pengintegrasian pembelajaran …lib.unnes.ac.id/19718/1/4201409002.pdfi pengintegrasian pembelajaran...
TRANSCRIPT
i
PENGINTEGRASIAN PEMBELAJARAN
PENGURANGAN RISIKO BENCANA (PRB) DALAM
IPA MELALUI MODEL CTL BERVISI SETS UNTUK
MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA SMP
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
oleh
Emi Rahmawati
4201409002
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian
Skripsi pada :
Hari : Senin
Tanggal : 11 Maret 2013
Semarang, 6 Maret 2013
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Ani Rusilowati, M.Pd. Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si. NIP. 196012191985032002 NIP. 196501071989011001
iii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dalam
IPA melalui Model CTL Bervisi SETS untuk Menumbuhkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa SMP
Disusun oleh
Emi Rahmawati
4201409002
Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada:
Hari : Senin
tanggal : 11 Maret 2013
Panitia: Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Dr. Khumaedi, M.Si. NIP. 19631012 198803 1 001 NIP. 19630610 198901 1 002
Ketua Penguji
Drs. Sukiswo Supeni Edi, M.Si NIP. 19561029 198601 1 001
Anggota Penguji/ Anggota Penguji/
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr. Ani Rusilowati, M.Pd. Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si. NIP. 196012191985032002 NIP. 196501071989011001
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari
terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Semarang, Maret 2013
Emi Rahmawati 4201409002
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai ( dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)(QS. Al Insyirah, 94: 6-7).
Aku Berpikir terus menerus, berbulan bulan dan bertahun tahun, sembilan puluh sembilan kali dan kesimpulannya salah. Untuk yang keseratus aku benar(Albert Einstein).
PERSEMBAHAN
Mama dan Bapa tercinta, yang senantiasa
memberi doa dan kasih sayang serta pengorbanan yang begitu besar demi masa depanku.
Mba martin, Mas Ruswandi, Fira dan keluarga, terima kasih atas doa dan dukungannya.
Mamasku yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini
Sahabat-sahabatku Ofa, Nurul, Amel, Pras, Ajunt, terima kasih atas cerita indahnya.
Teman-teman kost setanjung indah, kost BSD dan kost Sejuk ( Mba Inov dan Mba Demiyan),
terima kasih atas kebersamaannya.
Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2009
vi
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya yang
senantiasa tercurah sehingga tersusunlah skripsi yang berjudul “Pengintegrasian
Pembelajaran Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Dalam IPA Melalui Model
CTL Bervisi SETS untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
SMP”.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak berupa
saran, bimbingan, maupun petunjuk dan bantuan dalam bentuk lain, maka penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmojo, M.Si, Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Semarang.
3. Dr. Khumaedi, M.Si, Ketua Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
4. Dr. Putut Marwoto, M.S, dosen wali yang telah memberikan bimbingan.
5. Dr. Ani Rusilowati, M.Pd, dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.
6. Dr. Sunyoto Eko Nugroho, dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.
7. Ibu Sri Harjanti Utami, Guru IPA kelas VII SMP N 22 Semarang.
8. Siswa-siswi kelas VII B dan VII D SMP N 22 Semarang.
vii
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu baik material maupun spiritual.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya, lembaga, masyarakat
dan pembaca pada umumnya.
Semarang, 2013
Penulis
viii
ABSTRAK
Rahmawati, Emi. 2013. Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dalam IPA melalui Model CTL Bervisi SETS untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Skripsi, Jurusan Fisika, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dr. Ani Rusilowati, M.Pd. Pembimbing II: Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si.
Kata kunci : pengurangan risiko bencana, CTL, SETS, berpikir kritis
Konferensi sedunia tentang pengurangan risiko bencana yang diadakan oleh PBB menghasilkan Kerangka Aksi Hyogo atau Hyogo Framework for Action (HFA) yang menyoroti pentingnya pendidikan dan pembelajaran sebagai bagian dari prioritas aksi, menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat. Inisiatif pengurangan risiko bencana harus berakar di semua lembaga pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah dan memasukkan dalam program pendidikan. HFA merekomendasikan bahwa Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dimasukkan dalam kurikulum sekolah, pendidikan formal dan informal Salah satu alternatif untuk memberikan pemahaman terhadap pengurangan risiko bencana dapat dilakukan melalui pembelajaran di sekolah dengan mengintegrasikan materi pengurangan risiko bencana (PRB) kedalam mata pelajaran IPA di SMP/MTs.. Tujuan Penelitian ini adalah menerapkan pengintegrasian pembelajaran pengurangan risiko bencana (PRB) dalam IPA melalui model CTL bervisi SETS untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N 22 Semarang tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini menggunakan desain control group pre-test-post-test. Metode pengumpulan data menggunakan dokumentasi, tes, lembar observasi dan angket. Teknik analisis data penelitian dengan teknik uji gain ternormalisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berpikir kritis dan sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana kelas eksperimen lebih baik dari pada berpikir kritis dan sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana kelas kontrol. Hal ini terlihat dari hasil analisis dengan menggunakan uji t pihak kanan untuk nilai post-test diperoleh thitung = 2.02 dan skor angket sikap siswa diperoleh thitung=2.08 sedangkan ttabel=1.67. Hal ini membuktikan bahwa pengintegrasisan pembelajaran pengurangan risiko bencana melalui model CTL bervisi SETS dapat digunakan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP dan sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i
PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………….... ii
PENGESAHAN ……………………………………………………….. iii
PERNYATAAN ………………………………………………………... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………… v
KATA PENGANTAR ………………………………………………….. vi
ABSTRAK……………………………………………………………… viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………. xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… xiv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xv
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………. 6
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………….. 6
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………….... 7
1.5 Batasan Masalah………………………………………………....... 8
1.6 Penegasan Istilah………………………………………………….. 8
1.6.1 Pengurangan Risiko Bencana……………………………… 8
1.6.2 Model Pembelajaran Bervisi SETS………………………… 8
1.6.3 Contextual Teaching and Learning (CTL) ………………… 9
1.6.4 Berpikir Kritis………………………………………………. 9
x
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS……………………… 10
2.1 Pengurangan Risiko Bencana……………………………………… 10
2.2 Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko Bencana
dalam IPA ………………………………………………….......... 12
2.3 SETS ( Sains, Environment, Technology, Society)…………………... 13
2.4 Model Pembelajaran IPA bervisi SETS…………………………... 15
2.5 Contextual Teaching and Learning ………………………………. 15
2.6 Berpikir Kritis…………………………………………………….. 18
2.7 Kebakaran………………………………………………………… 20
2.8 Kalor………………………………………………………………. 21
2.9 Kerangka Berpikir…………………………………………………. 22
2.10 Hipotesis…………………………………………………………… 25
BAB 3 METODE PENELITIAN……………………………………… 26
3.1 Populasi dan Sampel………………………………………………. 26
3.2 Variabel Penelitian………………………………………………… 27
3.3 Desain Penelitian………………………………………………….. 27
3.4 Alur Penelitian……………………………………………………. 28
3.5 Metode dan Alat Pengumpulan Data…………………………….. 29
3.5.1 Metode Dokumentasi……………………………………… 29
3.5.2 Metode Tes…………………………………………………. 29
3.5.3 Metode Observasi………………………………………….. 33
3.5.4 Metode Angket…………………………………………….. 34
3.6 Metode Analisis Data……………………………………………… 3
xi
3.6.1 Analisis Data Tahap Awal………………………………….. 34
3.6.2 Analisis Data Tahap Akhir…………………………………. 35
3.6.2.1 Analisis Kemampuan Berpikir Kritis………………. 35
3.6.2.2 Analisis Angket……………………………………… 36
3.6.2.3 Uji Normalitas……………………………………….. 37
3.6.2.4 Uji Kesamaan Dua Varians………………………….. 38
3.6.2.5 Uji t Satu Pihak……………………………………… 38
3.6.2.6 Uji Gain……………………………………………… 39
3.6.2.7 Uji Signifikasi………………………………………... 40
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………. 41
4.1.Hasil Analisis Data Penelitian Data Awal………………………….. 41
5.1.1. Uji Homogenitas…………………………………………... 41
4.2.Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Akhir………………………... 41
4.2.1 Kemampuan Berpikir Kritis………………………………. 41
4.2.2 Uji Normalitas……………………………………………. 46
4.2.3 Uji Kesamaan Dua Varians……………………………….. 47
4.2.4 Uji t Satu Pihak (Uji t Pihak Kanan)……………………… 48
4.2.5 Uji Gain…………………………………………………… 49
4.2.6 Uji Signifikasi…………………………………………….. 50
4.2.7 Analisis Angket…………………………………………… 50
4.3.Pembahasan……………………………………………………….. 52
5.3.1. Kemampuan Berpikir Kritis……………………………….. 52
xii
5.3.2. Sikap Siswa terhadap Pemahaman Pengurangan Risiko
Bencana………………………………………………… 58
5.3.3. Keterbatasan Penelitian………………………………… 59
BAB 5 PENUTUP……………………………………………………. 61
5.1 Simpulan………………………………………………………….. 61
5.2 Saran……………………………………………………………… 62
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 64
LAMPIRAN…………………………………………………………... 66
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Data Kebakaran di Semarang…………………………………... 20
3.1 Desain Penelitian Control Group Pre-test Post-test…………….. 27
4.1 Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol dengan Lembar Observasi……...................................... 44
4.2 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…… 46
4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Post-test dan Skor Angket
Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……....................... 47
4.4 Hasil Uji Satu Pihak Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……. 48
4.5 Hasil Uji Signifikasi Peningkatan Berpikir Kritis Antara Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol………………………………… 50
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Skema Keterkaitan antara Keempat Unsur SETS ……………….. 14
2.2 Kerangka Berpikir ………………………………………………. 24
3.1 Alur Penelitian…………………………………………………… 28
4.1 Data Hasil Pre-test Siswa ……………………………………….. 42
4.2 Data Hasil Post-test Siswa………………………………………. 42
4.3 Kemampuan Berpikir Kritis dengan Instrumen Tes ……………. 43
4.4 Kemampuan Berpikir Kritis dengan Lembar Observasi ……….. 45
4.5 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Materi Kalor ………………. 45
4.6 Peningkatan Rata-Rata Berpikir Kritis …………………………. 49
4.7 Skor Angket Sikap Siswa terhadap Pengurangan Risiko Bencana 51
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
1. Silabus……………………………………………………....... 66
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ………………………. 69
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ………………………. 76
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 ……………………… 83
5. Lembar Kerja Siswa 1……………………………………….. 88
6. Lembar Kerja Sisiwa II……………………………………… 93
7. Lembar Kerja Siswa III……………………………………… 96
8. Kriteria Penilaian Lembar Observasi………………………… 99
9. Lembar Observasi……………………………………………. 100
10. Kisi-Kisi Soal Uji Coba……………………………………… 101
11. Soal Uji Coba………………………………………………… 102
12. Analisis Uji Coba…………………………………………….. 104
13. Perhitungan Reliabilitas……………………………………… 106
14. Perhitungan Tingkat Kesukaran…………………………….... 107
15. Perhitungan Daya Pembeda………………………………….. 109
16. Daftar Nilai Rapor Kelas VII SMP N 22 Semarang…………. 111
17. Uji Homogenitas……………………………………………... 112
18. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……. 114
19. Soal Pre-Test………………………………………………………….. 115
xvi
20. Data Pre-Test Kelas Eksperimen………………………………. 117
21. Data Pre-Test Kelas Kontrol…………………………………… 118
22. Soal Post-Test ………………………………………………….. 119
23. Data Post-Test Kelas Eksperimen………………………………. 121
24. Data Post-Test Kelas Kontrol…………………………………... 122
25. Uji Normalitas Data Post-Test Kelas Eksperimen……………… 123
26. Uji Normalitas Data Post-Test Kelas kontrol…………………... 124
27. Uji Kesamaan Dua Varians Data Post-Test antara Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol………………………………… 125
28. Uji t Satu Pihak Data Post-Test antara Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol……………………………………....................... 126
29. Uji Gain……………………………………................................ 127
30. Uji Signifikasi Gain…………………………………………….. 129
31. Kisi-Kisi Angket Sikap Siswa…………………………………... 130
32. Angket Sikap Siswa…………………………………………….. 131
33. Data Angket Sikap Siswa terhadap Pengurangan Risiko Bencana
Kelas Eksperimen……………………………............................. 133
34. Data Angket Sikap Siswa terhadap Pengurangan Risiko Bencana
Kelas Kontrol……………………………….............................. 134
35. Uji Normalitas Data Angket Sikap Siswa terhadap Pengurangan
Risiko Bencana Kelas Eksperimen……………………………. 135
xvii
36. Uji Normalitas Data Angket Sikap Siswa terhadap Pengurangan
Risiko Bencana Kelas Kontrol…………………………………. 136
37. Uji Kesamaan Dua Varians Data Angket Sikap Siswa terhadap
Pengurangan Risiko Bencana antara Kelas Eksperimen dan
Kelas kontro………………………………………………….. 137
38. Uji t Satu Pihak Data Angket Sikap Siswa terhadap Pengurangan
Risiko Bencana antara Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol………………………………………………………... 138
39. Data Lembar Observasi Kelas Eksperimen…………………… 139
40. Data Lembar Observasi Kelas Kontrol………………………… 140
41. Dokumentasi…………………………………………………... 141
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Banyaknya peristiwa bencana di dunia pada awal abad ke-21,
sebanyak 168 negara termasuk Indonesia mendorong negara-negara
tersebut membangun komitmen global dalam pengurangan risiko
bencana. Pada tanggal 18-22 Januari 2005, majelis umum PBB telah
mengadakan konferensi sedunia tentang pengurangan risiko bencana di
Kobe, Hyogo, Jepang yang menekankan perlunya mengidentifikasi cara-
cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap
bencana. Konferensi dengan tema ‘Membangun Ketahanan Bangsa dan
Komunitas Terhadap Bencana’ ini telah memberikan suatu kesempatan
bagi negara untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan
sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Selain
itu, konferensi tersebut juga menghasilkan kerangka aksi Hyogo atau
Hyogo Framework for Action (HFA) tahun 2005-2015.
HFA menyoroti pentingnya pendidikan dan pembelajaran sebagai
bagian dari prioritas aksi, menggunakan pengetahuan, inovasi dan
pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan
ketahanan di semua tingkat. Inisiatif pengurangan risiko bencana harus
berakar di semua lembaga pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah
2
dan memasukkan dalam program pendidikan. HFA merekomendasikan
bahwa Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dimasukkan dalam
kurikulum sekolah, pendidikan formal dan informal.
“Menggalakkan dimasukkannya pengetahuan pengurangan risiko bencana dalam bagian yang relevan dalam kurikulum sekolah di semua tingkat dan menggunakan jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau pemuda dan anak-anak; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen intrinsic Dekade Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (2005-2015) dari PBB”
Dijelaskan pula dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana bahwa setiap orang berhak
mendapatkan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan keterampilan
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik dalam situasi
tidak terjadi bencana maupun situasi terdapat potensi bencana. Undang-
Undang tersebut juga menekankan bahwa pengurangan risiko bencana
harus diintegrasikan kedalam proses pembangunan, yang salah satunya
adalah sektor pendidikan.
Dalam masalah pengurangan risiko bencana, peran pendidikan
menjadi sangat penting untuk menciptakan bibit tunas bangsa yang
cerdas dan berkualitas yang mampu berpikir global, namun dapat
melakukan tindakan aksi lokal dalam rangka pengurangan risiko
bencana (think globally, but act locally). Menyelanggarakan pendidikan
pengurangan risiko bencana dapat dilakukan melalui pembelajaran di
sekolah dengan mengintegrasikan materi pengurangan risiko bencana ke
dalam mata pelajaran IPA di SMP/MTs.
3
Sesuai yang diamanatkan dalam Permendiknas 2006 bahwa di
tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran salingtemas
(sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang
diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat
suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja
ilmiah secara bijaksana.
Selain itu, Undang–Undang No 19 tahun 2005 tentang Standar
Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan alam dan teknologi (termasuk di dalamnya mata
pelajaran IPA) di SMP/MTs dimaksudkan untuk memperoleh
kompetensi dasar ilmu pengetahuan alam dan teknologi serta
membudidayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.
Berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang penting
untuk dilatihkan kepada siswa pada pembelajaran IPA. Berpikir kritis
dianggap penting dalam bidang akademik karena memungkinkan
seseorang untuk menganalisis, mengevaluasi, menjelaskan dan
merestrukturisasi pemikiran mereka, sehingga mengurangi risiko
mengadopsi, bertindak, atau berpikir dengan keyakinan yang tidak benar.
Untuk dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa
diperlukan suatu model pembelajaran yang yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam
mengkontruksi, mengeksplorasi pengetahuan sendiri, serta
mengaplikasikan konsep-konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Salah
4
satu model yang dapat diterapkan untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir kritis siswa adalah model contextual teaching and learning
(CTL) yang berpendekatan/bervisi SETS.
Sebagaimana kita ketahui bahwa tujuan pembelajaran sains/IPA
adalah agar siswa memahami konsep sains dan keterkaitannya dalam
kehidupan sehari-hari, memiliki ketrampilan tentang alam sekitar untuk
mengembangkan pengetahuan tentang proses alam sekitar, mampu
menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala alam dan
mampu menggunakan teknologi sederhana untuk memecahkan masalah
yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2007:138)
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Visi/pendekatan
SETS memberikan peluang para siswa untuk memperoleh pengetahuan
sekaligus kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan hasil analisis
dan sintesis yang bersifat komprehensif dengan memperhitungkan aspek
sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat sebagai satu kesatuan tak
terpisah (Binadja, 2005).
Menurut Syahbana (2012), pendekatan CTL dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP Negeri 17 Palembang
yaitu ada perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis
5
matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan
pendekatan CTL dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan pendekatan konvensional. Ketut Suwita (2012) juga berpendapat
bahwa dasar pemikiran penggunaan model pembelajaran STM (Sains
Teknologi Masyarakat) dan CTL karena kedua model tersebut memiliki
beberapa kelebihan diantaranya : (1) memberikan kesempatan kepada
siswa aktif dalam dalam proses pembelajaran dalam usaha untuk
membangun ketrampilan berpikir tingkat tinggi (ketrampilan berpikir
kritis dan kreatif) melalui kegiatan proses sains, (2) memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengkaji pembelajaran yang berkaitan
dengan dunia nyata (dengan permasalahan kontekstual) untuk
membangun makna, (3) memberikan peluang kepada guru untuk
melaksanakan penilaian dengan berbagai dimensi penilaian termasuk
didalamnya penilaian terhadap ketrampilan berpikir kritis. Selain itu,
menurut Rusilowati dkk (2009) menunjukkan bahwa model kebencanaan
yang terintegrasi dalam IPA yang dapat dikembangkan adalah model
yang berpendekatan/bervisi SETS. Melalui model CTL bervisi SETS,
siswa dilibatkan secara langsung untuk mengkaitkan materi dengan
situasi dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari yang menerapkan sains
ke dalam bentuk teknologi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat dan memperhatikan
lingkungan, sehingga risiko terjadinya bencana dapat dikurangi.
6
Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan penelitian tentang
“Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko Bencana (PRB)
dalam IPA melalui Model CTL Bervisi SETS untuk Menumbuhkan
Kemampuan Berpikir Kritis siswa SMP”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang terdapat permasalahan sebagai
berikut :
1) Apakah berpikir kritis siswa yang mendapat pembelajaran dengan
model CTL bervisi SETS lebih baik daripada berpikir kritis siswa
yang mendapat pembelajaran dengan model konvensional bervisi
SETS?
2) Apakah sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana yang
mendapat pembelajaran dengan model CTL bervisi SETS lebih baik
daripada sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana yang
mendapat pembelajaran dengan model konvensional bervisi SETS?
1.3 Tujuan Penelitian
1) Mengetahui berpikir kritis siswa yang mendapat pembelajaran dengan
model CTL bervisi SETS lebih baik daripada berpikir kritis siswa
yang mendapat pembelajaran dengan model konvensional bervisi
SETS
7
2) Mengetahui sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana yang
mendapat pembelajaran dengan model CTL bervisi SETS lebih baik
daripada sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana yang
mendapat pembelajaran dengan model konvensional bervisi SETS
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Siswa
a. Memberikan fun learning bervisi SETS sehingga siswa siswa
tertarik untuk belajar IPA.
b. Melatih kemampuan berpikir kritis.
c. Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang pengurangan
risiko bencana.
2. Bagi Guru
a. Memberikan gambaran model pembelajaran yang inovatif bagi
guru.
b. Mengembangkan kreativitas guru dalam melakukan
pembelajaran.
c. Memberikan inspirasi dan motivasi kepada pendidik untuk terus
mengembangkan model pembelajaran demi tercapainya
pembelajaran efektif.
3. Bagi Sekolah
Memperkaya wawasan tentang berbagai model yang bisa
diterapkan dalam proses pembelajaran.
8
1.5 BATASAN MASALAH
Batasan materi yang dikaji dalam penelitian ini adalah materi
pengurangan risiko bencana yang diintegrasikan dalam mata pelajaran
IPA. Materi pengurangan risiko bencana hanya terfokus pada
pengurangan risiko kebakaran yang terintegrasi dalam pelajaran IPA di
SMP, yaitu pada pokok bahasan kalor. Model konvensional dalam
penelitian ini adalah model ceramah dan demonstrasi.
1.6 PENEGASAN ISTILAH
1.6.1 Pengurangan Risiko Bencana
Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik
mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa
dan mengelola faktor-faktor penyebab dari bencana termasuk dengan
dikuranginya paparan terhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia
dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan yang bijaksana, serta
meningkatkan kesiapsiagaanan terhadap kejadian yang merugikan.
1.6.2 Model Pembelajaran Bervisi SETS
Model pembelajaran bervisi SETS merupakan suatu model yang
menuntun siswa untuk mengkaitkan hubungan antara unsur SETS
(Sains, Environment, Technology and Society) yaitu mengkaitkan
konsep sains yang dipelajari dengan unsur lain dalam SETS sehingga
9
siswa memperoleh gambaran lebih jelas tentang keterkaitan konsep sains
terhadap lingkungan, teknologi dan masyarakat.
1.6.3 Contextual teaching and learning (CTL)
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
1.6.4 Berpikir Kritis
Fisher (2008) mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir
evaluatif yang mencakup baik itu kritik maupun berpikir kreatif dan
yang secara khusus berhubungan dengan kualitas pemikiran atau
argumen yang disajikan untuk mendukung suatu keyakinan atau rentetan
tindakan.
10
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1 Pengurangan Risiko Bencana
Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana adalah usaha sadar dan
terencana dalam proses pembelajaran untuk memberdayaan peserta didik
dalam upaya untuk pengurangan risiko bencana dan membangun budaya
aman serta tangguh terhadap bencana. Pendidikan PRB lebih luas dari
pendidikan bencana, bahkan lebih dari pendidikan tentang pengurangan
risiko bencana. Tetapi mengembangkan motivasi, keterampilan, dan
pengetahuan agar dapat tertindak dan mengambil bagian dari upaya
untuk pengurangan risiko bencana (Tatang, 2009).
Tujuan pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah:
1) Menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan.
2) Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko
bencana.
3) Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman
tentang kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan fisik, serta
kerentanan perilaku dan motivasi.
4) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk pencegahan dan
pengurangan risiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan yang bertanggung jawab, dan adaptasi terhadap risiko
bencana.
11
5) Mengembangkan upaya untuk pengurangan risiko bencana diatas,
baik secara individu maupun kolektif.
6) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siaga bencana.
7) Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana.
8) Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali
komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang
disebabkan karena terjadinya bencana.
9) Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan
besar dan mendadak.
Pendekatan pengintegrasian pengurangan risiko bencana dalam
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar sebagai berikut:
1) Berorientasi pada perkembangan anak
2) Berorientasi pada kebutuhan anak
3) Aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan
Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan
menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh
pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan
untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk
berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan
pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat
anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan
dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan multi
12
strategi, multi metode, materi/ bahan, dan media yang menarik serta
mudah diikuti oleh anak.
4) Menggunakan berbagai media dan sumber belajar
5) Mengembangkan kecakapan hidup
2.2 Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko
Bencana dalam IPA
Integrasi pendidikan pengurangan risiko bencana ke dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dimaknai sebagai
menggabungkan muatan pendidikan PRB dan muatan KTSP, atau
memasukkan muatan pendidikan PRB dalam muatan KTSP.
Pengintegrasian pendidikan PRB dilakukan dengan memperhatikan
keterpaduan dan kesinambungan muatan pendidikan PRB dan muatan
KTSP (termasuk program ekstra kurikuler yang dimiliki sekolah),
sumber daya yang dimiliki untuk melaksanakan pendidikan PRB.
Pengintegrasian muatan pendidikan PRB dapat dilakukan dengan
muatan mata pelajaran pokok, mata pelajaran muatan lokal, dan/atau
program ekstra kurikuler. Pengintegrasian dilakukan secara terpadu
sehingga menyatu, saling terkait dan berkesinambungan secara
harmonis.
