analisi skenario ums

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh kita sepanjang waktu terpapar dengan bakteri, virus, jamur, dan parasit, semuanya terjadi secara normal dan dalam berbagai tingkatan pada kulit, mulut, jalan napas, saluran cerna, membran yang melapisi mata, dan bahkan saluran kemih. Banyak dari agen infeksius ini mampu menyebabkan kelainan fungsi fisiologis yang serius atau bahkan kematian bila agen infeksius tersebut masuk ke jaringan yang lebih dalam. Tubuh manusia telah diciptakan dengan berbagai macam sistem yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh. Selain itu juga terdapat respon-respon tubuh terhadap benda asing yang bersifat merugikan. Apabila terjadi cedera jaringan yang dikarenakan oleh bakteri, trauma, bahan kimia, panas, atau fenomena lainnya maka maka jaringan yang cedera itu akan melepaskan berbagai zat yang menimbulkan perubahan sekunder yang sangat dramatis disekeliling jaringan yang tidak mengalami cedera.

Upload: ricki-yudhanata

Post on 15-Jul-2016

219 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

good

TRANSCRIPT

Page 1: Analisi Skenario Ums

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Tubuh kita sepanjang waktu terpapar dengan bakteri, virus, jamur, dan parasit,

semuanya terjadi secara normal dan dalam berbagai tingkatan pada kulit, mulut,

jalan napas, saluran cerna, membran yang melapisi mata, dan bahkan saluran

kemih. Banyak dari agen infeksius ini mampu menyebabkan kelainan fungsi

fisiologis yang serius atau bahkan kematian bila agen infeksius tersebut masuk ke

jaringan yang lebih dalam.

Tubuh manusia telah diciptakan dengan berbagai macam sistem yang berfungsi

sebagai pertahanan tubuh. Selain itu juga terdapat respon-respon tubuh terhadap

benda asing yang bersifat merugikan. Apabila terjadi cedera jaringan yang

dikarenakan oleh bakteri, trauma, bahan kimia, panas, atau fenomena lainnya maka

maka jaringan yang cedera itu akan melepaskan berbagai zat yang menimbulkan

perubahan sekunder yang sangat dramatis disekeliling jaringan yang tidak

mengalami cedera.

Dewasa ini penyakit infeksi sudah merupakan penyakit dimana para sarjana

Kedokteran telah mengembangkan, baik terapi maupun penelitian-penelitian

tentang perkembangan, pencegahan dan pengobatan infeksi maupun penyakit-

penyakit, yang berhubungan dengan infeksi.

B.   Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang didapatkan dari pembelajaran ini antara lain:

1.      Apa yang dimaksud dengan infeksi?

Page 2: Analisi Skenario Ums

2.      Bagaimana mekanisme terjadinya infeksi?

3.      Apa saja jenis-jenis infeksi?

4.      Apa definisi inflamasi?

5.      Apa saja ciri-ciri inflamasi?

6.      Apa penyebab terjadinya radang akut?

7.      Bagaimana proses terjadinya peradangan?

8.      Bagaimana proses pembentukan pus?

9.      Apa saja efek yang berguna dan merugikan dari radang akut?

C.   Tujuan

Tujuan-tujuan yang didapatkan antara lain:

1.      Agar dapat mengetahui definisi infeksi dan radang

2.      Agar dapat memahami penyebab terjadinya infeksi dan inflamasi

3.      Agar mengetahui mekanisme terjadinya infeksi dan inflamasi

4.      Agar mengetahui ciri-ciri inflamasi

5.      Agar mengetahui proses pembentukan pus

6.      Agar mengetahui efek-efek dari radang akut

D.   Manfaat

Manfaat-manfaat yang diperoleh yaitu:

1.      Mengetahui definisi infeksi dan radang

2.      Memahami penyebab terjadinya infeksi dan inflamasi

3.      Mengetahui mekanisme terjadinya infeksi dan inflamasi

4.      Mengetahui ciri-ciri inflamasi

5.      Mengetahui proses pembentukan pus

6.      Mengetahui efek-efek dari radang akut

Page 3: Analisi Skenario Ums

BAB II

PEMBAHASAN

A.   Tinjauan Pustaka

Pengertian

Infeksi yaitu invasi dan pembiakan mikroorganisme di jaringan tubuh, secara klinis

tidak tampak atau timbul cedera selular lokal akibat kompetisi metabolisme,

toksin, replikasi intrasel, atau respon antigen-antibodi. (Dorland, 2002)

Radang atau inflamasi merupakan respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh

cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau

mengurunng (sekuester) baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu.

(Dorland, 2002)

Infeksi

Infeksi menembus permukaan kulit atau berasal dari dalam tubuh. Gambaran

klinisnya tergantung pada:

1.      Letaknya di dalam kulit

2.      Sifat alami organisme

3.      Sifat respon tubuh terhadap organisme

Sebagian besar infeksi melalui jalan eksternal dengan menembus barier kulit yang

dapat menyebabkan lesi kulit saat organisme menginfeksi tubuh lainnya dan

menimbulkan bercak-bercak kulit. Infeksi dapat disebabkan oleh berbagai macam

organisme, seperti fungi, virus, bakteri, protozoa dan virus metazoa. Banyak

organisme yang hidup atau bahkan tumbuh di dalam kulit tetapi tidak

menimbulkan kerugian terhadap inang yang disebut komensal, atau apabila

organisme ini mengkonsumsi bahan-bahan yang mati maka mereka disebut

saprofit.

(Underwood, 1999)

Page 4: Analisi Skenario Ums

Mekanisme kerusakan jaringan yang diakibatkan organisme infeksius beraneka

ragam, karena produk atau sekresi yang berbahaya dari bakteri-bakteri. Jadi, sel

hospes menerima rangsangan bahan kimia yang mungkin bersifat toksik terhadap

metabolisme atau terhadap keutuhan membran sel. Sebagai tambahan, sering

timbul respon peradangan dari hospes yang dapat menyebabkan kerusakan kimiawi

terhadap sel. Agen intraseluler misalnya virus sering menyebabkan ruptura sel

yang terinfeksi. Selanjutnya terjadi kerusakan jaringan lokal. (Underwood, 1999)

Infeksi kronik adalah infeksi  yang virusnya secara kontinu dapat dideteksi, sering

pada kadar rendah, gejala klinis dapat ringan atau tidak terlihat. Terjadi akibat

sejumlah virus hewan, dan persistensi pada keadaan tertentu bergantung pada usia

orang saat terinfeksi. Pada infeksi kronik oleh virus RNA, populasi virus sering

mengalami banyak perubahan genetik dan antigenik.

Infeksi laten adalah infeksi yang virusnya kebanyakan menetap dalam bentuk

samar atau kriptik. Penyakit klinis dapat timbul serangan akut intermiten; virus

infeksius dapat ditemukan selama timbulnya serangan tersebut.

Infeksi subklinik (tidak tampak) adalah infeksi yang tidak memperlihatkan tanda

jelas adanya infeksi.

(Brooks, 2007)

Radang

Peradangan ditandai oleh:

1.      Vasodilatasi pembuluh darah lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah

setempat yang berlebihan

2.      Peningkatan permeabilitas kapiler, memungkinkan kebocoran banyak sekali

cairan ke dalam ruang intersisiel

3.      Seringkali terjadi pembekuan cairan di dalam ruang intersisiel yang disebabkan

oleh fibrinogen dan protein yang lainnya yang bocor dari kapiler dalam jumlah

besar

Page 5: Analisi Skenario Ums

4.      Migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam jaringan

5.      Pembengkakan sel jaringan

(Guyton, 2007)

Biasanya diklasifikasikan berdasarkan waktu kejadiannya, antara lain:

1.      Radang akut

Yaitu reaksi jaringan yang segera dan hanya dalam waktu yang tidak lama

2.      Radang kronis

Yaitu reaksi jaringan selanjutnya yang diperlama mengikuti respon awal

Penyebab utama radang akut adalah:

·         Infeksi mikrobial

Merupakan penyebab yang paling sering ditemukan. Virus menyebabkan kematian

sel dengan cara multiplikasi intraseluler. Bakteri melepaskan endotoksin yang

spesifik atau melepaskan endotoksin yang ada hubungannya dengan dinding sel. Di

samping itu, beberapa macam organisme, melalui reaksi hipersensitivitas, dapat

menyebabkan radang yang diperantarai imunologi.

