peran kepramukaan dalam pendidikan karakter bangsa
DESCRIPTION
peran kepramukaanTRANSCRIPT
PERAN KEPRAMUKAAN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
DI GUDEP 11.06.13.047/048
SD NEGERI 2 BRUNO KWARAN BRUNO
KWARCAB PURWOREJO
KARYA ILMIAH
Disusun dalam rangka penyelesaian Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Lanjutan ( KML ) untuk mandapatkan selendang dan pita mahir
Oleh
NAMA : TRI SETYANINGSIH
NTA : 11.06.13.08922
GUDEP : SD NEGERI 2 BRUNO
KURSUS PEMBINA PRAMUKA TINGKAT LANJUTAN KWARAN BRUNO
KWARCAB PURWOREJO
PENGESAHAN
Telah disyahkan karya ilmiah dengan Judul “ Peran Kepramukaan dalam pendidikan
Karakter Bangsa di Gudep 11.06.13.047/048 SD Negeri 2 Bruno KWARAN
BRUNO,KWARCAB PURWOREJO
HARI :
TANGGAL :
An. Ka Kwarcab Purworejo Pimpinan Kursus
Kepala Pusdiklatcab
Drs. Muh Wuryanto, MM
NIP : 11.06.00.94 KUNTARININGSIH
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
segala rahmat dan karunia-Nya , sehingga penulis dapat
ilmiah dengan judul Peran Kepramukaan Dalam Pendidikan Karakter Bangsa Di
Gudep 11.06.13.047/048 SD Negeri 2 Bruno Kwaran Bruno,Kwarcab Purworejo
dengan lancar.
Karya tulis ilmiah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh selendang mahir pada kegiatan Kursus Mahir Lanjutan Kwartir
Cabang Purworejo.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini pastilah
kesulitan dan kendala. Dengan segala upaya, laporan karya tulis ilmiah
terwujud dengan baik berkat uluran tangan dari berbagai
pembimbing. Oleh karena itu, pada kesempatan ini disampaikan
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ka Mabiran Bruno yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk
mengikuti KML
2. Ka Mabigus SD Negeri 2 Bruno yang telah memberikan
ijin dalam mengikuti KML
3. Panitia dan Pembina KML yang telah memberikan bimbingan ,semangat
dan pengetahuan serta ilmu yang sangat bermanfaat kepada kami
4. Ka Mabigus beserta kakak pembina gudep SD Negeri 2 Bruno
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum, sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Al-Qur’an,
SuratAr-Ra’du : 11)
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu
tidak mengetahui” (An-Nahl : 43)
Pendidikan merupakan bekal paling baik untuk hari tua (Aristoteles)
Orang yang sulit mengucapkan terimakasih adalah orang yang sesat (penulis)
Selalu berikan yang terbaik.
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan keji,
Kemungkaran dan permusuhan. Dia member pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
(Al Qur’an SuratAnNahl Ayat 90)
“Dan sesungguhnya, para Nabi itu tidak mewariskan dinar dan juga dirham,
Akan tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu semata. Maka barang
Siapa yang mengambilnya, sejatinya ia telah mengambil
bagian yang banyak.”
(Rasulullah SAW)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
1. Orang tuaku terhormat,
Bapak Imam dan Ibu Supiyah
2. Suamiku tercinta, Budi Suharjo S.IP
3. Anakku tercinta,
a. Dewingga Fizzy Kenipratama, S.Pd
b. Shintya Galuh Nindy Sagita
4. Almamaterku
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................................................1
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................II
KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................3
D. Manfaat penulisan ...............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendidikan Karakter............................................................................................................10
B. Hubungan Pendidikan Karakter dengan keberadaban Bangsa........................10
C. Pentingnya Pendidikan ......................................................................................................18
D. Peran Kepramukaan dalam Pendidikan Karakter Bangsa...................................19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................................27
B. Saran ..........................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan akan pendidikan yang dapat melahirkan manusia Indonesia
sangat dirasakan karena degradasi moral yang terus menerus terjadi pada
generasi bangsa ini dan nyaris membawa bangsa ini pada kehancuran.
