peran pemerintah desa dalam pembangunan ekonomi...
TRANSCRIPT
PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DESA
TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN TAHUN 2015
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
BUCHARI ISWANDA
NIM : 100565201228
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
1
PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DESA
TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN TAHUN 2015
BUCHARI ISWANDA
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Danilmu Politik Universitas
Maritim Raja Ali Haji
A B S T R A K
Pembangunan ekonomi pemerintah desa tidak dapat berjalan dengan
sendirinya, pemerintah desa harus mampu mendorong prakarsa, gerakan, dan
partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan Aset Desa guna
kesejahteraan bersama. Untuk mencapai kesejahteraan maka dibutuhkan
pembangunan ekonomi bagi masyarakat desa yang diwujudkan bersama-sama. Di
Desa Teluk Bakau selama ini masyarakat jarang ikut serta berpartisipasi dalam
pembangunan ekonomi desa, seperti jika diundang untuk rapat mengenai
pembangunan desa maka dari undangan yang disebar hanya 5 orang yang hadir,
kemudian masyarakat jarang memberikan idenya, dan tidak mau memanfaatkan
fasilitas yang ada.
Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui Peran Pemerintah Desa
Dalam Pembangunan Ekonomi Di Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan Tahun 2015.
Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif Kualitatif.
Informan yang diambil dari pihak pemerintah desa dan pihak masyarakat. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data
deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dianalisa bahwa Peran Pemerintah
Desa Dalam Pembangunan Ekonomi Di Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan Tahun
2015 belum berjalan dengan baik. Permasalahan lain yaitu dalam pelaksanaan peran
pemerintah dalam pembangunan ditemukan bahwa dorongan untuk masyarakat ikut
mendukung program yang ada sudah dilakukan namun belum dilakukan dengan baik.
Kata Kunci : Pembangunan Ekonomi, Desa
2
A B S T R A C T
The economic development of the village government cannot run by itself, the
Government of the village should be able to push the initiative, movement, and the
participation of the villagers for development potential and assets to the welfare of
the Village together. To prosper then needed economic development for the people of
the village are realized together. Mangrove Bay in the village during this community
rarely participated participated in the economic development of the village, as if
invited for a meeting on the development of the village of invitation gets only 5
people are present, then the community rarely gives the idea, and does not want to
make use of existing facilities.
The purpose of this research is to to find out the Government's role in economic
development in the Village village of Mangrove Bay Bintan Regency by 2015. In this
study the author uses Descriptive types of Qualitative research. Informants are taken
from the Government of the village and the community. Data analysis techniques
used in this research is descriptive qualitative data analysis techniques.
Based on the results of the study so it can be analyzed that the role of Government in
economic development of the village in the village of Mangrove Bay Bintan Regency
2015 has not been going well. Other problems in the implementation of the role of
Government in development it was found that the impetus for the community
supported the existing programs have done but have not done well.
Keywords: Economic Development, Village
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pelaksanaan otonomi daerah
mengandung sejumlah konsekuensi
bagi daerah di satu sisi, kebebasan
berkreasi membangun daerah benar-
benar terbuka lebar bagi daerah, namun
demikian di sisi yang lain menghadang
setumpuk masalah yang harus
diselesaikan. Masalah yang sangat
mendasar adalah perubahan pola
pengelolaan daerah dari sentralistik
menjadi desentralistik, misalnya sumber
dana untuk membiayai pembangunan,
sumber daya manusia sebagai aparat
pelaksana seluruh aktivitas
pembangunan, dan masih banyak yang
lain. Pembangunan nasional dan daerah
merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan pembangunan
desa.
Desa merupakan basis kekuatan
sosial ekonomi dan politik yang perlu
mendapat perhatian serius dari
pemerintah. Perencanaan pembangunan
selama ini menjadikan masyarakat desa
sebagai objek pembangunan bukan
sebagai subjek pembangunan. Kinerja
pemerintah desa sebagai aparatur
pemerintahan desa khususnya yang ada
di Kabupaten tentu dipengaruhi oleh
sebuah kebutuhan, dan mereka akan
bekerja keras jika pekerjaannya itu
dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Seorang kepala desa yang sudah lama
bekerja sebagai kepala desa akan lebih
berpengalaman dibandingkan dengan
yang baru bekerja sebagai kepala desa,
dan dengan pengalaman tersebut ia
akan mudah melaksanakan tugas
kesehariannya sebagai aparatur
pemerintahan desa.
Tujuan pembangunan yang di
laksanakan pada perinsipnya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur
yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, yang
merupakan hasil konsensus kita
bersama. Pembangunan merupakan
tujuan dari kehidupan Negara, juga di
harapkan pembangunan masyarakat
seluruhnya, agar masarakat dan Negara
termasuk di dalamnya masyarakat desa
dan kabupaten, agar tidak terjadi
kesenjangan dalam kehidupannya.
Masyarakat di tingkat desa memberi
arah demi kelangsungan pembangunan,
dilakukan dengan cara melakukan
pemberdayaan yang lebih menitik
beratkan kepada swadaya masyarakat
serta potensi yang ada, sangat perlu di
lakukan oleh pemerintah, dalam rangka
menunjang kegiatan nyata yang
dilaksanakan. Mewujudkan tujuan
program pembangunan pada setiap
lembaga dibutuhkan suatu pola
manajerial dalam pengelolaan
pembangunan, pola manajerial tersebut
dimaksudkan agar hasil pembangunan
dan program-program pemerintahan
lainnya dapat dirasakan dan dinikmati
manfaatnya oleh masyarakat. Salah satu
hal yang dibutuhkan adalah kesadaran
dan partisipasi aktif dari seluruh
masyarakat dalam menunjang
suksesnya pelaksanaan program
pembangunan. Selain itu juga
diperlukan kebijaksanaan pemerintah
untuk mengarahkan serta membimbing
masyarakat untuk bersama-sama
melaksanakan program pembangunan.
Partisipasi masyarakat merupakan
modal utama dalam upaya mencapai
sasaran program pemerintah diseluruh
wilayah Republik Indonesia.
Keberhasilan dalam pencapaian sasaran
pelaksanaan program pembangunan
bukan semata-mata didasarkan pada
kemampuan aparatur pemerintah, tetapi
juga berkaitan dengan upaya
mewujudkan kemampuan dan
4
keamanan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan
program pembangunan. Adanya
partisipasi masyarakat akan mampu
mengimbangi keterbatasan biaya dan
kemampuan pemerintah dalam
pencapaian pelaksanaan program
pembangunan tersebut.
Untuk menggerakkan masyarakat
dalam partisipasinya terhadap
pembangunan, diperlukan adanya
tenaga/unsur penggerak yang mampu
menggerakkan dan mengarahkan
kemampuan masyarakat untuk dapat
mewujudkan cita-cita pembangunan
dalam hubungan ini, maka Kepala Desa
sebagai pemegang peranan yang
menentukan. Sebagai pimpinan
tertinggi dan penanggung jawab
pelaksanaan pemerintahan dan
pembangunan, ia harus mampu
mengemban tugas yang dibebankan
kepadanya yang saling kait-mengkait
termasuk tugas pembangunan yang
multi dimensional.
Tugas Pemerintah Desa memimpin
penyelenggaran pemerintahan desa
berdasarkan kegiatan yang di tetapkan
bersama BPD. Mengajukan Rencana
Peraturan Desa. Menetapkan Peraturan
Desa. Mengajukan Rencana APBDes.
Membina kehidupan Masyarakat Desa.
Membina perekonomian Desa
Mengkoordinasiakan Pembangunan
Desa secara partisipatif dan Swadaya
Masyarakat. Meningkatkan
Kesejahteraan rakyat. Ketentraman dan
ketertiban. Menjalin hubungan kerja
sama dengan mitra Pemdes serta
Pengembangan Pendapatan Desa dan
sebagainya untuk membangun ekonomi
desa.
Kewenangan Pemerintah desa untuk
meningkatkan kemampuan keuangan
Pemerintah Desa melalui berbagai
kegiatan usaha ekonomi masyarakat
perdesaan. Pemerintah desa membina
dan meningkatkan perekonomian Desa
serta mengintegrasikannya agar
mencapai perekonomian skala produktif
untuk sebesar-besarnya kemakmuran
masyarakat Desa. Berdasarkan UU No
6 Tahun 2014 Pasal 22 ada empat
penugasan yang bisa datang dari
pemerintah, dan atau pemerintah daerah
yakni; Pertama, penyelenggaraan
Pemerintahan Desa. Kedua ,
pelaksanaan Pembangunan Desa.
