analisi bahan ajar

49
6 BAB II LANDASAN TEORETIS A. Pengertian Analisis Analisis sangat diperlukan dalam sebuah penelitian sebagai suatu acuan bagi peneliti untuk menentukan langkah-langkah atau tahapan-tahapan dari penelitian tersebut. Berikut ini beberapa ahli menjelaskan pengertian analisis. Sebuah artikel dalam situs http://de.wikipedia.org/wiki/Analyse menjelaskan: ’’Eine Analyse ist eine ganzheitliche, systematische Untersuchung, bei der das untersuchte Objekt oder Subjekt in seine Bestandteile zerlegt wird und diese anschlieβend geordnet, untersucht und ausgewertet werden. Dabei dürfen die Vernetzung der einzelnen Elemente und deren Integration nicht auβer Acht gelassen werden’’. Pengertian di atas memiliki makna bahwa analisis adalah sebuah penelitian atau riset yang sistematis dan menyeluruh. Pada penelitian tersebut objek atau subjek yang diteliti diuraikan menjadi komponen-komponennya yang kemudian disusun, diteliti dan diberikan penilaian. Dalam proses tersebut keterikatan dari masing-masing elemen dan integrasinya tidak boleh diabaikan. Secara umum Preuβ (1986:25) mengemukakan bahwa ’’Analyse ist allgemeine wissenschaftliche Methode der kontrolierten – Zerlegung eines zusammengesetzten Ganzen mit dem Ziel, es genauer kennenzulernen’’. Definisi tersebut dapat diartikan sebagai berikut: ’’Analisis adalah metode ilmiah pengontrolan secara umum, pemecahan sesuatu yang utuh, dengan tujuan mengenalinya lebih jelas“.

Upload: firdaus-scrz

Post on 30-Dec-2015

96 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisi Bahan Ajar

6

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Pengertian Analisis

Analisis sangat diperlukan dalam sebuah penelitian sebagai suatu acuan

bagi peneliti untuk menentukan langkah-langkah atau tahapan-tahapan dari

penelitian tersebut. Berikut ini beberapa ahli menjelaskan pengertian analisis.

Sebuah artikel dalam situs http://de.wikipedia.org/wiki/Analyse

menjelaskan:

’’Eine Analyse ist eine ganzheitliche, systematische Untersuchung, bei der das untersuchte Objekt oder Subjekt in seine Bestandteile zerlegt wird und diese anschlieβend geordnet, untersucht und ausgewertet werden. Dabei dürfen die Vernetzung der einzelnen Elemente und deren Integration nicht auβer Acht gelassen werden’’.

Pengertian di atas memiliki makna bahwa analisis adalah sebuah penelitian

atau riset yang sistematis dan menyeluruh. Pada penelitian tersebut objek atau

subjek yang diteliti diuraikan menjadi komponen-komponennya yang kemudian

disusun, diteliti dan diberikan penilaian. Dalam proses tersebut keterikatan dari

masing-masing elemen dan integrasinya tidak boleh diabaikan.

Secara umum Preuβ (1986:25) mengemukakan bahwa ’’Analyse ist

allgemeine wissenschaftliche Methode der kontrolierten – Zerlegung eines

zusammengesetzten Ganzen mit dem Ziel, es genauer kennenzulernen’’.

Definisi tersebut dapat diartikan sebagai berikut: ’’Analisis adalah metode

ilmiah pengontrolan secara umum, pemecahan sesuatu yang utuh, dengan tujuan

mengenalinya lebih jelas“.

Page 2: Analisi Bahan Ajar

7

Secara singkat dari pengertian di atas analisis dapat diartikan sebagai suatu

proses yang sistematis dalam menguraikan suatu objek atau subjek penelitian

yang untuk selanjutnya disusun dan diberikan penilaian. Begitupun dalam

menganalisis suatu bahan ajar, hal yang diteliti yaitu isi materi pembelajaran,

tema, latihan-latihan, kejelasan petunjuk latihan-latihannya dan evaluasi. Jadi, hal

yang dilakukan oleh peneliti dalam analisis bahan ajar ini yaitu mencoba untuk

mendeskripsikan isi dari bahan ajar tersebut secara lebih terperinci dan

penggunaannya dalam pembelajaran bahasa Jerman, khususnya keterampilan

bahasa Jerman, yaitu keterampilan menulis dan berbicara.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa analisis merupakan

suatu proses penelitian yang dilakukan secara sistematis dan mendalam untuk

menyederhanakan atau menguraikan suatu objek atau subjek penelitian menjadi

komponen-komponen yang lebih kecil atau sederhana dengan tujuan agar konsep

dari penelitian menjadi lebih jelas dan lebih mudah untuk dimengerti. Bahan ajar

yang akan dianalisis di dalam penelitian ini adalah studio d A1 karangan

Hermann Funk, Christina Kuhn, dan Silke Demme.

B. Analisis Bahan Ajar

1. Pengertian Bahan Ajar

Hufeisen dan Marx (2005) yang terdapat dalam situs

www.spz.tudarmstadt.de/kursunterlagen/SeminareHufeisenMarx/iwapdf/CD

mengatakan bahwa bahan ajar adalah ”Eine Sammlung aller Materialien, die im

Page 3: Analisi Bahan Ajar

8

Sprachkurs eingesetz werden (können) oder auch von Schülern zu Hause

erarbeitet werden können”.

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bahan ajar merupakan

sekumpulan materi yang digunakan dalam pengajaran bahasa atau juga dapat

dikerjakan siswa di rumah.

Nurhadi (2005:73) menyatakan bahwa pengertian bahan ajar merupakan

bahan pembelajaran yang sesuai dengan potensi, fisik, kecerdasan intelektual,

sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik. Bahan ajar memungkinkan siswa

dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan

sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi

secara utuh dan terpadu. Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain :

a. Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)

b. Kompetensi yang akan dicapai

c. Isi materi pembelajaran

d. Informasi pendukung

e. Latihan-latihan

f. Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)

g. Evaluasi

h. Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar pada

dasarnya merupakan seperangkat materi yang terdiri dari pengetahuan (fakta,

konsep, prinsip, prosedur), keterampilan dan sikap yang disusun oleh pengajar

dalam kegiatan belajar mengajar untuk disampaikan kepada siswa/mahasiswa

Page 4: Analisi Bahan Ajar

9

untuk dipelajari guna tercapainya keberhasilan tujuan pembelajaran.

2. Pengertian Analisis Bahan Ajar

Bahan ajar yang akan digunakan seharusnya dianalisis terlebih dahulu,

agar dapat diketahui kelebihan dan kelemahannya. Analisis dilakukan terhadap

ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam memanfaatkannya. Cara

menganalisisnya adalah menginventarisasi ketersediaan bahan ajar yang dikaitkan

dengan kebutuhan, sedangkan definisi dari menganalisis bahan ajar itu sendiri

merupakan suatu proses yang sistematis dalam menguraikan suatu objek atau

subjek penelitian yang untuk selanjutnya disusun dan diberikan penilaian

berdasarkan segala bentuk bahan ajar yang digunakan untuk membantu

guru/instruktur dalam melaksanakan belajar mengajar di kelas. Bahan ajar yang

dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Menurut Krumm

dalam situs http://www.tu-dresden.de/sulifg/daf/docs/reader/reader_lwa.pdf

terdapat kriteria tertentu dalam menganalisis bahan ajar, yaitu:

a. Aufbau des Lehrwerks (Susunan bahan ajar) b. Layout (Tampilan) c. Übereinstimmung mit dem Lehrplan (Kesesuaian dengan rencana

pembelajaran) d. Inhalte-Landeskunde (isi atau pokok dari keadaan geografis) e. Sprache (Bahasa) f. Grammatik (Tata bahasa) g. Übungen (Latihan-latihan) h. Die Perspektive der Schüler (Pandangan atau wawasan siswa)

C. Hakikat Bahan Ajar

1. Jenis Bahan Ajar

Sebuah artikel dalam situs http://meetabied.wordpress.com/2009/

11/22/bahan-ajar-dan-pengembangan-bahan-ajar/ mengemukakan bahwa,

Page 5: Analisi Bahan Ajar

10

berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi

empat kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti handout, buku, modul, lembar

kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar

dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan

ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk film. Bahan ajar

multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer

Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan

bahan ajar berbasis web (web based learning materials). Selanjutnya pada karya

tulis ini hanya dibahas tentang bahan ajar cetak.

1) Bahan Ajar Cetak (Printed)

Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk, di antaranya:

a. Handout

Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru

untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Menurut kamus Oxford hal

389, handout is prepared statement given. Handout adalah pernyataan

yang telah disiapkan oleh pembicara. Saat ini handout dapat diperoleh

dengan berbagai cara, antara lain dengan cara down-load dari internet, atau

menyadur dari sebuah buku.

b. Buku

Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan

buah pikiran dari pengarangnya. Isi buku diperoleh dari berbagai cara

misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman,

otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi.

