakukan di CV. Air Wangi Indonesia, diperoleh data dan
informasi sebagai berikut: struktur organisasi, penyusunan anggaran,
penggolongan biaya terkendali dan biaya tidak terkendali, klasifikasi kode
rekening, laporan pertanggungjawaban, dan karakteristik akuntansi
pertanggungjawaban yang dimiliki oleh CV. Air Wangi Indonesi adalah
sebagai berikut:
1. Penyusunan Anggaran dan Laporan Pertanggungjawaban
Dalam penyusunan anggaran biaya produksi di CV. Air Wangi
Indonesia, akan memperhatikan rencana penjualan yang akan diajukan
oleh bagian pemasaran dan penjualan di CV. Air Wangi Indonesia.
Adapun biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk
terdiri dari:
a. Biaya Bahan Baku
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
c. Biaya Overhead Pabrik
CV. Air Wangi Indonesia menyusun anggaran untuk jangka
waktu satu tahun takwin, dan dalam penelitian ini penulis memperoleh
66
data yang dimulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember
2007.
Alasan disusunnya anggaran yang menyeluruh adalah untuk
mendatangkan manfaat berupa adanya pendekatan secara sistematis
terhadap kebijakan perusahaan agar dapat diketahui jumlah dana yang
akan datang, serta memudahkan diadakannya evalusi tujuan akhir
perusahaan secara kuantitatif dan membantu manajemen untuk
mencegah terjadinya pemborosan-pemborosan yang dapat menimbulkan
kerugian bagi perusahaan.
Pada CV. Air Wangi Indonesia, laporan pertanggungjawaban
dari para manajer pusat pertanggungjawaban merupakan informasi yang
sangat penting dalam proses perencanaan dan pengendalian aktifitas
organisasi. Laporan pertanggungjawaban diberikan oleh manajer tiap-
tiap bagian yang ada pada suatu departemen atau bagian kepada Direktur
Utama. Laporan biaya produksi pada CV. Air Wangi Indonesia dibuat
oleh kepala divisi CV. Air Wangi Indonesia kemudian diserahkan
kepada kepala bagian produksi. Kepala bagian produksi menerima
laporan pertanggungjawaban dari beberapa divisi yang dibawahnya,
laporan tersebut digunakan untuk membuat laporan pertanggungjawaban
dan diberikan kepada Direktur Utama.
Laporan biaya produksi tersebut memuat biaya yang
dianggarkan, biaya yang sebenarnya, selisih biaya dan presentase selisih
biaya produksi. Laporan biaya produksi dibuat tiap triwulan, sehingga
67
dapat dibandingkan dengan anggarannya. Dari hasil perbandingan
tersebut dapat diketahui penyimpangan yang terjadi, apakah
penyimpangan tersebut masih dalam batas yang ditetapkan, yaitu lebih
kecil dari 10%. Jika penyimpangan lebih dari 10% maka akan diadakan
analisis atas penyebab penyimpangan yang terjadi.
Berikut anggaran biaya produksi dan Laporan
pertanggungjawaban biaya produksi CV. Air Wangi Indonesia disajikan
sebagai berikut :
Tabel 5.1Laporan Pertanggungjawaban Biaya Produksi
CV. Air Wangi Indonesia Triwulan ITahun 2007
Jenis BiayaTriwulan I
Anggaran Realisasi Selisish %Bahan Baku 1.681.140.000 1.789.597.290 108.457.290 6,451Tenaga Kerja 25.750.500 26.360.650 610.150 1,981
Overhead 29.830.000 30.668.984 838.984 2,844Total 1.736.720.500 1.846.626.924 109.906.424 6,328
Sumber : CV. Air Wangi Indonesia
Tabel 5.2Laporan Pertanggungjawaban Biaya Produksi
CV. Air Wangi Indonesia Triwulan IITahun 2007
Jenis BiayaTriwulan II
Anggaran Realisasi Selisish %Bahan Baku 1.595.314.000 1.658.348.692 63.034.692 3,951Tenaga Kerja 24.775.500 25.487.250 711.750 2,873
Overhead 25.302.500 26.502.290 1.199.790 4,742Total 1.645.392.000 1.710.338.232 64.946.232 3,947
Sumber : CV. Air Wangi Indonesia
68
Tabel 5.3Laporan Pertanggungjawaban Biaya Produksi
CV. Air Wangi Indonesia Triwulan IIITahun 2007
Jenis BiayaTriwulan III
Anggaran Realisasi Selisish %Bahan Baku 1.518.265.500 1.556.534.773 38.269.273 2,521Tenaga Kerja 24.112.000 24.966.850 793.850 3,554
Overhead 33.215.000 34.511.418 1.296.418 3,903Total 1.575.592.500 1.616.013.041 40.420.541 2,565
Sumber : CV. Air Wangi Indonesia
Tabel 5.4Laporan Pertanggungjawaban Biaya Produksi
CV. Air Wangi Indonesia Triwulan IVTahun 2007
Jenis BiayaTriwulan IV
