peran pemerintah pisau analisi casparo

43
Perubahan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi (DALAM PERSEPKTIF POLITIK EKONOMI) A. Pendahuluan Sebuah fakta dalam catatan sejarah bahwa peran pemerintah dalam pembangunan telah menjadi objek pembahasan yang selalu berkembang. Diawali dari aliran ekonomi klasik, yang menganut kebebasan pasar menganggap dengan pendekatan potifisme sosial bahwa peran pemerintah sebagai sesuatu yang menghambat dan mengganggu bekerjanya mekanisme pasar. Selanjutnya aliran neoklasik lebih ekstrim menyatakan bahwa peran pemerintah dalam pembangunan dapat menghambat kebebasan individu yang merupakan fondasi dari demokrasi. Sebaliknya, pada abad 20, J. M. Keynes yang justru menganggap kebebasan pasar, tanpa ada peran pemerintah, tidak akan mampu melakukan alokasi sumberdaya dan outputs secara optimal Karena itu Keynes memandang perlu adanya peran pemerintah, antara lain dalam bentuk kebijakan anggaran dalam rangka peningkatan kesejahteraan dalam berbagai fokus seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan, housing dan pelayanan publik. Sejalan Keynes, Pigou

Upload: mhd-nasrul

Post on 21-Nov-2015

19 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Test

TRANSCRIPT

Perubahan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi(DALAM PERSEPKTIF POLITIK EKONOMI)

A. PendahuluanSebuah fakta dalam catatan sejarah bahwa peran pemerintah dalam pembangunan telah menjadi objek pembahasan yang selalu berkembang. Diawali dari aliran ekonomi klasik, yang menganut kebebasan pasar menganggap dengan pendekatan potifisme sosial bahwa peran pemerintah sebagai sesuatu yang menghambat dan mengganggu bekerjanya mekanisme pasar. Selanjutnya aliran neoklasik lebih ekstrim menyatakan bahwa peran pemerintah dalam pembangunan dapat menghambat kebebasan individu yang merupakan fondasi dari demokrasi. Sebaliknya, pada abad 20, J. M. Keynes yang justru menganggap kebebasan pasar, tanpa ada peran pemerintah, tidak akan mampu melakukan alokasi sumberdaya dan outputs secara optimal Karena itu Keynes memandang perlu adanya peran pemerintah, antara lain dalam bentuk kebijakan anggaran dalam rangka peningkatan kesejahteraan dalam berbagai fokus seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan, housing dan pelayanan publik. Sejalan Keynes, Pigou (Samouleson, 1971) juga melihat bahwa kebebasan pasar yang berdasarkan pada maximum keuntungan individu tidak mampu menciptakan alokasi sumberdaya yang optimal bagi kepentingan umum dan kesejahteraan rakyat. Namun demikian peran pemerintah dalam kesejahteraan ini selalu berada dalam hipotesis konflik pada saat ini. Beberapa asumsi dan paradigm menyatakan bahwa pendekatan yang paling baik dalam hal peran pemerintah dalam pembangunan ekonomi dengan menggunakan pendekatan Ekonomi Politik. Ekonomi Politik dimunculkan dengan tujuan membantu dalam memahami dan mengatasi perubahan dramatis dalam sistem pemenuhan kebutuhan manusia dengan segala bentuk kegiatan dalam suatu sistem politik .Selanjutnya Caporaso (2008) pada era ekonomi modern menyatakan Ekonomi Politik mempunyai cakupan yang luas, yaitu negara dan bahkan tataran dunia. Seringkali diasumsikan bahwa Ekonomi Politik adalah integrasi antara ilmu ekonomi dengan ilmu politik. Politik sendiri dalam teori Politik Ekonomi mempunyai dimensi ekonomi menyangkut masalah pemuasan atau pemenuhan kebutuhan yang seiring perkembangan zaman, menuntut negara selaku institusi jasa publik bagi rakyatnya sebagai tanggung-jawab menggantikan tugas rumah tangga. Relevansi Ekonomi dan Politik dalam konsep demokrasi Ekonomi dan Politik dianggap sebagai dua entitas yang berbeda namun mempunyai keterkaitan yang sangat erat, bahkan antara satu sama lain dapat saling mempengaruhi, tidak heran jika hubungan keduanya kadang bersifat dilematis. Dalam dimensi waktu, , ranah politik jangka pendek diukur dalam hitungan hari, bahkan jam. Dan dalam tempo lima tahun, umur hidup politik dapat hancur dan hidup kembali berkali-kali Dalam hitungan detik, perubahan dalam dunia politik yang paling fundamental sekalipun keadaannya dapat berubah secara drastis dan signifikan. Sementara ekonomi dalam hitungan paling cepat, dapat dirasakan baik atau tidak hasilnya membutuhkan waktu yang tidak sedikit. (Welinsky, 2002).Dua entitas yang berbeda dalam dimensi waktu ini tampaknya akan mengalami kesulitan untuk seiring sejalan secara harmoni, apalagi mengikatkannya dalam pertalian sejati. Dari diskursus ini seolah memaksa kita dihadapkan pada dilema pilihan dikarenakan dua entitas itu harus dijalankan pada wilayah demokrasi. Maka untuk meminimalisir benturan yang akan terjadi, maka teori-teori Ekonomi Politik pun bermunculan sebagai respon jawaban atas keadaan yang paradoks tersebut.Keadaan yang paradok membuat Pemerintah disetiap Negara secara rasional terlibat langsung untuk mengambil peranan penting dalam pengendalian seluruh kekuatan nasional. Pemerintahlah yang mengendalikan perang dan pemerintahlah yang bertanggung jawab atas segala kegiatan sosial dan ekonomi. Peran pemerintah dalam pembangunan ekonomi tersebut bertujuan untuk meyakinkan rakyat akan keperluan pembangunan dan membantu serta mengajak mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan itu. Tidak semua negara dengan mudah dapat melakukannya. Bagi negara-negara yang masyarakatnya pluralistis seperti Indonesia, pembangunan menghadapi banyak kesulitan. Corak wilayah, keadaan penduduk dan tingkat pembangunan yang berbeda antar daerah menuntut adanya pendekatan dan strategi yang tidak sama. Sejak tahun 1960-an peran pemerintah dalam pembangunan mulai mendapat kritik. Kritik itu terutama datang dari kalangan penganut neoliberalisme, yang antara lain diseponsori oleh IMF. Serangan terhadap peran pemerintah terjadi mula-mula dimulai dengan kritik terhadap teori Keynes, meskipun dia dikenal mampu mengatasi depresi besar di dunia yang terjadi pada periode pertengahan bagian pertama abad ke-20. Kritik terhadap Teori Keynes yang melandasi intervensi pemerintah yang dianggap mempunyai kelemahan dalam proses pengambilan kebijakan, dimana kompromi politik lebih menjadi landasan (Ha-Joon Chang, 2003).

