modul praktikum perpetaan lab perpetaan dan geologi.pdf
TRANSCRIPT
MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM PERPETAAN DAN GEOLOGI
PROGRAM STUDI GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM PERPETAAN DAN GEOLOGI
GEOFISIKA UNPAD
Tata Tertib Laboratorium Perpetaan Geofisika Unpad 1. Berlaku sopan, santun dalam laboratorium.
2. Menjunjung tinggi dan menghargai asisten laboratorium dan sesama pengguna
laboratorium.
3. Menjaga kebersihan dan kenyamanan ruang laboratorium.
4. Setiap orang yang melakukan peminjaman alat wajib untuk mengisi daftar
peminjaman alat.
5. Wajib mengisi daftar masuk ruangan laboratorium perpetaan dan geologi.
6. Membersihkan peralatan yang digunakan dalam praktikum maupun penelitian dan
mengembalikannya kepada asisten laboratorium atau kepala laboratorium.
7. Dilarang makan, minum, dan merokok selama kegiatan praktikum.
8. Tas disimpan ditempat yang telah disediakan.
Tata Tertib Praktikum Perpetaan Geofisika Unpad
Dalam melaksanakan praktikum perpetaan dilaboratorium maupun dilapangan
setiap praktikan harus memperhatikan tata tertib dibawah ini
1. Praktikan harus sudah hadir 15 (lima belas) menit sebelum praktikum dimulai.
2. Praktikan harus mengenakan kemeja dan tidak dibenarkan untuk mengenakan
sepatu sandal ataupun kaos.
3. Praktikan tidak diperkenankan untuk makan dan minum selama praktikum kecuali
dengan izin asisten.
4. Praktikan wajib mengikuti seluruh materi praktikum sedangkan bagi yang tidak
dapat mengikuti praktikum karena sakit atau sebab lain wajib menyerahkan bukti
yang sah.
5. Praktikan yang tidak membawa Laporan Awal tidak diperbolehkan untuk mengikuti
praktikum saat itu dan akan ditentukan waktu praktikum susulan oleh asisten yang
disetujui oleh kepala laboratorium.
6. Praktikan yang tidak hadir sebanyak 2 kali tanpa keterangan maka akan dianggap
gagal dan semua praktikum yang telah dilakukan dianggap batal.
7. Selama praktikum, praktikan tidak diizinkan untuk menggunakan alat komunikasi
(hp).
8. Selama praktikum praktikan wajib menjaga ketertiban dan ketenangan
laboratorium.
9. Setelah melakukan praktikum, praktikan wajib untuk merapikan kembali alat yang
telah digunakan dalam praktikum.
10. Setelah melakukan praktikum, praktikan wajib mencatat seluruh data hasil dari
praktikum.
11. Setelah melakukan praktikum, praktikan wajib mengumpulkan laporan akhir
praktikum sesuai dengan format yang telah ditentukan.
12. Praktikan yang tidak menyerahkan Laporan Akhir dinyatakan gagal pada modul
tersebut.
13. Asisten berhak mengeluarkan praktikan yang tidak mentaati tata tertib di atas.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis sampaikan kepadan Tuhan YME pada akhirnya revisi modul
praktikum Perpertaan dapat diselesaikan. Pada modul ini terdiri dari 9 kegiatan praktikum
yaitu Membaca Peta, Global Positioning System, Membaca ketinggian dengan Altimeter,
Menggambar Kontur, Menentukan Koordinat Suatu Titik di Peta, Kompas Geologi,
Pengukuran Situasi dengan Menggunakan Theodolite Kompas (T-0), Menggambar Kontur
dengan Perangkat Lunak Surfer, Teknik Peta Kompas. Revisi modul ini dilakukan untuk
memaksimalkan dan mengintegrasikan setiap kegiatan praktikum. Penambahan informasi
baru dan variasi dalam tugas dalam kegiatan praktikum diharapkan dapat memperbahurui
pengetahuan dalam bidang perpetaan. Modul ini diharapkan dapat menjadi acuan sederhana
dan membantu praktikan dalam menjalani kegiatan praktikum perpetaan.
Akhirnya, sebagai karya manusia biasa,, Tim Revisi Modul menyadari pasti banyak
kekurangan dan kelemahan dalam Modul ini. Sehubungan dengan hal itu kami terbuka
terhadap kritik dan sarannya.
Jatinangor, 10 September 2014
Tim Revisi Modul
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
PT-01 Membaca Peta
PT-02 Global Positioning System
PT-03 Membaca ketinggian dengan Altimeter
PT-04 Menggambar Kontur
PT-05 Menentukan Koordinat Suatu Titik di Peta
PT-06 Kompas Geologi
PT-07 Pengukuran Situasi dengan Menggunakan Theodolite Kompas (T-0)
PT-08 Menggambar Kontur dengan Perangkat Lunak Surfer
PT-09 Teknik Peta Kompas
Daftar Pustaka
Tim Revisi Modul
PT – 01
MEMBACA PETA
1.1 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui jenis – jenis peta
2. Memahami cara membaca peta, diantaranya:
a. Membaca unsur topografi
b. Menentukan titik control (titik tinggi, titik triagulasi, titik GPS)
c. Membaca kordinat geodetis (proyeksi UTM)
d. Menentukan skala grafis/ numeris
e. Membaca Kontur
1.2 Peralatan
1. Peta Rupa Bumi Indonesia, Bakosurtanal skala 1 : 25.000
2. Alat tulis
3. Penggaris
1.3 Teori Dasar
1.3.1 Pengertian Peta
Peta merupakan gambaran dua dimensi pada bidang datar baik secara keseluruhan
maupun sebagian darinpermukaan bumi yang diproyeksikan dengan skala tertentu
serta dibuat dengan metode tertentu dan memiliki identitas. Pada hakekatnya peta
adalah sebuah alat peraga (Sandy, 1986), karena malalui peta seseorang akan dapat
menyampaikan ide pada orang lain yang berupa gambaran tentang bentuk-bentuk
muka bumi, distribusi penduduk, penggunaan lahan di suatu tempat, kesuburan
tanah, kedalaman air laut, penyebaran iklim dan lain-lain yang terutama berkaitan
dengan aspek keruangan (spasial).
Peta Permukaan Bumi
Bidang datar atau bidang yang
didatarkan
Bidang beraturan sehingga
memiliki definisi
pendekatan matematis
Bidang dengan luas terbatas
Bentuk dan luasnya tetap
Bidang lengkung
Bidang tidak beraturan
sehingga tidak dapat
didefinisikan secara matematis
Bidang yang sangat luas
Bentuk dan luasnya bergantung
pada proses ilmiah
Perbedaan diatas perlu dipahami secara baik oleh pembaca peta agar tidak terjadi
kesalahan penafsiran dalam membaca peta
.
1.3.2 Pengertian Peta
1. Conform, yaitu bentuk dari sebuah peta yang digambar serta harus sebangun
dengan keadaan asli atau sebenarnya di wilayah asal atau di lapangan.
2. Equidistance, yaitu jarak di peta jika dikalikan dengan skala yang telah di
tentukan sesuai dengan jarak di lapangan.
3. Equivalent, yaitu daerah atau bidang yang digambar di peta
setalah dihitung dengan skalanya, akan sama dengan keadaan yang ada di lapangan.
1.3.3 Pengertian Peta
Jenis-jenis Peta
1. Peta Berdasarkan Sumber Datanya
- Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan.
- Peta turunan (Derived Map) yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta
yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan.
2. Peta berdasarkan jenis data yang disajikan
a. Peta topografi, yaitu peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap
dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta
digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang
menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama.
b. Peta korografi, yaitu peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian
permukaan bumi yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang. Contoh
peta korografi adalah atlas.
c. Peta dunia atau geografi, yaitu peta umum yang berskala sangat kecil dengan
cakupan wilayah yang sangat luas
3. Peta bedasarkan skala
a. Peta kadaster, berskla 1 : 100 – 1 : 5.000
b. Peta skala besar, berskala 1 : >5.000 - 1 : 250.000
c. Peta skala sedang, berskala 1 : >250.000 - 1 : 500.00
d. Peta skala kecil, beskala 1 : > 500.000 - 1 : 1.000.000
e. Peta geografi, berskla 1 : > 1.000.000
1.3.4 Komponen-Komponen Peta
1. Judul Peta
Judul peta memuat isi peta. Dari judul peta Anda dapat segera mengetahui data dan
daerah mana yang tergambar dalam peta tersebut.
Contoh:
Peta Penyebaran Penduduk Pulau Jawa.
Peta Bentuk Muka Bumi Asia.
Peta Indonesia.
Judul peta merupakan komponen yang sangat penting. Biasanya, sebelum pembaca
memperhatikan isi peta, pasti terlebih dahulu judul yang dibacanya. Judul peta hendaknya
memuat/mencerminkan informasi yang sesuai dengan isi peta. Selain itu, judul peta jangan
sampai menimbulkan penafsiran ganda pada peta. Judul peta biasanya diletakkan di bagian
tengah atas peta. Tetapi judul peta dapat juga diletakkan di bagian lain dari peta, asalkan
tidak mengganggu kenampakan dari keseluruhan peta.
2. Nomer Peta
Nomor peta biasanya dicantumkan diselah kanan atas peta. Selain sebagai nomor
regisrtasi dari badan pembuat, nomor peta juga berguna sebagai petunjuk jika kita
memerlukan peta daerah lain disekitar suatu daerah yang terpetakan. Biasanya di bagian
bawah disertakan pula lembar derajat yang mencantumkan nomor-nomor peta yang ada
disekeliling peta tersebut.
3. Koordinat Peta
Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Koordinat ditentukan dengan
menggunakan sistem sumbu, yaitu garis-garis yang saling berpotongan tegak lurus. Sistem
koordinat yang resmi dipakai ada dua, yaitu :
a. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak
lurus terhadap katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang
sejajar dengan katulistiwa. Koodinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat,
menit, dan detik.
b. Koordinat Grid
Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak
terhadap suatu titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan nol terdapat
disebelah barat Jakarta (60 derajat LU, 68 derajat BT). Garis vertikal diberi nomor
urut dari selatan ke utara, sedangkan garis horizontal diberi nomor urut dari barat ke
timur.
Sistem koordinat mengenal penomoran dengan 6 angka, 8 angka dan 10 angka.
Untuk daerah yang luas dipakai penomoran 6 angka, untuk daerah yang lebih sempit
digunakan penomoran 8 angka dan 10 angka (biasanya 10 angka dihasilkan oleh GPS).
4. Skala Peta
Selain judul Anda juga akan
menemukan skala pada peta. Skala
merupakan ciri yang membedakan peta
dengan gambar lain. Skala peta sangat
erat kaitannya dengan data yang
disajikan. Bila ingin menyajikan data
secara rinci, maka gunakanlah skala
besar, (1 : 5.000 sampai 1 : 250.000).