Ketiga, pembinaan kemasyarakatan
Desa. Keempat, pemberdayaan
masyarakat Desa. Perangkat lain yang
bertugas membina desa adalah satuan
kerja perangkat daerah yang
membidangi fungsi pemerintahan desa.
Pada satuan perangkat daerah dimaksud
dibentuk jabatan fungsional
pendamping desa sebagaimana amanat
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang
Peraturan Pelaksana Undang
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa. Pendamping desa ini adalah
pendamping desa utama, sementara
pendamping desa yang ada dalam
program pemerintah adalah
pendamping desa pendukung.
Keberadaan pendamping desa utama
bersifat mutlak. Pendamping desa
bertugas mendampingi desa dalam
pembuatan rencana pembangunan
jangka menengah desa, pembuatan
peraturan desa, meningkatkan
kemampuan teknis kepala desa dan
perangkat desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa, mendampingi
pengadministrasian dan pengelolaan
keuangan desa, mendampingi desa
dalam meningkatkan usaha ekonomi
desa termasuk meresmikan
pembentukan badan usaha milik desa
dan pasar desa, serta membantu desa
5
dalam membina kerukunan dan
kehidupan gotong royong.
Berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa dijelaskan salah
satu peran pemerintah desa adalah
Pembangunan Desa yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Desa dan kualitas hidup
manusia serta penanggulangan
kemiskinan melalui pemenuhan
kebutuhan dasar, pembangunan sarana
dan prasarana Desa, pengembangan
potensi ekonomi lokal, serta
pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan secara berkelanjutan.
Pada dasarnya, BUMDes
merupakan institusi ekonomi di tingkat
desa yang diupayakan sebagai sarana
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
BUMDes ini menjadi bagian penting
dari bentuk pemberdayaan ekonomi
masyarakat di tingkat desa sejak
dimasukkan dalam UU Nomor 6 Tahun
2014. Bahkan, Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010
meniscayakan kehadiran BUMDes
sebagai sentra pengembangan program
ekonomi masyarakat dengan
mengedepankan prinsip keterbukaan
dan bertanggung jawab terhadap
masyarakat. (2010 : 116)
Salah satu pembangunan ekonomi
desa adalah melalui pendirian BUMDes
di Desa Teluk Bakau. BUMDES adalah
terobosan baru yang patut diapresiasi.
Setidaknya BUMDes menjadi bentuk
baru kepemilikan bisnis masyarakat
yang dapat mendorong proses
pemerataan ekonomi sampai ke desa-
desa yang selama ini seringkali
terabaikan. Namun, hal yang perlu
ditegaskan dan menjadi perhatian
adalah pada saat BUMDes akan
didirikan. Ada mekanisme yang telah
diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang harus dilaksanakan. Hal
ini dimaksudkan agar BUMDes berdiri
berlandaskan kekuatan hukum sehingga
dapat menjalankan aktifitasnya.
Partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan BUMDes sangat
diharapkan dan peran pemerintah dalam
melakukan sosialisasi dan penyadaran
kepada masyarakat desa melalui
pemerintah provinsi dan/atau
pemerintah kabupaten tentang arti
penting berpartisipasi dalam BUMDes
bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Melalui pemerintah desa
masyarakat dimotivasi, disadarkan dan
dipersiapkan untuk membangun
kehidupannya sendiri. BUMDes
sebagai suatu lembaga ekonomi modal
usahanya dibangun atas inisiatif
masyarakat dan menganut prinsip
partisipasi. Ini berarti pemenuhan
modal usaha BUMDes harus bersumber
dari masyarakat.
Badan Usaha Milik Desa ini
awalnya dapat meminjamkan biaya
kepada masyarakat desanya yang ingin
mempunyai usaha. Karena memang
awal berdirinya Badan Usaha Milik
Desa ini mendapatkan sumbangan dari
pemerintah daerah yaitu Kabupaten
Bintan. Seiring berjalannya waktu,
modal yang dimiliki semakin merosot,
bahkan partisipasi masyarakat untuk
meminjam dana usaha ke Badan Usaha
Milik Desa ini juga semakin berkurang.
Akan tetapi, masih beberapa orang saja
yang mempercayakan kepada Badan
ini.
Pembangunan ekonomi pemerintah
desa tidak dapat berjalan dengan
sendirinya, dibutuhkan partisipasi
masyarakat karena sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
dalam pasal 4 menjelaskan bahwa
pemerintah desa harus mampu
6
mendorong prakarsa, gerakan, dan
partisipasi masyarakat Desa untuk
pengembangan potensi dan Aset Desa
guna kesejahteraan bersama. Untuk
mencapai kesejahteraan maka
dibutuhkan pembangunan ekonomi bagi
masyarakat desa yang diwujudkan
bersama-sama.
Teluk Bakau merupakan salah satu
desa yang ada di Kabupaten Bintan.
Stuktur ekonomi masyarakat desa di
Desa Teluk Bakau adalah nelayan.
Kehidupan sosial ekonomi rumah
tangga nelayan Desa Teluk Bakau tidak
jauh berbeda dengan karakteristik
rumah tangga nelayan di kawasan
pesisir pada umumnya dimana sebagian
besar mereka masih tergolong dalam
struktur sosial ekonomi berskala kecil,
berorientasi subsisten serta berteknologi
sederhana serta memiliki keterbatasan
pendapatan, pendidikan dan
keterampilan sehingga mereka terjerat
dengan kemiskinan. Keuntungan-
keuntungan ekonomi dari pemanfaatan
sumberdaya-sumberdaya pesisir
(kelautan dan perikanan) yang terdapat
disekitar mereka lebih dinikmati oleh
kelompok masyarakat tertentu yang
memiliki modal seperti pemilik-pemilik
kapal dan pengusaha-pengusahan
perikanan berskala menengah keatas.
Karena itu untuk keberlanjutan mata
pencaharian rumah tangga miskin di
kawasan pesisir perlu dicari peluang-
peluang mata pencaharian alternatif
yang berkelanjutan tanpa merusak
sumberdaya alam di sekitarnya. Konsep
mata pencaharian berkelanjutan diawali
dari keinginan pemberdayaan kapasitas
orang-orang yang membutuhkan
penghasilan saat sekarang dan
kebutuhan sosial ekonomi masa yang
akan datang dan memperkecil
kerentanan mereka terhadap tekanan
dan goncangan (Ashley & Carney,
1999). Sesuai dengan konsep tersebut
maka sumberdaya alam yang terdapat
di kawasan pesisir apabila bisa
dimanfaatkan dan dikelola
menggunakan prinsip-prinsip
keberlanjutan maka diharapkan akan
berdampak pada peningkatan
kesejahteraan rumah tangga miskin di
sekitarnya selain juga memiliki mata
pencaharian alternatif dan
berkelanjutan.
Saat ini Desa Teluk Bakau menjadi
pusat aktivitas ekowisata serta sarana
dan prasarana yang mendukungnya
berada di sana. Ini menjadikan Desa
Teluk Bakau menjadi tujuan wisata dari
berbagai Negara. Desa Teluk Bakau,
Bintan bakal menjadi pusat
penyelenggaraan event-event pariwisata
bergengsi. Berbagai event dan program
digelar untuk mendukung target
peningkatan jumlah kunjungan wisata
ke Bintan. Pemkab Bintan menjadikan
Teluk Bakau sebagai pusat obyek
wisata dan kebudayaan sejak tahun
2013.
Melalui anggaran APBD 2013
Pemkab Bintan menganggarkan Rp 2,7
miliar, untuk pembangunan gedung
workshop kerajinan dan makanan di
area eks lokasi MTQ Provinsi Kepri
yang kini jadi Kantor Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan (Disparbud) Bintan.
