analisi pada avtur

27
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sumber daya Minyak, Gas dan Panas Bumi merupakan sumber daya alam yang sangat strategis, karena menyangkut taraf hidup masyarakat luas. Sampai saat ini bahan bakar minyak (BBM) masih merupakan sumber energi utama bagi pembangunan nasional sesuai dengan undang-undang no. 22 tahun 2001. “Permintaan bahan bakar minyak menjelang tahun 2010 diperkirakan akan tumbuh rata-rata 5,6% pertahun” (Jurnal MIGAS, 2001). Sehingga untuk masa datang diharapkan pengolahan dari suatu unit pengolahan menghasilkan produksi yang sesuai dengan spesifikasi keputusan dirjen MIGAS. Pengolahan Panas dan Minyak Bumi didasarkan pada UUD 1945, pasal 33 ayat 2 yang menyatakan bahwa : “ Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan mengatasi hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara, bumi, air serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar- besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Seiring dengan kemajuan teknologi penelitian yang semakin pesat, maka kebutuhan akan AVTUR yang lebih berkualitas sangat 1

Upload: rizky-hidayat

Post on 27-Dec-2015

88 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

distilasi,flash point

TRANSCRIPT

Page 1: analisi pada avtur

BAB I

PENDAHULUANI.1 Latar Belakang

Sumber daya Minyak, Gas dan Panas Bumi merupakan sumber daya alam yang

sangat strategis, karena menyangkut taraf hidup masyarakat luas. Sampai saat ini bahan

bakar minyak (BBM) masih merupakan sumber energi utama bagi pembangunan nasional

sesuai dengan undang-undang no. 22 tahun 2001. “Permintaan bahan bakar minyak

menjelang tahun 2010 diperkirakan akan tumbuh rata-rata 5,6% pertahun” (Jurnal

MIGAS, 2001). Sehingga untuk masa datang diharapkan pengolahan dari suatu unit

pengolahan menghasilkan produksi yang sesuai dengan spesifikasi keputusan dirjen

MIGAS.

Pengolahan Panas dan Minyak Bumi didasarkan pada UUD 1945, pasal 33 ayat 2

yang menyatakan bahwa :

“ Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan mengatasi hajat hidup orang

banyak dikuasai oleh Negara, bumi, air serta kekayaan alam yang terkandung

didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk

kemakmuran rakyat”.

Seiring dengan kemajuan teknologi penelitian yang semakin pesat, maka

kebutuhan akan AVTUR yang lebih berkualitas sangat dibutuhkan. Setiap produk AVTUR

yang dihasilkan PERTAMINA REFINERI UP II Dumai sebelum dipasarkan harus

melalui uji kelayakan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut penulis melakukan analisa

uji guna kelayakan AVTUR agar AVTUR yang diproduksi tidak merugikan konsumen

yang menggunakannya. Dengan adanya pengujian ini dapat diketahui apakah AVTUR

1

Page 2: analisi pada avtur

yang diproduksi oleh PERTAMINA REFINERI UP II Dumai layak dipasarkan sesuai

dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

1.2 Tujuan

Untuk menentukan mutu baik tidaknya Avtur yang dihasilkan dari PT

PERTAMINA REFINERI UP II DUMAI apakah sesuai dengan spesifikasi yang

ditentukan, dapat dilakukan di laboratorium yang merupakan suatu sarana yang sangat

penting dalam melakukan suatu analisis yang bergerak di bidang penelitian untuk

menunjang kontrol kualitas atau pengawasan mutu baik secara fisik maupun kimiawi.

Setelah dilakukan proses di dalam kilang, maka kita perlu melakukan pemeriksaan

kterhadap sample termasuk salah satunya adalah Avtur, agar didapat Avtur yang

memenuhi stándar kualitas yang diinginkan.

Selain itu juga bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengolahan minyak mentah menjadi beberapa produk.

2. Mengetahui kualitas AVTUR melalui beberapa parameter spesifikasinya.

3. Memberikan gambaran terhadap pengaruh spesifikasi AVTUR tersebut dalam

aplikasinya.