Selanjutnya Williamson, 1994 menerangkan bahwa kritik terhadapa peran pemerintah terhadap pembangunan dan kesehteraan masyarakat memuncukan aliran neoliberalisme yang secara terang-terangan melalui Washington Consensus mendorong negara-negara sedang berkembang untuk mengikuti Konsensus tersebut yang antara lain berisi: (a) liberalisasi perdagangan melalui upaya penghapusan restriksi secara kuantitatif (hambatan perdagangan, seperti pengenaan tariff, kuota dan laranganlarangan lainnya) (b) kesamaan perlakuan antara investasi asing dan investasi domestik sebagai insentif untuk menarik sebanyak mungkin investasi langsung (c) privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan penjualan saham ke sektor swasta. (d) pasar harus lebih kompetitif melalui serangkaian kebijakan deregulasi dan menghilangkan hambatan atau restriksi bagi para pelaku ekonomi baru ,(e)harus ada perlindungan terhadap property right, baik disektor formal maupun sektor informal

B. Peran Negara Dalam Issu Pembangunan EkonomiPendidikanTingginya biaya pendidikan dari taman kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak sekolah. Tujuan negara mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti diamanatkan Pembukaan UUD 1945 dengan memberikan pengajaran kepada setiap putra-putri bangsa dikhianati dengan mahalnya biaya pendidikan. Pemerintah tidak mampu menopang pembiayaan sektor ini. Peran Negara adalah membuat Kebijakan pendidikan tidak memberatkan masyarakat, terutama kalangan miskin. Amat sulit bagi mereka bisa menempuh pendidikan tinggi yang bermutu. Pendidikan hanya dapat dinikmati segelintir, kalangan ekonomi atas. Terjadilah "lingkaran setan" antara kemiskinan dan kebodohan. Karena miskin, rakyat tidak dapat mengenyam pendidikan yang menyebabkan mereka tetap menjadi bodoh. Karena bodoh, golongan ini tidak mempunyai keahlian dan keterampilan sehingga sulit mencari pekerjaan yang layak. Pendidikan turut melanggengkan kemiskinan yang dialami mayoritas masyarakat.Argumentasi penting dalam essay ini adalah tujuan pendidikan kurang terfokus karena menitik-beratkan pencapaian yang terukur dari segi akademik semata, sementara aspek kepribadian yang merupakan penerapan dari aspek afektif (sikap) nyaris dikesampingkan. Sistem pendidikan yang diselenggarakan oleh negara adalah salah satu instrumen utama dalam pembentukan kepribadian masyarakat. Sebaliknya sistem pendidikan yang buruk akan berkonstribusi pada buruknya kepribadian masyarakat. Sistem pendidikan sangat bergantung pada karakter ideologi yang dijadikan dasar oleh negara. Penyelenggaraan pendidikan oleh negara biasanya menjadi salah satu sarana untuk mengokohkan ideologi negara pada masyarakat.

KesehatanPeran Negara dalam bidang kesehatan ditunjukan dengan Indikator peningkatan derajat kesehatan antara lain adalah meningkatnya usia harapan hidup, menurunnya angka kematian ibu, angka kematian bayi dan balita, serta angka kesakitan (morbiditas). Boleh jadi indikator ini terus menampakkan grafik membaik. Namun menurut Yenny, HYR dari IRSSI ( Ikatan Rumah sakit Seluruh Indonesia ) dapat kita amati kenyataannya, kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang disediakan pemerintah masih sulit dijangkau. Dalam media kita saksikan, satu keluarga dengan tiga anaknya mengalami kelumpuhan, kemudian seorang ibu pasca-melahirkan mengalami koma dan banyak lagi kasus klasik, karena ketidakmampuan, penyakit tidak sembuh, atau ditolak rumah sakit. Setelah gambar dan beritanya ditayangkan media, barulah menjadi perhatian pihak berwenang.Politik kesehatan merupakan upaya pembangunan masyarakat dalam bidang kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan publik yang seyogianya tidak hanya dijadikan sebagai kendaraan politik para calon atau kandidat kepala daerah. Namun, bagaimana implementasi good governance antara lain transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, dan keadilan dalam sistem kesehatan merupakan pekerjaan rumah berkesinambungan yang seharusnya tidak hanya dideklarasikan pada masa kampanye.Transparansi tidak hanya menyangkut masalah keuangan, namun transparansi dalam informasi atas pelayanan publik Sebagai contoh, data mengenai jumlah penderita gizi buruk, jumlah penduduk miskin, rasio jumlah penduduk dengan jumlah sarana kesehatan dan prosedur pelayanan dasar maupun rujukan hendaknya diberikan pada publik secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.Untuk mewujudkan hal tersebut, tidak bisa tidak, negara harus berperan aktif. Mengutip Release Media Indonesia tentang Politik dan kesejahteraan rakyat , Politik kesehatan adalah kebijakan negara di bidang kesehatan. Yakni kebijakan publik yang didasari oleh hak yang paling fundamental, yaitu sehat merupakan hak warga negara.Untuk mewujudkan hak rakyat itu, jelas diperlukan keputusan politik yang juga sehat, yang diambil oleh pemerintahan yang juga sehat secara politik. Dengan kata lain, politik kesehatan ditentukan oleh sehat tidaknya politik negara. Anggaran itu sudah pasti merupakan produk politik, karena ditetapkan pemerintah bersama DPR. Membebani impor alat-alat kedokteran dengan pajak yang sama untuk impor mobil mewah, juga keputusan politik. Membiarkan dokter menumpuk dan berebut cuma di kota besar, atau mengatur penyebarannya berdasarkan kepentingan Daerah, contoh lain buah keputusan politik.Singkatnya, politik kesehatan atau kebijakan kesehatan memang akhirnya ditentukan oleh keputusan politik. Kalau kehidupan politik di suatu Daerah tidak sehat, jangan harap kesehatan masyarakat di daerah itu akan diurus dengan sehat pula. Politik yang sakit akan membiarkan rakyatnya sakit. Contoh paling nyata yang terjadi dalam era otonomi daerah. Para dokter dan puskesmas di kabupaten, bukan lagi di bawah kewenangan Departemen Kesehatan, melainkan di bawah kekuasaan politik bupati. Inilah ego teritorial negara kesatuan dan ego kekuasaan lokal, yang menyebabkan terjadinya tarik-tarikan kekuasaan politik antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemerintah pusat (Departemen Kesehatan) tidak berdaya karena otonomi daerah, sebaliknya pemerintah daerah menjadi semacam penguasa di wilayahnya.