Degradasi moral ,baik secara pribadi masyarakat maupun dalam kehidupan
berbangsa disebabkan oleh berbagai berbagai faktor, diantaranya: Nilai
budaya bangsa yang mulai pudar, nilai-nilai kehidupan telah bergeser dari
tatanannya, budaya malu hampir musnah pada tiap tingkatan
masyarakat,melemahnya kemandirian bangsa dan managemen keterbatasan
perangkat, budaya korupsi yang seakan telah mengakar pada kehidupan
bangsa ini mulai dari tingkat kampung hingga pejabat tinggi negara,
penyalahgunaan dan peredaran narkoba semakin menjalar, tawuran antar
pelajar dan berbagai kejahatan yang telah menghilangkan rasa aman setiap
warga, merupakan bukti nyata akan degadrasi moral generasi bangsa ini.
Dalam menghadapi problem yang begitu rumit dan kompleks seperti
itu diperlukan adanya peningkatan kwalitas sumber daya manusia khususnya
terletak pada karakter indifidu tersebut. Pemerintah Indonesia, melalui
Kementerian Pendidikan Nasional sudah mencanangkan penerapan pendidikan
karakter untuk semua tingkat pendidikan. Dari Sekolah Dasar sampai
perguruan Tinggi. Memang tidak mudah untuk mengubah keadaan, tetapi
paling tidak posisi pendidikan sebagai pilar pembentuk karakter bangsa
merupakan upaya yang tepat. Salah satunya dengan kepramukaan. Namun,
tidak sedikit orang yang memandang kepramukaan hanya dengan sebelah
mata. Mereka menganggap kepramukaan hanya sebuah kegiatan yang penuh
dengan aturan dan hanya bersenang-senang.
Untuk itu, makalah ini disusun untuk mengetahui betapa pentingnya
pendidikan karakter bangsa dan mengubah pandangan segelintir orang yang
menganggap pramuka hanya sebagai kegiatan bersenag-senang semata. Maka
ini juga mencoba menjelaskan bagaimana peran kepramukaan dalam
pendidikan karakter bangsa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
makalah ini sebagai berikut :
1. Apa pengertian pendidikan berkarakter ?
2. Bagaimana hubungan pendidikan karakter dengan keberadaan bangsa?
3. Bagaimana pentingnya pendidikan karakter bangsa?
4. Bagaimana peran kepramukaan dalam pendidikan karakter bangsa ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam makalah ini
adalah :
1. Mengetahui apa itu pendidikan berkarakter
2.Mengetahui hubungan pendidikan karakter dengan keberadaban bangsa.
3. Mengetahui pentingnya karakter bangsa
D. Manfaat Penulisan
1.Untuk menambah wawasan bagi penulisan dalam meningkatkan mutu karya
ilmiah
2. Sebagai salah satu syarat memperoleh selendang mahir.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Karakter
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Karakter
merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa , diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama,hukum, tata karma, budaya, dan adat
istiadat(Irianto, 2011 ). Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah
sebuah system keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan
seseorang individu (munif, 2012 )
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan behwa karakter
adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi kebiasaan serta cirri khas
tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1976), Pendidikan diartikan
sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan
pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek- obyek tertentu dan spesifik.
Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu
mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah
diperolehnya. Sedangkan dalam Wikipedia pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual,keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Nampaknya pengertian tersebut sama dengan yang dikemukakan oleh Prof .H.
Mahmud Yunus dalam Munif (2012 ) bahwa pendidikan adalah usaha-usaha
yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan
peningkatan keilmuan jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat
mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi, supaya si anak
hidup bahagia serta semua yang dilakukannya menjadi bermanfaat bagi
dirinya dan masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui
proses pembelajaran, kegiatan bimbingan , pengajaran dan/atau latihan agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk peranannya
dimasa yang akan datang.