Anggaran Realisasi Selisish %
Bahan Baku 872.670.000 911.646.725 38.976.725 4,466
Tenaga Kerja 18.595.000 19.266.300 671.300 3,610
Overhead 19.015.000 20.271.348 1.256.348 6,607
Total 910.280.000 951.184.373 40.904.373 4,493
Sumber : CV. Air Wangi Indonesia
2. Pemisahan Biaya Terkendali dan Tidak Terkendali
Supaya akuntansi pertanggungjawaban dapat diterapkan dan
dilaksanakan dengan baik, perlu dilakukan pemisahan biaya terkendali
dan tidak terkendali. Pada CV. Air Wangi Indonesia ada beberapa biaya
yang dapat dikendalikan dan biaya yang tidak dapat dikendalikan, dan
setiap bagian memiliki kedua jenis biaya tersebut. Yang termasuk biaya
69
terkendali dan tidak terkendali pada CV. Air Wangi Indonesia dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.5Biaya Terkendali dan Biaya Tidak Terkendali
CV. Air Wangi Indonesia
No Biaya terkendali No Biaya Tidak Terkendali1 Bahan baku teh 1 Tunjangan kematian, bahaya
dan cuti2 Bahan penolong 2 Pajak penghasilan3 Biaya listrik dan air 3 Tunjangan hari raya4 Biaya reparasi dan pemeliharaan
mesin dan peralatan4 Tunjangan presentasi
5 Biaya depresiasi mesin dan peralatan
5 Beban penyusutan investasi alat kantor
6 Biaya gaji dan upah 6 Beban penyusutan
7 Bonus dan jasa produksi 7 Beban pemeliharaan dan perbaikan alat kantor
Sumber : CV. Air Wangi Indonesia
3. Klasifikasi Kode Rekening
Pada CV. Air Wangi Indonesia, perkiraan-perkiraan yang ada
dikelompokkan dalam perkiraan-perkiraan pokok tujuan dari
pengelompokkan ini adalah untuk memudahkan perusahaan dalam
menyusun neraca dan laporan laba rugi, sedangkan kode pembantu biaya
terdiri dari angka dimana arti dari masing-masing posisi angka dalam
setiap kode tersebut sebagai berikut:
X X X
Kelompok rekening biaya
Pusat pertanggungjawaban
Jenis biaya
70
Adapun kelompok perkiraan pokok tersebut adalah sebagai berikut:
2. Aktiva;
3. Utang dan kewajiban;
4. Modal;
5. Pendapatan;
6. Biaya.
Susunan dan kode rekening sesuai dengan struktur organisasi yang
ada pada CV. Air Wangi Indonesia:
1100 Direktur Operasional
1200 Manajer Promosi
12.01 Promotion Officer
12.02 Sales Promotion Girl (SPG)
1300 Manajer Pabrik
13.01 Bagian Proses Produksi
13.02 Bagian Gudang
1400 Bagian Keuangan
14.01 Chief Accounting
14.02 Admin / Kasir
Sedangkan susunan dan kode rekening-rekening pembantu biaya
pada CV. Air Wangi Indonesia disajikan sebagai berikut:
511. Biaya pemakaian bahan
5111. Pemakaian bahan baku
71
5112. Pemakaian kembang melati
5114. Pemakaian bahan pembungkus / plastik dan etiket
5115. Pemakaian teh bungkusan
521. Biaya tenaga kerja
5211. Gaji bagian produksi
5213. Upah packing teh
5214. Upah sortir kembang
5216. Upah lembur pemasak teh
531. Biaya depresiasi
5311. Biaya penyusutan mesin
5312. Biaya penyusutan alat pabrik
5319. Biaya penyusutan kendaran
541. Biaya pemeliharaan
5411. Biaya pemeliharaan mesin
5412. Biaya Pemeliharaan kendaraan
551 Biaya umum
5511. Biaya telepon
5512. Biaya listrik dan air
5516. Biaya lain-lain
72
5.3 Efektivitas Pengendalian Biaya Produksi
1.) Proses Pengendalian Biaya Produksi
a. Mengukur Pelaksanaan Anggaran
Mengukur pelaksanaan anggaran berarti menilai prestasi
sebenarnya yang telah dicapai dalam melaksanakan proses produksi
untuk mencegah terjadinya pemborosan yang dapat menimbulkan
kerugian bagi perusahaan. Dalam mengukur pelaksanaan anggaran
setiap pusat pertanggungjawaban memberikan laporan
pertanggungjawaban memberikan laporan pertanggungjawaban kepada
pemimpin yang bertanggung jawab. Sebagai contoh laporan biaya
produksi CV. Air Wangi Indonesia yang dibuat oleh Bagian Produksi
kemudian diserahkan kepada Kepala Bagian Produksi. Laporan
pertanggungjawaban biaya produksi tersebut memuat biaya sebenarnya,
selisih biaya, dan persentase selisih biaya produksi yang dibandingkan
dengan anggaran yang telah ditetapkan pada tabel 5.1 sampai dengan
tabel 5.4. dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa pengukuran
pelaksanaan anggaran yang dilaksanakan telah cukup memadahi.