Prinsip pengintegrasian pengurangan risiko kebakaran ke dalam
mata pelajaran adalah (1) tidak menambah mata pelajaran baru; (2) tidak
menambah alokasi yang tersedia; (3) materi yang dikembangkan
13
kontekstual dan faktual; (4) model yang dikembangkan terintegrasi
melalui mata pelajaran
2.3 SETS ( Sains, Environment, Technology, Society)
SETS (Science, Environment, Technology, Society), bila
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia memiliki kepanjangan Sains,
Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat atau sering disebut
Salingtemas. Dalam konteks pendidikan SETS, urutan ringkasan SETS
membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains ke bentuk teknologi
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dipikirkan berbagai implikasi
pada lingkungan secara fisik maupun mental.
Visi dan pendekatan SETS memberikan peluang para peserta
didik untuk memperoleh pengetahuan sekaligus kemampuan berpikir
dan bertindak berdasarkan hasil analisis dan sintesis yang bersifat
komprehensif dengan memperhitungkan aspek sains, lingkungan,
teknologi dan masyarakat sebagai satu kesatuan tak terpisah. Visi dan
pendekatan SETS memberi wadah secara mencakupi kepada para
pendidik dan peserta didik untuk menuangkan kemampuan berkreasi dan
berinovasi dibidang minatnya dengan landasan SETS secara kuat.
Keterkaitan SETS yang saling berhubungan antara unsur sains,
lingkungan, teknologi dan masyarakat seperti gambar berikut ini
(Binadja 1999a).
14
Gambar 2.1 Skema keterkaitan antar keempat unsur SETS
Unsur-unsur SETS saling terkait satu sama lain, tanda panah
bolak-balik diantara unsur-unsur SETS mencerminkan adanya saling
pengaruh serta saling terkait. Pendidikan SETS atau bervisi SETS tidak
hanya memperhatikan isu masyarakat dan lingkungan yang telah ada dan
mengaitkannya dengan unsur lain, akan tetapi juga pada cara melakukan
sesuatu untuk kepentingan masyarakat dan lingkungan itu yang
memungkinkan kehidupan masyarakat serta kelestarian lingkungan
terjaga sementara kepentingan lain terpenuhi. Konsep sains berguna
dalam teknologi untuk memenuhi keperluan masyarakat, maka akibatnya
pada lingkungan perlu mendapat perhatian utama. Apabila akibat pada
lingkungan (baik fisik maupun mental) sangat tidak menguntungkan,
pendidikan SETS tidak menganjurkan penggunaan konsep sains itu
diteruskan ke bentuk teknologi yang dimaksud. Sebaliknya apabila
transformasi sains ke teknologi tersebut tidak merugikan lingkungan,
maka teknologi tersebut dianjurkan untuk diteruskan guna memenuhi
kepentingan masyarakat.
TEKNOLOGI
SAINS
LINGKUNGAN MASYARAKAT
15
2.4 Model Pembelajaran IPA bervisi SETS
Model pembelajaran bervisi SETS merupakan suatu model yang
menuntun siswa untuk mengkaitkan hubungan antara unsur SETS yaitu
mengkaitkan konsep sains yang dipelajari dengan unsur lain dalam
SETS sehingga siswa memperoleh gambaran lebih jelas tentang
keterkaitan konsep sains terhadap lingkungan, teknologi dan masyarakat.
Penerapan model pembelajaran bervisi SETS yang digunakan
dalam pembelajaran IPA akan dapat memotivasi peserta didik untuk
menjadi lebih tertarik pada topik/bahasan yang sedang dipelajarinya,
karena dikaitkan langsung dengan hal-hal nyata yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Terlebih lagi jika penerapan SETS tersebut
dikombinasikan dengan berbagai metode pembelajaran, strategi
pembelajaran maupun teknik-teknik pembelajaran.
Penyajian materi dikelas diawali dengan mengangkat isu-isu
sosial yang sedang terjadi di masyarakat sebagai akibat adanya transfer
sains ke dalam bentuk teknologi. Hal yang perlu mendapat perhatian
adalah adanya dampak positif atau negatif terhadap lingkungan.
Keempat komponen tersebut yaitu Sains, Lingkungan, Teknologi,
Masyarakat (salingtemas) hendaknya disinggung oleh guru selama
proses pembelajaran IPA berlangsung.
2.5 Contextual Teaching and Learning
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
16
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Sanjaya, 2006:255).
Amri (2010) menyatakan unsur kunci CTL adalah sebagai berikut
1) Pembelajaran bermakna
2) Penerapan pengetahuan
3) Berpikir tingkat lebih tinggi: siswa dilatih untuk menggunakan
berpikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami isu,
atau memecahkan suatu masalah.
4) Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar
5) Responsif terhadap budaya
6) Penilaian autentik.
Pembelajaran CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu:
1) Kontruktivisme, merupakan landasan berpikir yang digunakan dalam
pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikti demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
2) Menemukan (inquiry), merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran kontekstual. Siklus inkuiri antara lain observasi,
bertanya, mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data,
penyimpulan. Langkah-langkah kegiatan inkuiri dalam pembelajaran
kontekstual antara lain:
i. Merumuskan masalah
17
ii. Mengamati atau observasi. Membaca buku atau sumber lain untuk
mendapatkan informasi pendukung, mengamati dan
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau objek
yang diamati.
iii. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,
bagan, tabel, dan karya lainnya.
iv. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca,
teman sekelas, guru, atau audien yang lain.
3) Bertanya, merupakan strategi utama pembelajaran CTL. Bertanya
dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
4) Masyarakat belajar (Learning Comunity)
5) Konsep learning comunity menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain,
6) Pemodelan (Modelling), maksudnya adalah dalam sebuah
pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model
yang bisa ditiru.
7) Refleksi, adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa
lalu.
8) Penilaian autentik yaitu pengumpulan berbagai data yng bisa
memberikan gambaran perkembangan peserta didik.
18
Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas
adalah sebagai berikut:
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan cara bertanya
4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6) Lakukan refleksi diakhir pertemuan
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
2.6 Berpikir Kritis
Berpikir merupakan kemampuan untuk menganalisis, mengkritik,
dan mencapai kesimpulan berdasarkan pada referensi atau pertimbangan
yang seksama. Kemampuan berpikir adalah kecakapan atau kemampuan
menggunakan akal budi untuk mempertimbangkannya, memutuskannya,
dan sebagainya untuk melaksanakan sesuatu dengan baik dan cermat
(Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa 2003:707)
Menurut Ibrahim, Kemampuan berpikir merupakan salah satu
modal yang harus dimiliki siswa sebagai bekal dalam menghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemampuan seseorang
untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh
19
kemampuan berpikirnya, terutama dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya. Selain itu kemampuan berpikir juga sebagai sarana untuk
mencapai tujuan pendidikan yaitu agar siswa mampu memecahkan
masalah taraf tingkat tinggi ( Yulianti, 2009:53).
Menurut Hassoubah salah satu ciri orang orang yang berpikir
kritis akan selalu mencari dan memaparkan hubungan antara masalah
yang didiskusikan dengan masalah atau pengalaman lain yang relevan.
Kemampuan berpikir kritis sangat penting untuk mengembangkan
kemampuan berpikir lainnya, yaitu kemampuan untuk membuat
keputusan dan penyelesaian masalah.
Fisher (2008) mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir
evaluatif yang mencakup baik itu kritik maupun berpikir kreatif dan
yang secara khusus berhubungan dengan kualitas pemikiran atau
argumen yang disajikan untuk mendukung suatu keyakinan atau rentetan
tindakan. Variabel keterampilan berpikir kritis menurut Fisher adalah
menilai, mengidentifikasi, mengklarifikasi, menginterpretasi,
menganalisis, mengemukakan pendapat atau berargumen, mengevaluasi,
dan menyimpulkan atau menginferensi.
Kategori berpikir kritis menurut Carin dan Sund, yaitu : 1)
mengklarifikasi; 2) mengasumsi; 3) memprediksi dan hipotesis; 4)
menginterpretasi data, mengiferensi atau membuat kesimpulan; 5)
mengukur; 6) merancang sebuah penyelidikan; 7) mengamati; 8)
20
membuat grafik; 9) meminimalkan kesalahan percobaan; 10)
mengevaluasi; 11) menganalisis ( Carin dan Sund 1998:160).
Kemampuan berpikir kritis yang diteliti dalam penelitian ini
adalah menilai, menyusun hipotesis, menginterpretasi data, mengamati,
mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkan.
2.7 Kebakaran
Kebakaran merupakan suatu ancaman bagi keselamatan manusia,
harta benda maupun lingkungan. Dengan adanya perkembangan dan
kemajuan pembangunan yang semakin pesat, risiko terjadinya
kebakaran semakin meningkat. Selain itu penduduk yang semakin padat,
pembangunan gedung-gedung perkantoran, kawasan pemukiman,
industri yang semakin berkembang juga menimbulkan kerawanan terjadi
kebakaran.
Berdasarkan observasi di Dinas Kebakaran Kota Semarang,
berikut adalah data peristiwa kebakaran yang terjadi di Semarang dalam
6 tahun terakhir.
Tabel 2.1 Data Kebakaran di Semarang (Sumber : Dinas Kebakaran Kota Semarang)
TAHUN JUMLAH
KEBAKARAN
KORBAN JIWA TAKSIRAN KERUGIAN (Rp) Meninggal
Dunia Luka Bakar
Luka Ringan
2007 234 1 0 0 49.026.000.000
2008 204 2 0 1 13.447.333.647
2009 192 3 6 1 6.752.215.000
2010 110 1 0 3 12.550.900.000
2011 214 1 2 2 45.409.475.000
2012 255 11 10 8 14.830.000.000
JUMLAH 1209 19 18 15 142.015.923.647
21
Dilihat dari peristiwa kebakaran, Semarang merupakan kota yang
rawan terjadi kebakaran. Dalam 6 tahun terakhir terjadi 1209 peristiwa
kebakaran dan frekuensi tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu terjadi
sebanyak 255 peristiwa kebakaran. Dari tabel 2.1 dapat dilihat bahwa
peristiwa kebakaran menimbulkan kerugian harta benda dan mengancam
keselamatan manusia.
2.8 Kalor
Salah satu materi yang dapat diintegrasikan dengan materi
pengurangan risiko kebakaran dari hasil pemetaan SK dan KD pada
kurikulum pendidikan di SMP/MTs adalah materi kalor. Materi ini
diajarkan pada siswa kelas VII semester genap. Pada penelitian ini,
materi perpindahan kalor dapat dikaitkan dengan proses perambatan api
pada peristiwa kebakaran. Dalam peristiwa kebakaran, perpindahan
kalor bisa menyebabkan api lebih cepat menjalar.
1) Konduksi
Perpindahan panas melalui zat perantara. Panas merambat
melalui dinding pemisah ruangan, bagian dinding pada ruangan
berikutnya menerima kalor atau panas yang dapat membakar
permukaan bendabenda yang terletak pada dinding-dinding tersebut.
22
2) Konveksi
Perpindahan panas dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
Panas merambat melalui bagian bangunan yang terbuka seperti
tangga dan koridor gang dengan media pengantar udara.
3) Radiasi
Perpindahan panas dalam bentuk pancaran. Panas
merambat antara ruang dan bangunan yang berdekatan. hal ini akan
lebih cepat terjadi jika sebaran api dibantu oleh tekanan udara atau
angin kearah bangunan lainnya.
2.9 Kerangka Berpikir
Hyogo Framework for Action (HFA) tahun 2005-2015 menyoroti
pentingnya pendidikan dan pembelajaran sebagai bagian dari prioritas
aksi, menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk
membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua
tingkat. Inisiatif pengurangan risiko bencana harus berakar di semua
lembaga pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah dan memasukkan
dalam program pendidikan. HFA merekomendasikan bahwa
Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dimasukkan dalam kurikulum
sekolah, pendidikan formal dan informal.
Dijelaskan pula dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana bahwa pengurangan risiko bencana
harus diintegrasikan kedalam proses pembangunan, yang salah satunya
23
adalah sektor pendidikan. Menyelanggarakan pendidikan pengurangan
risiko bencana dapat dilakukan melalui pembelajaran di sekolah dengan
mengintegrasikan materi pengurangan risiko bencana ke dalam mata
pelajaran IPA di SMP/MTs.
Undang–Undang No 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan
Nasional, menyebutkan bahwa kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam dan teknologi (termasuk di dalamnya mata pelajaran
IPA) di SMP/MTs dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar
ilmu pengetahuan alam dan teknologi serta membudidayakan berpikir
ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.
Berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang penting
untuk dilatihkan kepada siswa pada pembelajaran IPA. Berpikir kritis
dianggap penting dalam bidang akademik karena memungkinkan
seseorang untuk menganalisis, mengevaluasi, menjelaskan dan
merestrukturisasi pemikiran mereka, sehingga mengurangi resiko
mengadopsi, bertindak, atau berpikir dengan keyakinan yang tidak benar.
Salah satu model yang dapat diterpakan untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis siswa adalah model contextual teaching and
learning (CTL) yang berpendekatan/bervisi SETS.
Melalui model CTL bervisi SETS, siswa dilibatkan secara
langsung untuk mengkaitkan materi dengan situasi dunia nyata dalam
kehidupan sehari-hari yang menerapkan sains ke dalam bentuk teknologi
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan
24
kebutuhan masyarakat dan memperhatikan lingkungan, sehingga risiko
terjadinya bencana dapat dikurangi. Kerangka berpikir pada penelitian
ini dapat dilihat pada gambar 2.2
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Hyogo Framework for Action (HFA)
Undang-Undang No 24 Tahun 2007
Pengurangan Risiko
Bencana
Pendidikan IPA
Standar Pendidikan Nasional
Kemampuan Berpikir
Model CTL bervisi SETS
Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis
dan sikap siswa terhadap pengurangan risiko
bencana
25
2.10 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
a) H0 : berpikir kritis siswa yang mendapat pembelajaran dengan model
CTL bervisi SETS lebih rendah atau sama dengan berpikir
kritis siswa yang mendapat pembelajaran dengan model
konvensional bervisi SETS.
Ha : berpikir kritis siswa yang mendapat pembelajaran dengan model
CTL bervisi SETS lebih tinggi daripada berpikir kritis siswa
yang mendapat pembelajaran dengan model konvensional
bervisi SETS.
b) H0 : Sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana yang
mendapat model pembelajaran CTL bervisi SETS lebih rendah
atau sama dengan sikap siswa yang mendapat model
pembelajaran konvensional bervisi SETS.
Ha : Sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana yang
mendapat model pembelajaran CTL bervisi SETS lebih tinggi
daripada sikap siswa yang mendapat model pembelajaran
konvensional bervisi SETS
26
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Penelitian eksperimen ini dilaksanakan pada bulan Januari-
Februari 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII
semester 2 SMP Negeri 22 Semarang tahun pelajaran 2012/2013, yaitu
kelas VII B sebanyak 32 siswa, kelas VII C sebanyak 31 siswa, kelas VII
D sebanyak 32 siswa, dan kelas VII F sebanyak 32 siswa. Jumlah total
sebanyak 131 siswa. Populasi tersebut telah diuji homogenitas dengan
menggunakan uji Barlett. Berdasarkan hasil uji homogenitas pada nilai
raport semester 1 diperoleh 815,714,5 22 tabelhitung cc . Ini berarti H0
diterima dan artinya populasi tersebut homogen (sebelum diberi
perlakuan, berada pada tingkat kemampuan akademik yang sama).
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
simple random sampling yaitu dipilih 2 kelas secara acak dari populasi
yang homogen sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan
pertimbangan siswa duduk pada jenjang kelas yang sama, materi
berdasarkan pada kurikulum yang sama dan tidak ada kelas unggulan.
Kelas VII D sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas
kontrol.
27
3.2 Variabel Penelitian
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini terdiri dari dua macam
variabel, yaitu:
1) Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model
Pembelajaran
2) Variabel Terikat
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana dan kemampuan
berpikir kritis siswa.
3.3 Desain Penelitian
Penelitian eksperimen ini menggunakan desain control group
pre-test-post-test.
Tabel 3.1 Desain Penelitian Control Group Pre-test Post-test (Arikunto,
2006:86)
Keterangan:
O1 dan O3 : pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
O2 dan O4 : post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
Sampel Kondisi awal Perlakuan Kondisi akhir
Kelas Eksperimen O1 X O2
Kelas Kontrol O3 Y O4
28
X : Perlakuan dengan model CTL bervisi SETS
Y : Perlakuan dengan model ceramah bervisi SETS
3.4 Alur Penelitian
Penelitian ini dilakukan sesuai alur penelitian seperti gambar 3.1
Gambar 3.1 Alur penelitian
Alur penelitian gambar dijelaskan dalam langkah-langkah sebagai berikut:
a) Mengambil nilai rapor semester gasal mata pelajaran IPA kelas VII
tahun ajaran 2012/2013.
b) Menganalisis rapor dengan melakukan uji homogenitas.
c) Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.
Populasi
Uji Homogenitas
Sampel
Nilai Raport
semester 1
Kelas Uji Coba
Uji Coba Soal
Instrumen
Kelas Eksperimen Kelas kontrol
Pre-test
Pembelajaran materi kalor dengan model CTL bervisi SETS
Pembelajaran materi kalor dengan model konvensional bervisi SETS
Post-test
Analisis
29
d) Memberikan pre-test pada kelas eksperimen dan kontrol.
e) Melaksanakan pembelajaran di kelas eksperimen dengan model
pembelajaran CTL bervisi SETS
f) Melaksanakan pembelajaran di kelas kontrol dengan model
pembelajaran konvensional bervisi SETS
g) Melaksanakan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
h) Menganalisis data hasil penelitian.
3.5 Metode dan Alat Pengumpulan Data
3.51 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai
hal-hal variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat, surat kabar,
majalah, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan
sebagainya (Arikunto, 2006:231). Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data mengenai kemampuan awal siswa yang menjadi
sampel penelitian, yaitu mengumpulkan daftar nama siswa dan nilai
rapor semester gasal yang selanjutnya dianalisis untuk menentukan
homogenitas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3.52 Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir
kritis siswa tentang materi kalor. Tes yang digunakan adalah tes bentuk
benar-salah disertai alasan dan tes uraian. Tes ini diujicobakan kepada
siswa kelas VIII A kemudian hasil uji coba tersebut dianalisis dengan
30
validitas, reabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya. Teknik
analisis uji coba tes sebagai berikut:
3.5.2.1 Validitas Isi
Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian
dalam mengukur isi yang seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu
mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur
(Sudjana, 2009:13). Secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu
dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat
variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir
(item) pertanyaan atau pertanyaan yang dijabarkan dari indikator.
Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan
dengan mudah dan sistematis (Sugiyono, 2000:272)
3.5.2.2 Reliabilitas
Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui apakah
instrumen yang digunakan sudah baik dan dapat dipercaya . Rumus yang
digunakan untuk menghitung reliabilitas tes uraian adalah rumus Alpha
sebagai berikut (Arikunto, 2002 : 109) :
r�� = �n
n − 1��1 −
∑σ��
�
Keterangan :
r11 = reliabilitas yang dicari
n = banyaknya items pertanyaan
∑��� = jumlah varians skor tiap-tiap items
31
σ�� = varians total
Rumus varians skor items (Arikunto, 2002 : 110) :
∑��� =
∑����
�∑����
�
�
Keterangan
σ�� = varians skor tiap items
Xi = jumlah skor tiap item soal
n = banyaknya siswa
Rumus varians total (Arikunto, 2002 : 111) :
∑��� =
∑����
(��)
�
�
�
Keterangan :
σ�� = varians total
Xt = jumlah subyek
n = banyaknya siswa
Hasil perhitungan r11 dikonsultasikan dengan tabel r product
moment pada tabel.. Apabila r11> rtabel, maka instrument dikatakan
reliabel (Arikunto, 2002:112).
Berdasarkan analisis soal uji coba, diperoleh r11 sebesar 0,49
dan untuk banyaknya peserta uji coba 30 dengan taraf kesalahan 5%
diperoleh rtabel sebesar 0,361 . Karena r11> rtabel maka soal uji coba
bersifat reliabel. Perhitungan selengkapnya dimuat pada lampiran 13.
32
3.5.2.3 Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak adalah soal yang tidak
terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Rumus yang digunakan untuk
menganalisis tingkat kesukaran soal uraian adalah sebagai berikut
(Rusilowati, 2008: 17) :
� =����
������������
dengan
���� =�����ℎ��������������������
�����ℎ����������
Kriteria tingkat kesukaran soal adalah :
0 ≤ P ≤ 0,30 soal sukar
0,30 < P ≤ 0,70 soal cukup ( sedang)
0,70 < P ≤ 1 soal mudah
Hasil analisis uji coba menunjukkan bahwa soal nomor 7, 17
dan 18 merupakan soal mudah, soal nomor
1,2,3,4,5,6,810,11,12,13,15,16,19 merupakan soal sedang, dan soal
nomor 9, 14, 20 merupakan soal sukar. Perhitungan selengkapnya
dimuat pada lampiran 14.
3.5.2.4 Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai
(Rusilowati, 2008: 19). Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk
uraian, digunakan rumus sebagai berikut:
33
�� = ���������������� − ����������������ℎ
����������������
Kriteria daya pembeda soal adalah:
0,00 ≤ DP ≤ 0,20 : soal jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 : soal cukup baik
0,40 < DP ≤ 0,70 : soal baik
0,70 < DP ≤ 1,00 : soal sangat baik
Berdasarkan analisis uji coba soal, diketahui bahwa soal nomor
3,7,13,15,20 memiliki kriteria jelek. Soal nomor 6,10,18 memiliki
kriteria soal cukup baik, sedangkan soal nomor
1,2,4,5,8,9,11,12,14,16,17,19 memiliki kriteria soal baik. Perhitungan
selengkapnya dimuat pada lampiran 15.
3.53 Metode Observasi
Metode ini digunakan untuk mengetahui aktivitas semua siswa
pada proses pelaksanaan model pembelajaran CTL bervisi SETS pada
kelas eksperimen dan pelaksanaan model pembelajaran konvensional
bervisi SETS pada kelas kontrol dalam materi kalor. Pada metode ini
tidak dilakukan uji coba lembar observasi, tetapi hanya dikonsultasikan
dengan dosen pembimbing dan guru kelas. Observasi dalam penelitian
ini adalah pengamatan langsung pada saat kegiatan pembelajaran untuk
mengungkap aktivitas dan sikap siswa selama pelaksanaan pembelajaran
di kelas. Observasi dilakukan oleh 3 observer yang terdiri teman sejawat
peneliti.
34
3.54 Metode Angket
Metode angket digunakan untuk mengetahui seberapa besar
sikap siswa terhadap materi pengurangan risiko bencana kebakaran.
Pada instrumen ini tidak dilakukan ujicoba angket. Namun,
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.
3.6 Metode Analisis Data
3.6.1 Analisis Data Tahap Awal
3.6.1.1 Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel
yang di gunakan dalam populasi dalam keadaan homogen (mempunyai
kemampuan awal yang sama) atau tidak. Data yang digunakan untuk uji
homogenitas adalah nilai rapor mata pelajaran IPA semester gasal,
hipotesis yang diajukan adalah:
H0 : ��� = ��� ( varians kedua kelas homogen)
Ha : ��� ≠ ��� ( varians kedua kelas tidak homogen)
Untuk menguji hipotesis tersebut, digunakan rumus uji Bartlett
(Sudjana, 2002:263), yaitu:
22 log)1()10( SinBLn i c
dengan
)1()( 2inLogSB
dan
35
�� = �∑(����)��
�
∑(����)�
H0 diterima jika 2c hitung < 2c (1-α) (k-1) dimana 2c (1-α) (k-1)
diperoleh dari daftar distribusi chi kuadrat dengan peluang (1-α) dan dk
= (k-1) serta taraf signifikasi 5%.
3.6.2 Analisis Data Tahap Akhir
Setelah diberi pre-test dan diketahui bahwa kedua sampel
mempunyai kondisi awal yang sama, maka kelas eksperimen maupun
kelas kontrol diberi perlakuan yang berbeda, yaitu model CTL bervisi
SETS untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional
bervisi SETS untuk kelas kontrol. Setelah mendapat perlakuan, kedua
kelas diberi post-test. Langkah analisis tahap akhir adalah sebagai
berikut:
3.6.2.1 Analisis Kemampuan Berpikir Kritis
3.6.2.1.1 Metode Tes
Analisis metode tes soal benar-salah ini adalah dengan
menggunakan skor 0-3. Sedangkan untuk soal uraian, skornya adalah 0-
5. Setelah itu, metode tes ini dianalisis dengan menggunakan rumus
sebagai berikut (Ali, 1993: 184).
� = �����ℎ����������������ℎ
�����ℎ������������× 100%
Klasifikasi persentase nilainya adalah sebagai berikut:
00,00% < N ≤25,00% = tidak kritis
25,00% < N ≤50,00% = cukup kritis
36
62,50% < N ≤ 81,25% = kritis
81,25% < N ≤100,00% = sangat kritis
3.6.2.1.2 Metode Observasi
Penskoran lembar observasi ini dilakukandengan ratting scale,
yaitu skor 1 untuk tidak baik, skor 2 untuk cukup baik, skor 3 untuk baik
dan skor 4 untuk sangat baik, sedangkan analisis lembar observasi ini
dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Ali, 1993: 184).