Namun perekonomian di Desa Teluk
Bakau masih belum seperti yang
diharapkan karena masyarakat sekitar
belum mampu memanfaatkan fasilitas
yang disediakan oleh pemerintah
daerah. Padahal kawasan ini bisa
dijadikan pusat kerajinan. Pemerintah
meminta masyarakat untuk
berpartisipasi seperti mendorong para
pengusaha UKM agar bisa
memanfaatkan bangunan-bangunan
yang disediakan di area yang telah
disediakan oleh pemerintah tersebut
7
untuk pengembangan usaha agar
kawasan ini bisa lebih ramai dengan
geliat ekonomi masyarakat.
Jika dilihat dari pengamatan yang
dilakukan maka diketahui bahwa
selama ini masyarakat hanya
menggantungkan hidupnya menjadi
nelayan. Strategi pembangunan
pedesaan adalah peningkatan kapasitas
dan komitmen masyarakat untuk
terlibat dan berpartisipasi dalam
pembangunan, partisipasi masyarakat
secara langsung dalam tiap tahap proses
pembangunan adalah merupakan ciri
utama pembangunan desa yang ideal.
Dalam proses pembangunan partisipasi
masyarakat berfungsi sebagai masukan
dan keluaran, proses partisipasi dapat
diklasifikasikan menjadi 6 tahap yaitu
mulai dari penerimaan informasi,
pemberian tanggapan terhadap
informasi, perencanaan, pelaksanaan,
penelitian, dan penerimaan kembali
hasil. Pembangunan sebagai input atau
masukan pembangunan disini
diharapkan dengan adanya partisipasi
masyarakat bisa menumbuhkan
kemampuan masyarakat untuk
berkembang secara mandiri sedangkan
sebagai output atau keluaran partisipasi
merupakan proses keluaran stimulasi
atau motivasi melalui berbagai upaya.
Peran pemerintah dalam mendorong
partisipsi masyarakat berhubungan
dengan program pemberdayaan
masyarakat masyarakat desa dengan
pola mencipatakan lapangan kerja
seluas luasnya bagi masyarakat guna
meningkatkan pendapatan masyarakat
agar dapat bertahan hidup dalam
menghadapi kesulitan ekonomi,
menyediakan dan mengoptimalisasikan
sarana dan prasarana kebutuhan dasar
untuk peningkatan kualitas hidup bagi
masyarakat desa yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan agar
berfungsi dan berperan optimal dalam
pembangunan dan penanggulangan
kemiskinan. Partisipasi masyarakat
dalam beberapa bentuk yang meliputi
pengawasan yang dilakukan masyarakat
sebagai wujud partisipasi dilakukan
secara langsung datang ke lapangan
pada waktu kegiatan pembangunan
dilaksanakan yang selanjutnya
melahirkan argumen mengenai kegiatan
yang telah dilaksanakan. Dari hasil
evaluasi yang dilakukan dapat
digambarkan bahwa kegiatan yang
dilaksanakan sesuai dengan keinginan
masyarakat berupa perbaikan jalan
desa. Dari beberapa pendapat
masyarakat terdapat beberapa harapan
pembangunan selanjutnya lebih pada
bidang ekonomi.
Berdasarkan data yang didapatkan
bahwa selama ini masyarakat jarang
ikut serta berpartisipasi dalam
pembangunan ekonomi desa, seperti
jika diundang untuk rapat mengenai
pembangunan desa maka dari undangan
yang disebar hanya 5 orang yang hadir,
kemudian masyarakat jarang
memberikan idenya, dan tidak mau
memanfaatkan fasilitas yang ada.
Bertolak dari uraian tersebut maka
penulis bermaksud mengangkat judul
“Peran Pemerintah Desa Dalam
Mendukung Partisipasi Masyarakat
Dalam Pembangunan Ekonomi Di Desa
Teluk Bakau Kabupaten Bintan Tahun
2015”
Perumusan Masalah
Tugas Pemerintah Desa memimpin
penyelenggaran pemerintahan desa
berdasarkan kegiatan yang di tetapkan
bersama BPD. Mengajukan Rencana
Peraturan Desa. Menetapkan Peraturan
Desa. Mengajukan Rencana APBDes.
Membina kehidupan Masyarakat Desa.
Membina perekonomian Desa
Mengkoordinasiakan Pembangunan
8
Desa secara partisipatif dan Swadaya
Masyarakat. Meningkatkan
Kesejahteraan rakyat. Ketentraman dan
ketertiban. Menjalin hubungan kerja
sama dengan mitra Pemdes serta
Pengembangan Pendapatan Desa dan
sebagainya untuk membangun ekonomi
desa.
Kepala desa sebagai pemegang
peran penting dalam pemerintahan
desa, pemimpin dalam suatu desa
mempunyai tugas dan tanggung jawab
melayani urusan pemerintahan,
pembangunan, ekonomi, dan
kemasyarakatan di desanya demi
menuju desa yang maju. Adapun yang
menjadi perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimana Peran
Pemerintah Desa Dalam Pembangunan
Ekonomi Di Desa Teluk Bakau
Kabupaten Bintan Tahun 2015 ?
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Peran Pemerintah Desa
Dalam Pembangunan Ekonomi Di Desa
Teluk Bakau Kabupaten Bintan Tahun
2015
2. Kegunaan Penelitian
a. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat
menambah wawasan dan
pengetahuan bagi
pemerintah desa dalam
mengupayakan
pelaksanaan
pembangunan desa.
b. Hasil penelitian ini
diharapkan sebagai
masukan dan bahan
pertimbangan bagi
pemerintah desa dalam
pelaksanaan
pembangunan desa.
Konsep Operasional
1. Peranan meliputi norma-norma
yang dihubungkan dengan
posisi atau kedudukan
pemerintah desa dalam
masyarakat, peranan dalam arti
merupakan rangkaian-rangkaian
peraturan yang membimbing
masyarakat dalam kehidupan
kemasyarakatan. Hal ini dapat
dilihat dari Peran pemerintah
desa dalam membimbing
masyarakat untuk pemanfaatan
hasil
2. Peranan adalah suatu konsep
tentang apa yang dilakukan oleh
pemerintah desa dalam
masyarakat sebagai organisasi.
Hal ini dapat dilihat dari :
a. peran pemerintah desa
dalam proses pembuatan
keputusan
b. Pemerintah desa
mengevaluasi dengan
cara mengawasi
pembangunan yang telah
ada.
3. Peranan juga dapat dikatakan
sebagai perilaku pemerintah
desa yang penting bagi struktur
sosial masyarakat. Hal ini dapat
dilihat dari partisipasi
masyarakat.
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
9
deskriptif kualitatif. penelitian
deskriptif kualitatif adalah upaya untuk
memahami suatu fenomena sosial
sesuai dengan dunia pemahaman para
pelakunya itu sendiri. Dengan demikian
penelitian ini mencoba menjelaskan dan
memahami secara mendetail tentang
Peran Pemerintah Desa Dalam
Pembangunan Ekonomi Di Desa Teluk
Bakau Kabupaten Bintan Tahun 2015.
2. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Teluk Bakau, Kabupaten Bintan, hal ini
didasari karena sebagai pusat
pengembangan wisata di Kabupaten
Bintan, perekonomian di Desa Teluk
Bakau masih belum seperti yang
diharapkan karena masyarakat sekitar
belum mampu memanfaatkan fasilitas
yang disediakan oleh pemerintah
daerah. Jika dilihat dari pengamatan
yang dilakukan bahwa wisatawan lokal
memilih teluk bakau menjadi salah satu
alternatif liburan, seharusnya hal ini
mendorong masyarakat untuk lebih bisa
membangun desanya dari sektor
perekonomian dengan cara
berpartisipasi. Partisipasi juga harus
didukung oleh pemerintah seperti
memberikan pelatihan, pengetahuan
dalam program-program
pemberdayaan.
3. Informan
Informan adalah objek penting
dalam sebuah penelitian.
Informan adalah orang-orang dalam
latar penelitian yang dimanfaatkan
untuk memberikan informasi tentang
situasi dan kondisi latar penelitian.
Teknik penunjukan informan adalah
dengan menggunakan teknik Purposive
sampling. Menurut Arikunto
(2006:139) Purposive Sampling adalah
sampel bertujuan dilakukan dengan cara
mengambil subjek bukan didasarkan
atas strata, random atau daerah tetapi
didasarkan atas adanya tujuan tertentu,
maka dari itu informan dalam penelitian
ini adalah :
1. Kepala Desa, informan akan
melibatkan kepala desa yang
memahami tentang keadaan
masyarakat di daerahnya.