·         Reaksi hipersensitivitas

Terjadi bila perubahan kondisi respon imunologi mengakibatkan tidak sesuainya

atau berlebihannya reaksi imun yang akan merusak jaringan.

·         Agen fisik

Kerusakan jaringan yang terrjadi pada proses radang dapat melalui trauma fisik,

ultraviolet atau radiasi ion, terbakar atau dingin yang berlebihan (fostbite).

·         Bahan kimia iritan dan korosif

Bahan kimiawi yang menyebabkan korosif (bahan oksidan, asam, basa) akan

merusak jaringan, yang kemudian akan memprovokasi terjadinya proses radang. Di

samping itu, agen penyebab infeksi dapat melepaskan bahan kimiawi spesifik yang

mengiritasi, dan langsung mengakibatkan radang.

Page 6: Analisi Skenario Ums

·         Jaringan nekrosis

Aliran darah yang tidak mencukupi akan menyebabkan berkurangnya pasokan

oksigen dan makanan pada daerah bersangkutan, yang akan mengakibatkan

terjadinya kematian jaringan. Kematian jaringan sendiri merupakan stimulus yang

kuat untuk terjadinya infeksi. Pada tepi daerah infark sering memperlihatkan suatu

respon radang akut.

(Underwood, 1999)

Proses peradangan

Salah satu efek pertama dari peradangan adalah pembatasan (wall of) area yang

cedera dari sisa jaringan yang tidak mengalami radang. Ruang jaringan dan cairan

limfatik di daerah yang meradang dihalangi oleh bekuan fibrinogen, sehingga

untuk sementara waktu hampir tidak ada cairan yang melintasi ruangan. Proses

pembatasan akan menunda penyebaran bakteri atau produk toksik.

Dalam waktu beberapa menit setelah peradangan dimulai, makrofag telah ada di

dalam jaringan dan segera memulai kerja fagositiknya. Bila diaktifkan oleh produk

infeksi dan peradangan, efek yang mula-mula terjadi adalah pembengkakan setiap

sel-sel ini dengan cepat. Selanjutnya, banyak makrofag yang sebelumnya terikat

kemudian lepas dari perlekatannya dan menjauh mobil, membentuk lini pertama

pertahanan tubuh terhadap infeksi selama beberapa jam pertama.

Dalam beberapa jam setelah peradangan dimulai, sejumlah besar netrofil dari darah

mulai menginvasi daerah yang meradang. Hal ini disebabkan oleh produk yang

berasal dari jaringan yang meradang akan memicu reaksi berikut:

1.      Produk tersebut mengubah permukaan bagian dalam endotel kapiler,

menyebabkan netrofil melekat pada dinding kapiler di area yang meradang. Efek

ini disebut marginasi.

Page 7: Analisi Skenario Ums

2.      Produk ini menyebabkan longgarnya perlekatan interseluler antara sel endotel

kapiler dan sel endotel vanula kecil sehingga terbuka cukup lebar, dan

memungkinkan netrofil untuk melewatinya dengan cara diapedesis langsung dari

darah ke dalam ruang jaringan.

3.      Produk peradangan lainnya akan menyebabkan kemotaksis netrofil menuju

jaringan yang cedera.

