penjelasan data aspek fisik perpetaan kota bandung
DESCRIPTION
Geologi, Hidrogeologi, Topografi, Jenis Tanah, Administrasi, Rawan Bencana Alam, Kota Bandung, Pemetaan Kota Bandung, Penjelasan aspek Fisik alamiah, Formasi Batuan Lapisan HidrogeologiTRANSCRIPT
-
1. Penjelasan Jenis Tanah
Kota Bandung memiliki 2 jenis tanah, alluvial dan latosol. Bersumber dari
Sarief Saifuddin (1986) dalam buku Ilmu Tanah Pertanian , sifat fisik dari
masing masing jenis tanah seperti yang disebutkan diatas adalah sebagai
berikut :
1.1 Latosol
Permeabilitas : Lambat
Kesuburan : Rendah Sampai Tinggi
Kedalaman Efektif : > 50 M
Karakter Fisik : Keras Sewaktu Kering,Teguh Sewaktu Lembab
Tekstur : Liat Sampai Berpasir
1.2 Aluvial
Permeabilitas : Cukup Baik
Kesuburan : Rendah Sampai Sedang
Kedalaman Efektif : 130 Cm - 5 M
Karakter Fisik : Gembur
Tekstur : Liat Berstruktur Gembur
Secara lebih detail, maksud dari aspek pembangun sifat fisik tanah
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Permeabilitas
Daya Meloloskan Air dari lapisan solum (tanah) menuju struktur batuan.
b. Kesuburan & Kedalaman Efektif
Tingkat Kesuburan Tanah berkorelasi dengan kedalaman efektif, dimana
lapisan top soil merupakan lapisan subur (baik untuk ditanami tumbuhan)
dan kedalaman efektif mengindikasikan batas unsur hara yang terdapat di
dalam jenis tanah tersebut.
c. Karakteristik Fisik & Tekstur Tanah
Berkaitan dengan interaksi tanah dengan aspek lain, seperti suhu dan
curah hujan. Gembur dalam sifat fisik alluvial diatas adalah lebih mudah
diolah / dibudidayakan dalam kondisi apapun, berkaitan erat dengan
tesktur tanah.
-
2. Penjelasan Mengenai Topografi
Topografi diurai secara lebih singkat menjadi kemiringan dan ketinggian.
Dalam data topografi Kota Bandung, data ketinggian yang digunakan adalah
kontur (data ketinggian selain kontur pun ada, misal ; data titik tinggi). Berikut
adalah uraiannya :
2.1 Ketinggian (Kontur)
Istilah yang digunakan dalam Data Fisik Kota Bandung tersebut ada empat
(4), yaitu :
Kontur Index / Kontur Mayor
Kontur Intermediate
Kontur Depriasi
Kontur Minor
Ilustrasinya adalah sebagai berikut :
Kontur Index untuk Kota Bandung menggunakan satuan 50 m (setiap
ketinggian kelipatan 50 m, berarti adalah kontur index. Contoh : 700 m, 750
m, 800 m, dsb.
Kontur Intermediate adalah kontur yang dihasilkan dari pembagian satuan
kontur index (dibagi 2). Dalam data fisik Kota Bandung, setiap ketinggian
yang memiliki nilai kelipatan 25, adalah kontur intermediate. Contoh : 675
m, 725 m, 775 m, dsb.
Kontur Depriasi adalah kontur yang dihasilkan dari pembagian kontur index
(dibagi 4). Dalam data fisik Kota Bandung, setiap ketinggian yang memiliki
nilai kelipatan dari 12,5 adalah kontur depriasi. Contoh : 687,5 m, 712,5 m.
Kontur Minor adalah kontur dengan ketinggian acak (random) tanpa
kelipatan. Contoh : 888 m, 946 m, dsb.
2.2 Kemiringan
Berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia,
tingkat kemiringan dan status kelerengan suatu wilayah menentukan pola ruang
yang akan direncanakan. Secara singkat, uraiannya adalah sebagai berikut :
Persen kemiringan diatas 40 %, memiliki status sangat curam dan
diharuskan menjadi kawasan lindung.
Persen kemiringan berkisar antara 30 40 % memiliki status agak curam
sampai curam, direkomendasikan menjadi kawasan penyangga.
Persen kemiringan berkisar antara 0 25 % memiliki status datar sampai
agak curam, diperbolehkan menjadi kawasan budidaya.
-
3. Penjelasan Mengenai Formasi Geologi
Berikut adalah penjelasan mengenai formasi batuan yang terdapat di Kota
Bandung pada Tabel 1.
Tabel 1
Litological Explanation
No Formasi Batuan Uraian Litologi Umur
Batuan
1 Endapan Undak
dan Danau
Pasir, tidak mampat, sisipan lanau
dan lempung; kerakal, sisa tanaman,
silang-siur. Sedimen silang-siur dgn
bongkah mengandung pirit di kawah
G. Kendeng.
Holosen
2
Hasil Gunungapi
Muda Tak
Teruraikan
Breksi, lava bersifat andesit dan
basalt, pasir tuf, lapili Kuarter
3
Hasil Gunungapi
Tua Tak
Terpisahkan
Breksi gunungapi, lahar dan lava
selang-seling berulang
Plistosen
Atas
4 Lava Aliran lava muda; basaltik Holosen
5 Tuf Berbatuapung
Pasir tufan, lapili, bom, lava sekoria,
fragmen andesit- basalt bersudut,
batuapung, terutama dari letusan Gn.
