pengintegrasian pembelajaran …lib.unnes.ac.id/19718/1/4201409002.pdfi pengintegrasian pembelajaran...

158
i PENGINTEGRASIAN PEMBELAJARAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA (PRB) DALAM IPA MELALUI MODEL CTL BERVISI SETS UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika oleh Emi Rahmawati 4201409002 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

Upload: dinhquynh

Post on 14-Apr-2018

230 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

i

PENGINTEGRASIAN PEMBELAJARAN

PENGURANGAN RISIKO BENCANA (PRB) DALAM

IPA MELALUI MODEL CTL BERVISI SETS UNTUK

MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

SISWA SMP

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh

Emi Rahmawati

4201409002

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian

Skripsi pada :

Hari : Senin

Tanggal : 11 Maret 2013

Semarang, 6 Maret 2013

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ani Rusilowati, M.Pd. Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si. NIP. 196012191985032002 NIP. 196501071989011001

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dalam

IPA melalui Model CTL Bervisi SETS untuk Menumbuhkan Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa SMP

Disusun oleh

Emi Rahmawati

4201409002

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada:

Hari : Senin

tanggal : 11 Maret 2013

Panitia: Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Dr. Khumaedi, M.Si. NIP. 19631012 198803 1 001 NIP. 19630610 198901 1 002

Ketua Penguji

Drs. Sukiswo Supeni Edi, M.Si NIP. 19561029 198601 1 001

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Ani Rusilowati, M.Pd. Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si. NIP. 196012191985032002 NIP. 196501071989011001

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari

terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang, Maret 2013

Emi Rahmawati 4201409002

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai ( dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)(QS. Al Insyirah, 94: 6-7).

Aku Berpikir terus menerus, berbulan bulan dan bertahun tahun, sembilan puluh sembilan kali dan kesimpulannya salah. Untuk yang keseratus aku benar(Albert Einstein).

PERSEMBAHAN

Mama dan Bapa tercinta, yang senantiasa

memberi doa dan kasih sayang serta pengorbanan yang begitu besar demi masa depanku.

Mba martin, Mas Ruswandi, Fira dan keluarga, terima kasih atas doa dan dukungannya.

Mamasku yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini

Sahabat-sahabatku Ofa, Nurul, Amel, Pras, Ajunt, terima kasih atas cerita indahnya.

Teman-teman kost setanjung indah, kost BSD dan kost Sejuk ( Mba Inov dan Mba Demiyan),

terima kasih atas kebersamaannya.

Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2009

vi

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya yang

senantiasa tercurah sehingga tersusunlah skripsi yang berjudul “Pengintegrasian

Pembelajaran Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Dalam IPA Melalui Model

CTL Bervisi SETS untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

SMP”.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak berupa

saran, bimbingan, maupun petunjuk dan bantuan dalam bentuk lain, maka penulis

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmojo, M.Si, Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Khumaedi, M.Si, Ketua Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

4. Dr. Putut Marwoto, M.S, dosen wali yang telah memberikan bimbingan.

5. Dr. Ani Rusilowati, M.Pd, dosen pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

6. Dr. Sunyoto Eko Nugroho, dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, arahan dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

7. Ibu Sri Harjanti Utami, Guru IPA kelas VII SMP N 22 Semarang.

8. Siswa-siswi kelas VII B dan VII D SMP N 22 Semarang.

vii

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu baik material maupun spiritual.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena

kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya, lembaga, masyarakat

dan pembaca pada umumnya.

Semarang, 2013

Penulis

viii

ABSTRAK

Rahmawati, Emi. 2013. Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dalam IPA melalui Model CTL Bervisi SETS untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Skripsi, Jurusan Fisika, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dr. Ani Rusilowati, M.Pd. Pembimbing II: Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si.

Kata kunci : pengurangan risiko bencana, CTL, SETS, berpikir kritis

Konferensi sedunia tentang pengurangan risiko bencana yang diadakan oleh PBB menghasilkan Kerangka Aksi Hyogo atau Hyogo Framework for Action (HFA) yang menyoroti pentingnya pendidikan dan pembelajaran sebagai bagian dari prioritas aksi, menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat. Inisiatif pengurangan risiko bencana harus berakar di semua lembaga pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah dan memasukkan dalam program pendidikan. HFA merekomendasikan bahwa Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dimasukkan dalam kurikulum sekolah, pendidikan formal dan informal Salah satu alternatif untuk memberikan pemahaman terhadap pengurangan risiko bencana dapat dilakukan melalui pembelajaran di sekolah dengan mengintegrasikan materi pengurangan risiko bencana (PRB) kedalam mata pelajaran IPA di SMP/MTs.. Tujuan Penelitian ini adalah menerapkan pengintegrasian pembelajaran pengurangan risiko bencana (PRB) dalam IPA melalui model CTL bervisi SETS untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N 22 Semarang tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini menggunakan desain control group pre-test-post-test. Metode pengumpulan data menggunakan dokumentasi, tes, lembar observasi dan angket. Teknik analisis data penelitian dengan teknik uji gain ternormalisasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berpikir kritis dan sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana kelas eksperimen lebih baik dari pada berpikir kritis dan sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana kelas kontrol. Hal ini terlihat dari hasil analisis dengan menggunakan uji t pihak kanan untuk nilai post-test diperoleh thitung = 2.02 dan skor angket sikap siswa diperoleh thitung=2.08 sedangkan ttabel=1.67. Hal ini membuktikan bahwa pengintegrasisan pembelajaran pengurangan risiko bencana melalui model CTL bervisi SETS dapat digunakan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP dan sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana.

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i

PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………….... ii

PENGESAHAN ……………………………………………………….. iii

PERNYATAAN ………………………………………………………... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………… v

KATA PENGANTAR ………………………………………………….. vi

ABSTRAK……………………………………………………………… viii

DAFTAR ISI …………………………………………………………… ix

DAFTAR TABEL………………………………………………………. xiii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xv

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………. 6

1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………….. 6

1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………….... 7

1.5 Batasan Masalah………………………………………………....... 8

1.6 Penegasan Istilah………………………………………………….. 8

1.6.1 Pengurangan Risiko Bencana……………………………… 8

1.6.2 Model Pembelajaran Bervisi SETS………………………… 8

1.6.3 Contextual Teaching and Learning (CTL) ………………… 9

1.6.4 Berpikir Kritis………………………………………………. 9

x

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS……………………… 10

2.1 Pengurangan Risiko Bencana……………………………………… 10

2.2 Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko Bencana

dalam IPA ………………………………………………….......... 12

2.3 SETS ( Sains, Environment, Technology, Society)…………………... 13

2.4 Model Pembelajaran IPA bervisi SETS…………………………... 15

2.5 Contextual Teaching and Learning ………………………………. 15

2.6 Berpikir Kritis…………………………………………………….. 18

2.7 Kebakaran………………………………………………………… 20

2.8 Kalor………………………………………………………………. 21

2.9 Kerangka Berpikir…………………………………………………. 22

2.10 Hipotesis…………………………………………………………… 25

BAB 3 METODE PENELITIAN……………………………………… 26

3.1 Populasi dan Sampel………………………………………………. 26

3.2 Variabel Penelitian………………………………………………… 27

3.3 Desain Penelitian………………………………………………….. 27

3.4 Alur Penelitian……………………………………………………. 28

3.5 Metode dan Alat Pengumpulan Data…………………………….. 29

3.5.1 Metode Dokumentasi……………………………………… 29

3.5.2 Metode Tes…………………………………………………. 29

3.5.3 Metode Observasi………………………………………….. 33

3.5.4 Metode Angket…………………………………………….. 34

3.6 Metode Analisis Data……………………………………………… 3

xi

3.6.1 Analisis Data Tahap Awal………………………………….. 34

3.6.2 Analisis Data Tahap Akhir…………………………………. 35

3.6.2.1 Analisis Kemampuan Berpikir Kritis………………. 35

3.6.2.2 Analisis Angket……………………………………… 36

3.6.2.3 Uji Normalitas……………………………………….. 37

3.6.2.4 Uji Kesamaan Dua Varians………………………….. 38

3.6.2.5 Uji t Satu Pihak……………………………………… 38

3.6.2.6 Uji Gain……………………………………………… 39

3.6.2.7 Uji Signifikasi………………………………………... 40

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………. 41

4.1.Hasil Analisis Data Penelitian Data Awal………………………….. 41

5.1.1. Uji Homogenitas…………………………………………... 41

4.2.Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Akhir………………………... 41

4.2.1 Kemampuan Berpikir Kritis………………………………. 41

4.2.2 Uji Normalitas……………………………………………. 46

4.2.3 Uji Kesamaan Dua Varians……………………………….. 47

4.2.4 Uji t Satu Pihak (Uji t Pihak Kanan)……………………… 48

4.2.5 Uji Gain…………………………………………………… 49

4.2.6 Uji Signifikasi…………………………………………….. 50

4.2.7 Analisis Angket…………………………………………… 50

4.3.Pembahasan……………………………………………………….. 52

5.3.1. Kemampuan Berpikir Kritis……………………………….. 52

xii

5.3.2. Sikap Siswa terhadap Pemahaman Pengurangan Risiko

Bencana………………………………………………… 58

5.3.3. Keterbatasan Penelitian………………………………… 59

BAB 5 PENUTUP……………………………………………………. 61

5.1 Simpulan………………………………………………………….. 61

5.2 Saran……………………………………………………………… 62

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 64

LAMPIRAN…………………………………………………………... 66

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Data Kebakaran di Semarang…………………………………... 20

3.1 Desain Penelitian Control Group Pre-test Post-test…………….. 27

4.1 Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol dengan Lembar Observasi……...................................... 44

4.2 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…… 46

4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Post-test dan Skor Angket

Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……....................... 47

4.4 Hasil Uji Satu Pihak Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……. 48

4.5 Hasil Uji Signifikasi Peningkatan Berpikir Kritis Antara Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol………………………………… 50

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Skema Keterkaitan antara Keempat Unsur SETS ……………….. 14

2.2 Kerangka Berpikir ………………………………………………. 24

3.1 Alur Penelitian…………………………………………………… 28

4.1 Data Hasil Pre-test Siswa ……………………………………….. 42

4.2 Data Hasil Post-test Siswa………………………………………. 42

4.3 Kemampuan Berpikir Kritis dengan Instrumen Tes ……………. 43

4.4 Kemampuan Berpikir Kritis dengan Lembar Observasi ……….. 45

4.5 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Materi Kalor ………………. 45

4.6 Peningkatan Rata-Rata Berpikir Kritis …………………………. 49

4.7 Skor Angket Sikap Siswa terhadap Pengurangan Risiko Bencana 51

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Silabus……………………………………………………....... 66

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ………………………. 69

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ………………………. 76

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 ……………………… 83

5. Lembar Kerja Siswa 1……………………………………….. 88

6. Lembar Kerja Sisiwa II……………………………………… 93

7. Lembar Kerja Siswa III……………………………………… 96

8. Kriteria Penilaian Lembar Observasi………………………… 99

9. Lembar Observasi……………………………………………. 100

10. Kisi-Kisi Soal Uji Coba……………………………………… 101

11. Soal Uji Coba………………………………………………… 102

12. Analisis Uji Coba…………………………………………….. 104

13. Perhitungan Reliabilitas……………………………………… 106

14. Perhitungan Tingkat Kesukaran…………………………….... 107

15. Perhitungan Daya Pembeda………………………………….. 109

16. Daftar Nilai Rapor Kelas VII SMP N 22 Semarang…………. 111

17. Uji Homogenitas……………………………………………... 112

18. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……. 114

19. Soal Pre-Test………………………………………………………….. 115

xvi

20. Data Pre-Test Kelas Eksperimen………………………………. 117

21. Data Pre-Test Kelas Kontrol…………………………………… 118

22. Soal Post-Test ………………………………………………….. 119

23. Data Post-Test Kelas Eksperimen………………………………. 121

24. Data Post-Test Kelas Kontrol…………………………………... 122

25. Uji Normalitas Data Post-Test Kelas Eksperimen……………… 123

26. Uji Normalitas Data Post-Test Kelas kontrol…………………... 124

27. Uji Kesamaan Dua Varians Data Post-Test antara Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol………………………………… 125

28. Uji t Satu Pihak Data Post-Test antara Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol……………………………………....................... 126

29. Uji Gain……………………………………................................ 127

30. Uji Signifikasi Gain…………………………………………….. 129

31. Kisi-Kisi Angket Sikap Siswa…………………………………... 130

32. Angket Sikap Siswa…………………………………………….. 131

33. Data Angket Sikap Siswa terhadap Pengurangan Risiko Bencana

Kelas Eksperimen……………………………............................. 133

34. Data Angket Sikap Siswa terhadap Pengurangan Risiko Bencana

Kelas Kontrol……………………………….............................. 134

35. Uji Normalitas Data Angket Sikap Siswa terhadap Pengurangan

Risiko Bencana Kelas Eksperimen……………………………. 135

xvii

36. Uji Normalitas Data Angket Sikap Siswa terhadap Pengurangan

Risiko Bencana Kelas Kontrol…………………………………. 136

37. Uji Kesamaan Dua Varians Data Angket Sikap Siswa terhadap

Pengurangan Risiko Bencana antara Kelas Eksperimen dan

Kelas kontro………………………………………………….. 137

38. Uji t Satu Pihak Data Angket Sikap Siswa terhadap Pengurangan

Risiko Bencana antara Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol………………………………………………………... 138

39. Data Lembar Observasi Kelas Eksperimen…………………… 139

40. Data Lembar Observasi Kelas Kontrol………………………… 140

41. Dokumentasi…………………………………………………... 141

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Banyaknya peristiwa bencana di dunia pada awal abad ke-21,

sebanyak 168 negara termasuk Indonesia mendorong negara-negara

tersebut membangun komitmen global dalam pengurangan risiko

bencana. Pada tanggal 18-22 Januari 2005, majelis umum PBB telah

mengadakan konferensi sedunia tentang pengurangan risiko bencana di

Kobe, Hyogo, Jepang yang menekankan perlunya mengidentifikasi cara-

cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap

bencana. Konferensi dengan tema ‘Membangun Ketahanan Bangsa dan

Komunitas Terhadap Bencana’ ini telah memberikan suatu kesempatan

bagi negara untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan

sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Selain

itu, konferensi tersebut juga menghasilkan kerangka aksi Hyogo atau

Hyogo Framework for Action (HFA) tahun 2005-2015.

HFA menyoroti pentingnya pendidikan dan pembelajaran sebagai

bagian dari prioritas aksi, menggunakan pengetahuan, inovasi dan

pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan

ketahanan di semua tingkat. Inisiatif pengurangan risiko bencana harus

berakar di semua lembaga pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah

2

dan memasukkan dalam program pendidikan. HFA merekomendasikan

bahwa Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dimasukkan dalam

kurikulum sekolah, pendidikan formal dan informal.

“Menggalakkan dimasukkannya pengetahuan pengurangan risiko bencana dalam bagian yang relevan dalam kurikulum sekolah di semua tingkat dan menggunakan jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau pemuda dan anak-anak; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen intrinsic Dekade Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (2005-2015) dari PBB”

Dijelaskan pula dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007

tentang Penanggulangan Bencana bahwa setiap orang berhak

mendapatkan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan keterampilan

dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik dalam situasi

tidak terjadi bencana maupun situasi terdapat potensi bencana. Undang-

Undang tersebut juga menekankan bahwa pengurangan risiko bencana

harus diintegrasikan kedalam proses pembangunan, yang salah satunya

adalah sektor pendidikan.

Dalam masalah pengurangan risiko bencana, peran pendidikan

menjadi sangat penting untuk menciptakan bibit tunas bangsa yang

cerdas dan berkualitas yang mampu berpikir global, namun dapat

melakukan tindakan aksi lokal dalam rangka pengurangan risiko

bencana (think globally, but act locally). Menyelanggarakan pendidikan

pengurangan risiko bencana dapat dilakukan melalui pembelajaran di

sekolah dengan mengintegrasikan materi pengurangan risiko bencana ke

dalam mata pelajaran IPA di SMP/MTs.

3

Sesuai yang diamanatkan dalam Permendiknas 2006 bahwa di

tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran salingtemas

(sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang

diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat

suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja

ilmiah secara bijaksana.

Selain itu, Undang–Undang No 19 tahun 2005 tentang Standar

Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa kelompok mata pelajaran

ilmu pengetahuan alam dan teknologi (termasuk di dalamnya mata

pelajaran IPA) di SMP/MTs dimaksudkan untuk memperoleh

kompetensi dasar ilmu pengetahuan alam dan teknologi serta

membudidayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.

Berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang penting

untuk dilatihkan kepada siswa pada pembelajaran IPA. Berpikir kritis

dianggap penting dalam bidang akademik karena memungkinkan

seseorang untuk menganalisis, mengevaluasi, menjelaskan dan

merestrukturisasi pemikiran mereka, sehingga mengurangi risiko

mengadopsi, bertindak, atau berpikir dengan keyakinan yang tidak benar.

Untuk dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa

diperlukan suatu model pembelajaran yang yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam

mengkontruksi, mengeksplorasi pengetahuan sendiri, serta

mengaplikasikan konsep-konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Salah

4

satu model yang dapat diterapkan untuk menumbuhkan kemampuan

berpikir kritis siswa adalah model contextual teaching and learning

(CTL) yang berpendekatan/bervisi SETS.

Sebagaimana kita ketahui bahwa tujuan pembelajaran sains/IPA

adalah agar siswa memahami konsep sains dan keterkaitannya dalam

kehidupan sehari-hari, memiliki ketrampilan tentang alam sekitar untuk

mengembangkan pengetahuan tentang proses alam sekitar, mampu

menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala alam dan

mampu menggunakan teknologi sederhana untuk memecahkan masalah

yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2007:138)

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Visi/pendekatan

SETS memberikan peluang para siswa untuk memperoleh pengetahuan

sekaligus kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan hasil analisis

dan sintesis yang bersifat komprehensif dengan memperhitungkan aspek

sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat sebagai satu kesatuan tak

terpisah (Binadja, 2005).

Menurut Syahbana (2012), pendekatan CTL dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP Negeri 17 Palembang

yaitu ada perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis

5

matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan

pendekatan CTL dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran

dengan pendekatan konvensional. Ketut Suwita (2012) juga berpendapat

bahwa dasar pemikiran penggunaan model pembelajaran STM (Sains

Teknologi Masyarakat) dan CTL karena kedua model tersebut memiliki

beberapa kelebihan diantaranya : (1) memberikan kesempatan kepada

siswa aktif dalam dalam proses pembelajaran dalam usaha untuk

membangun ketrampilan berpikir tingkat tinggi (ketrampilan berpikir

kritis dan kreatif) melalui kegiatan proses sains, (2) memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengkaji pembelajaran yang berkaitan

dengan dunia nyata (dengan permasalahan kontekstual) untuk

membangun makna, (3) memberikan peluang kepada guru untuk

melaksanakan penilaian dengan berbagai dimensi penilaian termasuk

didalamnya penilaian terhadap ketrampilan berpikir kritis. Selain itu,

menurut Rusilowati dkk (2009) menunjukkan bahwa model kebencanaan

yang terintegrasi dalam IPA yang dapat dikembangkan adalah model

yang berpendekatan/bervisi SETS. Melalui model CTL bervisi SETS,

siswa dilibatkan secara langsung untuk mengkaitkan materi dengan

situasi dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari yang menerapkan sains

ke dalam bentuk teknologi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat

dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat dan memperhatikan

lingkungan, sehingga risiko terjadinya bencana dapat dikurangi.

6

Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan penelitian tentang

“Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko Bencana (PRB)

dalam IPA melalui Model CTL Bervisi SETS untuk Menumbuhkan

Kemampuan Berpikir Kritis siswa SMP”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang terdapat permasalahan sebagai

berikut :

1) Apakah berpikir kritis siswa yang mendapat pembelajaran dengan

model CTL bervisi SETS lebih baik daripada berpikir kritis siswa

yang mendapat pembelajaran dengan model konvensional bervisi

SETS?

2) Apakah sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana yang

mendapat pembelajaran dengan model CTL bervisi SETS lebih baik

daripada sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana yang

mendapat pembelajaran dengan model konvensional bervisi SETS?

1.3 Tujuan Penelitian

1) Mengetahui berpikir kritis siswa yang mendapat pembelajaran dengan

model CTL bervisi SETS lebih baik daripada berpikir kritis siswa

yang mendapat pembelajaran dengan model konvensional bervisi

SETS

7

2) Mengetahui sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana yang

mendapat pembelajaran dengan model CTL bervisi SETS lebih baik

daripada sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana yang

mendapat pembelajaran dengan model konvensional bervisi SETS

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Siswa

a. Memberikan fun learning bervisi SETS sehingga siswa siswa

tertarik untuk belajar IPA.

b. Melatih kemampuan berpikir kritis.

c. Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang pengurangan

risiko bencana.

2. Bagi Guru

a. Memberikan gambaran model pembelajaran yang inovatif bagi

guru.

b. Mengembangkan kreativitas guru dalam melakukan

pembelajaran.

c. Memberikan inspirasi dan motivasi kepada pendidik untuk terus

mengembangkan model pembelajaran demi tercapainya

pembelajaran efektif.

3. Bagi Sekolah

Memperkaya wawasan tentang berbagai model yang bisa

diterapkan dalam proses pembelajaran.

8

1.5 BATASAN MASALAH

Batasan materi yang dikaji dalam penelitian ini adalah materi

pengurangan risiko bencana yang diintegrasikan dalam mata pelajaran

IPA. Materi pengurangan risiko bencana hanya terfokus pada

pengurangan risiko kebakaran yang terintegrasi dalam pelajaran IPA di

SMP, yaitu pada pokok bahasan kalor. Model konvensional dalam

penelitian ini adalah model ceramah dan demonstrasi.

1.6 PENEGASAN ISTILAH

1.6.1 Pengurangan Risiko Bencana

Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik

mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa

dan mengelola faktor-faktor penyebab dari bencana termasuk dengan

dikuranginya paparan terhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia

dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan yang bijaksana, serta

meningkatkan kesiapsiagaanan terhadap kejadian yang merugikan.

1.6.2 Model Pembelajaran Bervisi SETS

Model pembelajaran bervisi SETS merupakan suatu model yang

menuntun siswa untuk mengkaitkan hubungan antara unsur SETS

(Sains, Environment, Technology and Society) yaitu mengkaitkan

konsep sains yang dipelajari dengan unsur lain dalam SETS sehingga

9

siswa memperoleh gambaran lebih jelas tentang keterkaitan konsep sains

terhadap lingkungan, teknologi dan masyarakat.

1.6.3 Contextual teaching and learning (CTL)

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

1.6.4 Berpikir Kritis

Fisher (2008) mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir

evaluatif yang mencakup baik itu kritik maupun berpikir kreatif dan

yang secara khusus berhubungan dengan kualitas pemikiran atau

argumen yang disajikan untuk mendukung suatu keyakinan atau rentetan

tindakan.

10

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Pengurangan Risiko Bencana

Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana adalah usaha sadar dan

terencana dalam proses pembelajaran untuk memberdayaan peserta didik

dalam upaya untuk pengurangan risiko bencana dan membangun budaya

aman serta tangguh terhadap bencana. Pendidikan PRB lebih luas dari

pendidikan bencana, bahkan lebih dari pendidikan tentang pengurangan

risiko bencana. Tetapi mengembangkan motivasi, keterampilan, dan

pengetahuan agar dapat tertindak dan mengambil bagian dari upaya

untuk pengurangan risiko bencana (Tatang, 2009).

Tujuan pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah:

1) Menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan.

2) Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko

bencana.

3) Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman

tentang kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan fisik, serta

kerentanan perilaku dan motivasi.

4) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk pencegahan dan

pengurangan risiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungan yang bertanggung jawab, dan adaptasi terhadap risiko

bencana.

11

5) Mengembangkan upaya untuk pengurangan risiko bencana diatas,

baik secara individu maupun kolektif.

6) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siaga bencana.

7) Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana.

8) Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali

komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang

disebabkan karena terjadinya bencana.

9) Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan

besar dan mendadak.

Pendekatan pengintegrasian pengurangan risiko bencana dalam

pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar sebagai berikut:

1) Berorientasi pada perkembangan anak

2) Berorientasi pada kebutuhan anak

3) Aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan

Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan

menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh

pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan

untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk

berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan

pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat

anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran. Kegiatan

pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan

dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan multi

12

strategi, multi metode, materi/ bahan, dan media yang menarik serta

mudah diikuti oleh anak.

4) Menggunakan berbagai media dan sumber belajar

5) Mengembangkan kecakapan hidup

2.2 Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko

Bencana dalam IPA

Integrasi pendidikan pengurangan risiko bencana ke dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dimaknai sebagai

menggabungkan muatan pendidikan PRB dan muatan KTSP, atau

memasukkan muatan pendidikan PRB dalam muatan KTSP.

Pengintegrasian pendidikan PRB dilakukan dengan memperhatikan

keterpaduan dan kesinambungan muatan pendidikan PRB dan muatan

KTSP (termasuk program ekstra kurikuler yang dimiliki sekolah),

sumber daya yang dimiliki untuk melaksanakan pendidikan PRB.

Pengintegrasian muatan pendidikan PRB dapat dilakukan dengan

muatan mata pelajaran pokok, mata pelajaran muatan lokal, dan/atau

program ekstra kurikuler. Pengintegrasian dilakukan secara terpadu

sehingga menyatu, saling terkait dan berkesinambungan secara

harmonis.