PerumahanPeran Negara dalam perumahan diharapkan dapat meningkatkan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang berkeadilan dan berpihak pada masyarakat berpenghasilan rendahMenteri Negara Perumahan Rakyat (Menpera) Suharso Monoarfa mengatakan, tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman merupakan penegasan politik hukum nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman. Peran negara dalam pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman ini secara keseluruhan mencerminkan adanya keberpihakan yang kuat sekaligus memberikan kepastian bermukim terhadap masyarakat berpenghasilan rendah. Perumahan dan kawasan permukiman didefinisikan sebagai satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan pembiayaan, dan peran serta masyarakat. Penyelenggaraan perumahan merupakan tanggungjawab negara, dan pembinaannya dilaksanakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.Peran negaran dalam melaksanakan pembinaan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman sepenuhnya mengacu kepada otonomi daerah dan kemandirian daerah serta pembagian dan pemisahan fungsi regulator dan operator. Pemenuhan kebutuhan rumah sebagai kebutuhan dasar manusia Indonesia dilaksanakan melalui penyelenggaraan perumahan yang melibatkan pemerintah, pemerintah daerah dan/atau badan hukum serta peran serta masyarakat. Negara diorientasikan dalam rangka menjamin kepastian bermukim yang menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, menikmati, dan atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur. Pemerintah juga sebagai penanggungjawab pemeliharaan dan perbaikan prasarana, sarana, dan utilitas umum di permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman. Sementara dalam hal penyediaan tanah dalam rangka pemenuhan kebutuhan rumah, perumahan, dan kawasan permukiman merupakan tanggungjawab pemerintah termasuk penetapannya di dalam rencana tata ruang wilayah

C. Pendekatan-Pendekatan dalam Politik EkonomiClassicial approachPendekatan ini dimulai pada abad 19, ketika Negara mulai untuk pertama kalinya menggunakan politik ekonomi dalam proses pengambilan keputusan. Pada periode ini politik ekonomi klasik belum dapat exactly seperti sekarang ini. Ketika itu Adam Smith melakukan kritik terhadap kaum phisiocrats pada pertengahan abad ke 18. Melalui tulisannya dalam buku The Wealth of Nations tahun 1776. Dalam zaman ini dapat dibagi the classical political economy kedalam dua bagian.Pendapat pertama yang mengatakan market self regulation. bahwa untuk mencapai satisfaying, maka perekonomian sebaiknya perekonomian diatur berdasarkan mekanisme pasar.clasical economic menclaim bahwa hanya individu yang kuat, yang bekerja keras yang dapat bertahan dipasar. Tingkat pendapatan dan kesejahteraan sangat ditentukan oleh mekanisme demand an supply dari produk yang diperjual belikan dipasar. Kunci dari pendapat klasik adalah asumsi bahwa that no reasonable motive could lead a seller to hold money rather then one of the goods, money could buy. Masalah penting dalam self market regulation adalah kepuasan setiap individu dalam self market regulation tergantung pada property yang dibawah kedalam pasar. It is not his need that determines what he consumes but his ability to satisfy the needs of others.Pendapat kedua adalah Theory of value and distribution. kunci utama adalah pemahaman terhadap pengaruh ekonomi klasik dalam hubungannya dengan ekonomi dan politik. Dalam teori modern dan classical tradisonal terfokus pada value dan distribution. Dimensi utamanya terkait dengan hubungan antara social devision of labor dengan commodity exchange. The divison of labor a very close association with exchange. Devision of labor mengambil posisi dalam classical treatmen of exchange analogous. The labor theory of value terkait langsung antara devisionb of pool of social labor dengan exchange of commodities. Sedangkan income distribution menyatakan bahwa tingkat upah sangat tergantung pada specification of subsistence bundle. Dengan asumsi bahwa the magnitude of surplus tergantung pada teknologi sebagai faktor determinan dalam produce of labor

Marxian Political Economy Marxists melihat politik didalam setiap sepration dari civil society. The class process by surplus value adalah pendekatan dari capitalism. namun dalam political economy dalam Marxist theory tidak secara langsung melakukan studi tentang ecomics dan political. Konsep dari the class central Marxian theory dapat dilihat dari beberapa hal penting. Pertama adalah ketertatikan kepada struktur produksi. Keinginan setiap individu sangat terngantung pada tempat dan process of social reproduction.Kedua adalah Adanya fundamental link antara ekonomi dan politik. Dan pusat politik terletak pada ide economic interest, dan bagaimana mendefinisikan agenda politik. Namun antara economic interest dan politic interest adalah considerable. Sebelum economic interest dilaksanakan secara langsung dalam politik, maka setiap individu, mempunyai share interest dalam organisasi yang menhasilkan overcome collective action problem.

Neoclassical political economy Sentral dari pemikiran neoklasik adalah the nation of constrained choice. Dalam konteks ini setiap individu memahami pilihannya, ketika seseorang memutuskan dengan memilih dari beberapa alternative. Dalam pendekatan neoklasik ada hubungan antara economic dan politics sebagai sebuah frame work yang tidak bisa dipisahkan. Economic adalah proses untuk mencari kepuasaan maksimum (maximization of saticfaction). Oleh karena itu neoclassic political economic berbasis pada economic logic of contrains choice, dan sirkulasi private transaction untuk memaximumkan tingkat kesejahteraan (welfare). Itu sebabnya neoclassic approach lebih terfokus pada properity right. Namun neoklasik juga melihat persoalan eksteralitas dalam economic activities.

Keynesian Political economic.Keynesian sebenarnya mengkritik market self regulation berdasarkan pemikiran klasik maupun neoklasik.keynes mempertanyakan apakah market system dapat fully exploited societys productive potential. Oleh karena itu Keynes berpendapat bahwa economic activity dikendalukan oleh agregat demand. Pendapat Keynes ini terfokus stability dan adegute market fungction, bukan dengan automatic mechanism tetapi oleh administrative of government. Oleh karena itu perlu campur tangan pemerintah dalam kegiatan perekonomian untuk mempertahankan agregat deman, sehingga perekonomian dapat tetap stabil atau berada dalam keadalan equilibrium. Untuk itu perlu dijaga the circularity of economics process, dengan implikasinya pada economic cycle. Suatu Negara dapat stabil bila circular flow dapat dihubungan dengan beberapa hal sebagai berikut :a. Government spending : pemerintah menggunakan revenue untuk acquire goods dari private sector, employ labor, dan memperoleh pendapatan untuk konsumsi, sangat tergantung pada providing goods dan services in exchange.b. Government Borrowing : merupakan salah satu sumber revenue, termasuk borrowing from private sector dan isu government bond. Oleh karena itu perlu dilakukan purchase of government bond dari state provide revenue.c. Texas. Penciptaan revenue melalui taxation.