Sebaliknya bila ingin menunjukkan data
secara umum, gunakanlah skala kecil (1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000 atau lebih). Skala
pada peta adalah perbandingan jarak antara dua titik di peta dengan jarak sebenarnya di
permukaan bumi. Contoh: skala 1 : 500.000 artinya 1 cm jarak di peta sama dengan
500.000 cm ( 5Km) jarak sebenarnya di permukaan bumi.
5. Kontur
Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan
titik-titik yang berketinggian sama dari permukaan laut,
sifat-sifat garis kontur adalah :
a. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.
b. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis
kontur yang lebih tinggi.
c. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang.
d. Interval kontur biasanya 1/2000 kali skala peta.
e. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang curam/terjal,
sebaliknya yang renggang menandakan permukaan bumi yang landai.
f. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan gunung.
g. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" terbalik menandakan suatu
lembah/jurang.
6. Legenda Peta
7. Petunjuk Arah
Yang perlu diperhatikan adalah arah Utara Peta. Cara paling
mudah adalah dengan memperhatikan arah huruf-huruf tulisan yang
Pada peta yang pernah Anda lihat,
adakah legenda/keterangan petanya?
Legenda juga merupakan komponen penting
pada peta. Karena peta tanpa legenda.
Keterangan petanya, sulit untuk dibaca. Jadi
agar mudah dibaca dan ditafsirkan, peta
harus dilengkapi dengan legenda/
keterangan. Legenda menerangkan arti dari
simbol-simbol yang terdapat dalam peta.
Legenda biasanya diletakkan di pojok kiri
bawah peta. Selain itu legenda peta dapat
juga diletakkan pada bagian lain peta,
sepanjang tidak mengganggu kenampakan
peta secara keseluruhan.
ada pada peta. Arah atas tulisan adalah Arah Utara Peta.Pada bagian bawah peta biasanya
juga terdapat petunjuk arah utara yaitu :
a. Utara sebenarnya/True North : yaitu utara yang mengarah pada kutub utara bumi.
b. Utara Magnetis/Magnetic North : yaitu utara yang ditunjuk oleh jarum magnetis
kompas, dan letaknya tidak tepat di kutub utara bumi.
c. Utara Peta/Map North : yaitu arah utara yang terdapat pada peta.
Kutub utara magnetis bumi letaknya tidak bertepatan dengan kutub utara bumi.
Karena pengaruh rotasi bumi, letak kutub magnetis bumi bergeser dari tahun ke tahun.
Oleh karena itu, untuk keperluan yang menuntut ketelitian perlu dipertimbambangkan
adanya iktilaf(deklinasi) peta, iktilaf magnetis, iktilaf peta magnetis, dan variasi magnetis.
a. Deklinasi Peta:adalah beda sudut antara sebenarnya dengan utara peta. Ini terjadi
karena perataan jarak paralel garis bujur peta bumi menjadi garis koordinat vertikal
yang digambarkan pada peta.
b. Deklinasi Magnetis: Selisih beda sudut utara sebenarnya dengan utara magnetis
c. Deklinasi Peta magnetis:Selisih besarnya sudut utara peta dengan utara magnetis
bumi.
d. variasi Magnetis:perubahan/pergeseran letak kutub magnetis bumi pertahun.
8. Sumber dan Tahun Pembuatan Peta
Bila Anda membaca peta, perhatikan sumbernya. Sumber memberi kepastian kepada
pembaca peta, bahwa peta tersebut bukan hasil rekaan dan dapat dipercaya. Selain sumber,
perhatikan juga tahun pembuatannya. Pembaca peta dapat mengetahui bahwa peta itu
masih cocok atau tidak untuk digunakan pada masa sekarang atau sudah kadaluarsa karena
sudah terlalu lama.
1.4 Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan peta RBI skala 1 : 25.000
2. Membaca Informasi pada bagian - bagian peta
3. Menghitung Skala numeris dan grafis pada peta
1.5 Tugas Pendahuluan
1. Apa yang dimaksud dengan peta serta fungsinya?
2. Sebutkan jenis- jenis Peta
3. Bagaimana mengetahui peta yang digolongkan peta yang baik?
4. Apa perbedaan koordinat geodetis dan koordinat proyeksi?
1.6 Tugas Akhir
1. Dari peta tofografi bakosurtanal yang anda dapatkan buatlah satu laporan yang
berisi data data berikut :
No Data Keteranga
n
1
Wilayah
2
Skala Peta
3
Ketelitian peta
4
Sistem
Proyeksi
Peta
5 Metode Pemetaan
6
Koordinat
peta(UTM dan
Geodetis)
7
Tataguna Lahan
8
Topografi
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
9.
Tempat Penting
10.
11
Titik acuan
(datum)
12
Peta Indeks
13.
Petunjuk Letak Peta
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
PT -02
Global Positioning System
4.1 Tujuan Praktikum
1. Memahami Perangkat Global Positioning System dan dapat mengukur
Koordinat Geodetik (L,B) dan koordinat proyeksi UTM (X,Y)
2. Mencari wilayah dari koordinat yang telah ditentukan sebelumnya
3. Menganalisa ketelitian perangkat GPS
4.2 Peralatan
1. GPS Garmin 60 Csx
2. Papan dada
3. Kertas HVS
4. Kamera
5. Alat tulis
4.3 Teori Dasar
4.3.1 GPS
Sistem Pemosisi Global (bahasa Inggris: Global Positioning
System (GPS)) adalah sistem untuk menentukan letak di permukaan bumi dengan
bantuan penyelarasan (synchronization) sinyal satelit. Sistem ini menggunakan 24
satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima
oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan
letak, kecepatan, arah, dan waktu. Sistem yang serupa dengan GPS antara
lain GLONASS Rusia, Galileo Uni Eropa, IRNSS India.
4.3.2 Dasar kerja GPS
Untuk menentukan posisi 2D dan pergerakannya. GPS harus memiliki
minimal 3 satelit. Jika sinyal satelit yang didapat pada GPS minimal sebanyak 4
satelite. Maka dapat menentukan posisi 3D (Lintang, Bujur dan Ketinggian).
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
Selain data( lintang, bujur & ketinggian ) diperoleh juga data lain seperti :
kecepatan, arah lintasan, jarak tempuh, jarak ke tujuan, matahari terbit &
terbenam dan lain-lain.
4.3.3 Keakuratan perangkat GPS
GPS pada umumnya 12 chanel secara parallel, salah satu faktor yang
mengurangi keakuratan gps adalah atmosfir. Akurasi biasanya disebut dengan
‘tingkat kesalahan’ apabila kita menyalakan GPS dan melihat koordinat akan ada
tampilan tingkat akurasi di kanan bawah hal tersebut menunjukan bahwa
koordinat sebenarnya bisa terdapat di sekitar jarak akurasi yang ditunjukan GPS
kita. Semakin kecil angka yang ditunjukan semakin akurat GPS yang kita
gunakan.Terkadang sinyal yang di sampai pada receiver ( GPS) dari satelit untuk
menunjukan letak lokasi kita terganggu oleh topografi alam maupun buatan . hal-
hal yang dapat mengurangi keakuratan GPS antara lain:
Kondisi geografis, seperti yang diterangkan diatas. Selama kita masih
dapat melihat langit yang cukup luas, alat ini masih dapat berfungsi.
Hutan. Makin lebat hutannya, maka makin berkurang sinyal yang dapat
diterima.
Air. Jangan berharap dapat menggunakan alat ini ketika menyelam.
Kaca film mobil, terutama yang mengandung metal.
Alat-alat elektronik yang dapat mengeluarkan gelombang elektromagnetik.
Gedung-gedung. Tidak hanya ketika di dalam gedung, berada di antara 2
buah gedung tinggi juga akan menyebabkan efek seperti berada di dalam
lembah.
Sinyal yang memantul, misal bila berada di antara gedung-gedung tinggi,
dapat mengacaukan perhitungan alat navigasi sehingga alat navigasi dapat
menunjukkan posisi yang salah atau tidak akurat.
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
4.3.4 Sinyal GPS
GPS mempunyai 2 signal L1 & L2. L1 bekerja di frekuensi 1575 MHz
pada gelombang UHF band. Bergerak langsung lurus (line of sight ) menembus
awan, kaca dan plastik . Beberapa faktor yang menghambat transmisi signal GPS
yaitu objek padat : gedung,pohon, gunung .dll
4.3.5 Perawatan GPS
Apabila GPS sering mati terdapat 2 kemungkinan , diantaranya : software
atau hardware. Dalam Software biasanya ada komando yang tidak sesuai dengan
rencana. Sedangkan untuk hardware biasanya terjadi baterai dan konektor .
Kurangi guncangan GPS yang akan memperpendek Usia GPS dan hal yang lebih
penting ialah cabut baterai apabila GPS tidak akan digunakan dalam waktu yang
lama
4.3.6 Database/ Program GPS
Terdiri dari berbagai jenis :
Baseline Program/ memory : program ini ditulis dalam software yang berupa
perhitungan. yang sistemnya dibuat permanent ( non user editable)
Extended program / memory : Untuk extended program biasanya seperti hardisk
yang dipartisi dimana partisi asli RW( Read write ), untuk garmin II/ GPS12/
yang lebih lama tidak ada fungsi externalnya yang besar, sehingga hanya
dialokasikan untuk waypoint & track saja, sedangkan untuk yang lebih besar
seperti GPS SPIII / 295 terdapat external program dan eksternal memory card
untuk peta
Tips : selalu catat koordinat dengan manual karena sewaktu-waktu GPS yang kita
gunakan bisa rusak dan tidak dapat digunakan
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
4.3.7 Petunjuk Penggunaan GPS Garmins 60 CSX
Petunjuk penggunaan GPS garmin 60 CSX dapat dijelaskan Sebagai berikut :
Menyalakan GPS
1. Tekan dan tahan tombol power , ketika unit menyala , akan ada tampilan
untuk halaman awal perangkat setelah itu diikuti oleh halaman satelit
2. Untuk mematikan GPS tekan dan tahan tombol power
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
Menginisialisasi GPS
Sebelum GPS siap untuk dioperasikan kita perlu melakukan inisialisasi GPS, hal
ini diperlukan untuk menstabilkan satelit GPS, Proses ini harus dilakukan di
lapangan/wilayah terbuka. Langkah-langkah menginisialisasi GPS adalah sebagai
berikut :
1. Tekan dan tahan tombol power untuk menyalakan GPS
2. Posisikan antena GPS mengahadap ke atas, ketika GPS penerima sedang
mencari sinyal
Maka pesan “locating satellites” akan digantikan dengan “acquiring
satellites” sampai sinyal cukup untuk menentukan lokasi tersebut
3. Tekan dan lepaskan tombol PAGE hingga halaman map tampil. Sekarang
kamu siap untuk menggunakan GPS
Menandai Wilayah di GPS ( waypoint marking)
Untuk menandai lokasi saat ini :
1. Tekan dan tahan tombol mark sampai “Mark Waypoint Page” muncul. Setelah
itu beri nama nama untuk lokasi yang akan disimpan
2. Untuk menyimpan titik koordinat pilih OK dan tekan ENTER atau untuk
merubah informasi dari Mark Waypoint Page, pilih nama koordinat yang telah
disimpan dan tekan enter untuk membuka keypad pada screen . Setelah
mengganti informasi pilih OK dan tekan ENTER
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
Mengedit Waypoint
1. Tekan FIND untuk membuka Find menu
2. Pilih menu Waypoint dan tekan enter untuk membuka halaman Waypoint
3. Pilih Waypoint yang kalian ingin edit dan tekan enter
4. Lihat setiap titik dan gunakan “Waypoint symbol chart” dan keypad
alphanumerik untuk melakukan perubahan
Menghapus Waypoint
1. Tekan FIND untuk membuka find menu
2. Pilih menu Waypoint dan tekan ENTER untuk membuka halaman waypoint
3. Pilih Waypoint yang kamu ingin hapus dan tekan ENTER
4. Pilih YES dan tekan ENTER untuk menghapus Waypoint
4.4 Prosedur Praktikum
1. Nyalakan GPS
2. Masukan koordinat Geodetis (B,L) atau koordinat proyeksi (X,Y) dari
koordinat yang telah ditentukan asisten praktikum
3. Carilah dan kunjungi koordinat yang telah dimasukan
4. Catat data koordinat secara manual dengan kertas dengan format
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
4.5 Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan pengertian dari koordinat Geodetis dan Universal Transform
Mercator ( UTM) ?