Menurut kamus oxford hal 94, buku diartikan sebagai: Book is number of

Page 6: Analisi Bahan Ajar

11

sheet of paper, either printed or blank, fastened together in a cover. Buku

adalah sejumlah lembaran kertas baik cetakan maupun kosong yang dijilid

dan diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi

suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk

tertulis. Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan

bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik

dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya.

c. Modul

Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta

didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru,

sehingga modul berisi paling tidak tentang:

• Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)

• Kompetensi yang akan dicapai

• Content atau isi materi

• Informasi pendukung

• Latihan-latihan

• Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)

• Evaluasi

• Balikan terhadap hasil evaluasi

Sebuah modul akan bermakna jika peserta didik dapat dengan mudah

menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang

peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih

cepat menyelesaikan satu atau lebih KD (Kompetensi Dasar) dibandingkan

dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian maka modul harus

menggambarkan KD (Kompetensi Dasar) yang akan dicapai oleh peserta

didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik,

dilengkapi dengan ilustrasi.

Page 7: Analisi Bahan Ajar

12

d. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-

lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar

kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan

suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus

jelas KD (Kompetensi Dasar) yang akan dicapainya. Lembar kegiatan

dapat digunakan untuk mata pembelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah

lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik

apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait

dengan materi tugasnya.

e. Brosur

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai

Pustaka, 1996 dijelaskan brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai

suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya

terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran

cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan

atau organisasi Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan

sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari KD (Kompetensi

Dasar) yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi

bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis.

Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya

memuat satu KD (Kompetensi Dasar) saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur

akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.

f. Leaflet

Dalam Webster’s New World, 1996 diungkapkan Leaflet is a

separate sheet of printed matter, often folded but not stitched. Penjelasan

tersebut jika dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia yaitu Leaflet

merupakan bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak

Page 8: Analisi Bahan Ajar

13

dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara

cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang

sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga

harus memuat materi yang dapat membantu peserta didik untuk menguasai

satu atau lebih KD (Kompetensi Dasar).

g. Wallchart

Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses

atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart

terlihat lebih menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain

dengan menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik.

Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu melaksanakan

pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar.

Karena didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart harus memenuhi

kriteria sebagai bahan ajar antara lain memiliki kejelasan tentang KD

(Kompetensi Dasar) dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta

didik, diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara menggunakannya.

Sebagai contoh wallchart tentang siklus makhluk hidup binatang antara

ular, tikus dan lingkungannya.

h. Foto/Gambar

Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan

dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu

rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian

foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya

menguasai satu atau lebih KD (Kompetensi Dasar).

2. Penyusunan Bahan Ajar Cetak

Dalam menyusun bahan ajar yang perlu diperhatikan adalah bahwa

judul atau materi yang disajikan harus berintikan KD (Kompetensi Dasar)

Page 9: Analisi Bahan Ajar

14

atau materi pokok yang harus dicapai oleh peserta didik. Pernyataan di

atas diperjelas juga dalam situs http://www.docstoc.com/docs/2864110/5-

PANDUAN-PEMGEMBANGAN-BAHAN-AJAR_270208 oleh Suryanto

bahwa bahan ajar cetak harus memperhatikan beberapa hal sebagai

berikut:

a. Susunan tampilan, yang menyangkut: Urutan yang mudah, judul

yang singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas,

rangkuman, dan tugas pembaca.

b. Bahasa yang mudah, yang menyangkut: kelengkapan kosa kata,

jelasnya kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak

terlalu panjang.

c. Menguji pemahaman, yang menyangkut: penilaian melalui

pembaca, check list untuk pemahaman.

d. Stimulan, yang menyangkut: mudah tidaknya dilihat, tulisan

mendorong pembaca untuk berfikir, menguji stimulan.

e. Kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata

(huruf yang digunakan tidak terlalu kecil dan mudah dibaca), urutan

teks terstruktur, mudah dibaca.

f. Materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan

kajian, lembar kerja (work sheet).

3. Kriteria Analisis Bahan Ajar

Dalam situs www.dikmenum.go.id diungkapkan bahwa dalam

menggunakan bahan ajar perlu adanya pemilihan dan penentuan bahan

Page 10: Analisi Bahan Ajar

15

ajar, hal tersebut dimaksudkan untuk memenuhi salah satu kriteria bahwa

bahan ajar harus menarik, dapat membantu siswa untuk mencapai

kompetensi. Sehingga bahan ajar dibuat sesuai dengan kebutuhan dan

kecocokan dengan KD yang akan diraih oleh peserta didik. Jenis dan

bentuk bahan ajar ditetapkan atas dasar analisis kurikulum dan analisis

sumber bahan sebelumnya. Senada dengan pendapat di atas, bahwa Kast

dan Neuner dalam http://www.tu-

dresden.de/sulifg/daf/docs/reader/reader_lwa.pdf mengemukakan

pendapatnya yaitu

’’Jede Analyse braucht Kriterien. In ihrer Zusammenstellung in form einer Liste werden sie übersichtlich und damit anwendbar. In dieser Form gewährleisten sie eine relative Vergleichbarkeit der Ergebnisse ihrer Anwendung auf unterschiedliche Werke’’.

Teori tersebut dapat diartikan bahwa setiap analisis bahan ajar

membutuhkan kriteria penilaian bahan ajar. Kriteria penyusunan bahan

ajar itu disusun dalam daftar yang jelas supaya dapat digunakan. Dengan

demikian setiap bahan ajar dapat dibandingkan kegunaannya dari berbagai

karya. Sesuai dengan penjelasan di atas, maka Kast dalam http://www.tu-

dresden.de/sulifg/daf/docs/reader/reader_lwa.pdf mendeskripsikan juga

beberapa kriteria dalam menganalisis bahan ajar, khususnya dalam

penelitian ini akan menganalisis keterampilan menulis dan keterampilan

berbicara, yakni sebagai berikut:

1) Kriteria Menganalisis Bahan Ajar Keterampilan Menulis

a) Gibt es Übungen, die schriftliche Kommunikation vorbereiten,

aufbauen, strukturieren und simulieren?

Page 11: Analisi Bahan Ajar

16

(Adakah latihan-latihan yang mempersiapkan, kemudian

mengembangkan, melatihkan struktur dan mensimulasikan komunikasi

tertulis?)

b) Gibt es satzüberschreitende Übungen?

(Adakah latihan membuat ataupun menyusun kalimat?)

c) Gibt es neben pragmatischen Schreibaufträgen auch kreative, die

Phantasie ansprechende üben?

(Adakah latihan kreatif yang melatih imajinasi, selain latihan menulis

pragmatis?)

d) Liegt den Schreibübungen ein erkennbares Modell zum

Schreiblernprozeβ zugrunde?

(Adakah model atau contoh latihan menulis yang dapat dikenali oleh

pembelajar berdasarkan proses belajar menulis?)

e) Gibt es Übungen, Hinweise, die den Schüler von ersten systematischen

Planungsschritten zum linearen Formulieren/Entwerfen führen?

(Adakah latihan, petunjuk-petunjuk yang mengarahkan siswa dari

langkah-langkah perencanaan awal yang sistematik menuju

perumusan/konsep linear?

2) Kriteria Menganalisis Bahan Ajar Keterampilan Berbicara

a) Sind beide Aktivitäten berücksichtigt?

(Apakah kedua aktivitas tersebut diperhatikan?)

b) Welche Lernziele, die auch Sie für relevant halten, strebt das Lehrwerk

an?

Page 12: Analisi Bahan Ajar

17

(Tujuan belajar apa yang ingin dicapai bahan ajar tersebut?)

c) Welche sozialen Domänen spielen im Lehrwerk welche Rolle?

(Aspek sosial apakah yang terdapat dalam bahan ajar tersebut, dan

peran apa yang dimainkan?)

d) Was ist überakzentuiert? Was fehlt?

(Aksen apa saja yang dibahas secara berlebihan? Apa yang kurang?)

e) Unterbreitet das Lehrwerk Angebote für Kommunikationssituationen,

in denen sich Mutter- und Fremdsprachler gegenüberstehen? Wie wird

dieser Aspekt berücksichtigt?

(Apakah penyajian bahan ajar tersebut menyampaikan situasi

komunikasi dalam bahasa ibu dan bahasa asing secara langsung? Dan

bagaimana aspek ini diperhatikan?)

f) Gibt es Übungen, die mündliche Kommunikation vorbereiten,

aufbauen, strukturieren und simulieren?

(Adakah latihan-latihan yang mempersiapkan, kemudian

mengembangkan, melatih struktur dan mensimulasikan komunikasi

lisan?

g) Werden die Situationen beschrieben, in denen gesprochen werden soll

(situationelle Einbettung)?

(Apakah situasi-situasi percakapan digambarkan?

h) Sind die Übungsangebote motivierend?

(Apakah latihan yang ditawarkan dapat memotivasi siswa?)