Economic approach to politics.Pendekatan dalam teori ini lebih terfokus pada rasionalitas dan efisiensi. Lahan dari pendekatan ini adalah method base of resources. Kemudian mengaplikasikan politik pada asumsi pokok dari economic approach yaitu pengambilan keputusan pada tingkat public dan private. Pendekatan ini dengan mengadakan pilihan terhadap perbedaan kondisi ekonomi dan politik, sehingga dapat ditetapkan kebijakan yang tepat termasuk didalam didalamnya kebijakan pangan nasional.

Power Central Approach to political economicsPendekatan ini menegaskan bahwa fondasi suatu Negara itu harus kuat. Oleh karena itu politik ekonomi suatu Negara bertumpuh pada foundation of power meliputia. Problem pertama yaitu kondisi kekuatan yang cukup untuk supply a content of politics.b. Problem kedua yaitu intergrating power dab economics concern untuk membangun capacity. Oleh karena itu ide utama dari pendekatan ini adalah efisiensi dengan terfokus pada perubahan efisiensi untuk menciptakan kekuatan atau power.

D. Peran Partai Politik dalam Perubahan dan Pembangunan EkonomiPeran Serta partai Politik dalam pembangunan harus dilandasi oleh karakter politik dan pembangunan ekonomi. Sedangkan, ciri pelaksanaan pembangunan di Indonesia yang paling khas adalah dimana ada kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam yang berlimpah, selalu saja diikuti oleh hadirnya rendahnya kesejahteraan Masyarakat. Daerah-daerah yang mempunyai sumberdaya alam yang kaya seperti Riau dan Kalimantan Timur mempunyai kesejahteraan rakyat yang rendah dan rendahnya pembangunan ekonomi pedesaan dan perkotaannya. Untuk itu peran partai politik harus mewarnai dalam kehidupan Pembangunan ekonomi dan perubahannya. Dalam kaitan ini, pergeseran pusat perhatian Partai Politik , yang juga tercermin di dalam paket bantuan pembangunan, dari yang bersifat sektoral ekonomis, yaitu pengentasan kemiskinan ke bidang-bidang yang lebih universal namun bersifat struktural. Partai Politik harus memiliki kebijakan atau memposisikan kesejahteraan sosial dalam kebijakan dan langkah-langkah politiknya. Seperti masalah-masalah perusakan sumber daya alam dan kualitas lingkungan hidup. Menjadi agenda pokok dalam aktifitas partai politik baik dalam parleman maupun diluar parlemen. Dalam konteks ini, penguatan kembali peran negara bersama sektor swasta juga ternyata dibarengi oleh desakan yang bersifat universal untuk mengakomodir kritik-kritik akibat biaya-biaya sosial dan politik dari ekonomi pasar kapitalistik berupa pelanggaran HAM, eksploitasi kaum pekerja dalam hubungan produksi serta perusakan lingkungan yang kemudian kita lihat melahirkan wawasan baru yaitu konsep sustainable development. Berkat kemajuan teknologi informasi, cara pandang one world perspectives semakin menguat danmemungkinkan masalah-masalah mikro dapat teradvokasi ke tingkat nasional dan bahkan ke panggung internasional oleh Aktifitas partai politik yang mengandalkan pola organisasi yang berbasis pada jaringan kerja (networking).Sehubungan dengan itu, Caporaso (2008) memperdebatan apakah negara yang merupakan representasi dari entitas politik dan partai politik mau memberikan waktu sedemikian banyak kepada suatu pemerintahan (orde atau rezim), untuk mencapai tujuannya terkait pemenuhan kebutuhan manusia (rakyat) dalam menciptakan kesejahteraan. Masalah tersebut tampaknya akan berbenturan dengan konsep poltik (demokrasi) yang paling dianggap ideal saat ini, bahwa suatu pemerintahan akan terus berubah (berganti) dan kekuasaan pemerintahan perlu dibatasi. Lord Action menegaskan kembali bahwa power tends to corrupt, but absolute power corrupts absolutely (manusia yang mempunyai kekuasaan cenderung akan menyalah-gunakan kekuasaan itu, tetapi manusia yang mempunyai kekuasaan tak terbatas pasti akan menyalah-gunakannya). Hal ini juga tercermin dari aktifitas politik yang diperankan oleh parta-partai politik yang yang ada masih memberikan sedikit kontribusi terhadap perubahan dan pembangunan ekonomi. Aktifitas politik dari parati-partai politik baru sampai pada level telaah namun belum pada level aplikasi. Kalaupun terjadi aktifitas partai politik dalam perubahan dan pembangunan ekonomi lebih kepada pembentukan preferensi dalam even-even politik seperti pemilihan umum dan Pilkada.