Prinsip pengintegrasian pengurangan risiko kebakaran ke dalam

mata pelajaran adalah (1) tidak menambah mata pelajaran baru; (2) tidak

menambah alokasi yang tersedia; (3) materi yang dikembangkan

13

kontekstual dan faktual; (4) model yang dikembangkan terintegrasi

melalui mata pelajaran

2.3 SETS ( Sains, Environment, Technology, Society)

SETS (Science, Environment, Technology, Society), bila

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia memiliki kepanjangan Sains,

Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat atau sering disebut

Salingtemas. Dalam konteks pendidikan SETS, urutan ringkasan SETS

membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains ke bentuk teknologi

dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dipikirkan berbagai implikasi

pada lingkungan secara fisik maupun mental.

Visi dan pendekatan SETS memberikan peluang para peserta

didik untuk memperoleh pengetahuan sekaligus kemampuan berpikir

dan bertindak berdasarkan hasil analisis dan sintesis yang bersifat

komprehensif dengan memperhitungkan aspek sains, lingkungan,

teknologi dan masyarakat sebagai satu kesatuan tak terpisah. Visi dan

pendekatan SETS memberi wadah secara mencakupi kepada para

pendidik dan peserta didik untuk menuangkan kemampuan berkreasi dan

berinovasi dibidang minatnya dengan landasan SETS secara kuat.

Keterkaitan SETS yang saling berhubungan antara unsur sains,

lingkungan, teknologi dan masyarakat seperti gambar berikut ini

(Binadja 1999a).

14

Gambar 2.1 Skema keterkaitan antar keempat unsur SETS

Unsur-unsur SETS saling terkait satu sama lain, tanda panah

bolak-balik diantara unsur-unsur SETS mencerminkan adanya saling

pengaruh serta saling terkait. Pendidikan SETS atau bervisi SETS tidak

hanya memperhatikan isu masyarakat dan lingkungan yang telah ada dan

mengaitkannya dengan unsur lain, akan tetapi juga pada cara melakukan

sesuatu untuk kepentingan masyarakat dan lingkungan itu yang

memungkinkan kehidupan masyarakat serta kelestarian lingkungan

terjaga sementara kepentingan lain terpenuhi. Konsep sains berguna

dalam teknologi untuk memenuhi keperluan masyarakat, maka akibatnya

pada lingkungan perlu mendapat perhatian utama. Apabila akibat pada

lingkungan (baik fisik maupun mental) sangat tidak menguntungkan,

pendidikan SETS tidak menganjurkan penggunaan konsep sains itu

diteruskan ke bentuk teknologi yang dimaksud. Sebaliknya apabila

transformasi sains ke teknologi tersebut tidak merugikan lingkungan,

maka teknologi tersebut dianjurkan untuk diteruskan guna memenuhi

kepentingan masyarakat.

TEKNOLOGI

SAINS

LINGKUNGAN MASYARAKAT

15

2.4 Model Pembelajaran IPA bervisi SETS

Model pembelajaran bervisi SETS merupakan suatu model yang

menuntun siswa untuk mengkaitkan hubungan antara unsur SETS yaitu

mengkaitkan konsep sains yang dipelajari dengan unsur lain dalam

SETS sehingga siswa memperoleh gambaran lebih jelas tentang

keterkaitan konsep sains terhadap lingkungan, teknologi dan masyarakat.

Penerapan model pembelajaran bervisi SETS yang digunakan

dalam pembelajaran IPA akan dapat memotivasi peserta didik untuk

menjadi lebih tertarik pada topik/bahasan yang sedang dipelajarinya,

karena dikaitkan langsung dengan hal-hal nyata yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari. Terlebih lagi jika penerapan SETS tersebut

dikombinasikan dengan berbagai metode pembelajaran, strategi

pembelajaran maupun teknik-teknik pembelajaran.

Penyajian materi dikelas diawali dengan mengangkat isu-isu

sosial yang sedang terjadi di masyarakat sebagai akibat adanya transfer

sains ke dalam bentuk teknologi. Hal yang perlu mendapat perhatian

adalah adanya dampak positif atau negatif terhadap lingkungan.

Keempat komponen tersebut yaitu Sains, Lingkungan, Teknologi,

Masyarakat (salingtemas) hendaknya disinggung oleh guru selama

proses pembelajaran IPA berlangsung.

2.5 Contextual Teaching and Learning

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

16

yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Sanjaya, 2006:255).

Amri (2010) menyatakan unsur kunci CTL adalah sebagai berikut

1) Pembelajaran bermakna

2) Penerapan pengetahuan

3) Berpikir tingkat lebih tinggi: siswa dilatih untuk menggunakan

berpikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami isu,

atau memecahkan suatu masalah.

4) Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar

5) Responsif terhadap budaya

6) Penilaian autentik.

Pembelajaran CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu:

1) Kontruktivisme, merupakan landasan berpikir yang digunakan dalam

pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh

manusia sedikti demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks

yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.

2) Menemukan (inquiry), merupakan bagian inti dari kegiatan

pembelajaran kontekstual. Siklus inkuiri antara lain observasi,

bertanya, mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data,

penyimpulan. Langkah-langkah kegiatan inkuiri dalam pembelajaran

kontekstual antara lain:

i. Merumuskan masalah

17

ii. Mengamati atau observasi. Membaca buku atau sumber lain untuk

mendapatkan informasi pendukung, mengamati dan

mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau objek

yang diamati.

iii. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,

bagan, tabel, dan karya lainnya.

iv. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca,

teman sekelas, guru, atau audien yang lain.

3) Bertanya, merupakan strategi utama pembelajaran CTL. Bertanya

dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk

mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.

4) Masyarakat belajar (Learning Comunity)

5) Konsep learning comunity menyarankan agar hasil pembelajaran

diperoleh dari kerjasama dengan orang lain,

6) Pemodelan (Modelling), maksudnya adalah dalam sebuah

pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model

yang bisa ditiru.

7) Refleksi, adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau

berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa

lalu.

8) Penilaian autentik yaitu pengumpulan berbagai data yng bisa

memberikan gambaran perkembangan peserta didik.

18

Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas

adalah sebagai berikut:

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna

dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik

3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan cara bertanya

4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)

5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

6) Lakukan refleksi diakhir pertemuan

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

2.6 Berpikir Kritis

Berpikir merupakan kemampuan untuk menganalisis, mengkritik,

dan mencapai kesimpulan berdasarkan pada referensi atau pertimbangan

yang seksama. Kemampuan berpikir adalah kecakapan atau kemampuan

menggunakan akal budi untuk mempertimbangkannya, memutuskannya,

dan sebagainya untuk melaksanakan sesuatu dengan baik dan cermat

(Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa 2003:707)

Menurut Ibrahim, Kemampuan berpikir merupakan salah satu

modal yang harus dimiliki siswa sebagai bekal dalam menghadapi

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemampuan seseorang

untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh

19

kemampuan berpikirnya, terutama dalam memecahkan masalah yang

dihadapinya. Selain itu kemampuan berpikir juga sebagai sarana untuk

mencapai tujuan pendidikan yaitu agar siswa mampu memecahkan

masalah taraf tingkat tinggi ( Yulianti, 2009:53).

Menurut Hassoubah salah satu ciri orang orang yang berpikir

kritis akan selalu mencari dan memaparkan hubungan antara masalah

yang didiskusikan dengan masalah atau pengalaman lain yang relevan.

Kemampuan berpikir kritis sangat penting untuk mengembangkan

kemampuan berpikir lainnya, yaitu kemampuan untuk membuat

keputusan dan penyelesaian masalah.

Fisher (2008) mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir

evaluatif yang mencakup baik itu kritik maupun berpikir kreatif dan

yang secara khusus berhubungan dengan kualitas pemikiran atau

argumen yang disajikan untuk mendukung suatu keyakinan atau rentetan

tindakan. Variabel keterampilan berpikir kritis menurut Fisher adalah

menilai, mengidentifikasi, mengklarifikasi, menginterpretasi,

menganalisis, mengemukakan pendapat atau berargumen, mengevaluasi,

dan menyimpulkan atau menginferensi.

Kategori berpikir kritis menurut Carin dan Sund, yaitu : 1)

mengklarifikasi; 2) mengasumsi; 3) memprediksi dan hipotesis; 4)

menginterpretasi data, mengiferensi atau membuat kesimpulan; 5)

mengukur; 6) merancang sebuah penyelidikan; 7) mengamati; 8)

20

membuat grafik; 9) meminimalkan kesalahan percobaan; 10)

mengevaluasi; 11) menganalisis ( Carin dan Sund 1998:160).

Kemampuan berpikir kritis yang diteliti dalam penelitian ini

adalah menilai, menyusun hipotesis, menginterpretasi data, mengamati,

mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkan.

2.7 Kebakaran

Kebakaran merupakan suatu ancaman bagi keselamatan manusia,

harta benda maupun lingkungan. Dengan adanya perkembangan dan

kemajuan pembangunan yang semakin pesat, risiko terjadinya

kebakaran semakin meningkat. Selain itu penduduk yang semakin padat,

pembangunan gedung-gedung perkantoran, kawasan pemukiman,

industri yang semakin berkembang juga menimbulkan kerawanan terjadi

kebakaran.

Berdasarkan observasi di Dinas Kebakaran Kota Semarang,

berikut adalah data peristiwa kebakaran yang terjadi di Semarang dalam

6 tahun terakhir.

Tabel 2.1 Data Kebakaran di Semarang (Sumber : Dinas Kebakaran Kota Semarang)

TAHUN JUMLAH

KEBAKARAN

KORBAN JIWA TAKSIRAN KERUGIAN (Rp) Meninggal

Dunia Luka Bakar

Luka Ringan

2007 234 1 0 0 49.026.000.000

2008 204 2 0 1 13.447.333.647

2009 192 3 6 1 6.752.215.000

2010 110 1 0 3 12.550.900.000

2011 214 1 2 2 45.409.475.000

2012 255 11 10 8 14.830.000.000

JUMLAH 1209 19 18 15 142.015.923.647

21

Dilihat dari peristiwa kebakaran, Semarang merupakan kota yang

rawan terjadi kebakaran. Dalam 6 tahun terakhir terjadi 1209 peristiwa

kebakaran dan frekuensi tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu terjadi

sebanyak 255 peristiwa kebakaran. Dari tabel 2.1 dapat dilihat bahwa

peristiwa kebakaran menimbulkan kerugian harta benda dan mengancam

keselamatan manusia.

2.8 Kalor

Salah satu materi yang dapat diintegrasikan dengan materi

pengurangan risiko kebakaran dari hasil pemetaan SK dan KD pada

kurikulum pendidikan di SMP/MTs adalah materi kalor. Materi ini

diajarkan pada siswa kelas VII semester genap. Pada penelitian ini,

materi perpindahan kalor dapat dikaitkan dengan proses perambatan api

pada peristiwa kebakaran. Dalam peristiwa kebakaran, perpindahan

kalor bisa menyebabkan api lebih cepat menjalar.

1) Konduksi

Perpindahan panas melalui zat perantara. Panas merambat

melalui dinding pemisah ruangan, bagian dinding pada ruangan

berikutnya menerima kalor atau panas yang dapat membakar

permukaan bendabenda yang terletak pada dinding-dinding tersebut.

22

2) Konveksi

Perpindahan panas dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.

Panas merambat melalui bagian bangunan yang terbuka seperti

tangga dan koridor gang dengan media pengantar udara.

3) Radiasi

Perpindahan panas dalam bentuk pancaran. Panas

merambat antara ruang dan bangunan yang berdekatan. hal ini akan

lebih cepat terjadi jika sebaran api dibantu oleh tekanan udara atau

angin kearah bangunan lainnya.

2.9 Kerangka Berpikir

Hyogo Framework for Action (HFA) tahun 2005-2015 menyoroti

pentingnya pendidikan dan pembelajaran sebagai bagian dari prioritas

aksi, menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk

membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua

tingkat. Inisiatif pengurangan risiko bencana harus berakar di semua

lembaga pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah dan memasukkan

dalam program pendidikan. HFA merekomendasikan bahwa

Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dimasukkan dalam kurikulum

sekolah, pendidikan formal dan informal.

Dijelaskan pula dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007

tentang Penanggulangan Bencana bahwa pengurangan risiko bencana

harus diintegrasikan kedalam proses pembangunan, yang salah satunya

23

adalah sektor pendidikan. Menyelanggarakan pendidikan pengurangan

risiko bencana dapat dilakukan melalui pembelajaran di sekolah dengan

mengintegrasikan materi pengurangan risiko bencana ke dalam mata

pelajaran IPA di SMP/MTs.

Undang–Undang No 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan

Nasional, menyebutkan bahwa kelompok mata pelajaran ilmu

pengetahuan alam dan teknologi (termasuk di dalamnya mata pelajaran

IPA) di SMP/MTs dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar

ilmu pengetahuan alam dan teknologi serta membudidayakan berpikir

ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.

Berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang penting

untuk dilatihkan kepada siswa pada pembelajaran IPA. Berpikir kritis

dianggap penting dalam bidang akademik karena memungkinkan

seseorang untuk menganalisis, mengevaluasi, menjelaskan dan

merestrukturisasi pemikiran mereka, sehingga mengurangi resiko

mengadopsi, bertindak, atau berpikir dengan keyakinan yang tidak benar.

Salah satu model yang dapat diterpakan untuk menumbuhkan

kemampuan berpikir kritis siswa adalah model contextual teaching and

learning (CTL) yang berpendekatan/bervisi SETS.

Melalui model CTL bervisi SETS, siswa dilibatkan secara

langsung untuk mengkaitkan materi dengan situasi dunia nyata dalam

kehidupan sehari-hari yang menerapkan sains ke dalam bentuk teknologi

dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan

24

kebutuhan masyarakat dan memperhatikan lingkungan, sehingga risiko

terjadinya bencana dapat dikurangi. Kerangka berpikir pada penelitian

ini dapat dilihat pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Hyogo Framework for Action (HFA)

Undang-Undang No 24 Tahun 2007

Pengurangan Risiko

Bencana

Pendidikan IPA

Standar Pendidikan Nasional

Kemampuan Berpikir

Model CTL bervisi SETS

Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis

dan sikap siswa terhadap pengurangan risiko

bencana

25

2.10 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

a) H0 : berpikir kritis siswa yang mendapat pembelajaran dengan model

CTL bervisi SETS lebih rendah atau sama dengan berpikir

kritis siswa yang mendapat pembelajaran dengan model

konvensional bervisi SETS.

Ha : berpikir kritis siswa yang mendapat pembelajaran dengan model

CTL bervisi SETS lebih tinggi daripada berpikir kritis siswa

yang mendapat pembelajaran dengan model konvensional

bervisi SETS.

b) H0 : Sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana yang

mendapat model pembelajaran CTL bervisi SETS lebih rendah

atau sama dengan sikap siswa yang mendapat model

pembelajaran konvensional bervisi SETS.

Ha : Sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana yang

mendapat model pembelajaran CTL bervisi SETS lebih tinggi

daripada sikap siswa yang mendapat model pembelajaran

konvensional bervisi SETS

26

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Penelitian eksperimen ini dilaksanakan pada bulan Januari-

Februari 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII

semester 2 SMP Negeri 22 Semarang tahun pelajaran 2012/2013, yaitu

kelas VII B sebanyak 32 siswa, kelas VII C sebanyak 31 siswa, kelas VII

D sebanyak 32 siswa, dan kelas VII F sebanyak 32 siswa. Jumlah total

sebanyak 131 siswa. Populasi tersebut telah diuji homogenitas dengan

menggunakan uji Barlett. Berdasarkan hasil uji homogenitas pada nilai

raport semester 1 diperoleh 815,714,5 22 tabelhitung cc . Ini berarti H0

diterima dan artinya populasi tersebut homogen (sebelum diberi

perlakuan, berada pada tingkat kemampuan akademik yang sama).

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

simple random sampling yaitu dipilih 2 kelas secara acak dari populasi

yang homogen sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan

pertimbangan siswa duduk pada jenjang kelas yang sama, materi

berdasarkan pada kurikulum yang sama dan tidak ada kelas unggulan.

Kelas VII D sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas

kontrol.

27

3.2 Variabel Penelitian

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini terdiri dari dua macam

variabel, yaitu:

1) Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

Pembelajaran

2) Variabel Terikat

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana dan kemampuan

berpikir kritis siswa.

3.3 Desain Penelitian

Penelitian eksperimen ini menggunakan desain control group

pre-test-post-test.

Tabel 3.1 Desain Penelitian Control Group Pre-test Post-test (Arikunto,

2006:86)

Keterangan:

O1 dan O3 : pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

O2 dan O4 : post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Sampel Kondisi awal Perlakuan Kondisi akhir

Kelas Eksperimen O1 X O2

Kelas Kontrol O3 Y O4

28

X : Perlakuan dengan model CTL bervisi SETS

Y : Perlakuan dengan model ceramah bervisi SETS

3.4 Alur Penelitian

Penelitian ini dilakukan sesuai alur penelitian seperti gambar 3.1

Gambar 3.1 Alur penelitian

Alur penelitian gambar dijelaskan dalam langkah-langkah sebagai berikut:

a) Mengambil nilai rapor semester gasal mata pelajaran IPA kelas VII

tahun ajaran 2012/2013.

b) Menganalisis rapor dengan melakukan uji homogenitas.

c) Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.

Populasi

Uji Homogenitas

Sampel

Nilai Raport

semester 1

Kelas Uji Coba

Uji Coba Soal

Instrumen

Kelas Eksperimen Kelas kontrol

Pre-test

Pembelajaran materi kalor dengan model CTL bervisi SETS

Pembelajaran materi kalor dengan model konvensional bervisi SETS

Post-test

Analisis

29

d) Memberikan pre-test pada kelas eksperimen dan kontrol.

e) Melaksanakan pembelajaran di kelas eksperimen dengan model

pembelajaran CTL bervisi SETS

f) Melaksanakan pembelajaran di kelas kontrol dengan model

pembelajaran konvensional bervisi SETS

g) Melaksanakan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

h) Menganalisis data hasil penelitian.

3.5 Metode dan Alat Pengumpulan Data

3.51 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai

hal-hal variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat, surat kabar,

majalah, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan

sebagainya (Arikunto, 2006:231). Metode ini digunakan untuk

mendapatkan data mengenai kemampuan awal siswa yang menjadi

sampel penelitian, yaitu mengumpulkan daftar nama siswa dan nilai

rapor semester gasal yang selanjutnya dianalisis untuk menentukan

homogenitas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3.52 Metode Tes

Metode tes digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir

kritis siswa tentang materi kalor. Tes yang digunakan adalah tes bentuk

benar-salah disertai alasan dan tes uraian. Tes ini diujicobakan kepada

siswa kelas VIII A kemudian hasil uji coba tersebut dianalisis dengan

30

validitas, reabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya. Teknik

analisis uji coba tes sebagai berikut:

3.5.2.1 Validitas Isi

Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian

dalam mengukur isi yang seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu

mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur

(Sudjana, 2009:13). Secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu

dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat

variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir

(item) pertanyaan atau pertanyaan yang dijabarkan dari indikator.

Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan

dengan mudah dan sistematis (Sugiyono, 2000:272)

3.5.2.2 Reliabilitas

Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui apakah

instrumen yang digunakan sudah baik dan dapat dipercaya . Rumus yang

digunakan untuk menghitung reliabilitas tes uraian adalah rumus Alpha

sebagai berikut (Arikunto, 2002 : 109) :

r�� = �n

n − 1��1 −

∑σ��

�

Keterangan :

r11 = reliabilitas yang dicari

n = banyaknya items pertanyaan

∑��� = jumlah varians skor tiap-tiap items

31

σ�� = varians total

Rumus varians skor items (Arikunto, 2002 : 110) :

∑��� =

∑����

�∑����

Keterangan

σ�� = varians skor tiap items

Xi = jumlah skor tiap item soal

n = banyaknya siswa

Rumus varians total (Arikunto, 2002 : 111) :

∑��� =

∑����

(��)

Keterangan :

σ�� = varians total

Xt = jumlah subyek

n = banyaknya siswa

Hasil perhitungan r11 dikonsultasikan dengan tabel r product

moment pada tabel.. Apabila r11> rtabel, maka instrument dikatakan

reliabel (Arikunto, 2002:112).

Berdasarkan analisis soal uji coba, diperoleh r11 sebesar 0,49

dan untuk banyaknya peserta uji coba 30 dengan taraf kesalahan 5%

diperoleh rtabel sebesar 0,361 . Karena r11> rtabel maka soal uji coba

bersifat reliabel. Perhitungan selengkapnya dimuat pada lampiran 13.

32

3.5.2.3 Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak adalah soal yang tidak

terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Rumus yang digunakan untuk

menganalisis tingkat kesukaran soal uraian adalah sebagai berikut

(Rusilowati, 2008: 17) :

� =����

������������

dengan

���� =�����ℎ��������������������

�����ℎ����������

Kriteria tingkat kesukaran soal adalah :

0 ≤ P ≤ 0,30 soal sukar

0,30 < P ≤ 0,70 soal cukup ( sedang)

0,70 < P ≤ 1 soal mudah

Hasil analisis uji coba menunjukkan bahwa soal nomor 7, 17

dan 18 merupakan soal mudah, soal nomor

1,2,3,4,5,6,810,11,12,13,15,16,19 merupakan soal sedang, dan soal

nomor 9, 14, 20 merupakan soal sukar. Perhitungan selengkapnya

dimuat pada lampiran 14.

3.5.2.4 Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai

(Rusilowati, 2008: 19). Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk

uraian, digunakan rumus sebagai berikut:

33

�� = ���������������� − ����������������ℎ

����������������

Kriteria daya pembeda soal adalah:

0,00 ≤ DP ≤ 0,20 : soal jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 : soal cukup baik

0,40 < DP ≤ 0,70 : soal baik

0,70 < DP ≤ 1,00 : soal sangat baik

Berdasarkan analisis uji coba soal, diketahui bahwa soal nomor

3,7,13,15,20 memiliki kriteria jelek. Soal nomor 6,10,18 memiliki

kriteria soal cukup baik, sedangkan soal nomor

1,2,4,5,8,9,11,12,14,16,17,19 memiliki kriteria soal baik. Perhitungan

selengkapnya dimuat pada lampiran 15.

3.53 Metode Observasi

Metode ini digunakan untuk mengetahui aktivitas semua siswa

pada proses pelaksanaan model pembelajaran CTL bervisi SETS pada

kelas eksperimen dan pelaksanaan model pembelajaran konvensional

bervisi SETS pada kelas kontrol dalam materi kalor. Pada metode ini

tidak dilakukan uji coba lembar observasi, tetapi hanya dikonsultasikan

dengan dosen pembimbing dan guru kelas. Observasi dalam penelitian

ini adalah pengamatan langsung pada saat kegiatan pembelajaran untuk

mengungkap aktivitas dan sikap siswa selama pelaksanaan pembelajaran

di kelas. Observasi dilakukan oleh 3 observer yang terdiri teman sejawat

peneliti.

34

3.54 Metode Angket

Metode angket digunakan untuk mengetahui seberapa besar

sikap siswa terhadap materi pengurangan risiko bencana kebakaran.

Pada instrumen ini tidak dilakukan ujicoba angket. Namun,

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.

3.6 Metode Analisis Data

3.6.1 Analisis Data Tahap Awal

3.6.1.1 Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel

yang di gunakan dalam populasi dalam keadaan homogen (mempunyai

kemampuan awal yang sama) atau tidak. Data yang digunakan untuk uji

homogenitas adalah nilai rapor mata pelajaran IPA semester gasal,

hipotesis yang diajukan adalah:

H0 : ��� = ��� ( varians kedua kelas homogen)

Ha : ��� ≠ ��� ( varians kedua kelas tidak homogen)

Untuk menguji hipotesis tersebut, digunakan rumus uji Bartlett

(Sudjana, 2002:263), yaitu:

22 log)1()10( SinBLn i c

dengan

)1()( 2inLogSB

dan

35

�� = �∑(����)��

∑(����)�

H0 diterima jika 2c hitung < 2c (1-α) (k-1) dimana 2c (1-α) (k-1)

diperoleh dari daftar distribusi chi kuadrat dengan peluang (1-α) dan dk

= (k-1) serta taraf signifikasi 5%.

3.6.2 Analisis Data Tahap Akhir

Setelah diberi pre-test dan diketahui bahwa kedua sampel

mempunyai kondisi awal yang sama, maka kelas eksperimen maupun

kelas kontrol diberi perlakuan yang berbeda, yaitu model CTL bervisi

SETS untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional

bervisi SETS untuk kelas kontrol. Setelah mendapat perlakuan, kedua

kelas diberi post-test. Langkah analisis tahap akhir adalah sebagai

berikut:

3.6.2.1 Analisis Kemampuan Berpikir Kritis

3.6.2.1.1 Metode Tes

Analisis metode tes soal benar-salah ini adalah dengan

menggunakan skor 0-3. Sedangkan untuk soal uraian, skornya adalah 0-

5. Setelah itu, metode tes ini dianalisis dengan menggunakan rumus

sebagai berikut (Ali, 1993: 184).

� = �����ℎ����������������ℎ

�����ℎ������������× 100%

Klasifikasi persentase nilainya adalah sebagai berikut:

00,00% < N ≤25,00% = tidak kritis

25,00% < N ≤50,00% = cukup kritis

36

62,50% < N ≤ 81,25% = kritis

81,25% < N ≤100,00% = sangat kritis

3.6.2.1.2 Metode Observasi

Penskoran lembar observasi ini dilakukandengan ratting scale,

yaitu skor 1 untuk tidak baik, skor 2 untuk cukup baik, skor 3 untuk baik

dan skor 4 untuk sangat baik, sedangkan analisis lembar observasi ini

dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Ali, 1993: 184).