� = �����ℎ����������������ℎ
�����ℎ������������× 100%
Klasifikasi persentase nilainya adalah sebagai berikut:
25,00% ≤ N ≤ 43,75% = tidak baik
43,75% ≤ N ≤ 62,50% = cukup
62,50% ≤ N ≤ 81,25% = baik
81,25% ≤ N ≤ 100,00% = sangat baik
3.6.2.2 Analisis Angket
Analisis metode angket ini digunakan teknik rating scale. Item
penyataan positif, penskorannya ialah skor 4 untuk sangat setuju, skor 3
untuk setuju, skor 3 untuk tidak setuju dan skor 1 untuk sangat tidak
setuju. Untuk item pernyataan negatif, penskorannya ialah skor 4 untuk
sangat tidak setuju, skor 3 untuk tidak setuju, skor 2 untuk setuju dan
skor 1 untuk sangat sertuju. Setelah itu, angket sikap siswa ini dianalisis
dengan rumus sebagai berikut (Ali, 1993: 184)
37
� = �����ℎ����������������ℎ
�����ℎ������������× 100%
Klasifikasi presentase nilainya adalah sebagai berikut:
25,00% ≤ N ≤ 43,75% = tidak baik
43,75% ≤ N ≤ 62,50% = cukup
62,50% ≤ N ≤ 81,25% = baik
81,25% ≤ N ≤ 100,00% = sangat baik
3.6.2.3 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang
dianalisis terdistribusi normal atau tidak. Data yang digunakan untuk uji
normalitas ini adalah nilai hasil post-test dan skor angket siswa terhadap
pemahaman pengurangan risiko bencana. Rumus yang digunakan adalah
Chi Kuadrat.
c2 =
Ei
EiOik
i
2
1
Keterangan :
c2 : harga chi kuadrat
Oi : frekuensi hasil pengamatan
Ei : frekuensi yang diharapkan
k : banyaknya kelas interval
Jika c2hitung ≤ c2
tabel dengan derajat kebebasan dk = k-1 dan
taraf signifikasi 5% maka akan berdistribusi normal (Sudjana, 2002:273)
38
3.6.2.4 Uji Kesamaan Dua Varians
Uji kesamaan dua varians digunakan untuk menentukan rumus t-
test yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Pengujian
homogenitas varians digunakan uji F. Rumus yang dipakai adalah:
� =���������������
���������������
Jika Fhitung ≤ F1/2 α (V1, V2) dengan α = 5%, kedua kelompok
memiliki varians yang sama, dengan :
V1 = n1 – 1 (dk pembilang)
V2 = n2 – 1 (dk penyebut)
3.6.2.5 Uji t Satu Pihak
Uji t satu pihak yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t
pihak kanan. Uji t ini digunakan untuk menguji hipotesis. Data yang
digunakan untuk uji ini adalah nilai post-test dan nilai angket sikap siswa
terhadap pengurangan risiko bencana. Rumus yang digunakan adalah:
ns
ns
ns
ns
xx
r
t
2
2
1
1
2
2
1
2
21
221
___
__
Keterangan:
__
1x = Rata-rata kelas eksperimen
39
__
2x = Rata-rata kelas kontrol
s1 = Simpangan baku kelas eksperimen
s 2 = Simpangan baku kelas kontrol
s12
= Varian kelas eksperimen
s22
= Varian kelas kontrol
r = Korelasi antar sampel
dengan
r = ∑��
�(∑����)
Kriteria Pengujian:
Dari thitunng dibandingkan dengan harga ttabel uji t satu pihak
dengan dk n1 + n2 – 2, taraf kesalahan 5%. Jika thitung < ttabel, maka
Ho diterima dan Ha ditolak (Sugiyono, 2000: 217)
3.6.2.6 Uji Gain
Uji gain digunakan untuk mengetahui besar peningkatan berpikir
kritis sebelum perlakuan dan setelah mendapat perlakuan. Peningkatan
berpikir kritis siswa dapat dihitung menggunakan rumus gain
ternormalisasi sebagai berikut:
⟨g⟩ =⟨S����⟩ − ⟨S���⟩
100% − ⟨S���⟩
40
Keterangan :
g : besarnya faktor g
Spre : skor rata-rata pre test (%)
Spost : skor rata-rata post test (%)
Klasifikasi besarnya ⟨�⟩ dikategorikan sebagai berikut (Hake,
1998:3).
g tinggi : ⟨�⟩ > 0,7
g sedang : 0,3 < ⟨�⟩ ≤ 0,7
g rendah : ⟨�⟩ ≤ 0,3
3.6.2.7 Uji Signifikasi
Uji signifikasi ternormalisasi gain digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat peningkatan berpikir kritis yang signifikan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis yang diajukan adalah
H0 : tidak terdapat perbedaan peningktan berpikir kritis yang signifikan
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol (µ1 = µ2)
H0 : terdapat perbedaan peningktan berpikir kritis yang signifikan
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol (µ1 ≠ µ2)
Dari thitunng dibandingkan dengan harga ttabel uji t satu pihak
dengan dk n1 + n2 – 2, taraf kesalahan 5%. Jika thitung < ttabel, maka
Ho diterima dan Ha ditolak (Sugiyono, 2000: 218)
41
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis Data Penelitian Data Awal
4.1.1 Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi
penelitian di SMP Negeri 22 Semarang yang terdiri dari siswa kelas VII B,
VII C, VII D, dan VII E mempunyai keadaan awal yang sama atau tidak.
Data yang digunakan untuk uji homogenitas ini adalah nilai raport mata
pelajaran IPA siswa semester gasal. Rumus yang digunakan menggunakan
uji Barlett. Dari analisis data, diperoleh 14,52 hitungc kemudian 2hitungc
dibandingkan dengan 2tabelc . Untuk α = 5% dengan dk = k-1 = 4-1 = 3
diperoleh .185,72 tabelc Karena 22tabelhitung cc maka populasi mempunyai
varians yang sama (homogen). Perhitungan selengkapnya dimuat pada
lampiran 25.
4.2 Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Akhir
4.2.1 Kemampuan Berpikir Kritis
Setelah kedua sampel diberikan pre-test, kelas kontrol mendapat
pembelajaran model konvensional bervisi SETS, sedangkan kelas
eksperimen mendapat pembelajaran model CTL bervisi SETS. Pada akhir
penelitian, kedua kelas melaksanakan post-test untuk mengetahui berpikir
kritis siswa pada materi kalor. Hasil pre-test dan post-test peserta didik
42
dapat digambarkan dalam bentuk diagram seperti ditunjukkan Gambar 4.1
dan Gambar 4.2.
Gambar 4.1 Data Hasil Pre-test Siswa
Dari Gambar 4.1 diketahui bahwa nilai tertinggi maupun nilai
terendah berpikir kritis hasil pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol
hampir sama, namun rata-rata berpikir kritis hasil pre-test kelas
eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata berpikir kritis kelas kontrol.
Gambar 4.2 Data Hasil Post-test Siswa
0
5
10
15
20
25
30
35
Nilai tertinggi Nilai Terendah Rata - Rata
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Nilai tertinggi Nilai Terendah Rata - Rata
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
28.81 27.12
11.8
8.47
19.9 19.1
86.44 83.05
45.76 40.86
65.2 59.53
Nila
i ber
pik
ir k
riti
s (%
)
Nila
i ber
pik
ir k
riti
s (%
)
43
Dari Gambar 4.2 diketahui bahwa nilai tertinggi maupun nilai
terendah berpikir kritis hasil post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol
hampir sama, namun rata-rata berpikir kritis hasil post-test kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
4.2.1.1 Instrumen Tes
Kemampuan berpikir kritis yang dikaji melalui instrumen tes ini
meliputi menilai, mengidentifikasi, menganalisis, menginterpretasi dan
menyimpulkan. Hasil berpikir kritis dengan menggunakan instrument tes
dapat dilihat pada gambar 4.3. Hasil perhitungan selengkapnya dimuat
pada lampiran 23 dan lampiran 24
Gambar 4.3 Kemampuan Berpikir Kritis dengan Instrumen Tes
Gambar 4.3 menunjukkan rata-rata kemampuan berpikir kritis yang
diukur dengan instrumen tes antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
hampir sama, namun pada indikator mengevaluasi terdapat perbedaan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
1. Menilai
2. Mengidentifikasi
3. Menganalisis
4. Mengevaluasi
5. Menyimpulkan
69.93 61.2
72.19 70.94 65.63 63.96
78.13
36.88 43.13
38.13
Nila
i ber
pik
ir k
riti
s (%
)
44
yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari Gambar
4.3 dapat dilihat bahwa kemampuan mengevaluasi pada kelas eksperimen
lebih tinggi daripada kemampuan mengevaluasi pada kelas kontrol.
4.2.1.2 Lembar Observasi
Kemampuan berpikir kritis yang dikaji melalui lembar observasi ini
meliputi menyusun hipotesis, mengamati dan menginterpretasi. Pada
penelitian instrumen lembar observasi ini, peneliti dibantu 3 observer yaitu
teman sejawat. Hasil berpikir kritis dengan menggunakan lembar
observasi ini dapat dilihat dalam tabel 4.1, sedangkan diagram berpikir
kritis dengan menggunakan lembar observasi ini dapat dilihat dalam
gambar 4.4. Hasil perhitungan selengkapnya dimuat pada lampiran 39 dan
lampiran 40.
Tabel 4.1 Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol dengan Lembar Observasi
Kemampuan Berpikir Kritis
Observer 1 Obsever 2 observer 3
kelas eksperimen
kelas kontrol
Kelas Eksperimen
Kelas kontrol
kelas eksperimen
Kelas Kontrol
Menyusun hipotesis
49.22 43.75 69.53 60.94 89.06 75
Mengamati 74 70.31 85.94 74.22 86.72 79.69
Menginterpretasi 74.22 63.28 75.78 73.44 88.28 82.81
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata hasil kemampuan
berpikir kritis yang diukur dengan lembar observasi kelas eksperimen
lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan berpikir kritis kelas kontrol.
45
Gambar 4.4 Kemampuan Berpikir Kritis dengan Lembar Observasi
Rekapitulasi hasil kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen dan
kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 4.5
Gambar 4.5 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Materi Kalor
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir
kritis materi kalor kelas eksperimen hampir sama dengan rata-rata
kemampuan berpikir kritis materi kalor kelas kontrol. Namun terlihat
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Menyusun Hipotesis
Mengamati Menginterpretasi
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5 6 7 8
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
69.27
59.90
82.22
74.74 79.43
73.18
1. Menilai
2. Mengidentifikasi
3. Menganalisis
4. Mengevaluasi
5. Menyimpulkan
6. Menyusun hipotesis
7. Mengamati
8. menginterpretasi
69.93 61.2
72.19 70.94
38.13
78.13
36.88 43.13
70.94
69.27
59.9
82.22
74.74 79.43
73.18
Nila
i ber
pik
ir k
riti
s (%
)
Nila
i ber
pik
ir k
riti
s (%
)
46
perbedaan yang signifikan pada indikator mengevaluasi, yaitu kemampuan
mengevaluasi materi kalor pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada
kemampuan mengevaluasi materi kalor pada kelas kontrol.
4.2.2 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi
normal atau tidak. Data yang digunakan untuk uji ini adalah data post-test
dan skor angket sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana. Selain
itu, uji normalitas ini digunakan untuk menentukan statistik yang akan
digunakan, apakah menggunakan statistik parametris atau non parametris.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh c2hitung ≤ c2
tabel baik untuk kelas
eksperimen maupun kelas kontrol pada nilai post-test maupun skor angket
sikap siswa. Hal ini berarti data tersebut berdistribusi normal. Karena data
berdistribusi normal maka uji selanjutnya menggunakan statistik
parametrik. Perhitungan uji normalitas post-test selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 25 dan lampiran 26, sedangkan perhitungan uji normalitas
angket siswa selengkapnya dimuat pada lampiran 35 dan lampiran 36.
Hasil analisis uji normalitas data post-test dan skor angket sikap siswa
terhadap pengurangan risiko bencana dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Sumber Variasi
Nilai post-test Skor Angket Siswa Kelas
Eksperimen Kelas
Kontrol Kelas
Eksperimen Kelas
Kontrol
c2hitung 6.9835 10.7074 10.0281 10.0560
c2 tabel 11.0705 11.0705 11.0705 11.0705
Kriteria
Data bersdistribusi
normal
Data bersdistribusi
normal
Data bersdistribusi
normal
Data bersdistribusi
normal
47
4.2.3 Uji Kesamaan Dua Varians
Uji kesamaan dua varians digunakan untuk mengetahui apakah
kedua kelas mempunyai varians yang sama atau tidak setelah diberi
perlakuan. Hasil uji kesamaan dua varians data post-test antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan hasil
perhitungan kesamaan dua varians data post-test selengkapnya dimuat
pada lampiran 27, sedangkan perhitungan kesamaan dua varians angket
sikap siswa dimuat pada lampiran 37.
Tabel 4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Post-test dan Skor
Angket Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Variasi Nilai Post-Test Skor angket sikap
siswa
Fhitung 1.13 1.08
Ftabel 1.82 1.82
Kriteria Kedua kelompok mempunyai varians yang sama
Hasil uji kesamaan dua varians diperoleh Fhitung = 1.13, sedangkan
Ftabel dengan taraf kesalahan 5% adalah 1.82 untuk nilai post-test. Untuk
hasil angket sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana didapatkan
Fhitung = 1.15, sedangkan Ftabel dengan taraf kesalahan 5% adalah 1.82.
Karena Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas
mempunyai varians yang sama.
48
4.2.4 Uji t Satu Pihak (Uji t Pihak Kanan)
Uji t satu pihak yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t
pihak kanan. Uji t pihak kanan ini digunakan untuk menguji hipotesis nol
(Ho) yang menyatakan bahwa rata-rata berpikir kritis dan sikap siswa
terhadap pengurangan risiko bencana kelas eksperimen lebih rendah atau
sama dengan rata-rata berpikir kritis dan sikap siswa terhadap
pengurangan risiko bencana kelas kontrol. Hasil analisis dapat dilihat
pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Uji Satu Pihak Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Variasi
Nilai Post-test Skor Angket Sikap
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Rata-rata 65.20 59.53 79.06 76.29
Dk 62 62 62 62
thitung 2.02 2.02 2.08 2.08
ttabel 1.67
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada taraf 5% untuk nilai post-test
diperoleh thitung = 2.02, dan skor angket siswa diperoleh thitung = 2.08,
sedangkan harga ttabel diperoleh 1.67. Karena thitung>ttabel, maka Ho ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis kelas
eksperimen dan sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana kelas
eksperimen lebih tinggi dari rata-rata berpikir kritis dan sikap siswa
terhadap pengurangan risiko bencana kelas kontrol. Hasil perhitungan uji
t satu pihak nilai post-test dapat dilihat pada lampiran 28, sedangkan hasil
49
perhitungan uji t satu pihak skor sikap siswa selengkapnya dimuat pada
lampiran 38.
4.2.5 Uji Gain
Uji peningkatan rata-rata berpikir kritis antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol dapat diperoleh melalui pre-test dan post-test, yang hasilnya
dapat dilihat pada Gambar 4.6
Gambar 4.6 Peningkatan Rata-Rata Berpikir Kritis
Hasil uji gain pada Gambar 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata
berpikir kritis kelas mengalami peningkatan baik untuk kelas eksperimen
maupun kelas kontrol, tetapi peningkatan rata-rata berpikir kritis kelas
kontrol lebih tinggi daripada peningkatan rata-rata berpikir kritis kelas
kintrol. Hasil perhitungan selengkapnya dimuat pada Lampiran 29.
0.46
0.48
0.5
0.52
0.54
0.56
0.58
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
0.57
0.5
Pen
ingk
atan
rat
a-ra
ta
Ber
pik
ir k
riti
s (%
)
50
4.2.6 Uji Signifikasi
Uji signifikasi ternormalisasi gain digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat peningkatan berpikir kritis yang signifikan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Uji signifikasi peningkatan berpikir kritis
antara siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen menggunakan uji t dua
pihak, yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.6. Perhitungan uji
signifikasi ternormalisasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 30.
Tabel 4.5 Hasil Uji Signifikasi Peningkatan Berpikir Kritis Antara
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Rata-rata Dk thitung ttabel Kriteria
Eksperimen 45.23 62 2.02 2.00
Terima Ho jika
thitung<ttabel Kontrol 40.41
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada taraf 5% harga thitung = 2.02
sedangkan harga ttabel = 2.00. Harga thitung<ttabel sehingga Ho ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan berpikir
kritis yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontol.
4.2.7 Analisis Angket
Instrumen angket digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap
pengurangan risiko bencana. Dari analisis data angket, diperoleh rata-rata
skor angket sikap siswa kelas eksperimen sebesar 79.06 %, sedangkan
rata-rata skor angket sikap siswa kelas kontrol sebesar 76.29%.
Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji normalitas. Hasil uji
51
normalitas pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa data berdistribusi normal,
baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Setelah diuji
normalitas, selanjutnya diuji kesamaan dua varians. Tabel 4.3
menunjukkan kedua kelas mempunyai varians yang sama sehingga uji
hipotesis yang digunakan adalah uji t sampel berkolerasi dependen. Uji
hipotesis ini terdiri dari uji t satu pihak (uji t pihak kanan). Berdasarkan
Tabel 4.4 disimpulkan bahwa sikap siswa terhadap pengurangan risiko
bencana kelas eksperimen lebih baik dari pada sikap siswa kelas kontrol.
Data sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana ditunjukkan
Gambar 4.7. Perhitungan selengkapnya dimuat pada lampiran 32 dan
Lampiran 33.
Gambar 4.7 Skor Angket Sikap Siswa terhadap pengurangan Risiko Bencana
Gambar 4.7 menunjukkan bahwa skor angket sikap siswa terhadap
pengurangan risiko bencana kelas eksperimen lebih tinggi daripada skor
angket sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana kelas kontrol.
74.5
75
75.5
76
76.5
77
77.5
78
78.5
79
79.5
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
79.06
76.29
Sko
r an
gket
sik
ap s
isw
a te
rhad
ap
Pen
gura
nga
n r
isik
o b
enca
na
(%)
52
4.3 Pembahasan
4.3.1 Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini diteliti melalui
instrumen tes dan lembar observasi. Berdasarkan analisis data, rata-rata
kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan dari keadaan
awal (pre-test) dan keadaan akhir (post-test) baik kelas eksperimen
maupun kelas kontrol. Hal ini dapat diketahui dari Gambar 4.1 dan
Gambar 4.2.
Kemampuan berpikir kritis yang diteliti melalui instrumen tes
meliputi menilai, mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi dan
menyimpulkan. Hasil kemampuan berpikir kritis antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol yang diukur dengan menggunakan instrumen tes dapat
dilihat pada Gambar 4.3. Dari hasil analisis data post-test, diketahui bahwa
berpikir kritis kedua kelas berdistribusi normal. Hal itu sesuai dengan uji
normalitas yang ditunjukkan Tabel 4.2. Karena data tersebut berdistribusi
normal, hipotesis diuji dengan menggunakan statistik parametris.
Setelah diuji normalitas, data tersebut diuji kesamaan varians untuk
mengetahui uji t apa yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Karena
data tersebut berdistribusi normal dan kedua varians homogen, serta
sampel yang diambil berkolerasi dependen, maka pengujian hipotesis ini
menggunakan uji t satu pihak yaitu uji t pihak kanan untuk mengetahui
apakah berpikir kritis kelas eksperimen lebih baik dari kemampuan
berpikir kritis kelas kontrol. Dari hasil analisis data pada Tabel 4.4
53
diperoleh bahwa thitung sebesar 2.02 dan ttabel sebesar 1.67. Dari uji t
tersebut, diketahui bahwa thitung>ttabel maka Ho ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih
besar dari kemampuan berpikir kritis kelas kontrol.
Kesimpulan tersebut menunjukkan bahwa berpikir kritis siswa yang
mendapat pembelajaran CTL bervisi SETS lebih tinggi dari berpikir kritis
kelas yang mendapat pembelajaran konvensional bervisi SETS. Hal ini
dikarenakan pembelajaran berkaitan dengan dunia nyata yang dekat
dengan kehidupan siswa sehingga kemampuan berpikir kritis dapat dilatih
dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurhadi (2003 :73),
kemampuan berpikir kritis paling baik dicapai bila dihubungkan dengan
topik yang dikenal siswa.
Selain itu, pembelajaran pada kelas eksperimen dilaksanakan
berlandaskan pada azas kontruktivisme yang merupakan salah satu
komponen utama pada CTL. Dengan berlandaskan pada azas
konvtruktivisme, maka siswa tak lagi hanya menerima pengetahuan dari
guru, tetapi mereka mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka tentang
materi kalor. Pengkontruksian tersebut diawali dengan mengungkapkan
pertanyaan yang sering ditemui dan dialami siswa dalam kehidupan
sehari-hari. Kemudian guru mendorong siswa mengkaitkan pengalaman
dengan materi tentang kalor. Jadi, dalam pembelajaran siswa terlibat
secara langsung dalam penemuan pengetahuan tentang materi. Dengan
menemukan sendiri, siswa lebih ingat akan yang dipelajari, dan sesuatu
54
yang ditemukan sendiri bisa bertahan lama; tidak mudah dilupakan
(Nurhadi 2003:75). Hal ini sesuai pula dengan pendapat Sanjaya (2006 :
260) bahwa belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkontruksi
pengetahuan sesuai pengalaman yang mereka miliki. Dalam proses
menemukan pengetahuan tentang materi kalor, guru berperan sebagai
model praktikum dan membimbing jalannya kegiatan tersebut.
Dalam kegiatan praktikum, siswa dibagi dalam kelompok belajar.
Menurut Hasruddin (2009), kelompok belajar dibentuk oleh pengajar
dengan memperhatikan karakteristik pelajar. Keadaan kelompok yang
bersifat heterogen memungkinkan terjadi interaksi dalam proses
pembalajaran. Dalam kerja kelompok yang heterogen memungkinkan
terjadinya saling komunikasi untuk berbagi gagasan dan pengalaman serta
bekerja sama untuk memecahkan masalah. Sehingga untuk
mengembangkan kemampuan berpikir, siswa dibentuk dalam suatu
kelompok yang heterogen dalam hal kemampuan akademik.
Masing-masing kelompok belajar diberi LKS yang berorientasi
pada siklus inkuiri yang berisi tahapan-tahapan : (a) menyusun hipotesis
dari suatu permasalahan; (b) melakukan percobaan (melatih kemampuan
mengamati dan mengukur); (c) mengklasifikasi data yang diperoleh; (d)
menganalisis; (e) menginterpretasi data; (f) membuat kesimpulan (d) .
Melalui kegiatan inkuiri tersebut, siswa terlatih untuk memanfaatkan
kemampuan berpikirnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhadi (2007:
76), bahwa siswa hanya akan dapat mengembangkan pikirannya dengan
55
berpikir, dengan menggunakan pikiran itu sendiri. Selain itu menurut
Hasruddin (2009:55), dalam kegiatan inkuiri, siswa melakukan kegiatan
observasi. Dengan observasi berarti siswa meningkatkan kemampuan
berpikir kritis.
Berbeda dengan kelas kontrol yang diajar dengan model
konvensional bervisi SETS yaitu ceramah dan demonstrasi, siswa hanya
mengamati demonstrasi yang dilakukan oleh guru. Pada pembelajaran ini,
masing-masing kelompok mendapat LKS yang berorientasi pada tahapan-
tahapan inkuiri seperti pada kelas eksperimen, namun siswa kurang terlibat
secara langsung dalam proses penemuan sehingga berpikir kritis kelas
kontrol lebih rendah dari berpikir kritis kelas eksperimen.
Peningkatan berpikir kritis dapat dilihat pada Gambar 4.6. Dari
gambar tersebut dapat diketahui bahwa keadaan awal rata-rata berpikir
kritis kelas eksperimen sebelum dan sesudah diberi pembelajaran dengan
model CTL bervisi SETS adalah sebesar 19,97% (kurang kritis) dan
65,20% (kritis). Hasil tersebut kemudian diuji gain ternormalisasi untuk
mengetahui seberapa besar peningkatannya. Dari hasil analisis, diketahui
bahwa uji gain ternormalisasi untuk kelas eksperimen sebesar 0,57 atau
berada dalam kategori sedang, sedangkan pada kelas kontrol diketahui
bahwa kemampuan awal siswa sebesar 19,12% (tidak kritis). Setelah
diberi pembelajaran dengan model ceramah dan demonstrasi bervisi
SETS, diperoleh rata-rata nilai sebesar 59,53% (kategori kritis). Hasil
tersebut kemudian diuji gain ternormalisasi untuk mengetahui seberapa
56
besar peningkatannya. Dari hasil analisis data, diketahui bahwa uji gain
ternormalisasi pada kelas kontrol sebesar 0,50 atau berada pada kategori
sedang.
Dengan demikian, rata-rata kemampuan berpikir kelas eksperimen
meningkat secara signifikan daripada rata-rata kemampuan berpikir kritis
siswa kontrol sehingga nilai atau hasil belajar siswa pada kelas eksperimen
lebih baik daripada nilai atau hasil belajar siswa pada kelas kontrol. Hal itu
sesuai dengan pendapat Gokhale (1995), yang menyatakan bahwa
pembelajaran dengan menerapkan ketarmpilan berpikir kritis
menunjukkan prestasi yang lebih baik dalam menyelesaikan permasalahan
dan lebih memotivasi dakam belajar.