b. Menetapkan Perbedaan Antara Anggaran dengan Realisasi
Dalam melaksanakan pengendalian biaya produksi dari divisi-
divisi dilakukan dengan cara membandingkan anggaran dengan
realisasinya. Dari hasil perbandingan tersebut, maka dapat diketahui
penyimpangan yang terjadi, sehingga dapat dijadikan masukan bagi
bagian produksi.
73
Dalam membandingkan antara anggaran dengan prestasi
pelaksanaan anggaran produksi yang sesungguhnya, setiap divisi
melakukan pengukuran atas penyimpangan yang terjadi setiap triwulan
dan masing-masing divisi menetapkan apabila penyimpangan yang
terjadi dibawah 10% maka anggaran biaya produksi dapat dikatakan
efektif. Sebaliknya bila penyimpangan yang terjadi diatas 10% maka
pelaksanaan pengendalian biaya produksi perlu ditingkatkan.
c. Menganalisis Sebab-sebab Terjadinya Perbedaan
Sebagai tindak lanjut dari hasil perbandingan pemakaian biaya
produksi yang sebenarnya dengan anggaran biaya yang telah ditetapkan
adalah menganalisa sebab-sebab terjadinya perbedaan. Penyimpangan
antara anggaran biaya produksi dengan realisasi biaya produksinya yang
dapat ditoleransi telah ditetapkan oleh perusahaan sebesar 10%.
Besarnya penyimpangan ditentukan oleh Direktur Utama secara terpusat
dengan para manajer bagian. Penetapan sebesar ini sampai saat ini masih
dapat dipakai dan diterima oleh pihak manajemen.
Pada triwulan I menganggarkan sebesar Rp. 1.736.720.500,
realisasi sebesar Rp. 1.846.626.924, serta menyebabkan selisih sebesar
Rp. 109.906.424. Untuk triwulan I biaya bahan bakunya hampir
mendekati batas toleransi penyimpangan yang ditolerir (6,451%). Hasil
analisis yang dilakukan oleh kepala bagian produksi dan kepala bagian
akuntansi biaya, penyebabnya kurang tepat dalam memprediksi
pembelian bahan baku sehingga pembebanan ke biaya produksi untuk
74
pemakaian bahan baku relatif lebih tinggi dari yang dianggarkan. Untuk
keseluruhan penyimpangan yang terjadi pada triwulan I sebesar 6.328%
masih dibatas toleransi yang ditetapkan oleh CV. Air Wangi Indonesia
sebesar 10%.
Pada triwulan II menganggarkan sebesar Rp. 1.645.392.000,
realisasi sebesar Rp. 1.710.338.232, serta menyebabkan selisih sebesar
Rp. 64.946.232. Untuk triwulan II tidak terjadi penyimpangan yang
signifikan, karena penyimpangannya sebesar 3,947% masih dibawah
batas toleransi yang ditetapkan oleh CV. Air Wangi Indonesia.
Pada triwulan III menganggarkan sebesar Rp. 1.575.592.500,
realisasi sebesar Rp. 1.616.013.041, serta menyebabkan selisih sebesar
Rp. 40.420.541. Untuk triwulan III tidak terjadi penyimpangan yang
signifikan, karena penyimpangannya sebesar 2,565% masih dibawah
batas toleransi yang ditetapkan oleh CV. Air Wangi Indonesia.
Pada triwulan IV menganggarkan sebesar Rp. 910.280.000,
realisasi sebesar Rp. 951.184.373, serta menyebabkan selisih sebesar Rp.
40.904.373. Untuk triwulan IV biaya overhead hampir mendekati batas
toleransi penyimpangan yang ditolerir (6,607%). Hasil analisis yang
dilakukan oleh kepala bagian produksi dan bagian akuntansi,
penyebabnya adalah meningkatnya pemakaian bahan bakar sebagai
akibat dari seringnya penggunaan untuk kebutuhan produksi dan
penjualan. Untuk triwulan IV tidak terjadi penyimpangan yang
signifikan, karena penyimpangannya sebesar 4,493% masih dibawah
75
batas toleransi yang ditetapkan oleh CV. Air Wangi Indonesia yaitu
sebesar 10%.