2. Jelaskan fungsi utama dari GPS dan fungsi pelengkap lainnya ?
3. Apa itu ellipsoid referensi ? Sebutkan elipsoid referensi yang digunakan di
Indonesia ?
4. Sebutkan kelebihan dan kekurangan dari GPS ?
4.6 Tugas akhir
1. Apakah kegunaan GPS dalam ilmu geofisika (dalam hal ini survey
geofisika)?
2. Bagaimana cara meminimalisir kesalahan pada pembacaan posisi pada
GPS?
3. Berdasarkan data yang diberikan dan hasil pembacaan yang diperoleh,
Gunakan program miscrosoft Excel dengan memasukan x sebagai
longitude y sebagai latitude pada koordinat geodetis dan X dan Y pada
UTM bandingkan hasil koordinat yang anda dapat dengan koordinat
yang diberikan , apakah terdapat perbedaan? Mengapa? Lakukan analisa!
4. Berdasarkan hasil pembacaan ketinggian yang diperoleh, lakukan analisa
pengukuran GPS dengan medan yang anda lalui ?
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
PT-03
MENGUKUR KETINGGIAN DENGAN MENGGUNAKAN ALTIMETER
6.1 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa memahami cara penggunaan altimeter dan cara akuisi data
dengan metode satu alat atau dua alat.
2. Mahasiswa memahami koreksi – koreksi yang ada pada altimeter
6.2 Peralatan
1. Altimeter
2. GPS
3. Obeng
4. Thermometer
5. Alat tulis
6. Alat hitung
7. Tabel pangambilan data
6.3 Teori Dasar
6.3.1 Altimeter
Altimeter adalah alat untuk mengukur ketinggian suatu titik dari permukaan
laut. Biasanya alat ini digunakan untuk keperluan navigasi dalam penerbangan,
pendakian, dan kegiatan yang berhubungan dengan ketinggian.
Pada prinsipnya, pengukuran tinggi barometris adalah penentuan ketinggian
yang didasarkan atas adanya hubungan antara ketinggian dengan tekanan udara,
dan pada pengukuran dengan altimeter yang akan diukur adalah tekanan udaranya
sedangkan yang ditentukan adalah ketinggiannya.
Altimeter merupakan barometer yang mengalami perubahan dimana hasil
pengukuran tekanan udara dapat dikomversi dalam bacaan tinggi secara langsung.
Penetapan skala bacaan tinggi pada altimeter dilakukan berdasarkan suatu
hubungan baku antara tekanan udara dan ketinggian pada kondisi temperatur
500F, dengan kata lain perubahan tekanan udara hanya disebabkan oleh perubahan
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
tinggi. Apabila pengukuran dilakukan diluar kondisi baku, maksudnya pada
kondisi temperaturnya lebih dari 500F, maka ketinggian yang terbaca dari
altimeter perlu diberi koreksi temperatur dan koreksi barometris. Koreksi
kelembaban dan koreksi gaya berat dalam pengukuran ini diabaikan karena tidak
berpengaruh.
Setiap altimeter yang dipakai harus dikalibrasi. Periksa ketelitian altimeter di titik-
titik ketinggian yang pasti. Altimeter sangat peka terhadap guncangan, perubahan
cuaca, dan perubahan temperatur.
Gambar 6.1 Altimeter Paulin
6.3.2 Koreksi dalam Altimeter
Ada beberapa koreksi yang dilakukan dalam survey altimeter, yaitu:
1. Koreksi Temperatur (KT)
Koreksi ini dilakukan untuk mengetahui selisih bacaan tinggi (beda tinggi)
yang diperoleh altimeter sebagai akibat perbedaan temperature udara dengan
temperature baku dari altimeter tersebut. Pada dasarnya, perhitungan koreksi
temperature ini didasarkan pada perubahan volume suatu massa udara pada
temperature baku untuk tiap perubahan temperature pada tekanan tetap, dan secara
empiris besarnya 0.204%. untuk mengetahui koreksi temperaturnya, maka dapat
dicari dengan rumus:
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
Beda altimeter bias juga didapat dari hasil pengurangan nilai pembacaan
sesudah dengan nilai sebelum pembacaan. Sedangkan teperatur rata – rata bias
diperoleh dari penjumlahan temperature sebelumnya dengan temperature
sesudahnya yang kemudian dibagi dua.
2. Koreksi Barometris (KB)
Selain karena adanya perubahan ketinggian, kondisi atmosfer
merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi pembacaan tinggi
altimeter. Oleh sebab itu, koreksi barometris diberikan dari selisih bacaan
tinggi altimeter yang dikoreksi dengan koreksi temperature. Untuk
menentukan koreksi barometris maka jalur pengukuran harus diikatkan
pada titik ikat yang sudah memnpunyai nilai ketinggian, sehingga angka
pembacaan altimeter dapat diatur ke nilai ketinggian titik ikat tersebut.
Sedangkan titik ikat yang digunakan itu harus mempunyai ketelitian yang
lebih baik dibandingkan dengan ketelitian yang dihasilkan pada metode
barometris. Dan oleh karena itu pula, sebaiknya gunakan titik triangulasi
sebagai titik ikat. Adapun nilai bacaan altimeter pertama di titik awal
dengan nilai bacaan altimeter pada saat kembali ke titik awal, bacaan
nilainya selalu berbeda walaupun dilakukan di titik yang sama. Maka
dengan adanya perbedaan inilah akan didapatkan nilai ∆H sebagai nilai
koreksi barometris. Rumus :
6.3.3 Pengambilan data altimeter
Cara pengukuran altimeter dengan menggunakan 1 alat :
1. Pengukuran dimulai pada titik yang telah diketahui
ketinggiannya, misalnya : titik tinggi, titik trianggulasi dan lain-lain.
Ketinggian yang diketahui misalnya :mempunyai nilai 1200m
2. Set alat sesuai dengan ketinggian yang telah diketahui (120 0m).
Cara mengeset alat yaitu :
a. putar knob (warna hitam) ke kanan s.d. jarum kecil yang berada di
atas(diantara tanda – dan +) berada di tengah-tengah.
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
b. putar baud dengan menggunakan obeng (–) s.d. jarum penunjuk
bergerak ke angka 1200m.
c. setelah selesai kunci alat tersebut dengan cara memutar knob
(warnahitam) ke kiri s.d. mentok (jarum kecil yang berada di atas
diantara tanda – dan + posisinya berada tidak di tengah.
3. Pengukuran harus membentuk loop (pengukuran tertutup), yaitu :
pengukurandimulai dari titik trianggulasi (1200m) kemudian bergerak ke
titik-titik ukur setelah itu kembali lagi ke titik trianggulasi (1200m).
Tujuan dari pengukuran looping yaitu agar datanya bisa di koreksi.
4. Cara menggunakan altimeter, yaitu : putar knob (warna hitam)
ke kanan s.d. jarum kecil yang berada di atas (diantara tanda – dan +)
berada di tengah-tengah.
5. Setelah jarum tersebut berada di tengah, baca hasil pengukuran
yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk (jarum yang panjang). Alat ini
mempunyai ketelitian 2m ( 1strip / 1 bagian garis mempunyai nilai 2m.
Jika beda tinggi antara 2 titik < 2m, maka nilai kedua titik tersebut
mempunyai nilai yang sama. Setelah selesai kunci kembali alat tersebut
dengan cara memutar knob (warna hitam) ke kiri s.d.mentok.
6. Alat ini mempunyai kesalahan pengukuran + 5m (jika
pengukurannya baik). Kesalahan pengukuran tersebut bisa diperkecil
dengan cara dikoreksi dengankoreksi temperatur, koreksi tekanan udara,
waktu dll).
7. Dalam 1 loop pengukuran dengan menggunakan alat altimeter ini
sebaiknya tidak lebih dari 2 jam.
8. Jika pengukuran tidak ingin dikoreksi maka pengukurannya tidak perlu
membentuk loop.
Catatan : Setelah selesai pengukuran jangan lupa alat harus dikunci
dengan cara memutar knob (warna hitam) ke kiri s.d mentok.
Sedangkan cara pengukuran dengan 2 Altimeter dengan satu basis adalah :
1. Pengukuran dimulai dari titik yang telah diketahui ketinggiannya,
misalnya titik triangulasi. Selain itu bisa juga ditentukan dari titik base
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
station (BS) dimana ketinggiannya telah diturunkan dari nilai ketinggian
titik triangulasi.
2. Pengukuran menggunakan dua altimeter (altimeter diam dan altimeter
bergerak).
3. Diperlukan alat ukur pelengkap, yaitu:
o Dua buah thermometer.
o Dua buah arloji.
4. Ketika pengukuran awal dimulai, kedua altimeter di set pada angka
ketinggian yang sama pada titik (BS) tersebut. Di titik BS altimeter dibaca
secara berurutan: altimeter diam – altimeter bergerak – altimeter diam.
5. Selama pengukuran, altimeter diam ditempatkan di titik awal pengukuran
(Base Station : BS)
6. Altimeter diam dibaca secara periodic (setiap 10 menit sekali) selama
pengukuran.