E. Peran Institusi dalam Pembangunanpersoalan pertama yang perlu dijawab dalam essay singkat ini adalah peran pemerintah dalam perubahan dan pembangunan ekonomi dan apa saja yang sebaiknya dilakukan. Dalam Caporasso secara sepintas mengemukakan beberapa aliran pemikiran yang ada dilapangan pada waktu sekarang. Pertama, kelompok neoliberal yang menganggap peran pemerintah atau regulasi sebagai sesuatu yang menghambat kebebasan idividu. Karena itu sikap pemerintah yang paling baik adalah berdiam diri. Pemerintah yang paling baik adalah pemerintah yang paling sedikit peran dalam urusan ekonomi atau pembangunan ( the best government is the least government). Kedua, kelompok welfare econnomics yang disebut juga sebagai market failure approach. Kelompok ini melihat pentingnya peran pemerintah dalam pengadaan dan distribusi barang-barang tertentu secara efisien tanpa melalui pasar. Barang-barang itu antara lain adalah public goods dan proyek-proyek pionir.Pada public goods terdapat ketidak mampuan pasar dalam pengaturan pengadaan dan distrubusinya. Karena itu, tidak dapat diserahkan kepada pihak swasta. Ada dua ciri pokok dari barang-barang ini yang menyebabkan kesulitan pengaturan melalui pasar. Pertama, sulit dibedakan antara yang membayar dengan yang tidak membayar, baik dalam pengadaan maupun dalam distribusi (non-exclusiveness). Semua orang tanpa membayar dapat menggunakan barang atau memanfaatkan pelayanan itu secara bebas (free riders). Kedua, pemakaiannya dilakukan secara bersama, bukan bersifat sendiri-sendiri. Contoh dari public goods ini adalah keamanan nasional, lampu jalan raya dan sebagainya. Demikian juga dengan proyek-proyek pionir. Pengadaan dan pengelolaannya tidak mungkin diadakan berdasarkan perhitungan pasar. Proyek-proyek ini boleh jadi tidak ekonomis jika dilihat dalam jangka waktu pendek, tetapi ekonomis dinilai dalam jangka panjang. Termasuk dalam proyek-proyek pionir ini antara lain adalah jalan-jalan terobosan didaerah tertinggal, pembukaan lahan atau proyek percontohan, dan sarana lain yang diperlukan dalam pembukaan daerah baru. Di negara-negara berkembang terdapat banyak sarana-sarana baru yang perlu diadakan, yang secara financial tidak menguntungkan dilihat dari waktu pengembalian investasi. Proyek-proyek tersebut berorintasi kemasa depan, yang manfaatnya sangat erat terkait dengan proyek-proyek lain sebagai lanjutannya, yakni proyek-proyek untuk memanfaatkan proyek pionir itu. Baik yang diadakan oleh pemerintah ataupun yang timbul dari masyarakat sebagai akibat dari keberadaan proyek pionir. Kalau proyek pionir itu berupa sebuah jalan raya terobosan, maka proyek pemanfaatannya adalah jalan-jalan penghubung kesentrasentra produksi dan pembangunan pasar-pasar terdekat. Melihat pentingnya sarana pelayanan umum berupa barang-barang publik dan proyek-proyek terobosan di negara-negara berkembang dimana pihak swasta dan pasar belum berfungsi, jelaslah bahwa peran langsung pemerintah dalam pembangunan disana cukup penting. Aliran ketiga adalah aliran kelembagaan atau aliran institutionalism. Pertanyaan yang berkaitan dengan pandangan atau aliran ini adalah, bagaimana pemerintah itu berfungsi? Pemerintah dalam melakukan kegiatannya dapat bertindak secara langsung atau boleh jadi secara tidak langsung, melalui kemitraan dengan pihak lain. Baik dengan pihak swasta dalam negeri, swasta luar negeri ataupun dengan pemerintah negara lain. Semua tindakan pemerintah ini harus dilakukan dengan menggunakan lembaga dan prosedur tertentu. Baik lembaga permanen yangsudah ada ataupun dengan membentuk lembaga sementara.Di Indonesia lembaga sementara ini sering disebut sebagai lembaga ad hoc. Lembaga ad hoc tersebut ada yang berfungsi hanya untuk satu kali saja, untuk kemudian segera dibubarkan begitu proyek tersebut selesai dikerjakan. Lembaga seperti ini antara lain berbentuk panitia. Ada pula lembaga ad hoc dalam arti khusus, yang dibentuk khusus untuk menangani suatu fungsi teretentu. Pekerjaannya boleh jadi berlangsung selama beberapa waktu dan mengerjakan lebih dari satu atau serangkaian proyek. Lembaga ini di Indonesia disebut Komisi. Sebagai lembaga tidak permanen, komisi ini akan berakhir pada suatu waktu tertentu. Fungsinya dialihkan kepad lembaga permanen yang terkait dengan fungsi yang bersangkutan. Contoh dari lembaga ad hoc yang demikian adalah BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) akibat tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias dan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), sebuah lembaga yang dibentuk untuk secara khusus berfungsi menangani korupsi yang terjadi di Indonesia. Lembaga khusus-lembaga khusus sementara ini dibentuk karena dirasakan bahwa lembaga permanen yang ada tidak mampu melakukan tugas khusus yang mungkin sangat besar. Membebani tugas khusus yang sangat besar kepada lembaga permanen dipandang dapat mengganggu penyelenggaraan tugas keseharian yang melekat dengan tugas pokok dan fungsi lembaga itu. Namun yang perlu diingat, bahwa lembaga ad hoc itu pada suatu waktu akan berakhir. Persoalannya, apakah kebijakan menangani persoalan khusus itu akan berakhir (policy termination) atau harus berlanjut (continues)? Kalau harus berlanjut, apakah lembaga ad hoc yang ada harus dimasukkan dalam lembaga permanen atau harus diubah menjadi lembaga permanen baru ? Kalau diubah menjadi lembaga permanen, ini berarti pembentukan lembaga baru, yang dengan sendirinya menuntut penyesuaian dan penataan kembali seluruh institusi yang ada dalan bidang yang bersangkutan.Dalam pendekatan institusional dikenal rangkaian yang erat antara tujuan, strategi, dan struktur. Artinya, bahwa pemerintah terlebih dahulu menetapkan tujuan jangka panjang yang harus dicapai. Untuk mencapainya ditentukan atau dipilih salah satu strategi dari sejumlah kemungkinan (alternatif) strategi. Pilihan ini tentu saja dengan mempertimbangkan prinsip dan philosophi serta perubahan lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Strategi tersebut selanjutnya dilaksanakan melalui lembaga atau struktur tertentu (Said Zainal Abidin, 2006: 192-195).Pengertian tentang kesesuaian organisasi dengan strategi ini diterangkan oleh Chandler tentang organisasi yang centralistis dan organisasi yang desentralistis. Bentuk organisasi tersebut tergantung pada lingkungan dan kinerja yang ingin dicapai. Sehubungan dengan desentralisasi dan kinerja organisasi dalam pembangunan diuraikan dalam tulisan lain . Bentuk pemerintahan di Indonesia yang bervariasi antara desentralisasi dan centralisasi dalam kurun waktu yang berlainan bergerak seperti pendulum, sekali kekiri kearah centralisasi, lain kali kekanan kearah lebih desentralistik. Peralihan setiap waktu itu memberi pengaruh pada performance atau kinerja dalam pembangunan.Desentralisasi cenderung lebih menampung aspirasi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Hasilnya relatif lebih diarahkan pada pemenuhan aspirasi rakyat. Sementara centralisasi lebih mengarah pada penyeragaman dibawah kendali pemerintah pusat. Dalam masyarakat yang majemuk (pluralistis), bentuk sentralisasi tentu saja tidak menggambarkan kenyataan yang ada sehingga berpotensi timbulnya ketidak puasan masyarakat. Bahkan dalam prosess penyelenggaraan pemerintahan cenderung menimbulkan gejolak pemberontakan daerah yang mengarah pada disintegrasi bangsa.. Lingkungan dapat dibedakan atas lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Masing-masing lingkungan dapat dianalisis dengan cara yang berbeda.Analisis lingkungan internal dapat dilakukan dengan menggunakan Value Chain Model dari Porter, dengan membagi kegiatan internal atas tugas-tugas pokok dan tugas-tugas pendukung. Analisis ini memberikan kita informsi tentang kekuatan dan kelemahan organisasi. Tugas pemerintah selanjutnya adalah, bagaimana memperbaiki kelemahan menjadi kekuatan dan meningkatkan kekuatan yang ada menjadi lebih baik untuk mampu menangani berbagai tugas dan kegiatan yang makin berkembang. Pada hakekatnya semua pemerintah/negara dalam proses pembangunan berlomba satu sama lain. Mereka berlomba antar pemerintahan dalam satu Negara dan berlomba dengan pemerintah dari negara lain (R.H.K.Vietor, 2007).Perlombaan antar pemerintah dalam satu negara terjadi dalam bentuk perlombaan untuk berbuat lebih baik daripada pemerintah sebelumnya. Mana yang lebih baik tergantung pada rakyat negara tersebut. Karena itu terdapat penilaian umum yang bersifat perbandingan antar kinerja dari sejumlah pimpinan pemerintahan dalam satu periode yang panjang. Contoh dari keadaan ini dapat dilihat pada pertanyaan-pertanyaan, misalnya, siapa diantara Gubernur DKI Jakarta yang paling baik pasca Orde Lama sampai sekarang? Siapa diantara Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam yang paling berhasil pasca Peristiwa DII TII di Aceh? Sementara perlombaan antar negara biasanya dilakukan dalam perbandingan percepatan pembangunan antar negara selama periode tertentu dan keberhasilannya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya atau keberhasilan dalam menghadapi permasalahan yang hampir serupa, seperti krisis moneter yang menimpa sebagian wilayah Asia. Latar belakang permasalahan yang dihadapi Mahathir adalah perbedaan posisi dan kekuatan ekonomi antara kelompok Melayu sebagai bumi putera dengan kelompok minoritas China yang menimbulkan kepekaan sosial sehingga berakibat pada timbulnya konflik dalam negeri. Bertolak dari trauma yang dihadapi negaranya ini, Mahathir menempuh strategi affirmatif dengan tujuan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dikalangan bumi putera menjadi relative kurang timpang. Penguasaan asset ekonomi kalangan bumi putera yang pada tahun 1969 hanya 1,5 % diupayakan menjadi 30 % dalam waktu 20 tahun. Dengan kekuatan ekonomi dalam negeri yang kuat itu, Mahathir merasa mampu menghadapi krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998. karena itu tidak mau menggantungkan diri pada tawaran IMF. Sementara Suharto, pada tahun 1965 mewarisi krisis ekonomi yang amat parah dari rezim Orde Lama. Inflasi mencapai puncaknya pada tingkat 650 % pada tahun 1965. Sebagai akibat dari tindakan Nasionalisasi terhadap modal asing yang dilakukan Sukarno, semua modal asing lari dari Indonesia. Karena itu, strtategi yangr diambil dalam menghadapi krisis tersebut adalah mengundang sebanyak-banyaknya modal asing dengan memberikan berbagai fasilitas dan keistimewaan. Akibatnya, ekonomi Indonesia menjadi tergantung pada utang dan modal asing. Dengan system ekonomi yang terbuka keadaan ini menjadi sangat rentan terhadap perubahan ekonomi di luar negeri. Ketika krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi, Indonesia berpaling pada nasehat IMF dengan harapan dapat memperoleh bantuan hutang dan kepercayaan investor asing. Suatu kebijakan yang sangat fatal dan menyebabkan ekonomi Indonesia tidak mampu keluar dari krisis itu sampai bertahun-tahun kemudian dan mengakibatkan tumbangnya kekuasaan Suharto. Dilihat dari perspektif perlombaan itu, Indonesia keteteran karena bergantung pada hutang dan bantuan asing, sementara Malaysia tangguh dan mampu melaju dengan bertopang atas kekuatan ekonomi dalam negeri yang telah dibina selama bertahun-tahun.