� = �����ℎ����������������ℎ

�����ℎ������������× 100%

Klasifikasi persentase nilainya adalah sebagai berikut:

25,00% ≤ N ≤ 43,75% = tidak baik

43,75% ≤ N ≤ 62,50% = cukup

62,50% ≤ N ≤ 81,25% = baik

81,25% ≤ N ≤ 100,00% = sangat baik

3.6.2.2 Analisis Angket

Analisis metode angket ini digunakan teknik rating scale. Item

penyataan positif, penskorannya ialah skor 4 untuk sangat setuju, skor 3

untuk setuju, skor 3 untuk tidak setuju dan skor 1 untuk sangat tidak

setuju. Untuk item pernyataan negatif, penskorannya ialah skor 4 untuk

sangat tidak setuju, skor 3 untuk tidak setuju, skor 2 untuk setuju dan

skor 1 untuk sangat sertuju. Setelah itu, angket sikap siswa ini dianalisis

dengan rumus sebagai berikut (Ali, 1993: 184)

37

� = �����ℎ����������������ℎ

�����ℎ������������× 100%

Klasifikasi presentase nilainya adalah sebagai berikut:

25,00% ≤ N ≤ 43,75% = tidak baik

43,75% ≤ N ≤ 62,50% = cukup

62,50% ≤ N ≤ 81,25% = baik

81,25% ≤ N ≤ 100,00% = sangat baik

3.6.2.3 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang

dianalisis terdistribusi normal atau tidak. Data yang digunakan untuk uji

normalitas ini adalah nilai hasil post-test dan skor angket siswa terhadap

pemahaman pengurangan risiko bencana. Rumus yang digunakan adalah

Chi Kuadrat.

c2 =

Ei

EiOik

i

2

1

Keterangan :

c2 : harga chi kuadrat

Oi : frekuensi hasil pengamatan

Ei : frekuensi yang diharapkan

k : banyaknya kelas interval

Jika c2hitung ≤ c2

tabel dengan derajat kebebasan dk = k-1 dan

taraf signifikasi 5% maka akan berdistribusi normal (Sudjana, 2002:273)

38

3.6.2.4 Uji Kesamaan Dua Varians

Uji kesamaan dua varians digunakan untuk menentukan rumus t-

test yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Pengujian

homogenitas varians digunakan uji F. Rumus yang dipakai adalah:

� =���������������

���������������

Jika Fhitung ≤ F1/2 α (V1, V2) dengan α = 5%, kedua kelompok

memiliki varians yang sama, dengan :

V1 = n1 – 1 (dk pembilang)

V2 = n2 – 1 (dk penyebut)

3.6.2.5 Uji t Satu Pihak

Uji t satu pihak yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t

pihak kanan. Uji t ini digunakan untuk menguji hipotesis. Data yang

digunakan untuk uji ini adalah nilai post-test dan nilai angket sikap siswa

terhadap pengurangan risiko bencana. Rumus yang digunakan adalah:

ns

ns

ns

ns

xx

r

t

2

2

1

1

2

2

1

2

21

221

___

__

Keterangan:

__

1x = Rata-rata kelas eksperimen

39

__

2x = Rata-rata kelas kontrol

s1 = Simpangan baku kelas eksperimen

s 2 = Simpangan baku kelas kontrol

s12

= Varian kelas eksperimen

s22

= Varian kelas kontrol

r = Korelasi antar sampel

dengan

r = ∑��

�(∑����)

Kriteria Pengujian:

Dari thitunng dibandingkan dengan harga ttabel uji t satu pihak

dengan dk n1 + n2 – 2, taraf kesalahan 5%. Jika thitung < ttabel, maka

Ho diterima dan Ha ditolak (Sugiyono, 2000: 217)

3.6.2.6 Uji Gain

Uji gain digunakan untuk mengetahui besar peningkatan berpikir

kritis sebelum perlakuan dan setelah mendapat perlakuan. Peningkatan

berpikir kritis siswa dapat dihitung menggunakan rumus gain

ternormalisasi sebagai berikut:

⟨g⟩ =⟨S����⟩ − ⟨S���⟩

100% − ⟨S���⟩

40

Keterangan :

g : besarnya faktor g

Spre : skor rata-rata pre test (%)

Spost : skor rata-rata post test (%)

Klasifikasi besarnya ⟨�⟩ dikategorikan sebagai berikut (Hake,

1998:3).

g tinggi : ⟨�⟩ > 0,7

g sedang : 0,3 < ⟨�⟩ ≤ 0,7

g rendah : ⟨�⟩ ≤ 0,3

3.6.2.7 Uji Signifikasi

Uji signifikasi ternormalisasi gain digunakan untuk mengetahui

apakah terdapat peningkatan berpikir kritis yang signifikan antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis yang diajukan adalah

H0 : tidak terdapat perbedaan peningktan berpikir kritis yang signifikan

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol (µ1 = µ2)

H0 : terdapat perbedaan peningktan berpikir kritis yang signifikan

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol (µ1 ≠ µ2)

Dari thitunng dibandingkan dengan harga ttabel uji t satu pihak

dengan dk n1 + n2 – 2, taraf kesalahan 5%. Jika thitung < ttabel, maka

Ho diterima dan Ha ditolak (Sugiyono, 2000: 218)

41

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Data Penelitian Data Awal

4.1.1 Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi

penelitian di SMP Negeri 22 Semarang yang terdiri dari siswa kelas VII B,

VII C, VII D, dan VII E mempunyai keadaan awal yang sama atau tidak.

Data yang digunakan untuk uji homogenitas ini adalah nilai raport mata

pelajaran IPA siswa semester gasal. Rumus yang digunakan menggunakan

uji Barlett. Dari analisis data, diperoleh 14,52 hitungc kemudian 2hitungc

dibandingkan dengan 2tabelc . Untuk α = 5% dengan dk = k-1 = 4-1 = 3

diperoleh .185,72 tabelc Karena 22tabelhitung cc maka populasi mempunyai

varians yang sama (homogen). Perhitungan selengkapnya dimuat pada

lampiran 25.

4.2 Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Akhir

4.2.1 Kemampuan Berpikir Kritis

Setelah kedua sampel diberikan pre-test, kelas kontrol mendapat

pembelajaran model konvensional bervisi SETS, sedangkan kelas

eksperimen mendapat pembelajaran model CTL bervisi SETS. Pada akhir

penelitian, kedua kelas melaksanakan post-test untuk mengetahui berpikir

kritis siswa pada materi kalor. Hasil pre-test dan post-test peserta didik

42

dapat digambarkan dalam bentuk diagram seperti ditunjukkan Gambar 4.1

dan Gambar 4.2.

Gambar 4.1 Data Hasil Pre-test Siswa

Dari Gambar 4.1 diketahui bahwa nilai tertinggi maupun nilai

terendah berpikir kritis hasil pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol

hampir sama, namun rata-rata berpikir kritis hasil pre-test kelas

eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata berpikir kritis kelas kontrol.

Gambar 4.2 Data Hasil Post-test Siswa

0

5

10

15

20

25

30

35

Nilai tertinggi Nilai Terendah Rata - Rata

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Nilai tertinggi Nilai Terendah Rata - Rata

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

28.81 27.12

11.8

8.47

19.9 19.1

86.44 83.05

45.76 40.86

65.2 59.53

Nila

i ber

pik

ir k

riti

s (%

)

Nila

i ber

pik

ir k

riti

s (%

)

43

Dari Gambar 4.2 diketahui bahwa nilai tertinggi maupun nilai

terendah berpikir kritis hasil post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol

hampir sama, namun rata-rata berpikir kritis hasil post-test kelas

eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

4.2.1.1 Instrumen Tes

Kemampuan berpikir kritis yang dikaji melalui instrumen tes ini

meliputi menilai, mengidentifikasi, menganalisis, menginterpretasi dan

menyimpulkan. Hasil berpikir kritis dengan menggunakan instrument tes

dapat dilihat pada gambar 4.3. Hasil perhitungan selengkapnya dimuat

pada lampiran 23 dan lampiran 24

Gambar 4.3 Kemampuan Berpikir Kritis dengan Instrumen Tes

Gambar 4.3 menunjukkan rata-rata kemampuan berpikir kritis yang

diukur dengan instrumen tes antara kelas kontrol dan kelas eksperimen

hampir sama, namun pada indikator mengevaluasi terdapat perbedaan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 2 3 4 5

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

1. Menilai

2. Mengidentifikasi

3. Menganalisis

4. Mengevaluasi

5. Menyimpulkan

69.93 61.2

72.19 70.94 65.63 63.96

78.13

36.88 43.13

38.13

Nila

i ber

pik

ir k

riti

s (%

)

44

yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari Gambar

4.3 dapat dilihat bahwa kemampuan mengevaluasi pada kelas eksperimen

lebih tinggi daripada kemampuan mengevaluasi pada kelas kontrol.

4.2.1.2 Lembar Observasi

Kemampuan berpikir kritis yang dikaji melalui lembar observasi ini

meliputi menyusun hipotesis, mengamati dan menginterpretasi. Pada

penelitian instrumen lembar observasi ini, peneliti dibantu 3 observer yaitu

teman sejawat. Hasil berpikir kritis dengan menggunakan lembar

observasi ini dapat dilihat dalam tabel 4.1, sedangkan diagram berpikir

kritis dengan menggunakan lembar observasi ini dapat dilihat dalam

gambar 4.4. Hasil perhitungan selengkapnya dimuat pada lampiran 39 dan

lampiran 40.

Tabel 4.1 Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol dengan Lembar Observasi

Kemampuan Berpikir Kritis

Observer 1 Obsever 2 observer 3

kelas eksperimen

kelas kontrol

Kelas Eksperimen

Kelas kontrol

kelas eksperimen

Kelas Kontrol

Menyusun hipotesis

49.22 43.75 69.53 60.94 89.06 75

Mengamati 74 70.31 85.94 74.22 86.72 79.69

Menginterpretasi 74.22 63.28 75.78 73.44 88.28 82.81

Gambar 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata hasil kemampuan

berpikir kritis yang diukur dengan lembar observasi kelas eksperimen

lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan berpikir kritis kelas kontrol.

45

Gambar 4.4 Kemampuan Berpikir Kritis dengan Lembar Observasi

Rekapitulasi hasil kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen dan

kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 4.5

Gambar 4.5 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Materi Kalor

Gambar 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir

kritis materi kalor kelas eksperimen hampir sama dengan rata-rata

kemampuan berpikir kritis materi kalor kelas kontrol. Namun terlihat

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Menyusun Hipotesis

Mengamati Menginterpretasi

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 2 3 4 5 6 7 8

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

69.27

59.90

82.22

74.74 79.43

73.18

1. Menilai

2. Mengidentifikasi

3. Menganalisis

4. Mengevaluasi

5. Menyimpulkan

6. Menyusun hipotesis

7. Mengamati

8. menginterpretasi

69.93 61.2

72.19 70.94

38.13

78.13

36.88 43.13

70.94

69.27

59.9

82.22

74.74 79.43

73.18

Nila

i ber

pik

ir k

riti

s (%

)

Nila

i ber

pik

ir k

riti

s (%

)

46

perbedaan yang signifikan pada indikator mengevaluasi, yaitu kemampuan

mengevaluasi materi kalor pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada

kemampuan mengevaluasi materi kalor pada kelas kontrol.

4.2.2 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi

normal atau tidak. Data yang digunakan untuk uji ini adalah data post-test

dan skor angket sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana. Selain

itu, uji normalitas ini digunakan untuk menentukan statistik yang akan

digunakan, apakah menggunakan statistik parametris atau non parametris.

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh c2hitung ≤ c2

tabel baik untuk kelas

eksperimen maupun kelas kontrol pada nilai post-test maupun skor angket

sikap siswa. Hal ini berarti data tersebut berdistribusi normal. Karena data

berdistribusi normal maka uji selanjutnya menggunakan statistik

parametrik. Perhitungan uji normalitas post-test selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran 25 dan lampiran 26, sedangkan perhitungan uji normalitas

angket siswa selengkapnya dimuat pada lampiran 35 dan lampiran 36.

Hasil analisis uji normalitas data post-test dan skor angket sikap siswa

terhadap pengurangan risiko bencana dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Sumber Variasi

Nilai post-test Skor Angket Siswa Kelas

Eksperimen Kelas

Kontrol Kelas

Eksperimen Kelas

Kontrol

c2hitung 6.9835 10.7074 10.0281 10.0560

c2 tabel 11.0705 11.0705 11.0705 11.0705

Kriteria

Data bersdistribusi

normal

Data bersdistribusi

normal

Data bersdistribusi

normal

Data bersdistribusi

normal

47

4.2.3 Uji Kesamaan Dua Varians

Uji kesamaan dua varians digunakan untuk mengetahui apakah

kedua kelas mempunyai varians yang sama atau tidak setelah diberi

perlakuan. Hasil uji kesamaan dua varians data post-test antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan hasil

perhitungan kesamaan dua varians data post-test selengkapnya dimuat

pada lampiran 27, sedangkan perhitungan kesamaan dua varians angket

sikap siswa dimuat pada lampiran 37.

Tabel 4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Post-test dan Skor

Angket Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Variasi Nilai Post-Test Skor angket sikap

siswa

Fhitung 1.13 1.08

Ftabel 1.82 1.82

Kriteria Kedua kelompok mempunyai varians yang sama

Hasil uji kesamaan dua varians diperoleh Fhitung = 1.13, sedangkan

Ftabel dengan taraf kesalahan 5% adalah 1.82 untuk nilai post-test. Untuk

hasil angket sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana didapatkan

Fhitung = 1.15, sedangkan Ftabel dengan taraf kesalahan 5% adalah 1.82.

Karena Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas

mempunyai varians yang sama.

48

4.2.4 Uji t Satu Pihak (Uji t Pihak Kanan)

Uji t satu pihak yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t

pihak kanan. Uji t pihak kanan ini digunakan untuk menguji hipotesis nol

(Ho) yang menyatakan bahwa rata-rata berpikir kritis dan sikap siswa

terhadap pengurangan risiko bencana kelas eksperimen lebih rendah atau

sama dengan rata-rata berpikir kritis dan sikap siswa terhadap

pengurangan risiko bencana kelas kontrol. Hasil analisis dapat dilihat

pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Uji Satu Pihak Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Variasi

Nilai Post-test Skor Angket Sikap

Kelas

Eksperimen

Kelas

Kontrol

Kelas

Eksperimen

Kelas

Kontrol

Rata-rata 65.20 59.53 79.06 76.29

Dk 62 62 62 62

thitung 2.02 2.02 2.08 2.08

ttabel 1.67

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada taraf 5% untuk nilai post-test

diperoleh thitung = 2.02, dan skor angket siswa diperoleh thitung = 2.08,

sedangkan harga ttabel diperoleh 1.67. Karena thitung>ttabel, maka Ho ditolak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis kelas

eksperimen dan sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana kelas

eksperimen lebih tinggi dari rata-rata berpikir kritis dan sikap siswa

terhadap pengurangan risiko bencana kelas kontrol. Hasil perhitungan uji

t satu pihak nilai post-test dapat dilihat pada lampiran 28, sedangkan hasil

49

perhitungan uji t satu pihak skor sikap siswa selengkapnya dimuat pada

lampiran 38.

4.2.5 Uji Gain

Uji peningkatan rata-rata berpikir kritis antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol dapat diperoleh melalui pre-test dan post-test, yang hasilnya

dapat dilihat pada Gambar 4.6

Gambar 4.6 Peningkatan Rata-Rata Berpikir Kritis

Hasil uji gain pada Gambar 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata

berpikir kritis kelas mengalami peningkatan baik untuk kelas eksperimen

maupun kelas kontrol, tetapi peningkatan rata-rata berpikir kritis kelas

kontrol lebih tinggi daripada peningkatan rata-rata berpikir kritis kelas

kintrol. Hasil perhitungan selengkapnya dimuat pada Lampiran 29.

0.46

0.48

0.5

0.52

0.54

0.56

0.58

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

0.57

0.5

Pen

ingk

atan

rat

a-ra

ta

Ber

pik

ir k

riti

s (%

)

50

4.2.6 Uji Signifikasi

Uji signifikasi ternormalisasi gain digunakan untuk mengetahui

apakah terdapat peningkatan berpikir kritis yang signifikan antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Uji signifikasi peningkatan berpikir kritis

antara siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen menggunakan uji t dua

pihak, yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.6. Perhitungan uji

signifikasi ternormalisasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 30.

Tabel 4.5 Hasil Uji Signifikasi Peningkatan Berpikir Kritis Antara

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Rata-rata Dk thitung ttabel Kriteria

Eksperimen 45.23 62 2.02 2.00

Terima Ho jika

thitung<ttabel Kontrol 40.41

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada taraf 5% harga thitung = 2.02

sedangkan harga ttabel = 2.00. Harga thitung<ttabel sehingga Ho ditolak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan berpikir

kritis yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontol.

4.2.7 Analisis Angket

Instrumen angket digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap

pengurangan risiko bencana. Dari analisis data angket, diperoleh rata-rata

skor angket sikap siswa kelas eksperimen sebesar 79.06 %, sedangkan

rata-rata skor angket sikap siswa kelas kontrol sebesar 76.29%.

Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji normalitas. Hasil uji

51

normalitas pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa data berdistribusi normal,

baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Setelah diuji

normalitas, selanjutnya diuji kesamaan dua varians. Tabel 4.3

menunjukkan kedua kelas mempunyai varians yang sama sehingga uji

hipotesis yang digunakan adalah uji t sampel berkolerasi dependen. Uji

hipotesis ini terdiri dari uji t satu pihak (uji t pihak kanan). Berdasarkan

Tabel 4.4 disimpulkan bahwa sikap siswa terhadap pengurangan risiko

bencana kelas eksperimen lebih baik dari pada sikap siswa kelas kontrol.

Data sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana ditunjukkan

Gambar 4.7. Perhitungan selengkapnya dimuat pada lampiran 32 dan

Lampiran 33.

Gambar 4.7 Skor Angket Sikap Siswa terhadap pengurangan Risiko Bencana

Gambar 4.7 menunjukkan bahwa skor angket sikap siswa terhadap

pengurangan risiko bencana kelas eksperimen lebih tinggi daripada skor

angket sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana kelas kontrol.

74.5

75

75.5

76

76.5

77

77.5

78

78.5

79

79.5

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

79.06

76.29

Sko

r an

gket

sik

ap s

isw

a te

rhad

ap

Pen

gura

nga

n r

isik

o b

enca

na

(%)

52

4.3 Pembahasan

4.3.1 Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini diteliti melalui

instrumen tes dan lembar observasi. Berdasarkan analisis data, rata-rata

kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan dari keadaan

awal (pre-test) dan keadaan akhir (post-test) baik kelas eksperimen

maupun kelas kontrol. Hal ini dapat diketahui dari Gambar 4.1 dan

Gambar 4.2.

Kemampuan berpikir kritis yang diteliti melalui instrumen tes

meliputi menilai, mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi dan

menyimpulkan. Hasil kemampuan berpikir kritis antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol yang diukur dengan menggunakan instrumen tes dapat

dilihat pada Gambar 4.3. Dari hasil analisis data post-test, diketahui bahwa

berpikir kritis kedua kelas berdistribusi normal. Hal itu sesuai dengan uji

normalitas yang ditunjukkan Tabel 4.2. Karena data tersebut berdistribusi

normal, hipotesis diuji dengan menggunakan statistik parametris.

Setelah diuji normalitas, data tersebut diuji kesamaan varians untuk

mengetahui uji t apa yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Karena

data tersebut berdistribusi normal dan kedua varians homogen, serta

sampel yang diambil berkolerasi dependen, maka pengujian hipotesis ini

menggunakan uji t satu pihak yaitu uji t pihak kanan untuk mengetahui

apakah berpikir kritis kelas eksperimen lebih baik dari kemampuan

berpikir kritis kelas kontrol. Dari hasil analisis data pada Tabel 4.4

53

diperoleh bahwa thitung sebesar 2.02 dan ttabel sebesar 1.67. Dari uji t

tersebut, diketahui bahwa thitung>ttabel maka Ho ditolak sehingga dapat

disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih

besar dari kemampuan berpikir kritis kelas kontrol.

Kesimpulan tersebut menunjukkan bahwa berpikir kritis siswa yang

mendapat pembelajaran CTL bervisi SETS lebih tinggi dari berpikir kritis

kelas yang mendapat pembelajaran konvensional bervisi SETS. Hal ini

dikarenakan pembelajaran berkaitan dengan dunia nyata yang dekat

dengan kehidupan siswa sehingga kemampuan berpikir kritis dapat dilatih

dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurhadi (2003 :73),

kemampuan berpikir kritis paling baik dicapai bila dihubungkan dengan

topik yang dikenal siswa.

Selain itu, pembelajaran pada kelas eksperimen dilaksanakan

berlandaskan pada azas kontruktivisme yang merupakan salah satu

komponen utama pada CTL. Dengan berlandaskan pada azas

konvtruktivisme, maka siswa tak lagi hanya menerima pengetahuan dari

guru, tetapi mereka mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka tentang

materi kalor. Pengkontruksian tersebut diawali dengan mengungkapkan

pertanyaan yang sering ditemui dan dialami siswa dalam kehidupan

sehari-hari. Kemudian guru mendorong siswa mengkaitkan pengalaman

dengan materi tentang kalor. Jadi, dalam pembelajaran siswa terlibat

secara langsung dalam penemuan pengetahuan tentang materi. Dengan

menemukan sendiri, siswa lebih ingat akan yang dipelajari, dan sesuatu

54

yang ditemukan sendiri bisa bertahan lama; tidak mudah dilupakan

(Nurhadi 2003:75). Hal ini sesuai pula dengan pendapat Sanjaya (2006 :

260) bahwa belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkontruksi

pengetahuan sesuai pengalaman yang mereka miliki. Dalam proses

menemukan pengetahuan tentang materi kalor, guru berperan sebagai

model praktikum dan membimbing jalannya kegiatan tersebut.

Dalam kegiatan praktikum, siswa dibagi dalam kelompok belajar.

Menurut Hasruddin (2009), kelompok belajar dibentuk oleh pengajar

dengan memperhatikan karakteristik pelajar. Keadaan kelompok yang

bersifat heterogen memungkinkan terjadi interaksi dalam proses

pembalajaran. Dalam kerja kelompok yang heterogen memungkinkan

terjadinya saling komunikasi untuk berbagi gagasan dan pengalaman serta

bekerja sama untuk memecahkan masalah. Sehingga untuk

mengembangkan kemampuan berpikir, siswa dibentuk dalam suatu

kelompok yang heterogen dalam hal kemampuan akademik.

Masing-masing kelompok belajar diberi LKS yang berorientasi

pada siklus inkuiri yang berisi tahapan-tahapan : (a) menyusun hipotesis

dari suatu permasalahan; (b) melakukan percobaan (melatih kemampuan

mengamati dan mengukur); (c) mengklasifikasi data yang diperoleh; (d)

menganalisis; (e) menginterpretasi data; (f) membuat kesimpulan (d) .

Melalui kegiatan inkuiri tersebut, siswa terlatih untuk memanfaatkan

kemampuan berpikirnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhadi (2007:

76), bahwa siswa hanya akan dapat mengembangkan pikirannya dengan

55

berpikir, dengan menggunakan pikiran itu sendiri. Selain itu menurut

Hasruddin (2009:55), dalam kegiatan inkuiri, siswa melakukan kegiatan

observasi. Dengan observasi berarti siswa meningkatkan kemampuan

berpikir kritis.

Berbeda dengan kelas kontrol yang diajar dengan model

konvensional bervisi SETS yaitu ceramah dan demonstrasi, siswa hanya

mengamati demonstrasi yang dilakukan oleh guru. Pada pembelajaran ini,

masing-masing kelompok mendapat LKS yang berorientasi pada tahapan-

tahapan inkuiri seperti pada kelas eksperimen, namun siswa kurang terlibat

secara langsung dalam proses penemuan sehingga berpikir kritis kelas

kontrol lebih rendah dari berpikir kritis kelas eksperimen.

Peningkatan berpikir kritis dapat dilihat pada Gambar 4.6. Dari

gambar tersebut dapat diketahui bahwa keadaan awal rata-rata berpikir

kritis kelas eksperimen sebelum dan sesudah diberi pembelajaran dengan

model CTL bervisi SETS adalah sebesar 19,97% (kurang kritis) dan

65,20% (kritis). Hasil tersebut kemudian diuji gain ternormalisasi untuk

mengetahui seberapa besar peningkatannya. Dari hasil analisis, diketahui

bahwa uji gain ternormalisasi untuk kelas eksperimen sebesar 0,57 atau

berada dalam kategori sedang, sedangkan pada kelas kontrol diketahui

bahwa kemampuan awal siswa sebesar 19,12% (tidak kritis). Setelah

diberi pembelajaran dengan model ceramah dan demonstrasi bervisi

SETS, diperoleh rata-rata nilai sebesar 59,53% (kategori kritis). Hasil

tersebut kemudian diuji gain ternormalisasi untuk mengetahui seberapa

56

besar peningkatannya. Dari hasil analisis data, diketahui bahwa uji gain

ternormalisasi pada kelas kontrol sebesar 0,50 atau berada pada kategori

sedang.