Jadi dapat disimpulkan laporan pertanggungjawaban yang
dihasilkan CV. Air Wangi Indonesia telah memuat informasi-informasi
penting yang dibutuhkan Direktur Utama dalam menjalankan aktivitas
perusahaan dan pengendalian biaya produksi pada perusahaan telah
memadahi.
d. Mengambil Tindakan Perbaikan Atas Penyimpangan yang terjadi
Setelah diketahui faktor-faktor penyebab terjadinya
penyimpangan biaya yang terjadi maka dapat dilakukan tindakan
perbaikan agar realisasi biaya berikut sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam laporan pertanggungjawaban produksi dilihat dan dianalisis
perbedaan yang terjadi antara realisasi dengan anggaran. Dari hasil
analisis ini kemudian diambil keputusan apakah anggaran akan tetap
dipertahankan atau perlu dilakukan suatu pembaharuan.
2.) Tercapainya Efektivitas Pengendalian Biaya Produksi
Penilaian efektivitas manajer produksi CV. Air Wangi Indonesia
dilakukan secara triwulan dengan membandingkan laporan
pertanggungjawaban realisasi kerja pada rencana kerja. Perusahaan telah
menetapkan suatu batas toleransi penyimpangan bagi efesiensi dan
efektivitas biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan, yaitu kurang dari
10%. Manajer yang berprestasi adalah manajer yang berhasil dalam
melakukan pengendalian biaya sesuai dengan anggaran yang telah
76
ditetapkan. Berdasarkan laporan pertanggungjawaban biaya produksi pada
tabel 5.1 sampai 5.4 dapat dilihat antara realisasi dan anggarannya.
Laporan pertanggungjawaban tersebut didasarkan pada perbandingan
antara selisih terhadap anggaran tiap komponen biaya produksinya.
Berdasarkan laporan pertanggungjawaban pada tabel 5.1 sampai 5.4, biaya
produksi yang terjadi pada CV. Air Wangi Indonesia dapat dikatakan
efisien, karena besarnya penyimpangan biaya yang terjadi berada dibawah
10% (batas tolerir yang ditetapkan perusahaan), sehingga dapat
disimpulkan bahwa manajer produksi telah mampu mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya (efektif) dengan cara
melakukan pengendalian biaya sesuai dengan anggaran yang telah
ditetapkan.
Efektivitas biaya produksi juga menyangkut beberapa hal seperti di
bawah ini:
a. Kesesuaian kuantitas produk yang dihasilkan dengan rencana produksi
Kuantitas produksi yang dihasilkan oleh CV. Air Wangi
Indonesia sebagian besar sesuai dengan rencana produksinya, hal ini
terlihat dalam tabel berikut:
77
Tabel 5.6Laporan Realisasi Tahun 2007
(Dalam Ball)
WaktuRencana Produksi
Hasil Produksi (ball)
Selisih %
Triwulan IJanuari 3.040 3.116 76 2,5Februari 2.560 2.575 15 0,585Maret 2.170 2.173 3 0,138
Total 7.770 7.864 94 1,209Triwulan IIApril 963 999 36 3,738Mei 4.340 4.282 -58 -1,336Juni 3.822 3.859 37 0,968
Total 9.125 9.140 15 0,164Triwulan IIIJuli 3.170 2.923 -247 -7,792Agustus 1.875 2.034 159 8,48September 2.985 3.094 109 3,651
Total 8.030 8.051 21 0,261Triwulan IVOktober 1.625 1.539 -86 -5,292Nopember 2.185 2.234 49 2,242Desember 1.590 1.502 -88 -5,534
Total 5.400 5.275 -125 -2,314Total Triwulan I, II,
III, IV30.325 30.330 5 0,016
Sumber : CV. Air Wangi Indonesia
Pada tabel 5.6 di atas dapat dilihat hasil produksi dan rencana
produksi selama tahun 2007, dari bulan Januari sampai dengan bulan
Desember. Dapat dilihat dalam tabel tersebut bahwa pada bulan Mei
selisihnya sebesar -1,336 %, bulan Juli sebesar -7,792 %, bulan
Oktober sebesar -5,292 % dan bulan Desember sebesar -5,534 %,
produksi yang dihasilkan tidak dapat mencapai rencana produksinya.
Setelah dilakukan analisis oleh Kepala Bagian Produksi, hal ini
disebabkan oleh adanya kerusakan pada mesin sehingga proses
78
produksi menjadi terhambat. Tindakan perbaikan yang dilakukan oleh
manajer produksi adalah dengan cara meningkatkan frekuensi
maintenance pada mesin. Kekurangan – kekurangan yang terjadi
tersebut masih dapat ditoleransi karena hasil produksi secara
keseluruhan dapat mencapai rencana produksinya meskipun terjadi
selisih sebesar 5 ball, tapi penyimpangan ini tidak signifikan (0,016%).