7. Altimeter bergerak dibawa ke setiap titik ukur. Setelah semua titik diukur
ketinggiannya dengan menggunakan altimeter bergerak, maka pengukuran
selanjutnya harus kembali lagi ke tiik awal (BS). Jadi pengukurannya
berbentuk looping, artinya pengukuran dimulai dan diakhiri di titik yang
sama.
8. Pada setiap titik ukur, selain harga ketinggian dari altimeter, dibaca juga
harga temperature pada thermometer dan waktu pada arloji.
9. Pengukuran harus dilakukan di alam terbuka dan terlindung dari terik
matahari.
10. Selama pengukuran kondisi atmosfer harus sama untuk setiap tempat.
11. Diasumsikan bahwa perubahan tekanan udara pada setiap titik adalah
berbanding lurus dengan lamanya pengukuran (dihitung dari titik awal)
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
6.4 Prosedur Percobaan
1. Siapkan alat – alat yang digunakan untuk praktikum
2. Lakukan kalibrasi pada altimeter di titik yang telah ditentukan
3. Pada titik pengukuran pertama, plot posisi dengan menggunakan GPS.
4. Buka kunci altimeter kemudian baca ketinggiannya
5. Kunci kembali altimeter ke posisi semula
6. Lakukan pengukuran ketinggian pada titik selanjutnya yang diberikan oleh
asisten
6.5 Tugas Pendahuluan
1. Apakah perbedaan altimeter dan barometer?
2. Mengapa Altimeter harus dikoreksi?
3. Jelaskan penggunaan altimeter dengan satu alat dan dua alat!
6.6 Tugas Akhir
1. Lakukan pengukuran ketinggian menggunakan altimeter dan GPS!
2. Lakukan pengolahan data dari data yang didapat!
3. Lakukan analisa perbedaan tinggi antara GPS dan Altimeter!
4. Lakukan analisa tentang ketinggian yang didapat dengan medan yang anda
lalui dan titik yang anda ukur!
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
PT – 04
MENGGAMBAR KONTUR
2.1 Tujuan Praktikum
1. Memahami sifat-sifat garis kontur
2. Memahami cara menentukan interval (selang) kontur
3. Memahami cara menarik garis kontur
2.2 Peralatan
1. Peta sebaran titik ketinggian
2. Alat tulis dan hitung
3. Penggaris
2.3 Teori Dasar
Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang
mempunyai ketinggian yang sama. Penarikan garis kontur bertujuan untuk
memberikan informasi relief (baik secara relatif maupun absolut) sehingga
gambaran tiga dimensi dari permukaan bumi ini dapat diperlihatkan. Informasi
relief secara relatif disajikan dengan menggambarkan garis-garis kontur secara
rapat untuk daerah terjal dan garis kontur yang renggang untuk daerah yang
landai. Informasi relief secara absolut disajikan dengan cara menuliskan nilai
kontur yang merupakan ketinggian garis tersebut diatas suatu bidang acuan
tertentu. Bidang acuan yang umum digunakan adalah bidang permukaan laut rata-
rata.
Untuk menentukan interval kontur digunakan persamaan dibawah ini :
Penggunaan persamaan diatas dalam prakteknya dilapangan tidak berlaku
mutlak. Karena selain tergantung kepada skala peta, interval kontur juga
dipengaruhi oleh keadaan / kondisi lapangan. Oleh sebab itu dalam penggambaran
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
kontur, harus diperhatikan pula beberapa hal seperti kala peta, kondisi lapangan
dan tujuan pemetaan.
Cara menggambar garis kontur dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Hitung interval kontur berdasarkan persamaan 2.1.
2. Tarik garis kontur dengan interval hasil hitungan diatas pada peta
kerja.
3. Untuk daerah-daerah yang terjal pada umumnya garis-garis kontur
akan merapat bahkan berhimpitan sehingga akan mengganggu
detai topografi di daerah tersebut. Untuk menghindari hal tersebut,
maka interval kontur didaerah tersebut harus diperbesar (misalnya
dua kali lipat hasil hitungan diatas) sedemikian rupa sehingga tidak
akan mengganggu detail topografi yang ada.
4. Untuk daerah-daerah yang landai pada umumnya akan terjadi
keadaan yang berlawanan dengan kondisi diatas (no.3), yaitu garis
kontur akan sangat renggang sekali (bahkan bisa menghilang)
sehingga beberapa relief yang kecil tidak dapat digambarkan.
Keadaan ini berakibat negatif terhadap pemakai peta yang
memerlukan data relief topografi rinci, sehingga akan terjadi
kesalahan penafsiran. Untuk menghindari masalah ini, maka
interval kontur didaerah tersebut harus diperkecil (misalnya ½ kali
hasil hitungan diatas) sedemikian rupa sehingga kontur yang
bernilai kecil dapat digambarkan. Dengan demikian, maka relief
yang kecil akan muncul.
Hubungan antara kontur dengan keadaan relief lapangan dan skala peta ditunjukan
pada tabel dibawah ini.
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
Skala Peta
Daerah Curam
Beda Tinggi
Besar
Interval Kontur
(m)
Daerah Bergunung
Kemiringan ≤ 45o
Interval Kontur
(m)
Daerah Berbukit
dan
Daerah Datar
Interval Kontur
(m)
1 : 1000 1 0.5 0.25
1 : 2000 2 1 0.5
1 : 5000 5 2 1
1 : 10.000 10 5 2
1 : 20.000 20 10 2.5
1 : 25.000 20 10 2.5
1 : 50.000 20 – 30 10 – 20 5
1 : 100.000 50 25 5 – 10
Bentuk suatu kontur menggambarkan bentuk permukaan lahan yang sebenarnya.
Beberapa catatan tentang kontur sebagai berikut:
1. Kontur adalah kontinyu (bersinambung). Sejauh mana pun kontur berada,
tetap akan bertemu kembali di titik awalnya. Perkecualiannya adalah jika
kontur masuk ke suatu daerah kemiringan yang curam atau nyaris vertikal,
karena ketiadaan ruang untuk menyajikan kontur-kontur secara terpisah pada
pandangan horisontal, maka lereng terjal tersebut digambarkan dengan
simbol. Selanjutnya, kontur-kontur akan masuk dan keluar dari simbol
tersebut.
2. Jika kontur-kontur pada bagian bawah lereng merapat, maka bentuk lereng
disebut konveks (cembung), dan memberikan pandangan yang pendek. Jika
sebaliknya, yaitu merenggang, maka disebut dengan konkav (cekung), dan
memberikan pandangan yang panjang.
3. Jika pada kontur-kontur yang berbentuk meander tetapi tidak terlalu rapat
maka permukaan lapangannya merupakan daerah yang undulasi
(bergelombang).
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
4. Kontur-kontur yang rapat dan tidak teratur menunjukkan lereng yang patah-
patah. Kontur-kontur yang halus belokannya juga menunjukkan permukaan
yang teratur (tidak patah-patah), kecuali pada peta skala kecil pada umumnya
penyajian kontur cenderung halus akibat adanya proses generalisasi yang
dimaksudkan untuk menghilangkan detil-detil kecil (minor).
Beberapa sifat – sifat garis kontur dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Berbentuk kurva tertutup.
2. Tidak bercabang.
3. Tidak berpotongan
4. Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai.
5. Menjorok ke arah jalan menurun jika melewati permukaan jalan.
6. Menjorok ke arah jalan menurun jika melewati permukaan jalan.
7. Garis kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan tanah yang terjal.
8. Garis kontur yang jarang menunjukan keadaan permukaan yang landai
2.4. Tugas Pendahuluan
1. Apakah manfaat dari garis kontur?
2. Sebutkan macam - macam garis kontur?
3. Apakah yang dimaksud dengan interval kontur?
4. Jelaskan kelemahan - kelemahan garis kontur topografi?
5. Gambarlah sifat – sifat garis kontur!
2.5. Tugas Akhir
1. Buatlah peta kontur ketinggian berdasarkan data dari praktikum altimeter
dan jelaskan peta kontur topografi yang telah saudara buat dalam
praktikum?
2. Apa perbedaan kontur pada peta geofisika (peta anomali magnet, peta
anomali Bouguer, dll) dengan peta kontur topografi?
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
PT-05
Menentukan Koordinat Suatu Titik di Peta
5.1 Tujuan Praktikum
1. Memahami cara menentukan koordinat geodetis / geografis (L,B) dan
koordinat proyeksi UTM (x,y) suatu titik di peta dengan cara interpolasi
linier
2. Membandingkan ketelitian hasil interpolasi dengan GPS
5.2 Perlatan
1. Peta Rupa Bumi Indonesia Bakosurtanal skala 1:25.000
2. Mistar
3. Alat tulis dan hitung
4. GPS
5.3 Teori Dasar
5.3.1 Sistem Koordinat Geodetic (geografi)
Koordinat Geodetis Adalah sistem koordinat ruang (tiga dimensi) dari
suatu titik yang dibangun oleh dua unsur geodetis yaitu unsur lintang (L) dan
bujur (B).
Penyajian posisis suatu titik menggunakan sistem koordinat geodetis pada
prinsipnya adalah penyajian posisi dalam bentuk ruang (tiga dimensi). Sistem
koordinat ini dibangun oleh dua unsur, yaitu
1. Bujur, yaitu besaran sudut antara bidang meridian suatu titik dengan
bidang meridian acuan yang mempunyai bujur 0˚ - 180˚ BB dan 0˚ - 180
˚ BT
2. Lintang, yaitu besaran sudut antara garis normal yang melalui suatu titik
denan bidang ekuator. Harga lintang mempunyai nili 0˚ – 90˚ LU dan 0˚
– 90˚ LS. Lintang selatan dapat pula ditulis sebagai nilai negatif.
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
Bidang acuan dari sistem koordinat geodetis tersebut adalah bidang
elipsoid referensi, yaitu bidang yang dibangun oleh elips putar artinya elips
yang diputar terhadap sumbu pendeknya sehingga terbentuk benda tiga
dimensi (elipsoid). Pada sistem koordinta geodetis ini dikenal beberapa istilah
yang berhubungan dengan sistem koordinat tersebut, yaitu garis normal,
bidang (lengkungan) meridian, lingkaran paralel, dan budang (lingkaran)
ekuator.
• Garis Normal
Garis yang ditarik melalui suatu titik di bidang elipsoid dan
mempunyai arah tegak lurus terhadap bidang elipsoid tersebut.
• Lengkungan Meridian
Lengkungan tempat kedudukan titik-titik yang mempunyai bujur
yang sama. Bidang meridian adalah bidang yang melalui lengkungan
meridian tertentu.
• Lingkaran Paralel
Lingkatan tempat kedudukan titik-titik yang mempunyai lintang
yang sama.