Dengan demikian, rata-rata kemampuan berpikir kelas eksperimen

meningkat secara signifikan daripada rata-rata kemampuan berpikir kritis

siswa kontrol sehingga nilai atau hasil belajar siswa pada kelas eksperimen

lebih baik daripada nilai atau hasil belajar siswa pada kelas kontrol. Hal itu

sesuai dengan pendapat Gokhale (1995), yang menyatakan bahwa

pembelajaran dengan menerapkan ketarmpilan berpikir kritis

menunjukkan prestasi yang lebih baik dalam menyelesaikan permasalahan

dan lebih memotivasi dakam belajar.

Instrumen kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

ovbservasi. Indikator pada lembar observasi ini adalah kemampuan

berpikir kritis yang meliputi menyusun hipotesis, mengamati dan

menginterpretasi data. Pada instrumen lembar observasi, peneliti dibantu

oleh tiga observer yang terdiri dari teman sejawat peneliti. Rata-rata

kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen lebih baik daripada rata-

rata kemampuan berpikir kritis kelas kontrol, baik penilaian dari observer

1, observer 2 maupun observer 3. Hal itu ditunjukkan pada Tabel 4.1 dan

Gambar 4.4.

Secara umum, rata-rata kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen

lebih besar dari rata-rata kemampuan berpikir kritis kelas kontrol. Hal ini

ditunjukkan pada Gambar 4.5. Perbedaan hasil kemampuan berpikir kritis

57

kedua kelas dipengaruhi oleh perbedaan masing-masing indikator.. Namun

terdapat satu indikator dengan perbedaan yang signifikan, yaitu

kemampuan mengevaluasi. Kemampuan mengevaluasi siswa yang

mendapat pembelajaran CTL bervisi SETS jauh lebih tinggi daripada

kemampuan mengevaluasi siswa yang mendapat pembelajaran

konvensional bervisi SETS. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran CTL

dilakukan refleksi pada setiap akhir pembelajarannya. Sebagaimana kita

ketahui bahwa refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru

terjadi atau dipelajari.

Mengevaluasi adalah kegiatan untuk mengambil keputusan,

menyatakan pendapat, memberikan penilaian berdasarkan kriteria-kriteria

tertentu baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Melalui refleksi, siswa

diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, dan

melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be). Hal ini sesuai

dengan pendapat Rusman (2010) bahwa kemampuan untuk

mengaplikasikan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan pada dunia nyata

yang dihadapinya akan lebih mudah diaktualisasikan manakala

pengalaman belajar itu telah terinternalisasi dalam setiap jiwa serta pada

saat melakukan refleksi pada setiap akhir pembelajaran. Selain refleksi,

kemampuan mengevaluasi pada kelas eksperimen juga dilatih dengan

pemberian soal-soal di setiap akhir pembelajaran. Dengan pemberian soal-

soal disetiap akhir pembelajaran mengenai materi yang telah disampaikan

58

ini akan membuat siswa melatih kemampuan berpikirnya dalam kegiatan

untuk mengambil keputusan.

4.3.2 Sikap Siswa Terhadap Pengurangan Risiko Bencana

Sikap siswa terhadap penguragan risiko bencana pada penelitian ini

diukur menggunakan lembar angket siswa. Pada angket sikap siswa

terhadap pengurangan risiko bencana, peneliti memberikan 20 pernyataan

tentang sikap siswa terhadap pengurangan risiko kebakaran. Gambar 4.7

menunjukkan skor sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana

kebakaran. Skor tersebut diuji normalitas untuk mengetahui apakah dataya

terdistribusi normal atau tidak. Setelah itu diuji kesamaan varians untuk

menentukan rumus yang digunakan dalam uji hipotesis. Karena data

berdistribusi normal, varians kedua kelas sama dan sampel yang diambil

dependen, maka hipotesis statistik yang digunakan adalah uji t sampel

berkolerasi dependen yaitu uji t satu pihak, yaitu uji t pihak kanan.

Uji t satu pihak ini digunakan untuk menguji apakah sikap siswa

kelas eksperimen terhadap pengurangan risiko bencana lebih baik daripada

sikap siswa kelas kontrol terhadap bencana. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa

thitung sebesar 2,02 dan ttabel sebesar 1,67. Karena thitung>ttabel maka Ho

ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap siswa terhadap

pengurangan risiko bencana kelas eksperimen lebih baik daripada sikap

siswa terhadap pengurangan risiko bencana kelas kontrol.

59

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh rata-rata skor sikap siswa

terhadap bencana pada kelas eksperimen lebih besar daripada rata-rata

skor sikap siswa terhadap bencana pada kelas kontrol. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana

pada kelas eksperimen lebih baik daripada sikap siswa terhadap bencana

pada kelas kontrol. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kim dan Roth

(2008) serta Frank (2006) menyebutkan bahwa penerapan pembelajaran

dengan mengkaitkan ilmu pengetahuan, teknologi, lingkungan dan

masyarakat akan membuat siswa baik, yaitu sikap siswa lebih peduli

terhadap lingkungan.

4.3.3 Keterbatasan Penelitian

Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis

dan sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana pada kelas

eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Ini berarti, penelitian

tentang pengintegrasian pembelajaran pengurangan risiko bencana (PRB)

dalam IPA melalui model CTL bervisi SETS dapat menumbuhkan

kemampuan berpikir kritis. Selain kemampuan berpikir kritis,

pengintegrasian pembelajaran pengurangan risiko bencana (PRB) dalam

IPA melalui model CTL bervisi SETS juga dapat menumbuhkan sikap

siswa terhadap pengurangan risiko bencana. Meskipun kemampuan

berpikir kritis dan sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana pada

kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, penelitian ini masih

60

memiliki keterbatasan. Indikator berpikir kritis yang diteliti melalui

instrumen tes hanya terbatas pada indikator menilai, mengidentifikasi,

menganalisis, mengevaluasi dan menyimpulkan. Sedangkan indikator

berpikir kritis yang diteliti melalui lembar observasi hanya terbatas pada

indikator menyususn hipiotesis, mengamati, dan menginterpretasi. Selain

Itu pada penelitian ini, peneliti hanya menekankan aspek kognitif pada

kemampuan berpikir kritis. Diposisi kemampuan berpikir kritis belum

dikaji dalam penelitian ini. Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah

belum memasukkan kegiatan pengurangan risiko bencana kedalam

kegiatan praktikum. Kegiatan penguarangan risiko bencana hanya

dimasukkan kedalam angket sikap siswa sehingga belum tampak

keterkaitan antara tujuan diadakannya pengurangan risiko bencana dengan

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.

61

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan pengujian hipotesis

yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1) Kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar dengan menggunakan

model CTL bervisi SETS menjadi lebih baik dari berpikir kritis siswa

yang diajar dengan model konvensional bervisi SETS. Kemampuan

berpikir kritis dapat dilihat dari nilai post-test kemampuan berpikir

kritis untuk kelas eksperimen sebesar 65,20% (kategori kritis) dan nilai

post-test kemampuan berpikir kritis untuk kelas kontrol sebesar

59,53% (kategori kritis). Proses pembelajaran CTL membantu siswa

untuk mengkaitkan pengalaman dengan materi pembelajaran serta

mendorong siswa terlibat secara langsung dalam penemuan

pengetahuan tentang materi sehingga dapat menumbuhkan

kemampuan berpikir kritis siswa.

2) Sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana yang diajar dengan

model CTL bervisi SETS menjadi baik dari sikap siswa terhadap

pengurangan risiko bencana yang diajar dengan model konvensional

bervisi SETS. Sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana dapat

dilihat dari rata-rata skor sikap siswa terhadap pengurangan risiko

bencana untuk kelas eksperimen sebesar 79,06%. Nilai rata-rata skor

62

sikap siswa kelas eksperimen ini lebih besar dari nilai rata-rata sikap

siswa terhadap pengurangan risiko bencana kelas kontrol yang sebesar

76,29%.

3) Dari peningkatan rata-rata berpikir kritis maupun nilai skor angket

sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana dapat disimpulkan

bahwa SETS dapat diterapkan pada model pembelajaran CTL maupun

model pembelajaran lain yang biasa digunakan oleh guru.

5.2 Saran

Peneliti menyampaikan saran sebaiknya guru lebih kreatif

menyusun kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kemampuan

berpikir kritis dan sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana.

Kemampuan berpikir kritis dan kepedulian siswa terhadap pengurangan

risiko bencana tidak dapat tumbuh secara otomatis. Kemampuan berpikir

kritis dan sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana perlu dilatih

melalui proses belajar yang terus menerus, dalam waktu yang lama dan

praktik yang terus menerus. Pada penelitian ini, peneliti berhasil

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan sikap siswa terhadap

pengurangan risiko bencana. Oleh karena itu sebaiknya guru terus

menerus melaksanakan pengintegrasian pembelajaran pengurangan risiko

bencana (PRB) dalam IPA melalui model CTL bervisi SETS agar siswa

memiliki kemampuan berpikir kritis dan kepedulian terhadap

pengurangan risiko bencana. Selain itu, dalam melaksanakan

63

pengintegrasian pembelajaran pengurangan risiko bencana (PRB) dalam

IPA melalui model CTL bervisi SETS juga perlu memperhatikan aspek

menyimpulkan agar kemampuan berpikir kritis maksimal.

64

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa Amri, Sofan. 2010. Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas.

Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi).

Jakarta: Bumi Aksara ----- 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta Binadja, Achmad. 1999a. Hakekat dan Tujuan Pendidikan SETS (Science,

Environment, Technology and Sociey) Dalam Konteks dan Pendidikan yang ada. Makalah disajikan dalam seminar lokakarya Pendidikan SETS untuk bidang Sains dan Non Sains. Kerjasama antara SEAMEORECSAM dan UNNES Semarang 14-15 Desember 1999.

------. 2005. Pedoman praktis pengembangan bahan pembelajaran bervisi SETS.

Semarang: Laboratorium SETS UNNES. Fisher, A. 2008. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar.Terjemahan oleh Benyamin

Hadinata. Jakarta: Erlangga.

Frank, M. & A. Barzilai. 2006. Project - Based Technology : Instructional Strategy forDevelopingm Technological Literacy. Journal of Technology Education,18(1):39-53.Tersedia di http://scholar.lib.vt.edu/ejournals /JTE/ v18n1/frank.html

Gokhale, A. A. 2004. Collaborative Learning Enhances Critical Thingking.

Journal of Technology Education. 7(1):1-74. Tersedia di http://scholar.lib.vt.

Hake, R. 1998. Interactive-Engagement Vs Traditional Methods: A Six-

Thoushand Student Survey Of Mechanics Test Data For Introductory Physics Courses. American Journal of Physics. 66(1) : 64-74.

Hassoubah. 2004. Developing Creative and Critical Thingking Skills, Cara

Berpikir Kreatif dan Kritis. Terjemahan oleh Bambang Suryadi. Bandung : Nuansa.

Hasruddin. 2009. Memaksimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui

Pendekatan Kontekstual. Jurnal Tabulrasa PPS UNIMED. 6(1) : 46-60.

65

Ketut Suwita, I. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran STM dan CTL Terhadap Pemahaman Konsep Fisika dan Ketrampilan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan, 6(5): 1-15

. Kim, M. & W. M. Roth. 2008. Rethinking The Ethics of Scientific Knowledge:

A Case Study of Teaching the Environment in Science Classrooms. Education Research Institute. Journal Of Environmental Education Summer, 9(4): 516-528

Nurhadi.2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual teaching and

Learning/CTL) Dalam Penerapannya Dalam KBK. Malang: UM Perss Rusilowati, A. 2008. Buku Ajar Evaluasi Pengajaran. Buku ajar tidak diterbitkan.

Semarang : Fakultas MIPA UNNES. Rusilowati, A., Supriyadi, Achmad Binadja, & Sri Mul- yani. 2009. Mitigasi

Bencana Berbasis Pembelajaran Kebencanaan Alam Bervisi SETS Terintegrasi dalam Beberapa Mata Pelajaran. Laporan Penelitian

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Mengembangkan profrsionalisme

guru. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2000. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta

Syahbana, Ali. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning. Edumatika journal. 2(1) : 45-57

Tatang Subagyo, Drs. 2009. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana Kebakaran, Bahan Pengayaan Bagi Guru SMP/MTs. Jakarta : Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Nasional

Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka publisher. World Conference on Disaster Reduction. 2005. Hyogyo Framework for Action.

Japan : ISDR Yulianti, Dwi dan Wiyanto. 2009. Perancangan Pembelajaran Inovatif Prodi

Pendidikan Fisika. Semarang : UNNES

66

SILABUS

Kompetensi Dasar

Materi pokok / Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Indikator Penilaian Alokasi waktu

Sumber belajar Teknik Bentuk Contoh

Instrumen Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Kalor 1. Pengertian

kalor 2. Menyelidiki

pengaruh kalor terhadap suhu benda

3. Pengertian kapasitas kalor

4. Menyelidiki pengaruh kalor terhadap wujud benda

5. Faktor – faktor yang dapat mempercepat penguapan

6. Kalor yang dibutuhkan

Guru bersama siswa menemukan pengertian kalor melalui demonstrasi sederhana

Guru membimbing siswa melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap suhu benda

Guru mengajak diskusi siswa mengenai

1. Menjelaskan pengertian kalor

2. Menjelaskan hubungan kalor dengan perubahan suhu benda.

3. Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat.

4. Menyelidiki hubungan kalor dengan perubahan wujud benda.

5. Menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan.

6. Menyelidiki

Observasi Tes tertulis

Lembar observasi Uraian Lembar berpikir kritis

Ketika es melebur, suhu es tersebut tetap. Benar atau salah?

2 x 40 menit 2 x 40 menit

Buku IPA Terpadu kelas VII yang relevan Media : seperangkat alat percobaan.

66

Lampiran 1

pada saat mendidih dan melebur

7. Menerapkan hubungan kalor dengan perubahan suhu, Q = m c ∆t ,kalor uap Q = m U dan kalor lebur Q = m L untuk memecahkan masalah sederhana

8. Perpindahan kalor

9. Pengaruh kalor terhadap lingkungan

kapasitas kalor

Guru membimbing siswa melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap wujud benda

Guru berdiskusi bersama siswa tentang kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur

Guru menjelaskan hubungan kalor dengan perubahan suhu, Q = m c ∆t ,kalor uap

kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur.

7. Menerapkan hubungan kalor dengan perubahan suhu, Q = m c ∆t ,kalor uap Q = m U dan kalor lebur Q = m L untuk memecahkan masalah sederhana

8. Menyelidiki macam-macam perpindahan kalor

9. Menjelaskan peranan perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari Menjelaskan aplikasi perpindahan

2 x 40 menit

67

Q = m U dan kalor lebur Q = m L untuk memecahkan masalah sederhana disertai contoh soal

Guru membimbing siswa untuk melakukan percobaan perpindahan kalor

Guru berdiskusi dengan siswa tentang pengaruh kalor terdap lingkungan.

kalor dalam teknologi beserta implikasinya dalam lingkungan dan masyarakat.

68

69

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 ( Kelas Eksperimen)

Sekolah : SMP Neregri 22 Semarang Pertemuan ke 1 Kurikulum : KTSP Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester :

VII/2 Alokasi waktu : 2 x 40 menit

Materi Pokok : Kalor

Guru : Ibu Sri Harjanti

Tahun Pelajaran : 2012/2013

Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya Kompetensi Dasar : 3.4 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator Pencapaian Kompetensi: 10. Menjelaskan pengertian kalor 11. Menjelaskan hubungan kalor dengan perubahan suhu benda. 12. Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat. 13. Menjelaskan konsep asas Black. 14. Menjelaskan penerapan kalor dalam bentuk teknologi serta implikasinya dalam

lingkungan dan masyarakat. Tujuan :

1. Melalui demonstrasi, siswa dapat menjelaskan pengertian kalor. 2. Melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan hubungan kalor dengan perubahan suhu

benda. 3. Melalui percobaan, siswa dapat menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan

untuk menaikkan suhu zat 4. Melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan konsep asas Black 5. Melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan penerapan kalor dalam bentuk teknologi

serta implikasinya dalam lingkungan dan masyarakat. Materi : Kalor adalah suatu bentuk energi yang secara alamiah dapat berpindah dari benda yang suhunya tinggi menuju suhu yang lebih rendah saat bersinggungan. Besarnya kalor (Q) yang diperlukan oleh suatu benda sebanding dengan massa benda (m), bergantung pada kalor jenis (c), dan sebanding dengan kenaikan suhu (Δt). Secara matematis dapat dituliskan :

Q = m x c x Δt Keterangan Q = kalor yang diperlukan atau dilepaskan (J) m = massa benda (kg) c = kalor jenis benda (J/kg0C) Δt = kenaikan suhu (0C) Δ = delta Satuan kalor menurut SI adalah joule (J). Satu kalori dapat didefinisikan banyaknya kalor yang diperlukan tiap 1 gram air, sehingga suhunya naik 10C. Sedangkan satu kilokalori didefiniskan banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan 1 kg air, sehingga suhunya naik 10C. Terdapat kesetaraan antara satuan joule dangan satuan kalori yang biasa dikenal dengan sebutan tara kalor mekanik. 1 kalori = 4,2 joule 1 kilokalori = 4.200 joule 1 joule = 0,24 kalori

Lampiran 2

70

Semua benda dapat melepas dan menerima kalor. Benda-benda yang bersuhu lebih tinggi dari lingkungannya akan cenderung melepaskan kalor. Demikian juga sebaliknya benda-benda yang bersuhu lebih rendah dari lingkungannya akan cenderung menerima kalor untuk menstabilkan kondisi dengan lingkungan di sekitarnya. Suhu zat akan berubah ketika zat tersebut melepas atau menerima kalor. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa kalor dapat mengubah suhu suatu benda. Metode Pembelajaran : Contextual teaching and learning Pendekatan : SETS Penilaian yang diterapkan Aktivitas 1. Metode yang digunakan Eksperimen Tanya jawab Diskusi

Persentasi kelompok Demonstrasi

Aktivitas penilaian yang digunakan Observasi Latihan soal Perentasi kelompok Skenario dan proses pembelajaran Pertemuan ke 1 Aspek Isi Durasi Kegiatan

Guru Siswa Pendahuluan

5 menit 1. Guru mengucapkan salam

2. Guru mengingatkan materi sebelumnya tentang pemuaian.

3. Guru menghubungkan konsep yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Pada saat pagi hari,

kita lebih suka minum kopi / teh hangat. Seketika itu kita memasak air atau mengambil air panas dari termos atau dispenser. Ketika kita menginginkan minuman kopi / teh yang hangat, maka kita mencampurkan air panas dengan air dingin. Bagaimanakah suhunya? Apakah sama atau berbeda dengan suhu masing-masing air sebelum dicampur? Mengapa demikian?

1. Siswa menjawab salam

2. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Sains

Sains, teknologi

71

4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

5. Guru memberikan motivasi dengan memperlihatkan video tentang bola api.

Inti

65 menit

Eksplorasi 1. Guru

mendemonstrasikan percobaan sederhana tentang definisi kalor.

Guru meminta salah

satu siswa untuk mengukur suhu awal dan suhu akhir kedua air mineral tersebut.

Bagaimanakah suhu awal dan suhu akhir air mineral pada kedua bejana tersebut?

Mengapa demikian? 2. Guru mengulangi

pertanyaan sebelumnya dan berdiskusi dengan siswa untuk menemukan pengertian kalor dan penerapannya dalam teknologi

3. Guru membagi siswa menjadi 5-6 kelompok dan membagikan LKS 1 kepada masing-masing kelompok.

4. Guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mempersiapkan alat dan bahan percobaan.

5. Guru membimbing siswa untuk menyusun hipotesis dari permasalahan di LKS 1

Eksplorasi 1. Salah satu

siswa mengukur suhu awal dan suhu akhir air mineral menggunakan thermometer. Siswa lain memperhatikan demonstrasi dan berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

2. Siswa menggali informasi mengenai materi yang sedang disampaikan oleh guru sehingga siswa dapat menjawab bahwa : Kalor adalah suatu bentuk energi yang dapat berpindah dari benda yang suhunya tinggi menuju suhu yang lebih rendah saat bersinggungan. Contohnya adalah Pada waktu

Sains, teknologi Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

72

memasak air dengan menggunakan kompor, air yang semula dingin lama kelamaan menjadi panas. jika tidak berhati-hati dalam menggunakan kompor dapat menyebabkan kebakaran.

3. Masing-masing kelompok bekerja sama untuk menyiapkan alat dan bahan percobaan yang meliputi : Gelas beker,Termometer, Kasa dan kaki tiga, Air, Pembakar spritus dan korek api.

4. Siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk menemukan hipotesis dari permasalahan di LKS 1 bahwa : Air menjadi panas karena mendapat kalor, kalor yang diberikan pada air mengakibatkan suhu air naik.

Teknologi Sains, teknologi

73

Elaborasi 1. Guru memfasilitasi

masing-masing kelompok untuk bekerja sama dalam melakukan percobaan di LKS 1

2. Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan, memeriksa apakah siswa sudah melakukan percobaan sesuai dengan LKS.

3. Guru memfasilitasi masing-masing kelompok untuk melakukan presentasi dan diskusi kelas mengenai hasil percobaannya di depan kelas.

Elaborasi 1. Siswa

bekerja sama dengan teman sekelompoknya dalam melakukan percobaan sesuai langkah kerja di LKS 1 untuk memperoleh data bahwa kalor dapat mengubah suhu benda dan banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu benda dipengaruhi oleh massa benda,kalor jenis zat dan perubahan suhu.

2. Siswa bertanya kepada guru jika menemui kesulitan dalam melakukan percobaan.

3. Perwakilan dari masing-masing kelompok mempresent

Sains, teknologi

Sains, Lingkungan, teknologi, masyara

74

Konfirmasi 1. Guru bertanya jawab

tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

2. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahpemahaman, pemberian penguatan dan penyimpulan.

asikan dan berdiskusi tentang hubungan kalor dengan perubahan suhu dan peranaannya dalam teknologi serta implikasinya terhadap masyarakat dan lingkungan.

Konfirmasi 1. Siswa

bertanya jawab dengan guru.

2. Siswa membuat kesimpulan bersama guru.

kat

Penutup 10 menit

1. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja terbaik.

2. Guru memberi instruksi untuk mengembalikan alat percobaan.

3. Guru memberikan tes kemampuan berpikir kritis 1.

1. Kelompok yang memiliki kinerja terbaik akan mendapatkan penghargaan dari guru.

2. Siswa mengerjakan tes kemampuan berpikir kritis tentang kalor dan peranannya dalam teknologi serta implikasinya terhadap

Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat

75

lingkungan dan masyarakat..

Refleksi : Tanya jawab yang berkaitan dengan materi pembelajaran

Sumber : Buku IPA Terpadu kelas VII yang relevan.

Penilaian Indikator Penilaian Teknik Instrumen

1. Menjelaskan pengertian kalor 2. Menjelaskan hubungan kalor dengan perubahan

suhu benda. 3. Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan

untuk menaikkan suhu zat. 4. Menjelaskan konsep asas Black. 5. Menjelaskan penerapan kalor dalam bentuk

teknologi serta implikasinya dalam lingkungan dan masyarakat

Tes tertulis Tes unjuk

kerja

Essay Lembar

observasi

Evaluasi : Berapa energi kalor yang diperlukan untuk memanaskan 2 kg besi yang kalor jenisnya 460 J/kg0C, dari suhu 15 0C sampai 100 0C? Penyelesaian Diketahui : m = 2 kg

c = 460 J/kg0C Δt= (t2– t1) = (100 – 15) = 850C

Ditanyakan : Q = … ? Jawab: Q = m x c x Δt

= 2 kg x 460 J/kg0C x 85 0C = 78.200 J

Semarang, 23 Januari 2013

Guru mata pelajaran Peneliti

Ibu Sri Harjanti Emi Rahmawati

NIP. 196005291981032004 4201409002

Kepala Sekolah

Drs. Catonggo Sulistiyono, S. Kom

NIP. 19681006 199802 1 003

76

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2 ( Kelas Eksperimen)

Sekolah : SMP Negeri 22 Semarang Pertemuan ke 2 Kurikulum : KTSP Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester :

VII/2 Alokasi waktu : 2 x 40 menit

Materi Pokok : Kalor

Guru : Ibu Sri Harjanti

Tahun Pelajaran : 2012/2013

Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya Kompetensi Dasar : 3.4 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator Pencapaian Kompetensi: 15. Menyelidiki hubungan kalor dengan perubahan wujud benda. 16. Menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan. 17. Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur. 18. Menerapkan hubungan kalor dengan perubahan suhu, Q = m c ∆t ,kalor uap Q =

m U dan kalor lebur Q = m L untuk memecahkan masalah sederhana 19. Menjelaskan hubungan kalor dengan perubahan wujud benda dan aplikasinya

dalam teknologi beserta implikasinya terhadap lingkungan dan masyarakat. Tujuan :

6. Melalui percobaan, siswa dapat menyelidiki hubungan kalor dengan perubahan wujud benda.

7. Melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan.

8. Melalui diskusi, siswa dapat menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur.

9. Melalui pemberian tugas, siswa dapat menerapkan hubungan kalor dengan perubahan suhu, Q = m c ∆t ,kalor uap Q = m U dan kalor lebur Q = m L untuk memecahkan masalah sederhana

10. Melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan hubungan kalor dengan perubahan wujud benda dan aplikasinya dalam teknologi beserta implikasinya terhadap lingkungan dan masyarakat.