I.3 Batasan Masalah

Penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan ini adalah proses pengolahan

minyak mentah (crude oil) menjadi fraksi atau tingkatan berdasarkan kepemilikan atom

C yang dipisahkan dengan proses pemanasan pada topping unit. Dimana panjang rantai

hidrokarbon berbanding lurus dengan titik didih dan densitasnya, serta Penganalisaan

2

Page 3: analisi pada avtur

AVTUR layak pakai secara laboratorium yang dilakukan dilaboratorium Unit Pengolahan

II Dumai, dengan memanfaatkan produk AVTUR dari kilang PERTAMINA UP II Dumai

sehingga dihasilkan AVTUR yang memenuhi spesifikasi

I.4 Metode Penulisan

Ada beberapa metoda yang digunakan dalam perancangan, pembuatan maupun

dalam penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan ini sebagai berikut:

1. Studi Literatur

Dilakukan dengan cara mempelajari buku–buku dan referensi yang mendukung tentang

proses dan analisa kerosene.

2. Konsultasi

Mengadakan konsultasi dengan pembimbing maupun dengan pihak lain yang bisa

mendukung mendapatkan informasi tentang analisa yang dilakukan.

3. Observasi

Dilakukan dengan cara pengujian di laboratorium sample kerosene yang di peroleh dari

kilang UP II Dumai, dan mengambil data yang di peroleh saat melakukan pengujian.

3

Page 4: analisi pada avtur

BAB II

PROSES PRODUKSI PERUSAHAAN

2.1 Bahan Baku Produksi

Bahan baku yang di olah Kilang Pertamina UP II Dumai adalah minyak

mentah dari produksi PT. Chevron Pasifik Indonesia yang dihasilkan dari lading

minyak di daerah Minas ( Minas Crude ) dan Duri (Duri Crude) dengan

perbandingan campuran 85 % volume Minas Crude dan 15 % Volume Duri Crude.

Minas Crude adalah minyak mentah dengan berat jenis ringan menurut API

( American Petroleum Insitute ). Sedangkan Duri Crude berat jenis lebih berat dan

mengandung garam –garam ikatan yang dapat menyebabkan korosi terhadap

peralatan –peralatan proses pengolahan, sehingga di harapkan angka perbandingan

campuran adalah ideal dengan nilai ekonomis yang tinggi dan resiko kerusakan

peralatan proses yang masih terkendali.

.

2.2 proses Produksi

Proses-proses pengolahan di kilang Pertamina UP II Dumai secara umum

melibatkan unit Fraksionasi yang memisahkan fraksi-fraksi minyak mentah

berdasarkan perbedaan titik didih, pemurnian (treating), proses konversi, serta unit

4

Page 5: analisi pada avtur

proses operasi pencampuran (blending) untuk mendapatkan produk dengan

spesifikasi yang di inginkan.

Unit-unit proses kilang dumai sebagai berikut:

2.2.1 Proses I:Hydrosciming Complex (HSC),terdiri dari :

Hydro Skiming Complex terdiri dari pengolahan tingkat pertama (primary

proses) dan pengolahan tingkat kedua (secondary process). Pada pengolahan

tingkat pertama fraksi-fraksi minyak bumi dipisahkan secara fisika kemudian

pengolahan tingkat kedua dilakukan untuk penyempurnaan produk dari

pengolahan tingkat pertama. HSC terbagi atas 5 unit yaitu :

a. Toping Unit

b. Naptha Renun Unit.

c. Naptha Hidro Treating Unit

d. CCR Plat Forming Unit

e. Continous Catalis Regenarition Unit

Produk-produk yang di hasilkan di Hydro Skiming Complex adalah : LPG,Gas Ex

Recovery Unit,Gas Hydrogen,Reformat dan Naptha.

2.2.2 Hidro Cracking Complex (HCC)

Hydro Cracking Complex merupakan salah satu proyek perluasan kilang

Pertamina UP II Dumai, HCC ini didisain oleh Universal Oil Product (UOP). Unit

– unit yang terdapat dalam HCC ini terbagi atas 5 unit yaitu :

a. Hydrogen Plant ( H2 Plant )

5

Page 6: analisi pada avtur

b. Amine LPG ( Liquit Petrolium gas ) Recovery

c. Hydrogen Creaker Unibon

d. Sour Water Stripper ( SWS )

e. Nitrogen Plant ( N2 Plant )

Produk yang di hasilkan di unit ini adalah : Gas,LPG,Light Naptha,Heavy

Naptha.Light kero,Avtur dan ADO.