• Lingkaran Ekuator
Salah satu bagian dari lingkaran paralel yang titik-titiknya
mempunyai lintang 0˚. Bidang ekuator adalah bidang yang dibuat melalui
lingkaran ekuator.
Kedua macam lengkungan di atas (lengkungan meridian dan lingkaran
paralel) bila diproyeksikan terhadap bidang proyeeksi tertentu (disebut bidang
proyeksi peta) akan membentuk suatu jaringan garis-garis yang berupa kisi dan
disebut sebagai graticule. Graticule ini mempunyai bentuk yang berbeda-beda, ada
yang berupa jaringan garis lurus berarah barat – timur yang berpotongan secara
tegak lurus dengan jaringan garis lurus berarah utara – selatan, dan ada pula yang
berupa jaringan garis lengkung barat – timur yang berpotongan secara tegak lurus
dengan jaringan garis lengkung utara – selatan. Bentuk-bentuk ini tergantung
kepada sistem proyeksi peta yang diigunakan.
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
5.3.2 Koordinat Cartesius Dua Dimensi
Dibangun oleh dua unsur koordinat, yaitu absis (x) dan ordinat (y). Absis
menyatakan jarak suatu titik terhadap sumbu y, sedangkan ordinat merupakan
jarak titik tersebut terjadap sumbu x. Salib sumbu (x,y) ini tergantung kepada
sistem koordinat yang digunakan.
Seperti halnya dalma sistem koordinat geodetis yang dikenal adanya
graticule, dalam sistem koordinat 2D ini dikenal pula jaringan kisi yang disebut
grid. Grid merupakan jaringan garis-garis lurus berarah barat – timur yang
berpotongan secara tegak lurus dengan jarinagn garis lurus yang berarah utara –
selatan sehingga membentuk kisi. Bentuk grid ini selalu tetap, tidak tergantung
kepada sistem proyeksi peta yang digunakan.
5.3.3 Menentukan Koordinat Proyeksi Peta (x,y)
Salah satu data kuantitatif yang dapat diperoleh dari peta adalah posisi atau
koordinat suatu titik. Posisi (koordinat) suatu titik merupakan data penting yang
dapat diukur di peta, sehingga pengguna peta dapat menentukan ukuran suatu
objek, jarak antara dua titik, serta dapat mengontrol ketelitian peta.
Koordinat proyeksi peta merupakan koordinat kartesian yang beracuan
kepada suatu salib sumbu tertentu. Karena merupakan koordinat bidang datar,
sistem posisi ini mempunyai sifat linier sehingga cocok digunakan untuk
keperluan pemetaan.
5.3.4 Interpolasi dan ekstrapolasi Linier
Interpolasi linier merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui
nilai dari sesuatu yang berada didalam sebuah interval atau diantara dua buah titik
yang segaris. sedangkan ekstrapolasi merupakan suatu metode menentukan
sesuatu yang berada diluar sebuah intervar atau titik titik yang segaris.
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
Cara untuk menentukan koordinat suatu titik di peta dapat dilakukan dengan
interpolasi linier, caranya :
1. Tandai titik yang akan ditentukan koordinatnya di peta.
Misalkan titik tersebut adalah titik A.
2. Catat koordinat grid terdekat titik A.
Misalkan nilai grid di sebelah utara dan selatan titik A adalah a meter
dan b meter.
Misalkan lagi nilai grid di sebelah barat dan timur titik A adalah c
meter dan d meter.
3. Ukur jarak titik A ke garis grid terdekat.
Misalkan jarak titik A ke grid di sebelah utara dan selatan adalah x cm
dan y cm.
Misalkan lagi jarak titik A ke grid di sebelah barat dan timur adalah p
cm dan q cm.
4. Ukur pula jarak antar grid.
Misalkan jarak grid utara ke grid selatan adalah u cm.
Misalkan jarak grid barat ke grid timur adalah t cm
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
5. Hitung koordinat titik A tersebut dengan cara interpolasi linier.
X = [{p/t (d-c)}+c] meter
Y = [{x/u (b-a) +a}] meter
6. Koordinat titik A dapat pula dihitung sebagai berikut :
X = [{q/t (c-d) + d] meter
Y = [{y/u (a-b} + b] meter
5.4 Prosedur Percobaan
1. Buat grid atau kotak pada lembar Cicalengka (lokasi Kampus Unpad
jatinangor)!
2. Tentukan sebuah titik pada kotak tersebut lalu hitunglah koordinat
geodetic & proyeksi UTM titik-titik tersebut dengan cara interpolasi Linier
3. Buatlah kesimpulan dari hasil pengukuran tersebut
5.5 Tugas Pendahuluan
1. Apa perbedaan koordinat UTM 6 angka dan 8 angka?
2. Apa yang dimaksud interpolasi Linier ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan teknik menggunakan interpolasi dengan
teknik pengukuran yang lain?
5.6 Tugas akhir
1. Buatlah 5 titik pada peta yang dimana salah satunya berada di wilayah
Universitas padjdjaran.
2. Lakukan interpolasi pada titik tersebut.
3. Bandingkan nilai hasil interpolasi dengan menggunakan GPS.
4. Lakukan analisa pada hasil tersebut.
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
PT-06
KOMPAS GEOLOGI
3.1 Tujuan Praktikum
1. Memahami bagian – bagian dari kompas geologi
2. Memahami cara menentukan azimuth untuk menentukan arah lintasan dan
arah lapisan batuan (strike).
3. Memahami cara penggunaan klinometer untuk menentukan slope dan
kemiringan lapisan batuan (dip).
4. Mengetahui cara pengolahan data kompas geologi untuk menentukan jarak
datar, beda tinggi, koreksi beda tinggi , dan ketinggian suatu titik.
3.2 Peralatan
1. Kompas geologi
2. Papan jalan
3. Alat tulis dan hitung
4. Penggaris
3.3 Teori Dasar
3.3.1 Kompas Geologi
Kompas geologi merupakan salah satu alat sederhana yang dapat digunakan
untuk pemetaan. Disamping itu kompas geologi juga digunakan untuk
menentukan arah lapisan batuan (Strike) dan besar kemiringan batuan (Dip).
Kompas geologi terdiri dari beberapa bagian (gambar 3.1), yaitu:
Bagian utama dari kompas geologi yaitu bulatan bidang datar, sebagai alat
pembacaan azimuth/arah lapisan batuan, jarum magnet sebagai alat penunjuk
untuk menentuka besarnya azimuth. Sedang klinometer digunakan untuk
menentukan kemiringan lapisan batuan.
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
Gambar 3.1 Kompas Geologi
Ditinjau dari cara pembacaan derajatnya, kompas geologi dibagi menjadi
dua, yaitu :
1. Sistem Azimuth
Pembagian skala pada sistem ini adalah 0o – 360
o. Kedudukan N
(utara) pada kompas adalah kedudukan 0o berimpit dengan 360
o,
Kedudukan S (selatan) pelurus N, adalah kedudukan 180o, dan
kedudukan E (timur) adalah kedudukan 90o, kedudukan W (barat) adalah
kedudukan 270o. Posisi pembacaan arah N - E - S - W - N pada kompas,
ditulis kebalikan arah perputaran jarum jam.
Pembacaan cara pembacaan azimuth kompas geologi dibagi dua,
yaitu:
a. Pembacaan azimuth timur, yaitu pambagian skala pembacaan
azimuth kompas pada lingkaran datar membesarnya pembagian
angka dimulai dari kanan ke kiri.
b. Pembacaan azimuth timur, yaitu pambagian skala pembacaan
azimuth kompas pada lingkaran datar membesarnya pembagian
angka dimulai dari kiri ke kanan.
2. Sistem Kuadran
Pembagian skala pada sistem ini adalah 0o – 90
o. Skala Pembagian 0
o –
90o, mempunyai sistem pembacaan dengan kwadran. Kwadran 0
o – 90
o;
adalah skala pembacaan kwadran N – E dan S – E , N – W dan S – W,
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
berarti angka 0o, terletak pada pembacaan E (timur) dan W (barat).
Tulisan arah N – E – S – W – N, terbaca terbalik arah perputaran jarum
jam.
Sebelum kompas digunakan di lapangan, hendaknya diperiksa dahulu apakah
inklinasi dan deklinasinya telah disesuaikan dengan keadaan tempat pekerjaan.
1. Inklinasi
Inklinasi adalah kecondongan jarum kompas yang disebabkan oleh
perbedaan letak geografi suatu daerah terhadap kutub bumi. Sudut
kecondongan akan hampir 0 (horizontal) apabila kita berada di dekat/di sekitar
equator, dan semakin bertambah besar apabila mendekati kutub-kutub bumi.
Dengan demikian, maka tiap tempat di atas bumi ini akan mempunyai sudut
inklinasi yang berbeda-beda. Pada dasarnya, sebelum kompas geologi itu
dapat digunakan dengan baik, kedudukan jarum harus horizontal. Untuk itu
bisa digunakan beban (biasanya ada) yang dapat digeser sepanjang jarum
kompas.
2. Deklinasi
Deklinasi adalah sudut yang dibentuk oleh arah utara jarum kompas dan
arah utara sebenarnya (Utara geografi), sebagai akibat dari tidak berimpitnya
titik utara magnit dan titik utara geografi. Besarnya deklinasi di suatu daerah
umumnya ditunjukkan pada peta topografi daerah tersebut. Untuk
menyesuaikan agar kompas yang akan dipakai menunjukkan arah utara yang
sebenarnya, lingkaran derajat pada kompas harus digeser dengan cara memutar
“adjusting screw” yang terdapat pada sisi kompas sebesar deklinasi yang
disebutkan.
3. Mengecek kelancaran Putaran jarum magnet
Letakan kompas geologi pada meja yang datar dan terhindar dari pengaruh
besi yang dapat mengganggu putaran magnet. Kemudian baca jarum magnet
untuk mengetahui azimuthnya. Putar hingga 180o, kemudian kunci jarum
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
magnet. Kembalikan kompas pada keduduka pertama, buka kunci jarum
magnetnya, setelah itu baca azimutnya. Jika pembacaan sama, maka jarum
magnet yang digunakan baik.
3.3.2 Pengukuran menggunakan kompas geologi
Berikut Pengukuran pada kompas geologi dan tata caranya:
1. Mengukur Strike
Strike (arah jurus) adalah arah dari lapisan batuan yang terletak pada bidang
miring Cara mendapatkan besar dip pada kompas adalah dengan menempelkan
sisi E (east), geser-geser, bersabarlah hingga gelembung udara dalam Bull's eye
level masuk ke dalam lingkaran, jangan langsung diotak-atik, tapi tunggu dulu
hingga jarum kompas stabil (nggak gerak), terakhir amati sudut yang ditunjuk
arah Utara. Lalu tulislah sesuai petunjuk N __˚ E. Dengan cara yang sama kita
juga dapat menentukan arah azimuth untuk menentukan lintasan.