Materi : Perubahan wujud suatu zat akibat pengaruh kalor dapat digambarkan dalam skema berikut.

Keterangan: 1 = mencair/melebur 4 = mengembun 2 = membeku 5 = menyublim 3 = menguap 6 = mengkristal

Lampiran 3

77

Penguapan zat cair dapat dipercepat dengan cara sebagai berikut

1. Memanaskan Zat Cair 2. Memperluas Permukaan Zat Cair 3. Mengurangi Tekanan pada Permukaan Zat Cair 4. Meniupkan Udara di Atas Zat Cair

Zat cair yang mendidih jika dipanaskan terus-menerus akan berubah menjadi uap. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat cair menjadi uap seluruhnya pada titik didihnya disebut kalor uap (U). Besarnya kalor uap dapat dirumuskan:

Q = m U Keterangan Q = kalor yang diserap/dilepaskan (joule) m = massa zat (kg) U = kalor uap (joule/kg) Jika uap didinginkan akan berubah bentuk menjadi zat cair, yang disebut mengembun. Pada waktu mengembun zat melepaskan kalor, banyaknya kalor yang dilepaskan pada waktu mengembun sama dengan banyaknya kalor yang diperlukan waktu menguap dan suhu di mana zat mulai mengembun sama dengan suhu di mana zat mulai menguap. kalor uap = kalor embun titik didih = titik embun Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah satu satuan massa zat padat menjadi cair pada titik leburnya disebut kalor lebur (L). Besarnya kalor lebur dapat dirumuskan sebagai berikut.

Q = m L

Keterangan Q = kalor yang diserap/dilepas (joule) m = massa zat (kg). L = kalor lebur (joule / kilogram) Jika zat cair didinginkan akan membeku, pada saat membeku zat melepaskan kalor. Banyaknya kalor yang dilepaskan oleh satu satuan massa zat cair menjadi padat disebut kalor beku. kalor lebur = kalor beku titik lebur = titik beku Metode Pembelajaran : Contextual teaching and learning Pendekatan : SETS Penilaian yang diterapkan Aktivitas 1. Metode yang digunakan Eksperimen Persentasi kelompok Demonstrasi

Tanya jawab Diskusi

Aktivitas penilaian yang digunakan Observasi Latihan soal Perentasi kelompok

78

Skenario dan proses pembelajaran Pertemuan ke 2 Aspek Isi Durasi Kegiatan

Guru Siswa Pendahuluan

5 menit 1. Guru mengucapkan salam pembuka

2. Guru mengingatkan materi sebelumnya tentang kalor sebagai transfer energi.

3. Guru memberi motivasi kepada siswa Pernahkah

kalian melihat orang bermain ice-skating?

Perhatikan video berikut ini !

Mengapa pemain ice-skating dapat dengan mudah meluncur di atas lapisan es?

4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

1. Siswa menjawab salam

2. Siswa mengingat kembali materi tentang kalor sebagai transfer energi

3. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru

Sains

Sains, teknologi

Inti

65 menit

Eksplorasi

6. Guru bertanya kepada siswa “ Apa yang akan terjadi jika kalian memasukan sebuah es ke dalam segelas tes panas?”

7. Guru mengulangi pertanyaan sebelumnya dan berdiskusi dengan siswa untuk

Eksplorasi

1. Siswa menjawab pertanyaan guru

2. Siswa menggali informasi, diskusi, dan tanya jawab dengan guru mengenai materi yang disampaikan sehingga siswa dapat menjawab bahwa : Jika kita memasukkan sebuah es ke dalam

Sains Sains, Lingkungan, Teknologi, masyarakat

79

menemukan hubungan kalor dengan perubahan wujud benda dan aplikasinya dalam teknologi beserta ikmplikasinya terhadap lingkungan dan masyarakat.

8. Guru membimbing siswa untuk mencari informasi tentang faktor-faktor yang mempercepat penguapan.

9. Guru memberikan contoh soal untuk menerapkan hubungan Q = m c ∆t , Q = m U dan Q = m L.

10. Guru membagi siswa menjadi 4-5 kelompok

11. Guru membagikan LKS 2 kepada masing-masing kelompok

12. Guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mempersiapkan alat dan bahan percobaan.

Elaborasi 4. Guru

memfasilitasi masing-masing

segelas teh panas, wujud es padat pasti akan mencair. Hal ini menunjukkan bahwa kalor dapat mengubah wujud benda. Contoh aplikasi dalam teknologi adalah ketika memasak nasi menggunakan magic com.

3. Siswa berdiskusi dan tanya jawab dengan guru sehingga menemukan bahwa faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan adalah memanaskan zat cair, memperluas permukaan zat cair, mengurangi tekanan pada permukaan zat cair, meniupkan udara di atas zat cair

4. Siswa mengerjakan latihan soal

5. Masing-masing kelompok bekerja sama untuk menyiapkan alat dan bahan percobaan yang meliputi : Gelas beker, kasa dan kaki tiga, pembakar spiritus dan korek api, termometer, es batu.

Elaborasi 1. Siswa melakukan

percobaan sesuai langkah kerja di

Sains Sains, teknologi

80

kelompok untuk bekerja sama dalam melakukan percobaan di LKS 2

5. Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan, memeriksa apakah siswa sudah melakukan percobaan sesuai dengan LKS.

6. Guru memfasilitasi masing-masing untuk melakukan presentasi hasil percobaannya di depan kelas mengenai hubungan kalor dengan perubahan suhu dan aplikasinya dalam teknologi serta implikasinya terhadap masyarakat dan lingkungan.

Konfirmasi

3. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

4. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan

LKS 2.

2. Siswa bertanya kepada guru jika menemui kesulitan dalam melakukan percobaan.

3. Masing-masing

perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil percobaanya di depan kelas mengenai hubungan kalor dengan perubahan suhu dan aplikasinya dalam teknologi serta implikasinya terhadap masyarakat dan lingkungan.

Konfirmasi

1. Siswa bertanya

jawab dengan guru. 2. Siswa

mendengarkan penjelasan guru dan membuat kesimpulan bersama guru.

Sains, lingkungan, teknologi, masyarakat

81

kesalahpemahaman, pemberian penguatan dan penyimpulan.

Penutup 10 menit

4. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja terbaik.

5. Guru memberi instruksi untuk mengembalikan alat percobaan..

6. Guru memberikan tes kemampuan berpikir kritis 2.

1. Kelompok yang memiliki kinerja terbaik akan mendapatkan penghargaan dari guru.

2. Siswa mengembalikan alat percobaan.

3. Siswa mengerjakan tes kemampuan berpikir kritis 2 tentang hubuungan kalor dengan perubahan wujud dan aplikasinya dalam teknologi beserta implikasinya dalam masyarakat dan lingkungan.

Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat

Refleksi : Tanya jawab yang berkaitan dengan materi pembelajaran

Sumber : Buku IPA Terpadu kelas VII yang relevan.

Penilaian Indikator Penilaian Teknik Instrumen

1. Menyelidiki hubungan kalor dengan perubahan wujud benda.

2. Menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan.

3. Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur.

4. Menerapkan hubungan kalor dengan perubahan suhu, Q = m c ∆t ,kalor uap Q = m U dan kalor lebur Q = m L untuk memecahkan masalah sederhana

5. Menjelaskan hubungan kalor dengan perubahan wujud benda dan aplikasinya dalam teknologi beserta implikasinya terhadap lingkungan dan masyarakat.

Tes tertulis Tes unjuk

kerja

Essay Lembar

observasi

Evaluasi : Berapakah energi kalor yang diperlukan untuk menguapkan 5 kg air pada titik didihnya, jika kalor uap 2.260.000 J/kg? Penyelesaian Diketahui : m = 5 kg

U = 2.260.000 J/kg

82

Ditanyakan : Q = …? Jawab Q = m x U

= 5 kg x 2.260.000 J/kg = 11.300.000 J = 11,3 x 106J

Semarang, 30 Januari 2013

Guru mata pelajaran Peneliti

Ibu Sri Harjanti Emi Rahmawati

NIP. 196005291981032004 4201409002

Kepala Sekolah

Drs. Catonggo Sulistiyono, S. Kom

NIP. 19681006 199802 1 003

83

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 3( Kelas Eksperimen)

Sekolah : SMP 22 Semarang Pertemuan ke 3 Kurikulum : KTSP Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester :

VII/2 Alokasi waktu : 2 x 40 menit

Materi Pokok : Perpindahan Kalor

Guru : Ibu Sri Harjanti

Tahun Pelajaran : 2012/2013

Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya Kompetensi Dasar : 3.4 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator Pencapaian Kompetensi: 20. Menyelidiki macam-macam perpindahan kalor 21. Menjelaskan peranan perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari 22. Menjelaskan aplikasi perpindahan kalor dalam teknologi beserta implikasinya

dalam lingkungan dan masyarakat. Tujuan :

11. Melalui percobaan, siswa dapat menyelidiki perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi.

12. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari beserta dampak yang ditimbulkannya.

13. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan hubungan perpindahan kalor dengan unsur-unsur SETS

14. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan pengaruh perpindahan kalor dalam peristiwa kebakaran.

Materi : Kalor dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Kalor dapat berpindah dengan tiga cara, yaitu konduksi atau hantaran, konveksi atau aliran, dan radiasi atau pancaran. a. Konduksi atau hantaran Konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Peristiwa konduksi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya terjadi pada peralatan dapur dan menyeterika pakaian. Adapun kegunaan isolator dalam kehidupan sehari-hari misalnya untuk pegangan panci, pegangan seterika, dan pegangan alat-alat pengorengan. Demikian juga kalau kita tidur di lantai menggunakan alas tikar atau kasur tipis. Hal ini bertujuan menghalangi perpindahan kalor secara konduksi. b. Konveksi atau aliran Konveksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Konveksi terjadi karena perbedaan massa jenis zat. 1) Pada zat cair karena perbedaan massa jenis zat, misal sistem pemanasan air, sistem aliran air panas. 2) Pada zat gas karena perbedaan tekanan udara, misal terjadinya angin darat dan angin laut, sistem ventilasi udara, untuk mendapatkan udara yang lebih dingin dalam ruangan dipasang AC atau kipas angin, dan cerobong asap pabrik. Angin laut dan angin darat merupakan contoh peristiwa alam yang melibatkan arus konveksi pada zat gas. Radiasi atau pancaran Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara. Berikut beberapa contoh penerapan perpindahan kalor secara radiasi dalam kehidupan sehari-hari.

Lampiran 4

84

a. Pada siang hari yang panas, orang lebih suka memakai baju cerah daripada baju gelap. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penyerapan kalor.

b. Cat mobil atau motor dibuat mengkilap untuk mengurangi penyerapan kalor. c. Mengenakan jaket tebal atau meringkuk di bawah selimut tebal saat udara dingin

badanmu merasa nyaman. d. Termos

Dinding termos dilapisi perak. Hal ini bertujuan untuk mencegah hilangnya kalor secara radiasi. Ruang hampa antara dinding kaca pada termos bertujuan untuk mencegah perpindahan kalor secara konveksi.

Dalam peristiwa kebakaran, perpindahan kalor bisa menyebabkan api lebih cepat menjalar. Konduksi Perpindahan panas melalui zat perantara. Panas merambat melalui dinding pemisah ruangan, bagian dinding pada ruangan berikutnya menerima kalor atau panas yang dapat membakar permukaan bendabenda yang terletak pada dinding-dinding tersebut. Konveksi Perpindahan panas dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Panas merambat melalui bagian bangunan yang terbuka seperti tangga dan koridor gang dengan media pengantar udara. Radiasi Perpindahan panas dalam bentuk pancaran. Panas merambat antara ruang dan bangunan yang berdekatan. hal ini akan lebih cepat terjadi jika sebaran api dibantu oleh tekanan udara atau angin kearah bangunan lainnya. Metode Pembelajaran : Contextual teaching and learning Pendekatan : SETS Penilaian yang diterapkan Aktivitas 1. Metode yang digunakan Eksperimen Tanya jawab

Diskusi Persentasi kelompok

Aktivitas penilaian yang digunakan Observasi Latihan soal Perentasi kelompok Skenario dan proses pembelajaran Pertemuan ke 3 Aspek Isi Durasi Kegiatan

Guru siswa Pendahuluan

5 menit 1. Guru mengucapkan salam pembuka

2. Guru mengingatkan kembali materi sebelumnya tentang hubungan kalor terhadap perubahan wujud benda.

3. Guru memberi motivasi. Ketika kalian

pergi ke pantai Kuta Bali,banyak wisatawan asing

1. Siswa menjawab salam.

2. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

Sains

Sains, lingkungan, masyar

85

yang sedang berjemur. Apa tujuan mereka berjemur? Adakah hubungannya dengan ilmu fisika?

“pernahkah kalian melihat peristiwa kebakaran secara langsung? Apa yang kalian rasakan ketika berada didekat peristiwa kebakaran? Mengapa demikian?”

4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

akat Sains, Lingkungan, masyarakat

Inti Konfirmasi

65 menit

Eksplorasi 1. Guru bertanya

kepada siswa “ dapatkah kalor dipindahkan? “

2. Guru membagi kelas menjadi 4-5 kelompok.

3. Guru membagikan LKS 3 kepada masing-masing kelompok.

4. Guru membimbing siswa untuk menyusun hipotesis dari permasalahan di LKS 3

Elaborasi 7. Guru meminta

perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mempersiapkan alat dan bahan percobaan.

8. Guru memfasilitasi

Eksplorasi 1. Siswa menggali

informasi, diskusi, dan tanya jawab dengan guru mengenai materi yang disampaikan

2. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk merumuskan hipotesis dari permasalahan di LKS 3 bahwa kalor dapat berpindah secara konduksi, konveksi, dan radiasi.

Elaborasi 4. Masing-masing

perwakilan dari tiap kelompok bekerja sama untuk menyiapkan alat dan bahan seperti : Pembakar spritus dan korek api, besi,

Sains

Sains

Sains, teknologi

86

masing-masing kelompok untuk bekerja sama dalam melakukan percobaan di LKS 3

9. Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan, memeriksa apakah siswa sudah melakukan percobaan sesuai dengan LKS.

10. Guru memfasilitasi masing-masing untuk melakukan presentasi hasil percobaannya di depan kelas mengenai perpindahan kalor dan aplikasinya dalam teknologi serta implikasinya terhadap masyarakat dan lingkungan.

Konfirmasi 5. Guru bertanya

jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

6. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahpemahaman, pemberian penguatan dan penyimpulan.

gelas beker, kasa, kaki tiga, serbuk gergaji, air.

5. Siswa melakukan percobaan sesuai langkah kerja di LKS 3.

6. Siswa bertanya kepada guru jika menemui kesulitan dalam melakukan percobaan.

7. Masing-masing perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil percobaanya di depan kelas mengenai perpindahan kalor dan aplikasinya dalam teknologi serta implikasinya terhadap masyarakat dan lingkungan.

Konfirmasi 3. Siswa bertanya

jawab dengan guru. 4. Siswa

mendengarkan penjelasan guru dan membuat kesimpulan bersama guru.

Penutup 10 menit

7. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja terbaik.

8. Guru memberikan instruksi untuk mengembalikan alat percobaan.

9. Guru memberikan

4. Kelompok yang memiliki kinerja terbaik akan mendapatkan penghargaan dari guru.

5. Siswa mengembalikan alat percobaan.

6. Siswa mengerjakan

87

tes kemampuan berpikir kritis 3.

tes kemampuan berpikir kritis 3 tentang perpindahan kalor dan aplikasinya dalam teknologi beserta implikasinya dalam masyarakat dan lingkungan.

Refleksi : Tanya jawab yang berkaitan dengan materi pembelajaran

Sumber : Buku IPA Terpadu kelas VII yang relevan

Penilaian Indikator Penilaian Teknik Instrumen

1. Menyelidiki macam-macam perpindahan kalor 2. Menjelaskan peranan perpindahan kalor dalam

kehidupan sehari-hari 3. Menjelaskan aplikasi perpindahan kalor dalam

teknologi beserta implikasinya dalam lingkungan dan masyarakat.

Tes tertulis Tes unjuk

kerja

Essay Lembar

observasi

Evaluasi : Sebutkan beberapa contoh penerapan perpindahan kalor secara radiasi dalam kehidupan sehari-hari ! Jawab :

a. Pada siang hari yang panas, orang lebih suka memakai baju cerah daripada baju gelap. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penyerapan kalor.

b. Cat mobil atau motor dibuat mengkilap untuk mengurangi penyerapan kalor.

c. Mengenakan jaket tebal atau meringkuk di bawah selimut tebal saat udara dingin badanmu merasa nyaman.

d. Dinding termos dilapisi perak

Semarang, 06 Februari 2013

Guru mata pelajaran Peneliti

Ibu Sri Harjanti Emi Rahmawati

NIP. 196005291981032004 4201409002

Kepala Sekolah

Drs. Catonggo Sulistiyono, S. Kom

NIP. 19681006 199802 1 00

88

LEMBAR KERJA SISWA 1

Kelompok : ..................

Anggota :

Standar Kompetensi

3. Memahami wujud zat dan perubahannya

Kompetensi Dasar

3.4 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu

suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator Pencapaian Pembelajaran

Merangkai alat dan melakukan percobaan untuk menyelidiki banyaknya

kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat

Masalah

Hipotesis

Rumuskan suatu hipotesis mengenai permasalahan diatas,

Hipotesis kalian dapat di uji dengan melakukan percobaan pengaruh kalor

terhadap perubahan suhu benda.

Pernahkah kamu demam?

Biasanya, ketika demam ibu menyelipkan termometer di bagian

ketiakmu bukan? Kemudian ibu mengkompres kamu dengan air. Setelah

beberapa saat, ternyata suhu badan kamu menurun dari 39℃ menjadi

36℃. Menurutmu, mengapa ibu menaruh termometer di ketiakmu dan

mengkompres dengan air? Apakah hubungan antara kalor, termometer,

air, dan suhu?

Lampiran 5

89

Petunjuk : Lakukan kegiatan dan jawablah semua pertanyaan dibawah ini!

Kegiatan 1.

1. Coba kalian siapkan dua buah gelas bekker A dan B. Isilah gelas bekker

A dengan air 50 ml dan gelas bekker B dengan air 100 ml.

2. Ukurlah suhu air pada masing-masing kedua gelas. Berapakah suhunya?

Catat suhu air mula-mula dan usahakan suhunya sama

3. Sekarang,coba kalian susun alat seperti gambar dibawah ini!

Jika kalian nyalakan pembakar spirtus, kira-kira perubahan apa yang

akan terjadi?

4. Ukurlah waktu yang dibutuhkan untuk memanaskan air sampai suhu

50oC. berapakah waktunya?

5. Catatlah data pengamatan ke dalam tabel 1.

Tabel 1. Data hasil percobaan kegiatan 1

No Gelas Bekker Volume air Suhu Awal oC Suhu Akhir oC Waktu

(menit)

1. A

2. B

6. Apakah waktu yang dibutuhkan kedua air untuk mencapai suhu 50oC

sama? Jika tidak, mana yang lebih cepat mencapai suhu 50oC ? gelas

bekker A atau gelas bekker B? Mengapa demikian?

7. Apakah volume air mempengerahui banyaknya kalor yang dibutuhkan

untuk menaikkan suhu suatu zat?

B A

90

8. Seandainya banyaknya kalor yang diberikan untuk memanaskan air

sebanding dengan waktu pemanasan, makin besar kalor yang diperlukan

untuk memanaskan 100 ml air . . . . dibandingkan dengan memanaskan

50 ml air pada suhu yang sama.

9. Volume air sebanding dengan massa air, semakin besar volumenya

semakin . . . massanya.

10. Adakah hubungan antara banyaknya kalor yang diperlukan untuk

menaikkan suhu benda dengan massa benda? Jelaskan !

Kegiatan 2.

Pada kegiatan 1, kalian telah meyelidiki banyaknya kalor yang dibutuhkan

untuk memanaskan air mineral dengan volume yang berbeda. Sekarang, coba

kalian isi gelas bekker A dengan 100 ml air mineral dan gelas bekker B dengan

100 ml minyak goreng

1. Ukurlah suhu zat pada masing-masing kedua gelas. Berapakah suhunya?

2. Sekarang,coba kalian susun alat seperti gambar dibawah ini!

Jika kalian nyalakan pembakar spirtus, kira-kira perubahan apa yang

akan terjadi pada air dan minyak goreng?

3. Jika kalian ingin memanaskan air dan minyak goreng tersebut sampai

suhu 25oC, berapakah waktu yang kalian butuhkan?

4. Catatlah data pengamatan ke dalam tabel 2

Tabel 2. Data hasil Percobaan kegiatan 2

No Gelas Jenis Zat Suhu Awal Suhu Akhir Waktu

B A

91

Bekker oC oC (menit)

1. A

2. B

5. Apakah waktu yang dibutuhkan kedua zat untuk mencapai suhu 25oC

sama?

Jika tidak, mana yang lebih cepat mencapai suhu 25oC ? gelas bekker

A atau gelas bekker B?

6. Mengapa hal itu bisa terjadi?

7. Apakah jenis zat mempengaruhi banyaknya kalor yang dibutuhkan

untuk menaikkan suhu suatu zat? Jelaskan !

Kegiatan 3

1. Isilah gelas bekker A dengan air sebanyak 100 ml.

2. Ukurlah suhu awal air tersebut, berapakah suhunya?

3. Sekarang, susunlah alat seperti gambar dibawah ini !

Jika kalian nyalakan pembakar spirtus, kira-kira perubahan apa yang

akan terjadi?

4. Ukurlah suhu air selama pemanasan. Setelah 1 menit, berapakah suhu

air?

5. Berapakah suhunya setelah 2 menit, 3 menit, 4 menit, dan 5 menit?

6. Catatlah data pengamatan kedalam tabel 3!

92

7. Dari data pengamatan, apakah suhu air pada setiap waktunya sama?

8. Jika berbeda, coba kalian urutkan suhu dari yang terkecil sampai ke

yang terbesar!

9. Pada menit ke berapa suhu air paling rendah?

Dan pada menit ke berapa suhu air paling tinggi?

10. Adakah hubungan antara banyaknya kalor yang diperlukan dengan

kenaikan suhu benda? Jelaskan!

KESIMPULAN

93

LEMBAR KERJA SISWA 2

Kelompok : ..................

Anggota :

Standar Kompetensi

4. Memahami wujud zat dan perubahannya

Kompetensi Dasar

3.5 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu

suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator Pencapaian Pembelajaran

Merangkai alat dan melakukan percobaan untuk menyelidiki hubungan

kalor dengan perubahan wujud benda.

Masalah

Tahukah kalian?

Kulkas berfungsi sebagai alat penyimpan makanan. Selain itu, kulkas lebih

sering dimanfaatkan untuk membuat es batu. Ketika air dimasukkan kedalam

kulkas (freezer), maka selang beberapa waktu, air tersebut berubah menjadi es

batu. Dewasa ini, masih banyak merek kulkas yang masih menggunakan Freon

sebagai gas pendingin. Hasil penelitian ahli mendapatkan bahwa uap hasil Freon

pada kulkas ikut berperan dalam menipiskan lapisan ozon. Menurut kalian, apakah

hubungan antara kalor, air, es, kulkas, Freon dan lingkungan?

Pada siang hari yang panas, kita lebih suka minuman yang dingin. Seketika

itu, kita biasanya mengambil es batu dari kulkas kemudian memasukkan es batu

tersebut ke dalam segelas minuman. Jika kalian memasukkan es batu tersebut

pada segelas minuman teh panas, apa yang terjadi pada es batu tersebut? Apakah

kalian memperhatikan perubahan wujud yang terjadi pada es batu? Mengapa hal

tersebut bisa terjadi?

Lampiran 6

94

Hipotesis

Rumuskan suatu hipotesis mengenai permasalahan diatas, dan dapat di uji

dengan melakukan kegiatan percobaan pengaruh kalor terhadap perubahan

wujud benda!

Petunjuk : Lakukan kegiatan dan jawablah pertanyaan dibawah ini!

8. Masukkan es batu ke dalam glas bekker. Coba kalian ukur suhunya

dengan termometer. Berapakah suhunya?

9. Susunlah alat dan bahan seperti gambar dibawah ini.

Jika kalian nyalakan pembakar spirtus, kira-kira apa yang akan terjadi

pada es batu tersebut?

10. Coba kalian ukur lama pemanasan dan suhunya. Kemudian catat dalam

tabel pengamatan

Tabel Data hasil Pengamatan

No Wujud zat Suhu (oC) Lama Pemanasan

(menit)

Keterangan

1. Es Keadaan mula-mula

2. Es dalam air Es mulai mencair

95

3. Air Es telah mencair

4. .............. Mendidih

5. .............. Air menjadi uap

11. Untuk mengubah wujud es menjadi wujudnya yang lain apakah

diperlukan waktu yang sama? Bagaimana dengan suhunya?

12. Apakah suhu air berubah ketika mendidih? Mengapa ?

13. Buatlah grafik hubungan antara lama pemanasan dengan suhu!

KESIMPULAN

96

LEMBAR KERJA SISWA 3

Kelompok : ..................

Anggota :

Standar Kompetensi

5. Memahami wujud zat dan perubahannya

Kompetensi Dasar

3.6 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu

suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator Pencapaian Pembelajaran

Merangkai alat dan melakukan percobaan untuk menyelidiki macam –

macam

perpindahan kalor dan pengaruhnya dalam penyebaran api pada peristiwa

kebakaran.