Perlombaan antar pemerintah sesungguhnya lebih merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahetraan rakyatnya dengan meningkatkan pendapatan dan penurunan tingkat pengangguraan serta pengendalian inflasi. Karena itu, kekuatan ekonomi dalam negeri merupakan salah satu prasyarat. Tanpa kekuatan ekonomi dalam negeri tidak mungkin suatu negara dapat bertahan dalam persaingan di luar negeri. Daya beli dalam negeri yang tinggi menjadi kekuatan cadangan yang amat berharga dalam persaingan di luar negeri. Dengan demikian, pemasaran dalam negeri menjadi andalan untuk mengembalikan harga pokok, dan pasar luar negeri sekedar menjadi tempat untuk memperoleh keuntungan. Daya beli dalam negeri yang kuat memperkuat daya tahan terhadap fluktuasi harga dan krisis harga dipasaran internasional. Lemahnya daya beli dalam negeri mempertajam kepekaan terhadap fluktuasi dan krisis harga di luar negeri. Keadaan yang terakhir ini merupakan kondisi yang selalu dialami Indonesia selama masa yang panjang.Kebijakan ekonomi yang lebih mengandalkan pada pasar luar negeri cenderung mengabaikan jika tidak disebutkan memperlemah daya beli dalam negeri. Disilah letak sumber kelemahan dari berbagai kebijakan pembangunan. Pembangunan harus ditujukan pada peningkatan kemampuan dalam negeri untuk berproduksi, menyerap tenaga kerja dan membeli barang-barang yang dihasilkan sendiri. Karena itu pembangunan ekonomi tidak terlepas dari upaya mempertebal nasionalisme dan penghargaan terhadap hasil karya bangsa sendiri. Dapat dipahami, bahwa dalam persaingan internasional, faktor image pembeli merupakan faktor penting disamping mutu barang itu sendiri. Dewasa ini sangat dirasakan, bahwa dikalangan masyarakat Indonesia terdapat image negative terhadap barang-barang produksi dalam negeri sendiri. Image ini tidak saja dapat mendorong menurunnya permintaan dari konsumen, tetapi juga dapat berkembang pada dorongan pemerintah untuk memilih alternatif kebijakan yang lebih memberi fasilitas pada barang-barang import, dengan alasan untuk melindungi konsumen, ketimbang memanjakan produsen. Bersahutan dengan itu juga terjadi penurunan kepercayaan diri pada produsen dalam negeri. Hal ini dapat dilihat pada produsen-produsen sepatu di daerah Cibaduyut, Bandung.Meskipun mutu produksinya cukup baik, tetapi mereka tidak berani tampil dengan merk sendiri, takut kalau itu dapat menurunkan selera konsumen untuk membeli. Ini semua berkaitan dengan nasionalisme Ketidakpercayaan diri ini sudah merupakan sebuah masalah nasional dikalangan masyarakat Indonesia. Merasuk dalam hampir semua sudut kehidupan. Bahkan juga di kalangan para cendekiawan. Cendekiawan Indonesia lebih cenderung merujuk sesuatu pendapat dengan menyandarkannya pada kutipan atau pendapat orang-orang Barat, ketimbang merujuk pada pemikiran bangsa sendiri, meskipun dalam bidang-bidang tertentu pemikiran bangsa sendiri sesungguhnya lebih cemerlang dan orisinil. Karena itu, mental kalah yang demikian perlu mendapat perhatian untuk segera diperbaiki, terutama oleh kalangan para pendidik dan penguasa.