Instrumen kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
ovbservasi. Indikator pada lembar observasi ini adalah kemampuan
berpikir kritis yang meliputi menyusun hipotesis, mengamati dan
menginterpretasi data. Pada instrumen lembar observasi, peneliti dibantu
oleh tiga observer yang terdiri dari teman sejawat peneliti. Rata-rata
kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen lebih baik daripada rata-
rata kemampuan berpikir kritis kelas kontrol, baik penilaian dari observer
1, observer 2 maupun observer 3. Hal itu ditunjukkan pada Tabel 4.1 dan
Gambar 4.4.
Secara umum, rata-rata kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen
lebih besar dari rata-rata kemampuan berpikir kritis kelas kontrol. Hal ini
ditunjukkan pada Gambar 4.5. Perbedaan hasil kemampuan berpikir kritis
57
kedua kelas dipengaruhi oleh perbedaan masing-masing indikator.. Namun
terdapat satu indikator dengan perbedaan yang signifikan, yaitu
kemampuan mengevaluasi. Kemampuan mengevaluasi siswa yang
mendapat pembelajaran CTL bervisi SETS jauh lebih tinggi daripada
kemampuan mengevaluasi siswa yang mendapat pembelajaran
konvensional bervisi SETS. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran CTL
dilakukan refleksi pada setiap akhir pembelajarannya. Sebagaimana kita
ketahui bahwa refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru
terjadi atau dipelajari.
Mengevaluasi adalah kegiatan untuk mengambil keputusan,
menyatakan pendapat, memberikan penilaian berdasarkan kriteria-kriteria
tertentu baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Melalui refleksi, siswa
diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, dan
melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be). Hal ini sesuai
dengan pendapat Rusman (2010) bahwa kemampuan untuk
mengaplikasikan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan pada dunia nyata
yang dihadapinya akan lebih mudah diaktualisasikan manakala
pengalaman belajar itu telah terinternalisasi dalam setiap jiwa serta pada
saat melakukan refleksi pada setiap akhir pembelajaran. Selain refleksi,
kemampuan mengevaluasi pada kelas eksperimen juga dilatih dengan
pemberian soal-soal di setiap akhir pembelajaran. Dengan pemberian soal-
soal disetiap akhir pembelajaran mengenai materi yang telah disampaikan
58
ini akan membuat siswa melatih kemampuan berpikirnya dalam kegiatan
untuk mengambil keputusan.
4.3.2 Sikap Siswa Terhadap Pengurangan Risiko Bencana
Sikap siswa terhadap penguragan risiko bencana pada penelitian ini
diukur menggunakan lembar angket siswa. Pada angket sikap siswa
terhadap pengurangan risiko bencana, peneliti memberikan 20 pernyataan
tentang sikap siswa terhadap pengurangan risiko kebakaran. Gambar 4.7
menunjukkan skor sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana
kebakaran. Skor tersebut diuji normalitas untuk mengetahui apakah dataya
terdistribusi normal atau tidak. Setelah itu diuji kesamaan varians untuk
menentukan rumus yang digunakan dalam uji hipotesis. Karena data
berdistribusi normal, varians kedua kelas sama dan sampel yang diambil
dependen, maka hipotesis statistik yang digunakan adalah uji t sampel
berkolerasi dependen yaitu uji t satu pihak, yaitu uji t pihak kanan.
Uji t satu pihak ini digunakan untuk menguji apakah sikap siswa
kelas eksperimen terhadap pengurangan risiko bencana lebih baik daripada
sikap siswa kelas kontrol terhadap bencana. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa
thitung sebesar 2,02 dan ttabel sebesar 1,67. Karena thitung>ttabel maka Ho
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap siswa terhadap
pengurangan risiko bencana kelas eksperimen lebih baik daripada sikap
siswa terhadap pengurangan risiko bencana kelas kontrol.
59
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh rata-rata skor sikap siswa
terhadap bencana pada kelas eksperimen lebih besar daripada rata-rata
skor sikap siswa terhadap bencana pada kelas kontrol. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana
pada kelas eksperimen lebih baik daripada sikap siswa terhadap bencana
pada kelas kontrol. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kim dan Roth
(2008) serta Frank (2006) menyebutkan bahwa penerapan pembelajaran
dengan mengkaitkan ilmu pengetahuan, teknologi, lingkungan dan
masyarakat akan membuat siswa baik, yaitu sikap siswa lebih peduli
terhadap lingkungan.
4.3.3 Keterbatasan Penelitian
Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis
dan sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana pada kelas
eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Ini berarti, penelitian
tentang pengintegrasian pembelajaran pengurangan risiko bencana (PRB)
dalam IPA melalui model CTL bervisi SETS dapat menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis. Selain kemampuan berpikir kritis,
pengintegrasian pembelajaran pengurangan risiko bencana (PRB) dalam
IPA melalui model CTL bervisi SETS juga dapat menumbuhkan sikap
siswa terhadap pengurangan risiko bencana. Meskipun kemampuan
berpikir kritis dan sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana pada
kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, penelitian ini masih
60
memiliki keterbatasan. Indikator berpikir kritis yang diteliti melalui
instrumen tes hanya terbatas pada indikator menilai, mengidentifikasi,
menganalisis, mengevaluasi dan menyimpulkan. Sedangkan indikator
berpikir kritis yang diteliti melalui lembar observasi hanya terbatas pada
indikator menyususn hipiotesis, mengamati, dan menginterpretasi. Selain
Itu pada penelitian ini, peneliti hanya menekankan aspek kognitif pada
kemampuan berpikir kritis. Diposisi kemampuan berpikir kritis belum
dikaji dalam penelitian ini. Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah
belum memasukkan kegiatan pengurangan risiko bencana kedalam
kegiatan praktikum. Kegiatan penguarangan risiko bencana hanya
dimasukkan kedalam angket sikap siswa sehingga belum tampak
keterkaitan antara tujuan diadakannya pengurangan risiko bencana dengan
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.
61
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan pengujian hipotesis
yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1) Kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar dengan menggunakan
model CTL bervisi SETS menjadi lebih baik dari berpikir kritis siswa
yang diajar dengan model konvensional bervisi SETS. Kemampuan
berpikir kritis dapat dilihat dari nilai post-test kemampuan berpikir
kritis untuk kelas eksperimen sebesar 65,20% (kategori kritis) dan nilai
post-test kemampuan berpikir kritis untuk kelas kontrol sebesar
59,53% (kategori kritis). Proses pembelajaran CTL membantu siswa
untuk mengkaitkan pengalaman dengan materi pembelajaran serta
mendorong siswa terlibat secara langsung dalam penemuan
pengetahuan tentang materi sehingga dapat menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis siswa.
2) Sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana yang diajar dengan
model CTL bervisi SETS menjadi baik dari sikap siswa terhadap
pengurangan risiko bencana yang diajar dengan model konvensional
bervisi SETS. Sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana dapat
dilihat dari rata-rata skor sikap siswa terhadap pengurangan risiko
bencana untuk kelas eksperimen sebesar 79,06%. Nilai rata-rata skor
62
sikap siswa kelas eksperimen ini lebih besar dari nilai rata-rata sikap
siswa terhadap pengurangan risiko bencana kelas kontrol yang sebesar
76,29%.
3) Dari peningkatan rata-rata berpikir kritis maupun nilai skor angket
sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana dapat disimpulkan
bahwa SETS dapat diterapkan pada model pembelajaran CTL maupun
model pembelajaran lain yang biasa digunakan oleh guru.
5.2 Saran
Peneliti menyampaikan saran sebaiknya guru lebih kreatif
menyusun kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kemampuan
berpikir kritis dan sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana.
Kemampuan berpikir kritis dan kepedulian siswa terhadap pengurangan
risiko bencana tidak dapat tumbuh secara otomatis. Kemampuan berpikir
kritis dan sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana perlu dilatih
melalui proses belajar yang terus menerus, dalam waktu yang lama dan
praktik yang terus menerus. Pada penelitian ini, peneliti berhasil
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan sikap siswa terhadap
pengurangan risiko bencana. Oleh karena itu sebaiknya guru terus
menerus melaksanakan pengintegrasian pembelajaran pengurangan risiko
bencana (PRB) dalam IPA melalui model CTL bervisi SETS agar siswa
memiliki kemampuan berpikir kritis dan kepedulian terhadap
pengurangan risiko bencana. Selain itu, dalam melaksanakan
63
pengintegrasian pembelajaran pengurangan risiko bencana (PRB) dalam
IPA melalui model CTL bervisi SETS juga perlu memperhatikan aspek
menyimpulkan agar kemampuan berpikir kritis maksimal.
64
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa Amri, Sofan. 2010. Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas.
Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi).
Jakarta: Bumi Aksara ----- 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta Binadja, Achmad. 1999a. Hakekat dan Tujuan Pendidikan SETS (Science,
Environment, Technology and Sociey) Dalam Konteks dan Pendidikan yang ada. Makalah disajikan dalam seminar lokakarya Pendidikan SETS untuk bidang Sains dan Non Sains. Kerjasama antara SEAMEORECSAM dan UNNES Semarang 14-15 Desember 1999.
------. 2005. Pedoman praktis pengembangan bahan pembelajaran bervisi SETS.
Semarang: Laboratorium SETS UNNES. Fisher, A. 2008. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar.Terjemahan oleh Benyamin
Hadinata. Jakarta: Erlangga.
Frank, M. & A. Barzilai. 2006. Project - Based Technology : Instructional Strategy forDevelopingm Technological Literacy. Journal of Technology Education,18(1):39-53.Tersedia di http://scholar.lib.vt.edu/ejournals /JTE/ v18n1/frank.html
Gokhale, A. A. 2004. Collaborative Learning Enhances Critical Thingking.
Journal of Technology Education. 7(1):1-74. Tersedia di http://scholar.lib.vt.
Hake, R. 1998. Interactive-Engagement Vs Traditional Methods: A Six-
Thoushand Student Survey Of Mechanics Test Data For Introductory Physics Courses. American Journal of Physics. 66(1) : 64-74.
Hassoubah. 2004. Developing Creative and Critical Thingking Skills, Cara
Berpikir Kreatif dan Kritis. Terjemahan oleh Bambang Suryadi. Bandung : Nuansa.
Hasruddin. 2009. Memaksimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui
Pendekatan Kontekstual. Jurnal Tabulrasa PPS UNIMED. 6(1) : 46-60.
65
Ketut Suwita, I. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran STM dan CTL Terhadap Pemahaman Konsep Fisika dan Ketrampilan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan, 6(5): 1-15
. Kim, M. & W. M. Roth. 2008. Rethinking The Ethics of Scientific Knowledge:
A Case Study of Teaching the Environment in Science Classrooms. Education Research Institute. Journal Of Environmental Education Summer, 9(4): 516-528
Nurhadi.2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual teaching and
Learning/CTL) Dalam Penerapannya Dalam KBK. Malang: UM Perss Rusilowati, A. 2008. Buku Ajar Evaluasi Pengajaran. Buku ajar tidak diterbitkan.
Semarang : Fakultas MIPA UNNES. Rusilowati, A., Supriyadi, Achmad Binadja, & Sri Mul- yani. 2009. Mitigasi
Bencana Berbasis Pembelajaran Kebencanaan Alam Bervisi SETS Terintegrasi dalam Beberapa Mata Pelajaran. Laporan Penelitian
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Mengembangkan profrsionalisme
guru. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2000. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta
Syahbana, Ali. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning. Edumatika journal. 2(1) : 45-57
Tatang Subagyo, Drs. 2009. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana Kebakaran, Bahan Pengayaan Bagi Guru SMP/MTs. Jakarta : Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Nasional
Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka publisher. World Conference on Disaster Reduction. 2005. Hyogyo Framework for Action.
Japan : ISDR Yulianti, Dwi dan Wiyanto. 2009. Perancangan Pembelajaran Inovatif Prodi
Pendidikan Fisika. Semarang : UNNES
66
SILABUS
Kompetensi Dasar
Materi pokok / Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi waktu
Sumber belajar Teknik Bentuk Contoh
Instrumen Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Kalor 1. Pengertian
kalor 2. Menyelidiki
pengaruh kalor terhadap suhu benda
3. Pengertian kapasitas kalor
4. Menyelidiki pengaruh kalor terhadap wujud benda
5. Faktor – faktor yang dapat mempercepat penguapan
6. Kalor yang dibutuhkan
Guru bersama siswa menemukan pengertian kalor melalui demonstrasi sederhana
Guru membimbing siswa melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap suhu benda
Guru mengajak diskusi siswa mengenai
1. Menjelaskan pengertian kalor
2. Menjelaskan hubungan kalor dengan perubahan suhu benda.
3. Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat.
4. Menyelidiki hubungan kalor dengan perubahan wujud benda.
5. Menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan.
6. Menyelidiki
Observasi Tes tertulis
Lembar observasi Uraian Lembar berpikir kritis
Ketika es melebur, suhu es tersebut tetap. Benar atau salah?
2 x 40 menit 2 x 40 menit
Buku IPA Terpadu kelas VII yang relevan Media : seperangkat alat percobaan.
66
Lampiran 1
pada saat mendidih dan melebur
7. Menerapkan hubungan kalor dengan perubahan suhu, Q = m c ∆t ,kalor uap Q = m U dan kalor lebur Q = m L untuk memecahkan masalah sederhana
8. Perpindahan kalor
9. Pengaruh kalor terhadap lingkungan
kapasitas kalor
Guru membimbing siswa melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap wujud benda
Guru berdiskusi bersama siswa tentang kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur
Guru menjelaskan hubungan kalor dengan perubahan suhu, Q = m c ∆t ,kalor uap
kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur.
7. Menerapkan hubungan kalor dengan perubahan suhu, Q = m c ∆t ,kalor uap Q = m U dan kalor lebur Q = m L untuk memecahkan masalah sederhana
8. Menyelidiki macam-macam perpindahan kalor
9. Menjelaskan peranan perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari Menjelaskan aplikasi perpindahan
2 x 40 menit
67
Q = m U dan kalor lebur Q = m L untuk memecahkan masalah sederhana disertai contoh soal
Guru membimbing siswa untuk melakukan percobaan perpindahan kalor
Guru berdiskusi dengan siswa tentang pengaruh kalor terdap lingkungan.
kalor dalam teknologi beserta implikasinya dalam lingkungan dan masyarakat.
68
69
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 ( Kelas Eksperimen)
Sekolah : SMP Neregri 22 Semarang Pertemuan ke 1 Kurikulum : KTSP Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester :
VII/2 Alokasi waktu : 2 x 40 menit
Materi Pokok : Kalor
Guru : Ibu Sri Harjanti
Tahun Pelajaran : 2012/2013
Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya Kompetensi Dasar : 3.4 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator Pencapaian Kompetensi: 10. Menjelaskan pengertian kalor 11. Menjelaskan hubungan kalor dengan perubahan suhu benda. 12. Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat. 13. Menjelaskan konsep asas Black. 14. Menjelaskan penerapan kalor dalam bentuk teknologi serta implikasinya dalam
lingkungan dan masyarakat. Tujuan :
1. Melalui demonstrasi, siswa dapat menjelaskan pengertian kalor. 2. Melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan hubungan kalor dengan perubahan suhu
benda. 3. Melalui percobaan, siswa dapat menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu zat 4. Melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan konsep asas Black 5. Melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan penerapan kalor dalam bentuk teknologi
serta implikasinya dalam lingkungan dan masyarakat. Materi : Kalor adalah suatu bentuk energi yang secara alamiah dapat berpindah dari benda yang suhunya tinggi menuju suhu yang lebih rendah saat bersinggungan. Besarnya kalor (Q) yang diperlukan oleh suatu benda sebanding dengan massa benda (m), bergantung pada kalor jenis (c), dan sebanding dengan kenaikan suhu (Δt). Secara matematis dapat dituliskan :
Q = m x c x Δt Keterangan Q = kalor yang diperlukan atau dilepaskan (J) m = massa benda (kg) c = kalor jenis benda (J/kg0C) Δt = kenaikan suhu (0C) Δ = delta Satuan kalor menurut SI adalah joule (J). Satu kalori dapat didefinisikan banyaknya kalor yang diperlukan tiap 1 gram air, sehingga suhunya naik 10C. Sedangkan satu kilokalori didefiniskan banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan 1 kg air, sehingga suhunya naik 10C. Terdapat kesetaraan antara satuan joule dangan satuan kalori yang biasa dikenal dengan sebutan tara kalor mekanik. 1 kalori = 4,2 joule 1 kilokalori = 4.200 joule 1 joule = 0,24 kalori
Lampiran 2
70
Semua benda dapat melepas dan menerima kalor. Benda-benda yang bersuhu lebih tinggi dari lingkungannya akan cenderung melepaskan kalor. Demikian juga sebaliknya benda-benda yang bersuhu lebih rendah dari lingkungannya akan cenderung menerima kalor untuk menstabilkan kondisi dengan lingkungan di sekitarnya. Suhu zat akan berubah ketika zat tersebut melepas atau menerima kalor. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa kalor dapat mengubah suhu suatu benda. Metode Pembelajaran : Contextual teaching and learning Pendekatan : SETS Penilaian yang diterapkan Aktivitas 1. Metode yang digunakan Eksperimen Tanya jawab Diskusi
Persentasi kelompok Demonstrasi
Aktivitas penilaian yang digunakan Observasi Latihan soal Perentasi kelompok Skenario dan proses pembelajaran Pertemuan ke 1 Aspek Isi Durasi Kegiatan
Guru Siswa Pendahuluan
5 menit 1. Guru mengucapkan salam
2. Guru mengingatkan materi sebelumnya tentang pemuaian.
3. Guru menghubungkan konsep yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Pada saat pagi hari,
kita lebih suka minum kopi / teh hangat. Seketika itu kita memasak air atau mengambil air panas dari termos atau dispenser. Ketika kita menginginkan minuman kopi / teh yang hangat, maka kita mencampurkan air panas dengan air dingin. Bagaimanakah suhunya? Apakah sama atau berbeda dengan suhu masing-masing air sebelum dicampur? Mengapa demikian?
1. Siswa menjawab salam
2. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Sains
Sains, teknologi
71
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
5. Guru memberikan motivasi dengan memperlihatkan video tentang bola api.
Inti
65 menit
Eksplorasi 1. Guru
mendemonstrasikan percobaan sederhana tentang definisi kalor.
Guru meminta salah
satu siswa untuk mengukur suhu awal dan suhu akhir kedua air mineral tersebut.
Bagaimanakah suhu awal dan suhu akhir air mineral pada kedua bejana tersebut?
Mengapa demikian? 2. Guru mengulangi
pertanyaan sebelumnya dan berdiskusi dengan siswa untuk menemukan pengertian kalor dan penerapannya dalam teknologi
3. Guru membagi siswa menjadi 5-6 kelompok dan membagikan LKS 1 kepada masing-masing kelompok.
4. Guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mempersiapkan alat dan bahan percobaan.
5. Guru membimbing siswa untuk menyusun hipotesis dari permasalahan di LKS 1
Eksplorasi 1. Salah satu
siswa mengukur suhu awal dan suhu akhir air mineral menggunakan thermometer. Siswa lain memperhatikan demonstrasi dan berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
2. Siswa menggali informasi mengenai materi yang sedang disampaikan oleh guru sehingga siswa dapat menjawab bahwa : Kalor adalah suatu bentuk energi yang dapat berpindah dari benda yang suhunya tinggi menuju suhu yang lebih rendah saat bersinggungan. Contohnya adalah Pada waktu
Sains, teknologi Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
72
memasak air dengan menggunakan kompor, air yang semula dingin lama kelamaan menjadi panas. jika tidak berhati-hati dalam menggunakan kompor dapat menyebabkan kebakaran.
3. Masing-masing kelompok bekerja sama untuk menyiapkan alat dan bahan percobaan yang meliputi : Gelas beker,Termometer, Kasa dan kaki tiga, Air, Pembakar spritus dan korek api.
4. Siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk menemukan hipotesis dari permasalahan di LKS 1 bahwa : Air menjadi panas karena mendapat kalor, kalor yang diberikan pada air mengakibatkan suhu air naik.
Teknologi Sains, teknologi
73
Elaborasi 1. Guru memfasilitasi
masing-masing kelompok untuk bekerja sama dalam melakukan percobaan di LKS 1
2. Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan, memeriksa apakah siswa sudah melakukan percobaan sesuai dengan LKS.
3. Guru memfasilitasi masing-masing kelompok untuk melakukan presentasi dan diskusi kelas mengenai hasil percobaannya di depan kelas.
Elaborasi 1. Siswa
bekerja sama dengan teman sekelompoknya dalam melakukan percobaan sesuai langkah kerja di LKS 1 untuk memperoleh data bahwa kalor dapat mengubah suhu benda dan banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu benda dipengaruhi oleh massa benda,kalor jenis zat dan perubahan suhu.
2. Siswa bertanya kepada guru jika menemui kesulitan dalam melakukan percobaan.
3. Perwakilan dari masing-masing kelompok mempresent
Sains, teknologi
Sains, Lingkungan, teknologi, masyara
74
Konfirmasi 1. Guru bertanya jawab
tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
2. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahpemahaman, pemberian penguatan dan penyimpulan.
asikan dan berdiskusi tentang hubungan kalor dengan perubahan suhu dan peranaannya dalam teknologi serta implikasinya terhadap masyarakat dan lingkungan.
Konfirmasi 1. Siswa
bertanya jawab dengan guru.
2. Siswa membuat kesimpulan bersama guru.
kat
Penutup 10 menit
1. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja terbaik.
2. Guru memberi instruksi untuk mengembalikan alat percobaan.
3. Guru memberikan tes kemampuan berpikir kritis 1.
1. Kelompok yang memiliki kinerja terbaik akan mendapatkan penghargaan dari guru.
2. Siswa mengerjakan tes kemampuan berpikir kritis tentang kalor dan peranannya dalam teknologi serta implikasinya terhadap
Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat
75
lingkungan dan masyarakat..
Refleksi : Tanya jawab yang berkaitan dengan materi pembelajaran
Sumber : Buku IPA Terpadu kelas VII yang relevan.
Penilaian Indikator Penilaian Teknik Instrumen
1. Menjelaskan pengertian kalor 2. Menjelaskan hubungan kalor dengan perubahan
suhu benda. 3. Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu zat. 4. Menjelaskan konsep asas Black. 5. Menjelaskan penerapan kalor dalam bentuk
teknologi serta implikasinya dalam lingkungan dan masyarakat
Tes tertulis Tes unjuk
kerja
Essay Lembar
observasi
Evaluasi : Berapa energi kalor yang diperlukan untuk memanaskan 2 kg besi yang kalor jenisnya 460 J/kg0C, dari suhu 15 0C sampai 100 0C? Penyelesaian Diketahui : m = 2 kg
c = 460 J/kg0C Δt= (t2– t1) = (100 – 15) = 850C
Ditanyakan : Q = … ? Jawab: Q = m x c x Δt
= 2 kg x 460 J/kg0C x 85 0C = 78.200 J
Semarang, 23 Januari 2013
Guru mata pelajaran Peneliti
Ibu Sri Harjanti Emi Rahmawati
NIP. 196005291981032004 4201409002
Kepala Sekolah
Drs. Catonggo Sulistiyono, S. Kom
NIP. 19681006 199802 1 003
76
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2 ( Kelas Eksperimen)
Sekolah : SMP Negeri 22 Semarang Pertemuan ke 2 Kurikulum : KTSP Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester :
VII/2 Alokasi waktu : 2 x 40 menit
Materi Pokok : Kalor
Guru : Ibu Sri Harjanti
Tahun Pelajaran : 2012/2013
Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya Kompetensi Dasar : 3.4 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator Pencapaian Kompetensi: 15. Menyelidiki hubungan kalor dengan perubahan wujud benda. 16. Menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan. 17. Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur. 18. Menerapkan hubungan kalor dengan perubahan suhu, Q = m c ∆t ,kalor uap Q =
m U dan kalor lebur Q = m L untuk memecahkan masalah sederhana 19. Menjelaskan hubungan kalor dengan perubahan wujud benda dan aplikasinya
dalam teknologi beserta implikasinya terhadap lingkungan dan masyarakat. Tujuan :
6. Melalui percobaan, siswa dapat menyelidiki hubungan kalor dengan perubahan wujud benda.
7. Melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan.
8. Melalui diskusi, siswa dapat menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur.
9. Melalui pemberian tugas, siswa dapat menerapkan hubungan kalor dengan perubahan suhu, Q = m c ∆t ,kalor uap Q = m U dan kalor lebur Q = m L untuk memecahkan masalah sederhana
10. Melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan hubungan kalor dengan perubahan wujud benda dan aplikasinya dalam teknologi beserta implikasinya terhadap lingkungan dan masyarakat.
Materi : Perubahan wujud suatu zat akibat pengaruh kalor dapat digambarkan dalam skema berikut.