Karena masih berada dibawah batas tolerir perusahaan (10%). Jadi
dapat disimpulkan bahwa pengendalian biaya produksi yang dilakukan
pada PT. Air Wangi Indonesia cukup efektif.
b. Kualitas produksi yang sesuai dengan target kualitas
Produk yang dihasilkan oleh CV. Air Wangi Indonesia
berdasarkan standar kualitas nasional. Dengan standar kualitas
nasional tersebut, maka hasil produksi CV. Air Wangi Indonesia dapat
dijamin kualitasnya untuk kepuasan pelanggan. Standar tersebut
merupakan komitmen bagi para pegawai agar menghasilkan produk
yang mutunya sesuai dengan kualitas pasar.
Standar yang digunakan oleh CV. Air Wangi Indonesia sudah
cukup baik, hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
79
Tabel 5.7Perbandingan Kualitas Produk
Tahun 2007
Waktu Standar Realisasi SelisihTriwulan I 88% 83,51% 4,49%Triwulan II 88% 86,77% 1,23%Triwulan III 88% 87,68% 0,32%Triwulan IV 88% 87,38% 0,62%
Total 359% 345,34% 1,89%Sumber : CV. Air Wangi Indonesia
Pada tabel 5.7 di atas dapat dilihat kualitas produk yang
dihasilkan dengan standar kualitas produk yang harus dipenuhi oleh
CV. Air Wangi Indonesia selam tahun 2007. Kekurangan-kekurangan
yang terjadi tersebut masih dapat ditoleransi karena kualitas produk
yang dihasilkan secara menyeluruh masih mencapai standar
kualitasnya, meskipun terjadi selisih sebesar 1,89%, tetapi
penyimpangan ini tidak signifikan, jadi dapat disimpulkan bahwa
pengendalian produksi yang dilakukan pada CV. Air Wangi Indonesia
cukup efektif.
5.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai peranan sistem akuntansi
pertanggungjawaban dalam menunjang efektivitas pengendalian biaya
produksi di CV. Air Wangi Indonesia, dapat dikatakan bahwa sistem
akuntansi pertanggungjawaban yang diterapkan sudah memadai karena
memenuhi beberapa persyaratan dan karakteristik.
Struktur organisasi CV. Air Wangi Indonesia telah cukup baik,
dengan uraian tugas yang lengkap sehingga pemisahan wewenang dan
80
tanggung jawab serta hubungan kerja sama antara unit organisasi dan
perusahaan menjadi lebih jelas. Hal ini terlihat juga pada pembagian fungsi
dan tugas masing-masing bagian yang jelas sehingga setiap orang yang
bertanggung jawab dan dimintai pertanggungjawaban.
Mengenai prosedur penyusunan anggaran baik secara keseluruhan
maupun anggaran biaya produksi, CV. Air Wangi Indonesia telah
menerapkan proses penyusunan anggaran yang baik. Dalam kaitannya
dengan penilaian prestasi, anggaran biaya produksi yang ada saat ini sudah
mampu untuk menilai prestasi pada setiap bagian CV. Air Wangi Indonesia
telah menerapkan program anggaran dalam merencanakan dan
mengendalikan biaya produksi.
Dengan adanya akuntansi pertanggungjawaban CV. Air Wangi
Indonesia telah menerapkan anggaran pertanggungjawaban, yaitu anggaran
yang disusun berdasarkan wewenang dan tanggung jawab tiap pimpinan unit
organisasi dalam melaksanakan rencana-rencana kegiatan telah ditetapkan.
Pemisahan biaya terkendali dan biaya tidak terkendali CV. Air
Wangi Indonesia telah memadai, karena di bagian ini sudah
mengelompokkan antara biaya terkendali dengan biaya tidak terkendali
berdasarkan pada wewenang yang dimiliki oleh manajer setiap pusat
pertanggungjawaban.
Dalam melaksanakan akuntansi pertanggungjawaban pemisahan
biaya terkendali dan biaya tidak terkendali perlu dilakukan karena tidak
semua biaya harus dipertanggungjawabkan oleh setiap divisi, idealnya
81
dalam akuntansi pertanggungjawaban semua biaya yang tidak dapat
dikendalikan dikeluarkan dari laporan biaya seorang manajer atau
dipisahkan secara tegas. Yang harus dikendalikan dan
dipertanggungjawabkan untuk menilai prestasi adalah biaya yang dapat
dikendalikan oleh seorang atau sekelompok orang. Pemisahan terkendalian
biaya ini pada akhirnya akan memberikan kemudahan-kemudahan bagi
manajer dalam:
1.) Menyusun anggaran untuk setiap pusat biaya yang ada
2.) Menyusun anggaran pertanggungjawaban biaya untuk tiap pusat biaya
3.) Menilai prestasi kegiatan yang dicapai oleh tiap pimpinan pusat
Syarat keempat yang harus dipenuhi dalam melaksanakan sistem
akuntansi pertanggungjawaban adalah pengklasifikasian kode rekening yang
disesuaikan dengan jenis perkiraan yang ada didalam perusahaan. Syarat ini
telah dimiliki oleh CV. Air Wangi Indonesia, sehingga pelaksanaan
pengumpulan data oleh masing-masing pusat biaya menjadi lebih mudah.