Masalah

Api sangat penting bagi kehidupan, karena api memberikan banyak manfaat.

Api dapat dijadikan penerangan, memberikan kehangatan dan berfungsi dalam

mengolah makanan. Jika banjir adalah air yang ketiggiannya melebihi batas normal,

maka kebakaran adalah api yang tidak dapat dikendalikan. Api biasanya terjadi di

tempat yang beroksigen baik itu ruang terbuka ataupun tertutup. Jika titik api telah

timbul maka penyebaran api keseluruh bangunan gedung dapat terjadi melalui tiga

mekanisme perpindahan kalor yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.

Menurut kalian, bagaimana perpindahan kalor dapat mempercepat penyebaran api pada

peristiwa kebakaran?

Lampiran 7

97

Hipotesis

Rumuskan suatu hipotesis mengenai permasalahan diatas, dan dapat di uji

dengan melakukan kegiatan percobaan perpndahan kalor!

Petunjuk : Lakukan kegiatan dibawah ini!

Kegiatan 1.

14. Coba kalian nyalakan api pada pembakar spirtus.

15. Coba kalian pegang salah satu ujung batang besi (penggaris) dengan

dilapisi kain.

16. Setelah cukup lama, letakkan batang besi tersebut di atas meja. Coba

kalian raba dengan hati-hati, bagian yang tidak langsung terkena panas

dari lilin yang menyala. Apa yang Anda rasakan?

17. Dari percobaan diatas, bagian batang besi yang tidak dipanasi lama

kelamaan ikut menjadi panas? Menurut pendapatmu, mengapa hal itu

bisa terjadi?

18. Sekarang, coba ulangi kegiatan 2 !

19. Setelah batang besi cukup panas, letakkan batang besi tersebut diatas

meja.

20. Coba dekatkan telapak tangan kalian (jangan menyentuh batang besi).

Apa yang kalian rasakan?

21. Menurut pendapatmu, mengapa hal itu bisa terjadi?

98

22. Apa kesimpulan dari kegiatan 1?

Kegiatan 2

1. Coba kalian isi erlenmeyer dengan serbuk gergaji kemudian panaskan

diatas pembakar spirtus!

2. Coba kalian amati keadaan serbuk gergaji, bagaimana keadaan serbuk

gergaji tersebut setelah dipanaskan diatas api?

3. Mengapa demikian?

4. Kesimpulan apa yang kalian peroleh dari percobaan ini?

99

KRITERIA PENILAIAN LEMBAR OBSERVASI

No Aspek yang diamati Skor Keterangan 1 Menyusun hipotesis 4 Pendapat yang disampaikan jelas dan

berkaitan dengan materi 3 Pendapat yang disampaikan tidak jelas dan

tidak berkaitan dengan materi 2 Pendapat yang disampaikan tidak jelas dan

tidak berkaitan dengan materi 1 Tidak berani berpendapat

2 Mengamati 4 Dapat membaca hasil percobaan dengan benar, cepat dan teliti

3 Dapat membaca hasil percobaan dengan benar dan teliti

2 Dapat membaca hasil percobaan dengan benar tetapi tidak teliti

1 Tidak dapat membaca hasil percobaan 3 Menginterpretasi data 4 Dapat membuat tabel/grafik dengan baik

dan benar 3 Dapat membuat tabel/grafik dengan baik,

tetapi kurang benar 2 Dapat membuat tabel/grafik dengan baik

tetapi salah 1 Tidak dapat membuat tabel/grafik

Lampiran 8

100

LEMBAR OBSERVASI

No

Responden

Aspek yang diamati Menyusun Hipotesis

Mengamati Menginterpretasi data

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Lampiran 9

101

KISI-KISI TES SOAL UJI COBA

Mapel : IPA Fisika

Satuan pendidikan : Sekolah Menengah Pertama Sekolah : SMP N 13 Semarang Kelas/semester : VII / 2

Indikator Kemampuan berpikir kritis

Nomor soal

Menjelaskan pengertian kalor

Menilai 1 4

Menjelaskan hubungan kalor dengan perubahan suhu benda

Menilai 2 Menganalisis 11

12 15

Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat

Menilai 3

Menyelidiki hubungan kalor dengan perubahan wujud benda

Menilai 5

6

Menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan.

Mengidentifikasi 17

Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur

Menilai 9

10

Menerapkan hubungan kalor dengan perubahan suhu, Q = m c ∆t ,kalor uap Q = m U dan kalor lebur Q = m L untuk memecahkan masalah sederhana

Menyimpulkan 14

Menginterpretasi 19

20

Menyelidiki macam-macam perpindahan kalor

Menilai 7 Mengidentifikasi 16

Menjelaskan peranan perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari

Menilai 8 Mengidentifikasi 13 Menganalis 18

Jumlah 20

Lampiran 10

102

SOAL UJI COBA INSTRUMEN

Mapel : IPA Fisika Satuan pendidikan : Sekolah Menengah Pertama

Sekolah : SMP N 22 Semarang Kelas/semester : VII / 2

A. Jawablah pertanyaan dibawah ini ( benar / salah ) disertai dengan alasan !

1. Satuan kalor di dalam Sistem Internasional ( SI ) adalah kalori.

2. Ketika kalian memegang es batu, kalor berpindah dari tangan ke es,

3. Kalor dapat mengubah massa dan jenis benda.

4. Satu kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan tiap 1 kg air, sehingga

suhunya naik 10C.

5. Menguap adalah perubahan wujud zat yang melepas kalor dan

mengembun adalah perubahan wujud zat yang memerlukan kalor.

6. Ketika es melebur, suhu es tersebut tetap.

7. Aliran udara pada cerobong asap merupakan peristiwa radiasi

8. Pada siang hari, kalian akan lebih merasakan panas ketika memakai baju

berwarna gelap daripada baju berwarna cerah.

9. Titik didih air garam lebih tinggi daripada titik didih air murni pada

tekanan yang sama.

10. Memasak air di pantai akan lebih cepat mendidih dibanding memasak air

dipegunungan karena tekanan di pantai lebih besar dari pada tekanan di

pegunungan.

B. Uraian

11. Perhatikan gambar dibawah ini !

a. Bagaimanakah cara kerja dispenser?

b. Bagaimanakah pengaruh kalor terhadap dispenser?

12. Ketika kalian menempelkan tangan kalian ke dinding yang dingin, tangan

kalian akan terasa lebih dingin dan bagian dinding itu akan terasa lebih

hangat. Mengapa demikian?

13. Bagaimanakah terjadinya angin laut?

Lampiran 11

103

14. Anis memanaskan besi dan kaca pada tekanan dan massa yang sama.

Benda manakah yang membutuhkan kalor lebih banyak jika suhu

keduanya sama? Berikan simpulanmu ! kalor jenis besi 450 J/KgoC dan

kalor jenis kaca 670 J/KgoC.

15. Mengapa berkeringat saat cuaca panas dapat menurunkan suhu tubuh?

16. Jika kita menginginkan air tetap panas, maka diletakkan dalam dalam

termos. Jelaskan prinsip perpindahan kalor pada termos!

17. Sebutkan faktor – faktor yang dapat mempercepat penguapan !

18. Mengapa pada siang hari yang panas, kita lebih baik memakai baju putih

mengkilap dibandingkan baju hitam?

19. Berapa energi kalor yang diperlukan untuk memanaskan 2 kg besi yang

kalor jenisnya 460 J/kg0C, dari suhu 15 0C sampai 100 0C?

20. Sebanyak 25 gram zat padat dipanaskan. Grafik suhu terhadap kalor zat

padat tersebut ditunjukan pada gambar disamping.

Hitunglah :

a. Titik lebur,

b. Kalor lebur zat padat tersebut.

Kalor ( J )

0 900 1500 1800

420

320

20

Suhu ( oC )

A

B C

D

104

Lampiran 3

ANALISIS HASIL TES UJI COBA

NO SOAL

NO KODE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 UC 01 1 3 0 3 1 1 2 3 0 1

2 UC 02 2 1 3 1 3 2 3 1 3 0

3 UC 03 1 2 1 3 2 1 2 3 1 2

4 UC 04 3 3 2 3 1 2 2 2 0 2

5 UC 05 1 1 3 1 1 2 2 3 2 1

6 UC 06 1 1 1 1 2 2 3 3 1 1

7 UC 07 0 2 0 1 3 1 3 0 0 1

8 UC 08 3 1 3 0 3 1 3 2 1 2

9 UC 09 1 3 3 3 2 1 2 2 2 1

10 UC 10 1 1 2 1 3 2 2 0 0 2

11 UC 11 3 3 3 0 1 1 3 1 0 3

12 UC 12 3 1 2 1 2 2 3 2 2 1

13 UC 13 1 1 1 1 1 2 3 0 1 2

14 UC 14 0 3 2 0 3 0 2 3 1 3

15 UC 15 2 2 0 0 3 0 2 1 0 1

16 UC 16 1 1 0 0 2 1 2 2 0 1

17 UC 17 3 2 3 0 3 1 2 0 1 1

18 UC 18 1 0 1 1 3 0 2 3 0 1

19 UC 19 1 2 3 0 2 1 1 2 0 1

20 UC 20 3 2 1 0 3 1 2 1 0 0

21 UC 21 1 1 2 2 1 1 2 0 1 1

22 UC 22 3 1 3 1 3 0 2 3 0 0

23 UC 23 3 1 0 0 2 2 3 1 1 1

24 UC 24 2 3 0 1 2 0 2 3 3 1

25 UC 25 1 3 3 3 0 0 3 1 0 0

26 UC 26 1 3 1 1 2 0 1 3 1 1

27 UC 27 1 2 2 1 0 0 2 0 1 0

28 UC 28 1 3 0 1 3 1 2 1 0 1

29 UC 29 3 1 3 1 2 0 3 3 1 1

30 UC 30 3 1 2 0 3 0 1 2 0 2

∑X 51 54 50 31 62 28 67 51 23 35

(∑X)2

2601 2916 2500 961 3844 784 4489 2601 529 1225

∑(X)2

117 122 124 63 154 44 161 125 41 59

∑σi2

27.88

Reliabilitas σt2

52.18

r11 = 0.49 α = 5% n = 20 rtabel = 0.361

karena r11 > rtabel , maka instrumen bersifat reliabel

MA 2.53 2.6 2 1.73 2.8 1.53 2.4 2.67 1.47 1.67

Daya MB 0.87 1 1.47 0.33 1.33 0.33 1.87 0.73 0.07 0.67

Pembeda DP 0.56 0.53 0.18 0.47 0.49 0.4 0.18 0.64 0.47 0.33

kriteria baik baik jelek baik baik cukup jelek baik baik cukup

Tingkat P 0.57 0.6 0.56 0.34 0.69 0.31 0.74 0.57 0.26 0.39

Kesukaran kriteria sedang sedang sedang sedang sedang sedang mudah sedang sulit sedang

keterangan pakai pakai tidak pakai pakai pakai tidak pakai pakai pakai

105

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Y Y2

0 2 3 0 2 0 5 3 0 1 31 961

2 1 3 1 2 4 1 4 1 1 39 1521

3 3 5 2 1 5 1 2 1 1 42 1764

5 4 3 3 1 5 3 5 1 1 51 2601

3 2 3 0 2 2 1 3 0 1 34 1156

3 3 3 0 2 4 5 5 0 1 42 1764

4 1 3 1 2 1 1 5 1 2 32 1024

0 1 3 0 1 3 2 5 0 1 35 1225

3 5 3 2 2 2 3 5 1 2 48 2304

0 4 5 0 2 3 5 5 2 2 42 1764

3 3 3 0 3 0 5 4 0 1 40 1600

4 5 5 0 2 5 5 5 0 1 51 2601

3 3 3 0 2 5 5 5 0 1 40 1600

3 1 3 0 2 5 1 5 0 2 39 1521

0 1 4 2 2 3 5 5 0 0 33 1089

2 2 3 3 2 2 2 3 0 0 29 841

2 3 3 0 1 3 3 3 0 0 34 1156

5 5 3 2 2 2 5 5 5 2 48 2304

2 2 4 1 3 5 5 5 2 1 43 1849

3 3 3 0 1 5 2 5 0 1 36 1296

4 0 3 3 3 2 5 5 0 0 37 1369

2 3 3 4 1 5 5 5 5 0 49 2401

0 3 4 2 0 5 5 5 5 0 43 1849

1 5 3 3 3 5 5 5 5 1 53 2809

5 1 3 0 1 5 2 3 0 0 34 1156

5 4 4 5 2 3 5 5 5 1 53 2809

1 3 1 3 1 4 1 3 1 1 28 784

2 3 3 5 2 5 5 3 5 1 47 2209

5 0 3 0 2 3 5 5 5 1 47 2209

0 3 1 2 2 4 5 3 0 0 34 1156

75 79 96 44 54 105 108 129 45 27 1214 50692

5625 6241 9216 1936 2916 11025 11664 16641 2025 729

271 269 330 138 112 439 474 583 189 37

3.87 3.73 3.6 2.8 2.27 4.8 5 5 3 1.33

1.13 1.53 2.67 0.13 1.33 2.2 2.2 3.6 0 0.47

0.55 0.44 0.19 0.53 0.19 0.52 0.56 0.28 0.6 0.17

baik baik jelek baik jelek baik baik cukup baik jelek

0.5 0.53 0.64 0.29 0.36 0.7 0.72 0.86 0.3 0.18

sedang sedang sedang sulit sedang sedang mudah mudah sedang sulit

pakai pakai tidak pakai tidak pakai pakai pakai pakai tidak

106

Lampiran 13

ANALISIS SOAL UJI COBA

PERHITUNGAN RELIABILITAS

Rumus yang digunakan :

r�� = �n

n − 1� �1 −

∑σ��

�

Kriteria pengambilan keputusan:

Apabila r11> rtabel, maka instrumen dikatakan reliabel.

1. Perhitungan varians total

Rumus yang digunakan adalah:

���� =

∑��� −

(��)

��� = ��.��

2. Perhitungan varians butir

Rumus yang digunakan adalah:

���� =

∑��� −

(∑��)�

��� = ��.��

3. Perhitungan koefisien reliabilitas

��� = �20

20 − 1��1 −

27.88

52.18�

��� = �.��

Untuk banyaknya peserta uji coba 30 dengan taraf kesalahan 5% diperoleh

Harga r tabel = 0.361

karena r11> rtabel, maka instrumen tersebut reliabel.

107

Lampiran 14

PERHITUNGAN TINGKAT KESUKARAN

Rumus yang digunakan:

� =����

������������

���� =�����ℎ��������������������

�����ℎ����������

Kriteria tingkat kesukaran soal adalah :

0 ≤ P ≤ 0,30 soal sukar

0,30 < P ≤ 0,70 soal cukup ( sedang)

0,70 < P ≤ 1 soal mudah

Berikut ini tingkat kesukaran pada butir nomor 1.

KODE SKOR KODE SKOR KODE SKOR

UC 01 1 UC 11 3 UC 21 1

UC 02 2 UC 12 3 UC 22 3

UC 03 1 UC 13 1 UC 23 3

UC 04 3 UC 14 0 UC 24 2

UC 05 1 UC 15 2 UC 25 1

UC 06 1 UC 16 1 UC 26 1

UC 07 0 UC 17 3 UC 27 1

UC 08 3 UC 18 1 UC 28 1

UC 09 1 UC 19 1 UC 29 3

UC 10 1 UC 20 3 UC 30 3

Jumlah skor = 51

Jumlah peserta uji coba = 30

Mean = 1.70

108

Skor maksimal = 3

Tingkat kesukaran nomor 1 adalah sebagai berikut:

� =1.70

3= 0.57

Maka soal nomor 1 memiliki kriteria soal sedang.

Untuk butir soal yang lain cara perhitungannya analog dengan cara diatas.

109

Lampiran 15

PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA SOAL

Rumus yang digunakan adalah:

�� = ���������������� − ����������������ℎ

����������������

Kriteria daya pembeda soal adalah:

0,00 ≤ DP ≤ 0,20 : soal jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 : soal cukup baik

0,40 < DP ≤ 0,70 : soal baik

0,70 < DP ≤ 1,00 : soal sangat baik

Perhitungan daya pembeda pada soal nomor 1

KELOMPOK ATAS KELOMPOK BAWAH

KODE SKOR KODE SKOR

UC 04 3 UC 05 1

UC 08 3 UC 06 1

UC 11 3 UC 09 1

UC 12 3 UC 10 1

UC 17 3 UC 13 1

UC 20 3 UC 16 1

UC 22 3 UC 18 1

UC 23 3 UC 19 1

UC 29 3 UC 21 1

UC 30 3 UC 25 1

UC 02 2 UC 26 1

UC 15 2 UC 27 1

UC 24 2 UC 28 1

UC 01 1 UC 7 0

UC 03 1 UC 14 0

∑ 38 ∑ 13

���������������� = 38

15= 2.53

110

����������������ℎ =13

15= 0.87

��������������������������1 = 3

�� =2.53− 0.87

3= 0.56

DP = 0.56 maka soal nomor 1 memiliki kriteria baik.

111

Lampiran 16

DAFTAR NILAI RAPOR KELAS VII SEMESTER 1

SMP NEGERI 22 SEMARANG

No Nilai No Nilai No Nilai No Nilai

1 71.7 1 82.8 1 80.4 1 74.6

2 74.6 2 74.8 2 75.4 2 75

3 74.6 3 75 3 72 3 75.2

4 74.6 4 78.7 4 72 4 74.5

5 75.6 5 75 5 80 5 79.5

6 75.4 6 74.5 6 72.4 6 72.2

7 74.9 7 76.7 7 80.7 7 76.8

8 76.6 8 72 8 76.8 8 76.1

9 75 9 85.4 9 76 9 79.7

10 79.9 10 74.5 10 74.8 10 78.5

11 75.4 11 80.4 11 87.8 11 78.8

12 83.6 12 72 12 81.8 12 72.4

13 75 13 75.4 13 84.3 13 75.1

14 71.7 14 78.8 14 82 14 79.5

15 78 15 75.7 15 78.4 15 75

16 77.1 16 79.8 16 77.6 16 71.5

17 77.2 17 75.3 17 77.4 17 78.8

18 78.8 18 84.1 18 76.2 18 81

19 74.5 19 81.4 19 85.8 19 74.8

20 86.8 20 84.1 20 77 20 76.9

21 83.1 21 74.5 21 71.8 21 75

22 73 22 72.2 22 74.8 22 76.2

23 76.9 23 72.3 23 77.2 23 79.8

24 74.8 24 74.6 24 79.8 24 80.2

25 76.4 25 77.5 25 76.4 25 72.5

26 76.7 26 74.7 26 77.4 26 73.2

27 77.6 27 80.3 27 74.6 27 74.8

28 72.8 28 78 28 76.3 28 77.2

29 84.7 29 66.8 29 80.2 29 74.5

30 77.1 30 75 30 84.6 30 74.7

31 81.2 31 78.6 31 80.2 31 85.1

32 72.4 32 32 81.8 32 74.6

∑ 2457.7 ∑ 2380.9 ∑ 2503.9 ∑ 2443.7

n 32 n 31 n 32 n 32

76.8 76.8 78.25 76.37

13.71 20.55 16.47 9.16

VII B VII C VII D VII E

x x x x2S 2S

2S 2S

112

Lampiran 17

UJI HOMOGENITAS POPULASI

Hipotesis

H0 : ��� = ���

Ha : Tidak semua : ��� sama, untuk i = 1,2,3,4

Kriteria

H0 diterima jika ᵡ2hitung < ᵡ2

(1-α) (k-1)

Pengujian Hipotesis

Kelas

dk = -1

(dk)

log

(dk)log

VII B 32 31 13.71 425.01 1.14 35.25

VII C 31 30 20.55 616.5 1.31 39.38

VII D 32 31 16.47 510.57 1.22 37.72

VII E 32 31 9.16 283.96 0.96 29.82

∑ 127 123 59.89 1836.04 4.63 142.17

Varians gabungan dari populasi adalah :

Harga satuan B

Untuk α = 5% dengan dk = k-1 = 4 – 1 = 3 diperoleh ᵡ2tabel = 7.815

inin 2Si 2Si 2Si 2Si

92715.14123

04.1836

)1(

)1( 2

2

ni

SiniS

1740.12 LogS

)1()( 2inLogSB

1231740.1

40.144

22 log)1()10( SinBLn i c

17.1424.1443026.2

14.5

113

Grafik kriteria penerimaan H0

Karena ᵡ2hitung < ᵡ2

tabel maka populasi mempunyai varians yang sama ( homogen)

5.14 7.815

114

Lampiran 18

DAFTAR NAMA SISWA

KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL

Kode NAMA SISWA KODE NAMA SISWA

E-01 ACHMAT SHOLEH K-01 ABBRAHAM

E-02 FEBY ARTANI K-02 AFINISA FITRI K

E-03 FELIFE SATRIA K-03 AHMADAN NURWAHYU

E-04 MUHAMMAD LUKMAN K-04 ALWI NUR FAUZI

E-05 SEPTI PURWANINGTYAS K-05 AN NAFI'A N

E-06 WULAN ALIFATUT T K-06 ANGGI IKA PANGESTU

E-07 ALBERTUS DIMAS K-07 ANGGI SUKMA ANJANI

E-08 GEORGE BERNANDO K-08 ARJUNA SUKMA

E-09 LIDIA FEBRI K K-09 CHRYSMAWAN BAGUS

E-10 MUHAMMAD RIFAI S K-10 DANI TRIATMOKO

E-11 SEPTIANA ATIKA S K-11 DELINA INKHIS FEBRI

E-12 YOHANA FRANSISKA S K-12 DESTRIN ARGI W

E-13 ALFINA TASYA K-13 EFELINE NUZULA A

E-14 ANTONIUS BWI W K-14 EMMA PUJI H

E-15 GITA MAULIDA K-15 ESAMUDRA A

E-16 NAMIRA ANJANI K K-16 HERI APRIANTO

E-17 ROBERTUS ANDARU P K-17 ICHSAN KURNIAWAN

E-18 SHELLA YULIANA K-18 IKA NUR FADILAH

E-19 AWAL SUKMA P K-19 JULITH PRIMA H

E-20 HENDRIAWAN YUDHA K-20 KOKOK TRIHATMOKO

E-21 NURDYA APRILIA K-21 LINDA DWI YUSI A

E-22 SYAHRUL HERMANSYAH K-22 MUCHAMAD HARUN

E-23 TITUS YUDHA EKA W K-23 MUHAMAD RIDHO

E-24 BAYU YULIANTO K-24 NIRMALA DEVI A

E-25 KACA SUMAWINATA K-25 OKTAVIA AYU N

E-26 PEGITA LEBIANA K-26 PUJONGGO ADI

E-27 TRISSYA MELLIANA H K-27 ROY ROLANDA A

E-28 DESKAWAMI GILANG K-28 SHAFIRA NASRI M

E-29 DEVI INDAH N K-29 SRI RAHAYU

E-30 KRISNA FEBY A K-30 TRI AJI SUJATMIKO

E-31 SALVA RISMA P K-31 UTAMI CATUR C

E-32 WIDIA KUSUMANING K K-32 YOGA BAGUS P

115

SOAL PRE-TEST

Mapel : IPA Fisika Satuan pendidikan : Sekolah Menengah Pertama

Sekolah : SMP N 22 Semarang Kelas/semester : VII / 2

A. Jawablah pertanyaan dibawah ini ( benar / salah ) disertai dengan alasan !

1. Satuan kalor di dalam Sistem Internasional ( SI ) adalah kalori.

2. Ketika kalian memegang es batu, kalor berpindah dari tangan ke es,

3. Satu kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan tiap 1 kg air, sehingga

suhunya naik 10C.

4. Menguap adalah perubahan wujud zat yang melepas kalor dan

mengembun adalah perubahan wujud zat yang memerlukan kalor.

5. Ketika es melebur, suhu es tersebut tetap.

6. Pada siang hari, kalian akan lebih merasakan panas ketika memakai baju

berwarna gelap daripada baju berwarna cerah.

7. Titik didih air garam lebih tinggi daripada titik didih air murni pada

tekanan yang sama.

8. Memasak air di pantai akan lebih cepat mendidih dibanding memasak air

dipegunungan karena tekanan di pantai lebih besar dari pada tekanan di

pegunungan.

B. Uraian

9. Perhatikan gambar dibawah ini !

c. Bagaimanakah cara kerja dispenser?

d. Bagaimanakah pengaruh kalor terhadap dispenser?

10. Ketika kalian menempelkan tangan kalian ke dinding yang dingin, tangan

kalian akan terasa lebih dingin dan bagian dinding itu akan terasa lebih

hangat. Mengapa demikian?

11. Anis memanaskan besi dan kaca pada tekanan dan massa yang sama.

Benda manakah yang membutuhkan kalor lebih banyak jika suhu

keduanya sama? Berikan simpulanmu ! kalor jenis besi 450 J/KgoC dan

kalor jenis kaca 670 J/KgoC.

Lampiran 19

116

12. Jika kita menginginkan air tetap panas, maka diletakkan dalam dalam

termos. Jelaskan prinsip perpindahan kalor pada termos!

13. Sebutkan faktor – faktor yang dapat mempercepat penguapan !

14. Mengapa pada siang hari yang panas, kita lebih baik memakai baju putih

mengkipap dibandingkan baju hitam?

15. Berapa energi kalor yang diperlukan untuk memanaskan 2 kg besi yang

kalor jenisnya 460 J/kg0C, dari suhu 15 0C sampai 100 0C?