2. Sekretaris desa, dipilih
dikarenakan sebagai aparatur
desa yang mengatur masyarakat
di Desa
3. BPD sebagai lembaga eksekutif
desa yang memiliki tugas
menampung aspirasi masyarakat
sehingga dapat diketahui bahwa
BPD memahami tentang
keadaan desa dan apa yang
dibutuhkan masyarakat dalam
pembangunan ekonomi desa
4. Tokoh masyarakat sebagai
penyeimbang di tataran
masyarakat yang memahami
tentang masyarakat, tidak jarang
masyarakat memberikan
masukannya kepada tokoh
masyarakat terlebih dahulu baru
di sampaikan kepada aparatur
desa
4. Sumber dan Jenis Data
a. Data Primer
Yaitu data yang
diperoleh langsung melalui
wawancara dengan pihak
pertama yang meliputi data
tentang Peran Pemerintah
Desa Dalam Pembangunan
Ekonomi Di Desa Teluk
Bakau Kabupaten Bintan
Tahun 2015. b. Data Skunder
Yaitu data yang
diperoleh melalui pihak kedua
10
yang berupa keterangan-
keterangan relevan yang dapat
menunjang objek dalam
penelitian ini berupa :
Keadaan Geografis, Keadaan
Penduduk, Sistem
Pemerintahan Desa, Struktur
Organisasi Pemerintahan Desa
5. Teknik dan Alat Pengumpulan
Data
a. Observasi
Yaitu penelitian ini
melakukan pengamatan
terhadap upaya pemerintah
dalam mewujudkan partisipasi
masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan
desa. Kegunaan observasi
untuk memudahkan
pencatatan yang akan ditulis
setelah mengadakan
pengamatan. Adapun alat
pengumpulan datanya berupa
ceklis.
b. Wawancara
Yaitu penulis
melakukan wawancara secara
langsung dengan informasi
kunci yang berpedoman
kepada daftar pertanyaan yang
telah penulis susun
sedemikian rupa mengenai
Peran Pemerintah Desa Dalam
Pembangunan Ekonomi Di
Desa Teluk Bakau Kabupaten
Bintan Tahun 2015. Dalam hal
ini wawancara ditujukan
kepada seluruh informan dan
informan kunci dalam
penelitian ini. Adapun sebagai
alat pengumpulan datanya
adalah pedoman wawancara.
c. Dokumentasi
Sugiyono (2012:240),
mengemukakan pendapatnya
mengenai dokumen, dokumen
merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.
Teknik Analisis Data Setelah data diperoleh sepenuhnya,
data -data tersebut akan dianalisis,
dengan menggunakan Analisis Data
Kualitatif. Menurut Moleong (2006:35)
menyatakan analisis kualitatif adalah
proses pengorganisasian, dan
penguratan data kedalam pola dan
kategori serta satu uraian dasar,
sehingga dapat dikemukakan tema yang
seperti disarankan oleh data. Adapun
langkah – langkah analisa data yang
dilakukan adalah : (1) menelaah dari
semua data yang tersedia dari berbagai
sumber, (2) reduksi data yang dilakukan
dengan membuat abstraksi, (3)
menyusun data kedalam satuan-satuan,
(4) pengkategorian data sambil
membuat koding, (5) mengadakan
pemeriksaaan keabsahan data, dan (6)
penafsiran data secara deskripsif.
Keabsahan Data
Peneliti menggunakan
triangulasi sumber sebagai validasi
data. Teknik Triangulasi dalam
menganalisis data menurut Moleong
(2006 : 330) adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Penulis
melakukan triangulasi dengan
membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam metode kualitatif.
Pada metode triangulasi dapat diperoleh
dengan berbagai cara : membandingkan
data hasil pengamatan dengan data hasil
11
wawancara, membandingkan apa yang
dikatakan orang tentang situasi terbuka
dan tertutup, membandingkan keadaan
dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat, membandingkan
hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan. Pada metode
triangulasi dapat diperoleh dengan
berbagai cara : membandingkan data
hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara, membandingkan apa yang
dikatakan orang tentang situasi terbuka
dan tertutup, membandingkan keadaan
dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat, membandingkan
hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan.
LANDASAN TEORITIS
1. Peran
Peran adalah perilaku
menjalankan kewajiban dan menuntut
hak yang melekat pada status. Peran
adalah seperangkat harapan-harapan
yang dikenakan pada individu yang
menempati kedudukan sosial tertentu.
Menurut Soekanto (2009:243:244)
mengatakan bahwa: “Peranan (role)
merupakan aspek dinamis kedudukan
(status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya maka dia
menjalankan suatu peranan”.
Pembedaan antara kedudukan dengan
peranan adalah untuk kepentingan ilmu
pengetahuan. Keduanya tak dapat
dipisah-pisahkan, karena yang satu
tergantung pada yang lain dan
sebaliknya. Tak ada peranan tanpa
kedudukan atau kedudukan tanpa
peranan. Sebagaimana halnya dengan
kedudukan, peranan juga mempunyai
dua arti. Setiap orang mempunyai
macam-macam peranan yang berasal
dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal
itu sekaligus berarti bahwa peranan
menentukan apa yang diperbuatnya
bagi masyarakat serta kesempatan-
kesempatan apa yang diberikan oleh
masyarakat kepadanya.
Lebih lanjut Soekanto
(2009:243-244) mengatakan bahwa
“Peranan yang melekat pada diri
seseorang harus dibedakan dengan
posisi dalam pergaulan masyarakatan.
Posisi seseorang dalam masyarakat
(yaitu social-position) merupakan unsur
statis yang menunjukkan tempat
individu pada organisasi masyarakat.
Peranan lebih banyak menunjukkan
pada fungsi, penyesuaian diri dan
sebagai suatu proses”. Jadi, seseorang
yang menduduki posisi dalam
masyarakat serta menjalankan suatu
peranan. Menurut Narwoko dan
Suyanto (2006:160) mengatakan
peranan dapat membimbing seseorang
dalam berprilaku, karena fungsi peran
sendiri adalah sebagai berikut:
1. Memberi arah pada proses
sosialisasi.
2. Pewarisan tradisi,
kepercayaan, nilai-nilai,
norma-norma dan
pengetahuan.
3. Dapat mempersatukan
kelompok atau masyarakat, dan
4. Menghidupkan sistem
pengendali dan kontrol,
sehingga dapat
melestarikan kehidupan
masyarakat.
2. Pemerintah Desa
Pemerintah merupakan suatu
organisasi yang berwenang untuk
memproses pelayanan publik dan
berkewajiban untuk memproses
pelayanan civil bagi setiap orang
melalui hubungan pemerintahan,
sehingga setiap anggota masyarakat
yang bersangkutan menerimanya pada
12
saat diperlukan, sesuai dengan tuntutan
yang diperintah.
Menurut syafeii (2005:47)
menjelaskan “pemerintah adalah badan
atau organ elit yang melakukan
pekerjaan untuk mengatur dan
mengurus dalam suatu Negara”. Dari
pengertian diatas dapat penulis jelaskan
bahwa pemerintah merupakan satu-
satunya badan yang berfungsi untuk
mengurus serta mengatur sebuah
Negara ini dimana pemerintah sangat
berperan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, untuk itu
pemerintah harus memberi suatu
kegiatan yang dapat memotivasi
masyarakat agar masyarakat dapat
menumbuhkan kepercayaan kepada
pemerintah dan pemerintah
meningkatkan kinerjanya agar
pemerintah dipandang oleh masyarakat
sebagai pemerintah yang bersih dan
bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme).