Syarat terakhir yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan sistem
akuntansi pertanggungjawaban adalah adanya sistem pada setiap bagian
pusat pertanggungjawaban dalam struktur organisasi. Konsep
pertanggungjawaban dengan demikian harus digunakan, hal ini berarti biaya
produksi. Selanjutnya laporan pertanggungjawaban ini bagi atasan berfungsi
sebagai alat untuk menilai prestasi bawahannya.
Laporan pengendalian biaya produksi di CV. Air Wangi Indonesia
telah mengarah pada pertanggungjawaban atas biaya-biaya yang terjadi.
82
Dengan demikian penulisan kesimpulan bahwa CV. Air Wangi Indonesia
telah melaksanakan penetapan perbedaan antara anggaran dengan realisasi
secara memadahi, dengan menentukan analisis selisih ukuran batas toleransi
penyimpangan yang terjadi.
Efektivitas pengendalian biaya produksi dapat dilihat dari tidak
terjadinya pelampauan anggaran di atas batas toleransi (10%) dari triwulan I
sampai dengan triwulan IV, sehingga dapat disimpulkan bahwa pusat
pertanggungjawaban biaya produksi telah mencapai target yang telah
ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya. Selain itu, dalam menghasilkan
kualitas produk dianggap sudah sesuai dengan anggarannya, hal ini dapat
dilihat dari realisasi produksinya dengan kriteria tingkat penyimpangan yang
tidak signifikan. Kualitas produk yang dihasilkan juga telah sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa CV. Air Wangi
Indonesia dalam menerapkan akuntansi pertanggungjawaban cukup
memadahi sehingga dapat menunjang efektivitas pengendalian biaya
produksi. Hal ini terbukti dengan cukup memadahinya pengendalian
anggaran yang ditetapkan, yang dapat meminimalisasikan penyimpangan
signifikan dalam realisasi anggarannya, sehingga efektivitas biaya produksi
dapat tercapai.
83
1) Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji
validitas dan realibilitas terhadap variabel-variabel dalam penelitian ini
dengan menggunakan program SPSS versi 11.5. Dalam penelitian ini
ada 9 faktor yang menjadi variabel independent yang teridri dari 28 butir
pertanyaan yaitu:
A. Syarat-syarat Akuntansi Pertanggungjawaban:
1.) Struktur organisasi
2.) Penyusunan anggaran,
3.) Pemisahan biaya terkendali dan biaya tidak terkendali,
4.) Pengklasifikasian kode-kode rekening,
5.) Laporan pertanggungjawaban
B. Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban:
5.) Identifikasi pusat-pusat pertanggungjawaban,
6.) Standar ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja manajer,
7.) Perbandingan realisasi dengan anggaran, dan
8.) Manajer diberi penghargaan, hukuman atau sanksi
Ada 8 faktor yang menjadi variabel dependent yang terdiri dari 23 butir
pertanyaan yaitu:
A. Proses pengendalian biaya produksi
1.) Menetapkan anggaran
2.) Mengukur pelaksanaan anggaran
84
3.) Menetapkan perbedaan antara anggaran dengan prestasi
pelaksanaan sesungguhnya
4.) Menganalisis sebab-sebab terjadinya perbedaan
5.) Mengambil tindakan perbaikan atas penyimpangan yang terjadi
B. Tercapainya efektivitas pengendalian biaya produksi
6.) Penyimpangan biaya produksi yang tidak signifikan
7.) Kuantitas produksi sesuai dengan anggaran
8.) Dihasilkannya produk yang berkualitas
Butir-butir pertanyaan tersebut disebarkan melalui kuesioner untuk
mengetahui faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini. Dasar penilaian
dalam penelitian ini adalah; Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu
(RR), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Seluruh penilaian responden, diuji validitas dan reliabilitasnya
sebelum dijadikan data untuk pengujian Koefisien Korelasi Rank Sperman
dan Koefisien Determinasi. Berikut adalah hasil uji validitas dan
realibilitas:
85
Tabel 5.8Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X
FaktorUji
Validitas Butir
StatusUji