Keterangan: 1 = mencair/melebur 4 = mengembun 2 = membeku 5 = menyublim 3 = menguap 6 = mengkristal
Lampiran 3
77
Penguapan zat cair dapat dipercepat dengan cara sebagai berikut
1. Memanaskan Zat Cair 2. Memperluas Permukaan Zat Cair 3. Mengurangi Tekanan pada Permukaan Zat Cair 4. Meniupkan Udara di Atas Zat Cair
Zat cair yang mendidih jika dipanaskan terus-menerus akan berubah menjadi uap. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat cair menjadi uap seluruhnya pada titik didihnya disebut kalor uap (U). Besarnya kalor uap dapat dirumuskan:
Q = m U Keterangan Q = kalor yang diserap/dilepaskan (joule) m = massa zat (kg) U = kalor uap (joule/kg) Jika uap didinginkan akan berubah bentuk menjadi zat cair, yang disebut mengembun. Pada waktu mengembun zat melepaskan kalor, banyaknya kalor yang dilepaskan pada waktu mengembun sama dengan banyaknya kalor yang diperlukan waktu menguap dan suhu di mana zat mulai mengembun sama dengan suhu di mana zat mulai menguap. kalor uap = kalor embun titik didih = titik embun Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah satu satuan massa zat padat menjadi cair pada titik leburnya disebut kalor lebur (L). Besarnya kalor lebur dapat dirumuskan sebagai berikut.
Q = m L
Keterangan Q = kalor yang diserap/dilepas (joule) m = massa zat (kg). L = kalor lebur (joule / kilogram) Jika zat cair didinginkan akan membeku, pada saat membeku zat melepaskan kalor. Banyaknya kalor yang dilepaskan oleh satu satuan massa zat cair menjadi padat disebut kalor beku. kalor lebur = kalor beku titik lebur = titik beku Metode Pembelajaran : Contextual teaching and learning Pendekatan : SETS Penilaian yang diterapkan Aktivitas 1. Metode yang digunakan Eksperimen Persentasi kelompok Demonstrasi
Tanya jawab Diskusi
Aktivitas penilaian yang digunakan Observasi Latihan soal Perentasi kelompok
78
Skenario dan proses pembelajaran Pertemuan ke 2 Aspek Isi Durasi Kegiatan
Guru Siswa Pendahuluan
5 menit 1. Guru mengucapkan salam pembuka
2. Guru mengingatkan materi sebelumnya tentang kalor sebagai transfer energi.
3. Guru memberi motivasi kepada siswa Pernahkah
kalian melihat orang bermain ice-skating?
Perhatikan video berikut ini !
Mengapa pemain ice-skating dapat dengan mudah meluncur di atas lapisan es?
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
1. Siswa menjawab salam
2. Siswa mengingat kembali materi tentang kalor sebagai transfer energi
3. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru
Sains
Sains, teknologi
Inti
65 menit
Eksplorasi
6. Guru bertanya kepada siswa “ Apa yang akan terjadi jika kalian memasukan sebuah es ke dalam segelas tes panas?”
7. Guru mengulangi pertanyaan sebelumnya dan berdiskusi dengan siswa untuk
Eksplorasi
1. Siswa menjawab pertanyaan guru
2. Siswa menggali informasi, diskusi, dan tanya jawab dengan guru mengenai materi yang disampaikan sehingga siswa dapat menjawab bahwa : Jika kita memasukkan sebuah es ke dalam
Sains Sains, Lingkungan, Teknologi, masyarakat
79
menemukan hubungan kalor dengan perubahan wujud benda dan aplikasinya dalam teknologi beserta ikmplikasinya terhadap lingkungan dan masyarakat.
8. Guru membimbing siswa untuk mencari informasi tentang faktor-faktor yang mempercepat penguapan.
9. Guru memberikan contoh soal untuk menerapkan hubungan Q = m c ∆t , Q = m U dan Q = m L.
10. Guru membagi siswa menjadi 4-5 kelompok
11. Guru membagikan LKS 2 kepada masing-masing kelompok
12. Guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mempersiapkan alat dan bahan percobaan.
Elaborasi 4. Guru
memfasilitasi masing-masing
segelas teh panas, wujud es padat pasti akan mencair. Hal ini menunjukkan bahwa kalor dapat mengubah wujud benda. Contoh aplikasi dalam teknologi adalah ketika memasak nasi menggunakan magic com.
3. Siswa berdiskusi dan tanya jawab dengan guru sehingga menemukan bahwa faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan adalah memanaskan zat cair, memperluas permukaan zat cair, mengurangi tekanan pada permukaan zat cair, meniupkan udara di atas zat cair
4. Siswa mengerjakan latihan soal
5. Masing-masing kelompok bekerja sama untuk menyiapkan alat dan bahan percobaan yang meliputi : Gelas beker, kasa dan kaki tiga, pembakar spiritus dan korek api, termometer, es batu.
Elaborasi 1. Siswa melakukan
percobaan sesuai langkah kerja di
Sains Sains, teknologi
80
kelompok untuk bekerja sama dalam melakukan percobaan di LKS 2
5. Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan, memeriksa apakah siswa sudah melakukan percobaan sesuai dengan LKS.
6. Guru memfasilitasi masing-masing untuk melakukan presentasi hasil percobaannya di depan kelas mengenai hubungan kalor dengan perubahan suhu dan aplikasinya dalam teknologi serta implikasinya terhadap masyarakat dan lingkungan.
Konfirmasi
3. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
4. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
LKS 2.
2. Siswa bertanya kepada guru jika menemui kesulitan dalam melakukan percobaan.
3. Masing-masing
perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil percobaanya di depan kelas mengenai hubungan kalor dengan perubahan suhu dan aplikasinya dalam teknologi serta implikasinya terhadap masyarakat dan lingkungan.
Konfirmasi
1. Siswa bertanya
jawab dengan guru. 2. Siswa
mendengarkan penjelasan guru dan membuat kesimpulan bersama guru.
Sains, lingkungan, teknologi, masyarakat
81
kesalahpemahaman, pemberian penguatan dan penyimpulan.
Penutup 10 menit
4. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja terbaik.
5. Guru memberi instruksi untuk mengembalikan alat percobaan..
6. Guru memberikan tes kemampuan berpikir kritis 2.
1. Kelompok yang memiliki kinerja terbaik akan mendapatkan penghargaan dari guru.
2. Siswa mengembalikan alat percobaan.
3. Siswa mengerjakan tes kemampuan berpikir kritis 2 tentang hubuungan kalor dengan perubahan wujud dan aplikasinya dalam teknologi beserta implikasinya dalam masyarakat dan lingkungan.
Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat
Refleksi : Tanya jawab yang berkaitan dengan materi pembelajaran
Sumber : Buku IPA Terpadu kelas VII yang relevan.
Penilaian Indikator Penilaian Teknik Instrumen
1. Menyelidiki hubungan kalor dengan perubahan wujud benda.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan.
3. Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur.
4. Menerapkan hubungan kalor dengan perubahan suhu, Q = m c ∆t ,kalor uap Q = m U dan kalor lebur Q = m L untuk memecahkan masalah sederhana
5. Menjelaskan hubungan kalor dengan perubahan wujud benda dan aplikasinya dalam teknologi beserta implikasinya terhadap lingkungan dan masyarakat.
Tes tertulis Tes unjuk
kerja
Essay Lembar
observasi
Evaluasi : Berapakah energi kalor yang diperlukan untuk menguapkan 5 kg air pada titik didihnya, jika kalor uap 2.260.000 J/kg? Penyelesaian Diketahui : m = 5 kg
U = 2.260.000 J/kg
82
Ditanyakan : Q = …? Jawab Q = m x U
= 5 kg x 2.260.000 J/kg = 11.300.000 J = 11,3 x 106J
Semarang, 30 Januari 2013
Guru mata pelajaran Peneliti
Ibu Sri Harjanti Emi Rahmawati
NIP. 196005291981032004 4201409002
Kepala Sekolah
Drs. Catonggo Sulistiyono, S. Kom
NIP. 19681006 199802 1 003
83
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 3( Kelas Eksperimen)
Sekolah : SMP 22 Semarang Pertemuan ke 3 Kurikulum : KTSP Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester :
VII/2 Alokasi waktu : 2 x 40 menit
Materi Pokok : Perpindahan Kalor
Guru : Ibu Sri Harjanti
Tahun Pelajaran : 2012/2013
Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya Kompetensi Dasar : 3.4 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator Pencapaian Kompetensi: 20. Menyelidiki macam-macam perpindahan kalor 21. Menjelaskan peranan perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari 22. Menjelaskan aplikasi perpindahan kalor dalam teknologi beserta implikasinya
dalam lingkungan dan masyarakat. Tujuan :
11. Melalui percobaan, siswa dapat menyelidiki perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
12. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari beserta dampak yang ditimbulkannya.
13. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan hubungan perpindahan kalor dengan unsur-unsur SETS
14. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan pengaruh perpindahan kalor dalam peristiwa kebakaran.
Materi : Kalor dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Kalor dapat berpindah dengan tiga cara, yaitu konduksi atau hantaran, konveksi atau aliran, dan radiasi atau pancaran. a. Konduksi atau hantaran Konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Peristiwa konduksi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya terjadi pada peralatan dapur dan menyeterika pakaian. Adapun kegunaan isolator dalam kehidupan sehari-hari misalnya untuk pegangan panci, pegangan seterika, dan pegangan alat-alat pengorengan. Demikian juga kalau kita tidur di lantai menggunakan alas tikar atau kasur tipis. Hal ini bertujuan menghalangi perpindahan kalor secara konduksi. b. Konveksi atau aliran Konveksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Konveksi terjadi karena perbedaan massa jenis zat. 1) Pada zat cair karena perbedaan massa jenis zat, misal sistem pemanasan air, sistem aliran air panas. 2) Pada zat gas karena perbedaan tekanan udara, misal terjadinya angin darat dan angin laut, sistem ventilasi udara, untuk mendapatkan udara yang lebih dingin dalam ruangan dipasang AC atau kipas angin, dan cerobong asap pabrik. Angin laut dan angin darat merupakan contoh peristiwa alam yang melibatkan arus konveksi pada zat gas. Radiasi atau pancaran Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara. Berikut beberapa contoh penerapan perpindahan kalor secara radiasi dalam kehidupan sehari-hari.
Lampiran 4
84
a. Pada siang hari yang panas, orang lebih suka memakai baju cerah daripada baju gelap. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penyerapan kalor.
b. Cat mobil atau motor dibuat mengkilap untuk mengurangi penyerapan kalor. c. Mengenakan jaket tebal atau meringkuk di bawah selimut tebal saat udara dingin
badanmu merasa nyaman. d. Termos
Dinding termos dilapisi perak. Hal ini bertujuan untuk mencegah hilangnya kalor secara radiasi. Ruang hampa antara dinding kaca pada termos bertujuan untuk mencegah perpindahan kalor secara konveksi.
Dalam peristiwa kebakaran, perpindahan kalor bisa menyebabkan api lebih cepat menjalar. Konduksi Perpindahan panas melalui zat perantara. Panas merambat melalui dinding pemisah ruangan, bagian dinding pada ruangan berikutnya menerima kalor atau panas yang dapat membakar permukaan bendabenda yang terletak pada dinding-dinding tersebut. Konveksi Perpindahan panas dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Panas merambat melalui bagian bangunan yang terbuka seperti tangga dan koridor gang dengan media pengantar udara. Radiasi Perpindahan panas dalam bentuk pancaran. Panas merambat antara ruang dan bangunan yang berdekatan. hal ini akan lebih cepat terjadi jika sebaran api dibantu oleh tekanan udara atau angin kearah bangunan lainnya. Metode Pembelajaran : Contextual teaching and learning Pendekatan : SETS Penilaian yang diterapkan Aktivitas 1. Metode yang digunakan Eksperimen Tanya jawab
Diskusi Persentasi kelompok
Aktivitas penilaian yang digunakan Observasi Latihan soal Perentasi kelompok Skenario dan proses pembelajaran Pertemuan ke 3 Aspek Isi Durasi Kegiatan
Guru siswa Pendahuluan
5 menit 1. Guru mengucapkan salam pembuka
2. Guru mengingatkan kembali materi sebelumnya tentang hubungan kalor terhadap perubahan wujud benda.
3. Guru memberi motivasi. Ketika kalian
pergi ke pantai Kuta Bali,banyak wisatawan asing
1. Siswa menjawab salam.
2. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Sains
Sains, lingkungan, masyar
85
yang sedang berjemur. Apa tujuan mereka berjemur? Adakah hubungannya dengan ilmu fisika?
“pernahkah kalian melihat peristiwa kebakaran secara langsung? Apa yang kalian rasakan ketika berada didekat peristiwa kebakaran? Mengapa demikian?”
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
akat Sains, Lingkungan, masyarakat
Inti Konfirmasi
65 menit
Eksplorasi 1. Guru bertanya
kepada siswa “ dapatkah kalor dipindahkan? “
2. Guru membagi kelas menjadi 4-5 kelompok.
3. Guru membagikan LKS 3 kepada masing-masing kelompok.
4. Guru membimbing siswa untuk menyusun hipotesis dari permasalahan di LKS 3
Elaborasi 7. Guru meminta
perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mempersiapkan alat dan bahan percobaan.
8. Guru memfasilitasi
Eksplorasi 1. Siswa menggali
informasi, diskusi, dan tanya jawab dengan guru mengenai materi yang disampaikan
2. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk merumuskan hipotesis dari permasalahan di LKS 3 bahwa kalor dapat berpindah secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
Elaborasi 4. Masing-masing
perwakilan dari tiap kelompok bekerja sama untuk menyiapkan alat dan bahan seperti : Pembakar spritus dan korek api, besi,
Sains
Sains
Sains, teknologi
86
masing-masing kelompok untuk bekerja sama dalam melakukan percobaan di LKS 3
9. Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan, memeriksa apakah siswa sudah melakukan percobaan sesuai dengan LKS.
10. Guru memfasilitasi masing-masing untuk melakukan presentasi hasil percobaannya di depan kelas mengenai perpindahan kalor dan aplikasinya dalam teknologi serta implikasinya terhadap masyarakat dan lingkungan.
Konfirmasi 5. Guru bertanya
jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
6. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahpemahaman, pemberian penguatan dan penyimpulan.
gelas beker, kasa, kaki tiga, serbuk gergaji, air.
5. Siswa melakukan percobaan sesuai langkah kerja di LKS 3.
6. Siswa bertanya kepada guru jika menemui kesulitan dalam melakukan percobaan.
7. Masing-masing perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil percobaanya di depan kelas mengenai perpindahan kalor dan aplikasinya dalam teknologi serta implikasinya terhadap masyarakat dan lingkungan.
Konfirmasi 3. Siswa bertanya
jawab dengan guru. 4. Siswa
mendengarkan penjelasan guru dan membuat kesimpulan bersama guru.
Penutup 10 menit
7. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja terbaik.
8. Guru memberikan instruksi untuk mengembalikan alat percobaan.
9. Guru memberikan
4. Kelompok yang memiliki kinerja terbaik akan mendapatkan penghargaan dari guru.
5. Siswa mengembalikan alat percobaan.
6. Siswa mengerjakan
87
tes kemampuan berpikir kritis 3.
tes kemampuan berpikir kritis 3 tentang perpindahan kalor dan aplikasinya dalam teknologi beserta implikasinya dalam masyarakat dan lingkungan.
Refleksi : Tanya jawab yang berkaitan dengan materi pembelajaran
Sumber : Buku IPA Terpadu kelas VII yang relevan
Penilaian Indikator Penilaian Teknik Instrumen
1. Menyelidiki macam-macam perpindahan kalor 2. Menjelaskan peranan perpindahan kalor dalam
kehidupan sehari-hari 3. Menjelaskan aplikasi perpindahan kalor dalam
teknologi beserta implikasinya dalam lingkungan dan masyarakat.
Tes tertulis Tes unjuk
kerja
Essay Lembar
observasi
Evaluasi : Sebutkan beberapa contoh penerapan perpindahan kalor secara radiasi dalam kehidupan sehari-hari ! Jawab :
a. Pada siang hari yang panas, orang lebih suka memakai baju cerah daripada baju gelap. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penyerapan kalor.
b. Cat mobil atau motor dibuat mengkilap untuk mengurangi penyerapan kalor.
c. Mengenakan jaket tebal atau meringkuk di bawah selimut tebal saat udara dingin badanmu merasa nyaman.
d. Dinding termos dilapisi perak
Semarang, 06 Februari 2013
Guru mata pelajaran Peneliti
Ibu Sri Harjanti Emi Rahmawati
NIP. 196005291981032004 4201409002
Kepala Sekolah
Drs. Catonggo Sulistiyono, S. Kom
NIP. 19681006 199802 1 00
88
LEMBAR KERJA SISWA 1
Kelompok : ..................
Anggota :
Standar Kompetensi
3. Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompetensi Dasar
3.4 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu
suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator Pencapaian Pembelajaran
Merangkai alat dan melakukan percobaan untuk menyelidiki banyaknya
kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat
Masalah
Hipotesis
Rumuskan suatu hipotesis mengenai permasalahan diatas,
Hipotesis kalian dapat di uji dengan melakukan percobaan pengaruh kalor
terhadap perubahan suhu benda.
Pernahkah kamu demam?
Biasanya, ketika demam ibu menyelipkan termometer di bagian
ketiakmu bukan? Kemudian ibu mengkompres kamu dengan air. Setelah
beberapa saat, ternyata suhu badan kamu menurun dari 39℃ menjadi
36℃. Menurutmu, mengapa ibu menaruh termometer di ketiakmu dan
mengkompres dengan air? Apakah hubungan antara kalor, termometer,
air, dan suhu?
Lampiran 5
89
Petunjuk : Lakukan kegiatan dan jawablah semua pertanyaan dibawah ini!
Kegiatan 1.
1. Coba kalian siapkan dua buah gelas bekker A dan B. Isilah gelas bekker
A dengan air 50 ml dan gelas bekker B dengan air 100 ml.
2. Ukurlah suhu air pada masing-masing kedua gelas. Berapakah suhunya?
Catat suhu air mula-mula dan usahakan suhunya sama
3. Sekarang,coba kalian susun alat seperti gambar dibawah ini!
Jika kalian nyalakan pembakar spirtus, kira-kira perubahan apa yang
akan terjadi?
4. Ukurlah waktu yang dibutuhkan untuk memanaskan air sampai suhu
50oC. berapakah waktunya?
5. Catatlah data pengamatan ke dalam tabel 1.
Tabel 1. Data hasil percobaan kegiatan 1
No Gelas Bekker Volume air Suhu Awal oC Suhu Akhir oC Waktu
(menit)
1. A
2. B
6. Apakah waktu yang dibutuhkan kedua air untuk mencapai suhu 50oC
sama? Jika tidak, mana yang lebih cepat mencapai suhu 50oC ? gelas
bekker A atau gelas bekker B? Mengapa demikian?
7. Apakah volume air mempengerahui banyaknya kalor yang dibutuhkan
untuk menaikkan suhu suatu zat?
B A
90
8. Seandainya banyaknya kalor yang diberikan untuk memanaskan air
sebanding dengan waktu pemanasan, makin besar kalor yang diperlukan
untuk memanaskan 100 ml air . . . . dibandingkan dengan memanaskan
50 ml air pada suhu yang sama.
9. Volume air sebanding dengan massa air, semakin besar volumenya
semakin . . . massanya.
10. Adakah hubungan antara banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu benda dengan massa benda? Jelaskan !
Kegiatan 2.
Pada kegiatan 1, kalian telah meyelidiki banyaknya kalor yang dibutuhkan
untuk memanaskan air mineral dengan volume yang berbeda. Sekarang, coba
kalian isi gelas bekker A dengan 100 ml air mineral dan gelas bekker B dengan
100 ml minyak goreng
1. Ukurlah suhu zat pada masing-masing kedua gelas. Berapakah suhunya?
2. Sekarang,coba kalian susun alat seperti gambar dibawah ini!
Jika kalian nyalakan pembakar spirtus, kira-kira perubahan apa yang
akan terjadi pada air dan minyak goreng?
3. Jika kalian ingin memanaskan air dan minyak goreng tersebut sampai
suhu 25oC, berapakah waktu yang kalian butuhkan?
4. Catatlah data pengamatan ke dalam tabel 2
Tabel 2. Data hasil Percobaan kegiatan 2
No Gelas Jenis Zat Suhu Awal Suhu Akhir Waktu
B A
91
Bekker oC oC (menit)
1. A
2. B
5. Apakah waktu yang dibutuhkan kedua zat untuk mencapai suhu 25oC
sama?
Jika tidak, mana yang lebih cepat mencapai suhu 25oC ? gelas bekker
A atau gelas bekker B?
6. Mengapa hal itu bisa terjadi?
7. Apakah jenis zat mempengaruhi banyaknya kalor yang dibutuhkan
untuk menaikkan suhu suatu zat? Jelaskan !
Kegiatan 3
1. Isilah gelas bekker A dengan air sebanyak 100 ml.
2. Ukurlah suhu awal air tersebut, berapakah suhunya?
3. Sekarang, susunlah alat seperti gambar dibawah ini !
Jika kalian nyalakan pembakar spirtus, kira-kira perubahan apa yang
akan terjadi?
4. Ukurlah suhu air selama pemanasan. Setelah 1 menit, berapakah suhu
air?
5. Berapakah suhunya setelah 2 menit, 3 menit, 4 menit, dan 5 menit?
6. Catatlah data pengamatan kedalam tabel 3!
92
7. Dari data pengamatan, apakah suhu air pada setiap waktunya sama?
8. Jika berbeda, coba kalian urutkan suhu dari yang terkecil sampai ke
yang terbesar!
9. Pada menit ke berapa suhu air paling rendah?
Dan pada menit ke berapa suhu air paling tinggi?
10. Adakah hubungan antara banyaknya kalor yang diperlukan dengan
kenaikan suhu benda? Jelaskan!
KESIMPULAN
93
LEMBAR KERJA SISWA 2
Kelompok : ..................
Anggota :
Standar Kompetensi
4. Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompetensi Dasar
3.5 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu
suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator Pencapaian Pembelajaran
Merangkai alat dan melakukan percobaan untuk menyelidiki hubungan
kalor dengan perubahan wujud benda.
Masalah
Tahukah kalian?
Kulkas berfungsi sebagai alat penyimpan makanan. Selain itu, kulkas lebih
sering dimanfaatkan untuk membuat es batu. Ketika air dimasukkan kedalam
kulkas (freezer), maka selang beberapa waktu, air tersebut berubah menjadi es
batu. Dewasa ini, masih banyak merek kulkas yang masih menggunakan Freon
sebagai gas pendingin. Hasil penelitian ahli mendapatkan bahwa uap hasil Freon
pada kulkas ikut berperan dalam menipiskan lapisan ozon. Menurut kalian, apakah
hubungan antara kalor, air, es, kulkas, Freon dan lingkungan?
Pada siang hari yang panas, kita lebih suka minuman yang dingin. Seketika
itu, kita biasanya mengambil es batu dari kulkas kemudian memasukkan es batu
tersebut ke dalam segelas minuman. Jika kalian memasukkan es batu tersebut
pada segelas minuman teh panas, apa yang terjadi pada es batu tersebut? Apakah
kalian memperhatikan perubahan wujud yang terjadi pada es batu? Mengapa hal
tersebut bisa terjadi?
Lampiran 6
94
Hipotesis
Rumuskan suatu hipotesis mengenai permasalahan diatas, dan dapat di uji
dengan melakukan kegiatan percobaan pengaruh kalor terhadap perubahan
wujud benda!
Petunjuk : Lakukan kegiatan dan jawablah pertanyaan dibawah ini!
8. Masukkan es batu ke dalam glas bekker. Coba kalian ukur suhunya
dengan termometer. Berapakah suhunya?
9. Susunlah alat dan bahan seperti gambar dibawah ini.
Jika kalian nyalakan pembakar spirtus, kira-kira apa yang akan terjadi
pada es batu tersebut?
10. Coba kalian ukur lama pemanasan dan suhunya. Kemudian catat dalam
tabel pengamatan
Tabel Data hasil Pengamatan
No Wujud zat Suhu (oC) Lama Pemanasan
(menit)
Keterangan
1. Es Keadaan mula-mula
2. Es dalam air Es mulai mencair
95
3. Air Es telah mencair
4. .............. Mendidih
5. .............. Air menjadi uap
11. Untuk mengubah wujud es menjadi wujudnya yang lain apakah
diperlukan waktu yang sama? Bagaimana dengan suhunya?
12. Apakah suhu air berubah ketika mendidih? Mengapa ?
13. Buatlah grafik hubungan antara lama pemanasan dengan suhu!
KESIMPULAN
96
LEMBAR KERJA SISWA 3
Kelompok : ..................
Anggota :
Standar Kompetensi
5. Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompetensi Dasar
3.6 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu
suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator Pencapaian Pembelajaran
Merangkai alat dan melakukan percobaan untuk menyelidiki macam –
macam
perpindahan kalor dan pengaruhnya dalam penyebaran api pada peristiwa
kebakaran.
Masalah
Api sangat penting bagi kehidupan, karena api memberikan banyak manfaat.