2.2.3 Heavy Oil Comlex (HOC)

Lokasi kerja HOC terdiri dari 4 unit operasi yaitu sebagai berikut :

a. Higt Vacum Unit

b. Delayet Cooking Unit

c. Coke Calciner Unit

d. Distillated Hydro Treating Unit

Produk- produk yang di hasilkan Heavy Oil complex adalah :

LPG,Naptha,Kerosene,Coke dan Calcine Coke.

2.2.4 Unit –uniut Pendukung

Selain unit-unit proses di atas,kelancaran dalam pelaksanaan proses,terdapat unit

p[endukung lainnya yang di kenal dengan unit utilities.unit ini terdiri dari

beberapa bagian :

a. Unit Penyediaan Air,yang terdiri dari :

1. Colling Tower

2. Sea Site

b. Unit Penyediaan Steam

6

Page 7: analisi pada avtur

c. Unit Penyediaan Udara Bertekanan,yang terdiri dari :

1. Plant Air

2. Instrument Air

d. Unit penyediaan Listrik,yang terdiri dari :

1. PLTD,yang terdiri dari 4 Engine dengan kapasitas masing –

masing 3,5 Mega Watt

2. PLTG, terdiri dari 2 Gas Turbin dengan kapasitas masing –

masing 17,5 mega watt

3. PLTU, terdiri dari 4 steam turbin dengan kapasitas masing –

masing 14 mega watt

7

Page 8: analisi pada avtur

BAB IIIDASAR TEORI

3.1 tinjauan pustaka

Avtur adalah salah satu bahan bakar minyak uyang di hasilkan oleh PT

PERTAMINA REFINERI UP II DUMAI.

Avtur di gunakan untuk bahan bakar pesawat terbang dengan mesin jet ( tanpa

baling – baling ),mempunyai trayek didih antara 150 – 250 o C ( 400 – 500 o F ),

hidrokarbon ( C11-C15 ) dan titik beku freezing point di batasi maksimum -47 oC jadi

masih termasuk dalam fraksi kerosene.sehingga mempunyai komposisi yang mirip

dengan kerosene.

Untuk itulah maka avtur sebagai bahan bakar pesawat terbang dengan resiko

keselamatan yang tinggi, harus memenuhi persyaratan – persyaratan yang meliputi :

Syarat kenampakan

Syarat komposisi senyawa – senyawa kimia

Syarat penguapan

Syarat pengaliran

Syarat pembakaran

Syarat pengkaratan

Syrat kontaminasi

Syarat daya hantar listrik

3.1.1 syarat kenampakan

Yang di maksud adalah kenampakan warna dari avtur yang apa bila di lihat secara

fisual denagn mata akan tampak jernih, terang, bebas dari partikel – partikel padatan

8

Page 9: analisi pada avtur

( seperti debu, pasir, gumpala garam ) dan tidak tamoak adanya pe misahan air pada suhu

kamar.

Sifat kenampakan dapat di tunjukan dengan pemeriksaan appearance( kenampakan ).

3.1.2 syarat komposisi senyawa – senyawa kimia

Komposisi senyawa kimia sepertyi jumlah ke asaman ( total adisity ), jumlah

senyawa aromatik, senyawa olefin, jumlah sulfur, mecaptan sulfur di batasi ke

beradaannya dalam bahan bakar avtur.pembatasan ini erat hubuingan denagn mutu bakar,

stabilitas pada penyimpanan dan pemakaian, serta sifat korosifitas avtur

tersebut.komposisi senyawa kimia dapat di tunjukan dengan pemeriksaan: total asidity,

PONA, sulfur,mercaptan sulfur.

3.1.3 syarat penguapan

Sifat penguapan avtur di yunjukkan oleh hasil pemeriksaan terhadap titik nyala

( flash point ) dan distilasinya.sedangakan distilasi pada 10 % volume di batasi

maksimum, di maksitkan agar bahan bakar ttersebut tidak terlalu lambat terbakar pada

saan pesawat terbang melakukan “ start up “

Sifat penguapan dapat di tunjukan denagn pemeriksaan : distilasi, flash point, dan

densyty.