E. Pengalaman Perubahan dan Pembangunan di Beberapa Negara Asia TimurSingapore Singapore pada waktu ini adalah sebuah negara maju di tengahtengah negara dunia ketiga. Proses kemajuannya luar biasa cepat. Dalam waktu yang kurang dari lima puluh tahun, Singapore melompat dari dunia ketiga ke dunia pertama. Dari pendapatan per kapita US $ 427 tahun 1960 menjadi US $ 24, 793 tahun 2004. Tumbuh dengan rata-rata 9,7 % per tahun selama masa itu. Suatu kecepatan pertumbuhan yang tak tertandingkan. Semua itu dicapai dengan pengendalian aktif oleh pemerintah (Vietor, 2007: 39). Pembangunan dilakukan melalui perencanaan yang dikendalikan oleh sebuah lembaga yang disebut Economic Development Board (EDB). Diarahkan pada 5 kelompok bidang industri, yakni: industri petro kimia, elektronik, logistik dan layanan transportasi, informasi, komunikasi dan media serta biomedical sciences. Tujuannya antara lain ditujukan untuk: (1) Menempatkan Singapore pada posisi terdepan dengan melakukan loncatan yang lebih cepat dari negara-negara tetangga dan menjalin hubungan perdagangan dan menarik modal asing disektor industri; dan (2) Menjadikan Singapore sebagai oasis di tengah-tengah dunia ketiga.Untuk itu, pertama-tama dibangun sebuah industrial estate di Jurong dengan menyediakan tarif murah, buruh murah dan lapangan industri yang indah. Kedua, meningkatkan produktivitas yang tinggi, yakni peningkatan hasil yang tinggi diatas nilai modal dan buruh. Ketiga menata pemerintahan secara bisnis. Ini terlihat antara lain pada anggota Kabinet yang terdiri dari mereka yang ahli dalam bidang bisnis dan ekonomi, kebanyakan lulusan Universitas dari Amerika Serikat. Pegawai negerinya sangat terpelajar, bermotivasi, pintar, dengan kompensasi yang sangat baik. Tidak ada korupsi dalam birokrasi. Pemerintahan dijalankan dengan sistem parlementer yang terdiri dari 80 orang anggota. Anggota Parlemen dipilih tiap 5 tahun, dengan kewajiban memilih bagi seluruh warga negara. Parlemen dan pemerintahan sepenuhnya dikuasai oleh Partai Aksi Rakyat (PAP = People Action Party). Dana investasi diperoleh melalui tabungan dalam negeri dan modal asing. Tabungan dalam negeri yang terdiri dari tabungan pemerintah dan tabungan masyarakat, terutama yang berasal dari Tabungan Dana Pensiun (the Central Provident FundCPF) yang amat besar. Dana tabungan ini terutama dipergunakan untuk membangun infrastrukture dan perumahan untuk masyarakat. Kebijakan moneter dikendalikan oleh otoritas moneter, yakni Bank Sentral yang mengendalikan regulasi perbankan, sekuritas, asuransi dan nilai tukar mata uang. Nilai tukar mata uang didasarkan pada sejumlah nilai mata uang (basket of currencies), meskipun secara berangsur disandarkan pada nilai mata uang dollar Amerika Serikat, dengan nilai S$3.o6 per US$ 1 pada tahun 1970 menjadi S$1.41 per US $ tahun 1996.