Api dapat dijadikan penerangan, memberikan kehangatan dan berfungsi dalam
mengolah makanan. Jika banjir adalah air yang ketiggiannya melebihi batas normal,
maka kebakaran adalah api yang tidak dapat dikendalikan. Api biasanya terjadi di
tempat yang beroksigen baik itu ruang terbuka ataupun tertutup. Jika titik api telah
timbul maka penyebaran api keseluruh bangunan gedung dapat terjadi melalui tiga
mekanisme perpindahan kalor yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
Menurut kalian, bagaimana perpindahan kalor dapat mempercepat penyebaran api pada
peristiwa kebakaran?
Lampiran 7
97
Hipotesis
Rumuskan suatu hipotesis mengenai permasalahan diatas, dan dapat di uji
dengan melakukan kegiatan percobaan perpndahan kalor!
Petunjuk : Lakukan kegiatan dibawah ini!
Kegiatan 1.
14. Coba kalian nyalakan api pada pembakar spirtus.
15. Coba kalian pegang salah satu ujung batang besi (penggaris) dengan
dilapisi kain.
16. Setelah cukup lama, letakkan batang besi tersebut di atas meja. Coba
kalian raba dengan hati-hati, bagian yang tidak langsung terkena panas
dari lilin yang menyala. Apa yang Anda rasakan?
17. Dari percobaan diatas, bagian batang besi yang tidak dipanasi lama
kelamaan ikut menjadi panas? Menurut pendapatmu, mengapa hal itu
bisa terjadi?
18. Sekarang, coba ulangi kegiatan 2 !
19. Setelah batang besi cukup panas, letakkan batang besi tersebut diatas
meja.
20. Coba dekatkan telapak tangan kalian (jangan menyentuh batang besi).
Apa yang kalian rasakan?
21. Menurut pendapatmu, mengapa hal itu bisa terjadi?
98
22. Apa kesimpulan dari kegiatan 1?
Kegiatan 2
1. Coba kalian isi erlenmeyer dengan serbuk gergaji kemudian panaskan
diatas pembakar spirtus!
2. Coba kalian amati keadaan serbuk gergaji, bagaimana keadaan serbuk
gergaji tersebut setelah dipanaskan diatas api?
3. Mengapa demikian?
4. Kesimpulan apa yang kalian peroleh dari percobaan ini?
99
KRITERIA PENILAIAN LEMBAR OBSERVASI
No Aspek yang diamati Skor Keterangan 1 Menyusun hipotesis 4 Pendapat yang disampaikan jelas dan
berkaitan dengan materi 3 Pendapat yang disampaikan tidak jelas dan
tidak berkaitan dengan materi 2 Pendapat yang disampaikan tidak jelas dan
tidak berkaitan dengan materi 1 Tidak berani berpendapat
2 Mengamati 4 Dapat membaca hasil percobaan dengan benar, cepat dan teliti
3 Dapat membaca hasil percobaan dengan benar dan teliti
2 Dapat membaca hasil percobaan dengan benar tetapi tidak teliti
1 Tidak dapat membaca hasil percobaan 3 Menginterpretasi data 4 Dapat membuat tabel/grafik dengan baik
dan benar 3 Dapat membuat tabel/grafik dengan baik,
tetapi kurang benar 2 Dapat membuat tabel/grafik dengan baik
tetapi salah 1 Tidak dapat membuat tabel/grafik
Lampiran 8
100
LEMBAR OBSERVASI
No
Responden
Aspek yang diamati Menyusun Hipotesis
Mengamati Menginterpretasi data
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Lampiran 9
101
KISI-KISI TES SOAL UJI COBA
Mapel : IPA Fisika
Satuan pendidikan : Sekolah Menengah Pertama Sekolah : SMP N 13 Semarang Kelas/semester : VII / 2
Indikator Kemampuan berpikir kritis
Nomor soal
Menjelaskan pengertian kalor
Menilai 1 4
Menjelaskan hubungan kalor dengan perubahan suhu benda
Menilai 2 Menganalisis 11
12 15
Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat
Menilai 3
Menyelidiki hubungan kalor dengan perubahan wujud benda
Menilai 5
6
Menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan.
Mengidentifikasi 17
Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur
Menilai 9
10
Menerapkan hubungan kalor dengan perubahan suhu, Q = m c ∆t ,kalor uap Q = m U dan kalor lebur Q = m L untuk memecahkan masalah sederhana
Menyimpulkan 14
Menginterpretasi 19
20
Menyelidiki macam-macam perpindahan kalor
Menilai 7 Mengidentifikasi 16
Menjelaskan peranan perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari
Menilai 8 Mengidentifikasi 13 Menganalis 18
Jumlah 20
Lampiran 10
102
SOAL UJI COBA INSTRUMEN
Mapel : IPA Fisika Satuan pendidikan : Sekolah Menengah Pertama
Sekolah : SMP N 22 Semarang Kelas/semester : VII / 2
A. Jawablah pertanyaan dibawah ini ( benar / salah ) disertai dengan alasan !
1. Satuan kalor di dalam Sistem Internasional ( SI ) adalah kalori.
2. Ketika kalian memegang es batu, kalor berpindah dari tangan ke es,
3. Kalor dapat mengubah massa dan jenis benda.
4. Satu kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan tiap 1 kg air, sehingga
suhunya naik 10C.
5. Menguap adalah perubahan wujud zat yang melepas kalor dan
mengembun adalah perubahan wujud zat yang memerlukan kalor.
6. Ketika es melebur, suhu es tersebut tetap.
7. Aliran udara pada cerobong asap merupakan peristiwa radiasi
8. Pada siang hari, kalian akan lebih merasakan panas ketika memakai baju
berwarna gelap daripada baju berwarna cerah.
9. Titik didih air garam lebih tinggi daripada titik didih air murni pada
tekanan yang sama.
10. Memasak air di pantai akan lebih cepat mendidih dibanding memasak air
dipegunungan karena tekanan di pantai lebih besar dari pada tekanan di
pegunungan.
B. Uraian
11. Perhatikan gambar dibawah ini !
a. Bagaimanakah cara kerja dispenser?
b. Bagaimanakah pengaruh kalor terhadap dispenser?
12. Ketika kalian menempelkan tangan kalian ke dinding yang dingin, tangan
kalian akan terasa lebih dingin dan bagian dinding itu akan terasa lebih
hangat. Mengapa demikian?
13. Bagaimanakah terjadinya angin laut?
Lampiran 11
103
14. Anis memanaskan besi dan kaca pada tekanan dan massa yang sama.
Benda manakah yang membutuhkan kalor lebih banyak jika suhu
keduanya sama? Berikan simpulanmu ! kalor jenis besi 450 J/KgoC dan
kalor jenis kaca 670 J/KgoC.
15. Mengapa berkeringat saat cuaca panas dapat menurunkan suhu tubuh?
16. Jika kita menginginkan air tetap panas, maka diletakkan dalam dalam
termos. Jelaskan prinsip perpindahan kalor pada termos!
17. Sebutkan faktor – faktor yang dapat mempercepat penguapan !
18. Mengapa pada siang hari yang panas, kita lebih baik memakai baju putih
mengkilap dibandingkan baju hitam?
19. Berapa energi kalor yang diperlukan untuk memanaskan 2 kg besi yang
kalor jenisnya 460 J/kg0C, dari suhu 15 0C sampai 100 0C?
20. Sebanyak 25 gram zat padat dipanaskan. Grafik suhu terhadap kalor zat
padat tersebut ditunjukan pada gambar disamping.
Hitunglah :
a. Titik lebur,
b. Kalor lebur zat padat tersebut.
Kalor ( J )
0 900 1500 1800
420
320
20
Suhu ( oC )
A
B C
D
104
Lampiran 3
ANALISIS HASIL TES UJI COBA
NO SOAL
NO KODE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 UC 01 1 3 0 3 1 1 2 3 0 1
2 UC 02 2 1 3 1 3 2 3 1 3 0
3 UC 03 1 2 1 3 2 1 2 3 1 2
4 UC 04 3 3 2 3 1 2 2 2 0 2
5 UC 05 1 1 3 1 1 2 2 3 2 1
6 UC 06 1 1 1 1 2 2 3 3 1 1
7 UC 07 0 2 0 1 3 1 3 0 0 1
8 UC 08 3 1 3 0 3 1 3 2 1 2
9 UC 09 1 3 3 3 2 1 2 2 2 1
10 UC 10 1 1 2 1 3 2 2 0 0 2
11 UC 11 3 3 3 0 1 1 3 1 0 3
12 UC 12 3 1 2 1 2 2 3 2 2 1
13 UC 13 1 1 1 1 1 2 3 0 1 2
14 UC 14 0 3 2 0 3 0 2 3 1 3
15 UC 15 2 2 0 0 3 0 2 1 0 1
16 UC 16 1 1 0 0 2 1 2 2 0 1
17 UC 17 3 2 3 0 3 1 2 0 1 1
18 UC 18 1 0 1 1 3 0 2 3 0 1
19 UC 19 1 2 3 0 2 1 1 2 0 1
20 UC 20 3 2 1 0 3 1 2 1 0 0
21 UC 21 1 1 2 2 1 1 2 0 1 1
22 UC 22 3 1 3 1 3 0 2 3 0 0
23 UC 23 3 1 0 0 2 2 3 1 1 1
24 UC 24 2 3 0 1 2 0 2 3 3 1
25 UC 25 1 3 3 3 0 0 3 1 0 0
26 UC 26 1 3 1 1 2 0 1 3 1 1
27 UC 27 1 2 2 1 0 0 2 0 1 0
28 UC 28 1 3 0 1 3 1 2 1 0 1
29 UC 29 3 1 3 1 2 0 3 3 1 1
30 UC 30 3 1 2 0 3 0 1 2 0 2
∑X 51 54 50 31 62 28 67 51 23 35
(∑X)2
2601 2916 2500 961 3844 784 4489 2601 529 1225
∑(X)2
117 122 124 63 154 44 161 125 41 59
∑σi2
27.88
Reliabilitas σt2
52.18
r11 = 0.49 α = 5% n = 20 rtabel = 0.361
karena r11 > rtabel , maka instrumen bersifat reliabel
MA 2.53 2.6 2 1.73 2.8 1.53 2.4 2.67 1.47 1.67
Daya MB 0.87 1 1.47 0.33 1.33 0.33 1.87 0.73 0.07 0.67
Pembeda DP 0.56 0.53 0.18 0.47 0.49 0.4 0.18 0.64 0.47 0.33
kriteria baik baik jelek baik baik cukup jelek baik baik cukup
Tingkat P 0.57 0.6 0.56 0.34 0.69 0.31 0.74 0.57 0.26 0.39
Kesukaran kriteria sedang sedang sedang sedang sedang sedang mudah sedang sulit sedang
keterangan pakai pakai tidak pakai pakai pakai tidak pakai pakai pakai
105
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Y Y2
0 2 3 0 2 0 5 3 0 1 31 961
2 1 3 1 2 4 1 4 1 1 39 1521
3 3 5 2 1 5 1 2 1 1 42 1764
5 4 3 3 1 5 3 5 1 1 51 2601
3 2 3 0 2 2 1 3 0 1 34 1156
3 3 3 0 2 4 5 5 0 1 42 1764
4 1 3 1 2 1 1 5 1 2 32 1024
0 1 3 0 1 3 2 5 0 1 35 1225
3 5 3 2 2 2 3 5 1 2 48 2304
0 4 5 0 2 3 5 5 2 2 42 1764
3 3 3 0 3 0 5 4 0 1 40 1600
4 5 5 0 2 5 5 5 0 1 51 2601
3 3 3 0 2 5 5 5 0 1 40 1600
3 1 3 0 2 5 1 5 0 2 39 1521
0 1 4 2 2 3 5 5 0 0 33 1089
2 2 3 3 2 2 2 3 0 0 29 841
2 3 3 0 1 3 3 3 0 0 34 1156
5 5 3 2 2 2 5 5 5 2 48 2304
2 2 4 1 3 5 5 5 2 1 43 1849
3 3 3 0 1 5 2 5 0 1 36 1296
4 0 3 3 3 2 5 5 0 0 37 1369
2 3 3 4 1 5 5 5 5 0 49 2401
0 3 4 2 0 5 5 5 5 0 43 1849
1 5 3 3 3 5 5 5 5 1 53 2809
5 1 3 0 1 5 2 3 0 0 34 1156
5 4 4 5 2 3 5 5 5 1 53 2809
1 3 1 3 1 4 1 3 1 1 28 784
2 3 3 5 2 5 5 3 5 1 47 2209
5 0 3 0 2 3 5 5 5 1 47 2209
0 3 1 2 2 4 5 3 0 0 34 1156
75 79 96 44 54 105 108 129 45 27 1214 50692
5625 6241 9216 1936 2916 11025 11664 16641 2025 729
271 269 330 138 112 439 474 583 189 37
3.87 3.73 3.6 2.8 2.27 4.8 5 5 3 1.33
1.13 1.53 2.67 0.13 1.33 2.2 2.2 3.6 0 0.47
0.55 0.44 0.19 0.53 0.19 0.52 0.56 0.28 0.6 0.17
baik baik jelek baik jelek baik baik cukup baik jelek
0.5 0.53 0.64 0.29 0.36 0.7 0.72 0.86 0.3 0.18
sedang sedang sedang sulit sedang sedang mudah mudah sedang sulit
pakai pakai tidak pakai tidak pakai pakai pakai pakai tidak
106
Lampiran 13
ANALISIS SOAL UJI COBA
PERHITUNGAN RELIABILITAS
Rumus yang digunakan :
r�� = �n
n − 1� �1 −
∑σ��
�
Kriteria pengambilan keputusan:
Apabila r11> rtabel, maka instrumen dikatakan reliabel.
1. Perhitungan varians total
Rumus yang digunakan adalah:
���� =
∑��� −
(��)
�
�
�
��� = ��.��
2. Perhitungan varians butir
Rumus yang digunakan adalah:
���� =
∑��� −
(∑��)�
�
�
��� = ��.��
3. Perhitungan koefisien reliabilitas
��� = �20
20 − 1��1 −
27.88
52.18�
��� = �.��
Untuk banyaknya peserta uji coba 30 dengan taraf kesalahan 5% diperoleh
Harga r tabel = 0.361
karena r11> rtabel, maka instrumen tersebut reliabel.
107
Lampiran 14
PERHITUNGAN TINGKAT KESUKARAN
Rumus yang digunakan:
� =����
������������
���� =�����ℎ��������������������
�����ℎ����������
Kriteria tingkat kesukaran soal adalah :
0 ≤ P ≤ 0,30 soal sukar
0,30 < P ≤ 0,70 soal cukup ( sedang)
0,70 < P ≤ 1 soal mudah
Berikut ini tingkat kesukaran pada butir nomor 1.
KODE SKOR KODE SKOR KODE SKOR
UC 01 1 UC 11 3 UC 21 1
UC 02 2 UC 12 3 UC 22 3
UC 03 1 UC 13 1 UC 23 3
UC 04 3 UC 14 0 UC 24 2
UC 05 1 UC 15 2 UC 25 1
UC 06 1 UC 16 1 UC 26 1
UC 07 0 UC 17 3 UC 27 1
UC 08 3 UC 18 1 UC 28 1
UC 09 1 UC 19 1 UC 29 3
UC 10 1 UC 20 3 UC 30 3
Jumlah skor = 51
Jumlah peserta uji coba = 30
Mean = 1.70
108
Skor maksimal = 3
Tingkat kesukaran nomor 1 adalah sebagai berikut:
� =1.70
3= 0.57
Maka soal nomor 1 memiliki kriteria soal sedang.
Untuk butir soal yang lain cara perhitungannya analog dengan cara diatas.
109
Lampiran 15
PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA SOAL
Rumus yang digunakan adalah:
�� = ���������������� − ����������������ℎ
����������������
Kriteria daya pembeda soal adalah:
0,00 ≤ DP ≤ 0,20 : soal jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 : soal cukup baik
0,40 < DP ≤ 0,70 : soal baik
0,70 < DP ≤ 1,00 : soal sangat baik
Perhitungan daya pembeda pada soal nomor 1
KELOMPOK ATAS KELOMPOK BAWAH
KODE SKOR KODE SKOR
UC 04 3 UC 05 1
UC 08 3 UC 06 1
UC 11 3 UC 09 1
UC 12 3 UC 10 1
UC 17 3 UC 13 1
UC 20 3 UC 16 1
UC 22 3 UC 18 1
UC 23 3 UC 19 1
UC 29 3 UC 21 1
UC 30 3 UC 25 1
UC 02 2 UC 26 1
UC 15 2 UC 27 1
UC 24 2 UC 28 1
UC 01 1 UC 7 0
UC 03 1 UC 14 0
∑ 38 ∑ 13
���������������� = 38
15= 2.53
110
����������������ℎ =13
15= 0.87
��������������������������1 = 3
�� =2.53− 0.87
3= 0.56
DP = 0.56 maka soal nomor 1 memiliki kriteria baik.
111
Lampiran 16
DAFTAR NILAI RAPOR KELAS VII SEMESTER 1
SMP NEGERI 22 SEMARANG
No Nilai No Nilai No Nilai No Nilai
1 71.7 1 82.8 1 80.4 1 74.6
2 74.6 2 74.8 2 75.4 2 75
3 74.6 3 75 3 72 3 75.2
4 74.6 4 78.7 4 72 4 74.5
5 75.6 5 75 5 80 5 79.5
6 75.4 6 74.5 6 72.4 6 72.2
7 74.9 7 76.7 7 80.7 7 76.8
8 76.6 8 72 8 76.8 8 76.1
9 75 9 85.4 9 76 9 79.7
10 79.9 10 74.5 10 74.8 10 78.5
11 75.4 11 80.4 11 87.8 11 78.8
12 83.6 12 72 12 81.8 12 72.4
13 75 13 75.4 13 84.3 13 75.1
14 71.7 14 78.8 14 82 14 79.5
15 78 15 75.7 15 78.4 15 75
16 77.1 16 79.8 16 77.6 16 71.5
17 77.2 17 75.3 17 77.4 17 78.8
18 78.8 18 84.1 18 76.2 18 81
19 74.5 19 81.4 19 85.8 19 74.8
20 86.8 20 84.1 20 77 20 76.9
21 83.1 21 74.5 21 71.8 21 75
22 73 22 72.2 22 74.8 22 76.2
23 76.9 23 72.3 23 77.2 23 79.8
24 74.8 24 74.6 24 79.8 24 80.2
25 76.4 25 77.5 25 76.4 25 72.5
26 76.7 26 74.7 26 77.4 26 73.2
27 77.6 27 80.3 27 74.6 27 74.8
28 72.8 28 78 28 76.3 28 77.2
29 84.7 29 66.8 29 80.2 29 74.5
30 77.1 30 75 30 84.6 30 74.7
31 81.2 31 78.6 31 80.2 31 85.1
32 72.4 32 32 81.8 32 74.6
∑ 2457.7 ∑ 2380.9 ∑ 2503.9 ∑ 2443.7
n 32 n 31 n 32 n 32
76.8 76.8 78.25 76.37
13.71 20.55 16.47 9.16
VII B VII C VII D VII E
x x x x2S 2S
2S 2S
112
Lampiran 17
UJI HOMOGENITAS POPULASI
Hipotesis
H0 : ��� = ���
Ha : Tidak semua : ��� sama, untuk i = 1,2,3,4
Kriteria
H0 diterima jika ᵡ2hitung < ᵡ2
(1-α) (k-1)
Pengujian Hipotesis
Kelas
dk = -1
(dk)
log
(dk)log
VII B 32 31 13.71 425.01 1.14 35.25
VII C 31 30 20.55 616.5 1.31 39.38
VII D 32 31 16.47 510.57 1.22 37.72
VII E 32 31 9.16 283.96 0.96 29.82
∑ 127 123 59.89 1836.04 4.63 142.17
Varians gabungan dari populasi adalah :
Harga satuan B
Untuk α = 5% dengan dk = k-1 = 4 – 1 = 3 diperoleh ᵡ2tabel = 7.815
inin 2Si 2Si 2Si 2Si
92715.14123
04.1836
)1(
)1( 2
2
ni
SiniS
1740.12 LogS
)1()( 2inLogSB
1231740.1
40.144
22 log)1()10( SinBLn i c
17.1424.1443026.2
14.5
113
Grafik kriteria penerimaan H0
Karena ᵡ2hitung < ᵡ2
tabel maka populasi mempunyai varians yang sama ( homogen)
5.14 7.815
114
Lampiran 18
DAFTAR NAMA SISWA
KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL
Kode NAMA SISWA KODE NAMA SISWA
E-01 ACHMAT SHOLEH K-01 ABBRAHAM
E-02 FEBY ARTANI K-02 AFINISA FITRI K
E-03 FELIFE SATRIA K-03 AHMADAN NURWAHYU
E-04 MUHAMMAD LUKMAN K-04 ALWI NUR FAUZI
E-05 SEPTI PURWANINGTYAS K-05 AN NAFI'A N
E-06 WULAN ALIFATUT T K-06 ANGGI IKA PANGESTU
E-07 ALBERTUS DIMAS K-07 ANGGI SUKMA ANJANI
E-08 GEORGE BERNANDO K-08 ARJUNA SUKMA
E-09 LIDIA FEBRI K K-09 CHRYSMAWAN BAGUS
E-10 MUHAMMAD RIFAI S K-10 DANI TRIATMOKO
E-11 SEPTIANA ATIKA S K-11 DELINA INKHIS FEBRI
E-12 YOHANA FRANSISKA S K-12 DESTRIN ARGI W
E-13 ALFINA TASYA K-13 EFELINE NUZULA A
E-14 ANTONIUS BWI W K-14 EMMA PUJI H
E-15 GITA MAULIDA K-15 ESAMUDRA A
E-16 NAMIRA ANJANI K K-16 HERI APRIANTO
E-17 ROBERTUS ANDARU P K-17 ICHSAN KURNIAWAN
E-18 SHELLA YULIANA K-18 IKA NUR FADILAH
E-19 AWAL SUKMA P K-19 JULITH PRIMA H
E-20 HENDRIAWAN YUDHA K-20 KOKOK TRIHATMOKO
E-21 NURDYA APRILIA K-21 LINDA DWI YUSI A
E-22 SYAHRUL HERMANSYAH K-22 MUCHAMAD HARUN
E-23 TITUS YUDHA EKA W K-23 MUHAMAD RIDHO
E-24 BAYU YULIANTO K-24 NIRMALA DEVI A
E-25 KACA SUMAWINATA K-25 OKTAVIA AYU N
E-26 PEGITA LEBIANA K-26 PUJONGGO ADI
E-27 TRISSYA MELLIANA H K-27 ROY ROLANDA A
E-28 DESKAWAMI GILANG K-28 SHAFIRA NASRI M
E-29 DEVI INDAH N K-29 SRI RAHAYU
E-30 KRISNA FEBY A K-30 TRI AJI SUJATMIKO
E-31 SALVA RISMA P K-31 UTAMI CATUR C
E-32 WIDIA KUSUMANING K K-32 YOGA BAGUS P
115
SOAL PRE-TEST
Mapel : IPA Fisika Satuan pendidikan : Sekolah Menengah Pertama
Sekolah : SMP N 22 Semarang Kelas/semester : VII / 2
A. Jawablah pertanyaan dibawah ini ( benar / salah ) disertai dengan alasan !
1. Satuan kalor di dalam Sistem Internasional ( SI ) adalah kalori.
2. Ketika kalian memegang es batu, kalor berpindah dari tangan ke es,
3. Satu kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan tiap 1 kg air, sehingga
suhunya naik 10C.
4. Menguap adalah perubahan wujud zat yang melepas kalor dan
mengembun adalah perubahan wujud zat yang memerlukan kalor.
5. Ketika es melebur, suhu es tersebut tetap.
6. Pada siang hari, kalian akan lebih merasakan panas ketika memakai baju
berwarna gelap daripada baju berwarna cerah.
7. Titik didih air garam lebih tinggi daripada titik didih air murni pada
tekanan yang sama.
8. Memasak air di pantai akan lebih cepat mendidih dibanding memasak air
dipegunungan karena tekanan di pantai lebih besar dari pada tekanan di
pegunungan.
B. Uraian
9. Perhatikan gambar dibawah ini !
c. Bagaimanakah cara kerja dispenser?
d. Bagaimanakah pengaruh kalor terhadap dispenser?
10. Ketika kalian menempelkan tangan kalian ke dinding yang dingin, tangan
kalian akan terasa lebih dingin dan bagian dinding itu akan terasa lebih
hangat. Mengapa demikian?
11. Anis memanaskan besi dan kaca pada tekanan dan massa yang sama.
Benda manakah yang membutuhkan kalor lebih banyak jika suhu
keduanya sama? Berikan simpulanmu ! kalor jenis besi 450 J/KgoC dan
kalor jenis kaca 670 J/KgoC.
Lampiran 19
116
12. Jika kita menginginkan air tetap panas, maka diletakkan dalam dalam
termos. Jelaskan prinsip perpindahan kalor pada termos!
13. Sebutkan faktor – faktor yang dapat mempercepat penguapan !
14. Mengapa pada siang hari yang panas, kita lebih baik memakai baju putih
mengkipap dibandingkan baju hitam?
15. Berapa energi kalor yang diperlukan untuk memanaskan 2 kg besi yang
kalor jenisnya 460 J/kg0C, dari suhu 15 0C sampai 100 0C?