2. Mendukur Dip
Dip adalah kecondongan terbesar yang dibentuk oleh bidang miring dan
horizon. Cara mendapatkan besar dip pada kompas adalah dengan
menempelkan sisi W (west) badan kompas usahakan membentuk sudut 90˚
terhadap strike, Clinometer level diputar-putar sampai gelembung udara berada
di antara garis dalam clinometer level/ ditengah-tengahnya, terakhir baca sudut
dalam clinometer scale. Dengan cara yang hamper sama kita juga dapat
menentukan besar kemiringan slope untuk menentukan beda tinggi.
3. Mengukur Plunge
Cara mengukurnya seperti mengukur Dip, namun karena kita mengukur
struktur garis maka pakai bantuan buku, atau papan jalan untuk mempermudah,
dengan jalan menempelkan sisi buku di struktur garis dan melakukan
pengukuran di sisi buku yang lain.
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
4. Mengukur Trend
Cara mengukurnya seperti mengukur Strike, namun karena kita mengukur
struktur garis sulit dilakukan, maka kita memakai bantuan buku, atau papan
jalan untuk mempermudah, dengan jalan menempelkan sisi buku di struktur
garis dan melakukan pengukuran di permukaan datar yang ada di buku atau
papan jalan tersebut.
3.4 Prosedur Praktikum
1. Siapkan alat untuk kegiatan praktikum
2. Hindari kompas dari benda – benda yang berbahan magnet
3. Periksa kelancaran jarum magnet
4. Lakukan pengukuran strike dan dip di area yang telah ditentukan.
Pengukuran masing – masinng titik dilakukan minimal sebanyak 5 kali
5. Catat hasil pengukuran yang telah dilakukan
3.5 Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan apa itu kompas geologi! Sebutkan fungsinya!
2. Apakah perbedaan kompas geologi dan kompas yang lain?
3. Apakah perbedaan kompas geologi sistem azimuth dan kompas geologi
sistem kuadran
4. Apa yang dimaksud dengan inklinasi dan deklinasi? Apakah pengaruhnya
pada kompas geologi?
3.6 Tugas Akhir
1. Ukurlah strike dan dip di tempat yang telah ditentukan sebanyak 5 kali!
2. Analisa hasil pengukuran kompas geologi yang anda lakukan!
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
PT – 07
PENGUKURAN SITUASI DAN PENGUKURAN LINTASAN GEOFISIKA
DENGAN MENGGUNAKAN THEODOLIT KOMPAS (T-0)
7.1 Tujuan Praktikum
1. Memahami prinsip kerja alat Theodolit (T-0).
2. Mampu mengoperasikan alat Theodolit (T-0).
3. Mengetahui kegunaan alat Theodolit (T-0) pada pengukuran situasi dan
pengukuran lintasan geofisika.
7.2 Peralatan
1. Theodolit kompas (T-0)
2. Rambu ukur
3. Statip
4. Unting – unting
5. Alat tulis, busur, mistar (segitiga), dan kalkulator.
6. Kompas Geologi
7.3 Teori Dasar
Untuk mempermudah dalam pengukuran jarak antar titik pengamatan,
pengukuran kemiringan dan aziumuth suatu sasaran, maka diperlukan suatu alat
yang memiliki ketelitian yang bagus daripada kompas.
Gambar 1. 1956 Wild Heerbrugg T0 boussole theodolite
(Sumber: www.dehilster.info)
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
Theodolit merupakan jenis alat ukur tanah yang melengkapi jenis peralatan
survei medan lainnya selain kompas. Dalam perkembangannya, theodolit telah
digunakan dalam berbagai bidang. Walaupun kegunaan utamanya adalah untuk
pengukuran atau pemesangan sudut horizontal dan vertikal dengan teliti, biasa
juga dipakai untuk beraneka ragam tugas lain misalnya menentukan jarak
horisontal dan vertikal secara optis, memperpanjang garis lurus, dan sifat datar
memanjang orde rendah, selain itu theodolit dapat juga digunakan untuk
mengukur sudut kemiringan dan nilai azimuth dari dua objek yang ada di
lapangan. Kemampuan theodolit dalam pengukuran objek dengan ketepatan yang
tinggi menjadikannya bukan saja digunakan untuk pengukuran objek-objek di atas
permukaan bumi saja, tatapi juga digunakan untuk pengamatan benda-benda luar
angkasa.
Terdapat berbagai jenis theodolit pada masa sekarang ini, namun garis
besarnya semua theodolit memiliki fungsi dan prinsip kerja yang sama.
Perbedaannya hanya terletak pada kemudahan fitur yang di tawarkan, misalkan
pada theodolit yang lebih modern mempunyai banyak kemudahan dalam
melakukan suatu pengukuran. jika seorang telah mempunyai kemampuan tentang
pengetahuan dalam pemakaian sutu jenis theodolit, maka tidak sulit baginya untuk
menggunakan jenis theodolit lainnya walaupun membutuhkan proses didalam
pebelajaran untuk pemakaian theodolit yang lebih modern dari yang sebelumnya.
Theodolite atau theodolit merupakan alat yang paling canggih di antara
peralatan yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah
teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang
dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut
horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan
dapat diputar-putar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut
vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian
sangat tinggi (farrington 1997).
Teleskop pada theodolite atau theodolit dilengkapi dengan garis vertikal,
stadia tengah, stadia atas dan bawah, sehingga efektif untuk digunakan dalam
tacheometri, sehingga jarak dan tinggi relatif dapat dihitung. Dengan pengukuran
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
sudut yang demikian bagus, maka ketepatan pengukuran yang diperoleh dapat
mencapai 1 cm dalam 10 km. Pada saat ini alat survey seperti alat theodolit sudah
diperbaiki dengan menambahkan suatu komponen elektronik. Komponen ini akan
menembakkan beam ke objek yang direfleksikan kembali ke mesin melalui
cermin. Dengan menggunakan komponen alat survey seperti alat theodolit
tersebut pengukuran jarak dan tinggi relatif hanya berlangsung beberapa detik
saja. Bila komponen tersebut ditempatkan pada bagian atas alat theodolite, maka
disebut electronic distance measurers (edm), namun bila merupakan satu unit
tersendiri maka disebut automatic level atau theodolite total station (farrington
1997).
7.3.1 Macam / Jenis Theodolit
Macam Theodolit berdasarkan konstruksinya, dikenal dua macam yaitu:
1. Theodolit Reiterasi ( Theodolit sumbu tunggal )
Dalam theodolit ini, lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan kiap,
sehingga bacaan skala mendatarnya tidak bisa di atur.
Theodolit yang di maksud adalah theodolit type T0 (wild) dan type DKM-
2A (Kem).
2. Theodolite Repitisi
Konsruksinya kebalikan dari theodolit reiterasi, yaitu bahwa lingkaran
mendatarnya dapt diatur dan dapt mengelilingi sumbu tegak.
Akibatnya dari konstuksi ini, maka bacaan lingkaran skala mendatar 0º,
dapat ditentukan kearah bdikan / target myang dikehendaki. Theodolit yang
termasuk ke dakm jenis ini adalah theodolit type TM 6 dan TL 60-DP
(Sokkisha ), TL 6-DE (Topcon), Th-51 (Zeiss).
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
7.3.2 Pengoperasian Theodolite
Cara kerja penyiapan alat theodolit antara lain :
1. Kendurkan sekrup pengunci perpanjangan
2. Tinggikan setinggi dada
3. Kencangkan sekrup pengunci perpanjangan
4. Buat kaki statif berbentuk segitiga sama sisi
5. Kuatkan (injak) pedal kaki statif
6. Atur kembali ketinggian statif sehingga tribar plat mendatar
7. Letakkan theodolite di tribar plat
8. Kencangkan sekrup pengunci centering ke theodolit
9. Atur (levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar tegak /
vertical dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di
tiga sisi alat ukur tersebut.
10. Atur (levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar mendatar
dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi
alat ukur tersebut.
11. Posisikan theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci centering
kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada tengah-tengah
titi ikat (BM), dilihat dari centering optic.
12. Lakukan pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda T pada
dinding.
13. Periksa kembali ketepatan nilai index pada system skala lingkaran dengan
melakukan pembacaan sudut biasa dan sudut luar biasa untuk mengetahui
nilai kesalaha index tersebut.
7.3.3 Pengukuran Situasi
Pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur yang mencakup penyajian
bentuk dalam dimensi horizontal dan vertikal secara bersama-sama dalam suatu
gambar peta dikenal dengan nama pengukuran situasi detail. Maksud dari
pengukuran situasi ini adalah untuk mengambil data – data situasi lapangan pada
daerah yang akan dipetakan. Data – data tersebut harus dapat digambarkan lagi
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
pada suatu bidang datar (bidang peta), dengan skala tertentu (misalnya 1 : 1000).
Sehingga bayangan / gambaran situasi lapangan tersebut mencerminkan keadaan
permukaan bumi yang sebenarnya dari suatu daerah atau wilayah ukur tersebut
baik dalam dimensi horizontal maupun vertikal. Apabila daerah yang dipetakan
sangat luas, maka harus diperhatikan transformasi yang terjadi yaitu permukaan
tanah yang berdimensi tiga yang bersifat permukaan dalam ruang dan berbeda
ketinggian (terrain), terhadap permukaan peta yang berdimensi dua yang bersifat
datar tanpa perbedaan terrain. Untuk maksud tersebut maka diatas peta
penggambaran terrain diwakilkan oleh garis kontur. Pengukuran situasi
merupakan pemindahan bayangan sebagian atau seluruh permukaan bumi yang
tidak teratur tersebut ke atas suatu bidang datar yang dinamakan peta.
Dalam pengukuran situasi ada beberapa macam ukuran yang harus dilakukan
untuk kepentingan detail penggambaran dan situasi dari lapangan tersebut.
Sehingga untuk penyajian peta situasi tersebut perlu dilakukan pengukuran :
Penentuan titik fundamental (xo , yo , ho , αo )
Pengukuran kerangka horizontal (sudut dan jarak)
Pengukuran kerangka tinggi (beda tinggi)
Pengukuran titik detail (arah, beda tinggi dan jarak terhadap titik detail
yang dipilih sesuai dengan permintaan skala)
7.3.4 Pengukuran Lintasan Geofisika
Alat Theodolit T0 selain digunakan untuk pengukuran situasi dapat juga
digunakan untuk pengukuran lintasan geofisika. untuk membuat lintasan geofisika
cara pengukurannya lebih sederhana dibanding pengukuran situasi atau
pengukuran poligon. Cara pengukuran lintasan geofisika berbeda dengan
pengukuran situasi. Dalam pengukuran situasi pengamat bisa langsung mengukur
beberapa titik dengan arah azimuth yang berbeda-beda. Sedangkan dalam
pengukuran lintasan geofisika, pengamat mengukur satu arah dengan azimuth
yang sama pada beberapa titik yang telah ditentukan interval jarak datarnya.