Lampiran 20

DATA PRE-TEST KELAS EKSPERIMEN

NOMOR SOAL SKOR

NO KODE MENILAI MENGIDENTIFIKASI MENGANALISIS MENGEVALUASI MENYIMPULKAN TOTAL % SKOR KATEGORI

1 2 3 4 5 6 7 8 12 13 9 10 14 15 11

1 E-01 2 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 10 16.95 kurang kritis

2 E-02 3 1 0 1 0 2 1 0 1 0 1 3 2 0 1 16 27.12 cukup kritis

3 E-03 1 2 0 1 1 1 1 0 2 0 0 0 1 1 1 12 20.34 kurang kritis

4 E-04 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 3 0 2 0 1 12 20.34 kurang kritis

5 E-05 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 12 20.34 kurang kritis

6 E-06 2 0 0 0 0 3 1 0 1 0 2 1 2 2 1 15 25.42 cukup kritis

7 E-07 1 1 2 1 1 0 1 1 0 0 2 2 0 1 0 13 22.03 kurang kritis

8 E-08 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 4 1 0 0 0 11 18.64 kurang kritis

9 E-09 1 2 1 0 0 1 1 0 0 2 1 0 2 0 1 12 20.34 kurang kritis

10 E-10 3 2 2 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 12 20.34 kurang kritis

11 E-11 1 0 2 1 1 1 1 1 1 2 0 1 2 1 2 17 28.81 cukup kritis

12 E-12 2 2 1 1 1 0 1 0 1 0 2 0 0 0 0 11 18.64 kurang kritis

13 E-13 2 1 1 1 1 2 1 0 1 0 0 1 0 1 0 12 20.34 kurang kritis

14 E-14 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 2 1 0 0 0 8 13.56 kurang kritis

15 E-15 1 1 0 1 1 1 0 1 0 2 1 1 1 0 0 11 18.64 kurang kritis

16 E-16 2 0 0 1 0 3 2 2 0 0 3 1 2 0 0 16 27.12 cukup kritis

17 E-17 1 1 1 0 2 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 10 16.95 kurang kritis

18 E-18 2 0 2 0 2 1 1 0 2 0 3 2 0 1 1 17 28.81 cukup kritis

19 E-19 2 1 1 0 1 0 1 0 2 0 0 1 0 1 0 10 16.95 kurang kritis

20 E-20 3 0 2 0 1 2 1 0 0 0 1 0 1 0 1 12 20.34 kurang kritis

21 E-21 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 3 2 5 0 0 12 20.34 kurang kritis

22 E-22 1 1 0 0 0 2 1 1 0 1 0 0 0 0 0 7 11.86 kurang kritis

23 E-23 1 2 1 0 1 1 2 1 1 0 1 1 1 2 0 15 25.42 cukup kritis

24 E-24 1 1 2 0 0 0 1 0 0 1 2 1 0 0 0 9 15.25 kurang kritis

25 E-25 2 0 1 1 0 0 1 0 2 0 1 0 2 2 1 13 22.03 kurang kritis

26 E-26 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 9 15.25 kurang kritis

27 E-27 2 0 1 0 0 1 1 0 0 0 2 0 0 0 0 7 11.86 kurang kritis

28 E-28 0 2 2 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 9 15.25 kurang kritis

29 E-29 1 1 2 0 2 1 2 1 0 2 2 3 0 0 0 17 28.81 cukup kritis

30 E-30 2 1 0 1 1 2 0 0 0 0 1 0 1 0 1 10 16.95 kurang kritis

31 E-31 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 7 11.86 kurang kritis

32 E-32 1 1 0 1 0 3 2 0 0 2 0 1 1 0 1 13 22.03 kurang kritis

Jumlah 45 30 30 16 20 34 27 15 18 18 41 25 28 16 14 638.98

% rata - rata 46.88 31.25 31.25 16.67 20.83 35.42 28.13 15.63 11.25 11.25 25.63 15.63 17.50 10.00 8.75 19.97 kurang kritis

117

Lampiran 21

DATA PRE-TEST KELAS KONTROL

NOMOR SOAL SKOR

NO KODE MENILAI MENGIDENTIFIKASI MENGANALISIS MENGEVALUASI MENYIMPULKAN TOTAL % SKOR KATEGORI

1 2 3 4 5 6 7 8 12 13 9 10 14 15 11

1 K-01 2 1 1 0 1 1 1 0 0 1 2 1 1 0 1 13 22.03 kurang kritis

2 K-02 1 0 1 0 1 0 0 1 2 0 2 1 2 1 1 13 22.03 kurang kritis

3 K-03 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 1 2 1 0 12 20.34 kurang kritis

4 K-04 1 1 1 1 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 15 25.42 cukup kritis

5 K-05 3 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 25.42 cukup kritis

6 K-06 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 2 1 1 0 0 9 15.25 kurang kritis

7 K-07 0 1 0 1 1 0 0 1 2 1 1 0 1 1 2 12 20.34 kurang kritis

8 K-08 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 2 1 2 1 1 13 22.03 kurang kritis

9 K-09 3 0 1 2 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 2 13 22.03 kurang kritis

10 K-10 1 1 1 0 1 0 1 1 2 0 1 0 1 1 1 12 20.34 kurang kritis

11 K-11 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 2 0 0 0 9 15.25 kurang kritis

12 K-12 2 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13 22.03 kurang kritis

13 K-13 0 0 1 2 1 1 0 0 1 0 2 0 0 1 1 10 16.95 kurang kritis

14 K-14 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 2 1 0 1 2 11 18.64 kurang kritis

15 K-15 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 2 1 1 1 1 11 18.64 kurang kritis

16 K-16 0 0 0 0 1 2 0 0 0 1 3 1 1 0 1 10 16.95 kurang kritis

17 K-17 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 2 0 1 1 0 8 13.56 kurang kritis

18 K-18 3 0 0 1 0 1 0 0 0 1 2 1 1 0 1 11 18.64 kurang kritis

19 K-19 0 0 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 0 2 2 13 22.03 kurang kritis

20 K-20 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 8 13.56 kurang kritis

21 K-21 2 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 10 16.95 kurang kritis

22 K-22 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 6 10.17 kurang kritis

23 K-23 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 2 1 1 0 1 8 13.56 kurang kritis

24 K-24 3 0 0 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 16 27.12 cukup kritis

25 K-25 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 5 8.47 kurang kritis

26 K-26 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 3 2 1 0 2 13 22.03 kurang kritis

27 K-27 1 0 0 3 3 2 0 1 0 0 1 0 0 0 0 11 18.64 kurang kritis

28 K-28 0 0 1 2 0 1 0 1 0 0 2 2 2 0 0 11 18.64 kurang kritis

29 K-29 3 1 1 1 0 2 1 0 1 1 1 0 1 1 2 16 27.12 cukup kritis

30 K-30 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 10 16.95 kurang kritis

31 K-31 0 0 1 0 0 1 0 0 2 2 2 1 1 1 2 13 22.03 kurang kritis

32 K-32 3 0 1 2 0 2 0 0 0 0 0 1 0 2 0 11 18.64 kurang kritis

Jumlah 34 15 21 28 16 31 14 17 21 18 45 26 26 19 30 611.86

% rata - rata 35.42 15.63 21.88 29.17 16.67 32.29 14.58 17.71 13.13 11.25 28.13 16.25 16.25 11.88 18.75 19.12 kurang kritis

118

119

119

SOAL POST-TEST

Mapel : IPA Fisika Satuan pendidikan : Sekolah Menengah Pertama

Sekolah : SMP N 22 Semarang Kelas/semester : VII / 2

C. Jawablah pertanyaan dibawah ini ( benar / salah ) disertai dengan alasan !

21. Satuan kalor di dalam Sistem Internasional ( SI ) adalah kalori.

22. Ketika kalian memegang es batu, kalor berpindah dari tangan ke es,

23. Satu kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan tiap 1 kg air, sehingga

suhunya naik 10C.

24. Menguap adalah perubahan wujud zat yang melepas kalor dan

mengembun adalah perubahan wujud zat yang memerlukan kalor.

25. Ketika es melebur, suhu es tersebut tetap.

26. Pada siang hari, kalian akan lebih merasakan panas ketika memakai baju

berwarna gelap daripada baju berwarna cerah.

27. Titik didih air garam lebih tinggi daripada titik didih air murni pada

tekanan yang sama.

28. Memasak air di pantai akan lebih cepat mendidih dibanding memasak air

dipegunungan karena tekanan di pantai lebih besar dari pada tekanan di

pegunungan.

D. Uraian

29. Perhatikan gambar dibawah ini !

e. Bagaimanakah cara kerja dispenser?

f. Bagaimanakah pengaruh kalor terhadap dispenser?

30. Ketika kalian menempelkan tangan kalian ke dinding yang dingin, tangan

kalian akan terasa lebih dingin dan bagian dinding itu akan terasa lebih

hangat. Mengapa demikian?

31. Anis memanaskan besi dan kaca pada tekanan dan massa yang sama.

Benda manakah yang membutuhkan kalor lebih banyak jika suhu

keduanya sama? Berikan simpulanmu ! kalor jenis besi 450 J/KgoC dan

kalor jenis kaca 670 J/KgoC.

Lampiran 22

32. Jika kita menginginkan air tetap panas, maka diletakkan dalam dalam

termos. Jelaskan prinsip perpindahan kalor pada termos!

33. Sebutkan faktor – faktor yang dapat mempercepat penguapan !

34. Mengapa pada siang hari yang panas, kita lebih baik memakai baju putih

mengkipap dibandingkan baju hitam?

35. Berapa energi kalor yang diperlukan untuk memanaskan 2 kg besi yang

kalor jenisnya 460 J/kg0C, dari suhu 15 0C sampai 100 0C?

121

Lampiran 23

DATA POST-TEST KELAS EKSPERIMEN

NOMOR SOAL SKOR

NO KODE MENILAI MENGIDENTIFIKASI MENGANALISIS MENGEVALUASI MENYIMPULKAN TOTAL % SKOR KATEGORI

1 2 3 4 5 6 7 8 12 13 9 10 14 15 11

1 E-01 1 1 2 1 1 3 3 3 2 2 2 2 4 3 2 32 54.24 kritis

2 E-02 2 3 1 3 3 3 2 3 5 5 4 3 5 5 4 51 86.44 sangat kritis

3 E-03 3 3 1 2 1 3 1 2 5 5 3 2 5 5 2 43 72.88 kritis

4 E-04 3 1 1 3 0 3 1 1 5 5 4 2 5 5 1 40 67.80 kritis

5 E-05 1 3 2 2 1 2 3 1 2 2 3 3 3 5 2 35 59.32 kritis

6 E-06 1 3 1 1 1 1 1 3 3 5 5 4 5 5 2 41 69.49 kritis

7 E-07 1 3 1 1 1 1 2 1 3 1 3 2 5 5 3 33 55.93 kritis

8 E-08 2 2 2 3 3 3 3 1 3 2 3 2 3 5 0 37 62.71 kritis

9 E-09 3 3 1 3 1 3 1 1 3 1 4 4 3 5 1 37 62.71 kritis

10 E-10 2 3 3 3 3 3 3 2 5 2 0 3 4 2 2 40 67.80 kritis

11 E-11 1 3 1 1 2 3 3 3 5 5 4 2 5 5 4 47 79.66 sangat kritis

12 E-12 1 2 1 2 1 3 2 1 5 5 0 2 5 5 2 37 62.71 kritis

13 E-13 1 3 1 1 1 3 3 1 5 1 3 3 3 5 4 38 64.41 kritis

14 E-14 3 3 1 3 1 1 1 1 3 1 3 4 3 4 0 32 54.24 kritis

15 E-15 1 3 1 1 1 3 2 1 3 2 3 2 3 5 4 35 59.32 kritis

16 E-16 1 3 1 3 1 3 3 3 5 5 4 4 5 5 4 50 84.75 sangat kritis

17 E-17 1 3 0 3 2 3 3 3 5 0 3 3 5 0 0 34 57.63 kritis

18 E-18 2 3 1 3 3 3 1 2 5 5 4 2 3 5 4 46 77.97 sangat kritis

19 E-19 1 3 3 3 2 2 1 3 5 1 3 2 5 0 0 34 57.63 kritis

20 E-20 1 1 1 1 1 3 2 1 5 5 0 1 5 3 0 30 50.85 kritis

21 E-21 3 1 1 3 0 3 1 1 5 5 4 2 5 5 1 40 67.80 kritis

22 E-22 1 1 2 1 1 3 3 3 1 1 2 2 4 0 2 27 45.76 cukup kritis

23 E-23 1 3 1 1 2 1 1 3 5 5 5 4 5 5 3 45 76.27 sangat kritis

24 E-24 1 3 1 3 2 2 1 3 5 1 3 2 5 4 2 38 64.41 kritis

25 E-25 1 3 1 3 3 3 2 1 5 5 4 2 3 5 4 45 76.27 sangat kritis

26 E-26 1 3 1 3 1 3 3 1 5 5 3 2 3 5 0 39 66.10 kritis

27 E-27 3 2 0 1 1 1 1 1 5 2 3 2 3 2 4 31 52.54 kritis

28 E-28 1 1 2 1 1 3 3 3 1 1 2 2 4 0 2 27 45.76 cukup kritis

29 E-29 3 1 1 3 1 3 2 2 5 5 4 3 5 5 3 46 77.97 sangat kritis

30 E-30 1 0 1 3 1 0 3 1 4 1 2 3 5 5 1 31 52.54 kritis

31 E-31 2 2 3 3 1 2 2 3 5 2 3 3 5 2 2 40 67.80 kritis

32 E-32 1 3 1 3 3 3 3 2 5 5 4 3 5 5 4 50 84.75 sangat kritis

Jumlah 51 75 41 71 47 79 66 61 133 98 97 82 136 125 69 2086.4

% rata - rata 53.13 78.13 42.71 73.96 48.96 82.29 68.75 63.54 83.13 61.25 60.63 51.25 85.00 78.13 43.13 65.20 kritis

Jumlah 511.46 144.38 196.88

% rata - rata 63.93 72.19 65.63

121

Lampiran24

DATA POST-TEST KELAS KONTROL

NOMOR SOAL SKOR

NO KODE MENILAI MENGIDENTIFIKASI MENGANALISIS MENGEVALUASI MENYIMPULKAN TOTAL % SKOR KATEGORI

1 2 3 4 5 6 7 8 12 13 9 10 14 15 11

1 K-01 1 3 3 1 1 3 0 1 0 4 0 2 3 2 0 24 40.68 cukup kritis

2 K-02 3 1 2 2 3 3 3 1 2 1 1 2 4 1 2 31 52.54 kritis

3 K-03 2 2 3 1 1 2 1 1 4 1 3 2 4 1 2 30 50.85 kritis

4 K-04 1 3 1 3 3 3 2 2 4 4 4 2 5 4 4 45 76.27 sangat kritis

5 K-05 3 3 3 1 1 3 1 1 5 4 5 5 5 1 5 46 77.97 sangat kritis

6 K-06 1 1 2 1 1 1 3 3 2 1 3 2 2 2 0 25 42.37 cukup kritis

7 K-07 0 1 1 2 1 3 3 2 3 5 3 3 3 0 0 30 50.85 kritis

8 K-08 1 3 3 3 2 1 2 1 1 1 3 2 4 1 3 31 52.54 kritis

9 K-09 3 1 0 3 1 3 1 1 3 2 0 3 5 0 0 26 44.07 cukup kritis

10 K-10 2 3 3 3 1 3 3 3 4 3 5 3 3 2 0 41 69.49 kritis

11 K-11 1 0 2 1 1 2 3 2 5 4 0 5 4 3 0 33 55.93 kritis

12 K-12 3 3 2 1 1 2 3 3 0 5 2 3 4 0 2 34 57.63 kritis

13 K-13 3 1 1 3 3 3 2 1 5 5 3 3 5 2 0 40 67.80 kritis

14 K-14 1 1 1 1 1 1 2 2 5 5 3 4 3 0 0 30 50.85 kritis

15 K-15 3 3 0 3 3 3 1 3 0 5 1 3 1 0 1 30 50.85 kritis

16 K-16 1 1 0 1 1 1 3 1 2 3 3 2 5 0 0 24 40.68 cukup kritis

17 K-17 1 2 1 3 1 1 1 1 3 4 2 2 3 2 3 30 50.85 kritis

18 K-18 3 3 1 3 3 3 1 1 5 5 2 3 3 0 1 37 62.71 kritis

19 K-19 1 3 3 0 1 3 3 1 5 5 5 5 5 5 3 48 81.36 sangat kritis

20 K-20 1 2 1 3 1 3 0 1 4 2 2 3 5 2 2 32 54.24 kritis

21 K-21 3 3 0 3 3 3 1 3 0 5 1 4 1 0 1 31 52.54 kritis

22 K-22 3 3 0 3 1 3 2 1 4 2 4 3 4 0 0 33 55.93 kritis

23 K-23 1 0 1 2 1 1 1 1 5 5 3 2 5 0 5 33 55.93 kritis

24 K-24 3 1 3 3 1 3 3 1 5 5 2 3 5 5 5 48 81.36 sangat kritis

25 K-25 2 1 3 1 1 3 3 1 3 3 2 2 5 3 2 35 59.32 kritis

26 K-26 1 2 1 3 1 3 3 1 5 3 5 2 5 5 2 42 71.19 kritis

27 K-27 1 3 3 0 1 1 1 1 5 3 5 2 3 2 2 33 55.93 kritis

28 K-28 1 3 3 1 1 3 1 1 5 5 5 5 5 5 5 49 83.05 sangat kritis

29 K-29 3 2 1 2 2 2 2 2 3 3 5 3 3 2 3 38 64.41 kritis

30 K-30 1 3 0 1 2 3 1 1 3 5 4 3 3 3 5 38 64.41 kritis

31 K-31 3 1 3 1 1 3 3 1 4 5 4 0 5 3 0 37 62.71 kritis

32 K-32 3 2 1 3 1 3 1 1 5 5 3 3 3 3 3 40 67.80 kritis

Jumlah 60 64 52 62 47 78 60 47 109 118 93 91 123 59 61 1905.1

% rata - rata 62.50 66.67 54.17 64.58 48.96 81.25 62.50 48.96 68.13 73.75 58.13 56.88 76.88 36.88 38.13 59.53 kritis

Jumlah 489.58 141.88 191.88

% rata - rata 61.20 70.94 63.96

12

2

123

Lampiran 25

HipotesisHo Data berdistribusi normalHa Data tidak berdistribusi normal

Pengujian Hipotesis:Rumus yang digunakan:

Kriteria yang digunakanHo diterima jika c

2 < c

2 tabel

Pengujian HipotesisNilai maksimal = Panjang Kelas = 6.78Nilai minimal = Rata-rata ( x ) =Rentang = s =Banyak kelas = n =

Oi

45.00 - 352.00 - 759.00 - 766.00 - 673.00 - 580.00 - 4

c² =Untuk a = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 10 diperoleh c² tabel =

Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal

58.00 51.50 -1.22-1.84 0.0786 2.5160

32

Ei

0.09315.2512

(Oi-Ei)²Ei

12.7495 6.00440.1564 5.0050 0.00000.3984

0.46730.16410.3887

0.03670.5824

65.00 58.50 -0.60 0.22467.4058

0.23520.2314

UJI NORMALITAS POST -TEST KELAS EKSPERIMEN

86.4445.76 65.2040.68 11.246

Kelas IntervalBatas Kelas

Z untuk batas kls.Peluang untuk Z

Luas Kls. Untuk Z

7.5253

51.00 44.50

0.266879.0086.00 79.50 1.27 0.3984

72.50 0.65 0.242072.00 65.50 0.03 0.0106

6.9835

6.98 11.07

11.0705

Daerah penerimaan Ho

Daerah penolakan Ho

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

0 20 40 60 80 100

Frekuensi

Nilai Post-test

c

k

1i i

2ii2

E

EO

124

Lampiran 26

HipotesisHo Data berdistribusi normalHa Data tidak berdistribusi normal

Pengujian Hipotesis:Rumus yang digunakan:

Kriteria yang digunakanHo diterima jika c2

< c2 tabel

Pengujian HipotesisNilai maksimal = Panjang Kelas = 7.06Nilai minimal = Rata-rata ( x ) =Rentang = s =Banyak kelas = n =

Oi

40.00 - 448.00 - 956.00 - 864.00 - 672.00 - 280.00 - 3

c² =Untuk a = 5%, dengan dk = 9 - 1 = 8 diperoleh c² tabel =

Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal

10.7074

11.0705

10.71 11.07

3.5480 0.675487.00 79.50 1.67 0.4528 0.4528 14.4894 9.110579.00 71.50 1.00 0.3419 0.1109

8.3982 0.018971.00 63.50 0.33 0.1301 0.2118 6.7774 0.089263.00 55.50 -0.34 0.1323 0.262455.00 47.50 -1.01 0.3433 0.2110 6.7520 0.748547.00 39.50 -1.68 0.4534 0.1100

Kelas Interval Batas Kelas

Z untuk batas kls. Peluang untuk Z

Luas Kls. Untuk Z

Ei(Oi-Ei)²

Ei3.5215 0.0650

42.37 11.946 32

83.0540.68 59.53

UJI NORMALITAS POST TEST KELAS KONTROL

Daerah penerimaan Ho

Daerah penolakan Ho

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

0 20 40 60 80 100

Nilai Post test

Frekuensi

c

k

1i i

2ii2

E

EO

125

Lampiran 27

Hipotesis :

Ho : σ12 = σ2

2 ( Varians homogen )

Ha : σ12 > σ2

2 ( Varians tidak homogen )

Uji Hipotesis :

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus :

Kriteria :

Ho diterima jika F hitung ≤ Ftabel

Data yang diperoleh :

Berdasarkan rumus, maka diperoleh :

F= =

Pada α = 5 % dengan

dk pembilang = nb-1 = 32 - 1 = 31dk penyebut = nk-1 = 32 - 1 = 31

Ftabel =

Karena Fhitung ≤ Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai varians yang sama

1.821.13

1.82

142.49

126.23

1.13

Sumber variasi

Jumlah

n

UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA POST TEST ANTARA

KELOMPOK EKSPERIMEN DENGAN KELOMPOK KONTROL

Eksperimen Kontrol

2086.46 1905.11

x

Varians ( s2 )

Standart deviasi ( s )

32 32

65.20

126.23

11.24

59.53

142.49

11.94

Daerah penerimaan Ho

Fα(nb-1):(nk-1)

Daerah penerimaan Ho

126

Lampiran 28

UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA (UJI t PIHAK KANAN)

DATA HASIL POST-TEST KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL

Hipotesis

Ho : < (berpikir kritis kelas eksperimen lebih rendah atau sama dengan berpikir kritis kelas kontrol)

Ha : > (berpikir kritis kelas eksperimen lebih besar dari berpikir kritis kelas kontrol)

Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:

Dimana,

Dari data diperoleh:

t = -

+ - 0.163 2 2.2

-

=

Pada a = 5% dengan dk = 32 + 32 - 2 = 62 diperoleh ttabel =

1.67

Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis kelas eksperimen lebih baik dari pada berpikir kritis kelas kontrol

32

=5.67

8.6 0.70

=5.67

7.93481

2.01353106

1.67

2.01

=5.67

126.2 150.12

32

11.24 12.25

32 32 32 32

11.24+

12.25- 2 0.08

Standart deviasi (s) 11.24 12.25

65.20 59.53

x 65.20 59.53

Varians (s2) 126.2319 150.1205

Jumlah 2086 1905

n 32 32

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

m1 m2

m1 m2

Sumber variasi

Daerah penerimaan Ho

2 2

2

2

1

1

21

2

2

2

1

21

n

ssr2

xx t

n

ss

127

Kelas kontrol

siswa siswaNo kode pre test post test No kode pre test post test

1 E-01 15.25 54.24 0.46 sedang 1 K-01 22.03 40.68 0.24 rendah

2 E-02 27.12 86.44 0.81 tinggi 2 K-02 22.03 52.54 0.39 sedang

3 E-03 22.03 72.88 0.65 sedang 3 K-03 15.25 50.85 0.42 sedang

4 E-04 20.34 67.8 0.60 sedang 4 K-04 30.51 76.27 0.66 sedang

5 E-05 23.73 59.32 0.47 sedang 6 K-05 28.81 77.97 0.69 sedang

6 E-06 25.42 69.49 0.59 sedang 7 K-06 15.25 42.37 0.32 sedang

7 E-07 22.03 55.93 0.43 sedang 8 K-07 18.64 50.85 0.40 sedang

8 E-08 18.64 62.71 0.54 sedang 9 K-08 11.86 52.54 0.46 sedang

9 E-09 20.34 62.71 0.53 sedang 10 K-09 22.03 44.07 0.28 rendah

10 E-10 20.34 67.8 0.60 sedang 11 K-10 27.12 69.49 0.58 sedang

11 E-11 28.81 79.66 0.71 tinggi 13 K-11 15.25 55.93 0.48 sedang

12 E-12 18.64 62.71 0.54 sedang 14 K-12 13.56 57.63 0.51 sedang

13 E-13 20.34 64.41 0.55 sedang 5 K-13 16.95 67.8 0.61 sedang

14 E-14 13.56 54.24 0.47 sedang 12 K-14 18.64 50.85 0.40 sedang

15 E-15 20.34 59.32 0.49 sedang 15 K-15 13.56 50.85 0.43 sedang

16 E-16 27.12 84.75 0.79 tinggi 16 K-16 16.95 40.68 0.29 rendah

17 E-17 16.95 57.63 0.49 sedang 17 K-17 13.56 50.85 0.43 sedang

18 E-18 28.81 77.97 0.69 sedang 18 K-18 18.64 62.71 0.54 sedang

19 E-19 16.95 57.63 0.49 sedang 19 K-19 22.03 81.36 0.76 tinggi

20 E-20 20.34 50.85 0.38 sedang 20 K-20 13.56 54.24 0.47 sedang

21 E-21 20.34 67.8 0.60 sedang 21 K-21 13.56 52.54 0.45 sedang

22 E-22 11.86 45.76 0.38 sedang 22 K-22 10.17 55.93 0.51 sedang

23 E-23 25.42 76.27 0.68 sedang 23 K-23 13.56 55.93 0.49 sedang

24 E-24 15.25 64.41 0.58 sedang 24 K-24 32.2 81.36 0.73 tinggi

25 E-25 22.03 76.27 0.70 sedang 25 K-25 8.47 59.32 0.56 sedang

26 E-26 15.25 66.1 0.60 sedang 26 K-26 22.03 71.19 0.63 sedang

27 E-27 11.86 52.54 0.46 sedang 27 K-27 18.64 55.93 0.46 sedang

28 E-28 15.25 45.76 0.36 sedang 28 K-28 18.64 83.05 0.79 tinggi

29 E-29 28.81 77.97 0.69 sedang 29 K-29 32.2 64.41 0.48 sedang

30 E-30 16.95 52.54 0.43 sedang 30 K-30 11.86 64.41 0.60 sedang

31 E-31 6.78 67.8 0.65 sedang 31 K-31 35.59 62.71 0.42 sedang

32 E-32 22.03 84.75 0.80 tinggi 32 K-32 18.64 67.8 0.60 sedang

∑ 638.93 2086.46 ∑ 611.7919.97 65.20 19.12

=

=

kriteria nilai g g > 0,7 tinggi0,3 ≤ g ≤ 0,7 sedang g < 0,3 rendah

Lampiran 29

skor nilai

Kelas eksperimen

UJI GAIN PENINGKATAN RATA-RATA BERPIKIR KRITIS SISWA

skor rata-rata tes awal (%)

skor rata-rata tes akhir (%)

gain keteranganketerangangain

� ̅ � ̅

pre

prepost

S

SSg

00100

preS

postS

128

UJI GAIN KELAS EKPERIMEN

65.20% - 19.97%

= = 0.57 <g> = sedang

100% - 19.97%

UJI GAIN KELAS KONTROL

59.53% - 19.12%

= = 0.50 <g> = sedang

100% - 19.12%

g

g

129

KISI – KISI ANGKET

SIKAP SISWA TERHADAP PENGURANGAN RISIKO BENCANA (PRB)