Dari masing-masing penjelasan antara karakter dan pendidikan
tersebut, setelah kita menghubungkannya maka pendidikan karakter itu sendiri
merupakan usaha sadar dan terencana untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi dari masing-masing individu untuk membentuk suatu
pemikiran yang tertanam dalam dirinya sendiri sebagai suatu kebiasaan.
Tentunya tujuan dari pendidikan karakter itu sendiri lebih kearah yang positif.
Secara umum karakteristik setiap individu didasari dengan delapan
jenis kecerdasan (Munif, 2012). Kedelapan jenis kecerdasan tersebut meliputi:
special visual, linguistic, interpersonal, musical, natural, body kinestetik,
intrapersonal, dan logis matematik. Yang biasanya disebut SLIM N BILL.
Setiap kecerdasan tersebut dapat dilatih dengan kegiatan-kegiatan yang sesuai
dengan jenis kecerdasan yang akan dikembangkan.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik saecara
utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta
didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia serhingga terwujid dalam perilaku sehari-
hari.
“Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar
membentuk anak-anak muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan
juga membentuk mereka menjadi pelaku baik bagi perubahan dalam hidupnya
sendiri, yang pada gilirannya akan menyumbankan perubahan dalam tatanan
social kemasyarakatan menjadi lebih adil, baik, dan manusiawi.” (Doni
Koesoema A M.Ed dalam Irianto, 2011).
Menurut Mendiknas, Prof. Muhammad Nuh, pembentukan karakter
perlu dilakukan sejak usia dini. Jika karakter sudah terbentuk sejak usia dini,
maka tidak akan mudah untuk mengubah karakter seseorang. Ia juga berharap,
pendidikan karakter dapat membangunkepribadian bangsa. (Andian, 2010)
Pendidikan karakter muncul sebagai jawaban atas belum berhasilnya
system pendidikan menciptakan lulusan yang memiliki keseimbangan
kompetensi antara kemampuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan
sikap (apektif) yang sebenarnya telah menjadi filosofi dalam ranah pendidikan
Indonesia. Pendidikan masih menekankan pada kompetensi kognitif,
sedangkan aspek psikomotorik presentase implementasinya masih relatif kecil,
apalagi aspek afektif.
Andian (2010), menyatakan bahwa, “Munculnya gagasan program
pendidikan karakter di Indonesia bias dimaklumi. Sebab, selama ini
diradsakan proses pendidikan dirasa belum berhasil membangun Indonesia
yang berkarakter. Bahkan banyak yang menyebut pendidikan telah gagal,
karena banyak lulusan sekolah atau sarjana yang piawai dalam menjawab soal
ujian, berotak cerdas, tetapi mental dan moralnya lemah”. Lebih lanjut,
Andian memberikan contoh bahwa “Banyak pakar bidang moral dan agama
yang sehari-hari mengajar tentang kebaikan, tetapi perilakunya tidak sejalan
dengan ilmu yang diajarkannya. Sejak kecil, anak-anak diajarkan menghafal
tentang bagusnya sikap jujur, berani, kerja keras, kebersihan, dan jahatnya
kecurangan. Tapi, nilai-nilai kebaikan itu diujikan sebatas pengetahuan di atas
kertas dan dihafal sebagai bahan yang wajib dipelajari, karena diduga akan
keluar dalam kertas ujian”.
B. Hubungan Pendidikan Karakter dengan Keberadaban Bangsa
Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah pembentukan karakter.
Pasal I UUD Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan
pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk
memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas
tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insak
Indonesia yang cerdas, namun jua berkepribadian atau berkarakter, sehingga
nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan
karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.
Dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk
memfasilitasi perkembangan karakter, sehingga anggota masyarakat
mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis dan
demokratis dengan tetap memperhatikan sendi-sendi Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dan norma-norma sosial di masyarakat yang telah
menjadi kesepakatan bersama.