Page 13: Analisi Bahan Ajar

18

i) Werden attraktive und abwechslungsreiche (Sprachliche und

nichtsprachliche) Sprechanlässe angeboten?

(Apakah dasar-dasar dalam berbicara ditawarkan dengan menarik dan

bervariasi (Linguistik dan nonlinguistik)?

j) Gibt es Strukturierungshilfen und Redemittelangebote für die zu

übenden Äuβerungen?

(Adakah kata bantu penataan kalimat dan penyajian kata bantu untuk

melatih ucapan?)

k) Gibt das Lehrerhandbuch Hinweise, wie Sprechfertigkeitsübungen

vorbereitet, durchgeführt und evaluiert werden können?

(Apakah buku petunjuk guru memberikan petunjuk bagaimana latihan

berbicara dipersiapkan, kemudian dilaksanakan dan dievaluasi?)

l) Sind Übungsangebote vorhanden, um das dialogische und

monologische Sprechen zu üben?

(Apakah tersedia latihan untuk melatih berbicara dalam dialog dan

monolog?)

m) Gibt es gesprächsvorbereitende Übungen?

(Adakah latihan yang mempersiapkan sebuah percakapan?)

n) Gibt es variierende Übungen zu den Lehrwerktexten?

(Adakah latihan variasi untuk teks bahan ajar tersebut?)

o) Gibt es Strukturierungshilfen und Redemittelangebote für die

Sprechaufträge?

Page 14: Analisi Bahan Ajar

19

(Adakah bantuan penataan kalimat dan penyajian Redemittel untuk

kegiatan pidato?)

3) Bentuk Latihan Keterampilan Menulis

Kast (1999:34) menyatakan terdapat beberapa kriteria latihan

keterampilan menulis di antaranya:

1. Vorbereitende Übungen: Wörter und Ideennetze

(Latihan persiapan: jaringan kata dan jaringan ide)

Adapun Kriteria yang termasuk pada Vorbereitende Übungen yaitu:

1) Wortschatzerweiterung und-differenzierung

(Perluasan dan diferensiasi kosakata)

A. Einfache Schriftliche Übungen zum Abbau von

Schreibhemungen

(Latihan menulis sederhana untuk mengurangi kendala

menulis)

Yang termasuk kedalam latihan ini adalah:

a. Wortkette (Rantai kata)

b. Wörtschlangen (Deretan kata)

c. Satzschlange (Deretan kalimat)

d. Wortsätze (Gabungan kalimat)

e. Ich buchstabiere mich (Mengeja nama sendiri)

B. Thematische gebundene Wortschatz Übungen zur Vorbereitung

von Textproduktion

(Latihan kosakata tematik untuk persiapan produksi teks)

Page 15: Analisi Bahan Ajar

20

Berdasarkan penelitian bahwa para siswa menyukai kegiatan

menulis tentang jati dirinya, keluarganya, sosialnya, dan

kehidupannya dengan lingkungan sekitar. Contohnya sebagai

berikut:

a. Familie (Keluarga)

b. Hobby (Hoby)

c. Mein Zimmer/unsere Wohnung/unser Haus (Ruangan milik

saya/tempat tinggal milik kami/rumah milik kami)

C. Aufbauende Übungssequenz zur Vorbereitung von

Textproduktion

(Latihan pengembangan untuk persiapan produksi teks)

a. Urlaub (Liburan)

b. Wort-Kombinationen (Gabungan kata)

2) Assoziagramme und andere ‘’Ideennetze’’

(Assosiagram dan jaringan ide)

Yang termasuk kedalam latihan ini yaitu:

a. Assoziogramm (Assosiagram)

b. ‘’Brainstorming’’ und ‘’Mind-Map’’

(Memikirkan dan membuat tulisan tentang suatu hal yang dapat

dikemukakan berdasarkan batas-batas yang telah ditetapkan.)

2. Aufbauende Übungen: Wörter werden Sätze, werden Texte

(Latihan pengembangan: Kata-kata menjadi kalimat, kalimat-kalimat

menjadi sebuah teks)

Page 16: Analisi Bahan Ajar

21

Yang termasuk ke dalam kriteria ini yaitu:

1) Satzgliedstellung im Satz oder: Bekanntes und neue Information im

Text

(Urutan bagian kalimat dalam kalimat atau: Informasi yang dikenal

ataupun baru dalam sebuah teks)

2) Konnektoren verbinden Sätze und stellen Beziehungen her

(Konektor yang menghubungkan dan menggabungkan kalimat )

3) Satzkombinationen oder: Wie man aus mehreren Sätzen einen macht

(Gabungan kalimat atau: Bagaimana seseorang membuat sebuah

kalimat dari beberapa kalimat)

4) Weitere Übungsmöglichkeiten, um Sätze mit einen der zu

kombinieren?

(Alternatif latihan lain untuk menggabungkan kalimat-kalimat?)

5) Referenzen helfen, aus einzelnen Sätzen einen Text zu machen

(Referensi membantu untuk membuat sebuah teks dari kalimat-

kalimat)

6) Personenbeschreibung (Mendeskripsikan seseorang)

3. Strukturierende Übungen: gesteuerte Textproduktion

(Latihan penataan: produksi teks yang terbimbing)

Yang termasuk ke dalam kriteria ini yaitu:

1) Ein Dialog wird eine Erzählung (Sebuah dialog menjadi sebuah

cerita)

2) Textergänzungen (Melengkapi teks)

Page 17: Analisi Bahan Ajar

22

3) Von Text zum Wort zum Satz zum Text (Dari teks ke kata ke kalimat

dan kembali ke teks)

Vom Text zum Text: Perpektivenwechsel (Dari teks ke teks:

Perubahan pandangan)

4) Von Text zum Text: Eine Zusammenfassung schreiben (Dari teks ke

teks: Menulis sebuah ringkasan)

5) Von der Bildergeschichte zum Text (Dari cerita bergambar menjadi

sebuah teks)

6) Vom Bild zum Wort zum Satz zum Text (Dari gambar ke kata ke

kalimat lalu ke sebuah teks)

7) Textbaupläne und Textfunktionen (Rancangan teks dan fungsi teks)

4. Kreatives und freies Schreiben (Menulis kreatif dan bebas)

Yang termasuk ke dalam kriteria ini adalah:

1) Bildliches und begriffliches Denken (Pemikiran figuratif dan

konseptual)

2) Schreibanstöβe (Inisiatif menulis)

3) Schreiben allein oder in der Gruppe? (Menulis secara individu atau

dalam kelompok?)

5. Kommunikatives, auf reale Kommunikationssituationen bezogenes

Schreiben

(Menulis komunikatif, berdasarkan situasi komunikasi yang nyata)

Yang termasuk ke dalam kriteria ini yaitu:

Page 18: Analisi Bahan Ajar

23

1) Wer bin ich?- Vom Sprechen zum Briefschreiben

(Siapakah saya? – Dari berbicara ke menulis surat)

2) Übungen zum formalen Aufbau von Briefen

(Latihan untuk pembentukan formal surat)

3) Den Inhalt eines Briefes entschlüsseln: Lesestrategien

(Mendeskripsikan isi surat: Strategi membaca)

4) Briefe schreiben mit Hilfe von Vorgaben

Menulis surat dengan menggunakan kata bantu yang telah disediakan

5) Persönliche und formelle Biefe: Wo liegt der Unterschied?

(Surat pribadi dan surat resmi: Di mana letak perbedaannya?)

6) Lesebrief und Protokoll (Surat pembaca dan berita acara)

7) Zwischen Banalität und Fiktionalität (Antara banalitas dan

fiksionalitas)

Sebagai pelengkap bentuk – bentuk latihan keterampilan

menulis (Schreibfertigkeit) di atas, terdapat pula bentuk – bentuk latihan

lainnya yang dijelaskan oleh Albers dan Bolton (1995:27-31), di

antaranya:

1. Offene Aufgaben (Tugas terbuka atau bebas)

Terbuka atau bebas artinya latihan atau pertanyaan yang

memerlukan jawabab relatif bebas dan merupakan suatu ungkapan

yang berasal dari pemikiran sendiri, contohnya pelafalan dalam ujian

Page 19: Analisi Bahan Ajar

24

percakapan, menulis menulis sebuah surat yang menggunakan kata

bantu, dan menulis sebuah cerita.

2. Halboffene Aufgaben (Tugas semi terbuka atau semi bebas)

Begitupula dengan latihan semi terbuka atau semi bebas

pembelajar juga dituntut untuk dapat merumuskan sendiri jawaban

tetapi konteksnya dibatasi. Halboffene Aufgaben di antaranya:

a. Ergänzungsaufgaben (Latihan melengkapi)

Pembelajar dituntut dapat mengisi bagian-bagian yang

rumpang, contohnya dengan mengisikan kata kerja, preposisi,

ataupun dengan kata-kata yang tepat.

b. Lückentexte (Teks rumpang)

Pembelajar dituntut mampu mengisi sebuah teks yang

belum sempurna dengan menggunakan kata yang sesuai dengan

kamus atau menurut struktur tata bahasa. Contohnya sebuah surat

yang belum sempurna harus dilengkapi dengan preposisi dan

artikel.

c. Cloze-Test (Cloze-Tes)

Cloze-Test memiliki kemiripan dengan tipe Lückentexte,

yaitu melengkapi rumpang, tetapi memiliki perbedaannya juga

yaitu dalam Cloze-Test hal yang harus diperhatikan adalah

mekanisme letak kata-katanya, artinya setiap kata kedelapan pada

bagian akhir kalimat dikosongkan dan harus diisi dengan kata

yang tepat.