Menurut pasal 1 ayat (12) Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, Desa atau yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati
dalam Sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Kemudian lebih lanjut dijelaskan
Unang Sunardjo (Wasistiono, 2006:10)
bahwa:
“Desa adalah suatu kesatuan
masyarakat hukum berdasarkan
adat dan Hukum Adat yang
menetap dalam suatu wilayah
tertentu batas-batasnya, memiliki
ikatan lahir bathin yang sangat
kuat, baik karena seketurunan
maupun karena sama-sama
memiliki kepentingan politik,
ekonomi, sosial dan keamanan,
memiliki susunan pengurus yang
dipilih bersama, memiliki
kekayaan dalam jumlah tertentu
dan berhak menyelenggarakan
rumah tangganya sendiri”
Desa merupakan suatu kesatuan
yang utuh yang memiliki bentuk
pemerintahan yang diatur menurut
ketentuan perundang-undangan.
otonomi desa merupakan otonomi yang
asli, utuh dan bulat serta bukan
merupakan pemberian dari pemerintah.
hak berian merupakan kewenangan
yang diperoleh oleh satu unit
pemerintahan pada tingkat tertentu atas
dasar pemberian oleh unit pemerintahan
yang lebih tinggi. sedangkan hak
bawaan merupakan serangkaian hak
yang muncul dari suatu proses sosial,
ekonomi, politik dan budaya dari suatu
masyarakat hukum tertentu, termasuk
hasil dari proses interaksi dengan
persekutuan-persekutuan masyarakat
hukum lainnya. legitimasi otonomi desa
bertolak dari pengakuan akan hak asal
usul dan adat istiadat serta keaslian
kehidupan capital social dalam
lingkungan civil society masyarakat
desa.
Desa yang bersifat administratif
merupakan desa hasil pemekaran,
karena transmigrasi ataupun karena
alasan lain yang warganya pluralistis,
majemuk, ataupun heterogen. desa
tersebut dikategorikan sebagai desa
dinas. desa dinas merupakan lembaga
pemerintah yang berkaitan langsung
dengan masalah-masalah administrasi
kepemerintahan. desa ini dikepalai oleh
seorang lurah/kepala desa.
Sadu Wasistiono (2006:59)
membagi desa berdasarkan asal-usul
13
dan ikatan kekerabatan penduduknya ke
dalam tiga kelompok, yaitu :
a. desa geneologis murni,
dimana lebih dari 75%
penduduknya masih
memiliki ikatan kekerabatan
pada derajat kedua, ke
samping dan ke bawah;
b. desa campuran, dimana 50%
penduduknya masih
memiliki ikatan kekerabatan
pada derajat kedua, ke
samping dan ke bawah;
c. desa teritorial, dimana
kurang dari 25%
penduduknya masih
memiliki ikatan kekerabatan
pada derajat kedua, ke
samping dan ke bawah.
Desa yang dibentuk merupakan
organisasi pemerintah terendah
langsung di bawah camat yang
mempunyai hak, wewenang dan
kewajiban sebagai berikut:
Hak
a. Menyelenggarakan rumah
tangganya sendiri
b. Melaksanakan peraturan
dan ketentuan-ketentuan
dari pemerintah pusat dan
pemerintah daerah
Wewenang
Menyelenggarakan musyawarah
desa untuk membicarakan
masalah-masalah yang
menyangkut pemerintahan desa
dan kehidupan masyarakat
desanya.
Kewajiban
Menjalankan pemerintahan,
pembangunan dan pembinaan
masyarakat didesa yang
bersangkutan.
Menurut uu nomor 32 tahun
2004 tentang pemerintahan daerah,
sebagaimana telah diubah dengan uu
nomor 8 tahun 2005 tentang penetapan
peraturan pemerintah pengganti
undang-undang nomor 3 tahun 2005
tentang perubahan uu nomor 32 tahun
2004 tentang pemerintahan daerah
menjadi undang-undang, sistem
pemerintahan desa tersebut terdiri dari :
a. pemerintahan desa
terdiri dari pemerintah
desa dan badan
permusyawaratan desa,
b. pemerintah desa terdiri
atas kepala desa dan
perangkat desa,
perangkat desa adalah
perangkat pembantu
kepala desa yang terdiri
dari sekretariat desa,
pelaksana teknis
lapangan seperti kepala
urusan, dan unsur
kewilayahan seperti
kepala dusun atau
dengan sebutan lain.
terdiri dari sekretaris
desa. sekretaris desa
membawahi beberapa
kepala sub urusan.
Widjaja (2003: 165)
menyatakan bahwa otonomi desa
merupakan otonomi asli, bulat, dan
utuh serta bukan merupakan pemberian
dari pemerintah. Sebaliknya pemerintah
berkewajiban menghormati otonomi
asli yang dimiliki oleh desa tersebut.
Sebagai kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai susunan asli
berdasarkan hak istimewa, desa dapat
melakukan perbuatan hukum baik
hukum publik maupun hukum perdata,
14
memiliki kekayaan, harta benda serta
dapat dituntut dan menuntut di muka
pengadilan.
Pemerintahan Desa merupakan
bagian dari Pemerintahan Nasional
yang penyelenggaraannya ditujukan
pada pedesaan. Pemerintahan Desa
adalah suatu proses dimana usaha-usaha
masyarakat desa yang bersangkutan
dipadukan dengan usaha-usaha
pemerintah untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat (Maria Eni Surasih,
2002: 23).
Pemerintahan Desa diartikan
sebagai : “Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa merupakan
subsistem dari sistem penyelenggaraan
Pemerintah, sehingga Desa memiliki
kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakatnya.
Kepala Desa bertanggung jawab kepada
Badan Permusyawaratan Desa dan
menyampaikan laporan pelaksanaan
tersebut kepada Bupati” (Widjaja,
2003: 3).
Pemerintah desa terdiri dari
pemerintah desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD).
Pemerintah Desa yang dimaksud terdiri
dari Kepala Desa dan Perangkat Desa.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 diketahui bahwa
Pemerintah Desa sebagaimana
dimaksud adalah Kepala Desa atau
yang disebut dengan nama lain dan
yang dibantu oleh perangkat Desa atau
yang disebut dengan nama lain.
Dijelaskan bahwa Badan
Permusyawaratan Desa adalah lembaga
yang merupakan perwujudan demokrasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan
desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintah.
3. Partisipasi Masyarakat
Keterlibatan aktif atau partisipasi
masyarakat tersebut dapat berarti
keterlibatan dalam proses penentuan
arah, strategi dan kebijaksanaan
pembangunan yang dilakukan
pemerintah. Hal ini terutama
berlangsung dalam proses politik tetapi
juga dalam proses hubungan sosial
antara kelompok-kelompok
kepentingan dalam masyarakat. Hal ini
dapat berupa sumbangan mobilisasi
sumber-sumber pembiayaan
pembangunan kegiatan produktif yang
serasi, pengawasan sosial atas jalannya
pembangunan dan lain-lain. Pada
pokoknya kegiatan masyarakat yang
mendukung peningkatan tabungan dan
investasi, dan dengan demikian
pembentukan modal. Ketiga, adalah
keterlibatan dalam memetik hasil dan
manfaat pembangunan secara
berkeadilan. Bagian-bagian daerah
ataupun golongan-golongan masyarakat
tertentu dapat ditingkatkan
keterlibatannya dalam bentuk kegiatan
produktif mereka melalui perluasan
kesempatan-kesempatan dan pembinaan
tertentu.
Siregar (2001:19) menyatakan
bahwa partisipasi dapat dilihat dalam
berbagai pandangan. Pertama,
kontribusi nyata secara sukarela dari
komunitas terhadap suatu program
untuk masyarakat, keterlibatan
masyarakat dalam proses pembuatan
keputusan dan dalam implementasi
program serta menikmati bersama
keuntungan-keuntungan dari program
pembangunan. Keterlibatan masyarakat
dalam mengevaluasi program, suatu
proses aktif, dimana rakyat dari suatu
komunitas mengambil inisiatif dan
menyatakan dengan tegas otonomi
mereka. Kedua, meningkatkan kontrol
terhadap sumber daya dan mengatur
lembaga-lembaga dalam situasi sosial
yang ada. Untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat, maka
15
keterlibatan masyarakat dalam berbagai
program dalam pembangunan terutama
menyangkut pengambilan keputusan
pembangunan dalam tingkat komunitas
sangat penting.