3.1.4 syarat pengaliran

Mengingat avtur di gunakan sebagai bahan bakar pesawat terbang yang beroprasi

dalam berbagai suhu, maka sifat pengalirannya perlu untuk di bataasi maksimum.sebagai

petunjuk untuk mengetahui sifat pengaliran dari avtuer di lakukan pemeriksaan terhadap

titik beku ( freezing point ) dan kekentalan ( viskosity ) kinenmatiknya.

9

Page 10: analisi pada avtur

Sifat pengaliran dapat di tunjukkan dengan pemeriksaan : freezing point,kinematic

viscosity ate -20oC.

3.1.5 syarat pembakaran

Salah satu analisis yang dapat di jadikan sebagai petunjuk adalah titik asap ( smoke

point )nya.

Apabila titik asapnya tinggi berarti avtur memiliki sifat pembaklaran yang

sempurna ( baik ) dan sebaliknya.untuk itu avtur tidak bolaeh mengandung senyawa –

senyawa yang sulit terbakar dalam jumlah besar.dalam hal ini senyawa – senyawa

hidrokarbon jenis aromatik berupa napthalene di batasi ke beradaannya maksimum 3 %

volume.sedangkan senyawa – senyawa hidrokarbon jenis parafin di harapka cukup

banyak terdapat dalam avtur.sifat pembakaran dapat di tunjukan dengan pemeriksaan :

specific energi, smoke pont, napthalenes.

3.1.6.syarat pengkaratan

Bahan bakar avtur yang mempunyai suifat pengkaratan tinggi, apabila dipakai akan

menimbulkan kerusakan – kerusakan pada sistim distribusi bahan bakar maupun pada

bagian yang lain dari mesin pesawat.sifat pengakaratan ini di timbulkan adanya senyawa

belerang yang reaktif.sifat pengkaratan dapat di tumjukan dengan pemeriksaan copper

strip corrosien.

3.1.7 syarat kesetabilan

Yang di maksud denagn kestabnilan adalah kestabilan avtur selama penyimpanan

maupum pemakaian.syarat kestabilan yang di mil;iki avtur sangan di perlukan, sebab

adanya perbedaan suhu yang cukup tinggi dalam pemakaian akan cenderung dapat

menimbulkan deposite.deposite ini dari hasil dekomposisi hidrokarbon avtur pada alat

10

Page 11: analisi pada avtur

penukar panan, pada saringan bahan bakar, maupun pada pipa penyamprotan bahan bakar

pada sitim pepbakaran selama mesin beroprasi.sifat ke stabilan dapat di tunjukkan dengan

pe meriksaan: thermal stabiliti.

3.1.8 ayarat kontaminasi

Kontaminasi adalah senyawa pengotor yang keberadaannya tidak di inginkan, dan

di sebabkan oleh adanya existent gum serta kandungan air yang teremulusi dalam

avtur.apabila pengotoran ini di biarkan keberadaannya dalam jumlah besar maka hal ini

dapat mengganggu kerja mesin pesawat dan dapat membahayakan keselanatan

penerbangan.adanya kontaminasi dapat di tunjukkan dengan pemeriksaan: existent gum,

water reaction, microseparometer.

3.1.9 syarat daya hantar listrik.

Bahaya kebakaran ini dapat terjadi akibat timbulnya litrik statis yang terakumulasi9

pada saat pemompaan avtur dengan ke cepatan alir yang cuykup tinggi.

3.2 ALAT YANG DI GUNAKAN

ANALISA SMOKE POINT AVTUR

Smoke point lamp

Benang sumbu standard

Extractor

Drying oven 110 0C

Silinder gelas 50 ml

Buret kapasitas 100 ml

Korek api

11

Page 12: analisi pada avtur

Methanol,anhydrous.