Lampiran 30

UJI SIGNIFIKASI TERNORMALISASI GAIN

ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL

Hipotesis

Ho : = (Tidak terdapat perbedaan peningkatan berpikir kritis yang signifikan

antara kelas eksperimen dam kelas kontrol)

Ha : ≠ (Terdapat perbedaan peningkatan berpikir kritis yang signifikan antara

kelas eksperimen dam kelas kontrol)

Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:

Dari data diperoleh:

t = -

+ - 0.116 2 2.1

-

=

Pada a = 5% dengan dk = 32 + 32 - 2 = 62 diperoleh ttabel =

2.00

Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan berpikir kritis yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol

32

=5.67

8.4 0.48

=5.67

7.88398

2.0200119

2.00

2.020

=5.67

126.2 141.51

32

11.24 11.90

32 32 32 32

11.24+

11.90- 2 0.06

Standart deviasi (s) 11.24 11.90

65.20 59.53

x 65.20 59.53

Varians (s2) 126.2319 141.5136

Jumlah 2086 1905

n 32 32

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

m1 m2

m1 m2

Sumber variasi

Daerah penerimaan Ho

2 2

2

2

1

1

21

2

2

2

1

21

n

ssr2

xx t

n

ss

Lampiran 31

130

No Indikator Pemahaman PRB No. Pernyataan 1 Pencegahan

Mengetahui cara-cara mencegah terjadinya kebakaran

2,3,5,6,7,8,9,10,12

2 Mitigasi Tindakan struktural Tindakan non struktural

11 13,15

3 Kesiapsiagaan Mengetahui tanda-tanda /

penyebab terjadinya kebakaran

Mengetahui tindakan-tindakan yang harus di lakukan sebelum kebakaran, pada saat terjadi kebakaran dan setelah terjadi kebakaran.

1,4 14,16,17 18,19,20

131

Angket

Sikap Siswa terhadap Pengurangan Risiko Bencana

Nama :

Silahkan isi angket dibawah ini menurut pendapat kalian. Angket ini tidak

mempengaruhi nilai IPA kalian . Selamat bekerja , terima kasih

No Aspek yang diungkap/ indikator aspek

Sangat

setuju

Setuju Tidak

setuju

sangat

tidak

setuju

1 Menurut saya, musim kemarau adalah gejala

awal kebakaran hutan

2 Saya senang bermain petasan

3 Saya selalu memadamkan kompor ketika

selesai memasak

4 Membuang puntung korek api di semak-

semak tidak akan menyebabkan kebakaran

5 Saya akan menjauhkan benda-benda yang

mudah terbakar ketika menyalakan lilin

6 Saya sering menyalakan obat nyamuk bakar

di dekat kasur

7 Saya memadamkan listrik jika sudah tidak

dipakai

8 Kompor sebaiknya diletakkan didekat

dinding rumah

9 Saya tidak akan tidur ketika memasak air

10 Saya sering memasang stop kontak yang

bertumpuk-tumpuk

11 Saya tidak suka bermain listrik dan akan

meminta bantuan ayah untuk membenarkan

aliran listrik ketika terjadi hubung singkat

12 Saya membakar sampah walaupun angin

bertiup kencang

Lampiran 32

132

13 Saya senang mengikuti penyuluhan tentang

kebakaran

14 Saya akan takut dan gugup ketika

mendengar bunyi alarm kebakaran

15 Ketika terjadi kebakaran saya menyalakan

alarm kebakaran

16 Saya tidak suka membaca artikel tentang

kebakaran

17 Jika saya terjebak dalam ruangan saat

kebakaran, saya akan menutup celah pintu

dengan kain atau handuk basah

18 Saya akan menyiramkan air pada kebakaran

yang disebabkan oleh minyak

19 Saya akan menyiram luka bakar yang baru

dengan air dingin

20 Saya akan membubuhi odol,mentega, atau

kecap pada luka bakar

Lampiran 33

DATA ANGKET SIKAP SISWA TERHADAP PENGURANGAN RISIKO BENCANA KELAS EKSPERIMEN

NOMOR PERNYATAAN

NO KODE PENCEGAHAN MITIGASI KESIAPSIGAAN skor

2 3 5 6 7 8 9 10 12 11 13 15 1 4 14 16 17 18 19 20 total % skor kriteria

1 E-01 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 0 2 4 3 2 4 2 2 2 62 77.5 sangat baik

2 E-02 4 4 3 3 3 2 1 4 3 4 3 2 3 3 3 4 4 1 2 3 59 73.75 baik

3 E-03 3 4 2 3 4 2 4 3 4 4 3 4 3 3 4 2 3 2 3 2 62 77.5 sangat baik

4 E-04 3 4 3 0 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 2 59 73.75 baik

5 E-05 3 4 3 3 4 3 1 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 58 72.5 baik

6 E-06 4 4 4 3 4 2 2 3 4 4 2 4 3 3 2 3 4 2 3 2 62 77.5 sangat baik

7 E-07 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 54 67.5 baik

8 E-08 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 2 3 2 1 3 2 62 77.5 sangat baik

9 E-09 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 2 3 72 90 sangat baik

10 E-10 3 4 4 4 4 1 4 3 4 4 4 3 2 3 2 4 3 1 3 4 64 80 sangat baik

11 E-11 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 3 4 3 4 2 2 3 2 68 85 sangat baik

12 E-12 3 4 4 3 4 2 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 68 85 sangat baik

13 E-13 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 1 4 4 2 2 2 67 83.75 sangat baik

14 E-14 4 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 4 2 3 2 2 2 2 55 68.75 baik

15 E-15 3 4 3 1 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 59 73.75 baik

16 E-16 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 3 3 2 70 87.5 sangat baik

17 E-17 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 2 62 77.5 sangat baik

18 E-18 4 4 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 1 61 76.25 sangat baik

19 E-19 4 4 4 4 3 2 4 3 3 4 3 4 3 4 2 3 3 3 1 4 65 81.25 sangat baik

20 E-20 3 4 4 3 4 1 3 3 4 4 2 4 4 4 4 3 3 1 3 1 62 77.5 sangat baik

21 E-21 3 4 3 1 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 59 73.75 baik

22 E-22 2 4 4 4 4 2 4 4 3 4 2 4 3 4 3 4 2 4 4 4 69 86.25 sangat baik

23 E-23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 2 4 4 3 3 3 72 90 sangat baik

24 E-24 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 4 4 3 3 3 3 1 3 2 62 77.5 sangat baik

25 E-25 3 4 3 1 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 1 3 2 59 73.75 baik

26 E-26 4 4 4 3 0 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 2 65 81.25 sangat baik

27 E-27 3 3 4 3 3 2 1 3 3 4 3 4 4 4 2 3 2 3 2 3 59 73.75 baik

28 E-28 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 2 4 4 4 3 3 2 3 3 4 70 87.5 sangat baik

29 E-29 3 4 3 3 4 3 3 4 2 3 4 3 4 4 2 3 1 2 2 2 59 73.75 baik

30 E-30 2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 4 3 3 3 4 4 2 69 86.25 sangat baik

31 E-31 4 4 4 3 4 3 1 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 2 2 65 81.25 sangat baik

32 E-32 3 4 4 4 4 3 2 3 3 3 3 4 3 4 2 4 3 3 3 3 65 81.25 sangat baik

Jumlah 106 125 115 101 112 88 103 109 104 116 100 111 99 116 85 102 95 74 86 77 2530

% rata - rata 82.81 97.66 89.84 78.91 87.50 68.75 80.47 85.16 81.25 90.63 78.13 86.72 77.34 90.63 66.41 79.69 74.22 57.81 67.19 60.16 79.06 sangat baik

133

Lampiran 34

DATA ANGKET SIKAP SISWA TERHADAP PENGURANGAN RISIKO BENCANA KELAS KONTROL

NOMOR PERNYATAAN

NO PENCEGAHAN MITIGASI KESIAPSIGAAN skor

KODE 2 3 5 6 7 8 9 10 12 11 13 15 1 4 14 16 17 18 19 20 total % skor kriteria

1 K-01 1 4 4 4 3 2 4 4 1 4 3 4 2 3 2 3 2 2 3 3 58 72.5 baik

2 K-02 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 2 3 2 3 2 58 72.5 baik

3 K-03 2 3 2 4 1 3 4 3 4 4 2 4 2 2 2 4 3 1 2 2 54 67.5 baik

4 K-04 3 4 3 4 3 2 3 4 3 4 3 4 3 4 2 3 4 1 3 1 61 76.25 sangat baik

5 K-05 3 3 4 4 4 3 3 4 2 2 2 4 4 4 2 4 3 2 3 2 62 77.5 sangat baik

6 K-06 2 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 2 61 76.25 sangat baik

7 K-07 23 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 1 3 1 72 90 sangat baik

8 K-08 1 4 4 4 4 2 4 4 4 4 1 4 2 3 1 3 4 1 3 1 58 72.5 baik

9 K-09 1 4 4 4 4 2 4 4 4 4 1 4 2 3 1 3 4 1 4 1 59 73.75 baik

10 K-10 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 1 3 2 2 2 3 2 3 3 4 60 75 sangat baik

11 K-11 3 4 4 3 4 2 3 3 3 4 3 4 3 3 2 2 2 2 3 3 60 75 sangat baik

12 K-12 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 1 3 3 70 87.5 sangat baik

13 K-13 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 3 3 66 82.5 sangat baik

14 K-14 2 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 1 56 70 baik

15 K-15 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 2 4 67 83.75 sangat baik

16 K-16 2 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 57 71.25 baik

17 K-17 2 4 4 4 3 2 4 4 2 4 3 4 2 3 2 3 3 4 2 1 60 75 sangat baik

18 K-18 3 4 4 3 4 2 3 3 3 4 2 4 3 1 2 2 2 1 3 4 57 71.25 baik

19 K-19 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 1 2 3 63 78.75 sangat baik

20 K-20 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 2 1 1 67 83.75 sangat baik

21 K-21 3 4 4 4 4 2 3 3 2 2 2 3 4 2 2 2 3 1 3 1 54 67.5 baik

22 K-22 3 4 3 4 3 2 3 4 3 4 3 4 4 4 2 3 0 1 3 1 58 72.5 baik

23 K-23 1 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 1 2 55 68.75 baik

24 K-24 4 4 3 3 2 2 4 4 4 4 3 4 3 3 1 3 2 4 3 1 61 76.25 sangat baik

25 K-25 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 2 2 2 2 1 3 4 62 77.5 sangat baik

26 K-26 3 4 4 3 4 3 4 3 2 3 3 4 3 4 2 1 3 1 3 2 59 73.75 baik

27 K-27 3 3 4 4 4 2 3 4 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 2 64 80 sangat baik

28 K-28 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 2 70 87.5 sangat baik

29 K-29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 2 3 58 72.5 baik

30 K-30 2 4 4 2 4 2 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 60 75 sangat baik

31 K-31 3 4 4 4 1 2 4 4 4 4 2 4 3 3 3 3 2 3 4 2 63 78.75 sangat baik

32 K-32 3 4 4 3 4 2 2 4 4 4 4 4 3 3 2 2 4 2 2 3 63 78.75 sangat baik

Jumlah 108 119 116 111 110 80 107 114 100 112 88 117 97 102 70 90 91 66 86 69 2441.25

% rata - rata 84.38 92.97 90.63 86.72 85.94 62.50 83.59 89.06 78.13 87.50 68.75 91.41 75.78 79.69 54.69 70.31 71.09 51.56 67.19 53.91 76.29 sangat baik

134

Lampiran 35

HipotesisHo Data berdistribusi normalHa Data tidak berdistribusi normal

Pengujian Hipotesis:Rumus yang digunakan:

Kriteria yang digunakanHo diterima jika c2 < c2 tabel

Pengujian HipotesisNilai maksimal = Panjang Kelas = 3.75Nilai minimal = Rata-rata ( x ) =Rentang = s =Banyak kelas = n =

Oi

67.00 - 471.00 - 675.00 - 879.00 - 583.00 - 587.00 - 4

c² =

Untuk a = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh c² tabel =

Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal

10.0281

11.0705

10.03 11.07

5.6316 0.070890.00 86.50 1.25 0.3938 0.3938 12.6004 5.870286.00 82.50 0.58 0.2178 0.1760

7.6881 0.012782.00 78.50 -0.09 0.0376 0.2553 8.1709 1.230578.00 74.50 -0.76 0.2778 0.2403

1.8555 2.478674.00 70.50 -1.44 0.4244 0.1466 4.6910 0.365370.00 66.50 -2.11 0.4824 0.0580

5.976 32

Kelas Interval Batas Kelas

Z untuk batas kls. Peluang untuk Z

Luas Kls. Untuk Z

Ei(Oi-Ei)²

Ei

22.50

90.0067.50 79.06

UJI NORMALITAS ANGKET SIKAP SISWA TERGADAP PENGURANGAN RISIKO BENCANA KELAS EKSPERIMEN

Daerah penerimaan Ho

Daerah penolakan Ho

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

0 20 40 60 80 100

skor angket

Frekuensi

c

k

1i i

2ii2

E

EO

136

Lampiran 36

HipotesisHo Data berdistribusi normalHa Data tidak berdistribusi normal

Pengujian Hipotesis:Rumus yang digunakan:

Kriteria yang digunakanHo diterima jika c

2 < c

2 tabel

Pengujian HipotesisNilai maksimal = Panjang Kelas = 3.75Nilai minimal = Rata-rata ( x ) =Rentang = s =Banyak kelas = n =

Oi

67.00 - 471.00 - 875.00 - 979.00 - 583.00 - 387.00 - 3

c² =Untuk a = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 10 diperoleh c² tabel =

Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal

Frekuensi

10.0560

10.06 11.07

11.0705

0.449486.0090.00 86.50 1.78 0.4627

82.50 1.08 0.360982.00 78.50 0.39 0.150278.00 74.50 -0.31 0.1226

6.74040.27290.2106

UJI NORMALITAS ANGKET SIKAP SISWA TERGADAP PENGURANGAN RISIKO BENCANA KELAS KONTROL

90.0067.50 76.2922.50 5.736

Kelas IntervalBatas Kelas

Z untuk batas kls.Peluang untuk Z

Luas Kls. Untuk Z

8.7312

70.00 66.50

32

Ei

0.04557.0816

(Oi-Ei)²Ei

14.8056 9.41350.1018 3.2573 0.02030.4627

0.45630.22130.3439

0.00830.1191

0.112474.00 70.50 -1.01

-1.71 3.5956

Daerah penerimaan Ho

Daerah penolakan Ho

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

0 20 40 60 80 100

c

k

1i i

2ii2

E

EO

137

Lampiran 37

Hipotesis :

Ho : σ12 = σ2

2 ( Varians homogen )

Ha : σ12 > σ2

2 ( Varians tidak homogen )

Uji Hipotesis :

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus :

Kriteria :

Ho diterima jika F hitung ≤ Ftabel

Data yang diperoleh :

Berdasarkan rumus, maka diperoleh :

F= =

Pada α = 5 % dengan

dk pembilang = nb-1 = 32 - 1 = 31

dk penyebut = nk-1 = 32 - 1 = 31

Ftabel =

Karena Fhitung ≤ Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai varians yang sama

1.821.08

1.82

35.58

32.81

1.08

Sumber variasi

Jumlah

n

UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA ANGKET ANTARA

KELOMPOK EKSPERIMEN DENGAN KELOMPOK KONTROL

Eksperimen Kontrol

2530 2441.25

x

Varians ( s2 )

Standart deviasi ( s )

32 32

79.06

35.58

5.97

76.29

32.81

5.73

Daerah penerimaan Ho

Fα(nb-1):(nk-1)

Daerah penerimaan Ho

138

Lampiran 38

UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA (UJI t PIHAK KANAN) DATA ANGKET SIKAP SISWA TERHADAP

PENGURANGAN RISIKO BENCANA ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL

Hipotesis

Ho : < (sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana lebih rendah atau sama dengan

sikap siswa terhadap pengurangan eisiko bencana kelas kontrol)

Ha : > (sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana lebih besar daripada sikap siswa

terhadap pengurangan eisiko bencana kelas kontrol)

Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:

Dimana,

Dari data diperoleh:

t = -

+ - 0.326 1 1

-

=

Pada a = 5% dengan dk = 32+32-2 = 62 diperoleh t(0.975)(62) =

1.67 2.08

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

m1 m2

m1 m2

Sumber variasi

Jumlah 2530 2441

n 32 32

x 79.06 76.28

Varians (s2) 35.5847 32.8814

Standart deviasi (s) 5.97 5.73

79.06 76.28

5.97 5.73

32 32 32 32

5.97+

5.73- 2 0.16

=2.79

35.6 32.88

32

Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan sikap siswa terhadap pengurangan risiko bencana kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol

32

=2.79

2.1 0.35

=2.79

1.79144

2.08

1.67

Daerah penerimaan Ho

2 2

2

2

1

1

21

2

2

2

1

21

n

ssr2

xx t

n

ss

139

Lampiran 39

DATA LEMBAR OBSERVASI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS KELAS EKSPERIMEN

Observer 1 observer 2 observer 3 jumlah

Kode A B C A B C A B C skor nilai Kriteria

E - 01 1 3 2 2 3 2 4 3 3 20 55.56 cukup baik

E - 02 2 4 3 2 4 4 3 4 4 26 72.22 baik

E - 03 1 3 2 1 4 2 4 3 3 20 55.56 cukup baik

E - 04 1 3 2 1 4 3 4 3 4 21 58.33 cukup baik

E - 05 1 4 4 1 4 4 4 4 4 26 72.22 baik

E - 06 1 4 4 3 4 4 4 4 4 28 77.78 baik

E - 07 1 3 3 1 3 3 4 3 3 21 58.33 cukup baik

E - 08 3 3 3 2 3 3 3 3 3 23 63.89 baik

E - 09 1 4 3 1 4 4 4 3 4 24 66.67 baik

E - 10 2 3 3 1 3 3 3 3 3 21 58.33 cukup baik

E - 11 2 4 3 3 4 4 4 3 4 27 75.00 baik

E - 12 2 4 3 2 4 4 4 3 4 26 72.22 baik

E - 13 4 2 3 3 3 2 4 2 2 23 63.89 baik

E - 14 3 1 3 4 4 3 3 3 4 24 66.67 baik

E - 15 2 1 4 4 4 2 2 3 4 22 61.11 cukup baik

E - 16 2 2 3 3 4 2 2 3 4 21 58.33 cukup baik

E - 17 2 1 3 4 4 2 3 3 4 22 61.11 cukup baik

E - 18 1 2 3 3 3 1 3 4 4 20 55.56 cukup baik

E - 19 2 2 3 3 3 1 4 4 2 22 61.11 cukup baik

E - 20 2 3 3 4 4 1 3 4 4 24 66.67 baik

E - 21 2 3 3 4 4 3 4 4 3 27 75.00 baik

E - 22 2 2 3 3 3 2 4 4 3 23 63.89 baik

E - 23 3 2 2 3 1 3 3 3 2 20 55.56 cukup baik

E - 24 2 3 4 3 2 4 4 4 4 26 72.22 baik

E - 25 2 4 4 4 4 4 4 4 4 30 83.33 sangat baik

E - 26 4 4 3 4 4 4 4 4 4 31 86.11 sangat baik

E - 27 1 4 2 3 4 4 4 4 4 26 72.22 baik

E - 28 1 3 2 3 2 3 3 3 4 20 55.56 cukup baik

E - 29 3 4 3 3 3 4 4 4 3 28 77.78 baik

E - 30 2 4 2 3 4 4 3 4 4 26 72.22 baik

E - 31 4 4 4 4 3 4 4 4 4 31 86.11 sangat baik

E - 32 1 3 3 4 3 4 4 4 3 26 72.22 baik

jumlah 63 96 95 89 110 97 114 111 113 775

nilai 49.22 75.00 74.22 69.53 85.94 75.78 89.06 86.72 88.28 77.08 baik

Keterangan

A = Menyusun hipotesis

B = Mengamati

C = Menginterpretasi data

140

Lampiran 40

DATA LEMBAR OBSERVASI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS KELAS KONTROL

Observer 1 observer 2 observer 3 jumlah

Kode A B C A B C A B C skor nilai Kriteria

K-01 4 2 1 2 3 1 3 2 3 21 58.33 cukup baik

K-02 1 1 2 3 4 4 2 3 2 22 61.11 cukup baik

K-03 4 1 3 1 3 2 3 1 2 20 55.56 cukup baik

K-04 1 1 2 2 4 4 2 4 4 24 66.67 baik

K-05 1 1 2 3 4 2 4 2 3 22 61.11 cukup baik

K-06 1 2 2 1 4 2 4 3 4 23 63.89 baik

K-07 2 2 3 1 3 3 4 2 4 24 66.67 baik

K-08 1 3 3 2 3 3 4 3 3 25 69.44 baik

K-09 1 4 3 2 3 4 1 4 2 24 66.67 baik

K-10 4 2 2 3 3 2 1 5 4 26 72.22 baik

K-11 4 3 2 2 2 4 4 2 4 27 75.00 baik

K-12 3 3 2 3 1 4 1 3 2 22 61.11 cukup baik

K-13 4 4 2 3 3 4 2 4 4 30 83.33 sangat baik

K-14 1 4 2 2 3 3 3 4 3 25 69.44 baik

K-15 1 4 4 3 3 2 1 3 2 23 63.89 baik

K-16 1 4 3 4 3 3 4 4 2 28 77.78 baik

K-17 1 4 3 4 4 3 4 4 4 31 86.11 sangat baik

K-18 2 4 2 4 3 3 2 3 3 26 72.22 baik

K-19 1 2 3 1 3 4 4 2 4 24 66.67 baik

K-20 1 4 3 4 1 3 4 4 3 27 75.00 baik

K-21 1 1 4 4 4 2 1 4 3 24 66.67 baik

K-22 1 2 3 1 4 3 4 3 3 24 66.67 baik

K-23 3 1 3 1 3 4 4 4 3 26 72.22 baik

K-24 3 4 3 3 3 4 4 4 3 31 86.11 sangat baik

K-25 1 3 3 3 3 2 2 2 4 23 63.89 baik

K-26 1 4 3 3 3 3 4 4 4 29 80.56 baik

K-27 1 4 3 1 3 4 4 2 4 26 72.22 baik

K-28 1 3 3 3 3 2 4 4 4 27 75.00 baik

K-29 1 4 2 2 1 3 3 3 4 23 63.89 baik

K-30 1 2 1 3 3 2 4 3 4 23 63.89 baik

K-31 2 3 3 2 3 2 3 3 4 25 69.44 baik

K-32 1 4 1 2 2 3 2 4 4 23 63.89 baik

jumlah 56 90 81 78 95 94 96 102 106 798

nilai 43.75 70.31 63.28 60.94 74.22 73.44 75.00 79.69 82.81 69.27 baik

Keterangan

A = Menyusun hipotesis

B = Mengamati

C = Menginterpretasi data

141

Lampiran 41

DOKUMENTASI

1. Pelaksanaan Pre-test

2. Siswa melakukan percobaan

3. Respon siswa terhadap pembelajaran