Pendidikan karakter harus digali dari landasan ideology Pancasila, dan
landasan kostitusional UUD 1945. Sejarah Indonesia memperlihatkan bahwa
pada tahun 1928, ikrar “Sumpah Pemuda” menegaskan tekad untuk
membangun nasional Indonesia. Mereka bersumpah untuk berbangsa,
bertanah air, dan berbahasa satu yaitu Indonesia. Ketika merdeka dipilihnya
bentuk Negara kesatuan. Kedua peristiwa sejarah ini menunjukkan suatu
kebutuhan yang secara sosio-politis merefleksi keberadaan watak pluralisme
tersebut. Kenyataan sejarah dan sosial budaya tersebut lebih diperkuat lagi
melalui arti simbol “Bhineka Tunggal Ika” pada lambing Negara Indonesia
(Syamsudin, 2008)
Pendidikan karakter untuk membangun keberadaban bangsa adalah
kearifan dari keanekaragaman nilai dan budaya masyarakat Indonesia.
Kearifan itu segera muncul, jika seseorang mebuka diri untuk menjalani
kehidupan bersama dengan melihat realitas plural yang terjadi. Oleh karena itu
pendidikan harus diletakkan pada posisi yang tepat, apalagi ketika menghadapi
konflik yang berbasis pada ras, suku, dan keagamaan. Pendidikan karakter
bukanlah sekedar wacana tetapi realitas implementasinya, bukan hanya
sekedar kata-kata tetapi tindakan dan bukan simbol atau slogan, tetapi
keberpihakan yang cerdas untuk membangun keberadapan bangsa Indonesia.
Pembiasaan berperilaku santun dan damai adalah refleksi dari tekad kita sekali
merdeka, tetap merdeka.
Penanaman nilai-nilai karakter bangsa harus dimulai dari pendidikan
informal, dan secara parallel berlanjut pada pendidikan formal dan non formal.
Tantangan saat ini dan kedepan adalah bagaimana kita mampu menempatkan
pendidikan karakter sebagai suatu kekuatan bangsa. Oleh karena itu kebijakan
dan implementasi pendidikan yang berbasis karakter menjadi sangat penting
dan strategis dalam rangka membangun bangsa ini. Hal ini tentunya juga
menuntut adanya dukungan yang kondusif dari pranata politik, sosial dan
budaya bangsa.
C. Pentingnya Pendidikan Karakter Bangsa
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu
melibatkan aspek pengetahuan (kognitif), perasaan (feeling), dan tindakan
(action). Pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas,
namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir
generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas
dengan nilai-nilai leluhur bangsa serta agama. Pembentukan karakter
merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini maka
pendidikan karakter diperlukan untuk membangun kehidupan yang lebih
beradab, bukan kehidupan yang justru dipenuhi dengan perilaku biadab.
Dengan pendidikan kaakter yang diterapkan secara sistematis dan
berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi
ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa
depan, karena seseorang akan lebih udah dan berhasil menghadapi segala
macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara
akademis. Tetapi hal ini harus diimbangi dengan pertumbuhan akhlak yang
baik pula.
Dasar pendidikan karakter, sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-
kanak, karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam
mengembangkan potensinya. Sudah sepatutunya pendidikan karakter dimulkai
dari dalam keluarga yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan
karakter anak, karena sebagian besar masa kanak-kanak dihabiskan di
lingkungan keluarga. Oleh karena itu, peran orang tua sangat penting dalam
pertumbuhan karakter anak. Namun bagi sebagian keluarga, proses pendidikan
karakter itu sangatlah sulit, terutama bagi orang tua yang terjebak dalam
rutinitas padat. Karena itu, seyogyanya pendidikan karakter juga perlu
diberikan saat anak-anak masuk lingkunmgan sekolah, terutama sejak play
group dan taman kanak-kanak. Disini, peran Guru yang menjadi ujung
tombak, karena Guru yang berhadapan langsung dengan peserta didik.