Lampiran 20
DATA PRE-TEST KELAS EKSPERIMEN
NOMOR SOAL SKOR
NO KODE MENILAI MENGIDENTIFIKASI MENGANALISIS MENGEVALUASI MENYIMPULKAN TOTAL % SKOR KATEGORI
1 2 3 4 5 6 7 8 12 13 9 10 14 15 11
1 E-01 2 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 10 16.95 kurang kritis
2 E-02 3 1 0 1 0 2 1 0 1 0 1 3 2 0 1 16 27.12 cukup kritis
3 E-03 1 2 0 1 1 1 1 0 2 0 0 0 1 1 1 12 20.34 kurang kritis
4 E-04 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 3 0 2 0 1 12 20.34 kurang kritis
5 E-05 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 12 20.34 kurang kritis
6 E-06 2 0 0 0 0 3 1 0 1 0 2 1 2 2 1 15 25.42 cukup kritis
7 E-07 1 1 2 1 1 0 1 1 0 0 2 2 0 1 0 13 22.03 kurang kritis
8 E-08 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 4 1 0 0 0 11 18.64 kurang kritis
9 E-09 1 2 1 0 0 1 1 0 0 2 1 0 2 0 1 12 20.34 kurang kritis
10 E-10 3 2 2 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 12 20.34 kurang kritis
11 E-11 1 0 2 1 1 1 1 1 1 2 0 1 2 1 2 17 28.81 cukup kritis
12 E-12 2 2 1 1 1 0 1 0 1 0 2 0 0 0 0 11 18.64 kurang kritis
13 E-13 2 1 1 1 1 2 1 0 1 0 0 1 0 1 0 12 20.34 kurang kritis
14 E-14 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 2 1 0 0 0 8 13.56 kurang kritis
15 E-15 1 1 0 1 1 1 0 1 0 2 1 1 1 0 0 11 18.64 kurang kritis
16 E-16 2 0 0 1 0 3 2 2 0 0 3 1 2 0 0 16 27.12 cukup kritis
17 E-17 1 1 1 0 2 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 10 16.95 kurang kritis
18 E-18 2 0 2 0 2 1 1 0 2 0 3 2 0 1 1 17 28.81 cukup kritis
19 E-19 2 1 1 0 1 0 1 0 2 0 0 1 0 1 0 10 16.95 kurang kritis
20 E-20 3 0 2 0 1 2 1 0 0 0 1 0 1 0 1 12 20.34 kurang kritis
21 E-21 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 3 2 5 0 0 12 20.34 kurang kritis
22 E-22 1 1 0 0 0 2 1 1 0 1 0 0 0 0 0 7 11.86 kurang kritis
23 E-23 1 2 1 0 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 0 15 25.42 cukup kritis
24 E-24 1 1 2 0 0 0 1 0 0 1 2 1 0 0 0 9 15.25 kurang kritis
25 E-25 2 0 1 1 0 0 1 0 2 0 1 0 2 2 1 13 22.03 kurang kritis
26 E-26 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 9 15.25 kurang kritis
27 E-27 2 0 1 0 0 1 1 0 0 0 2 0 0 0 0 7 11.86 kurang kritis
28 E-28 0 2 2 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 9 15.25 kurang kritis
29 E-29 1 1 2 0 2 1 2 1 0 2 2 3 0 0 0 17 28.81 cukup kritis
30 E-30 2 1 0 1 1 2 0 0 0 0 1 0 1 0 1 10 16.95 kurang kritis
31 E-31 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 7 11.86 kurang kritis
32 E-32 1 1 0 1 0 3 2 0 0 2 0 1 1 0 1 13 22.03 kurang kritis
Jumlah 45 30 30 16 20 34 27 15 18 18 41 25 28 16 14 638.98
% rata - rata 46.88 31.25 31.25 16.67 20.83 35.42 28.13 15.63 11.25 11.25 25.63 15.63 17.50 10.00 8.75 19.97 kurang kritis
117
Lampiran 21
DATA PRE-TEST KELAS KONTROL
NOMOR SOAL SKOR
NO KODE MENILAI MENGIDENTIFIKASI MENGANALISIS MENGEVALUASI MENYIMPULKAN TOTAL % SKOR KATEGORI
1 2 3 4 5 6 7 8 12 13 9 10 14 15 11
1 K-01 2 1 1 0 1 1 1 0 0 1 2 1 1 0 1 13 22.03 kurang kritis
2 K-02 1 0 1 0 1 0 0 1 2 0 2 1 2 1 1 13 22.03 kurang kritis
3 K-03 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 1 2 1 0 12 20.34 kurang kritis
4 K-04 1 1 1 1 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 15 25.42 cukup kritis
5 K-05 3 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 25.42 cukup kritis
6 K-06 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 2 1 1 0 0 9 15.25 kurang kritis
7 K-07 0 1 0 1 1 0 0 1 2 1 1 0 1 1 2 12 20.34 kurang kritis
8 K-08 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 2 1 2 1 1 13 22.03 kurang kritis
9 K-09 3 0 1 2 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 2 13 22.03 kurang kritis
10 K-10 1 1 1 0 1 0 1 1 2 0 1 0 1 1 1 12 20.34 kurang kritis
11 K-11 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 2 0 0 0 9 15.25 kurang kritis
12 K-12 2 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13 22.03 kurang kritis
13 K-13 0 0 1 2 1 1 0 0 1 0 2 0 0 1 1 10 16.95 kurang kritis
14 K-14 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 2 1 0 1 2 11 18.64 kurang kritis
15 K-15 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 2 1 1 1 1 11 18.64 kurang kritis
16 K-16 0 0 0 0 1 2 0 0 0 1 3 1 1 0 1 10 16.95 kurang kritis
17 K-17 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 2 0 1 1 0 8 13.56 kurang kritis
18 K-18 3 0 0 1 0 1 0 0 0 1 2 1 1 0 1 11 18.64 kurang kritis
19 K-19 0 0 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 0 2 2 13 22.03 kurang kritis
20 K-20 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 8 13.56 kurang kritis
21 K-21 2 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 10 16.95 kurang kritis
22 K-22 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 6 10.17 kurang kritis
23 K-23 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 2 1 1 0 1 8 13.56 kurang kritis
24 K-24 3 0 0 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 16 27.12 cukup kritis
25 K-25 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 5 8.47 kurang kritis
26 K-26 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 3 2 1 0 2 13 22.03 kurang kritis
27 K-27 1 0 0 3 3 2 0 1 0 0 1 0 0 0 0 11 18.64 kurang kritis
28 K-28 0 0 1 2 0 1 0 1 0 0 2 2 2 0 0 11 18.64 kurang kritis
29 K-29 3 1 1 1 0 2 1 0 1 1 1 0 1 1 2 16 27.12 cukup kritis
30 K-30 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 10 16.95 kurang kritis
31 K-31 0 0 1 0 0 1 0 0 2 2 2 1 1 1 2 13 22.03 kurang kritis
32 K-32 3 0 1 2 0 2 0 0 0 0 0 1 0 2 0 11 18.64 kurang kritis
Jumlah 34 15 21 28 16 31 14 17 21 18 45 26 26 19 30 611.86
% rata - rata 35.42 15.63 21.88 29.17 16.67 32.29 14.58 17.71 13.13 11.25 28.13 16.25 16.25 11.88 18.75 19.12 kurang kritis
118
119
119
SOAL POST-TEST
Mapel : IPA Fisika Satuan pendidikan : Sekolah Menengah Pertama
Sekolah : SMP N 22 Semarang Kelas/semester : VII / 2
C. Jawablah pertanyaan dibawah ini ( benar / salah ) disertai dengan alasan !
21. Satuan kalor di dalam Sistem Internasional ( SI ) adalah kalori.
22. Ketika kalian memegang es batu, kalor berpindah dari tangan ke es,
23. Satu kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan tiap 1 kg air, sehingga
suhunya naik 10C.
24. Menguap adalah perubahan wujud zat yang melepas kalor dan
mengembun adalah perubahan wujud zat yang memerlukan kalor.
25. Ketika es melebur, suhu es tersebut tetap.
26. Pada siang hari, kalian akan lebih merasakan panas ketika memakai baju
berwarna gelap daripada baju berwarna cerah.
27. Titik didih air garam lebih tinggi daripada titik didih air murni pada
tekanan yang sama.
28. Memasak air di pantai akan lebih cepat mendidih dibanding memasak air
dipegunungan karena tekanan di pantai lebih besar dari pada tekanan di
pegunungan.
D. Uraian
29. Perhatikan gambar dibawah ini !
e. Bagaimanakah cara kerja dispenser?
f. Bagaimanakah pengaruh kalor terhadap dispenser?
30. Ketika kalian menempelkan tangan kalian ke dinding yang dingin, tangan
kalian akan terasa lebih dingin dan bagian dinding itu akan terasa lebih
hangat. Mengapa demikian?
31. Anis memanaskan besi dan kaca pada tekanan dan massa yang sama.
Benda manakah yang membutuhkan kalor lebih banyak jika suhu
keduanya sama? Berikan simpulanmu ! kalor jenis besi 450 J/KgoC dan
kalor jenis kaca 670 J/KgoC.
Lampiran 22
32. Jika kita menginginkan air tetap panas, maka diletakkan dalam dalam
termos. Jelaskan prinsip perpindahan kalor pada termos!
33. Sebutkan faktor – faktor yang dapat mempercepat penguapan !
34. Mengapa pada siang hari yang panas, kita lebih baik memakai baju putih
mengkipap dibandingkan baju hitam?
35. Berapa energi kalor yang diperlukan untuk memanaskan 2 kg besi yang
kalor jenisnya 460 J/kg0C, dari suhu 15 0C sampai 100 0C?
121
Lampiran 23
DATA POST-TEST KELAS EKSPERIMEN
NOMOR SOAL SKOR
NO KODE MENILAI MENGIDENTIFIKASI MENGANALISIS MENGEVALUASI MENYIMPULKAN TOTAL % SKOR KATEGORI
1 2 3 4 5 6 7 8 12 13 9 10 14 15 11
1 E-01 1 1 2 1 1 3 3 3 2 2 2 2 4 3 2 32 54.24 kritis
2 E-02 2 3 1 3 3 3 2 3 5 5 4 3 5 5 4 51 86.44 sangat kritis
3 E-03 3 3 1 2 1 3 1 2 5 5 3 2 5 5 2 43 72.88 kritis
4 E-04 3 1 1 3 0 3 1 1 5 5 4 2 5 5 1 40 67.80 kritis
5 E-05 1 3 2 2 1 2 3 1 2 2 3 3 3 5 2 35 59.32 kritis
6 E-06 1 3 1 1 1 1 1 3 3 5 5 4 5 5 2 41 69.49 kritis
7 E-07 1 3 1 1 1 1 2 1 3 1 3 2 5 5 3 33 55.93 kritis
8 E-08 2 2 2 3 3 3 3 1 3 2 3 2 3 5 0 37 62.71 kritis
9 E-09 3 3 1 3 1 3 1 1 3 1 4 4 3 5 1 37 62.71 kritis
10 E-10 2 3 3 3 3 3 3 2 5 2 0 3 4 2 2 40 67.80 kritis
11 E-11 1 3 1 1 2 3 3 3 5 5 4 2 5 5 4 47 79.66 sangat kritis
12 E-12 1 2 1 2 1 3 2 1 5 5 0 2 5 5 2 37 62.71 kritis
13 E-13 1 3 1 1 1 3 3 1 5 1 3 3 3 5 4 38 64.41 kritis
14 E-14 3 3 1 3 1 1 1 1 3 1 3 4 3 4 0 32 54.24 kritis
15 E-15 1 3 1 1 1 3 2 1 3 2 3 2 3 5 4 35 59.32 kritis
16 E-16 1 3 1 3 1 3 3 3 5 5 4 4 5 5 4 50 84.75 sangat kritis
17 E-17 1 3 0 3 2 3 3 3 5 0 3 3 5 0 0 34 57.63 kritis
18 E-18 2 3 1 3 3 3 1 2 5 5 4 2 3 5 4 46 77.97 sangat kritis
19 E-19 1 3 3 3 2 2 1 3 5 1 3 2 5 0 0 34 57.63 kritis
20 E-20 1 1 1 1 1 3 2 1 5 5 0 1 5 3 0 30 50.85 kritis
21 E-21 3 1 1 3 0 3 1 1 5 5 4 2 5 5 1 40 67.80 kritis
22 E-22 1 1 2 1 1 3 3 3 1 1 2 2 4 0 2 27 45.76 cukup kritis
23 E-23 1 3 1 1 2 1 1 3 5 5 5 4 5 5 3 45 76.27 sangat kritis
24 E-24 1 3 1 3 2 2 1 3 5 1 3 2 5 4 2 38 64.41 kritis
25 E-25 1 3 1 3 3 3 2 1 5 5 4 2 3 5 4 45 76.27 sangat kritis
26 E-26 1 3 1 3 1 3 3 1 5 5 3 2 3 5 0 39 66.10 kritis
27 E-27 3 2 0 1 1 1 1 1 5 2 3 2 3 2 4 31 52.54 kritis
28 E-28 1 1 2 1 1 3 3 3 1 1 2 2 4 0 2 27 45.76 cukup kritis
29 E-29 3 1 1 3 1 3 2 2 5 5 4 3 5 5 3 46 77.97 sangat kritis
30 E-30 1 0 1 3 1 0 3 1 4 1 2 3 5 5 1 31 52.54 kritis
31 E-31 2 2 3 3 1 2 2 3 5 2 3 3 5 2 2 40 67.80 kritis
32 E-32 1 3 1 3 3 3 3 2 5 5 4 3 5 5 4 50 84.75 sangat kritis
Jumlah 51 75 41 71 47 79 66 61 133 98 97 82 136 125 69 2086.4
% rata - rata 53.13 78.13 42.71 73.96 48.96 82.29 68.75 63.54 83.13 61.25 60.63 51.25 85.00 78.13 43.13 65.20 kritis
Jumlah 511.46 144.38 196.88
% rata - rata 63.93 72.19 65.63
121
Lampiran24
DATA POST-TEST KELAS KONTROL
NOMOR SOAL SKOR
NO KODE MENILAI MENGIDENTIFIKASI MENGANALISIS MENGEVALUASI MENYIMPULKAN TOTAL % SKOR KATEGORI
1 2 3 4 5 6 7 8 12 13 9 10 14 15 11
1 K-01 1 3 3 1 1 3 0 1 0 4 0 2 3 2 0 24 40.68 cukup kritis
2 K-02 3 1 2 2 3 3 3 1 2 1 1 2 4 1 2 31 52.54 kritis
3 K-03 2 2 3 1 1 2 1 1 4 1 3 2 4 1 2 30 50.85 kritis
4 K-04 1 3 1 3 3 3 2 2 4 4 4 2 5 4 4 45 76.27 sangat kritis
5 K-05 3 3 3 1 1 3 1 1 5 4 5 5 5 1 5 46 77.97 sangat kritis
6 K-06 1 1 2 1 1 1 3 3 2 1 3 2 2 2 0 25 42.37 cukup kritis
7 K-07 0 1 1 2 1 3 3 2 3 5 3 3 3 0 0 30 50.85 kritis
8 K-08 1 3 3 3 2 1 2 1 1 1 3 2 4 1 3 31 52.54 kritis
9 K-09 3 1 0 3 1 3 1 1 3 2 0 3 5 0 0 26 44.07 cukup kritis
10 K-10 2 3 3 3 1 3 3 3 4 3 5 3 3 2 0 41 69.49 kritis
11 K-11 1 0 2 1 1 2 3 2 5 4 0 5 4 3 0 33 55.93 kritis
12 K-12 3 3 2 1 1 2 3 3 0 5 2 3 4 0 2 34 57.63 kritis
13 K-13 3 1 1 3 3 3 2 1 5 5 3 3 5 2 0 40 67.80 kritis
14 K-14 1 1 1 1 1 1 2 2 5 5 3 4 3 0 0 30 50.85 kritis
15 K-15 3 3 0 3 3 3 1 3 0 5 1 3 1 0 1 30 50.85 kritis
16 K-16 1 1 0 1 1 1 3 1 2 3 3 2 5 0 0 24 40.68 cukup kritis
17 K-17 1 2 1 3 1 1 1 1 3 4 2 2 3 2 3 30 50.85 kritis
18 K-18 3 3 1 3 3 3 1 1 5 5 2 3 3 0 1 37 62.71 kritis
19 K-19 1 3 3 0 1 3 3 1 5 5 5 5 5 5 3 48 81.36 sangat kritis
20 K-20 1 2 1 3 1 3 0 1 4 2 2 3 5 2 2 32 54.24 kritis
21 K-21 3 3 0 3 3 3 1 3 0 5 1 4 1 0 1 31 52.54 kritis
22 K-22 3 3 0 3 1 3 2 1 4 2 4 3 4 0 0 33 55.93 kritis
23 K-23 1 0 1 2 1 1 1 1 5 5 3 2 5 0 5 33 55.93 kritis
24 K-24 3 1 3 3 1 3 3 1 5 5 2 3 5 5 5 48 81.36 sangat kritis
25 K-25 2 1 3 1 1 3 3 1 3 3 2 2 5 3 2 35 59.32 kritis
26 K-26 1 2 1 3 1 3 3 1 5 3 5 2 5 5 2 42 71.19 kritis
27 K-27 1 3 3 0 1 1 1 1 5 3 5 2 3 2 2 33 55.93 kritis
28 K-28 1 3 3 1 1 3 1 1 5 5 5 5 5 5 5 49 83.05 sangat kritis
29 K-29 3 2 1 2 2 2 2 2 3 3 5 3 3 2 3 38 64.41 kritis
30 K-30 1 3 0 1 2 3 1 1 3 5 4 3 3 3 5 38 64.41 kritis
31 K-31 3 1 3 1 1 3 3 1 4 5 4 0 5 3 0 37 62.71 kritis
32 K-32 3 2 1 3 1 3 1 1 5 5 3 3 3 3 3 40 67.80 kritis
Jumlah 60 64 52 62 47 78 60 47 109 118 93 91 123 59 61 1905.1
% rata - rata 62.50 66.67 54.17 64.58 48.96 81.25 62.50 48.96 68.13 73.75 58.13 56.88 76.88 36.88 38.13 59.53 kritis
Jumlah 489.58 141.88 191.88
% rata - rata 61.20 70.94 63.96
12
2
123
Lampiran 25
HipotesisHo Data berdistribusi normalHa Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:Rumus yang digunakan:
Kriteria yang digunakanHo diterima jika c
2 < c
2 tabel
Pengujian HipotesisNilai maksimal = Panjang Kelas = 6.78Nilai minimal = Rata-rata ( x ) =Rentang = s =Banyak kelas = n =
Oi
45.00 - 352.00 - 759.00 - 766.00 - 673.00 - 580.00 - 4
c² =Untuk a = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 10 diperoleh c² tabel =
Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
58.00 51.50 -1.22-1.84 0.0786 2.5160
32
Ei
0.09315.2512
(Oi-Ei)²Ei
12.7495 6.00440.1564 5.0050 0.00000.3984
0.46730.16410.3887
0.03670.5824
65.00 58.50 -0.60 0.22467.4058
0.23520.2314
UJI NORMALITAS POST -TEST KELAS EKSPERIMEN
86.4445.76 65.2040.68 11.246
Kelas IntervalBatas Kelas
Z untuk batas kls.Peluang untuk Z
Luas Kls. Untuk Z
7.5253
51.00 44.50
0.266879.0086.00 79.50 1.27 0.3984
72.50 0.65 0.242072.00 65.50 0.03 0.0106
6.9835
6.98 11.07
11.0705
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
0 20 40 60 80 100
Frekuensi
Nilai Post-test
c
k
1i i
2ii2
E
EO
124
Lampiran 26
HipotesisHo Data berdistribusi normalHa Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:Rumus yang digunakan:
Kriteria yang digunakanHo diterima jika c2
< c2 tabel
Pengujian HipotesisNilai maksimal = Panjang Kelas = 7.06Nilai minimal = Rata-rata ( x ) =Rentang = s =Banyak kelas = n =
Oi
40.00 - 448.00 - 956.00 - 864.00 - 672.00 - 280.00 - 3
c² =Untuk a = 5%, dengan dk = 9 - 1 = 8 diperoleh c² tabel =
Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
10.7074
11.0705
10.71 11.07
3.5480 0.675487.00 79.50 1.67 0.4528 0.4528 14.4894 9.110579.00 71.50 1.00 0.3419 0.1109
8.3982 0.018971.00 63.50 0.33 0.1301 0.2118 6.7774 0.089263.00 55.50 -0.34 0.1323 0.262455.00 47.50 -1.01 0.3433 0.2110 6.7520 0.748547.00 39.50 -1.68 0.4534 0.1100
Kelas Interval Batas Kelas
Z untuk batas kls. Peluang untuk Z
Luas Kls. Untuk Z
Ei(Oi-Ei)²
Ei3.5215 0.0650
42.37 11.946 32
83.0540.68 59.53
UJI NORMALITAS POST TEST KELAS KONTROL
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
0 20 40 60 80 100
Nilai Post test
Frekuensi
c
k
1i i
2ii2
E
EO
125
Lampiran 27
Hipotesis :
Ho : σ12 = σ2
2 ( Varians homogen )
Ha : σ12 > σ2
2 ( Varians tidak homogen )
Uji Hipotesis :
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus :
Kriteria :
Ho diterima jika F hitung ≤ Ftabel
Data yang diperoleh :
Berdasarkan rumus, maka diperoleh :
F= =
Pada α = 5 % dengan
dk pembilang = nb-1 = 32 - 1 = 31dk penyebut = nk-1 = 32 - 1 = 31
Ftabel =
Karena Fhitung ≤ Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai varians yang sama
1.821.13
1.82
142.49
126.23
1.13
Sumber variasi
Jumlah
n
UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA POST TEST ANTARA
KELOMPOK EKSPERIMEN DENGAN KELOMPOK KONTROL
Eksperimen Kontrol
2086.46 1905.11
x
Varians ( s2 )
Standart deviasi ( s )
32 32
65.20
126.23
11.24
59.53
142.49
11.94
Daerah penerimaan Ho
Fα(nb-1):(nk-1)
Daerah penerimaan Ho
126
Lampiran 28
UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA (UJI t PIHAK KANAN)
DATA HASIL POST-TEST KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
Hipotesis
Ho : < (berpikir kritis kelas eksperimen lebih rendah atau sama dengan berpikir kritis kelas kontrol)
Ha : > (berpikir kritis kelas eksperimen lebih besar dari berpikir kritis kelas kontrol)
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
Dimana,
Dari data diperoleh:
t = -
+ - 0.163 2 2.2
-
=
Pada a = 5% dengan dk = 32 + 32 - 2 = 62 diperoleh ttabel =
1.67
Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis kelas eksperimen lebih baik dari pada berpikir kritis kelas kontrol
32
=5.67
8.6 0.70
=5.67
7.93481
2.01353106
1.67
2.01
=5.67
126.2 150.12
32
11.24 12.25
32 32 32 32
11.24+
12.25- 2 0.08
Standart deviasi (s) 11.24 12.25
65.20 59.53
x 65.20 59.53
Varians (s2) 126.2319 150.1205
Jumlah 2086 1905
n 32 32
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
m1 m2
m1 m2
Sumber variasi
Daerah penerimaan Ho
2 2
2
2
1
1
21
2
2
2
1
21
n
ssr2
xx t
n
ss
127
Kelas kontrol
siswa siswaNo kode pre test post test No kode pre test post test
1 E-01 15.25 54.24 0.46 sedang 1 K-01 22.03 40.68 0.24 rendah
2 E-02 27.12 86.44 0.81 tinggi 2 K-02 22.03 52.54 0.39 sedang
3 E-03 22.03 72.88 0.65 sedang 3 K-03 15.25 50.85 0.42 sedang
4 E-04 20.34 67.8 0.60 sedang 4 K-04 30.51 76.27 0.66 sedang
5 E-05 23.73 59.32 0.47 sedang 6 K-05 28.81 77.97 0.69 sedang
6 E-06 25.42 69.49 0.59 sedang 7 K-06 15.25 42.37 0.32 sedang
7 E-07 22.03 55.93 0.43 sedang 8 K-07 18.64 50.85 0.40 sedang
8 E-08 18.64 62.71 0.54 sedang 9 K-08 11.86 52.54 0.46 sedang
9 E-09 20.34 62.71 0.53 sedang 10 K-09 22.03 44.07 0.28 rendah
10 E-10 20.34 67.8 0.60 sedang 11 K-10 27.12 69.49 0.58 sedang
11 E-11 28.81 79.66 0.71 tinggi 13 K-11 15.25 55.93 0.48 sedang
12 E-12 18.64 62.71 0.54 sedang 14 K-12 13.56 57.63 0.51 sedang
13 E-13 20.34 64.41 0.55 sedang 5 K-13 16.95 67.8 0.61 sedang
14 E-14 13.56 54.24 0.47 sedang 12 K-14 18.64 50.85 0.40 sedang
15 E-15 20.34 59.32 0.49 sedang 15 K-15 13.56 50.85 0.43 sedang
16 E-16 27.12 84.75 0.79 tinggi 16 K-16 16.95 40.68 0.29 rendah
17 E-17 16.95 57.63 0.49 sedang 17 K-17 13.56 50.85 0.43 sedang
18 E-18 28.81 77.97 0.69 sedang 18 K-18 18.64 62.71 0.54 sedang
19 E-19 16.95 57.63 0.49 sedang 19 K-19 22.03 81.36 0.76 tinggi
20 E-20 20.34 50.85 0.38 sedang 20 K-20 13.56 54.24 0.47 sedang
21 E-21 20.34 67.8 0.60 sedang 21 K-21 13.56 52.54 0.45 sedang
22 E-22 11.86 45.76 0.38 sedang 22 K-22 10.17 55.93 0.51 sedang
23 E-23 25.42 76.27 0.68 sedang 23 K-23 13.56 55.93 0.49 sedang
24 E-24 15.25 64.41 0.58 sedang 24 K-24 32.2 81.36 0.73 tinggi
25 E-25 22.03 76.27 0.70 sedang 25 K-25 8.47 59.32 0.56 sedang
26 E-26 15.25 66.1 0.60 sedang 26 K-26 22.03 71.19 0.63 sedang
27 E-27 11.86 52.54 0.46 sedang 27 K-27 18.64 55.93 0.46 sedang
28 E-28 15.25 45.76 0.36 sedang 28 K-28 18.64 83.05 0.79 tinggi
29 E-29 28.81 77.97 0.69 sedang 29 K-29 32.2 64.41 0.48 sedang
30 E-30 16.95 52.54 0.43 sedang 30 K-30 11.86 64.41 0.60 sedang
31 E-31 6.78 67.8 0.65 sedang 31 K-31 35.59 62.71 0.42 sedang
32 E-32 22.03 84.75 0.80 tinggi 32 K-32 18.64 67.8 0.60 sedang
∑ 638.93 2086.46 ∑ 611.7919.97 65.20 19.12
=
=
kriteria nilai g g > 0,7 tinggi0,3 ≤ g ≤ 0,7 sedang g < 0,3 rendah
Lampiran 29
skor nilai
Kelas eksperimen
UJI GAIN PENINGKATAN RATA-RATA BERPIKIR KRITIS SISWA
skor rata-rata tes awal (%)
skor rata-rata tes akhir (%)
gain keteranganketerangangain
� ̅ � ̅
pre
prepost
S
SSg
00100
preS
postS
128
UJI GAIN KELAS EKPERIMEN
65.20% - 19.97%
= = 0.57 <g> = sedang
100% - 19.97%
UJI GAIN KELAS KONTROL
59.53% - 19.12%
= = 0.50 <g> = sedang
100% - 19.12%
g
g
129
KISI – KISI ANGKET
SIKAP SISWA TERHADAP PENGURANGAN RISIKO BENCANA (PRB)
Lampiran 30
UJI SIGNIFIKASI TERNORMALISASI GAIN
ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
Hipotesis
Ho : = (Tidak terdapat perbedaan peningkatan berpikir kritis yang signifikan
antara kelas eksperimen dam kelas kontrol)
Ha : ≠ (Terdapat perbedaan peningkatan berpikir kritis yang signifikan antara
kelas eksperimen dam kelas kontrol)
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
Dari data diperoleh:
t = -
+ - 0.116 2 2.1
-
=
Pada a = 5% dengan dk = 32 + 32 - 2 = 62 diperoleh ttabel =
2.00
Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan berpikir kritis yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol
32
=5.67
8.4 0.48
=5.67
7.88398
2.0200119
2.00
2.020
=5.67
126.2 141.51
32
11.24 11.90
32 32 32 32
11.24+
11.90- 2 0.06
Standart deviasi (s) 11.24 11.90
65.20 59.53
x 65.20 59.53
Varians (s2) 126.2319 141.5136
Jumlah 2086 1905
n 32 32
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
m1 m2
m1 m2
Sumber variasi
Daerah penerimaan Ho
2 2
2
2
1
1
21
2
2
2
1
21
n
ssr2
xx t
n
ss
Lampiran 31
130
No Indikator Pemahaman PRB No. Pernyataan 1 Pencegahan
Mengetahui cara-cara mencegah terjadinya kebakaran
2,3,5,6,7,8,9,10,12
2 Mitigasi Tindakan struktural Tindakan non struktural
11 13,15
3 Kesiapsiagaan Mengetahui tanda-tanda /
penyebab terjadinya kebakaran
Mengetahui tindakan-tindakan yang harus di lakukan sebelum kebakaran, pada saat terjadi kebakaran dan setelah terjadi kebakaran.