Page 20: Analisi Bahan Ajar

25

3. Geschlosene Aufgaben (Tugas tertutup/terikat)

Setiap pembelajar dituntut untuk dapat menjawab dengan

cara memilih jawaban yang tersedia. Tentu saja latihan ini dapat

dijawab dengan tidak merumuskan sendiri, melainkan hanya dijawab

dengan cara memilih kata-kata yang tersedia. Adapun tipe-tipe yang

dimiliki oleh geschlosene Aufgaben yaitu:

a. Multiple-choice-Aufgaben (Latihan pilihan)

Pada umumnya tipe ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Latihan dapat diawali dengan sebuah pertanyaan atau kalimat.

2) Jawaban kemungkinan dari pertanyaan yang tersedia yaitu

sebanyak 2 buah dari 4 alternatif jawaban, tetapi hanya ada 1

buah pilihan jawaban yang benar.

3) Ja/Nein-Aufgaben-Richtig/Falsch-Aufgaben (Latihan benar

atau salah). Latihan ini biasanya digunakan dalam latihan

keterampilan menyimak dan membaca. Dalam hal ini

pembelajar harus dapat menentukan jawaban, apakah kata

tersebut terdapat dalam pernyataan/teks atau tidak.

4) Zuordnungsaufgaben (Menyusun). Dalam latihan ini

pembelajar harus menyusun atau mencocokkan bagian yang

satu dengan yang lainnya. Misalnya dalam ujian Wortschatz,

menyusun kata sesuai dengan kategorinya

Page 21: Analisi Bahan Ajar

26

4) Bentuk Latihan Keterampilan Berbicara

Schatz (2006:43) menyatakan bahwa terdapat beberapa kriteria

latihan berbicara di antaranya:

1. Übungen und Aufgaben, die mündliche Kommunikation vorbereiten

(Latihan dan tugas untuk mempersiapkan komunikasi lisan)

Adapun yang termasuk ke dalam tipe latihan ini yaitu:

1) Aussprache: Artikulation und Intonation (Artikulasi dan intonasi)

Adapun yang termasuk ke dalam Aussprache yaitu:

a. Satzmelodie (Melodi kalimat)

b. Satzakzent (Aksen kalimat)

c. Wortakzent (Aksen kata)

d. Einzellaute (Suara terpisah)

e. Lautkombinationen (Kombinasi bunyi)

2) Aufbau und Festigung eines Mitteilungswortschatzes

(Pembentukan dan pengokohan kosakata komunikasi)

a. Verstehenswortschatz und Mitteilungswortschatz (Pemahaman

perbendaharaan kata dan komunikasi)

b. Orientierungshilfe Wortschatzkartei (Bantuan keterangan

daftar kosakata)

c. Mehrkanaliges Wortschatzlernen (Belajar kosakata dengan

berbagai cara)

d. Kontext und Assosiagramm (Konteks dan assosiagram)

Page 22: Analisi Bahan Ajar

27

e. Übungen um flüssig sprechen zu lernen (Latihan untuk

berbicara lancar)

a) Kettenübungen (Latihan berantai)

b) Partnerübungen (Latihan dengan partner)

c) Bildgesteuerte übungen (Latihan dengan bantuan

gambar)

3) Diskursmittel (Perangkat wacana lisan)

a. Progression bei der Vermittlung von Diskursmittel

(Perkembangan dalam pembelajaran/penyampaian perangkat

wacana lisan)

b. Situations-und adressatengerechte Anwendung der

Diskursmittel

(Penerapan perangkat wacana lisan berdasarkan situasi dan hal

yang dituju)

c. Diskursmittellisten (Daftar perangkat wacana lisan)

d. Kompensationsstrategien (Strategi kompensasi)

4) Grammatik und Sprechen (Tata bahasa dan berbicara)

a. Visualisierung von Regeln (Visualisasi aturan-aturan)

b. Übungen zum Satzaufbauen (Latihan pengembangan kalimat)

c. Übungen mit Bildern (Latihan dengan gambar)

a) Bildgesteuerte Grammatikübungen (Latihan tata bahasa

dengan bantuan gambar)

b) Bildbeschreibung (Pendeskripsian gambar)

Page 23: Analisi Bahan Ajar

28

5) Spiele (Permainan)

a. Ratespiele (Kuis)

b. Kartenspiele (Permainan kartu)

c. Würfelspiele (Permainan dadu)

2. Übungen und Aufgaben, die mündliche Kommunikation aufbauen und

Strukturieren (Latihan dan tugas yang mengembangkan dan melatih

struktur komunikasi lisan)

1) Merkmale gesprochener dialogischer Sprache

(Ciri khas bahasa dialogis atau bahasa lisan)

a. Partikelgebrauch (Penggunaan partikel)

b. Gambits/Schach (Gambits/catur sebagai permulaan dalam

pembelajaran)

c. Ellipsen (Elipsis/yang berhubungan dengan permainan kata)

2) Dialogarbeit und Dialoggeländer

(Latihan dialog dan dialog yang dibatasi)

a. Vom Modelldialog zum Dilaoggeländer

(Dari dialog model menuju dialog yang dibatasi)

b. Vom Dialoggeländer zum Dialogvarianten

(Dari dialog yang dibatasi menuju variasi dialog)

3) Übungen und Aufgaben zum Telefonieren

(Latihan dan tugas untuk membuat panggilan telepon)

4) Fragen stellen und Interviews vorbereiten

Page 24: Analisi Bahan Ajar

29

(Bertanya dan mempersiapkan wawancara)

a. Fragen üben mit Kärtchen (Melatih pertanyaan dengan kartu)

b. Fragen üben mit Bildern (Melatih pertanyaan dengan gambar)

c. Interviews (Wawancara)

5) Diskutieren und argumentieren (Berdiskusi dan berargumen)

a. Pro und Kontra-Diskussion (Diskusi pro dan kontra)

b. Klärungsgespräche (Percakapan untuk penjelasan)

6) Monologische Redebeiträge und erzählen (Pidato monolog dan

bercerita)

a. Erzählen und strukturieren (Bercerita dan menata pola kalimat)

b. Erzählen auf der Grundlage von Stichpunkten (Bercerita

berdasarkan poin-poin yang tersedia)

c. Erstellen von Wortgeländern (Membuat kalimat dari kata yang

ditentukan)

d. Geschichten zu Ende erzählen (Menceritakan cerita hingga

selesai)

e. Perspektivenwechsel (Perubahan perspektif)

f. Geschichten zu Bildern und Bildgeschichten (Cerita tentang

gambar-gambar dan cerita bergambar)

3. Übungen und Aufgaben, die mündliche Kommunikation simulieren

(Latihan dan tugas-tugas yang mensimulasikan komunikasi lisan)

1) Möglichkeiten und Wirkung von Rollenspielen (Kemungkinan

dan efek dari bermain peran)

Page 25: Analisi Bahan Ajar

30

2) Rollenspiele als Vorbereitung auf Alltagssituationen (Bermain

peran sebagai persiapan untuk menghadapi situasi sehari-hari)

3) Rollenspiele mit fiktiven Rollen (Bermain peran dengan peran

fiktif)

4) Planspiele (Simulasi)

D. Keterampilan Menulis dan Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman

1. Pengertian Keterampilan Menulis Bahasa Jerman

Jung (1992:12) mengungkapkan bahwa

’’... Schreiben eine höchst komplexte Fertigkeit ist, die eine sprachliche und gedankliche Tätigkeit bei gleichzeitigen Kenntnis im Bereich des Wortschatzes, der Grammatik, der Textkonstruktion und dem jeweiligen thematischen Bereich verlangt’’.

Definisi di atas dapat diartikan bahwa menulis merupakan

keterampilan yang paling kompleks yang berkaitan dengan kegiatan tata

bahasa dan teori dan dalam waktu bersamaan menuntut pengetahuan

perbendaharaan kata, tata bahasa, penyusunan teks secara sistematis.

Tarigan mengungkapkan (1986:21) dalam situs

http://aldonsamosir.wordpress.com/menulis/ bahwa menulis atau mengarang

adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan

penulis dapat dipahami pembaca. Pendapat Tarigan tersebut mengacu kepada

menulis sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran berdasarkan

aturan-aturan tertentu. Artinya, segala ide, pikiran, dan gagasan yang ada pada

penulis disampaikan dengan cara menggunakan lambang-lambang bahasa

Page 26: Analisi Bahan Ajar

31

yang terpola. Melalui lambang-lambang tersebutlah pembaca dapat

memahami apa yang dikomunikasikan penulis.

Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa, menulis berkaitan erat

dengan aktivitas berpikir. Keduanya saling melengkapi. Costa (1985:103)

dalam situs http://aldonsamosir.wordpress.com/menulis/ mengemukakan

bahwa menulis dan berpikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara

bersama dan berulang-ulang.

Mengemukakan gagasan secara tertulis tidaklah mudah. Di samping

dituntut kemampuan berpikir yang memadai, juga dituntut berbagai aspek

terkait lainnya. Misalnya penguasaan materi tulisan, pengetahuan bahasa tulis,

motivasi yang kuat, dan lain-lain. Paling tidak menurut Harris (1977:68)

dalam situs http://aldonsamosir.wordpress.com/menulis/ seorang penulis

harus menguasai lima komponen tulisan, yaitu: isi (materi) tulisan, organisasi

tulisan, kebahasaan (kaidah bahas tulis), gaya penulisan, dan mekanisme

tulisan. Kegagalan dalam salah satu komponen dapat mengakibatkan

gangguan dalam menuangkan ide secara tertulis.

Mengacu kepada pemikiran di atas, jelaslah bahwa menulis bukan

hanya sekedar menuliskan apa yang diucapkan (membahasatuliskan bahasa

lisan), tetapi merupakan suatu kegiatan yang terorganisir sedemikian rupa

sehingga terjadi suatu tindak komunikasi (antara penulis dan pembaca). Bila

apa yang dimaksudkan oleh penulis sama dengan yang diamaksudkan oleh

pembaca, maka seseorang dapat dikatakan telah terampil menulis.

Page 27: Analisi Bahan Ajar

32

2. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa

Menurut Tarigan (2008 : 3) Menulis merupakan suatu keterampilan

berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung,

tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan

yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah

terampil memanfaatkan grafolegi, struktur bahasa, dan kosa kata.

Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus

melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.

Seperti yang dikutip oleh Tarigan (2008:4), Morsey (1976:122)

mengatakan ’’Menulis merupakan kegiatan melaporkan atau memberitahukan

maksud serta tujuan yang ada dalam pikiran seseorang kepada orang lain, dan

hal seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat

menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini

bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur

kalimat’’. Maksud dari tulisan di atas adalah menulis yang baik hanya dapat

dilakukan oleh seseorang yang dapat menyusun pikirannya dengan cara

pemakaian kata-kata yang tepat, dan struktur kalimat yang benar. Senada

dengan Morsey, Krumm (1989:6) yang terdapat dalam Kast (1999:21)

berpendapat:

“Schreiben eng mit der Entwicklung unseres Denkens, mit

Ordnungsprinzipien verknüpft ist; Schreiben hilft uns, unsere noch

unsystematischen‚’’chaotischen’’ Gedanken zu ordnen und zu strukturieren“.

Page 28: Analisi Bahan Ajar

33

Pendapat Krumm di atas dapat diartikan bahwa menulis dapat

membantu pikiran seseorang yang tidak sistematis menjadi terstruktur.

3. Hubungan antara Menulis dan Berbicara

Tarigan (2008 : 12) mengatakan terdapat hubungan erat antara

menulis dan berbicara, keduanya memiliki ciri yang sama, yaitu produktif dan

ekspresif. Perbedaannya adalah bahwa dalam menulis diperlukan penglihatan

dan gerak tangan, sedangkan dalam berbicara diperlukan pendengaran dan

pengucapan. Dengan perkataan lain, menulis merupakan komunikasi tidak

langsung, tidak tatap muka, sedangkan berbicara merupakan komunikasi

langsung, yaitu komunikasi tatap muka. Baik menulis maupun berbicara,

harus memperhatikan komponen-komponen yang sama, yaitu: struktur

kata/bahasa, kosa kata, kecepatan/kelancaran umum; bedanya ialah bahwa

kalau menulis berkaitan dengan ortografi, berbicara berkaitan erat dengan

fonologi.

Senada dengan pendapatnya Tarigan, Kast (1999 : 21) mengatakan

bahwa terdapat juga hubungan antara menulis dan berbicara yaitu

’’Bei beiden Tätigkeiten wird ein Inhalt konzipiert, werden sprachliche

Mittel ausgewählt und Wörter zu Sätzen verknüpft. Beim Schreiben, vor allem

Anfangsstadium, von einem inneren Sprechen begleitet ist’’.

Isi dari penjelasan tersebut yaitu, dari keterampilan menulis dan

berbicara ini dirancang satu kesatuan pokok, yang dipilih sebagai alat

kebahasaan dan merangkai kata demi kata ke dalam kalimat. Melalui tulisan

Page 29: Analisi Bahan Ajar

34

seseorang, secara tidak langsung dapat mewakili perkataannya sesuai isi hati

dan pikiran.

4. Pengertian Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman

Tarigan (2008:16) mengungkapkan bahwa kemampuan berbicara

adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan

kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran,

gagasan, dan perasaan. Tujuan utama dari berbicara adalah untuk

berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif,

sebaiknya pembicara betul-betul memahami isi pembicaraannya. Pernyataan

tersebut senada dengan Albert [et al], (1961:39) dalam Tarigan (2008:29)

yaitu berbicara secara efektif merupakan suatu unsur yang penting terhadap

keberhasilan seseorang dalam semua bidang kehidupan.

Pada dasarnya berbicara adalah sarana atau alat bagi manusia untuk

mengekspresikan diri, mengungkapakan gagasan dan pikirannya dengan

menggunakan bahasa lisan sesuai dengan kemampuannya, baik secara

berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Keterampilan berbicara merupakan

suatu keterampilan berbicara yang sifatnya produktif dan kompleks karena

pembelajar dituntut untuk dapat menyampaikan ide, pikiran, dan pendapatnya

sendiri dengan bahasa yang baik, tepat dan benar. Oleh karena itu untuk dapat

berbicara dalam suatu bahasa secara baik, pembicara harus menguasai lafal,

struktur, dan kosakata. Di samping itu, diperlukan juga penguasaan masalah

dan gagasan yang akan disampaikan serta kemampuan memahami bahasa

dengan mitra bicara.

Page 30: Analisi Bahan Ajar

35

Lebih jauh lagi Wilkin dalam Oktarina (2002) yang terdapat dalam

situs http: //aldonsamosir.files.wordpress.com menyatakan bahwa

keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena

komunikasi terjadi melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan

tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda.

Seiring dengan pendapat di atas, Bolte (1996:4) berpendapat bahwa

’’Sprechen ist soziale Interaktion, zum Sprechenden gehört der Zuhörende’’.

Artinya, berbicara merupakan interaksi sosial antara pembicara dan

pendengar. Begitupun dengan kegiatan di dalam kelas, agar lebih efektif dan

tidak monoton dan terjadi interaksi antara murid dengan murid ataupun murid

dengan guru maka Münkel dan Roland (1991:21) mengklasifikasikan aktivitas

berbicara di dalam kelas ke dalam 3 bentuk berbicara, yaitu:

a. Nachsprechen (wörtliches Wiederholen), das (wörtliche) Nachsprechen von mundlichen Äuβerungen (meist des Lehrers oder einer Kassettenaufnahme) . Dazu wollen wir an dieser Stelle auch das laute Vorlesen von geschriebenen Texten oder Textteilenrechnen.

Kesimpulannya adalah pengajar ataupun dari suara kaset mengucapkan

kata-kata dengan jelas, kemudian pembelajar mengulanginya lagi.

b. Reproduzierende Sprechen, d.h. ein Sprechen, dessen Inhalte weitgehend festgelegt sind (z.B. die Sätze für Grammatische Übungen oder Texte, die übersetzen sind, bzw.), deren Inhalt ganz oder teilweise wiederzugeben ist. Bei dieser Art Sprechen muβ der Schüler eine kleinere oder gröβere sprachliche Eigenleistung erbringrn, die Inhalte sind ihm vorgegeben.

Penjelasan di atas dapat diartikan bahwa yang disebut dengan

reprozierende Sprechen yaitu pembelajar dapat menjelaskan isi dari latihan

dalam bentuk lisan, sebagai contoh ketika pembelajar bahasa Jerman

Page 31: Analisi Bahan Ajar

36

menerjemahkan sebuah teks dengan memperhatikan penggunaan gramatik

dengan tepat.

c. Freies Sprechen, das heiβt, der Schüler gebraucht in einer ganz bestimmten Situation die fremde Sprache, um eine Sprechabsicht zu erreichen: er will sich entschuldigen, mit einem anderen sprechen, etwas von sich erzählen. Er bestimmt zumindest teilweise sowohl die sprachliche Form als auch die Inhalte.

Berdasarkan uraian di atas bahwa pembelajar dapat berbicara bebas

dengan menggunakan bahasa asing, khususnya bahasa Jerman. Contohnya

mereka dapat menceritakan secara bebas tentang dirinya.

5. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa

Seperti yang dikutup oleh Tarigan (2008 : 3), Greene & Petty

(1971:39-40) menyatakan bahwa berbicara adalah suatu keterampilan

berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh

keterampilan menyimak, dan pada masa tersebut kemampuan berbicara atau

berujar dipelajari. Berbicara tentu saja berhubungan erat dengan

perkembangan kosakata yang diperoleh dari sang anak melalui kegiatan

menyimak dan membaca.

Menguasai bahasa asing bukanlah hal mudah, begitupun dengan

berbicara menggunakan bahasa asing, dalam hal ini bahasa Jerman. Seringkali

terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat seseorang untuk berbicara.

Maka dari itu untuk mengungkap faktor apa saja yang menghambat dalam

berbicara bahasa asing, muncullah hasil dari riset yang diungkapkan oleh

Bayerische Landesjugendamt (2002:2)

Page 32: Analisi Bahan Ajar

37

“Da beim Erlernen der Sprache sehr viele Faktoren beteiligt sind,

können Verzögerungen oder Störungen der Sprachentwicklung vielfältige

Ursachen haben. Es lassen sich jedoch vier Ursachengruppen

zusammenfassen’’

Ketika seseorang mempelajari suatu bahasa akan menemukan

banyak faktor, yaitu kelambatan ataupun gangguan dalam perkembangan

bahasa dapat menimbulkan berbagai sebab. Adapun penyebabnya dapat

disimpulkan ke dalam 4 kelompok, yaitu:

a. Organische Ursachen:

Wie etwa eine Hörschwäche, Fehlbildung der beteiligten Sprechorgane

oder neurologische Störungen und Schädigungen.

Penyebab organ-organ tubuh: Seperti pendengaran yang lemah,

kesalahan dari pembentukan organ bicara atau yang berkaitan dengan

gangguan dan kerusakan syaraf.

b. Psychische Ursachen:

Da Sprache immer im Zusammenhang mit zwischenmenschlichen

Kontakten verwendet wird, können sich Ängste, Aggressionen oder

Unsicherheiten auch auf sprachliche Fähigkeiten auswirken.

Penyebab psikis: Karena bahasa selalu digunakan dalam kaitan

berinteraksi antar manusia, maka rasa takut, serangan, ataupun

ketidakyakinan dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa.

Page 33: Analisi Bahan Ajar

38

c. Unzureichende Lernmöglichkeiten:

Wenn Kinder kaum Gelegenheit haben, sich zu äuβern, weil der

Gesprächspartner zu viel, zu schnell oder zu kompliziert spricht, verlieren

sie leicht die Motivation, selbst mehr zu sprechen.

Kesempatan belajar yang tidak mencukupi: Ketika anak-anak hampir

tidak mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya, hal

tersebut dikarenakan terlalu banyak mitra berbicara, terlalu cepat atau

terlalu rumit, sehingga mereka dengan mudah kehilangan motivasi untuk

berbicara lebih banyak lagi.

d. Erbliche

Ursachen:

Möglicherweise bestehen erblich bedingte Anlagen für dia Entwicklung

von Sprachstörungen.

Penyebab turun temurun/genetis: Tidak menutup kemungkinan

penyakit turun temurun yang bersifat genetis mengganggu pada

perkembangan dalam berbahasa. Manusia adalah makhluk sosial yang

selalu berinteraksi untuk menyampaikan ide ataupun gagasan yang

disampaikan satu sama lainnya, baik dalam lingkungan keluarga sekolah

ataupun masyarakat. Dalam lingkungan sekolah, khususnya pembelajaran

bahasa asing, maka pembelajar diharapkan mampu dalam berbicara bahasa

asing, khususnya bahasa Jerman. Tetapi pada kenyataannya keterampilan

berbahasa asing tidaklah mudah untuk dilakukan oleh setiap orang, karena

Page 34: Analisi Bahan Ajar

39

pembicara dituntut untuk mengungkapkan pendapat atau idenya dan

berusaha supaya dapat dimengerti oleh mitra pembicaranya.

Dengan demikian seorang pengajar bahasa asing, khususnya

bahasa Jerman harus pandai dalam memilih materi atau bahan ajar yang

dapat menunjang maupun memudahkan untuk belajar berbahasa asing.

E. Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berbicara

Untuk dapat menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara selain

harus memberikan kesan bahwa ia menguasai masalah yang dibicarakan, si

pembicara juga harus memperlihatkan keberanian dan kegairahan. Selain itu

pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat. Arsjad dan Mukti U.S. (1993:

17-20) dalam http://dualmode.depag.go.id/file/dokumen/INDO6.pdf ada beberapa

faktor yang harus diperhatikan oleh si pembicara untuk keefektifan berbicara,

yaitu faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan, sebagai berikut:

1. Faktor-faktor Kebahasaan sebagai Penunjang Keefektifan Berbicara

a. Ketepatan ucapan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi

bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat

mengalihkan perhatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi

yang digunakan setiap orang tidak selalu sama. Masing-masing individu

mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai berubah-ubah sesuai

dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan tetapi, kalau

perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok, sehingga menjadi suatu

Page 35: Analisi Bahan Ajar

40

penyimpangan, maka keefektifan komunikasi akan terganggu. Setiap orang

menyadari latar belakang penutur bahasa Indonesia memang berbeda. Setiap

penutur tentu sangat dipengaruhi oleh bahasa ibunya, terutama dipengaruhi

oleh bahasa daerah masing-masing, sehingga dapat mengalihkan perhatian

pendengar. Hal tersebut tentu saja akan mempengaruhi terhadap pelafalan

seseorang yang belajar bahasa asing, dalam hal ini bahasa Jerman. Seringkali

dalam melafalkan bahasa Jerman kerap diwarnai oleh lafal bahasa daerah.

b. Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai

Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan daya tarik

tersendiri dalam berbicara. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang

menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai,

akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika

penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan akan menimbulkan

kejemuan dan keefektifan berbicara tentu berkurang. Dalam hal ini perhatian

pendengar dapat beralih kepada cara berbicara pembicara, sehingga pokok

pembicaraan atau pesan yang disampaikan kurang diperhatikan. Akibatnya

keefektifan komunikasi tentu akan terganggu.

c. Pilihan kata (diksi)

Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya

mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan

lebih terangsang dan akan lebih paham, jika kata-kata yang digunakan kata-

kata yang sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya kata-kata populer tentu

Page 36: Analisi Bahan Ajar

41

akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk, dan kata-kata yang

berasal dari bahasa asing.

d. Ketepatan sasaran pembicaraan

Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang menggunakan

kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya.

Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan

penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif,

kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh,

meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat.

Sejalan dengan uraian di atas, Münkel dan Roland (1991:87)

mendeskripsikan bahwa dalam berbicara bahasa Jerman pun ada hal-hal yang

harus diperhatikan dalam pembelajaran berbicara ataupun berbahasa, di

antaranya:

1. Phonetik

a. ’’Fremde’’ Laute und Lautverbindungen (pelafalan yang tidak dikenal

dan artikulasi)

Dalam bahasa Jerman terdapat beberapa huruf vokal yang mempunyai

tanda khusus yang disebut dengan Umlaut, seperti ä (Umlaut), ü(Umlaut), ö

(Umlaut). Kata yang mempunyai vokal Umlaut yaitu kata Bäcker, Öl, Tür.

b. Kurze und lange Vokale (pelafalan vokal yang pendek dan panjang)

Hal yang harus diperhatikan dalam bahasa Jerman yaitu pelafalan

vokal pendek dan panjang. Sebagai contoh vokal pendek yaitu vokal ”a’’

Page 37: Analisi Bahan Ajar

42

dalam kata Stadt, vokal ’’e’’ dalam kata Bett dan contoh dari vokal panjang

yaitu vokal ’’a’’ dalam kata Staat, vokal ’’e’’ dalam kata Beet.

c. Wortakzent (penekanan dalam mengucapkan kata)

Penekanan kata dalam melafalkan kata bahasa Jerman hampir menjadi

permasalahan bagi yang mempelajarinya. Untuk memperjelasnya terdapat

beberapa contoh kata yang mempunyai banyak suku kata tetapi dalam

penekanan melafalkannya hanya dengan satu suku kata, yaitu Hilfen, gröβer,

einige, Schwierigkeiten, Schülerin, Wortreihe, Regelfindung, Partnerarbeit,

Verständnis, verstehen, bezeichnen, entscheidend, Aussprache, aussprachen,

zusammenarbeiten, Kommunikation, intuitiv, Qualität, Argument.

2. Intonation (intonasi)

a. Satzakzent (penekanan dalam mengucapkan kalimat)

Di samping adanya Wortakzent (penekanan dalam kata), terdapat juga

einen Satzakzent (penekanan dalam kalimat). Sebagai contoh yaitu terdapat

dalam kalimat perintah ’’Sprechen Sie diesen Satz laut!’’.

b. Tonhöhe (nada tinggi)

Terdapat beberapa kalimat yang harus dilafalkan dengan nada tinggi,

agar terdengar jelas dan tegas, misalnya „Wir haben uns für heute verabredet,

wann kommst du?, komm nicht zu spät!’’.