Cara pengukuran lintasan geofisika dapat dijelaskan sebagai berikut :
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
1. Alat berdiri pada titik awal (patok no.1).
2. Alat Theodolit T0 diarahkan pada rambu ukur, kemudian ukurlah jarak
datarnya dengan persamaan :
Jarak datar (d) : do.cos2 α
Dengan
do : jarak optis = (benang atas – benang bawah) x 100
α : sudut kemiringan, α : 90o – sudut vertikal)
3. Jika jarak yang diukur belum sesuai dengan yang diinginkan (misalnya
interval 10m), maka geserlah rambu ukur ke muka/ke belakang, setelah itu
diukur lagi dan dihitung lagi jarak datarnya.
4. Jika titik yang akan diukur sudah tidak nampak, maka pindahkan alat pada
titik yang telah dibuat, kemudian ukurlah kembali titik – titik yang belum
diukur tersebut dengan azimuth yang sama.
5. Lakukan pengukuran diatas sampai titik terakhir (lintasan paling ujung)
dengan cara pengukuran yang sama.
7.4 Prosedur Percobaan
1. Siapkan alat – alat yang dibutuhkan untuk praktikum
2. Tentukan titik pertama pengukuran dan membuat sketsa pengukuran
3. Pasang statif dan memposisikan theodolite hingga nivo seimbang
4. Ukur tinggi theodolite
5. Bidik theodolite dan kompas geologi ke rambu ukur pada titik selanjutnya,
bidik pada angka ketinggian dari theodolite (pada theodolite) dan
6. Lakukan pengukuran sudut azimuth dan sudut miring sebanyak minimal 3
kali
7. Lakukan pengukuran kedua dan seter di titik rambu ukur sebelumnya
hingga membentuk polygon
7.5 Tugas Pendahuluan
1. Gambar dan jelaskan bagian – bagian theodolite T0?
2. Sebutkan kelemahan dan kelebihan theodolite T0?
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
3. Apakah perbedaan antara theodolite T0 dan Waterpass?
7.6 Tugas Akhir
1. Lakukanlah pengolahan data dari data yang anda miliki
2. Buatlah lintasan dari pengukuran dilapangan menggunakan theodolit T0
dan kompas geologi? Analisa!
3. Jelaskan fungsi theodolit T0 dalam bidang geofisika?
4. Bandingkan hasil pengukuran menggunakan Theodolit T0 dengan kompas
geologi? Analisa!
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
PT-08
MENGGAMBAR KONTUR
DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK SURFER
8.1 Tujuan Praktikum
1. Praktikan mahir menggunakan interface pada perangkat lunak surfer
2. Praktikan memahami cara membuat peta kontur dengan menggunakan
program surfer.
8.2 Peralatan
1. PC/Laptop.
2. Program Surfer.
3. Flashdisk.
8.3 Teori Dasar
8.3.1 Surfer
Surfer adalah sebuah perangkat lunak yang dapat diaplikasikan untuk
mengolah data berbasis grid yang spasinya tidak teratur dengan data XYZ
menjadi grid jarak teratur, hasil secara umum adalah peta. Surfer
menginterpolasi data tidak beraturan ruang XYZ kedalam kisi - kisi grid
menjadi beraturan, dan menempatkan data interpolasi ini kedalam sebuah file
kisi – kisi (.GRD). Grid adalah serangkaian garis vertikal dan horisontal yang
dalam Surfer berbentuk segi empat dan digunakan sebagai dasar pembentuk
kontur dan surface tiga dimensi. Garis vertikal dan horisontal ini memiliki titik-
titik perpotongan. Pada titik perpotongan ini disimpan nilai Z yang berupa titik
ketinggian atau kedalaman. Gridding merupakan proses pembentukan
rangkaian nilai Z yang teratur dari sebuah data XYZ.
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
Dengan penggunaan Surfer, Peta dapat dikembangkan /ditingkatkan
dengan menambah informasi boundary, dengan menggunakan data titik –
titik, dikombinasikan bermacam – macam peta, menambah gambar ke dalam
peta, atau memberikan keterangan Peta dengan Text, dan juga dapat
menempatkan angka pada peta.
8.3.2 Sistem operasi dan perangkat keras
Surfer tidak mensyaratkan perangkat keras ataupun sistem operasi
yang tinggi.Oleh karena itu surfer relatif mudah dalam aplikasinya. Surfer
bekerja pada sistem operasiWindows 9x dan Windows NT.Berikut adalah
spesifikasi minimal untuk aplikasi Surfer: Tersedia ruang untuk program
minimal 4 MB.Menggunakan sistem operasi Windows 9.x atau Windows
NT.RAM minimal 4 MB.Monitor VGA atau SVGA.
8.3.3 Pemasangan program surfer (instal)
Masukkan master program Surfer pada CD ROM atau media
lain.Buka melalui eksplorer dan klik dobel pada Setup. Surfer menanyakan
lokasi pemasangan.Jawab drive yang diinginkan. Jawab pertanyaan
selanjutnya dengan Yes.
Secara sederhana sistem kerja program ini mengubah data XYZ menjadi
peta, dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
Gambar 8.1 diagram alir hubungan data XYZ dan peta
Table 8.1 variable (X,Y,Z) pada data geofisika
No Jenis Peta Kontur Variabel data X, Y, Z
X Y Z
1 Peta Topografi Bujur Lintang Ketinggian
2 Peta Anomali gravity Bujur Lintang Anomali Gravity
3 Peta Anomali Magnet Bujur Lintang Anomali Magnet
4 Peta Batimetri Bujur Lintang Kedalaman
5 Peta Tahanan Jenis Bujur Lintang Anomali Tahanan Jenis
Lembar Kerja Surfer Lembar kerja Surfer terdiri dari tiga bagian, yaitu
1. Surface plot
Surface plot adalah lembar kerja yang digunakan untuk membuat peta atau
file grid. Pada saat awal dibuka, lembar kerja ini berada pada kondisi yang
masih kosong. Pada lembar plot ini peta dibentuk dan diolah untuk selanjutnya
disajikan. Lembar plot digunakanuntuk mengolah dan membentuk peta dalam
dua dimensional, seperti peta kontur, danpeta tiga dimensional seperti bentukan
muka tiga dimensi.Lembar plot ini menyerupai lembar layout di mana operator
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
melakukan pengaturan ukuran,teks, posisi obyek, garis, dan berbagai properti
lain. Pada lembar ini pula diatur ukuran kertas kerja yang nanti akan digunakan
sebagai media pencetakan peta.
Gambar 8.2 Ilustrasi surface plot (Golden Software, Inc, 2009)
2. Worksheet
Worksheet merupakan lembar kerja yang digunakan untuk melakukan
input data XYZ. Data XYZ adalah modal utama dalam pembuatan peta pada
surfer. Dari data XYZ ini dibentuk file grid yang selanjutnya diinterpolasikan
menjadi peta-peta kontur atau peta tiga dimensi. Lembar worksheet memiliki
antarmuka yang hampir mirip dengan lembar kerja MS Excel. Worksheet pada
Surfer terdiri dari sel-sel yang merupakan perpotongan baris dan kolom. Data
yang dimasukkan dari worksheet ini akan disimpan dalam file .dat.
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
Gambar 8.2 Ilustrasi Worksheet (Golden Software, Inc, 2009)
3. Editor
Jendela editor adalah tempat yang digunakan untuk membuat atau
mengolah file teks ASCII. Teks yang dibuat dalam jendela editor dapat dikopi
dan ditempel dalam jendela plot. Kemampuan ini memungkinkan penggunaan
sebuah kelompok teks yang sama untuk dipasangkan pada berbagai peta.
Jendela editor juga digunakan untuk menangkap hasil perhitungan
volume. Sekelompok teks hasil perhitungan volume file grid akan ditampilkan
dalam sebuah jendela editor. Jendela tersebut dapat disimpan menjadi sebuah
file ASCII dengan ekstensi .txt.
Berikut beberapa cara singkat untuk membuat peta kontur dan
menampilkan diagram tiga dimensi.
1. Mulai menginput data
Ada 3 pilihan jenis data yang bisa di inputkan yaitu input plot,input
worksheet dan editor.
Plot dokumen adalah lembar kerja untuk membuat atau mengedit data dan
juga memproses file grid dan peta.
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
Worksheet adalah lembar kerja untuk menampilkan,memasukan,mengedit
dan menyimpan data.
berikut cara menginput data pilih file/new –> pilih worksheet untuk menginput
data tabel–>mengisi tabel –>menyimpan file dalam ekstensi .dat.
2. Output data
Setelah disimpan,kemudian masuk pada tampilan windows plot dengan
cara [file][new] setelah itu pilih plot document. Pada tampilan ini kita bisa
melakukan gridding. Cara melakukan gridding =>[grid][data] kemudian pilih
file yang disimpan tadi–>akan muncul layar dengan data column (masukan
x,y,z sesuai data kolom yang di inginkan untuk melakukan gridding, grid line
geometry untuk mengubah spasi dan jumlah garis sesuai yang kita
inginkan, method gridding kita pilih sesuai keinginan kita –>pilih file griding
yang akan di buat.sebaiknya ditempatkan menjadi satu folder dengan file data
nya.–>pilih OK–>untuk melihat garis kontur dilakukan ploting
caranya:map/contur map/new contur map=> pilih file griddingnya.(ekstensi
*.grd)–>klik OK –>jika ingin mengubah tampilan peta kontur doble click pada
peta dan cobalah beberapa setting berikut Filled contour adalah pilihan untuk
memberi isi pada interval kontur tertentu. Color scale untuk menampilkan
skala warna pada peta. Smoothing untuk menghaluskan garis kontur sehingga
tidak patah-patah. Contur Levels . Level adalah nilai interval, Line adalah garis
yang tampil pada peta kontur.Line propertis bisa di edit sesuai keinginan kita
baik warna,ukuran dan style, dengan cara mengklik ganda pada line tersebut
maka akan muncul tampilan untuk mengedit.
3. Menyimpan file
Hasil ploting / peta kontur secara default akan disimpan dalam file dengan
ekstensi *.srf(surfer file) ada kalanya kita menyimpan dalam format lain yaitu
dengan cara; file/export,file ekstensi yang dapat dieksport
:WMF,CLP,DXF,GCM,TIF,BMP,TGA,PCX,GIF,WPG,JPG,PTC,DCX
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
Beberapa contoh tampilan yang dapat dibuat dengan menggunakan Surfer
Peta kontur sebuah wilayah
Peta kontur yang diberi warna
Peta kontur dengan Wireframe
Peta kontur surface
Gambar 8.3 Peta Kontur(Golden Software, Inc, 2009)
8.4 Tugas Pendahuluan
1. Sebutkan fungsi dari komponen interface surface plot pada perangkat
lunak Surfer!