JepangJepang adalah negara Asia pertama muncul menjadi negara maju yang modern. Kemajuannya telah mengilhami perjuangan banyak bangsa-bangsa Asia, yang sekaligus juga menghapus anggapa umum pada waktu yang lalu, bahwa hanya bangsa-bangsa barat saja yang dapat mencapai tingkat pembangunan modern. Pada saat ini Jepang telah menduduki urutan Negara nomor dua kaya dipermukaan bumi ini setelah Amerika Serikat, dengan total GDP nya mencapai sekitar 14 % dari total GDP Dunia. Jika dilihat pada sumber alam yang dimiliki, sulit dapat dibayangkan bagaimana Jepang yang tidak kaya sumber alam dapat maju melampaui banyak negara-negara lain yang sumber alamnya melimpah. Sehingga tidak heran kalau Edwin O. Reishauer berprediksi bahwa setelah Amerika meninggalkan Jepangpada tahun 1950, Jepang tidak mungkin akan dapat bangun kembali. Prediksi ini didasarkan pada kenyataan pada waktu itu, sebagai akibat kehancuran setelah PDII Jepang hampir tidak memiliki kemampuan apa-apa untuk hidup, kecuali tenaga kerja, batu bara dan air. Pertanyaannya, bagaimana Jepang membangun kembali negaranya dari keruntuhan itu menjadi negara maju? Salah satu kekuatan yang paling tangguh yang dimiliki Jepang adalah budaya yang melahirkan mental menang. Jepang boleh saja kalah tetapi semangat yang dilandasi pada mental menang ini tidak pernah padam. Kesadaran yang sudah tertanam sejak lama bahwa lawan strategisnya adalah Amerika terbukti dalam PD-II. Karena itu dengan segala kekuatan Jepang selalu bermaksud menandingi Amerika Serikat. Kalau dahulu dalam medan perang dan ekonomi, pada waktu ini (sekurang-kurangnya dalam waktu tertentu) sepenuhnya dipusatkan dalam bidang ekonomi.Secara institusional, Jepang memiliki birokrasi pemerintahan yang tangguh, sistem pendidikan dasar yang sangat baik dan hubungan antara birokrasi pemerintah dan kalangan bisnis yang sangat rapi, dimana birokrasi pemerintah menjadi pelaksana dan pengendali kebijakan. Semua itu ditopang oleh semangat nasionalisme yang tinggi yang bertujuan untuk kemakmuran tanah airnya. Birokrasi pemerintahan diwujudkan dalam sebuah Kabinet yang beranggotakan dua belas orang Menteri yang didominasi oleh dua kementerian yaitu Kementerian Keuangan (MOF) dan Kemeterian Perdagangan Internasional dan Industri (MITI). MITI sebagai salah satu kementerian yang dominan menetapkan kebijakan dibidang industri dengan pengendalian import, devisa, modal asing dan anti trust.Kementerian Kemeterian ini merekruit lulusan terbaik dari Universitas Universitas terbaik di Jepang yang bekerja secara permanen untuk masa seumur hidup dengan jaminan yang sangat baik. Di samping itu, juga dimanfaatkan kalangan pensiunan tua (senior) yang masih sehat yang disebut sebagai Amakudari yang berarti orang-orang yang berasal dari langit. Mereka itu adalah orang-orang yang sebelumnya terlibat sebagai pembuat kebijakan dalam bidang yang bersangkutan (Lihat Vietor, 2007: 22-38). Strategi pembangunan diarahkan pada rekonstruksi, yang dimasudkan sebagai pembangunan kembali infrastruktur dan industri dasar. Sebagai modal untuk pembangunan didasarkan pada tabungan dalam negeri yang dimobilisasi melalui tabungan pemerintah dan tabungan swasta. Dalam bidang usaha terdapat dualisme. Disatu sisi terdapat usaha besar yang dilaksanakan oleh industri berat, disi lain terdapat usaha kecil yang menampung sekitar 70 % tenaga kerja, yang terjalin secara baik diantara keduanya. Korea Selatan. Korea Selatan adalah sebuah negara yang sukses melakukan pembangunan dengan bermula melalui jalan perdagangan interasional. Seperti Jepang dan Singapore, Korea Selatan juga sebuah negara yang kurang sumber alamnya, berhasil melaju dari sebuah negara miskin pada tahun 1950 menjadisalah satu negara maju pada thun 1996. Antara tahun 1965 sampai tahun 1996 eksport Korea Selatan tumbuh rata-rata 16 % per tahun. Dengan modal yang terakumulasi melalui perdagangan internasional itu, Korea melakukan investasi dalam sektor pendidikan. Akibatnya, produktivitas tenaga kerja meningkat sekitar 11 % per tahun antara tahun 1960 sampai tahun 1970. Dengan demikian, eksportnya berkembang dengan cepat. Beralih dari pengeksport hasil produksi yang bersifat labor-intensive ringan seperti tekstil dan kaos ke hasil industri modern yang skill-intensive sepertiElektronik, mobil dan haasil industri teknologi maju lainnya. Pendapatan per kapitanya meningkat dari US $ 100 pada tahun 1963 menjadi lebih dari US $ 10,000pada akhir tahun 1990-an. Suatu loncatan cepat yang tidak lebih dari satu generasi. Intrupsi terhadap pembangunan Korea Selatan terjadi ketika krisis moneter menimpa sebagian negara-negara Asia. Pada tahun 1997, IMF menyerukan kepada pemerintah Korea untuk menyelamatkan nilai mata uang Won denganmeniadakan peranan pemerintah dalam bidang moneter dan meniadakan pengawasan birokrasi pemerintah atas kebijakn keuangan. Akibatnya terjadi kekalutan ekonmi yang mengakibatkan pertumbuhan yang negatif dari 6% menjadi -5% tahun 1998. Pengangguran meningkat dari 3,5 % menjadi 9 %. Tetapi karena basis ekonomi dalam negeri yang kuat, Korea dapat segera memulihkan dirinya kembali dalam waktu yang singkat.

F. KesimpulanSetelah masa surut campur tangan pemerintah di Eropah dan Amerika pada penghujung masa keemasan (masa 25 tahun sesudah PD-II), peran pemerintah kembali berjaya. Institusi pemerintah merupakan kunci keberhasilan pembangunan dibanyak negara berkembang. Institusi yang baik adalah institusi yang mampu menampung aspirasi rakyat, kemudian memperosesnya menjadi kebijakan, melaksanakan dan mengendalikan serta mengevaluasi hasil akhirnya. Peran pemerintah dalam pembangunan sangat penting, pertama dalam pengadaan dan pengaturan pemanfaatan barang-barang publik dan proyek proyek pionir. Kedua, sebagai penjamin terselenggarakannya pembangunan sesuai dengan visi dan visi bangsa. Ketiga, untuk menghindarkan terjadinya persaingan yang tidak sehat antara perusahaan yang besar dengan perusahaan kecil dan menengah.

Daftar PustakaJames A. Caporaso dan david P. Levina, Theories Political Economiy, Cambridge University Press.1988.Chang, Ha-Joon. 2003. Globalisation, Economic Development and the Role of The State. New York: Zet Books Ltd, TWN.Dess, G. Gregory and A. Miller. 1993. Strategic Management. New York: McGraw-Hill.Gillis, Malcolm, et. al. 1983. Economics Development. New York: W.W. Nprton & Coy.Kaplan, Robert S. And D.P. Norton. 1996. Balanced Scoredcard, translatingstrategy in action. Boston, Massachusetta: Harvard Business School Press. Kim, W.Chan and Renee Mauborgne. 2005. Blue Ocean Strategy, How to CreatUncostested Market Space and Make the Competition Irrelevant. Boston-Massachusetts.Samoelson , Macro Of Economic, New York: McGraw-Hill.Syamsul Hadi. 2005. Strategi Pembangunan, Mahatir & Soeharto. Jakarta: Japan Foundation.Industrial Society and Social Welfare (Russell Sage, 1958 hb; Free Press Macmillan, 1965 enl. edn.pb)Democratic Corporatism and Policy Linkages (Institute of Governmental Studies, 1987) Intellectuals in Labor Unions (Free Press, 1956)Rich Democracies: Political Economy, Public Policy, and Performance (University of California Press, 2002).