Tangkubanparahu
Holosen
6
Tuf pasiran dari
Gn. Dano dan Gn.
Tangkubanparahu
Tuf pasiran dari kecoklatan, sangat
sarang (porous), mengandung kristal
hornblenda sangat kasar, lahar
Holosen
*Mohon maaf untuk penjelasan leb ih lanjutnya tidak dapat ditampilkan, dikarenakan bahasa
penjabaran yang cukup rumit dan cukup panjang, sehingga dikhawatirkan terjadi miskonsepsi. Untuk
penjabaran leb ih detailnya, dapat dicari di media komunikasi internet.
-
4. Penjelasan Hidrogeologi
Dalam bahasa umum, hidrogeologi diartikan sebagai air di bawah
permukaan tanah. Oleh karena itu, terdapat istilah Akuifer, yang artinya adalah
lapisan pembawa air yang berasal dari permukaan. Dalam data fisik hidrogeologi
Kota Bandung, terdapat tiga (3) istilah, sebagai berikut :
Akuifer dangkal dengan produktivitas rendah
Akuifer dengan produktivitas rendah sampai sedang
Akuifer dengan produktivitas sedang sampai tinggi
Yang dimaksud dengan produktivitas dalam uraian data tersebut adalah
tingkat lapisan akuifer dalam menghasilkan air tanah. Tingkat produktivitas ini
sangat dipengaruhi oleh permeabilitas tanah, permeabilitas batuan dan porositas
batuan.
Permeabilitas Daya meloloskan air
Porositas Banyaknya persentase pori pori batuan (%)
Selanjutnya akan dijelaskan mengenai makna tiga istilah akuifer diatas,
sebagai berikut :
Akuifer dangkal dengan produktivitas rendah :
Akuifer dangkal maksudnya adalah memiliki muka air tanah yang dangkal
dan produktivitas rendah mengindikasikan bahwa akuifer ini adalah jenis
akuifer bebas. Akuifer Bebas (unconfined aquifer) pada bagian bawahnya
dibatasi oleh akuiklud sedangkan bagian atasnya dibatasi oleh lapisan
bebas atau muka air tanah bebas pada tekanan yang sama dengan
tekanan atmosfer. Sehingga air tanah yang dihasilkan tidak banyak dan
cukup cepat untuk habis.
-
Akuifer dengan produktivitas rendah sampai sedang
Akuifer ini dikenal juga dengan sebutan akuifer bocor (Leaky Aquifer).
Muka air tanahnya kemungkinan dangkal atau dalam. Hal ini diakibatkan
karena letaknya yang berada pada lapisan semi-impermeable. Secara
lebih jelas, Akuifer bocor (leaky aquifer) atau akuifer setengah tertekan, air
tanahnya terletak di bawah lapisan setengah kedap air sehingga akuifer
disini terletak diantara akuifer bebas dan akuifer tertekan. Akuifer jenis ini,
produktivitas dan tinggi muka air tanahnya ditentukan juga oleh ketinggian
wilayah, vegetasi dan kegiatan yang ada di sekitarnya
.
Akuifer dengan produktivitas sedang sampai tinggi
Akuifer ini disebut juga sebagai akuifer tertekan (confined aquifer), dimana
tinggi muka air tanahnya dalam, dan produksi airnya banyak, sehingga
biasanya digunakan sebagai sumur arthesis / Arthesian Well. Arthesian
Well digunakan oleh kerajaan besar di dunia, sebelum adanya PDAM (:D).
Akuifer tertekan (confined aquifer), air tanahnya terletak di bawah lapisan
kedap air dan memiliki tekanan lebih besar daripada tekanan atmosfer,
sehingga jika dibor pada kedalaman tertentu (biasanya diatas 20 m),
maka air tanahnya akan menyembur ke permukaan tanah dengan aliran
yang kencang dan cukup banyak, jika dikelola lebih lanjut, maka menjadi
Arthesian Well.
-
5. Penjelasan Rawan Bencana Alam
Pada dasarnya, Kota Bandung aman terhadap bencana alam. Potensi
banjir yang terjadi di Wilayah Kecamatan Gedebage, merupakan dampak
dari ketinggian yang rendah (mdpl), karena merupakan bagian dari
cekungan Bandung. Yang dimaksud dengan potensi aliran lahar
kemungkinan besarnya adalah jika Gunung Tangkuban Parahu meletus
atau meletus kembali, dikarenakan belum jelasnya status Gunung
Tangkuban Parahu, apakah sebagai gunung api aktif atau non-aktif. Untuk
potensi gerakan tanah, sebenarnya merupakan efek parallel dari terjadinya
sesar Lembang, yang menurut peneliti, dikatakan sesar Lembang
panjangnya adalah 5 Km dari Lembang menuju Bandung bagian Utara dan
disinyalir akan terus bertambah panjangnya. Pada dasarnya, bencana
rawan gerakan tanah berasal dari area utara Kota Bandung, yaitu
Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung yang gerakan
tanahnya bergerak mendorong terus terhadap tanah Kota Bandung bagian
Utara yang merupakan tepi cekungan. Oleh karena itu, di bagian Utara
Kota Bandung, disinyalir banyak terjadi gerakan tanah antiklin dan sinklin
(menaik dan menurun), yang menyebabkan wilayah ini menjadi lebih terjal
dibandingkan wilayah lainnya di Kota Bandung.