Touluene,ASTM Reference fuel grade

Iso oktan,kemurnian minimum 99,75 %

Heptan,kemurnian minimum 99,75 %

DISTILASI

Flask kapasitas 125 ml

Kondensor

Heater

Graduated cylinder kapasitas 100 ml

Flask support

Shield

Pembersih kondensor

VISKOSITAS

Viscometer,seri BS / U / M M27118 atau setara

Bath dan timer ( stop watch )

Rubber bulb

Termometer ASTM 127 C

FREEZING POINT

Jacket sample tube

12

Page 13: analisi pada avtur

Gland

Collars

Vaccum flask

Stirrer

Gabus yang cocok

Gelas ukur kapasitas 100 ml

Iso propil alkohol

Carbon dioxide kering atau dry ice

Termometer standart ASTM 114 C range – 80 0C sampai + 20 0C

3.3 cara kerja

3.3.1 Sampling ( batching )

Di ambil saple sesuai denagn permintyaan

Adapun cara pengambialn sample:

1. bottom plate, di abil 30 – 50 cm dari dasar tangki.

2. composite,

upper sample, di ambil pada ke dalaman 1/6 dari permukaan level minyak

midle sample, di ambil pada pertengahan tinggi minyak baik di hitung dari

permukaannya

lower sample, di ambil pada kedalaman 5/6 tinggi minyak di hitung dari

permukaannya.

13

Page 14: analisi pada avtur

3.3.2 cara kerja analisa

SMOKE POINT

1. celupkan sumbu yang sudah bersih ( panjang sumbu tidak kurang dari 125

mm )ke dalam sample dan masukkan ke dalam tabung sumbu.celupkan sekali

lagi sehingga betul – betul rapat.

2. takar sampel sebanyak 20 ml dengan silinder gelas dan masukkan ke dalam

tabung sample

3. letakkan tabung sumbu dan sumbunya ke dalam sampel tadi.usahakan supaya

betul – betul rapat

4. potong ujung sumbu kira – kira 6 mm dari tabung sumbu, kemudin pasanglah

pada lampu.

5. nyalakan sumbu dan atur tinggi nyala kira – kira 10 mm, biarkan lampu nyala

sampai 5 menit.

6. naikkan pelan – pelan sumbu sampai asap muncul.

7. turunkan sumbu secara berlahan hingga asap hilang.

8. catat tinggi nyala api saat tidak mengeluarkan asap, sampai ketelitian 0,5 mm.

9. lakukan sepertyi langkah 6 – 8 dua kali lagi, jika hasil pengamatan mempunyai

range > 1,0 mm.

10. ulangi pengujian dengan sempel dan sumbu yang baru, jika hasil pengamatan

masih mempunyai range > 1,0 mm.

11. lepaskan tempat sampel dari lampu, cucvi dengan heptan dan keringkan dengan

angin.

DISTILASI AVTUR DENGAN CARA MANUAL

14

Page 15: analisi pada avtur

1. takar dengan graduated silinder kapasitas 100 ml sebanyak 100 ml sample,

masukkan ke dalam flask, dan pasang termo meter

2. pasang flask tersebut pada peralatan distilasi

3. hidupkan heater dan atur pemanasan sesuaikan denagn kondisi operasi analisis

4. catat IBP dengan ketelitian 0,5 0C.geser silinder hingga ujung kondensor

menyentuh dinding dari silinder.

5. lanjutkan pembacaan / pencatatan 5,10,20,30,40,50,60,70,80,90,95 dan FBP.

6. matikan heater, biarkan flask dingin kemudian tuangkan sisa sampel yang ada

dalam flask ke dalam graduated silinder kapasitas 100ml.

7. baca dan catat residu yang di dapat

8. hitung persen volum loss dengan formula, % loss = 100 – ( total recovery +

residu )

9. pindahkan hasil analisis ke buku primer.

VISCOSITAS

1. amati temperatur bath, setelah temperatur bath telah mencapai – 20 0C, lakukan

analisis denagn cara menarik sample avtur ke posisi atas kapiler ( pergunakan

bulb ), sampai 7 mm di atas tanda batas.

2. hitung waktu alir sampel mulai dari garis atas sampai garis bawah viscometer

tube. Dengan bantuan timer ( stop watch )

3. ulangi lankah 1 dan 2 satu kali lagi catat waktu alir rata – rata yang di dapat, apa

bila waktu kurang dari 200 detik ulangi pekerjaan denagn memilih kapiler yang

lebih kecil.