1,4 14,16,17 18,19,20
131
Angket
Sikap Siswa terhadap Pengurangan Risiko Bencana
Nama :
Silahkan isi angket dibawah ini menurut pendapat kalian. Angket ini tidak
mempengaruhi nilai IPA kalian . Selamat bekerja , terima kasih
No Aspek yang diungkap/ indikator aspek
Sangat
setuju
Setuju Tidak
setuju
sangat
tidak
setuju
1 Menurut saya, musim kemarau adalah gejala
awal kebakaran hutan
2 Saya senang bermain petasan
3 Saya selalu memadamkan kompor ketika
selesai memasak
4 Membuang puntung korek api di semak-
semak tidak akan menyebabkan kebakaran
5 Saya akan menjauhkan benda-benda yang
mudah terbakar ketika menyalakan lilin
6 Saya sering menyalakan obat nyamuk bakar
di dekat kasur
7 Saya memadamkan listrik jika sudah tidak
dipakai
8 Kompor sebaiknya diletakkan didekat
dinding rumah
9 Saya tidak akan tidur ketika memasak air
10 Saya sering memasang stop kontak yang
bertumpuk-tumpuk
11 Saya tidak suka bermain listrik dan akan
meminta bantuan ayah untuk membenarkan
aliran listrik ketika terjadi hubung singkat
12 Saya membakar sampah walaupun angin
bertiup kencang
Lampiran 32
132
13 Saya senang mengikuti penyuluhan tentang
kebakaran
14 Saya akan takut dan gugup ketika
mendengar bunyi alarm kebakaran
15 Ketika terjadi kebakaran saya menyalakan
alarm kebakaran
16 Saya tidak suka membaca artikel tentang
kebakaran
17 Jika saya terjebak dalam ruangan saat
kebakaran, saya akan menutup celah pintu
dengan kain atau handuk basah
18 Saya akan menyiramkan air pada kebakaran
yang disebabkan oleh minyak
19 Saya akan menyiram luka bakar yang baru
dengan air dingin
20 Saya akan membubuhi odol,mentega, atau
kecap pada luka bakar
Lampiran 33
DATA ANGKET SIKAP SISWA TERHADAP PENGURANGAN RISIKO BENCANA KELAS EKSPERIMEN
NOMOR PERNYATAAN
NO KODE PENCEGAHAN MITIGASI KESIAPSIGAAN skor
2 3 5 6 7 8 9 10 12 11 13 15 1 4 14 16 17 18 19 20 total % skor kriteria
1 E-01 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 0 2 4 3 2 4 2 2 2 62 77.5 sangat baik
2 E-02 4 4 3 3 3 2 1 4 3 4 3 2 3 3 3 4 4 1 2 3 59 73.75 baik
3 E-03 3 4 2 3 4 2 4 3 4 4 3 4 3 3 4 2 3 2 3 2 62 77.5 sangat baik
4 E-04 3 4 3 0 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 2 59 73.75 baik
5 E-05 3 4 3 3 4 3 1 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 58 72.5 baik
6 E-06 4 4 4 3 4 2 2 3 4 4 2 4 3 3 2 3 4 2 3 2 62 77.5 sangat baik
7 E-07 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 54 67.5 baik
8 E-08 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 2 3 2 1 3 2 62 77.5 sangat baik
9 E-09 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 2 3 72 90 sangat baik
10 E-10 3 4 4 4 4 1 4 3 4 4 4 3 2 3 2 4 3 1 3 4 64 80 sangat baik
11 E-11 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 3 4 3 4 2 2 3 2 68 85 sangat baik
12 E-12 3 4 4 3 4 2 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 68 85 sangat baik
13 E-13 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 1 4 4 2 2 2 67 83.75 sangat baik
14 E-14 4 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 4 2 3 2 2 2 2 55 68.75 baik
15 E-15 3 4 3 1 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 59 73.75 baik
16 E-16 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 3 3 2 70 87.5 sangat baik
17 E-17 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 2 62 77.5 sangat baik
18 E-18 4 4 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 1 61 76.25 sangat baik
19 E-19 4 4 4 4 3 2 4 3 3 4 3 4 3 4 2 3 3 3 1 4 65 81.25 sangat baik
20 E-20 3 4 4 3 4 1 3 3 4 4 2 4 4 4 4 3 3 1 3 1 62 77.5 sangat baik
21 E-21 3 4 3 1 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 59 73.75 baik
22 E-22 2 4 4 4 4 2 4 4 3 4 2 4 3 4 3 4 2 4 4 4 69 86.25 sangat baik
23 E-23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 2 4 4 3 3 3 72 90 sangat baik
24 E-24 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 4 4 3 3 3 3 1 3 2 62 77.5 sangat baik
25 E-25 3 4 3 1 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 1 3 2 59 73.75 baik
26 E-26 4 4 4 3 0 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 2 65 81.25 sangat baik
27 E-27 3 3 4 3 3 2 1 3 3 4 3 4 4 4 2 3 2 3 2 3 59 73.75 baik
28 E-28 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 2 4 4 4 3 3 2 3 3 4 70 87.5 sangat baik
29 E-29 3 4 3 3 4 3 3 4 2 3 4 3 4 4 2 3 1 2 2 2 59 73.75 baik
30 E-30 2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 4 3 3 3 4 4 2 69 86.25 sangat baik
31 E-31 4 4 4 3 4 3 1 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 2 2 65 81.25 sangat baik
32 E-32 3 4 4 4 4 3 2 3 3 3 3 4 3 4 2 4 3 3 3 3 65 81.25 sangat baik
Jumlah 106 125 115 101 112 88 103 109 104 116 100 111 99 116 85 102 95 74 86 77 2530
% rata - rata 82.81 97.66 89.84 78.91 87.50 68.75 80.47 85.16 81.25 90.63 78.13 86.72 77.34 90.63 66.41 79.69 74.22 57.81 67.19 60.16 79.06 sangat baik
133
Lampiran 34
DATA ANGKET SIKAP SISWA TERHADAP PENGURANGAN RISIKO BENCANA KELAS KONTROL
NOMOR PERNYATAAN
NO PENCEGAHAN MITIGASI KESIAPSIGAAN skor
KODE 2 3 5 6 7 8 9 10 12 11 13 15 1 4 14 16 17 18 19 20 total % skor kriteria
1 K-01 1 4 4 4 3 2 4 4 1 4 3 4 2 3 2 3 2 2 3 3 58 72.5 baik
2 K-02 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 2 3 2 3 2 58 72.5 baik
3 K-03 2 3 2 4 1 3 4 3 4 4 2 4 2 2 2 4 3 1 2 2 54 67.5 baik
4 K-04 3 4 3 4 3 2 3 4 3 4 3 4 3 4 2 3 4 1 3 1 61 76.25 sangat baik
5 K-05 3 3 4 4 4 3 3 4 2 2 2 4 4 4 2 4 3 2 3 2 62 77.5 sangat baik
6 K-06 2 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 2 61 76.25 sangat baik
7 K-07 23 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 1 3 1 72 90 sangat baik
8 K-08 1 4 4 4 4 2 4 4 4 4 1 4 2 3 1 3 4 1 3 1 58 72.5 baik
9 K-09 1 4 4 4 4 2 4 4 4 4 1 4 2 3 1 3 4 1 4 1 59 73.75 baik
10 K-10 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 1 3 2 2 2 3 2 3 3 4 60 75 sangat baik
11 K-11 3 4 4 3 4 2 3 3 3 4 3 4 3 3 2 2 2 2 3 3 60 75 sangat baik
12 K-12 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 1 3 3 70 87.5 sangat baik
13 K-13 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 3 3 66 82.5 sangat baik
14 K-14 2 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 1 56 70 baik
15 K-15 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 2 4 67 83.75 sangat baik
16 K-16 2 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 57 71.25 baik
17 K-17 2 4 4 4 3 2 4 4 2 4 3 4 2 3 2 3 3 4 2 1 60 75 sangat baik
18 K-18 3 4 4 3 4 2 3 3 3 4 2 4 3 1 2 2 2 1 3 4 57 71.25 baik
19 K-19 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 1 2 3 63 78.75 sangat baik
20 K-20 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 2 1 1 67 83.75 sangat baik
21 K-21 3 4 4 4 4 2 3 3 2 2 2 3 4 2 2 2 3 1 3 1 54 67.5 baik
22 K-22 3 4 3 4 3 2 3 4 3 4 3 4 4 4 2 3 0 1 3 1 58 72.5 baik
23 K-23 1 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 1 2 55 68.75 baik
24 K-24 4 4 3 3 2 2 4 4 4 4 3 4 3 3 1 3 2 4 3 1 61 76.25 sangat baik
25 K-25 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 2 2 2 2 1 3 4 62 77.5 sangat baik
26 K-26 3 4 4 3 4 3 4 3 2 3 3 4 3 4 2 1 3 1 3 2 59 73.75 baik
27 K-27 3 3 4 4 4 2 3 4 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 2 64 80 sangat baik
28 K-28 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 2 70 87.5 sangat baik
29 K-29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 2 3 58 72.5 baik
30 K-30 2 4 4 2 4 2 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 60 75 sangat baik
31 K-31 3 4 4 4 1 2 4 4 4 4 2 4 3 3 3 3 2 3 4 2 63 78.75 sangat baik
32 K-32 3 4 4 3 4 2 2 4 4 4 4 4 3 3 2 2 4 2 2 3 63 78.75 sangat baik
Jumlah 108 119 116 111 110 80 107 114 100 112 88 117 97 102 70 90 91 66 86 69 2441.25
% rata - rata 84.38 92.97 90.63 86.72 85.94 62.50 83.59 89.06 78.13 87.50 68.75 91.41 75.78 79.69 54.69 70.31 71.09 51.56 67.19 53.91 76.29 sangat baik
134
Lampiran 35
HipotesisHo Data berdistribusi normalHa Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:Rumus yang digunakan:
Kriteria yang digunakanHo diterima jika c2 < c2 tabel
Pengujian HipotesisNilai maksimal = Panjang Kelas = 3.75Nilai minimal = Rata-rata ( x ) =Rentang = s =Banyak kelas = n =
Oi
67.00 - 471.00 - 675.00 - 879.00 - 583.00 - 587.00 - 4
c² =
Untuk a = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh c² tabel =
Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
10.0281
11.0705
10.03 11.07
5.6316 0.070890.00 86.50 1.25 0.3938 0.3938 12.6004 5.870286.00 82.50 0.58 0.2178 0.1760
7.6881 0.012782.00 78.50 -0.09 0.0376 0.2553 8.1709 1.230578.00 74.50 -0.76 0.2778 0.2403
1.8555 2.478674.00 70.50 -1.44 0.4244 0.1466 4.6910 0.365370.00 66.50 -2.11 0.4824 0.0580
5.976 32
Kelas Interval Batas Kelas
Z untuk batas kls. Peluang untuk Z
Luas Kls. Untuk Z
Ei(Oi-Ei)²
Ei
22.50
90.0067.50 79.06
UJI NORMALITAS ANGKET SIKAP SISWA TERGADAP PENGURANGAN RISIKO BENCANA KELAS EKSPERIMEN
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
0 20 40 60 80 100
skor angket
Frekuensi
c
k
1i i
2ii2
E
EO
136
Lampiran 36
HipotesisHo Data berdistribusi normalHa Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:Rumus yang digunakan:
Kriteria yang digunakanHo diterima jika c
2 < c
2 tabel
Pengujian HipotesisNilai maksimal = Panjang Kelas = 3.75Nilai minimal = Rata-rata ( x ) =Rentang = s =Banyak kelas = n =
Oi
67.00 - 471.00 - 875.00 - 979.00 - 583.00 - 387.00 - 3
c² =Untuk a = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 10 diperoleh c² tabel =
Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
Frekuensi
10.0560
10.06 11.07
11.0705
0.449486.0090.00 86.50 1.78 0.4627
82.50 1.08 0.360982.00 78.50 0.39 0.150278.00 74.50 -0.31 0.1226
6.74040.27290.2106
UJI NORMALITAS ANGKET SIKAP SISWA TERGADAP PENGURANGAN RISIKO BENCANA KELAS KONTROL
90.0067.50 76.2922.50 5.736
Kelas IntervalBatas Kelas
Z untuk batas kls.Peluang untuk Z
Luas Kls. Untuk Z
8.7312
70.00 66.50
32
Ei
0.04557.0816
(Oi-Ei)²Ei
14.8056 9.41350.1018 3.2573 0.02030.4627
0.45630.22130.3439
0.00830.1191
0.112474.00 70.50 -1.01
-1.71 3.5956
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
0 20 40 60 80 100
c
k
1i i
2ii2
E
EO
137
Lampiran 37
Hipotesis :
Ho : σ12 = σ2
2 ( Varians homogen )
Ha : σ12 > σ2
2 ( Varians tidak homogen )
Uji Hipotesis :
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus :
Kriteria :
Ho diterima jika F hitung ≤ Ftabel
Data yang diperoleh :
Berdasarkan rumus, maka diperoleh :
F= =
Pada α = 5 % dengan
dk pembilang = nb-1 = 32 - 1 = 31
dk penyebut = nk-1 = 32 - 1 = 31
Ftabel =
Karena Fhitung ≤ Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai varians yang sama
1.821.08
1.82
35.58
32.81
1.08
Sumber variasi
Jumlah
n
UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA ANGKET ANTARA
KELOMPOK EKSPERIMEN DENGAN KELOMPOK KONTROL
Eksperimen Kontrol
2530 2441.25
x
Varians ( s2 )
Standart deviasi ( s )
32 32
79.06
35.58
5.97
76.29
32.81
5.73
Daerah penerimaan Ho
Fα(nb-1):(nk-1)
Daerah penerimaan Ho
138
Lampiran 38
UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA (UJI t PIHAK KANAN) DATA ANGKET SIKAP SISWA TERHADAP
PENGURANGAN RISIKO BENCANA ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
Hipotesis
Ho : < (sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana lebih rendah atau sama dengan
sikap siswa terhadap pengurangan eisiko bencana kelas kontrol)
Ha : > (sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana lebih besar daripada sikap siswa
terhadap pengurangan eisiko bencana kelas kontrol)
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
Dimana,
Dari data diperoleh:
t = -
+ - 0.326 1 1
-
=
Pada a = 5% dengan dk = 32+32-2 = 62 diperoleh t(0.975)(62) =
1.67 2.08
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
m1 m2
m1 m2
Sumber variasi
Jumlah 2530 2441
n 32 32
x 79.06 76.28
Varians (s2) 35.5847 32.8814
Standart deviasi (s) 5.97 5.73
79.06 76.28
5.97 5.73
32 32 32 32
5.97+
5.73- 2 0.16
=2.79
35.6 32.88
32
Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol
32
=2.79
2.1 0.35
=2.79
1.79144
2.08
1.67
Daerah penerimaan Ho
2 2
2
2
1
1
21
2
2
2
1
21
n
ssr2
xx t
n
ss
139
Lampiran 39
DATA LEMBAR OBSERVASI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS KELAS EKSPERIMEN
Observer 1 observer 2 observer 3 jumlah
Kode A B C A B C A B C skor nilai Kriteria
E - 01 1 3 2 2 3 2 4 3 3 20 55.56 cukup baik
E - 02 2 4 3 2 4 4 3 4 4 26 72.22 baik
E - 03 1 3 2 1 4 2 4 3 3 20 55.56 cukup baik
E - 04 1 3 2 1 4 3 4 3 4 21 58.33 cukup baik
E - 05 1 4 4 1 4 4 4 4 4 26 72.22 baik
E - 06 1 4 4 3 4 4 4 4 4 28 77.78 baik
E - 07 1 3 3 1 3 3 4 3 3 21 58.33 cukup baik
E - 08 3 3 3 2 3 3 3 3 3 23 63.89 baik
E - 09 1 4 3 1 4 4 4 3 4 24 66.67 baik
E - 10 2 3 3 1 3 3 3 3 3 21 58.33 cukup baik
E - 11 2 4 3 3 4 4 4 3 4 27 75.00 baik
E - 12 2 4 3 2 4 4 4 3 4 26 72.22 baik
E - 13 4 2 3 3 3 2 4 2 2 23 63.89 baik
E - 14 3 1 3 4 4 3 3 3 4 24 66.67 baik
E - 15 2 1 4 4 4 2 2 3 4 22 61.11 cukup baik
E - 16 2 2 3 3 4 2 2 3 4 21 58.33 cukup baik
E - 17 2 1 3 4 4 2 3 3 4 22 61.11 cukup baik
E - 18 1 2 3 3 3 1 3 4 4 20 55.56 cukup baik
E - 19 2 2 3 3 3 1 4 4 2 22 61.11 cukup baik
E - 20 2 3 3 4 4 1 3 4 4 24 66.67 baik
E - 21 2 3 3 4 4 3 4 4 3 27 75.00 baik
E - 22 2 2 3 3 3 2 4 4 3 23 63.89 baik
E - 23 3 2 2 3 1 3 3 3 2 20 55.56 cukup baik
E - 24 2 3 4 3 2 4 4 4 4 26 72.22 baik
E - 25 2 4 4 4 4 4 4 4 4 30 83.33 sangat baik
E - 26 4 4 3 4 4 4 4 4 4 31 86.11 sangat baik
E - 27 1 4 2 3 4 4 4 4 4 26 72.22 baik
E - 28 1 3 2 3 2 3 3 3 4 20 55.56 cukup baik
E - 29 3 4 3 3 3 4 4 4 3 28 77.78 baik
E - 30 2 4 2 3 4 4 3 4 4 26 72.22 baik
E - 31 4 4 4 4 3 4 4 4 4 31 86.11 sangat baik
E - 32 1 3 3 4 3 4 4 4 3 26 72.22 baik
jumlah 63 96 95 89 110 97 114 111 113 775
nilai 49.22 75.00 74.22 69.53 85.94 75.78 89.06 86.72 88.28 77.08 baik
Keterangan
A = Menyusun hipotesis
B = Mengamati
C = Menginterpretasi data
140
Lampiran 40
DATA LEMBAR OBSERVASI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS KELAS KONTROL
Observer 1 observer 2 observer 3 jumlah
Kode A B C A B C A B C skor nilai Kriteria
K-01 4 2 1 2 3 1 3 2 3 21 58.33 cukup baik
K-02 1 1 2 3 4 4 2 3 2 22 61.11 cukup baik
K-03 4 1 3 1 3 2 3 1 2 20 55.56 cukup baik
K-04 1 1 2 2 4 4 2 4 4 24 66.67 baik
K-05 1 1 2 3 4 2 4 2 3 22 61.11 cukup baik
K-06 1 2 2 1 4 2 4 3 4 23 63.89 baik
K-07 2 2 3 1 3 3 4 2 4 24 66.67 baik
K-08 1 3 3 2 3 3 4 3 3 25 69.44 baik
K-09 1 4 3 2 3 4 1 4 2 24 66.67 baik
K-10 4 2 2 3 3 2 1 5 4 26 72.22 baik
K-11 4 3 2 2 2 4 4 2 4 27 75.00 baik
K-12 3 3 2 3 1 4 1 3 2 22 61.11 cukup baik
K-13 4 4 2 3 3 4 2 4 4 30 83.33 sangat baik
K-14 1 4 2 2 3 3 3 4 3 25 69.44 baik
K-15 1 4 4 3 3 2 1 3 2 23 63.89 baik
K-16 1 4 3 4 3 3 4 4 2 28 77.78 baik
K-17 1 4 3 4 4 3 4 4 4 31 86.11 sangat baik
K-18 2 4 2 4 3 3 2 3 3 26 72.22 baik
K-19 1 2 3 1 3 4 4 2 4 24 66.67 baik
K-20 1 4 3 4 1 3 4 4 3 27 75.00 baik
K-21 1 1 4 4 4 2 1 4 3 24 66.67 baik
K-22 1 2 3 1 4 3 4 3 3 24 66.67 baik
K-23 3 1 3 1 3 4 4 4 3 26 72.22 baik
K-24 3 4 3 3 3 4 4 4 3 31 86.11 sangat baik
K-25 1 3 3 3 3 2 2 2 4 23 63.89 baik
K-26 1 4 3 3 3 3 4 4 4 29 80.56 baik
K-27 1 4 3 1 3 4 4 2 4 26 72.22 baik
K-28 1 3 3 3 3 2 4 4 4 27 75.00 baik
K-29 1 4 2 2 1 3 3 3 4 23 63.89 baik
K-30 1 2 1 3 3 2 4 3 4 23 63.89 baik
K-31 2 3 3 2 3 2 3 3 4 25 69.44 baik
K-32 1 4 1 2 2 3 2 4 4 23 63.89 baik
jumlah 56 90 81 78 95 94 96 102 106 798
nilai 43.75 70.31 63.28 60.94 74.22 73.44 75.00 79.69 82.81 69.27 baik
Keterangan
A = Menyusun hipotesis
B = Mengamati
C = Menginterpretasi data