ReliabilitasStatus
Struktur Organisasi (X1)Butir 1Butir 2Butir 3
0.0000.0030.000
ValidValidValid
Penyusunan Anggaran (X2)Butir 4Butir 5Butir 6Butir 7
0.0080.0080.0240.024
ValidValidValidValid
Pemisahan Biaya Terkendali dan Biaya Terkendali (X3)Butir 8Butir 9Butir 10
0.0060.0000.032
ValidValidValid
Pengklasifikasian Kode-kode Rekening (X4)Butir 11Butir 12Butir 13
0.0010.0000.011
ValidValidValid
Laporan Pertanggungjawaban (X5)Butir 14Butir 15Butir 16 Butir 17
0.0340.0100.0020.022
ValidValidValidValid
Identifikasi Pusat-pusat Pertanggungjawaban (X6)Butir 18Butir 19
0.0030.002
ValidValid
Standar ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja manajer (X7)Butir 20Butir 21
0.0300.003
ValidValid
Perbandingan realisasi dengan anggaran (X8)Butir 22Butir 23Butir 24
0.0020.0170.038
ValidValidValid
86
Butir 25 0.004 ValidManajer diberi penghargaan, hukuman atau sanksi (X9)Butir 26Butir 27Butir 28
0.0140.0130.001
ValidValidValid 0.7229 Reliabel
Tabel 5.9Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y
FaktorUji
Validitas Butir
StatusUji
ReliabilitasStatus
Menetapkan Anggaran (Y1)Butir 29Butir 30Butir 31Butir 32
0.0300.0090.0070.026
ValidValidValidValid
Mengukur Pelaksanaan Anggaran (Y2)Butir 33Butir 34Butir 35
0.0000.0010.002
ValidValidValid
Menetapkan Perbedaan antara Anggaran dengan Prestasi Pelaksanaan Sesungguhnya (Y3)Butir 36Butir 37Butir 38
0.0000.0000.000
ValidValidValid
Menganalisis Sebab-sebab terjadinya Perbedaan (Y4)Butir 39Butir 40
0.0100.010
ValidValid
Mengambil Tindakan Perbaikan atas Penyimpangan yang terjadi (Y5)Butir 41Butir 42
0.0170.004
ValidValid
Penyimpangan Biaya Produksi yang tidak Signifikan (Y6)Butir 43Butir 44
0.0000.009
ValidValid
Kuantitas Produksi sesuai dengan Anggaran (Y7)Butir 45 0.008 Valid
87
Butir 46Butir 47
0.0080.000
ValidValid
Dihasilkannya Produk yang Berkualitas (Y8)Butir 48Butir 49Butir 50Butir 51
0.0130.0040.0050.005
ValidValidValidValid 0.8054 Reliabel
2) Perhitungan Koefisien Korelasi Rank Spearman
Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala
ordinal, karena itu analisis yang digunakan yaitu koefisien Rank
Spearman. Setelah nilai perhitungan dari masing-masing variabel
disajikan secara terinci, maka dapat dihitung rangking untuk masing-
masing variabel tersebut yang hasilnya nanti akan dijadikan sebagai data
untuk menghitung koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y.
Berikut ini tabel pengolahan datanya:
88
Tabel 5.10
Responden X YX
RangkingY
Rangking di di2
1 93 96 9 7 2 42 110 104 2,5 3 -0,5 0,253 110 107 2,5 2 0,5 0,254 87 96 10 7 3 95 108 104 4,5 3 1,5 2,256 98 90 8 10 -2 47 108 104 4,5 3 1,5 2,258 112 110 1 1 0 09 102 96 6,5 7 -0,5 0,2510 102 103 6,5 5 1,5 2,25
∑ di2 24,5
Perhitungan Korelasi Variabel X dan Variabel Y
Dari tabel di atas, terlihat bahwa terdapat beberapa rangking
yang kembar baik pada variabel X maupun pada variabel Y, maka perlu
dicari faktor korelasinya. Berikut ini hasil perhitungannya:
Tabel 5.11Perhitungan Faktor Korelasi Variabel X
Skor sama Jumlah (tx3-tx)/12
110 2 0,5
108 2 0,5
102 2 0,5
∑ Tx = 1,5
89
Tabel 5.12Perhitungan Faktor Korelasi Variabel Y
Skor sama Jumlah (ty3-ty)/12
96 3 2
104 3 2
∑ Ty = 4
∑ X2 = n 3 – n - ∑ Tx ∑ Y2 = n 3 – n - ∑ Ty12 12
∑ X2 = 10 3 – 10 – 1,5 ∑ Y2 = 10 3 – 10 – 4 12 12
∑ X2 = 81 ∑ Y2 = 78,5
Langkah selanjutnya ialah mencari koefisien korelasi Rank
Spearman dengan memasukkan hasil-hasil pengolahan data yang telah
diperoleh sebelumnya. Berikutini disajikan hasil perhitungannya:
rs = ∑ x 2 + ∑ y 2 - ∑ di 2 2√∑x2∑y2
rs = (81+78,5) – 24,5 2√(81)(78,5)
rs =0,846
dari hasil perhitungan diatas, diperoleh nilai rs sebesar 0,846. Hal
ini menunjukkan bahwa Variabel X (Akuntansi Pertanggungjawaban)
mempunyai korelasi yang kuat dan positif / searah terhadap Variabel Y
(efektivitas pengendalian biaya produksi).