Lain halnya dengan Rush dan
Althoff (2002:129) adanya hierarki
mencakup seluruh jajaran partisipasi
politik dan untuk dapat diterapkan pada
semua tipe sistem politik. Adalah
penting juga untuk kita sadari bahwa
partisipasi pada satu tingkatan hierarki
tidak merupakan prasyarat bagi
partisipasi pada suatu tingkatan yang
lebih tinggi, walaupun mungkin hal ini
berlaku bagi tipe-tipe partisipasi
tertentu. Pada puncak hierarki terdapat
orang-orang yang menduduki berbagai
macam jabatan dalam sistem politik,
baik pemegang-pemegang jabatan
politik maupun anggota-anggota
birokrasi pada berbagai tingkatan.
Menurut Kaho (2002:40), partisipasi
masyarakat dapat terjadi pada empat
tahap yaitu :
1. Partisipasi dalam proses
pembuatan keputusan.
2. Partisipasi dalam bentuk
pelaksanaan.
3. Partisipasi dalam pemanfaatan
hasil.
4. Partisipasi dalam mengevaluasi.
Lebih rinci Cohen dan Uphoff
dalam Dwiningrum (2011:61)
membedakan partisipasi menjadi empat
jenis yaitu pertama, partisipasi dalam
pengambilan keputusan. Kedua,
partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga,
partisipasi dalam pengambilan manfaat.
Dan keempat, partisipasi dalam
evaluasi. Pertama, partisipasi dalam
pengambilan keputusan. Partisipasi ini
terutama berkaitan dengan penentuan
alternatif dengan masyarakat yang
berkaitan dengan gagasan atau ide yang
menyangkut kepentingan bersama.
Dalam partisipasi ini masyarakat
menuntut untuk ikut menentukan arah
dan orientasi pembangunan. Wujud dari
partisipasi ini antara lain seperti
kehadiran rapat, diskusi, sumbangan
pemikiran, tanggapan atau penolakan
terhadap program yang ditawarkan.
Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan
suatu program meliputi: menggerakkan
sumber daya, dana, kegiatan
administrasi, koordinasi dan penjabaran
program. Ketiga, partisipasi dalam
pengambilan manfaat. Partisipasi ini
tidak lepas dari hasil pelaksanaan.
4. Pembangunan desa
Pembangunan menurut Siagian
(2001:2-3) adalah:” suatu usaha atau
rangkaian usaha pertumbuhan dan
perubahan berencana yang dilakukan
secara sadar oleh suatu bangsa, negara
dan pemerintah menuju modernitas
dalam rangka pembinaan tugas.”
Sedangkan menurut Tjokromidjojo
(2000:7) yang dimaksud dengan
pembangunan adalah keseluruhan dari
proses kegiatan pengendalian usaha
untuk merealisasikan pertumbuhan
yang berencana kearah modernisasi
serta kemajuan dalam bidang sosial
ekonomi. Berdasarkan pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengertian pembangunan adalah suatu
proses perubahan sosial/masyarakat
yang berencana kearah kemajuan yang
menyangkut berbagai segi kehidupan
guna mencapai kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat dan bangsa.
Sedangkan pembangunan desa adalah
usaha pembangunan dari masyarakat
pada unit pemerintahan yang terendah
yang harus dilaksanakan dan dibina
terus menerus sistematis dan terarah
sebagai usaha pembangunan negara
yang menyeluruh.
16
Berkaitan dengan keberhasilan
pembangunan desa, maka hendaknya
setiap kepala desa dapat mengacu dan
memahami tentang arti pentingnya
pembangunan desa bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat desa. Dengan
demikian semakin jelas bahwa
pembangunan desa merupakan miniatur
dari pembangunan yang lebih luas,
yaitu pembangunan nasional. Dalam
pembangunan desa juga terintegrasi
dengan program-program pembangunan
yang bersifat makro, mulai dari tingkat
kecamatan, kabupaten dan kota,
propinsi dan nasional yang kesemuanya
bermuara di tngkat pedesaan/kelurahan.
Berkaitan dengan pembangunan
desa, maka perlu dipahami terlebih
dahulu mengenai hakekat pembanguan
desa itu sendiri. Beberapa pendapat
yang dikemukakan mengenai
pembangunan desa dapat dijelaskan
antara lain yang di kemukakan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
yang dikutip (1994:42) bahwa:
“Istilah pembangunan desa atau
pembangunan masyarakat desa
(community & Development)
menunjukkan digunakannya
berbagai pendekatan dan teknik
dalam suatu program tertentu
pada masyarakat-masyarakat
local, sebagai satu kesatuan
tindakan yang mengusahakan
perpaduan antara bantuan yang
bersasal dari luar dengan
keputusan dan upaya masyarakat
setempat yang terorganisasi”.
Pendapat tersebut menjelaskan
bahwa program-program yang
dilaksanakan di desa dimaksudkan
sebagai upaya untuk mendorong adanya
prakarsa agar masyarakat desa setempat
dapat memiliki kemandirian untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang
sesuai dengan potensi dan dukungan
serta kebutuhan mereka sendiri. Pihak-
pihak luar hanyalah sebagai pendorong
untuk menumbuh kembangkan prakarsa
kepemimpinan masyarakat setempat.
Pendapat lain yang menekankan kepada
aspek perubahan, dikemukakan oleh
Rose yang dikutip oleh Kasryno
(1994:53) yang menyatakan bahwa
pembangunan desa:
“Yaitu suatu proses dimana suatu
masyarakat berusaha untuk
menentukan berbagai kebutuhan
atau berbagai tujuan kemudian
mengatur atau menyusun
kebutuhan dan tujuan tersebut,
mengembangkan kepercayaan dan
hasrat untuk memenuhi kebutuhan
dan tujuan tersebut, serta
melaksanakan tindakan untuk
semua itu dengan cara
memperluas dan mengembangkan
sikap-sikap dan praktek kooperatif
dan kolaboratif diantara warga
masyarakat pedesaan”.
Dengan demikian, dapat dipahami
bahwa pembangunan desa itu memiliki
beberapa unsur yang harus ada, yaitu
adanya proses, adanya masyarakat
sebagai pelaku, adanya penentuan
kebutuhan/tujuan, adanya upaya
perumusan atau penyusunan rencana
tindakan untuk memenuhi kebutuhan
dan mencapai tujuan, serta pelaksanaan
terhadap rencana-rencana yang telah di
sepakati bersama. Dengan kata lain
bahwa pembangunan desa adalah
perencanaan dan pengintegrasian
masyarakat. Perencanaan itu sendiri
merupakan proses untuk menentukan,
menemukan dan memperjelas arti suatu
masalah, meningkatkan hakekat ruang
lingkup masalah, mempertimbangkan
berbagai upaya yang di perlukan guna
penanggulangannya, memilih upaya
penanggulangan yang kiranya dapat
17
dilaksanakan, serta mengadakan
kegiatan yang sesuai dengan upaya
yang dipilih.
Lebih lanjut Soelaiman
menjelaskan mengenai aspek-aspek
pembangunan desa tersebut, yaitu:
1. Ketenagakerjaan. Masalah
ketenagakerjaan berkaitan
dengan rasio lapangan pekerjaan
dengan jumlah tenaga kerja
yang ada, upah minimum yang
diperoleh tenaga kerja rata-rata,
kesempatan kerja bagi
kelompok minoritas (wanita
usia lanjut, orang-orang yang
mengalami keterbelakangan
atau sebagainya), peningkatan
keterampilan kerja dan
kesejahtraan para tenaga kerja.
2. Perumahan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan
pembangunan desa dibidang
perumahan dapat dilihat dari
gejala-gejala seperti: presentase
penduduk yang tinggal dirumah
di bawah standar, presentase
rumah-rumah penduduk yang
memiliki penerangan listrik,
ketersediaan air bersih,
ketersediaan saluran
pembuangan air limbah
keluarga dan persentase status
kepemilikan rumah tinggal
penduduk.
3. Kesehatan. Masalah
pembangunan dibidang
kesehatan berkaitan dan dapat
dilihat dari jumlah ketersediaan
balai pengobatan / klinik dan
jumlah tenaga medis yang ada,
keberhasilan program keluarga
berencana, penyuluhan
kesehatan dan imunisasi.