Jadi, dalam waktu beberapa jam setelah dimulainya kerusakan jaringan, tempat

tersebut akan diisi oleh netrofil. Karena netrofil darah telah berbentuk sel matur,

maka sel-sel tersebut sudah siap untuk segera memulai fungsinya untuk membunuh

bakteri dan menyingkirkan bahan-bahan asing.

Dalam waktu beberapa jam sesudah dimulainya radang akkut yang berat, jumlah

netrofil di dalam darah kadang-kadang menigkat sebanyak 4-5 kali lipat menjadi

15.000-25.000 netrofil per mikroliter. Keadaan ini disebut netrofilia. Netrofilia

disebabkan oleh produk peradangan yang memasuki aliran darah, kemudian

diangkut ke sumsum tulang, dan disitu bekerja pada netrofil yang tersimpan dalam

semsum untuk menggerakkan netrofil-netrofil ini ke sirkulasi darah. Hal ini

membuat lebih banyak lagi netrofil yang tersedia di area jaringan yanng meradang.

Bersama dengan invasi netrofil, monosit dari darah akan memasuki jaringan yang

meradang dan membesar menjadi makrofag. Setelah menginvasi jaringan yang

meradang, monosit masih merupakan sel imatur, dan memerlukan waktu 8 jam

atau lebih untuk membengkak ke ukuran yang jauh lebih besar dan membentuk

lisosom dalam jumlah yang sangat banyak, barulah kemudian mencapai kapasitas

penuh sebagai makrofag jaringan untuk proses fagositosis. Ternyata setelah

beberapa hari hingga minggu, makrofag akhirnya datang dan mendominasi sel-sel

fagositik di area yang meradang, karena produksi monosit baru yang sangat

meningkat dalam sumsum tulang.

Page 8: Analisi Skenario Ums

Pertahanan tubuh yang keempat adalah peningkatan hebat produksi granulosit dan

monosit oleh sumsum tulang. Hal ini disebabkan oleh perangsangan sel-sel

progenitor granulositik dan monositik di sumsum. Namun hal tersebut memerlukan

waktu 3-4 hari sebelum granulosit dan monosit yang baru terbentuk ini mencapai

tahap meninggalkan sumsum tulang. (Guyton, 2007)

Pembentukan pus

Bila netrofil dan makrofag menelan sejumlah besar bakteri dan jaringan nekrotik,

pada dasarnya semua netrofil dan sebagian besar makrofag akhirnya akan mati.

Sesudah beberapa hari, di dalam jaringan yang meradang akan terbentuk rongga

yang mengandung berbagai bagian jaringan nekrotik, netrofil mati, makrofag mati,

dan cairan jaringan. Campuran seperti ini biasanya disebut pus. Setelah proses

infeksi dapat ditekan, sel-sel mati dan jaringan nekrotik yang terdapat dalam pus

secara bertahap akan mengalami autokatalisis dalam waktu beberapa hari, dan

kemudian produk akhirnya akan diabsorpsi ke dalam jaringan sekitar dan cairan

limfe hingga sebagian besar tanda kerusakan jaringan telah hilang.

(Guyton, 2007)

Efek radang akut

Cairan dan eksudat seluler, keduanya dapat mempunyai efek yang berguna.

Manfaat cairan eksudat adalah sebagai berikut:

·         Mengencerkan toksin

Pengenceran toksin yang diproduksi oleh bakteria akan memungkinkan

pembuangannya melalui saluran limfatik

·         Masuknya antibodi

Akibat naiknya permeabilitas vaskuler, memugkinkan antibodi masuk ke dalam

rongga ekstravaskuler. Antibodi dapat mengakibatkan lisisnya mikro-organisme

dengan mengikutsertakan komplemen, atau mengakibat-kan   fagositosis melalui

opsonisasi. Antibodi juga penting untuk menetralisir toksin.

Page 9: Analisi Skenario Ums

·         Transpor obat

Seperti antibiotik ke tempat bakteri berkembang biak.

·         Pembentukan fibrin

Dari eksudat fibrinogen dapat menghalangi gerakan mikro-organsme,

menangkapnya dan memberikan fasilitas terjadinya fagositosis.