90
3) Perhitungan Korelasi Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar tingkat Variabel X dengan
Variabel Y, maka digunakan koefisien determinasi dengan rumus
sebagai berikut:
kd = rs2x100%
kd = (0,846) 2x100% = 71,57%
Jadi pengaruh variabel independent terhadap dependent adalah
sebesar 71,57%, sedangkan sisanya pengaruh dari faktor lain atau dapat
dikatakan penerapan akuntansi pertanggungjawaban mempunyai peran
yang sangat penting dalam menunjang efektivitas pengendalian biaya
produksi.
4) Pengujian Hipotesis
Setelah nilai koefisien korelasi diperoleh, maka langkah
selanjutnya ialah menguji hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya
pada kerangka pemikiran. Adapun sifat pengujiannya yaitu uji satu pihak
kanan. Berikut ini hipotesis statistiknya:
Ho : ρ < 0 , akuntansi pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara
memadahi tidak berpengaruh positif terhadap peranan
dalam menunjang efektivitas pengendalian biaya
produksi.
Ha : ρ > 0 , akuntansi pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara
memadahi berpengaruh positif terhadap peranan dalam
menunjang efektivitas pengendalian biaya produksi.
91
0,05
Kriteria pengujiannya ialah sebagai berikut:
- n = 10 karena n < 30, maka digunakan tabel distribusi t
- Sifat pengujian : satu pihak kanan
Perhitungan:
t =
t = = 4,4898
Berdasarkan tabel distribusi t untuk koefisien korelasi rank spearman
dengan t.k = 10 – 2 = 8 ; α = 0,05 adalah 2,3060
Gambar 5.1
Daerah kritis
2,3060
Perbandingan antara t hitung dengan t tabel :
t hitung = 4,4898
t tabel = 2,3060
Oleh karena t hitung > t tabel, berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
Kesimpulannya yaitu akuntansi pertanggungjawaban yang dilaksanakan
secara memadai berpengaruh positif terhadap peranan dalam menunjang
efektivitas pengendalian biaya produksi.
92
r √n – 2√1 – r2
(0,846) √10 – 2√1 – (0,846)2
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Pelaksanaan akuntansi pertanggungjawaban pada CV. Air Wangi
Indonesia sudah cukup memadai, karena telah memenuhi syarat-syarat
dan karakteristik penerapan akuntansi pertanggungjawaban.
2. Pengendalian biaya produksi pada CV. Air Wangi Indonesia telah
dilaksanakan cukup memadai dan telah mampu membuat besarnya
penyimpangan yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 10%,
sehingga biaya produksi yang terjadi dapat dikatakan efektif dan efisien.
3. Selain itu, berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi rank
spearman diperoleh nilai sebesar 0,846, hal ini menunjukkan bahwa
akuntansi pertanggungjawaban mempunyai hubungan yang kuat dan
positif terhadap efektivitas pengendalian biaya produksi. Selanjutnya,
berdasarkan hasil perhitungan korelasi determinasi diperoleh nilai
sebesar 71,57%, jadi dapat disimpulkan penerapan akuntansi
pertanggungjawaban mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menunjang efektivitas biaya produksi.
6.2. Saran
Penulis memberikan saran kepada CV. Air Wangi Indonesia
berdasarkan kelemahan yang ditemukan penulis sewaktu penelitian yaitu:
93
91
1. perlu adanya uraian tugas (job description) yang baru, jelas dan tegas
tentang tugas,wewenang, dan tanggung jawab sehingga dalam
melaksanakan tugasnya tidak berdasarkan uraian tugas yang lama.
2. CV. Air Wangi Indonesia sebaiknya menambahkan kode perkiraan
untuk jenis produk tertentu yang dikeluarkan biayanya, sehingga selain
pihak-pihak yang bertanggungjawaban terhadap biaya yang dikeluarkan
itu, dapat diketahui pula jenis produknya.
3. Selain itu, perlu diperhatikan pula mengenai alur proses produksi dalam
sortir bahan baku yang layak ataupun tidak layak, supaya tidak terjadi
pemakaian bahan baku yang tidak layak dalam proses produksi.
94