2. Faktor-faktor Nonkebahasaan sebagai Penunjang Keefektifan Berbicara

a. Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku

Page 38: Analisi Bahan Ajar

43

Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku tentulah akan

memberikan kesan pertama yang kurang menarik Padahal kesan pertama ini

sangat penting untuk menjamin adanya kesinambungan perhatian pihak

pendengar.

b. Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara

Supaya pendengar dan pembicara betul-betul terlibat dalam kegiatan

berbicara, pandangan pembicara sangat membantu. Hal ini sering diabaikan

oleh pembicara. Pandangan yang hanya tertuju pada satu arah, akan

menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan.

c. Kesediaan menghargai pendapat

orang lain

Dalam menyampaikan isi pembicaraan, seorang pembicara hendaknya

memiliki sikap terbuka dalam arti dapat menerima pendapat pihak lain,

bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau ternyata

memang keliru.

d. Gerak-gerik dan mimik yang tepat

Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektifan

berbicara. Hal-hal yang penting selain mendapat tekanan, biasanya juga

dibantu dengan gerak tangan atau mimik. Hal ini dapat menghidupkan

komunikasi, artinya tidak kaku. Tetapi gerak-gerik yang berlebihan akan

mengganggu keefektifan berbicara.

e. Kenyaringan suara juga sangat menentukan

Page 39: Analisi Bahan Ajar

44

Tingkat kenyaringan ini tentu disesuaikan dengan situasi, tempat,

jumlah pendengar, dan akustik. Tetapi perlu diperhatikan jangan berteriak.

Mengatur tingkat kenyaringan suara merupakan hal yang sangat penting,

supaya dapat didengar oleh semua pendengar dengan jelas.

f. Kelancaran

Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan

pendengar menangkap isi pembicaraannya. Seringkali kita dengar pembicara

berbicara terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu

diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang sangat mengganggu penangkapan

pendengar, misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, aa, dan sebagainya.

Sebaliknya pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan

pendengar menangkap pokok pembicaraannya.

g. Relevansi/Penalaran

Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan logis. Proses

berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah logis. Hal ini berarti

hubungan bagian-bagian dalam kalimat, hubungan kalimat dengan kalimat

harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.

h. Penguasaan topik

Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya tidak lain

supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai. Penguasaan topik yang baik

Page 40: Analisi Bahan Ajar

45

akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi, penguasaan topik ini

sangat penting, bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara.

F. Deskripsi Bahan Ajar studio d A1

Bahan ajar studio d A1 karangan Hermann Funk, Christina Kuhn, Silke

Demme, tahun 2008 ini merupakan sumber bahan ajar yang dapat digunakan di

Perguruan Tinggi, khususnya untuk pembelajar bahasa Jerman. Selain itu juga

bahan ajar ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menempuh ujian A1 Zertifikat

Deutsch. Bahan ajar tersebut terdiri dari Kurs- und Übungsbuch, dan

Sprachtraining serta dilengkapi dengan Lösungsschlüssel, Vokabeltaschenbuch,

dan CD untuk latihan mendengarkan.

Materi yang ada dalam Kurs- und Übungsbuch yang disajikan mempunyai

prinsip dasar, antara lain berpatokan sama pada ikatan kerangka referensi Eropa,

mempelajari waktu luang dan pekerjaan yang ada di negara Jerman, kelengkapan

media penunjang untuk pembelajaran dan pengajaran, keterkaitan tata bahasa,

memperhatikan terhadap pembelajar baru dengan pembelajar yang sudah

mendapatkan pengetahuan sebelumnya, kesamaan latihan pelafalan, dan

memberikan gambaran terhadap keadaan alam yang sebenarnya yang

digambarkan melalui kebudayaan negara Jerman. Dalam Kurs- und Übungsbuch

ini tentu saja terdapat latihan – latihan yang mencakup keterampilan menyimak,

membaca, menulis, dan berbicara, yang terdiri dari 12 Inhalt atau isi materi, yaitu

yang diawali dengan Start auf Deutsch, yang terdiri dari Cafe d, im Sprachkurs,

Städte-Länder-Sprachen, Menschen und Häuser. Kemudian diikuti dengan

Page 41: Analisi Bahan Ajar

46

Station 1, yang terdiri dari Termine, Orientierung, Berufe, Berlin sehen, dan

Station 2 terdiri dari Ferien und Urlaub, Essen und Trinken, Kleidung und Wetter,

Körper und Gesundheit, serta Station 3 terdiri dari Anhang.

Buku ini juga menyajikan penjelasan – tentang tata bahasa, fonetik, daftar

kata secara alfabetis yang ada dalam buku ini, daftar kata kerja tidak beraturan,

teks untuk latihan mendengarkan, dan menyajikan tema – tema tentang kegiatan

sehari – hari kehidupan di negara Jerman, baik diwaktu luang ataupun dalam

kesibukan orang Jerman, serta dilengkapi dengan Modelltest Start Deutsch 1

untuk menguji keempat keterampilan yang telah dipelajari dalam bahan ajar

studio d A1. Di dalam buku Sprachtraining menyajikan latihan – latihan untuk

pemahiran yang mencakup tata bahasa, fonetik, dan disertai dengan

Lösungsshlüssel.

Bahan ajar studio d A1 direferensikan bagi pembelajar tingkat A yang

menyatakan kemampuan seseorang menguasai pengetahuan dasar bahasa Jerman.

Adapun uraian kemampuan (Kannbeschreibungen) untuk keterampilan menulis

(Schreibfertigkeit) dan berbicara (Sprechfertigkeit) pada taraf A1 yang terdapat

dalam buku Profile Deutsch oleh Glaboniat (2005:108) sebagai berikut:

1. Kannbeschreibungen A1

1) Globale Kannbeschreibungen: Interaktion mündlich

Uraian Kemampuan A1

Uraian Kemampuan Global: Interaksi lisan

Page 42: Analisi Bahan Ajar

47

a. Kann auf einfache Art kommunizieren, wenn der Partner langsam und klar

in Standardsprache spricht, zu langsameren Wiederholungen und

Umformulierungen bereit ist und jederzeit beim Formulieren hilft.

(Mampu berkomunikasi dalam bentuk sederhana, ketika mitra bicara

berbicara perlahan-lahan dan jelas dengan memakai bahasa baku, dalam arti

dia telah siap untuk melakukan pengulangan lebih perlahan-lahan dan

mengubahnya dan kapanpun dapat membantu dalam perubahan kalimat.)

b. Kann einfache Kontakte aufbauen und erhalten, im er/sie die einfachsten

Formen von Grüβen, Verabschiedungen und Höflichkeitsformeln verstehen

und anwenden kann.

(Mampu mengerti dan menggunakan komunikasi dengan mudah, baik dalam

menyusun dan menerima dalam bentuk termudah dari salam, perpisahan dan

bentuk sopan.)

c. Kann in sehr vertrauten Situationen einfache Wörter, alltägliche Ausdrücke

und sehr einfache Strukturen anwenden, um auf direkt an ihn/sie gerichtete

Fragen zu reagieren, und kann selbst sehr einfache Fragen stellen.

(Mampu menggunakan kata-kata dalam situasi sederhana, ungkapan-

ungkapan sehari-hari dan menggunakan struktur sederhana, dapat menjawab

pertanyaan yang diajukan langsung, dan dapat mengajukan pertanyaan.)

d. Kann mit kurzen, unverbundenen und meist vorgefertigten Äuβerungen

kommunizieren, wobei er/sie viele Pausen macht, um Begriffe zu suchen

oder schwierigeWörter zu artikulieren.

Page 43: Analisi Bahan Ajar

48

(Mampu mengkomunikasikan dan membuat ucapan-ucapan pendek yang

tidak terikat, sebagaimana pembelajar banyak berhenti, untuk mencari

ungkapan atau mengungkapkan kata-kata sulit.)

e. Kann Wörter, Wortgruppen oder kurze Sätze einfach verknüpfen, z. B. Mit

Konnektoren wie ‘’und’’, ‘’oder’’, und dann’’.

(Mampu menggabungkan kata-kata, kumpulan kata atau kalimat-kalimat

pendek, misalnya dengan kata penghubung ’’dan’’, ‘’atau’’ dan

‘’kemudian’’.)

f. Kann mit wenigen, einfachen und auswendig gelernten Ausdrücken und

Sätzen vertraute Situationen bewältigen, die ganz alltägliche und konkrete

Bedürfnisse betreffen, wobei es zu Missverständnissen kommen kann.

(Mampu mengatasi situasi-situasi pada umumnya dengan beberapa

ungkapan dan kalimat-kalimat sederhana yang telah dihafalkan, yang

berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari yang konkret, di mana hal tersebut

dapat menimbulkan kesalahpahaman.)

g. Kann einige wenige einfache grammatische Strukturen und Satzmuster, die

er/sie auswendig gelernt hat, in seinen/ihren Äuβerungen verwenden.