·         Mengirim nutrisi dan oksigen

Yang sangat penting untuk sel seperti neutrofil yang mempunyai aktivitas

metabolisme yang tinggi, yang dibantu dengan menaikkan aliran cairan melalui

daerah tersebut

·         Merangsang respon imun

Dengan cara menyalurkan cairan eksudat ke dalam saluran limfatik yang

memungkinkan partikel dari larutan antigen mencapai limfonodus regionalnya,

dimana partikel dapat merangsang respon imun.

Pembebasan enzim-enzim lisosom oleh sel radang dapat pula mempunyai efek

yang merugikan, yaitu:

·         Mencerna jaringan normal

Enzim-enzim seperti kolagenase, protease dapat mencerna jaringan normal, yang

menyebabkan kerusakan. Kondisi ini mungkin terutama sebagai hasil kerusakan

vaskuler, misalnya pada reaksi hipersensitivitas tipe III.

·         Pembengkakan

Pembengkakan jaringan yang mengalami radang akut dapat merugikan.

Pembengkakan karena radang akan berbahaya apabila terjadi di dalam ruang yang

tertutup seperti rongga kepala.

·         Respon radang yang tidak sesuai

Page 10: Analisi Skenario Ums

Kadang-kadang respon radang akut tampak tidak sesuai, seperti yang terjadi pada

reaksi hipersensitivitas tipe I, dimana antigen di sekitarnya berkemampuan

menyebabkan reaksi yang tidak mengancam dan merugikan individu. Pada respon

radang karena alergi mungkin dapat mengancam hidupnya, misalnya asma

ekstrinsik.

B.   Analisis Skenario

Akibat cedera

Warna kemerahan (rubor)

Diakibatkan oleh adanya dilatasi pembuluh darah kecil dalam daerah yang

mengalami kerusakan.

Panas (kalor)

Peningkatan suhu hanya tampak pada bagian perifer tubuh (kulit). Peningkatan

suhu ini diakibatkan karena meningkatnya aliran darah sehingga sistem vaskuler

dilatasi dan mengalirkan darah yang hangat pada daerah tersebut.

Bengkak (tumor)

Pembengkakan sebagai hasil adanya edema dan kelompok sel radang dalam

jumlah sedikit yang masuk ke dalam daerah tersebut.

Nyeri (dolor)

Rasa nyeri diakibatkan oleh regangan dan distorsi jaringan akibat edema dan

terutama karena tekanan pus di dalam rongga abses.

Demam

Demam merupakan manifestasi sistemik yang paling sering terjadi pada respon

radang dan merupakan gejala utama penyakit infeksi. Dalam kasus, Amir terkena

demam setelah 3 hari, hal itu dapat terjadi dikarenakan selama 3 hari tersebut

terjadi infeksi pada luka yang dialaminya. Tubuh memerlukan rentan waktu untuk

Page 11: Analisi Skenario Ums

melawan masuknya mikroorganisme patogen yang dinamakan masa inkubasi. Zat-

zat yang dapat menimbulkan demam, yaitu:

-          Endotoksin bakteri gram negatif

-          Sitokin yang dilepaskan dari sel-sel limfoid

Mekanisme demam antara lain:

Aktivator (mikroba, toksin, kompleks antigen-antibodi, proses radang; dll) →

menginduksi fagosit MN dan sel lain → melepaskan interleukin-1 → pusat

pengatur suhu (hipotalamus) melalui darah → respon fisiologik → demam

Vulnus excoriatum

Vulnus Amir tidak berbau karena tidak adanya pembusukan protein. Berbau atau

tidaknya luka dipengaruhi oleh bakteri piogenik yang dapat mengeluarkan gas.

Selain itu bakteri piogenik juga menimbulkan pus dan menyebabkan pus berwarna

kehijauan.