Seorang Guru yang dalam filososfi jawa disebut digugu lan ditiru, harus dapat
menjalankan tugasnya secara optimal dalam membentuk karakter seorang
anak.
Namun saat ini, pendidikan formal disekolah saja tidak cukup,
pengaruh lingkungan dan kehidupan modern yang berkembang membuat kita
harus waspada terhadap hal-hal negative yang bias merasuki pikiran dan
mempengaruhi pribadi seorang anak. Agar seorang anak menjadi anaka yang
baik, sholeh , dan berhasil dalam berkehidupan di masyarakat bukan hanya
dibutuhkan kepandaian dan ilmu yang tinggi tetapi juga harus diimbangi
dengan pembentukan karakter anak yang baik dan sholeh. Pembentukan
karakter inilah yang sangat penting dilakukan pada saat anak masih usia dini.
Pentingya pendidikan berkarakter untuk membangun bangsa agar lebih
maju dan segera bangkit dari keterpurukan. Program pendidikan karakter
dapat dimulai sebagai suatu upaya yang sangat strategis dan tujuan
kedepannya untuk membuka pintu bagi bangsa ini agar bias lebih maju dan
tidak ketinggalan dari bangsa lain. Bagaimana jadinya jika bangsa ini tidak
mengedepankan pendidikan dan pembangunan karakter bangsa, juga tidak ada
daya juang yang kuat yang didorong dari dalam diri tiap anak bangsa yang
mempersatukan pemerintah dan rakyat.
Karena pentingnya pendidikan berkarakter maka kita harus mengetuk
pintu semua elemen yang ada pada bangsa ini agar memiliki komotmen
menjalankan Pendidikan berkarakter sebagai bagain yang teramat penting
yang dapat menjadi jati diri bangsa. Karakter yang selama ini mementingkan
kelompok atau golongan sendiri harus segera ditinggalkan. Kalau tidak,
Negara Indonesia berada di ujung tanduk. Akhirnya, dengan pendidikan yang
dapat meningkatkan semua potensi kecerdasan anak-anak bangsa dan
dilandasi dengan pendidikan karakternya, diharapkan anak-anak bangsa di
masa depan akan memiliki daya saing yang tinggi untuk hidup damai dan
sejahtera sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia yang semakin maju dan
beradab.
D. Peran Kepramukaan dalam Pendidikan Karakter Bangsa
Sering terjadi kerancuan dalam memahami hakikat apa itu pramuka,
kepramukaan, dan gerakan pramuka. Kata pramuka merupakan singkatan dari
Praja Muda Karana yang berarti “rakyat muda yang suka berkarya”.
Pramuka merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka yang
terdiri dari anggota muda (siaga, penggalang, penegak), anggota dewasa muda
(pandega), anggota dewasa (Pembina pramuka, pelatih, Pembina professional,
pamong SAKA, instruktur SAKA, pimpinan SAKA, andalan dan anggota
MABI. Kepramukaan adalah proses pendidikan luar lingkungan sekolah dan
di luar lingkungan keluarga, dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan,
sehat, teratur, terarah, praktis, yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip
dasar kepramukaan dan metode kepramukaan. Sedangkan gerakan pramuka
adalah gerakan pendidikan yang komplementer dan suplementer (melengkapi
dan memenuhi pendidikan yang diperoleh anak/remaja/pemuda di rumah dan
disekolah), pada segmen yang belum ditangani oleh lembaga pendidikan lain
yang pelaksanaannya menggunakan prinsip dasar kepramukaan dan metode
kepramukaan, di alam terbuka (outdoor activities), dan yang sekaligus dapat
menjadi upaya “self education” bagi dan oleh anak/remaja/pemuda/pramuka
sendiri.