(Mampu menggunakan paling sedikit struktur gramatik dan pola kalimat

sederhana yang telah dipelajari sebelumnya.)

h. Kann ein begrenztes Repertoire an Wörtern und Wendungen so

aussprechen, dass er/sie, trotz starken Akzents und manchmal auch nur mit

Mühe, verstanden wird, wobei klärendes Nachfragen durch den

Kommunikationspartner oft nötig ist.

Page 44: Analisi Bahan Ajar

49

(Mampu sedikit membatasi pengucapan kata-kata dan perubahannya,

terkadang seseorang dapat melafalkan dengan tinggi, juga dapat

melafalkannya dengan suara yang perlahan-lahan tetapi dapat dimengerti.

Bagaimanapun juga memberikan pertanyaan kepada mitra berbicara sering

dibutuhkan.)

i. Kann in seinen/ihren Äuβerungen die Intonation so einsetzen, dass diese

meist als Aussagen, Fragen oder Aufforderungen erkannt werden können.

(Mampu menempatkan intonasi berupa ungkapan, pertanyaan, ataupun

permintaannya yang dapat dikenali.)

2) Detaillierte Kannbeschreibungen: Interaktion mündlich

Uraian Kemampuan Detail: Interaksi lisan

a. Kann einfache Begrüβungen und Verabschiedungen verstehen und diese

erwidern.

(Mampu memahami salam dan salam perpisahan yang sederhana dan dapat

menjawabnya.)

b. Kann sich selbst und andere vorstellen und reagieren, wenn er/sie

vorgestellt wird.

(Mampu memperkenalkan diri dan memperkenalkan orang lain.)

c. Kann auf einfache, direkt an ihn/sie gerichtete Fragen mit einfachen

Antworten reagieren.

(Mampu menjawab pertanyaan dengan mudah, ketika ada yang bertanya

langsung kepadanya.)

Page 45: Analisi Bahan Ajar

50

d. Kann nach dem Befinden fragen und auf Information dazu reagieren bzw.

Fragen danach beantworten.

(Mampu bertanya dan menanggapi informasi yang menunjukkan pada

pertanyaan tersebut kemudian menjawabnya.)

e. Kann in Alltäglichen Situationen elementare Angaben, die auf Zahlen

basieren, verstehen und machen.

(Mampu memahami dan melakukan penghitungan dasar berdasarkan pada

situasi umum.)

f. Kann in alltäglichen Situationen bei Unklarheiten auch mit Hilfe von Gesten

um Wiederholung bitten.

(Mampu meminta pengulangan penjelasan juga bantuan dalam situasi yang

belum jelas atau tidak mengetahui suatu hal.)

g. Kann mit einfachen Ausdrücken über vorlieben und Abneigungen

kommunizieren.

(Mampu berkomunkasi dengan ungkapan sederhana tentang kegemaran dan

ketidaksukaan.)

h. Kann andere um alltägliche Dinge bitten, verstehen, wenn Dinge verlangt

werden, und sich bedanken.

(Mampu meminta barang-barang kepada yang lainnya untuk kebutuhan

sehari-hari).

2. Kannbeschreibungen A1

1) Globale Kannbeschreibungen: Interaktion schriftlich

Uraian Kemampuan A1

Page 46: Analisi Bahan Ajar

51

Uraian Kemampuan Global: Interaksi menulis

a. Kann mit Hilfe des Wörterbuches, kurze, einfache Mitteilungen zu ganz

alltäglichen und vertrauten Themen schreiben.

(Mampu menulis informasi pendek dan sederhana tentang kegiatan sehari-

hari yang berhubungan dengan tema dengan bantuan kamus.)

b. Kann in vertrauten, standardisierten Textorten einfache und kurze

schriftliche Angaben zur Person machen.

(Mampu membuat cerita tentang seseorang yang berkaitan dalam sebuah

teks sederhana.)

c. Kann kurze, einfache Text schreiben, die zur Aufrechterhaltung von

Sozialkontakten beitragen.

(Mampu menulis suatu teks singkat dan sederhana yang berkontribusi

terhadap pemeliharaan kontak sosial.)

d. Kann Wörter oder Wörtgruppen mit einfachen Konnektoren wie ‘’und’’,

‘’oder’’, ‘’und dann’’ verknüpfen.

(Mampu menggabungkan kata-kata atau kalimat dengan kata penghubung

seperti ‘’dan’’, ‘’atau’’, ‘’kemudian’’.)

e. Kann mit Hilfe des Wörterbuches, einfache, meist stichpunktartige

schriftliche Mitteilungen zu vertrauten Themen machen, in denen er/sie die

wenigen einfachen grammatischen Strukturen und Satzmuster noch nicht

sicher anwendet.

Page 47: Analisi Bahan Ajar

52

(Mampu membuat tulisan dengan kata bantu yang masih berkaitan dengan

tema yang menggunakan struktur gramatik dan pola-pola kalimat dengan

bantuan kamus jika pembelajar belum yakin dengan kemampuannya.)

f. Kann ihm/ihr bekannte einzelne Wörter einigermaβen korrekt schreiben.

(Mampu menulis dengan menggunakan kata-kata yang dikenal dengan

tepat.)

2) Detaillierte Kannbeschreibungen: Interaktion schriftlich

Uraian Kemampuan Detail: Interaksi tulisan

a. Kann einfache Postkarten oder E-Mails schreiben.

(Mampu menulis kartu pos atau email sederhana.)

b. Kann einfache Formulare und Fragebögen mit Angaben zu seiner/ihrer

Person verstehen und ausfüllen.

(Mampu mengisi daftar pertanyaan dengan keterangan-keterangan tentang

dirinya.)

c. Kann ganz einfache Mitteilungen schreiben.

(Mampu menulis tentang informasi sederhana.)

d. Kann persönliche Angaben in schriftlicher Form machen und erfragen.

(Mampu membuat dan bertanya tentang keterangan data diri secara tertulis.)

G. Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, bahwa bahan ajar

merupakan salah satu faktor penunjang dalam mencapai keberhasilan tujuan

pembelajaran bahasa, khususnya pembelajaran keterampilan menulis dan

Page 48: Analisi Bahan Ajar

53

keterampilan berbicara bahasa Jerman. Sebagaimana telah diketahui sebelumnya

pada saat sekarang ini banyak sekali bahan ajar yang menunjang dalam

pembelajaran bahasa Jerman, salah satunya adalah studio d A1. Untuk mengetahui

seberapa layak atau tidak bahan ajar tersebut digunakan, maka seorang pengajar

bahasa Jerman harus mampu menganalisis terlebih dahulu bahan ajar tersebut,

antara lain bahan pembelajaran keterampilan menulis dan keterampilan berbicara

berdasarkan kriterianya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahwa mempelajari

empat keterampilan bahasa Jerman yaitu keterampilan menyimak, keterampilan

berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis tidaklah mudah,

terutama pada keterampilan menulis dan keterampilan berbicara, karena kedua

keterampilan tersebut merupakan suatu keterampilan yang bersifat produktif dan

kompleks sehinga pembelajar dituntut untuk dapat menyampaikan ide, pikiran,

dan pendapatnya sendiri dengan bahasa yang baik, tepat dan benar.

Seorang penulis harus mampu menguasai lima komponen tulisan,

yaitu: isi (materi) tulisan, organisasi tulisan, kebahasaan (kaidah bahasa tulis),

gaya penulisan, dan mekanisme tulisan. Kegagalan dalam salah satu komponen

dapat mengakibatkan gangguan dalam menuangkan ide secara tertulis, sedangkan

untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa secara baik, pembicara harus menguasai

lafal, struktur, dan kosakata. Di samping itu, diperlukan juga penguasaan masalah

dan gagasan yang akan disampaikan serta kemampuan memahami bahasa dengan

mitra bicara. Mengacu pada uraian di atas, seringkali pembelajar merasa kesulitan

dengan kedua keterampilan tersebut, karena dituntut untuk benar-benar menguasai

Page 49: Analisi Bahan Ajar

54

kelima komponen dan lafal, struktur serta kosakata. Maka dari itu untuk dapat

meminimalisir kesulitan tersebut, pengajar harus pandai menggunakan bahan ajar

yang komunikatif dan menarik bagi pembelajar bahasa Jerman. Oleh karena itu,

dengan adanya analisis bahan ajar studio d A1 diharapkan berguna untuk proses

belajar mengajar bahasa Jerman, khususnya materi keterampilan menulis dan

keterampilan berbicara, yakni dapat memberikan informasi kepada pembelajar

bahasa Jerman tentang tema, materi dan bentuk-bentuk latihan keterampilan

menulis dan keterampilan berbicara yang terkandung di dalam bahan ajar studio d

A1, serta dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran

bahasa Jerman pada materi keterampilan menulis dan keterampilan berbicara.