2. Sebutkan fungsi dari komponen interface Worksheet pada perangkat
lunak Surfer!
3. Sebutkan beberapa jenis metode gridding yang terdapat pada perangkat
lunak surfer!
4. Sebutkan jenis peta yang dapat dibuat dengan perangkat lunak surfer!
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
8.5 Tugas Akhir
1. Buat diagram alir pembuatan peta dengan menggunakan surfer.
2. Buatlah peta kontur dari data yang telah disediakan dengan menggunakan
beberapa metode griding
3. Analisa hasil peta dengan metode griding yang berbeda. Apa saja ahal
menarik dari hasil tersebut?
4. Pilih salah satu peta yang menurut praktikan paling representatif, buat peta
kontur lengkap dengan menggunakan peta tersebut.
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
PT-09
TEKNIK PETA KOMPAS
9.1 Tujuan Praktikum
1. Memahami cara mengukur Azimuth dan Back Azimuth
2. Mampu memahami dan menghitung sudut peta dan sudut kompas, dengan
informasi perubahan variasi magnetis dari peta
3. Mampu menentukan koordinat / kedudukan suatu titik di lapangan pada peta
denggan menggunakan metode Intersection dan Resection.
4. Membandingkan keakuratan posisi antara teknik peta kompas dengan GPS
9.2 Peralatan
1. Peta Rupa Bumi Indonesia Bakosurtanal Lembar Cicalengka Skala 1 :
25.000
2. Peta Topografi Wilayah Jatinangor dan sekitarnya (disiapkan oleh asissten)
3. Kompas Bidik
4. Protaktor
5. GPS Garmin 60
6. Alat Tulis
7. Penggaris
9.3 Teori Dasar
9.3.1 Orientasi Peta
Orientasi peta adalah kegiatan menyamakan kedudukan peta dengan medan
sebenarnya. Pada keperluan orientasi ini, kita perlu mengenal tanda tanda medan
yang ada di lokasi. Pengetahuan dan pengamatan terhadap peta yang dimiliki
sangat berperan dalam kegiatan ini. Mengenal titik titik ektrim atau lokasi unik
seperti puncak gunung, pertigaan jalan, jelan, danau, dan sebagainya.
Langkah - langkah orientasi peta :
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
1. Mencari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda yang menarik
2. Meletakan peta pada bidang datar.
3. Meletakan kompas di atas peta dan mensejajarkan antara arah utara peta dan
utara kompas.
4. Mengamati titik atau tanda yang mearik di sekliling, lalu temukan area tersebut
pada peta. Lakukan langkah ini untuk beberapa titik yang berbeda
9.3.2 Mengukur Azimuth dan Back Azimuth
Terdapat tiga macam azimuth yang sering dijumpai, azimuth selalu didasarkan
pada arah utara baik, yaitu :
a. Azimuth Sebenarnya ,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara
sebenarnya dengan titik sasaran
b. Azimuth Magnetis, yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan
titik sasaran ( Sudut Kompas )
c. Azimuth Peta, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan
titik sasaran (Sudut Peta)
Back Azimuth adalah besar sudut kebalikan/kebelakang dari azimuth. Cara
menghitungnya :
A. Sudut kompas > 180 derajat, maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat
B. Sudut kompas < 180 derajat, maka sudut azimuth ditambah 180 derajat
C. Sudut kompas = 180 derajat, maka back azimuthnya adalah 0 derajat
9.3.3 Menghitung Sudut Peta dan Sudut Kompas
Sudut Peta adalah sudut yang dibentuk oleh dua buah garis,yaitu garis utara peta dan
garis yang menuju sasaran atau objek. Sedangkan Sudut Kompas adalah sudut yang
dibentuk oleh garus menuju utara magnetis dan garis yang menuju sasaran atau
objek
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
( Peta RBI Lembar 1209 - 321 Cicalengka )
A. Cara Mengukur Sudut Peta
Misalnya kita mengukur sudut peta dari titik A ke titik B di atas peta, maka :
1. Tarik dua buah garis dari titik A, garis pertama menuju arah utara peta
sedangkan garis berikutnya menuju ke arah sasaran, yaitu titik B
2. Ukur sudut dari arah garis menuju arah utara peta ke garis yang menuju titik B
dengan busur derajat sesuai dengan arah perputaran jam
Sudut Peta = Sudut Kompas ± UP UM
B. Cara Menghitung Sudut Peta dan Sudut Kompas
MENGHITUNG SUDUT PETA (1)
Diketahui :
Peta Gn Tangkuban Parahu
Lembar Peta No 39 / XXXIX – A
Peta Skala 1 : 50.000
Peta dibuat tahun 1947
Increase 2’ / Tahun
Ikhtilaf Magnetis 1˚ 20’ ke timur
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
Sudut Peta = Sudut Kompas ± Ikhtilaf UP UM [SPM] 2010
Ikhtilaf Peta 20’ ke timur
Sudut Kompas 170˚
Ditanyakan :
Hitung sudut petanya
Jawab :
UP
UM [SPM] 1947 = I M ± I P
= 1˚ 20’ – 20’ (*)
= 1˚ *Jika arah IP = IM maka dikurangkan dan sebaliknya
VM Increase = 2010 – 1947 = 63 tahun
= 2’ X 63 tahun
= 125’
= 2˚ 6’
UP UM [SPM] 2010 = UP UM 47 ± VM
= 1˚ + 2˚ 6’ (**)
= 3˚ 6’ **Jika VM increase maka ditambahkan dan sebaliknya
Jadi sudut Peta = Sudut Kompas ± UP UM [SPM] 2010
= 170˚ + 3˚ 6’
= 173˚ 6’
Penggambaran :
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
Sudut Peta = Sudut Kompas ± Ikhtilaf UP UM [SPM] 2010
MENGHITUNG SUDUT PETA (2)
Diketahui :
Peta Bandung
Peta dibuat tahun 1959
IM 2˚ ke timur
IP 28’ ke barat
VM 2’ / tahun Increase
Sudut Kompas 87˚
Ditanyakan :
Hitung sudut petanya
Jawab :
UP
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
UM [SPM] 1947 = I M ± I P
= US UM ± US UP
= 2˚ – 28’
= 2˚ 28’
VM Decrease = 2010 – 1959 = 51 tahun
= 2’ X 51 tahun
= 102’
= 1˚ 42’
UP UM [SPM] 2010 = SPM 1967 ± VM [2010-1959]
= UP UM 1967 ± VM [2010-1959]
- = 2˚ 28’ + 1˚ 42’
= 4˚ 10’
Jadi sudut Peta = Sudut Kompas ± UP UM [SPM] 2010
= 87˚ + 4˚ 10’
= 91˚ 10’
Penggambaran :
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
3.4 Resection dan Intersection
Resection adalah menentukan kedudukan atau posisi kita di peta dengan
minimal menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Namun
Tidak selalu tanda medan harus selalu dibidik, jika kita berada diarea yang
jelas atau mencolok pada peta seperti di tepi sungai, sepanjang jalan, atau
sepanjang suatu punggungan, maka dapat juga digunakan satu titik amat saja.
Langkah-langkah resection :
a. Orientasikan peta dengan benar, kemudian lihat dan mengamati medan
sekitar
b. Tandai kedudukan dari minimal dua titik ekstrim atau titik amat yang
sudah dikenali pada peta
c. Bidik kompas ke titik ekstrim, tentukan nilai Azimuth dan hitung nilai
Back Azimuthnya
d. Hitung Sudut peta, menggunakan Sudut Kompas dari Back Azimuth dan
Variari Magnetis
e. Tarik garis dari minimal dua titik ekstrim sebesar nilai Sudut Peta
f. Perpotongan garis, merupakan titik kita berada
Intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan
menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan.
Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda
yang terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection, kita
sudah yakin pada posisi kita di peta.
Langkah-langkah melakukan intersection :
a. Orientasikan peta dengan benar, kemudian lihat dan mengamati medan
sekitar
b. Tentukan dan memastikan posisi awal akhir kita pada peta dengan baik
c. Bidik kompas pada posisi awal ke titik ekstrim A, tentukan nilai Azimuth
dan hitung nilai Back Azimuthnya
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
d. Bidik kompas pada posis akhir ke titik ekstrim A, tentukan nilai Azimuth
dan hitung nilai Back Azimuthnyar
e. Hitung Sudut peta, menggunakan Sudut Kompas dari Back Azimuth dan
Variari Ma
f. perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi
obyek yang dimaksud
9.4 Prosedur Praktikum
1. Setiap kelompok terdiri minimal 3 orang
2. Siapkan peralatan untuk praktikum
3. Tentukan 3 titik yang berbeda namun satu garis lurus dengan arah utara
pada lapangan
4. Membagi tugas kelompok (1 Compas man, 1 GPS man, 1 pencatat data)
untuk setiap titik pengamatan
5. Lakukan proses kegiatan Resection dan Intersection ( Objek Intersection :
Puncak Gn. Geulis )
6. Setiap lokasi pengamatan, di mark menggunakan GPS
7. Menempatkan titik hasil pengamatan pada Peta RBI dan peta Topografi
9.5 Tugas Pendahuluan
1. Sebutkan macam-macam kompas !
2. Apakah yang dimaksud dengan titik triangulasi dan titik ekstrim ?
3. Apakah yang dimaksud dengan sudut peta dan sudut kompas ?
4. Jelaskan apa yang dimakud dengan Resection dan Intersection !
9.6 Tugas Akhir
1. Tentukan koordinat setiap titik hasil Resection !
2. Bandingkan hasil koordinat dengan GPS, lalu Analisa
3. Tentukan koordinat Gunung Geulis hasil Intersection !
4. Bandingan hasil Intersection dengan Interpolasi langsung, lalu Analisa
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
Referensi
- Subagio.2003.Pengetahuan Peta.Bandung : Penerbit ITB
- Ir. Wartono Raharjo.2007. Metode Geologi Lapangan. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada
- Mulyo, Agung.2009. Pengantar Ilmu Kebumian. Bandung: Pustaka Setia
- Manualbook Garmin 60 CSx
- Surfer Getting Started Guide. 2009. Golden Software, Inc. Colorado,
U.S.A.
- Wilijatun, djoko.2000.Dasar-dasar Pengukuran tanah direktoriat agraria.
Erlangga: jakarta
Laboratorium Perpetaan dan Geologi – Geofisika Unpad
Tim Revisi Modul
Mia Uswatun Hasanaj S.Si., M.T
Rifat Ramdhani 140710110001
Aldhi Yudha Arfiyana 140710110004
Rahmat Fadhillah 140710110009
Leonel Sapto Prabowo 140710110011
Galang Yogasatria 140710110020
Anindito Bayhaqie 140710110032