15

Page 16: analisi pada avtur

FREEZING POINT

1. takar sample sebanyak 25 ml dengan gelas ukur 100 ml dan masukkan ke dalam

jacket sample tube.

2. tutup dengan rapat jaket samle tube denagn gabus yang sudah di lobangi untuk

tangkai stirrer dan termometer, atur termometer bolb terletak 10 – 15 mm dari

dasar sample tube.

3. tmbahkan etetes isopropil alkohol pada tangkai pengaduk untuk membasahi

packing gland dan mengeratkan gland sebaik mungkin agar tidak goyang.

4. ikat jacket sampel tube dengan mengklemnya

5. tambahkan karbon dioxide kering pada refrigeran alat

6. permukaan sampel harus berada di antara 15 dan 20 mm di bawah level coolant,

aduk sample terssebut dengan mengerakkan stirrer dari atas ke Bawah rate 1

sampai dengan 1,5 putaran /detik.jika akn melakukan pengamatan hentikan

pengadukan. Biarkan stirrer loop terletak di bawah permukaan samle selama

analisis.terbentuknya kabut pada temperatur sekitar – 10 0C tidak perlu di

perhatikan dan bila tidak ada perubahan temperatur lagi maka ini adalah

pembekuan air.

7. catat temperatur dimana kristal hidrokarbon mulai terbentuk.

8. ambil jaket sample tube dari coolant dan kemudian biarkan sample di panaskan

dengan pelan – pelan sambil terus di aduk.catatlah temperatur dimana krital

hidrokarbon hilang semua.jka perbedaan temperatur antara ke duanmmya lebih

besar dari 30C, maka ulangi pendinginan serta pemanasannya sehingga di dapat

perbedaan yang lebih kecil dari 3 oC.

16

Page 17: analisi pada avtur

BAB IV

DATA PENGAMATAN

NO Tanki darat metoda T-18 T-16 T-19 batasan

1 distilasi D 86

IBP 159 159 160 report

5% 172 172 174

10% 176 176 177 Max 205

20% 182 181 184

30% 187 186 189

40% 193 192 195

50% 200 198 200 Report

60% 207 205 208

70% 216 214 217

80% 227 224 227

90% 241 238 240 Report

95% 252 249 249

17

Page 18: analisi pada avtur

EP 269 265 276 Max 300

Residu 1.0 1.0 1.0 Max 1,5

Loss 0.5 0.5 0.5 Max 1,5

2 Freezing

point

D 2386 -55 -56 -53 Max –

47,0

3 Smoke

point

D 1322 24.0 24.0 24.0 Min 19,0

4 viscosity D 445 4.443 4.475 4.498 Max 8000

18

Page 19: analisi pada avtur

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil pemeriksaan yang telah di lakukan terhadap sample 1,2 dan 3 maka dapat

di ambil kesimpulan sebagai berikut:

Untuk ke3 sample avtur ( 1,2 dan 3 ) semuanya memenuhu spesifikasi yang ada,

jadi dapat di simpulkan bahawa produk avtur yang di hasilkan di PT PERTAMINA

REFINERI UP II DUMAI layak untuk di pasarkan.

5.2 SARAN

mengigan avtur adalah bahan bakar yang di periksa dengan beberapa

spesifikasi, maka pemeriksaan yang di lakukan benar – benar bisa menjamin

bahwa avtur yang di hasilkan adalah layak pakai.

Untuk ke akuratan dan ketelitian hasil pemeriksaan perlu di tingkatkan

kemampuan pekerja dengan mengikuti kursus dan korelasi antar laboraturium.

19

Page 20: analisi pada avtur

DAFTAR PUSTAKA

Haidir,agus.petunjuk pratikum sifat – sifat fisik BBM dan non BBM.PUSDIKLAT

MIGAS,Cepu.

Prayetno,edi.2006.kimia minyak bumi dan hidrokarbon.PUSDIKLAT

MIGAS,Cepu.

Winarno.1993.dasar – dasar pengolahan minyak bumi.PUSDIKLAT,Cepu.

20