4. Pelayanan umum. Masalah
pelayanan umum kepada
masyarakat desa, dapat dilihat
dari tingkat keberhasilannya
berdasarkan faktor-faktor
seperti: apakah jalan-jalan sudah
diaspal / diperbaiki atau
diperkeras, apakah sarana dan
prasarana transportasi dari
dalam dan keluar desa telah
tersedia cukup baik, apakah
pelayanan administrasi kepada
masyarakat tergolong tertib dan
mudah,apakah dalam pemberian
informasi mengenai hasil-hasil
dan rencana-rencana
pembangunan serta pelayanan
sudah diberikan secara baik
kepada masyarakat dan
sebagainya.
5. Pendidikan. Keberhasilan
pelaksanaan pembangunan di
sektor pendidikan dapat dilihat
dari jumlah anak-anak usia
sekolah yang bersekolah, tingkat
pendidikan masyarakat yang di
tempuh, jumlah sekolah dan
tenaga pengajar dibandingkan
dengan jumlah anak usia
sekolah yang tertampung,
program pendidikan untuk
orang dewasa dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat-pendapat
tersebut, dapat diperoleh pemahaman
bahwa pada hakekatnya pemerintah
desa harus benar-benar dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat,
yang selanjutnya dengan keberhasilan
pemerintah dalam melaksanakan tugas
18
yang baik akan diharapkan dapat
berdampak kepada keberhasilan
pembangunan desa menyeluruh dan
berguna bagi peningkatan taraf
kesejahteraan warga masyarakat desa.
Secara ekonomi merupakan
wilayah dengan ciri kegiatan agraris
yang mendominasi kehidupan
masyarakatnya, secara sosial desa
merupakan wilayah dengan ciri
kehidupan sosial dan hubungan
kekeluargaan yang erat dan masih
terpaku pada adat istiadat dan secara
demografis desa adalah wilayah dengan
penduduk sekitar 2.500 jiwa.
5. Pembanguan ekonomi
Pembangunan ekonomi terdiri
dari dua kata yaitu pembangunan dan
ekonomi. Menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia, pembangunan adalah
hasil pekerjaan membangun, sedangkan
ekonomi adalah suatu ilmu yang
berhubungan dengan pengolahan
barang industri, pertanian dan
perdagangan (Badudu, 2001). Langkah-
langkah pembangunan ekonomi sebagai
suatu proses multidimensional yang
melibatkan perubahan-perubahan dalam
struktur sosial, sikap-sikap yang sadar
terbiasa dan lembaga-lembaga nasional
termasuk percepatan / ekselarasi
pertumbuhan ekonomi, pengangguran,
ketimpangan dan pemberantasan
kemiskinan yang absolut (M.P.Todaro
2004 : 124).Dengan demikian
pembangunan ekonomi merupakan
usaha suatu masyarakat untuk dapat
mengembangkan kegiatan ekonomi dan
mempertinggi tingkat pendapatan
masyarakat, sedangkan usaha-usaha
pembangunan secara keseluruhan
meliputi juga usaha-usaha
pembangunan sosial, politik dan
kebudayaan.
Sementara itu Swasono (2004 :
13) mengatakan Pembangunan
ekonomi berdasarkan Demokrasi
Ekonomi adalah pembangunan yang
partisipasi dan emansipasi. Selanjutnya
Swasono mengatakan bahwa
pembangunan ekonomi bukan saja
berarti kenaikan pendapatan, tetapi juga
kenaikan pemilikan. Pembangunan
ekonomi adalah meningkat / meluasnya
nilai tambah ekonomi dan sekaligus
nilai tambah sosial-kultura.
Pembangunan ekonomi di
pedesaan hendaknya dicarikan suatu
model dan pendekatan yang cocok
dengan situasi dan kondisi masyarakat
di Pedesaan. Berkaca dari beberapa
pendekatan yang pernah dilakukan oleh
pemerintahan sebelumnya, dimana
masyarakat diberikan dana tanpa suatu
pendampingan, yang pada akhirnya
dana tersebut disalah gunakan, atau
salah kelola, sehingga masyarakat tidak
dapat mengembalikan dana tersebut,
dan menimbulkan kerugian besar bagi
Negara. Tidak sedikit masyarakat,
bahkan pejabat yang harus berurusan
dengan penegak hukum oleh karena
masalah penyaluran dana bantuan
kepada masyarakat
GAMBARAN UMUM LOKASI
PENELITIAN
Desa Teluk Bakau adalah sebuah
Desa yang terletak di tepi pantai
berteluk dan ada pohon bakau yang
tumbuh berkembang, disitulah dahulu
kalanya pertama kali orang bertempat
tinggal. Wilayahnya berhadapan dengan
dua pulau yaitu Pulau Beralas Bakau
dan Pulau Beralas Pasir. Didalam
Pemerintahan Desa Teluk Bakau pada
zaman Belanda Muda dipimpin oleh
seorang Baten MAT, dan pada Zaman
Belanda Tua dipimpin lagi oleh Baten
ADEL. Seiring berkembangan zaman
Pemerintahan Desa Teluk Bakau
dipimpin oleh seorang Penghulu setelah
19
itu Desa Teluk Bakau Pemerintahannya
dipimpin oleh Kepala Desa sampai
sekarang.
Luas wilayah Desa Teluk Bakau
pada saat ini diperkirakan + 112,12
Km2,terbagi menjadi 2 ( dua )
peruntukan wilayah pariwisata dan
perkebunan pertanian.Dengan
ketinggian tanah dari permukaan laut +
10 Meter.
Keadaan Budaya dan Masyarakat.
Masyarakat Desa Teluk Bakau pada
umunya terdiri dari berbagai macam
suku antara lain : Jawa, Melayu, Buton,
Tionghua, Bugis, Flores, Padang,
Bawean, Batak dan lain-lain. Keadaan
masyarakat sampai saat ini cukup
toleran baik terhadap kegiatan sosial
kemasyarakatan, kegiatan keagamaan
maupun kegiatan Pemerintah yang
diprogram oleh Pemda, Kecamatan dan
Desa seperti kegiatan Gotong Royong,
Siskamling, penyuluhan kesehatan,
kebersihan lingkungan, keagamaan dan
kegiatan lainnya. Dan apabila ada
warga masyarakat yang meninggal atau
melaksanakan acara pernikahan pada
umumnya masyarakat antusias dan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang
dilaksanakan dan tidak ada perbedaan
antara yang satu dan yang lainnya.
PEMBAHASAN
1. Peranan meliputi norma-norma
yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam
masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan maka dapat dianalisa
bahwa partisipasi masyarakat dalam
menafaatkan hasil pembangunan
ekonomi yang telah dibangun oleh
pemerintah belum berjalan baik,
masyarakat tidak paham bagaimana
cara menafaatkannya, dan kurangnya
dukungan dari masyarakat. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi, namun pada hakikatnya
faktor-faktor tersebut dapat
dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor
ekonomi dan faktor nonekonomi.
Faktor ekonomi yang mempengaruhi
pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi diantaranya adalah sumber
daya alam, sumber daya manusia,
sumber daya modal, dan keahlian atau
kewirausahaan.
2. Peranan adalah suatu konsep
tentang apa yang dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai
organisasi. Hal ini dapat dilihat dari
:
a. peran pemerintah dalam proses
pembuatan keputusan
Partisipasi buah pikiran lebih
merupakan partisipasi berupa
sumbangan ide, pendapat atau buah
pikiran konstruktif, baik untuk
menyusun program maupun untuk
memperlancar pelaksanaan program
dan juga untuk mewujudkannya dengan
memberikan pengalaman dan
pengetahuan guna mengembangkan
kegiatan yang diikutinya. Masyarakat
juga dituntut untuk ikut dalam proses
pembuatan keputusan khususnya dalam
pembangunan. Wawancara dilakukan
kepada Kepala Desa, berikut hasil
wawancara yang didapatkan :
Berdasarkan hasil wawnacara
dengan informan maka dpat dianalisa
bahwa di Desa Teluk Bakau ada
beberapa masyarakat yang dilibatkan
dalam pengambilan keputusan
khususnya dalam pelaksanaan
pembanguan ekonomi desa. Tokoh
masyarakat diikutkan dalam proses
pengambilan keputusan. Perencanaan
pembangunan dan pelaksanaannya
20
harus berorientasi ke bawah dan
melibatkan masyarakat luas, melalui
pemberian wewenang perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan di tingkat
daerah. Dengan cara ini pemerintah
makin mampu menyerap aspirasi
masyarakat banyak, sehingga
pembangunan yang dilaksanakan dapat
memberdayakan dan memenuhi
kebutuhan rakyat banyak. Rakyat harus
menjadi pelaku dalam pembangunan,
masyarakat perlu dibina dan
dipersiapkan untuk dapat merumuskan
sendiri permasalahan yang dihadapi,
merencanakan langkah-langkah yang
diperlukan, melaksanakan rencana yang
telah diprogramkan, menikmati produk
yang dihasilkan dan melestarikan
program yang telah dirumuskan dan
dilaksanakan. Paradigma pembangunan
yang sekarang menempatkan
masyarakat sebagai pelaku utama
pembangunan. Artinya, pemerintah
tidak lagi sebagai provider dan
pelaksana, melainkan lebih berperan
sebagai fasilitator dan katalisator dari
dinamika pembangunan, sehingga dari
mulai perencanaan hingga pelaksanaan,
masyarakat mempunyai hak untuk
terlibat dan memberikan masukan dan
mengabil keputusan, dalam rangka
memenuhi hak-hak dasarnya, salah
satunya melalui proses musrenbang.