Komposisi vulnus yaitu:

1.      Fibrin

2.      Darah

3.      Jaringan nekrosis

4.      Dll

Penanganan luka

Prinsipnya adalah pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka

kotor maka perlu diberikan antibiotik. Tindakan penanganan luka harus dilakukan

sesuai teknik aseptik (steril).

1.      Bersihkan tepi luka menggunakan alkohol

2.      Lanjutkan dengan pemakaian desinfektan seperti betadine pada luka

3.      Balut luka agar tidak terjadi infeksi lebih lanjut

Pemeriksaan mikroskopis dan kultur kuman

Page 12: Analisi Skenario Ums

Tujuannya adalah memberikan indikasi awal dan penting berkenaan dengan sifat

organisme penginfeksi sehingga membantu pemilihan obat antimikroba.

Kultur kuman yaitu pemiaraan kuman, sehingga sewaktu-waktu perlu, kuman atau

bakteri itu selalu tersedia. Jika mengambil bahan dari salah satu koloni, kemudian

bahan itu ditanam pada medium baru yang steril, maka bahan itu akan tumbuh

menjadi koloni yang murni asalkan pekerjaan pemindahan itu dilakukan dengan

cermat menurut teknik aseptik.

Pengambilan sampel jaringan

Eksudat yang terkumpul harus diaspirasi dengan teknik aseptik. Jika materi secara

jelas terlihat purulen, apusan dan biakan dibuat secara langsung. Jika cairan jernih,

dapat disentrifugasi pada kecepatan tinggi selama 10 menit dan sedimen digunakan

untuk apusan selama 10 menit dan sedimen digunakan untuk apusan dan biakan

yang diwarnai. Metode biakan yang digunakan harus cocok untuk pertumbuhan

organisme yang dicurigai berdasarkan gejala dan tanda klinis demikian juga

bakteri pirogen yang sering ditemukan.

Presentase sel PMN dalam darah

Total jumlah sel darah putih pada orang dewasa adalah 7000 sel/mikroliter.

Netrofil           : 62,0%                        Monosit           : 5,3%

Eosinofil          : 2,3 %                         Limfosit          : 30,0 %

Basofil             : 0,4%

(Guyton, 2007)

Perbedaan radang akut dan kronis

Radang akut Radang kronis

-          Respon terhadap gangguan

bersifat cepat dan langsung

-          Terjadi 2-3 hari

-          Respon bersifat lama

-          Hitungan dalam minggu-

Page 13: Analisi Skenario Ums

-          Jumlah sel darah putih (PMN)

meningkat

bulan

-          Terdapat sel MN

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A.   Kesimpulan

Infeksi merupakan proses invasi mikroba atau parasit ke dalam jaringan yang

mengakibatkan perubahan setempat dan sistemik di dalam tubuh. Sedangkan

radang adalah reaksi jaringan terhadap cedera, secara khas terdiri dari respon

vaskular dan seluler, yang secara bersama berusaha menghancurkan substansi yang

dikenal sebagai benda asing dalam tubuh. Adapun tanda pokok radang akut yaitu

nyeri (dolor), kemerahan (rubor), panas (kalor), bengkak (tumor), dan gangguan

fungsi (functiolaesa).

B.   Saran

1.      Jika terjadi luka lecet, maka segera bersihkan luka tersebut agar tidak terjadi

infeksi

2.      Untuk luka yang sudah lama dan mengeluarkan eksudat dan pus maka luka perlu

dikompres untuk mengeluarkan cairan abnormal tersebut

3.      Usahakan untuk selalu menjaga ketahanan tubuh melalui makanan yang bergizi

seimbang

4.      Segera periksakan ke pihak kesehatan jika ada reaksi infeksi atau peradangan

yang semakin memburuk

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: Analisi Skenario Ums

Brooks, Geo F. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, dan Adelberg.Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Guyton, Arthur C. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Underwood, J. C. E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Sacher, Ronald A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?

option=com_journal_review&id=3866&task=view

http://rac.uii.ac.id/index.php/record/view/77246

http://library.usu.ac.id/download/fk/histologi-zukesti2.pdf