b. Mengevaluasi dengan cara
mengawasi pembangunan yang telah
ada.
Berdasarkan hasil wawancara
maka diketahui bahwa partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan ekonomi desa belum
berjalan sesuai dengan harapan. Masih
ada masyarakat yang sampai saat ini
tidak siap menghadapi perubahan yang
terjadi lewat pembangunan ekonomi
yang difasilitasi pemerintah sehingga
banyak masyarakat desa yang hanya
melihat tanpa berbuat sesuatu. artisipasi
berarti apa yang kita jalankan adalah
bagian dari usaha bersama yang
dijalankan bahu membahu dengan
saudara kita sebangsa dan setanah air
untuk membangun masa depan
bersama, partisipasi berarti pula sebagai
kerja untuk mencapai tujuan bersama
diantara semua warga Negara yang
mempunyai latarbelakang kepercayaan
yang beraneka ragam dalam Negara
Pancasila, atas dasar hak dan kewajiban
yang sama untuk memberi sumbangan
demi terbinanya masa depan yang baru
demi bangsa kita, partisipasi tidak
hanya berarti mengambil bagian dalam
pelaksanaaan-pelaksanaan perencanaan
pembanguan. Partisipasi berarti
memberikan sumbangan agar dalam
pengertian kita mengenai
pembangunan, nilai-nilai kemanusiaan
dan cita-cita mengenai keadilan sosial
tetap dijunjung tinggi, partisipasi berarti
mendorong pembangunan serasi dengan
martabat manusia, keadilan sosial
nasional serta yang memelihara alam
sebagai lingkungan hidup manusia juga
untuk generasi-generasi yang akan
datang.
3. Peranan juga dapat dikatakan
sebagai perilaku individu yang
penting bagi struktur sosial
masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan maka dapat dianalisa
bahwa evaluasi sudah dilakukan namun
belum dilakukan dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian di atas
mengenai partisipasi masyarakat dalam
pembangunan desa dan peran tokoh
masyarakat dalam pembangunan, tidak
terlepas dari berbagai hambatan
ataupun tantangan. Hambatan ini
seperti partisipasi masyarakat dalam
21
pembangunan desa yang belum
kesemuanya aktif dalam swadaya
pembangunan desa, serta partisipasi
masyarakat yang kadang rendah dan
kadang tinggi dalam pelaksanaan
pembangunan, juga masih adanya
masyarakat yang kurang dalam
berpartisipasi serta kurangnya
kesadaran akan pentingnya
pembangunan ekonomi desa di desa
teluk bakau.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
maka dapat dianalisa bahwa Peran
Pemerintah Desa Dalam
Pembangunan Ekonomi Di Desa
Teluk Bakau Kabupaten Bintan
Tahun 2015 belum berjalan dengan
baik, walaupun di Desa Teluk
Bakau ada beberapa masyarakat
yang dilibatkan dalam pengambilan
keputusan khususnya dalam
pelaksanaan pembanguan ekonomi
desa. Tokoh masyarakat diikutkan
dalam proses pengambilan
keputusan namun ada beberapa hal
yang membuat partisipasi
masyarakat tidak berjalan dengan
baik yaitu : dalam pelaksanaannya
masyarakat di desa ini masih perlu
dimotivasi karena hingga saat ini
masih ada masyarakat yang tidak
dapat melaksanakan pembangunan
ekonomi tersebut. Rendahnya
tingkat pendidikan dan pendapatan
masyarakat membuat partisipasinya
terhadap pembangunan dalam suatu
komunitas tertentu masih sangat
belum memadai. Dalam keadaan
miskin, masyarakat sulit mengambil
keputusan mana yang harus
dilakukan antara kepentingan perut
atau kepentingan bersama (gotong
royong) yang mungkin boleh jadi
akan membawa manfaat yang lebih
besar.
Partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan ekonomi
desa belum berjalan sesuai dengan
harapan. Masih ada masyarakat
yang sampai saat ini tidak siap
menghadapi perubahan yang terjadi
lewat pembangunan ekonomi yang
difasilitasi pemerintah sehingga
banyak masyarakat desa yang hanya
melihat tanpa berbuat sesuatu.
Partisipasi masyarakat dalam
menafaatkan hasil pembangunan
ekonomi yang telah dibangun oleh
pemerintah belum berjalan baik,
masyarakat tidak paham bagaimana
cara menafaatkannya, dan
kurangnya dukungan dari
masyarakat.
Evaluasi dilakukan dengan terus
mengevaluasi yang dibantu oleh
BPD pembangunan desa. Dengan
maksud bahwa partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan bukan hanya sekedar
dilihat dari antusiasme masyarakat
dalam menghadiri Musrenbang,
akan tetapi, bagaimana kepentingan
mereka telah direspon oleh
pemerintah, serta bagaimana proses
pelibatan mereka baik dalam tahap
perencanaan sampai tahap
pelaksanaan proyek
pembangunannya.
Saran
Berikut saran yang dapat
disampaikan agar Peran Pemerintah
Desa Dalam Mendukung Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan
Ekonomi Di Desa Teluk Bakau
Kabupaten Bintan dapat berjalan lebih
baik:
a. Pemerintah sebaiknya
memberikan pemahaman
mengenai pentingnya partisipasi
22
dalam pembangunan ekonomi di
Desa Teluk Bakau
b. Sebaiknya ada motivasi maupun
dorongan dari pemerintah untuk
meningkatkan Partisipasi
Masyarakat Dalam
Pembangunan Ekonomi Di Desa
Teluk Bakau Kabupaten Bintan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Dwiningrum, Siti Irene Astuti. 2011.
Desentralisasi dan Partisipasi
Masyarakat dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kaho, Josep Riwu. 2002. Prospek
Otonomi Daerah di Negara
Republik Indonesia. Jakarta:
Rajawali Pers
Kasryono, Faisal. 1994. Prospek
Pembangunan Ekonomi
Pedesaan Indonesia. Jakarta:
Yayasan Obor
Maria Eni Surasih. 2002. Pemerintah
Desa dan Implementasinya.
Jakarta: Erlangga.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodelogi
Penelitian Kualitatif.
Bandung. Remaja Rosdakarya
Rush, Michael dan Philip Althoff.
(2002). Pengantar Sosiologi
Politik. Jakarta:PT. Raja
Grafindo Persada.
Siagian, 2001, Manajemen Sumber
Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.
Siregar, Ashadi. 2001. Teknologi
Informasi, Pemberdayaan Masyarakat,
dan
Demokrasi, Makalah Seminar,
UGM Yogyakarta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&B.
Bandung: Alfabeta
Syafei, Inu Kencana. 2005 Pengantar
Ilmu Pemerintahan. Jakarta : Bumi
Aksara
Tjokroamidjojo Bintoro. 2000. Good
Government (Paradigma Baru
Manjemen
Pembangunan), Jakarta :
Universitas Indonesia
Wasistiono, Sadu. 2006. Prospek
Pengembangan Desa. CV.
Bandung : Fokusmedia.
Widjaja, HAW. 2003. Otonomi Desa.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.